ilmu negara
DESCRIPTION
politik, hukumTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Prawacana
Selama ini, mempelajari mempelajari negara masih tetap menjadi bagian
kegiatan akademis yang menarik kerena negara merupakan gejala sosial dan politik
yang dinamis dan niscaya bagi umat manusia. Bahkan, kalaupun negara-negara di
muka bumi ini menghilang, negara tetaplah menarik untuk dipelajari karena menarik
tidaknya suatu kajian, tidak sepenuhnya ditentukan oleh ada atau tidaknya objek
kajian, melainkan oleh ada atau tidaknya gejala objek kajian tersebut. Contohnya
negara Imperium Romawi.
Mempelajari negara merupakan bagian fundamental dari mempelajari
bangunan ilmu negara dan dengan mempelajari ilmu negara, kita telah membuka
gerbang ilmu kenegaraan berikutnya. Unsur terdasar dari bangunan teori adalah
konsep, jadi konsep negara merupakan hal yang fundamental dalam studi ilmu
negara.
B. Konsep-Konsep Negara
Konsep merupakan komponen terpenting untuk terciptanya suatu teori.
Konsep lahir dalam pikiran manusia sehingga bersifat abstrak. Pengertian konsep
menurut para ahli.
1. Kaplan, konsep adalah suatu konstrak (construct) yang dibentuk melalui proses
konseptualisasi.
2. Neuman, konsep didefinisikan sebagai suatu gagasan yang dinyatakan dalam
suatu simbol atau kata.
Dengan demikian, konsep negara adalah bahasan, gagasan, dan pikiran manusia dari
fenomena atau gejala yang bersifat kenegaraan.
Adapun konsep negara yang berkembang dewasa ini dapat disimak dari karya-karya
atau pemikiran-pemikiran para sarjana yang mempunyai hubungan dengan ilmu
negara atau ketatanegaraan. Berikut ini akan diuraikan sejumlah konsep negara dari
para ilmuan, filosof, dan teolog tempo dulu.
1
1. Organisasi Kebaikan Bersama (Public Good)
Socrates (469-399 SM)
Pikiran-pikiran Socrates mulai dikenal karena sering disebut oleh Plato dalam
bukunya. Misalnya, plato menyebut Socrates sebagai seorang filosof dan ahli negara.
Pemikiran Socrates tentang negara adalah bahwa negara bukanlah organisasi yang
dapat dibuat oleh manusia untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi merupakan jalan
susunan objektif berdasarkan pada hakikat manusia sehingga bertuagas menjalankan
peraturan-peraturan yang objektif mengandung keadilan dan kebaikan umum atau
bersama, tidak hanya melayani kebutuhan penguasa yang berganti-ganti orangnya.
Kenikmatan jiwa hanya dapat dicapai dengan keadilan objektif sejati.
Menurut Socrates, keadilan (justice) merupakan tujuan politik. Karena itu,
negara sebagai bagian dari lembaga politik memiliki tujuan akhir yang sama, yakni
keadilan guna mencapai kebaikan. Menurut Socrates, keadilan adalah melaksanakan
fungsi atau pekerjaan sendiri sebaik-baiknya tanpa mencampuri fungsi atau pekerjaan
orang lain.
Plato (429-347 SM)
Ia adalah murid setia Socrates yang banyak memperoleh tradisi keilmuan dan
filsafat gurunya. Pemikiran Plato dapat diketahui dari hasil karya-karyanya, yakni:
1. Politeia (negara)
Negara merupakan lembaga atau organisasi yang mementingkan kebajikan
umum atau kebaikan bersama. Kebajikan menurutnya adalah pengetahuan.
Negara yang ideal yakni negara yang menganut prinsip mementingkan
kebajikan umum atau kebaikan bersama. Menurutnya jika kesejahteraan ingin
terwujud , negara harus dipimpin oleh seorang yang berpengetahuan atau
filosof.
2. Politicos (ahli negara)
Dalam politicos, Plato mengatakan kewajiban warga negara untuk taat pada
hukum karena hanya dengan taat pada hukumlah masyarakat bisa tertib.
3. Nomae (undang-undang)
Pemerintahan yang baik dalam Nomae ialah pemerintahan yang diatur oleh
hukum. Seluruh warga negara dan pemerintah wajib taat pada hukum dan semua
orang adalah sama di hadapan hukum.
2
Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah murid Plato di akademia. Ia dikenal sebagai seorang
pemikir politik empiris-realis, berbeda dengan Plato yang dijuluki idealis-utopianis.
Karya terbesar Aristoteles di bidang pemikiran ketatanegaraan, diantaranya adalah
Politics; The Athenian Constitution.
Menurut Aristoteles, negara adalah lembaga politik yang paling paling
berdaulat meskipun bukan berarti negara tidak memiliki batasan kekuasaan. Tujuan
dibentuknya negara adalah mensejahterakan seluruh warga negara, bukan individu
ataupun golongan tertentu. Sedangkan tujuan negara sendiri adalah agar menusia
mencapai kebahagiaan. Ini artinya, negara merupakan organisasai politik yang
bertujuan menggapai kebaikan bersama berbentuk kebahagiaan dengan jumlah yang
terbesar. Dengan tercapainya kebaikan bersama, kebaikan individu akan tercapai
dengan sendirinya, khususnya dalam hal kesejahteraan dan kebahagiaan.
2. Organisasi Teokrasi
Santo Agustinus (354-430 SM)
Karya terbesar Agustinus adalah The City of God (Negara Tuhan). Dalam
karya ini menceritakan pemikiran Agustinus mengenai negara dan kekuasaan, yakni
sebuah produk interaksi-dialektis antara dirinya dengan realitas sosio-politik yang
mengitarinya. Negara terdiri dari dua bentuk, yaitu negara Tuhan dan negara
keduniawian. Dalam negara keduniawian terdapat kejujuran, keadilan, keluhuran, dan
kesejahteraan. Sementara dalam negara keduniawian diliputi nafsu, pengkhianatan,
kemaksiatan, kejahatan, dan kebobrokan.
Dalam negara Tuhan tidak dikenal konsep kekuasaan politik dalam pengertian
bentuk kekuasaan pemaksa dan alat kekerasan yang dilembagakan. Yang ada adalah
kepatuhan terhadap Tuhan sebagai implementasi langsung dari kedaulatan Tuhan.
Unsur penting negara Tuhan adalah keadilan dan perdamaian. Keadilan adalah nilai
fundamental dalam negara Tuhan karena tanpa nilai keadilan negara Tuhan tidak
mungkin terbentuk dan dengan adanya keadilan akan tercipta kedamaian sosial.
Perdamaian di mana negara berkewajiban menegakkan perdamaian yang mempunyai
tujuan yaitu manusia dapat mengabdikan diri kepada Tuhan.
3
Negara Tuhan telah diciptakan sebelum manusia ada dan bahkan sebelum
alam semesta diciptakan serta sebelum ada negara duniawi. Tuhan dalam negara
Tuhan memiliki kekuasaan atau kedaulatan tertinggi. Sehingga ketaatan dan loyalitas
tertinggi manusia tidak boleh ditujukan kepada negara namun hanya boleh ditujukan
kepada Tuhan.
Ibn Abi Rabi’
Membahas mengenai negara atau kota berdasarkan kenyataan sosial bahwa
manusia adalah jenis makhluk yang saling memerlukan satu sama lainnya untuk
mencukupi segala kebutuhannya. Keinginan mencukupi kebutuhan agar bertahan
hidup, dan untuk memperolehnya diperlukan kerja sama, mendorong mereka
berkumpul di suatu tempat, agar mereka bisa saling mendorong dan memberi. Proses
itulah yang menyebabkan terbentuknya kota-kota dan akhirnya menjadi negara.
Dalam memahami manusia sebagai makhluk sosial, dapat dikaitkan dengan
keyakinan dan paham agama yang ia pegang. Sumber kekuasaan bagi seorang
pemimpin masyarakat atau kepala negara berasal dari Tuhan. Untuk mendirikan
negara setidaknya diperlukan lima unsur dan sendi yaitu wilayah, raja atau penguasa,
rakyat, keadilan, dan pengelola negara.
Al-Ghazali (1058-1111 M)
Tentang asal mula timbulnya negara, beliau berpendapat bahwa manusia
adalah makhluk sosial. Manusia diciptakan oleh Allah tidak bisa hidup seorang diri, ia
butuh berkumpul bersama yang lain, makhluk sejenisnya karena kebutuhan akan
keturunan demi kelangsungan hidup umat manusia dan saling membantu dalam
penyediaaan bahan makanan, pakaian, dan pendidikan anak.
Tujuan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara untuk mempersiapkan
diri bagi kehidupan yang sejahtera di akhirat nanti melalui pengalaman dan
penghayatan ajaran agama secara betul. Kewajiban mengangkat seorang kepala
negara atau pemimpin negara tidak berdasarkan rasio, tetapi berdasarkan keharusan
agama. Keberadaan raja merupakan keharusan bagi ketertiban agama, dan ketertiban
agama merupakan keharusan bagi tercapainya kesejahteraan akhirat nanti.
Dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup rakyat, seperti ketertiban,
keamanan, dan kesejahteraan, negara memerlukan sejumlah unsur yang menjamin
tegaknya negara, yakni pertanian untuk menghasilkan bahan makanan,
4
pengembalaan untuk menghasilkan binatang ternak, perburuan dan peternakan untuk
menghasilkan binatang buruan dan barang tambang yang tersimpan di dalam perut
bumi, pemintalan untuk menghasikan pakaian, pembangunan untuk menghasilkan
tempat tinggal, politik untuk mengelola negara, mengatur kerja sama antara warga
negara untuk menjamin kepentingan bersama, menyelesaikan sengketa dan
melindungi ancaman dan bahaya yang datang dari dalam maupun luar.
Kekuasaan kepala negara adalah suci. Untuk terpilih menjadi kepala negara
atau raja, setidaknya ada sepuluh syarat yang mesti terpenuhi, yaitu dewasa, otak yang
sehat, merdeka dan bukan budak, laki-laki, keturunan Quraisy, pendengaran dan
penglihatan yang sehat, kekuasaan yang nyata, hidayah, ilmu pengetahuan, dan
kehidupan yang bersih dengan kemampuan mengendalikan diri, tidak berbuat hal-hal
yang terlarang dan tercela.
3. Organisasi Kekuasaan
Niccolo Machiavelli (1469-1527 M)
Hidup pada zaman Reinaissansce. Beberapa pemikiran Machiavelli dalam
hubungannya dengan negara sebagai organisasi kekuasaan yaitu pertama, kekuasaan
dan negara hendaknya dipisahkan dari moralitas dan tuhan. Kedua, kekuasaan sebagai
tujuan, bukan instrumen untuk mempertahankan nilai-nilai moralitas dan agama. Jadi
Machiavelli berpendapat bahwa justru agama dan nilai moralitas harus dijadikan suatu
alat untuk mencapai kekuasaan. Ketiga, penguasa yang baik harus mengejar kejayaan
dan kekayaan karena keduanya merupakan nasib mujur yang dimiliki oleh penguasa.
Keempat, kekuasaan merupakan raison d’ entre negara di mana negara merupakan
simbolisasi kekuasaan politik tertinggi yang sifatnya mencakup semua.
Kelima, dalam mempertahankan kekuasaan setelah merebutnya,
memusnahkan, membumihanguskan seluruh negara, dan membunuh seluruh keluarga
penguasa lama serta melakukan kolonisasi dan menjalin hubungan baik dengan negara
tetangga terdekat. Keenam, Machiavelli juga mengungkapkan bahwa kekuasaan yang
didapatkan secara keji dan jahat bukan merupakan nasib baik. Jika ia melakukan
kekejaman, hendaklah mengiringinya dengan tindakan simpatik, kasih sayang kepada
rakyat, dan menciptakan ketergantungan rakyat kepadanya. Hal ini dapat
menghindari terjadinya pemberontakan.
5
Ketujuh, seorang penguasa perlu mempelajari sifat yang terpuji maupun yang
tidak terpuji. Untuk mencapi tujuan, menghalalkan segala cara atau cara apa pun dapat
dilakukan. Kedelapan, penguasa negara dapat menggunakan cara binatang dalam
menghadapi lawan-lawan politiknya. Kesembilan, seorang penguasa yang mempunyai
sikap yang jelas apakah sebagai musuh atau kawan akan lebih dihargai daripada
bersikap netral.
Thomas Hobbes (1588-1645 M)
Hobbes mengibaratkan negara sebagai leviathan, yakni sejenis monster yang
ganas, menakutkan, dan bengis yang terdapat dalam kisah Perjanjian Lama. Leviathan
sangat ditakuti dan dipatuhi segala perintahnya. Negara ini menimbulkan rasa takut
bagi siapapun yang melanggar hukum negara. Negara Leviathan hurus kuat karena
apabila lemah, akan timbul anarki, perang sipil mudah meletus, dan mengakibatkan
kekuasaan negara terbelah. Negara dalam versi Hobbes adalah organisasi yang
memiliki kekuasaan mutlak meskipun bisa melahirkan despotis namun jauh lebih baik
daripada kekuasaan yang terbagi-bagi yang akan menimbulkan perang.
Titik tekan filsafat dan asumsi Hobbes adalah keadaan alami manusia yakni,
manusia cenderung mempunyai insting hewani yang kuat dan menggunakannya untuk
mencapai tujuan. Manusia akan menjadi serigala bagi manusia lainnya, semua
manusia akan berperang melawan semua, dalam keadaan alamiah manusia saling
membunuh, sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh manusia dan nalar
manusia untuk berdamai sehingga manusia merasa membutuhkan ‘kekuasaan
bersama’ yang bisa menghindari pertumpahan darah.
Kontrak sosial atau perjanjian sosial antarindividu atau antarkelompok
manusia. Hobbes berpandangan bahwa terbentunya sebuah negara atau kedaulatan
pada hakikatnya merupakan sebuah kantrak atau perjanjian sosial. Perjanjian itu
bukan antarindividu dengan negara melainkan antarindividu yang satu dengan
lainnya. Oleh karena itu, negara berdiri bebas dan tidak terikat oleh perjanjain. Negara
bebas melakukan apa saja yang dikehendaki, terlepas apakah sesuai atau tidak dengan
kehendak individu.
Negara dan kekuasaan (State and Fower) bahwa negara perlu kekuatan mutlak
untuk mengatur individu atau manusia. Untuk menunjang kekuasaannya, seorang
penguasa monarki memiliki hak-hak istimewa seperti memilih penggantinya dengan
syarat penggantinya itu melakukan kewajibannya sebagai penguasa negara.
6
4. Organisasi Hukum
Thomas Aquinas (1226-1274 M)
Pemikirannya dipengaruhi oleh Aristoteles dan Ibnu Rusyd yang merupakan
filosof Muslim terkemuka yang ajarannya di Barat dikenal dengan nama Averoisme.
Selain itu pemikirannya juga dipengaruhi oleh realitas sosial-politik dan kebangkitan
gerakan rasionalisme di Eropa.Menurut Thomas, negara dan kekuasaan tidak bisa
lepas dari hukum kodrat atau hukum alam (natural law). Hukum alam merupakan
partisipasi makhluk rasional dalam hukum abadi, sedangkan hukum abadi adalah
kebijaksanaan dan akal budi abadi Tuhan. Eksistensi negara bersumber dari sifat
alamiah manusia, seperti wataknya yang bersifat sosial dan politis. Hukum kodrat
inilah yang sesungguhnya yang mendasari perilaku dan aspirasi manusia membentuk
negara.
Mengapa manusia secara alamiah membutuhkan negara? Pertama, karena
manusia adalah bagian integral dari alam. Manusia tidak hanya bergantung dan
membutuhkan manusia lain, melainkan berbagai substansi alam. Kedua, sisi lain
watak ilmiah manusia adalah manusia bertindak sesuai dengan inteligensinya karena
manusia adalah makhluk yang berpikir. Ketiga, seorang manusia sederjat berhadapan
dengan manusia lainnya.
Tuhan adalah penguasa alam semesta. Sehingga semua bentuk kekuasaan apa
pun, datang dan berasal dari Tuhan. Negara dan kekuasaan tidak terlepas dari semua
itu. Dengan demikian, negara atau kekuasaan politik merupakan suatu lembaga yang
bersifat ketuhanan. Meskipun demikian negara sebagai bentuk simbolik dan
akumulasi kekuasaan politik tetap merupakan suatu organanisasi manusia yang terikat
pada hukum manusia. Kekuasaan dari Tuhan, tetapi berbagai formasi politik yang
dimungkinkan dengan pelaksanaan kekuasaan ini merupakan hasil dari hukum alam
karena negara adalah alami.
John Locke (1632-1704 M)
Diawali oleh pandangannya terhadap keadaan alamiah manusia. Keadaan
alamiah menurut John Locke jauh dari gambaran Hobbes. Keadaan alamiah John
Locke merujuk pada keadaan hidup manusia dalam kedamaian, kebajikan, saling
melindungi, penuh kebebasan, tak ada rasa takut, dan penuh kesetaraan. Manusia
dalam keadaan alamiah pada dasarnya baik, selalu terobsesi untuk berdamai dan
7
menciptakan perdamaian, saling menolong dan memiliki kemauan dan menggenal
hubungan-hubungan sosial. Akal senantiasa membuat manusia berperilaku rasional
dan tidak merugikan manusia lain. Akal disebut sebagai “Suara Tuhan”.
Keadaan alamiah yang penuh damai itu berubah setelah manusia menemukan
sistem moneter dan uang. Ada sebagian individu yang lebih kaya dari individu
lainnya. Mereka yang miskin dan tersisih, memendam kemarahan dan kebencian
kepada orang-orang kaya. Sesungguhnya mereka inilah yang semestinya dibela. Jika
mereka dijadikan objek kekerasan dan penindasan serta hak-haknya dirampas, lahirlah
keadaan perang.
Berkaitan dengan itu, John Locke menekankan pentingnya kesamaan sebab
kesamaan di antara manusia merupakan hukum kodrat yang membedakan secara
signifikan keadaan alamiah dan keadaan perang. Ada dua prinsip penting dalam
pemikiran Locke. Pertama, prinsip bahwa manusia memiliki kemampuan yang sama
untuk mengetahui hukum moral. Kedua, prinsip akan kepercayaan dalam kompetisi
kebajikan merupakan gagasan Locke yang radikal.
Selain didasari oleh pandangannya tentang keadaan alamiah, pemikiran
kenegaraannya juga didasari oleh pandangannya tentang hukum dan hak asasi
manusia dimana manusia dilahirkan dengan memiliki kebebasan hak asasi. Negara
bersifat konstitusional, yakni membatasi kekuasaan negara. Hubungan keduanya dapat
dijumpai ketika manusia membutuhkan penjaga hak asasi yang dimiliki mereka
seperti kebebasan dan hak hidup. Hal yang paling penting dari teori John Locke
tentang penegakkan HAM dan kekuasaan hukum adalah dua macam perjanjian
masyarakat, yaitu pactum unionis dan pactum subjektionis. Pada tahap pertama
diadakan pactum unionis, yaitu perjanjian antarindividu untuk membentuk ‘body
politik’, yaitu negara. Dan tahap kedua yaitu pactum subjektionis di mana kemudian
pada tahap kedua para individu yang membentuk body politik bersama-sama
menyerahkan hak untuk mempertahankan kehidupan dan hak untuk menghukum yang
bersumber dari hukum alam.
Perjanjian masyarakat ini menghasilkan kekuasaan yang terbatas di mana
kalau penerima kuasa satu orang akan membentuk monarki terbatas atau monarki
konstitusional karena pembatasan-pembatasan kekuasaan raja dimuat dalam
konstitusi. Yang membatasinya yaitu saat penyerahan kekuasaan pada raja, rakyat
tidak menyerahkan kebebasan dan hak-hak asasi kepada raja dan letak pembatasnya
ialah pada perjanjian masyarakat yaitu pactum subjektionis. Perjanjian itu mengikat
8
pada pihak-pihak yang mengadakannya, dengan kata lain perjanjian masyarakat itu
sama dengan hukum yang berarti sama dengan kekuasaan raja dibatasi oleh hukum.
John Locke merupakan pelopor gagasan ‘negara konstitusional’. Menurutnya,
munculnya negara otoriter dapat dihindari dengan adanya pembatasan kekuasaan
negara. Hal itu dilakukan dengan memisahkan kekuasaan politik ke dalam tiga
bentuk:
1. Kekuasaan legislatif (legislative Power) yaitu kekuasaan pembuat undang-
undang.
2. Kekuasaan eksekutif (executive power) yaitu kekuasaan pelaksana undang-
undang.
3. Kekuasaan federative (federative power)
Jadi kita tahu bahwa John Locke merupakan orang pertama yang mengemukakan
pemikiran tentang pembagian kekuasaan.
Montesquieu (1688-1755 M)
Beliau adalah filosof politik Prancis yang memberikan semangat besar
terhadap perkembangan pemikiran hukum dan politik. Montesquiue juga merupakan
perintis dalam filsafat sejarah dan pendekatan sosiologis pada masala politik dan
hukum. Segala gagasan Montesquieu tentang politik atau negara tertuang dalam
karya-karyanya, pertama Surat-Surat Persia. Banyak kritik dan kecaman tajam
ditujukan kepada pemerintah dan kondisi sosio-kultural masyarakat Prancis yang
berkembang pada karyanya itu, antara lain:
1. Terhadap kebiasaaan kebudayaan masyarakat Prancis yang hipokrit (munafik),
dia menyebutnya sebagai hipocrity cultural.
2. Kritik terhadap kesewenang-wenangan Kaisar Louis Xiv dan kekuaasan Paus.
3. Kritik pada kaum intelektual yang cenderung banyak berkhayal (utopis) tanpa
berbuat status.
4. Kritik pada agama. Menurutnya, walaupun agama tidak ada, keadilan tetap harus
diagungkan.
5. Kritik akan perkawinan incest dan poligami yang dilakukan oleh islam.
6. Kritik tentang bunuh diri individu dan politik.
7. Model pemerintahan yang paternal pantas dipertahankan karena pemerintah
terbaik adalah mengikuti kehendak rakyatnya.
9
8. Menetapkan dua prinsip penting teori politik yaitu, semua masyarakat bersandar
pada solidaritas kepentingan dan suatu masyarakat bebas hanya ada di atas dasar
penggabungan keutamaan warga negara.
Kedua, sejarah kebesaran dan kejatuhan Romawi yang diterbitkan di Belanda
pada tahun 1734 secara anonim. Dalam buku ini dapat ditemukan dua sebab
kehancuran bangsa yaitu, pertama kebijakan konstitusional pokok pemerintahan yang
dilih berganti dan kedua semangat rakyat untuk melakukan perubahan. Studinya
tentang masalah ini membawanya pada konsep yang dikembangkan dalam the Spirit
of Laws.
Ketiga, karya besar Montesquieu adalah semangat hukum (the Spirit of
Laws). Dalam karya ini, pemikirannya antara lain:
1. Hukum dan bentuk pemerintahan yang ditentukan oleh banyaknya orang yang
berkuasa dan prinsip nilai yang digunakan. Pemerintahan dibagi menjadi tiga
macam yaitu republik, monarki dan despotis. Bentuk negara yang ideal adalah
republik yang mengacu pada bentuk republik zaman Yunani Kuno meskipun
bentuk negara monarki juga dianggap baik jika penguasa bersangkutan mematuhi
hukum.
2. Gagasannya tentang Trias Politica yang memisahkan kekuasaan negara menjadi
tiga bentuk kekuasaan yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pemisahan ini
bertujuan membatasi kekuasaan raja dan menghindari kekuasaan mutlak yang
sewenag-wenang.
3. Dua faktor utama yang membentuk watak masyarakat yaitu secara fisik dan moral.
Faktor fisik yang utama adalah iklim dan letak geografis yang mengakibatkan
munculnya mental tertentu, sedangkan faktor moralnya juga berpengaruh penting
terhadap agama, hukum, kebiasaan, ekonomi, dan perdagangan.
4. Masalah undang-undang ekonomi memperbaiki sekaligus merusak tata krama dan
nilai moral. Selain itu ada hubungan antara perdagangan dan pemerintahan.
5. Organisasi Kedaulatan Rakyat
Al-Mawardi (975-1059 M)
Konsep tentang negara dimulai mengenai hakikat manusia sebagai makhluk
sosial. Manusia adalah makhluk lemah dan paling banyak kebutuhannya. Manusia
memerlukan kerja sama. Karena manusia dianugerahkan akal manusia yang lemah
10
dan mempunyai banyak kebutuhan kemudian terdorong untuk bersatu dan saling
menolong kemudian sepakat untuk mendirikan negara.
Dari segi politik, negara memerlukan enam sendi utama yaitu agama yang
dihayati, penguasa yang berwibawa, keadilan yang menyeluruh, keamanan yang
merata, kesuburan tanah yang berkesinambungan, dan harapan keberlangsungan
hidup. Seorang kepala negara adalah pemimpin agama di satu pihak dan pemimpin
politik di pihak lain. Yang memilih kepala negara menurut Al-Mawardi adalah para
ulama, cendekiawan, dan pemuka masyarakat. Proses pengangkatan kepala negara
merupakan persetujuan dua belah pihak antara pemilih dan yang dipilih yang
mengadakan perjanjian atas dasar sukarela.Sumber kekuasaan negara adalah rakyat
atau masyarakat. Negara adalah organisasi kedaulatan rakyat.
J.J Rousseau (1712-1778 M)
Pandangan negara sebagai organisasi kedaulatan rakyat dapat dilihat dari
pandangannya tentang teori kontrak sosial yang mengatakan bahwa negara adalah
sebuah produk perjanjian sosial. Individu-individu dalam masyarakat sepakat untuk
menyerahkan sebagian hak, kebebasan, dan kekuasaan yang dimilikinya kepada suatu
‘kekuasaan bersama’. Kekuasaan bersama tersebut kemudian disebut negara,
kedaulatan rakyat atau tergantung bagaimana kita melihatnya.
Negara diberi mandat oleh rakyat untuk mengatur, mengayomi, dan menjaga
keamanan maupun harta benda mereka. Negara harus selalu berusaha mewujudkan
kehendak umum. Dari segi ini, konsep negara berdasarkan kontrak sosial merupakan
antitesis terhadap hak-hak ketuhanan raja dan kekuasaan negara.
6. Organisasi Integralistik
George F. Hegel (1770-1831 M)
Negara dalam pemikiran Hegel adalah penjelmaan ‘Roh Absolut’ sehingga
kekuasaannya melampaui hak-hak transendental individual. Konsep negara
integralistik dari Hegel sering disamakan dengan konsep negara persatuan. Negara
merupakan bentuk akhir manusia yang tujuannya untuk memberikan kebebasan yang
sempurna kepada manusia. Manusia tidak dapat berdiri sendiri sehingga makna hidup
akan tercipta jika individu menyerahkan diri kepada negara.
11
Prof. Soepomo
Bapak pendiri NKRI. Konsep integralistik ini mengacu pada suatu tatanan
integral yang semua kelompok sosial maupun individu secara organis terkait satu
sama lainnya. Tidak boleh ada diskriminasi sedikit pun dalam bentuk apapun dalam
kehidupan bernegara. Individu, masyarakat, atau rakyat merupakan bagian organik
dari negara. Negara merupakan perwujudan seluruh rakyat. Negara model ini sangat
mementingkan kesatuan dan persatuan. Negara yang menggunakan model negara
integralistik yaitu negara Jepang dan Nazi Jerman.
Dari sejumlah pandangan tentang negara di atas, konsep negara dapat ditarik
dalam empat perspektif atau sudut pandang utama dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
No. Perspektif Titik Tolak Operasional Konsep
1. Politis Kekuasaan: Negara sebagai
organisasi kekuasaan.
Kemungkinan untuk melaksanakan
kehendak sendiri dalam kerangka suatu
hubungan sosial.
2. Sosiologis Masyarakat: Negara sebagai
kenyataan masyarakat.
Sejumlah manusia dalam arti seluas-
luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama.
3. Yuridis Hukum: Negara sebagai
organisasi hukum.
Segala peraturan yang dibuat untuk
mengatur tata tertib kehidupan manusia.
4. Religis Tuhan: Negara sebagai
implementasi kadaulatan
Tuhan di bumi.
Suatu kepercayaan yang dianut oleh
umat manusia untuk menemukan
hakikat hidup dan hubungannya dengan
Tuhan.
C. DEFINISI DAN OBJEK ILMU NEGARA
Ilmu negara merupakan ilmu dan dan pengetahuan yang didasarkan pada
kerangka ontologis (hakikat apa yang dikaji), epistemologis (bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan), dan aksiologis (nilai kegunaan ilmu). Dalam kajiannya
dapat ditelusuri melalui cara sistematis, yaitu dengan mendeskripsikan lokus dan
fokus kajiannya. Negara berasal dari bahasa asing yaitu staat (bahasa Belanda dan
Jerman), state (bahasa Inggris), dan etat (bahasa Prancis) yang diambil dari bahasa
latin yakni status atau statum yang berarti keadaan yang tegak dan tetap.
12
Berikut beberapa pengertian negara menurut para ahli.
1. George Jellinek, negara merupakan organisasi tertinggi dari bangunan satu sisi dan
bangunan masyarakat di sisi lain.
2. Roger H. Soltau, negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.
3. Prof. Mr. Soekarno, negara ialah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah
tertentu, dan kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai kedaulatan.
Dari beberapa pandangan diatas, dipahami secara sederhana bahwa negara adalah
organisasi tertinggi yang memiliki teritorial dan kekuasaan untuk mengatur dan
memelihara rakyatnya di bawah perundang-undangan yang jelas dan tegas.
Pengertian ilmu negara menurut Prof Dr. M. Solly Lubis, S.H, ilmu negara
sebagai ilmu yang mempelajari negara secara umum, mengenai asal mulanya,
wujudnya, lenyapnya, perkembangannya, dan jenis-jenisnya. Objek kajian ilmu
negara adalah negara dan pembahasannya menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat
umum atau pada teori-toeori umum. Sedangkan ilmu hukum tata negara membahas
sebuah negara secara khusus serta alat-alat perlengkapan negara. Ilmu negara bersifat
praktis, ilmu negara cenderung bersifat teoritis.
D. Metode Dalam Ilmu Negara
Ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki beberapa metode
dalam menyelidiki objek-objek kajiannya yakni metode induktif dan deduktif. Metode
induktif ialah mempelajari gejala-gejala khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah
umum untuk diterapkan pada lapangan yang lebih luas. Sementara itu, metode
deduktif ialah mempelajari gejala dengan terlebih dahulu menggunakan kaidah-kaidah
umum untuk kemudian digunakan untuk menjelaskan keadaan atau gejala khusus.
E. Fungsi Ilmu Negara
Fungsi ilmu negara bagi mahasiswa ilmu hukum adalah sebagai kompetensi
dasar perkuliahan. Sementara bagi jurusan lain adalah mata kuliah penunjang. Namun
demikian, terdapat kesamaan fungsi ilmu negara di hampir semua jurusan atau
program studi yakni sebagai mata kuliah pengantar.
F. Hubungan Ilmu Negara Dengan Ilmu Lainnya
13
Ilmu negara dalam perkembangannya membantu dan sekaligus dibantu oleh
perkembangan ilmu-ilmu lainnya. Pertama, ilmu lain yang menjadi kelanjutan dari
ilmu negara adalah hukum tata negara, hukum tata usaha negara, hukum administrasi
negara, dan hukum internasional. Kedua, ilmu pengetahuan lain yang sangat penting
fungsinya bagi ilmu negara, yaitu sejarah, sosiologi, ekonomi, zoology, etika, dan
geografi.
14
BAB 2
ASAL MULA NEGARA
Terdapat dua pendekatan tentang asal mula negara yaitu pendekatan faktual
dan pendekatan teoritis.
A. Pendekatan Faktual
Pendekatan faktual didasarkan pada kenyataan yang benar-benar terjadi, yang dapat
ditelusuri dari pengalaman dan sejarah. Pendekatan faktual sering disebut para ahli
sebagai penjelasan sekunder, yaitu pembahasan tentang terjadinya negara yang
dihubungkan dengan negara-negara yang telah ada sebelumnya. Jadi yang penting
dari pembahasan terjadinya negara sekunder ini adalah masalah pengakuan. Karena
itu, kenyataan sejarah menunjukkan bahwa suatu negara dapat dibentuk, antara lain
disebabkan oleh:
1. Suatu wilayah atau daerah yang belum dikuasai kemudian diduduki oleh suatu
bangsa maka daerah itu berubah menjadi suatu negara.
2. Suatu wilayah atau daerah yang semula termasuk wilayah negara tertentu,
kemudian melepaskan diri dari negara itu dan menyatakan kemerdekaannya.
3. Beberapa negara mengadakan peleburan (fusi) dan menjadi suatu negara baru.
4. Suatu negara pecah dan lenyap, kemudian di atas bekas wilayah negara itu timbul
negara yang baru. Misalnya Colombia yang pecah menjadi negara baru, yaitu
Venezuela dan Colombia Baru.
B. Pendekatan Teoritis
Pendekatan ini didasarkan pada penggunaan metode falsafah, yaitu membuat dugaan-
dugaan berdasarkan kerangka pemikiran yang logis. Pendekatan teoritis sering disebut
para ahli sebagai penjelasan secara primer, yakni pembahasan tentang terjadinya
negara yang tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya. Di antara
teori-teori tersebut adalah teori ketuhanan, teori hukum alam, teori kekuasaan, teori
perjanjian masyarakat, teori organis, dan teori garis kekeluargaan.
1. Teori Ketuhanan
Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa segala kejadian di jagat raya ini
terjadi karena kehendak Tuhan. Suatu negara tidak akan terjadi, jika tuhan belum
menghendakinya. Kekuasaan kepala negara sesungguhnya dipindahkan dari Tuhan
15
atau dewa-dewa kepada manusia sehingga masalahnya tidak dapat dipecahkan secara
ilmu pengetahuan oleh manusia biasa.
Penganut teori ini adalah Friedrich Julius Stahl (1802-1861) dan Abu Al A’la
Al-Maududi (1903-1979). Friedrich menyatakan bahwa “Negara bukan tumbuh
disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luar, melainkan disebabkan perkembangan
dari dalam. Ia tidak tumbuh disebabkan kehendak manusia, melainkan disebabkan
kehendak Tuhan.” Sementara Maududi menyatakan bahwa “kekuasaan tertinggi, yang
dalam istilah politik disebut kedaulatan, terdapat pada Allah, sedangkan umat manusia
hanyalah pelaksana-pelaksana kedaulatan Allah sebagai Khalifah di muka bumi ini.”
2. Teori Hukum Alam
Hukum alam bukan merupakan hukum buatan negara, melainkan hukum yang
berlaku menurut keadaan alam. Hukum ini berlaku universal, yaitu tidak berubah,
berlaku setiap waktu dan tempat. Hukum alam disebut juga dengan istilah ius
naturale. Ada pendapat dri para ahli bahwa hukum alam berakar pada agama dan ada
juga yang berpendapat bahwa hukum alam sebagai hasil pikiran sehat. Terdapat
beberapa ahli yang menganut teori ini seperti yang telah di uraikan pada bab
sebelumnya.
Menurut Ibnu Kholdun, manusia diciptakan oleh Tuhan yang hanya dapat
hidup dengan bantuan makanan. Namun manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan
seorang diri karena memiliki keterbatasan. Sehingga antar manusia perlu bekerjasama.
Tuhan memberi tiap-tiap manusia kelebihan dan kekurangan serta pikiran dan bakat
yang berbeda-beda. Sehingga mereka harus bekerja sama satu dengan yang lain dan
untuk itu perlu adanya organisasi masyarakat yang disebut negara. Disini teorinya
berlandaskan agama di mana Tuhan tetap menjadi sandaran bagi hukum alam.
Hugo de Groot adalah sarjana Belanda. Menurutnya hukum alam adalah
mutlak. Manusia menilai perbuatanya berdasarkan akal manusia apakah baik atau
buruk. Manusia sendiri mempunyai sifat berbuat baik kepada sesama manusia atau
dengan kata lain manusia mempunyai hasrat kemasyarakatan.
3. Teori Kekuasaan
Negara itu terbentuk karena kekuatan atau kekuasaan. Menurut Karl Marx
negara adalah hasil pertarungan antara kekuatan-kekuatan ekonomis dan negara
merupakan alat pemeras bagi mereka yang lebih kuat terhadap yang lemah dan negara
16
itu akan lenyap kalau perbedaan kelas itu tak ada lagi. Menurutnya, lahirnya negara
untuk pertama kali adalah bersamaan dengan munculnya hak milik pribadi yang
melahirkan dua kelas. Pertama kelas borjuis yang ingin mempertahankan pola
produksinya sehingga memerlukan organisasi pemaksa yang disebut negara dan kedua
yaitu kelas bukan pemilik alat-alat produksi.
Pandangan yang sama oleh Harold J. Laski yang berpandangan bahwa setiap
pergaulan hidup memerlukan organisasi pemaksa, untuk menjamin kelanjutan
hubungan prosuksi yang tetap. George Jellinek menyatakan negara adalah kesatuan
yang dilengkapi dengan kuasa memerintah bagi orang-orang yang diam di dalamnya,
dan bahwa memerintah ialah mampu melaksanakan kemauan sendiri terhadap orang
lain. Jadi, teori kekuasaan adalah teori yang menyatakan bahwa orang kuatlah yang
pertama-tama mendirikan negara, karena dengan kekuatannya itu, ia mampu untuk
melaksanakan kehendaknya kepada orang lain.
4. Teori Perjanjian Masyarakat
Teori perjanjian masyarakat bertitik tolak pada anggapan bahwa sebelum ada
negara, manusia hidup secara sendiri-sendiri dan nomaden di mana belum ada
masyarakat dan peraturan sehingga kehidupan pada waktu itu sangat kacau. Dengan
keadaan demikian, manusia menggunakan akalnya melakukan perkumpulan
kemudian mengadakan perjanjian dalam rangka saling memelihara keselamatan hidup
dan kepemilikan harta. Perjanjian masyarakat itu adlah mendirikan oranisasi
kekuasaan bersama, yakni sebuah negara. Perjanjian antar kelompok masyarakat yang
melahirkan negara disebut pactum unionis. Sementara perjanjian antarkelompok
masyarakat dengan penguasa disebut pactum subjectionis.
Thomas Hobbes adalah tokoh yang menekankan pactum subjectionis, bahwa
dengan kesempatan membentuk negara, rakyat menyerahkan semua hak secara
alamiah untuk diatur sepenuhnya oleh kekuasaan negara. Oleh karena itu menurutnya
negara itu harusnya berbentuk kerajaan mutlak atau monarki absolut.
Berbeda dengan Hobbes, John Locke menekankan pada kedua pactum. John
Locke juga dianggap sebagai Bapak Hak Asasi Manusia karena teorinya yang
menyatakan bahwa mayoritas anggota suatu masyarakat membentuk persatuan
kemudian anggota masyarakat menjadi subjek negara, namun negara tidak berkuasa
secara absolut, tetapi tetap ada hak-hak pribadi manusia yang ada pada masing-
masing individu.
17
Sementara itu, J.J. Rousseau menulis hanya ada pactum unionis namun bukan
berarti hak individu untuk diatur oleh negara, justru rakyat yang memiliki wakilnya
serta menyusun aparatur pemerintah. Maka dari itu Rousseau dianggap sebagai
peletak dasar teori kedaulatan rakyat.
5. Teori Organis
Teori organis menyatakan bahwa negara adalah suatu organisme. Negara
tumbuh sebagai hasil suatu evolusi seperti makhluk hidup lainnya. Misalnya, negara
bermula dari pola kerja sama antarorganisasi sederhana, kemudian meningkat secara
bertahap ke dalam bentuk yang lengkap dan jelas yang kemudian lahirlah negara.
Selain sebagai teori mengenai asal mula negara juga sebagai teori hakikat negara.
6. Teori Garis Kekeluargaan
Teori ini menerangkan bahwa negara dapat terbentuk dari perkembangan suatu
keluarga yang menjadi besar kemudian bersatu membentuk negara. Teori ini juga
disebut sebagai teori perkembangan suku, dimana orang-orang yang mempunyai
hubungan darah berkembang menjadi suatu suku lalu berkembang lagi sehingga
membentuk suatu negara.
18
BAB 3
UNSUR-UNSUR
DAN ASPEK-ASPEK NEGARA
A. Unsur-Unsur Negara
Negara tediri dari beberapa unsur pembentuk. Unsur-unsur tersebut ada yang bersifat
mutlak atau konstitutif dan ada yang bersifat deklaratif. Unsur pertama yaitu yang
bersifat konstitutif merupakan syarat mutlak yang menurut rumusan Konvensi
Montevidio tahun 1933 antara lain terdiri dari rakyat, wilayah, dan pemerintah yang
berdaulat. Sedangkan unsur-unsur yang bersifat tambahan atau deklaratif yaitu
pengakuan dari negara lain.
1. Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang berdiam di dalam suatu suatu negara atau
menjadi penghuni negara. Rakyat merupakan salah satu unsur terpenting karena
manusialah yang pertama berkepentingan agar organisasi negara dapat berjalan
dengan baik. Dalam perkembangannya, sebutan penghuni negara selain rakyat, juga
digunakan istilah bangsa. Rakyat diartikan sebagai sekelompok manusia yang
memiliki kebudayaan adat istiadat, sedangkan bangsa diartikan sebagai cita-cita.
Rakyat biasanya dibedakan menjadi 2 yaitu penduduk dan bukan penduduk
serta warga negara dan bukan warga negara. Penduduk adalah mereka yang bertempat
tinggal atau berdomisili di dalam wilayah negara, sedangkan bukan penduduk ialah
mereka yang berada di dalam wilayah negara, tetapi tidak bermaksud bertempat
tinggal di nagara itu. Sementara itu, warga negara adalah mereka yang berdasarkan
hukum merupakan anggota dari suatu negara. Pembagian tersebut menimbulkan
perbedaan hak dan kewajiban tertentu.
Ada tiga unsur dasar atau asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
yaitu asas keturunan atau pertalian darah (ius sanguinas), asas kedaerahan atau
teritorial (ius soli), dan asas pewarganegaran atau naturalisasi. Seseorang akan
mungkin memiliki kewarganegaraan rangkap (bipatride) dan tidak memiliki
kewarganegaraan (apatride) karena setiap negara memiliki asas yang berbeda dalam
menentukan kewarganegaraan. Terdapat empat status istilah warga negara yaitu status
positif, status negatif, status aktif, dan status pasif.
19
2. Wilayah
Tanpa adanya wilayah dengan batas-batas tertentu, suatu negara tidak akan
dianggap kedaulatannya dan eksistensinya. Peranan wilayah bagi negara adalah
pertama, sebagai tempat menetap rakyat dan tempat pemerintah menyelenggarakan
pemerintahannya dan kedua sebagai simbol kedaulatan dan integritas kewilayahan.
Wilayah negara ini meliputi daratan, lautan, udara, dan daerah ekstrateritorial.
Pertama, batas wilayah daratan biasanya ditentukan dalam perjanjian dengan
negara tetangga yang berbatasan langsung dengan negara, pembatas yang digunakan
biasanya dengan memberikan batas buatan ataupun batas alamiah. Kedua, lautan
adalah seluruh wilayah lautan di suatu negara dengan batas-batas tertentu yang
disebut laut teritorial. Wilayah lautan dibagi menjadi beberapa kategori menurut
Konvensi Laut 1982 antara lain:
1. Laut teritorial, yaitu kedaulatan atas lautan yang berjarak 12 mil dari garis lurus
yang ditarik dari pantai.
2. Wilayah laut zona bersebelahan, yaitu lautan di luar batas laut teritorial atau 24
mil laut dari pantai.
3. Wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah wilayah laut dari suatu
negara yang batasnya 200 mil laut diukur dari pantai. Di sini negara berhak
mengambil kekayaan alam dan negara lain bebas melewati namun tidak boleh
mengambil kekayaan alam yang ada.
4. Wilayah laut batas landas benua adalah wilayah lautan suatu negara yang
batasnya lebih dari 200 mil laut. Negara boleh mengambil dan mengelolah namun
dengan kewajiban membagi keuntungan dengan masyarakat internasional.
Ketiga, wilayah udara merupakan wilayah yang berada di atas wilayah
daratan dan lautan dan diatur dalam perjanjian Paris tahun 1919. Keempat, daerah
ekstrateritorial yang berdasarkan hukum internasional. Dalam daerah ektrateritorial,
walaupun wilayah itu terletak di wilayah negara lain, dianggap menjadi wilayah
negara yang diwakili.
3. Pemerintah yang Berdaulat
Pemerintah adalah seorang atau beberapa orang yang memerintah menurut
hukum negaranya. Pemerintah sebagai unsur negara adalah pemerintah dalam
pengertian luas, yaitu gabungan seluruh alat perlengkapan negara. Kedaulatan adalah
20
kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya
dengan semua cara yang tersedia. Pemerintahan yang berdaulat berarti ke dalam
ditaati oleh rakyatnya, sedangkan ke luar mampu mempertahankan kemerdekaannya
terhadap ancaman dari negara lain.
Terdapat beberapa macam teori kedaulatan antara lain
1. Teori kedaulatan Tuhan atau teori teokrasi, di mana kekuasaan tertinggi dalam
negara berasal dari Tuhan. Tuhan memberikan kekuasaan itu kepada penguasa
karena ia dianggap sebagai keturunan dan wakil-Nya di bumi.
2. Teori kedaulatan negara, yakni suatu paham yang bertitik tolak bahwa negaralah
sumber kedaulatan dalam negara. Oleh karena itu, negara dianggap mempunyai
hak yang tidak terbatas terhadap warganya.
3. Teori kedaulatan hukum ialah teori yang menyatakan bahwa hukum berada di
atas segalanya, bukan hanya warga negara namun pemerintah juga berada
dibawah pemerintah hukum.
4. Teori kedaulatan rakyat menyatakan bahwa rakyatlah yang berdaulat dan
mewakili kekuasaannya pada suatu badan, yaitu pemerintah. Kedaulatan rakyat
didasarkan pada kehendak umum (volonte generale).
4. Pengakuan dari Negara-Negara Lain
Pengakuan dari negara lain bukan merupakan unsur pembentuk negara,
melainkan hanya bersifat menerangkan adanya suatu negara. Pengakuan dari negara
lain terdapat dua macam yaitu pengakuan secara de facto dan de jure. Pengakuan
secara de facto adalah pengakuan berdasarkan kenyataan bahwa di atas wilayah
tersebut telah berdiri suatu negara. Sementara itu, pengakuan de jure adalah
pengakuan berdasarkan hukum.
Dikalangan para sarjana internasional, terdapat dua golongan besar yang
saling bertentangan tentang unsur tambahan ini. Golongan pertama berpendapat
bahwa apabila semua unsur negara telah dimiliki oleh suatu masyrakat politik, dengan
sendirinya ia merupakan sebuah negara dan harus diperlakukan secara semestinya
oleh negara-negara lainnya. Sementara golongan kedua merupakan penganut teori
konstitutif, berpendapat bahwa walaupun unsur-unsur kenegaraan telah dimiliki oleh
suatu masyarakat politik, tidaklah secara otomatis dapat diterima sebagai negara di
tengah-tengah masyarakat internasional, kecuali masyarakat tersebut telah memenuhi
semua syarat sebagai negara termasuk pengakuan dari negara lain.
21
B. Aspek-Aspek Negara
Terdapat empat aspek negara yang di perkenalkan oleh Edward S. Greenberg seorang
ahli ilmu sosial antara lain:
1. Negara
Larson mengatakan bahwa negara adalah sebuah konsep inklusif yang meliputi
semua aspek pembuatan kebijakan dan pelaksanaan sanksi hukumnya, sementara
pemerintah sekadar agen yang melaksanakan kebijakan negara dalam sebuah
masyarakat politik. Menurut Calvert, negara adalah komunitas yang diorganisasikan
untuk suatu tujuan politik; pemerintah adalah individu atau sebuah tim dari individu-
individu yang mengambil keputusan yang memberi dampak bagi individu sebuah
masyarakat. Jadi negara merupakan sebuah fakta dominasi dari satu atau beberapa
kelompok masyarakat untuk suatu tujuan tertentu.
2. Rezim
Dalam kamus politik, rezim diartikan sebagai pemerintahan yang berkuasa. Secara
ilmiah, rezim lebih dikaitkan dengan prinsip, norma, aturan, dan pengambilan
keputusan yang dianut oleh penguasa negara. Rezim bisa otoriter, demokratis, atau
variasi keduanya.
3. Aparat Birokrasi
Secara etimologis, birokrasi berasal dari kata “biro” yang berarti kantor ataupun dinas
dan “krasi” yang berarti pemerintahan. Birokrasi berarti dinas pemerintahan. Aparat
birokrasi adalah pejabat yang menduduki jabatan pimpinan tertinggi sebuah
departemen yang mengampil keputusan diangkat melalui sebuah proses politik seperti
pemilihan. Max Weber mendeskripsikan sejumlah karakteristik birokrasi dari
perspektif ideal yaitu:
a. Birokrasi menekankan pembagian kerja dengan spesialisasi peranan yang jelas.
b. Birokrasi mengikuti prinsip hierarki kontrol.
c. Kegiatan birokrasi dilakukan berdasarkan sistem aturan abstrak yang konsisten
dan terdiri atas penerapan aturan-aturan dalam kasus-kasus yang khusus.
d. Birokrasi menekankan keharusan untuk bekerja dengan penuh dan diiringi
dengan penerimaan gaji.
e. Birokrasi memungkinkan adanya ruang bagi promosi jabatan atau perjenjangan
karir.
22
f. Organisasi administrasi yang bertipe birokratis dari segi pandangan teknis murni
cenderung lebih mampu mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi.
4. Kebijakan
Kebijakan merupakan keputusan-keputusan publik yang diambil oleh negara dan
dilaksanakan oleh aparat birokrasi. Kebijakan ini merupakan sebuah proses politik
yang kompleks yang meliputi tujuan-tujuan negara dan cara pengambilan
keputusannya. Kebijakan merupakan proses terakhir dari sebuah proses negara. Dari
kebijakan-kebijakan yang dihasilkan dapat dilihat jenis negaranya yang meliputi
feodalisme, kapitalisme, sosialisme dan sebagainya. Kemudian bentuk rezimnya yaitu
totaliter, otoliter, semi-demokrasi, dan demokrasi.
23
BAB 4
TUJUAN DAN IDEOLOGI NEGARA
A. Tujuan Negara
Secara umum, tujuan terakhir setiap negara adalah menciptakan kebahagiaan bagi
rakyatnya. Terdapat beberapa teori dalam menjelaskan tujuan negara antara lain:
1. Teori Kekuasaan Negara (Lord Shang)
Lord Shang atau Shang Yang hidup pada masa pemerintahan Cina yang saat itu
sedang dilanda kekacaan besar di mana daerah-daerah diperintah oleh para
gubernur yang tidak mau tunduk kepada pemerintah pusat. Karena itu, Lord
Shang mendambakan terbentuknya suatu pemerintahan pusat yang kuat. Tujuan
bagi negara adalah mengumpulkan kekuasaan yang sebesar-besarnya.
2. Teori Pemeliharaan Agama dan Kesejahteraan Rakyat (Juris Sunni)
Teori pemeliharaan agama dan kesejahteraan rakyat ini dianut dan dijalankan
oleh para juris sunni dalam doktin Islam. Pembentukan pemerintahan dalam
suatu negara bertujuan sebagai pengganti tugas kenabian yang mengatur
kehidupan dan urusan umat atau rakyat, baik keduniaan maupun keagamaan.
Tujuan negara adalah memelihara agama dan rakyat.
3. Teori Kebesaran dan Kehormatan Negara (Niccolo Machiavelli)
Machiavelli hidup pada saat Italia dilanda perpecahan atau disintegrasi politik
dan kekacauan sosial. Tujuan negara adalah terciptanya kebesaran dan
kehormatan. Menurut Machiavelli, kekuasaan negara bukan merupakan tujuan
utama dari sebuah negara, tujuan utama negara adalah terciptanya kebesaran dan
kehormatan.
4. Teori Perdamaian Dunia (Teori Dante Alleghiere)
Dante menyusun sebuah buku berjudul Die Monarchia (1313) yang disusun
dalam suasana sangat kacau di pemerintahan Italia. Menurutnya , tujuan negara
sesungguhnya adalah menciptakan perdamaian dunia, dengan jalan menciptakan
undang-undang yang seragam bagi seluruh umat manusia. Kekuasaan sebaiknya
terpusat ditangan seorang Monarch, agar perdamaian dan keamanan dapat
terjamin. Sistem kenegaraan yang harus dijalankan oleh seorang Monarch untuk
menciptakan dan memelihara perdamaian dunia adalah imperium atau kerajaan
dunia.
24
5. Teori Perjanjian Hak dan Kebebasan (Immanuel Kant)
Teorinya didasarkan pada asumsinya bahwa semua orang adalah merdeka dan
sederajat sejak lahir. Tujuan negara adalah menegakkan hak-hak dan kebebasan-
kebebasan warganya. Teori negara hukum Kant disebut juga teori hukum murni
atau negara hukum karena negara diposisikan pasif dan peranan negara
cenderung hanya sebagai penjaga ketertiban hukum dan hak serta kebebasan
rakyatnya. Menurut Miriam Budiardjo ada empat fungsi negara, yakni
melaksanakan ketertiban, mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya, pertahanan, dan menegakkan keadilan.
B. Aneka dan Inti Ideologi Dunia
Ideologi dunia cenderung berubah-ubah atau dinamis. Ideologi didefinisikan sebagai
suatu sistem kepercayaan yang memuat nilai-nilai dan ide-ide yang diorganisasi
secara rapi sebagai basis filsafat, sains, program sosial ekonomi politik yang menjadi
pandangan hidup, aturan berpikir, merasa, dan bertindak individu atau kelompok.
Ideologi dapat diketahui secara struktural dan fungsional. Ideologi secara struktural
diartikan sebagai sistem kepercayaan dan pembenaran, sementara ideologi secara
fungsional yaitu sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama dan
digolongkan menjadi ideologi yang doktriner dan paragmatis. Beberapa ideologi di
dunia antara lain:
1. Liberalisme
Paham ini menempatakan kepentingan dan kebebasan individu sebagai tujuan
hidup manusia. Paham ini tumbuh dan berkembang sebagai respon terhadap pola
kekuasaan negara yang absolut disertai pembatasan ketat atas kebebasan individu.
Liberalisme dalam bidang politik menghendaki juga kesetaraan dan kebebasan
politik. Sistem politik ini sering disebut sistem demokrasi.
2. Konservatisme
Konservatisme muncul sebagai reaksi atas paham liberal. Konservatisme adalah
memilihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa kestabilan
yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Identitas dari paham ini antara lain:
a. Filsafat konservatisme adalah bahwa perubahan tidak selalu berarti
kemajuan.
b. Pemikiran ekonomi konservatisme adalah mempertahankan agar sistem
ekonomi tidak berubah drastis sebagai dampak revolusi industri.
25
c. Pemikiran politiknya adalah mempertahankan pola dominasi monarki dan
aristokrasi dalam pemerintahan menjadi dominasi pemerintahan oleh
parlemen.
d. Pemikiran keagamaan dari konservatisme adalah pada awalnya merupakan
pola sikap untuk memelihara dominasi suatu agama atau alirak keagamaan.
3. Sosialisme
Paham ini merupakan antitesis dari paham liberalisme. Sosialisme
merupakan suatu paham yang menjadikan kepentingan bersama atau kebersamaan
(kolektivisme) sebagai inti pemikiran dan fokus pergerakannya. Identitas dari
sosialisme yaitu:
a. Prinsip-prinsip kesederajatan dan pemeratan.
b. Memiliki pemikiran ekonomi yang negara centris.
c. Pemikiran politik sosialisme yaitu bahwa negara sangat diperlukan guna
membina dan mengoordinasikan kebersamaan, serta mengelola dan
mendistribusikan sumber daya.
d. Pemikiran keagamaan sosialisme dipengaruhi kuat oleh ajaran agama bahwa
manusia harus saling menolong.
4. Komunisme
Ideologi ini hampir sama dengan sosialisme. Komunisme menghendaki
penguasaan sarana-sarana produksi yang vital bagi negara, di mana individu tidak
diperbolehkan memiliki sarana produksi. Perbedaan sosialisme dan komunisme
adalah komunisme memandang negara diperlukan untuk mengendalikan
perjuangan kelas dan menghapus perbedaan kelas serta bersifat revolusioner dan
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Sedangkan sosialisme lebih
lunak dan bersifat evolusioner tetapi tetap mengganggap bahwa negara diperlukan.
5. Fasisme
Fasisme merupakan reaksi kekecewaan atas dampak negatif dari praktik ideologi
liberalisme. Perbedaan komunisme dan liberalisme yaitu komunisme lahir pada
tatanan masyarakat yang masih terbelakang secara teknologi, sedangkan fasisme
muncul pada tatanan masyarakat yang relatif maju dan memasuki tahap
industrialisasi. Liberalisme yang membawa pengaruh proses industrialisasi
merupakan prasyarat terhadap lahirnya fasisme. Fasisme berusaha memberikan
rasa memiliki terhadap sesama yang dirasakan telah hilang serta berusaha
26
memulihkan harga diri mereka. Negara fasis adalah negara totaliter yang tidak
memperkenalkan organisasi lain selain organisasi yang dibentuk negara.
6. Fundamentalisme
Fundamentalisme merupakan fenomena lama dan bersifat umum. Beberapa ahli
seperti Scott Appebbly, Karen Amstrong, Bruce Lawrence, dan Ahmad Mausalli
masih menggunakan istilah fundamentalisme untuk menjelaskan kelompok-
kelompok yang bersifat militan.
7. Kapitalisme Global
Munculnya kapitalisme di dunia merupakan kelanjutan dari sebuah proses
perubahan sosial yang bekaitan dengan teori-teori perubahan sosial. Bukti bahwa
kapitalisme telah memasuki pola gerak pembangunan negara-negara didunia
adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat di beberapa kawasan. Terdapat
keterkaitan antara negara dan kapitalisme global, di mana negara memfasilitasi
kaum kapitalis untuk meninggalkan lokasi investasinya jika negara tersebut
dianggap tidak memberikan layanan terbaik bagi mereka.
a. Kapitalisme global dan peran negara
Kapitalisme telah menjadi ideologi bagi negara-negara industri untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan negara menjadi penjamin utama
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Namun negara menjadi
semakin lemah perannya, khususnya dalam upaya memberikan aturan-aturan
yang dapat menguntungkan rakyatnya.
b. Dampak Kapitalisme Global
Mengurangi tingkat independensi negara-negara yang memiliki jaringan
perusahaan transnasional. Situasi perekonomian yang terpuruk, akibat
cengkraman kaum kapitalis global, kemakmuran masyarakat, khususnya si
negara-negara yang menjadi tempat beroperasinya kapitalis global menjadi
menurun.
27
BAB 5
BENTUK NEGARA, PEMERINTAHAN,
DAN DEMOKRASI
A. Bentuk Negara
Bentuk negara dapat dilihat dari sudut konsep dan unsur negara seperti konsep
kekuasaan dan konsep kewilayahan. Dari konsep kekuasaan, negara dibagi dua, yaitu
vertikal dan horizontal. Secara vertikal, yakni pembagian kekuasaan menurut
tingkatnya, sedangkan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi-
fungsinya yaitu legslatif, eksekutif, dan yudikatif. Dari perspektif kewilayahan bentuk
negara dibedakan tiga bentuk antara lain:
1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk negara yang wewenang legislatif tertinggi dipusatkan
dalam satu badan legislatif nasional atau pusat. Pemerintahan pusat memiliki
wewenang untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintah daerah
namun kedaulatannya, baik ke dalam maupun ke luar, sepenuhnya terletak pada
pemerintahan pusat disebut sistem desentralisasi. Sedangkan pemerintah pusat tidak
meyerahkan sebagian kekuasaanya kepada daerah lazim disebut negara kesatuan
dengan sistem sentralisasi.
2. Negara Federal
Negara federal atau negara serikat adalah suatu negara yang terdiri atas beberapa
negara bagian, tetapi setiap negara bagian tersebut tidak berdaulat, yang berdaulat
adalah negara federal. Kesamaan antara negara federal dengan negara kesatuan
dengan sistem sentralisasi yaitu satu sama lain memiliki hak untuk mengurus
kepentingan nya masing-masing dan hanya pemerintah pusat atau federal yang dapat
bertindak keluar. Perbedaannya terletak pada asal-usul hak mengurus rumah tangga
sendiri. Pada negara bagian, hak mengurus rumah tangganya merupakan hak aslinya,
sementara pada daerah otonom hak itu diperoleh dari pemerintah pusat. Prinsip negara
federal adalah kekuasaan dibagi hingga antara bagian pemerintah federal dan
pemerintah negara bagian dalam bidang-bidang tertentu bebas satu sama lain.
28
3. Gabungan Negara
Gabungan negara atau konfederasi merupakan perserikatan atau persekutuan antara
beberapa negara dan setiap anggotanya tetap merdeka dan berdaulat. Persekutuan ini
dibentuk karena adanya kesamaan kepentingan atau karena dinamika sosial politik
global. Bentuk konfederasi dapat berupa:
a. Uni, merupakan bentuk negara gabungan antara dua atau beberapa negara merdeka
dan berdaulat penuh yang mempunyai kepala negara atau persamaan bersama.
b. Commonwealth, yakni perserikatan negara-negara yang merdeka dan berdaulat
penuh bekas negara jajahan inggris.
c. Protektorat, yakni suatu negara yang berada dibawah lindungan suatu negara lain
yang lebih kuat.
d. Perserikatan Bangsa-Bangsa, yakni persekutuan seluruh negara merdeka dan
berdaulat penuh yang ada di dunia ini.
B. Bentuk Pemerintahan
1. Monarki, Oligarki, Aristokrasi dan Demokrasi
Pembagian bentuk pemerintahan berdasarkan jumlah orang yang memimpin.
Monarki, yaitu pemerintahan terletak ditangan satu orang. Oligarki, pemerintahan
terletak ditangan beberapa orang untuk kepentingan sekelompok orang.
Aristokrasi adalah letak pemerintahan berada di tangan sejumlah kecil dari rakyat
yang merupakan orang-orang yang terbaik dan mereka menjalankan kekuasaan
itu untuk kepentingan semua orang. Demokrasi yaitu kekuasaan pemerintahan
terletak di tangan rakyat bersama-sama.
2. Monarki dan Republik
Pembagian bentuk pemerintahan ini berdasarkan cara penunjukkan kepala negara.
Bentuk pemerintahan monarki berdasarkan kehendak perseorangan. Sedangkan
bentuk pemerintahan republik berdasarkan kehendak rakyat. Monarki dibedakan
menjadi dua yaitu monarki absolut dan monarki konstitusional. Monarki absolut
yaitu dibantu raja selaku kepala negara memegang seluruh kekuasaan negara.
Sementara itu, monarki konstitusional yaitu kekuasan raja selaku kepala negara
dibatasi oleh konstitusi. Menurut Otto Koellreutter disamping monarki dan
republik ada juga bentuk pemerintahan otoriter atau republik mutlak atau
diktaktor. Dalam bentuk pemerintahan ini, ketika akan menduduki jabatan harus
dipilih oleh rakyat, tetapi kemudian ia berkuasa mutlak.
29
C. Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yakni demos berarti rakyat dan kratos berarti
pemerintahan. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Demokrasi sangat membutuhkan berbagai lembaga politik yakni para pejabat
yang dipilih, pemilihan umum yang jujur, adil, bebas, dan berperiodik, kebebasan
berpendapat, dan akses informasi-informasi alternatif, otonomi asosiasional serta hak
kewarganegaran yang inklusif. Bentuk-bentuk demokrasi dapat dilihat menggunakan
tiga sudut pandang antara lain:
1. Dari sudut pandang titik tekan.
a. Demokrasi formal, yaitu demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam
bidang politik tanpa menghilangkan kesenjangan ekonomi.
b. Demokrasi material, yakni demokrasi yang menekankan pada upaya
menghilangkan kesenjangan ekonomi tanpa memperhatikan persamaan dalam
bidang politik.
c. Demokrasi gabungan, yakni demokrasi yang mengambil hal-hal positif dari
demokrasi formal dan material.
2. Dari sudut pandang cara penyaluran
a. Demokrasi langsung, yakni rakyat secara langsung mengemukakan
kehendaknya di dalam rapat yang dihadiri oleh seluruh rakyat.
b. Demokrasi perwakilan atau demokrasi representatif, yakni rakyat menyalurkan
kehendaknya dengan memilih wakilnya.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum, yaitu gabungan demokrasi
langsung dan demokrasi perwakilan.
3. Dari sudut pandang tugas-tugas dan hubungan antara alat-alat kelengkapan negara
a. Demokrasi dengan sistem parlementer, yakni terdapat hubungan erat antara
badan legislatif dan badan eksekutif.
b. Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan, yakni adanya pemisahan
kekuasaan menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
c. Demokrasi dengan sistem referendum, yakni demokrasi perwakilan dengan
kontrol rakyat secara langsung terhadap wakilnya.
30
D. Transisi dan Konsolidasi Demokrasi
Transisi demkrasi sebagai salah satu fase dalam tahap-tahap demokratisasi
yang harus dilalui, mengandung banyak kemungkinan yaitu sistem otoriter dalam
bentuk baru, terjadi revolusi sosial, liberalisasi terhadap sistem otoriter, penyempitan
proses demokrasi dari sitem demokrasi dari sistem liberal kepada demokrasi limitatif
atau terbentuknya pemerintahan yang demokratis. Dari perspektif peranan relatif dari
kelompok yang memerintah terdapat tiga kategori yang terjadi pada transisi ke arah
demokrasi pada berbagai negara otoriter yaitu tranformation, transplacement, dan
replacement.
Huntington mengemukakan bahwa dalam upaya konsolidasi demokrasi,
negara demokrasi baru setidaknya harus menyelesaikan tiga persoalan penting yaitu
menemukan solusi peralihan kekuasaan dari rezim lama ke baru yang demokratis agar
berlangsung secara damai dan gradual, mendekati atau menangani suatu masalah
secara arif agar tidak menimbulkan masalah lain dan menangani kesenjangan antara
aturan hukum yang adadan menguatnya tuntutan masyarakat. Demokrasi dapat
dikatakan terkonsolidasi bila suatu rezim politik yang demokrasi sebagai suatu sistem
yang kompleks dari institusi-institusi, aturan-aturan, dan dorongan-dorongan
penghalang yang terpola telah menjadi satu-satunya permainan.
Berkaitan dengan masa transisi dan upaya menuju konsolidasi demokrasi
perlu memperpendek periode transisi dan segera melakukan pekerjaan-pekerjaan
politik penting bagi prose menuju konsolidasi demokrasi. Salah satu instrumen untuk
itu yaitu sistem pemilu karena merupakan sarana rakyat untuk meyeleksi wakil-wakil
mereka sebagai pengambil keputusan.
31
BAB 6
NEGARA DAN BANGSA
Salah satu unsur pembentuk negara adalah rakyat atau bangsa. Bangsa
merupakan sekelompok manusia yang dipersatukan oleh hal-hal yang bersifat ideal,
yaitu persamaan sejarah, penderitaan bersama dan persamaan cita-cita serta hal-hal
yang bersifat psikis, yakni perasaan, kesadaran dan kehendak bersama, dan juga oleh
hal-hal yang bersifat fisikal, seperti persamaan ras, etnik, bahasa, agama dan adat
istiadat. Bangsa dalam ilmu negara bukanlah organisasi atau lembaga kekuasaan yang
menjadi ukuran untuk suatu bangsa, melainkan bangsalah yang menjadi ukuran untuk
menentukan sebuah lembaga kekuasaan. Nagara harus memenuhi asas nasionalitas,
yakni negara harus berdasarkan atas bangsa dan negara hendaklah merupakan bangsa
yang disusun dalam suatu negara. Setiap bangsa harus memiliki negara sendiri dan
tidak tunduk pada dominasi negara lain.
A. Bangsa dan Nasionalisme
Bangsa merupakan konsep turunan dari nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu
paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap individu harus
diserahkan negara-kebangsaan. Sebelum munculnya paham nasionalisme, telah ada
paham kosmopolis, yakni mengajarkan bahwa manusia bukan warga suatu negara,
tetapi warga dunia. Paham nasionalisme kemudian mengalami fase berlebih-lebihan
yang mengarah pada chauvinisme, yakni suatu paham yang terlalu mengagung-
agungkan bengsa sendiri dan merendahkan bangsa lain.
B. Proses Pembentukan Negara-Bangsa
Sebagian sarjana mendefinisikan negara-bangsa sebagai sebuah bangsa yang memiliki
banguanan politik. Negara yang memiliki bangsa campuran atau heterogen cenderung
mengalami proses pembentukan negara-bangsa yang dinamis. Sementara suatu negara
yang memiliki bangsa yang homogen cenderung mengalami proses pembentukan
negara-bangsa yang statis. Menurut Dr. Friederich Hertz mengemukakan bahwa
kesadaran bernegara dari suatu bangsa mengandung empat unsur yaitu hasrat untuk
mencapai kesatuan bangsa, kemerdekaan bangsa, keaslian bangsa, dan mencapai
kehormatan bangsa. Proses pembentukan negara-bangsa secara umum terdapat dua
model utama yaitu:
32
1. Model ortodoks, mermula dari adanya suatu bangsa yang kemudian membentuk
suatu negara dan setelah itu suatu konstitusi dirumuskan dan ditetapkan, dan
dikembangkan sejumlah bentuk partisipasi politik warga masyarakat dalam
kehidupan negara-bangsa.
2. Model muktahir, berawal dari adanya negara yang melalui proses tersendiri,
sedangkan penduduknya merupakan kumpulan kumpulan sejumlah kelompok
suku dan ras.
C. Faktor-Faktor Pembentukan Identitas Bersama
Identitas bersama diperlukan karena untuk menyatukan kelompok-kelompok
masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas bersama
menurut Ramlan Surbakti antara lain:
1. Primodial, yakni ikatan kekerabatan dan kesaamaan suku bangsa, daerah, bahasa,
dan adat istiadat.
2. Sakral, yakni kesamaan agama yang dipeluk oleh suatu masyarakat, atau ikatan
ideologi doktriner yang kuat dalam suatu masyarakat.
3. Tokoh, yakni kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati
secara luas oleh masyarakat.
4. Sejarah, yakni persepsi yang sama tentang asal-usul nenek moyang dan atau
persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu.
5. Bhineka Tunggal Ika, yakni prinsip bersatu dalam perbedaan.
6. Perkembangan Ekonomi, yakni perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan
melahirkan spesialisasi pekerjaan yang beraneka sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
7. Kelembagaan, yakni lembaga-lembaga pemerintahan dan politik.
33
BAB 7
NEGARA DAN MASYARAKAT
A. Masyarakat
Masyarakat adalah sinergitas individu-individu yang membentuk realitas sosial
spesifik yang memiliki karakteristik keterkaitan pada segala peraturan moralitas,
hukum, negara, dan agama yang merupakan fakta sosial. Masyarakat tidak hanya
harus ada untuk mengatur kelakuan manusia, dan membentuk manusia menurut wajah
dan gambaran sendiri, melainkan juga sebagai sumber dan objek semua kegiatan
keagamaan. Masyarakat dalam perkembangannya akan mengalami dinamika dan
berbagai hubungan karena hubungan itu diatur oleh hukum, baik tertulis maupun tidak
tertulis dan hukum yang lebih spesifik diatur oleh ketentuan yang lebih besar, yakni
negara. Dari sinilah, masyarakat mulai terkait dengan negara.
B. Negara
Karakter masyarakat harus beriringan dengan peraturan atau hukum, dan hukum
merupakan produk negara. Durkheim melihat bahwa dasar negara memiliki peran
untuk mengelola keteraturan politik dan kesejahteraan masyarakat. Kemunculan dan
keberadaan suatu negara tidak terlepas dari perkembangan yang dialami masyarakat,
yakni dari masyarakat sederhana menjadi masyarakat modern. Negara memiliki
peran-peran dan kegiatan-kegiatannya ke berbagai komunitas yang beragam.
Durkheim menyebutkan negara sebagai ego sosial yaitu kesadaran. Negara sering
menjadi sumber gagasan baru, dan mengarahkan masyarakat sejauh mungkin.
34
BAB 8
HUBUNGAN NEGARA DAN HUKUM
Dalam hubungan negara dan hukum, terdapat 4 perspektif yang dikelopokkan
menjadi dua aliran yaitu aliran dualisme dan aliran monisme. Aliran dualisme yakni
aliran yang menyatakan bahwa negara menjadi variabel independen yang
memengaruhi ada dan berlakunya suatu hukum, sedangkan aliran monisme yaitu
aliran yang menyatakan ada dan berlakunya hukum berdiri sendiri dan lepas dari
kehendak negara. Perspektif atau kerangka pemikiran yang bisa digunakan untuk
mengetahui hubungan negara dan hukum antara lain:
1. Perspektif Ilmu Negara
Ilmu negara merupakan ilmu yang membicarakan negara secara umum, meliputi
konsep negara, asal mula negara, muncul dan lenyapnya, unsur-unsur negara, dan
perkembangan negara secara umum. Hubungan antara negara dan hukum adalah
hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat yaitu bahwa adanya hukum sangat
membantu bagi suatu negara dalam hal pengaturan susunan atau organisasi
perlengkapan pemerintahan negara serta pengaturan tata pergaulan rakyatnya,
sedangkan adanya negara memungkinkan terlahirnya sebuah atau beberapa hukum
untuk ditaati oleh seluruh warga negara.
2. Perspektif Ilmu Hukum
Ilmu hukum adalah suatu cara untuk mempelajari, atau suatu penyelidikan yang
bersifat abstrak, umum, dan teoritis, yang berusaha mengungkapkan asas-asas yang
pokok dari hukum. Dilihat dari perspektif ini, hubungan antara negara dengan hukum
yaitu hukum dibuat oleh negara dan negara dipayungi oleh sistem hukum untuk
mengatur tata kehidupan bernegara, kekuasaan dalam negara hanya akan mendapat
artinya jika berada dalam kerangka peraturan hukum.
3. Perspektif Negara Hukum
Negara dan hukum memiliki hubungan yang erat, yang satu sama lain saling
berkaitan, khususnya dalam ketertundukkan negara terhadap hukum atau undang-
undang dalam setiap menjalankan segala kebijakannya. Hukum memiliki dan
menempati tempat yang tinggi di atas kekuasaan. Jadi dalam perspektif ini merupakan
negara berdasarkan hukum bukan kekuasaan.
35
4. Perspektif Hukum Tata Negara
Hubungan antara negara dan hukum adalah hubungan yang lebih bersifat abstrak,
bahkan cenderung tidak ada hubungan sama sekali. Karena itu, hukum bukan
merupakan penjelmaan dari perintah-perintah negara ataupun kehendak negara dan
hukum itu mempunyai bentuk sendiri dan berlakunya hukum pun terlepas daripada
kehendak negara. Negara itu sama dengan hukum maka tidak ada kemungkinan untuk
menghadapkan negara tunduk pada hukum.
36
BAB 9
KEPENTINGAN
DAN KEBERPIHAKAN NEGARA
A. Antara Negara dan Kelas
Negara cenderung berpihak terhadap kelas dominan. Kelas yang dominan
memengaruhi negara melalui hubungan pribadi antara kelas yang dominan dengan
struktural negara. Para pejabat negara bukan lagi alat dari kaum borjuis, melainkan
sekadar kawan dekat.
B. Keberpihakan Negara
Negara cenderung tidak netral dan berpihak pada kelas-kelas dominan. Negara
menolong perkembangan kaum borjuis dalam sistem kapitalis dilakukan bukan karena
negara menjadi alat, tetapi semua ini terpaksa dilakukan karena kebutuhan struktural
negara itu sendiri. Negara melalui otonomi relatifnya dapat memastikan stabilitas
kepentingan kelas-kelas kapitalis yang mendominasi.
C. Kelas Dominan dan Nasionalisme
Negara memiliki kecenderungan berpihak pada kelas dominan. Kelas dominan adalah
antara elit dan rakyat. Kelas dominan yang berpihak dan dipihaki oleh negara pada
sistem politik demokrasi langsung adalah rakyat. Keberpihakan negara dapat dilihat
dari pendekatan yang akan digunakan dalam pembangunan. Pembangunan menurut
Chilcote sering diasosiasikan dengan “nasionalisme”. Keberpihakan negara pada
rakyat dalam sistem politik demokrasi langsung dan sistem politik presidential
diperlukan kepemimpinan nasional bijak yang mampu membangkitkan semangat
nasionalisme baru.
37
BAB 10
NEGARA DAN AGAMA
Aliran pemikiran tentang hubungan negara dan agama antara lain:
1. Teokrasi, yakni pandangan yang menganggap atau menyatakan bahwa negara dan
agama sebgai dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena pemerintahan dijalankan
berdasarkan firman-firman Tuhan.
2. Sekuleris, yakni paham yang menganggap bahwa negara dan agama tidak memiliki
hubungan satu sama lain. Negara adalah murni urusan bungan antara manusia dan
manusia lain, atau urusan duniawi, sedangkan agama adalah murni urusan hubungan
manusia dan Tuhan.
3. Komunis, yakni paham yang berpandangan radikal bahwa hubungan negara dan
agama berdasarkan pada filosofi materialisme-dialektis dan materialisme-historis.
Paham ini merupakan pandangan yang meniadakan Tuhan.
4. Moderasi, yakni paham yang beranggapan bahwa negara dan agama tidak memiliki
hubungan. Hubungan antara negara dan agama dipertautkan oleh nilai dan sistem
yang sama. Paham ini berkembang di negara Indonesia.
Untuk melihat hubungan negara dan agama dapat di lihat melalui perspektif-
perspektif agama berikut ini:
A. Perspektif Yahudi
Konstibusi Peradaban
Yahudi merupakan peradaban yang memiliki konstribusi besar bagi perkembangan
peradaban dunia. Orang-orang Yahudi merupakan orang yang melahirkan peristiwa-
peristiwa sejarah dan menjadi subjek peristiwa-peristiwa sejarah, melalui gagasan-
gagasan yang mereka kemukakan seperti Aristoteles dan Plato.
Musa dan Pembentukan Negara Yahudi
Suatu pemerintahan yang tanpa menyandarkan diri pada agama, pemerintahan
tersebut tidak akan mampu berdiri. Oleh karena itu, agar mampu berdiri kuat dan
kokoh, pemerintah selalui mengaitkan langsung dengan agama. Musa adalah rasul
bagi pengikut agama Yahudi.Nabi Musa menjadi pemimpin politik dan pemimpin
agama sekaligus. Nabi Musa adalah penguasa dan pendiri negara. Oleh karena itu,
agar mampu berdiri kuat dan kokoh, pemerintah selalui mengaitkan langsung dengan
agama.
38
B. Perspektif Kristiani
Konstribusi Peradaban
Peradaban barat merupakan peradaban yang dipengaruhi oleh Kristiani. Sejak abad-
abad perkembangan Kristiani telah berhasil merestrukturisasi masyarakat Eropa
menurut pola struktur organisasi gereja berikut semua lembaga terkait.
Gereja juga berkonstribusi penting ketika Imperium Romawi Barat sedang
mengalami kehancurannya dan mengambil ahli banyak fungsi penting Imperium dan
membantu mengendalikan berbagai kekacauan sosial akibat kehancuran imperium
Romawi. Selain itu, agama Kristiani juga berkonstribusi besar terhadap lahirnya
kebangkitan nalar di Barat dipelopori oleh Thomas Aquinas yang merintis suatu aliran
filsafat yang dikenal sebagai aliran skolastisisme. Dan terakhir adalah peranan
agama ini dalam melahirkan gerakan Reformasi Protestan yang berdampak luas pada
perilaku ekonomi orang-orang Kristen di Barat.
The City of God dan Negara
Ada dua wacana politik Kristiani yakni The City of God (negara Tuhan) dan
hubungan gereja dan negara. Hubungan antara negara dan gereja adalah kekuasaan
alat pelengkapan negaramenerima kekuasaan dari gereja seperti raja yang menerima
kekuasaan dari paus. Menurut Aquinas, Tuhan menakdirkan manusia untuk hidup
bermasyarakat, atas kehendak Tuhan jugalah adanya pimpinan atau pemerintah. Oleh
karena itu, Tuhanlah sebagai sumber dari kekuasaan. Pada abad pertengahan, gereja
semakin lemah karena terjadi perpecahan di dalam internal penganut Kristiani dan
pendapat tokoh reformis yaitu Luther yang menyetujui bahwa pemerintah bukanlah
wali/alat gereja melainkan pelindung dari rakyatnya. Pada abad 18, pertentang antara
negara dan gereja mulai menyurut karena timbulnya paham toleransi agama.
C. Perspektif Islam
Konstribusi Peradaban
Peradaban islam memiliki pengaruh terhadap keilmuan dan peradaban Barat. Tokoh
Islam seperti Ibnu Rasyd membawa perubahan-perubahan besar dan radikal bagi
dunia Barat.
Piagam Madinah dan Negara Hukum Madinah
Piagam Madinah dibuat dan lahir dari tangan utusanTuhan, Nabi Muhammad SAW
yang pada saat itu tengah dilanda kekacauan sosial-politik di dalam masyarakat
heterogen. Piagam ini menjadi naskah bersama suku-suku yang ada dalam kota
39
Madinah yang memuat berbagai macam perjanjian untuk menyatukan perbedaan di
tengah-tengah masyarakat Madinah. Dengan disahkan dan disepakatinya piagam ini,
negara yang dipimpin oleh Nabi Muhammad ini merupakan konsep atau bentuk lain
Negara Hukum Madinah.
40