karya sinematografi

113
KARYA SINEMATOGRAFI PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS” Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Progam Studi Sastra Indonesia Disusun oleh : Ardi Tambara NIM 024114036 PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DARMA YOGYAKARTA AGUSTUS 2010

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA SINEMATOGRAFI

KARYA SINEMATOGRAFI

PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Progam Studi Sastra Indonesia

Disusun oleh :

Ardi Tambara

NIM 024114036

PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DARMA

YOGYAKARTA

AGUSTUS 2010

Page 2: KARYA SINEMATOGRAFI

i

KARYA SINEMATOGRAFI

PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Ardi Tambara

024114036

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

AGUSTUS 2010

Page 3: KARYA SINEMATOGRAFI

ii

Page 4: KARYA SINEMATOGRAFI

iii

Page 5: KARYA SINEMATOGRAFI

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Stop Dreaming Start Action Dreaming

( Van Hallen )

Jadikan hidupmu seperti air mengalir sampai jauh.

( Gesang )

TUGAS AKHIR INI DIPERSEMBAHKAN UNTUK

Kemuliaan Allah yang memberikan inspirasi

Kedua orang tuaku dan adik-adikku.

Semua teman-teman yang mendukung

Seluruh keluarga besar dosen dan karyawan Sanata Dharma.

Page 6: KARYA SINEMATOGRAFI

v

KATA PENGANTAR

Terima kasih kepada Tuhan YME karena atas karunianya, penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir yang berjudul “Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul

“Ceris”. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

strata 1 (S-1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma.

Tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. S.E Peni Adji, S.S., M.Hum. Selaku dosen pembimbing I terima kasih atas segala

bimbingan, masukan, kritikan, perhatian dan telah bersedia meluangkan waktu untuk

membimbing sampai terselesaikannya skripsi ini.

2. Drs. B Rahmanto., M.Hum. Selaku dosen pembimbing II terima kasih atas perhatian dan

waktu luang yang diberikan kepada penulis.

3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Drs. Ari Subagyo, M.Hum,. Drs Heri Antono,

M.Hum,. Drs. FX. Santosa, M.S., Drs. Heri Santoso, M.Hum., Dra. Adjie Tjandrasih.,

M.Hum, Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., dan semua dosen Sastra Indonesia yang

belum disebutkan, terima kasih atas segala pembelajaran yang telah penulis terima

selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

4. Karyawan dan karyawati secretariat Fakultas Sastra yang telah membantu kelancaran

proses administrasi.

Page 7: KARYA SINEMATOGRAFI

vi

5. Karyawn dan karyawati perpustakaan Sanata Dharma yang telah membantu

mempermudah peminjaman buku-buku.

6. Kedua orang tua dan dua adikku yang memberikan inspirasi, kasih sayang, kepercayaan,

dan nasihat-nasihat yang telah diberikan kepada saya.

7. Teman-teman Bengkel Sastra yang telah menjadi media pembelajaran bagi penulis

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002 yang telah memberikan motivasi sehingga

penulis selalu terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Dadit dan Rice, terima kasih telah mendukung kelancaran shoting film.

10. Terima kasih kepada Ceris karena telah meluangkan waktu untuk shoting film

11. Semua kru, pemain film, dan pihak-pihak lain yang membantu pembuatan film pendek

berjudul Ceris, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,segalan

saran dan kritik dari berbagai pihak akan penulis terima dengan senang hati. Penulis

berharap skripsi ini dapar bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, …………..2010

Penulis

Page 8: KARYA SINEMATOGRAFI

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat

karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana

layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juni 2010

Penulis

Ardi Tambara

Page 9: KARYA SINEMATOGRAFI

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

Nama : Ardi Tambara

Nomor Mahasiswa : 024114036

Demi pembangunan Ilmu Pengetahuan, Saya memberikan kepada Universitas

Sanata Dharma, karya Ilmiah Saya yang berjudul:

KARYA SINEMATOGRAFI

PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian Saya memberikan

kepada Universitas Sanata Dharma, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk

media lain, mengelolahnya dalam bentuk data, mendistribusikannya secara terbatas dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan Akademis tanpa perlu

meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat

Yogyakarta, 26 Juni 2010

Penulis

Ardi Tambara

Page 10: KARYA SINEMATOGRAFI

ix

ABSTRAK

Tambara, Ardi. 2010. Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film

Pendek Berjudul “Ceris”. Tugas Akhir Strata Satu (S1). Yogyakarta:

Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata

Dharma.

Skripsi ini berjudul Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film

Pendek Berjudul Ceris. Film tidak bisa dianggap sebagai tontonan atau hiburan

belaka. Melalui proses pembuatan film ini, penulis berusaha untuk menciptakan

film sebagai media refleksi. Rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu (1)

bagaimana proses pra-produksi pembuatan film berjudul Ceris? (2 ) bagaimana

proses produksi pembuatan film berjudul Ceris? (3) Bagaimana proses pasca-

produksi pembuatan film berjudul Ceris? Berdasarkan rumusan masalah tersebut,

tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pra-produksi, produksi,

dan pasca-produksi pembuatan film pendek berjudul Ceris.

Dalam mencapai tujuan penelitian tersebut, penulis menggunakan

metode observasi dan metode deskriptif. Penulis menggunakan metode observasi

untuk mengamati tingkah laku dan karakter anjing peliharaan. Sementara metode

deskriptif digunakan penulis untuk memaparkan proses pembuatan film pendek

Ceris dari tahap pra produksi hingga tahap pasca produksi.

Langkah-langkah yang dibuat dalam proses pembuatan karya

sinematografi ini adalah persiapan ide cerita, karakter, penulisan skenario,

pemilihan pemeran, persiapan sutradara dan produser, rencana modal, pembuatan

story board, pemilihan kostum, hunting lokasi, jadwal kegiatan, shooting film,

dan proses editting film

Film pendek Ceris merupakan hasil refleksi penulis dalam melakukan

observasi terhadap pola tingkah laku anjing peliharaan. Film pendek Ceris

menggambarkan kesetiaan seekor anjing kepada majikannya. Di dalam film

tersebut Ceris disia-siakan oleh majikannya yang bernama Dadit. Padahal seekor

anjing seperti Ceris memiliki kesetiaan yang tulus. Hal ini terlihat saat Ceris

menyelamatkan majikannya yang sedang sekarat. Pada akhirnya Dadit menyesal

telah menyia-nyiakan Ceris terutama ketika mengetahui anjing peliharaannya itu

meninggal.

Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan Film Pendek Berjudul

“Ceris”, akhirnya memberikan beberapa kesimpulan kepada penulis, bahwa

sutradara dituntut kreatif, berwawasan, dan komunikatif, karena aktor utamanya

adalah seekor anjing. Jadi, sutradara bersama tim harus bekerja keras dan ekstra

sabar, kemudian penulisan skenario adalah (modal) awal dalam proses pembuatan

film, lalu kekompakan tim adalah kunci keberhasilan sebuah film. Langkah

selanjutnya adalah Editting, yaitu unsur terakhir dalam proses pembuatan film,

yang meliputi penyusunan setiap adegan dari awal hingga akhir menjadi satu-

kesatuan.

Page 11: KARYA SINEMATOGRAFI

x

ABSTRACT

Tambara, Ardi. 2010. Making Creative Work Cinematography Processes of Short

Film Entitled “Ceris”. S1 Final Task. Yogyakarta: Indonesian Literature

Study Program, Literature Department, Sanata Dharma University.

This final task is titled Making Creative Work Cinematography

Processes of Short Film Entitled Ceris. The film can not be regarded as a mere

spectacle or entertainment. Through the process of making this film, the author

tries to create the film as a medium of reflection. Formulation of the problem in

this paper are (1) how the pre-production of filmmaking titled Ceris? (2) How the

production process for the film Ceris? (3) What is the process of post-production

for the film Ceris? Based on the formulation of the problem, the purpose of this

study is to describe the process of pre-production, production, and post-production

of short film titled Ceris.

In this paper, the writer uses observation method and descriptive method.

The writer uses observation method to observe the characters of dogs and the

descriptive method to describe the process of Ceris filmmaking from the pre

production process up to the post production process.

The steps made in the process of making cinematographic work is the

preparation of this story ideas, characters, scenario writing, the selection of casts,

director and producer of preparation, capital planning, story board creation, the

selection of costumes, hunting locations, schedule of events, film shooting, and

film editing

Short film Ceris is actually the writer’s reflection in observing the

characters of dog. Short film Ceris describe the loyalty of a dog to his master. In

the film, narrated that Ceris have been wasted by the master named Dadit,

whereas a dog like Ceris has a sincere loyalty. Ceris was the one who saved his

master’s life while Dadit was dying. Dadit ultimately regret having wasted Ceris

after knowing that the dog died.

Finally, of all the processes Making Creative Work Cinematography

Processes of Short Film Entitled “Ceris”, bring writer concludes that, the

directors must be creative, resourceful, and communicative, cause the actor’s

point are a dog’s. And so, the director with teamworks must be hardwork

patiently. The other ways, writting process is first thinking of film making,

teamworks gathering are bring the most powerfull and key of successfuly on film

making. Editing is the last element in the filmmaking process, including

preparation of every scene from beginning to end into one entity.

Page 12: KARYA SINEMATOGRAFI

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.......................................... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vii

HALAMAN PUBLIKASI…………………………………………. viii

ABSTRAK ......................................................................................... ix

ABSTRACK………………………………………………………. x

DAFTAR ISI ……………………………………………………… xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian …………………………........... 3

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………….............. 3

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………….... 4

1.5 Kerangka Teori………………………....................................... 4

1.5.1 Sinematografi……………………………….....……… 4

1.5.2 Pra Produksi................................................................... 5

1.5.2.1 Skenario.......................................................... 6

1.5.2.1.1 Cerita.............................................................. 6

1.5.2.1.2 Kerangka tokoh.............................................. 7

1.5.2.2 Sutradara......................................................... 7

Page 13: KARYA SINEMATOGRAFI

xii

1.5.2.3 Produser dan Modal........................................ 7

1.5.2.4 Story Board..................................................... 8

1.5.2.5 Kostum............................................................ 9

1.5.2.6 Pemeran (Bintang Film/ Artist)....................... 9

1.5.2.7 Hunting Lokasi................................................ 10

1.5.2.8 Jadwal Kegiatan ............................................. 10

1.5.3 Produksi.......................................................................... 11

1.5.3.1 Juru Kamera dan Tata Fotografi................. 11

1.5.3.2 Tata Artistik.................................................... 12

1.5.3.3 Tata Rias......................................................... 12

1.5.3.4 Tata Suara dan Tata Cahaya........................... 13

1.5.4 Pasca Produksi.............................................................. 14

1.5.4.1 Editing............................................................ 14

1.5.4.2 Tata Musik...................................................... 14

1.6 Metode Penelitian..................................................................... 15

1.7 Sistematika Penyajian ………………………………………. 16

BAB II PRA PRODUKSI…...……………………………………… 17

2. Pra Produksi….…………………………………………………... 17

2.1 Skenario……...... ………………………………….................... 18

2.1.1 Cerita..... ……………………………….... 18

2.1.2 Kerangka Tokoh................................................ 19

2.1.3 Skenario Film Ceris............................................. 27

2.2 Pemeran…..…………………...……………………….. 47

2.3 Persiapan Sutradara dan Produser…………………….. 54

2.4 Rencana Modal ……….………………………………. 57

2.5 Story Board …..…….………………………………… 59

Page 14: KARYA SINEMATOGRAFI

xiii

2.6 Kostum ………………………………………………. 59

2.7 Hunting Lokasi………………………………………… 60

2.8 Jadwal Kegiatan……………………………………….. 62

BAB III PRODUKSI ..................................................................... 64

3.1 Penata Fotografi dan Juru Kamera ………………………….. 64

3.2 Tata Artistik dan Seting Film ...……………..………………. 70

3.3 Tata Rias …….……….............................................................. 72

3.4 Penata Suara dan Cahaya…………………………………….. 73

BAB IV PASCA PRODUKSI...................................................... 75

4.1 Proses Editing ........................................................................... 75

4.1.1 Editing Gambar ..................................................................... 75

4.1.2 Editing Suara ......................................................................... 82

4.1.3 Tata Musik.............................................................................. 84

BAB. V PENUTUP .......................................................................... 87

5.1 Kesimpulan ......................................................... 87

5.2 Catatan Reflektif ................................................. 89

5.3 Film Sebagai Sarana Pendidikan........................... 96

5.4 Saran....................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….... 92

Page 15: KARYA SINEMATOGRAFI

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tokoh Ceris............................................................................. 48

Gambar 2. Tokoh Dadit................................................................................. 49

Gambar 3. Tokoh Dian................................................................................... 49

Gambar 4. Tokoh Cece....................................................................................50

Gambar 5. Tokoh Om Broto........................................................................... 51

Gambar 6. Tokoh Rebo ........................................................................ 51

Gambar 7. Tokoh Koho ........................................................................ 51

Gambar 8. Tokoh Bu Is ........................................................................ 52

Gambar 9. Tokoh Pak RT ........................................................................ 52

Gambar 10. Tokoh Pemulung……………………………………………… 52

Gambar 11. Tokoh Udin ………………................................................ 53

Gambar 12. Tokoh Bangun ........................................................................ 53

Gambar 13. Tokoh Pemain Musik.................................................................. 54

Gambar 14. Sutradara Memberi Arahan Kameramen ........................ 56

Gambar 15,16,17 dan 18. Contoh Hunting Lokasi .....................................61

Gambar 19. Kameramen Sedang Mengambil Angle yang Tepat................... 65

Gambar 20. Contoh Medium Long Shot ................................................ 66

Gambar 21. Contoh Medium Shot ........................................................... 66

Gambar 22. Contoh Close Up ........................................................................ 67

Gambar 23. Contoh Medium Close Up ................................................ 67

Page 16: KARYA SINEMATOGRAFI

xv

Gambar 24. Contoh Extreme Long Shoot .................................................. 67

Gambar 25. Contoh Long Shot .............................................................. 67

Gambar 26. Contoh Tracking .......................................................................... 69

Gambar 27. Petugas Clapper dan Kameramen .......................................69

Gambar 28. Contoh Clapper .......................................................................... 69

Gambar 29. Contoh Lokasi shoting ............................................................... 70

Gambar 30. Tim Artistik Bekerja dibawah Komando Sutradara.................. ... 71

Gambar 31. Penata Rias Saat Merias Pemeran.................................................73

Gambar 32. Contoh Lighting Saat Shooting................................................... 74

Gambar 33. Contoh Menghubungkan Analog Source dan Komputer............ 76

Gambar 34. Membuat Project Baru .............................................................. 77

Gambar 35. Jendela New Project ............................................................... 77

Gambar 36. Import File ………………………………………………... 78

Gambar 37. Memanjangkan Potongan Film ................................................... 78

Gambar 38. Pemotongan Gambar dengan Razor ………........................... 79

Gambar 39. Contoh Efek Black and White........................................................79

Gambar 40. Contoh Fade In..............................................................................81

Gambar 41. Contoh Fade Out ...........................................................................81

Gambar 42. Project File Audio pada Adobe Premier 2.0..................................83

Gambar 43. Efect Control Audio pad Adobe Premier 2.0.................................83

Page 17: KARYA SINEMATOGRAFI

1

BAB I

KARYA SINEMATOGRAFI

PROSES KREATIF PEMBUATAN FILM PENDEK BERJUDUL “CERIS”

1.1 Latar Belakang

Sebagian orang menganggap film sebagai tontonan atau hiburan saja, padahal

sebuah film tidak sesederhana itu. Dalam sebuah film, terdapat banyak nilai-nilai

positif yang bisa dipetik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga bisa

sebagai penghancur moral kita. Di dalamnya, terdapat kritikan-kritikan yang

membangun dan dapat membuat kehidupan menjadi lebih baik. Sebaliknya, sebuah

film juga bisa memutar-balik kehidupan ke dalam keterpurukan, tergantung

bagaimana kita menyikapinya. Film memiliki wawasan yang sangat luas, bahkan

dengan film kita bisa megenal sejarah, masalah-masalah sosial dalam kehidupan

sehari-hari, budaya, dan berbagai macam penyimpangan-penyimpangan lainnya.

Munculnya film di tengah-tengah masyarakat, telah menimbulkan tanggapan

pro dan kontra. Film diterima sebagai penyebar nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi,

tetapi juga dianggap sebagai sumber kebejatan moral. Film disambut sebagai

pendidik yang baik, tetapi juga ditolak karena eksistensinya sebagi penggoda yang

licik. Film dipuji sebagai alat perkembangan budaya, tetapi juga dikecam sebagai

penghancur kebudayaan manusia (Mangunhardjana, 1976 : 7).

Sebuah film dapat berfungsi sebagai alat mengekspresikan diri, sebagai salah

satu cara untuk mengutarakan isi hati kita dalam berkarya. Banyak ide-ide dan

terobosan baru yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia agar menjadi lebih

1

Page 18: KARYA SINEMATOGRAFI

2

baik. Sebagai sebuah wacana, film juga menjadi salah satu bahan pertimbangan, dan

mengajari cara hidup secara mendalam asalkan kita tidak mengambil film itu secara

mentah, yang kita ambil sisi positifnya saja.

Dalam Program Studi Sastra Indonesia, terdapat mata kuliah yang mendukung

proses pembuatan sebuah film, antara lain Analisis Drama Indonesia, Penulisan

Skenario Radio-TVdan Film, Penulisan Iklan, Penulisan Drama, Drama Indonesia,

Pementasan Ekspresi Sastra, dan Penulisan Resensi.

Berangkat dari mata kuliah yang diajarkan, penulis memberanikan diri untuk

membuat sebuah karya sinematografi yang diwujudkan dalam sebuah film pendek

berdurasi kurang lebih 40 menit dengan judul “Ceris” untuk memenuhi tugas akhir

perkuliahan. Tema “Ceris” ini adalah kesetiaan, karena penulis ingin memberikan

contoh kepada masyarakat arti pentingnya sebuah kesetiaan. Penulis memilih aktor

anjing karena anjing adalah salah satu binatang yang sangat setia terhadap

majikannya. “Ceris” bercerita tentang kesetiaan seekor binatang peliharaan (anjing)

terhadap majikannya (manusia). Walaupun anjing itu sering dimarahi, dicaci-maki,

tetapi tetap setia kepada majikannya. Dalam keseharian, acapkali terjadi seperti itu,

manusia sering kali sombong, angkuh, egois, hingga mereka lupa akan jati dirinya.

“Ceris” ingin menggambarkan kesetiaan seekor anjing kepada majikannya,

walaupun ia sering disiksa, tetapi anjing ini tidak ada rasa dendam atau benci kepada

majikanya, hingga anjing ini menolong dan menyelamatkan majikannya yang sedang

sekarat dan hampir meninggal. Sang majikan pada akhirnya menyesal dengan apa

Page 19: KARYA SINEMATOGRAFI

3

yang telah dilakukannya terhadap anjingnya, setelah mengetahui anjingnya telah

tiada.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah, permasalahan yang dibahas dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana proses pra-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif

Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”?

1.2.2 Bagaimana proses produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif Pembuatan

Film Pendek Berjudul “Ceris”?

1.2.3 Bagaimana proses pasca-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif

Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”?

1.3 Tujuan

Berdasar rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah :

1.3.1 Mendeskripsikan proses pra-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif

Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”.

1.3.2 Mendeskripsikan proses produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif

Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”.

1.3.3 Mendeskripsikan proses pasca-produksi Karya Sinematografi Proses Kreatif

Pembuatan Film Pendek Berjudul “Ceris”.

Page 20: KARYA SINEMATOGRAFI

4

1.4 Manfaat Pembuatan Film

Manfaat pembuatan karya sinematografi ini secara umum bermanfaat bagi

perkembangan sinematografi di Indonesia dan khususnya di Yogyakarta. Manfaat-

manfaat itu antara lain:(1) Dengan adanya film pendek yang berjudul “Ceris” ini, kita

dapat mengetahui proses dari awal hingga akhirnya menghasilkan sebuah karya film.

(2) Bagi Jurusan Sastra Indonesia sendiri, film ini berguna untuk bahan kajian mata

kuliah yang berhubungan dengan sinematografi.

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori yang dibahas dalam sub-judul ini merupakan pengertian atau

definisi dari pembuatan film, seperti sinematografi, skenario, sutradara, produser dan

modal, story board, juru kamera dan penata fotografi, tata artistik, kostum dan tata

rias, tata suara dan tata cahaya, editing, tata musik, serta pemeran / tokoh.

1.5.1 Sinematografi

Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematography yang

berasal dari bahasa latin kinema „gambar‟. Sinematografi sebagai ilmu terapan

merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan

menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang

dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). (Bazin, 1996 : 38-53).

Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap

pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya

Page 21: KARYA SINEMATOGRAFI

5

pun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan

sinematografi menangkap rangkaian gambar. Film sebagai genre seni juga merupakan

produk sinematografi. Menurut Sumarno (1996 : 112). Sinema berasal dari bahasa

Yunani yang berarti gerak. Di Inggris, sinema dipakai untuk menyebut gedung

bioskop

1.5.2 Pra-Produksi

Pra produksi adalah proses sebelum produksi sebuah film dijalankan. Pra

produksi merupakan sebuah tahap persiapan sebelum kegiatan syuting dimulai.

Proses ini sangat menentukan kelancaran kegiatan syuting nantinya. Oleh karena itu,

proses ini harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Pra produksi meliputi penulisan

skenario, penyutradaraan, produser dan modal, story board, kostum,pemeran, hunting

lokasi,dan jadwal kegiatan. (Denis, 2008:30)

1.5.2.1 Skenario

Sekali ide cerita film ditemukan dan dianggap baik, maka dicarilah seorang

penulis cerita film, penulis skenario (scenarioman), penulis skrip (script writer).

Tugas penulis skenario film adalah membuat ide cerita film itu menjadi siap untuk

difilmkan. Cara dan proses karya penulis skenario film berbeda dari satu penulis

dengan penulis lain. Maka pembicaraan mengenai penulisan skenario film selalu

bersifat umum (Mangunhardjana, 1976:12).

Page 22: KARYA SINEMATOGRAFI

6

Skenario adalah naskah atau script yang menjadi acuan sutradara untuk

memproduksi sebuah film. Penulis skenario menciptakan sebuah cerita secara utuh,

lengkap dengan dialog dan deskripsi visualnya. Namun, pekerjaan seorang penulis

skenario tidak berhenti sampai di atas kertas. Selain harus memikirkan agar cerita

agar enak dibaca secara tulisan (gunanya untuk panduan sutradara, produser, kru,

pemain, dll), penulis skenario juga harus membayangkan bagaimana visualisasi

tulisan tersebut menjadi tontonan sinetron atau film (Lutters, 2004:xv)

1.5.2.1.1 Cerita

Sebelum sinopsis dikembangkan ke dalam bentuk skenario, sebenarnya ada

satu proses lagi yang harus dilewati, yaitu penyusunannya dalam sebuah cerita film

atau video cerita, dengan pemaparan yang lebih berkembang dan lebih detail dari

treatment, dengan dialog dan watak tokoh yang tergambar lebih jelas. Kalau

treatment biasanya per episode, sebuah cerita film atau video cerita masih mungkin

untuk diproduksi sebagai sebuah serial ataupun cerita lepas serta cerita tergambarkan

lebih detail, dengan konflik dan perkembangan tokoh yang sudah jelas pula.

Kelebihan sebuah cerita film atau video cerita ini, terutama terletak pada

pengembangan alur cerita, konflik yang terbangun dengan wajar, dan karena

berbentuk cerita, maka nuansa yang tercipta lebih terasa. (Asura, 2005 : 99-100)

Page 23: KARYA SINEMATOGRAFI

7

1.5.2.1.2 Kerangka Tokoh

Tokoh tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan adanya tokoh utama

dan tokoh tambahan. Ditinjau dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke

dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Altenbert dan lewis via Nurgiantoro,

1995:178).

1.5.2.2 Sutradara

Sutradara disebut sebagai pencipta, karena ia menciptakan seluruh ide dalam

bentuk tulisan menjadi bentuk gambar atau visual. Tugas sutradara adalah

menciptakan sebuah hasil karya menarik dari ide yang dicetuskan atau yang diberikan

penulis naskah. Tuntutan dari seorang sutradara adalah harus kreatif. Kreatif berarti

bisa menciptakan sesuatu yang menarik dan beda, selain itu melahirkan ide-ide

cemerlang. Kalau imajinasinya tajam dan selalu terasah maka kreativitasnya tidak

akan kering, bahkan selalu menghasilkan yang terbaik. Sutradara dituntut mengetahui

seluk-beluk seni peran, kamera, pencahayaan dan suara (Dennis, 2008 : 3-4).

Sutradara juga bertanggung jawab atas pengarahan dan perkembangan seluruh

proses pembuatan film dari awal sampai akhir. Untuk itu, sutradara harus menguasai

seluk beluk pembuatan film, memiliki kepribadian yang seimbang, bisa berorganisasi,

dan memiliki bakat kreatif dan artistik (Mangunhardjana, 1976 : 67).

Page 24: KARYA SINEMATOGRAFI

8

1.5.2.3 Produser dan Modal

Produser tugasnya adalah memimpin sebuah departemen produksi. Ia menjadi

penggerak awal sebuah produksi film. Dalam sebuah film, produser akan membantu

sutradara dalam mengelola proses pembuatan film tersebut. Jika istilah produser

tercetus, yang ada di benak kita pastinya urusan uang. Apalagi di Indonesia, istilah

produser diartikan sebagai pemilik modal, pemilik uang yang akan memproduksi film

tersebut. Anggapan itu tidak tepat. Di televisi, produser adalah orang yang

mempunyai progam. Ia bertanggung jawab atas berbagai hal dalam produksi, baik

teknis, kreatif maupun urusan keuangan (Dennis, 2008:7).

Perhitungan biaya pembuatan film (budget) biasanya dilakukan secara ketat.

Angka-angka di dalam perhitungan itu menunjuk sampai ke sen-senya. Budget

dihitung menurut pengeluaran seluruh biaya pembuatan film yang bersangkutan. Ini

meliputi harga-harga baku, ongkos peralatan, honorium bagi para petugas pembuat

film, seperti penulis skenario, para bintang film, penyusun film, biaya syuting, biaya

administrasi untuk mencari izin produksi misalnya, biaya pengolahan film sampai

film itu jadi. Kalau seluruh budget pembuatan film itu telah dibuat, budget harus

dipecah-pecah menurut acara syuting. Hal itu untuk menghindari jangan sampai

terjadi pembuatan film macet di tengah jalan karena kehabisan modal

(Mangunhardjana, 1976:68-69).

1.5.2.4 Story Board

Skenario film tidak harus berupa pembeberan kata-kata. Banyak film,

terutama film-film pendek, dibuat berdasarkan story board. Story board berupa

Page 25: KARYA SINEMATOGRAFI

9

gambar-gambar film dari adegan atau bagian adegan film yang bersangkutan. Story

board merupakan gambar-gambar sket yang kasar, yang melukiskan adegan-adegan

atau bagian-bagian yang pokok dari adegan film itu.

Keuntungan dari pembuatan story board ini adalah sutradara bisa langsung

melihat adegan atau bagian pokok dari adegan film yang akan dibuatnya. Sutradara

tidak perlu repot menerjemahkan kata-kata skenario ke dalam bentuk-bentuk visual.

Tentu saja penulis skenario harus pandai menggambar (Mangunhardjana,1976 : 17).

1.5.2.5 Kostum

Fungsi kostum adalah, pertama membantu menghidupkan perwatakan pelaku,

bahkan kostum dapat menunjukkan hubungan psikologisnya dengan karakter yang

lain. Fungsi kedua adalah untuk individualisme peranan, warna dan gaya kostum

membedakan peranan yang satu dengan yang lain dan latar belakang. Fungsi yang

ketiga adalah memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku, tetapi juga menambah

efek visualisasi gerak, menambah indah dan menyenangkan setiap posisi yang

diambil pelaku setiap saat (Harymawan, 1988 : 131-132).

1.5.2.6 Pemeran (Bintang Film/ Artist)

Bintang film (artist) merupakan sebuah profesi. Profesi ini menuntut bakat

dan kepiawaian tersendiri. Dasar yang dipakai untuk menilai film adalah dasar

artistik, antara lain : cocok, indah, dan memikat. Hal yang dinilai adalah permainan

(acting), dan aksi (performance). Bagi pembuat film atau produser, bintang film

Page 26: KARYA SINEMATOGRAFI

10

menjadi bahan baku untuk merek dagangannya. Dasar penilaian acting adalah

pelarisan atau alat mendatangkan uang. Jadi, bintang film harus berperan ganda

(bermain baik dan menarik penonton), (Mangunhardjana,1976:58).

Di sinilah dedikasi seorang bintang film dituntut. Tanpa dedikasi, artist akan

lebih mencintai uang daripada memperkembangkan kepandaian bermainnya. Dia

akan mudah tertarik kesana-kemari untuk “main asal main.” Semua peran disanggupi

tanpa memikirkan apakah peran itu cocok atau tidak, apakah dia mampu atau tidak.

Terutama bagi bintang film yang sedang laris, cara kerja seperti ini cepat atau lambat

akan “menjerat lehernya sendiri.” Cepat atau lambat permainannya akan merosot,

akhirnya tidak terpakai lagi. Uang imbalan memang perlu, tapi bila dimutlakkan akan

merugikan (Mangunhardjana, 1976 : 61).

1.5.2.7 Hunting Lokasi

Hunting lokasi merupakan proses pencarian tempat yang sesuai sebelum

shoting berlangsung. Hunting lokasi dihasilkan melalui observasi dengan

memperhatikan norma yang berlaku di masyarakat. Observasi dilakukan oleh

sutradara, juru fotografi dan stage manager, agar sesui dengan apa yang diharapkan

oleh sutradara dalam pembuatan film (Dennis, 2008:32).

1.5.2.8 Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan merupakan susunan rencana kegiatan secara sistematis dan

tertulis, perihal waktu dan tempat sesuai yang diharapkan. Jadwal kegiatan disusun

Page 27: KARYA SINEMATOGRAFI

11

oleh sutradara berdasarkan kesiapan para kru dan alat pendukung dalam pembuatan

film.

1.5.3 Produksi

Tahap produksi merupakan tahap dimana seluruh tim mulai bekerja. Seorang

sutradara, produser sangat dituntut kehandalannya untuk mengatasi kru dalam tiap

tahap (Dennis, 2008:33). Proses ini meliputi :

1.5.3.1 Juru Kamera dan Penata Fotografi

Tugas pokok seorang juru kamera adalah mengambil gambar-gambar untuk

disusun menjadi film. Dia merupakan orang yang bertanggung jawab sepenuhnya atas

segala segi fotografis dari film yang dibuat. Setiap juru kamera selalu mendapat

pembantu sedemikian lengkap dalam setiap pembuatan film. Hal ini sangat

tergantung dari situasi dan kebutuhan orang sewaktu membuat film itu

(Mangunhardjana,1976:19).

Sebagai tangan kanan sutradara, penata fotografi melakukan tugas

pembingkaian. Dalam pelaksanaan tugasnya, seorang penata fotografi harus sadar

betul, walaupun dasar-dasarnya sama, tetapi komposisi foto dan film punya

persamaan dan perbedaan.

Persamaanya, dalam penataan posisi subyek dan pertimbangan kontras, baik

kontras gelap terang dan kontras warna. Perbedaanya, film merekam subyek-subyek

yang bergerak. Jika gerak itu tidak mendapat perhatian utama, gerak bisa merusak

Page 28: KARYA SINEMATOGRAFI

12

komposisi. Oleh karena itu, komposisi untuk film harus dipikirkan dengan seksama.

Tujuannya agar penonton tidak kehilangan pusat perhatian (Sumarno,1996:51).

1.5.3.2 Tata Artistik

Urusan penampilan artis dalam hal busana dan make-up menjadi tanggung

jawab penata artistik. Dalam bekerja, penata artistik dibantu oleh properti master,

kostum dan tata rias (Dennis, 2008 : 44).

Tata artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita

film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Penata artistik boleh mempunyai

kecenderungan, namun bukan gaya yang harus tunduk pada tuntutan cerita atau

pengarahan sutradara. Ia bertugas menerjemahkan konsep visual sutradara kepada

pengertian-pengertian visual: segala hal yang mengelilingi aksi di depan kamera, di

latar depan sebagaimana di latar belakang. Selain itu, penata artistik tidak boleh

merancang tugas berdasarkan pertimbangan estetik semata, tetapi juga menyangkut

biaya dan teknis pembuatan (Sumarno, 1996:51).

Penciptaan setting berarti penciptaan konsep visual secara keseluruhan. Itu

berarti juga menyangkut pakaian-pakaian yang harus dikenakan pada tokoh film,

bagaimana tata riasnya, dan barang-barang (properti) yang harus ada. Karena tugas

yang beragam itu, penata artistik akan didampingi oleh sebuah tim kerja yang terdiri

atas bagian penata kostum, bagian make-up pemeran, pembangun dekor-dekor, dan

jika diperlukan tenaga pembuat efek-efek khusus (Sumarno, 1996 : 66-67).

Page 29: KARYA SINEMATOGRAFI

13

1.5.3.3 Tata Rias

Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan

wajah pemeran. Fungsi rias akan berhasil baik kalau pemain-pemain itu mempunyai

syarat-syarat watak, tipe, dan keahlian yang dibutuhkan oleh oleh peranan-peranan

yang akan dilakukannya. Rias film membentuk suasana atau karakter pemeran yang

dilihat oleh penonton melalui lensa kamera (Harymawan, 1988 : 134-135).

1.5.3.4 Tata Suara dan Tata Cahaya

Ada bermacam-macam suara manusia, suara alam, musik, dan suara-suara

yang kita dengar sewaktu kita menikmati film. Untuk membuat film bersuara,

perekaman suara tidak selalu dilakukan bersama dengan shoting filmnya. Suara-suara

yang biasa direkam bersama dengan shoting adalah suara manusia, dialog atau suara

khas manusia. Untuk setiap film, bahkan film yang paling sederhana sekalipun juru

penata suara mempersiapkan paling sedikit tiga-empat macam suara. Bagaimana

menentukan banyak sedikitnya suara-suara yang harus dipersiapkan, sangat

dipengaruhi oleh jenis film yang akan dibuat. Agar juru penata suara bisa

mempersiapkan suara-suara itu dengan baik, dia perlu mengetahui bagaimana jenis

film itu akan dibuat dan bagaimana bentuk dan cara film itu akan disusun

(Magunhardjana,1976:24-42)

Tata cahaya adalah sutu cara penyinaran khusus pada sutu objek membentuk

gambar objek itu menjadi lebih jelas dari pada objek-objek lain di sekitarnya. Karena

lebih jelas, objek itu juga memberi kesan khusus. Objek itu menunjukkan diri sebagai

Page 30: KARYA SINEMATOGRAFI

14

objek yang penting daripada objek-objek yang lain. Dengan cara penyinaran khusus

itu, penonton dipaksa untuk melihat dan memperhatikan objek itu serta melupakan

saja objek-objek yang lain. Objek itu berbicara lebih keras daripada objek-objek

yang lain (Mangunhardjana, 1976 : 24-42).

1.5.4 Pasca-Produksi

Tahap ini adalah tahap penyelesaian akhir dari semua kegiatan shoting yang

sudah dilaksanakan sebelumnya. Kesalahan pada waktu shoting sebagian mungkin

diselesaikan pada tahap ini. Pasca produksi meliputi editing, dan tata musik (Dennis,

2008:34).

1.5.10 Editing

Tugas editor adalah melaksanakan proses penyusunan gambar-gambar film

atau editing. Dalam editing ini, seluruh gambar hasil shoting dirangkaikan menjadi

satu membentuk film yang utuh. Proses editing sendiri baru dimulai setelah seluruh

shoting selesai. Hasil shooting yang berupa film-film mentah itu kemudian diproses

menjadi film-film negatif. Dari film negatif ini dibutuhkan rangkap dua sampai tiga

turunan (copy). Copy film inilah yang akan dijadikan landasan kerja menjadi working

copy. Tugas penyusun film dapat bebas memotong, menyambung, memotong lagi

untuk membuatnya menjadi satu film. Dengan demikian, film negatif asli tidak rusak

(Mangunhardjana, 1976 : 44).

Page 31: KARYA SINEMATOGRAFI

15

1.5.11 Tata Musik

Pada awal sejarah perkembangannya, musik mula-mula diperdengarkan hanya

untuk mengiringi adegan-adegan di atas layar, agar suasana tidak sepi. Lambat laun,

musik dihubungkan dengan isi adegan di layar. Ditelisik mempunyai kemampuan

yang dapat menimbulkan perasaan khusus di dalam hati mereka yang

mendengarkannya, maka musik dimanfaatkan untuk menciptakan situasi film yang

tidak mungkin diperoleh dengan kata-kata yang diucapkan atau dengan penyajian

gambar-gambar saja (Mangunhardjana, 1976 : 78-79).

Musik dapat dipakai untuk melucu dan menyindir. Musik dapat dipakai untuk

menambah rasa takut. Singkatnya musik dapat menjadi penghubung yang efektif

antara gambar-gambar yang ada di atas layar dan para penontonnya. Musik

menyentuh indera pendengar penonton dan menenggelamkan mereka ke dalam

pengalaman batin yang bercorak ragam (Mangunhardjana, 1976 : 78-79).

1.6 Metode Penelitian

Metode (Yunani: methodos ) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan

upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk

dapat memakai objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan

(Koentjaraningrat, 1977:16).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi dan metode

deskriptif. Metode observasi diterapkan oleh penulis untuk menyusun skenario film.

Penulis mengobservasi fenomena figur anjing yang mempunyai sifat penurut dan

Page 32: KARYA SINEMATOGRAFI

16

setia pada majikannya. Berangkat dari pengamatan tersebut penulis memperoleh ide

awal yaitu tentang kesetian anjing terhadap majikannya. Ide tersebut diwujudkan

menjadi sebuah skenario film pendek berjudul “Ceris”. Metode deskriptif digunakan

oleh penulis dalam memaparkan proses pembuatan film “Ceris” dari tahap pra

produksi hingga tahap pasca produksi.

1.7 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dapat disusun sebagai berikut. Bab pertama berisi latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kerangka teori, metode

penelitian, sistematika penyajian, dan jadwal kegiatan. Bab kedua berisi pra produksi.

Bab ketiga berisi produksi. Bab keempat berisi pasca produksi.. Bab kelima

merupakan penutup yang berisi kesimpulan, catatan reflektif, dan saran. Bagian akhir

berupa lampiran yang berisi contoh story board, contoh desain kostum, contoh desain

setting, contoh jadwal shooting, contoh catatan scene atau adegan, foto-foto

dokumentasi selama pembuatan film berlangsung dan pengepingan VCD atau DVD

film “Ceris”.

Page 33: KARYA SINEMATOGRAFI

17

BAB II

PRA PRODUKSI

FILM PENDEK CERIS

Pra-produksi adalah proses sebelum produksi sebuah film dilakukan. Pra-

produksi merupakan tahap persiapan sebelum kegiatan shooting dimulai dan sangat

menentukan kelancaran kegiatan shooting nantinya. Pada bab ini penulis

memaparkan tahap pra produksi yang terdiri dari cerita, karakter, skenario, pemeran,

persiapan sutradara dan produser, rencana modal, story board, kostum, hunting

lokasi, dan jadwal kegiatan.

Secara khusus dalam memaparkan proses penulisan skenario, penulis

mengawalinya dengan konsep cerita dan karakter film “Ceris”. Hal ini bertujuan

untuk mempermudah penulisan skenario nantinya. Dengan memahami konsep cerita

dan karakter film “Ceris” terlebih dahulu, penulis dapat lebih mudah menyusun

skenario film “Ceris” secara tepat.

Page 34: KARYA SINEMATOGRAFI

18

2. Pra-Produksi

2.1 Skenario

2.1.1 Cerita

Tahap pertama penulisan skenario film pendek berjudul “Ceris” dimulai bulan

Juni dan selesai bulan Agustus tahun 2009. Tema film “Ceris” adalah kesetiaan. Film

ini bercerita kesetiaan seekor anjing yang bernama Ceris kepada majikannya, Dadit.

Walaupun anjing itu sering dimarahi dan dihukum, ia tidak memiliki rasa benci,

dendam, dan marah kepada majikannya. Sebaliknya, anjing itu menyelamatkan Dadit

saat ia tengah sekarat karena sakit. Anjing tersebut akhirnya mati karena kecelakaan.

Dadit sangat sedih mengetahui kematian Ceris dan menyesali apa yang telah

diperbuatnya terhadap Ceris.

Penulis terinspirasi pada anjing peliharaannya sendiri. Ide cerita muncul dari

kisah nyata karena penulis hidup bersama dua ekor anjingnya. Sebelum penulis

membuat skenario, penulis terlebih dahulu melakukan riset terhadap anjing. Penulis

mempelajari tingkah laku anjing, apa yang tidak disukai, dan tidur bersama dua ekor

anjingnya.

Dalam skenario film pendek berjudul “CERIS”, penulis memilih sad

ending pada akhir cerita. Ini karena penulis ingin memberi kesan dramatis dan arti

sebuah pengorbanan pada penonton. Kebanyakan film sekarang, film layar lebar,

televisi maupun film pendek banyak memilih akhir cerita dengan happy ending,

Page 35: KARYA SINEMATOGRAFI

19

penulis ingin karya filmnya berbeda dengan yang lain, itupun sesuai dengan isi dari

skenario.

Skenario film pendek yang berjudul „CERIS‟ tidak menjadi acuan

sepenuhnya dalam shoting film, karena sutradara memberikan kebebasan para

pemeran berimprovisasi dengan batasan tidak keluar dari skenario, apalagi tokoh

utamanya adalah seekor anjing.

2.1.2 Kerangka Tokoh

2.1.2.1 Karakter Ceris

a. Kultural

Nama asli : Keris diganti menjadi

Ceris

Nama panggilan : Ceris

Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 28

Januari 2008

Jenis : Anjing Golden Retriver

Ketrampilan dan bakat : Mengerti bahasa

manusia

Ketrampilan khusus :Melompat, main bola,

berguling, duduk,

pura-pura mati dan

lain- lain

Kegemaran : Main bola

Tujuan pergi kesukaan : Bermain

Page 36: KARYA SINEMATOGRAFI

20

b. Fisikal / biologis

Tinggi badan : 35 cm

Berat badan : 15 kg

Bentuk tubuh : Memanjang

Kondisi fisik : Bugar

Warna mata : Hitam

Warna dan model rambut : Pirang, lurus

Suara dan kualitas : Normal

Penampilan : Seadanya

Cara berjalan : Ringan, santai

c. Psikologis

Inteligensia : Bagus, lebih pandai

dari anjing-anjing lain

Mudah tidaknya bergaul : Sangat mudah

Tempramen / watak : Optimis ( selalu

berusaha )

Sifat secara umum : Penurut , setia

Kelainan jiwa : Tidak ada

Masalah utama yang harus diatasi : Kutu

Jalan keluar dari masalah : Dicari kutunya

Pengalaman yang membentuk sifat : Ceris sering dicuekin

Dadit, dia

menjadi sedih dan

pendiam

d. Hubungan keluarga / pertemanan

Latar belakang keluarga/keturunan : Lahir sebagai anak

Page 37: KARYA SINEMATOGRAFI

21

ketiga dari enam

bersaudara dari

pasangan Popeye dan

Mili (sama- sama ras

golden retriver)

Teman dekat : Dadit, Om Broto, Cece

e. Sosial – Ekonomi

Tempat tinggal : Kontrakan Dadit

Lingkungan : Pinggiran Kota

Berapa tahun sekolah : Empat bulan sekolah

khusus anjing

Tokoh protagonis adalah tokoh yang selalu dikagumi, disebut hero, tokoh

yang yang merupakan pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai serta apa yang ideal

bagi kita. (Lutters, 2004:80-81).

Tokoh protagonis menjadi pusat perkembangan alur. Tokoh protagonis

dalam film ini adalah Ceris. Ceris menjadi tokoh penggerak alur dalam film “Ceris”.

2.1.2.2 Karakter Dadit

a. Kultural

Nama sesuai KTP atau nama asli : Dadit Wijanarko

Nama panggilan : Dadit

Tempat dan Tanggal Lahir : Solo, Mei 1985

Ras / suku bangsa : Jawa ( Jawa-Solo )

Page 38: KARYA SINEMATOGRAFI

22

Agama / kepercayaan : Katolik

Meminum alkohol : Kadang-kadang

b. Fisikal / Biologis

Tinggi badan : 171 cm

Berat badan : 50 kg

Bentuk tubuh : Leptosom

Kondisi fisik : Bugar

Warna mata : Hitam

Warna dan model rambut : Hitam, pendek, tidak

teratur

Gaya bicara : Mengalir

Penampilan : Biasa (menyesuaikan

kondisi)

Cara jalan : Ringan, santai

c. Psikologis

Inteligensia : Normal

Mudah tidaknya bergaul : Kurang begitu

Tempramen / watak : Cuek, santai

Sifat secara umum : Cuek dengan keadaan

hidup.

Hal yang ditakuti : Masalah cinta

d. Hubungan keluarga dan pertemanan

Teman dekat : Dian

e. Sosial – Ekonomi

Tempat tinggal : Kontrakan

Lingkungan : Pinggiran Kota

Sekolah : Sedang menjalani

Page 39: KARYA SINEMATOGRAFI

23

kuliah di perguruan

tinggi swasta,

menempuh semester

delapan.

Tokoh Dadit adalah tokoh antagonis. Antagonis adalah peran yang

mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Tokoh antagonis selalu

berseberangan dengan tokoh protagonis dan cenderung menyakiti tokoh protagonis.

Peran antagonis juga sering menjadi tokoh sentral dalam cerita yang tugasnya

mengganggu dan melawan tokoh protagonis (Lutters, 2004: 80-81).

2.1.2.3 Karakter Dian

a. Kultural

Nama sesuai KTP atau nama asli : Dian Putra Wibisono

Nama panggilan : Dian

Tempat dan Tanggal Lahir : Yogyakarta, 1 Oktober

1984

Ras / suku bangsa :Jawa ( Jawa-Jogjakarta)

Agama / kepercayaan : Katolik

Kegemaran : Bernyanyi dan

bermain gitar.

Meminum alkohol : Sering

b. Fisikal / Biologis

Tinggi badan : 168 cm

Page 40: KARYA SINEMATOGRAFI

24

Berat badan : 60 kg

Bentuk tubuh : Leptosom

Kondisi fisik : Bugar

Warna mata : Hitam

Warna dan model rambut : Hitam, panjang

Gaya bicara : Mengalir

Gaya baju atau kesukaan : Kaos, Celana jeans

Cara jalan : Ringan, santai

c. Psikologis

Intelegensia : Tinggi

Mudah tidaknya bergaul : Mudah bergaul

Tempramen / watak : Cuek, santai

Sifat secara umum : Menghargai hidup

dengan santai, setia

kawan

d. Hubungan keluarga dan pertemanan

Latar belakang keluarga / keturunan : Tidak begitu

dekat dengan orang tua

karena beda prinsip

Teman dekat : Dadit, dan grup musik

keroncong

e. Sosial – Ekonomi

Tempat tinggal : Kos

Lingkungan : Pinggiran kota

Page 41: KARYA SINEMATOGRAFI

25

Sekolah : Sedang menempuh

kuliah di perguruan

tinggi swasta di

Yogyakarta semester

dua belas

Tokoh Dian adalah tokoh tritagonis. Tritagonis adalah peran pendamping

atau peran pembantu yaitu peran pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita. Peran

ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi bisa juga sebagai

penengah atau perantara antar tokoh sentral. (Lutters, 2004:80-81).

2.1.2.4 Karakter Om Broto

a. Kultural

Nama sesuai KTP atau nama asli : Brotowali

Nama panggilan : Broto

Tempat dan Tanggal Lahir : Jogjakarta, 13 Juli

1976

Ras / suku bangsa : Jawa (Jawa-Jogjakarta)

b. Fisikal – Biologis

Tinggi badan : 176 cm

Berat badan : 85 kg

Bentuk tubuh : Leptosom

Kondisi fisik : Bugar, Warna mata

Gaya bicara : Mengalir

Penampilan : Elegan

Gaya baju atau kesukaan : kaos, celana kain

Page 42: KARYA SINEMATOGRAFI

26

c. Psikologis

Intelegensia : Tinggi

Mudah tidaknya bergaul : Mudah

Tempramen / watak : Santai

Tokoh Om Broto adalah tokoh pembantu. Peran pembantu yang berfungsi

sebagai tokoh pelengkap, guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini

tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita (Lutters, 2004:81-82).

2.2.2.5 Karakter Cece

a. Kultural

Nama panggilan : Cece

Ras / suku bangsa : Tionghoa (Jawa

tionghoa)

b. Fisikal / Biologis

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 40 kg

Bentuk tubuh : Seksi

Kondisi fisik : Bugar, Warna mata

Gaya bicara : Sopan

Penampilan : Rapi

c. Psikologis

Intelegensia : Tinggi

Tempramen / watak : Sabar

Page 43: KARYA SINEMATOGRAFI

27

Tokoh Cece adalah tokoh pembantu. Peran pembantu yang berfungsi

sebagai tokoh pelengkap, guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini

tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita (Lutters, 2004:81-82).

2.1.2.6 Karakter Bu Is, Pak RT, Koho, Rebo, Bangun, Udin, Pengemis, Dokter

Mereka semua merupakan tokoh pembantu. Peran pembantu yang berfungsi

sebagai tokoh pelengkap guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini tidak

ada pada semua bagian cerita, tergantung dari kebutuhan cerita.

2.1.3 Skenario Film “Ceris”

CERIS

Opening Tease Musik Keroncong

01. INT. - Di rumah Dadit/ Malam

Di sebuah rumah sederhana, tinggallah pemuda yang bernama Dadit.

Dia seorang mahasiswa di perguruan swasta setempat. Pada saat itu Dadit

dan teman-teman sedang sibuk latihan keroncong, sembari menunggu

temannya. Lima belas menit kemudian datanglah temannya yang bernama

Dian.

Dadit

(secara serentak musik tiba-tiba berhenti) Wah ditunggu ket mau kok ora

teko-teko?

Dian

Wah, sorry bro, biasa tau sendiri anak muda kalau malam minggu ngapain?

Dian

Ya udah, latihan lagi yuk?

Page 44: KARYA SINEMATOGRAFI

28

Teman-teman

Yuk gah yuk (sambil melihat ke wajah Dian).

Dadit

Yang harusnya ngajak latihan itu aku, ayo kita latihan lagi, ayo cepat!!, tiga,

empat

Mereka pun kembali latihan, tidak terasa ayam jantan telah berkokok

tiga kali menunjukkan waktu sudah pagi. Teman-teman band dadit pun segera

pulang ke rumah masing-masing, kecuali dian yang masih tinggal di rumah

dadit, lalu mereka ngobrol di dalam kamar.

FADE OUT

CUT TO

02.INT.Dikamar Dadit /Subuh

Dian

Wah kamar kok panasnya kayak gini, mbok dipasangi AC. (sambil menghisap

sebatang rokok)

Dadit

Lha ini kamu lihat ! angin jendela

Dian

Angin jendela dari Arab?

Dadit

Lha iya memang pesannya di Arab!

Dian

He tak bilangin! mbok kamu itu cari cewek, biar di rumah gak sendirian

Dadit

Repot!

Dian

Repot apanya?

Dadit

Aku juga belum siap, lha wong kamu tau sendiri , tugas kampus aja numpuk

kayak gitu

Page 45: KARYA SINEMATOGRAFI

29

Dian

(Sambil melirik ke arah Dadit dengan tatapan curiga) Jangan-jangan kamu ?

Dadit

(Sambil melihat dan menegaskan) We, aku ini normal brow! Mau dicek po?

Walaupun aku suka kayak gini, aku normal (sambil minum air kemasan)

Dian

(dengan wajah agak jijik) Gak-gak, njijiki tenan kamu itu.

Dian

He kamu itu tho, kalau mau tau tak saranin ya? Mbok beli anjing. Kata orang

tua, kalau kita belum punya anak, kita mancing anak dengan cara ngadopsi

anak dulu, seperti halnya kamu, kamu ngadopsi anjing biar dapat cewek.

Dadit

Tis-tisan, emangnya aku ini binatang po?

Dian

Yo nggak, itu kan pepatah orang tua, apapun bisa terjadi. Ah aku ngantuk

mau tidur dulu, dibilangin kok ngeyel. Kalau mau beli anjing, ada temenku

om Broto namanya, mau jual anjingnya bagus.

Dadit

Ah embuh lah aku juga udah ngantuk nih (Sambil mematikan rokok, mereka

berdua segera tidur).

CUT TO

FADE IN

03. EXT. / INT. - Di rumah Om Broto/Siang

Hari pun sudah menunjukkan siang, mereka pun bergegas pergi

menggunakan sepeda motor, menuju rumah teman Dian yang menjual anjing.

Nama pemilik rumah tersebut adalah Brotowali, tapi lebih sering dipanggil

Om Broto.dan kepada Om Brotolah Dadit akan mengadopsi anjing yang

dicertakan oleh sahabatnya Dian.

Page 46: KARYA SINEMATOGRAFI

30

Dian

Kulo nuwun..kulo nuwun..om.Broto.(sambil mengetuk pintu, sela beberapa

saat pintu terbuka) Sugeng siang Om?

Om Broto

Sugeng siang (sambil berjabat tangan), ayo.. silahkan duduk!

Dian

Ya Om..

Om broto

(sambil mempersilahkan masuk) Gimana kabarnya?

Dian

Baik Om..

Om broto

Udah lulus belum?

Dian

Wah baru memperdalam ilmu, gimana kabarnya Om?

Om Broto

(sambil tertawa) Baik saya! Gimana, ada bisa saya bantu?

Dian

Ini teman saya mau beli anjing (sambil tertawa, ingat obrolan semalam)

katanya mau dijual anjingnya?

Om Broto

Oh ya, sebenarnya saya sayang sih, tapi mertua gak suka jadi terpaksa saya

jual, mau lihat?

Dian

Ia boleh om, boleh! (sambil berdiri mau menuju kebelakang rumah)

Dadit

(Sambil menunjuk ke arah meja yang di atasnya ada seekor ular yang ditaruh

di dalam aquarium) Eh serem banget?

Page 47: KARYA SINEMATOGRAFI

31

Dian

Oh..om Broto kan sukanya klenik!

Dadit

(Sambil geleng-geleng kepala) Pantes..ayo ke belakang!

Om broto

Nah..ini anjingnya!

Dadit

Wah lucu banget om..

Om broto

Ia ini jinak kok!

Dadit

Bener gak gigit om?

Om Broto

Nggak!

Dadit

Udah dikasih nama belum?

Om broto

Udah, namanya keris!

Dadit

Wah lucu banget, ini jenis apa om?

Om Broto

Ini jenis golden retriver! Udah divaksin kok, sehat (sambil melepas rantai) ini

pegang aja!

Dadit

Siapa Om namanya?

Om broto

Keris

Page 48: KARYA SINEMATOGRAFI

32

Dadit

(Sambil memanggil) keris! (dadit mengajak main keris), he kamu suka bola

ya? (Dadit ngajak bicara keris) ini bisa apa Om?

Om Broto

Bisa macam-macam, bisa nangkap bola, salaman, roll, tos..

Dadit

Wah om, pintar banget anjingnya

Om Broto

Ya, gimana?

Dadit

Kalau gitu, okelah saya ambil keris

om Broto

Jadi? Kalau begitu tak ambil makanannya dulu ya..

CUT TO

Akhirnya Dadit membeli Keris, dan mereka berdua pun segera pulang

ke rumah. Sesampainya di rumah, mereka berdua pun masih ngobrol.

04. INT. – Di rumah Dadit/Siang

Dadit

Kamu kok serem banget sih namanya?(melihat kearah Ceris sambil

mengelusnya) anjing kok namanya serem banget, padahal kamu anjing pintar!

Dadit

Kamu aku kasih nama aja ya? (sambil melihat kearah Ceris) kamu mau gak

ganti nama? Beris?

Ceris

Ceris menolak dengan cara berbaring

Dadit

Ceris?

Ceris

Guk-guk! (Ceris setuju dengan nama itu)

Page 49: KARYA SINEMATOGRAFI

33

Dadit

(dengan gembira) namamu Ceris..Namamu Ceris..oke kalau begitu kita tos

dulu? (sambil tos dengan Ceris)

CUT TO

05. EXT. / INT. - Di taman dan Di rumah Dadit

Dadit dan Ceris suka bermain dan bercanda, Ceris sangat manja

sekali, bandel dan juga lincah. Ceris pun tumbuh menjadi dewasa tapi

tingkahnya masih bandel dia sangat menurut dengan Dadit.

CUT TO

Di malam hari, Dadit sedang tidur di kamar, sedangkan Ceris sedang

santai-santai di ruang tamu. Beberapa menit kemudian terdengar suara

ketukan pintu dari luar, tetapi Dadit tidak mendengar karena tertidur pulas.

CUT TO

Bu Is

(Mengetuk pintu sambil menengok kiri-kanan)

Mas Dadit..mas Dadit..mas

Pak RT

Cari siapa Bu? Mas Dadit?

Bu Is

Oiya Pak, cari mas Dadit!

Pak RT

Ada kok di dalam!

CUT TO

Bu is

“ (Bu Is masuk rumah karena pintu tidak dikunci) Mas Dadit..mas Dadit!

(baru masuk beberapa langkah, Bu Is sangat kaget, karena didepanya ada

Ceris. Sebaliknya Ceris juga kaget, karena sama-sama belum kenal. Bu Is

hanya diam kaku seperti es. Beberapa detik kemudian Ceris melolong).

(Tanpa pikir panjang Bu Is mengambil langkah seribu)

asu...segawon..toloooooong..tolooooooong..ada segawon!!

Page 50: KARYA SINEMATOGRAFI

34

Karena mendengar gaduh, Dadit pun terbangun dari tidurnya, melihat apa

yang terjadi. Selagi Dadit mencari tahu apa yang terjadi, Bu Is masih teriak-

teriak di luar rumah!

CUT TO

06.EXT.-Di luar Rumah

Dadit

(Dadit keluar rumah bersama ceris) Eh ibu, ada apa bu kok teriak-teriak?

Bu Is

Anjingmu itu lho, aku takut he..

Dadit

Oalah..si Ceris tho bu? Gak apa-apa Dia gak gigit kok Bu, sakestu! Lho kan

gak gigit tho bu? (sambil mengelus-elus ceris menunjukkan ke Bu Is bahwa

ceris ramah)

Bu Is

(Dengan wajah ragu-ragu) “Beneran?

Dadit

Yakin Bu sakestu, mari masuk bu! (akhirnya Bu Is masuk ruang tamu)

CUT TO

07.EXT.-Di luar Rumah

FADE IN

Dadit

Mari silahkan duduk Bu! (sambil duduk berhadapan) mau nagih uang

kontrakan ya bu?

Bu Is

Ia mas Dadit, maaf mas Dadit ini uang kontrakan saya naikkan sepuluh

persen! Mas Dadit Tau sendiri sekarang apa-apa mahal.

Dadit

Masak dinaikin bu? Kayak uang kuliah aja, tiap tahun naik! Mbok ya jangan

bu?(dengan wajah memelas)

Page 51: KARYA SINEMATOGRAFI

35

Bu Is

Habis gimana ya mas Dadit, kan tau sendiri apa-apa kan sekarang mahal!

Dadit

Begini saja, saya sudah saya siapin sebenarnya, tunggu sebentar ya bu, saya

ambilkan di dalam!

Dadit

Bu, ini seperti yang sudah saya siapkan, mau dihitung dulu bu kira-kira

Bu Is

(sambil mengambil uangnya) Makasih ya...saya sudah percaya dengan mas

Dadit!

Sela beberapa saat Bu Is pun segera beranjak dari tempat duduk, dan

berpamitan untuk segera pulang.

CUT TO

08. EXT. - Di suatu Taman

Pada sore hari yang cerah, Ceris diajak jalan-jalan Dadit, mereka

berlari-lari sambil bercanda. Ceris senang karena banyak bertemu anjing,

tidak jauh dari situ ada seorang cewek yang sedang lari-lari menghampiri

Ceris. Cewek itu lalu mendekat dan menghampirinya

Cece

(menghampiri ke arah Ceris sambil memegang kepala Ceris) Aduh lucunya,

namanya siapa Mas?

Dadit

(dengan wajah kagum dan percaya diri melihat cewek di depannya) Nama

saya Dadit mbak!

Cece

Maaf mas, maksudnya nama anjingnya?

Dadit

Ooo..maaf, namanya Ceris..he..he (Dadit tersipu malu)

Page 52: KARYA SINEMATOGRAFI

36

Cece

Halo Ceris, bulumu kok lembut sekali sih..boleh tak ajak jalan-jalan sebentar

mas? (sambil melihat ke arah Dadit sambil jongkok)

Dadit

Silahkan, gak apa-apa, kalau mau pakai bolanya sekalian. (wah benar juga

apa kata Dian…Dadit ngomong sendiri dalam hati, sambil memainkan

tangannya)

(Ceris pun diajak jalan-jalan sambil berlari-lari memutari taman itu. Ceris

senang sekali punya teman baru. Setelah beberapa menit diajak jalan-jalan,

cewek itupun menghampiri Dadit yang dalam keadaan melamun).

Cece

(Sambil menghampiri dadit bersama ceris) Mas makasih

ya!..Mas..Mas..Mas.. (sambil memegang bahu dadit)

Dadit

“(Dadit pun kaget sekali, karena dia sedang melamun) ia sayang…ha!

Maaf..maaf?

Cece

Makasih ya mas udah dipinjami ngajak jalan-jalan Ceris? (sambil tersenyum)

Dadit

Sama-sama mbak, oiya perkenalkan nama saya Dadit? (sambil mengulurkan

tangan)

Cece

(Sambil mengulurkan tangan) Saya Cece!

Dadit Mbaknya tinggal di sini juga ya?

Cece

Ia, saya tinggal di gang Tlogo..

Dadit

Oh kalau saya tinggal di gang Kapling mbak..

Cece

Oiya kok jarang kelihatan ya?

Page 53: KARYA SINEMATOGRAFI

37

Dadit

Iya, saya paling keluar ngajak jalan-jalan Ceris saja. (sambil mengelus dan

menyuruh duduk Ceris)

Cece

Wah pintar ya, hebat nih anjingnya mas?

Dadit

Iya..

Cece

Wah hujan mas, kita pulang aja sekarang?

Mereka bertiga berlarian, karena hujan mulai turun dengan deras. Akhirnya

mereka mendapatkan tempat berteduh tidak jauh dari situ. Dadit dan Cece

sudah semakin akrab saja, mereka saling bertukar nomor telepon.

FADE OUT

CUT TO

09. INT. - Di rumah Dadit/pagi hari

Merekapun sering bertemu di taman itu. Lama-kelamaan, mereka

semakin akrab, dan akhirnya pun mereka jadian.

FADE OUT

CUT TO

FADE IN

10. INT/EXT-RUMAH dan KAMAR/ MALAM dan SIANG

Dadit

Ayo masuk sayang!

Cece

Makasih

Dadit

(Mereka berdua sedang asik menonton televisi, lalu tiba-tiba ceris datang

ingin bergabung, tapi Dadit malah mengusirnya)Ceris ayo keluar!!!

Page 54: KARYA SINEMATOGRAFI

38

Ceris pun disuruh keluar ke belakang rumah. Sedangkan Dadit,

bermesraan dengan Cece sambil menonton film. Ceris di belakang kamar,

badannya lemas, dia sangat murung dan bersedih karena tidak pernah diajak

main dan selalu dicuekin sama Dadit.

Pada siang hari, Dadit membeli kue tart untuk memberikan surprise

buat kekasihnya, karena Cece hari ini merayakan ulang tahun. Karena Dadit

mau menjemput Cece, kue tart ditaruh di dapur, Dadit pun meninggalkan

rumah. Tidak lama kemudian Ceris muncul di ruang tamu, karena lapar

belum makan, lalu dimakanlah kue tart untuk Cece. Setelah beberapa menit,

Dadit datang bersama Cece, Cece disuruh menunggu di depan rumah,

sedangkan Dadit masuk ke dalam rumah dan kaget bukan main.

Cece

(Mereka berdua menuju berjalan menuju rumah, di sebelah rumah pak RT

sedang mengecat rumahnya, lalu Cece menyapanya) Mari pak?

Pak RT

Ya mari

Dadit

Ayo masuk! (sambil membukakan pintu, merekapun duduk di ruang tamu)

Cece

Makasih

Dadit

Aku mau ke dalam dulu ya?

Cece

Mau ngapain?(menunggu di ruang tamu)

Dadit

Ada aja..pokoknya.

Cece

Ya udah

Dadit

Oke

Dadit pun segera menuju dapur, dia sangat kaget melihat roti tart-nya

lenyap dan berantakan. Tidak jauh dari situ Dadit melihat Ceris belepotan

Page 55: KARYA SINEMATOGRAFI

39

wajahnya oleh kue tart. Saat mereka berhadapan, rasa kaget itu datang

bersamaan.

Dadit

Ceriiiiiiiiis!!!!

Ceris

Uggh.. (Ceris langsung lari ngacir)

Dadit

Sini kamu!! (Dadit memanggil Ceris dan memarahi) itu bukan buat kamu!

Sekarang masuk! Ceris masuk! (Ceris sangat sedih, dia hanya termenung

diam)

Cece mendengar suara gaduh dan tidak lama kemudian dia menyusul ke

belakang menghampiri Dadit.

Cece

Ada apa sih saya? (sambil berjalan menuju suara gaduh, lalu mendekati

Dadit sambil memegang bahunya)

Dadit

Itu ceris, lihat dia!

Cece

(Sambil menenangkan dan menatap mata Dadit) “Yah..udahlah, mungkin

kamu belum kasih makan? Iya nggak?

Dadit

(Sambil melihat ke arah Cece) Ya-iya sih emang bener, tapi itu bukan buat

dia!

Cece

Udahlah kue tart gak begitu penting, yang penting kan doanya (sambil

menenangkan Dadit yang sedang marah)

Dadit

Maafin aku ya yang ya? Tapi tetap cinta kan?

Cece

He..eem..(sambil dicium keningnya sama Dadit)

CUT TO

FADE IN

Page 56: KARYA SINEMATOGRAFI

40

11. EXT.DI PINGGIR JALAN

Pada keesokan harinya, Dadit bersama-sama Ceris sedang jalan-

jalan, Tidak lama kemudian, suara Handphone Dadit berbunyi, ia pun

mengangkat telepon. Beberapa saat setelah menerima telepon, Dadit jatuh

terkapar dipinggir jalan asmanya kumat lagi. Nafasnya tersesak-sesak,

kejang-kejang, Dadit pun tidak sadarkan diri beberapa saat kemudian. Ketika

Ceris melihat Dadit tersungkur tak berdaya di lantai, Ceris terus-terusan

menggonggong Dadit. Ceris sangat bingung, kemudian dia pun segera keluar

menuju ke kos Dian.

CUT TO

12. EXT. / INT. - Di Rumah Dian/Pagi

Kebetulan, rumah Dian tidak jauh dari situ. Sesampainya di depan

rumah Dian, Ceris menggonggong terus-menerus. Dian yang sedang

membaca koran di depan kos kaget melihat ceris sedang menggongong

sendirian tanpa Dadit.

Dian

Lho Ceris kenapa ada di sini? (ngomong sendiri)Ceris? Lho mana

juraganmu?(sambil mendekati Ceris dan mengelus-elusnya).

Ceris

Guk…guk…guk…(Ceris terus menggongong di depan Dian, berharap Dian

mengikutinya)

CUT TO

13. EXT.- Di pinggir jalan/Pagi

Sesampainya di pinggir jalan, Dian sangat kaget karena melihat Dadit

sudah terkapar kaku tidak sadarkan diri.

Dian

Dadit bangun! Kamu kenapa? Dit?

Melihat keadaan Dadit yang memprihatinkan, Dian segera menelpon

Ambulans, untuk segera dibawa ke rumah sakit. Tidak lama kemudian, Dadit

sudah berada di rumah sakit.

CUT TO

Page 57: KARYA SINEMATOGRAFI

41

14. EXT. - Di Jalan/Siang

Ambulans pun segera berangkat ke rumah sakit, Dian ikut menemani

Dadit menuju rumah sakit. Di rumah, hanya tertinggal Ceris sendirian, Ceris

sangat sedih, dia hanya terdiam saja.

Karena terlalu lama menunggu, Ceris menjadi sangat bingung dan

kacau, akhirnya Ceris keluar rumah lewat pintu depan, karena belum

terkunci, dan segera mencari keberadaan Dadit. Untuk mencari Dadit, Ceris

harus melewati banyak rintangan, dia melewati sungai, menuruni dan

mendaki bukit sampai jalan raya yang banyak lalu-lalang kendaraan

bermotor dan mobil. Dari arah berlawanan, ada sebuah mobil melaju

kencang, karena mobil itu tidak melihat seekor anjing ada didepannya, secara

tidak sengaja Ceris pun tertabrak oleh mobil itu hingga sekarat dan mati.

Mobil itu pun berhenti, karena menabrak sesuatu yang mereka belum ketahui.

Tidak lama kemudian, dua orang terlihat turun dari mobil.

Koho

(Sambil menoleh ke temannya) Kayaknya kita nabrak sesuatu kita?

Rebo

Nabrak apa lu? (sambil membuka pintu mobil, lalu keluar)

Koho

Gimana Brow? (sambil menengok di jendela)

Rebo

Asu man!

Koho

Hancur dah mobil gue (dengan wajah panik)

Rebo

Asu!!!

Koho

Apanya?

Rebo

Asu!

Page 58: KARYA SINEMATOGRAFI

42

Koho

Lho kamu kok malah misuhi aku? (Koho keluar dari mobil).

Rebo

Anjingnya ketabrak brow!

Koho

Kita cabut aja brow?

Rebo

Anjing(sambil menunjuk kearah anjing)

Koho

Udah tinggali duit aja!! (sambil menaruh uang di atas tubuh Ceris lalu

mereka segera pergi)

Pemulung melewati jalan itu. Kemudian dia melihat ada uang di atas tubuh

Ceris. Pengemis itu ingin mengambil uang tersebut. Dia melihat keadaan

sekitar lalu mengambil uang itu. Setelah mengambil uang, dia langsung

pergi.

CUT TO

FADE IN

15. EXT. - Di pinggir Jalan/Siang

Dua orang itu pun segera pergi meninggalkan Ceris sendiri, tidak

lama kemudian lewat anak muda. Melihat ada anjing mati, pemuda itu

berhenti matanya melotot karena melihat uang di dekat anjing itu. Tanpa

pikir panjang, pemuda itu turun dari motor dan menyambar uang tersebut

dan segera kabur.

Berselang beberapa menit, teman Dadit yang juga tetangganya lewat

jalan itu. Mereka kaget melihat mayat seekor anjing yang sedang terkapar di

jalan yang tidak asing lagi. Mereka pun berhenti, turun dari motor dan

menghampiri mayat anjing tersebut!

Udin

(Dengan wajah kaget) Lho anjing siapa nih? Kok pernah lihat?

Bangun

Ini kan Ceris! Anjingnya Dadit

Page 59: KARYA SINEMATOGRAFI

43

Udin

( Sambil berpikir sejenak) Oiya-ya, ini kan Ceris! Anjingnya Dadit, Ayo kita

bawa ke rumah Dadit?

Bangun

Din-din mana ada orang, Dadit di rumah sakit.

Udin

(Dengan wajah ling-lung)Ia po? Masak aku gak tau ya?

Bangun

Din-din kerja tidur melulu, mana bisa tau!

Udin

Kayak orang tua aja kamu? Namamu kan Bangun, makanya kamu sering

bangun pagi!

Bangun

( Dengan wajah sebel) ngeyel!

Udin

Yo wis yo kita bawa aja! (mereka segera membawa Ceris pulang dengan

sepeda motornya)

CUT TO

16. INT. - Di Dalam Rumah Sakit/Malam

Mereka berdua pun segera pulang menuju rumah Dadit. Sesampainya

di rumah Dadit, Udin menyusul ke rumah sakit untuk memberi tau Dadit

bahwa Ceris sudah mati.sesampainya di rumah sakit, Udin bertemu dengan

Dian dan mengatakan keadaan Ceris, karena Dadit masih belum sadar.

Udin

(Sambil membangunkan Dian yang sedang tertidur karena menjaga

Dadit) Dian..an bangun an!

Dian

(Terbangun dan agak kaget melihat kedatangan Udin) Ada apa din?

Udin

Si..si..Ceris!!

Page 60: KARYA SINEMATOGRAFI

44

Dian

Tenang dulu, Ceris kenapa?

Udin

Eh..Ceris itu ditabrak mobil, dia udah..udah mati!

Dian

Kamu yang benar?Apa bener itu Ceris, kamu jangan mengada-ada?

Udin

Bener itu memang Ceris! Sekarang Ceris sama Bangun lagi mau

diurus.

Dian

Waduh..gimana ya? Tolong urusin Ceris dulu ya!

Udin

Baik! kalau begitu, saya pulang dulu ya?

Dian

Terimakasih banyak ya, maaf merepotkan!

Udin

Iya gak apa-apa..

CUT TO

17. INT. - Di dalam Rumah Sakit/Malam

Di dalam rumah sakit, Dadit masih belum sadar,saat belum sadarkan

diri Dadit membayangkan kejadian yang dialami sebelumnya, bahwa dia

diputus cintanya oleh Cece lewat telepon, hingga beberapa jam kemudian

akhinya Dadit siuman. Lalu dia melihat lingkungan sekitar, dia bingung

berada di mana, dia hanya melihat Dian.

Dadit

(Dengan wajah bingung dan masih pucat pasi) Aku di mana? Lho kok kamu

ada di sini?

Page 61: KARYA SINEMATOGRAFI

45

Dian

(Sambil menghampiri Dadit) Tenang Dit kamu sudah berada di rumah sakit,

tadi kamu pingsan di jalan!

Dadit

(Sambil melihat wajah Dian) Terimakasih banyak ya, An kamu selamatkan

aku.

Dian

Jangan berterimakasih padaku, berterimakasihlah kepada Ceris karena dia

yang telah menyelamatkanmu!

Dadit

Dimana Ceris sekarang An? Aku mau berterimakasih kepadanya! Kalau aku

sudah sembuh nanti aku mau ajak jalan-jalan dia, pasti dia sangat suka.. An

dimana Ceris sekarang? Jawab An?

Dian

Maaf Dit, Ceris sekarang sudah bahagia selama-lamanya!

Dadit

(Dengan ekspresi sedih dan tegang ) maksud kamu apa An, kamu bercanda

kan?(sambil meraih pergelangan tangan Dian) katakan An?

Dian

(Dengan wajah berbela sungkawa) Maaf, Dit, Ceris sudah tiada!!

Dadit

Tidak mungkin, gak mungkin An Ceris ninggalin aku..aku mau pulang

sekarang! Ceris...ceris..ceris! (Dadit meronta ingin bangun dari ranjang

tidurnya) aku mau lihat Ceris!

Dadit

(Dadit memaksa keluar dari ranjang, tapi Dian terus menghalanginya,

karena keadaan Dadit belum pulih) Tolong lepasin! Aku mau cari

Ceris!..Ceris..Ceris..

Dian

(Mendekat dan measehati Dadit) Sudah, Dit, tenang..tenang!

suster..suster?(Dian memanggil suster)

Page 62: KARYA SINEMATOGRAFI

46

Dadit

Tidak..tidak..aku mau bertemu Ceris..tidaaaaaaaaaaak…(Dadit memaksa

bangun dan berjalan walaupun keadaannya masih belum fit, menuju pulang

rumah untuk menemui Ceris, walaupun Ceris sudah mati, tapi dia tetap tidak

percaya)

CUT TO

18. INT. - Di rumah Dadit/Malam

Akhirnya, dia diperbolehkan pulang ke rumah, dia hanya duduk

sendirian di kamar sambil melihat foto Ceris dan dia berkata...

Dadit

(Dengan wajah sedih) Terima kasih Ceris……

SELESAI

2.3 Pemeran

Memilih pemeran dalam film biasanya disebut casting. Casting tidak

sekedar dilakukan untuk memilih orang yang cantik ataupun tampan saja, walaupun

tampan dan cantik menjadi salah satu daya tarik agar orang mau menonton sebuah

film. Memilih calon pemeran harus dipertimbangkan baik-baik, harus disesuaikan

dengan karakter dalam skenario film. Sutradara bersama penulis skenario yang

bertanggung jawab atas pemilihan pemeran. Setelah sutradara mendapatkan pemeran,

mereka dilatih berdialog dan berakting sesuai tuntutan peran serta kemampuan

Page 63: KARYA SINEMATOGRAFI

47

membawakan karakter dan interaksi terhadap pemain lain(Mangunhardjana,

1976:62).

Jumlah pemain yang direkrut dalam film pendek “Ceris” berjumlah tujuh

belas orang. Klasifikasinya sebagai berikut: dua pemeran utama, yaitu Ceris (seekor

anjing) dan Dadit. Dua orang pemeran pembantu wanita dan tiga belas pemeran

pembantu pria serta pemain musik keoncong “Kagol Asmoro”. Latihan dialog dan

bloking kamera dilakukan pemeran film selama tiga minggu sebelum syuting film.

Dalam film ini, jikalau ada orang lain yang tertangkap oleh kamera itupun karena

situasi lokasi syuting dibiarkan apa adanya.

Ceris belum bisa akrab dengan orang-orang baru, dan Ceris juga takut

mendengar suara keras, hair drayer, galon. Selebihnya, ia mampu berperan dengan

baik.

Gambar 1. Pemeran Ceris

Page 64: KARYA SINEMATOGRAFI

48

2.3.2 Tokoh Dadit dan Dian

Tokoh Dadit diperankan oleh Dian Wijanarko RBN dan Dian diperankan

oleh Ardi Tambara. Sutradara menginginkan tokoh utama pria yang muda dan

tampan. Tokoh ini digambarkan seorang mahasiswa berusia 24 sampai 25 tahun

yang bertempat tinggal di sebuah rumah kontrakan. Kegiatan mereka berdua bermain

musik dengan teman-temannya. Selain itu, Dadit juga memiliki kekasih bernama

Cece, itupun atas usulan Ardi Tambara. Setelah melalui proses casting, Dian

Wijarnako dianggap dapat memerankan tokoh ini. Dian Wijarnako belum mempunyai

pengalaman berakting di dunia perfilman, tetapi ia mempunyai keterampilan dalam

teater. Dian Wijarnako dapat memerankan tokoh ini walaupun harus berakting

dengan seekor anjing, itu tidak menjadi hambatan bagi dirinya memerankan tokoh

Dadit dalam film pendek “Ceris”.

Gambar 2 dan 3. Pemeran Wijanarko sebagai Dadit dan Ardi Tambara sebagai Dian

2.3.3 Tokoh Cece

Tokoh Cece diperankan oleh Hedwik. Sutradara menginginkan sosok yang

cantik, rapi, sopan, dan komunikatif. Pemeran tokoh ini didapat dari proses casting.

Tokoh ini digambarkan seorang mahasiswi berusia antara 22 sampai 23 tahun.

Page 65: KARYA SINEMATOGRAFI

49

Setelah melalui proses casting, Hedwik ternyata dapat memerankan tokoh Cece.

Hedwik belum memiliki pengalaman dalam dunia perfilman. Namun, hal tersebut

tidak menjadi hambatan, justru sutradara ingin mendapat tokoh yang dapat berakting

secara natural.

Hedwik memerankan tokoh ini dengan baik, meskipun harus beradegan

romantis dengan lawan mainnya Dadit. Dari ekspresi dan gesture, Hedwik dapat

memerankan tokoh Cece.

Gambar 4. Hedwik Alfa Karlinda sebagai Cece dalam film “Ceris”

2.3.4 Tokoh Om Broto

Tokoh Om Broto diperankan oleh Joe Ingridion. Tokoh ini digambarkan

sebagai tokoh figuran. Karakter tokoh ini memiliki sifat yang dewasa, berwibawa,

familiar, elegan, dan suka hal-hal magis. Dalam film ini, Om Broto mempunyai

anjing kesayangan yang bernama Keris yang kemudian dijual kepada Dadit manjadi

Ceris. Secara garis besar, tokoh ini digambarkan seorang pengusaha. Sama seperti

Page 66: KARYA SINEMATOGRAFI

50

tokoh lainnya, Joe Ingridion belum memiliki pengalaman akting dalam dunia

perfilman maupun dalam dunia teater. Tokoh Om Broto sangup diperankan oleh Joe

Ingridion dengan baik, sehingga saat berakting sangat natural dan tidak dibuat-buat.

Kekurangan yang terdapat pada tokoh ini saat memerankan Om Broto adalah intonasi

dan Ekspresi wajah. Secara keseluruhan Joe Ingridion sanggup bermain dengan

maksimal.

Gambar 5. Joe Gideon sebagai Om Broto dalam Film “Ceris”

2.3.5 Tokoh Rebo dan Koho

Kedua tokoh ini merupakan peran pembantu. Tokoh Rebo yang diperankan

oleh Aloysius digambarkan seorang pemuda gaul. Tokoh Koho diperankan oleh

Simplisius. Tokoh Koho digambarkan pemuda gaul. Walaupun tokoh ini tidak

banyak berdialog, tetapi kedua tokoh ini sudah memerankan tokoh Rebo dan Koho

sesuai yang diharapan sutradara.

Page 67: KARYA SINEMATOGRAFI

51

Gambar 6 dan 7. Aloysius sebagai Rebo dan Simplisius sebagai Koho

2.3.6 Tokoh Bu Is, Pak RT, dan Pemulung

Pemeran tokoh Bu Is ialah Muji Rahayu, Pak RT diperankan Pak kasio

sedangkan pemulung diperankan oleh Dominikus Ganang. Peran mereka tidak

sedominan dengan tokoh-tokoh lainnya. Tokoh Bu Is digambarkan sebagai pemilik

kontrakan yang ditinggali oleh Dadit. Tokoh ini diperankan dengan sangat baik oleh

Muji Rahayu. Kekurangan dari Bu Muji Rahayu ialah intonasi dialog. Tokoh Pak RT

hanya berdialog satu scence saja, saat Ibu Muji Rahayu mencari Dadit untuk menagih

uang kontrakan. Tokoh ini diperankan dengan sangat sempurna oleh Pak Kasio yang

juga belum memiliki pengalaman berakting sedikit pun. Tokoh pemulung yang hanya

memainkan gesture dan mimik wajah juga diperankan dengan sangat baik oleh

Dominikus Ganang.

Page 68: KARYA SINEMATOGRAFI

52

Gambar 8, 9 dan 10. Muji Rahayu sebagai Bu Is, pak Kasio sebagai pak RT dan Domenikus Ganang sebagai

pemulung film “Ceris”

2.3.7 Tokoh Udin dan Bangun

Pemeran tokoh Udin diperankan oleh Dika Prasetiyo sedangkan tokoh

Bangun diperankan oleh Reza Aditya. Sutradara memilih tokoh ini karena memiliki

sifat dan karakter yang sesuai dengan keinginan sutradara. Kedua tokoh ini

merupakan pemeran pembantu, Kedua tokoh ini digambarkan sebagai teman Dadit

yang membantu Ceris karena tertabrak dan tergeletak ditengah jalan.

Gambar 11 dan 12. Dika Prasetyo sebagai Udin dan Reza Aditiya sebagi Bagun dalam film “Ce

Page 69: KARYA SINEMATOGRAFI

53

2.3.8 Tokoh Pemain Musik

Tokoh pemain musik diperankan oleh Desy, Sanda, Kido, Wawan, Petruk,

Triyas. Tokoh ini tidak berperan dominan dari tokoh-tokoh yang lainnya. Kelima

tokoh ini hanya muncul saat scence pertama pada saat opening. Namun, beberapa

tokoh tersebut berperan penting dalam film pendek “Ceris”, yaitu sebagai penjelas

sahabat-sahabat Dadit sebagai personil band Kagol Asmoro.

Gambar 13. Pemain musik kroncong “Kagol Asmoro dalam opening film “Ceris”

2.4 Persiapan Sutradara dan Produser

Sutradara berperan penting dalam pembuatan sebuah film layar lebar,

televisi, sinetron maupun dalam film pendek atau indipenden. Pembuatan film dari

awal sampai akhir sutradara sebagai panutan yang mempengaruhi laju dan alur cerita

tersebut. Tidak bisa dipungkiri, dalam pembuatan film pendek sutradara mempunyai

banyak peran dan jabatan. Sutradara bisa berperan sebagai aktor, kameramen, editor,

kru, dan juga merangkap sebagai produser. Memang, jauh dari professional tapi

Page 70: KARYA SINEMATOGRAFI

54

semua itu bisa terjadi, salah satu faktor penyebabnya adalah karena dana yang kurang

mencukupi.

Menjadi sutradara atau director tidak hanya membutuhkan suara lantang

saat berteriak action dan cut. Lebih dari itu, sutradara haruslah memiliki bekal dan

syarat-syarat khusus. Kesabaran mengelola produksi, wawasan luas tentang seluk-

beluk produksi, kejelian kontinuitas, serta ketelitian adalah beberapa kunci sukses.

Sutradara harus memiliki citra rasa seni. Citra rasa seni yang dimaksudkan di sini

adalah kekhasan seorang sutradara saat mengemas karya filmnya. Termasuk juga

kreativitasnya dalam menyajikan film agar terkesan tidak dipaksakan atau bahkan

kurang berkualitas meskipun skenarionya ringan.

Produser tidak kalah penting dengan sutradara, karena dialah yang

memiliki kuasa dalam memilih ataupun mengganti sutradara jika dirasa tidak cocok.

Produser identik dengan pemilik modal atau penyokong dana dalam produksi film.

Produser berhak memberi masukan pada skenario, pemeran dan alur cerita dalam

produksi sebuah film.

Dalam proses pembuatan film pendek berjudul “Ceris”, sutradara

merangkap sebagai produser dan pemeran. Tidak bisa dipungkiri, banyak pemeran

pembantu yang merangkap sebagai kru dan lighting. Sutradara sangat berperan

penting dalam proses pembuatan film. Seperti layaknya direktur sebuah perusahaan,

seorang sutradara memiliki banyak karyawan yang terbagi atas masing-masing

kemampuan di bidangnya, sekaligus dilengkapi kelemahan-kelemahan yang berbeda-

beda dari setiap kru.

Page 71: KARYA SINEMATOGRAFI

55

Di dalam seluruh organisasi kerja itu, sutradara hanya mempunyai satu

pedoman, yaitu film yang sedang dibuatnya. Segala susunan dan pengaturan kerja itu

diarahkan pada kesuksesan pembuatan film. Setiap kru di dalam pembuatan film ini

sesuai tugas masing-masing juga ikut bertanggung jawab atas film yang dihasilkan,

pada waktu perencanaan mereka juga diajak bicara. Pada pertemuan itu, mereka

diberi kesempatan untuk memberikan usul, saran, baik mengenai hal-hal yang praktis

maupun mengenai hal-hal yang artistik sifatnya. Hanya, di dalam pengambilan

gambar-gambar, syuting, kekuasaan penuh ada di tangan sutradara (Mangunhardjana

1976:64).

Dalam proses pembuatan film pendek “Ceris”, sutradara memberikan

waktu istirahat yang cukup, dan banyak melakukan komunikasi, tukar pendapat

dengan para kru dan pemain agar menjaga mood mereka. Semua itu dilakukan

sutradara agar dalam proses syuting berjalan dengan lancar dan tidak mengalami

hambatan.

Gambar 14. Sutradara memberi arahan kepada kameramen

Page 72: KARYA SINEMATOGRAFI

56

Pengaturan waktu juga sangat berarti ketika kita bekerja dengan orang lain.

Bagi sutradara, hal itu sangat mutlak dan harus dilakukan. Untuk melaksanakan

produksi dengan baik, sutradara perlu menegaskan sistem kerja yang harus disepakati

dan dijalankan bersama dengan kru.

Dalam proses pembuatan film pendek “Ceris”, sebelum syuting berlangsung,

sutradara harus bisa melatih dan membagi tugas secara tepat kepada kru dan pemeran.

Sang sutradara pun harus mengolah skenario, mempelajarinya dengan seksama serta

menentukan setting yang benar-benar cocok dengan apa yang diharapkan.

2.5 Rencana Modal

Menentukan modal untuk produksi film sangat sulit. Pertama, memilah-

milah dana yang akan dialokasikan ke berbagai elemen, yaitu buat properti, kru,

pemeran, peralatan, konsumsi dan lain-lain. Terkadang, walaupun dana sudah

ditentukan tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan finansial, dikarenakan

lamanya syuting berlangsung, dan juga faktor cuaca bisa menambah pembengkakan

biaya. Banyak unsur tak terduga yang juga harus mempersiapkan dana tambahan

sebagai cadangan.

Dalam pembuatan film pendek, seringkali rincian modal atau dana dihitung

setelah film itu selesai. Tetapi, dalam proses pembuatan film, modal sangat

mempengaruhi akan dibuat seperti apa film tersebut. Dalam membuat film, harus

bisa menentukan kira-kira modal yang akan dikeluarkan sesuai kapasitas produser.

Dalam pembuatan film pendek yang berjudul „Ceris”, modal sudah ditentukan dari

awal, tapi rincian modal dibuat setelah film itu selesai.

Page 73: KARYA SINEMATOGRAFI

57

Modal produksi film pendek “Ceris” ialah Rp. 5.000.000,- dengan

perincian penggunaan sebagai berikut:

1. Produksi

a.Peralatan:

-Sewa kamera :Rp. 800.000,-

-Delapan kaset mini DV :Rp. 200.000,-

-Satu head cleaner untuk mini DV :Rp. 45.000,-

-Make up dan kostum :Rp. 150.000,-

-Alat tulis :Rp. 50.000,-

-Kertas dan foto kopi :Rp. 200.000,-

b. Operasional:

-Properti :Rp. 500.000,-

-Komsumsi :Rp 2.000.000,-

-Transportasi :Rp. 200.000,-

2. Pasca Produksi: -Editing :Rp. 350.000,-

-Mastering :Rp. 100.000,-

-Penggandaan vcd dan dvd :Rp. 300.000,-

Total :Rp. 4.895.000,-

Sisa :Rp. 105.000,-

Page 74: KARYA SINEMATOGRAFI

58

2.6 Story Board

Kinerja sutradara sangat dibantu dengan adanya story board dalam

pengambilan gambar. Penata artistik dan kameramen juga sangat membutuhkan story

board, karena terbantu mengetahui ke mana film ini akan dibawa. Penata artistik akan

lebih mudah dalam memilih setting dan unsur-unsur artistik dalam proses pembuatan

film. Kameramen pun akan lebih mudah dalam pengambilan gambar dan angel-angel

yang akan digunakan dalam proses pembuatan film walaupun sering terjadi

improvisasi kameramen itu sendiri.

Pembuatan film pendek berjudul “Ceris” dibuat berdasarkan story board.

Akan tetapi, tidak keseluruhan adegan berdasarkan story board, hanya mewakili saja

dalam setiap scene yang dianggap penting, selebihnya improvisasi sutradara dalam

proses pembuatan film. Scene yang memiliki story board yaitu, adegan dialog di

dalam kontrakan Dadit, di taman, di pinggir jalan, di rumah sakit. Contoh story board

dalam film pendek “Ceris” dapat dilihat pada lampiran.

2.7 Kostum

Kostum dalam film pendek berjudul “Ceris” dirancang terlebih dahulu dengan

sket gambar. Dengan melihat gambar atau foto hasil hunting lokasi, maka sutradara

memiliki gambaran tentang kostum yang akan digunakan tokohnya dan didiskusikan

dengan kru. Setelah sket rancangan kostum jadi, lalu diserahkan kepada bagian

kostum untuk segera dicari model kostum seperti yang diinginkan.

Page 75: KARYA SINEMATOGRAFI

59

Kostum yang akan dikenakan para pemeran dalam film pendek berjudul

“Ceris” adalah berpakaian anak muda layaknya mahasiswa masa kini. Kostum Ceris

adalah pakaian yang dibuat khusus untuk seekor anjing. Untuk warna, penulis

memilih warna biru, karena sesuai dengan warna kulitnya. Kostum yang digunakan

selalu diperhitungkan dengan kondisi lingkungan atau lokasi, serta menggunakan

make up yang tidak terlalu mencolok atau senatural mungkin.

2.8 Hunting lokasi

Pertimbangan sutradara mengenai lokasi tidaklah mudah karena lokasi

harus terjangkau, tersedia sumber energi, baik listrik maupun logistik, terlebih

konsumsi, dan juga akomodasi yang memadai untuk setiap kru pelaksana produksi.

Proses ini tidak hanya dilakukan sutradara, tetapi juga melibatkan kameramen, penata

fotografi, tata artistik, dan koordinasi lokasi. Tujuannya untuk mendapatkan angle

yang baik dan nyaman dalam proses syuting, sedangkan yang mengurusi persoalan

perijinan merupakan tugas dari koordinator lokasi atau lapangan.

Proses hunting lokasi film pendek berjudul “Ceris” dilakukan sebulan

sebelum syuting film. Sutradara bersama tim mempelajari kondisi lapangan dan

mengambil gambar dengan foto. Hasil foto hunting lokasi dipelajari oleh kru dan

pemain agar mereka memperoleh gambaran tentang fotografi lapangan yang akan

digunakan untuk lokasi syuting.

Berikut ini merupakan daftar lokasi yang didapat melalui hunting lokasi

untuk syuting film pendek “Ceris” :

Page 76: KARYA SINEMATOGRAFI

60

1.Adegan di “ruang tamu dan kamar kontrakan Dadit” diambil pada sebuah

rumah di daerah Prambanan.

Gambar 15. Lokasi saat Dadit bertemu Gambar 16. Lokasi dekat sanggar tari Candi

dengan Cece Prambanan

Gambar 17 dan 18. Lokasi di rumah Om Broto di daerah Selokan

2. Adegan di “rumah Om Broto” diambil pada sebuah rumah di jalan Selokan

Mataram.

3. Adegan “di taman” diambil di parkiran sendra tari Ramayana Prambanan.

4. adegan “di pinggir jalan”, “Dadit menelepon Cece”, diambil di daerah desa

di sekitar Prambanan

5. Adegan “di sungai” diambil di sebuah daerah Babarsari

6. Adegan “di pinggir jalan”, Ceris tertabrak mobil”, diambil di daerah

komplek Candi Plaosan.

Page 77: KARYA SINEMATOGRAFI

61

7.Adegan “di rumah sakit” diambil di klinik kesehatan kampus Sanata

Dharma Mrican.

2.9 Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan yang akan digunakan dalam proses pembuatan karya film pendek

“Ceris” adalah sebagai berikut:

1. Bulan Juni - Agustus 2009 :

Pembuatan skenario dan penyusunan proposal.

2. Tanggal 21 Agustus-15 September 2009 :

Perekrutan kru, pemain, pembentukan tim produksi dan casting.

3. Tanggal 25 Agustus-20 September 2009 :

Hunting lokasi, pembuatan story board dan desain tata artistik.

4. Tanggal 10 Oktober-15 Oktober 2009 :

Persiapan kru dan properti.

5. Tanggal 15 Oktober-21 November 2009 :

Latihan dialog dan blocking pemain.

6. Tanggal 21 November-28 desember 2009 :

Pengambilan gambar.

7. Tanggal 28 Desember-15 januari 2010 :

Proses pengeditan gambar, suara, dan tata musik.

8. Tanggal 15 Januari-20 pebruari 2010 :

Page 78: KARYA SINEMATOGRAFI

62

Mastering Film.

9. Tanggal 5 Maret-10 Maret 2010 :

Desain pembuatan cover dan penyusunan laporan akhir.

Page 79: KARYA SINEMATOGRAFI

63

BAB III

PRODUKSI

FILM PENDEK CERIS

3. Produksi

3.1 Tata Fotografi dan Juru Kamera

Penata fotografi dan juru kamera merupakan dua kesatuan yang tidak bisa

dipisahkan. Mereka juga ikut bertanggung jawab secara artistik atas semua objek

yang akan ditangkap oleh kamera. Penata fotografi dalam film pendek berjudul

“Ceris” menggunakan kamera foto SLR canon D1000. Bertujuan untuk mencari

sudut-sudut yang artistik dalam pengambilan gambar, dan agar gambar tampak

terlihat jelas. lalu didiskusikan dengan sutradara dan juru kamera. Setelah

memperoleh kepastian mengenai sudut-sudut gambar yang diambil, maka tugas

selanjutnya diserahkan kepada juru kamera untuk merekam setiap adegan dan tidak

lepas dari pengarahan sutradara. Sebelum merekam adegan. Proses pembuatan film

pendek berjudul “Ceris” kameramen kewalahan karena harus menyesuaikan diri

dengan Ceris, ditambah lagi Ceris yang baru menyesuikan diri dengan lingkungan

hingga membuat juru kamera bekerja keras dan harus mengulang pengambilan

gambar berulang-ulang. Untuk menanggulangi, juru kamera melakukan pengambilan

gambar dengan motor (track).

Dalam proses film pendek berjudul “Ceris”, juga menggunakan penata

fotografi. Seorang penata fotografi merupakan seorang ahli dalam bidang fotografi

63

Page 80: KARYA SINEMATOGRAFI

64

atau memahami seluk-beluk dunia fotografi. Adapun tugas yang diemban oleh

seorang fotografi menentukan angel kamera untuk mendapatkan hasil gambar yang

bagus walaupun keputusan dipakai atau tidaknya gambar ditentukan oleh seorang

sutradara. Dalam film pendek “Ceris”, penata fotografi ditangani oleh Aditya Wira

Putra, Eklesia Arya Nugraha dan Taufik Budi Sumbandono, mengunakan kamera

jenis PD 150 PAL dan FX 2100 PAL kamera standar reporter.

Hal lain yang dipelajari oleh penata fotografi ialah menjelajahi lokasi

syuting sebelum dilakukan take gambar, dan penata fotografi juga harus bisa

memanfaatkan tata cahaya yang ada pada saat syuting berlangsung. Tujuannya ialah

tiada lain untuk mendapatkan sudut yang artistik pada saat pengambilan gambar oleh

kameramen.

Gambar 19. kameramen saat mencari tempat yang pas dalam pengambilan gambar

Juru kamera memusatkan perhatian kepada makna yang mau disampaikan

kepada penonton melalui gambar-gambar. Gambar-gambar itulah yang akan

ditimbulkan di dalam hati para penonton. Dengan perasaan penonton tidak hanya

Page 81: KARYA SINEMATOGRAFI

65

mengerti obyek yang disajikan, tetapi juga membuat orang ikut mengambil bagian

dalam pengalaman obyek itu sendiri (Mangunhardjana, 1967:21).

Pada film pendek “Ceris”, teknik letak kamera mengenal beberapa macam

gambar atau shot. Framing pengambilan gambar dengan jarak sedang atau dikenal

dengan istilah medium long shot. Dalam suatu medium long shot suatu objek, baik

benda atau orang, berdiri penuh-penuh sedikit kejauhan dengan sela-sela tersisa pada

bagian atas maupun bawah layar. Sedangkan, medium shot menonjolkan objeknya.

Shot ini mempunyai cukup ruang untuk bergerak di atas layar.

Gambar 20. Contoh medium long shot gambar 21. Contoh medium shot

Sedang medium close shot, penonton dipaksa berurusan dengan objek yang tampak.

Teknik shot ini mempunyai sudut pandang paling jelas memberikan keterangan

mengenai objek yang diambil, walaupun belum bersifat dramatis, namun shot ini

sudah menyampaikan bagian-bagian kecil yang amat jelas (ekspresif wataknya).

Page 82: KARYA SINEMATOGRAFI

66

Gambar 22. Contoh gambar close up Gambar 23.Contoh gambar medium close up

Dan untuk pengambilan jarak jauh, dikenal dengan istilah Extreme long

shot. Shot ini mempunyai letak sudut paling besar. Shot ini menunjukan seluruh latar

belakang dan lingkungan dari suatu objek yang diambil gambarnya.

Gambar 24. Contoh extreme long shoot gambar 25.Contoh long shoot

Pengambilan gambar secara penuh dikenal dengan istilah close up dan

extreme close up. Shot ini memiliki sangat kuat dengan karakter atau perasaan. Dalam

Page 83: KARYA SINEMATOGRAFI

67

film pendek “Ceris”, shot close up lebih banyak digunakan, yaitu lebih mengacu pada

tokoh Ceris guna memberikan kesan khusus. Ini mengambarkan kalau Ceris tokoh

anjing memahami bahasa manusia.

Pada umumnya, sewaktu mengambil gambar-gambar, kamera diletakkan

sejajar tingginya dengan objek yang diambil gambarnya. Kalau dalam pengambilan

gambar itu kamera diletakkan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada objek yang

diambil, hasil pengambilan sebuah bird-eye-view. Sebaliknya, sebuah low angel

camera akan membuat objek yang diambil gambarnya tampak gagah, besar,dan

agung. Sedang dengan mengunakan high angel maka objek yang akan diambil akan

tampak lebih kecil dan rendah.

Hal yang berhubungan dengan gerak kamer dalam film pendek “Ceris”

mengunakan teknik panning dan tracking. Teknik panning merupakan gerak kamera

disekeliling sumbu vertikalnya. Dengan gerak ini, kamera dapat melihat dan

mengamati keadaan sekitar, dari kanan ke kiri atau sebaliknya. Sedang gerak tracking

merupakan gerak kamera maju atau mundur, ke samping kanan atau ke samping kiri.

Gerakan tracking ini terjadi pada kamera karena kamera-kamera diletakkan di atas

benda bergerak. Biasanya, kamera tracking yang maju atau mundur hampir sama

dengan pemakaian lensa zoom. Hanya bedanya, dalam gerak kamera tracking, obek-

objek yang ada jauh di belakang tidak berubah bentuknya. Sedang dengan kamera

zoom, objek-objek yang ada di belakang objek yang diambil gambarnya ikut menjadi

besar. Alasan mengunakan kamera tracking bertujuan melibatkan penonton ke dalam

suatu peristiwa atau kejadian dalam cerita film pendek “Ceris”.

Page 84: KARYA SINEMATOGRAFI

68

Gambar 26. Contoh tracking

Juru kamera bukan sekedar orang yang mengambil gambar saja, tetapi juga

menjadi seniman. Setiap juru kamera memiliki gaya, cara, watak khusus dalam

kamera untuk film yang mau dibuatnya. Setiap sutradara akan memilih sendiri juru

kamera untuk film yang mau dibuatnya. Seperti bintang film, juru kamera ditunjuk

dan dipilih oleh sutradara film yang bersangkutan (Mangunhardjana, 1976:40).

Kameramen dan penata fotografi mengunakan clapper. Clapper

merupakan alat penanda adegan setiap gambar yang diambil oleh kamera dan orang

yang disebut petugas clapper. Petugas clapper merangkap juga sebagai asisten juru

kamera. Dalam film pendek “Ceris”, petugas clapper dipegang oleh Aloysius

sekaligus merangkap pemain sebagai Rebo.

.

Gambar 27. Petugas clapper dan kameraman Gambar 28. Peralatan utama shooting

Page 85: KARYA SINEMATOGRAFI

69

Fungsi clapper yang sebenarnya terlihat pada saat pengeditan gambar.

Dengan melihat pencatatan setiap adegan, editor dapat mengetahui adegan mana yang

digunakan, dibuang atau disimpan sebagai gambar cadangan. Jadi, clapper

merupakan alat yang wajib dibawa ke lapangan saat pengambilan gambar atau

shoting.

3.2 Tata Artistik dan Seting Film

Peranan artistik dalam film pendek yang berjudul “Ceris” hanya

dibutuhkan pada saat shoting dalam ruangan saja. Untuk setting di luar ruang

dibiarkan apa adanya, tujuannya agar suasana yang tertangkap oleh kamera film

terkesan tidak dibuat-buat dan alami apa adanya.

Gambar 29. Contoh lokasi natural dan dibiarkan apa adanya.

Untuk seting dalam film ini, dicari melalui proses hunting lokasi. Lokasi di

luar ruangan diperhitungkan juga kondisi artistik bangunan utama atau yang berada di

sekitarnya. Pemilihan lokasi yang berseting alam bebas pun juga diperhitungkan sisi-

sisi artistiknya. Khusus untuk lokasi dalam ruang, sutradara membuat sketsa gambar

terlebih dahulu. Setelah itu, diserahkan pada bagian tata artistik untuk dicari

Page 86: KARYA SINEMATOGRAFI

70

perabotan dan pernak-pernik seperti yang dirancang. Tim penata artistik dalam

pembuatan film pendek “Ceris”, ditangani oleh Basuki, Simplisius, dan Adit yang

sekaligus merangkap sebagai pemain dan juru kamera.

Gambar 30. Tim artsistik sedang bekerja dibawah komando sutradara

Tugas utama tim penata artistik ialah menerjemahkan konsep visual

sutradara untuk segala hal yang mendukung aksi pemain di depan kamera. Hal

tersebut biasanya meliputi properti yang digunakan saat shoting berlangsung. Khusus

untuk lokasi dalam ruangan, sutradara membuat sketsa gambar terlebih dahulu,

seperti yang terdapat dalam adegan dalam rumah kontrakan Dadit, klinik merupakan

hasil kreasi dari penata tim artistik. Mereka bekerja sesuai dengan sketsa yang sudah

digambar oleh sutradara. Dengan adanya sketsa tersebut, akan memudahkan tim

penata artistik untuk mendekor ruangan yang akan dilakukan untuk shoting.

Seting tempat yang digunakan dalam film pendek berjudul “Ceris” ialah

kota Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah, kota Klaten. Lokasi antara lain meliputi

jalan raya dan fasilitas umum, parkir sendra tari Rama Sinta candi Prambanan, rumah,

pinggir jalan depan candi Plaosan, klinik Sanata Dharma dan lain sebagainya

Page 87: KARYA SINEMATOGRAFI

71

3.3 Tata Rias

Untuk tata rias atau make-up dalam proses pembuatan film pendek

berjudul “Ceris”, diusahakan dibuat senatural mungkin. Setelah pemain dirias, ia

akan dilihat menggunakan kamera film. Melalui kamera film akan tampak tebal atau

tipisnya make-up sehingga dapat dilihat mana yang sesuai.

Make-up untuk talent biasanya bertujuan agar talent terlihat cantik dan

tampan sehingga layak direkam dalam pita kamera. Hal yang perlu diperhatikan di

sini adalah kondisi make-up yang harus stabil dan dinamis. Artinya, jika adegan

masih menceritakan kondisi yang sama, maka make-up haruslah sama juga. Namun,

yang diceritakan adalah kondisi tokoh yang sudah berusia lanjut, maka wajah talent

perlu dibuat lebih berumur (Bayu Widagdo,2007:94).

Khusus tata rias dalam film berjudul “Ceris” tidak mengalami

permasalahan yang rumit. Untuk pemeran pria, menggunakan make-up yang sama,

yang sudah disediakan oleh juru tata rias yang ditangani oleh Nuri. Sedangkan untuk

pemeran wanita, mereka membawa make-up sendiri, karena disesuaikan dengan jenis

kulit wajah pemeran. Semua itu dilakukan untuk segi kesehatan, karena tidak setiap

merk make-up sesuai dengan semua pemeran, terlebih pemeran wanita karena kulit

mereka cenderung sensitif.

Page 88: KARYA SINEMATOGRAFI

72

Gambar 31. Penata rias saat merias pemeran

3.4 Penata Suara dan Cahaya

Untuk proses perekaman suara dalam film pendek berjudul “Ceris”

dilakukan melalui mikrofon yang berada pada kamera film. Hasil rekaman suara ini

dinilai cukup baik jika berada dalam ruangan, tetapi jika berada di luar ruangan maka

akan banyak suara yang mengganggu atau bising yang ikut terekam. Untuk

mengatasi suara bising itu sendiri, dilakukan pada proses editing. Selain murni hasil

pengambilan suara secara langsung, efek-efek suara juga ditambahkan untuk

menghidupkan suasana.

Dengan bekal pengetahuan tentang dunia perfilman, bentuk dan cara

penyusunannya, juru penata suara akan memilih jenis-jenis suara yang dianggap

cocok. Dia akan menyesuaikan panjang pendeknya sesuai dengan panjangnya film

yang akan dibuat. Singkatnya, semua rekaman harus dibuat bagus sehingga bisa

disusun menjadi kumpulan yang menyenangkan.(Mangunhardjana, 1976:42-43).

Untuk tata cahaya, film pendek berjudul “Ceris” banyak menggunakan

seting di luar ruang. Jadi, banyak tergantung pada pencahayaan alamiah yang tidak

lepas dari perhitugan keadaan waktu dalam script, musim dan cuaca. Untuk lokasi

Page 89: KARYA SINEMATOGRAFI

73

dalam ruang, maka akan digunakan pencahayaan dari lampu tembak. Warna kuning

dan lampu bawaan dari kamera. Warna kuning digunakan karena warna kuning ini

dinilai lebih tampak alami.

Suatu cara penyinaran khusus pada saat objek membuat gambar objek itu

menjadi lebih jelas dari pada obyek-obyek lain disekitarnya. Karena lebih jelas, objek

itu memberi kesan khusus. Objek itu menunjukkan diri sebagai objek yang lebih

penting dari pada objek-objek lainnya. Dengan cara penyinaran khusus itu, penonton

film dipaksa untuk melihat dan memperhatikan objek itu serta melupakan saja objek-

objek yang lain (Mangunhardjana, 1976:24).

Gambar 32. Contoh lighting saat shooting

Page 90: KARYA SINEMATOGRAFI

74

BAB IV

PASCA PRODUKSI

FILM PENDEK CERIS

4. Pasca Produksi

4.1 Proses Editing

4.1.1 Editing gambar

Editing untuk film pendek berjudul “Ceris” dilakukan setelah semua

pengambilan gambar selesai. Tahap pertama editing ialah menyusun gambar sesuai

plot dan ruang waktu cerita, jika ada kekurangan gambar akan dilakukan

pengambilan gambar lagi sesuai dengan kebutuhan.

Proses editing dilakukan oleh kru yang bertugas sebagai pengedit film dan

dibantu sutradara. Kaset yang digunakan selama shoting film ialah format mini DV.

Pertama hasil shoting ditransfer ke dalam komputer, lalu setelah itu diedit. Proses

pengeditan awalnya menyeleksi hasil gambar shoting per adegan, dengan berpatokan

pada catatan pencatat scenes. Melalui catatan tersebut, kita bisa mengetahui nomor

adegan melalui papan clapper pada setiap awal adegan.

Jumlah kaset mini DV yang ditransfer atau dicapture ke komputer

berjumlah 5 buah yang masing-masing berdurasi 60 menit dengan menggunakan alat

Firewire. Hasil kaset akan ditransfer ke komputer berupa file AVI atau Video for

windows dan program yang digunakan untuk mengedit film ini adalah Adobe Premier

Pro 2.0.

74

Page 91: KARYA SINEMATOGRAFI

75

Setelah semua frame diseleksi, kemudian dikelompokkan berdasarkan

scenesnya masing-masing seperti pada skenario. Sehabis itu, maka proses editing bisa

segera dimulai. Awalnya menyusun setiap frame menjadi sebuah rangkaian dalam

scenes, lalu digabungkan menjadi sebuah sequence hingga film besar. Proses ini

sangat rumit karena banyak aspek yang diperhitungkan, seperti penambahan filter

warna dan pergantian adegan harus menggunakan teknik cut, wipe out, dissolve atau

fade, dan masih banyak lainnya.

Film pendek berjudul “Ceris” mengunakan beberapa tahap dalam proses

pengeditan diantaranya. Tahap pertama adalah proses memindahkan sumber gambar

dari pita kaset video kedalam data komputer. Dan juga berarti proses perekaman atau

pengambilan gambar secara teknis dari kamera.

Gambar 33. Menghubungkan Analog Source dan Komputer

Beberapa jenis kamera tertentu yang digunakan dalam keadaan on atau hidup

agar dapat mengaktifkan port firewire, tetapi ada juga yang dapat langsung digunakan

walaupun dalam mode sleep atau mati. Dan kamera yang digunakan dalam

pembuatan film pendek berjudul “Ceris” posisi kamera dalam keadaan on atau hidup.

Page 92: KARYA SINEMATOGRAFI

76

Gambar 34. Membuat Project Baru

Gambar 35. Jendela New Project

Dalam film pendek berjudul “Ceris” mengunakan sistem digital video source

karena pada komputer atau hardware yang dimiliki mengunakan 1394IEEE. Tahap

kedua merupakan tahap memasukkan semua source gambar yang telah dicapture

kedalam video track atau pada time line windows.

Page 93: KARYA SINEMATOGRAFI

77

Gambar 38. Import File

Tahap ketiga adalah memanjangkan atau memendekkan potongan film. Ini

berfungsi untuk menambah durasi atau mengurangi durasi atau juga bisa disebut

untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak penting dalam film. Dalam film

pendek berjudul “Ceris” memanjangkan dan memendekkan terdapat pada adegan saat

Cece menelpon Dadit.

Gambar 43. Memanjangkan Potongan Film

Page 94: KARYA SINEMATOGRAFI

78

Tahap keempat memotong film. Memotong film adalah proses memilih

bagian-bagian gambar atau film yang sudah diedit, untuk dilakukan penyeleksian

gambar yang layak atau baik. Maka bagian yang tidak dibutuhkan dapat dibuang dari

video.

Gambar 41. Pemotongan gambar dengan Razor

Tahap kelima adalah pemberian kesan dramatisasi atau disebut juga dengan

efek. fungsi dari pemberian efek dalam sebuah film diantaranya: 1. Sebagai

peneyeimbang warna. Misalnya dalam film pendek berjudul “Ceris” warna hitam

putih mengambarkan alur cerita flash back.

Contoh 46. Gambar sesudah diberi efek Black and White

Page 95: KARYA SINEMATOGRAFI

79

2.penyamaan pencahayaan. Penyamaan pencahayaan berfungsi untuk

menyeimbangkan cahaya yang ditangkap oleh kamera atau memaksimalkan warna

alami. 3. Pemberian garis block atau yang disebut juga clip. Clip berfungsi sebagai

garis pembatas frame yang bisa diletakkan pada sisi kiri, kanan, atas dan bawah. 4.

Memberi kesan teduh (gelap/terang) atau juga yang disebut dengan tint. Efek ini

berfungsi untuk menggambarkan suasana agar terlihat seperti nyata. 5. Mengatur dan

menegaskan komposisi warna merah, hijau, biru agar tidak terlalu mencolok dan

terlihat natural seperti yang diinginkan atau juga disebut cannel mixer

Gambar 47. Contoh fade in Gambar 48. Contoh fade out

Page 96: KARYA SINEMATOGRAFI

80

Fade in merupakan apabila satu shot berangsur-angsur timbul dari kegelapan.

Fade out adalah apabila satu shot makin hilang dari pemandangan. Berbagai cara

penyambungan shot itu, umumnya pada umumnya digunakan untuk menciptakan

irama film dan menunjukkan irama waktu dan peristiwa. (Mangunhardjana 1976:51)

4.1.2 Editing Suara

Dalam proses editing suara film pendek berjudul “Ceris” meliputi suara

dialog pemain dan suara yang terekam disekitar pemain. Proses ini merupakan

bagian yang sangat rumit dan sulit mengingat suara yang direkam karena hanya

menggunakan alat minim, yaitu mikrofon bawaan kamera.

Suara sangat vital bagi sebuah film. Selain mengedit suara dialog pemain,

juga pemberian efek suara. Pemberian efek suara tidak melupakan dan harus

disesuaikan dengan suara asli lokasi yang terekam oleh mikrofon kamera. Efek suara

berguna untuk menghidupkan situasi dalam film, misalnya pemberian suara alam,

telepon berdering, derap langkah kaki, membuka pintu, dan lain sebagainya. Tahap

terakhir adalah penggabungan antara suara dialog yang sudah diedit, suara asli lokasi,

dan efek-efek suara, tahap ini disebut mixing. Sehingga, semuanya tergabung menjadi

satu grafik suara melalui proses rendering.

Pengaturan effect suara untuk menyeimbangkan suara yang terdengar

seperti yang diinginkan. Banyak kendala yang terjadi dalam editing suara yaitu

banyak noise karena alat perekam yang minim. Banyak adegan yang suara

lingkungan sekitar masih terasa tebal, misalnya adegan di jalan raya depan Candi

Page 97: KARYA SINEMATOGRAFI

81

Plaosan yang mana suara kendaraan bermotor yang terekam kadang menutupi suara

dialog pemeran. Untuk mengatasi gangguan tersebut, ia menghilangkan atau

meminimkan noise pada grafik suara yang terekam melalui mikrofon kamera dengan

menggunakan system audio (track noise gate, track EQ, dan track compressor).

Proses ini sangat rumit dan memakan waktu lebih lama dari pengeditan gambar

karena memerlukan kepekaan telinga dan harus diulang beberapa kali. Grafik suara

diberi line sendiri-sendiri agar mudah pengaturan besar volumenya.

Gambar 49.Project file audio pada Adobe premier 2.0

Page 98: KARYA SINEMATOGRAFI

82

Gambar 50.Efect Control audio pada Adobe Premier 2.0

Proses akhir dari editing suara film pendek berjudul “Ceris” adalah

menggabungkan suara-suara yang telah diedit menjadi satu dengan gambar, proses ini

disebut rendering. Suara yang dihasilkan masih murni tanpa musik, hanya berupa

suara dialog dan suasana pada saat adegan berlangsung.

Melihat peranan yang begitu besar di dalam film, kita menjadi sadar betapa

pentingnya para pembuat film berusaha membuat suara dalam filmnya sebaik

mungkin. Sutradara Jepang yang terkenal, Akira Kurosawa, mengatakan film berhasil

atau gagal tergantung dari penggabungan suara-suara dalam gambar. Suara dalam

film bukan sekedar menambah, melainkan melipatgandakan dua tiga kali efek

gambar-gambar yang tersaji (Mangunhardjana, 1976:81)

Dalam film pendek berjudul “Ceris” proses editing suara bisa dikatakan

berhasil, karena kerja sama tim yang baik. Walaupun banyak suara yang bocor,

dikarenakan minimnya alat.

Page 99: KARYA SINEMATOGRAFI

83

4.1.3 Tata Musik

Proses terakhir dalam editing adalah penataan musik. Setelah proses

editing, gambar dan suara selesai, maka selanjutnya ialah menyisipkan suara musik

yang gunanya ialah memberikan efek dramatisir pada adegan yang sudah ditentukan.

Selain menambah efek dramatisir, fungsi lainnya ialah menutupi suara bising yang

mengganggu. Dalam film pendek yang berjudul “Ceris”, musik yang

melatarbelakangi setiap scene ialah musik instrumental, lagu daerah dan lagu-lagu

yang beraliran rock, karena sesui dengan cerita dan karakter dalam film “Ceris”

Dalam film pendek “Ceris”, sutradara mencari atau mendapatkan musik

yang diinginkan dari teman-teman yang berkecimpung dalam musik. Sutradara

mendapat masukan musik-musik yang cocok dalam setiap adegan. Dalam filmnya,

sutradara lebih banyak menggunakan MP3. Selain terdapat video track, untuk

mengedit gambar dan audio track untuk mengedit suara juga terdapat musik track

untuk mengedit musik. Besar kecilnya musik, diatur dengan menggunakan line

system yang diberi add point. Selain mengatur besar kecilnya suara, dilakukan

pemotongan musik agar sesuai dengan gambar atau adegan. Musik dirangkai sewaktu

penyusunan film, lalu kembali dilakukan proses rendering. Film pendek “Ceris”

menggunakan 12 lagu sebagai back ground musiknya. Perinciannya sebagai berikut:

1. Opening dan credit title : “Jali-jali” oleh pemain musik dalam film

2. Di kamar Dadit : “Sinaran” oleh Jubing Kristianto

3. Rumah Om Broto : “Dunken Lullabies oleh Flogging Molly

4. Pinggir jalan : “Spanish Rumba” oleh Santana

Page 100: KARYA SINEMATOGRAFI

84

5. Dadit dan Ceris di lapangan : “Toss The Feathers oleh The Corrs

6. Jalan-jalan di taman : “Time Bomb” oleh Rancid

7. Rumah Dadit : “Amelia” Jubing Kristianto

8. Dadit dan Ceris di pinggir jalan : “Bring Me To Life” oleh Evanescence

9. Ceris berlari : “Ademus” oleh Enya

10. Di dalam mobil : “Jump-jump” oleh Kriss Kross.

11. Rumah sakit : “Relaxing Instrumental ” oleh Sad Piano 3

12. Ruang tamu Dadit : “Brave Heart” oleh Sad Theme.

Musik yang mempunyai peluang-peluang untuk dinilai sebagai musik

semata maupun dinilai sebagai bagian keseluruhan film. Musik film harus diterima

tidak sebagai dekorasi tapi sebagai bagian dari sebuah arsitektur film. Sungguh pun

kita sering menerima musik film tanpa bertanya dan terkadang bahkan tanpa

memperhatikannya, hal ini tak berarti bahwa sumbangannya kepada pengalaman

menonton film tidaklah penting. Musik telah punya efek luar biasa dalam tanggapan,

sangat memperkaya dan memperbesar reaksi keseluruhan kita terhadap hampir ke

setiap film (Muir Mathieson Via Sumarmo, 1996:76).

Page 101: KARYA SINEMATOGRAFI

85

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Film bukanlah hasil karya satu orang. Banyak tenaga, bakat, kepandaian,

dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menciptakan sebuah film. Setelah melewati

seluruh proses yang menghasilkan sebuah karya film pendek melalui tahap pra

produksi, seperti penulisan skenario, perekrutan tim produksi, casting, perekrutan

pemain, hunting lokasi, pembuatan story board, tata artistik, modal, persiapan

sutradara & produser, jadwal kegiatan, serta kostum. Tahap produksi meliputi tata

rias, pengambilan gambar, tata artistik, tata cahaya, penata fotografi, dan tata suara

proses. Proses pasca produksi meliputi editing dan tata musik sampai menghasilkan

sebuah film pendek “Ceris”. Dari proses ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, dalam proses pembuatan film pendek berjudul “Ceris” tidaklah

mudah, karena aktor utamanya adalah seekor binatang yaitu anjing. Sutradara

bersama tim harus bekerja keras dan ekstra sabar, banyak kendala yang dihadapi.

Terutama saat syuting, pemeran utama Anjing (Ceris) takut dengan kamera,

penyesuaian Ceris dengan pemain-pemain yang secara langsung beradu akting.

Dalam proses pembuatan film pendek berjudul Ceris memang mempunyai nilai

kreatif tersendiri bagi tim yang ikut terlibat dalam menghadapi seekor anjing. Tapi

karena kegigihan sutradara dalam menangani setiap halangan, masalah dan

memposisikan diri sebagai kru, hingga terwujudlah film pendek berjudul “Ceris”

85

Page 102: KARYA SINEMATOGRAFI

86

Kedua, sutradara dituntut harus kreatif, berwawasan, mempunyai ide-ide yang

cemerlang. Sutradara juga harus bisa berkomunikasi baik dengan tim produksi dan

para pemainnya, karena komunikasi yang baik dan lancar bisa menggali kreativitas

tim sehingga menghasilkan hasil yang maksimal. Sutradara harus mempunyai

kemampuan memimpin, karena ia mengarahkan banyak orang sehingga mereka

bekerja berdasarkan apa yang diinginkan sutradara.

Ketiga, skenario merupakan bahan baku dasar kerja produksi, atau dengan

kata lain skenario adalah patokan awal dalam proses pembuatan film. Banyak

perubahan dalam skenario merupakan hal yang biasa dalam proses pembuatan film,

asalkan tidak melenceng dari benang merah karena akan berakibat buruk

Keempat, modal sangat berperan penting dalam proses pembuatan film.

Walaupun kita mempunyai ide yang muluk-muluk dalam sebuah film, tetapi modal

tidak mencukupi maka berakhirlah film tersebut. Modal sangat mempengaruhi dalam

laju pembuatan film, jika modal habis sangat memungkinkan film akan berhenti di

tengah jalan.

Kelima, kekompakan tim, adalah kunci keberhasilan sebuah film. Setiap tim

memiliki tugas yang berbeda-beda, tetapi mempunyai satu tujuan yaitu

menyelesaikan film dengan baik. Dalam film pendek “Ceris”, terdiri dari tiga belas

pemain dan dua belas kru. Mereka memiliki tugas masing-masing, dan

berkomunikasi baik dengan kru yang lainnya. Walaupun sempat ada sedikit masalah,

tapi bisa diselesaikan dengan baik, berkat komunikasi yang lancar sesama kru.

Page 103: KARYA SINEMATOGRAFI

87

Keenam, editing adalah unsur terakhir dalam proses pembuatan film, yang

meliputi penyusunan setiap adegan dari awal hingga akhir menjadi satu kesatuan.

Memang, proses ini sangat sulit dibandingkan pada waktu sedang produksi. Jadi,

seorang editor dituntut harus jeli dan teliti. Baik buruknya sebuah film, sangat

ditentukan oleh hasil editing. Jadi, seorang editor harus sabar, mau menerima

masukan, kritik dan saran dari orang lain.

5.2 Catatan Reflektif

Dalam film pendek yang berjudul “Ceris” yang menjadi tujuan utamanya

adalah proses pembuatan film dari awal sampai akhir. Banyak rintangan dan kendala

dari berbagai faktor itu biasa terjadi dalam pembuatan film. Untuk membuat sebuah

karya film, memang tidak bisa dianggap gampang, kita dituntut kerja ekstra keras.

Bukan hanya berat dalam pembuatan tetapi tidak sedikit juga dana yang harus

disiapkan. Untuk menghasilkan karya ini, tidak hanya tenaga yang terkuras, ide, daya

imajinasi dan totalitas kita dipertaruhkan agar mendapatkan karya yang maksimal.

Banyak hal yang diketahui dalam pembuatan film. Baik itu dari segi teori,

struktur dalam pembuatan film, hingga akhir atau proses dalam menciptakan sebuah

film. Banyak orang yang menilai film hanya dari segi pemeran entah itu dari segi

fisik (tampan, cantik), tema apakah film yang diangkat tentang percintaan (seperti

zaman sekarang ini perindustrian film Indonesia dikuasai oleh sinetron yang

bertemakan cinta). Sehingga, banyak menimbulkan kritikan ynag mengatasnamakan

film kurang mengikuti zaman, membosankan dan tidak sesuai dengan zaman era

Page 104: KARYA SINEMATOGRAFI

88

globalisasi seperti sekarang ini. Tetapi, marilah kita menilai film bukan hanya sekedar

tontonan semata, tetapi marilah kita melihat film itu sendiri sebagai sesuatu yang

sangat berharga.

Film merupakan alat pembekalan dalam pengetahuan seluk beluk yang

bertujuan untuk membawa orang menghadapi film secara dewasa. Seluk beluk film di

antaranya mencakup bahasa dan tata bahasa serta prinsip-prinsip estetik. Menghadapi

film secara dewasa berarti menghadapi film dengan tanpa rasa takut, namun tetap

memegang moral yang dihadapkan di depan mata kita di atas layar.

Pendapat dan penilaian terhadap film dipengaruhi oleh unsur-unsur pribadi.

Pendapat dan penilaian itu mungkin ada benarnya atau mugkin ada salahnya,

tergantung pandangan orang yang menikmati film. Seperti film yang marak untuk

sekarang ini adalah film adegan ranjang. Pandangan orang selalu tertuju pada adegan

dan perbuatan mesum, tidak senonoh. Tetapi harus dilihat penyebab yang membawa

atau alur yang membawa pemeran masuk dalam adegan ranjang itu yang

dipertanyakan. Sementara, orang yang menikmati film biasanya bukan sekedar

berpikir tentang isi film, melainkan masuk, ikut merasakan, terlibat dengan apa yang

disuguhkan di dalam film itu. Sehingga, orang bisa membuat penilaian baik menurut

isi dan buruk menurut mutunya film itu.

Mengetahui kekuatan film dan mengetahui pula kebebasan diri dari

cengkraman kekuasaan film itu. Tetap terbuka terhadap nilai pengetahuan, nilai seni

dan moral serta keagamaan yang disajikan film, sekaligus tetap kritis terhadap

kekeliruan, kesalahan dan pemalsuan yang ada di dalam film. Singkatnya, pendidikan

Page 105: KARYA SINEMATOGRAFI

89

film bertujuan membudayakan orang di dalam dunia film, sehingga orang itu

mengenal dunia film serta mampu mengambil manfaatnya (Mangunhardjana,

1976:132).

Film bukanlah seni yang bersifat monolit, melainkan seni yang bersifat

menampilkan bahasa gambar. Tidak seperti bahasa lisan biasanya, bahasa film

memiliki gaya bahasa tersendiri dan idiom tersendiri. Karena bahasa film pada

dasarnya bersifat visual, maka gaya bahasanya hanya dituangkan melalui gambar-

gambar. Sifat film sebagai seni karena film merupakan bagian dari kehidupan

masyarakat. Karena tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.

5.4 Saran

Hasil film pendek “Ceris” memang jauh dari sempurna. Untuk menghasilkan

film pendek yang baik dan berkualitas, penulis memberikan saran-saran yang

mungkin bisa membantu bagi anda yang akan membuat film kelak. Adapun saran-

saran sebagai berikut.

Skenario yang baik, alur ceritanya mudah untuk diterapkan atau

dimengerti oleh pemeran

Pemilihan pemain yang tepat.

Sudut pengambilan gambar yang artistik, dengan mengunakan kamera

standar perfilman.

Modal yang cukup.

Kerja tim yang solid, komunikatif dan profesional bekerja dalam tim.

Fokus dalam dunia perfilman (dunia yang sedang digelutinya).

Page 106: KARYA SINEMATOGRAFI

90

Untuk Jurusan Sastra Indonesia. Penulis berharap agar disediakannya

fasilitas dalam dunia sinematografi, agar bagi mereka yang benar-

benar ingin fokus dalam dunia sinematografi bisa lebih mudah

mengusasi, mempraktekkannya dalam hubungannya dunia perfilman.

Page 107: KARYA SINEMATOGRAFI

92

Daftar Pustaka

Asura, Enang Rokajat. 2005. Panduan Praktis Menulis Skenario Dari Iklan Sampai

Sinetron. Yogyakarta: Andi Offset

Bazin, Andre. 1996. Sinema, Apakah Itu? Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayan.

Dennis, Fitryan. A. 2008. Bekerja Sebagai Sutradara. Jakarta: Erlangga.

Harymawan, RMA. 1993. Dramaturgi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hendratman, Hendi ST. 2008. The Magic Of Adobe Premiere Pro. Bandung:

Informatika.

Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Lutters, Elizabeth. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: PT. Gramedia

WidiaSarana Indonesia.

Mangunhardjana, A. Margija. 1976. Mengenal Film. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press

Said, Salim. 1982. Profil Dunia Film Indonesia. Jakarta: Grafiti Pers

Sumarno, Marseli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: Gramedia.

Widagdo, M. Bayu, dan Gora S. Winastwan. 2007. Bikin Film Indie Itu Indah.

Yogyakarta: Andi Offset.

Page 108: KARYA SINEMATOGRAFI

LAMPIRAN

Page 109: KARYA SINEMATOGRAFI

LAMPIRAN

FOTO-FOTO DOKUMENTASI

Page 110: KARYA SINEMATOGRAFI

LAMPIRAN

Page 111: KARYA SINEMATOGRAFI

LAMPIRAN

Page 112: KARYA SINEMATOGRAFI

LAMPIRAN

Page 113: KARYA SINEMATOGRAFI

LAMPIRAN