implementasi aplikasi e-learning management system studi ......berbagai media bahan ajar seperti...

13
1. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi (TI) telah mendorong penggunaan teknologi hingga ke setiap bidang kehidupan. Seiring dengan perkembangannya, fungsi TI yang sebelumnya berada pada level operasional, kini digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan pencapaian nilai dari organisasi melalui peningkatan produktifitas bisnisnya. Salah satu bentuk penerapan TI dalam hal peningkatan produktifitas pada lembaga pendidikan adalah implementasi e-Learning Management System (LMS). E- learning mengacu pada penggunaan aplikasi elektronik untuk proses belajar [1], dan LMS salah satu bentuk penerapan aplikasi elektronik tersebut. LMS sendiri merupakan generasi keempat dari teknologi e-learning, di mana aplikasi e-learning dikemas dalam bentuk Content Management System (CMS). Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa dalam membangun aplikasi LMS terdapat beberapa kualifikasi yang harus dipenuhi antara lain haruslah dapat dipercaya dan bermanfaat informasinya, menyediakan informasi mata kuliah dengan lengkap, memudahkan diskusi mengenai suatu masalah atau pertanyaan antara mahasiswa dengan mahasiswa, maupun antara dosen dengan mahasiswa, memudahkan mengakses informasi, dan berbagi pengetahuan ke dalam komunitas, di samping fungsi-fungsi pendukung lain [2]. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun aplikasi LMS di FTI UKSW guna meningkatkan kualitas layanan, khususnya dalam bidang pembelajaran. Diharapkan penelitian ini dapat diimplementasikannya suatu layanan LMS yang menjawab kebutuhan akan peningkatan kualitas layanan pembelajaran, dan meningkatkan daya serap mahasiswa terhadap materi yang disampaikan. 2. Tinjauan Pustaka E-learning mengacu pada penggunaan aplikasi elektronik dan proses untuk belajar. E-learning meliputi aplikasi dan proses pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer, ruang kelas virtual dan kolaborasi digital. Konten dikirim melalui internet, intranet/extranet, audio atau video tape, TV satelit, dan CD- ROM [1]. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah suatu pemanfaatan teknologi informasi yang tidak terbatas pada media apa pun untuk proses pembelajaran. Jadi, pemanfaatan e-learning tidak terbatas hanya pada aplikasi berbasis internet untuk pembelajaran. Tingginya kemampuan komputer dalam memproses berbagai media bahan ajar seperti gambar, teks, video, dan suara membuat e-learning begitu identik dengan penggunaan komputer, padahal komputer hanya satu diantara banyaknya media elektronik lain yang digunakan sebagai media e-learning. E-learning berbasis komputer sendiri telah mengalami perjalanan begitu panjang hingga mencapai teknologi seperti yang sekarang ini. Dikutip dari The DNA of E-learning [3] perkembangan e-learning dimulai dari Computer Based Instruction (CBI) di mana tahapan belajar dipandu oleh komputer secara instruksional dengan komputer yang dirancang khusus pada media mainframe berbahasa mesin. Dari situ muncullah 2 sistem baru yaitu sitem Intelligent Tutoring System (ITS) dan CBI berbasis template pada tahun 1960-an. Kedua sistem tersebut dikembangkan dengan cita-cita “memanusiakan” sistem

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1. Pendahuluan

    Perkembangan teknologi informasi (TI) telah mendorong penggunaan teknologi

    hingga ke setiap bidang kehidupan. Seiring dengan perkembangannya, fungsi TI yang

    sebelumnya berada pada level operasional, kini digunakan sebagai strategi dalam

    meningkatkan pencapaian nilai dari organisasi melalui peningkatan produktifitas

    bisnisnya. Salah satu bentuk penerapan TI dalam hal peningkatan produktifitas pada

    lembaga pendidikan adalah implementasi e-Learning Management System (LMS). E-

    learning mengacu pada penggunaan aplikasi elektronik untuk proses belajar [1], dan

    LMS salah satu bentuk penerapan aplikasi elektronik tersebut. LMS sendiri merupakan

    generasi keempat dari teknologi e-learning, di mana aplikasi e-learning dikemas dalam

    bentuk Content Management System (CMS). Penelitian sebelumnya menyimpulkan

    bahwa dalam membangun aplikasi LMS terdapat beberapa kualifikasi yang harus

    dipenuhi antara lain haruslah dapat dipercaya dan bermanfaat informasinya,

    menyediakan informasi mata kuliah dengan lengkap, memudahkan diskusi mengenai

    suatu masalah atau pertanyaan antara mahasiswa dengan mahasiswa, maupun antara

    dosen dengan mahasiswa, memudahkan mengakses informasi, dan berbagi

    pengetahuan ke dalam komunitas, di samping fungsi-fungsi pendukung lain [2]. Tujuan

    dari penelitian ini adalah membangun aplikasi LMS di FTI UKSW guna meningkatkan

    kualitas layanan, khususnya dalam bidang pembelajaran. Diharapkan penelitian ini

    dapat diimplementasikannya suatu layanan LMS yang menjawab kebutuhan akan

    peningkatan kualitas layanan pembelajaran, dan meningkatkan daya serap mahasiswa

    terhadap materi yang disampaikan.

    2. Tinjauan Pustaka

    E-learning mengacu pada penggunaan aplikasi elektronik dan proses untuk

    belajar. E-learning meliputi aplikasi dan proses pembelajaran berbasis web,

    pembelajaran berbasis komputer, ruang kelas virtual dan kolaborasi digital. Konten

    dikirim melalui internet, intranet/extranet, audio atau video tape, TV satelit, dan CD-

    ROM [1]. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah suatu

    pemanfaatan teknologi informasi yang tidak terbatas pada media apa pun untuk proses

    pembelajaran. Jadi, pemanfaatan e-learning tidak terbatas hanya pada aplikasi berbasis

    internet untuk pembelajaran. Tingginya kemampuan komputer dalam memproses

    berbagai media bahan ajar seperti gambar, teks, video, dan suara membuat e-learning

    begitu identik dengan penggunaan komputer, padahal komputer hanya satu diantara

    banyaknya media elektronik lain yang digunakan sebagai media e-learning. E-learning

    berbasis komputer sendiri telah mengalami perjalanan begitu panjang hingga mencapai

    teknologi seperti yang sekarang ini. Dikutip dari The DNA of E-learning [3]

    perkembangan e-learning dimulai dari Computer Based Instruction (CBI) di mana

    tahapan belajar dipandu oleh komputer secara instruksional dengan komputer yang

    dirancang khusus pada media mainframe berbahasa mesin. Dari situ muncullah 2 sistem

    baru yaitu sitem Intelligent Tutoring System (ITS) dan CBI berbasis template pada tahun

    1960-an. Kedua sistem tersebut dikembangkan dengan cita-cita “memanusiakan” sistem

  • e-learning untuk memaksimalkan transfer ilmu pengetahuan. Sistem ITS adalah

    pendekatan di mana pengembangan sistem e-learning berorientasi pada struktur

    informasi untuk merepresentasikan cara belajar manusia, namun sayang sistem ini gagal

    dikembangakan mengingat teknologi komputasi pada saat itu masih belum mampu

    melakukannya. Sedangkan sistem CBI berbasis template masih sama seperti CBI yang

    sebelumnya namun template disediakan untuk mempermudah pengajar yang awam

    terhadap komputasi.

    Bersamaan dengan revolusi teknologi komputasi pada tahun 1990-an, muncullah

    suatu sistem e-learning baru berbasis multimedia yang dikemas dalam format .AVI atau

    .MOV yang dipasarkan pada media CD-ROM. Sistem yang akrab disebut sebagai

    Computer Based Training (CBT) tersebut dianggap sebagai pembelajaran elektronik

    pertama yang berbasis komputer stand alone. Berbagai tools seperti Authorware dari

    Macromedia (sebelum diakusisi oleh Adobe) dan Toolbox dari Asymetrix (atau yang

    sekarang dikenal sebagai Click2Learn) muncul di pasaran. Seiring dengan diterimanya

    paket-paket CBT di masyarakat, maka pada tahun 1994 muncul banyak sekali paket-

    paket CBT yang dikemas secara menarik dan diproduksi secara massal.

    Seiring dengan perkembangan teknologi internet, dan semakin banyaknya

    komputer yang telah terhubung dengan jaringan internet, maka munculah suatu sistem

    LMS yang menjawab kebutuhan informasi secara cepat tanpa terbatas ruang dan waktu

    pada tahun 1997 melalui pengemasan CBT dalam bentuk CMS. Banyak aplikasi

    dikembangkan baik berbayar maupun open source, antara lain Blackboard, MOODLE,

    A-LMS, Anemalab dan masih banyak lagi.

    Keberhasilan implementasi LMS sangat ditentukan oleh sikap positif tenaga didik

    dan peserta didik [4], sehingga aplikasi LMS hanya memfasilitasi setiap kebutuhan

    bisnis dari e-learning.

    3. Metodologi Penelitian

    Metodologi perancangan yang digunakan adalah metode prototype. Metode

    prototype adalah metode dengan tahapan mengidentifikasi kebutuhan pemakai, analis

    sistem akan melakukan studi kelayakan dan studi terhadap kebutuhan pemakai, meliputi

    model interface, teknik prosedural dan teknologi yang akan digunakan [6]. Metode ini

    dipilih mengingat aplikasi LMS dibangun dengan menggunakan CMS yang disesuaikan

    dengan kebutuhan.

    1. Tahapan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang harus terdapat dalam suatu aplikasi LMS.

    2. Kemudian, dilakukan perancangan.dan pengembangan aplikasi LMS. 3. Kemudian, setiap umpan balik yang diterima dikelola sebagai dasar perbaikan

    aplikasi LMS untuk peningkatan kualiatas layanan. Detail dari tahapan penelitian

    ini digambarkan pada Gambar 1.

  • Gambar 1. Tahapan Penelitian

    4. Analisa dan Pembahasan

    Perancangan Tata Kelola LMS dimulai dari proses penerjemahan kebutuhan

    bisnis ke dalam desain aplikasi dengan mempertimbangkan arahan teknologi dan

    arsitektur informasi [2]. Kebutuhan bisnis yang harus diakomodasi oleh aplikasi e-

    learning disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1 Kebutuhan Bisnis yang Harus Diakomodasi oleh Aplikasi E-learning

    Perspektif Kebutuhan bisnis Desain Aplikasi

    Konten

    Informasi yang ada pada LMS harus dapat

    dipercaya.

    Otorisasi terhadap setiap informasi

    yang terdapat dalam LMS.

    LMS selalu memperbaharui informasi

    matakuliah. Penyesuaian lama setiap course dan interval topic.

    Informasi yang tersedia bermanfaat. Hak akses mengunggah materi

    hanya diberikan pada role Dosen.

    Informasi setiap mata kuliah tersedia

    secara lengkap.

    Disediakan repositori materi bahan

    ajar untuk setiap mata kuliah.

    Organisasi

    Tampilan LMS bagus. Penyesuaian tampilan.

    LMS menyediakan akses secara individu. Setiap pengguna diberikan satu

    account.

    LMS mudah digunakan. Penggunaan CMS MOODLE

    sebagai prototype dari aplikasi.

    Teks yang ditampilkan mudah dibaca Penyesuaian tampilan dengan

    monitor yang umum dipakai.

    Dapat dicakses dengan cepat. Ditempatkan menu yang terlihat

    dengan jelas.

    Teknologi

    Jarang terjadi masalah secara teknis. Backup secara berkala untuk

    mempermudah perbaikan.

    Menggunakan teknologi mutakhir.

    Menggunakan versi terakhir dengan

    fitur quiz secara online dan penilaian

    otomatis.

    Perancangan dan

    pengembangan Aplikasi LMS

    Pengelolaan umpan balik

    Identifikasi kebutuhan

    LMS

  • Komunitas

    belajar

    Memudahkan diskusi suatu masalah /

    pertanyaan dengan mahasiswa lain.

    Kelompok diskusi pada setiap

    course.

    Memudahkan akses kepada informasi. Kelompok diskusi pada setiap

    course.

    Memudahkan diskusi suatu masalah /

    pertanyaan dengan dosen.

    Kelompok diskusi pada setiap

    course. Memudahkan mahasiswa berbagi

    pengetahuan kepada komunitas.

    Kelompok diskusi pada setiap

    course.

    Kebutuhan tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam desain aplikasi dengan

    mengakomodasi fitur-fitur MOODLE. Fitur-fitur tersebut terkait dengan modul yang

    digunakan dalam MOODLE.

    Setiap informasi yang diinputkan harus melalui otorisasi. MOODLE

    mengharuskan setiap user melakukan login untuk dapat melihat atau melakukan

    aktivitas di dalam LMS untuk menjamin informasi yang ada pada LMS harus dapat

    dipercaya. Otorisasi juga diharuskan pada setiap file yang diunggah. Gambar 2

    menunjukan diagram sequence untuk mengunggah materi.

    Gambar 2 Diagram Sequence Otorisasi Saat Mengunggah File

    Otorisasi tersebut maka dapat memastikan setiap informasi dapat dipercaya.

    Selain itu integritas sebuah informasi juga dapat dipertanggungjawabkan karena dapat

    dilacak siapa “pembuat” informasi tersebut. Gambar 3 menunjukkan tampilan proses

    mengunggah file.

    : Dosen : Course UI : Standard course

    formats module

    : File picker UI

    send request

    send request

    send request

    request done

    request done

  • Gambar 3 Otorisasi Saat Mengunggah File

    Perlu disesuaikan jumlah pertemuan sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan,

    untuk menjamin LMS selalu memperbaharui informasi mata kuliah. Seluruh mata

    kuliah yang diadakan di FTI UKSW mengadakan pertemuan tatap muka satu kali setiap

    minggunya, kecuali pada kondisi tertentu, suatu mata kuliah mengadakan pertemuan

    tatap muka lebih dari satu kali. Oleh karena itu tampilan course MOODLE harus

    disesuaikan agar menjamin informasi yang adalah informasi yang terus diperbarui setiap

    minggunya sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan. MOODLE dengan penyesuaian

    interval pada course digambarkan seperti pada Gambar 4.

    Gambar 4 MOODLE dengan Penyesuaian Interval pada Course

    Tampilan LMS bagus tentu akan menarik perhatian Mahasiswa untuk secara aktif

    menggunakan aplikasi LMS. Dengan diitegrasikannya LMS pada web FTI UKSW,

    maka akses menuju LMS akan menjadi lebih mudah. Integrasi LMS yang dibangun

    dengan MOODLE dan web FTI UKSW yang dibangun dengan Joomla, membutuhkan

    modul konektor yang disebut Joomdle. Integrasi aplikasi sendiri dapat digambarkan

    dalam diagram deployment dalam Gambar 5.

    Gambar 5 Diagram Deployment untuk Integrasi LMS dengan Web FTI

    Administrator

    Manajer

    Dosen

    Mahasiswa

    FTI web server

    Moodle web

    serverDatabase

    server

  • Bentuk LMS setelah diintegrasikan dengan web FTI UKSW ditampilkan seperti

    Gambar 6.

    Gambar 6 Tampilan LMS pada Joomla

    Dapat dipastikan bahwa informasi yang tersedia adalah informasi selalu

    diperbarui setiap minggunya sesuai dengan silabus melalui penyesuaian interval

    tersebut.

    Perlu dilakukan penyesuaian pada MOODLE sehingga hanya Dosen saja yang

    memiliki kapabilitas untuk mengunggah materi di course tempatnya mengajar untuk

    memastikan bahwa informasi yang tersedia pada LMS bermanfaat, dengan asumsi

    bahwa Dosen hanya mengunggah materi yang bermanfaaat dalam perkuliahan tersebut.

    Pengaturan kapabilitas peran dilakukan oleh Administrator. Gambar 7 menunjukkan

    diagram sequence dari pengaturan kapabilitas peran tersebut.

    Gambar 7 Diagram Sequence Proses Pengaturan Kapabilitas

    Digambarkan dalam Gambar 8, hanya Dosen saja yang memiliki kapabilitas untuk

    mengunggah materi dalam sebuah course.

    : Administrator : Permission UI : Role Management UI : Capability Module

    send request

    send request

    Show Role List

    send request

    request done

    request done

  • Gambar 8 Kapabilitas Dosen untuk Mengunggah

    Perlu untuk sebuah LMS meyakinkan bahwa informasi setiap mata kuliah tersedia

    secara lengkap, namun MOODLE sendiri tidak bisa menjamin informasi tersedia secara

    lengkap. Sehingga perlu dilakukan perubahan kultur dalam pengajaran, sehingga setiap

    materi perkuliahan dari Dosen hanya dikomunikasi melalui fasilitas LMS. Dalam

    prakteknya MOODLE bisa memfasilitasi pengadaan server yang memadai untuk

    memudahkan penyimpanan dan memperlancarnya arus informasi melalui repositori.

    Bentuk repositori materi kuliah pada MOODLE digambarkan pada Gambar 9.

    Gambar 9 Repositori Materi Kuliah pada MOODLE

    Bentuk tampilan course juga disesuaikan agar memudahkan akses kepada fungsi

    lain web FTI UKSW, tanpa mengurangi kenyamanan dalam melakukan aktivitas

    pembelajaran di dalam course. Bentuk tampilan course yang telah disesuaikan

    digambarkan seperti pada Gambar 10.

    Gambar 10 Tampilan Course pada Joomla

  • Bentuk tampilan grade juga disesuaikan, sehingga Mahasiswa dapat dengan

    mudah mengetahui nilainya. Akses yang mudah untuk melihat nilai akan menarik

    Mahasiswa di samping pemanfaatan fitur-fitur lain dari MOODLE. Bentuk tampilan

    grade digambarkan seperti pada Gambar 11.

    Gambar 11 Tampilan Grade pada Joomla

    MOODLE yang digunakan dalam membangun LMS FTI UKSW nantinya juga

    perlu disesuaikan pengaturan hak akses untuk setiap kelompok user untuk

    menyediakan akses secara individu. Sehingga dimungkinkan hak akses setiap individu

    berbeda sesuai dengan perannya dalam sistem tersebut. Akses tersebut melekat pada

    user secara individu dan dalam prakteknya Manajer dan Administrator berperan dalam

    mengelola hak akses tersebut. Pada Gambar 12 digambarkan diagram use case sebagai

    acuan pengaturan hak akses yang dilakukan oleh Administrator.

    Gambar 12 Diagram Use Case Aktivitas pada LMS

    Pembangunan LMS dengan menggunakan MOODLE sendiri dilakukan semata-

    mata karena mudah digunakan dan pernah diimplementasikan di lingkungan UKSW.

    Gambar 13, menunjukkan bahwa terdapat aktivitas pembelajaran salah satu mata kuliah

    FTI UKSW yang berlangsung pada Flexible Learning UKSW yang diambil dari

    http://www.flearn.uksw.edu/course category.php_id=42 pada 2 Mei 2012.

    mengerjakan kuis

    mengumpulkan tugas

    membuat soal

    mengadakan kuis

    menulis artikel teks

    mengupload materi

    mengatur hak akses

    mengatur tampilan moodle

    berganti peran

    membuat user

    MahasiswaDosen

    Administrator

    mengupload user mengenroll user

    mengirim mail

    mengakses layanan

    membuat courseManajer

    extend

  • Gambar 13 Aktivitas Pembelajaran Salah Satu Matakuliah FTI UKSW yang Berlangsung pada Flexible

    Learning UKSW

    Teks yang ditampilkan pada halaman Course harus mudah dibaca, untuk itu perlu

    dilakukan penyesuaian ukuran MOODLE yang terintegrasi dengan web FTI UKSW.

    Penyesuaian tersebut dilakukan dengan berdasar survey ukuran layar yang digunakan

    oleh kebanyakan user, sehingga hasil integrasi akan nyaman dibaca oleh user tanpa

    mengurangi fungsionalitasnya. Gambar 14 menggambarkan fitur pengaturan ukuran

    halaman MOODLE yang ditampilkan dalam web FTI UKSW melalui konektor

    Joomdle.

    Gambar 14 Pengaturan Ukuran Halaman MOODLE yang Ditampilkan dalam Web FTI UKSW

    Perlu disediakan menu untuk akses menuju fasilitas LMS yang ditampilkan pada

    halaman muka dan halaman Pengumuman FTI UKSW. Hal ini dilakukan agar dapat

    mempermudah dan mempercepat akses menuju fasilitas LMS. Peletakan menu pada

    halaman Pengumuman juga akan mempermudah akses. Gambar 15 menggambarkan

    rancangan peletakan menu untuk akses menuju LMS.

    Gambar 15 Peletakan Menu untuk Akses Menuju LMS

    Perlu dilakukan perancangan terstruktur terkait analisis resiko yang mungkin

    terjadi pada layanan LMS di FTI UKSW untuk mengurangi masalah secara teknis.

    Analisis tersebut harus memuat mengenai prosedur backup dan restore secara berkala

  • serta manajemen update dan tindakan rollback bila terjadi kesalahan. Dalam prakteknya

    MOODLE telah dilengkapi dengan fitur untuk melakukan backup dan restore course.

    Dengan adanya fitur tersebut, Administrator dapat melakukan backup dan restore sesuai

    dengan prosedur yang sudah ditetapkan dan prosesnya harus didokumentasikan.

    Gambar 16 menunjukkan tampilan fitur backup dan restore.

    Gambar 16 Tampilan Fitur Backup dan Restore MOODLE

    Backup dan restore tersebut perlu didokumentasikan dan disimpan sesuai dengan

    prosedur yang ditetapkan, agar mempermudah proses rollback ketika sistem gagal

    berjalan karena kesalahan atau kegagalan update.

    MOODLE dan Joomla dibangun dengan menggunakan teknologi mutakhir. Salah

    satu teknologi mutakhir yang terdapat pada MOODLE adalah fitur quiz secara online

    yang memungkinkan Mahasiswa mengerjakan soal yang sudah diacak urutan dan

    opsinya kapan pun dan di mana pun dengan memanfaatkan koneksi internet, dan akan

    dikoreksi secara otomatis oleh sistem LMS untuk dapat dilihat hasilnya kemudian.

    Gambar 17 menunjukkan diagram sequence dari proses yang terjadi dalam quiz.

    Gambar 17 Diagram Sequence Proses yang Terjadi dalam Quiz

    Gambar 18 menunjukkan tampilan quiz yang dilakukan secara online.

    Gambar 18 Tampilan Quiz

    Dosen

    (f rom Use Case View)

    Mahasiswa

    (f rom Use Case View)

    Course UIStandard activities

    module

    Quiz UI Question bank module

    Submissions allocation

    methods module

    Grade UIGrading evaluation methods module

    Standard reports moduleGrade Table

  • Perlu diperhatikan kontrol keamanan terkait lokasi pengamanan, dalam hal ini

    masalah seperti di mana data nilai disimpan, di mana bank soal disimpan, berikut hak

    aksesnya. Secara default seluruh data baik bank soal maupun data lain terkait course

    disimpan pada directory moodle data. Diagram sequence untuk aktivitas pada bank soal

    digambarkan pada Gambar 19.

    Gambar 19 Diagram Sequence Bank Soal

    Gambar 20 menunjukkan tampilan bank soal.

    Gambar 20 Tampilan Bank Soal

    MOODLE menyediakan fasilitas diskusi dalam sebuah kelas secara

    asynchronous. Fitur tersebut jelas memudahkan diskusi suatu masalah / pertanyaan

    dengan mahasiswa lain maupun dengan Dosen. Fasilitas diskusi tersebut berada di

    dalam course dan dimoderasi oleh Dosen yang mengajar pada course tersebut, sehingga

    : Standard activities

    module

    : Dosen : Course UI : Quiz UI : Question bank module : Grading evaluation methods module

    send request

    send request

    send request

    send request

    request done

    request done

    request done

    show quiz

    send request

    request done

    request done

  • diskusi dalam tersebut dapat lebih terarah. Gambar 21 menunjukkan penggunaan

    fasilitas diskusi.

    Gambar 21 Fasilitas Diskusi

    Penggunaan MOODLE dan Joomla secara terintegrasi akan memudahkan akses

    kepada informasi. Kelemahan MOODLE di mana beberapa informasi seperti agenda

    kegiatan kelas, pengumuman, dan nilai agak sulit diakses bagi pemula akan ditutup oleh

    integrasinya dengan Joomla yang memberikan kemudahan dalam penyampaian

    pengumuman terkait agenda dalam kelas dan pengumuman di luar agenda dalam kelas,

    serta fitur konektor Joomdle yang menyajikan nilai secara sederhana untuk tiap course

    tempat user didaftarkan. Gambar 22 menunjukkan penggunaan Joomla dalam

    penyampaian agenda kegiatan kelas.

    Gambar 22 Agenda Kelas

    Diberikan suatu fitur pengelolaan umpan balik sehingga dapat diukur apakah

    LMS FTI UKSW sudah memenuhi kebutuhan bisnis yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Gambar 23 menunjukkan tampilan kuisioner atas uji kepuasan mahasiswa.

    Gambar 23 Kuisioner atas Uji Kepuasan Mahasiswa

  • 5. Simpulan

    Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan

    bisnis dari suatu aplikasi LMS berupa informasi yang dapat dipercaya, selalu

    diperbaharui informasi matakuliahnya, informasi yang tersedia bermanfaat dan

    tersedia secara lengkap, tampilan LMS bagus, mudah digunakan, dan dapat diakses

    dengan cepet dengan tersedianya akses secara individu serta teks yang ditampilkan

    mudah dibaca, jarang terjadi masalah secara teknis, menggunakan teknologi mutakhir,

    memudahkan diskusi suatu masalah / pertanyaan baik dengan dosen maupun dengan

    mahasiswa lain, dan memudahkan mahasiswa berbagi pengetahuan kepada komunitas

    dapat dipenuhi melalui aplikasi LMS FTI UKSW yang dibangun menggunakan CMS

    MOODLE. Perlu dilakukan pengelolaan umpan balik untuk mengukur tingkat

    tercapainya tujuan dari aplikasi tersebut dengan menggunakan tools yang sudah

    disediakan secara terintegrasi dengan aplikasi.

    6. Daftar Pustaka

    [1] ISP. 2004, Getting started with e-learning.

    http://www.isp.webopedia.com/TERM/E/e_learning.html. Diakses pada 24 April

    2012.

    [2] Rahajeng, Elsy. 2008. Pengembangan Model Penerimaan SCELE (Student

    Centered E-Learning Environment): Studi Kasus Magister Teknologi Informasi

    Universitas Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

    [3] Cross, Jay, and Ian Hamilton. 2002. The DNA of eLearning. Beyond e-learning,

    Diunduh dari http://www.internettime.com/beyond.

    [4] Fachri, Muhammad. 2006. E-learning sebagai Alternatif Pembelajaran Modern,

    Jurnal Pendidikan Inovatif (volume 2, 2006). Balikpapan : Yayasan Sekolah

    Nasional – Kontraktor Production Sharing.

    [5] Proboyekti, Umi. 2006. Software Process Model I. Yogyakarta: Universitas

    Kristen Duta Wacana.