ilmu sosial dan budaya dasar chapter report

28
BAGIAN TIGA ANALISIS ISI BUKU I. BAB IV MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU A. Manusia sebagai individu Manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang hidup di bumi ini, merupakan suatu makhluk hidup yang dianggap paling sempurna, apabila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Menurut para ahli, apabila melihat dan mempelajari secara intensif dan mendetail organism manusia maka banyak yang belum mengetahui tentang adanya pola-pola kelakuan manusia. Bila, para ahli ini berbicara tentang pola kelakuan (patterns of behavior) maka para ahli ini berbicara tentang pola kelakuan dalam arti yang khusus, yaitu kelakuan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks atau berbagai kelakuan yang tidak dipengaruhi oleh akal dan jiwanya. Dengan demikian, apa yang disebut dengan kepribadian atau personality. Menurut Koentjaraningrat, adalah susunan akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan tiap-tiap individu manusia. Secara umum, kepribadian memiliki beberapa unsure, yang mengisi akal dan alam jiwa manusia secara sadar dan nyata terkandung dalam otak manusia. Pertama, 1

Upload: ayuaditya

Post on 28-Nov-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

untuk tugas chapter report Pendidikan Lingkungan Budaya dan Teknologi

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

BAGIAN TIGA

ANALISIS ISI BUKU

I. BAB IV MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU

A. Manusia sebagai individu

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang hidup di bumi ini, merupakan

suatu makhluk hidup yang dianggap paling sempurna, apabila dibandingkan

dengan makhluk hidup lainnya. Menurut para ahli, apabila melihat dan

mempelajari secara intensif dan mendetail organism manusia maka banyak yang

belum mengetahui tentang adanya pola-pola kelakuan manusia.

Bila, para ahli ini berbicara tentang pola kelakuan (patterns of behavior) maka

para ahli ini berbicara tentang pola kelakuan dalam arti yang khusus, yaitu

kelakuan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan,

refleks-refleks atau berbagai kelakuan yang tidak dipengaruhi oleh akal dan

jiwanya.

Dengan demikian, apa yang disebut dengan kepribadian atau personality.

Menurut Koentjaraningrat, adalah susunan akal dan jiwa yang menentukan

perbedaan tingkah laku atau tindakan tiap-tiap individu manusia.

Secara umum, kepribadian memiliki beberapa unsure, yang mengisi akal dan

alam jiwa manusia secara sadar dan nyata terkandung dalam otak manusia.

Pertama, adalah pengetahuan yang didapat manusia secara sadar atau tidak

disadari. Kemudian, kedua, adalah perasaan. Alam sadar manusia juga

mengandung berbagai macam perasaan yang biasa bersifat subjektif. Selanjutnya,

ketiga, dalah dorongan naluri. Naluri ini terkandung dalam organism manusia,

khususnya dalam gennya. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap

makhluk manusia itu disebut oleh para ahli psikologi sebagai dorongan (drive).

1

Page 2: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

B. Individu di dalam keluarga

Seorang bayi lahir ke dunia sebagai suatu organisme kecil yang memiliki

banyak kebutuhan fisik. Tetapi kemudian ia menjadi seorang manusia yang

memiliki seperangkat sikap dan nilai, kesukaan dan ketidak kesukaan, dan

banyak hal lainnya, melalui suatu proses belajar yang kita sebut sebagai proses

sosialisasi. Proses ini adalah suatu proses belajar yang mengubah dari “suatu

makhluk” menjadi “seorang manusia” yang memiliki kepribadian tertentu. Jadi

sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati norma-norma

kelompok-kelompok lainnya, di mana ia hidup sebagai diri yang unik.

1. Delapan tahap kehidupan

Menurut Erik Erikson (1933), orang asli Jerman yang hidup di Amerika

Serikat, siklud kehidupan manusia dapat dicapai atas delapan tahap.

Penjelasan Erik Erikson ini disebut sebagai teori tentang sosialisasi siklus

kehidupan (life cycle socialization).

Berikut adalah tabel delapan tahap kehidupan :

UsiaKrisis Identitas yang

Harus Dipecahkan

Kebajikan Dasar untuk

Dikembangkan

Masa Bayi Percaya VS Tidak

Percaya

Harapan

Masa Kanak-

Kanak Awal (2-3

tahun)

Otonomi VS Malu-malu

dan bimbang

Kemauan

Masa Bermain Inisiatif dan Rasa

Bersalah

Tujuan

Masa Sekolah (6-

11 tahun)

Kerajinan VS Rasa

Rendah Diri

Kecakapan

Remaja (12-18

tahun)

Identitas VS Kekacauan

Peran

Kesetiaan

2

Page 3: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

Dewasa (19-35

tahun)

Keakraban VS Isolasi Kasih Sayang

Setengah Umur

( 36-50 tahun)

Generativitas VS

Stagnasi

Perawatan

Masa Tua (51

tahun lebih)

Integritas VS

Keputusasaan

Kebijakan

Sebagai ilustrasi, dalam tahap pertama, sang bayi sebenarnya belajar

tentang rasa percaya ataupun tidak percaya pada tokoh ibu ataupun tokoh

pengganti ibu. Kemudian pada tahap kedua, yaitu masa kanak-kanak awal,

anak-anak belajar tentang berbagai hal seperti berjalan, berbicara, memanjat

dan lainnya. Disini anak-anak mulai membangun otonomi, yaitu mulai

memilih-milih dan mengungkapkan keinginannya. Di samping itu juga

membentuk dan mengejar harapn-harapannya. Dalam tahap ketiga, seseorang

memutuskan konflik Oedipus dan mulai mengembangkan penegrtian moralnya.

Sedangkan di tahap keemapt, teori Erikson sama dengan teori yang

dikembangkan oleh Sigmund Freud tentang perkembangan psikoseksual anak,

yakni oral, anal, genital dan laten. Tajap kelima, remaja mengembangkan rasa

identitas pribadi melalui interaksi dengan orang lain. Tahap keenam, orang

dewasa mengembangkan hubungan aksih yang awet dengan lawan jenisnya.

Selanjutnya pada tahap ketujuh orang dewasa usia lanjut akan mengembangkan

sesuatu kepada keluarga dan pada masyarakat. Sedangkan pada tahap

kedelapan, seorang individu menghadapi masa akhir hidup baik secara

terhormat ataupun penuh keputusasaan.

2. Pentingnya gambaran diri

Berbicara tentang gambaran diri pribadi, yaitu factor yang sangat

mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seorang individu, dapat dilihat

dari bberapa hasil penelitian yang menggambarkan pentingnya gambaran diri

ini.

3

Page 4: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

Gambaran diri yang tidak memuaskan sejak dini akan menyebabkan

tingakh laku yang negative, seperti nakal, anti social dan tidak menyenangkan

(lihat Schwartz & Tangri, 1965; Kaplan, 1975,1977). Sebenarnya sejumlah

tingkah laku, mulai dari kebiasaan – kebiasaan yang agak mengganggu sampai

kepada kebiasaan yang sifatnya neurosis yang serius berhubungan dengan

gambaran diri ini.

3. Pengalaman unik dan kepribadian

Pengalaman individu akan berbeda satu dengan yang lainnya, dan akan

menghasilkan individu yang berbeda walaupun individu-individu tersebut

dilihat dari latar belakangnya mereka ini berasal dari kelompok keluarga yang

sama.

Dengan demikian, pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada

pengalaman siapapun yang sempurna dan dapat menyamainya. Selain itu,

pengalaman tidak hanya sekedar bertambah, tetapi sifatnya menyatu. Maksud

dari penjelasan terakhir adlah bahwa sebuah kepribadian tidak dibangun seperti

menyusun puzzle atau yang kita lihat sebagai kepingan-kepingan peristiwa

yang merupakan suatu pengalaman bagi individu

C. Individu di dalam masyarakat

Sepanjang hidup seorang individu, maka terdapat kelompok-kelompok

tertentu di sekitar kehidupannya yang dapat dikatakan cukup penting bagi diri

individu tersebut.

Di awal kehidupan seorang kehidupan seorang individu, amak kelompok

referens yang awal bagi dirinya adalah kelompok keluarganya sendiri.

Kelompok keluarga, pada awalnya merupakan kelompok yang terpenting bagi

diri individu, karena merupakan kelompok yang satu-satunya ia miliki,

khususnya sepanjang masa kanak-kanak.

4

Page 5: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

1. Individu dan kelompok majemuk

Masyarakat yang kompleks yang biasanya dikategori sebagai masyarakat

majemuk, memiliki banyak kelompok dan kebudayaan yang bersifat khusus

dengan standar yang berbeda dan kadang kala bertentangan.

Dalam suatu masyarakat, individu harus bergerak dalam sejumlah

kelompok dengan standar dan nilai yang berbeda. Setiap orang harus memiliki

kemampuan untuk menentukan cara untuk mengatasi tantangan yang serba

bertentangan. Di sini, individu harus dapat mengatasi masalah ini dengan cara

memilah-milah kehidupan mereka dengan mengembangkan suatu diri yang

berbeda bagi setiap kelompok referens yang mereka sukai yang sesuai dengan

kehidupan nyata mereka, atau menolaknya.

D. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Kata “social” berasal dari kata socioes yang artinya berkumpul. Dengan

kata lain, kata ‘sosial” menunjuk pada Society (masyarakat) sebagai suatu system

dari kehidupan bersama.

Dalam kehidupannya sebagai makhluk social, manusia terus berusaha

mengembangkan self-nya untuk tetap dapat diterima oleh kelompoknya.

Perkembangan diri (self) manusia, oleh Charles H. Cooley dijelaskan dalam

teorinya yang dinamakan looking-glass self, di mana Cooley melihat bahwa

konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain.

Sebagai mahkluk social, manusia selalu dihadapkan pada keharusan

(paksaan yang diistilahkan sebagai bagian dari fakta social). Fakta social, menurut

Emile Durkheim, adalah cara bertindak, berpikir dan berperasaan, yang berada di

luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa serta mengendalikannya.

Interaksi social adalah hubungan antara individu satu dan individu lain,

individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi

terdapat hubungan yang saling timbal balik.

5

Page 6: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

Berdasarkan bentuknya, interaksi social dapat berupa konflik dan kerja

sama. Konflik social yang terjadi dapat bersifat laten maupun manifest. Konflik

social yang manifest adalah konflik social yang Nampak dan dapat kita lihat

dengan jelas (mis. Tawuran pelajar, perang antarsuku, baku hantam antarpemuda,

dan lain-lain). Sedangkan konflik social laten adalah konflik social yang tidak

Nampak di permukaan dan bersembunyi dalam hubungan social yang dikemas

dengan baik di luarnya.

Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksinya dengan

orang lain, yaitu :

1. Tahap play stage, yaitu tahap di mana seorang anak mulai belajar

mengambil peran orang lain yang ada di sekitarnya.

2. Tahap game stage, yaitu tahap di mana seorang anak tidak hanay mahir

menirukan perilaku, kebiasaan dan tingkah laku orang-orang lain di

sekitarnya, akan tetapi ia sudah mulai memahami apa makna dan arti dari

peran orang yang ditirunya.

3. Tahap generalized other, yaitu tahap di mana seorang anak telah mampu

memahami perannya dan peran-peran orang lain di sekitarnya.

E. Manusia sebagai bagian dari suatu masyarakat

Masyarakat, menurut Mario Levy, memiliki 4 kriteria yaitu :

1. Memiliki kemampuan untuk bertahan melebihi masa hidup seorang

individu,

2. Rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi,

3. Kesetiaan pada suatu “system tindakan utama bersama”

4. Adanya system tindakan utama yang bersifat “swasembada”

Sedangkan Talcott Parsons (1968) mendefinisikan masyarakat sebagai

suatu system social yang swasembada, melebihi masa hidup individu normal, dan

merekrut anggota secara reproduksi biologis, serta melakukan sosialisasi terhadap

generasi berikutnya.

6

Page 7: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

Manusia adalah makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu

memiliki kebutuhan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain dalam rangka

memenuhi kebutuhannya artinya manusia selalu hidup berkelompok.

Manusia bukan hanya makhluk individu yang berinteraksi dengan manusia

lain, akan tetapi juga kelompok perlu berinteraksi dengan kelompok lain.

Ada konsep utama dalam pembahasan struktur social, yaitu konsep

“status” (status) dan konsep “peran” (role). Ralp Linton mendefinisikan status

sebagai kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah aspek dinamis dari

status. Sehingga dalam statusnya, sesorang akan memiliki peran tertentu yang

berhubungan dengan statusnya, seseorang akan memiliki peran tertentu yang

berhubungan dengan statusnya di dalam kelompok dan masyarakatnya.

Dengan demikian, dalam setiap statusnya seseorang akan memiliki banyak

peran. Hal ini berarti bahwa bila orang tersebut memilliki banyak status dalam

masyarakatnya, maka secara otomatis ia juga memiliki banyak sekali peran yang

berkaitan dengan status-statusnya tersebut.

Tiap-tiap individu dalam suatu kelas social tertentu, tidak serta merta

hanya berinteraksi dengan sesama individu dan kelompok dari kelas social yang

sama. Akan tetapi ada suatu kebutuhan hidup yang menuntut mereka juag

berinteraksi dengan individu atau kelompok lain dari kelas social yang berbeda.

7

Page 8: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

II. BAB V MULTIKULTURALISME DAN KESEDERAJATAN

A. Pengertian masyarakat multicultural

Dalam pengertian sehari-hari kita memahami masyrakat multikultur

sebagia masyarakat yang beragam dan terdiri dari berbagai budaya. J Rex

mendefinisikan masyarakat multikultur sebagai masyarakat yang membedakan

antara kehidupan public dan kehidupan pribadi. Kehidupan public, yang meliputi

area politik, ekonomi, pendidikan dan hokum, berlandaskan pada prinsip-prinsip

budaya yang universal. Sedangkan dalam kehidupan pribadi yang meliputi

kepercayaan dan agama, pendidikan moral dan sosialisasi primer, keberagaman

nilai-nilai budaya dari berbagai kelompok etnis ditujukam untuk terus hidup dan

berkembang.

Ketika kita bicara tentang keberagaman, kita juga mengenal istilah

masyarakat plural. Apa yang dimaksud dengan masyarakat plural? Menurut

Robert W. Hefner, masyarakat plural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau

lebih elemen atau tatanan social yang hidup berdampingan, namun tanpa

membaur dalam satu unit politik.

1. Kebudayaan

Berbagai kerajaan yang pernah maupun masih bertahan di Indonesia saat

ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Berbagai warisan seni budaya, filosofi

kehidupan bahkan filosofi politik yang dihasilkan dari system kenegaraan dan

pemerintahan yang juga beragam masih menjadi warisan dalam kehidupan

masyarakat saat ini.

Menarik untuk dipahami bahwa pada satu titik waktu yang sama

perbedaan atau kesenjangan peradaban juga terjadi pada masyarakat Indonesia.

Masyarakat di Jakarta mungkin sudah biasa dengan perkembangan dan cara

berpikir yang lebih luas dan mendunia, namun di bagian lain terutama di desa-

desa dan wilayah terpencil, masih banyak masyarakat kita yang hidup dengan

nilai-nilai adat istiadat setempat dan wawasan berpikir yang masih terpaku pada

dunia keseharian dan budaya mereka.

8

Page 9: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

B. Multikulturalisme

Kalau kita pikirkan kembali, kita tidak dapat memungkiri kenyataan

bahwa keberagaman kelompok budaya yang menjadi unsure masyarakat

Indonesia sering kali menjadi batu sandungan baik dalam interaksi sehari-ahri

maupun dalam penyusunan kebijakan pembangunan. Selain itu ketidakpekaan

terhadap keberagaman budaya atau ketidakmampuan untuk berhadapan dengan

budaya yang berbeda dapat memunculkan streotipe, prasangka bahkan

diskriminasi dan rasialisme. Dalam konteks hubungan antara kelompok budaya,

prasangkan memiliki konotasi yang negative. Stereotype adalah suatu citra yang

dilekatkan pada suatu kelompok tertentu yang belum tentu benar. Sedangkan

prasangka adalah suatu pendugaan yang dilakukan oleh seseorang terhadap

kelompok lain yang dipandang memiliki karakteristik negatif, buruk atau tidak

menyenangkan.

Stereotype yang dipelihara dapat menghasilkan parasnagka-prasangka dan

juga pada praktiknya memunculkan tindakan-tindakan diskriminasi yang

berkonotasi negative. Diskriminasi adalah suatu tindakan yang membeda-bedakan

perlakuan berdasarkan karakteristik budaya kelompok tertentu.

Secara umum multikulturalisme biasanya berhubungan dengan konsep

etnisitas. Menurut H.A.R Tilaar, multikulturalisme pada masa modern, terutama

dalam era globaliasasi, berbeda dengan multikulturalisme pada lalu.

Multikulturalisme modern di era globalisasi bersifat terbuka dan melihat ke luar.

Multikulturalisme tidak hanya berarti beragamnya kelompok etnis dalam sebuah

Negara, tetapi juga seluruh keompok etnis yang beragam di luar batas-batas

Negara, termasuk di dalamnya perkembangan agama, isu jender dan kesadaran

kaum marjinal.

9

Page 10: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

KESEDERAJATAN DAN MULTIKULTURALISME

A. Kesederajatan

Kesederajatan menjadi konsep penting dalam memaknai keberagaman budaya.

Kita telah paham bahwa kehidupan kita saat ini tidak mungkin terhindar dari

keberagaman khususnya kebergaman budaya. Pertama, kesederajatan biacara

tentang bagaimana cara pandang kita tentang keberagaman budaya. Kedua, dalam

hal interaksi, kita bicara tentang bagaimana perilaku kita terhadap perbedaan

tersebut.

Manusia adalah makhluk yang sama tetapi juga berbeda. Oleh karena itu

manusia harus diperlakukan sederajat karena dua karakteristik sebagai makhluk

sama dan sebagai makhluk yang berbeda. Dengan argumentasi ini maka

kesederajatan bukan berarti kesergaman perlakuan tatpi lebih kepada interaksi

antara keseragaman dan perbedaan.

Hak yang sederajat tidak berarti adanya hak-hak yang sama, karena individu

yang memiliki latar belakang budaya dan kebutuhan yang berbeda mungkin

membutuhkan hak-hak yang berbeda untuk menikmati kesederajatan.

Kesederajatan harus mampu menolak perbedaan-perbedaan yang tidak relevan

namun juga harus diikuti oleh pengakuan yang penuh terhadap perbedaan-

perbedaan yang sah dan relevan dalam konteksnya.

B. Kesederajatan dalam multikulturalisme

Dalam pelaksanaannya maka multikulturalisme tidak dapat dipisahkan

dengan Negara, oleh karena itu berbagai cara dan model diperkenalkan oleh para

ahli untuk menjamin kesederajatan dalam masyarakat multikultur. Salah satu

prinsip dalam multikulturalisme adalah bagaimana menjamin kesederajatan.

Kesederajatan tidak sama dengan sama atau seragam untuk semua kelompok

budaya yang hidup dalam masyarakat. Contohnya Will Kymlica mengenalkan 3

prinsip dasar yang harus diperhatikan seperti, pemerintahan sendiri, terjaminnya

hak-hak polietnis dan prinsip keterwakilan dalam ruang-ruang politik, ekonomi

10

Page 11: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

dan hokum. Tokoh lain Bhikhu Parekh, juga mengenalkan 3 model seperti

proceduralist, civic assimiliationist, dan millet model.

Menjamin kesederajatan tidaklah mudah apa;agi menerapkan

multikulturalisme dalam suatu masyarakat walaupun multikulturalisme mungkin

sebuah jawaban untuk menjembatani perbedaan budaya dalam masyarakat. Salah

satu tokoh Anne Philips, mengungkapkan beberapa hal yang perlu dijadikan titik

perhatian dalam menerapkan multikulturalisme. Seperti melemahnya identitas

nasional, orang semakin focus pada perbedaan kelompok bukan pada kesamaan,

solidaritas sosial terhadap kelompok yang berbeda cenderung lemah.

Akhirnya dalam menghadapi keberagaman dan perbedaan budaya,

multikulturalisme perlu mencari keseimbangan antara keseragaman dalam bentuk

kebijakan public untuk menuju identitas nasional tanpa ada penyeragaman budaya

atau asimilasi secara paksa.

III. BAB VI MORALITAS DAN HUKUM

Sebagai makhluk yang beradab tentunya, manusia diharapkan mampu

memiliki nilai-nilai moral yang disepakati bersama dalam masyarakat dimana ia

tinggal dan sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

A. Nilai Sebagai Sumber Budaya Dan Kebudayaan

Kebudayaan, bila dilihat sebagai suatu konsep, pertama kali

dikembangkan oleh para ahli Antropologi menjelang akhir abad kesembilan belas.

Sementara itu definisi pertama berasal dari seorang ahli antropologi asal inggris,

EB Tylor (1871 : 1), yang menjelaskan kebudayaan sebagai:

“... kempleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

hukum, moral, kebiasaan dan lain-lain kecakapan kebiasaan yang diperoleh

manusia sebagai anggota masyarakat ...”

Berkaitan dengan pembahasan mengenai nilai, moraal dan juga

pembahasan sebelumnya tentang kebudayaan maka salah satu wujud kebudayaan

11

Page 12: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

adalah apa yang disebut sebagai ‘sistem budaya’. Sistem budaya ini berisi

kumpulan gagasan nilai-nilai, norma-norma, pandangan-pandangan hidup,

berbagai aturan, berbagai pengetahuan dan hal-hal lainnya yang bersifat abstrak,

termasuk moral.

B. Nilai Moral Sebagai Rujukan Nilai Budaya

Penggunaan istilah moral dapat digunakan untuk maksud yang berbeda,

tentu sesuai dengan konteks dan makna pembicaraan yang dimaksud. Bila melihat

asal usul kata dan istilah moral, maka kata ini berasal dari bahasa latin yaitu mos

(yang arti jamaknya mores) yang berarti adat, kebiasaan. Istilah moral berarti

nilai-nilai, norma yang menjadi pegangan bagi setiap orang atau suatu kelompok

dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan moralitas adalah sifat moral atau

keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Sedangkan

istilah amoral, berarti tidak berhubungan dengan konteks moral, di luar suasana

etis atau non moral. Sedangkan immoral berarti bertentangan dengan moralitas

yang baik atau secara moral buruk atau tidak etis. Dalam kamus Indonesia, amoral

berarti immoral dalam pengertian di atas. Pengertian immoral ini kurang dikenal.

Nilai berkaitan erat dengan manusia, baik dalam bidang etika yang

mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari, maupun bidang

estetika yang berhubungan dengan persoalan keindahan. Manusia sebagai

makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama,

memandang nialai sebagai sesuatu yang objektif. Pandangan kedua, memandang

nilai itu sebagai subjektif, yang artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang

menilainya.

C. Manusia Dan Moral

Hampir sebagian perbuatan manusia berkaitan dengan nilai baik dan

buruk, di mana hal ini terjadi sejak masa lampau. Sejarah telah membuktikan

bahwa dalam segala zaman ditemukan keinsyafan manusia tentang tingkah laku

12

Page 13: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

mereka yang baik dan buruk, atau yang harus dilakukan dan tidak dapat

dilakukan.

Banyak orang berpendapat bahwa perbedaan khas manusia dan binatang

adalah manusia memiliki rasio atau bakat untuk menggunakan bahasa atau lebih

luas lagi menciptakan dan menggunakan simbol-simbol. Perbedaan lainnya adalah

manusia memiliki kesadaran moral.

Karena norma moral merupakan standar perilaku yang disepakati, maka

moral dapat dipakai mengukur diri sendiri, sekaligus dapat dipakai untuk

mengatur perilaku orang lain. Orientasi moral ini dipandang penting karena akan

menentukan arah keputusan dan tindakan seseorang. Oleh karena itu orientasi

moral akan sangat berpengaruh terhadap moralitas dan pertimbangan moral

seseorang, karena pertimbangan moral merupakan hasil proses penalaran yang

dalam proses penalaran tersebut ada upaya memprioritaskan nilai-nilai tertentu

berdasarkan orientasi moral serta pertimbangan konsekuensinya.

D. Nilai-Nilai Luhur Budaya Banga

Keanekaragaman dalam hal kebudayaan dan bahasa pada orang Indonesia

sering membuat kita sebagai orang Indonesia bangga sekaligus juga prihatin

mengingat aneka warna maslah yang dapat timbul karena sifat keanekaragaman

yang kita miliki tersebut. Masalah yang paling dasar yang bersangkut paut dengan

sifat keanekaragaman tersebut adalah masalah kebudayaan nasional Indonesia.

Dengan demikian, ketika berbicara tentang kebudayaan nasional maka

secara tersirat kita juga akan berbicara tentang nilai-nilai luhur budaya bangsa,

karena salah satu wujud dari kebudayaan adalah sistem budaya atau sistem nilai

budaya.

13

Page 14: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

Hukum Dalam Masyarakat Dan Negara

A. Pengertian Hukum Dalam Masyarakat

Dalam anggapan awal, hukum adalah unsur yang mutlak bagi semua

masyarakat manusia. Kemudian, hukum dianggap merupakan gagasan yang

pokok dalam masyarakat manusia, dan tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa hukum

maka tidak akan ada masyarakat manusia.

Dengan demikian, dari pengertian di atas maka studi-studi hukum dapat

dilakukan dalam rangka pengertian bahwa hukum merupakan salah satu aspek

kebudayaan, atau dapat dilakukan sebagai suatu objek yang otonom yang terpisah

dari kebudayaan.

Bagi suku-suku bangsa terpencill, sebenarnya pengertian peradilan yang

terpusat tidak ada artinya bagi mereka. Karena, menurut penjelasan Malinowski

(1926), hukum berbeda dengan adat, karena hukum dipandang sebagai kewajiban

pihak yang satu denganhak pihak yang lain,yang tidak hanya didukung oleh motif

psikologis tetapi juga oleh sesuatu kekuatan yang mengikat dan memiliki

hubungan ketergantungan antara satu hal dengan hal lainnya.

Di dalam setiap masyarakat, ada bermacam-macam sanksi hukum yang

dapat berlakuuntuk lapisan masyarakat yang berbeda-beda. Karena setiap individu

di dalam masyarakat biasanya menjadi anggota sejumlah besar subkelompok dan

ia harus tunduk pada peraturan-peraturan dari berbagai kelompok tersebut. Karena

itu, dalam beberapa hal individutidak dapat tunduk pada peraturan-peraturan

hukum yang saling bertentangan tersebut, terkecuali ada kekuasaan untuk

menerapkan sanksi secara berbeda menurut tingkat-tingkat yang ada dalam

masyarakat.

B. Manusia Dan Hukum

Manusia sebagai makhluk sosial merupakan makhluk yang selalu

berinteraksi dan membutuhkan bantuan dari sesamanya. Dalam konteks hubungan

seperti itu maka perlu adanya keteraturan[, sehingga setiap individu dapat

berhubungan secara harmonis dengan individu lain di sekitarnya. Hukum di dalam

14

Page 15: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

masyarakat adalah suatu tuntutan, sehingga ada pameo “ubi societas ibi ius”

artinya di mana ada masyarakat maka disana ada hukum.

Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang

menyatakan bahwa tujuan adanya hukum adalah untuk menciptakan keadilan.

Tetapi terkait masyarakat, tujuan terciptanya hukum yang utama adalah untuk

menciptakan ketertiban dan keteraturan di dalam masyarakat.

C. Hukum Dan Adat Kebiasaan Dalam Masyarakat

Banyak ahli ilmu sosial memandang bahwa penyesuaian dengan nilai-nilai

dasar dan penagturan umum bukan dipelihara dengan jalan pelaksanaan menurut

hukum dalam keputusan-keputusan penting secara formal atau tidak formal dan

dibuat oleh para hakim ketua atau pemimpin lainnya. Penyesuaian dengan nilai-

nilai dasar dan pengaturan umum dipelihara oleh kekuasaan adat yang telah

diketahui oleh semua warga masyarakat, yang tanpa diuraikan lagi oleh seseorang

atau dewan yang diberi kekuasaan oleh pengadilan.

D. Proses Tebentuknya Hukum dalam Masyarakat

Hukum di dalam masyarakat terbentuk karena ada korelasi antara sistem

politik dan sistem pengadilan sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Dengan

demikian, bila melihat perkembangan setiap masyarakat di dunia, apabila kita

kaitkan denganaspek politik, otoritas dan kekuasaan maka kita akan melihat

bahwa setiap masyarakat tersebut memiliki aspek pengelolaan dan organisasi

sosial yang berbeda. Dalam berbagai masyarakat di dunia terdapat berbagai

bentuk organisasi politik yang tujuanny adalah sebagai suatu sarana untuk

memelihara tertib sosial dan mengurangi kesimpangsiuran sosial. Organisasi

politik tersebut adalah band yang hidup secara nomaden.

15

Page 16: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

E. Perwujudan Hukum Dan Sanksi Hukum Dalam Kehidupan Masyarakat

Setiap masyarakat menciptakan lembaga-lembaga untuk mendorong orang

agar matuhi peraturannya dan untuk menentukan tindakan yang layak, bila

peraturan tersebut dilanggar. Dengan menggunakan sanksi, sampai batas-batas

tertentu, masyarakat mengadakan pengendalian atas perilaku anggota-anggotanya.

Dengan demikian, alam hal ini, aspek yang terpenting dari sistem pengendalian

masyarakat adalah aspek hukum. Bila berbicara tentang hukum maka biasanya

pembicaraan banyak berkaitan dengan masalah perselisihan atau penyelesaian

perselisihan.

F. Sanksi Hukum dalam Masyarakat

Sanksi pada umumnya diartikan sebagai apa yang oleh hukum itu sendiri

dikatakan akan atau mungkin terjadi terhadap orang-orang yang dianggap bersalah

karena melanggar suatu aturan hukum. Selain itu, sanksi dapat dibedakan atas

sanksi formal atau informal. Hal ini terkait dengan diundangkannya sesuatu aturan

tertentu atau tidak. Tetapi, sanksi formal seperti hukum, cenderung selalu

beraturan karena berusaha menggariskan denagn tegas dan tepat tentang perilaku

seseorang.

Dengan demikian salah satu fungsi sanksi yang terpenting, baik sanksi

hukum maupun bukan, adalah membuat orang takut untuk melanggar norma

sosial. Dan dengan demikian kegunaan dari identifikasi sanksi sebagai kriteria

dari hukum, di samping melihat fungsinya dalam mencapai konformitas pada

tuntutan dari kelompok atau suatu masyarakat tertentu,adalah juga bahwa sanksi

dapat digunakan dalam pembedaan kebiasaan yang netral dari hukum.

G. Keadilan, Ketertiban, Dan Kesejahteraan Masyarakat

Arti kesejahteraan sosial dalam pengkajian sosial terhadaphukum bersifat

sangat kontekstual. Pemahaman mengenai kesejahteraan sosial haruslah

ditempatkan dalam konteks politik, ekonomi dan sosial kultural setiap masyarakat

dan pada dimensi waktu tertentu. Dengan demikian, pengertian kesejahteraa sosial

dapat bersifat sangat pluralistik karena pada dasrnya konsepsi tentang

16

Page 17: Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Chapter Report

kesejahteraan sosial ada di dalam setiap masyarakat dunia dengan perumusan

yang berbeda-beda.

Berbicara tentang sanksi yang merupakan salah satu atribut terakhir dari

hukum, yang bila digabungkan dengan ketiga atribut lainnya, maka akan

menggambarkan sisat hakiki dari hukum.

Menurut F Benda Beckmann, di tingkat awal istilah tersebut menunjukan

keragaman nilai dan ideologi, dan dalam bentuk yang lebih konkret seperti tujuan-

tujuan dari kebijakan.

Menurut TO Ihromi, istilah dan konsep kesejahteraan sosial yang selama

ini ada sebenarnya mengacu pada konsep-konsep kesejahteraan sosial yang datang

dari Eropa dan Amerika.

Dengan demikian, mekanisme kesejahteraan sosial yang konvensional

adalah perlindungan terhadap mereka yang terjamin. Bagi mereka bekerja juga

akan terjangkau oleh mekanisme kesejahteraan sosial, yang sepenuhnya ada di

tangan pemerintah dan dengan dukungan finansial yang kuat dari negara-negara

maju tersebut.

Berdasarkan keragaman pengertian dan konsepsi normatif yang

terkandung dalam istilah kesejahteraan sosial; luasnya cakupan kegiatan; dan

luasnya kondisi-kondisi sosial yang hendaknya diupayakan untuk diatasi oleh

individu, kelompok, masyarakat, dan negara, maka menurut Ihromi (1993),

kurang dirasa perlu untuk memikirkan variasi gejala yang relevan untuk dibuatkan

definisinya mengenai kesejahteraan sosial tersebut. Tetapi yang perlu diperhatikan

adalah bagaimana mengidentifikasi keseluruhan kompleks pranata, hubungan-

hubungan yang ada, interaksi yang terjadi, dan hubungan relasi yang ada dalam

organisasi sosial dan apa artinya ketika sistem-sistem itu beroperasi secara

bersamaan dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam rangka berupaya mengatasi

kondisi-kondisi sosial tertentu.

17