chapter ii.pdf

27
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Teori-teori Ketenagakerjaan 2.1.1. Teori Klasik Adam Smith Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi. 2.1.2. Teori Malthus Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung. Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti mengakibatkan turunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut adalah melakukan kontrol atau pengawasan pertumbuhan penduduk. Beberapa jalan keluar yang ditawarkan oleh malthus adalah dengan menunda usia perkawinan dan mengurangi jumlah anak.

Upload: zaenie-zeze

Post on 12-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter II.pdf

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Teori-teori Ketenagakerjaan

2.1.1. Teori Klasik Adam Smith

Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian

dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi

sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi

tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh.

Dengan kata lain,

alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary

condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

2.1.2. Teori Malthus

Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir

klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Robert

Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan

produksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai

dengan deret ukur, sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung.

Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti mengakibatkan

turunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut adalah

melakukan kontrol atau pengawasan pertumbuhan penduduk. Beberapa jalan keluar yang

ditawarkan oleh malthus adalah dengan menunda usia perkawinan dan mengurangi jumlah anak.

Page 2: Chapter II.pdf

Jika hal ini tidak dilakukan maka pengurangan penduduk akan diselesaikan secara alamiah antara

lain akan timbul perang, epidemi, kekurangan pangan dan sebagainya.

2.1.3. Teori Keynes

John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar

tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai

semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh

dari penurunan tingkat upah.

Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali,

tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota

masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan

menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan

mendorong turunya harga-harga.

Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor ( marginal

value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam

mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva nilai

produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap

saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga

turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan

jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin

luas.

Page 3: Chapter II.pdf

2.1.4. Teori Harrod-domar

Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini investasi

tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas

produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak

menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus

akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.

2.2. Teori Tentang Tenaga Kerja

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja seperti yang sudah

dibukakan dalam Latar belakang dari pemelihan judul ini adalah ketidak seimbangan akan

permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada

suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut penawaran yang lebih besar dari permintaan

terhadap tenaga kerja (excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding

penawaran tenaga kerja (excess demand for labor) dalam pasar tenaga kerja.

upah riil (W)

Gambar 2.1 : Kurva Penawaran Tenaga Kerja

We

Ne

E

Penawaran Tenaga Kerja (SL) = supplay of labour

Permintaan Tenaga Kerja ( DL) = Demand for labour

Jumlah Tenaga Kerja (N)

Page 4: Chapter II.pdf

Gambar 2.2 : Kurva Excess supply of labour

Gambar 2.3 : Kurva Excess Demand of labour

Keterangan Gambar :

SL = Penawaran tenaga kerja (supply of labor)

DL = Permintaan tenaga kerja (demand for labor)

W = Upah (wage)

L = Jumlah tenaga kerja (labor)

DL

W1

N2 N1

SL

W

N

Excess supply of labour

W2

Excess demand

W SL

DL

N 3 N4

E

E

Page 5: Chapter II.pdf

Penjelasan gambar:

(1). Jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga

kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Le pada tingkat upah keseimbangan We.

Dengan demikian, Titik keseimbangan adalah titik E. Pada tingkat upah keseimbangan We,

semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak orang yang menganggur.

Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada tingkat upah We.

(2). Pada gambar kedua, terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah W1,

penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintaan tenaga kerja (DL). Jumlah

orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja adalah sebanyak N2, sedangkan yang diminta

hanya N1. Dengan demikian, ada orang yang menganggur pada tingkat upah W1 sebanyak

N1N2.

(3). Pada gambar ketiga, terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat upah W1,

permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja (SL).

Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja pada tingkat upah W1 adalah

sebanyak N1, sedangkan yang diminta adalah sebanyak N2.

2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja

a. Tingkat Upah

Yang mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan adalah tingkat upah

para tenaga kerja. Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi, sehingga

akan meningkatkan harga per unit produk yang dihasilkan. Apabila harga per unit produk yang

dijual ke konsumen naik, reaksi yang biasanya timbul adalah mengurangi pembelian atau bahkan

tidak lagi membeli produk tersebut. Sehingga akan muncul perubahan skala produksi yang

disebut efek skala produksi (scale effect) dimana sebuah kondisi yang memaksa produsen untuk

Page 6: Chapter II.pdf

mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, yang selanjutnya juga dapat mengurangi tenaga

kerja perusahaan.

Suatu kenaikan upah dengan asumsi harga barang-barang modal yang lain tetap, maka

pengusaha mempunyai kecenderungan untuk menggantikan tenaga kerja dengan mesin.

Penurunan jumlah tenaga kerja akibat adanya penggantian dengan mesin disebut efek substitusi

(substitution effect).

b. Teknologi

Penggunaan teknologi dalam perusahaan akan mempengaruhi berapa jumlah tenaga kerja

yang dibutuhkan. Kecanggihan teknologi saja belum tentu mengakibatkan penurunan jumlah

tenaga kerja. Karena dapat terjadi kecanggihan teknologi akan menyebabkan hasil produksi yang

lebih baik, namun kemampuannya dalam menghasilkan produk dalam kuantitas yang sama atau

relatif sama. Yang lebih berpengaruh dalam menentukan permintaan tenaga kerja adalah

kemampuan mesin untuk menghasilkan produk dalam kuantitas yang jauh lebih besar dari pada

kemampuan manusia. Misalnya, mesin pengemasan produk makanan yang dulunya berbasis

tenaga kerja manusia dan beralih ke mesin-mesin dan robot akan mempengaruhi permintaan

tenaga kerja manusia lebih rendah untuk memproduksi makanan tersebut.

c. Produktivitas tenaga kerja

Berapa jumlah tenaga kerja yang diminta dapat ditentukan oleh berapa tingkat

produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri. Apabila untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu

dibutuhkan 50 karyawan dengan produktivitas standar yang bekerja selama 9 bulan. Namun

dengan karyawan yang produktivitasnya melebihi standar, proyek tersebut dapat diselesaikan

oleh 25 karyawan dengan waktu 9 bulan.

Page 7: Chapter II.pdf

Kita mengetahui bahwa kekuatan permintaan tenaga kerja dalam pekerjaan tertentu

sebagian bergantung pada produktivitas (MP). Perusahaan mengontrol kebanyakan faktor-faktor

yang menentukan produktivitas pekerja. Tetapi dua cara serikat buruh dapat mempengaruhi

ouput per jam pekerja adalah berpartisipasi dalam komite manajemen produktivitas tenaga kerja

gabungan—yang seringkali disebut “lingkaran kualitas”—dan “codetermintation”, yang terdiri

dari partisipasi langsung para pekerja dalam pengambilan keputusan perusahaan. Yang

sebelumnya juga terkadang disebut “demokrasi buruh”. Tujuan kedua pendekatan tersebut

adalah memperbaiki komunikasi internal dalam perusahaan dan meningkatkan produktivitas

melalui penekanan lebih melalui kerjasama lebih dan insentif profit.

Dalam banyak kasus, serikat buruh telah menolak partisipasi dalam lingkaran kualitas

dan codetermintation, memperdabatkan bahwa program-progam ini memperlancar proses tawar

menawar dan memperkecil otoritas serikat. Dalam contoh lainnya, serikat setuju untuk

berpartisipasi dalam basis eksperimental. Sampai pada saat pendekatan mereka meningkatkan

marginal product tenaga kerja, permiontaan tenaga kerja akan meningkat, sehingga

meningkatkan prospek serikat untuk menegoisiasi peningkatan upah.

d. Kualitas Tenaga Kerja

Pembahasan mengenai kualitas ini berhubungan erat dengan pembahasan mengenai

produktivitas. Karena dengan tenaga kerja yang berkualitas akan menyebabkan produktivitasnya

meningkat. Kualitas tenaga kerja ini tercermin dari tingkat pendidikan, keterampilan,

pengalaman, dan kematangan tenaga kerja dalam bekerja.

e. Fasilitas Modal

Dalam prakteknya faktor-faktor produksi, baik sumber daya manusia maupun yang bukan

sumber daya alam dan lainlain, seperti modal tidak dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang

Page 8: Chapter II.pdf

atau jasa. Pada suatu industri, dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka

semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja. Misalnya,

dalam suatu industri air minum, dengan asumsi faktor-faktor lain konstan, maka apabila

perusahaan menambah modalnya, maka jumlah tenaga kerja yang diminta juga bertambah.

2.3. Defenisi Kesempatan Kerja dan TPAK

Kesempatan kerja didefenisikan sebagai keadaan yang mencerminkan sampai berapa

dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau dapat ikut secara aktif dalam kegiatan

perekonomian suatu negara.

Dalam analisis pasar tenaga kerja secara makro yang ingin dianalisis adalah permintaan

dan penawaran tenaga kerja dalam perekonomian yang merupakan gabungan dari permintaan

tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan dan gabungan penawaran oleh para pekerja. Dengan

demikian kurva permintaan tenaga kerja dalam perekonomian dapat diwujudkan dalam

menjumlahkan permintaan tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan.

Gambar 2.4 Kurva Keseimbangan Tenaga Kerja

W

Kelebihan Penawaran Tenaga Kerja

Kelebihan Permintaan Tenaga Kerja

NS

ND

W1

W0

Page 9: Chapter II.pdf

Keterangan:

Kurva ND menggambarkan permintaan tenaga kerja dalam perekonomian. Kurva ini

merupakan jumlah dari semua kurva permintaan tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan yang

ada dalam kegiatan. Kurva Ns menggambarkan penawaran tenaga kerja dalam perekonomian

dan dibentuk dengan menjumlahkan kurva penawaran tenaga kerja dari semua pekerja dalam

kegiatan ekonomi.

Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan tercapai apabila permintaan tenaga kerja di

pasar sama dengan penawarannya. Keadaan ini tercapai pada Eo yaitu pada tingkat upah Wo dan

tingkat kesempatan kerja No kedudukan keseimbangan ini dapat dibuktikan dengan melihat

keadaan yang akan berlaku pada tingkat upah yang lain,misalnya pada W1 atau W2.

Apabila tingkah upah adalah W1, akan berlaku kelebihan penawaran kerja (berarti

sebagian tenaga kerja menganggur). Penyesuaian yang sebaliknya akan berlaku apabila upah

terlalu rendah misalnya, apabila tingkat upah adalah W2, akan berlaku kelebihan permintaan

tenaga kerja berkurang. Pada akhirnya permintaan dan penawaran tenaga kerja akan mencapai

titik keseimbangan dititik E0.

Penduduk suatu negara dibagi 2 golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.

Yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berada pada batas usia kerja. Tenaga

kerja dibagi kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang

termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau

mempunyai pekerjaan umum, untuk sementara sedang tak bekerja dan yang mencari pekerjaan.

Sedangkan bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak

bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yakni orang-orang yang

Page 10: Chapter II.pdf

kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan

merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiun, penderita cacat).

Angkatan kerja dapat dibagi lagi kedalam dua sub kelompok yaitu pekerja dan

penganggur. Pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan mencakup orang-orang yang

mempunyai pekerjaan dan pada saat disensus atau disurvei memang sedang bekerja, serta orang

yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan tidak sedang bekerja.

Penganggur ialah orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran terbuka).

Tingkat Partisipasi Kerja (TPK) atau sering disebut dengan Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia

kerja dalam kelompok yang sama. TPK sendiri dapat dinyatakan untuk seluruh penduduk dalam

usia kerja dan dapat pula dinyatakan untuk suatu kelompok penduduk tertentu seperti kelompok

laki-laki atau wanita di kota, kelompok tenaga terdidik, kelompok umur 10-15 di desa dan lain-

lain.

Semakin besar TPK, semakin besar jumlah angkatan kerja dalam kelompok yang sama.

Sebaliknya, semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan yang mengurus rumah

tangga, semakin besar jumlah yang tergolong bukan angkatan kerja, semakin besar jumlah

angkatan kerja dan akibatnya TPK semakin kecil ( Simanjuntak,1998:97 ).

Indikator yang digunakan untuk mengitung Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

adalah Rasio antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. TPAK dirumukan

sebagai berikut:

Angkatan Kerja

Tenaga Kerja

TPAK= X 100 %

Page 11: Chapter II.pdf

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tidak hanya dapat disajikan untuk

menghitung TPAK penduduk usia kerja dengan spesifikasi yang lebih khusus seperti umur, jenis

kelamin, atau tempat tinggal.

2.4. Investasi

2.4.1 Definisi Investasi

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan

pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. seorang investor

membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga

saham atapun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan

resiko yang terkait dengan investasi tersebut.Setelah investasi bisa berkaitan dengan berbagai

macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin atau

bangunan), maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan aktivitas

investasi yang umumnya dilakukan. Bagi investor yang lebih pintar dan lebih berani

menanggung resiko. aktivitas investasi yang mereka lakukan juga bisa mencakup investasi pada

aset-aset finansial lainnya yang lebih kompleks seperti warrants, option dan futures maupun

ekuitas intwernasional.

Aset finansial adalah klaim berbentuk surat berharga atas sejumlah aset-aset pihak

penerbit surat berharga tersebut. Sedangkan sekuritas yang mudah diperdagangkan adalah aset-

aset finansial yang bisa diperdagangkan dengan mudah dan dengan biaya transaksi yang murah

pada pasar yang terorganisir.

Pihak-pihak yang melakukan kegiatn investasi disebut investor. Investor pada umumnya

bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual investors) dan investor

institusional (institutional investors). Investor individual terdiri dari individu-individu yang

Page 12: Chapter II.pdf

melakukan aktivitas investasi. Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-

perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana (bank dan lembaga simpan-pinjam), lembaga

dana pensiun, maupun perusahaan investasi.

Dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik. Dengan pembatasan

tersebut maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai pengeluaran-pengeluaran yang

meningkatkan stok barang modal. Stok barang modal adalah jumlah barang modal dalam suatu

perekonomian pada saat tertentu.

a. Investasi Dalam Bentuk Barang Modal dan Bangunan

Yang tercakup dalam investasi barang modal dan bangunan adalah

pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi, bangunan/gedung

yang baru. Karena daya tahan madal dan bangunan umumnya

lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk harta tetap

(fixed investment).

Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed investment adalah pembentukan modal

tetap domestic bruto (PMTDB). Supaya lebih akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan

adalah investasi bersih yaitu PMTDB dikurangi penyusutan.

b. Investasi Persediaan

Perusahaan seringkali memproduksi barang lebih banyak daripada target

penjualan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Tentu saja investasi

persediaan diharapkan meningkatkan penghasilan/keuntungan. Persediaan barang tersebut

dikatakan sebagai investasi yang direncanakan atau investasi yang diinginkan karena telah

direncanakan. Selain barang jadi, investasi dapat juga dilakukuan dalam bentuk persediaan

barang baku dan setengah jadi.

Page 13: Chapter II.pdf

2.4.2 Penanaman Modal Asing (PMA)

PMA yang terkandung dalam Undang-Undang No.1 tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing sebagaimana diubah dan ditambah oleh Undang-Undang No.11 tahun1 970 tentang

Perubahan dan Tambahan Undang-Undang No.1 tahun 1967 mencakup unsur pokok (Bank

Indonesia, 1995;98-100), yaitu:

a. Penanaman modal secara langsung;

b. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan di Indonesia;

c. Resiko ditanggung pemilik modal/investor (pasal 1).

Dimana pengertian modal asing tersbut terdiri dari:

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa Indonesia dan

disetujui pemerintah untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

2. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik asing dan bahan-

bahan dari luar negeri ke dalam wilayah RI yang tidak dibiayai dari devisa Indonesia.

3. Bagian dari hasil perusahaan yang dapat ditransfer, tetapi digunakan untuk membiayai

perusahaan di Indonesia (pasal 2).

Menurut Undang-Undang tersebut, jenis PMA bisa secara penguasaan penuh atas bidang

usaha yang bersangkutan (100% asing) ataupun kerjasama/patungan dengan modal Indonesia.

Kerjasama dengan modal Indonesia tersebut dapat terdiri dari: hanya dengan pemerintah

(misalnya pertambangan) atau pemerintah maupun swasta nasional. Jangka waktu PMA di

Indonesia tidak boleh melebihi 30 tahun dan bidang usaha yang terbuka atau tertutup bagi PMA

adalah pelabuhan, listrik umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum, kereta api

umum, pembangkit tenaga atom, mass-media, dan bidang-bidang usaha yang berkaitan dengan

industri militer.

Page 14: Chapter II.pdf

PMA dapat berupa penanaman modal langsung (FDI) atau portofolio. Investasi langsung

biasanya melibatkan kontrol manajemen dari pihak asing sedangkan investasi portofolio meliputi

pembelian surat-surat berharga dan jenis investasi ini tidak melibatkan pengawasan pihak asing

terhadap perusahaan domestik.

Negara-negara berkembang sebagian besar memberikan insentif untuk PMA dan

menyalurkannya untuk penggunaan-penggunaan yang diinginkan. Pada saat yang sama, mereka

juga mengenakan berbagai hambatan terhadap PMA untuk menghindari dominasi asing dan

memegang sumber daya alam mereka kembali.

Menurut Todaro, argumen yang mendukung penanaman modal asing sebagian besar

berasal dari analisis neoklasik tradisional yang memusatkan pada berbagai determinan

pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal asing merupakan sesuatu yang sangat positif, karena

hal tersebut mengisi kekurangan tabungan yang didapat dari dalam negeri, menambah cadangan

devisa, memperbesar penerimaan pemerintah, dan mengembangkan keahliann manajerial bagi

negara penerimanya. Semua ini merupakan faktor-faktor kunci yang dibutuhkan untuk mencapai

target pembangunan. PMA ini dapat mengatasi dua kesenjangan (two gap) yaitu ‘kesenjangan

tabungan-investasi’ (saving gap) dengan pemberian sumbangan finansial jika terjadi kurang

memenuhinya mobilisasi tabungan domestik, dan juga mengatasi ‘kesenjangan devisa’ atau

‘kesenjangan perdagangan luar negeri’ (trade gap) dengan peranannya dalam mengisi

kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil aktual devisa dari

ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri netto. Menurut argumen ini, arus-arus masuk modal

swasta asing tersebut bukan hanya dapat menghilangkan sebagian atau seluruh defisit yang

terdapat didalam neraca pemabayaran, akan tetapi dapat juga menghilangkan defisit dalam

Page 15: Chapter II.pdf

jangka panjang (secara permanen) bila perusahaan asing tersbut dimungkinkan untuk hadir di

negara yang bersangkutan guna menghasilkan devisa dari hasil-hasil ekspornya secara netto.

Selanjutnya dijelaskan pula selain dua kesenjangan tersbut, kesenjangan ketiga yang

dikatakan dapat diisi oleh modal swasta asing adalah kesenjangan antara target penerimaan pajak

pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat dikumpulkan. Ini terjadi dengan adanya

tambahan pendapatan pajak atas keuntungan perusahaan multinasional dan keikutsertaan mereka

secara finansial dalam kegaitan-kegiatan mereka di dalam negeri, sehingga pada akhirnya akan

dapat turut memobilisasikan sumber-sumber finansial.

2.4.3. Keuntungan Penanaman Modal Asing Dalam Berinvestasi

Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya Penanaman Modal Asing antara lain:

a. Produksi beberapa produk kebutuhan rakyat dengan tujuan untuk ekspor (dengan

penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia akan meningkatkan

kuantitas dan kualitasnya).

b. Bila produksi mengalami kegagalan maka seluruh resiko ditanggung oleh penanam

modal dalam investasi langsung (investor asing).

c. Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kesempatan kerja dan dapat membiasaka diri

dengan teknologi modern.

d. Terbukanya kesempatan untuk membangun perusahaan nasional yang sejenis, sehingga

akan dapat meningkatkan pembangunan, terutama pembangunan di daerah pera pekerja

yang bekerja diperusahaan asing tersebut telah memiliki pengalaman dan keterampilan

dalam membangung perusahaan nasional yang sejenis, yang mungkin lebih baik dan

Page 16: Chapter II.pdf

terarah bagi peningkatan pembangunan di daerah-daerah lainnya sehingga mereka dapat

menjadi pioner pelaksana proyek-proyek mutakhir di daerah-daerah.

e. Devisa akan meningkat jumlahnya, selain akan meningkatkan nilai tukar rupiah dalam

negeri, dana untuk pembangunan juga meningkat.

f. Langsung memperkenalkan manfaat ilmu, teknologi dan organisasi yang mutakhir

kenegara yang dituju.

g. Mendorong perusahaan lokal untuk berinvestasi lebih banyak pada industri pendukung

atau dengan bekerjasama dengan perusahaan asing.

h. Sebagian laba pada umumnya ditanamkan kembali pada pengembangan atau modernisasi

industri terkait.

i. Kemungkinan terjadi pelarian modal berkurang.

2.4.4. Kerugian Penanaman Modal Asing Dalam Berinvestasi

a. Penyediaan sejumlah modal oleh perusahaan-perusahaan multinasional dalam

kenyataannya malah justru menurunkan tingkat tabungan maupun investasi domestikdi

negara tuan rumah sehubungan dengan akan terciptanya aneka bentuk persaingan tidak

sehat yang bersumber dari perjanjian-perjanjian produksi ekslusif antara pihak

perusahaan multinasional dengan pihak pemerintah di negara tuan rumah.

b. Tidak terlaksananya reinvestasi atas keuntungan yang mereka dapatkan dalam

perekonomian tuan rumah.

c. Terhambat atau terganggunnya perkembangan perusahaan-perusahaan domestik yang

sebenarnya bisa menjadi pemasok barang sejenis.

d. Terpacunya tingkat konsumsi domestik sehingga justru menurunkan minat masyarakat

setempat untuk menabungkan atau menginvestasikan tambahan pendapatan

Page 17: Chapter II.pdf

e. Dalam jangka panjang PMA dapat mengurangi penghasilan devisa baik dari sisi neraca

transaksi berjalan maupun neraca modal.

f. Kecilnya kontribusi yang didapatkan bagi penerimaan pemerintah dalam bentuk pajak

yang disebabkan oleh adanya konsesi-konsesi pajak yang bersifat liberal, pemberian

fasilitas penanaman modal yang berlebihan, subsidi-subsidi terselubung, serta proteksi

yang diberikan oleh pemerintah negara tuan rumah.

2.4.5. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No.6 tahun 1968 tentang

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencakup kriteria sebagai berikut (Bank Indonesia

,1995;103):

a. Bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia;

b. Dimiliki oleh negara ataupun swasta nasional dan swasta asing yang berdomisili di

Indonesia;

c. Guna menjalankan suatu usaha;

d. Modal tersebut tidak termasuk dalam pengertian pasal 2 Undang-Undang No.1 tahun

1967 tersebut diatas (Pasal 1 ayat 1)

PMDN merupakan bagian dari penggunaan kekayaan yang dapat dilakukan secara

langsung oleh pemilik sendiri atau secara tidak langsung, antara lain melalui pembelian obligasi,

saham , deposito, dan tabungan yang jangka waktunya minimal tahun.

Menurut Undang-Undang tersebut, perusahaan yang dapat menggunakan modal dalam

negeri dapat dibedakan antara perusahaan nasional dan perusahaan asing, dimana perusahaan

nasional dapat dimiliki seluruhnyaa oleh negara dan atau swasta nasional ataupun sebagai usaha

Page 18: Chapter II.pdf

gabungan antara negara dan atau swasata nasional dengan swasta asing dimana sekurang-

kurangnya 51% modal dimiliki oleh negara atau swasta nasional. Pada prinsipnya semua bidang

usaha terbuka untuk swasta/PMDN kecuali bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang

banyak dan strategis.

2.4.6. Tujuan Investasi

Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk mengahasilkan sejumlah

uang. Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor.

Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan

pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang.

Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang dimiliki saat ini, pinjaman

dari pihak lain, ataupun dari tabungan. Investor yang mengurangi konsumsinya saat ini akan

mempunyai kemungkinan kelebihan dana untuk ditabung. Dana yang berasal dari tabungan

tersebut, jika diinvestasikan akan memberikan harapan meningkatnya kemampuan konsumsi

investor di masa datang, yang diperoleh dari meningkatnya kesejahteraan investor tersebut.

Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seorang melakukan investasi,

antara lain adalah:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari

waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat

pendapatnya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

2. Mengurangi tekanan inflasi.

Page 19: Chapter II.pdf

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang

dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat

adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak

Beberapa negara di dunia banyak melakukan pemberian fasilitas perpajak kepada

masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi yang terpenting adalah sering dianggap

sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian (Mankiw,2007:23).

2.5.1. Metode Perhitungan PDRB

1. Metode Langsung

A. Pendekatan produksi

Pendekatan dengan cara ini dimaksudkan untuk menghitung netto barang dan jasa yang

diproduksi oleh seluruh sektor ekonomi selama setahun disemua wilayah. Barang dan jasa yang

di produksi ini dimulai dari harga produsen yaitu harga yang belum termasuk biaya transport dan

pemasaran karena biaya transport akan dihitung sebagai pendapatan sektor transport, sedang

biaya pemasaran akan dihitung sebagai pendapatan sektor perdagangan.

Nilai barang dan jasa pada harga produsen ini merupakan nilai produksi bruto (NPB),

sebab masih termasuk didalamnya biaya-biaya barang dan jasa-jasa yang dipakai dan dibeli dari

sektor lain.

Page 20: Chapter II.pdf

Untuk menghindari perhitungan dua kali (double account), maka biaya-biaya barang dan

jasa-jasa harus dikeluarkan sehingga diperoleh nilai produksi netto atau disebut juga nilai tambah

bruto (termasuk penyusutan dan pajak tidak langsung).

B. Pendekatan Pendapatan

PDRB dirumuskan jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi (berupa

gaji dan upah, bunga, sewa dan laba) yang ikut serta dalam proses produksi suatu wilayah/region

dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun, berdasarkan pengertian diatas, maka NTB

adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, anak keuntungan, semuanya

sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

C. Pendekatan Pengeluaran

PDRB dihitung jumlah seluruh komponen pengeluaran akhir, meliputi pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi

pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto serta ekspor netto (yaitu ekspor dikurangi

impor) didalam suatu wilayah/region dengan jangka tertentu/setahun. Dengan metode ini,

penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dan barang dan jasa yang diproduksi.

2. Metode Tidak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah

kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator

digunakan yang paling besar tergantung atau erat kaitannya dengan produktifitas kegiatan

ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia.

Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain,

Page 21: Chapter II.pdf

karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode

tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah.

2.5.2. PDRB Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan

Pendapatan regional suatu propinsi dapat dipakai untuk mengukur kenaikan tingkat

pendapatan masyarakat. Kenaikan itu dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu:

- Kenaikan pendapatan yang benar-benar dapat menaikkan daya beli penduduk (kenaikan riel).

- Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan pendapatan yang

disertai kenaikan harga pasar tidak menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan semacam ini

merupakan kenaikan pendapatan yang semu (tidak riel).

Oleh karena itu berdasarkan kenyataan diatas, untuk mengetahui kenaikan pendapatan

yang sebenarnya (riel) maka faktor inflasi harus dieliminir.

Pendapatan regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi belum dihilangkan) merupakan

pendapatan regional dengan harga yang berlaku. Sedangkan pendapatan regional dimana faktor

inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan pendapatan regional atas harga konstan.

2.6. Inflasi

2.6.1. Pengertian Inflasi

Banyak pengertian inflasi yang dapat kita jumpai pada beberapa sumber. Dari beberapa

sumber tersebut ada yang menyatakan Inflasi adalah kenaikan harga secara umum, atau inflasi

dapat juga dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Makin tinggi kenaikan harga makin

turun nilai uang.Selain itu ada pula yang menyatakan Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa

kenaikan tingkat harga barang-barang secara umum.Dikatakan tingkat harga secara umum

Page 22: Chapter II.pdf

karena barang dan jasa itu banyak sekali jumlah dan jenisnya.Ada kemungkinan harga sejumlah

barang turun banyak barang lainnya yang justru naik harganya.Kenaikan satu dua barang saja

bukan merupakan inflasi,kecuali bila kenaikan harga barang tersebut meluas pada sebagian besar

harga barang-barang lainya.Inflasi dikatakan sebagai suatu proses kenaikan harga ,yaitu adanya

kecenderungan bahwa harga barang meningkat secara terus-menerus.

Definisi yang sama dari inflasi tersebut didefinisikan oleh ekonom Parkin dan Bade:

menurut mereka inflasi adalah pergerakan kearah atas dari tingkatan harga. Ini berlawanan

dengan deflasi, pergerakan menurun dari tingkatan harga. Batasan anatara inflasi dan deflasi

adalah stabilitas harga. Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut

dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang tersebut. Untuk

pengukuran tingkat inflasi sendiri yang paling umum dipakai adalah indeks harga barang

konsumsi (Consumtion Price Index atau CPI) dan GNP Deflator. Besarnya tingkat inflasi

menjadi sangat penting bagi investor dalam menentukan real rate of return ( Agus Zainul,2007).

2.6.2. Teori-teori Inflasi

Ada tiga kelompok yang mengemukakan teori inflasi yaitu:

A. Teori Kuantitas

Teori ini menerangkan penyebab proses terjadinya inflasi yang melanda sebuah

perekonomian. Pendapat teori kuantitas (teori kaum klasik) ini menyatakan bahwa proses

terjadinya inflasi disebabkan oleh :

1. Volume uang yang beredar

Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar dalam

masyarakat (uang giral dan kartal). Penambahan jumlah uang yang beredar ini merupakan

sumber utama penyebab inflasi, karena volume uang yang beredar lebih besar dari kesanggupan

Page 23: Chapter II.pdf

output untuk menyerapnya(volume uang lebih besar dari pada pendapan nasional). Bila jumlah

uang yang beredar tidak ditambah, maka inflasi akan berhenti secara otomatis apapun penyebab

kenaikan harga-harga dalam perekonomian tersebut.

2. Adanya perkiraan masyarakat akan kenaikan harga (Expectation)

Kalau perkiraan masyarakat akan ada perubahan harga walaupun ada penambahan uang

(tidak besar) tidak akan menyebabkan inflasi, karena perubahan harga yang terjadi masih kecil.

Apabila akan ada perubahan harga yang cukup besar dan penambahan uang yang beredar, maka

penambahan uang yang beredar tersebut akan dibelanjakan masyarakat, karena masyarakat ingin

menghindari kerugian yang timbul seandainya mereka memegang uang tunai. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya inflasi dengan meningkatnya harga juga diiringi dengan penambahan

uang yang beredar. Bila masyarakat mengharapkan harga-harga naik di masa yang akan datang,

maka penambahan uang yang beredar akan sepenuhnya akan diwujudkan dalam permintaan

efektif di pasar. Sehingga dengan laju volume uang yang beredar diikuti dengan kenaikan

permintaan barang-barang akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga atau inflasi.

B. Teori Keynes

Keynes menyoroti factor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi makronya. Menurut

teori yang dikeluarkan Keynes, inflasi akan terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas

kemampuan pendapatannya(aktifitas ekonominya). Terjadinya inflasi melalui perebutan bagian

rejeki diantara kelompok-kelompok social yang menginginkan bagian yang lebih besar dari pada

yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan

menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah

barang-barang yang tersedia(pendapatan nasional). Hal ini akan menimbulkan inflationary gap,

yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional yang

Page 24: Chapter II.pdf

lebih besar, secara nyata diwujudkan dalam permintaan di pasar barang-barang. Karena

permintaan total melebihi jumlah barang-barang yang tersedia, maka harga-harga naik sehingga

timbullah inflasi.

C. Teori Strukturalis

Teori ini dikembangkan dari struktur perekonomian negara-negara berkembang, khususnya

struktur(pengalaman) perekonomian Negara-negara Amerika latin. Ada dua factor yang menjadi

masalah utama yang dapat menyebabkan inflasi dalam Negara berkembang berdasarkan teori

strukturalis ini yaitu:

1. Ketidakelastisan penerimaan ekspor.

Yaitu ekspor berkembang secara lamban dibanding sektor lain dalam perekonomian. Hal

ini disebabkan naiknya harga barang-barang komoditi Negara-negara berkembang(hasil alam),

dalam jangka panjang perkembangannya sangat lamban dibanding harga barang industri. Adanya

perkembangan ekspor yang lamban juga merupakan penyebab adanya kelambanan untuk

mengimpor barang-barang yang dibutuhkan(terutama barang modal untuk mengubah struktur

perkonomian). Akibatnya Negara tersebut terpaksa mengambil kebijaksanaan yang menekankan

pemakaian produksi dalam negeri(untuk memajukan industri dalam negeri) dan sebelumnya

diimpor (walaupun hasil produksi dalam negeri lebih mahal harganya karena kurang efisien).

Biaya produksi yang tinggi menyebabkan harga yang lebih tinggi. Disamping itu, bila proses

subsitusi impor ini makin meluas , kenaikan biaya produksi juga akan makin meluas, sehingga

makin banyak harga barang yang naik. Dengan demikian terjadi inflasi dalam perekonomian

yang berkepanjangan.

2. ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan dalam negeri

Page 25: Chapter II.pdf

Berakibat pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat pertumbuhan penduduk

dan pendapatan, sehingga harga bahan makanan cenderung untuk meningkat melebihi kenaikan

harga barang-barang lain. Kenaikan harga bahan makanan ini mengakibatkan tuntutan kenaikan

upah kaum buruh atau pekerja yang dampaknya akan menaikkan biaya produksi. Jika demikian,

otomatis harga hasil produksi (pertanian dan industri) akan naik lagi, sehingga kenaikan harga

barang menuntut kembali tingkat upah untuk dinaikkan.Begitu seterusnya, proses ini hanya akan

berhenti apabila harga bahan makanan tidak ikut naik kembali. Akan tetapi, factor structural

perekonomian tidak bisa menghentikan kenaikan harga bahan makanan, sehingga akan terjadi

dorong-mendorong antara upah dan kenaikan harga,dan tidak akan berhenti sampai struktur

perekonomian dapat diubah.

2.6.3. Jenis-jenis Inflasi

Pengelompokan inflasi dari segi parah atau tidaknya, menitikberatkan pada seberapa

besar laju tingkat inflasi dalam suatu periode tertentu. Disini Inflasi dapat dibedakan menjadi 4

tingkat yaitu :

1. Inflasi ringan yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya lebih kecil dari 10% per tahun.

2. Inflasi sedang yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya terletak antara 10%-30% per tahun.

3. Inflasi berat yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya 30%-100% per tahun.

4. Hyper inflasi yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya lebih dari 100% per tahun.

2.6.4. Pengaruh Inflasi

Inflasi yang terjadi didalam suatu perekonomian memiliki beberapa pengaruh sebagai

berikut :

a) Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat. Hal

ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari anggota masyarakat, sebab distribusi

Page 26: Chapter II.pdf

pendapatan yang terjadi akan menyebabkan pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi

pendapatan riil orang lainnya jatuh. Namun parah atau tidaknya pengaruh inflasi terhadap

redistribusi pendapatan dan kekayaan tersebut adalah sangat tergantung pada apakah inflasi itu

bersifat dapat diantisipasi ataukah tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Inflasi yang tidak dapat

diantisipasi sudah barang tentu mempunyai akibat yang jauh lebih serius terhadap redistribusi

pendapatan dan kekayaan, dibandingkan inflasi yang dapat diantisipasi.

b) Inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena

inflasi dapat mengalahkan sumberdaya dari investasi yang produktif ke investasi yang tidak

produktif sehingga mengurangi kapasitas ekonomi produktif. Ini disebut sebagai “Efficiency

Effect of inflation”.

c) Inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan didalam output dan kesempatan kerja,

dengan cara lebih langsung dengan memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau

kurang dari yang telah dilakukan,dan juga memotivasi orang untuk bekerja lebih atau kurang dari

yang telah dilakukan selama ini. Ini disebut “output and employment effect of Inflation”.

d) Inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil bagi keputusan ekonomi. Jika

sekiranya konsumen memperkirakan bahwa tingkat inflasi dimasa mendatang akan naik, maka

akan mendorong mereka untuk melakukan pembelian barang-barang dan jasa secara besar-

besaran pada saat sekarang ketimbang mereka menunggu dimana tingkat harga sudah meningkat

lagi. Begitu pula halnya dengan bank atau lembaga peminjaman lainnya, jika sekiranya mereka

menduga bahwa tingkat inflasi akan menaik dimasa mendatang , maka mereka akan mengenakan

tingkat bunga yang tinggi atas pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam

menghadapi penurunan pendapatan riil dan kekayaan.

Page 27: Chapter II.pdf

2.7. Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Novita Linda yang berjudul Analisis pengaruh Investasi dan Tenaga

Kerja terhadap PDRB Sumatera Utara, dijelaskan bahwa Investasi PMDN tahun sebelumnya

berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara. Hal ini berarti bahwa semakin

meningkatnya investasi di Sumatera Utara maka akan meningkatkan juga PDRB Sumatera Utara.

selanjutnya PMA tahun sebelumnya juga berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi PMA Sumatera Utara tahun sebelumnya akan

meningkatkan PDRB Sumatera Utara. Nilai koefisien regresi investasi PMA sebesar 0,0421

berarti bahwa setiap peningkatan investasi PMA 100% maka menyebabkan peningkatan PDRB

Sumatera Utara sebesar 4,21 persen, cateris paribus.

Selanjutnya pengaruh tenaga kerja sendiri juga memberikan pengaruh positif terhadap

PDRB Sumatera Utara. Nilai koefisien regresi jumlah tenaga kerja sebesar 2,8784 persen, berarti

bahwa setiap peningkatan tenaga kerja 1 persen akan meningkatkan PDRB sebesar 2,8784

persen, cteris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah tenaga kerja maka

semakin tinggi PDRB Sumatera Utara.