analisis karakteristik film-film pendek mahasiswa jurusan sinematografi angkatan 2012 universitas...

69
ANALISIS KARAKTERISTIK FILM-FILM PENDEK MAHASISWA JURUSAN SINEMATOGRAFI ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA Skolastika Lupitawina 12120210024 Joy Kornelius Mailo’ol 11120210153 Andreas Prasetio 12120210009 Joseph Christian 12120210077 Tamitri Wulanjani Putri 12120210281 PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SENI DAN DESAIN UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA TANGERANG 2014

Upload: skolastikalupitawina

Post on 24-Nov-2015

292 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Joy Kornelius Mailo’ol 11120210153Andreas Prasetio 12120210009Skolastika Lupitawina 12120210024Joseph Christian 12120210077Tamitri Wulanjani Putri 12120210281PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUALFAKULTAS SENI DAN DESAINUNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARATANGERANG2014

TRANSCRIPT

  • ANALISIS KARAKTERISTIK FILM-FILM PENDEK MAHASISWA JURUSAN SINEMATOGRAFI ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA

    Skolastika Lupitawina 12120210024 Joy Kornelius Mailool 11120210153 Andreas Prasetio 12120210009 Joseph Christian 12120210077 Tamitri Wulanjani Putri 12120210281 PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SENI DAN DESAIN UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA TANGERANG 2014

  • DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 2 1.3. Tujuan Penelitian 2 2. PEMBAHASAN 3 2.1. Dasar Teori 3 2.1.1. Pengertian Film Pendek 3 2.1.2. Pengertian Genre Film 3 2.1.2.1. Thriller 3 2.1.2.2. Comedy (Komedi) 3 2.1.2.3. Drama (Drama) 4 2.1.3. Data Film-film Pendek Mahasiswa Sinematografi UMN 2012 4 2.1.3.1. Nominasi First Frame Award (5 Film) 4 2.1.3.2. Karya untuk UAS DC-I 5 2.1.3.3. Karya untuk UTS DC-II 6 2.1.4. Visi-Misi UMN 8 2.1.4.1. Visi 8 2.1.4.2. Misi 8 2.1.5. Penjelasan Prodi 8 2.1.5.1. Program Studi Desain Komunikasi Visual 8 2.1.5.2. Digital Cinematography 9

  • 2.2. Uraian 9 2.2.1. Karakteristik Berdasarkan Genre 9 2.2.1.1. Thriller 9 2.2.1.2. Komedi 10 2.2.1.3. Drama 12 2.2.2. Karakteristik Teknis 16 2.2.2.1. Kualitas Visual 16 2.2.2.2. Kualitas Audio 17 2.2.3. Karakteristik Berdasarkan Latar Cerita 18 2.2.4. Karakteristik Berdasarkan Referensi 19 2.2.5. Karakteristik Berdasarkan Regulasi Kampus 20 2.3. Analisis Faktor-faktor Pembentuk Karakteristik 21 2.3.1. Tenggat Waktu 48 2.3.2. Kurikulum 50 2.3.3. Dana dan Fasilitas Kampus 52 3. PENUTUP 54 3.1. Simpulan 54 3.2. Saran 55 LAMPIRAN 58 DAFTAR PUSTAKA 65 BIOGRAFI KELOMPOK 66

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam lingkup akademi film Indonesia, film pendek merupakan wadah bagi para pelajar film untuk berekspresi dan berlatih. Gerakan film pendek akademis di Indonesia diawali dan dimonopoli oleh mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Seiring dengan perkembangan medium digital sebagai alternatif pita seluloid, pegiat film pendek dan akademinya bertambah. Pada tahun 2006, Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bergabung dalam jajaran akademi film dengan peminatan Digital Cinematography dalam prodi Desain Komunikasi Visual. Meskipun jumlah akademi film sudah bertambah, historiografi film pendek Indonesia masih berkutat di dunia festival. Setiap festival memiliki dokumentasi katalog yang jelas. Di sisi lain, film pendek akademis dianggap sebagai tugas, sehingga tidak memiliki dokumentasi yang baik. IKJ sempat memiliki jurnal film, tetapi berhenti publikasinya di tahun 90-an. Film pendek akademis yang berkesempatan masuk festival dikaji, tetapi sebagai karya yang berdiri sendiri. Keberadaan film sebagai produk kebudayaan kampus tidak dipertimbangkan.

  • 2

    Untuk itulah, penulis berusaha memetakan karakteristik film-film pendek karya mahasiswa Sinematografi UMN angkatan 2012. Pemetaan ini dilakukan dengan cara menelaah karakteristik film akademis UMN dan menemukan referensi sineasnya. Pemetaan dalam lingkup kampus ini diharapkan menjadi pionir bagi kajian-kajian film akademis yang lain, dan memberi nilai kepada film akademis UMN sebagai produk kebudayaan kampus. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Apakah keunikan dari film-film pendek karya mahasiswa Sinematografi UMN angkatan 2012? 1.2.2. Bagaimanakah film-film pendek ini menjadi cerminan budaya kampus? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Mengetahui keunikan dari film-film pendek karya mahasiswa Sinematografi UMN angkatan 2012. 1.3.2. Menganalisis peran film pendek sebagai cerminan budaya kampus.

  • 3

    BAB II PEMBAHASAN 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Pengertian Film Pendek Film pendek yang dibuat mahasiswa Sinematografi UMN berdurasi 415 menit, menggunakan aktor, tidak mengandung unsur SARA, dan melalui proses asistensi dengan dosen terkait (Ina Listyani Riyanto, S.Pd., M.A.). 2.1.2. Pengertian Genre Film 2.1.2.1. Thriller Film thriller memiliki kadar emosi dan atau adrenalin yang intens. Terkadang thriller dibangun perlahan-lahan hingga mencapai klimaks yang mendebarkan. Pada kala lain, thriller sudah mendebarkan sejak awal. Thriller dibedakan dengan misteri karena thriller tidak mengedepankan solusi logis akan sebuah teka-teki, melainkan mengedepankan emosi yang meluap dan sensasi tantangan penontonnya. (Morrell:2005) 2.1.2.2. Comedy (Komedi) Film komedi adalah film yang bercerita dengan penekanan humor. Humor dapat membuat orang tertawa apabila mengandung

  • 4

    satu atau lebih dari empat unsur, yaitu: kejutan, irasionalitas, mempermalukan sesuatu, dan hiperbolis. (Rustono 1998: 51) 2.1.2.3. Drama (Drama) Film drama memiliki tokoh yang realistis, dengan konflik baik pribadi, antarorang, antarbudaya, maupun dengan alam. Penceritaannya serius. Genre drama sangat luas karena mencakup banyak hal, dari romansa hingga epik. Temanya dapat mencakup isu aktual, penyimpangan sosial, ketidakadilan, dan sebagainya. (Dirks: Tanpa Tahun) 2.1.3. Data Film-film Pendek Mahasiswa Sinematografi UMN 2012 2.1.3.1. Nominasi First Frame Award (5 film)1JUDUL (GENRE)

    KODE KELAS (PH) Clashroom (Action Comedy) Christabel Fortunatus Jane Lorenti Nicholas Ravenska It Happens (Comedy) Indra Jaya Wangsa Fariz S. Syuhada Emilianus Alberto

    Lebih Dari 1000 Kata (Drama) Bromance Production Christopher Antonyus Beni Eric Daniel Irfan Aryawan Abadi? (Drama) Tommy Lim Daniel Kevin Chandra Timothy Liow 1 Debora Thea, UCIFEST 4 Anugerahkan Sepuluh Kategori Award, dalam http://www.umn.ac.id/home/viewarticle/UCIFEST_4_Anugerahkan_Sepuluh_Kategori_Award.

  • 5

    Mindstain (Thriller)

    Hibernasi Reinhard S. Maychaelson Winggus Taslim Yosafat Disti Bima Satyawan 2.1.3.2. Karya untuk UAS DC I (27 film) NO JUDUL (GENRE) KODE KELAS (PH) 1 Game on (Action comedy) Absurd 2 Tigabelas (Drama) Smooth Production 3 Its Behind You (Thriller) WCO Production 4 2 Sisi Kamar (Drama) Scene Makan Production 5 Memori (Drama) Bromance Production 6 Operation A.I.M (Action comedy) Old Temple Production 7 Ghost Writer (Drama) Yolo Production 8 Unlucky Me (Drama) Neosec Production 9 Conscience (Drama) SABOTASE 10 Angel Nowadays (Drama) (tidak dicantumkan) 11 Tanggal Tua (Comedy) Kaos Oblong 12 Parents (Drama) Bulb Pictures 13 Truth Is... (Drama) Sematawayang 14 Lisa (Drama) Diminish 15 Nominal (Drama) (tidak dicantumkan) 16 Happy Birthday (Drama) C6

  • 6

    17 Salah Siapa (Comedy) Salah Siapa Production 18 Dara Sendiri (Drama) (tidak dicantumkan) 19 Broblem (Comedy) Pascal Production 20 Lost (Drama) (tidak dicantumkan) 21 Nada Bisu (Drama) Sign Pictures 22 Aftermath (Thriller) (tidak dicantumkan) 23 00:00 (Horror Thriller) B8 24 A Very Ugly Truth (Action Thriller) LED Film 25 Remember (Drama) Gurita Pejalan 26 Invisible Happiness (Drama) Renaissance Pictures 27 Metafora Asa (Drama) Hibernasi 2.1.3.3. Karya untuk UTS DC II (30 film) NO JUDUL (GENRE) KODE KELAS (PH) 1 Tengah Malam (Drama) (tidak dicantumkan) 2 Gantian (Comedy) Seven.S 3 Little Thing (Drama) LED Film 4 Imaji (Drama) Pascal Production 5 Kemarau (Drama) Gambarata Films 6 Peri (Drama) (tidak dicantumkan) 7 Memorial (Drama) Creature Films 8 Parjo (Drama) Smooth Production

  • 7

    9 Penunggu (Comedy) Penunggu Production 10 Choice (Drama) Red Chair 11 Inkognito (Drama) 5-3=2 12 Memoraphilea (Drama) Gurita Pejalan 13 Mancing (Comedy) Kaos Oblong 14 Sakau (Drama) Philcrow 15 7 Things To Do (Drama) Renaissance Pictures 16 Hello (Drama) Yellow Monkey 17 Homo Homini Lupus (Drama) WYN 18 Bocor (Drama) Impact Production 19 Hilang (Drama) Lampu Pijar Production 20 Teman Tidur (Drama) Hibernasi 21 Cewe (Drama) (tidak dicantumkan) 22 Layang layang (Drama) (tidak dicantumkan) 23 Anomalous (Thriller) Bulb Pictures 24 Doa Untuk Diah (Drama) Betlak Production 25 Rumah Keinginan (Drama) Pingpong Production 26 Eindolon (Drama) (tidak dicantumkan) 27 Rock Paper Scissors (Action comedy) Old Temple Production 28 Seminggu Production (Comedy) Playback Production 29 The Myth (Thriller) (tidak dicantumkan) 30 #akurapopo (Comedy) Cinemon Pictures

  • 8

    2.1.4. Visi-Misi UMN2

    2.1.5. Penjelasan Prodi

    2.1.4.1. Visi Universitas Multimedia Nusantara menjadi perguruan tinggi unggulan di bidang ICT, baik di tingkat nasional maupun internasional, yang menghasilkan lulusan berwawasan internasional dan berkompetensi tinggi di bidangnya (berkeahlian) yang disertai jiwa wirausaha serta berbudi pekerti luhur. 2.1.4.2. Misi Turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan bangsa melalui upaya penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat), untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. 32.1.5.1. Program Studi Desain Komunikasi Visual Program studi DKV mempertemukan seni dan teknologi. Lulusan program studi ini memahami dasar-dasar seni desain yang baik sekaligus menguasai teknologi terkini di bidang desain grafis dan animasi untuk menghasilkan kreasi-kreasi yang penuh inovasi.

    2 UMN, Visi Misi, dalam http://umn.ac.id/profile/visimisi. 3 UMN, Program Studi Desain Komunikasi Visual, dalam tuhttp://umn.ac.id/dkv/.

  • 9

    Ilmu dan kemampuan yang diperoleh lulusan prodi ini dapat diterapkan di berbagai aplikasi seperti desain untuk media cetak (koran, majalah, tabloid, buku), media elektronik (televisi, film) atau media on-line (desain web, multimedia portal dan digital publishing). 2.1.5.2. Digital Cinematography Mampu membuat video, movie dan motion pictures berkualitas baik dari segi suara, pencahayaan, angle, dan cerita secara digital untuk kebutuhan dunia movie dan film mulai dari advertising agency, production house, broadcast TV media dan online media. 2.2. Uraian 2.2.1. Karakteristik Berdasarkan Genre 2.2.1.1. Thriller Popularitas genre thriller di kalangan mahasiswa UMN 2012 dapat dilihat sejak keberhasilan film Mindstain karya Hibernasi Pictures menyabet First Frame Award pada UCIFEST 4 (9 November 2013).4Enam dari 57 film mahasiswa UMN 2012 yang didata (12%) bergenre thriller. Empat di antaranya merupakan tugas UAS DC-I, yakni Its Behind You, Aftermath, 00.00, dan A Very Ugly Truth.

    4idem.

  • 10

    Its Behind You kemudian berhasil ditayangkan pada UMN Screen 2014. Pada tugas UTS DC-II, genre thriller masih diminati oleh dua produksi, terbukti dengan keberadaan Anomalous, dan The Myth. Mayoritas thriller yang dibuat mahasiswa UMN 2012, yakni Its Behind You, 00.00, Anomalous, dan The Myth mengeksplorasi paranoia tokoh utamanya. Dalam Its Behind You, tokoh utamanya diteror oleh karakter bukunya. Dalam 00.00, tokoh utamanya berhadapan dengan penunggu rumah yang muncul tengah malam. Dalam Anomalous dan The Myth, tokoh utamanya diserang oleh makhluk gaib karena tidak menghargai tradisi yang ada. Namun, alasan tokoh utama diteror tidak pernah memiliki dasar yang kuat dalam film-film ini. 2.2.1.2. Komedi Sebelas dari 57 film mahasiswa UMN 2012 (19%)bergenre komedi. Lima film UAS DC-I bergenre komedi, yakni Game On, Operation A.I.M., Tanggal Tua, Salah Siapa, dan Broblem. Dua di antara film ini (Operation A.I.M dan Salah Siapa) berhasil ditayangkan di UMN Screen 2014. Sebagai tambahan, Salah Siapa menjawarai UKRIDA Film Festival 2014.

  • 11

    Saat UTS DC-II, terdapat enam film komedi. Setengahnya dibuat oleh pemain lama: Penunggu memiliki sutradara yang sama dengan Salah Siapa, Mancing dengan Tanggal Tua, dan Rock Paper Scissors dengan Operation A.I.M. Dua sutradara tersebut, Nicholas Ravenska dan Chandra Timothy Liow, memiliki gaya humor yang berbeda. Ravenska (Operation A.I.M. dan Rock Paper Scissors) sebelumnya sudah membuat komedi Clashroom yang dinominasikan dalam First Frame Award UCIFEST 4) menyutradarai action comedy dan selalu menginkorporasikan unsur bela diri dalam komedinya. Sementara, Liow adalah kreator konten Instagram (#indovidgram, @chandraliow) Youtube (tim2one) dengan ciri penyuntingan gambar yang sangat rapi (warna dan suara) serta karakter utama yang konyol-komikal. Tiga film yang lain terdiri atas Seminggu Production, Gantian, dan #akurapopo. Seminggu Production unik, karena merupakan proyek banting setir dari Playback, yang kehilangan footage dari proyek asli mereka. Setelah asistensi, Playback pun mengangkat kisah nyata mereka dalam Seminggu Production, yang sesuai judul, dibuat seminggu sebelum pengumpulan. #akurapopo adalah film penutup penayangan film UAS. Tema komedi yang diangkat berkisar pada kehidupan mahasiswa, kisah cinta, ataupun kehidupan dalam rumah. Game On,

  • 12

    Tanggal Tua, Broblem, dan Gantian mengangkat persahabatan (atau persaudaraan) antarlelaki sebagai topik mereka. Topik ini mendominasi film komedi UMN. Salah Siapa dan Mancing menjelajahi satu hari bersama seorang karakter utama, juga lelaki, yang malas-malasan. Komedi cinta dapat ditemukan pada Operation A.I.M. dan #akurapopo, keduanya disambut dengan posisi penayangan yang baik. Dengan sembilan dari sebelas film komedi UMN bertokoh utama laki-laki, Seminggu Production dan #akurapopo menjadi minoritas sebagai komedi yang digawangi tokoh perempuan. 2.2.1.3. Drama Sebagai genre yang sangat luas cakupannya, film drama mendominasi film UMN 2012, dengan total 39 dari 57 film (69%). Genre ini kemudian dapat dipecah berdasarkan konfliknya: sepuluh drama keluarga (Truth Is , Parents, Happy Birthday, Invisible Happiness, Tengah Malam, Kemarau, Peri, Memorial, Hilang, Doa

    untuk Diah), delapan drama psikologis (Tigabelas, Memori, Unlucky Me, Dara Sendiri, Lost, Remember, Choice, Eindolon), sembilan drama sosial-politik (Nominal, Little Thing, Parjo, Inkognito, Homo Homini Lupus, Cewe, Sakau, Bocor, Teman Tidur), tujuh drama surealis (Conscience, Angel Nowadays, Lisa, Metafora Asa, Hello, Imaji, Rumah Keinginan), tiga drama tentang cinta (Nada Bisu,

  • 13

    Memoraphilea, 7 Things To Do), tiga drama pertemanan (Ghost Writer, 2 Sisi Kamar, Layang-layang). Pada penayangan film UAS DC-I, terdapat 18 film drama, dengan tiga film closing: Conscience, Dara Sendiri, Metafora Asa. Selain menjadi film closing dari keseluruhan penayangan film UAS DC-I, Metafora Asa karya Hibernasi mendapatkan juara I IMAGO Film Festival 20145

    Drama psikologis adalah subgenre yang populer, dengan total delapan film. Drama ini menekankan kejiwaan tokoh utamanya. Dalam Tigabelas, tokoh utama membicarakan kepercayaannya akan takhayul. Dalam Lost, Memori, Dara Sendiri, Remember, dan Eindolon, tokoh utama terjebak pada masa lalu sehingga kesulitan hidup pada waktu sekarang. Dalam Unlucky Me, tokoh kesulitan menempatkan keobsesif-kompulsifannya dalam kehidupan luar. Sementara dalam Choice, tokoh dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik baginya. Bila dilihat dari

    . Pada penayangan film UTS DC-II, terdapat 22 film drama. Hibernasi kembali dengan mengusung drama, kali ini sosial-politik, dalam Teman Tidur. Film ini menjadi film closing sesi kedua. Adapun sesi pertama ditutup oleh drama psikologis Choice.

    5 JawabaNews, Juara 1 Imago: Kita Mau Bermimpi Lebih, dalam http://www.jawaban.com/index.php/mobile/news/detail/id/91/news/140501193701/limit/0/Juara-1-Imago--Kita-Mau-Bermimpi-Lebih.html

  • 14

    urutan penayangan, drama psikologis mengantongi dua posisi closing dengan Dara Sendiri (UAS) dan Choice (UTS). Drama keluarga bertotal sepuluh film. Empat film: Truth Is , Peri, Memorial, dan Hilang, menceritakan konflik antara ibu dengan anak laki-lakinya. Memorial sedikit berbeda karena tokoh anak tidak memiliki relasi awal yang erat dengan ibunya, tidak seperti tiga film lain. Parents, Happy Birthday, dan Kemarau menunjukkan hubungan ayah-anak. Dalam Parents, sang ayah memiliki sepasang putra-putri; dalam Happy Birthday, seorang putri; dalam Kemarau, seorang putra. Parents dan Kemarau menunjukkan latar sosial keluarga yang menengah ke bawah. Pola ini terlihat pula dalam Doa untuk Diah, yang bertokohkan anak perempuan kecil dan sepasang orang tuanya. Tengah Malam menunjukkan hubungan seorang putri dengan ibu dan kakak lelakinya. Salah satu film, Invisible Happiness, khusus mengambil tema hubungan kakak-beradik. Sembilan film drama UMN bertemakan sosial-politik: Nominal, Little Thing, Parjo, Inkognito, Homo Homini Lupus, Cewe,

    Sakau, Bocor, dan Teman Tidur. Permasalahan ekonomi dapat ditemukan dalam Nominal, Hello, Little Thing, Parjo, Inkognito, Homo Homini Lupus. Cewe, Sakau dan Teman Tidur memperlihatkan perbedaan perspektif. Bocor mengangkat isu politik dari sisi rakyat kecil. Sisi masyarakat kecil ini terlihat dalam mayoritas film drama

  • 15

    sosial-politik: Parjo (orang cacat dan miskin), Inkognito (bawahan di kantor), Sakau (pecandu narkoba), Cewe (lelaki), Bocor (tukang ojek), dan Teman Tidur (anak kecil). Teman Tidur menjadi film closing sesi kedua penayangan film UTS DC-II. Tujuh film merupakan drama surealis. Empat di antaranya merupakan proyek UAS. Dua di antaranya menutup sesi penayangan film UAS DC-I: Conscience dan Metafora Asa. Meskipun cukup sukses dalam penayangan, genre ini menurun popularitasnya saat DC-II, dengan tiga judul saja. Sebenarnya drama surealis memiliki dasar penggolongan yang berbeda, karena berdasarkan treatment dan bukan konflik. Adapun konflik-konflik film ini adalah psikologis (Conscience, Imaji, Rumah Keinginan) dan sosial (Angel Nowadays, Lisa, Metafora Asa, Hello). Tetapi, cara pengemasan konflik/pesan menggunakan ilustrasi dalam film-film ini merupakan karakteristik tersendiri. Terdapat tiga drama tentang cinta, dua di antaranya adalah karya UTS (Nada Bisu, Memoraphilea, 7 Things To Do). Ketiganya bercerita tentang sisi sedih dari hubungan pria-wanita. Perempuan digambarkan menjadi pihak dengan kelemahan yang harus dihadapi pasangannya: tunawicara, amnesia, dan penyakit maut. Tiga film pendek lain bergenre drama pertemanan (Ghost Writer, 2 Sisi Kamar, Layang-layang). Ghost Writer dan 2 Sisi Kamar menggunakan latar belakang urban, dengan mahasiswi sebagai

  • 16

    sentral. Layang-layang berbeda karena menggunakan dunia anak-anak dan kesederhanaan dalam bermain layangan. 2.2.2. Karakteristik Teknis 2.2.2.1. Kualitas Visual Film-film UAS DC-I dan UTS DC-II diambil menggunakan kamera DSLR sehingga memiliki jangkauan dinamis gambar yang serupa. Masalah yang ditemui adalah pencahayaan yang tidak memadai, white balance yang tidak sesuai, fokus yang buram. Dalam film UAS DC-I, paling tidak satu dari masalah tersebut ditemukan pada 7 dari 27 film (30%): Game On, Parents, Truth Is , Nominal, Happy Birthday, Aftermath, 00:00. Dalam film UTS DC-II, pelaku bertambah menjadi 11 dari 30 film (40%): Gantian, Imaji, Kemarau, Inkognito, Mancing, Cewe, Layang-layang, Anomalous,

    Rumah Keinginan, Eindolon, Seminggu Production. Dalam film-film Sinematografi UMN 2012, terdapat ketimpangan kualitas visual. Meskipun persentase film dengan kualitas visual buruk signifikan, beberapa film memiliki kualitas visual yang terlihat profesional (pencahayaan dan white balance baik dan terkonsep, color grading), yakni Its Behind You, Conscience, Lisa, Salah Siapa, Nada Bisu, A Very Ugly Truth,

    Remember, Invisible Happiness, Metafora Asa pada UAS DC-I (9

  • 17

    film); Memorial, Penunggu, Sakau, 7 Things To Do, Hello, Bocor, Hilang, Teman Tidur, Doa untuk Diah, The Myth, dan #akurapopo pada UTS DC-II (11 film). Film UAS dan UTS yang berkualitas baik ini dibuat oleh mahasiswa-mahasiswa yang sama. Pola ini dapat dilihat pada produksi kelompok Hibernasi, Renaissance, dan perorangan. Contohnya Chandra Timothy Liow (selalu memakai judul film sebagai nama produksi) dan Johannes Oscar, keduanya aktif membuat video Instagram. Adapun produksi-produksi yang baru seperti Hilang (Light Bulb) dan #akurapopo (Cinemon) berada dalam lingkar pergaulan mahasiswa-mahasiswa ini. 2.2.2.2. Kualitas Audio Kualitas audio dalam film-film pendek Sinematografi UMN 2012 sangat variatif. Hal ini dapat dibagi dalam aspek kualitas suara dialog, suara latar, dan musik latar. Pada film-film UAS DC-I, 10 dari 27 film (37%) memiliki suara yang jelas. Tujuh belas yang lain menggunakan suara langsung dari kamera, sehingga volumenya tergantung pada jarak kamera. Walaupun sudah melalui tahap penyuntingan, kualitas suara tetap buruk. Karena dialog yang kurang jelas, penonton mengalami kesulitan dalam mengerti jalan cerita. Film-film yang

  • 18

    mendapat keluhan penonton antara lain adalah 2 Sisi Kamar, Ghost Writer, dan Nominal. Pada film-film UTS DC-II, 22 dari 30 film (73%) memiliki suara yang jelas. Pada semester ini, pengetahuan Sound Design mulai diberikan sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan akan peranti yang diperlukan untuk suara yang jelas. Penggunaan musik latar untuk mendukung emosi atau komedi pada film UAS DC-I dapat ditemukan di film Its Behind You, Conscience, Salah Siapa, Dara Sendiri, Nada Bisu, A Very Ugly Truth,

    Invisible Happiness, dan Metafora Asa. Sembilan belas film yang lain tidak memiliki musik latar yang mumpuni untuk cerita yang disampaikan. Persentase film yang menggunakan musik latar yang mendukung cerita adalah 30%. Pada UTS DC-II, persentase penggunaan musik yang mendukung meningkat, menjadi 40%, tepatnya 13 dari 30 film. Film-film ini adalah Memorial, Parjo, Penunggu, 7 Things To Do, Hello, Bocor, Sakau, Teman Tidur, Rock Paper Scissors, Doa untuk

    Diah, Seminggu Production, The Myth, #akurapopo. Seperti pada masalah kualitas visual, kualitas audio dalam film-film ini juga berkutat pada orang-orang yang sama.

  • 19

    2.2.3. Karakteristik Berdasarkan Latar Cerita Cerita dari 97% film-film berlatarkan masyarakat urban ataupun berunsur urban. Metafora Asa berlatar utopia, tetapi memiliki suasana urban karena kostum tokoh utamanya (menggunakan sepatu sneakers) dan dipadukan dengan musik pop/rok. Film yang mengambil kehidupan desa ada dua, dan keduanya merupakan film UTS DC-II: Layang-layang dan Doa untuk Diah. 2.2.4. Karakteristik Berdasarkan Referensi Penayangan film Sinematografi UMN 2012, yang bertempat pada Lecture Hall UMN, memberikan kesempatan untuk mahasiswa Sinematografi (UMN 2012) untuk belajar dari reaksi penonton dan karya teman-temannya. Pada penayangan film UAS DC-I, terdata kehadiran 34 mahasiswa Sinematografi pada sesi pertama, 40 pada sesi kedua, dan 30 pada sesi ketiga6

    Salah satu contoh film yang dijadikan contoh adalah Metafora Asa. Film ini menjadi pionir bagi lokasi luar ruangan; berlatar pantai, gumuk pasir, dan hutan. Pada film UTS DC-II,

    . Dari film-film yang ditayangkan pada UTS DC-II, terlihat adanya unsur-unsur kemiripan dengan film DC-I. Kemiripan ditinjau dari segi teknis, cerita (termasuk genre), ataupun lokasi.

    6 Screening UAS DC-I Semester Ganjil 2013-2014 (Laporan Pertanggungjawaban Sinematografi UMN), lampiran 2.1.

  • 20

    terdapat tiga film yang mengeksplorasi entah pantai entah hutan (atau keduanya): Memorial, Anomalous, The Myth. Tidak hanya film sesama mahasiswa, film-film yang lolos UCIFEST, UMN Screen, atau film lain yang ditayangkan di Lecture Hall juga menjadi referensi. Contohnya film Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya, karya sutradara/dosen Yosep Anggi Noen. Nominal, Kemarau, dan Homo Homini Lupus menggunakan long take dengan framing long shot dan dialog minimalis yang dipakai pada film tersebut. 2.2.5. Karakteristik Berdasarkan Regulasi Kampus Sesuai visi-misi kampus, semua film Sinematografi UMN 2012 harus bebas SARA, pergaulan bebas, makian dan kekerasan yang berlebihan. Meskipun demikian, masih ada beberapa film yang melibatkan kekerasan atau unsur pergaulan bebas, seperti pada Conscience (senapan, pisau), Dara Sendiri (pisau, darah), Aftermath (pisau, darah), A Very Ugly Truth (senapan, darah, bom), Imaji (tali gantung), Sakau (NAPZA). Dari keseluruhan film UAS DC-I dan UTS DC-II, persentasenya 10%.

  • 21

    2.3. Analisis Faktor-faktor Pembentuk Karakteristik Untuk mengetahui faktor pembentuk karakteristik, kami menyebarkan kuesioner7

    Tidak sempat mengatur ini-itu, hanya fokus pada hal-hal yang

    berhubungan dengan jalannya produksi. Akhirnya film banyak

    mengorbankan idealisme, karakter kurang dalam, belum lagi belum

    kepada mahasiswa Sinematografi angkatan 2012 dan dosen-dosen Sinematografi. Total sampel yang diterima adalah 27 mahasiswa dan tiga (3) dosen. Mahasiswa 1 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di

    pedesaan., Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu

    skenario sangat mepet., Memang inginnya begitu, sudah bagian dari

    idealisme.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Keterbatasan teknis, Proporsi penilaian

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    7 Survei Mengenai Pembentuk Karakteristik Film UMN (Respon), https://docs.google.com/spreadsheet/ccc?key=0Arsm2zaDBwHPdG5QOUtlOUtvWXdWQXhTckp0cGQtT3c#gid=0

  • 22

    terlalu mengerti pengolahan audio yang baik dan benar ... tidak

    sempat bertanya pula.

    Tenggat waktu penilaian proses juga sangat menyusahkan

    karena kru saya sangat sibuk, sehingga kami harus mengorbankan

    perkuliahan lain demi proyek ini. Semester ini, saya hanya masuk

    Comic Making sebanyak 4 pertemuan, sisanya izin.

    Porsi penilaian yang besar juga membuat saya enggan untuk

    berganti kelompok, karena berisiko membuat stres dan mengurangi

    nilai. Padahal masih banyak orang yang ingin saya ajak kolaborasi.

    Tetapi DC seperti buat anak, tidak bisa coba-coba.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Tenggat waktu yang lebih longgar, terutama untuk

    preproduksi, Waktu syuting yang lebih leluasa, Kesempatan kerja

    sama dengan orang yang saya harapkan. Mahasiswa 2 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Keterbatasan teknis, Dana

  • 23

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Dana menjadi penghalang utama dari menghasilkan karya,

    karena saya pribadi masih sulit untuk mencari dana untuk film yang

    ingin saya hasilkan.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Akses fasilitas kampus yang lebih mudah Mahasiswa 3 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Karena menurut saya dalam membuat sebuah karya yang

    baik kita agak terhalang oleh tenggat waktu yang sangat minim

    sehingga membuat kita selalu berpikir untuk membuat karya yang

    praktis-praktis meskipun tidak semua mahasiswa/i beranggapan hal

    yang sama.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

  • 24

    Waktu syuting yang lebih leluasa Mahasiswa 4 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.,

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu skenario

    sangat mepet.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen)

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    sebab menyebabkan kami tidak leluasa dan bebas dalam

    berekspresi.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni,

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar, terutama

    untuk preproduksi, Waktu syuting yang lebih leluasa, Kesempatan

    kerja sama dengan orang yang saya harapkan.

  • 25

    Mahasiswa 5 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.,

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu skenario

    sangat mepet.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen)

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Kurangnya pembelajaran story development yg baik sehingga

    waktu terbuang oleh pencarian cerita

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni,

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar, terutama

    untuk preproduksi, Alokasi waktu khusus untuk pascaproduksi,

    Waktu syuting yang lebih leluasa, Akses fasilitas kampus yang lebih

    mudah, Kesempatan kerja sama dengan orang yang saya harapkan. Mahasiswa 6

  • 26

    97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.,

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu skenario

    sangat mepet.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen)

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Karena dengan adanya keterbatasan waktu dan dana

    membuat ide yang membutuhkan biaya dan waktu menjadi tidak

    dapat terlaksana.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar,

    terutama untuk preproduksi, Alokasi waktu khusus untuk

    pascaproduksi, Waktu syuting yang lebih leluasa

    Mahasiswa 7 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

  • 27

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.,

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu skenario

    sangat mepet.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Keterbatasan teknis, Dana

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Kurang bebas jd bikin beban pikiran buat film cepet jadi

    seadanya tapi bagus

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni, Tenggat

    waktu yang lebih longgar, terutama untuk preproduksi, Akses

    fasilitas kampus yang lebih mudah, Kesempatan kerja sama dengan

    orang yang saya harapkan.

    Mahasiswa 8 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.,

    Pengaruh dari perkembangan globalisasi, dan budaya.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

  • 28

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen), Keterbatasan teknis, Dana

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Karena dengan adanya keterbatasan waktu dan dana

    membuat ide yang membutuhkan biaya dan waktu menjadi tidak

    dapat terlaksana.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni, Tenggat

    waktu yang lebih longgar, terutama untuk preproduksi, Akses

    fasilitas kampus yang lebih mudah, Kesempatan kerja sama dengan

    orang yang saya harapkan.

    Mahasiswa 9 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Keterbatasan teknis

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Kurang bebas jd bikin beban pikiran buat film cepet jadi

    seadanya tapi bagus

  • 29

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Alokasi waktu khusus untuk pascaproduksi, Akses fasilitas

    kampus yang lebih mudah

    Mahasiswa 10 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu

    skenario sangat mepet.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Keterbatasan teknis

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Keterbatasan teknis soalnya seluruh anggota tim anak kost

    dan peralatan harus minjem sana sini.. belum lagi kalo alat masih

    dipake sama yg punya.. selain itu dikejar deadline juga..

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni

    Mahasiswa 11

  • 30

    97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Memang inginnya begitu, sudah bagian dari idealisme.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    karena masih dalam proses belajar

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni

    Mahasiswa 12 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    karena sempitnya batas waktu pengumpulan jadi kurang

    maksimal hasilnya.

  • 31

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar,

    terutama untuk preproduksi

    Mahasiswa 13 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu

    skenario sangat mepet.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota, "sensor" dari

    dosen), Dana

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    karena ada deadline tugas lain

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni, Alokasi

    waktu khusus untuk pascaproduksi, Akses fasilitas kampus yang lebih

    mudah Mahasiswa 14

  • 32

    97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.,

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu skenario

    sangat mepet.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen), Keterbatasan teknis, Dana

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Yaa karena jadi tidak bisa mengeksplor lebih jauh lagi.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni, Tenggat

    waktu yang lebih longgar, terutama untuk preproduksi, Alokasi

    waktu khusus untuk pascaproduksi, Waktu syuting yang lebih

    leluasa, Akses fasilitas kampus yang lebih mudah, saya butuh

    pelajaran MENULIS YANG JAUH LEBIH BANYAK. JUJUR

    banyak.mahasiswa.umn yang saya lihat kurang mempedulikan

    hal.ini. jika kita tak bisa menulis dengan baik dan benar maka film

    yang kita hasilkan akan sama.buruknya dengan tulisan.kita., yang

    kedua riset.. ini juga jadi sebuah hal yang dilupakan padahal riset

    adalah hal.penting.

  • 33

    Mahasiswa 15 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen), Keterbatasan teknis, Dana

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Untuk.membuat sebuah film.yang (benar-benar).bagus

    dibutuhkan tenggang waktu yang lama..persiapan matang dan dana

    yang tidak sedikit.(walaupun utk.masalah dana realatif), sedangkan

    seringkali di.umn kita selalu dipertemukan dengan masalah.masalah

    seperti ini sehingga film.kita tidaj.maksimal

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar,

    terutama untuk preproduksi, Alokasi waktu khusus untuk

    pascaproduksi, Waktu syuting yang lebih leluasa, Akses fasilitas

    kampus yang lebih mudah

    Mahasiswa 16

  • 34

    97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.,

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu skenario

    sangat mepet.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen), Tumpukan Tugas

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Banyak tugas lain yang menambah pikiran mahasiswa.

    Kemudian kurangnya story development sehingga bingung

    bagaimana alur cerita yang baik.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Alokasi waktu khusus untuk pascaproduksi, story development

    Mahasiswa 17 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.,

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu skenario

    sangat mepet.

  • 35

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen)

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Karena tenggat waktu yang sempit dan batasan-batasan dari

    dosen mengurangi kebebasan kami.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni,

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar, terutama

    untuk preproduksi, Alokasi waktu khusus untuk pascaproduksi,

    Waktu syuting yang lebih leluasa, Akses fasilitas kampus yang lebih

    mudah

    Mahasiswa 18 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    dekat dengan kehidupan sehari-hari

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu

  • 36

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Kurang lebih sebulan adalah waktu untuk pembuatan film

    mulai dari pra produksi, produksi dan post produksi. Menurut saya, 3

    hal tersebut adalah proses yang sangat penting dan butuh waktu

    banyak dalam tiap tahapannya. Sehingga waktunya terlalu mepet

    akan sangat membatasi kemaksimalan dalam berkarya.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni, Tenggat

    waktu yang lebih longgar, terutama untuk preproduksi, Alokasi

    waktu khusus untuk pascaproduksi

    Mahasiswa 19 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu

    skenario sangat mepet.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    karena tidak maksimal

  • 37

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Tenggat waktu yang lebih longgar, terutama untuk

    preproduksi

    Mahasiswa 20 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Keterbatasan teknis

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Pengalaman yang kurang

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni,

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar, terutama

    untuk preproduksi Mahasiswa 21 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

  • 38

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen), Dana

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Tenggat waktu yang diberikan kadang terasa berat, karena

    pada akhirnya film yang jadi tidak sesuai dengan apa yang

    diharapkan sebelumnya.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar,

    terutama untuk preproduksi, Kesempatan kerja sama dengan orang

    yang saya harapkan.

    Mahasiswa 22 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    terlalu sering menjalani hidup yang monoton di kota, jadi

    yang diliat itu itu aja.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Keterbatasan teknis, taste film dari teman sekolompok.

  • 39

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Saya pikir setiap orang punya imajinasi liar mereka masing

    masing. Namun selalu terbentur dengan kepentingan anggota lain.

    Ini film bersama, bukan kelompok, jadi masalah editing, angle

    camera, sound fx, scoring, ga bisa di satu visikan oleh sang Director.

    Apalagi jika tidak mendapat teman satu kelompok yang memiliki

    taste film yang sama, malah dapet teman taste sinetron. Satu hal

    yang menjijikan saat kita harus mendengarkan orang yang 'salah'.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni, Akses

    fasilitas kampus yang lebih mudah, Kesempatan kerja sama dengan

    orang yang saya harapkan., saring dulu anak film sama anak

    sinetron dan FTV biar satu visi dan misi.

    Mahasiswa 23 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

  • 40

    Karena banyaknya tugas dari mata kuliah lain yang perlu

    diselesaikan di jangka waktu yang sama.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Akses fasilitas kampus yang lebih mudah

    Mahasiswa 24 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Hanya itu ide yang muncul, berhubung tenggat waktu

    skenario sangat mepet.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen)

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Karena jadi tidak bebas dan leluasa dalam pembuatan karya

    yang diinginkan.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Pelajaran Camlight dan Sound yang lebih mumpuni, Tenggat

    waktu yang lebih longgar, terutama untuk preproduksi

  • 41

    Mahasiswa 25 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen), Keterbatasan teknis, Dana, anggota tim sendiri

    yang masih labil secara emosi dan tidak professional

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Karena dengan waktu yang cukup mepet kita butuh efisiensi

    dalam management kerja, tetapi kekurangan dana, alat, dan batasan

    dr kampus menyulitkan proses itu. Belum lagi jika tim sendiri sulit

    diajak komunikasi dan kerja sama. Sehingga hasil menjadi kurang

    maksimal.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar,

    terutama untuk preproduksi, Alokasi waktu khusus untuk

    pascaproduksi, Akses fasilitas kampus yang lebih mudah,

    Kesempatan kerja sama dengan orang yang saya harapkan.

    Mahasiswa 26

  • 42

    97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    kehendak Tuhan

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu, Batasan-batasan kampus, (jumlah anggota,

    "sensor" dari dosen), Dana

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    karna dalam 1 semester kami di haruskan membuat 2 film

    yang satu filmnya tidak mencapai 3 bulan sedangkan untuk pre

    semsetinya di butuhkan waktu lebih agar bisa mempersiapkan lebih

    matang.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar,

    terutama untuk preproduksi, Kesempatan kerja sama dengan orang

    yang saya harapkan.

    Mahasiswa 27 97% cerita film UMN mengambil latar urban. Menurut Anda,

    mengapa latar yang diambil bisa seragam?

    Pertimbangan kepraktisan syuting, sulit syuting di pedesaan.

  • 43

    Apa sajakah hal-hal yang menghalangi Anda dalam

    menghasilkan karya yang baik?

    Tenggat waktu

    Mengapa hal-hal tersebut menghalangi Anda?

    Mengapa hanya waktu saja yang dapat menghalangi

    seseorang untuk bisa berkarya? karena waktu adalah seberapa besar

    skala dan kapasitas film yang bisa kita buat, kita bisa membahas

    konteks yang mencakup skala besar dan perlu riset yang mendalam.

    Dengan adanya keterbatasan waktu, film yang dibuat otomatis

    menjadi simpel dan pendek serta detail2 cerita tidak akan dibahas

    menyeluruh, hanya bagian terpenting dari yang penting-penting

    namun jika waktu proyek yang diberikan besar, tentunya hasil yang

    dicapai tentu dapat lebih mendetail, mendalam, dan inipun hanya

    bisa efektif jika time management suatu tim terkontrol dengan baik.

    Sedangkan faktor2 lain yaitu batasan-batasan kampus, keterbatasan

    teknis dan dana itu berasal dari faktor eksternal yang bisa kita akali

    contohnya dana untuk membuat film, kita bisa menggunakan

    bahan2 yang sejenis namun lebih ekonomis. Faktor eksternal ini

    memang menghambat para murid untuk bisa menghasilkan karya

    yang spektakuler namun tidak menghentikan, beda dengan halnya

    waktu yaitu faktor internal, resource yang harus paling

    diperhitungkan sebelum merancang suatu karya, analoginya seperti

    ini, jika keterbatasan diumpamakan dengan membangun

  • 44

    kondominium sepuluh lantai dan ada keterbatasan eksternal dari

    dana, maka kita bisa merubah bahan baku untuk kondominium

    tersebut (mengorbankan segi kekuatan) dari material yang dipakai

    sedangkan jika ada keterbatasan internal dari waktu, maka

    pembangunan sepuluh lantai tidak mungkin bisa dikerjakan apabila

    waktu yang diberikan hanya dapat membangun delapan lantai.

    Apakah yang Anda butuhkan dari UMN berkenaan dengan

    masalah Anda?

    Kebebasan cerita, Tenggat waktu yang lebih longgar,

    terutama untuk preproduksi Dosen 1 Menurut Anda, mengapa peraturan UMN mengenai

    penggunaan kekerasan, seksualitas, dan SARA sangat ketat?

    Ini terkait dengan perusahaan induk yang menaungi UMN,

    yaitu Kompas Gramedia. Jadi peraturan tentang kekerasan,

    seksualitas, dan SARA sudah menjadi peraturan dari perusahaan

    induk. Kenapa? Kurang tahu. Mungkin karena KPG sudah terkenal

    dengan kesantunan bermedia sehingga tak ingin citra tersebut

    dicoreng oleh anak-anak perusahaan mereka.

    Bagaimana pendapat Anda mengenai pernyataan berikut:

    "Kurikulum Sinematografi UMN lebih tepat dikatakan sebagai

    'aplikasi pembelajaran teori film' dibandingkan 'membuat

  • 45

    film'. Bukannya menciptakan teknik atau cerita baru, malah

    mengikuti yang sudah ada"?

    Saya tidak mengerti pertanyaan ini. Tolong definisikan dulu

    apa "teori film" yang anda maksud. Ada banyak macam teori film:

    teori teknologi film, teori produksi film, teori kajian film, teori sejarah

    film, dsb. Kalau yang dimaksud adalah teori produksi film, maka

    sudah tepatlah UMN dalam menjalankan kurikulum

    sinematografinya. Teori film seharusnya bukanlah teori yang

    mengekang kreatifitas, tetapi menjadi infrastruktur intelektual bagi

    terciptaya kreatifitas.

    Apakah yang Anda harapkan dari Sinematografi UMN, baik

    dari kampus maupun mahasiswanya?

    Dari Kampus: Menugaskan satu dosen pengawas untuk tiap-

    tiap projek produksi film di UMN.

    Untuk Mahasiswa: Banyaklah membaca buku, menonton film, dan

    berdiskusi. Kemampuan teknis saja tidak akan menolong anda dalam

    kehidupan yang fana ini. Sadarlah! Sadarlah!

    Dosen 2 Menurut Anda, mengapa peraturan UMN mengenai

    penggunaan kekerasan, seksualitas, dan SARA sangat ketat?

    Bagaimanapun UMN adalah sebuah institusi yang punya

    tanggung jawab pada umumnya rakyat Indonesia. Nah, negara

  • 46

    Indonesia berdasarkan Pancasila, yang secara tegas diantaranya

    memasukan unsur tidak mengandung SARA. Bangsa Indonesia,

    masih sangat rentan dengan isu is di atas. Tapi menurut saya, bisa

    saja mungkin jika dalam proposal, mengungkapkan alasan yang

    sangat jelas, kenapa ingin memasukan unsur unsur tersebut, dan

    akan diputar di mana filmnya. Atau buat film seperti itu setelah lulus

    dari UMN, atau jika maahasiswa bisa memberikan referensi, kampus

    di sekolah film mana yang memperbolehkan menampilkan

    seksualitas secara ekspilisit.

    Bagaimana pendapat Anda mengenai pernyataan berikut:

    "Kurikulum Sinematografi UMN lebih tepat dikatakan sebagai

    'aplikasi pembelajaran teori film' dibandingkan 'membuat

    film'. Bukannya menciptakan teknik atau cerita baru, malah

    mengikuti yang sudah ada"?

    Tidak ada hal yang paling praktis dari teori, karena teori

    mampu ada dan terjadi karena metodologi ilmiah. Dari sebuah

    hipotesa yang kemudian di tes, jika sudah stabil, maka akan menjadi

    teori. Dalam ilmu yang bukan ilmu pasti, ilmu sosial misalnya, teori

    terjadi karena pengamatan empirik. Membuat film, adalah gabungan

    antara ilmu pasti (terutama di departemen kamera, teknik artistik,

    dan editing) , dan ilmu sosial (terutama penyutradaraan dan

    penulisan) , ilmu ekonomi ( terutama produser) dan ilmu seni, untuk

    semua bidangnya. Sehingga, teori dalam pembuatan film, akan

  • 47

    "saving times" untuk berbuat sebuah kesalahan, tapi juga harus

    disertai dengan praktek sendiri juga. Memahami teori, adalah

    landasan untuk mampu melompat lebih jauh daripada sekedar

    mampu praktek,tapi bagaimanapun, kembali kepada orangnya, mau

    jadi tukang yang sangat jago, atau mau jadi konseptor yang bisa

    mengorganisasikan tukang-tukang yang jago itu untuk menciptakan

    karya baru.

    Apakah yang Anda harapkan dari Sinematografi UMN, baik

    dari kampus maupun mahasiswanya?

    Hmm..., yang terbaik, dan tercipta iklim mencipta, dan iklim

    mengkritik, menyampaikan pendapat.

    Kampus selalu bisa support mahasiswanya, mahasiswanya juga

    serius belajar dan bekerja sama, karena film adalah kerja tim, tidak

    semuanya menjadi sutradara, yang saya katakan di atas mengenai

    tukang-tukang yang jago itu, ya memang diperlukan juga. Bersikap

    profesional, saling membantu satu sama lain termasuk ketika sudah

    lulus. Dosen 3 Menurut Anda, mengapa peraturan UMN mengenai

    penggunaan kekerasan, seksualitas, dan SARA sangat ketat?

    konteksnya adalah kebijakan institusi besar kita yaitu kompas

    group, isu tersebut sebenarnya tidak masalah tetapi kecenderungan

  • 48

    pengarapannya yg tdk matang shg menjadi sisi gelapnya yg lbh

    terekspose bukan substansinya.

    Bagaimana pendapat Anda mengenai pernyataan berikut:

    "Kurikulum Sinematografi UMN lebih tepat dikatakan sebagai

    'aplikasi pembelajaran teori film' dibandingkan 'membuat

    film'. Bukannya menciptakan teknik atau cerita baru, malah

    mengikuti yang sudah ada"?

    tidak ada salahnya utk belajar basic yg benar, karena proses

    filmmaking adalah proses belajar seumur hidup.

    Apakah yang Anda harapkan dari Sinematografi UMN, baik

    dari kampus maupun mahasiswanya?

    setidaknya memberikan kualitas pendidikan film yang baik

    dan bertanggung jawab. 2.3.1. Tenggat Waktu Tenggat waktu menjadi masalah bagi 85% responden, dengan 78% mengharapkan pelonggaran tenggat waktu, baik untuk preproduksi, syuting, maupun penyuntingan. Menurut mereka, waktu adalah kunci untuk pematangan karya, baik dalam segi cerita dan membangun hubungan dengan anggota tim. Masalahnya, film-film Sinematografi, baik DC-I maupun DC-II, dibuat dengan tenggat

  • 49

    waktu yang padat, yakni satu midsemester. Selama waktu ini, terdapat target mingguan yang harus dipenuhi. Menurut Ina Listyani Riyanto, S.Pd.,M.A., target mingguan ini memberikan nilai proses. Target mingguan yang terpenuhi dengan baik akan menghasilkan nilai proses yang sempurna, sebesar 10-20% dari keseluruhan nilai film. Target ini diumumkan sejak awal, dan produksi dikejar untuk memenuhinya. Kekurangan waktu ini berimbas pada ide cerita yang dihasilkan. Dengan waktu yang sedikit, meriset hal-hal yang diperlukan dalam akurasi cerita menjadi sulit. Menurut 51% responden, tenggat waktu yang singkat mengakibatkan mereka memilih cerita berlatar urban (97%). Alasannya, keurbanan berkaitan erat dengan budaya mereka. Tenggat waktu yang singkat juga memaksa mahasiswa untuk berpikir praktis. Menurut 63% responden, latar urban juga dipilih karena pertimbangan praktis. Syuting di wilayah kampus, kos, dan perumahan akan lebih menghemat waktu ketimbang mencari lokasi dan mengurus izin di perkampungan dan sebagainya. Pembuat film Doa untuk Diah yang berlatar perkampungan, misalnya, membutuhkan genset. Wilayah kampus dan perumahan sudah dialiri listrik, sehingga lebih kondusif. Tempat-tempat yang dekat juga memungkinkan persiapan syuting,

  • 50

    berupa recce (gladi bersih penataan kamera dan pencahayaan) yang lebih matang. Waktu pembuatan film semakin berkurang setelah dipadukan dengan banyaknya kesibukan kuliah lainnya. 7% dari responden menambahkan bahwa tumpukan tugas yang bertenggat waktu bersamaan menyulitkan mereka dalam menentukan prioritas. Film sebagai tugas tim membutuhkan kompromi dari setiap anggotanya, sementara beberapa tugas mata kuliah tidak memungkinkan kompromi tersebut. Tenggat waktu tidak hanya berpengaruh pada pemilihan latar, tetapi juga kualitas video dan audio. Target mingguan mengakibatkan adanya kekurangan baik dari segi syuting maupun penyuntingan. Meskipun dosen menyediakan waktu asistensi di luar kelas, kesibukan kuliah dan tenggat waktu penilaian proses tak jarang mengakibatkan mahasiswa tidak sempat berkonsultasi. 2.3.2. Kelompok dan Kurikulum Setiap film yang dibuat merupakan nilai proyek, yang berbobot 70% dari keseluruhan nilai UTS ataupun UAS. Bobot nilai yang besar mengakibatkan enggannya mahasiswa untuk bertukar kelompok, meskipun disarankan oleh dosen. Hal ini disuarakan saat evaluasi kelas DC-II C bersama Ina Listyani Riyanto, S.Pd. M.A.

  • 51

    7% dari responden mengatakan bahwa tim yang tidak cocok menjadi faktor yang menghalangi mereka dalam menciptakan film bagus. Ketidakcocokan ini dapat dilihat dari perbedaan selera film dan perbedaan etos kerja. Salah satu responden menambahkan perlunya menyaring mahasiswa yang berjalur FTV dan sinetron sejak awal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan kelompok bervisi sama. Mahasiswa yang telah beruntung mendapatkan kelompok yang cocok menolak untuk mengambil risiko dengan berganti kelompok untuk setengah semester ke depan. Padahal, 30& responden menginginkan kesempatan untuk bekerja sama dengan orang yang mereka inginkan. Hal ini mengakibatkan film-film dengan kualitas audiovisual yang bagus dan yang berjaya di luar UMN hanya dihasilkan oleh lingkaran mahasiswa yang sama. Mahasiswa Sinematografi 2012 tidak saling mengenal dan distribusi ilmunya menjadi tidak merata. Distribusi ilmu yang tidak merata juga diakibatkan oleh sistem pembelajaran dalam dua mata kuliah teknis, Camera and Lighting serta Sound Design. Pembelajaran dilakukan dalam kelompok sejumlah lima sampai enam orang (dalam Sound Design tiga sampai enam), sehingga beberapa mahasiswa tidak mendapatkan kesempatan melatih keterampilannya mengoperasikan kamera ataupun mengolah audio (kamera dan

  • 52

    komputer dijatah satu sampai dua dalam masing-masing kelompok). Adapun kedua mata kuliah ini hanya dihadirkan dalam satu semester. 48% responden mengharapkan pembelajaran teknis yang lebih mumpuni dari yang difasilitasi kampus saat ini. Pengarahan dari dosen pun melahirkan cerita-cerita yang mirip. Mahasiswa diharapkan untuk mencetak film yang mengandung unsur kemanusiaan, sehingga dapat dibawa ke dalam festival-festival dalam maupun luar negeri. Pengarahan ini dilakukan sejak DC-I. Dapat dilihat pada DC-II, film thriller berkurang dan drama bertambah. Terdapat pula larangan penggunaan unsur kekerasan dan SARA yang membentuk karakter tersendiri dari film UMN, meskipun masih ada 10% film yang memasukkan unsur-unsur ini. Menurut para dosen, masalahnya bukan terletak pada isu-isu ini, tetapi pada penggarapannya. Kebanyakan mahasiswa tidak meriset hal-hal ini secara dalam, sehingga penggambaran akhir yang dihasilkan tidak substansial, tetapi hanya sisi gelapnya saja. 2.3.3. Dana dan Fasilitas Kampus 33% dari responden mahasiswa menyebutkan dana sebagai hambatan. Menurut responden, kekurangan dana dan alat mempersulit produksi terutama dengan tenggat waktu yang ditentukan. Beberapa responden yang indekos menyatakan

  • 53

    sulitnya mengumpulkan dana dan meminjam peralatan ke sana kemari. Kemampuan yang terbatas dalam pendanaan berimbas pada eksplorasi ide cerita yang terbatas pula. Peralatan yang disediakan kampus jumlahnya terbatas dan dengan jadwal syuting yang lebih kurang sama, tidak semua kelompok dapat menikmati fasilitas tersebut. Fasilitas yang dimaksud adalah peralatan syuting dan ruangan untuk tempat syuting maupun penyuntingan. Tata cara peminjaman dan pengembalian yang rumit juga menjadi alasan bagi beberapa responden untuk tidak meminjam, terbukti dari 22% responden yang menginginkan akses yang lebih mudah untuk fasilitas kampus.

  • 54

    BAB III PENUTUP 3.1. Simpulan 69% film mahasiswa Sinematografi UMN 2012 bergenre drama, sementara 19% bergenre komedi dan 12% bergenre thriller. Drama yang dibuat dapat dikategorikan lagi menjadi drama keluarga (17%), drama sosial-politik (16%), drama psikologis (14%), drama surealis (12%), drama cinta (5%), drama pertemanan (5%). Cerita yang berlatarkan kehidupan urban pada film mahasiswa Sinematografi UMN 2012 97%, dengan Doa Untuk Diah dan Layang-layang sebagai pengecualian. Film seperti Metafora Asa, meskipun berlatar utopia, masih menginkorporasikan elemen urban pada kostum dan musik. Tenggat waktu juga memengaruhi pemilihan latar ini. Menurut 51% responden, singkatnya waktu yang diberikan untuk membuat cerita mengakibatkan mereka memilih cerita yang erat dengan budaya mereka yang urban. Sementara 63% responden menganggap bahwa pemilihan latar urban didasari pertimbangan praktis. Lokasi urban lebih mudah dicari dibandingkan pedesaan, yang membutuhkan transportasi dan genset tambahan. Secara kualitas audiovisual, terdapat ketimpangan dalam karya mahasiswa Sinematografi UMN 2012. Dari segi audio, terjadi

  • 55

    peningkatan kualitas perihal suara yang jelas (37% menjadi 73%). Hal ini dibantu dengan adanya mata kuliah Sound Design. Meskipun demikian, tidak terdapat perubahan yang berarti dalam kualitas pengolahan musik (30% menjadi 40%). Dari segi visual, 33% karya UAS DC-I memiliki tampilan yang terkonsep secara matang, sementara 30% bermasalah perihal fokus dan pencahayaan. Pada UTS DC-II, 37% memiliki tampilan yang matang, sementara 40% bermasalah. Ketimpangan ini dapat dilihat dari lingkar pergaulan mahasiswa. Mahasiswa yang telah menguasai konsisten memberikan hasil yang baik, tetapi berpusat dalam beberapa kelompok saja. Keterpusatan ini diakibatkan oleh tenggat waktu yang minim dan proporsi penilaian film yang signifikan. Karena keduanya, mahasiswa enggan berganti kelompok apabila sudah menemukan teman yang cocok. Akibatnya, mahasiswa tidak saling mengenal. Pelajaran teknis seperti teknik kamera dan suara pun hanya diberikan pada satu semester, dengan sistem kelompok pula, sehingga tidak semua mahasiswa berkesempatan untuk menguasai tekniknya. Dana dan fasilitas kampus juga berperan dalam penggarapan film. Dana yang terbatas membatasi eksplorasi ide cerita mahasiswa dan kebutuhan peralatan. Peralatan dan fasilitas lain dari kampus pun terbatas, ditambah lagi memiliki akses yang perlu dipermudah, menurut 22% responden.

  • 56

    Film-film yang ditayangkan di Lecture Hall, baik film teman-teman ataupun dosen, memberikan pengaruh dalam berbagai rupa. Film Vakansi Yang Janggal dan Penyakit Lainnya, misalnya, memberikan pengaruh pemakaian long take pada film-film seperti Nominal, Kemarau, Homo Homini Lupus. Regulasi kampus memberikan batasan tertentu pada film mahasiswa Sinematografi UMN 2012, seperti dilarangnya makian, SARA, dan sebagainya. Meskipun demikian, 10% film terlihat menggunakan unsur kekerasan dan pergaulan bebas. Perihal tema, tidak ada film yang bertemakan SARA. Tema kekerasan dapat ditemui di film A Very Ugly Truth. Menurut dosen, batasan-batasan ini diberikan bukan semata-mata karena UMN berada di bawah naungan Grup Kompas Gramedia, tetapi juga karena penanganan mahasiswa yang belum mumpuni mengakibatkan isu-isu yang diangkat menjadi sekadarnya dan kekurangan substansi. 3.2. Saran Sebagai produk budaya kampus, film-film mahasiswa Sinematografi UMN 2012 sudah memiliki ciri khas berupa latar kehidupan urban. Regulasi kampus pun membantu membentuk kekhasan, berupa film-film yang bebas SARA. Meskipun demikian, terdapat kekurangan dalam segi kualitas audiovisual dan referensi penuturan.

  • 57

    Untuk memperbaiki kualitas audiovisual, diperlukan adanya kerja sama yang lebih luas antarmahasiswa, sehingga distribusi ilmu dapat lebih merata. Sementara perihal penuturan, mahasiswa perlu menyadari bahwa referensi dapat dicari sendiri dan tidak perlu disuapi kampus terus-menerus. Kampus diharapkan dapat memberikan kualitas pengawasan yang lebih personal kepada tiap kelompok, misalnya dengan cara menugaskan satu dosen pengawas untuk masing-masingnya. Kampus juga perlu menciptakan iklim yang sehat bagi mahasiswanya untuk berkarya, baik dengan dukungan moral maupun fasilitas. Kurikulum kampus juga perlu terus-menerus dievaluasi agar terdapat tiitk temu dari apa yang diharapkan dosen dengan mahasiswa.

  • 58

    LAMPIRAN 2.1. Screening UAS DC-I Semester Ganjil 2013-2014 , Laporan Pertanggungjawaban Sinematografi UMN, 3 halaman.

    Halaman 1

  • 59

    Halaman 2

  • 60

    Halaman 3

  • 61

    Lampiran 4.1. Pertanyaan dari Presentasi Mengapa melakukan perbandingan antara UAS DC-I dan UTS DC-II,

    bukan antar-UTS atau antar-UAS?

    (Natria Cinta Nusa Bangsa) Kami mengarakterisasikan film-film dan tidak membandingkannya, karena itu sampel yang kami ambil adalah UAS DC-I dan UTS DC-II, yang sudah ditayangkan secara umum melalui program screening. Menurut kalian, mengapa masih ada film-film UMN yang berkualitas

    buruk?

    (Eric Kanvas Kosong) Melihat pola kecakapan teknis yang tidak merata, menurut kami jawaban terpasti adalah kurangnya pergaulan antarmahasiswa, sehingga yang mampu menghasilkan karya yang baik hanya mahasiswa dari kelompok tertentu. Apalagi, pelajaran teknis hanya diberikan pada satu semester saja, tidak bertahap dan kontinyu. Apa perbedaan dari genre horor dengan genre thriller?

    (Christopher Singa) Tujuan genre horor adalah menakut-nakuti, sementara genre thriller menyajikan sensasi ketegangan. Ketegangan dapat dihasilkan dari ketakutan, benar, tetapi tidak hanya itu. Horor adalah bagian dari thriller, tetapi thriller

  • 62

    sendiri lebih luas cakupannya. Film laga pun dapat menjadi thriller apabila menekankan ketegangan. Menurut kalian, film yang berhasil itu seperti apa?

    (Mimi Kencana) Menurut kami, film yang berhasil adalah yang berhasil berkomunikasi dan menarik minat penontonnya. Apa tujuan kalian menganalisis film-film UMN?

    (Hendri Muda!) Seperti yang sudah kami utarakan di awal presentasi, analisis kami bermula dari keprihatinan akan kurangnya kajian film pendek akademis. Kami berharap menjadi pionir di UMN sendiri. Mengapa SARA diatur untuk tidak dimasukkan?

    (Stephanus Erman Bala, S.S.) Sebagai kampus sekuler yang mengedepankan budi pekerti luhur, UMN tidak mengehendaki munculnya film bertemakan SARA karena berisiko menimbulkan konflik. Apa maksudnya teror tanpa alasan yang jelas? Bukankah teror adalah

    hal yang jelas?

    (Stephanus Erman Bala, S.S.)

  • 63

    Terornya jelas, sebagai bagian vital dari genre thriller. Hanya saja dalam film-film UMN, tidak pernah dijelaskan latar belakang dari munculnya teror tersebut. Karena itu, alasan teror menjadi tidak jelas. Katakanlah tokoh V dari Its Behind You. Karakter antagonis dalam novelnya menerornya dalam dunia nyata. Padahal, karakter V tidak melakukan apapun untuk memicu munculnya teror tersebut. Pola yang sama ditemukan pada film Anomalous, The Myth, dan sebagainya. Mengapa kondisi perfilman UMN seperti ini? Dalam arti, komposisi

    jumlah drama dan latar urbannya sekian?

    (Stephanus Erman Bala, S.S.) Genre drama mendominasi karena memang memiliki cakupan yang sangat luas. Sementara latar urban menjadi umum karena memiliki kedekatan dengan kehidupan mahasiswa. Film-film UMN harus rampung dalam waktu setengah semester, sehingga cerita harus lulus asistensi pada minggu kedua. Akibatnya, ide-ide yang muncul kebanyakan berasal dari sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari para mahasiswa.

  • 64

    Lampiran 4.2. Tanggapan Stephanus Erman Bala, S.S. Hal yang saya cari adalah mengapa banyak karya tidak bisa menang dari berbagai kompetisi ini. Barulah terjawab saat akhir bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya waktu. Mahasiswa tidak memiliki waktu di tengah perkuliahan yang padat untuk menghasilkan karya yang hebat. Dengan sistem yang seperti ini, Sinematografi UMN menjadi tempat untuk aplikasi pembelajaran teori film, bukan untuk membuat film. Ketimbang menciptakan teknik baru, mahasiswa diminta mengulang ciptaan yang sudah ada. Referensi pun diberikan oleh dosen, yang sekaligus menjadi pihak penilai. Otomatis nilai didapat dari seberapa sesuai karya dengan bayangan yang diberikan itu. Kalaupun ada karya yang menang di luar, hal itu tidak menjadi prestasi, melainkan sebuah kebetulan; entah karena idenya cemerlang entah karena mengerjakannya setengah mati. Sebagai peneliti, kelompok ini baru berhasil memotret fakta-fakta dan pengetahuan umum yang sudah ada. Namun, belum menjelaskan mengapa fakta-fakta tersebut dapat muncul. Tidak ada wawancara maupun angket yang mendukung, sehingga jawaban yang muncul tidak memiliki dukungan selain pengalaman.

  • 65

    DAFTAR PUSTAKA Aristoteles. Poetics (terjemahan S.H. Butcher). Dalam classics.mit.edu/Aristotle/poetics.mb.txt. Diakses pada 20 Mei 2014. Dirks, Tim. Tanpa Tahun. Drama Films: Part 1. Dalam www.filmsite.org/dramafilms.html. Diakses pada 20 Mei 2014. JawabaNews. 2014. Juara 1 Imago: Kita Mau Bermimpi Lebih. Dalam www.jawaban.com/index.php/mobile/news/detail/id/91/news/140501193701/limit/0/Juara-1-Imago--Kita-Mau-Bermimpi-Lebih.html. Diakses pada 20 Mei 2014. Morrell, David. 2005. What Is A Thriller?. Dalam www.crimespreemag.com. Diakses pada 20 Mei 2014. Rustono. 1998. Implikatur Percakapan sebagai Penunjang Pengungkapan Humor di dalam Wacana Humor Verbal Lisan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia. Thea, Debora. 2013. UCIFEST 4 Anugerahkan Sepuluh Kategori Award. Dalam www.umn.ac.id/home/viewarticle/UCIFEST_4_Anugerahkan_Sepuluh_Kategori_Award. Diakses pada 20 Mei 2014. UMN. Visi Misi. Dalam http://umn.ac.id/profile/visimisi. Diakses pada 20 Mei 2014. UMN. Program Studi Desain Komunikasi Visual. Dalam http://umn.ac.id/dkv/. Diakses pada 20 Mei 2014.

  • 66

    (dari kiri ke kanan) Joy (Sinematografi 2011, Semester 4) - [email protected] Mengikuti namanya, Joy Kornelius bersemboyan kebahagiaan itu nomor satu. Pecinta makanan, olahraga, dan rokok ini menjabat sebagai koordinator musik dalam Teater Katak, berbekal keandalannya bermain saksofon dan gitar. Joseph (Desain Grafis 2012, Semester 4) - [email protected] Joseph memiliki jiwa sportif yang tidak terbendung. Setelah Hepatitis C menghambat kegiatan olahraganya, calon eksekutif muda ini beralih kepada DotA. Kini, pemain bernama pengguna Zuzurey ini aktif dalam Komunitas DotA 2 UMN sembari berkarya dalam Desain Grafis. Tika (Sinematografi 2012, Semester 4) [email protected] Skolastika Lupitawina adalah seorang penggemar kucing dan budaya pop. Mahasiswi DKV ini gemar menulis dan sedang mendalami dunia kritik film. Selain menjadi Asisten Mahasiswa, ia juga mengejar gelar Summa Cum Laude dan berharap Bapak Bala berkenan meluluskannya dengan nilai A. Andreas (Desain Grafis 2012, Semester 4) - [email protected] Andreas Prasetio adalah calon wirausahawan kreatif yang gemar menggeluti kepanitiaan kampus dan pelayanan lainnya. Mahasiswa Desain Grafis ini mencintai fantasi dan fiksi ilmiah, dan kini berlatih seni stunt di waktu senggangnya. Tami (Sinematografi 2012, Semester 4) [email protected] Tamitri Wulanjani mencintai musik dan mahir bermain biola serta piano. Selain menyalurkan bakat musiknya dalam Teater Katak di kampus, ia juga aktif mengajar biola di Maestro Musik BSD. Meskipun anak bungsu, Tami tidak ingin bermanja dan bercita-cita membanggakan orang tua.

    2.1.5.1. Program Studi Desain Komunikasi Visual 82.1.5.2. Digital Cinematography 9

    2.1.5.1. Program Studi Desain Komunikasi Visual2.1.5.2. Digital Cinematography