ilmu negara

37
ILMU NEGARA Pengertian Ilmu Negara Istilah Ilmu Negara berasal dari bahasa Belanda, Staatsleer yang diambil dari istilah bahasa Jerman Staatslehre. Dalam bahasa Inggris disebut The General Theory of State atau Political Theory.Istilah Ilmu Negara pertama kali diperkenalkan oleh George Jellinek yang disebut sebagai Bapak Ilmu Negara. George Jellinek memandang ilmu negara sebagai suatu keseluruhan dan membaginya ke dalam bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain. Di Indonesia, universitas yang pertama kali menggunakan istilah Ilmu Negara adalah Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta. Menurut Kranenburg, Ilmu Negara adalah ilmu tentang negara, dimana diadakan penyelidikan tentang sifat hakekat, struktur, bentuk, asal mula, ciri-ciri serta seluruh persoalan di sekitar negara. Selanjutnya, Kranenburg berpendapat bahwa Ilmu Negara merupakan cabang penyelidikan ilmiah yang masih muda walaupun menurut sifat dan hakekatnya merupakan cabang ilmu pengetahuan yang tua karena sebenarnya Ilmu Negara sudah dikenal sebagai suatu ilmu pengetahuan sejak zaman Yunani Kuno. Ilmu negara adalah ilmu yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok dari negara dan hukum negara pada umumnya. Pengertian menitik beratkan pada suatu pengetahuan, sedangkan sendi menitik beratkan pada suatu asas atau kebenaran. Ilmu negara mempelajari negara secara umum, mengenai asal-usulnya, wujudnya, lenyapnya, perkembangannya dan jenis-jenisnya. Selain itu, Prof. M. Nasroen, SH, menyatakan bahwa Ilmu Negara Umum adalah suatu ilmu pengetahuan tertentu. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, maka Ilmu Negara Umum akan mencari dan menetapkan suatu ketentuan dan kebenaran terhadap pokok penyelidikannya, yaitu negara. Jadi, Ilmu Negara Umum harus menjawab pertanyaan mengenai negara. Pengertian Negara Menurut Pendapat Para Ahli a. George Jellinek : Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.

Upload: yunus-moershal

Post on 06-Dec-2014

2.657 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Negara

ILMU NEGARA

Pengertian Ilmu Negara

Istilah  Ilmu Negara berasal dari bahasa Belanda, Staatsleer yang diambil dari istilah bahasa Jerman Staatslehre. Dalam bahasa Inggris disebut The General Theory of State atau Political Theory.Istilah Ilmu Negara pertama kali diperkenalkan oleh George Jellinek yang disebut sebagai Bapak Ilmu Negara. George Jellinek memandang ilmu negara sebagai suatu keseluruhan dan membaginya ke dalam bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain. Di Indonesia, universitas yang pertama kali menggunakan istilah Ilmu Negara adalah Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta.

Menurut Kranenburg, Ilmu Negara adalah ilmu tentang negara, dimana diadakan penyelidikan tentang sifat hakekat, struktur, bentuk, asal mula, ciri-ciri serta  seluruh persoalan di sekitar negara.

Selanjutnya, Kranenburg berpendapat bahwa Ilmu Negara merupakan cabang penyelidikan  ilmiah yang masih muda walaupun  menurut sifat dan hakekatnya merupakan cabang ilmu pengetahuan  yang tua karena sebenarnya Ilmu Negara sudah dikenal sebagai suatu ilmu pengetahuan  sejak zaman Yunani Kuno.

Ilmu negara adalah ilmu yang menyelidiki  pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok dari negara dan hukum negara pada umumnya. Pengertian menitik beratkan pada suatu  pengetahuan, sedangkan sendi menitik beratkan pada suatu asas atau kebenaran. Ilmu negara mempelajari negara secara umum, mengenai asal-usulnya, wujudnya, lenyapnya, perkembangannya dan jenis-jenisnya.

Selain itu, Prof. M. Nasroen, SH,  menyatakan bahwa  Ilmu Negara Umum adalah suatu ilmu pengetahuan tertentu.  Sebagai suatu ilmu pengetahuan, maka Ilmu Negara Umum  akan mencari dan menetapkan suatu ketentuan dan kebenaran terhadap pokok penyelidikannya, yaitu negara. Jadi, Ilmu Negara Umum harus menjawab pertanyaan mengenai negara.

Pengertian Negara Menurut Pendapat Para Ahli

a.    George Jellinek : Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.

b.    Logemann : Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan untuk  mengatur dan menyelenggarakan  suatu masyarakat.

c.    George Wilhelm Friedrich Hegel : Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal

Page 2: Ilmu Negara

d.    Krannenburg : Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri.

e.    Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.

f.     Prof. R. Djokosoetono :  Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.

g.    Prof. Mr. Soenarko : Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.

A.   OBJEK ILMU NEGARA

            Menurut Kranenburg, obyek penyelidikan Ilmu Negara adalah negara, dimana dalam ilmu negara diselidiki asal mula, sifat, hakekat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan negara. Ilmu Negara menitikberatkan penyelidikannya  kepada pengertian negara secara umum.

            Prof. M. Nasroen SH, dalam hal ini sependapat dengan Kranenburg, menurutnya, sebab wujud dari Ilmu Negara Umum adalah menyelidiki dan menetapkan  asal mula, inti sari dan wujud negara pada umumnya.

            Obyek penyelidikan ilmu negara adalah negara secara umum, sehingga ia sering disebut sebagai ilmu negara umum.

            Jadi, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup serta obyek penyelidikan Ilmu Negara adalah negara dalam pengertian abstrak, terlepas dari waktu dan tempat, bukan  suatu negara tertentu  yang secara positif ada pada suatu waktu dan tempat tertentu. Ilmu Negara menyelidiki  pengertian-pengertian pokok (grondbegrippen) dan sendi-sendi pokok (grondbeginselen)  dari negara yang berlaku untuk dan terdapat pada setiap negara.

1.    Negara

            Negara berasal dari bahasa latin, status atau statum yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.

            Hasil Konvensi Montevideo Tahun 1993 menyatakan,bahwa : Negara sebagai pribadi hukum internasional seharusnya memiliki  kualifikasi sebagai berikut :

a.    Penduduk yang menetap.

b.    Wilayah tertentu

c.    Suatu pemerintahan

d.    Kemampuan untuk berhubungan dengan negara-negara lain.

Page 3: Ilmu Negara

                  Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya, baik militer, politik, ekonomi maupun sosial budayanya diatur oleh pemerintahan  yang berada di wilayah tersebut. Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan bentuk organisasi lain terutama karena hak negara untuk mencabut nyawa seseorang.

                  Fenwick mengatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat politik yang diorganisir secara tetap, yang menduduki suatu daerah tertentu dan menikmati dalam batas-batas daerah tertentu suatu kemerdekaan dari pengawasan negara lain, sehingga ia dapat bertindak sebagai badan yang merdeka di muka dunia.

                  Jika ditinjau dari sudut pandang sosiologi,  negara adalah kelompok politis persekutuan hidup orang yang banyak jumlahnya dan terikat oleh perasaaan senasib dan seperjuangan.  Membicarakan negara berarti membicarakan masyarakat dan manusia.

                  Untuk dapat menjadi suatu negara maka ada beberapa syarat atau unsur yang harus dipenuhi, yaitu :

a.    Rakyat

Rakyat yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini.

Oppenheim – Lauterpacht berpendapat bahwa rakyat adalah kumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yang hidup bersama merupakan suatu masyarakat, meskipun mereka berasal dari keturunan yang berlainan, menganut kepercayaan yang berlainan, memiliki warna kulit yang berlainan.

Selain itu, para ahli yang lain berpendapat bahwa ide atau cita-cita untuk bersatu merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk dapat membentuk suatu bangsa yang akan hidup dalam suatu negara.  Oleh karena itu, rakyat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu merupakan unsur yang sangat penting bagi negara.

Dahulu orang berpendapat bahwa suatu bangsa hanya dapat dibentuk oleh suatu masyarakat yang berasal dari satu keturunan, satu bahasa dan satu adat istiadat, namun pendapat ini tidak dapat dipertahankan karena tidak terbukti kebenarannya. Misalnya : bangsa Indonesia, Swiss, USA dll terdiri dari masyarakat yang memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda.   

b.    Wilayah tertentu tempat negara itu berada

Antara wilayah satu negara dengan wilayah negara yang lain dibatasi oleh batas tertentu.

Batas daerah suatu negara dapat terjadi dengan dua cara, yaitu :

1)    Terjadi secara alamiah  (dibatasi oleh gunung, sungai dll).

Page 4: Ilmu Negara

2)    Ditentukan dengan mengadakan perjanjian dengan negara lain yang berbatasan langsung dengan negara tersebut.

Dalam traktat/perjanjian internasional yang diadakan di Paris pada tahun 1919 ditetapkan bahwa udara di atas tanah suatu negara, termasuk wilayah negara tersebut. 

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang termasuk daerah suatu negara adalan :

1)    Daratan

2)    Lautan. Pada umumnya, lebar laut teritorial adalah 3 mil (5,5 km)  yang dihitung dari garis pasang surut atau garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar suatu kepulauan.

3)    Udara di atas teritorium daratan dan lautan tersebut.

Menempuh atau melintasi wilayah negara asing tanpa ijin dari negara yang bersangkutan dianggap sebagai pelanggaran atas kedaulatan negara tersebut dan tindakan tersebut dapat ditindak secara hukum oleh negara yang bersangkutan.

c.    Pemerintahan yang berdaulat

Pemerintah adalah orang atau beberapa orang yang memerintah menurut hukum negaranya.

Utrecht berpendapat bahwa istilah pemerintah meliputi 3 pengertian yang berbeda, yaitu :

1)    Pemerintah sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang berkuasa memerintah, dalam arti kata yang luas. Jadi, termasuk semua badan-bnadan kenegaraan yang bertugas menyelenggarakan kesehajahteraan umum yang meliputi eksekutif, yudikatif, legislatif.

2)    Pemerintah sebagai gabungan dari badan-badan kenegaraan yang tertinggi yang berkuasa memerintah  di suatu wilayah negara, misalnya : Raja, Presiden, Yang Dipertuan Agung (Malaysia).

3)    Pemerintah dalam arti kepala negara (presiden) bersama-sama dengan menteri-menterinya, yang berarti organ eksekutif yang umumnya disebut dengan Dewan Menteri atau Kabinet.

Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi,  yaitu kekuasaan yang tidak berada di bawah kekuasaan yang lain.

Pemerintah yang berdaulat berarti :

Page 5: Ilmu Negara

1)    Ke dalam,  pemerintah tersebut ditaati oleh rakyatnya, dapat melaksanakanrecthsorde  (ketertiban hukum) dalam negara sehingga kesejahteraan rakyat terjamin.

2)    Ke luar,  pemerintah negara tersebut mampu mempertahankan kemerdekaannya terhadap serangan dari pihak lain.

Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.

d.    Pengakuan dari negara lain

 Unsur ini bukan merupakan unsur atau syarat mutlak terjadinya negara karena unsur ini bukan merupakan unsur pembentuk bagi negara tetapi hanya bersifat menerangkan saja tentang adanya negara.

Tanpa pengakuan dari negara lain, suatu negara dapat berdiri. Misalnya :

1)    Amerika Serikat memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1776, walaupun Inggris baru mengakuinya pada tahun 1873.

2)    Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945, Belanda baru mengumumkan pengakuannya pada tahun 1949.

Berkaitan dengan pengakuan dari negara lain, di kalangan ahli hukum internasional terdapat dua teori yang bertentangan, yaitu :

1)   Declaratory Theory/Evidentiary Theory (Teori Deklaratif)

Golongan yang menganut teori ini menyatakan bahwa apabila semua unsur-unsur negara dimiliki oleh suatu masyarakat politik, maka otomatis ia merupakan suatu negara dan harus diperlakukan sebagai negara oleh negara lain. Dengan kata lain, hukum internasional secara ipso facto  harus menganggap masyarakat politik yang bersangkutan sebagai suatu negara dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dengan sendirinya melekat padanya. Pengakuan hanya bersifat ‘pencatatan’ dari negara-negara lain bahwa negara baru tersebut telah ada.

2)   Constitutive Theory (Teori Konstitutif)

Golongan yang menganut teori ini menyatakan bahwa  walaupun unsur-unsur kenegaraan telah dimiliki oleh suatu masyarakat politik, namun  ia tidak secara otomatis diterima sebagai suatu negara di antara masyarakat internasional.  Jika ada pernyataan dari negara-negara lain yang mengakui masyarakat politik tersebut sebagai suatu negara barulah masyrakat politik tersebut benar-benar telah memenuhi semua syarat sebagai suatu negara dan dapat menikmati hak-haknya sebagai suatu negara baru.

Page 6: Ilmu Negara

                  Unsur rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat merupakan unsur konstitutif, sedangkan pengakuan dari negara lain merupakan unsur deklaratif.

                  Selain itu, Wright juga mengemukakan syarat-syarat  yang harus dimiliki oleh suatu negara, yaitu :

a.   Daerah dengan batas-batas yang ditentukan secara tegas dengan prospek yang wajar untuk mempertahankannya.

b.   Kekuasaan dengan kemampuan de facto  untuk memerintah daerah tersebut.

c.    Undang-undang atau  lembaga-lembaga yang dapat memberikan perlindungan yang layak kepada orang asing, golongan minoritas dan dapat menjamin ukuran keadilan yang patut diantara seluruh penduduk.

d.    Pendapat umum dengan lembaga-lembaga yang menyalurkannya yang memberikan petunjuk yang layak mengenai keinginan untuk merdeka dan jaminan yang wajar bahwa  syarat-syarat yang terpenting yang dikemukakan di atas mempunyai sifat yang tetap.

                  Negara terkecil di dunia adalah Vatikan dengan luas 0,04 km2 kemudian diikuti oleh Monako seluas 1,95 km2, Nauru seluas 21 km2, Tuvalu seluas 26 km2 dan San Marino seluas 61 km2.

B.   RUANG LINGKUP ILMU NEGARA

            Ilmu Negara sebagai suatu pengetahuan telah dikenal sejak zaman Yunani Purba. Ilmu Negara menitikberatkan penyelidikannya kepada negara sebagai organisasi dalam pengertian umum.

            Georg Jellinek melihat Ilmu Negara dari dua sisi, yaitu :

1.    Sisi Tinjauan Sosiologis, terdiri dari :

a.    Teori Sifat Hakekat Negara

b.    Teori Pembenaran Hukum Negara

c.    Teori Terjadinya Negara

d.    Teori Tipe-tipe Negara

2.    Sisi Tinjauan Yuridis

a.    Teori Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan

b.    Teori Kedaulutan

c.    Teori Unsur-unsur Negara

Page 7: Ilmu Negara

d.    Teori Fungsi Negara

e.    Teori konstitusi

f.     Teori Lembaga Perwakilan

g.    Teori Sendi-sendi Pemerintahan

h.    Teori Alat-alat Perlengkapan Negara

i.      Teori Kerjasama antar Negara

C.   HUBUNGAN ILMU NEGARA DENGAN ILMU LAIN

            Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Tidak mungkin suatu ilmu pengetahuan berdiri sendiri tanpa berhubungan atau dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan lainnya.  Ilmu Negara merupakan salah satu cabang dari  Ilmu Pengetahuan Sosial seperti halnya Politik, Hukum, Kebudayaan dll. Semua Ilmu Pengetahuan pada akhirnya akan berinduk pada ilmu pengetahuan induk (mater  scientarium) yaitu filsafat. Oleh karena itu Ilmu Negara juga  tidak dapat berdiri sendiri dan harus bekerja sama dengan ilmu pengetahuan lainnya.

            Selain  memiliki hubungan yang bersifat umum dengan ilmu pengetahuan lainnya, maka Ilmu Negara juga memiliki hubungan yang bersifat khusus dengan  ilmu pengetahuan sosial tertentu yang memiliki obyek penelitian yang sama, yaitu negara.  Dalam  hal ini maka Ilmu Negara memiliki  hubungan yang khusus dengan Ilmu Politik, Ilmu Hukum Tata Negara, Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara

Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum

            Hubungan antara ilmu negara dengan hukum sebenarnya agak sederhana dalam Teori Kedaulatan Negara. Hukum merupakan kemauan negara yang telah dinyatakan. Negara memiliki wewenang untuk memerintah,  yaitu memaksakan kemauannya kepada orang lain secara tidak terbatas, seperti yang dikemukakan oleh Jellineck bahwa negara mempunyai kekuasaan untuk memerintah. Hanya negara yang mempunyai kekuasaan untuk memaksakan  dengan tiada bersyarat kemauannya kepada yang lain.  Negara adalah bentuk ikatan manusia-manusia yang tinggal di dalamnya yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk memerintah.

Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik

            Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis. Polis  adalah kota yang dianggap negara yang terdapat dalam kebudayaan

Page 8: Ilmu Negara

Yunani kuno. Jean Bodin adalah orang pertama yang menggunakan istilah ilmu politik.

            Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat teoritis dan seluruh hasil penyelidikan yang telah dilakukan oleh Ilmu Negara dipraktekkan oleh Ilmu Politik yang merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat praktis.

            Ilmu Negara lebih menitikberatkan pada  kepada hal-hal yang bersifat teoritis oleh karena itu  kurang dinamis. Ilmu Negara  lebih memperhatikan unsur-unsur statis dari negara yang mempunyai tugas utama untuk  melengkapi dan memberikan pengertian-pengertian pokok yang jelas tentang negara.

            Sebaliknya, Ilmu Politik menitikberatkan pada faktor-faktor yang konkret yang terutama terpusat pada  gejala kekuasaan, baik yang mengenai organisasi negara maupun  yang mempengaruhi tugas-tugas negara. Oleh karena itu Ilmu Politik  bersifat lebih dinamis dibandingkan Ilmu Negara.

Hubungan Ilmu Negara dengan  Hukum Tata Negara

            Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah peraturan-peraturan yang mengatur organisasi negara dari tingkat atas sampai bawah, stsruktur, tugas dan  wewenang alat perlengkapan negara,hubungan antar alat perlengkapan tersebut secara hirarki maupun horizontal, wilayah negara, kedudukan warga negara  serta hak asasinya.

            Hubungan Tata Negara dengan Ilmu Negara dapat dilihat dari dua segi, yaitu :

a.   Segi Sifat

Hukum Tata Negara merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat praktis, sehingga dapat diterapkan langsung. Sedangkan Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat teoritis  sehingga tidak dapat digunakan secara langsung.

b.     Segi Manfaat

Ilmu negara tidak mementingkan  bagaimana caranya  suatu hukum itu harus dilaksanakan, oleh karena itu ilmu negara lebih mementingkan negara secara teoritis  sedangkan Hukum Tata Negara dan Hukum administrasi Negara lebih mementingkan  segi prakteknya.

Page 9: Ilmu Negara

            Selain itu, para ahli juga ada yang menyampaikan pendapat mereka mengenai hubungan antara HTN dengan Ilmu Negara, diantaranya adalah :

a.    Dasril Radjab

Menyimpulkan bahwa  ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan  yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi dasar teoritis yang bersifat umum bagi Hukum Tata Negara. Oleh karena itu untuk dapat mengerti Hukum Tata Negara harus terlebih dahulu memiliki pengetahuan secara umum tentang negara (Ilmu Negara). Dengan demikian, Ilmu Negara dapat memberikan  dasar-dasar teoritis untuk  Hukum Tata Negara positif dan Hukum Tata Negara merupakan penerapan di dalam kenyataan bahan-bahan teoritis dari Ilmu Negara.

b.    Jellinek

Berdasarkan sistematika Jellinek maka jelaslah hubungan antara HTN dengan ilmu negara, yaitu keduanya merupakan bagian dari  staatswissenschaft dalam arti luas.

Hubungan Ilmu Negara dengan Perbandingan Hukum Tata Negara

            Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara bertugas untuk menganalisis secara teratur, menetapkan secara sistematis mengenai sifat-sifat yang melekat pada negara, faktor-faktor yang menimbulkan, mengubah atau menghilangkan suatu negara dll.

            Selain itu, Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara juga bertugas untuk mengadakan perbandingan antara negara-negara, menyelidiki dan menetapkan bagian-bagian atau unsur-unsur, sifat-sifat, corak umum dari negara yang merupakan genussuatu bangsa.

            Hasil penyelidikan dari ilmu negara yang bersifat umum akan  menjadi dasar bagi penyelidikan Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara selanjutnya yang akan menerangkan, menjelaskan dan membandingkan  antara negara  yang satu dengan yang lainnya.

D.   SISTEMATIKA ILMU NEGARA

            Georg Jellinek dalam bukunya yang berjudul  Allgemeine Staatslehre menciptakan suatu sistematis yang lengkap dan teratur dari Ilmu Negara. Menurut Jellinek, Ilmu Kenegaraan (Staatswissenschaft) dapat dibedakan dalam dua : yaitu :

Page 10: Ilmu Negara

1.    Staatswissenschaft dalam arti sempit

Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara dimana titik berat pembahasannya terletak pada negara sebagai objeknya.

Staatswissenschaft dalam arti sempit dapat dibedakan lagi ke dalam :

Beschreibende staatswissenschaft atau lebih dikenal sebagai statenkunde

Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang melukiskan negara dari segi masyarakat/penduduk,alam,flora dan fauna.

Theoritische staatswissenschaft atau lebih dikenal sebagai Ilmu Negara (Staatsleer)

Ilmu pengetahuan mengenai negara yang  menganalisa dan mengolah bahan-bahan dari Beschreibende staatswissenschaft untuk kemudian disusun dalam suatu sistematika serta melengkapinya dengan  sendi-sendi pokok dan pengertian pokok dari negara.

Theoritische staatswissenschaft dapat dibagi lagi ke dalam :

1)    Allgemeine staatslehre

Yaitu ilmu negara umum yang membahas teori-teori tentang negara yang berlaku umum terhadap semua negara.

Jellinek membahas Ilmu Negara Umum dengan menggunakan Teori Dua Segi atau zweiseiten theori. Berdasarkan teori tersebut maka Jellinek membedakan lagi Allgemeine Staatslehre dalam :

a)    Allgemeine soziale staatslehre (peninjauan  dari sudut sosiologis).

Melakukan peninjauan dari segi sosiologis. Yang termasuk ke dalamAllgemeine Soziale adalah :

a. Teori mengenai sifat hakekat negarab. Teori mengenai pembenaran hukum atau penghalalan negarac. Teori mengenai terjadinya hukum negarad. Teori mengenai tujuan negarae. Teori mengenai penggolongan tipe-tipe negara dll.

b)    Allgemeine staatsrechtslehre (peninjauan dari sudut yuridis). Termasuk di dalamnya adalah :

a. Teori mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan

Page 11: Ilmu Negara

b. Teori mengenai kedaulatan negara.c. Teori mengenai unsur negarad. Teori mengenai  fungsi negarae. Teori mengenai  konstitusi negara.f. Teori mengenai lembaga perwakilang. Teori mengenai alat-alat perlengkapan  negarah. Teori mengenai sendi-sendi pemerintahani. Teori mengenai kerjasama antar negara

2)    Besondere Staatslehre

Yaitu ilmu negara khusus yang membahas teori-teori tentang negara yang hanya berlaku pada suatu negara tertentu.

c.    Praktische staatswissenschaft atau lebih dikenal dengan politiek

Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara  yang menguraikan tentang tata cara mempraktekkan teori-teori ilmu negara.

Ilmu Politik  dalam sistematika Jellinek mempunyai arti yang berbeda denganPolitical Science yang dikenal di negara-negara Anglo Saxon.

Di negara-negara Anglo Saxon, ilmu politik merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sedangkan di negara-negara Eropa Kontinental, ilmu politik tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan erat dengan staatswissenschaft. Pelaksanaan ilmu politik merupakan hasil penyelidikan dari theoritical science.

Negara-negara Eropa Kontinental adalah negara-negara di daratan Eropa kecuali Inggris.  Sedangkan negara-negara Anglo Saxon adalah Inggris dan daerah jajahannya.

3). Rechtswissenschaft

Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang titik berat pembahasannya terletak pada segi yuridis/hukum dari suatu negara.

Rechtwissenschaft terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara/Hukum Administrasi Negara dan Hukum Antar Negara.

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU NEGARA

            Ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil pemikiran manusia dan manusia mempunyai kebebasan untuk menyatakan pemikirannya. Ilmu

Page 12: Ilmu Negara

pengetahuan bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dapat dikatakan  sebagai lambang utama dari kemajuan.

A.   ZAMAN YUNANI PURBA

            Pengetahuan dan penyelidikan tentang negara mulai ada sejak zaman Yunani Purba. Bangsa Yunani memang dikenal sebagai bangsa yang pertama kali memiliki peradaban yang sangat tinggi. Sejak Yunani Purba mengenal pemerintahan yang demokratis, setiap orang bebas mengemukakan pendapatnya.

            Saat itu, negara masih bersifat polis-polis atau the Greek State. Keberadaan polis pada awalnya merupakan suatu tempat di puncak bukit dimana orang-orang mendirikan rumah  dan tempat tersebut kemudian dikelilingi dengan  tembok untuk menjaga penduduknya terhadap serangan musuh dari luar.

            Polis merupakan organisasi yang tertinggi. Polis tidak hanya mengatur hubungan antar organisasi yang ada dalam polis, tetapi juga mengatur kehidupan pribadi warganya. Oleh karena polis identik dengan masyarakat negara atau negara maka polis merupakan negara kota (standstaat/citystate).

            Pemerintahan di dalam polis merupakan demokrasi langsung (directe democratie/direct democracy/klassieke democratie) dimana rakyat dalam polis ikut secara langsung menentukan kebijaksanaan pemerintah (direct government by all the people). Hal ini dapat terjadi karena dua alasan, yaitu :

1.    Pengertian kota identik dengan negara dengan wilayah yang sangat terbatas.

2.    Jumlah penduduk masih sangat sedikit.

            Oleh karena itu, salah satu ciri dari demokrasi adalah turut sertanya rakyat dalam pemerintahan dan turut sertanya rakyat secara langsung berasal dari zaman Yunani Purba. Dengan turut serta secara langsung dalam pemerintahan berarti rakyat melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Pada saat itu, yang disebut ”rakayt” adalah warga kota (citizen) yang merupakan sebagian kecil dari penduduk Athena.

            Menurut Mac Iver, dalam bukunya The Web of Government, citizen adalah city dwellersyang berada di daerah Athena. Sedangkan  pengawasan rakyat dijalankan dengan musyawarah rakyat (Yunani : ecleseia, Romawi : cometia).

Page 13: Ilmu Negara

            Pada zaman Yunani Purba terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya banyak mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan di dunia saat ini, diantaranya adalah :

2.    Socarates ( ± 470 – 399 AD)

            Kemenangan bangsa Yunani terhadap Persia meninggikan martabat dan menimbulkan perasaan bangga pada diri bangsa Yunani. Disamping itu,  bangsa Yunani mulai menikmati kemakmuran yang dihasilkan dari perdagangan. Namun, para pejabat negara Yunani mulai melupakan tugas mereka, bertindak sewenang-wenang, korupsi dan tindakan-tindakan lainnya yang dirasakan oleh warga negaranya sebagai tindakan yang sangat tidak adil.

            Pada saat itu banyak bermunculan  filsuf dari luar negeri terutama dari Asia  kecil yang datang ke Yunani untuk menjual ilmunya. Mereka termasuk ke dalam golongan kaumSophis, dan aliran mereka disebut Sophisme. Sophis berasal dari kata sofia/sophia yang artinya bijaksana/kebijaksanaan. Namun, tindakan kaum Sophis sangat tidak bijaksana karena mereka menyebarkan dan menganjurkan paham mengenai hukum, keadilan serta negara yang bersifat merusak masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Thrasymachus bahwa keadilan merupakan keuntungan atau apa yang berguna daripada yang lebih kuat.

            Dalam keadaan demikan, munculah Socrates dengan metode dialektis/tanya jawab (dialog)  yang mencoba  mencari pengertian-pengertian tertentu, dasar hukum dan keadilan objektif yang dapat diterapkan  kepada setiap orang. Menurut Socrates, dalam hati kecil setiap manusia terdapat  hukum dan keadilan sejati sebab setiap manusia adalah bagian dari nur/cahaya Tuhan.  Walaupun seringkali tertutup oleh sifat-sifat buruk  namun rasa hukum dan keadilan sejati dalam hati kecil manusia tetap ada. Hal ini dapat dipahami sebab dalam ajaran agama Islam dikatakan bahwa Allah meniupkan ruhnya kepada manusia, berarti dalam diri manusia ada sebagian kecil ruh Allah. Dalam agama Katolikpun dikatakan bahwa manusia adalah anak Allah dan mempunyai dimensi Ilahi. Oleh karena itu dalam diri setiap manusia pasti ada unsur  kebaikan.

            Selanjutnya, Socrates berpendapat bahwa negara  bukanlah organisasi yang dibuat untuk kepentingan pribadi. Negara adalah suatu susunan yang objektif bersandarkan kepada sifat hakikat manusia dan bertugas untuk melaksanakan hukum yang objektif yang memuat keadilan bagi masyarakat umum.  Oleh karena itu negara harus berdasarkan keadilan sejati agar manusia mendapatkan ketenangan.

Page 14: Ilmu Negara

            Namun, ajaran Socrates dianggap membahayakan  negara dan Socrates dijatuhi hukuman mati dengan diperintahkan untuk meminum racun.

3.    Plato ( 429 – 347 AD)

            Plato merupakan murid Socrates dan mendirikan sekolah mengenai ilmu filsafat yaitu Academia. Berbeda dengan Socrates, Plato meninggalkan beberapa buku, termasuk buku yang  berisi tanya jawabnya dengan Socrates. Buku karangan Plato yang terpenting adalah :

a.    Politeia (The Republic) tentang Negara

b.    Politicos ( The Stateman) tentang ahli Negara

Dalam Politikos dibedakan antara  penguasa dengan ahli Negara.  Ahli Negara yang sejati  harus menjalankan pendidikan ke arah kebijaksanaan, keadilan dan berpendirian sesuai dengan Politeia.

c.    Nomoi (The Law) mengenai undang-undang.

                  Buku karangan Plato lainnya adalah :

a.    Gorgias mengenai kebahagiaan

b.    Sophist mengenai  hakikat pengetahuan

c.    Phaedo mengenai keabadian jiwa

d.    Phaedrus mengenai cinta kasih.

e.    Protogoras mengenai hakikat kebajikan.

            Plato meneruskan ajaran Socrates. Dalam ajaran tunggalnya,  yaitu Politeiadigambarkan adanya suatu negara sempurna (ideale staat).  Oleh karena itu ajaran Plato disebut Idealisme.  Menurut ajara Plato, dunia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a.    Dunia cita yang bersifat immateriil ® idea atau kenyataan sejati berada di alam cita  yang berada di luar ’dunia palsu’.

b.    Dunia alam yang bersifat maeriil  ®  dunia fana yang bersifat palsu.

            Dunia cita bersifat sempurna dan sejati, sedangkan dunia alam bersifat palsu dan tidak sempurna  oleh karena itu apa yang ada di dunia alam harus diusahakan mendekati bentuk yang sempurna yang ada dalam dunia cita.

Page 15: Ilmu Negara

Pandangan Plato bersifat normatiefkarena ia menghendaki bangunan di dunia alam sama dengan dunia cita.

            Berkaitan dengan dunia cita, maka cita-cita mutlak dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a.    Logika atau cita kebenaran (idee der waarheid)

b.    Estetika (asthetica) atau cita keindahan dan kesenian (idee der schoonheid)

c.    Etika (ethica) atau cita kesusilaan

            Menurut Plato, asal mula negara adalah karena banyaknya kebutuhan hidup dan keinginan manusia dan manusia tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan dan keinginannya. Oleh karena itu kemudian manusia bekerja sama dan mendapat pembagian tugas sesuai kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya. Negara merupakan satu keluarga besar, satu kesatuan,oleh karena itu negara harus dapat memelihara dirinya sendiri. Agar dapat memelihara dirinya sendiri maka luas suatu negara harus diukur. Suatu negara tidak boleh memiliki luas yang tidak diketahui.

            Negara yang ada di dunia bersifat tidak sempurna karena hanya merupakan bayangan dari negara yang sempurna (de ideale staat) yang ada dalam dunia cita. Dunia cita merupakan bagian dari filsafat. Tujuan negara adalah untuk mempelajari, mengetahui dan mencapai cita yang sebenarnya. Tujuan manusia dalam negara adalah mencapaigood life (kebahagiaan, sempurna),

            Untuk mewujudkan negara yang sempurna ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Socrates mengemukakan dua buah syarat, kemudian Plato menambahkan satu syarat lagi. Syarat-syarat tersebut adalah :

a.    Negara harus dijalankan oleh pegawai yang terdidik khusus.

b.    Pemerintahan harus dijalankan untuk kepentingan umum.

c.    Rakyat harus mencapai kesempurnaan kesusilaan.

            Selanjutnya, dalam bagian kedelapan dari Politeia, Plato menguraikan tentang bentuk negara, dimana negara dapat dibedakan dalam lima macam, yaitu :

Page 16: Ilmu Negara

a.    Aristokrasi (Aristocratie/aristocracy)   ®  Aristoi  ≈ cerdik pandai/golongan ningrat dan Archien/cratia ≈  memerintah. Jadi, aristokrasi adalah pemerintahan yang dipegang oleh sejumlah  cerdik pandai yang memerintah berdasarkan keadilan.  Jika ternyata kemudian golongan tersebut  memerintah demi kepentingan golongannya sendiri

Aristokrasi adalah pemerintahan yang dipegang oleh sejumlah kecil cerdik pandai yang memerintah berdasarkan keadilan.

b.    Oligarhi  (Oligarchie/oligarchy) ®  oligos ≈ sedikit, kecil dan archien ≈ memerintah. Apabila golongan kecil itu memerintah  dan memperoleh kekayaan yang berlimpah sehingga timbul hak-hak milik pribadi, maka lahirlah  timokrasi.

c.    Timokrasi  (timocratie/timocraty) ®  berasal dari kata plutos (kekayaan) dancriteria (memerintah)

d.    Demokrasi  (democratie/democracy) ®  berasal dari kata demos (rakyat) dancratein (memerintah). Jika rakyat salah dalam menggunakan hak dan kemerdekaannya maka hal tersebut akan melahirkan apa yang disebut anarki (anarchie).  Anarki berasal dari kata a artinya tidak dan archien artinya memerintah.  Jadi, tanpa ada pmerintahan maka keadaan akan kacau balau (chaos). Keadaan ini memerlukan  seorang pemimpin yang dapat bertindak dengan keras dan tegas dan hal ini melahirkan tirani.

e.    Tirani  (tyranie/tyrany) ® yaitu suatu pemerintahan yang dipegang oleh seorang tiran yang bertindak sewenang-wenang sehingga sangat jauh dari cita-cita tentang keadilan.

            Menurut Plato, timbulnya masyarakat adalah karena saling membutuhkan, oleh karena itu masyarakat saling bertukar jasa. Masyarakat adalah susunan manusia dimana setiap anggota harus memberi dan menerima. Negara harus memperhatikan pertukaran timbal balik tersebut dan harus berusaha sebaik-baiknya.  Dalam sistem ini, manusia bertindak sebagai penyelenggara berbagai macam tugas yang diperlukan dan harga mereka bagi masyarakat tergantung dari nilai pekerjaan yang mereka lakukan. Yang terpenting  bagi setiap individu adalah suatu kedudukan yang memungkinkan mereka untuk berbuat sesuatu.

            Pertukaran jasa menimbulkan asas pembagian kerja dan pengkhususan tugas yaitu diferensiasi kerja dan spesialisasi. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda, oleh karena itu pekerjaannya disesuaikan dengan bakat yang dimilikinya.

Page 17: Ilmu Negara

            Keadilan sosial menurut Plato  adalah suatu prinsip dari suatu masyarakat yang terdiri dari manusia  yang berbeda-beda yang bersatu karena saling membutuhkan dimana setiap orang harus melakukan pekerjaannya dan menerima apa yang menjadi haknya. Pembagian kerja dan spesialisasi tugas di lapangan merupakan syarat bagi kerjasama dalam masyarakat.

            Berdasarkan pokok-pokok teorinya dapat diketahui dasar alasan Plato mengemukakan negara utopia tentang asal usul negara. Berkaitan dengan asal mula negara maka dapat ditarik garis paralel antara sifat negara dengan sifat manusia yang menimbulkan tiga macam sifat yaitu kebenaran, keberanian dan kebutuhan. Hal ini pada akhirnya menimbulkan  tiga kelas dalam negara utopia (ideal-etis), yaitu :

a.    The Rulers  (penguasa) ®  yaitu golongan pegawai yang terdidik khusus yang merupakan pemimpin negara yang mengusahakan tercapainya kesempurnaan. Para penguasa disebut juga Philosopher King. Oleh karena itu menurut Plato, negara harus dipimpin oleh orang yang bijaksana.

b.    The Guardians (pengawal negara)  ®  yaitu mereka yang menyelenggarakan keamanan, ketertiban dan keselamatan negara.

c.    The Artisan  (para pekerja) ®  yaitu mereka yang menjamin tersedianya makanan bagi  golongan penguasa dan pengawal negara.

            Berkaitan dengan asal-usul negara, menurut Plato, negara tumbuh dibaginya atas berbagai taraf, yaitu :

a.    Plato berpendapat bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, untuk hidup manusia memerlukan bantuan dari mahluk lain.

b.    Karena manusia tidak dapat hidup sendiri maka manusia berkumpul untuk merundingkan cara untuk memperoleh bahan-bahan primer (sandang,pangan dan papan). Kemudian terjadilah pembagian pekerjaan dimana setiap orang harus menghasilkan sesuatu lebih dari yang diperlukan sendiri untuk kemudian ditukarkan dengan orang lain. Hal in imenimbulkan berdirinya desa.

c.    Antara desa dengan desa terjadi kerjasama dan seterusnya sehingga kemudian terbentuk negara. Antara negara yang satu dengan negara yang lainnya juga saling membutuhkan sehingga terjadilah hubungan internasional.

                  Menurut Plato, ada tiga masalah penting yang harus diperhatikan, yaitu :

a.    Harus ada an organic unity in social life.

Page 18: Ilmu Negara

Dalam masyarakat harus ada satu kesatuan yang organis.  Namun, kesatuan ini sering terganggu oleh adanya dua penyakit masyarakat, yaitu penyakitproperty dan family relationship. Penyakit inilah yang seringkali menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.

b.    Harus ada systematic education

Stabilitas negara terletak dalam sistem pendidikan. Watak yang baik diperoleh dengan memulai pendidikan di masa kanak-kanak dan meneruskan pendidikan sesuai dengan taraf umur dan jiwanya.

c.    Harus ada rational basic of aristocracy government

Pemerintahan harus dikendalikan oleh manusia-manusia yang berilmu dan berpengetahuan.

4.    Aristoteles (384-322 AD)

            Aristoteles adalah murid Plato.  Ia seorang filsuf yang mempunyai banyak pengaruh pada abad pertengahan.  Aristoteles pernah ditugaskan oleh raja Philippus untuk mendidik Iskandar Dzulkarnain (342AD). Pada tahun 335 AD ia kembali ke Yunani dan mendirikan sekolah Lyceum di Yunani.

            Aristoteles melanjutkan  pemikiran idealisme Plato ke realisme.  Oleh karena itu filsafat Aristoteles  adalah ajaran tentang kenyataan (ontology) yaitu suatu cara berfikir yang realistis dan metode penyelidikannya bersifat induktif empiris. Aristoteles dijuluki sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan Empiris (Vader der Empirische Wetenschap).

            Aristoteles tidak membagi dunia ke dalam dua bagian seperti Plato.  Ia hanya mengakui adanya satu dunia.  Buku yang dikarang oleh Aristoteles  berdasarkan penyelidikannya  adalah :

a.    Ethica atau Nicomachean Etics

Ethica  merupakan pengantar bagi politica

b.    Politica

Politica terdiri dari 8 buku, antara lain membicarakan tentang  bentuk Negara, undang-undang,  hubungan sosial dan hal lain yang bersifat riil.

c.    Rhetorica

Page 19: Ilmu Negara

Dalam rhetorica, Aristoteles berpendapat bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai keadilan. Hukum mempunyai tugas  murni, yakni memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.

            Aristoteles sependapat dengan Plato mengenai tujuan Negara. Dimana Negara bertujuan untuk :

a.    Menyelenggarakan kepentingan warga Negara

b.    Berusaha supaya warga Negara hidup baik dan bahagia (good life) didasarkan atas keadilan. Keadilan itu memerintah dan harus ada dalam Negara.

            Berkaitan dengan terjadinya Negara, menurut Aristoteles, manusia  berbeda dengan hewan sebab hewan dapat hidup sendiri sedangkan manusia sudah dikodratkan untuk  hidup dengan manusia lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia membutuhkan manusia lain.  Manusia merupakan Zoon Politicon.                                                                                        

            Manusia dapat hidup berbahagia di dalam dan karena Negara.  Oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan dari Negara karena merupakan bagian dari Negara atau masyarakat.  Dengan demikian, negaralah yang utama. Paham ini disebut  universalism bukan collectivism.

            Oleh karena itu tujuan Negara adalah  kesempurnaan warga yang berdasarkan atas keadilan, keadilan memerintah dan harus menjelma di dalam Negara. Selain itu, hukum berfungsi untuk  memberi kepada manusia setiap apa yang menjadi haknya.

            Artistoteles  berpendapat bahwa dalam setiap negara  yang baik, hukumlah yang mempunyai kedaulatan tertinggi, bukan orang perorangan. Aristoteles menyukai penguasa yang memerintah berdasarkan konstitusi dan memerintah dengan persetujuan warganegaranya, bukan pemerintah diktatur.

            Menurut Aristoteles, pemerintahan yang didasarkan konstitusi  mengandung tiga unsur, yaitu :

a.    Pemerintahan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan perorangan atau golongan saja.

b.    Pemerintahan yang dijalankan  menurut hukum, bukan sewenang-wenang.

c.    Pemerintahan   yang mendapatkan persetujuan dari warga negaranya, bukan suatu despotisme yang hanya dipaksakan.

Page 20: Ilmu Negara

            Selanjutnya, menurut Aristoteles, berkaitan dengan bentuk Negara, terdapat 3 bentuk dasar, yaitu :

a.    Bentuk cita (ideal form)  ð  bentuk cita dapat terjadi  jika pemerintahannya ditujukan kepada  kepentingan umum yang berdasarkan atas keadilan, dan keadilan tersebut harus menjelma di dalam Negara.

Terdapat 3 macam bentuk Negara yang termasuk ke dalam bentuk cita yang didasarkan pada  ukuran kuantitatif, yaitu mengenai jumlah orang yang memerintah, yaitu :

1)    Pemerintahan satu orang (one man rule)  ð  monarchi.

2)    Pemerintahan beberapa/sedikit orang (a few man rule) ð aristokrasi.

3)    Pemerintah orang banyak dengan tujuan untuk kepentingan umum (the many man or the people rule) ð politeia, polity atau republic.

b.    Bentuk pemerosotan (corruption or degenerate form) ð bentuk pemerosotan dapat terjadi apabila pemerintahannya ditujukan kepada  kepentingan pribadi dari pemegang kekuasaan, timbulnya kesewenang-wenangan dan diabaikannya kepentingan umum dan keadilan.

      Bentuk Negara yang termasuk dalam bentuk pemerosotan juga ada 3 macam yang didasarkan pada ukuran kualitatif yaitu berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu:

1)    Bila kepentingannya didasarkan pada  kepentingan satu orang secara sendiri untuk kepentingan pribadi  ð  tirani/despotie

2)    Bila tujuannya didasarkan pada  kepentingan segolongan orang atau beberapa orang  ð  oligarchi, clique form atau plutocrasi (plutos : kekayaan, cratein/cratia : memerintah ð pemerintahan dimana  pimpinan Negara  berada  di tangan segolongan orang kaya).

3)    Bila tujuannya didasarkan tidak untuk kepentingan rakyat seluruhnya tetapi nama rakyat yang dipakai   ð  demokrasi.

c.    Bentuk gabungan (mixed form) antara  bentuk cita dengan bentuk pemerosotan

            Dalam kenyataannya, bentuk Negara cita tidak pernah terlaksana, melainkan selalu menjadi bentuk campuran. Oleh sebab itu dalam kenyataannya bentuk Negara dibedakan menjadi dua, yaitu :

Page 21: Ilmu Negara

a.    Bentuk Negara campuran (mixed form)

b.    Bentuk Negara pemerosotan (corruption or degenerate form).

5.    Epicurus (342-271 AD)

            Pendapat Epicurus menyimpang dari pendapat umum yang ada di Yunani saat itu. Menurut pendapat Epicurus,  masyarakat ada karena adanya kepentingan manusia sehingga yang berkepentingan bukanlah masyarakat sebagai satu kesatuan tetapi manusia-manusia itu  yang merupakan bagian dari masyarakat.  Manusia sebagai warga di dalam Negara dimisalkan sebagai sebutir atom atau sebutir pasir, jadi bersifat atomistis, hanya memikirkan  hidup untuk diri sendiri.  Pandangan ini disebut pandangan yang bersifat individualistis.

            Berdasarkan pandangan individualistis, Epicurus berpendapat bahwa terjadinya Negara disebabkan karena adanya  kepentingan perorangan. Dan tujuan Negara adalah menjaga tata tertib dan keamanan dalam masyarakat dan tidak memperdulikan macam, sifat atau bentuk Negara. Sedangkan tujuan masyarakat adalah kepentingan pribadi.  Agar tidak timbul perselisihan diantara warga maka dibuatlah undang-undang sebagai  hasil dari suatu perjanjian.

6.    Zeno (  ± 300 AD)

            Zeno merupakan  pemimpin aliran filsafat Stoazijnen (stoa : jalan pasar yang bergambar/beschilderde marktgaanderij) yang hidup dalam zaman yang serba sulit, sama dengan Epicurus.  Zeno mengajarkan pahamnya kepada murid-muridnya di jalan yang bergambar.  Aliran stoazijnen menimbulkan  hukum alam (natuurrecht)  atau hukum asasi dalam kebudayaan Yunani.

            Ajaran hukum alam  membedakan alam menjadi dua bagia, yaitu :

a.    Kodrat manusia (natuur van de mens)

Kodrat manusia dilihat kepada sifat-sifat manusia. Yaitu kodrat yang terletak dalam budi manusia yang  merupakan zat hakikat sedalam-dalamnya dari manusia, dan budi itu bersifat tradisional.

Agama bersifat pantheistisch (pan : dimana-mana; theos :Tuhan ð Tuhan ada dimana-mana). Dengan demikian, agama meyakini bahwa Tuhan ada dimana-mana. Tuhan merupakan kodrat itu sendiri.  Manusia merupakan bagian dari kodrat, otomatis, manusia merupakan bagian dari Tuhan sehingga budi manusia

Page 22: Ilmu Negara

merupakan bagian dari budi Tuhan. Oleh karena Tuhan bersifat abadi maka budi Tuhan juga bersifat abadi, budi manusiapun abadi. Hal ini mengakibatkan  hukum sebagai ciptaan budi manusia juga bersifat abadi.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa  hukum alam bersifat abadi, meliputi segala-galanya karena berlaku bagi setiap orang dalam waktu, tempat dan keadaan bagaimanapun.

Manusia dilukiskan secara statis sehingga hukum bagi manusia juga tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu tidak ada perbedaaan antara hukum yang berlaku sekarang (ius constitutum) dan hukum yang akan datang (ius constituendum).

Oleh karena itu paham kenegaraan didasarkan pada sifat tersebut,  yaitucosmo politis yang tidak mengenal perasaan kebangsaan. Negara tidak usah berdasarkan perasaan kebangsaan, harus diusahakan suatu Negara ayang meliputi seluruh dunia atau Negara yang merupakan Negara dunia.

b.    Kodrat benda (natuur van de zaak)

Yaitu kodrat benda yang timbul dalam kebudayaan Yunani. Yaitu kodrat yang mempunyai pengertian sentral kosmos, sebagai lawan dari chaos.

Menurut Socrates, Plato dan  Aristoteles, pelukisan dunia sebagai kosmos merupakan satu kesatuan yang teratur sedangkan di dunia dalam bentukchaos, tidak ada paksaan terhadap suatu aturan, tidak terdapat suatu tatanan sehingga dalam masyarakat terdapat kekacauan.

7.    Polybios (204-122 AD)

            Mengenai negara, Polybios  melanjutkan paham Aristoteles. Menurut Polybios, proses perkembangan, pertumbuhan dan kemerosotan bentuk-bentuk negara secara psikologis bertalian dengan sifat-sifat manusia menurut ajaran Aristoteles, yaitu bahwa tidak adanya bentuk negara yang abadi disebabkan karena terkandung benih-benih pengrusakan, seperti pemberontakan, revolusi dll.

            Benih-benih tersebut disebabkan karena sifat-sifat manusia, yaitu :

a.    Keinginan akan persamaan

Yaitu terdapatnya hasrat persamaan terhadap mereka yang merasa dirinya sama dengan orang-oranglain .

b.    Keinginan akan perbedaan

Page 23: Ilmu Negara

Yaitu terdapatnya hasrat perbedaan terhadap mereka yang merasa dirinya berbeda dengan orang lain.

B.   ZAMAN ROMAWI

1.    Masa Kerajaan

Yaitu masa koningschap atau kerajaan. Bentuk negara adalah monarki dan dipimpin oleh seorang raja.

2.    Masa Republik

Republik atau republiek  berasal dari kata res (kepentingan) dan publica (umum). Republik adalah pemerintahan yang dijalankan untuk kepentingan umum.

3.    Masa Prinsipat

Masa principat dimulai dari masa Caesar. Walaupun pada saat itu, raja-raja Romawi belum mempunyai kewibawaan, namun pada hakekatnya mereka memerintah secara mutlak.

Kemutlakan ini didasarkan pada Caesarismus, yaitu adanya perwakilan yang menghisap, dari pihak Caesar terhadap kedaulatan rakyat.

Kedaulatan rakyat saat itu disalahgunakan, dimana dalam lapangan ilmu negara digunakan konstruksi Ulpianus yang menyatakan, bahwa :  kedaulatan rakyat diberikan kepada prinsep atau raja melalui suatu perjanjian yang termuat dalam undang-undang yang disusun olehnya dan diatur dalam Lex Regia. Jadi, landasan hukumnya adalah perjanjian yang terletak dalam lapangan hukum perdata.  Setelah kekuasaan diberikan kepada Prinsep  maka rakyat pada kenyataannya tidak dapat meminta pertanggung jawaban atas perbuatan prinsep.

Ahli hukum (doktoris iuris) yang terkenal  pada saat itu adalah Gajus, Modestinus, Paulus, Papinianus dan Ulpianus.

Dalam caesarismus dikenal semboyan yang berbunyi :

a.    Solus publica suprema lex (kepentingan umum mengatasi undang-undang)

b.    Princepes legibus solutus est (Rajalah yang menentukan kepentingan umum).

Pada dasarnya, pemerintahan untuk kepentingan umum tersebut dirumuskan dalam undang-undang sehingga derajat kepentingan umum lebih tinggi dari undang-undang. Namun, yang merumuskan kepentingan umum adalah raja.

Page 24: Ilmu Negara

Otomatis, dalam merumuskan kepentingan umum tersebut raja bertindak demi kepentingan pribadinya.

Dengan demikian,  princep dengan berkedok kedaulatan rakyat memerintah  demi kepentingan umum, sebenarnya memerintah dengan sewenang-wenang.

Peraturan hukum Romawi  pada abad ke-6 atas perintah Kaisar Justinianus (527-565) dikodifikasi dan dinamakan Corpus Iuris Civilis yang terdiri atas 4 bagian :

a.    Institutiones

Merupakan buku pelajaran atas lembaga-lembaga hukum Romawi dan berlaku sebagai himpunan undang-undang.

b.    Pandectae atau  Digesta

Merupakan himpunan karangan yang memuat pendapat para ahli hukum Romawi. Jika hakim ragu-ragu mengenai putusan atas suatu hal maka  putusannya harus didasarkan pada pandectae/digesta.

c.    Codex

Merupakan kumpulan undang-undang yang dibuat dan ditetapkan oleh raja-raja Romawi.

d.    Novallae

Merupakan himpunan tambahan dan penjelasan keterangan bagi codex.

4.    Masa Dominat

Dominat atau dominaat  adalah masa dimana kaisar secara terang-terangan menjadi raja mutlak, bertindak menyeleweng, menginjak-injak hukum dan kemanusiaan. Hal ini terlihat dengan adanya manusia dibakar hidup-hidup, manusia diadu dengan manusia lain atau dengan singa (gladiator) dan dijadikan tontonan umum, rakyat kelaparan sementara raja dan pengikutnya berpesta pora.

C.   ZAMAN ABAD PERTENGAHAN

1.    Agustinus

Bukunya yang terkenal ialah :

a.    Civitas Dei  (Negara Tuhan)

Civitas dei  merupakan kerajaan Tuhan yang abadi, tetapi semangat keduniawian terdapat dalam Gereja Kristus sebagai wakil dari civitas dei di dunia yang fana.

Page 25: Ilmu Negara

b.    Civitas Terrena (Diabolis) atau negara setan

Merupakan hasil kerja setan atau keduniawian. Jika sudah mendapat ampunan dari Tuhan, barulah civitas terrena  menjadi baik.

Civitas terrena mengabdikan diri pada civitas dei. Oleh karena itu dalam civitas terrena terjadi percampuran antara agama, ilmu pengetahuan dan kesenian. Civitas terrena merupakan persiapan menuju civitas dei.

Imperium Romawi dapat dimisalkan dengan civitas terrena  yang tumbuh, berkembang dan akhirnya musnah karena keserakahan. Agar jangan sampai hal tersebut terulang kembali, maka  pemimpin negara harus memimpin dengan semangat civitas dei yaitu mempraktekkan dan menganjurkan agar agama Kristen dimasukkan ke dalam negara seperti yang telah dijalankan oleh Konstantin Theodisius di Konstatinopel

Kesimpulannya adalah bahwa pada waktu itu yang memegang peranan penting adalah negara, segala sesuatu harus tunduk pada agama. Negara dipersiapkan untuk menjadi negara Tuhan. Keberadaan negara-negara di dunia adalah untuk memberantas  musuh-musuh gereja.

2.    Thomas Aquino

Thomas Aquino merupakan tokoh dari aliran hukum alam.

Menurut sumbernya, hukum alam dapat berupa :

a.    Hukum alam yang bersumber dari Tuhan (irrasional)

b.    Hukum alam yang bersumber dari rasio manusia.

Dalam buku-bukunya yang sangat terkenal, Summa Theologica dan De Regimene Principum, Thomas Aquino membentangkan pemikiran hukum alamnya yang banyak mempengaruhi gereja dan bahkan menjadi dasar pemikiran gereja hingga saat ini.

Thomas Aquino membagi hukum ke dalam 4 golongan hukum, yaitu :

Page 26: Ilmu Negara

a.    Lex Aeterna

Merupakan rasion Tuhan sendiri yang mengatur segala hal dan merupakan sumber dari segala hukum. Rasio ini tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia.

b.    Lex Divina

Merupakan bagian dari rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh manusia berdasarkan waktu yang diterimanya.

c.    Lex Naturalis

Merupakan hukum alam yaitu yang merupakan penjelmaan dari lex aeterna di dalam rasio manusia.

d.    Lex Positivis

Yaitu hukum yang berlaku dan merupakan pelaksanaan dari hukum alam oleh manusia berhubung dengan syarat khusus yang diperlukan oleh keadaan dunia.

Hukum positif terdiri dari hukum positif yang dibuat oleh Tuhan, seperti yang terdapat dalam kitab suci dan hukum positif buatan manusia.

Mengenai konsepsinya tentang hukum alam, Thomas Aquino membagi asas-asas hukum alam dalam dua jenis, yaitu :

a.       Principia Prima (asas-asas umum)

Yaitu asas-asas  yang dengan sendirinya dimiliki oleh manusia sejak kelahirannya, berlaku mutlak dan tidak dapat berubah dimanapun dan dalam keadaan apapun. Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk berbuat baik dan dilarang melakukan kejahatan, sebagaimana yang terdapat dalam 10 perinta Tuhan.

b.      Principia Secundaria (asas-asas yang diturunkan dari asas-asas umum)

3.    Dante Alighieri

            Pada tahun 1313, Dante menerbitkan bukunya, De Monarchia, salah satu karya besarnya dan merupakan satu-satunya peninggalan Dante yang merupakan karya kenegaraan. Dalam bukunya, Dante memimpikan suatu kerajaan dunia yang melawan kerajaan Paus. Kerajaan dunia tersebut yang akan menyelenggarakan perdamaian dunia. Tujuan negara menurut Dante

Page 27: Ilmu Negara

adalah  untuk menyelenggarakan perdamaian dunia dengan cara memberlakukan undang-undang yang sama bagi semua umat.

            De Monarchia terdiri atas 3 bab, yaitu :

a.    Bab I mempersoalkan kerajaan dunia.

Pada bab I, Dante menekankan  perlunya kerajaan dunia, yaitu untuk kepentingan dunia itu sendiri dalam rangka menyelenggarakan perdamaian dunia.

Kerajaan dunia merupakan kemerdekaan dan keadilan tertinggi. Rakyat yang hidup dengan berbagai peraturan yang berbeda diatasi dengan peraturan yang dapat menciptakan kerjasama diantara masyarakat.

Kerajaan dunia (imperium) merupakan satu kesatuan kekuasaan, sebab jika kerajaan dibagi maka akan musnah.

b.    Bab II menyelidiki apakah kaisar Jerman  itu merupakan kaisar  yang sah?

c.    Apakah kekuasaan kaisar berasal dari Tuhan atau berasal dari perantara?

Genesis  dianggap sebagai sumber bagi teori Innocentius III untuk Teori Cahayanya sebagai kunci kekuasan Paus yang berasal dari Mattheus, Teori Dua Belah Pedang dari Bernard Clairvaux, demikian pula ajaran Hadiah dari Constantin.

semua teori tersebut ditafsirkan oleh Dante sehingga akhirnya dia menyimpulkan  bahwa kaisar memperoleh kekuasaan langsung dari Tuhan untuk memerintah dan mengurus negara, dan tidak bergantung pada perantara yang menjelma dalam diri Paus. Paus hanya berkuasa dalam segala hal yang berkaitan dengan rohani.

Pendapat Dante didukung oleh golongan  Franciskaan, yaitu para paderi  yang menganjurkan agar Paus bersifat pendeta kembali yang hidup dengan sederhana dan semata-mata untuk kesucian Tuhan. oleh karena itu, Paus jangan mencampuri urusan kemewahan dunia yang dapat merusak kepercayaan rakyat.

Teori Cahaya :

Golongan Canonist berpendapat bahwa  Paus memperoleh  kekuasaan yang asli di atas dunia ini. Raja tidak memiliki kekuasaan yang asli sebab kekuasaannya berasal dan diturunkan dari Paus yang asli. Seperti halnya matahari dan bulan,  Paus adalah matahari yang bersinar sedangkan bulan adalah raja yang mendapat sinar dari matahari.

Page 28: Ilmu Negara

4.    Marsiglio di Padua (Marsilius dari Padua)

            Pada tahun 1324, terbit karya Marsiglio yang terkenal, yaitu Defenser Pacis, yang terdiri dari tiga buku atau dictiones, yaitu :

a.    Dictio Pertama menguraikan dasar-dasar negara.

Pada dictio  pertama diuraikan asal usul negara didasarkan pada     perkembangan alam. Oleh karena itu, negara merupakan badan iudicialis seu consiliativa yang hidup dan bebas. Tujuan tertinggi negara adalah mempertahankan perdamaian, memajukan kemakmuran dan memberi kesempatam kepada rakyat untuk mengembangkan dirinya secara bebas. Tugas utama negara untuk mencapai hal tersebut adalah menciptakan undang-undang  demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Kekuasaan tertinggi dalam negara dan pemerintahan terletak pada  pembuat undang-undang sehingga pemerintahan hanya alat dari pembuat undang-undang.

Pembuat undang-undang adalah rakyat sebab kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat dan sumber undang-undang adalah rakyat secara keseluruhan.

Pemerintahan berada di tangan rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat. Rakyat boleh menghukum penguasa jika ternyata penguasa melanggar undang-undang.

b.    Dictio Kedua menguraikan dasar-dasar gereja dan hubungannya dengan negara.

Marsilius menentang teori cahaya, ajaran dua belah pedang dan hadiah dari Constantin. Marsilius menginginkan  agar Paus dipillih oleh rakyat sehingga kekuasaan tertinggi diletakkan di tangan badan permusyawaratan gereja-gereja (concilie).

Dalam hubungan antara negara dan gereja, Marsilius berpendapat bahwa kedudukan gereja adalah di bawah negara sehingga gereja tidak berhak membuat undang-undang sebab hanya rakyat yang berhak untuk membuat undang-undang.

Page 29: Ilmu Negara

BAB III

TEORI SIFAT HAKEKAT NEGARA

(das Wesssen des Staates)

            Secara umum banyak sarjana atau para ahli yang mempunyai pendapat sendiri tentang sifat hakikat suatu negara berkaitan dengan  pandangan hidup yang dianutnya. Diantaranya adalah :

5.    Socrates

Menurut Socrates, setiap orang menginginkan kehidupan yang aman dan tentram. Oleh karena itu kemudian mereka  membentuk suatu kelompok dan tinggal di atas bukit. Socrates menyebut kelompok tersebut sebagai polis dan ia berpendapat bahwa  polis identik dengan masyarakat dan masyrakat identik dengan negara.

6.    Plato

Menurut Plato, negara  adalah keiginan manusia untuk bekerja sama untuk memenuhi kepentingan mereka. Plato adalah peletak dasar ajaran idealisme.

7.    Aristoteles

Aristoteles adalah murid Plato. Buku yang ditulisnya diantaranya adalah Eticha yang berisi ajaran tentang keadilan. Ajaran tentang negara ditulisnya dalam  Politica.

Aristoteles mengembangkan ajaran realisme.

Menurut Aristoteles, negara adalah gabungan dari keluarga sehingga menjadi kelompok yang besar. Kebahagiaan dalam negara akan tercapai jika  kebahagiaan individu sudah tercipta. Sebaliknya,  bila manusia ingin bahagia maka ia harus bernegara karena manusia saling membutuhkan dalam kepentingan hidupnya.

Selanjutnya, Aristoteles  berpendapat bahwa negara adalah  kesatuan manusia dan manusia tidak dapat terlepas dari kesatuannya.  Negara harus  menyelenggarakan kemakmuran bagi warganya, namun negara juga merupakan organisasi kekuasaan yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur agar tingkah laku manusia sesuai dengan tata tertib dalam masyarakat.

Page 30: Ilmu Negara

8.    F. Oppenheimer

Negara merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat.

9.    Leon Duguit

Negara adalah kekuasaan  orang-orang kuat yang memerintah orang lemah. Bahkan dalam negara modern, kekuasaan orang kuat diperoleh dari faktor-faktor politik.

10. R. Krannenburg

Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan, diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Jadi, menurut Krannenburg, yang harus ada lebih dahulu adalah sekelompok manusia yang  mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi dengan tujuan untuk memelihara kepentingan kelompok tersebut. Jadi,  yang terpenting (primer) adalah kompok manusia, sedangkan yan sekunder adalah negara.

11. Logemann

Negara pada hakeketnya adalah suatu organisasi kekuasaan maka organisasi itu memiliki kewibawaan. Artinya, negara dapat memaksakan kehendaknya     pada semua orang yang ada dalam organisasi.