implementasi apersepsi yang efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep matematika di sekolah...

15
IMPLEMENTASI APERSEPSI YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA IMPLEMENTASI APERSEPSI YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Gondo sutarno, Sugianto, Purwaningtyas sari kusanti IKIP PGRI MADIUN Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan implementasi apersepsi yang efektif agar siswa dapat mengingat kembali materi sebelumnya dalam rangka meningkatkan penguasan konsep matematika di sekolah menengah pertama. Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika. Teknik pegumpulan data yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas ( PTK ) dengan mengambil dua siklus yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Karangjati pada kelas VIIC dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 22 siswa laki – laki. Hasil observasi pada siklus pertama dan kedua menunjukan terjadinya peningkatan siswa yang mengalami keberhasilan kreteria ketuntasan minimum (KKM ) ini dilihat dari hasil tes penguasaan konsep dengan peningkatan dari 70% menjadi 82,5%, dengan demikian bahwa emplementasi apersepsi yang efektif dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika. Kata kunci : ( apersepsi, penguasaan konsep matematika ) Abstraction Target of this research is implementation deskripsion of apersepsi effective to student can recollect previous items in order to improving domination of mathematics concept in junior high school. expected benefit of conducted research is student can improve domination of mathematics concept.

Upload: ahmad-basuki-adnan

Post on 23-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI APERSEPSI YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

IMPLEMENTASI APERSEPSI YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Gondo sutarno, Sugianto,Purwaningtyas sari kusantiIKIP PGRI MADIUN

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan implementasi apersepsi yang efektif agar siswa dapat mengingat kembali materi sebelumnya dalam rangka meningkatkan penguasan konsep matematika di sekolah menengah pertama. Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika.Teknik pegumpulan data yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas ( PTK ) dengan mengambil dua siklus yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Karangjati pada kelas VIIC dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 22 siswa laki laki.Hasil observasi pada siklus pertama dan kedua menunjukan terjadinya peningkatan siswa yang mengalami keberhasilan kreteria ketuntasan minimum (KKM ) ini dilihat dari hasil tes penguasaan konsep dengan peningkatan dari 70% menjadi 82,5%, dengan demikian bahwa emplementasi apersepsi yang efektif dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika.

Kata kunci : ( apersepsi, penguasaan konsep matematika )Abstraction

Target of this research is implementation deskripsion of apersepsi effective to student can recollect previous items in order to improving domination of mathematics concept in junior high school. expected benefit of conducted research is student can improve domination of mathematics concept.Technique data collecting the used is method research of class action by taking two executed cycle in SMP Negeri 1 Karangjati at class of VIIC with amount of student counted 40 student which consist of 18 woman student and 22 man student.Result of observation first cycle and secand advising the happening of make up of natural student of efficacy of complete kreteria minimum this is seen from result of tes domination of concept with make up of from 70% becoming 82.5%, there that effective apersepsi implementation can improve domination of mathematics concept.

Keyword ( apersepsi, domination of mathematics concept )

PENDAHULUANLatar belakang masalahMatematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pesat pada saat sekarang ini, baik materi maupun kegunaannya. Dengan menguasai pengetahuan Matematika khususnya siswa di sekolah, memungkinkan siswa akan lebih mudah dalam menerima pengetahuan ini. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat, baik langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan. Oleh karena itu mutu pendidikan harus ditingkatkan terutama ilmu berhitung atau Matematika, peranan Matematika dalam kehidupan telah membawa kehidupan manusia ke zaman teknologi modern. Begitu pentingnya peranan Matematika terhadap masa depan bangsa, maka pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan mutu pelajaran Matematika dengan berbagai upaya misalnya dengan pemberian alat peraga, buku paket, olympiade Matematika, serta penyempurnaan kurikulum, siswa atau anak didik sebagai individu yang potensial tidak dapat berkembang banyak tanpa bantuan sebagai pembimbing berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan maka perlu adanya perbaikan, pembaharuan, serta perubahan dalam segala aspek diantaranya kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa serta metode pengajaran.Realita yang terjadi di pada pembelajaran matematika tidak seperti yang diharapkan. 1. Banyak siswa yang berpendapat bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit, sehingga sebagian besar siswa kurang menyenangi pelajaran Matematika, sehingga minat belajar mereka rendah, sehingga hasil belajar yang diinginkan kadang tidak tercapai. 2. Pelajaran Matematika identik dengan kegiatan hitung-menghitung yang menurut sebagian siswa membuat pusing.3. Di awal pembelajaran matematika ketika siswa ditanya mengenai materi pelajaran yang telah lalu, sebagian besar siswa lupa dan tidak mau menjawab. Sebagian besar siswa tidak dapat merespon pertanyaanpertanyaan yang diberikan guru guru terkait dengan materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Proses tanya jawab tersebut lazim terjadi di awal pembelajaran pada bagian apersepsiPada bagian inilah guru di SMP Negeri 1 Karangjati merasa ada hal yang mengganggu pembelajaran, yaitu ketidakaktifan peserta didik tidak dapat dengan cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada apersepsi. Kekhawatiran para guru disebabkan materi pada apersepsi lazim digunakan sebagai syarat minimal dalam memahami materi. Jika materi prasyarat tidak dikuasai oleh peserta didik, dikhawatirkan waktu pembelajaran terkurangi oleh sebab Guru harus menerangkan materi prasarat yang dibutuhkan. Beberapa kemungkinan penyebab terjadinya kegagalan dalam aperserpsi ini adalah: kemampuan peserta didik terbatas, sehingga siswa mudah lupa terhadap konsep yang telah dipelajari sebelumnya; kemauan belajar peserta didik kurang sehingga di rumah siswa tidak mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya; dan siswa tidak mengerjakan PR yang diberikan guru. Permasalahan di atas harus segera diatasi karena kegagalan guru dalam proses apersepsi akan berakibat pada kegagalan proses pembelajaran secara keseluruhan, guru terpaksa mengulang-ulang materi yang telah lalu sehingga proses pembelajaran hanya berjalan ditempat. Kurikulum sekolah menuntut guru untuk dapat menyelesaikan materi sesuai dengan waktunya, sehingga jika guru selalu mengulang-ulang materi yang telah diajarkan, waktu yang diperlukan guru menjadi lebih lama. Apersepsi merupakan aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru kepada siswa untuk menghubungan materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya dengan materi pelajaran pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya lama sehingga dapat membantu siswa dalam menyerap marteri pelajaran baru. Salah satu muatan yang disampaikan dalam apersepsi adalah mengingatkan kembali peserta didik terhadap materi ajar yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini penting dilakukan karena ada keterkaitan antara materi ajar sebelumnya dengan yang akan dipelajari sehingga akan terjadi keruntutan materi ajar dalam diri peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran matematika apersepsi menjadi bagian yang sangat penting untuk mendapat perhatian karena matematika termasuk pelajaran yang bersifat deduktif aksiomatis dan keterkaitan antar sub-sub pokok bahasan dalam satu pokok bahasan sangat tinggi. Ketika proses apersepsi dan motivasi ini tidak dilaksanakan siswa akan mengalami kesulitan mempelajari materi berikutnya yang selalu berkaitan. Apersepsi dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui apa yang diperlukan untuk memahami pengetahuan yang akan diterima dalam pembelajaran. Apersepsi pembelajaran matematika biasanya berisi tentang materi prasyarat yang dibutuhkan jika akan memulai pelajaranPenguasaan Konsep Matematika Matematika adalah bidang studi yang terdiri dari objek-objek matematika. Objek matematika tersebut terbagi menjadi dua yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung berupa fakta, konsep, prinsip, dan skill (Gagne, 1983). Untuk menguasai konsep matematika secara utuh, maka siswa harus dapat memahami objek-objek matematika secara keseluruhan. Untuk mempelajari matematika, prinsip mathematics connections merupakan salah satu cara untuk memahami matematika secara utuh (NCTM, 1989). Prinsip mathematics connection adalah suatu proses dalam pola berpikir siswa yang membutuhkan pengetahuan yang sudah ada untuk memahami pengetahuan baru. Dalam penelitian ini prinsip penguasaan konsep matematika adalah menguasai konsep matematika dengan memahami pengetahuan yang sudah ada dan menggunakan pengetahun tersebut untuk mempercepat pemahaman konsep. Penguasaan konsep yang sudah ada diperkuat dalam kegiatan awal pembelajaran untuk memperkuat penguasaan konsep siswa pada pembelajaran.Belajar dan Prestasi Belajar Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Winkel (dalam Darsono, 2000:4) menyatakan belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Sartain (dalam Darsono, 2000:4) menyatakan bahwa belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Perubahan tersebut antara lain ialah cara merespon suatu sinyal, cara menguasai suatu keterampilan dan mengembangkan sikap terhadap suatu objek. Winkel (dalam Darsono, 2000:4) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar akan mengubah perilaku mental siswa yang belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002:5). Agar belajar dapat berkualitas dengan baik, perubahan itu harus dilahirkan oleh pengalaman dan oleh interaksi antara orang dengan lingkungannya Evaluasi hasil belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas (Jutmini, 2007:2). Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar Secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik. Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Tes, pengukuran dan penilaian berguna untuk : seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Jutmini, 2007:12). Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar. Apabila peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum mencapai standar, ia harus mengikuti program remedial/perbaikan sehingga mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan (Jutmini, 2007:5). Penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan yang tinggi. Maksudnya, peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu atau sekelompok peserta didik yang dinilai. Selain itu, penilaian tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya.Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial dengan tujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran tersebut (motivasi intrinsik). Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial dengan tujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran tersebut (motivasi intrinsik). Penelitian ini memfokuskan diri pada tindakan memberikan kuis sebagai bagian dari apersepsi. Sesuai dengan penjelasan pada kondisi setting pada pendahuluan, dapat ditarik testimoni bahwa pembelajaran pada sekolah menengah pertama sudah sesuai dengan kondisi siswa.

Rumusan masalahBerdasarkan uraian sebelumnya, maka perumusan masalah dari penelitianini adalah sebagai berikut:Apakah implementasi apersepsi yang efektif dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika disekolah menengah pertama ?

Tujuan penelitianTujuan penelitian ini adalah: mendiskripsikan implementasi apersepsi yang efektif agar siswa dapat mengingat kembali materi sebelumnya dalam rangka meningkatkan penguasan konsep matematika di sekolah menengah pertama.

Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa dapat mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan penguasaan materi yang telah laluguru mendapatkan suatu strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan penguasaan konsep matematika pada peserta didik.

METODE PENELITIANPenelitian ini termasuk kualitatif deskritif dengan model penelitian tindakan kelas ( PTK ). Obyek peneliti siswa SMP Negeri 1 Karangjati dengan alur penelitian tindakan kelas dibawah ini.Pengamatan I

Refleksi I

Refleksi II

Kegiatan II

Pengamatan I

Refleksi I

Rencana tidakana II

Kegiatan II

Pengamatan I

Refleksi I

Rencana tidakana II

Pengamatan II

Kegiatan II

Pengamatan I

Refleksi I

Rencana tidakana II

Refleksi II

Pengamatan II

Kegiatan II

Pengamatan I

Refleksi I

Rencana tidakana II

Siklus I

Siklus II

Laporan

Kegiaatan I

Rencana tidakana II

Refleksi II

Pengamatan II

Kegiatan II

Pengamatan I

Refleksi I

Rencana tidakana II

Diagram ( i )

Kreteria siklus dihentikan apabila tercapai ketuntasan klasikal dasar dari segi kognitif, dari segi efektif dan psikomotor siswa antusias dan trampil dalam memahami konsep matematika yang di pelajari. Redusi dan validasi data perangkat dan instrumen diberikan kepada guru matematika untuk menilai. Proses trianggulasi dijalankan dengan memadukan hasil data dari tes, obsevasi dan angket. Langkah-langkah penelitian meliputi:

Tahap perencanaan

1. Menetapkan materi pelajaran, yaitu materi pelajaran kelas VII tahun pelajaran 2009/2010.2. Menyusun Silabus dan Rencana pembelajaran.3. Menyusun instrument test yang berupa kuis.4. Menetapkan cara dan prosedur refleksi. 5. Memberikan pengertian kepada siswa bahwa kuis kuis yang akan diberikan akan sangat penting manfaatnya untuk kemajuan belajar siswa.6. Memberitahukan kepada siswa bahwa nilai kuis-kuis akan digabung dengan nilai ulangan harian.7. Memberikan penguatan pada setiap kegiatan apersepsi dengan cara memberikan soal berupa kuis baik secara tertulis.

Pelaksanaan tindakan

Mencakup kegiatan sebagai berikut. Pada kegiatan ini siswa akan langsung diberi kuis. Siswa mengerjakan kuis yang telah disiapkan guru dalam waktu 5-10 menit. Bentuk soal kuis adalah soal multiple choice dengan jumlah soal sebanyak 3 buah pada setiap kali pertemuan. Validitas kuis dapat dilakukan dengan mensinkronkan muatan materi yang terdapat dalam RPP dengan butir soal kuis.

Obsevasi/ evaluasi

Pada kegiatan ini siswa dikatakan berhasil jika siswa yang mendapat nilai 6,5 minimal 75% dari hasil mengerjakan soal kuis, dan rata- rata hasil tes penguasaan konsep setelah pembelajaran materi pokok tertentu, telah memenuhi kreteria ketuntasan minimum ( KKM ) yang ditentukan sekolah.

Tahap refleksi

1. Peneliti atau guru menganalisis data hasil tes siswa dan hasil pengamatan pembelajaran.2. Peneliti atau guru mengidentifikasi dan mengelompokan masalah yang ada dalam pembeljaran sklus sebelumnya.3. Peneliti atau guru menyimpulkan hasil siklus sebelumnya dan merumuskan rencana tindakan pada siklus sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIANPada tanggal 20 Februari 2009 diadakan tes awal pada siswa kelas VIIIC untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi luas lingkaran dan keliling lingkaran. Nilai tes awal dijadikan acuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas VIIIC SMPN 1 Karangjati. Dari hasil tes awal tersebut terlihat prosentase yang memenui kreteria ketuntasan minimum (KKM ) adalah 60% (24 orang siswa )Setelah pelaksanaan tindakan siklus I selama 1 kali pertemuan, diadakan evaluasi dengan tes. Hasil tes kuis siklus I menunjukkan bahwa prosentase ketuntasan siswa adalah . Hasil obsevasi dilapangan menunjukan bahwa kesiapan siswa dalam menerima pelajaran masih rendah. Pada obsevasi hasil tes setelah pembelajaran tentang penguasaan konseb menunjukan prosentase yang memenui kreteria ketuntasan minimum ( KKM ) adalah 70% (hasil tes dapat dilihat pada tabel 1). Dalam proses pembelajaran, aktifitas siswa masih perlu di tingkatkan, hal ini dapat di lihat dari hasil pengamatan bahwa siswa yang mencapai KKM masih cukup rendah belum mencapai indikotor keberhasilan yang di inginkan, maka penelitian di lanjutkan di siklus II.Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga Peneliti merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I untuk diperbaiki pada siklus II adalah : 1. Guru harus memotivasi siswa belajar agar siswa lebih bersemangat dalam belajar matematika serta Peneliti harus memberikan apersepsi. 2. Guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan Peneliti dan yang tidak mau bekerja sama dengan teman kelompoknya. 3. Guru harus selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti. Selain hal-hal yang merupakan rencana perbaikan untuk tindakan siklus I, peneliti harus mempersiapkan juga skenario pembelajaran, lembar observasi untuk Peneliti dan siswa, alat evaluasi dan jurnal refleksi diri untuk tindakan siklus II.Hasil tes siklus II menunjukkan peningkatan prestasi belajar matematika siswa dibandingkan dengan hasil tes kuis pada siklus I yaitu dari 65 % meningkat menjadi 72,5 % siswa telah memperoleh nilai pada siklus II. Dan hasil obsevasi pada tes penguasaan konsep juga mengalami peningkatan dimana hasil tes pada siklus I siswa yang mencapai kreteria ketuntuntasan minimun( KKM ) adalah sebesar 70% meningkat menjadi 82,5%(hasil tes dapat dilihat pada tabel I ) Kegiatan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus II menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan baik bagi guru mata pelajaran maupun bagi peneliti. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa implementasi apersepsi yang efektif sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang belum dapat menyampaikan pendapat tetapi siswa tersebut aktif melibatkan diri dalam melaksanakan tugas kelompok. Jika dilihat dari hasil tes pada evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu telah mencapai 82,5% siswa yang mencapai ketuntasan kreteria minimum (KKM ) dengan kata lain telah mencapai indikator keberhasilan, maka penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan penelitian dengan dua siklus tindakan.

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut1. Hasil observasi dilapangan menunjukan terjadinya peningkatan dari tes penguasaan konseb yaitu peningkatan dari 70% menjadi 82.5%. hal ini berarti penggunaan apersepsi yang efektif dapat mempengarui perestasi belajar siswa dan menambah penguasaan konseb dalam mempelajari pelajaran matematika. 2. Dengan penggunaan apersepsi yang efektif siswa akan dapat mengingat pelajaran yang lalu sehingga dalam proses belajar mengajar siswa akan mendapat gambaran materi yang akan dipelajarai berikutnya, dan penggunaan waktu dalam proses belajar- mengajar akan lebih efektif.

Ucapan terima kasih Penelitian ini merupakan hasil penelitian dari mahasiswa IKIP PGRI MADIUN dalam rangka peraktek pengalaman lapangan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada kepala sekolah SMP Negeri 1 Karangjari dan siswa kelas VIIC yang telah mendukung sehingga proses penelitian ini berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2008. Psikologi Pendidikan. http//www.duniaguru.comArikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Penerbit Bumi AksaraSardiman A. M., 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo PersadaHamzah, 2007. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi AksaraWinkel (dalam Darsono, 2000:4) menyatakan belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikapBelajar akan mengubah perilaku mental siswa yang belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002:5)