ikgp tut 1

27
STEP 7 7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Ada beberapa pendapat yang menjelaskan factor-factor yang mempengaruhi perilaku kesehatan, antara lain : Menurut WHO, penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak, ada 4 macam, yaitu : 1. Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap kesehatan. 2. Perilaku kesehatan dari orang lain yang menjadi panutan cenderung akan dicontoh. 3. Sumber daya yang mencakup fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak ke fasilitas kesehatan akan berpengaruh positif maupun negative terhadap perilaku kesehatan seseorang. 4. Kebudayaan yang terbentuk dalam jangka waktu lama, sebagai akibat kehidupan masyarakat bersama, akan berubah baik

Upload: shinta-novadela

Post on 29-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IKGP TUT 1

STEP 7

7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Ada beberapa

pendapat yang menjelaskan factor-factor yang mempengaruhi perilaku

kesehatan, antara lain :

Menurut WHO, penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak,

ada 4 macam, yaitu :

1. Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap kesehatan.

2. Perilaku kesehatan dari orang lain yang menjadi panutan

cenderung akan dicontoh.

3. Sumber daya yang mencakup fasilitas kesehatan, uang, waktu,

tenaga, jarak ke fasilitas kesehatan akan berpengaruh positif

maupun negative terhadap perilaku kesehatan seseorang.

4. Kebudayaan yang terbentuk dalam jangka waktu lama, sebagai

akibat kehidupan masyarakat bersama, akan berubah baik secara

cepat atau lambat sesuai dinamika masyarakat. Kelompok

masyarakat yang terbiasa bersih akan menunjang perilaku

kesehatan individu dan masyarakat itu sendiri.

Menurut Lawrence Green (1980), perilaku kesehatan dapat terbentuk

atau dipengaruhi oleh 3 faktor utama, antara lain:

1. Faktor Predisposisi (Predisposing)

Page 2: IKGP TUT 1

Faktor predisposisi dapat meliputi adanya pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, usia, pendidikan, pekerjaan,

serta status ekonomi keluarga.

Rendahnya pengetahuan dan pendidikan mengenai kesehatan,

akan mempengaruhi perilaku kesehatan individu terhadap suatu

penyakit dan akan mempengaruhi pula dalam unsur kepercayaan

individu terhadap kerentanan dan potensi penyakit. Sehingga hal

tersebut akan mempengaruhi tindakan pencegahan dan upaya

pengobatan penyakit.

2. Faktor Pendukung atau Pemungkin (Enabling)

Faktor pendukung meliputi adanya lingkungan fisik yang berupa

ada atau tidaknya sarana prasarana kesehatan maupun program

kesehatan.

Meskipun apabila faktor predisposisi dari individu telah

mengarah pada kebaikan, jika tidak didukung dengan adanya

sarana prasarana dan program kesehatan, maka juga akan

mengembalikan atau dapat mengubah perilaku individu tersebut.

3. Faktor Pendorong atau Penguat (Reinforcing)

Faktor Pendorong atau penguat meliputi adanya tindakan

petugas kesehatan serta orang lain yang menjadi panutan (tokoh

masyarakat, tetangga, keluarga).

Tindakan dari petugas kesehatan maupun orang lain yang

menjadi panutan besar pengaruhnya terhadap perubahan

perilaku kesehatan. Dengan mencontoh perilaku dari orang lain,

perubahan perilaku dapat terbentuk.

Menurut Kegeles (1961), ada empat faktor utama agar seseorang

merubah perilakunya dan mau melakukan pemeliharaan kesehatan gigi,

yaitu:

1. Merasa dirinya mudah terserang penyakit gigi

Page 3: IKGP TUT 1

2. Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah

3. Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal

4. Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan

Menurut Teori Kar (1983), menyatakan perilaku kesehatan bertitik

tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :

1. Behaviour Intention, yaitu niat sesorang untuk bertindak

sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya.

2. Social – Support, yaitu dukungan sosial dari masyarakat

sekitarnya.

3. Accessebility Of Information, yaitu ada atau tidak adanya

informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan.

4. Personal Autonomy, yaitu otonomi pribadi yang bersangkutan

dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan.

5. Action Situation, yaitu situasi yang memungkinkan untuk

bertindak atau tidak bertindak.

Berdasarkan domain (ranah) perilaku, aspek afektif, kognitif dan

psikomotor terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan,

yaitu :

1. Kognitif (pengetahuan), terdapat faktor yang mempengaruhinya

antara lain faktor internal yang meliputi intelegensia, minat, dan

konsisi fisik, faktor eksternal yang meliputi keluarga, sarana,

dan masyarakat, faktor pendekatan belajar yang meliputi strategi

dan metode.

2. Afektif (sikap), terdapat faktor yang mempengaruhinya antara

lain kepercayaan, ide, konsep, kehidupan emosional,

kecenderungan untuk bertindak.

3. Psikomotor (tindakan) , yaitu didasarkan atas faktor afektif dan

kognitif.

Page 4: IKGP TUT 1

Selain itu, ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku

kesehatan, antara lain :

a. Faktor demografik

Perilaku kesehatan berbeda berdasarkan pada faktor demografik.

Individu yang masih muda, lebih makmur, memiliki tingkat

pendidikan yang lebih baik dan berada dalam kondisi stress yang

rendah dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki perilaku sehat

yang lebih baik dari pada orang yang memiliki resources yang

lebih sedikit.

b. Usia

Perilaku kesehatan bervariasi berdasarkan usia. Secara tipikal

perilaku kesehatan pada anak-anak dapat dikatakan baik,

memburuk pada remaja dan orang dewasa, namun meningkat

kembali pada orang yang lebih tua.

c. Nilai

Nilai-nilai sangat mempengaruhi kebiasaan perilaku sehat individu.

Misalnya latihan bagi wanita sangat diinginkan bagi budaya

tertentu tetapi tidak bagi budaya lain.

d. Personal Control

Persepsi bahwa kesehatan individu dibawah personal control juga

menentukan perilaku sehat seseorang. Misalnya penelitian yang

dilakukan pada Health locus of control scale yang mengukur

derajat sejauh mana persepsi individu dapat mengontrol kesehatan

mereka.

e. Pengaruh Sosial

Pengaruh sosial juga dapat mempengaruhi perilaku sehat individu.

Keluarga, teman, dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi

perilaku sehat.

f. Personal Goal

Kebiasan perilaku sehat juga memiliki hubungan dengan tujuan

personal. Jika tujuan menjadi atlet berprestasi merupakan tujuan

Page 5: IKGP TUT 1

yang penting, individu akan cenderung olah raga secara teratur

dibandingkan jika hal itu bukan tujuan personal.

g. Perceived Symptoms

Kebiasaan sehat dikontrol oleh perceived symptoms. Misalnya

perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka

berdasarkan sensasi pada paruparu mereka.

h. Akses ke Health Care Delivery system

Akses ke Health care juga mempengaruhi perilaku kesehatan.

Menggunakan program screen tuberkolosis, pap smear yang

teratur, mamogram, imunisasi, merupakan contoh perilaku

kesehatan yang secara langsung berhubungan dengan health care

system.

i. Faktor kognisi

Perilaku kesehatan memiliki hubungan dengan faktor kognisi,

seperti keyakinan bahwa perilaku tertentu dapat mempengaruhi

kesehatan.

7.2 Upaya Untuk Merubah dan Meningkatkan Perilaku Kesehatan

Perubahan perilaku sehat masyarakat dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu :

1. Tekanan (Enforcement)

Upaya ini dilakukan dengan memberikan tekanan, paksaan, maupun

koreksi. Contoh dari upaya ini adalah undang-undang maupun

peraturan-peraturan (law enforcement), intruksi-intruksi atau tekanan

(fisik, non fisik), sanksi-sanksi, dsb. Namun, upaya perubahan

perilaku dengan teknik ini memiliki banyak kekurangan. Peraturan ini

tidak bertahan lama di masyarakat, karena tidak didasari karena

kesadaran, melainkan dengan paksaan.

2. Pendidikan (Education)

Page 6: IKGP TUT 1

Upaya perubahan perilaku kesehatan pada masyarakat dengan cara ini

dilakukan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan,

memberikan informasi dan pendidikan, agar masyarakat mengerti

akan kesehatan, sehingga diharapkan mau dan mampu melaksanakan

pola hidup sehat dengan didasari dari hati nurani dan pemikiran, serta

koreksi, sehingga mampu bertahan lama dan terus menerus

meningkat.

Pemberian pendidikan terhadap masyarakat untuk merubah perilaku

hidup sehat dilakukan dengan dasar tiga faktor yang mempengaruhi

perilaku menurut Green (1980), yaitu :

a. Faktor Predisposisi

Faktor ini mencakup pengetahuan,sikap, kepercayaan, tradisi, serta

nilai yang ada dalam masyarakat tersebut.

b. Faktor Pemungkin

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan

masyarakat, seperti air bersih, posyandu, MCK, puskesmas, rumah

sakit, maupun klinik. Fasilitas ini mendukung untuk terwujudnya

perilaku sehat.

c. Faktor Penguat

Faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh yang disegani,

seperti tokoh masyarakat, pemuka adat, tokoh agama, dan perilaku

para petugas kesehatan. Dengan adanya faktor penguat ini

masyarakat semakin termotivasi dan yakin benar dengan

melakukan metode-metode yang telah diberikan.

Berikut ini merupakan bagan hubungan status kesehatan, perilaku, dan

promosi kesehatan, yang merupakan bentuk dari pemberian pendidikan

kepada masyarakat.

Page 7: IKGP TUT 1

Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Promosi Kesehatan

Status Kesehatan

Pemberdayaan Masyarakat

(Pemberdayaan Sosial)

Reinforcing Factors (sikap dan perilaku petugas, peraturan, UU,

dll)

Pelayanan Kesehatan

Lingkungan

Enabling Factors (Ketersediaan

sumber-sumber/fasilitas)

Promosi Kesehatan

Predisposing Factors

(Pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, nilai, dsb)

Training

Perilaku

Komunikasi (penyuluhan)

Keturunan (Herediter)

Page 8: IKGP TUT 1

Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh herediter (keturunan),

lingkungan, pelayanan kesehatan, dan dari perilaku. Promosi kesehatan

merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi

status kesehatan seseorang, yaitu melalui perubahan terhadap perilaku.

Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu komunikasi atau

penyuluhan, yang dapat mempengaruhi predisposing factors, pemberdayaan

yang dapat mempengaruhi enabling factor, serta training yang dapat

mempengaruhi reinforcing factors, yang dari keseluruhan faktor tadi akan

memberikan pengaruh terhadap perilaku hidup sehat, sehingga dapat

merubah pula status kesehatan seseorang.

Promosi Kesehatan

Merupakan salah satu upaya untuk mengubah perilaku dan

meningkatkan perilaku kesehatan. Strategi dasar utama promosi

kesehatan adalah pemberdayaan, yang didukung oleh bina suasana, dan

advokasi serta dijiwai semangat kemitraan.

Pemberdayaan

Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya membantu

atau memfasilitasi pasien/klien, sehingga memiliki pengetahuan,

kemauan, dan kemampuan untuk mencegah atau mengatasi

permasalahan kesehatan yang dihadapinya.

Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan umumnya berbentuk suatu

pelayanan informasi atau konseling (Departemen Kesehatan, 1999).

Dimana memiliki arti bahwa tenaga kesehatan puskesmas ataupun

rumah sakit tidak hanya memberikan suatu pelayanan medis ataupun

penunjang medis, tetapi memberikan suatu informasi tentang

penjelasan-penjelasan yang berkaitan dengan pelayanannya tersebut.

Dengan pemberdayaan diharapkan pasien/klien dapat beubah

dimana dulunya tidak tahu, sekarang menjadi tahu, dari tahu menjadi

mau, dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku-perilaku

Page 9: IKGP TUT 1

yang dikehendaki guna mengatasi masalah kesehatannya. Misalnya

buang air besar di jamban sebagai pengganti buang air besar

disembarang tempat.

Terdapat beberapa prinsip pemberian informasi atau konseling

yang perlu diperhatikan dan dipraktekkan oleh tenaga kesehatan

puskesmas ataupun rumah sakit selama pelaksanaan tugasnya adalah

(Willis, 2004 ; Lesmana, 2005) :

a. Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup.

Saat memulai konseling, petugas kesehatan tidak langsung

mengungkap masalah, kelemahan, atau kekeliruan pasien. Dimana

perbincangan diawali dengan situasi yang menggembirakan agar

pasien/klien tertarik untuk terlibat perbincangan.

b. Menghargai pasien/klien sepenuh hati.

Cara menghargai dengan memberikan ucapan-ucapan dan bahasa

tubuh yang menghargai tidak mencemooh ataupun meremehkan.

c. Melihat pasien/klien sebagai subjek dan sesama hamba Tuhan.

Petugas kesehatan tidak boleh berperilaku semena-mena terhadap

pasien/klien.

d. Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan.

Petugas kesehatan selalu berusaha mengemukakan kata-kata atau

butir-butir dialog yang menyentuh perasaan klien/pasien, sehingga

memunculkan rasa syukur pada Tuhan telah dipertemukan dengan

seorang penolong.

e. Memberikan keteladanan.

Disaat keteladanan sikap dan perilaku petugas kesehatan telah

menyentuh perasaan pasien/klien, sehingga pasien/klien ingin

mencontoh perilaku baik dari penolongnya tersebut (petugas

kesehatan). Dimana keteladan merupakan suatu sugesti yang

positif untuk merubah perilaku pasien ke arah yang positif.

Bina Suasana

Page 10: IKGP TUT 1

Pemberdayaan akan berhasil dengan cepat jika didukung dengan

suasana atau lingkungan yang kondusif. Dimana lingkungan yang harus

berpengaruh terhadap pasien/klien. Dimana kegiatan untuk

menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif ini disebut dengan

bina suasana.

Misalnya pada klien rawat jalan (orang yang sehat), lingkungan

yang berpengaruh adalah para petugas kesehatan yang melayaninya.

Petugas kesehatan tersebut akan menjadi teladan dalam sikap dan

bertingkah laku. Misalnya teladan tidak merokok, tidak meludah atau

membuang sampah sembarangan.

Bagi klien yang sehat yang berkunjung di KIA & KB di puskesmas

atau pelayanan pemeriksaan kesehatan di rumah sakit, petugas-petugas

kesehatan yang melayani mereka, memiliki suatu pengaruh yang sangat

besar sebagai panutan. Sehingga pengetahuan, sikap, dan perilaku

petugas-petugas kesehatan tersebut harus konsisten dengan pelayanan

yang diberikan seperti ramah, tidak merokok, memelihara higiene atau

kebersihan, dan kesehatan perorangan.

Advokasi

Advokasi ini perlu dilakukan jika upaya dalam memberdayakan

pasien/klien, puskesmas atau rumah sakit tersebut membutuhkan

bantuan dari pihak lain. Misalnya dalam mengupayakan lingkungan

puskesmas ataupun rumah sakit yang bebas akan asap rokok,

puskesmas ataupun rumah sakit tersebut melakukan advokasi kepada

wakil-wakil rakyat dan pemimpin daerah untuk diterbitkannya

peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Dimana KTR ini, diterapkan

di puskesmas dan rumah sakit tersebut. Dalam membantu pasien miskin

, puskesmas atau rumah sakit melakukan advokasi ke berbagai pihak

untuk mendapatkan donasi bagi biaya transport rawat jalan, pembuatan

jamban keluarga, dan lain-lain.

Page 11: IKGP TUT 1

Kemitraan

Prinsip-prinsip kemitraan harus ditegakkan dalam pemberdayaan,

bina suasana, dan advokasi. Kemitraan ini dikembangkan antara

petugas kesehatan dengan pasien/klien dalam melaksanakan

pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. Ada tiga prinsip dasar

kemitraan yang perlu diperhatikan dan dipraktekkan, yaitu :

1. Kesetaraan.

Kesetaraan dalam hal ini, menghendaki agar tidak adanya suatu

hubungan yang bersifat hierarkis (atas-bawah). Sehingga terjadi

hubungan yang baik, dimana masing-masing memiliki

kedudukan yang sederajat.

2. Keterbukaan.

Keterbukaan dalam hal ini, merupakan suatu tindakan yang jujur

dari masing-masing pihak. Setiap usul, saran, komentar harus

jujur, sesuai fakta, dan tidak menutupi sesuatu hal apapun.

3. Saling menguntungkan.

Suatu solusi yang diajukan hendaknya memiliki keuntungan

pada semua pihak.

Perubahan yang diharapkan setelah adanya promosi kesehatan yaitu :

1. Perubahan perilaku

2. Pembinaan perilaku

3. Pengembangan perilaku

Sedangkan ruang promosi kesehatan :

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (RT)

b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

c. Promosi kesehatan di tempat bekerja

d. Promosi kesehatan di tempat umum

7.3 Proses Perubahan Perilaku Masyarakat

Page 12: IKGP TUT 1

Perubahan perilaku yang terjadi pada seseorang dapat secara alamiah

maupun secara sengaja. Perubahan yang terjadi secara alamiah disini

maksudnya adalah proses perubahan karena adanya pengaruh dari

lingkungan, sedangkan perubahan perilaku secara sengaja diperoleh dari

pendidikan.

Ada 3 teori yang membahas tentang proses perubahan perilaku yaitu

teori penelitian pengembangan dan penyebaran,teori perubahan sikap, dan

proses adopsi perilaku.

1. Penelitian pengembangan dan penyebaran

Pengetahuan yang baru Diteruskan kepada orang lain

Akan diterima apabila sesuai / berpengaruh terhadap orang tersebut

Menurut teori ini,setiap manusia mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan dirinya yang diperoleh melalui proses belajar. Proses

belajar disini seperti pengalaman yang akan membuat orang tersebut

mencoba, melakukan kesalahan dari percobaan tersebut dan akhirnya

mencoba lagi sampai pada suati titik dimana seseorang tersebut

menghasilkan sesuatu pengetahuan. Pengetahuan inilah yang nantinya

akan diteruskan kepada orang lain dan akan mendapatkan respon

positif dari orang lain tersebut apabila itu sesuai atau memberikan

pengaruh positif.

2. Teori perubahan sikap

Teori ini menyatakan bahwa sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh

orang lain, sebab:

a) Penyesuaian

Dimana seseorang mengubah sikapnya yang sesuai atau seperti

orang yang mempengaruhinya, jika menguntungkan dirinya,

Page 13: IKGP TUT 1

akan tetapi bisa menolak jika tidak menyenangkan atau

menguntungkan dirinya.

b) Identifikasi

Dimana seseorang menganut sikap orang yang disegani atau

disukai olehnya.

c) Internalisasi

Dimana seseorang bisa menerima suatu sikap yang baru

tersebut, sebab sikap yang baru tersebut sejalan atau selaras

dengan sikap serta nilai yang sebelumnya telah dimiliki.

3. Proses adopsi perilaku

Menurut Roger, seseorang akan mengikuti atau menganut perilaku

baru melalui tahapan sebagai berikut:

a. Sadar (Awareness)

Seseorang sadar akan adanya informasi baru. Misalnya

menggosok gigi dapat menghilangkan plak gigi dan dapat

mencegah karies gigi

b. Tertarik (Interest)

Pada tahapan ini, seseorang mulai tertarik untuk mengetahui

lebih lanjut mengenai manfaat menggosok gigi sehingga orang

tersebut mencari informasi lebih lanjut pada orang lain yang

dianggap tahu, membaca atau mendengarkan dari sumber yang

dianggap tahu

c. Evaluasi (Evaluation)

Pada tahapan ini, orang tersebut mulai menilai, apakah akan

memulai menggosok gigi atau tidak, dengan mempertimbangkan

berbagai sudut, misalnya kemampuan membeli sikat gigi, atau

melihat orang lain yang rajin menggosok gigi

d. Mencoba (Trial)

Orang tersebut mulai mencoba menggosok gigi. Dengan

mempertimbangkan untung ruginya, orang tersebut akan terus

Page 14: IKGP TUT 1

mencoba atau menghentikannya. Misalnya, apabila orang

tersebut setelah menggosok gigi merasa mulutnya nyaman,

giginya bersih sehingga menambah rasa percaya diri, ia akan

melanjutkan menggosok gigi secara teratur. Namun, jika

menggosok gigi membuat gigi ngilu, kegiatan menggosok gigi

tidak akan dilanjutkan atau berhenti sementara

e. Adopsi (Adoption)

Pada tahap ini, orang yakin dan telah menerima bahwa

informasi baru berupa menggosok gigi memberi keuntungan

bagi dirinya sehingga menggosok gigi menjadi kebutuhan

Menurut Notoatmodjo membagi 6 tingkat pengetahuan dalam kaitannya

dengan proses perubahan perilaku kesehatan antara lain:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang,

tabu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini

Page 15: IKGP TUT 1

diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

Praktik atau aplikasi dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya

(Notoatmodjo, 2007), yaitu :

a. Praktik terpimpin (Guided response)

Subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (Mechanism)

Subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu hal secara

otomatis.

c. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan tersebut tidak sekedar rutinitas atau

mekanisme saja, tetapi sudah dimodifikasi tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

4. Analisis (Analysys)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat

menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti

sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,

memisahkan dan sebagainya.

5. Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusuan formasi

baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun,

Page 16: IKGP TUT 1

dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan

terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyaklan tentang

isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder

kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lihat sesuai

dengan tingkatan-tingkatan diatasnya.

7.4 Kebiasaan yang Mempengaruhi Pola Pikir dan Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan seseorang dapat dipengaruhi dari adanya

kebiasaan, baik kebiasaan individu maupun kebiasaan lingkungan disekitar

individu tersebut. Banyak kebiasaan yang terdapat di masyarakat yang

mampu mempengaruhi perilaku kesehatan. Berikut macam-macam

kebiasaan yang mempengaruhi perilaku kesehatan:

a. Adanya tradisi kanibalisme di New Guinea yang menyebabkan

terjadinya wabah penyakit “Kuru”. Penyakit tersebut merupakan

penyakit yang menyerang susunan saraf otak. Hasil dari tradisi

kanibalisme tersebut biasanya dibagikan kepada kaum wnita dan

anak-anak saja sehingga penyakit tersebut epidemik pada wanita dan

anak-anak.

b. Pada salah satu agama terdapat kepercayaan dimana sakit dan sehat

merupakan takdir sehingga orang yang percaya akan hal tersebutakan

kurang berusaha untuk mencari pertolongan maupun untuk mengobati

sakitnya.

Page 17: IKGP TUT 1

c. Kebiasaan makan beras putih dibandingkan makan beras merah

meskipun sebenarnya beras merah memiliki kandungan gizi yang

lebih tinggi. Hal tersebut karena beras putih dinilai lebih bersih dan

lebih enak.

d. Adanya petugas kesehatan yang memiliki kebiasaan merokok

meskipun petugas tersebut mengetahui kerugian atau bahaya dari

merokok makan petugas tersebut akan tetap merokok karena menurut

perokok, rokok dapat memberikan kenikmatan.

e. Adanya orang tua yang gemar atau meiliki kebiasaan merokok, maka

anak akan cenderung untuk meniru perbuatan orang tuanya.

f. Dalam sisi kebudayaan, dimana pada masyarakat pedesaan prilaku

kesehatan mereka tercermin dari kurangnya pengetahuan akan prilaku

kesehatan yang semestinya. Contoh dalam hal ini jika mereka sakit,

masyarakat akan lebih memilih pergi ke dukun daripada pergi ke

puskesmas, kadang pula mereka juga memiliki pengetahuan sendiri

dalam upaya pencegahan/pengobatan seperti : mereka memakai

kelambu untuk mencegah malaria, minum air garam jika sakit gigi

oleh karena itu pemberian informasi/penyuluhan sering sekali

dilaksanakan pada daerah pedesaan karena tingkat pengetahuan akan

prilaku kesehatan yang semestinya memang kurang.

Page 18: IKGP TUT 1

Taher. M. D.Taylor.. (2003). Medical ethics. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka

utama.

Budiharto. 2009. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan

Gigi. Jakarta: EGC

Notoatmodjo,Soekidjo.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku,Jakarta:Rineka

Cipta

Hartono,Bambang. 2010. Promosi Kesehatan di Puskesmas & Rumah Sakit.

Jakarta: Rineka Cipta