ilmu negara

63
BAB 1 PENDAHULUAN A. Prawacana Selama ini, mempelajari mempelajari negara masih tetap menjadi bagian kegiatan akademis yang menarik kerena negara merupakan gejala sosial dan politik yang dinamis dan niscaya bagi umat manusia. Bahkan, kalaupun negara-negara di muka bumi ini menghilang, negara tetaplah menarik untuk dipelajari karena menarik tidaknya suatu kajian, tidak sepenuhnya ditentukan oleh ada atau tidaknya objek kajian, melainkan oleh ada atau tidaknya gejala objek kajian tersebut. Contohnya negara Imperium Romawi. Mempelajari negara merupakan bagian fundamental dari mempelajari bangunan ilmu negara dan dengan mempelajari ilmu negara, kita telah membuka gerbang ilmu kenegaraan berikutnya. Unsur terdasar dari bangunan teori adalah konsep, jadi konsep negara merupakan hal yang fundamental dalam studi ilmu negara. B. Konsep-Konsep Negara Konsep merupakan komponen terpenting untuk terciptanya suatu teori. Konsep lahir dalam pikiran manusia sehingga bersifat abstrak. Pengertian konsep menurut para ahli. 1. Kaplan, konsep adalah suatu konstrak (construct) yang dibentuk melalui proses konseptualisasi. 1

Upload: kristianto-tjhaiyadi

Post on 28-Dec-2015

128 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

politik, hukum

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Negara

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Prawacana

Selama ini, mempelajari mempelajari negara masih tetap menjadi bagian

kegiatan akademis yang menarik kerena negara merupakan gejala sosial dan politik

yang dinamis dan niscaya bagi umat manusia. Bahkan, kalaupun negara-negara di

muka bumi ini menghilang, negara tetaplah menarik untuk dipelajari karena menarik

tidaknya suatu kajian, tidak sepenuhnya ditentukan oleh ada atau tidaknya objek

kajian, melainkan oleh ada atau tidaknya gejala objek kajian tersebut. Contohnya

negara Imperium Romawi.

Mempelajari negara merupakan bagian fundamental dari mempelajari

bangunan ilmu negara dan dengan mempelajari ilmu negara, kita telah membuka

gerbang ilmu kenegaraan berikutnya. Unsur terdasar dari bangunan teori adalah

konsep, jadi konsep negara merupakan hal yang fundamental dalam studi ilmu

negara.

B. Konsep-Konsep Negara

Konsep merupakan komponen terpenting untuk terciptanya suatu teori.

Konsep lahir dalam pikiran manusia sehingga bersifat abstrak. Pengertian konsep

menurut para ahli.

1. Kaplan, konsep adalah suatu konstrak (construct) yang dibentuk melalui proses

konseptualisasi.

2. Neuman, konsep didefinisikan sebagai suatu gagasan yang dinyatakan dalam

suatu simbol atau kata.

Dengan demikian, konsep negara adalah bahasan, gagasan, dan pikiran manusia dari

fenomena atau gejala yang bersifat kenegaraan.

Adapun konsep negara yang berkembang dewasa ini dapat disimak dari karya-karya

atau pemikiran-pemikiran para sarjana yang mempunyai hubungan dengan ilmu

negara atau ketatanegaraan. Berikut ini akan diuraikan sejumlah konsep negara dari

para ilmuan, filosof, dan teolog tempo dulu.

1

Page 2: Ilmu Negara

1. Organisasi Kebaikan Bersama (Public Good)

Socrates (469-399 SM)

Pikiran-pikiran Socrates mulai dikenal karena sering disebut oleh Plato dalam

bukunya. Misalnya, plato menyebut Socrates sebagai seorang filosof dan ahli negara.

Pemikiran Socrates tentang negara adalah bahwa negara bukanlah organisasi yang

dapat dibuat oleh manusia untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi merupakan jalan

susunan objektif berdasarkan pada hakikat manusia sehingga bertuagas menjalankan

peraturan-peraturan yang objektif mengandung keadilan dan kebaikan umum atau

bersama, tidak hanya melayani kebutuhan penguasa yang berganti-ganti orangnya.

Kenikmatan jiwa hanya dapat dicapai dengan keadilan objektif sejati.

Menurut Socrates, keadilan (justice) merupakan tujuan politik. Karena itu,

negara sebagai bagian dari lembaga politik memiliki tujuan akhir yang sama, yakni

keadilan guna mencapai kebaikan. Menurut Socrates, keadilan adalah melaksanakan

fungsi atau pekerjaan sendiri sebaik-baiknya tanpa mencampuri fungsi atau pekerjaan

orang lain.

Plato (429-347 SM)

Ia adalah murid setia Socrates yang banyak memperoleh tradisi keilmuan dan

filsafat gurunya. Pemikiran Plato dapat diketahui dari hasil karya-karyanya, yakni:

1. Politeia (negara)

Negara merupakan lembaga atau organisasi yang mementingkan kebajikan

umum atau kebaikan bersama. Kebajikan menurutnya adalah pengetahuan.

Negara yang ideal yakni negara yang menganut prinsip mementingkan

kebajikan umum atau kebaikan bersama. Menurutnya jika kesejahteraan ingin

terwujud , negara harus dipimpin oleh seorang yang berpengetahuan atau

filosof.

2. Politicos (ahli negara)

Dalam politicos, Plato mengatakan kewajiban warga negara untuk taat pada

hukum karena hanya dengan taat pada hukumlah masyarakat bisa tertib.

3. Nomae (undang-undang)

Pemerintahan yang baik dalam Nomae ialah pemerintahan yang diatur oleh

hukum. Seluruh warga negara dan pemerintah wajib taat pada hukum dan semua

orang adalah sama di hadapan hukum.

2

Page 3: Ilmu Negara

Aristoteles (384-322 SM)

Aristoteles adalah murid Plato di akademia. Ia dikenal sebagai seorang

pemikir politik empiris-realis, berbeda dengan Plato yang dijuluki idealis-utopianis.

Karya terbesar Aristoteles di bidang pemikiran ketatanegaraan, diantaranya adalah

Politics; The Athenian Constitution.

Menurut Aristoteles, negara adalah lembaga politik yang paling paling

berdaulat meskipun bukan berarti negara tidak memiliki batasan kekuasaan. Tujuan

dibentuknya negara adalah mensejahterakan seluruh warga negara, bukan individu

ataupun golongan tertentu. Sedangkan tujuan negara sendiri adalah agar menusia

mencapai kebahagiaan. Ini artinya, negara merupakan organisasai politik yang

bertujuan menggapai kebaikan bersama berbentuk kebahagiaan dengan jumlah yang

terbesar. Dengan tercapainya kebaikan bersama, kebaikan individu akan tercapai

dengan sendirinya, khususnya dalam hal kesejahteraan dan kebahagiaan.

2. Organisasi Teokrasi

Santo Agustinus (354-430 SM)

Karya terbesar Agustinus adalah The City of God (Negara Tuhan). Dalam

karya ini menceritakan pemikiran Agustinus mengenai negara dan kekuasaan, yakni

sebuah produk interaksi-dialektis antara dirinya dengan realitas sosio-politik yang

mengitarinya. Negara terdiri dari dua bentuk, yaitu negara Tuhan dan negara

keduniawian. Dalam negara keduniawian terdapat kejujuran, keadilan, keluhuran, dan

kesejahteraan. Sementara dalam negara keduniawian diliputi nafsu, pengkhianatan,

kemaksiatan, kejahatan, dan kebobrokan.

Dalam negara Tuhan tidak dikenal konsep kekuasaan politik dalam pengertian

bentuk kekuasaan pemaksa dan alat kekerasan yang dilembagakan. Yang ada adalah

kepatuhan terhadap Tuhan sebagai implementasi langsung dari kedaulatan Tuhan.

Unsur penting negara Tuhan adalah keadilan dan perdamaian. Keadilan adalah nilai

fundamental dalam negara Tuhan karena tanpa nilai keadilan negara Tuhan tidak

mungkin terbentuk dan dengan adanya keadilan akan tercipta kedamaian sosial.

Perdamaian di mana negara berkewajiban menegakkan perdamaian yang mempunyai

tujuan yaitu manusia dapat mengabdikan diri kepada Tuhan.

3

Page 4: Ilmu Negara

Negara Tuhan telah diciptakan sebelum manusia ada dan bahkan sebelum

alam semesta diciptakan serta sebelum ada negara duniawi. Tuhan dalam negara

Tuhan memiliki kekuasaan atau kedaulatan tertinggi. Sehingga ketaatan dan loyalitas

tertinggi manusia tidak boleh ditujukan kepada negara namun hanya boleh ditujukan

kepada Tuhan.

Ibn Abi Rabi’

Membahas mengenai negara atau kota berdasarkan kenyataan sosial bahwa

manusia adalah jenis makhluk yang saling memerlukan satu sama lainnya untuk

mencukupi segala kebutuhannya. Keinginan mencukupi kebutuhan agar bertahan

hidup, dan untuk memperolehnya diperlukan kerja sama, mendorong mereka

berkumpul di suatu tempat, agar mereka bisa saling mendorong dan memberi. Proses

itulah yang menyebabkan terbentuknya kota-kota dan akhirnya menjadi negara.

Dalam memahami manusia sebagai makhluk sosial, dapat dikaitkan dengan

keyakinan dan paham agama yang ia pegang. Sumber kekuasaan bagi seorang

pemimpin masyarakat atau kepala negara berasal dari Tuhan. Untuk mendirikan

negara setidaknya diperlukan lima unsur dan sendi yaitu wilayah, raja atau penguasa,

rakyat, keadilan, dan pengelola negara.

Al-Ghazali (1058-1111 M)

Tentang asal mula timbulnya negara, beliau berpendapat bahwa manusia

adalah makhluk sosial. Manusia diciptakan oleh Allah tidak bisa hidup seorang diri, ia

butuh berkumpul bersama yang lain, makhluk sejenisnya karena kebutuhan akan

keturunan demi kelangsungan hidup umat manusia dan saling membantu dalam

penyediaaan bahan makanan, pakaian, dan pendidikan anak.

Tujuan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara untuk mempersiapkan

diri bagi kehidupan yang sejahtera di akhirat nanti melalui pengalaman dan

penghayatan ajaran agama secara betul. Kewajiban mengangkat seorang kepala

negara atau pemimpin negara tidak berdasarkan rasio, tetapi berdasarkan keharusan

agama. Keberadaan raja merupakan keharusan bagi ketertiban agama, dan ketertiban

agama merupakan keharusan bagi tercapainya kesejahteraan akhirat nanti.

Dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup rakyat, seperti ketertiban,

keamanan, dan kesejahteraan, negara memerlukan sejumlah unsur yang menjamin

tegaknya negara, yakni pertanian untuk menghasilkan bahan makanan,

4

Page 5: Ilmu Negara

pengembalaan untuk menghasilkan binatang ternak, perburuan dan peternakan untuk

menghasilkan binatang buruan dan barang tambang yang tersimpan di dalam perut

bumi, pemintalan untuk menghasikan pakaian, pembangunan untuk menghasilkan

tempat tinggal, politik untuk mengelola negara, mengatur kerja sama antara warga

negara untuk menjamin kepentingan bersama, menyelesaikan sengketa dan

melindungi ancaman dan bahaya yang datang dari dalam maupun luar.

Kekuasaan kepala negara adalah suci. Untuk terpilih menjadi kepala negara

atau raja, setidaknya ada sepuluh syarat yang mesti terpenuhi, yaitu dewasa, otak yang

sehat, merdeka dan bukan budak, laki-laki, keturunan Quraisy, pendengaran dan

penglihatan yang sehat, kekuasaan yang nyata, hidayah, ilmu pengetahuan, dan

kehidupan yang bersih dengan kemampuan mengendalikan diri, tidak berbuat hal-hal

yang terlarang dan tercela.

3. Organisasi Kekuasaan

Niccolo Machiavelli (1469-1527 M)

Hidup pada zaman Reinaissansce. Beberapa pemikiran Machiavelli dalam

hubungannya dengan negara sebagai organisasi kekuasaan yaitu pertama, kekuasaan

dan negara hendaknya dipisahkan dari moralitas dan tuhan. Kedua, kekuasaan sebagai

tujuan, bukan instrumen untuk mempertahankan nilai-nilai moralitas dan agama. Jadi

Machiavelli berpendapat bahwa justru agama dan nilai moralitas harus dijadikan suatu

alat untuk mencapai kekuasaan. Ketiga, penguasa yang baik harus mengejar kejayaan

dan kekayaan karena keduanya merupakan nasib mujur yang dimiliki oleh penguasa.

Keempat, kekuasaan merupakan raison d’ entre negara di mana negara merupakan

simbolisasi kekuasaan politik tertinggi yang sifatnya mencakup semua.

Kelima, dalam mempertahankan kekuasaan setelah merebutnya,

memusnahkan, membumihanguskan seluruh negara, dan membunuh seluruh keluarga

penguasa lama serta melakukan kolonisasi dan menjalin hubungan baik dengan negara

tetangga terdekat. Keenam, Machiavelli juga mengungkapkan bahwa kekuasaan yang

didapatkan secara keji dan jahat bukan merupakan nasib baik. Jika ia melakukan

kekejaman, hendaklah mengiringinya dengan tindakan simpatik, kasih sayang kepada

rakyat, dan menciptakan ketergantungan rakyat kepadanya. Hal ini dapat

menghindari terjadinya pemberontakan.

5

Page 6: Ilmu Negara

Ketujuh, seorang penguasa perlu mempelajari sifat yang terpuji maupun yang

tidak terpuji. Untuk mencapi tujuan, menghalalkan segala cara atau cara apa pun dapat

dilakukan. Kedelapan, penguasa negara dapat menggunakan cara binatang dalam

menghadapi lawan-lawan politiknya. Kesembilan, seorang penguasa yang mempunyai

sikap yang jelas apakah sebagai musuh atau kawan akan lebih dihargai daripada

bersikap netral.

Thomas Hobbes (1588-1645 M)

Hobbes mengibaratkan negara sebagai leviathan, yakni sejenis monster yang

ganas, menakutkan, dan bengis yang terdapat dalam kisah Perjanjian Lama. Leviathan

sangat ditakuti dan dipatuhi segala perintahnya. Negara ini menimbulkan rasa takut

bagi siapapun yang melanggar hukum negara. Negara Leviathan hurus kuat karena

apabila lemah, akan timbul anarki, perang sipil mudah meletus, dan mengakibatkan

kekuasaan negara terbelah. Negara dalam versi Hobbes adalah organisasi yang

memiliki kekuasaan mutlak meskipun bisa melahirkan despotis namun jauh lebih baik

daripada kekuasaan yang terbagi-bagi yang akan menimbulkan perang.

Titik tekan filsafat dan asumsi Hobbes adalah keadaan alami manusia yakni,

manusia cenderung mempunyai insting hewani yang kuat dan menggunakannya untuk

mencapai tujuan. Manusia akan menjadi serigala bagi manusia lainnya, semua

manusia akan berperang melawan semua, dalam keadaan alamiah manusia saling

membunuh, sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh manusia dan nalar

manusia untuk berdamai sehingga manusia merasa membutuhkan ‘kekuasaan

bersama’ yang bisa menghindari pertumpahan darah.

Kontrak sosial atau perjanjian sosial antarindividu atau antarkelompok

manusia. Hobbes berpandangan bahwa terbentunya sebuah negara atau kedaulatan

pada hakikatnya merupakan sebuah kantrak atau perjanjian sosial. Perjanjian itu

bukan antarindividu dengan negara melainkan antarindividu yang satu dengan

lainnya. Oleh karena itu, negara berdiri bebas dan tidak terikat oleh perjanjain. Negara

bebas melakukan apa saja yang dikehendaki, terlepas apakah sesuai atau tidak dengan

kehendak individu.

Negara dan kekuasaan (State and Fower) bahwa negara perlu kekuatan mutlak

untuk mengatur individu atau manusia. Untuk menunjang kekuasaannya, seorang

penguasa monarki memiliki hak-hak istimewa seperti memilih penggantinya dengan

syarat penggantinya itu melakukan kewajibannya sebagai penguasa negara.

6

Page 7: Ilmu Negara

4. Organisasi Hukum

Thomas Aquinas (1226-1274 M)

Pemikirannya dipengaruhi oleh Aristoteles dan Ibnu Rusyd yang merupakan

filosof Muslim terkemuka yang ajarannya di Barat dikenal dengan nama Averoisme.

Selain itu pemikirannya juga dipengaruhi oleh realitas sosial-politik dan kebangkitan

gerakan rasionalisme di Eropa.Menurut Thomas, negara dan kekuasaan tidak bisa

lepas dari hukum kodrat atau hukum alam (natural law). Hukum alam merupakan

partisipasi makhluk rasional dalam hukum abadi, sedangkan hukum abadi adalah

kebijaksanaan dan akal budi abadi Tuhan. Eksistensi negara bersumber dari sifat

alamiah manusia, seperti wataknya yang bersifat sosial dan politis. Hukum kodrat

inilah yang sesungguhnya yang mendasari perilaku dan aspirasi manusia membentuk

negara.

Mengapa manusia secara alamiah membutuhkan negara? Pertama, karena

manusia adalah bagian integral dari alam. Manusia tidak hanya bergantung dan

membutuhkan manusia lain, melainkan berbagai substansi alam. Kedua, sisi lain

watak ilmiah manusia adalah manusia bertindak sesuai dengan inteligensinya karena

manusia adalah makhluk yang berpikir. Ketiga, seorang manusia sederjat berhadapan

dengan manusia lainnya.

Tuhan adalah penguasa alam semesta. Sehingga semua bentuk kekuasaan apa

pun, datang dan berasal dari Tuhan. Negara dan kekuasaan tidak terlepas dari semua

itu. Dengan demikian, negara atau kekuasaan politik merupakan suatu lembaga yang

bersifat ketuhanan. Meskipun demikian negara sebagai bentuk simbolik dan

akumulasi kekuasaan politik tetap merupakan suatu organanisasi manusia yang terikat

pada hukum manusia. Kekuasaan dari Tuhan, tetapi berbagai formasi politik yang

dimungkinkan dengan pelaksanaan kekuasaan ini merupakan hasil dari hukum alam

karena negara adalah alami.

John Locke (1632-1704 M)

Diawali oleh pandangannya terhadap keadaan alamiah manusia. Keadaan

alamiah menurut John Locke jauh dari gambaran Hobbes. Keadaan alamiah John

Locke merujuk pada keadaan hidup manusia dalam kedamaian, kebajikan, saling

melindungi, penuh kebebasan, tak ada rasa takut, dan penuh kesetaraan. Manusia

dalam keadaan alamiah pada dasarnya baik, selalu terobsesi untuk berdamai dan

7

Page 8: Ilmu Negara

menciptakan perdamaian, saling menolong dan memiliki kemauan dan menggenal

hubungan-hubungan sosial. Akal senantiasa membuat manusia berperilaku rasional

dan tidak merugikan manusia lain. Akal disebut sebagai “Suara Tuhan”.

Keadaan alamiah yang penuh damai itu berubah setelah manusia menemukan

sistem moneter dan uang. Ada sebagian individu yang lebih kaya dari individu

lainnya. Mereka yang miskin dan tersisih, memendam kemarahan dan kebencian

kepada orang-orang kaya. Sesungguhnya mereka inilah yang semestinya dibela. Jika

mereka dijadikan objek kekerasan dan penindasan serta hak-haknya dirampas, lahirlah

keadaan perang.

Berkaitan dengan itu, John Locke menekankan pentingnya kesamaan sebab

kesamaan di antara manusia merupakan hukum kodrat yang membedakan secara

signifikan keadaan alamiah dan keadaan perang. Ada dua prinsip penting dalam

pemikiran Locke. Pertama, prinsip bahwa manusia memiliki kemampuan yang sama

untuk mengetahui hukum moral. Kedua, prinsip akan kepercayaan dalam kompetisi

kebajikan merupakan gagasan Locke yang radikal.

Selain didasari oleh pandangannya tentang keadaan alamiah, pemikiran

kenegaraannya juga didasari oleh pandangannya tentang hukum dan hak asasi

manusia dimana manusia dilahirkan dengan memiliki kebebasan hak asasi. Negara

bersifat konstitusional, yakni membatasi kekuasaan negara. Hubungan keduanya dapat

dijumpai ketika manusia membutuhkan penjaga hak asasi yang dimiliki mereka

seperti kebebasan dan hak hidup. Hal yang paling penting dari teori John Locke

tentang penegakkan HAM dan kekuasaan hukum adalah dua macam perjanjian

masyarakat, yaitu pactum unionis dan pactum subjektionis. Pada tahap pertama

diadakan pactum unionis, yaitu perjanjian antarindividu untuk membentuk ‘body

politik’, yaitu negara. Dan tahap kedua yaitu pactum subjektionis di mana kemudian

pada tahap kedua para individu yang membentuk body politik bersama-sama

menyerahkan hak untuk mempertahankan kehidupan dan hak untuk menghukum yang

bersumber dari hukum alam.

Perjanjian masyarakat ini menghasilkan kekuasaan yang terbatas di mana

kalau penerima kuasa satu orang akan membentuk monarki terbatas atau monarki

konstitusional karena pembatasan-pembatasan kekuasaan raja dimuat dalam

konstitusi. Yang membatasinya yaitu saat penyerahan kekuasaan pada raja, rakyat

tidak menyerahkan kebebasan dan hak-hak asasi kepada raja dan letak pembatasnya

ialah pada perjanjian masyarakat yaitu pactum subjektionis. Perjanjian itu mengikat

8

Page 9: Ilmu Negara

pada pihak-pihak yang mengadakannya, dengan kata lain perjanjian masyarakat itu

sama dengan hukum yang berarti sama dengan kekuasaan raja dibatasi oleh hukum.

John Locke merupakan pelopor gagasan ‘negara konstitusional’. Menurutnya,

munculnya negara otoriter dapat dihindari dengan adanya pembatasan kekuasaan

negara. Hal itu dilakukan dengan memisahkan kekuasaan politik ke dalam tiga

bentuk:

1. Kekuasaan legislatif (legislative Power) yaitu kekuasaan pembuat undang-

undang.

2. Kekuasaan eksekutif (executive power) yaitu kekuasaan pelaksana undang-

undang.

3. Kekuasaan federative (federative power)

Jadi kita tahu bahwa John Locke merupakan orang pertama yang mengemukakan

pemikiran tentang pembagian kekuasaan.

Montesquieu (1688-1755 M)

Beliau adalah filosof politik Prancis yang memberikan semangat besar

terhadap perkembangan pemikiran hukum dan politik. Montesquiue juga merupakan

perintis dalam filsafat sejarah dan pendekatan sosiologis pada masala politik dan

hukum. Segala gagasan Montesquieu tentang politik atau negara tertuang dalam

karya-karyanya, pertama Surat-Surat Persia. Banyak kritik dan kecaman tajam

ditujukan kepada pemerintah dan kondisi sosio-kultural masyarakat Prancis yang

berkembang pada karyanya itu, antara lain:

1. Terhadap kebiasaaan kebudayaan masyarakat Prancis yang hipokrit (munafik),

dia menyebutnya sebagai hipocrity cultural.

2. Kritik terhadap kesewenang-wenangan Kaisar Louis Xiv dan kekuaasan Paus.

3. Kritik pada kaum intelektual yang cenderung banyak berkhayal (utopis) tanpa

berbuat status.

4. Kritik pada agama. Menurutnya, walaupun agama tidak ada, keadilan tetap harus

diagungkan.

5. Kritik akan perkawinan incest dan poligami yang dilakukan oleh islam.

6. Kritik tentang bunuh diri individu dan politik.

7. Model pemerintahan yang paternal pantas dipertahankan karena pemerintah

terbaik adalah mengikuti kehendak rakyatnya.

9

Page 10: Ilmu Negara

8. Menetapkan dua prinsip penting teori politik yaitu, semua masyarakat bersandar

pada solidaritas kepentingan dan suatu masyarakat bebas hanya ada di atas dasar

penggabungan keutamaan warga negara.

Kedua, sejarah kebesaran dan kejatuhan Romawi yang diterbitkan di Belanda

pada tahun 1734 secara anonim. Dalam buku ini dapat ditemukan dua sebab

kehancuran bangsa yaitu, pertama kebijakan konstitusional pokok pemerintahan yang

dilih berganti dan kedua semangat rakyat untuk melakukan perubahan. Studinya

tentang masalah ini membawanya pada konsep yang dikembangkan dalam the Spirit

of Laws.

Ketiga, karya besar Montesquieu adalah semangat hukum (the Spirit of

Laws). Dalam karya ini, pemikirannya antara lain:

1. Hukum dan bentuk pemerintahan yang ditentukan oleh banyaknya orang yang

berkuasa dan prinsip nilai yang digunakan. Pemerintahan dibagi menjadi tiga

macam yaitu republik, monarki dan despotis. Bentuk negara yang ideal adalah

republik yang mengacu pada bentuk republik zaman Yunani Kuno meskipun

bentuk negara monarki juga dianggap baik jika penguasa bersangkutan mematuhi

hukum.

2. Gagasannya tentang Trias Politica yang memisahkan kekuasaan negara menjadi

tiga bentuk kekuasaan yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pemisahan ini

bertujuan membatasi kekuasaan raja dan menghindari kekuasaan mutlak yang

sewenag-wenang.

3. Dua faktor utama yang membentuk watak masyarakat yaitu secara fisik dan moral.

Faktor fisik yang utama adalah iklim dan letak geografis yang mengakibatkan

munculnya mental tertentu, sedangkan faktor moralnya juga berpengaruh penting

terhadap agama, hukum, kebiasaan, ekonomi, dan perdagangan.

4. Masalah undang-undang ekonomi memperbaiki sekaligus merusak tata krama dan

nilai moral. Selain itu ada hubungan antara perdagangan dan pemerintahan.

5. Organisasi Kedaulatan Rakyat

Al-Mawardi (975-1059 M)

Konsep tentang negara dimulai mengenai hakikat manusia sebagai makhluk

sosial. Manusia adalah makhluk lemah dan paling banyak kebutuhannya. Manusia

memerlukan kerja sama. Karena manusia dianugerahkan akal manusia yang lemah

10

Page 11: Ilmu Negara

dan mempunyai banyak kebutuhan kemudian terdorong untuk bersatu dan saling

menolong kemudian sepakat untuk mendirikan negara.

Dari segi politik, negara memerlukan enam sendi utama yaitu agama yang

dihayati, penguasa yang berwibawa, keadilan yang menyeluruh, keamanan yang

merata, kesuburan tanah yang berkesinambungan, dan harapan keberlangsungan

hidup. Seorang kepala negara adalah pemimpin agama di satu pihak dan pemimpin

politik di pihak lain. Yang memilih kepala negara menurut Al-Mawardi adalah para

ulama, cendekiawan, dan pemuka masyarakat. Proses pengangkatan kepala negara

merupakan persetujuan dua belah pihak antara pemilih dan yang dipilih yang

mengadakan perjanjian atas dasar sukarela.Sumber kekuasaan negara adalah rakyat

atau masyarakat. Negara adalah organisasi kedaulatan rakyat.

J.J Rousseau (1712-1778 M)

Pandangan negara sebagai organisasi kedaulatan rakyat dapat dilihat dari

pandangannya tentang teori kontrak sosial yang mengatakan bahwa negara adalah

sebuah produk perjanjian sosial. Individu-individu dalam masyarakat sepakat untuk

menyerahkan sebagian hak, kebebasan, dan kekuasaan yang dimilikinya kepada suatu

‘kekuasaan bersama’. Kekuasaan bersama tersebut kemudian disebut negara,

kedaulatan rakyat atau tergantung bagaimana kita melihatnya.

Negara diberi mandat oleh rakyat untuk mengatur, mengayomi, dan menjaga

keamanan maupun harta benda mereka. Negara harus selalu berusaha mewujudkan

kehendak umum. Dari segi ini, konsep negara berdasarkan kontrak sosial merupakan

antitesis terhadap hak-hak ketuhanan raja dan kekuasaan negara.

6. Organisasi Integralistik

George F. Hegel (1770-1831 M)

Negara dalam pemikiran Hegel adalah penjelmaan ‘Roh Absolut’ sehingga

kekuasaannya melampaui hak-hak transendental individual. Konsep negara

integralistik dari Hegel sering disamakan dengan konsep negara persatuan. Negara

merupakan bentuk akhir manusia yang tujuannya untuk memberikan kebebasan yang

sempurna kepada manusia. Manusia tidak dapat berdiri sendiri sehingga makna hidup

akan tercipta jika individu menyerahkan diri kepada negara.

11

Page 12: Ilmu Negara

Prof. Soepomo

Bapak pendiri NKRI. Konsep integralistik ini mengacu pada suatu tatanan

integral yang semua kelompok sosial maupun individu secara organis terkait satu

sama lainnya. Tidak boleh ada diskriminasi sedikit pun dalam bentuk apapun dalam

kehidupan bernegara. Individu, masyarakat, atau rakyat merupakan bagian organik

dari negara. Negara merupakan perwujudan seluruh rakyat. Negara model ini sangat

mementingkan kesatuan dan persatuan. Negara yang menggunakan model negara

integralistik yaitu negara Jepang dan Nazi Jerman.

Dari sejumlah pandangan tentang negara di atas, konsep negara dapat ditarik

dalam empat perspektif atau sudut pandang utama dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

No. Perspektif Titik Tolak Operasional Konsep

1. Politis Kekuasaan: Negara sebagai

organisasi kekuasaan.

Kemungkinan untuk melaksanakan

kehendak sendiri dalam kerangka suatu

hubungan sosial.

2. Sosiologis Masyarakat: Negara sebagai

kenyataan masyarakat.

Sejumlah manusia dalam arti seluas-

luasnya dan terikat oleh suatu

kebudayaan yang mereka anggap sama.

3. Yuridis Hukum: Negara sebagai

organisasi hukum.

Segala peraturan yang dibuat untuk

mengatur tata tertib kehidupan manusia.

4. Religis Tuhan: Negara sebagai

implementasi kadaulatan

Tuhan di bumi.

Suatu kepercayaan yang dianut oleh

umat manusia untuk menemukan

hakikat hidup dan hubungannya dengan

Tuhan.

C. DEFINISI DAN OBJEK ILMU NEGARA

Ilmu negara merupakan ilmu dan dan pengetahuan yang didasarkan pada

kerangka ontologis (hakikat apa yang dikaji), epistemologis (bagaimana cara

mendapatkan pengetahuan), dan aksiologis (nilai kegunaan ilmu). Dalam kajiannya

dapat ditelusuri melalui cara sistematis, yaitu dengan mendeskripsikan lokus dan

fokus kajiannya. Negara berasal dari bahasa asing yaitu staat (bahasa Belanda dan

Jerman), state (bahasa Inggris), dan etat (bahasa Prancis) yang diambil dari bahasa

latin yakni status atau statum yang berarti keadaan yang tegak dan tetap.

12

Page 13: Ilmu Negara

Berikut beberapa pengertian negara menurut para ahli.

1. George Jellinek, negara merupakan organisasi tertinggi dari bangunan satu sisi dan

bangunan masyarakat di sisi lain.

2. Roger H. Soltau, negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau

mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.

3. Prof. Mr. Soekarno, negara ialah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah

tertentu, dan kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai kedaulatan.

Dari beberapa pandangan diatas, dipahami secara sederhana bahwa negara adalah

organisasi tertinggi yang memiliki teritorial dan kekuasaan untuk mengatur dan

memelihara rakyatnya di bawah perundang-undangan yang jelas dan tegas.

Pengertian ilmu negara menurut Prof Dr. M. Solly Lubis, S.H, ilmu negara

sebagai ilmu yang mempelajari negara secara umum, mengenai asal mulanya,

wujudnya, lenyapnya, perkembangannya, dan jenis-jenisnya. Objek kajian ilmu

negara adalah negara dan pembahasannya menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat

umum atau pada teori-toeori umum. Sedangkan ilmu hukum tata negara membahas

sebuah negara secara khusus serta alat-alat perlengkapan negara. Ilmu negara bersifat

praktis, ilmu negara cenderung bersifat teoritis.

D. Metode Dalam Ilmu Negara

Ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki beberapa metode

dalam menyelidiki objek-objek kajiannya yakni metode induktif dan deduktif. Metode

induktif ialah mempelajari gejala-gejala khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah

umum untuk diterapkan pada lapangan yang lebih luas. Sementara itu, metode

deduktif ialah mempelajari gejala dengan terlebih dahulu menggunakan kaidah-kaidah

umum untuk kemudian digunakan untuk menjelaskan keadaan atau gejala khusus.

E. Fungsi Ilmu Negara

Fungsi ilmu negara bagi mahasiswa ilmu hukum adalah sebagai kompetensi

dasar perkuliahan. Sementara bagi jurusan lain adalah mata kuliah penunjang. Namun

demikian, terdapat kesamaan fungsi ilmu negara di hampir semua jurusan atau

program studi yakni sebagai mata kuliah pengantar.

F. Hubungan Ilmu Negara Dengan Ilmu Lainnya

13

Page 14: Ilmu Negara

Ilmu negara dalam perkembangannya membantu dan sekaligus dibantu oleh

perkembangan ilmu-ilmu lainnya. Pertama, ilmu lain yang menjadi kelanjutan dari

ilmu negara adalah hukum tata negara, hukum tata usaha negara, hukum administrasi

negara, dan hukum internasional. Kedua, ilmu pengetahuan lain yang sangat penting

fungsinya bagi ilmu negara, yaitu sejarah, sosiologi, ekonomi, zoology, etika, dan

geografi.

14

Page 15: Ilmu Negara

BAB 2

ASAL MULA NEGARA

Terdapat dua pendekatan tentang asal mula negara yaitu pendekatan faktual

dan pendekatan teoritis.

A. Pendekatan Faktual

Pendekatan faktual didasarkan pada kenyataan yang benar-benar terjadi, yang dapat

ditelusuri dari pengalaman dan sejarah. Pendekatan faktual sering disebut para ahli

sebagai penjelasan sekunder, yaitu pembahasan tentang terjadinya negara yang

dihubungkan dengan negara-negara yang telah ada sebelumnya. Jadi yang penting

dari pembahasan terjadinya negara sekunder ini adalah masalah pengakuan. Karena

itu, kenyataan sejarah menunjukkan bahwa suatu negara dapat dibentuk, antara lain

disebabkan oleh:

1. Suatu wilayah atau daerah yang belum dikuasai kemudian diduduki oleh suatu

bangsa maka daerah itu berubah menjadi suatu negara.

2. Suatu wilayah atau daerah yang semula termasuk wilayah negara tertentu,

kemudian melepaskan diri dari negara itu dan menyatakan kemerdekaannya.

3. Beberapa negara mengadakan peleburan (fusi) dan menjadi suatu negara baru.

4. Suatu negara pecah dan lenyap, kemudian di atas bekas wilayah negara itu timbul

negara yang baru. Misalnya Colombia yang pecah menjadi negara baru, yaitu

Venezuela dan Colombia Baru.

B. Pendekatan Teoritis

Pendekatan ini didasarkan pada penggunaan metode falsafah, yaitu membuat dugaan-

dugaan berdasarkan kerangka pemikiran yang logis. Pendekatan teoritis sering disebut

para ahli sebagai penjelasan secara primer, yakni pembahasan tentang terjadinya

negara yang tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya. Di antara

teori-teori tersebut adalah teori ketuhanan, teori hukum alam, teori kekuasaan, teori

perjanjian masyarakat, teori organis, dan teori garis kekeluargaan.

1. Teori Ketuhanan

Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa segala kejadian di jagat raya ini

terjadi karena kehendak Tuhan. Suatu negara tidak akan terjadi, jika tuhan belum

menghendakinya. Kekuasaan kepala negara sesungguhnya dipindahkan dari Tuhan

15

Page 16: Ilmu Negara

atau dewa-dewa kepada manusia sehingga masalahnya tidak dapat dipecahkan secara

ilmu pengetahuan oleh manusia biasa.

Penganut teori ini adalah Friedrich Julius Stahl (1802-1861) dan Abu Al A’la

Al-Maududi (1903-1979). Friedrich menyatakan bahwa “Negara bukan tumbuh

disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luar, melainkan disebabkan perkembangan

dari dalam. Ia tidak tumbuh disebabkan kehendak manusia, melainkan disebabkan

kehendak Tuhan.” Sementara Maududi menyatakan bahwa “kekuasaan tertinggi, yang

dalam istilah politik disebut kedaulatan, terdapat pada Allah, sedangkan umat manusia

hanyalah pelaksana-pelaksana kedaulatan Allah sebagai Khalifah di muka bumi ini.”

2. Teori Hukum Alam

Hukum alam bukan merupakan hukum buatan negara, melainkan hukum yang

berlaku menurut keadaan alam. Hukum ini berlaku universal, yaitu tidak berubah,

berlaku setiap waktu dan tempat. Hukum alam disebut juga dengan istilah ius

naturale. Ada pendapat dri para ahli bahwa hukum alam berakar pada agama dan ada

juga yang berpendapat bahwa hukum alam sebagai hasil pikiran sehat. Terdapat

beberapa ahli yang menganut teori ini seperti yang telah di uraikan pada bab

sebelumnya.

Menurut Ibnu Kholdun, manusia diciptakan oleh Tuhan yang hanya dapat

hidup dengan bantuan makanan. Namun manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan

seorang diri karena memiliki keterbatasan. Sehingga antar manusia perlu bekerjasama.

Tuhan memberi tiap-tiap manusia kelebihan dan kekurangan serta pikiran dan bakat

yang berbeda-beda. Sehingga mereka harus bekerja sama satu dengan yang lain dan

untuk itu perlu adanya organisasi masyarakat yang disebut negara. Disini teorinya

berlandaskan agama di mana Tuhan tetap menjadi sandaran bagi hukum alam.

Hugo de Groot adalah sarjana Belanda. Menurutnya hukum alam adalah

mutlak. Manusia menilai perbuatanya berdasarkan akal manusia apakah baik atau

buruk. Manusia sendiri mempunyai sifat berbuat baik kepada sesama manusia atau

dengan kata lain manusia mempunyai hasrat kemasyarakatan.

3. Teori Kekuasaan

Negara itu terbentuk karena kekuatan atau kekuasaan. Menurut Karl Marx

negara adalah hasil pertarungan antara kekuatan-kekuatan ekonomis dan negara

merupakan alat pemeras bagi mereka yang lebih kuat terhadap yang lemah dan negara

16

Page 17: Ilmu Negara

itu akan lenyap kalau perbedaan kelas itu tak ada lagi. Menurutnya, lahirnya negara

untuk pertama kali adalah bersamaan dengan munculnya hak milik pribadi yang

melahirkan dua kelas. Pertama kelas borjuis yang ingin mempertahankan pola

produksinya sehingga memerlukan organisasi pemaksa yang disebut negara dan kedua

yaitu kelas bukan pemilik alat-alat produksi.

Pandangan yang sama oleh Harold J. Laski yang berpandangan bahwa setiap

pergaulan hidup memerlukan organisasi pemaksa, untuk menjamin kelanjutan

hubungan prosuksi yang tetap. George Jellinek menyatakan negara adalah kesatuan

yang dilengkapi dengan kuasa memerintah bagi orang-orang yang diam di dalamnya,

dan bahwa memerintah ialah mampu melaksanakan kemauan sendiri terhadap orang

lain. Jadi, teori kekuasaan adalah teori yang menyatakan bahwa orang kuatlah yang

pertama-tama mendirikan negara, karena dengan kekuatannya itu, ia mampu untuk

melaksanakan kehendaknya kepada orang lain.

4. Teori Perjanjian Masyarakat

Teori perjanjian masyarakat bertitik tolak pada anggapan bahwa sebelum ada

negara, manusia hidup secara sendiri-sendiri dan nomaden di mana belum ada

masyarakat dan peraturan sehingga kehidupan pada waktu itu sangat kacau. Dengan

keadaan demikian, manusia menggunakan akalnya melakukan perkumpulan

kemudian mengadakan perjanjian dalam rangka saling memelihara keselamatan hidup

dan kepemilikan harta. Perjanjian masyarakat itu adlah mendirikan oranisasi

kekuasaan bersama, yakni sebuah negara. Perjanjian antar kelompok masyarakat yang

melahirkan negara disebut pactum unionis. Sementara perjanjian antarkelompok

masyarakat dengan penguasa disebut pactum subjectionis.

Thomas Hobbes adalah tokoh yang menekankan pactum subjectionis, bahwa

dengan kesempatan membentuk negara, rakyat menyerahkan semua hak secara

alamiah untuk diatur sepenuhnya oleh kekuasaan negara. Oleh karena itu menurutnya

negara itu harusnya berbentuk kerajaan mutlak atau monarki absolut.

Berbeda dengan Hobbes, John Locke menekankan pada kedua pactum. John

Locke juga dianggap sebagai Bapak Hak Asasi Manusia karena teorinya yang

menyatakan bahwa mayoritas anggota suatu masyarakat membentuk persatuan

kemudian anggota masyarakat menjadi subjek negara, namun negara tidak berkuasa

secara absolut, tetapi tetap ada hak-hak pribadi manusia yang ada pada masing-

masing individu.

17

Page 18: Ilmu Negara

Sementara itu, J.J. Rousseau menulis hanya ada pactum unionis namun bukan

berarti hak individu untuk diatur oleh negara, justru rakyat yang memiliki wakilnya

serta menyusun aparatur pemerintah. Maka dari itu Rousseau dianggap sebagai

peletak dasar teori kedaulatan rakyat.

5. Teori Organis

Teori organis menyatakan bahwa negara adalah suatu organisme. Negara

tumbuh sebagai hasil suatu evolusi seperti makhluk hidup lainnya. Misalnya, negara

bermula dari pola kerja sama antarorganisasi sederhana, kemudian meningkat secara

bertahap ke dalam bentuk yang lengkap dan jelas yang kemudian lahirlah negara.

Selain sebagai teori mengenai asal mula negara juga sebagai teori hakikat negara.

6. Teori Garis Kekeluargaan

Teori ini menerangkan bahwa negara dapat terbentuk dari perkembangan suatu

keluarga yang menjadi besar kemudian bersatu membentuk negara. Teori ini juga

disebut sebagai teori perkembangan suku, dimana orang-orang yang mempunyai

hubungan darah berkembang menjadi suatu suku lalu berkembang lagi sehingga

membentuk suatu negara.

18

Page 19: Ilmu Negara

BAB 3

UNSUR-UNSUR

DAN ASPEK-ASPEK NEGARA

A. Unsur-Unsur Negara

Negara tediri dari beberapa unsur pembentuk. Unsur-unsur tersebut ada yang bersifat

mutlak atau konstitutif dan ada yang bersifat deklaratif. Unsur pertama yaitu yang

bersifat konstitutif merupakan syarat mutlak yang menurut rumusan Konvensi

Montevidio tahun 1933 antara lain terdiri dari rakyat, wilayah, dan pemerintah yang

berdaulat. Sedangkan unsur-unsur yang bersifat tambahan atau deklaratif yaitu

pengakuan dari negara lain.

1. Rakyat

Rakyat adalah semua orang yang berdiam di dalam suatu suatu negara atau

menjadi penghuni negara. Rakyat merupakan salah satu unsur terpenting karena

manusialah yang pertama berkepentingan agar organisasi negara dapat berjalan

dengan baik. Dalam perkembangannya, sebutan penghuni negara selain rakyat, juga

digunakan istilah bangsa. Rakyat diartikan sebagai sekelompok manusia yang

memiliki kebudayaan adat istiadat, sedangkan bangsa diartikan sebagai cita-cita.

Rakyat biasanya dibedakan menjadi 2 yaitu penduduk dan bukan penduduk

serta warga negara dan bukan warga negara. Penduduk adalah mereka yang bertempat

tinggal atau berdomisili di dalam wilayah negara, sedangkan bukan penduduk ialah

mereka yang berada di dalam wilayah negara, tetapi tidak bermaksud bertempat

tinggal di nagara itu. Sementara itu, warga negara adalah mereka yang berdasarkan

hukum merupakan anggota dari suatu negara. Pembagian tersebut menimbulkan

perbedaan hak dan kewajiban tertentu.

Ada tiga unsur dasar atau asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang

yaitu asas keturunan atau pertalian darah (ius sanguinas), asas kedaerahan atau

teritorial (ius soli), dan asas pewarganegaran atau naturalisasi. Seseorang akan

mungkin memiliki kewarganegaraan rangkap (bipatride) dan tidak memiliki

kewarganegaraan (apatride) karena setiap negara memiliki asas yang berbeda dalam

menentukan kewarganegaraan. Terdapat empat status istilah warga negara yaitu status

positif, status negatif, status aktif, dan status pasif.

19

Page 20: Ilmu Negara

2. Wilayah

Tanpa adanya wilayah dengan batas-batas tertentu, suatu negara tidak akan

dianggap kedaulatannya dan eksistensinya. Peranan wilayah bagi negara adalah

pertama, sebagai tempat menetap rakyat dan tempat pemerintah menyelenggarakan

pemerintahannya dan kedua sebagai simbol kedaulatan dan integritas kewilayahan.

Wilayah negara ini meliputi daratan, lautan, udara, dan daerah ekstrateritorial.

Pertama, batas wilayah daratan biasanya ditentukan dalam perjanjian dengan

negara tetangga yang berbatasan langsung dengan negara, pembatas yang digunakan

biasanya dengan memberikan batas buatan ataupun batas alamiah. Kedua, lautan

adalah seluruh wilayah lautan di suatu negara dengan batas-batas tertentu yang

disebut laut teritorial. Wilayah lautan dibagi menjadi beberapa kategori menurut

Konvensi Laut 1982 antara lain:

1. Laut teritorial, yaitu kedaulatan atas lautan yang berjarak 12 mil dari garis lurus

yang ditarik dari pantai.

2. Wilayah laut zona bersebelahan, yaitu lautan di luar batas laut teritorial atau 24

mil laut dari pantai.

3. Wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah wilayah laut dari suatu

negara yang batasnya 200 mil laut diukur dari pantai. Di sini negara berhak

mengambil kekayaan alam dan negara lain bebas melewati namun tidak boleh

mengambil kekayaan alam yang ada.

4. Wilayah laut batas landas benua adalah wilayah lautan suatu negara yang

batasnya lebih dari 200 mil laut. Negara boleh mengambil dan mengelolah namun

dengan kewajiban membagi keuntungan dengan masyarakat internasional.

Ketiga, wilayah udara merupakan wilayah yang berada di atas wilayah

daratan dan lautan dan diatur dalam perjanjian Paris tahun 1919. Keempat, daerah

ekstrateritorial yang berdasarkan hukum internasional. Dalam daerah ektrateritorial,

walaupun wilayah itu terletak di wilayah negara lain, dianggap menjadi wilayah

negara yang diwakili.

3. Pemerintah yang Berdaulat

Pemerintah adalah seorang atau beberapa orang yang memerintah menurut

hukum negaranya. Pemerintah sebagai unsur negara adalah pemerintah dalam

pengertian luas, yaitu gabungan seluruh alat perlengkapan negara. Kedaulatan adalah

20

Page 21: Ilmu Negara

kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya

dengan semua cara yang tersedia. Pemerintahan yang berdaulat berarti ke dalam

ditaati oleh rakyatnya, sedangkan ke luar mampu mempertahankan kemerdekaannya

terhadap ancaman dari negara lain.

Terdapat beberapa macam teori kedaulatan antara lain

1. Teori kedaulatan Tuhan atau teori teokrasi, di mana kekuasaan tertinggi dalam

negara berasal dari Tuhan. Tuhan memberikan kekuasaan itu kepada penguasa

karena ia dianggap sebagai keturunan dan wakil-Nya di bumi.

2. Teori kedaulatan negara, yakni suatu paham yang bertitik tolak bahwa negaralah

sumber kedaulatan dalam negara. Oleh karena itu, negara dianggap mempunyai

hak yang tidak terbatas terhadap warganya.

3. Teori kedaulatan hukum ialah teori yang menyatakan bahwa hukum berada di

atas segalanya, bukan hanya warga negara namun pemerintah juga berada

dibawah pemerintah hukum.

4. Teori kedaulatan rakyat menyatakan bahwa rakyatlah yang berdaulat dan

mewakili kekuasaannya pada suatu badan, yaitu pemerintah. Kedaulatan rakyat

didasarkan pada kehendak umum (volonte generale).

4. Pengakuan dari Negara-Negara Lain

Pengakuan dari negara lain bukan merupakan unsur pembentuk negara,

melainkan hanya bersifat menerangkan adanya suatu negara. Pengakuan dari negara

lain terdapat dua macam yaitu pengakuan secara de facto dan de jure. Pengakuan

secara de facto adalah pengakuan berdasarkan kenyataan bahwa di atas wilayah

tersebut telah berdiri suatu negara. Sementara itu, pengakuan de jure adalah

pengakuan berdasarkan hukum.

Dikalangan para sarjana internasional, terdapat dua golongan besar yang

saling bertentangan tentang unsur tambahan ini. Golongan pertama berpendapat

bahwa apabila semua unsur negara telah dimiliki oleh suatu masyrakat politik, dengan

sendirinya ia merupakan sebuah negara dan harus diperlakukan secara semestinya

oleh negara-negara lainnya. Sementara golongan kedua merupakan penganut teori

konstitutif, berpendapat bahwa walaupun unsur-unsur kenegaraan telah dimiliki oleh

suatu masyarakat politik, tidaklah secara otomatis dapat diterima sebagai negara di

tengah-tengah masyarakat internasional, kecuali masyarakat tersebut telah memenuhi

semua syarat sebagai negara termasuk pengakuan dari negara lain.

21

Page 22: Ilmu Negara

B. Aspek-Aspek Negara

Terdapat empat aspek negara yang di perkenalkan oleh Edward S. Greenberg seorang

ahli ilmu sosial antara lain:

1. Negara

Larson mengatakan bahwa negara adalah sebuah konsep inklusif yang meliputi

semua aspek pembuatan kebijakan dan pelaksanaan sanksi hukumnya, sementara

pemerintah sekadar agen yang melaksanakan kebijakan negara dalam sebuah

masyarakat politik. Menurut Calvert, negara adalah komunitas yang diorganisasikan

untuk suatu tujuan politik; pemerintah adalah individu atau sebuah tim dari individu-

individu yang mengambil keputusan yang memberi dampak bagi individu sebuah

masyarakat. Jadi negara merupakan sebuah fakta dominasi dari satu atau beberapa

kelompok masyarakat untuk suatu tujuan tertentu.

2. Rezim

Dalam kamus politik, rezim diartikan sebagai pemerintahan yang berkuasa. Secara

ilmiah, rezim lebih dikaitkan dengan prinsip, norma, aturan, dan pengambilan

keputusan yang dianut oleh penguasa negara. Rezim bisa otoriter, demokratis, atau

variasi keduanya.

3. Aparat Birokrasi

Secara etimologis, birokrasi berasal dari kata “biro” yang berarti kantor ataupun dinas

dan “krasi” yang berarti pemerintahan. Birokrasi berarti dinas pemerintahan. Aparat

birokrasi adalah pejabat yang menduduki jabatan pimpinan tertinggi sebuah

departemen yang mengampil keputusan diangkat melalui sebuah proses politik seperti

pemilihan. Max Weber mendeskripsikan sejumlah karakteristik birokrasi dari

perspektif ideal yaitu:

a. Birokrasi menekankan pembagian kerja dengan spesialisasi peranan yang jelas.

b. Birokrasi mengikuti prinsip hierarki kontrol.

c. Kegiatan birokrasi dilakukan berdasarkan sistem aturan abstrak yang konsisten

dan terdiri atas penerapan aturan-aturan dalam kasus-kasus yang khusus.

d. Birokrasi menekankan keharusan untuk bekerja dengan penuh dan diiringi

dengan penerimaan gaji.

e. Birokrasi memungkinkan adanya ruang bagi promosi jabatan atau perjenjangan

karir.

22

Page 23: Ilmu Negara

f. Organisasi administrasi yang bertipe birokratis dari segi pandangan teknis murni

cenderung lebih mampu mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi.

4. Kebijakan

Kebijakan merupakan keputusan-keputusan publik yang diambil oleh negara dan

dilaksanakan oleh aparat birokrasi. Kebijakan ini merupakan sebuah proses politik

yang kompleks yang meliputi tujuan-tujuan negara dan cara pengambilan

keputusannya. Kebijakan merupakan proses terakhir dari sebuah proses negara. Dari

kebijakan-kebijakan yang dihasilkan dapat dilihat jenis negaranya yang meliputi

feodalisme, kapitalisme, sosialisme dan sebagainya. Kemudian bentuk rezimnya yaitu

totaliter, otoliter, semi-demokrasi, dan demokrasi.

23

Page 24: Ilmu Negara

BAB 4

TUJUAN DAN IDEOLOGI NEGARA

A. Tujuan Negara

Secara umum, tujuan terakhir setiap negara adalah menciptakan kebahagiaan bagi

rakyatnya. Terdapat beberapa teori dalam menjelaskan tujuan negara antara lain:

1. Teori Kekuasaan Negara (Lord Shang)

Lord Shang atau Shang Yang hidup pada masa pemerintahan Cina yang saat itu

sedang dilanda kekacaan besar di mana daerah-daerah diperintah oleh para

gubernur yang tidak mau tunduk kepada pemerintah pusat. Karena itu, Lord

Shang mendambakan terbentuknya suatu pemerintahan pusat yang kuat. Tujuan

bagi negara adalah mengumpulkan kekuasaan yang sebesar-besarnya.

2. Teori Pemeliharaan Agama dan Kesejahteraan Rakyat (Juris Sunni)

Teori pemeliharaan agama dan kesejahteraan rakyat ini dianut dan dijalankan

oleh para juris sunni dalam doktin Islam. Pembentukan pemerintahan dalam

suatu negara bertujuan sebagai pengganti tugas kenabian yang mengatur

kehidupan dan urusan umat atau rakyat, baik keduniaan maupun keagamaan.

Tujuan negara adalah memelihara agama dan rakyat.

3. Teori Kebesaran dan Kehormatan Negara (Niccolo Machiavelli)

Machiavelli hidup pada saat Italia dilanda perpecahan atau disintegrasi politik

dan kekacauan sosial. Tujuan negara adalah terciptanya kebesaran dan

kehormatan. Menurut Machiavelli, kekuasaan negara bukan merupakan tujuan

utama dari sebuah negara, tujuan utama negara adalah terciptanya kebesaran dan

kehormatan.

4. Teori Perdamaian Dunia (Teori Dante Alleghiere)

Dante menyusun sebuah buku berjudul Die Monarchia (1313) yang disusun

dalam suasana sangat kacau di pemerintahan Italia. Menurutnya , tujuan negara

sesungguhnya adalah menciptakan perdamaian dunia, dengan jalan menciptakan

undang-undang yang seragam bagi seluruh umat manusia. Kekuasaan sebaiknya

terpusat ditangan seorang Monarch, agar perdamaian dan keamanan dapat

terjamin. Sistem kenegaraan yang harus dijalankan oleh seorang Monarch untuk

menciptakan dan memelihara perdamaian dunia adalah imperium atau kerajaan

dunia.

24

Page 25: Ilmu Negara

5. Teori Perjanjian Hak dan Kebebasan (Immanuel Kant)

Teorinya didasarkan pada asumsinya bahwa semua orang adalah merdeka dan

sederajat sejak lahir. Tujuan negara adalah menegakkan hak-hak dan kebebasan-

kebebasan warganya. Teori negara hukum Kant disebut juga teori hukum murni

atau negara hukum karena negara diposisikan pasif dan peranan negara

cenderung hanya sebagai penjaga ketertiban hukum dan hak serta kebebasan

rakyatnya. Menurut Miriam Budiardjo ada empat fungsi negara, yakni

melaksanakan ketertiban, mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyatnya, pertahanan, dan menegakkan keadilan.

B. Aneka dan Inti Ideologi Dunia

Ideologi dunia cenderung berubah-ubah atau dinamis. Ideologi didefinisikan sebagai

suatu sistem kepercayaan yang memuat nilai-nilai dan ide-ide yang diorganisasi

secara rapi sebagai basis filsafat, sains, program sosial ekonomi politik yang menjadi

pandangan hidup, aturan berpikir, merasa, dan bertindak individu atau kelompok.

Ideologi dapat diketahui secara struktural dan fungsional. Ideologi secara struktural

diartikan sebagai sistem kepercayaan dan pembenaran, sementara ideologi secara

fungsional yaitu sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama dan

digolongkan menjadi ideologi yang doktriner dan paragmatis. Beberapa ideologi di

dunia antara lain:

1. Liberalisme

Paham ini menempatakan kepentingan dan kebebasan individu sebagai tujuan

hidup manusia. Paham ini tumbuh dan berkembang sebagai respon terhadap pola

kekuasaan negara yang absolut disertai pembatasan ketat atas kebebasan individu.

Liberalisme dalam bidang politik menghendaki juga kesetaraan dan kebebasan

politik. Sistem politik ini sering disebut sistem demokrasi.

2. Konservatisme

Konservatisme muncul sebagai reaksi atas paham liberal. Konservatisme adalah

memilihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa kestabilan

yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Identitas dari paham ini antara lain:

a. Filsafat konservatisme adalah bahwa perubahan tidak selalu berarti

kemajuan.

b. Pemikiran ekonomi konservatisme adalah mempertahankan agar sistem

ekonomi tidak berubah drastis sebagai dampak revolusi industri.

25

Page 26: Ilmu Negara

c. Pemikiran politiknya adalah mempertahankan pola dominasi monarki dan

aristokrasi dalam pemerintahan menjadi dominasi pemerintahan oleh

parlemen.

d. Pemikiran keagamaan dari konservatisme adalah pada awalnya merupakan

pola sikap untuk memelihara dominasi suatu agama atau alirak keagamaan.

3. Sosialisme

Paham ini merupakan antitesis dari paham liberalisme. Sosialisme

merupakan suatu paham yang menjadikan kepentingan bersama atau kebersamaan

(kolektivisme) sebagai inti pemikiran dan fokus pergerakannya. Identitas dari

sosialisme yaitu:

a. Prinsip-prinsip kesederajatan dan pemeratan.

b. Memiliki pemikiran ekonomi yang negara centris.

c. Pemikiran politik sosialisme yaitu bahwa negara sangat diperlukan guna

membina dan mengoordinasikan kebersamaan, serta mengelola dan

mendistribusikan sumber daya.

d. Pemikiran keagamaan sosialisme dipengaruhi kuat oleh ajaran agama bahwa

manusia harus saling menolong.

4. Komunisme

Ideologi ini hampir sama dengan sosialisme. Komunisme menghendaki

penguasaan sarana-sarana produksi yang vital bagi negara, di mana individu tidak

diperbolehkan memiliki sarana produksi. Perbedaan sosialisme dan komunisme

adalah komunisme memandang negara diperlukan untuk mengendalikan

perjuangan kelas dan menghapus perbedaan kelas serta bersifat revolusioner dan

menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Sedangkan sosialisme lebih

lunak dan bersifat evolusioner tetapi tetap mengganggap bahwa negara diperlukan.

5. Fasisme

Fasisme merupakan reaksi kekecewaan atas dampak negatif dari praktik ideologi

liberalisme. Perbedaan komunisme dan liberalisme yaitu komunisme lahir pada

tatanan masyarakat yang masih terbelakang secara teknologi, sedangkan fasisme

muncul pada tatanan masyarakat yang relatif maju dan memasuki tahap

industrialisasi. Liberalisme yang membawa pengaruh proses industrialisasi

merupakan prasyarat terhadap lahirnya fasisme. Fasisme berusaha memberikan

rasa memiliki terhadap sesama yang dirasakan telah hilang serta berusaha

26

Page 27: Ilmu Negara

memulihkan harga diri mereka. Negara fasis adalah negara totaliter yang tidak

memperkenalkan organisasi lain selain organisasi yang dibentuk negara.

6. Fundamentalisme

Fundamentalisme merupakan fenomena lama dan bersifat umum. Beberapa ahli

seperti Scott Appebbly, Karen Amstrong, Bruce Lawrence, dan Ahmad Mausalli

masih menggunakan istilah fundamentalisme untuk menjelaskan kelompok-

kelompok yang bersifat militan.

7. Kapitalisme Global

Munculnya kapitalisme di dunia merupakan kelanjutan dari sebuah proses

perubahan sosial yang bekaitan dengan teori-teori perubahan sosial. Bukti bahwa

kapitalisme telah memasuki pola gerak pembangunan negara-negara didunia

adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat di beberapa kawasan. Terdapat

keterkaitan antara negara dan kapitalisme global, di mana negara memfasilitasi

kaum kapitalis untuk meninggalkan lokasi investasinya jika negara tersebut

dianggap tidak memberikan layanan terbaik bagi mereka.

a. Kapitalisme global dan peran negara

Kapitalisme telah menjadi ideologi bagi negara-negara industri untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan negara menjadi penjamin utama

bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Namun negara menjadi

semakin lemah perannya, khususnya dalam upaya memberikan aturan-aturan

yang dapat menguntungkan rakyatnya.

b. Dampak Kapitalisme Global

Mengurangi tingkat independensi negara-negara yang memiliki jaringan

perusahaan transnasional. Situasi perekonomian yang terpuruk, akibat

cengkraman kaum kapitalis global, kemakmuran masyarakat, khususnya si

negara-negara yang menjadi tempat beroperasinya kapitalis global menjadi

menurun.

27

Page 28: Ilmu Negara

BAB 5

BENTUK NEGARA, PEMERINTAHAN,

DAN DEMOKRASI

A. Bentuk Negara

Bentuk negara dapat dilihat dari sudut konsep dan unsur negara seperti konsep

kekuasaan dan konsep kewilayahan. Dari konsep kekuasaan, negara dibagi dua, yaitu

vertikal dan horizontal. Secara vertikal, yakni pembagian kekuasaan menurut

tingkatnya, sedangkan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi-

fungsinya yaitu legslatif, eksekutif, dan yudikatif. Dari perspektif kewilayahan bentuk

negara dibedakan tiga bentuk antara lain:

1. Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah bentuk negara yang wewenang legislatif tertinggi dipusatkan

dalam satu badan legislatif nasional atau pusat. Pemerintahan pusat memiliki

wewenang untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintah daerah

namun kedaulatannya, baik ke dalam maupun ke luar, sepenuhnya terletak pada

pemerintahan pusat disebut sistem desentralisasi. Sedangkan pemerintah pusat tidak

meyerahkan sebagian kekuasaanya kepada daerah lazim disebut negara kesatuan

dengan sistem sentralisasi.

2. Negara Federal

Negara federal atau negara serikat adalah suatu negara yang terdiri atas beberapa

negara bagian, tetapi setiap negara bagian tersebut tidak berdaulat, yang berdaulat

adalah negara federal. Kesamaan antara negara federal dengan negara kesatuan

dengan sistem sentralisasi yaitu satu sama lain memiliki hak untuk mengurus

kepentingan nya masing-masing dan hanya pemerintah pusat atau federal yang dapat

bertindak keluar. Perbedaannya terletak pada asal-usul hak mengurus rumah tangga

sendiri. Pada negara bagian, hak mengurus rumah tangganya merupakan hak aslinya,

sementara pada daerah otonom hak itu diperoleh dari pemerintah pusat. Prinsip negara

federal adalah kekuasaan dibagi hingga antara bagian pemerintah federal dan

pemerintah negara bagian dalam bidang-bidang tertentu bebas satu sama lain.

28

Page 29: Ilmu Negara

3. Gabungan Negara

Gabungan negara atau konfederasi merupakan perserikatan atau persekutuan antara

beberapa negara dan setiap anggotanya tetap merdeka dan berdaulat. Persekutuan ini

dibentuk karena adanya kesamaan kepentingan atau karena dinamika sosial politik

global. Bentuk konfederasi dapat berupa:

a. Uni, merupakan bentuk negara gabungan antara dua atau beberapa negara merdeka

dan berdaulat penuh yang mempunyai kepala negara atau persamaan bersama.

b. Commonwealth, yakni perserikatan negara-negara yang merdeka dan berdaulat

penuh bekas negara jajahan inggris.

c. Protektorat, yakni suatu negara yang berada dibawah lindungan suatu negara lain

yang lebih kuat.

d. Perserikatan Bangsa-Bangsa, yakni persekutuan seluruh negara merdeka dan

berdaulat penuh yang ada di dunia ini.

B. Bentuk Pemerintahan

1. Monarki, Oligarki, Aristokrasi dan Demokrasi

Pembagian bentuk pemerintahan berdasarkan jumlah orang yang memimpin.

Monarki, yaitu pemerintahan terletak ditangan satu orang. Oligarki, pemerintahan

terletak ditangan beberapa orang untuk kepentingan sekelompok orang.

Aristokrasi adalah letak pemerintahan berada di tangan sejumlah kecil dari rakyat

yang merupakan orang-orang yang terbaik dan mereka menjalankan kekuasaan

itu untuk kepentingan semua orang. Demokrasi yaitu kekuasaan pemerintahan

terletak di tangan rakyat bersama-sama.

2. Monarki dan Republik

Pembagian bentuk pemerintahan ini berdasarkan cara penunjukkan kepala negara.

Bentuk pemerintahan monarki berdasarkan kehendak perseorangan. Sedangkan

bentuk pemerintahan republik berdasarkan kehendak rakyat. Monarki dibedakan

menjadi dua yaitu monarki absolut dan monarki konstitusional. Monarki absolut

yaitu dibantu raja selaku kepala negara memegang seluruh kekuasaan negara.

Sementara itu, monarki konstitusional yaitu kekuasan raja selaku kepala negara

dibatasi oleh konstitusi. Menurut Otto Koellreutter disamping monarki dan

republik ada juga bentuk pemerintahan otoriter atau republik mutlak atau

diktaktor. Dalam bentuk pemerintahan ini, ketika akan menduduki jabatan harus

dipilih oleh rakyat, tetapi kemudian ia berkuasa mutlak.

29

Page 30: Ilmu Negara

C. Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yakni demos berarti rakyat dan kratos berarti

pemerintahan. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk

rakyat. Demokrasi sangat membutuhkan berbagai lembaga politik yakni para pejabat

yang dipilih, pemilihan umum yang jujur, adil, bebas, dan berperiodik, kebebasan

berpendapat, dan akses informasi-informasi alternatif, otonomi asosiasional serta hak

kewarganegaran yang inklusif. Bentuk-bentuk demokrasi dapat dilihat menggunakan

tiga sudut pandang antara lain:

1. Dari sudut pandang titik tekan.

a. Demokrasi formal, yaitu demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam

bidang politik tanpa menghilangkan kesenjangan ekonomi.

b. Demokrasi material, yakni demokrasi yang menekankan pada upaya

menghilangkan kesenjangan ekonomi tanpa memperhatikan persamaan dalam

bidang politik.

c. Demokrasi gabungan, yakni demokrasi yang mengambil hal-hal positif dari

demokrasi formal dan material.

2. Dari sudut pandang cara penyaluran

a. Demokrasi langsung, yakni rakyat secara langsung mengemukakan

kehendaknya di dalam rapat yang dihadiri oleh seluruh rakyat.

b. Demokrasi perwakilan atau demokrasi representatif, yakni rakyat menyalurkan

kehendaknya dengan memilih wakilnya.

c. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum, yaitu gabungan demokrasi

langsung dan demokrasi perwakilan.

3. Dari sudut pandang tugas-tugas dan hubungan antara alat-alat kelengkapan negara

a. Demokrasi dengan sistem parlementer, yakni terdapat hubungan erat antara

badan legislatif dan badan eksekutif.

b. Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan, yakni adanya pemisahan

kekuasaan menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

c. Demokrasi dengan sistem referendum, yakni demokrasi perwakilan dengan

kontrol rakyat secara langsung terhadap wakilnya.

30

Page 31: Ilmu Negara

D. Transisi dan Konsolidasi Demokrasi

Transisi demkrasi sebagai salah satu fase dalam tahap-tahap demokratisasi

yang harus dilalui, mengandung banyak kemungkinan yaitu sistem otoriter dalam

bentuk baru, terjadi revolusi sosial, liberalisasi terhadap sistem otoriter, penyempitan

proses demokrasi dari sitem demokrasi dari sistem liberal kepada demokrasi limitatif

atau terbentuknya pemerintahan yang demokratis. Dari perspektif peranan relatif dari

kelompok yang memerintah terdapat tiga kategori yang terjadi pada transisi ke arah

demokrasi pada berbagai negara otoriter yaitu tranformation, transplacement, dan

replacement.

Huntington mengemukakan bahwa dalam upaya konsolidasi demokrasi,

negara demokrasi baru setidaknya harus menyelesaikan tiga persoalan penting yaitu

menemukan solusi peralihan kekuasaan dari rezim lama ke baru yang demokratis agar

berlangsung secara damai dan gradual, mendekati atau menangani suatu masalah

secara arif agar tidak menimbulkan masalah lain dan menangani kesenjangan antara

aturan hukum yang adadan menguatnya tuntutan masyarakat. Demokrasi dapat

dikatakan terkonsolidasi bila suatu rezim politik yang demokrasi sebagai suatu sistem

yang kompleks dari institusi-institusi, aturan-aturan, dan dorongan-dorongan

penghalang yang terpola telah menjadi satu-satunya permainan.

Berkaitan dengan masa transisi dan upaya menuju konsolidasi demokrasi

perlu memperpendek periode transisi dan segera melakukan pekerjaan-pekerjaan

politik penting bagi prose menuju konsolidasi demokrasi. Salah satu instrumen untuk

itu yaitu sistem pemilu karena merupakan sarana rakyat untuk meyeleksi wakil-wakil

mereka sebagai pengambil keputusan.

31

Page 32: Ilmu Negara

BAB 6

NEGARA DAN BANGSA

Salah satu unsur pembentuk negara adalah rakyat atau bangsa. Bangsa

merupakan sekelompok manusia yang dipersatukan oleh hal-hal yang bersifat ideal,

yaitu persamaan sejarah, penderitaan bersama dan persamaan cita-cita serta hal-hal

yang bersifat psikis, yakni perasaan, kesadaran dan kehendak bersama, dan juga oleh

hal-hal yang bersifat fisikal, seperti persamaan ras, etnik, bahasa, agama dan adat

istiadat. Bangsa dalam ilmu negara bukanlah organisasi atau lembaga kekuasaan yang

menjadi ukuran untuk suatu bangsa, melainkan bangsalah yang menjadi ukuran untuk

menentukan sebuah lembaga kekuasaan. Nagara harus memenuhi asas nasionalitas,

yakni negara harus berdasarkan atas bangsa dan negara hendaklah merupakan bangsa

yang disusun dalam suatu negara. Setiap bangsa harus memiliki negara sendiri dan

tidak tunduk pada dominasi negara lain.

A. Bangsa dan Nasionalisme

Bangsa merupakan konsep turunan dari nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu

paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap individu harus

diserahkan negara-kebangsaan. Sebelum munculnya paham nasionalisme, telah ada

paham kosmopolis, yakni mengajarkan bahwa manusia bukan warga suatu negara,

tetapi warga dunia. Paham nasionalisme kemudian mengalami fase berlebih-lebihan

yang mengarah pada chauvinisme, yakni suatu paham yang terlalu mengagung-

agungkan bengsa sendiri dan merendahkan bangsa lain.

B. Proses Pembentukan Negara-Bangsa

Sebagian sarjana mendefinisikan negara-bangsa sebagai sebuah bangsa yang memiliki

banguanan politik. Negara yang memiliki bangsa campuran atau heterogen cenderung

mengalami proses pembentukan negara-bangsa yang dinamis. Sementara suatu negara

yang memiliki bangsa yang homogen cenderung mengalami proses pembentukan

negara-bangsa yang statis. Menurut Dr. Friederich Hertz mengemukakan bahwa

kesadaran bernegara dari suatu bangsa mengandung empat unsur yaitu hasrat untuk

mencapai kesatuan bangsa, kemerdekaan bangsa, keaslian bangsa, dan mencapai

kehormatan bangsa. Proses pembentukan negara-bangsa secara umum terdapat dua

model utama yaitu:

32

Page 33: Ilmu Negara

1. Model ortodoks, mermula dari adanya suatu bangsa yang kemudian membentuk

suatu negara dan setelah itu suatu konstitusi dirumuskan dan ditetapkan, dan

dikembangkan sejumlah bentuk partisipasi politik warga masyarakat dalam

kehidupan negara-bangsa.

2. Model muktahir, berawal dari adanya negara yang melalui proses tersendiri,

sedangkan penduduknya merupakan kumpulan kumpulan sejumlah kelompok

suku dan ras.

C. Faktor-Faktor Pembentukan Identitas Bersama

Identitas bersama diperlukan karena untuk menyatukan kelompok-kelompok

masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas bersama

menurut Ramlan Surbakti antara lain:

1. Primodial, yakni ikatan kekerabatan dan kesaamaan suku bangsa, daerah, bahasa,

dan adat istiadat.

2. Sakral, yakni kesamaan agama yang dipeluk oleh suatu masyarakat, atau ikatan

ideologi doktriner yang kuat dalam suatu masyarakat.

3. Tokoh, yakni kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati

secara luas oleh masyarakat.

4. Sejarah, yakni persepsi yang sama tentang asal-usul nenek moyang dan atau

persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu.

5. Bhineka Tunggal Ika, yakni prinsip bersatu dalam perbedaan.

6. Perkembangan Ekonomi, yakni perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan

melahirkan spesialisasi pekerjaan yang beraneka sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

7. Kelembagaan, yakni lembaga-lembaga pemerintahan dan politik.

33

Page 34: Ilmu Negara

BAB 7

NEGARA DAN MASYARAKAT

A. Masyarakat

Masyarakat adalah sinergitas individu-individu yang membentuk realitas sosial

spesifik yang memiliki karakteristik keterkaitan pada segala peraturan moralitas,

hukum, negara, dan agama yang merupakan fakta sosial. Masyarakat tidak hanya

harus ada untuk mengatur kelakuan manusia, dan membentuk manusia menurut wajah

dan gambaran sendiri, melainkan juga sebagai sumber dan objek semua kegiatan

keagamaan. Masyarakat dalam perkembangannya akan mengalami dinamika dan

berbagai hubungan karena hubungan itu diatur oleh hukum, baik tertulis maupun tidak

tertulis dan hukum yang lebih spesifik diatur oleh ketentuan yang lebih besar, yakni

negara. Dari sinilah, masyarakat mulai terkait dengan negara.

B. Negara

Karakter masyarakat harus beriringan dengan peraturan atau hukum, dan hukum

merupakan produk negara. Durkheim melihat bahwa dasar negara memiliki peran

untuk mengelola keteraturan politik dan kesejahteraan masyarakat. Kemunculan dan

keberadaan suatu negara tidak terlepas dari perkembangan yang dialami masyarakat,

yakni dari masyarakat sederhana menjadi masyarakat modern. Negara memiliki

peran-peran dan kegiatan-kegiatannya ke berbagai komunitas yang beragam.

Durkheim menyebutkan negara sebagai ego sosial yaitu kesadaran. Negara sering

menjadi sumber gagasan baru, dan mengarahkan masyarakat sejauh mungkin.

34

Page 35: Ilmu Negara

BAB 8

HUBUNGAN NEGARA DAN HUKUM

Dalam hubungan negara dan hukum, terdapat 4 perspektif yang dikelopokkan

menjadi dua aliran yaitu aliran dualisme dan aliran monisme. Aliran dualisme yakni

aliran yang menyatakan bahwa negara menjadi variabel independen yang

memengaruhi ada dan berlakunya suatu hukum, sedangkan aliran monisme yaitu

aliran yang menyatakan ada dan berlakunya hukum berdiri sendiri dan lepas dari

kehendak negara. Perspektif atau kerangka pemikiran yang bisa digunakan untuk

mengetahui hubungan negara dan hukum antara lain:

1. Perspektif Ilmu Negara

Ilmu negara merupakan ilmu yang membicarakan negara secara umum, meliputi

konsep negara, asal mula negara, muncul dan lenyapnya, unsur-unsur negara, dan

perkembangan negara secara umum. Hubungan antara negara dan hukum adalah

hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat yaitu bahwa adanya hukum sangat

membantu bagi suatu negara dalam hal pengaturan susunan atau organisasi

perlengkapan pemerintahan negara serta pengaturan tata pergaulan rakyatnya,

sedangkan adanya negara memungkinkan terlahirnya sebuah atau beberapa hukum

untuk ditaati oleh seluruh warga negara.

2. Perspektif Ilmu Hukum

Ilmu hukum adalah suatu cara untuk mempelajari, atau suatu penyelidikan yang

bersifat abstrak, umum, dan teoritis, yang berusaha mengungkapkan asas-asas yang

pokok dari hukum. Dilihat dari perspektif ini, hubungan antara negara dengan hukum

yaitu hukum dibuat oleh negara dan negara dipayungi oleh sistem hukum untuk

mengatur tata kehidupan bernegara, kekuasaan dalam negara hanya akan mendapat

artinya jika berada dalam kerangka peraturan hukum.

3. Perspektif Negara Hukum

Negara dan hukum memiliki hubungan yang erat, yang satu sama lain saling

berkaitan, khususnya dalam ketertundukkan negara terhadap hukum atau undang-

undang dalam setiap menjalankan segala kebijakannya. Hukum memiliki dan

menempati tempat yang tinggi di atas kekuasaan. Jadi dalam perspektif ini merupakan

negara berdasarkan hukum bukan kekuasaan.

35

Page 36: Ilmu Negara

4. Perspektif Hukum Tata Negara

Hubungan antara negara dan hukum adalah hubungan yang lebih bersifat abstrak,

bahkan cenderung tidak ada hubungan sama sekali. Karena itu, hukum bukan

merupakan penjelmaan dari perintah-perintah negara ataupun kehendak negara dan

hukum itu mempunyai bentuk sendiri dan berlakunya hukum pun terlepas daripada

kehendak negara. Negara itu sama dengan hukum maka tidak ada kemungkinan untuk

menghadapkan negara tunduk pada hukum.

36

Page 37: Ilmu Negara

BAB 9

KEPENTINGAN

DAN KEBERPIHAKAN NEGARA

A. Antara Negara dan Kelas

Negara cenderung berpihak terhadap kelas dominan. Kelas yang dominan

memengaruhi negara melalui hubungan pribadi antara kelas yang dominan dengan

struktural negara. Para pejabat negara bukan lagi alat dari kaum borjuis, melainkan

sekadar kawan dekat.

B. Keberpihakan Negara

Negara cenderung tidak netral dan berpihak pada kelas-kelas dominan. Negara

menolong perkembangan kaum borjuis dalam sistem kapitalis dilakukan bukan karena

negara menjadi alat, tetapi semua ini terpaksa dilakukan karena kebutuhan struktural

negara itu sendiri. Negara melalui otonomi relatifnya dapat memastikan stabilitas

kepentingan kelas-kelas kapitalis yang mendominasi.

C. Kelas Dominan dan Nasionalisme

Negara memiliki kecenderungan berpihak pada kelas dominan. Kelas dominan adalah

antara elit dan rakyat. Kelas dominan yang berpihak dan dipihaki oleh negara pada

sistem politik demokrasi langsung adalah rakyat. Keberpihakan negara dapat dilihat

dari pendekatan yang akan digunakan dalam pembangunan. Pembangunan menurut

Chilcote sering diasosiasikan dengan “nasionalisme”. Keberpihakan negara pada

rakyat dalam sistem politik demokrasi langsung dan sistem politik presidential

diperlukan kepemimpinan nasional bijak yang mampu membangkitkan semangat

nasionalisme baru.

37

Page 38: Ilmu Negara

BAB 10

NEGARA DAN AGAMA

Aliran pemikiran tentang hubungan negara dan agama antara lain:

1. Teokrasi, yakni pandangan yang menganggap atau menyatakan bahwa negara dan

agama sebgai dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena pemerintahan dijalankan

berdasarkan firman-firman Tuhan.

2. Sekuleris, yakni paham yang menganggap bahwa negara dan agama tidak memiliki

hubungan satu sama lain. Negara adalah murni urusan bungan antara manusia dan

manusia lain, atau urusan duniawi, sedangkan agama adalah murni urusan hubungan

manusia dan Tuhan.

3. Komunis, yakni paham yang berpandangan radikal bahwa hubungan negara dan

agama berdasarkan pada filosofi materialisme-dialektis dan materialisme-historis.

Paham ini merupakan pandangan yang meniadakan Tuhan.

4. Moderasi, yakni paham yang beranggapan bahwa negara dan agama tidak memiliki

hubungan. Hubungan antara negara dan agama dipertautkan oleh nilai dan sistem

yang sama. Paham ini berkembang di negara Indonesia.

Untuk melihat hubungan negara dan agama dapat di lihat melalui perspektif-

perspektif agama berikut ini:

A. Perspektif Yahudi

Konstibusi Peradaban

Yahudi merupakan peradaban yang memiliki konstribusi besar bagi perkembangan

peradaban dunia. Orang-orang Yahudi merupakan orang yang melahirkan peristiwa-

peristiwa sejarah dan menjadi subjek peristiwa-peristiwa sejarah, melalui gagasan-

gagasan yang mereka kemukakan seperti Aristoteles dan Plato.

Musa dan Pembentukan Negara Yahudi

Suatu pemerintahan yang tanpa menyandarkan diri pada agama, pemerintahan

tersebut tidak akan mampu berdiri. Oleh karena itu, agar mampu berdiri kuat dan

kokoh, pemerintah selalui mengaitkan langsung dengan agama. Musa adalah rasul

bagi pengikut agama Yahudi.Nabi Musa menjadi pemimpin politik dan pemimpin

agama sekaligus. Nabi Musa adalah penguasa dan pendiri negara. Oleh karena itu,

agar mampu berdiri kuat dan kokoh, pemerintah selalui mengaitkan langsung dengan

agama.

38

Page 39: Ilmu Negara

B. Perspektif Kristiani

Konstribusi Peradaban

Peradaban barat merupakan peradaban yang dipengaruhi oleh Kristiani. Sejak abad-

abad perkembangan Kristiani telah berhasil merestrukturisasi masyarakat Eropa

menurut pola struktur organisasi gereja berikut semua lembaga terkait.

Gereja juga berkonstribusi penting ketika Imperium Romawi Barat sedang

mengalami kehancurannya dan mengambil ahli banyak fungsi penting Imperium dan

membantu mengendalikan berbagai kekacauan sosial akibat kehancuran imperium

Romawi. Selain itu, agama Kristiani juga berkonstribusi besar terhadap lahirnya

kebangkitan nalar di Barat dipelopori oleh Thomas Aquinas yang merintis suatu aliran

filsafat yang dikenal sebagai aliran skolastisisme. Dan terakhir adalah peranan

agama ini dalam melahirkan gerakan Reformasi Protestan yang berdampak luas pada

perilaku ekonomi orang-orang Kristen di Barat.

The City of God dan Negara

Ada dua wacana politik Kristiani yakni The City of God (negara Tuhan) dan

hubungan gereja dan negara. Hubungan antara negara dan gereja adalah kekuasaan

alat pelengkapan negaramenerima kekuasaan dari gereja seperti raja yang menerima

kekuasaan dari paus. Menurut Aquinas, Tuhan menakdirkan manusia untuk hidup

bermasyarakat, atas kehendak Tuhan jugalah adanya pimpinan atau pemerintah. Oleh

karena itu, Tuhanlah sebagai sumber dari kekuasaan. Pada abad pertengahan, gereja

semakin lemah karena terjadi perpecahan di dalam internal penganut Kristiani dan

pendapat tokoh reformis yaitu Luther yang menyetujui bahwa pemerintah bukanlah

wali/alat gereja melainkan pelindung dari rakyatnya. Pada abad 18, pertentang antara

negara dan gereja mulai menyurut karena timbulnya paham toleransi agama.

C. Perspektif Islam

Konstribusi Peradaban

Peradaban islam memiliki pengaruh terhadap keilmuan dan peradaban Barat. Tokoh

Islam seperti Ibnu Rasyd membawa perubahan-perubahan besar dan radikal bagi

dunia Barat.

Piagam Madinah dan Negara Hukum Madinah

Piagam Madinah dibuat dan lahir dari tangan utusanTuhan, Nabi Muhammad SAW

yang pada saat itu tengah dilanda kekacauan sosial-politik di dalam masyarakat

heterogen. Piagam ini menjadi naskah bersama suku-suku yang ada dalam kota

39

Page 40: Ilmu Negara

Madinah yang memuat berbagai macam perjanjian untuk menyatukan perbedaan di

tengah-tengah masyarakat Madinah. Dengan disahkan dan disepakatinya piagam ini,

negara yang dipimpin oleh Nabi Muhammad ini merupakan konsep atau bentuk lain

Negara Hukum Madinah.

40