implementasi kebijakan program beras...

31
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN KIJANG KOTA KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI Oleh ARDIANA AGUS ASTUTI Nama Pembimbing I : Agus Hendrayady M. Si Nama Pembimbing II : Alfiandri M. Si PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015

Upload: phunghuong

Post on 20-Aug-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI

KELURAHAN KIJANG KOTA KABUPATEN BINTAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

ARDIANA AGUS ASTUTINama Pembimbing I : Agus Hendrayady M. SiNama Pembimbing II : Alfiandri M. Si

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIKUNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG2015

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa

yang disebut di bawah ini:

NIM : 100563201022

Jurusan/Prodi : Ilmu Administrasi Negara

Alamat : Kp. Sei Enam Darat

Nomor Telp. : 081909325777

Email : [email protected]

Judul Naskah : Implementasi Kebijakan Program Beras Miskin

(RASKIN) Di Kelurahan Kijang Kota

Kabupaten Bintan

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah

ilmiah dan untuk dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, September 2015Yang Menyatakan

Dosen Pembimbing I

(Agus Hedrayady M. Si)NIDN. 1005087301

Dosen pembimbing II

(Alfiandri M. Si)NIDN. 1018088004

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM BERAS MISKIN

(RASKIN) DI KELURAHAN KIJANG KOTA KABUPATEN BINTAN

Ardiana Agus Astuti [email protected] Hendrayady M. Si

Alfiandri M.Si

Abstrak

Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UniversitasMaritim Raja Ali Haji

Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang no.7 tahun 1996 mendefinisikanketahanan pangan sebagai “kondisi dimana terjadi kecukupan penyediaan pangan bagirumah tangga yang diukur dari ketercukupan pangan dalam jumlah dan kualitas sertaadanya jaminan atas keamanan (safety), distribusi yang merata dan kemampuanmembeli.” Undang-undang ini kemudian dipertegas dalam PP no.68 Tahun 2002 dimanaketahanan pangan didefinisikan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tanggayang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,merata dan terjangkau. Program Beras Miskin (Raskin) ini dipegang oleh Tim KoordinasiPenanggulangan Kemiskinan (TKPK) Dinas Sosial Provinsi Kepulauan Riau. Masalahdalam penelitian ini mengenai hambatan-hambatan Implementasi Kebijakan ProgramBeras Miskin (Raskin) apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakatyang terlibat dalam Program tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuiImplementasi Kebijakan Program Beras Miskin (Raskin) di Kelurahan Kijang KotaKabupaten Bintan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptifkualitatif. Lokasi penelitian di Kelurahan Kijang Kota Kabupaten Bintan. Adapunpengumpulan data yang digunakan yaitu: observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses Implementasi Kebijakan ProgramBeras Miskin (Raskin) di Kelurahan Kijang Kota Kabupaten Bintan sudah terlaksanadengan baik sebagaimana yang diharapkan. Hal-hal yang menyebabkan dalampelaksanaan Program Beras Miskin tersebut yaitu kurangnya koordinasi, tetapi dapatberjalan dengan baik Program tersebut. Adapun saran dalam penelitian ini yaitu Kepadaaparatur Kelurahan Kijang Kota Kabupaten Bintan sebagai sumber daya manusiapelaksana kebijakan dari Program Beras Miskin (Raskin) ini diharapkan dapatmengoptimalkan lagi pelaksanaan program ini, serta dapat melakukan komunikasi lebihbaik lagi kepada masyarakat penerima manfaat Beras Miskin (Raskin) beserta jajaranRukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) di Kelurahan Kijang Kota KabupatenBintan.

Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Program Beras Miskin

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM BERAS MISKIN

(RASKIN) DI KELURAHAN KIJANG KOTA KABUPATEN BINTAN

Ardiana Agus Astuti [email protected] Hendrayady M. Si

Alfiandri M.Si

Abstract

Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UniversitasMaritim Raja Ali Haji

The Indonesian Government through Act No. 7 of 1996 defined food security as"a condition where there is a sufficient supply of food for the household as measuredfrom the adequacy of food in quantity and quality as well as the guarantee of security(safety), the equitable distribution and ability to buy. "The law is then reinforced in PPNo.68 of 2002 in which food security is defined as" the fulfillment of the conditions offood for households which is reflected in the availability of adequate food, both inquantity and quality, safe, equitable and affordable. Poor Rice program (Raskin) held bythe Coordinating Team for Poverty Reduction (TKPK) Social Service Riau IslandsProvince. Problems in this study on obstacles Rice Program Policy Implementation poor(Raskin) whether it has been as expected by the people involved in the program. Thepurpose of this study to determine rice Poor Policy Implementation Program (Raskin) inSub Kijang Bintan regency City. The research method used is descriptive qualitativeresearch. The research location in the Village Kijang Bintan regency City. The collectionof data used are: observation, interviews and documentation.

The results showed that the rice Poor Policy Implementation (Raskin) in theVillage of Deer City went smoothly as expected. There are still obstacles that looks like:infrastructure that is still available and has not been adequate. The things that led to theimplementation of the Poor Rice Program is a lack of coordination, but it can run well onthe Program. The suggestions in this study is To the apparatus Village Deer City as ahuman resources policy implementers of the Program Rice Poor (Raskin) is expected tooptimize the further implementation of this program, as well as be able to communicatebetter to the beneficiary communities Rice Poor (Raskin) and its ranks Neighborhood(RT) and Pillars of Citizens (RW) in the Village Kijang Bintan regency City.

Keywords: Implementation, Policy, Program Rice Poor

1

A. Pendahulan

Indonesia adalah salah satu dari

sekian banyak Negara agraris

terbesar di Asia Tenggara dengan

lahan yang luas dan subur, tentunya

Indonesia tidak akan sulit untuk

memenuhi kebutuhan pangan bagi

penduduknya. Dalam kenyataannya

Indonesia menghadapi kekurangan

bahan pangan khususnya pada beras

sehingga harus diimpor dari Negara

lain dalam jumlah yang sangat besar.

Kebijakan beras di Indonesia

menjadi basis utama dalam kebijakan

pangan, di mana produksi bahan

pangan dunia saat ini cukup

berlimpah dan mampu menghidupi

masyarakat diseluruh dunia, baik

masyarakat yang berada di Negara-

negara kaya maupun Negara-negara

yang perekonomiannya menengah.

Pemerintah Indonesia melalui

Undang-Undang No.7 tahun 1996

mendefinisikan ketahanan pangan

sebagai “kondisi dimana terjadi

kecukupan penyediaan pangan bagi

rumah tangga yang diukur dari

ketercukupan pangan dalam jumlah

dan kualitas serta adanya jaminan

atas keamanan (safety), distribusi

yang merata dan kemampuan

membeli.”Undang-undang ini

kemudian dipertegas dalam PP

No.68 Tahun 2002 dimana ketahanan

pangan didefinisikan sebagai

“kondisi terpenuhinya pangan bagi

rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik

jumlah maupun mutunya, aman,

merata dan terjangkau. (dalam

Winarno 2012:301).

Pemerintah mengeluarkan suatu

kebijakan untuk menangani

kemiskinan terhadap kebutuhan

pangan akibat krisis moneter yaitu

2

dengan membuat program Beras

Miskin (Raskin).Kebijakan adalah

suatu “purposive course of action or

inaction undertaken by an actor or set

of actors in dealing with a problemor

matter of concern” artinya, kebijakan

itu adalah langkah tindakan yang

secara sengaja dilakukan oleh seorang

aktor atau sejumlah aktor berkenaan

dengan adanya masalah atau

persoalan tertentu yang dihadapi.

James Anderson (1994) dalam Wahab

(2012:8). Dengan dibuatnya suatu

kebijakan diharapkan mampu

mengatasi masalah yang terjadi.

Beras Miskin (Raskin) ini

merupakan metamorfosis dari

kebijakan Operasi Pasar Khusus

(OPK) yang merupakan usaha

pemerintah untuk mengurangi beban

masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan hidup khususnya masalah

pangan. Menurut Food Insecurity

and Vulnerability Information and

Mapping System (FIVIM) ketahanan

pangan adalah kondisi ketika “semua

orang pada segala waktu secara fisik,

sosial dan ekonomi memiliki akses

atas pangan yang cukup, aman, dan

bergizi untuk pemenuhan kebutuhan

konsumsi (dietary needs) dan pilihan

pangan (food preferences) dalam

kehidupan yang aktif dan sehat

(dalam Winarno, 2012:301).

Penyaluran beras bersubsidi bagi

kelompok masyarakat miskin

bertujuan untuk mengurangi beban

pengeluaran Rumah Tangga Miskin

(RTM) disamping itu Program ini

dimaksudkan untuk meningkatkan

akses masyarakat miskin dalam

pemenuhan kebutuhan pangan

pokoknya sebagai salah satu hak dan

dasar masyarakat. Kemudian,

Pemerintah menunjuk Perum Badan

Logistik (BULOG) sebagai lembaga

3

yang mengurus tentang

pendistribusian Beras Miskin

(Raskin) ke daerah-daerah yang telah

ditunjuk.

Kelurahan Kijang Kota

Kabupaten Bintan memiliki Rumah

Tangga Sasaran Penerima Manfaat

(RTS-PM) sebanyak 502 Kepala

Keluarga (KK), RTS-PM tersebut

pada bulan Januari s.d Maret Tahun

2014 mendapat masing-masing 15 kg

dengan total keseluruhan 7.530 kg

dan pada bulan berikutnya juga

sama. Rumah Tangga Sasaran

Penerima Manfaat Raskin (RTS-PM)

sebanyak 502 Kepala Keluarga (KK)

tersebut tersebar di 24 RW dan 85

RT sekelurahan Kijang Kota

Kabupaten Bintan. Beras Miskin

(Raskin) yang diberikan kepada

setiap keluarga miskin masing-

masing mendapat 15 Kg Raskin per

bulan. Jumlah Beras Miskin (Raskin)

yang diberikan atau dibagikan

kepada Rumah Tangga Miskin

(RTM) dalam setahun 4 kali

dibagikan dan setiap 3 bulan sekali

mendapat masing-masing dengan

jumlah 45 kg Beras Miskin (Raskin).

Dengan harga Rp.1.600/kg, harga

tersebut adalah harga dititik

distribusi.

Pemilihan juga harus yang sesuai

dengan Rumah Tangga Sasaran

(RTS) yang tercantum dalam data

penerima Beras Miskin (Raskin),

karena hanya mereka yang benar-

benar paling miskin dan rawan

pangan saja yang boleh dipilih.

Dengan adanya Program Beras

Miskin (Raskin) sangatlah membantu

masyarakat miskin untuk memenuhi

kebutuhan pangannya. Dalam

Program tergambar rencana dan

strategi akan dilaksanakan sesuai

dengan yang diharapkan, jadi apa

4

yang ditetapkan tersebut harus sesuai

dengan tujuan-tujuan yang ingin

dicapai.

Berdasarkan observasi awal yang

penulis lakukan di Kelurahan Kijang

Kota Kabupaten Bintan, ada

beberapa gejala yang timbul dalam

Program Beras Miskin (Raskin)

tersebut. Adapun gejala yang timbul

adalah sebagai berikut :

1. Terdapat Rumah Tangga

Sasaran Penerima Manfaat

(RTS-PM) yang seharusnya

menerima Program Beras

Miskin (Raskin), tetapi

Rumah Tangga Sasaran

Penerima Manfaat (RTS-

PM) tersebut tidak

tercantum dalam data

penerima Beras Miskin

(Raskin).

2. Adanya Rumah Tangga

Sasaran Penerima Manfaat

(RTS-PM) yang seharusnya

tidak menerima Program

Beras Miskin (Raskin),

Rumah Tangga Sasaran

Penerima Manfaat (RTS-

PM) yang dalam ekonomi

menengah keatas tetapi

tercantum dalam data

penerima Beras Miskin

(Raskin).

3. Beras Miskin (Raskin) yang

dibagikan kepada Rumah

Tangga Sasaran Penerima

Manfaat (RTS-PM) kualitas

Beras Miskin (Raskin) yang

disalurkan dan diterima

Rumah Tangga Sasaran

Penerima Manfaat (RTS-

PM) masih berkualitas

rendah sehingga kurang

layak untuk dikonsumsi.

Pada penelitian ini, peneliti

membahas mengenai pembagian

5

Beras Miskin (Raskin) yang terjadi

di Kelurahan Kijang Kota Kabupaten

Bintan. Peneliti memandang bahwa

masalah tersebut sangat menarik

mengingat bahwa Program Beras

Miskin (Raskin) merupakan program

yang sangat berdampak terhadap

permasalahan ekonomi yang

dihadapi oleh masyarakat Kijang

Kota.

Melalui uraian diatas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul :

“Implementasi Kebijakan

Program Beras Miskin (Raskin) Di

Kelurahan Kijang Kota

Kabupaten Bintan.”

B. Landasan Teoritis

Pemerintahan tidak terlepas dari

suatu kebijakan, kegiatan suatu

program kebijakanakan terpenuhi

sebagaimana diharapkan apabila

unsur-unsur yang ada didalamnya

saling mendukung. Dalam kaitan

dengan penyelenggaraan seluruh

kegiatan pemerintahan untuk

mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, dalam pemerintahan

tersebut juga mempunyai beberapa

unsur pendukung, salah satunya

adalah Implementasi.

Secara sederhana implementasi

dapat diartikan sebagai pelaksanaan

atau penerapan.Dalam arti luas

implementasi sering dianggap

sebagai bentuk pengoperasian atau

penyelenggaraan aktivitas yang telah

ditetapkan dan menjadi kesepakatan

bersama diantara pemangku

kepentingan, aktor, organisasi,

prosedur dan teknik secara sinergis

yang digerakkan untuk bekerjasama

dan menerapkan kebijakan ke arah

tertentu yang dikehendaki.

Menurut Pressman dan

Wildavsky (dalam Wahab 2012:135)

6

menyatakan bahwa sebuah kata kerja

mengimplementasikan itu sudah

sepantasnya terkait langsung dengan

kata benda kebijakan.

Van Meter dan Van Horn (dalam

Wahab, 2001:65)merumuskan proses

implementasi sebagai“those actions

by public or private individuals (or

groups) that are directed at the

achievement of objectives set forth in

prior policy decisions”(Tindakan-

tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu/pejabat-pejabat

atau kelompok-kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan

kebijakan).

Definisi lain juga diutarakan oleh

Daniel A. Mazmanian dan Paul A.

Sabatier (dalam Wahab,

2001:65),menjelaskan makna

implementasi dengan mengatakan

bahwa:

“memahami apa yangsenyatanya terjadi sesudahsuatu program dinyatakanberlaku atau dirumuskanmerupakan fokus perhatianimplementasi kebijakan,yakni kejadian-kejadian dankegiatan-kegiatan yangtimbul sesudah disahkannyapedoman-pedoman kebijakanNegara, yang mencakup baikusaha-usaha untukmengadministrasikannyamaupun untuk menimbulkanakibat/dampak nyata padamasyarakat atau kejadian-kejadian”.

Ripley dan Franklin

(Winarno, 2012:148) berpendapat

bahwa implementasi adalah apa yang

terjadi setelah undang-undang

ditetapkan yang memberikan otoritas

program, kebijakan, keuntungan

(benefit) atau suatu jenis keluaran

yang nyata. Implementasi mencakup

tindakan yang dilakukan oleh

berbagai aktor, khususnya para

anggota birokrat yang membuat

program kebijakan.

7

Agar tidak menimbulkan

penafsiran yang salah terhadap ruang

lingkup penelitian ini, maka penulis

memberikan batasan penelitian

hanya pada pelaksanaan

Implementasi Kebijakan Program

Beras Miskin (Raskin) di Kelurahan

Kijang Kota Kabupaten Bintan.

Definisi Operasional menurut

Singarimbun (1989:33) adalah suatu

fenomena yang dirumuskan atas

dasar generalisasi dari sejumlah

karakteristik kejadian, keadaan,

kelompok atau individu tertentu yang

menjadi pusat perhatian.

Untuk mengimplementasi

kebijakan suatu program, peneliti

menggunakan teori Edward III

(dalam Winarno, 2012:177-206)

yang mengemukakan ada empat

proses dalam mengimplementasi

kebijakan.

Adapun diantaranya adalah

sebagai berikut :

Implementasi Kebijakan sebagai

variabel, diukur dengan indikator-

indikator menurutEdward III sebagai

berikut:

Implementasi Kebijakan adalah

salah satu tahap kebijakan publik,

antara pembentukan kebijakan dan

konsekuensi-konsekuensi kebijakan

bagi masyarakat yang

dipengaruhinya. Dapat dilihat

dimensi sebagai berikut :

1. Komunikasi

(Communication)

Komunikasi berkenaan dengan

bagaimana kebijakan

dikomunikasikan pada publik dan

sikap serta tanggapan dari pihak

yang terlibat.

Adapun indikatornya adalah :

a. Transmisi, yaitu adanya

kesalahpahaman terhadap

8

keputusan-keputusan yang

dikeluarkan.

b. Konsistensi, yaitu perintah-

perintah pelaksanaan harus

konsisten dan jelas mengenai

Program Beras Miskin

(Raskin) dari pemerintah

kemasyarakat.

c. Kejelasan, yaitu kebijakan-

kebijakan yang ingin

diimplementasikan harus

sesuai dengan yang

diinginkan dan petunjuk-

petunjuk pelaksana harus

dikomunikasikan secara jelas.

2. Sumber-sumber (Resouce)

Ketersediaan sumber yang

dimaksud adalah tersedianya

sumber-sumber daya, baik itu pada

birokrasi pemerintahan sebagai

implementor dan sarana yang dapat

diperlukan atau dibutuhkan dalam

Implementasi Kebijakan tersebut.

Adapun indikatornya adalah :

a. Staf, yaitu adanya keahlian-

keahlian dan

kemampuanyang baik dalam

melaksanakan tugas-tugas

terhadapKebijakan Program

Beras Miskin (Raskin).

b. Informasi, yaitu para

pelaksana kebijakan harus

diberi petunjuk dalam

melaksanakan kebijakan

Program Beras Miskin

(Raskin).

c. Wewenang, yaitu

Kewenangan yang dijelaskan

oleh pemerintah agar

kegiatan suatu Program dapat

berjalan secara efektif dan

efisien.

d. Fasilitas, yaitu sarana

pendukung atau alat-alat

transportasi seperti kendaraan

9

yang digunakan pada saat

pelaksanaan kegiatan.

3. Kecendrungan-

kecendrungan (Dispositions

or attitude)

Kecendrungan prilaku atau

karakteristik dari pelaksana

kebijakan berperan penting untuk

mewujudkan Implementasi

Kebijakan yang sesuai dengan tujuan

atau sasaran.

Adapun indikatornya adalah :

a. Dampak dari kecendrungan-

kecendrungan, yaitu para

pelaksana harus-

bersikap baik terhadap suatu

Kebijakan dan dapat

menjalankan Kebijakan

sesuai dengan yang

diharapkan.

b. Pengangkatan Birokrat, yaitu

pengangkatan birokrasi yang

akan menghambat

Implementasi Kebijakan yang

efektif agar didalam suatu

Program dapat berjalan baik

dan tepat sasaran.

4. Struktur Birokrasi

(Bureaucratic Structures)

Struktur birokrasi berkenaan

dengan kesesuaian organisasi

birokrasi yang menjadi

penyelenggara Implementasi

Kebijakan publik.

Adapun indikatornya adalah :

a. Prosedur-prosedur kerja

ukuran dasarnya, yaitu

adanya Prosedur Operasi

yang Standart (Standard

Operating Procedures/SOP)

Fungsi dari SOP menjadi

pedoman bagi setiap

implementor dalam

bertindak.

b. Fragmentasi, yaitu

mengkoordinasi kebijakan-

10

kebijakan dengan lembaga

pemerintahan yang

melaksanakan Program Beras

Miskin (Raskin).

C. Hasil Penelitian

Kita dapat melihat bagaimana

karakteristik dari masing-masing

informan yang membantu penelitian

ini dengan hasil yang sebenarnya.

Informan dalam penelitian ini

berjumlah 18 orang, yaitu: 1

Lurah/Sekretaris Lurah Kijang Kota

Kabupaten Bintan, 1 Kabag

Pelaksana Beras Miskin (Raskin) Di

Kelurahan Kijang Kota Kabupaten

Bintan, 5 Ketua RT (Rukun

Tetangga), 5 Ketua RW (Rukun

Warga) di Kelurahan Kijang Kota

Kabupaten Bintan, dan 6 orang

masyarakat penerima Beras Miskin

(Raskin).

1. Komunikasi

(Communication)

Pakar komunikasi menurut

Joseph de Vito dalam Nasir, dkk

(2011:203) menyebutkan ada lima

kualitas umum yang

dipertimbangkan untuk efektifitas

komunikasi, yaitu adanya

keterbukaan, saling mendukung,

bersikap aktif, memahami perasaan

orang lain, dan adanya kesetaraan.

a. Kesalahpahaman terhadap

keputusan yang

dikeluarkan oleh

pemerintah

Berdasarkan hasil wawancara

pertanyaan yang pertama kepada

informan yang berinisial [PJ,[SN,[MJ

dan [SP, menyatakan bahwa tidak ada

kesalahpahaman yang terjadi mengenai

keputusan dari pemerintah sehubungan

dengan Program Beras Miskin (Raskin)

tersebut. (Wawancara ini dilakukan

pada tanggal 24 juli 2015)

11

Begitu juga hasil wawancara dari

informan berinisial [SN,[AB,[ESdan

[MA juga menyatakan hal yang sama

yaitu bawasannya tidak ada terjadi

kesalahpahaman mengenai keputusan-

keputusan yang dikeluarkan oleh

pemerintah sehubungan dengan

Program Beras Miskin (Raskin).

(Wawancara ini dilakukan pada tanggal

28 juli 2015).

Wawancara yang dilakukan

peneliti dengan informan kunci (key

informan) mengenai kesalahpahaman

terhadap keputusan-keputusan yang

dikeluarkan oleh pemerintah kepada

pihak yang terlibat atau masyarakat

sehubungan dengan adanya Program

Beras Miskin (Raskin) yang ada di

Kelurahan Kijang Kota Kabupaten

Bintan, sebagai berikut:

“Tanggapannya… tidakada kesalahpahaman yangterjadi, kami menanggap baikkeputusan itu dan kami

berharap dengan adanyaProgram Beras Miskin (Raskin)itu dapat meningkatkankesejahteraan masyarakatsetidaknya dapat membantumasyarakat memenuhikebutuhan sehari-harikhususnya untuk kebutuhanpangan.(Wawancara inidilakukan pada tanggal 13Agustus 2015, Jam 10.00 WIB).Dari hasil pengamatan langsung

yang penulis lihat tentang

kesalahpahaman terhadap keputusan

yang dikeluarkan oleh pemerintah

sehubungan dengan adanya Program

Beras Miskin (Raskin) di Kelurahan

Kijang Kota Kabupaten Bintan tidak

ada kesalahpahaman yang terjadi.

Terkait dari hasil wawancara

dengan beberapa informan dan hasil

Observasi dapat disimpulkan bahwa

kesalahpahaman terhadap keputusan

yang dikeluarkan oleh pemerintah

kepada masyarakat dalam Program

Beras Miskin (Raskin) tidak terjadi

kesalahpahaman.

12

b. Perintah Pelaksanaan

Harus Konsisten Dan Jelas

Dari Pemerintah Ke

Masyarakat Mengenai

Program Beras Miskin

(Raskin)

Berdasarkan hasil wawancara

pertanyaan kepada informan yang

berinisial [PJ,[SN,[MJ dan [SP,

menyatakan bahwa mengenai

perintah pelaksanaan sudah konsisten

dan jelas tentang Program Beras

Miskin (Raskin) dari pemerintah ke

masyarakat. (Wawancara ini

dilakukan pada tanggal 24 juli 2015).

Wawancara yang dilakukan

peneliti dengan informan kunci (key

informan) mengenai perintah-

perintah pelaksanaan dari pemerintah

ke masyarakat sehubungan dengan

adanya Program Beras Miskin

(Raskin) yang ada di Kelurahan

Kijang Kota Kabupaten Bintan,

sebagai berikut:

“Sudah… hmm,sudah dilaksanakan secarakonsisten dan jelas dalamwaktu yang cukup lama dansejauh ini juga khususnya diKelurahan Kijang Kota tidakada masalah yang berarti.kitaselalu memberikan kepadamasyarakat yang tepatsasaran.(Wawancara inidilakukan pada tanggal 13Agustus 2015, Jam 10.00WIB).

Dari hasil pengamatan

langsung yang penulis lihat

mengenai perintah-perintah

pelaksanaan tentang Program Beras

Miskin (Raskin) di Kelurahan Kijang

Kota Kabupaten Bintan sudah

konsisten dan jelas.

Terkait dari hasil wawancara

dengan beberapa informan dan hasil

Observasi dapat disimpulkan bahwa

perintah-perintah pelaksanaan dari

pemerintah kemasyarakat dalam

Program Beras Miskin (Raskin)

13

sudah dilaksanakan secara konsisten

dan jelas.

2. Sumber-sumber (Resouce)

Sumber daya adalah faktor paling

penting dalam Implementasi

Kebijakan agar efektif.Ketersediaan

Sumber yang dimaksud adalah

tersedianya sumber-sumber daya,

baik itu pada birokrasi pemerintahan

sebagai implementor dan sarana

yang dapat diperlukan atau

dibutuhkan dalam Implementasi

Kebijakan. Tanpa adanya sumber

daya, Kebijakan hanya tinggal

dikertas saja menjadi dokumen. Ada

ukurannya yang akan digunakan

dalam melihat dimensi dari sumber-

sumber tersebut melalui indikator

yaitu:

a. Keahlian-Keahlian Dan

Kemampuan Dalam

Melaksanakan Program

Beras Miskin (Raskin)

Adapun pertanyaan tentang

indikator Keahlian dan Kemampuan

dalam melaksanakan Program Beras

Miskin (Raskin) yang akan dijadikan

pertanyaan tentang indikator

Keahlian dan Kemampuan yaitu

untuk pertanyaan pertama informan

berinisial [AR, menjawab bahwa:

“mengenai keahlian dankemampuan dalammelaksanakan Program BerasMiskin (Raskin) kepadamasyarakat di KelurahanKijang Kota ini menurut sayasudah baik, walaupun masihada masyarakat yang kurangnyaman denganpelaksanaannya”.(Wawancara ini dilakukanpada tanggal 29 juli 2015)

Hal ini diperkuat oleh hasil

wawancara dengan informan kunci

(key informan) mengenai Keahlian-

keahlian dan kemampuan dalam

melaksanakan Program Beras Miskin

(Raskin) yang ada di Kelurahan

Kijang Kota Kabupaten Bintan,

sebagai berikut:

14

“Tugas dan

kemampuan, untuk petugas-

petugasnya itu dapat

melaksanakan tugas Raskin

dengan baik. (Wawancara ini

dilakukan pada tanggal 13

Agustus 2015, Jam 10.00

WIB).

Dari hasil observasi

(pengamatan langsung) yang penulis

lihat bahwa keahlian-keahlian dan

kemampuan dalam melaksanakan

Program Beras Miskin (Raskin) di

Kelurahan Kijang Kota Kabupaten

Bintan dari pihak pemerintah

kemasyarakat sudah baik dan dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik.

Terkait dari hasil wawancara

dengan beberapa informan dan hasil

Observasi dapat disimpulkan bahwa

keahlian dan kemampuan dalam

melaksanakan Program Beras Miskin

(Raskin) sudah terlaksana dengan

baik.

b. Para Pelaksana Diberi

Petunjuk Dalam

Melaksanakan Program

Beras Miskin (Raskin)

Informasi merupakan sumber

penting yang kedua dalam

Implementasi Kebijakan yaitu

informasi mengenai bagaimana

melaksanakan suatu kebijakan.

Pelaksanaan-pelaksanaan perlu

mengetahui apa yang dilakukan dan

bagaiman harus melakukannya.

Dengan demikian, para pelaksana

kebijakan harus diberi petunjuk

untuk melaksanakan kebijakannya

tersebut.

Wawancara yang dilakukan

peneliti dengan informan kunci (key

informan) tentang para pelaksana

kebijakan dalam melaksanakan

Program Beras Miskin (Raskin) yang

15

ada di Kelurahan Kijang Kota

Kabupaten Bintan, sebagai berikut:

“Sejauh ini sudah

diberi petunjuk dalam

melaksanakan Program

tersebut”. (Wawancara ini

dilakukan pada tanggal 13

Agustus 2015, Jam 10.00

WIB).

Dari hasil pengamatan langsung

yang penulis lihat tentang para

pelaksana dalam melaksanakan

Program Beras Miskin (Raskin) di

Kelurahan Kijang Kota Kabupaten

Bintan sudah diberi petunjuk, hanya

saja kebijakannya kurang

dikoordinasi dari pelaksana.

Terkait dari hasil wawancara

dengan beberapa informan dan hasil

Observasi dapat disimpulkan bahwa

para pelaksana dalam melaksanakan

Program Beras Miskin (Raskin)

sudah diberi petunjuk tetapi

kebijakannya kurang dikoordinasi

dari pelaksana.

3. Kecendrungan-

kecendrungan atau tingkah

laku

Kecendrungan-kecendrungan

atau tingkah laku adalah watak dan

karakteristik yang dimiliki oleh

implementor seperti komitmen,

kejujuran dan sifat demokratis.

Apabila implementor memiliki

disposisi yang baik, dia akan dapat

menjalankan kebijakan dengan baik

seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan. Ketika

implementor memiliki sifat atau

perspektif yang berbeda dengan

pembuat kebijakan, maka proses

implementasi kebijakan juga menjadi

tidak efektif. Ada ukurannya yang

akan digunakan dalam melihat

dimensi dari Kecendrungan-

16

kecendrungan atau tingkah laku

tersebut melalui indikator yaitu:

a. Para Pelaksana Bersikap

Baik Terhadap Kebijakan

Program Raskin

Jika ingin Implementasi

Kebijakan suatu Program dapat

terpenuhi dan tercapai dengan yang

diharapkan, maka para pelaksananya

harus bersikap baik terhadap suatu

kebijakan dan dapat menjalankan

kebijakan sesuai dengan yang

diharapkan.

Berdasarkan hasil wawancara

pertanyaan kepada informan yang

berinisial [PJ,[SN,[MJ dan [SP,

menyatakan bahwa “sejauh ini sikap

para pelaksana sudah bersikap baik.

(Wawancara ini dilakukan pada

tanggal 24 juli 2015)

Wawancara yang dilakukan

peneliti dengan informan kunci (key

informan) mengenai para pelaksana

Beras Miskin (Raskin) di Kelurahan

Kijang Kota dan apa sudah dapat

menjalankannya sesuai dengan yang

diharapkan yaitu sebagai berikut:

“Sudah bersikap baik, ramah

tamah, sopan-sopan dan

dalam menjalankan

Programnya pun sudah sesuai

dengan yang diharapkan”.

(Wawancara ini dilakukan

pada tanggal 13 Agustus

2015, Jam 10.00 WIB).

Dari hasil pengamatan

langsung yang penulis lihat

mengenai para pelaksana Raskin di

Kelurahan Kijang Kota bersikap baik

dan dapat menjalankannya

Programnya sesuai dengan yang

diharapkan.

Terkait dari hasil wawancara

dengan beberapa informan dan hasil

Observasi dapat disimpulkan bahwa

mengenai para pelaksana Raskin di

17

Kelurahan Kijang Kota sudah

bersikap baik dan dapat menjalankan

Program Raskinnya juga sudah

sesuai dengan yang diharapkan.

b. Pengangkatan Birokrasi

Menghambat Implementasi

Kebijakan yang efektif

Jika didalam suatu kegiatan atau

Program tentang pengangkatan

birokrasi dapat menghambat

Implementasi Kebijakan yang efektif

agar didalam suatu Program dapat

berjalan baik dan sudah tepat

sasaran.

Berdasarkan hasil wawancara

pertanyaan kepada informan yang

berinisial [PJ,[SN,[MJ dan [SP,

menyatakan bahwa “dalam hal

tersebut saya tidak mengetahuinya

secara jelas. (Wawancara ini

dilakukan pada tanggal 24 juli 2015)

Wawancara yang dilakukan

peneliti dengan informan kunci (key

informan)tentang pengangkatan

birokrasi dapat menghambat

Implementasi Kebijakan yang efektif

agar didalam suatu Program dapat

berjalan baik dan tepat sasaran yaitu

sebagai berikut:

“sudah, karena kan untuk

menetapkan masyarakat

sasarannya itu ada beberapa

indikator yang dapat mee..

hm, apa istilahnya

masyarakatnya yang miskin

atau layak untuk dibagikan”.

(Wawancara ini dilakukan

pada tanggal 13 Agustus

2015, Jam 10.00 WIB).

Dari hasil observasi

(pengamatan langsung) yang penulis

lihattentang pengangkatan birokrasi

tidak ada yang menghambat

Implementasi Kebijakan yang efektif

dan didalam Program Raskin

berjalan baik dan sudah tepat sasaran

18

Terkait dari hasil wawancara

dengan beberapa informan dan hasil

Observasi dapat disimpulkan

bahwatentang pengangkatan

birokrasi tidak ada yang

menghambat dalam Implementasi

Kebijakan tersebut dan didalam

Program Raskin juga sudah berjalan

baik dan sudah tepat sasaran.

4. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas

mengimplementsikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap implementasi

kebijakan.Salah satu dari aspek

struktur yang penting dari setiap

organisasi adalah adanya prosedur

operasi yang standar (standar

operating procedure) SOP menjadi

pedoman bagi implementor dalam

bertindak. Ada ukurannya yang akan

digunakan dalam melihat dimensi

dari Struktur Birokrasi tersebut

melalui indikator yaitu :

a. Adanya Prosedur Operasi

yang Standar (standar

operating procedure) SOP

Jika Implementasi kebijakan

ingin berhasil dan sesuai dengan

yang diharapkan makadidalam suatu

kegiatan atau Program khususnya

Beras Miskin (Raskin) harus dengan

adanya Prosedur Operasi yang

Standar (standar operating

procedure) SOP yang berlaku.

Wawancara yang dilakukan

peneliti kepada informan yang

berinisial [PJ,[SN,[MJ dan [SP,

menyatakan bahwa “mengenai

Prosedur Operasi yang Standar sudah

sesuai dengan prosedur.

(Wawancara ini dilakukan pada

tanggal 24 juli 2015)

Sedangkan dari informan

berinisial [SN,[AB,[ES,[MA,[AR

19

dan [HK juga menyatakan hal yang

sama yaitu bawasannya sudah sesuai

dengan prosedur Operasi yang

Standar.

Hal tersebut juga disetujui

dengan pendapat informan kunci

(key informan) dalam menjalankan

Program Beras Miskin (Raskin)

sudah dengan adanya Prosedur

Operasi yang Standar (standar

operating procedure) SOP yang

berlaku.yaitu sebagai berikut:

“sudah, kita selalu

memastikan itu tetap sesuai

dengan Prosedur Operasi

yang Standar”. (Wawancara

ini dilakukan pada tanggal 13

Agustus 2015, Jam 10.00

WIB).

Berdasarkan observasi (hasil

pengamatan langsung) yang penulis

lihat dalam menjalankan Program

Beras Miskin (Raskin) sudah dengan

Prosedur Operasi yang Standar

(standar operating procedure) SOP

yang berlaku.

Dapat disimpulkan dari hasil

wawancara dengan beberapa

informan dan hasil Observasi dapat

disimpulkan bahwa sudah

denganadanya Prosedur Operasi

yang Standar (standar operating

procedure) SOP yang berlaku.

b. Mengkoordinasi Kebijakan

Dengan Lembaga

Pemerintahan yang

melaksanakan Program

Beras Miskin (Raskin)

Implementasi Kebijakan suatu

kegiatan atau Program harus

mengkoordinasi kebijakan tersebut

secara baik dengan lembaga

pemerintahan yang melaksanakan

Program Beras Miskin (Raskin).

Berdasarkan hasil wawancara

pertanyaan kepada informan yang

20

berinisial [PJ,[SN,[MJ dan [SP,

menyatakan bahwa “hmm, mengenai

hal tersebut kemungkinan masih

kurangnya koordinasi.

(Wawancara ini dilakukan pada

tanggal 24 juli 2015)

Begitu juga hasil wawancara dari

informan berinisial [SN,[AB,[ES dan

[MA juga menyatakan hal yang sama

yaitu bawasannya mengenai

koordinasi kebijakan atau aturan

dengan pemerintah yang

melaksanakan Program Raskin di

Kelurahan Kijang Kota masih

kurangnya koordinasi, tetapi sejauh

ini dapat terlaksana dengan baik.

(Wawancara ini dilakukan pada

tanggal 28 juli 2015)

Begitu juga hasil wawancara

yang dilakukan peneliti dengan

informan berinisial [HF,[SN dan

[HM menyatakan hal yang sama juga

yaitu “hmm.. mengenai hal tersebut

tanggapan saya itu masih kurangnya

koordinasi dari pihak-pihak yang

terlibat.”. (Wawancara ini dilakukan

pada tanggal 6 Agustus 2015)

Wawancara yang dilakukan

peneliti dengan informan kunci (key

informan) dalam mengkoordinasi

Kebijakan dengan lembaga

Pemerintahan yang melaksanakan

Program Raskin Di Kelurahan

Kijang Kota Kabupaten

Bintan.yaitusebagai berikut:

“kami setiap ada informasi-informasi atau peraturan-peraturan yang baru itu selalumenginformasikan kepadastaf khususnya pemerintahpusat yang melaksanakanProgram itu sehingganantinya dapat sinkrondengan yang diinginkanmasyarakat”. (Wawancara inidilakukan pada tanggal 13Agustus 2015, Jam 10.00WIB).

Hasil observasi (pengamatan

langsung) yang penulis

lihatdalammengkoordinasi Kebijakan

dengan lembaga Pemerintahan yang

21

melaksanakan Program Raskin Di

Kelurahan Kijang Kota Kabupaten

Bintan kurangnya koordinasi, tetapi

dapat terlaksana dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan beberapa informan dan hasil

Observasi dapat disimpulkan bahwa

dalam mengkoordinasi Kebijakan

dengan lembaga Pemerintahan yang

melaksanakan Program Raskin Di

Kelurahan Kijang Kota Kabupaten

Bintan meskipun kurangnya

koordinasi, tetapi dapat terlaksana

dengan baik.

D. Kesimpulan

Proses Implementasi Kebijakan

Program Beras Miskin (Raskin) di

Kelurahan Kijang Kota Kabupaten

Bintan sudah terlaksana dengan baik

yang mengacu pada teori dari

Edward III. Hal-hal ini dapat dilihat

dari beberapa faktor antara lain

sebagai berikut :

1. Pada dimensi Komunikasi

(Communication), pada

dimensi komunikasi sudah

terlaksana yaitu kebijakan

tentang Program Beras Miskin

(Raskin) sudah diinformasikan

dengan baik, melalui

penyampaian langsung kepada

masyarakatnya. begitu juga

dengan pelaksanaan

programnya tidak terjadi

kesalahpahaman terhadap

keputusan yang dikeluarkan

oleh pemerintah dan dalam

perintah dan petunjuk

pelaksanaan dari pemerintah

ke masyarakat juga sudah

konsisten dan jelas serta

sudah sesuai dengan yang

diharapkan dan

dikomunikasikan dengan

jelas sehubungan dengan

22

adanya Program Beras Miskin

(Raskin) di Kelurahan Kijang

Kota Kabupaten Bintan.

2. Pada dimensi Sumber-sumber

(Resouce), pada dimensi ini

petugas pelaksananya dapat

melaksanakan tugasnya

dengan baik yaitu: sumber

daya yang dimaksud adalah

tersedianya sunber daya

keahlian dan kemampuan

sebagai implementor dan para

pelaksana juga sudah diberi

petunjuk, hanya saja

kebijakannya kurang

dikoordinasi dari pelaksana

kegiatan, dan kewenangan

yang dijelaskan oleh

pemerintah dapat berjalan

efektif dan efisien yaitu

sudah sesuai dengan yang

ditetapkan, serta sarana

pendukung atau alat

transportasi yang digunakan

pada saat pelaksanaan

kegiatan atau Program ini

sudah tersedia, meskipun

kendaraan yang dikhususkan

untuk Program Beras Miskin

(Raskin) belum ada.

3. Pada dimensi Kecendrungan-

kecendrungan (Dispositions

or attitude), pada dimensi

kecendrungan-kecendrungan

dapat disimpulkan bahwa

mengenai para pelaksana

Beras Miskin (Raskin) di

Kelurahan Kijang Kota

Kabupaten Bintan sudah

bersikap baik dan dapat

menjalankan Program atau

kegiatan Raskinnya juga

sudah sesuai dengan yang

diharapkan. Serta

pengangkatan birokrasi tidak

ada yang menghambat dalam

23

Implementasi Kebijakan

tersebut didalam Program

Beras Miskin (Raskin) juga

sudah berjalan baik dan

sudah tepat sasaran.

4. Pada dimensi Struktur

Birokrasi (Bureaucratic

Structures), kegiatan Program

Beras Miskin (Raskin) ini

telah terlaksana sesuai

dengan SOP, begitu juga

dalam mengkoordinasi

kebijakan tersebut dengan

lembaga pemerintahan yang

melaksanakan Program Beras

Miskin (Raskin) di Kelurahan

Kijang Kota Kabupaten

Bintan meskipun kurangnya

koordinasi, tetapi dapat

terlaksana dengan baik.

Karena dengan adanya

Prosedur yang Standart

(Standart Operating

Procedures/SOP) dan

struktur birokrasi yang jelas

di dalam suatu kegiatan atau

program akan menjadi jelas

dan lebih terarah.

Saran

Berdasarkan data dan hasil

penelitian yang telah penulis lakukan

di Kelurahan Kijang Kota Kabupaten

Bintan. Khususnya yang terlibat

didalam Program Beras Miskin

(Raskin) tersebut, maka saran yang

dapat penulis sampaikan kepada

pihak Kelurahan Kijang Kota

Kabupaten Bintan antara lain sebagai

berikut:

1. Dari segi komunikasi dalam

pelaksanaan Kegiatan

Program Beras Miskin

(Raskin) di Kelurahan Kijang

Kota Kabupaten Bintan sudah

terlaksana dengan baik dan

tidak terjadi kesalahpahaman

24

namun tetap harus

dipertahankan dan

dioptimalkan lagi untuk

kegiatan Program

selanjutnya.

2. Dari segi sumber daya yang

ada sudah tersedia, walaupun

yang dikhususkan untuk

program Raskin ini belum

ada. Namun pemerintah harus

lebih mengoptimalkan lagi

khususnya dalam Program

Raskin di Kelurahan Kijang

Kota Kabupaten Bintan dan

masyarakat setempat harus

memberikan masukan yang

bagus terhadap Program ini

sehingga dalam suatu

kegiatan bisa berjalan baik

dan sesuai dengan yang

diharapkan.

3. Dari segi Kecendrungan-

kecendrungan (Dispositions

or attitude), baik mengenai

para pelaksana Beras Miskin

(Raskin) di Kelurahan Kijang

Kota Kabupaten Bintan dan

pengangkatan birokrasi sudah

baik dan dapat menjalankan

Program atau kegiatan

Raskinnya juga sudah sesuai

dengan yang diharapkan serta

tidak ada yang menghambat

dalam Implementasi

Kebijakan tersebut didalam

Program Beras Miskin

(Raskin) juga sudah berjalan

baik dan sudah tepat sasaran.

Hanya saja pemerintah harus

lebih mengoptimalkan lagi

dalam kebijakan tersebut agar

tidak terjadi kesalahpahaman

dikemudian hari

4. Dari segi Struktur Birokrasi

(Bureaucratic Structures),

kegiatan Program Beras

25

Miskin (Raskin) sudah baik

hanya saja pemerintah harus

lebih memperhatikan lagi

dalam membuat jadwal

pelaksanaan kegiatan tersebut

dan Program Raskin dapat

dikoordinasi dengan baik lagi

sehingga dalam kegiatan

suatu Program dapat

terlaksana dengan baik lagi

dan terarah.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta.

Anderson, James, A. 1997. Public Policy Making Third Edition, USA, PenerbitHoughton Miffin Company

Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.(Diterjemahkan oleh: Samodra Wibawa.dkk.) Yogyakarta: Gaja MadaUniversity Pres.

Dye R Thomas. 2008. Understanding Public Policy. Pearson Education' UpperSaddle River' NewJersey

Hasibuan, SP. Malayu. 2001. Manejemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta :Bumi Aksara.

Hendrayady, Agus, dkk. 2011. Pedoman Teknik Penulisan Usulan Penelitian danSkripsi Sarjana FISIP UMRAH. TanjungPinang : Umrah Press

Naihasya, Syahrir. 2006. Kebijakan Publik Menggapai Masyarakat Madani.Jogyakarta: Mida Pustaka.

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Wahab, Solichin Abdul. 2001, Analisis Kebijaksanaan, Dari FormulasiKeimplementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta, Penerbit PT Bumi Aksara

. 2012, Analisis Kebijakan Dari Formulasi kePenyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik, Jakarta: BumiAksara

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses dan StudiKasus).Yogyakarta:Caps.

Zuriah, Nurul.2009.Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta:BumiAksara.

Jurnal:

Risal, Posumah dan Burhanuddin.2013.Hubungan Pengelolaan Program RaskinDengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat.Acta Diurna.(DiaksesTanggal 25 Mei 2014 pukul 15.00 Wib).

Nurhayati,2014,Evaluasi Program Beras Miskin (Raskin) Di Kelurahan Kampung BulangKecamatan TanjungPinang Timur Kota TanjungPinang Pada Tahun 2012,FakultasIlmu Sosial Dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji. (Diakses Tanggal 17Agustus 2015 Pukul 16.00 Wib).

Skripsi/Naskah yang tidak dipublikasikan

Ayu Wahyuni,2014,”Implementasi Kebijakan Raskin (Beras Untuk Rumah TanggaMiskin)” Study kasus Desa Toapaya Selatan Kecamatan ToapayaKabupaten Bintan Tahun 2012. Skripsi Sarjana Pada Jurusan IlmuPemerintahan Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Fhani Supayuliandari,2014,”Implementasi Kebijakan Pengelolaan KawasanKonservasi Hutan Mangrove di BLH Provinsi Kepulauan Riau (Study PadaProgram Reboisasi Kawasan Hutan Mangrove Didesa Berakit KecamatanTeluk Sebong Kabupaten Bintan)”. Skripsi Sarjana Pada Jurusan IlmuAdministrasi Negara Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Peraturan Undang-Undang

Undang-undang No. 7 Tahun 1996, Tentang Pangan.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, Tentang Ketahanan Pangan