:ilmindie butuh ruan dankompetisipustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/...2011/01/30  ·...

2
Pikiran Rakyat o Sabtu Minggu o Senin o Selasa o Rabu o Kamis O.Jumat 1234567891011 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 eJan OPeb o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs 12 13 14 15 16 27 28 29 Q.2) 31 OSep OOkt ONov ODes :ilm "Indie" Butuh Ruan danKompetisi P ARAfilmmaker indie Ban- dung jumlahnya cukup banyak. Kualitas karya mereka juga bagus-bagus, baik dari segi teknis mengerjaan film, maupun tema atau pesan-pesan yang disampaikan dalam film. Bahkan beberapa film indie karya filmmaker Bandung sudah mampu berbicara pada ajang festival film serupa di luar negeri. Seperti Festi- val Indie di Jerman dan Filipina. Para filmmaker Bandung ini, membangun komunitas tersendiri. Termasuk komunitas para penikmatnya. Bukan hanya jumlah tetapi juga kualitas film yang mere- ka nikmati. Fenomena ini semakin menguat ketiak Festival Film In- donesia (FFI) pun memberikan penghargaan khusus untuk film nonlabel ini. Seperti penghargaan yang diberikan kepada Djenar Maesa Ayu yang berhasil membuat film indie berjudul "Identitas". Namun sayang, potensi seperti itu belum menemukan ikatannya karena saat ini, masih belum banyak ajang festival yang digelar. Di Bandung saja, yang disebut-se- but sebagai tempat lahimya film Indonesia, masih sedikit ajang fes- tival digelar. Walaupun adajuga beberapa komunitas filmmaker mencoba menggelar event tersebut. "Intinya, para filmmaker ini bu- tuh ruang untuk kompetisi. Bukan saja untuk mengukur hasil karya mereka, tetapi juga ruang untuk mendiskusikan karya-karya yang •mereka buat," demikian disam- paikan Ketua Panitia "Festival Pad- jadjaran", Aji Hendratmojo kepada "PR". "Festival Padjadjaran" meru- pakan festival film dan video indie yang diselenggarakan mahasiswa peminat sinematografi, Fikom Un- pad, di Bale Rumawat Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung. Acara yang digelar dua hari ini, berhasil menjaring 35 film indie dan 22 video indie karya peserta. Dari jumlah tersebut, tim kurator pani- tia berhasil menilai, 12 film indie dan 13video indie untuk diputar (screening) ke hadapan penikmat film dan video indie. Dari segi teknik pengerjaan film, Aji mengatakan, film dan video yang masuk pada umumnya sudah bagus. Bahkan, dari sisi tema yang diangkat bukan hanya beragam tetapi juga mengusung tema-tema di luar yang dibayangkan. "Intinya, karya peserta itu bagus-bagus. Na- mun sayang, kita memang belum punya ajang yang lebih bagus un- . tuk menghargai karya mereka," ujar Aji menambahkan. Realitas yang dirasakan Aji, men- dapat sambutan dari Ketua Forum Film Bandung (FFB), Eddy D Iskandar. Penulis dan kritikus film ini hadir saat memberikan diskusi tentang perfilman pada ajang seru- pa. Selain Eddy, hadir pula Edison Nainggolan selaku wakil dari pelaku pemasaran film, dan per- wakilan dari sekolah film Sky Lab. Kllplng Rumas Onpad 2011

Upload: others

Post on 15-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Pikiran Rakyato Sabtu • Mingguo Senin o Selasa o Rabu o Kamis O.Jumat

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1117 18 19 20 21 22 23 24 25 26

    eJan OPeb oMar OApr OMei OJun OJul OAgs12 13 14 15 1627 28 29 Q.2) 31

    OSep OOkt ONov ODes

    :ilm "Indie" Butuh RuandanKompetisi

    PARAfilmmaker indie Ban-dung jumlahnya cukupbanyak. Kualitas karyamereka juga bagus-bagus, baik darisegi teknis mengerjaan film,maupun tema atau pesan-pesanyang disampaikan dalam film.Bahkan beberapa film indie karyafilmmaker Bandung sudah mampuberbicara pada ajang festival filmserupa di luar negeri. Seperti Festi-val Indie di Jerman dan Filipina.

    Para filmmaker Bandung ini,membangun komunitas tersendiri.Termasuk komunitas parapenikmatnya. Bukan hanya jumlahtetapi juga kualitas film yang mere-ka nikmati. Fenomena ini semakinmenguat ketiak Festival Film In-donesia (FFI) pun memberikanpenghargaan khusus untuk filmnonlabel ini. Seperti penghargaanyang diberikan kepada DjenarMaesa Ayu yang berhasil membuatfilm indie berjudul "Identitas".

    Namun sayang, potensi sepertiitu belum menemukan ikatannyakarena saat ini, masih belumbanyak ajang festival yang digelar.Di Bandung saja, yang disebut-se-but sebagai tempat lahimya filmIndonesia, masih sedikit ajang fes-tival digelar. Walaupun adajugabeberapa komunitas filmmakermencoba menggelar event tersebut.

    "Intinya, para filmmaker ini bu-tuh ruang untuk kompetisi. Bukansaja untuk mengukur hasil karyamereka, tetapi juga ruang untukmendiskusikan karya-karya yang

    •mereka buat," demikian disam-paikan Ketua Panitia "Festival Pad-jadjaran", Aji Hendratmojo kepada"PR".

    "Festival Padjadjaran" meru-pakan festival film dan video indieyang diselenggarakan mahasiswapeminat sinematografi, Fikom Un-pad, di Bale Rumawat Unpad, Jln.Dipati Ukur No. 35 Bandung. Acarayang digelar dua hari ini, berhasilmenjaring 35 film indie dan 22video indie karya peserta. Darijumlah tersebut, tim kurator pani-tia berhasil menilai, 12 film indiedan 13video indie untuk diputar(screening) ke hadapan penikmatfilm dan video indie.

    Dari segi teknik pengerjaan film,Aji mengatakan, film dan videoyang masuk pada umumnya sudahbagus. Bahkan, dari sisi tema yangdiangkat bukan hanya beragamtetapi juga mengusung tema-temadi luar yang dibayangkan. "Intinya,karya peserta itu bagus-bagus. Na-mun sayang, kita memang belumpunya ajang yang lebih bagus un-

    . tuk menghargai karya mereka,"ujar Aji menambahkan.

    Realitas yang dirasakan Aji, men-dapat sambutan dari Ketua ForumFilm Bandung (FFB), Eddy DIskandar. Penulis dan kritikus filmini hadir saat memberikan diskusitentang perfilman pada ajang seru-pa. Selain Eddy, hadir pula EdisonNainggolan selaku wakil daripelaku pemasaran film, dan per-wakilan dari sekolah film Sky Lab.

    Kllplng Rumas Onpad 2011

  • para filmmaker Bandung untukmenjual karyarr a kepadamasyarakat. Selama ini, film-filmyang mereka buat, hanya dinikmatioleh kalangan terbatas, Padahalkalangan terbatas inijumlahnyacukup banyak.

    "Jadi kalau diberikan tempatkhusus untuk itu atau semacamstudio, saya yakin potensi film in-die akan jauh lebih menguat.Bukan hanya dari produksi tetapijuga sebagai to tonan yang me- .mang pantas dihargai," ujarnya.

    Eddy mengusulkan, GedungMayestic yang kini berubah namamenjadi New Mayestic sebagaitempat yang pantas dijadikan seba-gai studio khusus yang memutarfilm-film indie karyafilmmakerBandung dan .Jawa Barat. Gedungini, kata dia, mempunyai riwayatdengan semangat indie dan dapatdidesain sedemikian sepertiGedung Art Cinema di Jakarta.

    Gedung itu nantinya, kata Eddy,dapat difung ikan sebagai galeri,diskusi, dan pemutaran film indiedengan tarif 'angjuga indie. Den-gan begitu, m-film indie yangdibuat, akan enemukan ruangdan pasarnyt tersendiri. "Teman-teman para filmmaker ini kanbelum kita berikan lahan, kenapatidak pemeri tah memfasilitasinyI tu pun bila memang mau men-dukung terl hirnya kreator-kreatobaru bagi p mbuhan perfilmanIndonesia," ujarnya. (Eriyanti/-"PR")***

    RATNA DJrpR~

    PARApembicara diskusi "Film Indie" di halaman Bale Rumawat, Unpad, Bandung, Kamis (27/1). *

    Eddy membenarkan bahwapotensifilmmaker Bandung itu lu-ar biasa. Bukan hanya jumlah,tetapi karya-karya mereka pun luarbiasa. Eddy mengaku pernahmenyaksikan sebuah film indiekaryafilmmaker asal Garut, kuali-tas pengerjaan dan pesannya san-gat bagus. Sangat di luar dugaansebelumnya dari para pengamatfilm. "Garut kan bukan Jakartaatau Bandung, itu di benak kita.Tapi ternyata karya mereka bagussekali," ujar Eddy.

    Melihat potensi itu, FFB bahkanWakil Gubernur Jawa Barat DedeYusuf pernah melontarkan ide un-tuk menyelenggarakan festival filmindie yang diikuti perwakilan setiapkota. Bagi gubernur, kata Eddy,ajang itu nantinya akan menjadimedia setiap kabupatenfkota untukmempromosikan potensi daerah-nya, terutama potensi pariwisata.

    Gagasan itu, kata Eddy, ren-cananya akan mulai dirancangtahun depan. Berkolaborasi antaraFFB, pemerintah daerah, dan ko-

    munitas-komunitasfilmmakeryang sudah berpengalaman menye-lenggarakan festival. Diharapkan .keberadaannya bukan hanya mem-beri peluang bagi terciptanya perte-muan karya para pembuat film,tetapi juga menjalin kebersamaanantara komunitasfilmmaker, FFB,dan pemerintah untuk meregen-erasi sineas-sineas Indonesia.Bukan malah membunuh festival-festival yang sebelumnya ada.

    Pada sisia lain, Eddy juga meny-oroti, tidak adanya tempat bagi