implementasi kegiatan boarding school dalam...

155
IMPLEMENTASI KEGIATAN BOARDING SCHOOL DALAM PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL DAN KEBERAGAMAAN PESERTA DIDIK MAN 2 BOYOLALI, KABUPATEN BOYOLALI, TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Diah Ayu Umi Khalifatun NIM. 23010160275 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2020

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • IMPLEMENTASI KEGIATAN BOARDING SCHOOL

    DALAM PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL DAN KEBERAGAMAAN

    PESERTA DIDIK MAN 2 BOYOLALI, KABUPATEN BOYOLALI,

    TAHUN PELAJARAN 2019/2020

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh

    Diah Ayu Umi Khalifatun

    NIM. 23010160275

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2020

  • ii

  • iii

    IMPLEMENTASI KEGIATAN BOARDING SCHOOL

    DALAM PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL DAN KEBERAGAMAAN

    PESERTA DIDIK MAN 2 BOYOLALI, KABUPATEN BOYOLALI,

    TAHUN PELAJARAN 2019/2020

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh

    Diah Ayu Umi Khlaifatun

    NIM. 23010160275

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2020

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    MOTTO

    َخْيرُُكم َمنر تَ َعلََّم ارلُقررَاَن َوَعلََّمهُ “Sebaik-baik orang diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an

    kemudian mengajarkannya kepada orng lain” (HR .Bukhori)

    Dream it, Plant it, Work it

    Make it happen

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi

    ini penulis persembahkan untuk:

    1. Ayah, Ibu serta Adik penulis Bapak Sunaji, Ibu Jumiyati, serta Adek Dinda

    yang selalu memberikan dukungan serta doa dalam penyusunan skripsi.

    Terimakasih atas kasih sayang yang berlimpah dari mulai saya lahir, hingga

    sebesar ini. Semoga doa dan keselamatan selalu menyertaimu.

    2. Untuk abah bapak KH Nurochim. AH, pengasuh PPTQ (Pondok Pesantren

    Tahfidzul Qur’an), yang telah memberi dukungan penulis dalam penyusunan

    skripsi.

    3. Untuk Keluarga besar Mbah Mitro Kalimin, dan semua keluarga besar di Pati,

    yang selalu mendukung dan menyemangati penulis.

    4. Untuk teman, sahabat, sudah seperti keluarga sendiri, Mas Ahmad Nawawi

    yang sudah mendukung, memberi semangat, dan selalu menjadi teman cerita

    selama penulis mengerjakan skripsi, dari awal sampai selesainya skripsi ini.

    5. Untuk teman-teman PPTQ (kang Fuad, kang Ahmad, kang Bangkit, kang

    Muza dan semua santri PPTQ), dan seluruh keluarga besar PPTQ, yang sudah

    memberi dukungan dan mendoakan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi

    ini.

    6. Untuk semua dewan asatidz dan santri asrama MAN 2 Boyolali, yang sudah

    meluangkan waktunya untuk penulis melakukan penelitian di asrama.

  • ix

    7. Untuk seluruh pengurus JQH Al-Furqan IAIN Salatiga (mas Lutni, kang Seha

    mbak Choirunnisa, mbak Munif, Yasinta,mb Nana, mb Ita), dan keluarga besar

    JQH Al-Furqan IAIN Salatiga, yang sudah mendoakan selama penyusunan

    skripsi

    8. Untuk teman-teman guru di MI Pinggir, Karanggede, dan seluruh keluarga

    besar MI Pinggir, yang sudah mendoakan dan memberi dukungan, nasehat

    bagi penulis.

    9. Untuk teman-teman seperjuangan PAI terkhusus teman dekat Dina Mutma,

    dan teman PAI “H”, yang selalu memberi semangat kepada penulis, dan teman-

    teman seperjuangan PAI angkatan 2016 yang sangat semangat dan pantang

    menyerah.

    10. Untuk teman-teman PPL di MAN 1 Kabupaten Semarang, teman

    seperjuangan ketika menimba ilmu di sekolah yang telah memberi doa dan

    dukungan penulis.

    11. Untuk teman-teman KKN di Desa Kembaran, teman seperti keluarga dengan

    45 hari tinggal satu atap, semangat selalu. Tak akan kulupakan kalian sampai

    nanti.

    12. Untuk pembaca yang budiman.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

    Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt. Atas segala

    limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Saw,

    keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.

    Skripsi ini dibuat guna untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar

    sarjana dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negri

    (IAIN) Salatiga. Rasa hormat penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

    membimbing dan membantu dalam pembuatan skripsi ini. Terimakasih sebesar-

    besarnya kepada:

    1. Bapak Prof Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag., selaku Rektor IAIN

    Salatiga.

    2. Bapak Prof Dr. H. Mansur, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

    Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

    3. Ibu Siti Asdiqoh, M, Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

    4. Bapak Abdul Syukur, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

    5. Bapak Muhamad Rozikan, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang

    telah mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam membimbing penulis

    untuk menyelesaikan skripsi ini.

  • xi

    Semoga Allah Swt, membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan

    kepada penulis.

    Dengan adanya skripsi ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca,

    khususnya adik-adikku IAIN Salatiga. Penulis meminta maaf apabila dalam

    penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.

    Salatiga, 23 Maret 2020

    Penulis,

    Diah Ayu Umi Khalifatun

    NIM: 23010160275

  • xii

    ABSTRAK

    Khalifatun,Diah Ayu Umi. 2020. Implementasi Kegiatan Boarding School dalam

    Pengembangan Sikap Sosial dan Keberagamaan Peserta Didik MAN 2

    Boyolali, Kabupaten Boyolali, Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi.

    Program studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

    Pembimbing: Muhamad Rozikan, M.Pd.

    Kata kunci: Boarding School, Sikap Sosial, Sikap Keberagamaan

    Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

    system pembelajaran boarding school MAN 2 Boyolali, pelaksanaan

    pengembangan sikap sosial peserta didik boarding school MAN 2 Boyolali, serta

    pengembangan sikap keberagamaan peserta didik boarding shool MAN 2

    Boyolali.

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan

    menggunakan pendekatan kualitatif. Observasi, wawancara, dan dokumentasi

    merupakan metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam

    analisis peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif yang meliputi reduksi

    data, display data, serta penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data

    dilakukan dengan teknik triangulasi sumber.

    Hasil penelitian ini memaparkan mengenai sistem pembelajaran boarding

    school MAN 2 Boyolali yang sama seperti sistem pembelajaran di pesantren.

    Pelaksanaan pengembangan sikap sosial peserta didik diantaranya aspek tenggang

    rasa, aspek kerjasama serta aspek solidaritas yang dilakukan melalui beberapa

    program di asrama diantaranya dengan jadwal harian, seperti masak, bersih-

    berish, sampai pada takzir yang diterapkan di asrama. Selain itu juga dengan

    adanya sebuah kepengurusan di asrama, yang mana hal tersebut dapat dapat

    melatih menghargai terhadap sesama, memupuk rasa solidaritas serta melatih

    kerjasama antar peseta didik. Pelaksanaan pengembangan sikap keberagamaan di

    asrama MAN 2 Boyolali bagi pesta didik diantaranya dalam aspek ritual, ketaatan,

    pengetahuan, serta penghayatan agama. Diantara program yang dilaksanakan

    yaitu dengan mengamalkan amalan sunnah, seperti sholat sunnah, serta puasa

    sunnah, selain itu dengan muhadloroh, yaitu dengan melatih peseta didik untuk

    siap terjun di masyarakat kelak sebagai seorang pembicara sampai menjadi

    seorang qori’, selanjutnya dengan latihan mengabdi di masyarakat saat Bulan

    Ramadhan.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    LEMBAR LOGO .............................................................................................. ii

    HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................... iii

    NOTA PEMBIMBING ..................................................................................... iv

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v

    DEKLARASI ..................................................................................................... vi

    MOTTO ............................................................................................................. vii

    PERSEMBAHAN ............................................................................................. viii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

    ABSTRAK ......................................................................................................... xii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

    B. Fokus Penelitian .....................................................................................14

    C. Tujuan Penelitian ....................................................................................14

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................................15

    E. Penegasan Istilah .....................................................................................16

    F. Sistematika Penulisan ..............................................................................20

  • xiv

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori ........................................................................................ 23

    B. Kajian Pustaka ......................................................................................... 48

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 54

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 54

    C. Sumber Data ............................................................................................ 55

    D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 55

    F. Analisis Data ............................................................................................ 59

    G. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................................. 61

    BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

    A. Paparan Data .................................................................................................. 62

    1. Letak Geografis ....................................................................................... 62

    2.Visi, Misi, dan Tujuan .............................................................................. 62

    3. Keadaan Asrama ...................................................................................... 63

    4. Tata Tertib ................................................................................................ 66

    5. Program Rutin .......................................................................................... 69

    6. Sistem Pembelajaran Boarding School MAN 2 Boyolali ........................ 73

    7. Pengembangan Sikap Sosial ................................................................... 75

    8. Pengembangan Sikap Keberagamaan ..................................................... 79

    B. Analisis Data .................................................................................................. 82

  • xv

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................................ 95

    B. Saran ....................................................................................................... 96

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98

    LAMPIRAN ………………………………………………………………...... 103

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1: Sarana dan Prasarana

    Tabel 4.2: Susunan Kepengurusan

    Tabel 4.3: Daftar Ustadz/Ustadzah

    Tabel 4.4: Program Harian

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Dokumentasi Penelitian

    Lampiran Pedoman Observasi

    Lampiran Hasil Observasi

    Lampiran Pedoman Wawancara

    Lampiran Verbatim Wawancara

    Lampiran Dokumentasi Surat Penelitian

    Lampiran Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian

    Lampiran Lembar Konsultasi

    Lampiran Satuan Kredit Kegiatan (SKK)

    Lampiran Biodata Peneliti

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Manusia terdiri dari tiga eksistensi yaitu jasmani, akal, dan ruh.

    Ketiganya saling berhubungan dan menyusun manusia menjadi satu

    kesatuan. Berdasarkan eksistensi tersebut maka pendidikan haruslah

    terarah dalam membina ketiga unsur secara proporsional (Ahmad Tafsir,

    2012: 56). Dalam melaksanakan pendidikan di setiap jenjang tidak cukup

    hanya dengan mempergunakan akal semata, namun dibutuhkan mentalitas

    atau kemampuan humanitas. Meski kedua hal tersebut cukup membuat

    sukses namun manusia membutuhkan dimensi lain yaitu spiritualitas yang

    menjawab makna tertinggi kehidupan dan spiritualitas harus dibina sebaik

    mungkin sejak dini agar menghasilkan sikap spiritual keagaman yang

    diharapkan.

    Keberagamaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan agama dan juga

    suatu unsur kesatuan yang komprehensif, yang menjadikan seseorang

    disebut sebagai orang beragama dan bukan sekedar mengaku mempunyai

    agama. Hal penting dalam beragama adalah memiliki keimanan.

    Keimanan sendiri memiliki banyak unsur, unsur yang paling penting

    adalah komitmen untuk menjaga hati agar selalu berada dalam kebenaran.

    Secara praktis, hal ini diwujudkan dengan cara melaksanakan segala

    perintah dan menjauhi semua larangan Allah dan Rasul-Nya.

  • 2

    Sikap keberagamaan memiliki peran yang sangat penting dalam

    pembentukan perilaku keberagamaan. Sikap keberagamaan yang baik akan

    memunculkan perilaku keberagamaan yang baik. Begitu juga sebaliknya,

    sikap keberagamaan yang kurang baik akan memunculkan perilaku

    keberagamaan yang kurang baik pula. Oleh karena itu untuk membentuk

    perilaku keberagamaan individu harus dimulai dari pembentukan sikap

    keberagamaan.

    Manusia dalam hidupnya selalu merindukan kebahagiaan.

    Kebahagiaan yang hakiki ternyata bukan berasal dari pola hidup bebas

    seperti burung di atas awan, melankan justru dperoleh melalui pola hidup

    yang konsisten mentaati suatu aturan tertentu yaitu agama. Sebagai

    langkah awal dalam mencari kebahagiaan, manusia harus menyadari

    makna keberadaannya di dunia ini. peran agama sebagai pendorong atau

    penggerak serta mengontrol tindakan-tindakan masyarakat untuk tetap

    berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran agamanya

    sehingga tercipta ketertiban sosial dalam masyarakat. Ajaran agama oleh

    setiap penganutnya dianggap sebagai norma dan sebagai sosial kontrol

    sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawas sosial

    secara individu ataupun kelompok.

    Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat manusia menjelaskan tentang

    keadaan manusia sesuai dengan apa yang diperbuatnya di dunia dan

    balasan apa yang ia dapat saat di akhirat dengan sangat jelas dalam surat

    An Nisa’/4: 13,14:

  • 3

    َِهَتِْلكَ نلَ َيُْدِخْلهََُو ر ُسول هََُللاَ َيُِطعََِو م نََُْحُدوُدالل َِلِدْينَ خَ َرَُاْْل ْنَ ََت ِْته اَِمنَََْت ْرِىَتَ ج

    اَهِفي َْ اِلًداِفي ْه اَنَ َِخْلهََُيُدََْد هََُُحُدوَو ي ت ع دَ َو ر ُسول هََُللاَ َي ْعصََِو م نَْ,ََاْلع ِظْيمََُاْلف ْوزََُِلكَ و ذَ َه َرًاخ

    اَو ل هَُ {14َ 4َ:13/النلساء}َُمِهْيََُبَ َع ذ

    “(hukum-hukum tersebut (Al-Qur’an dan Al Hadits)) itu adalah

    ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang siapa taat kepada Allah dan

    Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya kedalam syurga yang

    mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya,

    dan itulah kemenangan yang besar. Dan barang siapa yang mendurhakai

    Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya niscaya

    Allah memasukkannya kedalam api neraka sedang ia ekkal didalamnya

    dan baginya siksa yang menghinakan.” (An-Nisa’/4:13,14). (Departemen

    Agama, 1997: 80).

    Hurlock dalam Ermis Suryana dan Maryamah (2013: 173), mengatakan

    bahwa tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja

    sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama masa remaja awal, ketika

    perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan prilaku dan sikap juga

    berlangsung pesat. Santrock dalam Ermis Seryana (2013: 173), juga

    mengatakan seorang remaja bisa saja merasa sedang di puncak dunia pada

    suatu saat namun merasa tidak berharga sama sekali pada waktu

    berikutnya. Pada masa tersebut, remaja jarang memperhatikan dan

    mempertimbangkan akibat dari perilaku dan gaya hidupnya. Oleh karena

    jiwanya yang sedang labil, maka seringkali remaja bersikap dan berprilaku

    yang tidak sesuai dengan etika, agama maupun adat. Evi Gusviani (2016:

    96), juga mengatakan bahwa, saat ini banyak sekali individu yang kurang

    memiliki kesadaran diri termasuk sikap spiritual dan sikap sosial, serta

  • 4

    kurang mampu berkomunikasi secara luwes dengan lingkungan

    pembelajaran dan kehidupan sosial masyarakat.

    Pembentuk perilaku keberagamaan individu harus dimulai dari sikap

    keberagamaan. Selain sikap keberagamaan, sikap sosial juga sangat

    berpengaruh pada perilaku seorang individu, baik hubungannya dengan

    individu lain maupun dengan kelompok, contoh penerapan sikap sosial

    yang sangat mudah diketahui adalah sikap sosial dari tingkah laku sehari-

    hari seorang remaja atau generasi muda saat ini, terlebih oleh peserta didk

    di sekolah. Sikap sosial seorang siswa dalam kehidupannya, secara

    individu maupun kelompok, di sekolah maupun dalam masyarakat sangat

    berpengaruh terhadap interaksi antar individu. Menurut Muhammad

    Kholid Mawardi (2015:3), bentuk sikap sosial seorang siswa dapat dilihat

    dari perbuatan dan tingkah laku individu yang sering muncul dalam

    kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar

    sekolah. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa seorang manusia tidak akan

    bisa lepas dari lingkungan dan masyarakat sekitar. Manusia tidak akan bisa

    hidup sendiri, tetapi ia akan selalu membutuhkan orang sekitarnya.

    Sikap-sikap tersebut tidak akan didapat kecuali melalui sebuah

    jembatan yang dinamakan dengan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional

    yang tertuang dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3, Bab II

    Dasar, Fungsi, dan Tujuan dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan

    untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    ebriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

  • 5

    sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjad warga Negara yang

    demokratis serta bertanggungjawab.

    Pendidikan merupakan salah satu yang bertanggung jawab besar

    dalam melahirkan warga negara Indonesia yang memiliki karakter kuat

    sebagai modal dalam membangun peradaban tinggi dan unggul. Karakter

    bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan, (Edi Surahman dan

    Mukminan, 2017:02). Dalam hal pendidikan, sikap keberagamaan dan

    sikap sosial manusia sangat berperan guna mencapai pendidikan yang

    baik.

    Masalah pendidikan adalah masalah langsung yang berhubungan

    dengan hidup dan kehidupan seorang manusia. Dalam Kamus Besar

    Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa, “pendidikan merupakan

    proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang”.

    Hera Lestari Mirkasa dalam Nur Dwi Lestari (2015:02) mengatakan

    bahwa, pendidikan pada hakikatnya juga memiliki tujuan untuk

    mengembangkan kehidupan siswa, khususnya sebagai anggota masyarakat

    yang dapat dicapai dengan upaya, memperkuat kesadaran untuk hidup

    bersama dengan orang lain, menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial,

    memberikan pengetahuan serta keterampilan dasar yang diperlukan untuk

    berperan dalam kehidupan bermasyarakat.

    Islam juga telah menyebutkan bahwa seluruh rangkaian pelaksanaan

    pendidikan adalah ibadah kepada Allah SWT dan Al-Qur’an telah

  • 6

    menyebutkan “manusia yang berilmu dapat membedakan antara kebenaran

    dan kebatilan” (Q.S. Al-Hajj/22: 54).

    ََال ِذْينَ َو لِي ْعل مَ َؙل هََُف ُتْخِبتَ َبِهََِف ُيؤِمُنواَر بِلكَ َِمنََْاْلْ قَ َن هَُأ ََْوتُ ْواااْلِعْلمَ أ

    ََل اَللاَ َو ِانَ َقُ ُلوُُبُْمَ

    َءَ َِدال ِذْينَ َ{22َ:54/اْلجَل}َُمْست ِقْيمَ َاطَ ِصرَ َام ُنواِال

    “dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini

    bahwasannya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka

    beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah

    adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan

    yang lurus.” (Al-Hajj/22:54), (Departemen Agama, 1997: 339)

    Islam juga memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik, sarjana

    maupun ilmuwan, sebagaimana dalam QS. Al-Mujadalah/58: 11 dan QS.

    An-Nahl/16: 43.

    َللاََُي ْفس حََِف اْفس ُحواَاِلسَِاْلم ج َ َت ف س ُحواِفََل ُكمََِْقْيلَ َذ اِإْواام نَُٓءَال ِذينَ َا ي ُّه اي ََِٓقْيلَ َو ِاذ اَل ُكْمَ

    ََمَ ْوتُوااْلِعلَُْأََو ال ِذْينَ َِمْنُكمََْا م ُنواءَْينَ َال ذََِللاََُي ْرف عََُِزواف اْنُشُزوااْنشَُللاََُد ر ج ات ُلْونَ َِب اَو ِبْيَ َت ْعم َخ

    {58ََ:11َ/َاجملادلة}

    “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu:

    Berlapang-lapanglah didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah

    akanmelapangkan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu,

    maka berdrilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang diantaramu,

    dan orang-orang yang dberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan

    Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mujadalah/58:

    11), (Departemen Agama, 1997: 544).

    ْلن اَاو م َٓ ِإَنُوِحىََْٓلًََرِج اَْلَ ِإَكَ ق ْبلََِِمنََْا ْرس ُتمَََْنَِْإَكرَََِالذلََِف ْسئُلواا ْهلَ َل ْيِهْمَه َالنلحل}َت ْعل ُمْونَ َْلَ َُكن ْ

    /16َ:43َ}

  • 7

    “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kecuali orang-orang laki-

    laki yang Kami beri wahyu kepada mereka maka bertanyalah kepada

    orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (Al-

    Mujadalah/58:11), (Departemen Agama, 1997: 269)

    Pendidikan merupakan upaya manusia agar kelak manusia melakukan

    apa yang seharusnya dilakukan. Upaya manusia akan memperoleh hasil

    optimal, jika pendidikan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab

    dan searah dengan tujuan pendidikan nasional. Namun dalam kenyataan

    yang terjadi dan dirasakan sekarang, sesuatu yang tidak diharapkan, dalam

    kondisi saat ini muncul fenomena yang menunjukkan bahwa seorang

    peserta didik sangat rentan terhadap berbagai pengaruh yang dapat

    menjerat mereka ke dalam berbagai tindakan yang tidak terpuji, seperti

    bergaul dengan teman sebaya yang kepribadiannya tidak baik, yang sering

    mengakibatkan terjadinya tawuran antar pelajar, bertingkah laku tidak baik

    terhadap teman maupun masyarakat sekitar, serta tidak mempunyai akhlak

    yang baik sesuai dengan ilmu agama yang didapatkannya.

    Pendidikan agama mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar terhadap

    lingkungannya terdapat dalam QS. Ali Imron/4: 104:

    ي ََْل َِإَي ْدُعونَ َم ةَ ُأََِمْنُكمََْو ْلت ُكنَْ ْعُروفََُِمُرْونَ َاْلْ ْيِو َِئكَ ل َٓوَْو اََُاْلُمْنك رَِهَع نََِو ي ن ْه ْونَ َِِبْلم

    {4َ:104ََ/عمرانَال}َاْلُمْفِلُحْونَ َُهمَُ

  • 8

    “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat menyeru

    kepada kebaikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang

    munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imron 4:104), (Departemen Agama, 1997: 68).

    Dunia pendidikan Islam pada dasarnya masih menghadapi problem

    pokok berupa rendahnya kualitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan

    pendidikan, namun demikian penanganan terhadap masalah tersebut

    semakin baik sehingga secara bertahap akan meningkatkan kinerja

    lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren dan madrasah.

    Salah satu praktek pendidikan yang dilaksanakan dalam

    pengembangan sikap peserta didik adalah dengan sistem boarding school

    (asrama), dengan tujuan membina, membimbing dan membiasakan peserta

    didik dalam mempraktekkan nilai-nilai toleransi. Pendidikan pola asrama

    adalah suatu alternatif jawaban tantangan masa depan pendidikan Islam

    dan upaya peningkatan mutu pendidikan islam masa kini.

    Pendidikan yang berlangsung dalam sebuah lembaga pendidikan yang

    menggunakan fasilitas asrama sebagai tempat tinggal peserta didik,

    pendidik, dan mereka yang terlibat secara langsung dalam proses

    pendidikan disebutkan sebagai pendidikan pola asrama atau pendidikan

    berasrama (boarding school), Farida Galela (2012:4). Sekolah berasrama

    (boarding school) sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang

    menekankan pelajaran agama Islam dan memperhatikan materi-materi

    dasar keilmuwan yang mendukung dengan mata pelajaran sekolah yang

    melibatkan peserta didik dan para pendidiknya bisa berinteraksi dalam

  • 9

    waktu 24 jam setiap harinya dan didukung asrama sebagai tempat tinggal

    siswa yang permanen.

    Menurut Putri Lingga Pertiwi (2018:60) boarding school adalah

    lembaga pendidkan dimana para peserta didik tidak hanya belajar, tetapi

    mereka bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut. Proses

    membina kepribadian seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara,

    salah satu caranya adalah dengan sistem boarding school, dimana kita

    ketahui bahwa boarding school (asrama) memiliki fokus utama

    pembelajaran pada pembentukan perilaku manusia, mulai dari penanaman

    sikap kedisiplinan, kejujuran dan percaya diri, sampai pada sikap

    kepribadiannya yang menunjukkan bahwa dirinya taat kepada agama yang

    dianutnya.

    Boarding school yang tampak saat ini merupakan suatu bentuk usaha

    lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan

    menciptakan output yang tidak hanya cerdas dalam hal pelajaran umum,

    tetapi output harus memiliki akhlak yang baik. Maka dari itu tidak salah

    jika boarding school yang banyak dipahami masyarakat saat ini adalah

    suatu lembaga yang kesemuanya tidak jauh berbeda dengan pondok

    pesantren, bahkan banyak pondok pesantren yang saat ini memiliki

    lembaga pendidikan umum, seperti yang dinyatakan oleh Afiful Ikhwan

    (2017: 95) bahwa, keberadaan pesantren di tengah-tengah masyarakat

    mempunyai makna sangat strategis, apalagi jika pesantren ini memiliki

    lembaga pendidikan umum.

  • 10

    Pada umunya sekolah yang memiliki sistem boarding school lebih

    memperhatikan dan melakukan pendidikan bidang akademik lebih baik

    dan dengan cara yang lebih baik pula daripada pendididkan bidang

    akademik yang diselenggarakan di sekolah-sekolah yang lain (Maksudin,

    2013: 25), di MAN 2 Boyolali lebih menitikberatkan pada pendidikan

    moral, yang mana ditunjukkan dengan sistem pembelajaran yang

    dilakukan didalam asrama sama persis dengan sistem pembelajaran

    pondok pesantren. Di MAN 2 Boyolali pembelajaran akademik hanya

    didapat saat peserta didik di madrasah, sedangkan jika peserta didik sudah

    berada di asrama, peserta didik terfokus dengan sistem pembelajaran

    seperti halnya di pesantren.

    Penyelenggaraan sistem boarding school di MAN 2 Boyolali

    merupakan salah satu asrama yang menerapkan sistem pendidikannya

    seperti pondok pesantren. Sistem ini merupakan salah satu usaha pembina

    boarding school dalam mengembangkan sikap sosial dan keberagamaan di

    asrama. Di asrama MAN 2 Boyolali memiliki satu program wajib yaitu

    program tahfidz. Program ini merupakan salah satu program unggulan di

    asrama MAN 2 Boyolali. Seseorang yang memiliki hafalan Al-Qur’an

    biasanya memiliki sikap yang baik dalam hal agama maupun sosialnya.

    Sikap sosial dan keberagamaan yang dimiliki seorang penghafal Al-

    Qur’an akan berbeda dengan mereka yang tidak memiliki hafalan Al-

    Qur’an.

  • 11

    Kemiripan kegiatan pendidikan sistem boarding school MAN 2

    Boyolali dengan pesantren secara umum, dapat diketahui antara lain

    dilihat dari kegiatan yang dilakukan selama 24 jam setiap hari, dengan

    jadwal yang sudah terprogram dan jelas, pendidikan dilakukan di asrama,

    serta kedisiplinan waktu sangat diperhatikan.

    Muhammad Mushfi El Iq Bali dan Mohammad Fajar Sodik Fadli

    (2019:3), mengatakan, di era 4.0 ini, pesantren merupakan tempat yang

    efektif untuk membentuk ketahanan mental snatri. Mengingat tingkah laku

    atau akhlak generasi penerus bangsa yang menurun, sehingga sering

    ditemukan pada media cetak berita tentang perilaku yang menyimpang,

    atau perbuatan generasi penerus bangsa. Fenomena-fenomena tersebut

    sangat harus diperhatikan oleh orang tua terlebih oleh ustadz-ustadzah

    yang ada dalam lingkup asrama.

    Dapat diketahui sebagaimana yang diungkapkan oleh Rini

    Setyaningsih, (2016:172) bahwa, tujuan sistem pengajaran pondok

    pesantren lebih mengutamakan niat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan

    yang bermanfaat dari pada mengejar hal-hal yang bersifat material.

    Arif Rahman Hakim (2018:90) juga menyebutkan bahwa, dalam

    mengembangkan pendidikan, pesantren telah menunjukkan daya tahan

    yang cukup kokoh sehingga mampu melewati berbagai zaman dengan

    beragam masalah yang dihadapinya. Di era sekarang pesantren mampu

    berkembang sangat baik, sebagai contohnya hampir setiap daerah

    mendirikan pesantren, begitupun pesantren-pesantren yang dibangun

  • 12

    sebagai pesantren modern yang mana di dalamnya terdapat berbagai

    macam program pembelajaran yang mampu mengikuti perkembangan

    jaman.

    Pesantren juga telah masuk dalam sekolah-sekolah atau madrasah-

    madrasah yang mana sekarang ini sangat banyak madrasah yang telah

    memiliki pesantren didalamnya, bagitupun sebaliknya, pesantren yang

    sudah memiliki lembaga sekolah, dengan demikian sangat baik jika MAN

    2 Boyolali menerapkan model pembelajaran asramanya sama persis

    dengan model pembelajaran di pondok pesantren. Asrama MAN 2

    Boyolali ini tidak sepenuhnya menerapkan kurikulum boarding school

    yang saat ini banyak dipraktekkan di boarding school lain.

    Pembelajaran sikap sosial dan keberagamaan di asrama MAN 2

    Boyolali secara langsung maupun tidak langsung sudah diberikan kepada

    peserta didik oleh ustadz dan ustadzah di asrama tersebut. Seperti jadwal

    kegiatan yang terkontrol mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, hingga

    penerapan-penerapan sikap sosial yang dilakukan secara tidak langsung

    oleh ustadz dan ustadzah asrama MAN 2 Boyolali. Berbagai program yang

    ada di asrama MAN 2 Boyolali sudah sangat baik dalam proses

    pengembangan sikap sosial dan keberagamaan peserta didik, tapi dalam

    realitanya peserta didik boarding school berasal dari latar belakang

    keluarga yang berbeda-beda sehingga sikap dan karakter masing-masing

    pun tidak sama.

  • 13

    Dilingkungan asrama juga sering terjadi ketidakcocokan antar peserta

    didik serta konflik kecil diantara peserta didik satu dengan yang lainnya,

    baik terjadi antar individu satu kamar maupun berbeda kamar. Kadangkala

    masih terdapat konflik dalam hal piket harian, seperti memasak, menyapu

    kamar, dan lain sebagainya. Terkadang juga masih ada peserta didik yang

    melanggar peraturan khusus asrama, contoh pada saat keluar dari asrama,

    masih terdapat beberapa peserta didik yang tidak ijin kepada pengurus

    asrama. Dengan hal tersebut terkadang dapat mengganggu proses

    pembelajaran dan keharmonisan dalam berteman di lingkungan asrama.

    Pengembangan sikap keberagamaan bagi peserta didik yang tengah

    memasuki masa remaja tidak mudah. Ernis Suryana dan Maryamah

    (2013:03), mengatakan, pembentukan sikap keberagamaan tidak cukup

    dengan mengandalkan mata pelajaran pendidikan agama yang hanya

    mendapat alokasi waktu dua atau tiga jam pelajaran pada setiap

    minggunya. Berbagai kesulitan timbul dalam pengembangan sikap

    keberagamaan bai peserta didik, karena para siswa yang tengah memasuki

    masa remaja pada umumnya tengah mengalami perkembangan psikologis

    yang tidak lepas dari dinamika pengaruh lingkungan.

    Dari berbagai macam persoalan tersebut mulai dari penyimpangan

    sikap sosial, terutama bagi remaja atau peserta didik, dan berkurangnya

    sikap keberagamaan manusia yang ditunjukkan semakin banyaknya

    manusia yang berperilaku tidak sesuai dengan agama yang dianutnya,

    dengan merujuk kepada hal tersebut penting kiranya kedua sikap ini

  • 14

    diteliti betapa pentingnya sikap sosial dan keberagamaan bagi manusia

    terutama seorang peserta didik yang masih duduk di bangku sekolah.

    Dengan melihat berbagai hal tersebut, judul yang diangkat dalam

    penelitian ini adalah “Implementasi Kegiatan Boarding School dalam

    Mengembangkan Sikap Sosial dan Keberagamaan Peserta Didik MAN 2

    Boyolali, Kabupaten Boyolali, Tahun Pelajaran 2019/2020.

    B. Fokus Penelitian

    Dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang menjadi

    fokus penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Bagaimana sistem pembelajaran boarding school MAN 2 Boyolali

    Tahun Pelajaran 2019/2020?

    2. Bagaimana implementasi sistem boarding school dalam

    mengembangkan sikap sosial peserta didik MAN 2 Boyolali Tahun

    Pelajaran 2019/2020?

    3. Bagaimana implementasi sistem boarding school dalam

    mengembangkan sikap keberagamaan peserta didik MAN 2 Boyolali

    Tahun Pelajaran 2019/2020?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan fokus penelitian yang disebutkan, maka tujuan dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran boarding school

    MAN 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020.

  • 15

    2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sistem boarding school

    dalam mengembangkan sikap sosial peserta didik MAN 2 Boyolali

    Tahun Pelajaran 2019/2020.

    3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sistem boarding school

    dalam mengembangkan sikap keberagamaan peserta didik MAN 2

    Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoretis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

    pemikiran dan literature tentang penyelenggaraan boarding school

    dalam mengembangkan sikap sosial dan keberagamaan peserta didik.

    2. Manfaat Praksis

    a. Bagi asrama, sebagai masukan yang konstruktif bagi

    pengembangan sikap sosial dan keberagamaan peserta didik,

    menambah khasanah ilmiah tentang keadaan sosial dan

    keberagamaan peserta didik sehingga dapat merencanakan dan

    melaksanakan kegiatan keagamaan dan sosial yang baik.

    b. Bagi para guru baik yang mengajar di sekolah formal maupun guru

    asrama/ustadz dan ustadzah yang membina peserta didik di asrama

    diharapkan dapat berperan aktif dalam pengawasan pembentukan

    sikap sosial dan keberagamaan peserta didik.

  • 16

    c. Bagi peserta didik, boarding school sebagai sarana pembelajaran

    peserta didik untuk membentuk karakter yang mandiri, seseorang

    yang memiliki jiwa sosial tinggi serta menjadi seorang yang

    melakukan sesuatu sesuai dengan tuntunan agama islam, sehingga

    menjadi insan yang mandiri, disiplin dan ber-akhlakul karimah.

    d. Bagi pembaca diharapkan, hasil penelitian ini dapat dijadikan

    bahan informasi dan referensi bagi para peneliti berikutnya dalam

    melakukan penelitian lebih lanjut yang relevan dan

    bertanggungjawab.

    E. Penegasan Istilah

    Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan supaya terhindar dari

    penafsiran yang berbeda, serta timbul kesalah fahaman terhadap apa yang

    dikandung dalam penulisan ini, perlu kiranya diperjelas dan dibatasi

    pengertiannya sebagai berikut:

    1. Implementasi

    Implementasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu

    pelaksanaan, penerapan (Dep. Pendidikan Nasional, 2007:427).

    Hamalik (2013:237), menyatakan bahwa Implementasi merupakan

    suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam

    bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa

    perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap.

    Kunandar dalam Lilik Kholisatin dan Minarsih (2018:71),

    menyatakan bahwa implementasi adalah suatu proses penerapan ide,

  • 17

    konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga

    memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan,

    keterampilan maupun nilai dan sikap pengetahuan, keterampilan

    maupun nilai dan sikap.

    Apriani dan Suminar dalam Lilik Kholisatin dan Minarsih

    (2018:71), mengartikan implementasi sebagai upaya pimpinan untuk

    memotivasi seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan

    menumbuhkan, dorongan atau motivasi dalam dirinya untuk

    melakukan tugas atau kegiatan yang diberikan sesuai dengan rencana

    dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

    2. Boarding School

    Sulandari Ningsih dan Sugiaryo (2016:58) boarding school terdiri

    dari dua kata boarding dan school. Boarding yang berarti asrama. Dan

    school berarti sekolah. Boarding School adalah sebuah sekolah di

    mana beberapa atau semua murid belajar dan tinggal dalam kurun

    waktu tertentu di lingkungan sekolah dengan siswa sesama mereka dan

    mungkin guru dan atau administrator.

    Encyclopedia dari Wikipedia dalam Maksudin (2013:15) boarding

    school adalah Lembaga pendidikan dimana para siswa tidak hanya

    belajar, tetapi mereka bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga

    tersebut. Boarding School menkombinasikan tempat tinggal para siswa

    di institusi sekolah yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan

  • 18

    diajarkan agama serta pembelajaran beberapa mata pelajaran di tempat

    yang sama.

    Umi Kholidah (2011:16) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

    boarding school merupakan kata dalam bahasa inggris yang terdiri dari

    dua kata yaitu boarding dan school, boarding berarti menumpang dan

    school berarti sekolah, kemudian diserap kedalam bahasa indoneisa

    menjad sekolah berasrama.

    3. Sikap Sosial

    Sikap merupakan tindakan seseorang dalam merespon sesuatu

    objek, baik itu manusia, benda dan sebagainya. Sikap adalah cerminan

    pertama yang terlihat dari seorang manusia ketika ia bertingkah laku

    (Amelia Zahara, M. Yusuf Harun, Abdul Wahab Abdi, 2017:2).

    Menurut Ahmadi (2009), dalam Edy Surahman dan Mukminan,

    (2017:4), sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan

    perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial.

    Wardatul Hidayati (2018:10), menyebutkan bahwa sikap sosial

    adalah konsep atau bentuk perilaku yang mempengaruhi seseorang

    dalam menentukan pilihan tindakan sebagai respons terhadap suatu hal

    atau objek sosial antara individu terhadap individu atau kelompok

    dalam kehidupan sehari-hari.

    Jani Mustikasari (2016:63), menjeaskan sikap sosial adalah ilmu

    sosial yang mempelajari tentang dinamika kehidupan di masyarakat,

  • 19

    dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, dengan menitik

    beratkan masyarakat sebagai obyek studinya untuk diteliti.

    Aspek-aspek sikap sosial diantaranya sebagai berikut:

    a. Aspek tenggang rasa, Abu Ahmadi (2007:24), juga menyatakan

    bahwa tenggang rasa adalah, seseorang yang selalu menjaga

    perasaan orang lain dalam aktifitasnya sehari-hari.

    b. Apek kerjasama, kerjasama merupakan kegiatan saling bantu-

    membantu sesama manusia, Abu Ahmadi (2007:89),

    mengungkapkan kerjasama adalah kecenderungan untuk bertindak

    dalam kegiatan kerja bersama-sama menuju suatu tujuan.

    c. Aspek solidaritas, sikap ini cenderung kepada selalu melihat dan

    memeprhatikan keadaan orang lain. Gerungan (2002:52)

    mengartikan solidaritas, sebagi kecenderungan dalam bertindak

    terhadap seseorang yang mengalami suatu masalah yakni berupa

    memperhatikan keadaan orang tersebut.

    4. Sikap Keberagamaan

    Sutarto (2018:26), menyatakan bahwa sikap keberagamaan

    adalah keadaan internal atau keadaan yang masih ada dalam diri

    manusia. Keadaan internal tersebut menyebabkan munculnya kesiapan

    untuk merespon atau bertingkahlaku sesuai dengan ajaran agama yang

    diyakininya. Sikap keberagamaan terbentuk karena adanya integrasi

    secara kompleks antara keyakinan yang kuat terhadap ajaran agama

    (komponen kognitif), perasaan senang terhadap agama (komponen

  • 20

    efektif) dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama (komponen

    konatif).

    Keberagamaan menunjuk pada rangkaian perbuatan, perilaku, dan

    kegiatan orang beriman yang telah melaksanakan ajaran tersebut

    didalam kehidupan konkret mereka, (Muslim A. Kadir, 2011:55).

    Ernis Suryana dan Maramah (2013:176) menyebutkan, aspek-

    aspek sikap keberagamaan diantaranya:

    a. Aspek ritual Aspek ritual, mengharapkan pemeluknya

    melaksanakan ibadah sholat, puasa, zakat.

    b. Aspek ketaatan, seperti amal-amal sunnah diantaranya, sholat

    sunnah, dan membaca al-Qur’an,

    c. Aspek pengetahuan agama, mengacu kepada harapan bahwa orang-

    orang yang beragama paling tidak memiliki minimal ilmu

    pengetahuan mengenai dasar-dasar ritus, kitab suci dan tradisi-

    tradisi.

    d. Aspek penghayatan keagamaan, yang kemudian diterapkan pada

    kehidupan sehari-hari.

    F. Sistematika Penulisan

    Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk membahas

    implementasi kegiatan boarding school dalam mengembangkan sikap

    sosial dan keberagamaan peserta didik MAN 2 Boyolali, Kabupaten

  • 21

    Boyolali, Tahun Pelajaran 2019/2020. Oleh karena itu, untuk

    mempermudah pembaca mengikuti pembahasan skripsi ini maka

    peneliti menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:

    Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini membahas tentang

    latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, penegasan istilah serta sistematika penulisan.

    Bab kedua merupakan landasan teori. Pada bab ini akan diuraikan

    sebagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi:

    pertama, pembentukan sikap sosial yang meliputi, pengertian sikap

    sosial, bentuk-bentuk sikap sosial, pembentukan dan pengembangan

    sikap sosial, kedua, hakikat sikap keberagamaan yang meliputi,

    pengertian sikap keberagamaan, bentuk-bentuk sikap keberagamaan,

    dan faktor-faktor pendukung dan penghambat sikap keberagamaan,

    ketiga, sistem pendidikan boarding school, yang meliputi, pengertian

    boarding school, kriteria sistem pendidikan boarding school, peran

    boarding school, dan sistem pendidikan boarding school, keempat,

    tinjauan pesantren sebagai pusat Pendidikan Agama Islam yang

    meliputi, pengertian pesantren, dan nilai-nilai pendidikan di pesantren.

    Bab ini juga akan membahas tentang kajian pustaka yaitu telaah

    terhadap hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan sistem

    boarding school, sikap sosial dan keberagamaan.

    Bab ketiga merupakan metode penelitian. Pada bab ini membahas

    tentang jenis penelitian (pendekatan penelitian dan pembatasan data

  • 22

    dalam penelitian), lokasi dan waktu penelitian, sumber data (jenis data,

    sumber data serta teknik penyaringan data), prosedur pengumpulan

    data, analisis data serta pengecekan keabsahan temuan.

    Bab keempat merupakan paparan data dan analisis. Pada bab ini

    berisikan tentang hasil penelitian dan memuat hasil penelitian di

    lapangan sesuai dengan yang ada dalam fokus masalah. Pembahasan

    meliputi implementasi kegiatan boarding school dalam

    mengembangkan sikap sosial dan keberagamaan peserta didik MAN 2

    Boyolali, Kabupaten Boyolali, Tahun Pelajaran 2019/2020.

    Bab kelima Penutup. Pada bab terakhir ini berisikan simpulan dan

    saran.

  • 23

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Landasan Teori

    1. Pembentukan Sikap Sosial

    a. Pengertian Sikap Sosial

    1) Pengertian Sikap

    Ngalim Purwanto dalam Ali Noer, Syahraini Tambak

    dan Harun Rahman (2017:27), sikap atau attitude adalah suatu

    cara bereaksi terhadap suatu perangsang, atau kecenderungan

    untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang

    atau situasi yang dihadapi.

    Menurut Gerungan (2002:149), pengertian attitude

    dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu,

    pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap juga disertai oleh

    kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap

    objek. Jadi attitude lebih diterjemahkan sebagai sikap dan

    kesediaan beraksi terhadap suatu hal

  • 24

    Sikap juga dapat diartikan sebagai hasil belajar yang

    diperoleh melalui pengalaman interaksi dan komunikasi secara

    terus menerus dengan lingkungan sekitar, (Ali Noer, Syahraini

    Tambak dan Harun Rahman, 2017:28). Sikap berarti sesuatu

    respon terhadap sesuatu yang ada disekitarnya.

    Abu Ahmadi (2009:165), Secara sederhana,

    mengemukakan bahwa sikap adalah kesiapan merespon yang

    sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara

    konsisten. Sikap adalah konsep yang membantu kita untuk

    memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan tingkah laku

    dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap

    yang sama.

    Dari beberapa pengertian sikap diatas, menurut penulis arti

    dari sikap adalah, suatu kecenderungan untuk mendekat atau

    menghindar, positif atau negative terhadap berbagai keadaan

    yang terdapat di lingkungan mereka berada, apakah itu

    instituisi, pribadi, situasi, ide, kondep dan lan sebagainya.

    Sikap merupakan suatu keadaan yang masih ada dalam diri

    manusia.

    2) Pengertian Sikap Sosial

    Muhammad Kholid Mawardi (2015:4), menyebutkan

    bahwa, sikap sosial adalah perbuatan atau tingkah laku yang

    sering dilakukan siswa dalam kehidupan sekolah ataupun

  • 25

    masyarakat baik berupa menolong sesama, tenggang rasa, kasih

    sayang dan rendah hati tanpa ada rasa keterpaksaan atau atas

    dasar sebagai memenuhi tugas sekolah, akan tetapi perbuatan

    yang dilakukan atas kehendak sendiri dengan tujuan ingin

    mendapatkan ridho Allah SWT.

    Muhammad Kholid Mawardi (2015:4), juga menyebutkan

    bahwa, sikap sosial adalah perbuatan atau tingkah laku yang

    sering dilakukan seseorang dalam kehidupan baik di sekolah

    ataupun masyarakat baik berupa menolong sesama, tenggang

    rasa, kasih sayang dan rendah hati tanpa ada rasa keterpaksaan

    atau atas dasar sebagai memenuhi tugas sekolah.

    Wahyu Dwi Saputra (2016:18), mengatakan pengertian

    dari sikap sosial, yaitu suatu kegiatan yang berhubungan

    dengan orang lain, kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain

    yang memerlukan sosialisasi dalam hal bertingkah laku yang

    dapat diterima oleh orang lain, belajar memainkan peran sosial

    yang dapat diterima oleh orang lain, serta upaya

    mengembangkan sikap sosial yang layak diterima oleh orang

    lain.

    Dari pendapat-pendapat tersebut diatas, pengertian sikap

    sosial menurut penulis adalah suatu sikap yang dinyatakan oleh

    cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap

  • 26

    objek sosial, dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang

    atau masyarakat.

    Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama orang

    lain. Dalam hidup bersama, tentu seorang manusia tidak dapat

    bertindak seenaknya. Abu Ahmadi (2009:168), secara

    sederhana mengemukakan sikap sosial adalah kesadaran

    individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang

    berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja

    pada orang-orang lain dalam satu masyarakat.

    Sikap sosial sangat penting sebagai modal seorang manusia

    menyatakan perannya didalam lingkungan serta masyarakat.

    Sikap sosial yang baik, tentu akan mendapat pengakuan yang

    lebih baik didalam masyarakat dibandingkan dengan seseorang

    yang memiliki sikap sosial yang buruk.

    b. Bentuk-Bentuk Sikap Sosial

    Dalam pergaulan sehari-hari, tidak pernah terlepas dari apa

    yang dinamakan beraktivitas, dari kenyataan inilah setiap orang

    bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan perkembangan

    masingmasing individu tersebut, diantara bentuk-bentuk sikap

    sosial adalah sebagai berikut:

    1) Sikap Positif

    Dalam buku Interaksi Sosial (Hadori Nawawi, 2000:33),

    dijelaskan bahwa: Bentuk sikap sosial yang positf seseorang

  • 27

    yaitu berupa tenggang rasa, kerjasama, dan solidaritas. Berikut

    penjelasan secara singkat dari masing-masing bentuk sikap

    tersebut:

    a) Aspek tenggang rasa, Abu Ahmadi (2007:24), juga

    menyatakan bahwa tenggang rasa adalah, seseorang yang

    selalu menjaga perasaan orang lain dalam aktifitasnya

    sehari-hari. Tenggang rasa dapat dlihat dari adanya rasa

    saling menghargai antara satu orang dengan yang lannya,

    selalu menjaga perasaan orang lain, menghindari sikap

    masa bodoh, dan dalam bertutur kata tidak menyinggung

    perasaan orang lain.

    b) Aspek kerjasama, kerjasama merupakan kegiatan saling

    bantu-membantu sesama manusia, Abu Ahmadi (2007:89),

    mengungkapkan kerjasama adalah kecenderungan untuk

    bertindak dalam kegiatan kerja bersama-sama menuju suatu

    tujuan.

    c) Aspek solidaritas, sikap ini cenderung kepada selalu

    melihat dan memeprhatikan keadaan orang lain. Gerungan

    (2002:52) mengartikan solidaritas, sebagi kecenderungan

    dalam bertindak terhadap seseorang yang mengalami suatu

    masalah yakni berupa memperhatikan keadaan orang

    tersebut. Sikap sosial yang berupa solidaritas cenderng

    dengan sikap seseorang yang mampu memahami perasaan

  • 28

    orang lain terutama orang lain yang sedang mengalami

    suatu masalah.

    2) Sikap Negatif

    Diantara sikap-sikap seseorang yang negatif menurut Abu

    Ahmadi (2007: 94), adalah sebagai berikut:

    a) Egoisme, yaitu suatu bentuk sikap dimana seseorang

    merasa dirinya adalah yang paling unggul atas segalanya,

    dan tidak ada yang lebih bak darinya.

    b) Prasangka sosial, adalah suatu sikap negatif yang

    diperlihatkan suatu kelompok atau individu terhadap

    kelompok atau individu lain

    c) Rasisme, yaitu suatu sikap yaitu suatu sikap yang

    didasarkan pada kepercayaan bahwa suatu ciri yang dapat

    diamati dan dianggap diwarisi seperti warna kulit

    merupakan suatu tanda perihal inferioritas (rendah diri)

    yang membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap orang-

    orang yang mempunyai ciri-ciri tersebut.

    d) Rasialisme, yaitu suatu sikap diskriminasi dengan suatu

    kelompok lain

    e) Stereotip, yaitu yaitu citra kaku mengenai suatu ras atau

    budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra

    tersebut. Misalnya stereotip masyarakat Jawa adalah lemah

    lembut dan lamban dalam melakukan sesuatu. Stereotip

  • 29

    tersebut tidak selalu benar, karena tidak semua orang Jawa

    memiliki sifat tersebut.

    c. Pembentukan dan Pengembangan Sikap Sosial

    Sistem pembentukan sikap sosial yang baik mampu

    melahirkan sumber daya manusia berkualitas yang sangat

    diperlukan dalam masyarakat sekarang untuk pembangunan

    nasional. Masalah pembentukan sikap sosial ini berkaitan satu

    sama lain baik dengan program pendidikan di sekolah maupun

    dengan masalah lingkungan keluarga, terutama dengan kedua

    orang tuanya. Sugeng Sejati (2012:134), juga menyebutkan dalam

    kehidupan sehari-hari banyak orang yang tidak menyadari tentang

    peran yang disandangnya dalam system sosial. Dampaknya

    perilaku yang Nampak tidak sesuai dengan harapan masyarakat

    (role expectation), bahkan kadang kala berlawanan.

    Sikap sosial sangat penting sebagai modal seorang manusia

    menyatakan perannya didalam lingkungan serta masyarakat.

    Pembentukan sikap sosial anak dapat terjadi melalui, pengalaman

    yang berulang-ulang atau dapat pula melalui suatu pengalaman

    yang disertai perasaan yang mendalam, melalui imitasi (peniruan

    yang terjadi tanpa disengaja atau sengaja), sugesti, yaitu seseorang

    membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan dan

    pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang

    datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam

  • 30

    pandangannya, identifikasi, yaitu seseorang meniru orang lain

    didasari suatu keterikatan emosional sifatnya meniru dalam hal ini

    lebih banyak dalam arti berusaha menyamai, yang sering terjadi

    antara anak dengan ayah atau ibu.

    Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil di masyarakat

    yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan

    yang tentram, aman, damai, dan sejahtera dalam suasana cinta dan

    kasih sayang diantara anggotanya, (Novi Mulyani, 2016:136).

    Moh Gufron (2016:145), menyatakan bahwa keluarga itu

    sendiri merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan

    manusia di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia

    sosial, dalam interaksi dengan kelompok. Sebuah keluarga menjadi

    tempat belajar seorang anak pertama kali. Didalam keluarga terjadi

    proses transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan,

    keterampilan, dan teknik dari generasi sebelumnya kegenerasi yang

    lebih muda. Dalam hal ini membuktikan bahwa keluarga adalah

    faktor utama pembentukan sikap sosial anak. Sejumlah ahli

    menyatakan bahwa kasih sayang orang tua atau pengasuh selama

    beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci utama

    perkembangan sosial anak, meningkatkan kemungkinan anak

    memiliki kompetensi secara sosial dan penyesuaian diri yang baik

    pada tahun-tahun prasekolah.

  • 31

    Keluarga dapat diibaratkan sebagai jembatan yang

    menghubungkan individu dengan kehidupan sosial yang kelak

    akan dihadapinya ketika dewasa. Maka dari itu, orang tua adalah

    tokoh sentral dalam hal pembentukan sikap sosial anak. Tetapi saat

    ini banyak sekali orang tua yang kurang memperhatikan perilaku

    dan sikap anaknya, seperti yang dikemukakan oleh Moh Gufron

    (2016: 143), ia mengatakan bahwa, dalam kehidupan saat ini

    peranan orang tua sebagai pendidik anak semakin memprihatinkan.

    Syamsu Yusuf LN (2011:138) menyebutkan, keluarga

    merupakan lingkungan pertama dan utama bagi remaja dalam

    pengembangan sikap sosial yang dominan. Dalam hal ini orang tua

    mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

    sikap sosial. Menurut Hurclock, keluarga merupakan “Training

    Center” bagi penanaman nilai-nilai. Banyak sekali orang tua yang

    menjadikan kesibukan bekerja sebagai alasan desakan kebutuhan

    ekonomi, profesional serta hobi. Padahal, tanpa kita sadari hal

    tersebut membuat kedekatan orang tua dan anaknya semakin

    berkurang. Kondisi tersebut yang apabila tanpa kita sadari lama

    kelamaan akan menjadi penghalang terhadap hubungan orang tua

    dengan anak.

    Selain itu berkaitan dengan hal pembentukan sikap sosial di

    sekolah hanya sekedar menyuruh para peserta didik untuk

    menghafalkan nilai-nilai normatif secara kognitif yang biasa

  • 32

    diberikan dalam bentuk ceramah. Akan tetapi, akhlak harus

    diajarkan sebagai perangkat sistem yang saling berkaitan antara

    teks dan konteks. Di sisi lain sikap juga tidak akan tumbuh tanpa

    diajarkan dan dibiasakan. Pembentuk sikap (akhlak) selain sebagai

    ilmu, juga harus diamalkan secara terus menerus dalam kehidupan

    sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun

    masyarakat (Muktar, 2013:133).

    Perkembangan sikap sosial peserta didik adalah proses

    perkembangan kepribadian peserta didik selaku seorang anggota

    masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan

    sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam

    masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan

    seterusnya. Sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui

    proses belajar. Dalam proses belajar tidak terlepas dari proses

    komunikasi dimana terjadi proses transfer pengetahuan dan nilai.

    Jika sikap merupakan hasil belajar, maka kunci utama belajar sikap

    terletak pada proses kognisi dalam belajar siswa.

    2. Hakikat Sikap Keberagamaan

    a. Pengertian Sikap Keberagamaan

    Umi Mujiati dan Andi Triyanto (2017:73), mengatakan

    perilaku keberagamaan merupakan tingkahlaku, perbuatan dan

    sikap seseorang atas pengakuan dirinya dengan hal-hal yang sudah

    ditentukan Tuhan-Nya. Keberagamaan atau religeusitas

  • 33

    diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia..Agama telah

    memberikan peraturan untuk manusia yang diterapkan berdasarkan

    tradisi yang sudah ada dalam masyarakat. Sedangkan dapat

    diketahui bahwa sebuah tradisi tidak akan punah dan hilang

    selamanya sehingga kehidupan manusia tidak akan terpecah belah.

    Ali Noer, Syahrani Tambak dan Harun rahman (2017:29),

    mengatakan, ketaatan beragama membawa dampak positif terhadap

    kesehatan mental karena pengalaman membuktikan bawa

    seseorang yang Sikap keagamaan tidak akan terlepas dari

    keberadaan suatu agama. Jika seseorang sudah percaya dengan

    sebuah agama, maka maka seseorang tersebut akan selalu berbuat

    berdasarkan apa yang diperintahkan oleh agamanya. Dapat

    digambarkan, jika seseorang sudah bersikap positif dengan suatu

    objek, maka ia akan selalu memperhatikan dan berbuat sesuatu

    demi objek tersebut. Jika agama merupakan sesuatu yang baik dan

    dipercaya, maka akan timbul rasa suka dan cinta terhadap agama

    tersebut. Dengan demikian sikap keberagamaan seseorang akan

    tercermin dari perilakunya terhadap apa yang dpercayanya

    (agamanya).

    Ketaatan beragama membawa kesehatan mental bagi siapa saja

    yang melakukannya, seperti yang dijelaskan Allah SWT dalam

    firman-Nya, QS Ar-Ra’d/13:28

  • 34

    ىِنَ َاءَ َالَِّذْينَ ت ْطم نُْواو ىِنَ َال بِِذْكِرللاَِأَْكِرللاََِبِذََِبُُهمََْقُلُوَم َت ْطم

    {28:13َرعد}َاْلقُلُْوبَُ

    “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka

    menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

    mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d/13:28),

    (Depaertemen Agama, 1997:253)

    Sikap keberagamaan adalah suatu keadaan diri seseorang

    dimana setiap ia melakukan sesuatu selalu berpegang pada ajaran

    agamanya. Semua yang dilakukannya berlandaskan rasa iman

    didalam hatinya.

    Sikap dan perilaku seseorang dapat dilihat dari cara seseorang

    tersebut menjalani kehidupannya berdasarkan Al-Qur’an dan hadits

    sesuai perintah Allah SWT, maka seseorang dapat seseorang

    tersebut telah dapat dikatakan memiliki sikap keberagamaan yang

    baik. Allah SWT befirman dalam QS An Nisa/4: 59:

    ُعْواالرًُّسْولَ أَ ْواام نََُْٓينَ َال ذََِا يُّهاَ ي َٓ ْلَ اَْولَِأَُوَ َِطي َْش ْيئَ َِفََُتمَْز عَ ت ن َ َنَِْإفَ َْمرِِمْنُكْمَه

    ُتمَِْإَر ُسْولَِالوَ َللاََِل َِإەََُف ُردُّو َِوْيلًََت ََْْحس نَُأَ خ ْي وَ َِلكَ ذ َ َِخرَِهاْلَ َو اْلي ْومََِِِبللََِنُ ْونَ تُوْءمََِْنُكن ْ

    َ{59:4ََالنلساء}

    “Hai Orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan

    taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika

    kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia

    kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu

    benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang

    demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih bak akibatnya.” (QS.

    An Nisa/4:59), (Departemen Agama, 1997:88).

  • 35

    Sikap keberagamaan memiliki peran yang sangat penting

    dalam pembentukan pribadi keagamaan. Sikap keberagamaan yang

    baik akan memunculkan perilaku keberagamaan yang baik. Begitu

    juga sebaliknya, sikap keberagamaan yang kurang baik akan

    memunculkan perilaku keberagamaan kurang baik pula.

    Dari beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan

    bahwa sikap keberagamaan adalah tingkahlaku, perbuatan dan

    sikap seseorang atas pengakuan dirinya dengan hal-hal yang sudah

    ditentukan Tuhan Nya. Keberagamaan atau religeusitas

    diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Sikap

    keberagamaan adalah keadaan internal atau keadaan yang masih

    ada dalam dari manusia.

    b. Bentuk-Bentuk Sikap Keberagamaan

    Keberagamaan atau religiusitas, dapat diwujudkan dalam

    berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya

    terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah),

    tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh

    kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan

    aktivitas yang tampak oleh mata, tetapi juga yang tidak tampak dan

    terjadi dalam hati.

  • 36

    Menurut Ermis Suryana dan Maramah (2013:176), diantara

    aspek-aspek keberagamaan adalah sebagai berikut:

    1) Aspek ritual, mengacu pada seperangkat ritus, seperti tindakan

    keagamaan secara formal dan praktik-praktik suci yang

    mengharapkan pemeluknya melaksanakan ibadah sholat, puasa,

    zakat dan haji bagi yang mampu.

    2) Aspek ketaatan, apabila aspek ritual dari komitmen sangat

    formal dan khas publik. Semua agama yang dikenal juga

    mempunyai tindakan persembahan yang kontemplasi personal

    yang relatif spontan, informal dan hak pribadi. Pengertian ini

    diarahkan kepada amal-amal sunnah seperti sholat sunnah dan

    membaca al-Qur’an.

    3) Aspek pengetahuan agama mengacu kepada harapan bahwa

    orang-orang yang beragama paling tidak memiliki minimal

    ilmu pengetahuan mengenai dasar-dasar ritus, kitab suci dan

    tradisi-tradisi. Seperti apakah aktifitas keagamaannya di

    antaranya yaitu dengan membaca al-Qur’an, mengikuti

    pengajian serta dengan membaca buku-buku yang Islami

    4) Aspek penghayatan agama, memfokuskan pada penghayatan

    tentang pengalaman keberagamaan seseorang, baik dari

    pengalaman yang diperolehnya lewat lingkungan sekitar

    maupun dari luar lingkungannya. Penghayatan keagamaan yang

    mereka dapatkan kemudian diterapkan pada kehidupan sehari-

  • 37

    hari, apakah pengalaman keagamaannya tersebut dapat

    mempengaruhi proses peningkatan penghayatan keagamaannya

    c. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Sikap Keberagamaan

    Pembinaan sikap spiritual keberagamaan erat kaitannya

    dengan ibadah. Seseorang yang sudah tebiasa menanamkan nilai

    keberagamaan akan terotomatis untuk melakukkan sebaik-baiknya

    ibadah. Yang dimaksud ibadah secara bahasa berarti pengabdian,

    penyembahan, ketaatan diri dan doa, (Misbahus Surur, 2009:20).

    Pembentukan sikap keberagamaan dipengaruhi oleh beberapa

    faktor pendukung, diantaranya:

    1) Adanya dorongan pada manusia untuk taat dan patuh kepada

    Allah SWT, hal ini dapat dilihat dari keadaan dan kesadaran

    manusia dalam hal beribadah kepada Allah SWT

    2) Kebutuhan manusia terhadap agamanya. Seorang manusia

    dalam hidupnya sangat membutuhkan suatu petunjuk. Jalan

    untuk mendapatkan petunjuk tersebut melalui rasa

    keyakinannya terhadap sesuatu. Sesuatu yang dimaksud disini

    adalah Allah SWT

    3) Lingkungan keluarga, dimana lingkunagn keluarga merupakan

    pendidikan yang pertama dan utama, karenanya orang tua

    sebagai pendidik mempunyai pengaruh yang besar terhadap

    perilaku keberagamaan anaknya, (Umi Mujiyati dan Andi

    Triyanto, 2017:71)

  • 38

    4) Teman sebaya, bergaul dengan teman yang mempunyai

    perilaku keberagamaan yang baik akan mendorong seseorang

    untuk mempunyai perilaku yang baik, namun sebaliknya

    bergaul dengan teman yang buruk akan membawa seseorang

    memiliki perilaku yang buruk pula.

    Selain faktor pendukung dari terbentuknya sikap

    keberagamaan yang bak, ada pula foktor penghambat dari

    pembentukan sikap keberagamaan tersebut. Diantara faktor

    penghambat pembentukan sikap keberagamaan adalah sebagai

    berikut:

    1) Keadaan jiwa, keadaan jiwa seseorang sangat berpengaruh

    dalam pembentukan sikap. Jika jiwa seseorang masih

    terganggu, maka sangat terhambat untuk terbentuknya sebuah

    sikap keberagamaan

    2) Konflik dan keraguan, konflik kejiwaan dalam diri seseorang

    dalam hal keberagamaan akan mempengaruhi sikap seseorang

    akan agamanya, seperti taat, fanatik atau agnostik, sampai pada

    ateis, (Jalaluddin, 2008:120)

    3) Lingkungan keluarga, yang dimaksud disini adalah suatu

    keluarga yang tidak ada pendidikan agama didalamnya,

    khususnya dari kedua orang tua. Hal ini sangat berpengaruh

    dalam pembentukan keberamaannya

  • 39

    4) Lingkungan sekolah, misalnya peserta didik yang salah

    memilih teman di sekolah, sehingga akan terjerumus kedalam

    hal-hal yang tidak di inginkan

    3. Sistem Pendidikan Boarding School

    a. Pengertian Boarding School

    Andri Septilinda Susiyani dan Subiyantoro (2017:331),

    mengatakan bahwa Boarding school terdiri dari dua kata yaitu

    “boarding” dan “school”, boarding yang berarti asrama sedangkan

    school berarti sekolah. Boarding school adalah sistem sekolah

    berasrama, dimana peserta didik dan juga guru dan pengelola

    sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah

    dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi

    dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya.

    Najihaturrohmah (2017:209), juga menyebutkan boarding

    school adalah suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang

    menekankan pelajaran agama Islam dan memperhatikan materi-

    materi dasar keilmuwan yang mendukung dengan mata pelajaran

    sekolah yang melibatkan peserta didik dan para pendidiknya bisa

    berinteraksi dalam waktu 24 jam setiap harinya dan didukung

    asrama sebagai tempat tinggal siswa yang permanen.

    Tidak jauh berbeda dengan arti dari barding school menurut

    Oxford Dictionary dalam Najihaturrohmah (2017:210) bahwa,

    pendidikan kepesantrenan (Boarding school) is school where some

  • 40

    or all pupil live during the tern. Artinya adalah pesantren adalah

    lembaga pendidikan yang mana sebagian atau seluruh siswanya

    belajardan tinggal berasrama selama kegiatan pembelajaran.

    Khamdiyah (2013:17) mengungkapkan bahwa sistem

    boarding school merupakan himpunan komponen yang saling

    berkaitan dalam suatu lembaga yang didalamnya tidak hanya

    memberikan pengajaran, akan tetapi menyatukan antara tempat

    tinggal dengan sekolah.

    Dari beberapa definisis tersebut dapat disimpulkan bahwa

    boarding school adalah sistem sekolah berasrama dimana selain

    belajar sebagian besar peserta didik dan guru juga bermukim

    disuatu tempat atau kompleks yang sama. Boarding school

    mengharuskan peserta didiknya mengikuti kegiatan regular dari

    pagi sampai siang hari kemudian dilanjutkan kegiatan pendidikan

    dengan nilai-niai khusus pada sore dan malam hari.

    Perpaduan sistem pesantren dan madrasah melahirkan bentuk

    pendidikan yang terpadu antara pesantren dan madrasah. Dalam

    boarding school jadwal peserta didik dari bangun sampai tidur

    kembali sudah dijadwalkan dengan baik oleh pengurus asrama.

    Asrama merupakan tempat tinggal siswa sekaligus sebagai tempat

    belajar, sehingga proses belajar dapat berjalan dengan teratur dan

    aman.

    b. Kriteria Boarding School

  • 41

    Menurut Maksudin (2013:26), suatu lembaga pendidikan yang

    diselenggarakan dengan sistem boarding school paling tidak

    memenuhi dua kriteria, baik fisik maupun nonfisik.

    Kriteria yang berkenaan dengan komponen fisik berkenaan

    dengan adanya beeberapa sarana dan prasarana, diantaranya sarana

    ibadah, ruang belajar (ruang kelas), ruang tinggal (asrama). Selain

    itu ada pula ruang makan, aula, fasilitas cucian, mandi, ruang

    gudang, serta fasilitas olahraga dan seni.

    Kriteria yang berkenaan dengan komponen nonfisik berkenaan

    dengan adanya berbagai program atau kegiatan yang terjadwal

    secara rapi, diatur dan ditentukan sanksi-sanksinya, berorientasi

    pada mutu atau kualitas (mutu akademik, mutu guru, mutu

    ketertiban, keamanan dan kenyamanan).

    c. Peran Boarding School Dalam Pembentukan Sikap

    Boarding school memiliki peran yang penting dalam

    pembentukan sikap seorang peserta didik, contohnya dalam sikap

    sosial seperti, mampu menanamkan sifat mandiri, disiplin, dapat

    berperilaku baik dengan teman, masyarakat dan lingkungan, selain

    sikap sosial juga dalam sikap keberagamaan, diantaranya dapat

    berperilaku jujur terhadap sesama, dapat bertoleransi dengan baik

    walaupun dengan orang yang berbeda agama dan mampu

    berperilaku sesua dengan ajaran agamanya.

  • 42

    Dapat diketahui bahwa berdirinya boarding school dilatar

    belakangi dengan memadukan kurikulum pesantren dengan

    sekolah umum. Isnaini Nurul Khasanah (2017:18) menyebutkan

    beberapa peran boarding school, diantaranya sebagai berikut:

    1) Mengembangkan lingkungan belajar yang islami

    2) Menyelenggarakan program pembelajaran dengan sistem mutu

    terpadu dan terintegrasi yang memberikan bekal kecerdasan

    intelektual, spiritual dan emosional serta kecakapan hidup (life

    skill)

    3) Mengelola lembaga pendidikan dengan system manajemen

    yang efektif, kondusif, kuat, bersih, modern, dan memiliki daya

    saing

    4) Mengoptimalkan peran serta orang tua, masyarakat dan

    pemerintah.

    Dilihat dari peran boarding school, dapat ditarik kesimpulan

    bahwa peran dari boarding school telah menggambarkan sebuah

    sistem boarding school yang sangat efektif untuk mengembangkan

    sikap sosial dan sikap keberagamaan peserta didik.

    Merujuk pada peran sebuah boarding school, sistem boarding

    school sendiri secara langsung maupun tidak langsung dapat

    menenamkan sikap-sikap tersebut melalui bimbingan yang sudah

    terjadwal dan terkontrol selama 24 jam di dalam asrama, dengan

    begitu seorang pembina dapat lebih mudah mengontrol peserta

  • 43

    didiknya, serta dapat menanamkan dan pengembangan sikap

    kemandirian, kedisiplinan bahkan sikap gotong royong yang dapat

    diterapkan di dalam maupun di luar asrama secara langsung

    maupun tidak langsung.

    d. Sistem Pendidikan Boarding School

    Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain

    saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut

    Suwardi (2007:31), sistem merupakan keterkaitan antara input

    (masukan), proses, dan output (keluaran). Misalnya, masukan dari

    pembelajaran dapat berupa siswa, guru, materi, dan media.

    Proses pembelajaran adalah aktivitas kegiatan pembelajaran.

    Keluaran dapat berupa perubahan diri siswa sebagai hasil dari

    proses pembelajaran. Pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa

    Indonesia, dalam Damsar (2011:8), merupakan proses pengubahan

    sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

    mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

    Pengertian dari sistem pendidikan sendiri yaitu suatu kesatuan

    komponen yang terdiri dari komponen-komponen yang ada dalam

    proses pendidikan, dimana antara satu komponen dengan

    komponen lainnya saling berhubungan dan berinteraksi untuk

    mencapai tujuan pendidikan. Seperti yang disebutkan sebelumnya

    sistem pendidikan boarding school merupakan sistem pendidkan

  • 44

    dimana para siswanya tinggal dalam suatu asrama dan menetap

    disana selama waktu yang telah ditentukan.

    Sistem pendidikan seperti ini dapat memberikan pengawasan

    terhadap siswa dalam melakukan kegiatannya, dengan adanya

    pengawasan prestasi siswa dengan ilmu pengetahuan. Pendidikan

    ini berlangsung di asrama selama 24 jam, dengan jadwal yang

    terprogram dan terkontrol secara jelas. Dengan jadwal yang sudah

    diselenggrakan oleh lembaga secara jelas selama 24 jam tersebut,

    dapat dipahami bahwa pendidikan di dalam boarding school dapat

    berjalan secara sistematis.

    4. Tinjauan Pesantren sebagai Pusat Pendidikan Agama Islam

    a. Pondok Pesantren sebagai Pusat Pendidikan Agama Islam

    Menurut Jamaluddin, dalam Afiful Ikhwan (2017:94), pondok

    Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang

    tumbuh, serta diakui oleh masyarakat sekitar dengan sistem asrama

    yang santri-santrinya menerima pendidikan dengan sistem

    pengajaran atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah

    kepemimpinan seseorang atau beberapa orang kyai yang

    mempunyai kharismatik serta independen dalam segala hal. Dalam

    mengembangkan pendidikan, pesantren telah menunjukkan daya

    tahan yang cukup kokoh sehingga mampu melewati berbagai

    zaman dengan beragam masalah yang dihadapinya (Arif Rahman

    Hakim, 2018:90).

  • 45

    Menurut Anisa Rizkiani (2012:11), mengartikan pesantren

    sebagai suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat

    tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan

    mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian.

    Pada saat ini sebuah pondok pesantren dikatakan mampu

    bertahan dengan dlihat dari konstribusinya yang nyata bagi umat

    islam, secara khusus, dan masyarakat, secara luas, dimasa kini dan

    mendatang. Pondok pesantren juga merupakan pendidikan yang

    dimana dalam sistem kependidikan tidak jauh dari pendidikan

    formal yang lainnya. Di dalam Pondok pesantren juga lebih

    mendalam dalam mengembangkan kretifitas, demokrasi, sosial

    yang tinggi, memiliki kecerdasan yang tidak kalah dari pendidikan

    umum, dan tidak kalah penting menceetak generasi yang

    bermartabat dan berbudi luhur.

    Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan sekaligus

    menjadi pusat perubahan masyarakat melalui kegiatan penyebaran

    agama, terutama era prakolonial. Pesantren dapat disebut sebagai

    lembaga non-formal, karena eksistentinya berada dalam jalur

    sistem pendidikan kemasyarakatan. Ia memiliki program

    pendidikan yang disusun sendiri dan pada umumnya bebas dari

    ketentuan formal.

    Seiring berkembangnya sebuah pondok pesantren, kini di

    Indonesia banyak asrama yang sistem pendidikannya hampir sama

  • 46

    dengan pondok pesantren, bahkan banyak sekolah-sekolah yang

    menerapkan sekolah berasrama, dengan kata lain pesantren di

    sekolah disebut dengan lembaga pendidikan islam alternatif

    (asrama/boarding school).

    Kehidupan pondok atau asrama memberikan berbagai manfaat

    antara lain interaksi antara guru dan murid bisa berjalan secara

    intensif, memudahkan kontrol terhadap kegiatan murid,

    menimbulkan stimulasi atau rangsangan belajar dan memberi

    kesempatan yang baik bagi pembiasaan sesuatu.

    Pesantren pada umumnya lebih menitikberatkan pada nilai-

    nilai yang sudah mapan atau tradisional, sedangkan sistem

    boarding school sejak awal didirikannya mengadopsi dan

    memadukan nilai tradisional dan modern secara integrative dan

    selektif (Maksudin, 2013: 10).

    Dua tujuan yang ada dalam sebuah pesantren, yang meliputi

    tujuan umum dan tujuan khusus, seperti yang disebutkan oleh

    Fa’uti Subhan (2006:6), Tujuan umum pesantren adalah

    membimbing peserta didik untuk menjadi manusia yang

    berkepribadian Islam dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi

    penyampai ajaran agama Islam dalam masyarakat sekitar melalui

    ilmu dan amalnya. Sedangkan tujuan khusus pesantren adalah

    mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam agama

  • 47

    yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya

    dalam masyarakat.

    Tujuan tersebut akan dapat dicapai oleh sebuah pesantren atau

    asrama melalui penanaman sikap sosial dan sikap keberagamaan

    oleh seorang kyai yang ada di pesantren atau ustadz-ustadzah yang

    ada di asrama. Husni Rahim (2001:148) menyebutkan, pesantren

    dari peran tradisionalnya sebagai lembaga yang banyak bergerak di

    bidang pendidikan, terutama dalam pengertiannya sebagai lembaga

    tafaquh fi al-dini.

    Hal ini menunjukkan bahwa pesantren sebagai lembaga

    pendidikan Islam mempunyai peran yang signifikan dalam

    membentuk para santrinya terutama dalam bersikap sosial baik

    melalui kajian kitab kuningnya maupun melalui budaya yang

    dikembangkannya sehari hari.

    b. Nilai-Nilai Pendidikan di Pesantren

    Pendidikan yang merupakan agent of change diharapkan harus

    mampu melakukan perbaikan karakter bangsa kita. Karena itu,

    pendidikan kita perlu direkonstruksi ulang agar dapat

    menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan siap menghadapi

    “dunia” masa depan yang penuh dengan problema dan tantangan

    serta dapat menghasilkan lulusan yang memiliki karakter mulia

    serta memiliki sikap social yang baik dengan sesama individu

    maupun dengan masyarakat sekitar.

  • 48

    Syaiful Islam and others dalam Muhammad Mushfi El Iq Bali

    dan Mohammad Fajar Sodik Fadli (2019:4), mengemukakan

    “Education is one important element in the development of a

    nation. Education is the largest field of investment in building and

    shaping mentality person”, dapat diartikan bahwa pendidikan

    adalah suatu pilar penting dalam pembangunan suatu bangsa.

    Pendidikan merupakan bidang investasi terbesar dalam

    membangun dan membentuk mental seseorang. Nilai-nilai

    pendidikan pesantren merupakan suatu konsep yang bersifat

    sederhana dan disetujui bersama, oleh masyarakat dengan baik,

    benar, berharga dan diinginkan. Yang mana di pesantren segala

    sesuatu sudah terkontrol. Banyak pendidikan moral yang didapat di

    pesantren yang diharapkan para snatri dapat melaksanakan apa

    yang didapat saat di pesantren untuk kelak terjun dalam

    masyarakat.

    Sampai saat ini pendidikan di pesantren banyak diyakini oleh

    masyarakat terutama orang tua sebagai tempat pendidikan islam

    yang sangat baik dan berkualitas dengan menerapkan sistem

    asrama dimana jadwal santri selama 24 jam, dimulai dari bangun

    tidur sampai tidur kembali sudah terkontrol dan terstruktur oleh

    pengurus maupun ustadz atau ustadzah di pondok pesantren

    tersebut.

    B. Kajian Pustaka

  • 49

    Kajian pustaka dilakukan untuk menelaah penelitian-penelitian

    terdahulu yang relevan dengan kajian ini. Telaah ini penting dilakukan

    karena untuk pembanding dalam dalam penelitian. Berikut ini beberapa

    penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:

    Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Isnaini Nurul Khasanah yang

    berjudul “Peran Sistem Boarding School dalam Pembentukan Karakter

    Siswa MAN Yogyakarta III”, menurut peneliti peran sistem boarding

    school dalam pembentukan karakter siswa yaitu untuk menanamkan nilai-

    nilai pendidikan karakter pada santri, membiasakan nilai-nilai pada

    pendididkan karakter, dan mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan karakter

    dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan penelitian tersebut dengan

    penelitian yang diteliti saat ini adalah, jika penelitian Isnaini Nurul

    Khasanah memfokuskan pada pembentukan karakter peserta didik,

    sedangkan penelitian saat ini fokus dalam pengembangan sikap sosial dan

    sikap keberagamaan yang ada dalam boarding school MAN 2 Boyolali.

    Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Najihaturrohmah yang berjudul

    “Implementasi Program Boarding School dalam Pembentukan Karakter

    Siswa di SMA Negeri Cahaya Madani Banten Boarding School

    Pandeglang”, menurut peneliti implementasi program boarding school

    dalam pembentukan karakter siswa diantaranya: Terdapat pembinaan

    pendiddikan karakter yang nampak di SMAN CMBBS diantaranya: 1)

    Religius, sikap, dan perilaku; 2) Disiplin, tindakan yang menunjukkan

    perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 3) Jujur

  • 50

    perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang

    yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 4)

    Mandiri, 5) Tanggung jawab sikap dan perilaku seseorang untuk

    melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

    terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),

    negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Perbedaan penelitian tersebut dengan

    penelitian yang diteliti saat ini adalah, jika penelitian Najihaturrohman

    lebih fokus pada kedisiplinan, kemandirian, kejujuran serta tanggung

    jawab, sedangkan penelitiaan saat ini yang dteliti tidak hanya perihal

    kedisiplinan, kemandirian, kejujuran serta tanggung jawab, tetapi juga

    pada bagaimana santri di asrama MAN 2 Boyolali menerapkan sikap-sikap

    sosial tersebut dalam masyarakat. Praktiknya dalam berhubungan baik

    dengan sesama manusia, baik secara individu maupun kelompok.

    Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Kholid Mawardi

    yang berjudul “Perbedaan Sikap Sosial Siswa MA Uswatun Khasanah

    Mangkang Wetan Tugu Kota Semarang (Studi Komparasi Sikap Sosial

    antara Siswa yang tinggal di Pondok Pesantren dengan Siswa yang

    Tinggal bersama Orang Tua Tahun Pelajaran 2015/2016)”, menurut

    peneliti terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap sosial peserta

    didik yang tinggal di pondok pesantren dengan peserta didik yang tinggal

    bersama orang tua pada peserta didik di M.A. Uswatun Hasanah Tugu

    Kota Semarang tahun pelajaran 2015/2016. Ini berarti sikap sosial peserta

    didik yang berasal dari pondok pesantren lebih baik dari peserta didik yang

  • 51

    bertempat tinggal bersama orang tua. Perbedaan penelitian tersebut dengan

    penelitian yang diteliti saat ini adalah, jika penelitian Muhammad Kholid

    Mawardi lebih kepada membandingkan sikap sosial peserta didik yang