implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah

of 136 /136
1 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) AL AUFA KOTA BENGKULU SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Oleh: PUTRI WULAN DARI NIM. 1516240024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU TAHUN 2021

Author: others

Post on 02-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) AL AUFA
KOTA BENGKULU
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
TAHUN 2021
Dimasa Depan Tidak Terulang Kembali
(Putri Wulan Dari)
menyelesaikan skripsi ini. Ku persembahkan skripsi ini kepada orang-orang
terkasih yang selalu mendukung dan mendoakanku dalam menyelesaikan
pedidikan ku ini.
1. Teristimewa kedua orang tuaku yang tercinta dan tersayang, Ayahanda
Syamsul Ardi dan Ibunda Yusniati yang telah merawat, membesarkan,
mendidik, dan selalu mensuport serta mendoakan aku sehingga aku dapat
menyelesaikan pendidikanku ini. Hanya kata terima kasih yang mendalam
yang dapat aku berikan atas segala perjuangan dan pengorban ayah dan ibu.
2. Kakak dan Adik ku tercinta dan tersayang, Rahayu Pratiwi dan Kurniawan
serta kakak iparku Taufik Trisila, serta Keluarga besarku yang terkasih Jorong
Family yang tidak pernah lelah memberikan dukungan, semangat dan motivasi
serta doa untukku.
3. Sahabat-sahabatku Uni Elsi, Uniang Dila, Zufaiza. Terima kasih karena telah
mengingatkan, memotivasi dan membantuku.
5. Almamaterku IAIN Bengkulu
Terpadu (SDIT) Al Aufa Kota Bengkulu
Putri Wulan Dari
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses implementasi nilai-
nilai pendidikan yang dilakukan guru di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu,
mengetahui nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas di SDIT Al Aufa Kota
Begkulu, mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu, mengetahui solusi
yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
Metode yang digunkan yaitu metode kualitatif deskriptif, Teknik
pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah,
wakil kurikulum, guru kelas Iv dan kelas V, guru mata pelajaran tahsin, dan guru
ekstrakurikuler sains club dan TU di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru melalui kegiatan pembelajaran,
pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan
ekstrakurikuler seperti pramuka, taekwondo, renang, sains club, tahfiz, dai cilik,
dan english club melalui pengenalan nilai karakter itu sendiri kepada siswa,
memberikan pemahaman, pengarahan dan pengertian tentang perbuatan yang
baik, memberikan contoh teladan dan dilakukan melalui pengulangan atau
pembiasaan kepada siswa. (2) Nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi
prioritas yaitu nilai religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
dan tanggung jawab. (3) kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan yaitu kurangnya kesadaran siswa, kesibukan orang tua, serta
sarana dan prasana yang masih terbatas. (4) Solusi yang diupayakan untuk
menghadapi kendala dalam mengimplementasika nilai-nilai pendidikan karakter
diantaranya memberikan arahan dan motivasi kepada siswa, memberikan
hukuman, membangun komunikasi dengan orang tua di rumah pemanggilan orang
tua oleh wali kelas.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Al Aufa Kota Bengkulu.” Shalawat dan salam untuk Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah berjuang untuk menyampaikan ajaran Islam
sehingga umat Islam mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus baik di dunia
maupun akhirat.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin, M, M.Ag, M.H, selaku Rektor IAIN Bengkulu
2. Bapak Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan
Tadris IAIN Bengkulu.
3. Ibu Nurlaili, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah IAIN Bengkulu
4. Ibu Dra Aam Amaliyah, M.Pd selaku ketua Prodi PGMI
5. Bapak Dr. H. Mawardi Lubis, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, semangat, dan arahan dengan penuh
kesabaran.
9
6. Ibu Beti Dian Wahyuni, M.Pd. Mat selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, motivasi semangat, dan arahan
dengan penuh kesabaran
7. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
yang telah membantu penulisan menyelesaikan skripsi ini.
8. Staff dan karyawan Perpustakaan yang telah menyediakan refrensi
9. Staff dan karyawan Fakultas Tarbiyah Dan Tadris IAIN Bengkulu yang telah
memberikan pelayanan dengan baik dalam hal administrasi.
10. Kepala Sekolah, seluruh guru dan staf serta siswa SDIT Al Aufa yang telah
banyak membantu penulis dalam kegiatan penelitian.
11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu
12. Semua pihak yang telah membantu dan bekerja sama dalam penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam peulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis minta kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Atas kritik dan
sarannya penulis ucapakan terimakasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak khususnya pembaca.
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. v
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 8
C. Batasan Masalah ................................................................. 9
D. Rumusan Masalah .............................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 10
F. Manfaat Penelitian .............................................................. 10
G. Sistematika Penulisan ......................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORI
B. Hasil Penelitian Yang Relavan ........................................... 34
C. Kerangka Berpikir .............................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................... 38
C. Sumber Data ........................................................................ 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah ...................................................................... 44
B. Hasil Penelitian .................................................................... 51
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 74
B. Saran ..................................................................................... 75
4.1. Daftar Guru dan Karyawan ...................................................................... 48
4.2. Sarana dan Prasarana ................................................................................ 49
4.3 Data Siswa ................................................................................................. 50
Lampiran 2 Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah
Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Wakil Kurikulum
Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran
Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan Guru Ekstrakurikuler
Lampiran 6 Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan
Lampiran 7 Dokumentasi PhotoKegiatan Penelitian
14
sumber daya manusia yang berperan besar dalam proses pembangunan
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pendidikan merupakan kunci
utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. 1 Ki Hajar
Dewantara menyebutkan konsep pendidikan adalah sebagai daya upaya untuk
memberikan tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin yang
setinggi-tingginya. Pendidikan di istilahkan sebagai to education yang berarti
memperbaiki moral dan melatih intelektual. 2
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun
1989, pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan. 3
1 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan Dalam Kajian Tingkat Pendidikan Dan
Pendapatan Keluarga cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018), h. 1 2 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan, h. 11
3 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan,h. 21
15
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas dan
terampil, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri
serta bertnggung jawab atas pembangunan bangsa. 4
Tujuan pendidikan nasional tidak terlepas dari pembentukan karakter
siswa. Menurut Lickona inti karakter adalah tindakan. Karakter berkembang
ketika nilai-nilai diadaptasi menjadi keyakinan, dan digunakan untuk
merespon suatu kejadian agar sesuai dengan nilai-nilai moral yang baik. 5
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20. Tahun 2003
pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 6
Pemerintah secara intensif dan berkesinambungan telah menebar
gagasan akan pentingnya pendidikan karakter di sekolah-sekolah yang selama
ini terabaikan. Ditandai dengan lunturnya karakter dan jati diri bangsa
sehingga dianggap sebagai tonggak kearah perubahan. Namun di sisi lain ada
keraguan jika nantinya pendidikan karakter hanya menjadi pengetahuan saja
tanpa adanya praktik nyata. Pendidikan berkarakter menyangkut berbagai
4 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan,h. 22
5 Dyah Sriwilujeng, Panduan implementasi penguatan pendidikan karakter, (Jakarta:
Erlangga, 2017), h. 3 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
16
ranah yang sangat menentukan bagi berlangsungnya kehidupan bangsa di
benua mana pun, termasuk bangsa Indonesia. Hal ini penting sebab mengingat
bangsa akan terus membutuhkan bagimana karakter dipelajari, dibina, dan
dipertahankan sehingga melekat kuat pada pribadi anak bangsa dan akan
membawanya kelak sebagai tenaga pembangun dimasa mendatang. 7
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-
nilai karakter peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan,
kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan
kamil. 8
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. 9
Saat ini, bangsa Indonesia memiliki musuh besar, yaitu kemiskinan,
kebodohan, merajalelanya korupsi, kurangnya penegakan hukum, tawuran
7 Zainal Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah; Membangun Karakter Dan Kepribadian
Anak, (Bandung: CV Yrama Widya, 2012), h. 63 8 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, h. 18
9 Sofan Amri, Dkk. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2011), h. 31
17
masyarakat kita perlu dicermati secara bersama. Persoalan-persoalan tersebut
muncul karena lunturnya nilai-nilai karakter bangsa. 10
Pendidikan di Indonesia
karakter selama ini masih kurang mendapatkan perhatian. 11
Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang
dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia
pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok implementasi pendidikan
karakter di Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu
pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar,
serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota-kota besar,
pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap
yunior, penggunaan narkoba, dan lain-lain. 12
Sementara itu, dalam dunia pendidikan kasus bertindak curang baik
berupa tindakan mencontek, mencontoh pekerjaan teman atau mencontoh dari
buku pelajaran seolah-olah merupakan kejadian sehari-hari. Bahkan dalam
pelaksanaan ujian akhir sekolah dibeberapa daerah ditegarai ada guru yang
10
Evinna Cinda Hendriana dan Arnold Jacobus, “Implementasi Pendidikan Karakter Di
Sekolah Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan,” Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, Vol 1 No. 2
(September 2016): h. 25 11
Sri Judiani, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah DasarMelalui Penguatan
Pelaksanaan Kurikulum,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 16 No. 3 (Oktober 2010): h.
288 12
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 2
18
memberikan kunci jawaban kepada siswa karena takut muridnya tidak lulus
sehingga mencoreng nama sekolah. Seakan-akan dalam dunia pendidikan
kejujuran menjadi barang yang langka, sebagai contoh hilangnya kejujuran
dimasyarakat Indonesia seperti maraknya korupsi dan kolusi sudah amat
banyak. 13
semua tingkat pendidikan, baik di sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Program ini dirancang karena selama ini dunia pendidikan dinilai kurang
berhasil dalam mengantarkan generasi bangsa menjadi pribadi-pribadi yang
bermatabat dan sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan Nasional. 14
Dunia pendidikan dinilai hanya mampu melahirkan lulusan-lulusan
manusia dengan tingkat intelektualitas yang memadai. Banyak dari lulusan
sekolah yang memiliki nilai tinggi (itu pun terkadang sebagian nilai diperoleh
dengan cara tidak murni), berotak cerdas, brilian, serta mampu menyelesaikan
berbagai soal mata pelajaran dengan sangat tepat. Namun sayangnya, tidak
sedikit pula diantara mereka yang cerdas itu jusrtu tidak memiliki perilaku
cerdas dan sikap yang brilian, serta kurang mempunyai mental kepribadian
yang baik, sebagaimana nilai akademik yang telah mereka raih di bangku-
bangku sekolah ataupun kuliah. Pada hakikatnya, pendidikan dilaksanakan
bukan sekedar untuk mengejar nilai-nilai, melainkan memberikan pengarahan
13
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, h. 2 14
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah Cet. 1,
(Jakarta, Laksana, 2011), h. 9
19
kepada setiap orang agar dapat bertindak dan bersikap benar sesuai dengan
kaidah-kaidah dan spirit keilmuan yang dipelajari. 15
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga
belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian
kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Orang tua terlalu sibuk
dengan pekerjaannya sehingga kurang waktu dalam memperhatikan anaknya.
Baik itu sikap maupun sifat anaknya. Tak jarang pula orang tua yang
memaklumi sikap anaknya yang tidak baik seperti anak yang memukul
temannya. Bahkan banyak orang tua yang memberikan smartphone kepada
anaknya tanpa adanya pengontrolan dari orang tua seperti apa yang dilihat,
dibaca, ditonton, didengar dan diakses melalui smartphone sehingga hal-hal
tersebut mempengaruhi perkataan maupun perbuatan anak, seperti
mengucapkan kata-kata kasar dan tidak pantas akibat tontonan tersebut.
Bahkan sebagian orang tua tidak menegur dan mengedukasi anak mana sikap
dan perkataan yang baik mana yang tidak baik. 16
Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya
pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh
pergaulan di lingkungan sekitar dan media elektronik dapat berpengaruh
negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik
terutama dalam pembentukan karakter peserta didik. maka dari itu, pentingnya
15
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah Cet. 1,
(Jakarta, Laksana, 2011), h. 9-10 16
Sofan Amri, Dkk. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, h. 30
20
pendidikan formal. 17
implementasi nilai-nilai karakter dilakukan melalui pembiasaan dalam
keseharian siswa. Nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas sekolah yaitu
nilai religius, jujur, tekun, disiplin, dan peduli lingkungan, dan tanggung
jawab.
proses pembelajaran, peraturan sekolah, ekstrakurikuler, dan kelas sore.
Metode yang digunakan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di
SD NU adalah dengan ceramah atau memberikan contohnya secara langsung.
Kendala-kendala mengimplementasikan pendidikan karakter di SD Nahdlatul
Ulama adalah permainan digital, lingkungan di rumah yang tidak bagus,
beberapa guru kurang menguasai anak, pengaruh tontonan TV, kurangnya
memahami karakter siswa.
karakter yang terintegrasi pada mata pelajaran yaitu nilai religius, disiplin,
tekun, rasa ingin tahu, peduli dan tanggung jawab. Implementasi nilai-nilai
17
Sofan Amri, Dkk. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, h. 30
21
drumband, seni tari, olahraga, dan pengayaan dengan memberikan motivasi,
pemahaman, teladan, nasihat, sangsi, dan hadiah. Hasil implemetasi nilai-nilai
pendidikan karakter adalah kepribadian yang mantap, integritas moral yang
tinggi, dan akhlak yang mulia.
Hasil penelitian Yulian Siska (2018:36) Proses implementasi nilai-
nilai pendidikan karakter direncanakan berdasarkan pedoman yang telah
dibuat Kemendikbud melalui Balitbang dan Puskur, yaitu melalui perencanaan
dan pelaksanaan. Pelaksanaan implementasi nilai-nilai pendidikan karakter
dilakukan melalui pembiasaan dan budaya sekolah.
Dalam penelitian ini membahas bagaimana proses implementasi nilai-
nilai pendidikan karakter yang dilakaukan oleh guru melalui strategi
pendidikan karakter di sekolah, nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi
prioritas sekolah, kendala yang dihadapi oleh guru dan solusi yang diupayakan
oleh guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di
Sekolah Islam Terpadu Al Aufa Kota Bengkulu.
Lembaga pendidikan di Indonesia, khususnya di Bengkulu mulai
memberikan respon positif terhadap tantangan dan tanggung jawab. Ditandai
dengan muculnya sistem pendidikan yang mengacu pada pendidikan
karakter, 18
seperti yang diterapkan oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa
Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil obseravsi yang dilakukan pada hari rabu
tanggal 19 Februari 2020, Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa Kota
18
Kusnadi, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
Iqra’ 2 Kota Bengkulu,” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah Dan Tadris, Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu, 2018), h. 6
karakter. Hal tersebut terintegrasi dalam misi sekolah nomor 4 yaitu
“menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter”. Sekolah ini sangat
memperhatikan pendidikan akhlak atau karakter bagi anak didiknya.
Pendidikan karakter khususnya di SDIT Al Aufa tidak hanya dijadikan
sebagai wacana atau slogan saja, tetapi diterapkan melalui tindakan nyata
dalam kehidupan sehari-hari khususnya di lingkungan sekolah seperti shalat
dhuha setiap pagi, hafalan surah, tilawah Al-Qur’an dan shalat dzuhur
berjamaah. Berbagai kegiatan lainnya yang diadakan sekolah ini seperti
perayaan hari besar nasional dan perayaaan hari besar Islam. Penerapan
pendidikan karakter di sekolah ini dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan
kepada siswa, dan diintegrasikan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler
seperti yang harus diikuti siswa seperti pramuka, taekwondo, renang, sains
club, tahfiz, dai cilik, dan english club. 19
Berdasarkan hasil observasi diatas, maka penelitian ini mengkaji
tentang nilai-nilai pendidikan karakter dengan judul “Implementasi Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa Kota
Bengkulu”.
dalam penelitian ini yaitu:
23
1. Kurangnya peranan orang tua dalam pembentukan karakter peserta didik
karena kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi.
2. Pengaruh teknologi yang dapat mempengaruhi karakter anak.
3. Pengaruh pergaulan lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi karakter
anak.
4. Tingginya kecerdasan intelektual anak didik namun karakter anak didik
masih jauh dari tujuan pendidikan nasional.
5. Ipmlementasi nilai-nilai pendidikan karakter belum terlaksana dengan
maksimal
nilai pendidikan karakter.
C. Batasan Masalah
akan dibahas yaitu:
1. Proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang dilakukan guru di
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
2. Nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas di SDIT Al Aufa Kota Begkulu.
3. Kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
4. Solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa
Kota Bengkulu.
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang
dilakukan guru di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu?
2. Nilai-nilai karakter apa yang mejadi prioritas di SDIT Al Aufa Kota
Begkulu?
pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu?
4. Bagaimana solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa
Kota Bengkulu?
adalah untuk:
1. Untuk mengetahui proses implementasi nilai-nilai pendidikan yang
dilakukan guru di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas di SDIT Al
Aufa Kota Begkulu.
nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
4. Untuk mengetahui solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala
dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al
Aufa Kota Bengkulu.
yaitu:
penelitian ini diharapkan mampu memberikan wahana dan masukan
bagi perkembangan dan konsep pendidikan terutama pengetahuan
tentang implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa
Kota Bengkulu.
2. Manfaat Praktis
tentang implementasi nilai-nilai pendidikan karakter khusunya di SDIT
Al Aufa Kota Bengkulu dan dapat menjadi acuan bagi keluarga dn
masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada
anak.
b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai wacana untuk
memperdalam pemikiran dan pengetahuan, khusunya tentang
implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota
Bengkulu.
13
tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien
sehingga akan memiliki nilai. 20
Implementasi merupakan suatu tindakan pada suatu rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah
perencanaan sudah dianggap sempurna. Nurdin Usman berpendapat bahwa
implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme
suatu sistem. Implementasi bukan hanya sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan
yang terencana dan tersusun. 21
Menurut Prof Tachjan, implementasi merupakan suatu tindakan atau juga
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan setelah adanya kebijakan. Menurut
Solichin Abdul Wahab, implementasi merupakan segala tindakan yang
dilakukan, baik individu maupun kelompok didalam pemerintah atau juga
swasta, yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah atau sudah
ditentukan dalam kebijakan. Menurut Pressman dan Wildavsky implementasi
20
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10 21
2017), h. 16
Implementasi memiliki tujuan, adapun tujuan dari implementasi
diantaranya yaitu:
a. Untuk melaksanakan rencana yang telah atau sudah disusun dengan cermat,
baik itu oleh individu atau juga kelompok.
b. Untuk menguji serta juga mendokumentasikan suatu prosedur didalam
penerapan rencana tau juga kebijakan.
c. Untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak akan dicapai didalam
perencanaan atau juga atau sudah dirancang.
d. Untuk dapat mengetahui kemampuan masyarakat didalam menerapkan
suatu kebijakan atau juga rencana sesuai dengan yang diharap
e. Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau rencana
yang telah/sudah dirancang demi perbaikan atau peningkatan mutu.
2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Latin yaitu velere yang berarti berguna, mampu, berdaya, berlaku dan
kuat.nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai,
diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan. Nilai
22
Parta Ibeng, “Pengertian Implementasi” diakses pada 12 Juli 2020 dari
merupakan dasar acuan dan motivasi dalam bertingkah laku di kehidupan
sehari-hari. 23
berpusat pada sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang
sepatutnya, atau tidak sepatutnya daalam melakukan sesuatu, atau tentang
apa yang berharga dan yang tidak berharga untuk dicapai. Gordon Allfrot
seorang ahli psikologi kepribadian berpendapata bahwa nilai adalah
keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas pilihannya. 24
Nilai merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia yang patut
untuk dijalankan dan dipertahankan, sebagai makhluk ciptan Tuhan yang
mempunyai karakter kas daripada makhluk lain. Menurut Mulyana, nilai
adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Nilai merupakan
sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang.
Menurut Frankel nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan,
kebenaran dan efesiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk
dijalankan dan dipertahankan. 25
Menurut Milton Roceach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana
seseoranng harus bertindak atau menghindari tindakan, atau mengenai
sesuatu yang pantas atau tidak pantas untuk dilakukan, dimiliki dan
23
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Yogyakarta,” Skripsi S1 Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2013), h. 14 24
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h.31 25
Tri Sukitman, “Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran (Upaya Menciptakan
Sumber Daya Manusia yang Berkarakter),” JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 2 No 2
(Agustus 2016): h. 86-87
16
dipercayai. Ini berarti nilai itu merupakan sifat yang melekat pada sesuatu
yang berhubungan dengan subjek (manusia pemberi nilai). Selain itu,
Fraenkel mengartikan nilai itu adalah standar tingkah laku, keindahan,
keadilan, kebenaran, dan efisien yang mengikat manusia dan sudah
sepatutnya dijalankan dan dipertahankan. Sementara itu Sidi Gazalba
mengartikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai
bukan benda konkret (nyata), bukan fakta dan tidak hanya soal penghayatan
yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak
disenangi. 26
karakter, kita harus mengetahui apa itu karakter. Untuk mengetahui
pengertian karakter kita dapat lihat dari dua sisi, yakni kebahasaan dan
istilah, serta beberapa definisi dari beberapa ahli.
Menurut bahasa (etimologis), istilah karakter berasal dari bahasa
latin kharakter, kharassaein, dan kharax. Dalam bahasa Yunani character
dari kata charassein yang berarti membuat tajam dan membuat dalam.
Dalam bahasa Inggris, character dan dalam bahasa Indonesia lazim
digunakan dengan istilah karakter. 27
Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter
merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
26
PTAIN Cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), h. 16-17 27
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter-Konsep Dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,
2016), h. 1-2
seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan hati, jiwa, kepribadian,
budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, dan watak. 28
Adapun pengertian karakter menurut ahli telah banyak dikemukakan.
Diantaranya, Faisal Jalal menyebutkan bahwa karakter ialah nilai-nilai yang
khas-baik (tau nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,
dan berdampak baik terhadap lingkungan) terpatri dalam diri dan terlihat
dalam perilaku. Selain itu, Simon Philip menjelaskan, karakter adalah
kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandaskan
pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. 29
Menurut Ki Hajar
Dewantara, karakter atau watak berarti panduan segala tabiat manusia yang
bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan
orang yang satu dengan yang lainnya. 30
Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun
pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas (pewarisan)
maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain,
serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-
hari. 31
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini tidak bisa lepas dari
pendidikan karakter. Pemerintah sudah mencanangkan pendidikan karakter
di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA bahkan
28
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 2 30
Abdul Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah, Membangun Karakter Dan Kepribadian
Anak, (Bandung: CV Yrama Widya, 2015) h. 64 31
Muchlas Samani &. Hariyanto, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 43
18
diungkapkan oleh para pakar pendidikan.
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi yaitu sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak
dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Sedangkan menurut
Fakry Gaffar, pendidikan karakter adalah sebuah transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuh-kembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut,
ada tiga pemikiran penting, yaitu proses transformasi, ditumbuh-
kembangkan dalam kepribadian, dan menjadi salah satu dalam perilaku. 32
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah pendidikan
untuk membentuk kepribadian yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata
seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam
tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung
jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Aristoteles
berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap
dimanifestasikan dalam tingkah laku. 33
Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja
untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) yang
32
Novan Ardy Wiyani, Konsep, Praktik, &Strategi Membumikan Pendidikan Karakter DI
SD, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 26 33
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 23
19
baik bagi individu maupun masyarakat. 34
Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha kita secara sengaja dari
seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan
karakter dengan optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mendukung
perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh kompenen di
sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas
hubungan, penanganan mata pelajaran pelaksanaan aktifitas ko-kurikuler,
serta etos seluruh lingkungan sekolah. 35
Menurut Departemen Pendidikan Amerika Serikat, pendidikan
karakter didefinisikan sebagai proses belajar yang memungkinkan siswa dan
orang dewasa untuk memahami, peduli dan bertindak, pada nilai-nilai etika
inti, seperti rasa hormat, keadilan, kebajikan warga negara yang baik, dan
bertanggung jawab, pada diri sendiri dan orang lain. 36
c. Tujuan Pendidikan Karakter
karakter adalah:
1) Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji sejaan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
2) Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat tercela yang
dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
34
Zubaedi, Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), h.14 36
Barnawi & M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 23
20
sekitarnya sehingga tidak terjerumus kedalam perilaku yang menyimpang
baik secara individual maupun sosial.
4) Menanmkan jiwa kepemimpinan dan tanggu jawab peserta didik sebagai
penerus bangsa. 37
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila. 38
Menurut Said Hamid Hasan,dkk. pendidikan karakter secara perinci
memiliki lima tujuan diantaranya:
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius.
sebagai generasi penerus bangsa.
mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.
37
Zainal Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah, Membangun Karakter Dan Kepribadian
Anak,Cet. 1, (Bandung, CV Yrama Widya, 2012), h. 65 38
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 30
21
belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. 39
d. Fungsi Pendidikan Karakter
1) Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi.
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi
peserta didik agar berpikir baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju,
mandiri, dan sejahtera.
3) Fungsi penyaringan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa yang bermatabat.
Ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui pengukuhan pancasila
sebagai falsafah dan ideologi negara, pengukuhan nilai dan norman
konstitusional UUD 1945, penguatan komitmen kebangsaan Negara
39
Pendidikan, h 18
sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan penguatan keunggulan
dan daya saing bangsa untuk keberkelanjutan kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global. 40
Fungsi pendidikan karakter menurut Heri Gunawan dalam bukunya
yang berjudul Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi yaitu:
1) pengembangan potensi dasar agar berhati baik, berpikir baik dan
berprilaku baik.
dunia. 41
tama perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan karakter. Ada sebelas
prinsip pendidikan karakter, meliputi:
2) Karakter harus dipahami secara utuh mencakup pengetahuan atau
pemikiran, perasaan atau tindakan.
pembelajaran karakter dan tidak sekedar menunggu datangnya
kesempatan.
40
Pendidikan, h. 18-19 41
23
saling peduli.
tersedia bagi semua.
imtrinsik siswa yang mencakup nilai-nilai inti.
8) Sekolah perlu bekerja bersama dan mendialogkan norma mengenai
pendidikan karakter.
9) Guru dan siswa harus berbagi dalam kepemimpinan moral di sekolah.
10) Orang tua dan masyarakat harus menjadi rekan kerja dalam pendidikan
karakter di sekolah.
guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan
karakter. Kemendiknas memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk
mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:
1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
24
membangun karakter.
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku
yang baik.
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka,
dan membantu mereka untuk sukses.
7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama.
membangun inisiatif pendidikan karakter.
usaha membangun karakter.
didik. 43
Kemendikanas diatas, Dasyim Budimansyah berpendapat bahwa program
43
25
pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
(kontinitas). Hal ini berarti bahwa proses pengembangan nilai-nilai
karakter merupakan proses yang panjang, mulai sejak awal peserta
didiki masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada satuan
pendidikan.
satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan
mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan
kurikuler mata pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan
pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut. Nilai-nilai karakter
juga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik melalui
konseling maupun kegiatan ekstra kurikuler, seperti kepramukaan dan
lain sebagainya.
Kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang di dalamnya
mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan
(knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).
4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active
learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini
26
didik bukan hanya oleh guru. Sedangkan guru menerapkan sistem “Tut
Wuri Handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan oleh agama. 44
f. Strategi Pendidikan Karakter Di Sekolah
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah merupakan
suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
yang terimplementasi dalam pengembangan. Pengembangan atau
pembentukan karakter peserta didik diyakini perlu dan penting dilakukan
oleh sekolah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan
karakter di sekolah.
karakter dikembangkan melalui tiga tahap, yaitu: pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Seseorang yang memiliki
pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai
pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan
kebaikan tersebut. 45
serta koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan keseharian di
rumah dan di masyarakat. 46
44
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 36 45
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 193 46
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
pembalajaran dapat dilaksanakan dengan Mengintegrasikan keseluruh
mata pelajaran, yaitu pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa diintegrasikan kedalam setiap pokok bahasan dari setiap
mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut di cantumkan dalam silabus dan RPP
dan mengintegrasikan ke dalam kegiatan sehari-hari. 47
Pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran kegiatan
dalam rangka pengembangan karakter peserta didik dapat dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan konstektual sebagai konsep belajar dan
mengajar yang membantu guru dan peserta didik menghubungkan materi
yang dipelajari dengan kejadian nyata, harapannya siswa dapat mencari
dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
pendekatan itu, siswa lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak
hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah
hati, rasa dan karsa), serta psikomotor (olah raga).
Pembelajaran berbasis kontekstual mencakup beberapa strategi, yaitu:
a) pembelajaran berbasis masalah
47
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
pengembangan karakter siswa seperti, karakter cerdas, berpikir terbuka,
tanggung jawab dan rasa ingin tahu.
2) Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar.
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar
dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri yaitu kegiatan rutin,
kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Adapun hal-hal
tersebut adalah sebagai berikut :
saat. Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan siswa
secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Beberapa contoh
kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar
kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat
berjama’ah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran
dimulai dan diakhir pelajaran, serta mengucapkan salam apabila
bertemu guru. 48
kegiatan rutin di sekolah adalah: religius, disiplin, peduli lingkungan,
peduli sosial, kejujuran, dan cinta tanah air. 49
48
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 195 49
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan
untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c) Keteladanan.
contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan
dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang
baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain. Contoh
kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih, rapi,
ramah dan supel.
lingkungan fisik maupun non fisik dan terciptanya suasana
mendukung terlaksananya pendidikan karakter. kegiatan menata
lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan toilet yang bersih,
tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster
katakata bijak yang dipajang dilorong sekolah dan di dalam kelas.
Adapun pengkondisian lingkungan nonfisik misalnya mengelola
konflik antar guru supaya tidak menjurus kepada perpecahan atau
bahkan menghilangkan konflik tersebut.
kegiatan di luar kegiatan pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan
pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan
pendidikan karakter. namun demikian, tetap diperlukan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi kegiatan-
kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler tersebut agar dapat
melaksanakan pendidikan karakter kepada siswa.
4) Kegiatan Keseharian di Rumah Dan Masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter
yang ada di sekolah, rumah (keluarga), dan masyarakat merupakan
partner penting suksesnya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
Pelaksanaan pendidikan karakter sebaik apa pun, kalau tidak didukung
oleh lingkungan keluarga dan masyarakat akan sia-sia. Dalam kegiatan
ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter
yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan di
masyarakat. 50
terwujudnya suasana yang kondusif dan tujuan dalam pendidikan
karakter itu dapat terwujud dengan baik. Sekolah perlu
mengkomunikasikan segala kebijakan dan pembiasaan yang
50
31
sekolah dan menjadi tanggung jawab satu-satunya. Dengan kerjasama
yang baik antara ligkungan tersebut maka akan berpengaruh kepada
pertumbuhan dan perkembangan karakter peserta didik lebih terkontrol. 51
g. Langkah-langkah Pembentukan Karakter
suatu hasil. Langkah yang dimaksud disini adalah proses pembentukan
karakter pada peserta didik. adapun langkah-langkah pembentukan karakter
sebagai berikut:
1) Pengenalan
hal-hal yang baik pada lingkungan maupun keluarga. Contohnya, anak
diajarkan tentang kejujuran, tengang rasa, atau saling menghormati,
gotong royong, bertanggung jawab dan sebagainya.
2) Pemahaman
Memberikan pengarahan atau pengertian tentang perbuatan baik
yang sudah dikenalkan kepada peserta didik. tujuannya agar dia tahu dan
mau melakukan hal tersebut pada keluarga, masyarakat dan sekolah.
3) Keteladanan
lingkungan sekolah.
51
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
telah dikenalkan, kemudian dilakukan pembiasaan dengan cara
melakukan perbuatan baik tersebut secara berulang-ulang agar peserta
didik terbiasa melakukan hal-hal yang baik. 52
Berikut adalah langkah-langkah penerapan pendidikan karakter
untuk menjadi budaya sekolah:
disekolah. Karena tidak mungkin satu sekolah dapat menerapkan ke 18
karakter yang diterapkan oleh Kemendikbud.
2) Membangun pemahaman bahwa sekolah ingin membudayakan karakter
positif untuk seluruh warga sekolah dan ini membutuhkan sebuah proses.
3) Menyusun rencana menyeluruh untuk mengintensifkan pengembangan
dan pembelajaran mengenai karakter yanghendak dicapai atau
ditargetkan di sekolah.
4) Mengintegrasikan karakter yang sudah dipilih ke dalam pembelajaran di
seluruh kurikulum secaraterus-menerus.
metode yang jelas terhadap mata pelajaran yang dapat digunakan untuk
menanamkan karakter yang sudah disepakati sekolah.
6) Sosialisasi karakter yang disepakati kepada seluruh warga sekolah.
52
Pendidikan, h. 25
karakter yang disepakati.
9) Melakukan evaluasi terhadap program karakter.
10) Memberikan apresiasi bagi warga sekolah yang menunjukkan
perubahan ke arah karakter yang dibudayakan. 53
Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan tentang pengetahuan
kepada peserta didik saja, akan tetapi pendidikan karakter merupakan suatu
proses mengimplementasikan nilai-nilai positif kepada peserta didik untuk
memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter. Ada 18 nilai-nilai pendidikan
karakter yang telah diidentifkasi oleh pemerintah yang bersumber pada
agama, budaya, falsafah, negara, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
religius, jujur, toleransi, disipin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
gemar membaca, bersahabat/komunikatif, peduli ligkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab. 54
Tabel 2.1
No Nilai Deskripsi
dalam melaksanakan ajaran agama
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, (Jakarta:
Erlangga, 2012), h 10-11 54 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, h. 5-8
34
upaya menjadikan dirinya sebagai
dalam perkataan, tindakan, dan
menghargai perbedaan agam, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan
dari dirinya.
berbagai ketentuan dan peraturan.
sungguh-sungguh dalam mengatasi
untuk menghasilkan cara atau hasil
35
dimiliki.
mudah tergantung pada orang lain
dalam meyelesaikan tugas-tugas.
bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang
lain.
berupaya untuk mengetahui lebih
yang dipelajarinya, dilihat, dan
berwawasan yang menempatkan
atas kepentingan diri dan
berubuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan
mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang
14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan
yang menyebabkan orang lain
kehadiran dirinya.
untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi
berupaya mencegah kerusakan
37
ingin memberi bantuan kepada
membutuhkan.
untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri,
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentukan karakter bangsa,
namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya.
Dalam implementasi pendidikan karakter, jumlah dan jenis karakter yang
dipilih tentu akan berbeda antara suatu daerah dengan daerah lain atau satu
sekolah dengan sekolah lain. Hal ini tergantung pada kepentingan dan
kondisi satuan pendidikan masing-masing.
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, h. 5-8
38
Adapun hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini diantaranya
yaitu:
1. Muhammad Arfin, Tesis Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, tahun
2017 yang berjudul “Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada SD
Negeri Mannuruki Makassar”. Hasil penelitian disimpulkan bahwa: nilai-nilai
pendidikan karakter yang terintegrasi pada mata pelajaran yaitu nilai religius,
disiplin, tekun, rasa ingin tahu, peduli dan tanggung jawab. Implementasi nilai-
nilai pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler adalah melalui kegiatan
drumband, seni tari, olahraga, dan pengayaan dengan memberikan motivasi,
pemahaman, teladan, nasihat, sangsi, dan hadiah. Hasil implemetasi nilai-nilai
pendidikan karakter adalah kepribadian yang mantap, integritas moral yang
tinggi, dan akhlak yang mulia.
2. Fauzi Latifah, skripsi tahun 2017 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri
Yogyakarta dengan judul “Implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar
Nahdatul Ulama” hasil penelitian disimpulkan bahwa: nilai karakter yang
dikembangakan di SD Nahdlatul Ulama, Gampping, Sleman, Yogyakarta ada
13 yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab. Pendidikan karakter dapat di implementasikan
melalui proses pembelajaran, peraturan sekolah, ekstrakurikuler, dan kelas
sore. Kendala- kendala mengimplementasikan pendidikan karakter di SD
39
Nahdlatul Ulama adalah permainan digital, lingkungan di rumah yang tidak
bagus, beberapa guru kurang menguasai anak, pengaruh tontonan TV,
kurangnya memahami karakter siswa.
3. Rosalin Helga Amazo, skripsi tahun 2016 yang berjudul “ Implementasi
pendidikan karakter di sekolah dasar islam terpadu Hidayatullah Yogyakarta”.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa proses implementasi nilai-nilai karakter
dilakukan melalui pembiasaan dalam keseharian siswa. Nilai-nilai karakter
yang menjadi prioritas dekolah yaitu nilai religius, jujur, tekun, disiplin, dan
peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
C. Kerangka Berpikir
memahami, peduli, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai etika dasar dengan
demikian, objek dari pendidikan karakter adalah nilai. Nilai-nilai yang
ditanamkan dalam mata pelajaran dapat merubah siswa kearah yang lebih baik,
misalnya dalam penampilan/berpakaian,bertutur kata, disiplin dan berperilaku
baik. Sekolah merupakan tempat untuk mendapatkan pendidikan secara formal
yang memiliki peran dan tanggungjawab dalam menghasilkan generasi muda
berkarakter, bermoral dan bersikap baik. Generasi tersebut diharapkan dapat
memperbaiki kondisi bangsa saat ini. Salah satu solusi untuk melahirkan generasi
muda tersebut melalui penerapan nilai-nilai karakter di sekolah.
Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter tidak luput dari berbagai
kegiatan-kegiatan di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
membangun karakter siswa agar memiliki watak, sikap, perilaku dan
40
karakter, namun perlu diketahui lebih rinci mengenai pentingnya pendidikan
karakter di sekolah dasar. Hal ini diharapkan dapat menjadikan siswa berperilaku
baik terhadap guru, orangtua dan teman. Setelah mengetahui pentingnya
pendidikan karakter di sekolah dasar, diharapkan kepala sekolah, guru, tim serta
orangtua siswa bekerja sama dalam upaya membangun pendidikan karakter.
Terutama upaya yang dilakukan oleh guru kelas guna menerapkan pendidikan
karakter diusia dini dan lingkungan yang mendukung untuk menanamkan nilai
karakter kepada siswa dapat memberikan dampak positif terhadap siswa tersebut.
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Upaya yang dilaksanakan Sekolah
deskriptif kualitatif. Deskriptif berasal dari bahasa latin description yang
berarti goresan, bagan, sketsa, gambaran visual yang mencatat atau merekam
subjek penelitian. Menurut Sugiyono penelitian dekriptif adalah penelitian
yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, kejadian-
kejadian, secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu. 56
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di lapangan untuk
memperoleh data dan informasi secara langsung dengan mendatangi lokasi
yang diambil oleh peneliti yaitu Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa Kota
Bengkulu Tahun 2020, serta peneliti berupaya mengamati, menggambarkan,
menceritakan keseluruhan situasi sosial yang ada mulai dari tempat dan
implementasi pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan dari penelitian ini dilaksanakan di SDIT Al Aufa Kota
Bengkulu yang beralamat di Jl. Hibrida 13, RT 17/RW.04 Kel. Sumur
Dewa, Kec. Selebar, Kota Bengkulu.
56
h.221.
42
November 2020.
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
pihak pertama atau responden. Sumber data terdiri dari kepala sekolah,
Wakil kurikulum, Guru kelas IV dan kelas V, serta guru pembina
ekstrakurikuler.
responden. Data sekunder digunakan untuk memperoleh data tentang
sejarah berdirinya sekolah. Data ini peneliti peroleh dari staf tata usaha
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
D. Teknik Pengumpulan Data
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui tekhnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. 57
1. Observasi
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta
57
43
melalui pengamatan dan pengindraan. 58
Menurut Trianto, dalam
Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku
yang digambarkan akan terjadi. Peranan yang paling penting dalam
menggunakan metode observasi adalah pengamat. Pengamat harus jeli
dalam mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses. 59
2. Wawancara
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertayaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertayaan
itu. 60
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
sinkontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 61
Dalam wawancara terlebih dahulu perlu dipersiapkan pedoman
wawancara, sesuai dengan tujuan penelitian. Tanpa pedoman, wawancara
tidak akan terarah. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
diantaranya:
58
Trianto, Pengantar penelitian pendidikan bagi pengembangan profesi pendidikan tenaga
kependidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2011), h.177. 60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2007),
h.186. 61
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h.246.
44
a) Kepala sekolah SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
b) Wakil kurikulum SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
c) Guru kelas IV dan kelas V SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
d) Guru pembina ekstrakurikuler SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
3. Dokumentasi
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. 62
bersumber dari arsip dokumentasi di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
E. Teknik Keabsahan Data
menggunakan teknik triangulasi, tringulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dalam bukunya sugiyono
62
h.240.
45
tringualasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: triangualasi teknik dan
triangulasi sumber.
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
2. Triangulasi Sumber
berbeda-beda dengan teknik yang sama. 63
F. Teknik Analisis Data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban
yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa
belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertayaan lagi, sampai
tahap tertentu diperoleh data yang dianggap cukup.
Menurut Miles and Huberman dalam buku Sugiyono (2012),
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
63
327-328.
46
datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, data coclusion drawing/verification. 64
Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
1. Reduksi Data
perlu dicatat secara rinci dan teliti. Seperti telah dikemukakan semakin
lama peneliti dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, komplek
dan rumit.
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
mencari pengumpulan selanjutnya. Dalam pelaksanaan peneliti bisa
menggunakan media bantu elektronik dengan memberikan kode-kode pada
aspek tertentu. 65
2. Penyajian Data
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori dan sejenisnya, yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. 66
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h.246. 65
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h.247. 66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h.249.
kesimpulan dan verikasi. Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang valid
dan consistent saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan.
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada dilapangan. 67
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h.252-253.
1. Sejarah Singkat SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Aufa berdiri pada tahun
2011. Pada mulanya Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Aufa
berlokasi di Jalan Kapuas IV, Kelurahan Lingkar Barat Kecamatan Gading
Cempaka Kota Bengkulu. Pada saat itu Sekolah Dasar Islam Terpadu Al
Aufa kota Bengkulu baru didirikan dan berada di bawah yayasan Al Aufa
yang diketua oleh Dra. Alifah Wijayanti dan Andi Sujatmoko, M.Pd
sebagai kepala sekolahnya. Pada saat itu pula sekolah masih belum
memiliki bangunan, sehingga gedung sekolah masih menyatu dengan
SMPIT Khairunnas selama tiga tahun
Setelah itu SDIT Al Aufa Kota Bengkulu pindah dengan bangunan
milik sendiri di tempat saat ini yaitu beralamatkan di Jln. Hibrida 13 Rt.17
Rw. 04 Kel.Sumur Dewa Kec. Selebar Kota Bengkulu.
2. Profil Sekolah
SK Izin Operasional : 421.2/4254/IV.DIKNAS
SK Akereditasi : -
Luas Bangunan : 7 x 6 meter
Luas Tanah Bukan Milik : -
3. Visi, Misi dan Tujuan SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
a. Visi
50
b. Misi
2) Melaksanakan pembinaan tahsin dan tahfidzul Qur’an Secara
optimal.
4) Menerapkan pendidikan yang berkarakter.
5) Menerapkan pendidikan life skill secara optimal.
6) Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan.
c. Tujuan
dengan biaya terjangkau
pengetahuan, mandiri dan terampil
4. Struktur Organisasi
struktur organisasi yang dapat dilihat sebagai berikut:
51
52
Tabel 4.1
Tahun Pelajaran 2020/2021
2 Endang Isturina, S.Pd.I Guru Bahasa Arab
3 Yusmareni, A.Md Bendahara
6 Yogie Sunawarman, S.Si Tata Usaha
7 Sihardin, S.P Guru Tahsin & tahfidz Quran
8 Eka Mahrani Putri, S.Pd Guru Tahsin & tahfidz Quran
9 Anton Putra Guru Tahsin & tahfidz Quran
10 Victoria Roberto, S.Pd Waka Sapras, Guru PJOK
11 Ilmi Nazarrotin, S.Pd Guru Kelas
12 Musriyati, S.Pd.SD Guru Kelas
13 Mega Asmara, A.Ma Guru Kelas
14 Sri Susanti, M.Pd Guru PAI
15 Wiwit Dwi Seplin, S.Pd Guru Kelas
16 Marlia Anggraini, S.Pd Guru Kelas
17 Ririn Rozzaqiyah, S.T Operator
18 Okteriani, S.Pd Guru Kelas
53
20 Ayu Wandira, S.E Guru Tahsin & tahfidz Quran
21 Aguslim Pahrevi, S.Pd.I Guru Tahsin & tahfidz Quran
22 Inggalis Ratnawati, S.Pd Guru Kelas
23 Sherli Utami, S.Pd Guru Tahsin & tahfidz Quran
24 Triyono Komawan, S.Kel Guru Tahsin &Tahfidz Quran
25 Suci Ayu Permata Sari, S.Pd Guru Tematik
26 Novi Zepri, S.Sos.I Guru Tahsin &Tahfidz Quran
Sumber Data: Dokumen SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
6. Sarana dan Prasarana
No Nama Jumlah Keterangan
2 Meja Belajar 181 Milik Sendiri
3 Komputer 4 Milik Sendiri
4 Laptop 4 Milik Sendiri
5 Wireless 1 Milik Sendiri
6 Printer 4 Milik Sendiri
7 Kipas Angin 24 Milik Sendiri
8 Infocus 2 Milik Sendiri
9 Meja ½ Biro 5 Milik Sendiri
54
13 Ruang Kelas 8 Milik Sendiri (Semi Permanen)
14 Ruang Guru 1 Milik Sendiri (Semi Permanen)
15 Ruang Perpustakaan 1 Milik Sendiri (Semi Permanen)
16 WC/Kamar Mandi 5 Milik Sendiri (Semi Permanen)
17 Dapur 1 Milik Sendiri (Semi Permanen)
Sumber Data: Dokumen SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
7. Data Siswa
Siswa SDIT Al Aufa Kota Bengkulu berjumlah 184 orang. Laki-
laki berjumlah 114 dan perempuan berjumalah 70 orang. Lebih lengkapnya
lihat tabel berikut ini:
No Kelas Laki-laki perempuan Jumlah
1 Kelas IA 9 10 19 Siswa
2 Kelas IB 10 8 18 Siswa
3 Kelas IIA 16 5 21 Siswa
4 Kelas IIB 13 8 21 Siswa
5 Kelas III 14 13 27 Siswa
6 Kelas IVA 13 8 21 Siswa
7 Kelas IVB 8 8 16 Siswa
55
Jumlah 114 70 184 Siswa
Sumber Data: Dokumen SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
B. Hasil Penelitian
mendeskripsikan proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter, nilai-
nilai pendidikan karakter yang menjadi prioritas, kendala dan solusi yang
diupayakan dalam pengimplentasian nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT
Al Aufa Kota Bengkulu. Peneliti telah melakukan wawancara dengan Kepala
Sekolah, Wakil Kurikulum, Guru Kelas IV A, Wali Kelas IV B, Wali Kelas
V, Guru Tahsin, Guru ekstrakurikuler Sains Club di SDIT Al Aufa Kota
Bengkulu. Hasil penelitian tersebut sebagai berikut:
1. Proses Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter di SDIT Al Aufa
Kota Bengkulu
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada
proses kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat
kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan ekstrakurikuler, serta
koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan keseharian di rumah
dan di masyarakat. 68
strategi pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al
68
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
budaya sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan koordinasi dengan
keluarga. Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Widya Puspitasari,
S.Pd.I, selaku kepala sekolah beliau mengatakan:
“Dalam pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter di
sekolah dilakukan melalui kegiatan pembelajaran, dimana dalam
pembelajaran itu guru dituntut tidak hanya memberikan materi pelajaran
saja tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Terus
kita juga ada kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, taekwondo,
memanah, renang, tahfiz, dai cilik, sains club dan english club. Disini
setiap kegiatan ekskul selain mengembangkan lifeskill anak tentunya juga
ada pengembangan karakter anak itu sendiri. Lalu ada juga namanya
kegiatan pagi, seperti shalat dhuha bersama, murojaah hafalan surah dan
hadits, shalat Dzuhur berjamaah. Dan juga tentunya pihak sekolah harus
bekerja sama dengan orang tua atau wali murid siswa melalui yang
namanya WA. Baik WA group maupun WA pribadi. Melalui itulah kita
membangun komunikasi dengan wali murid siswa.” 69
Hal yang sama disampaikan oleh wakil kurikulum bapak
Ardiansyah, S.Pd beliau mengatakan:
“Kita kan menggunakan kurikulum nasional dan kurikulum sekolah
juga, kurikulum nasional itu yang kurikulum 2013. Kita ada yang namanya
PPK, pendidikan penguatan karakter. Jadi disini kita punya program baik
itu berskala kelas maupun berskala sekolah. Setiap pagi siswa melakukan
kegiatan pagi seperti shalat dhuha, murojaah hafalan surah dan hadits,
tilawah Al-Qur’an dzikir Al-Ma’tsurat untuk kelas 4, 5, dan 6 sampai jam
08.05 masuk kegiatan belajar mengajar, lalu shalat dzuhur berjama’ah.
setiap jumat kelas itu membaca surah Al-Waqiah dan Surah Al-Mulk. Lalu
ada juga kegiatan ekstrakurikuler. Ada pramuka, taekwondo, memanah,
sains club dan english club, memanah, tahfiz, dai, dan renang. Lalu dengan
orang tua siswa kita biasanya berkomunikasi melalui WA, baik Wa Group
maupun secara personil untuk kegiatan siswa dirumah.” 70
Hal yang sama juga disampikan oleh ibu Okteriani, S.Pd selaku wali
kelas IV B, beliau mengatakan:
69
Wawancara Pribadi Dengan Ibu Widya Puspitasari, Bengkulu, 26 Oktober 2020 70
Wawancara Pribadi dengan Ardiansyah, Bengkulu, Bengkulu, 27 Oktober 2020
57
kepada siswa, tetapi siswa juga mengembangkan nilai-nilai karakter
kepada siswa. Bisa kegiatan pagi seperti shalat dhuha, murojaah hafalan
surah dan hadits, berdoa sebelum belajar, shalat dzuhur berjamaah. Terus
juga kita sebagai guru juga memberikan contoh teladan yang baik,
bagaimana sikap berbicara kepada siswa, bagaimana menanggapi dan
menghormati pendapat anak ketika bertanya maupun memberikan
pendapat. Terus juga saat belajar itu kita gunakan metode-metode yang
tepat agar tujuan pembelajaran tercapai dan karakter yang hendak
dikembangkan itu terwujud dan tercapai.” 71
Selanjutnya menurut bapak Triyono Komawan, S.Kel selaku guru
Tahsin, beliau mengatakan:
kepada siswa tentunya dilakukan selama kegiatan pembelajaran tahsin.
Ada yang dilakukan melalui pemberian tugas hafalan, ada juga
memberikan motivasi dan contoh yang baik kepada siswa, biasanya
sebelum masuk kelas itu saya mengucapkan salam, lalu mengajak siswa
untuk berdoa atau membaca basmallah maupun hamdallah sebelum dan
sesudah belajar, jika waktu shalat telah masuk tidak lupa mengingatkan
siswa untuk segera berwudhu dan shalat.” 72
Selanjutnya menurut ibu Ayu Wandira, S.E selaku gulu kelas IV A,
beliau mengatakan:
doa setelah dhuha, terus murojaah hafalan surah maupun hadits, terus
sebulum belajar siswa itu berdoa terlebih dahulu. Barulah kegiatan
pembelajaran dilakukan. Didalam setiap kegiatan pembelajaran ini tentu
saja ada karakter siswa yang harus dikembangkan. Kadang kita juga
mengumpulkan uang kepada siswa seikhlasnya jika ada teman yang sakit,
atau ada anggota sekolah kita yang mengalami musibah. Terus kita sebagai
guru juga memberikan contoh teladan kepada siswa, seperti mengucapkan
salam sebelum masuk kelas agar siswa nantinya juga terbiasa demikian,
lalu juga melakukan pembiasaan-pembiasaan kepada siswa seperti
kegiatan pagi tadi, berdoa sebelum belajar, makan dan minum sambil
duduk. Terus juga kita tempel di dinding-dinding kelas kata-kata yang
berhubungan dengan nilai karakter itu sendiri” 73
71
Wawancara Pribadi dengan Okteriani, Bengkulu, Bengkulu, 10 November 2020 72
Wawancara Pribadi dengan Triyono Kusnawan, Bengkulu, 11November 2020 73
Wawancara Pribadi dengan Ayu Wandira, Bengkulu, 12 November 2020
58
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku wali kelas V,
beliau mengatakan:
kegiatan pagi yang dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung, shalat
dhuha, murojaah hafalan, dzikir, dsb. Bisa juga pengimplementasian nilai
karakter ini ketika pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran ini kita
telah membuat RPP, dimana disana ada materi pelajaran, metode yang
digunakan maupun tujuan pembelajaran. Melalui kegiatan-kegiatan itulah
pelaksanaan nilai-nilai karakter itu dilakukan. Lalu tentu juga kita sebagai
guru juga harus memberikan contoh teladan kepada siswa, baik melalui
perkataan maupun perbuatan sendiri. Seperti mengucapkan terimakasih
jika ada siswa yang membantu misalnya menghapus papan tulis, menulis
di papan tulis, dan sebagainya. Lalu juga memberikan motivasi kepada
siswa juga. Lalu kita juga memiliki aturan kelas, seperti piket masuk kelas
tepat waktu. Dan juga disesuaikan dengan kondisi siswa, seperti
pemberian hukuman tentu saja berupa hukuman yang dapat membentuk
karakter siswa agar lebih baik lagi. Dan juga untuk kegiatan siswa dirumah
kita lakukan melalui wa, baik wa group atau wa pribadi dengan orang tua.
Melalui wa itulah kita berkomunikasi dan mengkoordinasikan kepada
orang tua mengenai tugas maupun hal-hal yang dirasa perlu.” 74
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku guru
ekstrakurikuler Sains Club, beliau mengatakan:
“Selama pandemi ini kita tidak ada melaksanakan ekstrakurikuler,
namun apabila kita mengacu kepada sebelum pandemi ini dimana
pembelajaran berlangsung secara normal, untuk pengimplementasi nilai
pendidikan karakter ini tentu ada. Pelaksanaannya itu dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sains club seperti pemberian latihan
yang akan membentuk karakter pantang menyerah bagi siswa, pemberian
PR juga, terus kita juga membagi kelompok-kelompok kecil sesuai dengan
kemampuan siswa, karena kan kemampuan mereka berbeda-beda terlebih
mereka dari kelas 4,5 dan 6 digabung, jadi dibentuk lagi kelompok
kecilnya.” 75
implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dilakukan melalui pada
proses kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat
74
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini, Bengkulu, 13 November 2020 75
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini, Bengkulu, 13 November 2020
59
kegiatan belajar seperti kegiatan rutin berupa kegiatan pagi, shalat dhuha,
murojaah hafalan surah dan hadits, berdoa sebelum belajar, shalat dzuhur
berjamaah, memberikan keteladan baik berupa perkataan maupun
perbuatan, kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan ekstrakurikuler berupa
pramuka, taekwondo, memanah, renang, tahfiz, dai cilik, sains club dan
english club, serta koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan
keseharian di rumah melalui whatsapp
2. Nilai Karakter Yang Menjadi Prioritas Di SDIT Al Aufa Kota
Bengkulu
nilai-nilai positif kepada peserta didik untuk memperkuat pelaksanaan
pendidikan karakter. Ada 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang telah
diidentifkasi oleh pemerintah yang bersumber pada agama, budaya,
falsafah, negara, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: religius, jujur,
toleransi, disipin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, gemar
membaca, bersahabat/komunikatif, peduli ligkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab. 76
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentukan karakter
bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas
pengembangannya. Dalam implementasi pendidikan karakter, jumlah dan
jenis karakter yang dipilih tentu akan berbeda antara satu sekolah dengan
76
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, h. 5-8
60
Puspitasari, S.Pd.I, selaku kepala sekolah, beliau mengatakan:
“Kita basicnya kan IT tentunya saja nilai karakter yang menjadi
prioritas itu nilai religius ya, melalui kegiatan-kegiatan tadi, seperti
kegiatan pagi, shalat dhuha dan sebagainya tadi. Namun selain itu ada juga
disiplin, bertanggung jawab, mandiri, jujur, rasa ingin tahu siswa,
nasionalismenya juga.” 77
Ardiyansyah, S.Pd beliau mengatakan:
ingin tahu, mandiri, kreatif, saling menghargai baik sesama siswa keguru
maupun siswa ke siswa” 78
Selanjutnya menurut ibu Okteriani, S.Pd selaku wali kelas IV B,
beliau mengatakan:
diingatkan lagi karena mereka kan sudah kelas atas, kemudian jujur,
religius, bertanggung jawab atas tugas mereka baik tugas sekolah, tugas
rumah, maupun piket, pantang menyerah seperti jika ada tugas yang sulit
siswa itu bertanya kepada saya, atau kalo dirumah mereka minta tolong
kepada orang tua atau kakaknya” 79
Selanjutnya menurut bapak Triyono Komawan, S.Kel selaku guru
Tahsin, beliau mengatakan:
Quran, hafalan dan sebagainya. Namun diluar itu ada juga bertanggung
jawab, seperti saat kita beri tugas hafalan dan saat waktu setoran hafalan
itu mereka hafal tidak disana akan terlihat bagaimana anak bertanggung
jawab atau tidak dengan tugas yang diberika, lalu ada juga disiplin, gemar
membaca dan juga mandiri.” 80
77
Wawancara Pribadi dengan Ardiansyah 79
Wawancara Pribadi dengan Okteriani 80
Wawancara Pribadi dengan Triyono Komawan
61
Selanjutnya menurut ibu Ayu Wandira, S.E selaku gulu kelas IV A,
beliau mengatakan:
kita terapkan juga nasionalismenya, tanggung jawab, displin,
kejujurannya, mandiri, rasa ingin tahu juga seperti saat belajar siswa kan
ada yang bertanya tentang materi pelajaran.” 81
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku wali kelas V,
beliau mengatakan:
“Kalo nilai-nilai pendidikan karakter alhamdulillah yang sudah
pertama itu nilai religius nya, lalu juga disiplin, bertanggung jawab seperti
pr yang mereka kerjakan, tugas yang diberikan disekolah juga mereka
kerjakan, kemudian sopan santun baik sesama teman maupun kepada
guru.” 82
ekstrakurikuler sains club, beliau mengatakan:
“Disains club yang pertama karakter kerja keras dan teliti karena
disains club SD ini lebih kematematika dan ipa, matematika dalam ekskul
ini tentunya lebih sulit dibandingkan pembelajaran di kelas. Karena kalo
mereka tidak teliti dan tidak mau bekerja keras maka latihan yang kita
berikan tidak akan dapat diselesaikan dan tentunya mereka tidak akan
betah dan bertahan di sains club ini. Lalu secara tidak langsung ada juga
kejujuran dan mandiri. Saat mengerjakan soal latihan ini tentu dilakukan
oleh masing-masing siswa tanpa boleh mencontek maupun memberikan
contekan kepada temannya. Dan juga rasa ingin tahu, dimana saat kegiatan
ekskul kita tidak hanya memberikan materi kepada siswa saja, tetapi siswa
juga akan bertanya jika ada hal yang belum dipahami atau belum
dimengerti, atau terkadang diluar mereka ada mengetahui tentang suatu hal
yang berkaitan dengan sains ini, jadi mereka akan bertanya.” 83
Dari pernyataan wawancara di atas, bisa disimpulkan bahwa nilai
karakter yang menjadi prioritas SDIT Al Aufa Kota Bengkulu yaitu: nilai
81
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini
62
religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, dan tanggung
jawab.
Nilai Penidikan Karakter Di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
Dalam pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter di
sekolah dasar tentunya memiliki kendala-kendala tertetu, begitupun
dengan SDIT Al Aufa kota bengkulu yang memiliki berbagai kendala
dalam pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter. Sebagaimana
yang disampaikan oleh ibu Widya Puspitasari, S.Pd.I, selaku kepala
sekolah beliau mengatakan:
“Kalo kendala yang dihadapi pertama dari siswa itu sendiri, karena
siswa ini berbeda-beda, ada siswa yang lambat menerima apa yang kita
ajarkan terkhusus dalam pendidikan karakter ini, jika mereka salah lalu
kita arahkan agar diperbaiki tapi anak ini terkadang merasa tidak bersalah,
membenar sikap mereka yang salah tadi. Lalu juga dari orang tua, karena
kesibukan orang tua menyebabkan perhatian terhadap karakter di rumah
menjadi kurang diperhatikan. Lalu sarana dan prasana yang masih
terbatas.” 84
Ardiansyah, S.Pd beliau mengatakan:
orang tua yang menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah. Jadi orang tua
berprinsip kita serahkan ke IT kita bayar lebih jadi anak kami serahkan
sepenuhnya ke sekolah untuk didik. padahal madrasah pertama anak ada di
rumah. Orang tua rata-rata karir semua dan sibuk sehingga ada anak yang
tidak terkondisikan dengan baik di rumahnya. Kedua dari segi siswa,
kurangnya motivasi siswa, jadi kita sebagai guru butuh kesabaran dalam
memberikan motivasi kepada siswa agar karakter siswa terbentuk sesuai
dengan keinginan kita.” 85
Wawancara Pribadi dengan Ardiansyah
Selanjutnya menurut ibu Okteriani, S.Pd selaku wali kelas IV B,
beliau mengatakan:
perbuatan yang dilakukan ataupun diucapkannya itu tidak baik. Hal itu
terkadang terjadi karena lingkungan luar sekolahnya, baik itu teman
bermain maupun tayangan yang ditontonya dirumah, terkadang ada juga
orang tua yang kurang memprdulikan bagaimana karakter anak ini.
Mereka menyerahkan sepenuhnya kepada guru sekolah dan percaya bahwa
anaknya itu sudah baik. Lalu tayangan yang kurang mendidik baik tv
maupun youtube, kata-kata yang kasar itu mereka ucapkan kepada
temannya. Adegan yang menurut mereka keren padahal tidak baik mereka
praktikkan kepada temannya.” 86
Tahsin, beliau mengatakan:
yang diberikan seperti tugas hafalan tadi, sehingga saat setoran hafalan
mereka tidak setoran dan hafalannya jadi tertinggal dari temannya.
Alasannya karena lupa dan sebaginya.” 87
Selanjutnya menurut Ayu Wandira, S.E selaku gulu kelas IV A,
beliau mengatakan:
“Masih ada anak yang berperilaku nyeleneh, seperti penerapan nilai
religius tadi, ada anak yang masih harus diingatkan untuk shalat, untuk
murojaah hafalan, shalatnya masih dianggap main-main, terkadang ada
juga anak yang bersikap maupun berbicara kurang sopan, ada juga
terkadang anak ini tidak mengerjakan pr yang diberikan dengan alasan
lupa. Lalu kadang kurangnya pengawasan dari orang tua di rumah juga
ada. Apalagi pandemi sekarang kan belajarnya lebih banyak dilakukan di
rumah. Jadi waktu kita mengawasi dan mendidik anak di sekolah lebih
minim dari biasanya dan butuh kerja sama dengan orang tua siswa.
Terkadang juga sikap dan perkataan anak itu juga mereka dapatkan dari
temannya diluar sekolah atau tayangan yang ditonton lalu di tirulah hal
tersebut tanpa tahu baik atau tidak hal tersebut.” 88
86
Wawancara Pribadi dengan Triyono Kusnawan 88
Wawancara Pribadi dengan Ayu Wandira
64
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku wali kelas V,
beliau mengatakan:
rumahnya. Terkadang ada orang tua yang kurang welcome dengan kami,
mereka menganggap perilaku anaknya ya memang sudah begitu. Jadi itu
merupakan hambatan bagi kami di sekolah dalam mengembangkan
karakter siswa. Padahal kita perlu kerjasama dengan orang tua. Pernah ada
anak itu bertanya lalu kita jawab kita arahkan, lalu anak itu
mematahkannya dengan mengemukakan pendapat dari orang tuanya
sehingga menimbulkan ambigu, anak ada mosi tidak percaya dengan guru
atau dengan orang tua. Lalu karena game atau tayangan yang ditonton
anak ditiru oleh mereka tanpa mereka ketahui artinya baik atau tidak.” 89
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku guru
ekstrakurikuler Sains Club, beliau mengatakan:
“Kendalanya itu lebih kemateri pembelajaran, karena materi
pembelajarannya lebih sulit daripada pembelajaran di kelas, jadi siswa di
tuntut untuk lebih giat lagi, padahal ananda memiliki batas tersendiri
sehingga terkadang ananda ada yang merasa jenuh.” 90
Dari pernyataan wawancara di atas, bisa disimpulkan bahwa kendala
yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter yaitu siswa yang karakternya telah terbentuk dari
sebelum sekolah sulit untuk diubahnya karena siswa tersebut sudah
terbiasa seperti itu. Kurangnya peranan orang tua dalam membimbing anak
di rumah dikarenakan kesibukan orang tua dalam bekerja, pemikiran orang
tua yang memaklumi perilaku anak apabila kurang baik. Lalu tayangan
yang ditonton oleh siswa baik perkataan maupun perbuatan yang kurang
baik ditiru oleh siswa. Serta sarana dan prasarana yang masih terbatas.
89
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini
65
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al
Aufa
Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Widya Puspitasari, S.Pd.I, selaku
kepala sekolah beliau mengatakan:
komunikasi dengan orang tua. Apabila ada siswa yang bermasalah
biasanya kita panggil secara pribadi lalu kita bicarakan dengan oran
tuanya. Dan berusaha untuk memenuhi faasilitas sekolah.” 91
Hal yang sama disampaikan oleh wakil kurikulum bapak
Ardiansyah, S.Pd beliau mengatakan:
jika melakukan pelanggaran sekolah. Lalu dengan orang tua kita selalu
membangun komunikasi melalui wa baik wa group maupun wa pribadi.
lalau ada juga pemanggilan orang tua baik secara pribadi maupun secara
resmi melalui surat dan membicarakan masalah yang di hadapi bersama.
Namun sejauh ini hanya sampai batas pemanggilan orang tua oleh wali
murid secara pribadi. Lalu kita juga membentuk komite kelas yang
menjadi wadah untuk bersosialisasi, berkomunikasi membangun kerja
sama wali murid dengan sekolah.” 92
Selanjutnya menurut ibu Okteriani, S.Pd selaku wali kelas IV B,
beliau mengatakan:
juga bisa memberikan sangsi kepada siswa jika belum ada perubahan
seperti berucap kotor, maka siswa di berikan hukuman berupa
91
Wawancara Pribadi dengan Ardiansyah
mengucapkan istighfar, kalo belum ada perubahan kita suruh tilawah saat
jam istirahat. Kalo memang tidak ada perubahan kita bicarakan dengan
orang tua siswa secara pribadi. Lalu kita juga membangun komunikasi
dengan orang tua siswa melalui wa. Ada wa group ada wa pribadii, jika
masalah personil siswa kita wa pribadi dengan orang tua atau kadang saat
siswa itu di jemput kita minta waktu orang tua untuk membicarakan
masalah siswa tadi secara pribadi.” 93
Selanjutnya menurut bapak Triyono Komawan, S.Kel selaku guru
Tahsin, beliau mengatakan:
“Mengingatkan siswa, memberikan teguran, melakukan komunikasi
dengan orang tua melalui group wa karena kita punya wa group masing-
masing kelas.” 94
Selanjutnya menurut ibu Ayu Wandira, S.E selaku gulu kelas IV A,
beliau mengatakan:
“Kita tegur langsung, lalu juga bahas bersama-sama dengan siswa di
kelas mana yang baik mana yang tidak baik, karena kadang siswa ini
karena berbagai faktor tadi tidak sadar bahwa apa yang dilakukan ataupun
yang diucapkan itu kurang baik, jadi kita berikan arahan dan motivasi agar
siswa tidak lagi seperti itu. Lalu untuk orang tua kita membangun
komunikasi lewat wa group disana kita ingatkan orang tua juga kalo ada
tugas yang harus dikerjakan di rumah.” 95
Selanjutnya menurut Marlia Anggraini, S.Pd selaku wali kelas V,
beliau mengatakan:
lalu memberikan arahan dan motivasi kepada siswa jika belum ada
perubahan biasanya kita berikan hukuman berupa hafalan atau berupa
tambahan tugas jika tidak mengerjakan pr. Lalu dengan orang tua kita
membangun komunikasi biasanya melalui wa group disana kita
informasikan kepada orang tua mengenai hal-hal penting, baik tugas atau
hal lainnya. Dan juga berkomunikasi melalui wa secara personil dengan
orang tua siswa. Lalu juga terkadang kita ketemu langsung dengan orang
tua siswa untuk membicarakan masalah yang di hadapi oleh siswa yang
bersangkutan dan mencari solusi bersama.” 96
93
Wawancara Pribadi dengan Triyono Kusnawan 95
Wawancara Pribadi dengan A