iii m. yeni (hal.103-152)

91
PEDOMAN PEMERIKSAAN USG OBSTETRI Persiapan penderita yang akan dilakukan pemeriksaan USG : - Ginekologi : harus tahan kencing atau kandung kemih terisi - Obstetri : tidak perlu kandung kemih terisi, kecuali penderita dengan riwayat perdarahan dari jalan lahir. 1. Panggul harus diperiksa secara sistematis baik bidang transversal dan longitudinal dengan interval 0,5 – 1 cm. 2. Gain (penguat suara) harus disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap pasien. 3. Bila hasil pemeriksaan yang sekarang tidak memuaskan, maka perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan follow-up. 4. Hasil pemeriksaan USG ditulis di CM 4 (bagi penderita rawat inap) atau dikertas jawaban bila pasien dari luar (swasta), kemudian diarsipkan di buku arsip jawaban USG. PEDOMAN PEMERIKSAAN KTG 1. Penderita tidur dengna posisi semi fowler 2. Tentukan punggung janin 3. Letakkan tocodinamometer didaerah punggung janin

Upload: artha-putu

Post on 28-Oct-2015

100 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN

PEMERIKSAAN USG OBSTETRI

Persiapan penderita yang akan dilakukan pemeriksaan USG :

- Ginekologi : harus tahan kencing atau kandung kemih terisi

- Obstetri : tidak perlu kandung kemih terisi, kecuali penderita dengan

riwayat perdarahan dari jalan lahir.

1. Panggul harus diperiksa secara sistematis baik bidang transversal dan longitudinal

dengan interval 0,5 – 1 cm.

2. Gain (penguat suara) harus disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap pasien.

3. Bila hasil pemeriksaan yang sekarang tidak memuaskan, maka perlu dilanjutkan

dengan pemeriksaan follow-up.

4. Hasil pemeriksaan USG ditulis di CM 4 (bagi penderita rawat inap) atau dikertas

jawaban bila pasien dari luar (swasta), kemudian diarsipkan di buku arsip jawaban

USG.

PEDOMAN

PEMERIKSAAN KTG

1. Penderita tidur dengna posisi semi fowler

2. Tentukan punggung janin

3. Letakkan tocodinamometer didaerah punggung janin

4. Selama 10 menit pertama dicatat data dasar :

- Frekuensi dasar, akselerasi/deselerasi, variabilitas denyut jantung janin, gerak

janin dan kontraksi uterus.

5. Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit.

6. Hasil dicatat dan ditempel pada CM 6 (bagi penderita rawat inap) dan dibuku

arsip.

Page 2: III M. Yeni (hal.103-152)

INDIKASI USG PADA KEHAMILAN

(Menurut Michael John Hughey)

1. Umur kehamilan yang tidak jelas perhitungan secara klinis/HPHT tak jelas atau

siklus haid tidak teratur.

2. Pemantauan pertumbuhan janin bila ada risiko/etiologi gangguan sirkulasi

uteroplasenter.

3. Perdarahan pervaginam yang penyebabnya tidak jelas.

4. Kesulitan dalam penentuan letak janin, terutama pada saat mendekati taksiran

persalinan.

5. curiga adanya kehamilan ganda, berdasarkan adanya 2 punktum maksimum atau

pertumbuhan tinggi fundus uteri yang cepat.

6. Penentuan kesejahteraan janin/profil biofisik janin pada trimester III atau

kehamilan lewat bulan.

7. Curiga adanya polihidramnion atau oligohidramnion.

8. Curiga Mola Hidatidosa

9. Curiga kehamilan ektopik atau pada kehamilan setelah tindakan operatir tuba.

10. Konfirmasi adanya massa tumor pada saat kehamilan.

11. Curiga adanya kelainan bentuk uterus/cacat bawaan pada alat genitalia interna.

12. Curiga janin mat intra uterin.

13. Perdarahan antepartum atau pengamatan lanjut pada plasenta previa.

14. Curiga solusio plasenta.

15. Pengamatan lanjut pada kehamilan ganda/curiga pertumbuhan janin terhambat.

16. Riwayat/keturunan persalinan dengan cacat bawaan.

17. Pengukuran taksiran berat badan janin atau penentuan letak pada kehamilan

dengan Ketuban Pecah Dini atau ancaman persalinan prematur.

18. Evaluasi pelengkap penilaian janin yang dilakukan saat menjelang akhir

kehamilan pada ibu yang teratur melakukan pemeriksaan antenatal.

19. Sebagai sarana penunjang pada tindakan-tindakan :

- Amniosentesis

- Pengambilan sampel pada villi (Chorionic Villous Sampling).

- Penilaian kehamilan pasca tindakan bayi tabung, embryo-transfer, CVS,

fetoscopy, intra-uterine transfusion.

Page 3: III M. Yeni (hal.103-152)

- Penilaian kehamilan pasca cervical cerclage.

- Penilaian kehamilan sebelum dan sesudah tindakan versi luar.

- Penilaian ulang pada keadaan intrapartum setelah tindakan, misalnya : versi

luar, kehamilan ganda anak pertama telah lahir.

TATA TERTIB RUANG USG

BAGIAN OBSTETRI dan GINEKOLOGI

I. ATURAN UMUM PEMERIKSAAN USG

1. Jam Kerja :

- Pukul 09.00 – 12.00 bbwi

- Hari Jum’at sampai pukul 10.30 bbwi

- Setelah jam-jam tersebut, pendaftaran USG dinyatakan CITO, dan

dikerjakan oleh dokter jaga kalau memang harus dikerjakan pada hari itu.

2. Pemeriksaan USG dilakukan oleh dokter petugas ruang USG atau dokter jaga.

Bila mendapat kesulitan agar berkonsultasi kepada Pembantu supervisi atau Jaga

I, dan apabila belum memuaskan hasilnya dapat dikonsultasikan kepada

Supervisor Ruang USG / Konsultan Jaga.

3. Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh dokter jaga harus dicatat dalam buku arsip

pemeriksaan USG. Apabila dipandang perlu untuk konfirmasi dengan Konsultan

dilakukan keesokan harinya, tanpa dibuat surat permintaan lagi.

4. Peraturan pada point 2 juga berlaku untuk pasien yang dikonsulkan oleh dokter

jaga UGD, pada waktu jam jaga.

5. Pembayaran sesuai aturan yang berlaku, tidak tergantung jumlah foto (batas

maksimal foto dijelaskan di bawah).

6. Pemeriksaan foto USG yang berasal dari spesialis OBSGIN atau doker luar, hasil

pemeriksaan USG harus diketahui oleh konsultan USG. Surat jawaban harus

ditandatangani oleh konsultan.

7. Apabila hasil pemeriksaan USG dipandang perlu untuk mendapatkan konfirmasi

ulang oleh konsultan USG yang lain, dapat dilakukan tanpa dipungut biaya.

Page 4: III M. Yeni (hal.103-152)

II. PERSIAPAN PENDERITA

1. Semua pemeriksaan USG GINEKOLOGI penderita harus tahan kencing,

dengan vesika urinaria penuh. Hal ini diperlukan untuk membuat jendela

pandang yang baik, sehingga gambar yang diambil dapat diidentifikasi dengan

jelas.

- Apabila umur kehamilan lebih dari 12 minggu, syarat vesika urinaria terisi

tidak diharuskan.

- Perhatikan saat pemeriksaan, apabila vesika urinaria terlalu penuh gambar

sasaran dapat berubah bentuk, untuk ini penderita boleh mengurangi isi

vesika urinaria.

2. Pada pemeriksaan USG OBSTETRI, pada umur kehamilan diatas 12 minggu,

tak perlu tahan kencing kecuali pada perdarahan antepartum atau hamil

dengan tumor ginekologi.

3. Pada USG INTERVENSIONAL, dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dan

tujuan yang ada :

- Pada AMNIOSENTESIS, disiapkan jarum pungsi disposibel (sesuai

dengan jarum pungsi lumbal untuk orang dewasa). Tentukan daerah

yang bebas janin, plasenta dan tali pusat untuk melakukan tusuk.

Pada amniosentesis diagnostik, dapat diambil 10 cc cairan

amnion ; 5 cc untuk pemeriksaan patologi anatomi, 5 cc untuk

pemeriksaan genetik.

Pada amniosentesis untuk hidramnion, dengan indikasi adanya

tekanan pada sekat rongga dada yang mempengaruhi pernafasan

(bila faal paru terganggu), maksimum dikeluarkan 500 cc.

Istirahat 2-3 hari, kemudian dilakukan pungsi ulang.

- Pada pungsi ASITES, dapat dikerjakan dengan pemeriksaan USG

sebagai penentu daerah yang bebas tumor, usus, dan lain-alin. Jumlah

cairan yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.

ALAT DAN PEDOMAN PENGGUNAAN

Pesawat USG :

1. Aloka Echo Camera (portable), type SSD 210 Dx II …….. VK

2. Toshiba Sonolayer, type V Sap-38B ………… USG.

Page 5: III M. Yeni (hal.103-152)

3. Aloka Echo Camera, type SSD 500 …………… USG.

4. Aloka Echo Camera, type SSD 680 EX ………. USG.

Pedoman penggunaan :

Pesawat 1 :

Digunakan di VK sebagai pembantu diagnosis awal USG, dengan transducer

linier dan tanpa rekaman foto.

Hasil pemeriksaan harap ditulis dalam catatan medik penderita.

Tidak dikenakan biaya

Bila perlu konfirmasi ulang USG, hari berikutnya diajukan untuk diperiksa oleh

dokter petugas/stase ruang USG untuk mendapatkan rekaman foto.

Apabila hasil pemeriksaan perlu konfirmasi pada konsultan, agar

dikonsultasikan kepada pembantu supervisi terlebih dahulu.

Pesawat 2 :

Digunakan di ruang USG

Sementara ini dengan menggunakan transducer linier (oleh karena transducer

sektor rusak).

Hasil pemeriksaan dapat direkam dengan foto polaroid, maksimal 4 lembar,

deskripsi hasil pemeriksaan ditulis dalam catatan medik penderita atau lembaran

khusus USG.

Dikenakan biaya sesuai aturan yang berlaku.

Apabila hasil pemeriksaan perlu konfirmasi pada konsultan, agar

dikonsultasikan kepada pembantu supervisi terlebih dahulu.

Pesawat 3 :

Digunakan di ruang USG

Sementara ini menggunakan transducer konveks, transducer transvaginal belum

ada.

Hasil pemeriksaan dapat direkam dengan Foto Printer (Aloka Echo Copier type

SSZ 305E), maksimum 4 lembar, deskripsi hasil pemeriksaan ditulis dalam

catatan medik penderita atau lembaran khusus USG.

Dikenakan biaya sesuai aturan yang berlaku.

Page 6: III M. Yeni (hal.103-152)

Apabila hasil pemeriksaan perlu konfirmasi pada konsultan, agar

dikonsultasikan kepada pembnatu supervisi terlebih dahulu.

Pesawat 4 :

Digunakan diruang USG, dengan dibimbing oleh konsultan ruang USG.

Transducer yang tersedia adalah transducer konveks, transducer transvaginal

belum ada.

Hasil pemeriksaan dapat direkam dengan foto polaroid Colour Video Printer

SONY type UP 1850 EPM, maksimum 6 lembar, deskripsi hasil pemeriksaan

ditulis dalam catatan medik penderita atau lembaran khusus USG.

Khusus untuk pemeriksaan doppler/colour doppler harus dibimbing atau

dikerjakan oleh dr. Suharsono, SpOG atau dr. R. Soejo Hadijono, SpOG.

Dikenakan biaya sesuai aturan yang berlaku.

Page 7: III M. Yeni (hal.103-152)

BIOPHYSICAL PROFILE SCORING

(Manning)

Variabel biofisik Nilai : 2 Nilai : 0

Gerak nafasDalam 30 menit sedikitnya ada gerak nafas yang berlangsung selama 30 detik atau lebih

Tidak ada gerak nafas yang lebih dari 30 detik

Gerak janinDalam 30 menit sedikitnya ada 3 gerak janin yang terpisah

Gerak kurang dari 3 kali

Tonus otot

Sedikitnya ada gerak ekstensi disusul oleh fleksi sempurna atau gerak membuka dan menutup tangan

Tidak ada gerak atau ekstensi lambat disusul fleksi partial

NST reaktifDalam 30 menit sedikitnya ada 2 akselerasi selama 15 detik dengan amplitudo 15 bpm

Kurang dari 2 akselerasi atau kurang dari 15 bpm

Cairan amnionSedikitnya terdapat satu pocket dengan ukuran vertikal 1 cm atau lebih

Tidak ada pocket amnion 1 cm atau lebih

Keterangan :

Nilai 10 : janin normal, dengan risiko rendah terjadinya asfiksia

kronik. Pemantauan diulang setiap minggu kecuali pada

diabetes dan posdatism, pemeriksaan diulang 2 kali dalam

1 minggu.

Nilai 8 : Janin normal, dengan risiko rendah terjadinya asfiksia

kronik. Bila tidak ada oligohidramnion, pemeriksaan

diulang seperti diatas. Bila ada oligohidramnion,

dilakukan terminasi kehamilan.

Nilai 6 : Kecurigaan adanya asfiksia kronik. Pemeriksaan ulang

setiap 4-6 jam. Bila ada oligohidramnion, dilakukan

terminasi kehamilan.

Nilai 4 : Kecurigaan adanya asfiksia kronik lebih besar. Pda

kehamilan 36 minggu atau lebih dilkaukan terminasi.

Pada kehamilan kurang dari 36 minggu dengan L/S ratio

kurang dari 2; ulang pemeriksaan dalam 24 jam, bila nilai

menurun → terminasi.

Page 8: III M. Yeni (hal.103-152)

Nilai 0-2 : Kecurigaan kuat adanya asfiksia kronik. Perpanjang

pemeriksaan selama 120 menit, bila nilai tetap atau

menurun, kehamilan diakhiri.

Page 9: III M. Yeni (hal.103-152)

PEMERIKSAAN ANTENATAL

1. Pendahuluan

Pada saat seorang biru muda mengetahui dirinya telah hamil maka banyaks

aran dan pendapat yang diterimanya agar ibu tersebut menjalankan sesautu atau

makan minum tertentu agar janin yang dikandungnya sehat dan dapat lahir dengan

mudah. Neneknya mengatakan ibu tersebut tidak boleh makan makanan yang

mengandung daging kambing dan pedas, karena dapat menyebabkan rasa panas dan

dapat mengalami keguguran. Ibunya menyarankan agar kontrol ke bidan/dokter secara

teratur agar dapat dibetulkan letak anaknya bila diperlukan, pada bulan-bulan terakhir

kehamilannya agar sering jalna kaki pagi agar letaknya “mapan” (benar dan kepala

berada di bawah) sehingga persalinannya mudah dan lancar.

Pada saat bertemu dengan dokter, ibu tersebut disarankan untuk periksa foto panggul

untuk mengetahui keadaan jalan lahirnya, takut kalau sempit dan harus menjalani

operasi pada saat persalinannya nanti.

Berbagai saran dan pendapat tersebut diatas pada hakekatnya adalah berbagai

upaya agar ibu hamil tersebut dapat melahirkan dengan jalan yang terbaik agar ibu

dan janinnya selamat.

Untuk itu marilah kita mempelajari tentang kegunaan pemeriksaan antenatal

yang dijalankan untuk mengetahui kesejahteraan janin yang dikandungnya, sebagai

bagian dari tujuan pemeriksaan antenatal.

2. Tujuan Pemeriksaan Antenatal

Pemeriksaan antenatal merupakan upaya yang harus dijalani oleh ibu hamil

dengan tujuan :

a. Setiap ibu hamil dan menyusui agar dapat memelihara kesehatannya

sebaik mungkin.

b. Setiap ibu hamil dapat melahirkan bayi sehat tanpa gangguan apapun

dengan cara yang terpilih dan kemudian hari dapat merawat bayinya

dengan baik.

c. Menjaring kehamilan risiko tinggi dan mengupayakan pengelolaan

selanjutnya sehingga ibu hamil tidak akan jatuh pada keadaan

penyulit/komplikasi yang berat atau sampai meninggal (kematian ibu).

Page 10: III M. Yeni (hal.103-152)

Dengan melihat tujuan tersebut diatas maka pemeriksaan antenatal yang

berhasil selalu dikaitkan dengan hasil akhir dari kehamilan tersebut apakah ibu tidak

mengalami kesulitan disaat melahirkan bayinya dan bayi yang dilahirkan juga dalam

keadaan sehat dan dapat tumbuh kembang dengan baik.

Pengakhiran kehamilan tidak harus melahirkan secara biasa (pervaginam)

tetapi bila saat pemeriksaan antenatal memang disarankan untuk melahirkan dengan

cara bedah Caesar maka jangan dipaksakan untuk melahirkan pervaginam karena hal

ini akan memberikan hasil akhir yang tidak baik. Disinilah ibu hamil tersebut

disiapkan untuk menghadapi kenyataan kalau dirinya harus melahirkan bayinya

dengan cara operasi sebagai jalan yang terbaik.

3. Pertumbuhan Janin dalam Rahim

Sebelum kita bicarakan tentang pemeriksaan antenatal kita pelajari tentang

pertumbuhan janin di dalam rahim agar kita dapat menjalani pemeriksaan antenatal

yang baik sesuai dengan pertumbuhan janin agar dapat mencapai kesejahteraan janin

sebaik mungkin.

Perjalanan kehamilan dapat dibagi menjadi 3 Trimester yaitu :

- Trimester I : Umur kehamilan 0 – 16 minggu

- Trimester II : Umur kehamilan 16 – 28 minggu

- Trimester III : Umur kehamilan 28 – 40 minggu

Pada dasawarsa terakhir ini sudah jarang disebutkan dengan tegas tentang

pembagian trimester ini karena sesuai dengan perkembangan ilmu kebidanan

dan ilmu-ilmu yang menyangkut reproduksi manusia maka pembagian ini

justru lebih diarahkan pada saat-saat masa kritis pada kehamilan mulai ada.

Pembagian ini dimulai sejak dari pembuahan sampai pada kehamilan tersebut

cukup bulan (lebih dari 37 minggu) untuk kemudian siap dilahirkan, dibagi

menjadi 2 tahap :

- Tahap Embrio : umur kehamilan 0 – 7 minggu

Tahap ini dibagi 2 yaitu :

- Masa pranidasi

- Masa post nidasi

- Tahap fetus / janin : umur kehamilan 8 – 38 minggu.

Page 11: III M. Yeni (hal.103-152)

Pada tahap embrio pranidasi dimulai sejak masa sel telur dikeluarkan

kemudian dibuahi oleh sel spermatozoa menjadi zigot. Pembuahan biasanya terjadi di

dalam saluran tuba (lihat gambar) dan kemudian sambil berkembang dengan cara

pembelahan sel embrio ini bergerak menuju ke rongga rahim, kemudian menempel,

pada dinding rahim bagian dalam (nidasi) untuk melanjutkan perkembangan pada

tahap berikutnya. Perjalanan ini memakan waktu 5 – 7 hari. Ibu hamil pada masa ini

umumnya belum mengalami perubahan fisik maupun psikis.

Pada tahap embrio post nidasi ini merupakan tahap embrio yang sebenarnya

dimana beralngsung setelah nidasi terjaid smapai akhir minggu ke 8 kehamilan. Pada

tahap ini terjadi pertumbuhan yang sangat cepat karena jumlah sel sudah berekbmagn

secara berganda dan jaringan kemudian akan terbentuk menjadi 3 jaringan dsar

pertumbuhan yaitu jaringan ektoderm, jaringan mesoderm dan jaringan endoderm.

Jaringan-jaringan ini kemudian akan tumbuh menjadi organ-organ tubuh janin secara

bertahap dan pada akhir minggu ke 8 dikatakan janin sudah terbentuk.

Tahapan dari minggu ke 3 samapai pada akhir minggu ke 8 merupakan masa

pertumbuhan organ yang sangat penting dan sangat kritis disebut dengan tahap

organogenesis. Selama masa ini maka pengaruh-pengaruh dari luar ibu maupun dari

dalam tubuh ibu sendiri akan sangat menentukan kesempurnaan dari pertumbuhan

janin ini baik secara fisik maupun psikis. Pada sat inilah banyak istilah yang sering

dikaitkan dengan kehamilan misalnya ada istilah nyidam dengan beberapa pesan

khusus dari para orang tua yang mengatakan harus melihat hal yang baik saja, banyak

berdoa, harus mengurangi kegiatan-kegiatan tertentu atau banyak pantangan-

pantangan yang katanya dapat berpengaruh pada janin bila dilanggar. Bila ibu hamil

pada saat tersebut menderita sakit tertentu maka akan mengalami ganggunan

pertumbuhan dan dapat menyebasbkan cacat bawaan yang tampak setelah janin

dilahirkan sering pula disebut adanya pengaruh obat-obat tertentu yang akan

menyebabkan perubahan pada janin, obat-obat tersebut dikenal dengan golongan obat

teratogenik misal Tetrasiklin yang dapat menyebabkan gigi menjadi kecoklatan, obat

Thalidomid yang dapat menyebabkan pertumbuhan anggota gerak yang tidak

sempurna.

Pada tahap fetus / janin merupakan tahap pertumbuhan yang sifatnya

penyermpuranaan dari organ-organ tubuh yang terbentuk sebelumnya.

Page 12: III M. Yeni (hal.103-152)

Pada bulan ke 3 kehamilan ditandai dengan mulainya aktivitas fungsi syaraf

dan otak. Refleks seluruh badan sudah mulai timbul. Kedua ginjal sudah mulai

bersekresi mengeluarkan urin yang diekskresikan ke kandung kemi janin dan

dikeluarkan ke kantong ketuban. Diferensiasi alat genetalia luar telah tampak dan

jenis kelamin bayipun telah dapat dikenali laki-laki atau perempuan. Penentuan jenis

kelamin sendiri sudah terjadi sat terjadinya pembuahan tergantung jenis kromosom

apa yang membuahi sel telur pada saat itu. Mata, hidung, telinga, palatum sudah

menyatu dan mulai berfungsi. Paru-paru, kelenjar tiroid, pankreas dan kandung

empedu sudah mulai bekerja pada akhir bulan ke 3 dan telah berintegrasi dengan

sistim saraf.

Selanjutnya fetus yang panjangnya sudah mencapai 75 mm ini relatif menjadi

lebih tahan terhadap pengaruh obat teratogenik. Pertumbuhan selanjutnya lebih

cenderung ke arah pembesaran janin pada masing-masing organ tubuh sesuai pula

dengan pembentukan plasenta yang hampir sempurna pembentukannya.

Tinggi puncak rahim sekitar 3 jari di atas pertemuan tulang kemaluan kanan

kiri dengan berat badan ibu sudah mulai bertambah sekitar 500 gram per minggu.

Pada akhir minggu ke 16 fetus mempunyai panjang kepala pantat

(CRL=Crown Rump Length) lebih kurang 120 mm dengan berat sekitar 110 gram.

Pertumbuhan dan kehidupan janin sudah lebih banyak dipengaruhi oleh sirkulasi

fetomaternal melalui plasenta. Baik buruknya janin sejak saat itu lebih banyak

dipengaruhi oleh faal plasenta sesuai dengan tugasnyas ebagai penghubung antara ibu

dan janin. Tinggi puncak rahim sudah mencapai pertengahan tulang kemaluan ke

pusat. Ibu mulai merasakan adanya gerakan janin seperti suatu getaran kasar (“kedut”)

yang berlangsung secra cepat dah hilang timbul.

Pada akhir minggu ke 20 janin telah tumbuh lebih besar lagi dan panjang janin

sekitar 200 mm dengan berat badan janin mendekati atau telah mencapai 500 gram.

Kulit janin sudah mulai tampak lanugo dan vernix caseosa. Tinggi puncak rahim

sudah mencapai 3 jari dibawah pusat. Ibu sudah mulai merasakan gerakan janin

dengan jelas.

Pada akhir minggu ke 24 panjang janin mencapai 25 cm dengan berat badan

sekitar 640 gram. Sudah mulai ada lapisan lemak sehingga mulai tampak berisi,

kepala sudah membesar dengan pertumbuhan alis dan bulu mata. Tinggi puncak

Page 13: III M. Yeni (hal.103-152)

rahim sudah disekitar pusat. Gerakan janin dirasakan semakin nyata seperti ada suatu

sentakan / tendangan kaki janin.

Pada akhir minggu ke 28 janin dapat mencapai berat 110 gram walau

dibeberapa tempat masih keliatan keriput, kulit janin sudah banyak dilapisi oleh

vernix caseosa. Pupil mata sudah mulai berfungsi, pada saat ini dikatakan bahwa janin

sudah siap untuk hidup di dunia luar dengan perawatan khusus. Tinggi puncak rahim

sudah mencapai 3 jari diatas pusat. Mulai saat ini tubuh ibu sudah terjadi perubahan

sirkulasi darah yang ada dimana terjadi pengenceran secara bertahap sehingga akan

terjadi penurunan kadar darah (hemoglobin) secara fisiologis. Bila ibu hamil tidak

dipacu untuk memproduksi sel darah merah / hemoglobin dengan mencukupi

kebutuhan gizinya secara umum dan zat besi secara khusus maka terjadi anemia akan

berlanjut dan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan janin dan penyusunan

kekuatan ibu pada saat persalinan nanti.

Pada akhir minggu ke 32 janin akan mencapai panjang 38 cm dengan berat

badan janin sudah mencapai 1800 gram. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya

penambahan berat badan janin di sini berlangsung dengan cepat. Tinggi puncak rahim

sudah mencapai pertengahan pusat ke ujung bawah tulang dada. Gerakan janin

semakin kuat, ibu hamil kadang-kadang merasakan gerakan janin ini seperti mendesak

(“nendang”) ke arah ulu hati / sekat rongga dada.

Pada akhir minggu ke 36 panjang janin sudah sekitar 48 cm dengan berat

badan janin sudah mencapai sekitar 2500 gram. Wajah janin sekarang sudah tidak

keriput lagi. Seluruh organ semestinya sudah berfungsi dengan baik bila bayi ini

kemudian dilahirkan. Tinggi puncak rahim merupakan puncak tertinggi selama

kehamilan yaitu setinggi 3 jari dibwah ujung tulang dada. Perasaan fisik ibu sudah

mencapai tahap yang paling banyak memberikan keluhan antara lain pinggang yang

terasa sakit, banyak mengeluarkan keringat dan sulit mencari posisi tidur yang

nyaman. Kenaikan berat badan ibu mulai berkurang sehingga kenaikan berat badan

per minggu perlu disesuaikan dengan taksiran berat badan janin yang dikandungnya.

Pengaturan diit ibu hamil mungkin sudah diperlukan disini.

Pada akhir kehamilan (sekitar 40 minggu) janin sudah tumbuh sempuran

dengan wajah janin yang cakap dan badan janin sudah penuh berisi. Berat badan janin

sekitar 2700 – 3300 gram. Tinggi fundus uteri justru turun sekit oleh karena adanya

penurunan kepala janin yang akan mulai masuk ke rongga panggul. Ibu sudah tidak

Page 14: III M. Yeni (hal.103-152)

berselera makan karena makan sedikit saja terasanya sudah penuh. Banyak

mengeluarkan keringat dan sekali waktu disertai rasa sakit pada rahim karena

kontraksi atau hit palsu yang sudah sering terjadi.

4. Bagaimana Pemeriksaan Antenatal Dijalankan ?

Seperti apa yang telah disebutkna pada tujuan pemeriksaan antenatal maka

berbagai upaya dijalankan selama antenatal baik oleh petugas posyandu, bidan

maupun dokter umum/spesialis kebidanan. Adapun jadwal pemeriksaan

antenatal disesuaikan dengan pertumbuhan janin dan pertumbuhan janin dan

perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu hamil sebagai berikut :

- Umur kehamilan 0 – 28 minggu : dilakukan setiap bulan

- Umur kehamilan 28 – 36 minggu : dilakukan setiap 2 kali per bulan

- Umur kehamilan 36 minggu keatas dilakukan setiap minggu

Pada kehamilan risiko tinggi dan keadaan patologis jadwal pemeriksaan

hendaknya diperketat sesuai dengan tingkat risiko kehamilan yang ada.

Selanjutnya pada pengelolaan antenatal dilakukan berbagai upaya yang

semestinya dilakukan antara lain :

1. Pemeriksaan ibu hamil meliputi :

- Anamnesis / wawancara lanjut dari keluhan utama

- Pemeriksaan fisik secara umum dan khsusu kebidanan

- Pemeriksaan penunjang : laboratorium, USG, Rontgen.

2. Pemberian imunisasi pada ibu hamil

3. Penyuluhan gizi

4. Antenatal breast care / persiapan ibu menyusui

5. Senam hamil dan pelatihan/simulasi persaliann yang akan dijalani.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal yang dapat menunjang kesejahteraan

dan kesehatan janin selama masih didalam kandungan ibunya adalah upaya 1

dan 2, sedangkan upaya yang ke 3 – 5 lebih cenderung ditujukan pada ibu

dalam rangka menyongsong proses persalinannya nanti. Untuk itu selanjutnya

akan dibicarakan tentang upaya 1,2 dan 3.

Page 15: III M. Yeni (hal.103-152)

4.1. Pemeriksaan Ibu Hamil

4.1.1. Identitas Ibu Hamil

Identitas diperlukan terutama untuk mengetahui status keluarga/perkawinan

berkenaan dengan riwayat sulit hamil atau tidak ? Kehamilan sekarang apakah

merupakan kehamilan yang didapatkan dengan susah payah atau tidak. Bila

memang merupakan kehamilan yang memerlukan perhatian khusus maka

harus terungkap pada saat pemeriksaan antenatal. Status pendidikan terakhir

dan pekerjaan dapat merupakan pertimbangan untuk mengambil keputusan

dalam pengelolaan kehamilan atau persalinannya. Bila kehamilan tersebut

terjadi pada ibu yang berstatus belum menikah maka perlu dipersiapkan

tentang bentuk surat kelahirannya nanti.

Bila saat persalinan terdahulu berjalan lancar dengan tindakan operatif maka

identitas yang benar sangat berarti untuk mencari data Catatan Medik di

Rumah Sakit temapt dilakukan tndakan tersebut. Siapa tahu dari catatan medik

tersebut terungkap kalau ibu ini melahirkan lagi harus dilakukan tindakan

operatif ulang. Hati-hati umur ibu hamil juga berperan penting dalam

menentukan pengelolaan kehamilan maupun persalinannya. Ibu hamil pertama

di atas 35 tahun merupakan suatu peristiwa kehamilan yang memerlukan

penanganan khusus apalagi kalau menikahnya sudah lebih dari 2 tahun baru

hamil sekarang, perlu diperhatikan.

Alamat dan domisili ibu hamil harus dipertimbangkan dalam menentukan

kapan saat yang tepat bagi ibu hamil ini datang ke Rumah Sakit untuk dirawat

menjelang melahirkan. Kalau alamatnya jauh dan memerlukan waktu yang

panjang serta transportasi khusus sedangkan kehamilannya merupakan

kehamilan risiko tinggi maka lebih baik ibu hamil tersebut di rawat beberapa

hari sebelum taksiran tanggla persalinan. Pekerjaan penderita biasanya

dipertimbangkan dalam penentuan Rumah Sakit mana yang telah bekerja sama

dengan instansi tempat pekerjaan ibu hamil/suaminya, diperlukan untuk

kemudahan administrasi.

4.1.2. Anamnesis / Wawancara

Sangat penting terutama untuk mengetahui keluhan apa yang diderita ibu

hamil selama ini. Dapat dikerjakan pada ibu hamil sendiri atau dengan yang

mengantarnya, suami atau orang tua.

Page 16: III M. Yeni (hal.103-152)

- Riwayat penyakit/kehamilan sekarang diperlukan untuk mencari latar

belakang kehamilan sekarang apakah memerlukan pemeriksaan tertentu

untuk mencari penyebab dan pengelolaan selanjutnya.

- Riwayat haid : pencatatan haid sangat penting untuk memperkirakan

tanggal persalinan dan menentukan umur kehamilan.

- Riwayat kehamilan, persalinan terdahulu dengan mencari macam

persalinan terdahulu : normal atau patologis sangat berarti untuk

membantu menentukan cara pengelolaan selanjutnya.

- Riwayat keluarga / penyakit yang diturunkan

- Riwayat penyakit berat / operasi yang pernah diderita. Perhatikan tentang

penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan/persalinan.

- Bila diperlukan tambahan riwayat gizi, tingkat sosial ekonomi / pekerjaan

dan penghasilan keluarga.

- Bila ibu hamil pernah menjalani pemeriksaan antenatal di tempat lain

catatlah ringkasan selama pemeriksaan tersebut, anjuran / pesan apa yang

sudah didapat.

- Catat pola perencanaan keluarga yang akan / telah dijalani perhatikan

tentang motivasi KB untuk menjalankan Norma Keluarga Kecil Bahagia

dan Sejahtera.

Pada setiap ibu hamil memeriksakan ulang kita harus rutin menanyakan

keluhan yang ada sejak kedatangan yang terakhir.

Dari anamnesis/wawancara ini dokter/pemeriksa ibu hamil akan terarah untuk

melakukan pemeriksaan berikutnya sehingga kesimpulan yang diambil dapat

berbobot untuk menentukan tindakan dan tahapan pengelolaan selanjutnya.

4.1.3. Pemeriksaan Fisik

- Catatlah tanggal dan jam pemeriksaan

- Keadaan umum bagaimana ?

Catatlah kesan umum yang menonjol : tinggi badan, berat badan, tekanan

darah, nadi, suhu dan pernafasan.

- Keadaan organ vital (jantung, paru-paru, hati, anggota gerak) diperiksa

adakah kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinannya.

- Pemeriksaan berat badan dan tekanan darah merupakan pemeriksaan rutin

yang harus dikerjakan setiap ibu hamil yang memeriksakan ulang.

Page 17: III M. Yeni (hal.103-152)

Dikatakan ada hubungan yang berarti antara kenaikan berat badan ibu

selama hamil dengan berat badan janin yang akan dilahirkan.

- Pemeriksaan khusus kebidanan

Pemeriksaan akan dilakukan secara sistimatik dari pemeriksaan padnang,

periksa raba, periksa ketuk maupun periksa dengar hendaknya dilakukan

secara cepat dan cermat. Perhatikan tentang bentuk dan arah pembesaran

(membujur/melintang, besar, ketegangan, permukaan dinding perut

mengkilat, venektasi (gambaran pembuluh darah vena yang membesar),

tanda cairan bebas didalam perut disamping kehamilan yang terjadi,

adanya tumor lain selain pembesaran uterus, perlu dicatat karena semua ini

akan berpengaruh pada kehamilan dan persalinan. Khusus pemeriksaan

tentang janinnya selama ini dikerjakan dengan rutin meliputi :

- Besar dan letak janin. Letak dan posisinya apakah sudah sesuai dengan

kehamilan normal.

- Gerak anak. Gerakan anak dikatakan normal bila pada keadaan sadar

ibu hamil masih merasakan gerakan anak minimal sekali dalam 30

menit.

- Pemeriksaan denyut jantung janin. Dapat dilakukan dengan stetoskop

Laenec atau dengan alat fetal phone yang dilakukan bila pada

pemeriksaan dengan stetoskop Laenec tidak jelas terdengar.

Pemeriksaan dengan Laenec mulai terdengar pada usia kehamilan 16

minggu, dengan fetal phone terdengar pada umur kehamilan mulai 12

minggu. Bila dilakukan pemeriksaan ultrasonografi denyut jantung

janin sudah tampak pada umur kehamilan 7 – 8 minggu.

Denyut jantung janin dikatakan normal bila denyutnya teratur dan

jumlah frekwensinya tak boleh kurang dari 100x permenit atau lebih

dari 160 kali per menit.

- Keadaan ano genital. Varices, udem, pengeluaran pervaginam / air

ketuban, pus, buang air besar / buang air kecil dan sebagainya.

Pada kehamilan pertama atau pada kehamilan berikutnya maka ibu hamil

yang belum pernah melahirkan bayi aterm perlu dilakukan pemeriksaan

dalam untuk menentukan ukuran dan bentuk panggul bagian dalam.

Pemeriksaan dalam dilakukan terbaik pada umur kehamilan 36 minggu ke

Page 18: III M. Yeni (hal.103-152)

atas karena pada saat tersebut ibu hamil sudah lebih komunikatif dan

daerah genetalia sudah mulai lembut/lentur sehingga sensasi sakit

berkurang.

Pada prinsipnya pemeriksaan khusus kebidanan harus dilengkapi

sedemikian rupa agar kita dapat melakukan penapisan/screning adanya

kehamilan resiko tinggi guna menyusun sikap/pengelolaan selanjutnya.

4.1.4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang ini dapat dibagi 2 yaitu :

- Pemeriksaan dilakukan secara rutin

- Pemeriksaan yang dilakukan bila ada indikasi

Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan ialah :

- Hb (selanjutnya diulang setiap bulan sekali)

- Golongan darah

- Leukosit

- Kahn / VDRL atau TPHA

- HbSAg dilakukan pada Trimester III

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dengna indikasi tertentu sesuai

dengan keadaan kehamilan / janin pada saat tersebut. Pemeriksaan ini

merupakan penunjang untuk menegakkan diagnosis agar kita dapat

menentukan pengelolaan sebaik mungkin.

Pemeriksaan profil biofisik janin

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada keadaan kehamilan dengan curiga

adanya pertumbuhan janin yang terhambat atau pada kehamilan lewat bulan dan pada

kehamilan dengan penyulit yang diperkirakan akan memerlukan tindakan pengakhiran

kehamilan.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain yang kita kenal

dengan penilaian Manning yang dilakukan dengan melakukan pemeriksaan :

- Ultrasonografi untuk mencari :

Gerakan nafas janin, tonus dan reflek oto janin, keadaan gerakan janin dan

keadaan volume air ketuban.

- Kardiotokografi untuk mencari :

Page 19: III M. Yeni (hal.103-152)

Keadaan janin pada saat tersebut apakah masih dapat bertahan dengan

pacuan tertentu atau harus segera diakhiri kehamilannya karena

kemungkinan akan terjadi kematian bila tidak segera dilahirkan.

Pemeriksaan ini memang merupakan pemeriksaan khusus yang sifatnya

spesialistik guna mendapatkan penilaian ada tidaknya asfiksia janin intrauterin

sehingga dapat ditentukan sikap selanjutnya apakah harus diakhiri dengan cara

operatif atau induksi persalinan atau dapat ditunda sampai jangka waktu tertentu agar

mendapatkan keluaran yang baik.

Secara tidak langung dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi dapat

berguna untuk :

- Penentu jumlah, posisi dan letak janin

- Penentuan letak dan struktur plasenta

- Penentuan letak tali pusat

- Penentuan morfometri janin (ukuran dan bentuk kepala, tulang paha,

lingkar perut dan lain-lain).

- Penentuan kelainan struktur dan fungsional janin.

Dengan demikian maka kesehatan dan kesejahteraan janin akan lebih jelas

penilaiannya sehingga lebih mudah pula pengambilan keputusan dalam pengelolaan

kehamilan dalam kaitannya dengan pemeriksaan antenatal.

4.2. Pemberian Imunisasi

Imunisasi yang diberikan di poliklinik antenatal ialah :

- Vaksin Serap Tetanus (VST) = Tetanus toxioid dengan tujuan agar ibu dan

janin yang dilahirkan terhindar dari penyakit tetanus.

Aturan pemberiannya adalah :

Imunisasi dasar

Imunisasi ulang (booster)

Setiap ibu hamil harus sudah pernah mendapatkan imunisasi TT dasar

yang dilaksanakan dengan cara suntikan 0,5 cc VST secara im / sc yang

dilakukan 2 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu.

Imunisasi dasar ini dapat dilakukan pada saat :

- Sebelum menikah

- Saat kehamilan mulai hamil 3/8 bulan

Page 20: III M. Yeni (hal.103-152)

- Suntikan terakhir sebaiknya tidak melebihi 2 minggu sebelum taksiran

persalinan.

- Bila saat belum menikah ibu hamil baru mendapat imunisasi TT 1 kali

saja maka pada saat memeriksakan kehamilan harus diberikan

imunisasi TT ke 2.

Imunisasi booster

- Diberikan 0,5 cc im/sc sekali saja diberikan kepada ibu hamil yang

menjalanin pemeriksaan antenatal pada kehamilan ini dan pernah

mendapatkan imunisasi dasar.

4.3. Penyuluhan Gizi

Penyuluhan gizi dilakukan sejak ibu hamil tersebut mulai hamil karena ibu

hamil harus diperhatikan tentang kebutuhan gizinya terutama mengenai

jumlah kalori dan protein yang berguna untuk kebutuhan pertumbuhan janin

dan kebutuhan ibu utnuk membangun perkembangan pembesaran rahim,

payudara, plasenta dan kebutuhan kenaikan metabolisme tubuh pada ibu

hamil.

Kekurangan nutrisi dapat berakibat abortus, anemia, persalinan prematur,

pertumbuhan janin yang terhambat, gangguan pada masa persalinan dan

sebagainya. Sebaliknya bila makanan sehari-hari berlebihan dapat berakibat

ibu hamil tersebut gemuk, preeklamsia atau janin yang terlalu besar.

Sebenarnya yang penting diperhatikan adalah :

- Cara mengatur menu yang seimbang

- Cara pengolahan menu makanan

Walaupun kualitas bahan makanan mentah yang tersedia cukup baik tetapi

terjadi kesalahan pada cara pengolahan makanan tersebut dap[at

meneybabkan nilai gizinya kurang baik.

Pada saat pelaksanaan pemeriksaan antenatal maka salah satu unsur penilaian

kesejahteraan janin dengan melihat kenaikan berat badan ibu dan kenaikan besar

rahim (tinggi puncak rahim). Ada hbuungan antara kenaikan berat badan ibu yang

berlebihan maupun kenaikan tinggi puncak rahim dengan berat badan bayi yang

berlebihan atau bayi dengan berat badan lahir rendah.

Kebutuhan makanan sehari-hari pada ibu hamil dapat dilihat pada tabel.

Page 21: III M. Yeni (hal.103-152)

Tabel kebutuhan makanan sehari ibu tidak hamil, ibu hamil dan menyusui

Kalori dan zat makanan Tidak hamil Hamil Menyusui KaloriProteinKalsium (Ca)Zat besi (Fe)Vitamin AVitamin DThiaminRibiflavinNiacinVitamin C

200055 gr0,5 gr12 gr

5000 IU400 IU0,8 mg1,2 mg13 mg60 mg

230065 gr1 gr17 gr

6000 IU600 IU1 mg

1,3 mg15 mg19 mg

300080 gr1 gr17 gr

7000 IU800 IU1,2 mg1,5 mg18 mg90 mg

Penutup

Telah dibicarakan tentang pertumbuhan janin selama kehamilan dan peranan

pemeriksaan antenatal yang dapat mempengaruhi kesejahteraan janin. Dengan

mengenali adanya gangguan dalam pertumbuhan janin selama kehamilan dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya maka kita dapat melakukan perlakukan tertentu untuk

mengatasi gangguan kesejahteraan tersebut.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian ialah :

1. Keterbukaan antara ibu hamil dan pelaku pemeriksaan antenatal dapat membantu

dalam menegakkan problematik kesejahteraan janin / kesehatan janin.

2. Perlu melakukan pemeriksaan yang teratur pada ibu hamil sesuai dengan jadwal

yang ada untuk deteksi dini bila ada risiko kehamilan.

3. Bila terjadi kelainan pada kesejahteraan janin selama masih dalam di dalam rahim

perlu mendapatkan arahan dari segala aspek termasuk gizi, imunisasi dan

pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil.

Page 22: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN

PERSALINAN AMAN

PERSALINAN KALA I : KALA PEMBUKAAN

o Kala pembukaan : yaitu sejak mulai persalinan sampai pembukaan sempurna.

o Saat mulainya persalinan ditandai dengan :

Timbulnya his yaitu kontraksi uterus yang teratur dengan disertai rasa sakit

yang dijalarkan dari pinggang ke arah simfisis dan berhasil membuka mulut

rahim.

Terjadi pembukaan mulut rahim yang ada primipara mulai 1,8 cm dan pada

multipara 2,2 cm

o Kala pembukaan terdiri dari 2 fase :

Fase laten / lambat : yaitu sejak mulainya persalinan sampai pembukaan 3 cm,

berlangsung tak lebih dari 8 jam.

Fase aktif / cepat : dimulai setelah pembukaan lebih 3 cm sampai pembukaan

lengkap, berlangsung pembukaan ± 1 cm per jam.

o Saat pembukaan lengkap ditandai dengan :

Pembukaan lengkap (10 cm), tak teraba mulut rahim

Rasa ingin mengejan yang sangat

Perineum menonjol pada saat His, vulva dan anus membuka

o Lama kala I pada primigravida rata-rata 13,5 jam dan pada multigravida 7,5 jam.

KALA II : KALA PENGELUARAN

o Kala pengeluaran dimulai sejak pembukaan lengkap sampai anak lahir

o Lama persalinan kala II pada primigravida ± 2,5 jam dan pada multigravida ± 1

jam.

KALA III : KALA URI

o Kala uri dimulai sejak lahir sampai uri lahir

o Tanda-tanda uri lahir :

Page 23: III M. Yeni (hal.103-152)

Bentuk uterus berubah karena terjadinya kontraksi, tali pusat memanjang,

sedikit mengeluarkan darah pervaginam.

Dilakukan Perasat Kustner yaitu dengan tangan kanan meregangkan tali pusat,

tangan kiri menekan perut diatas simfisis. Bila ternyata tali pusat makin

kendor berarti plasenta telah lepas dan berada di segmen bawah rahim (SBR).

Dilakukan Perasat Strassman yaitu tali pusat ditegangkan, fundus uteri

dirangsang untuk berkontraksi kemudian dilakukan ketukan pada fundusnya,

bila ketukan tidak diteruskan ke tali pusat berarti plasenta telah lepas.

KALA IV : PENGAWASAN

o Kala pengawasan dimulai sejak uri lahir sampai 2 jam berikutnya

o Kala ini untuk pengawasan jika ada penyulit yang segera timbul, sehingga dapat

cepat diatasi.

PROGNOSIS PERSALINAN

Sebelum menolong persalinan harus dapat menentukan prognosis (ramalan/prakiraan)

persalinan ditentukan 3P yaitu Passage (keadaan jalan lahir), Power (kekuatan ibu),

dan Passenger (penumpang yaitu anak), disamping 2 P lain yaitu, siapa Penolong

persalinan dan sampai dimana kelengkapan Peralatan yang ada.

Passage : merupakan keadaan jalan lahir ibu yang terdiri tulang dan jaringan lunak.

Harus dinilai apakah bentuk tulang panggul memenuhi syarat dan cukup luas untuk

dapat dilewati janin. Apakah tidak ada tumor yang dapat menghambat lewatnya janin.

Power : kekuatan ibu berupa his apakah mampu membuka mulut rahim dan

menurunkan bagian bawah anak, serta pengejanan dapat mengeluarkan janin dari

persalinan yang dapat menyebabkan kelelahan dan infeksi.

Passenger : dinilai usia, besar dan letak dan jumlah janin. Janin bisa kurang, cukup

atau lewat bulan. Janin bisa terlalu kecil, cukup atau terlalu besar untuk dilahirkan.

Janin dapat letak kepala, sungsang atau lintang. Janin bisa satu atau ganda yaitu

gemeli. Besar janin dibandingkan dengan bentuk dan luas panggul Disproporsi Kepala

Panggul (DKP) adalah ketidak sesuaian besar kepala dan luas panggul, dapat terjadi

bila kepala besar (hidrosefalus) dengan panggul normal, atau kepala normal tetapi

panggul yang sempit. Disproporsi janin panggul adalah ketidaksesuaian besar janin

Page 24: III M. Yeni (hal.103-152)

dengan luas panggul misal anak besar pada letak sungsang dengan panggul ibu

normal.

PENGAWASAN PERSALINAN

Selama pelayanan persalinan perlu dilakukan pengawasan 10 hal :

1. Keadaan umum

Meliputi kesadaran, kesakitan, kelelahan, kejang-kejang, tanda syok, sesak nafas.

2. Tekanan Darah

Kenaikan tekanan darah pada hipertensi, preeklamsia, eklamsia kesakitan karena

ancaman ruptura uteri. Penurunan Tekanan Darah terjadi pada hipotensi, syok

karena ruptura uteri, perdarahan.

3. Nadi :

Nadi cepat pada ancaman ruptura uteri, infeksi atau adanya kelainan irama

jantung. Nadi turun pada keadaan syok.

4. Suhu :

Kenaikan suhu merupakan tanda infeksi sistemik, maupun infeksi intra uteri pada

ketuban yang pecah dini. Penurunan suhu tanda adanya syok.

5. Pernafasan :

Kelainan pada pernafasan terjadi pada kelainan metabolisme paru-paru, asidosis,

asma, infeksi paru, emboli air ketuban, kelainan jantung.

6. His :

His baik (adekuat) bila :

o Interval teratur dan makin sering sesuai dengan pembukaan mulut rahim

o Lama his : makin lama makin kuat

o Kekuatan : keras apabila konsistensi uterus seperti papan saat his

o Relaksasi cukup : menjamin aliran darah yang cukup ke uterus, plasenta

dan janin.

o Simetri : his dimulai dari fundus dan merata ke seluruh rahim.

His yang terus menerus tanpa adanya relaksasi disebut tetani uteri misal pada

pemberian Oksitosin.

His yang lemah atau mengalami kemunduran disebut inertia uteri misal pada ibu

anemia, kelelahan, persalinan lama.

7. Denyut Jantung Janin (DJJ) :

Page 25: III M. Yeni (hal.103-152)

Penilaian 3 kali tiap 5 detik dengna selang waktu 5 detik

DJJ kurang dari 100 kali atau lebih 160 kali per menit merupakan tanda-tanda

gawat janin (Fetal Distress).

8. Pengeluaran Pervaginaan (PPV):

Pengeluaran berupada darah, lendir darah (Show), air ketuban, bagian janin

berupa tangan, kaki, tali pusat atau mekonium.

Pengeluaran lendir darah tanda telah terjadi inpartu.

Pengeluaran darah pada plasenta previa (perdarahan saat his).

Solusio plasenta (disertai rahim yang tegang, atau varises yang pecah.

Pengeluaran air ketuban sebelum persalinan (ketuban pecah dini), saat

permulaan persalinan (ketuban pecah awal) dn pada akhir persalinan.

Pengeluaran tali pusat (tali pusat menumbung), tangan dab kaki menumbung

perlu tindakan dan pengawasan segera untuk keselamatan janin.

Pengeluaran mekonium bersama air ketuban tanda adanya gawat janin pada

letak kepala dan letak sungsang yang masih tinggi. Pada letak sungsang yang

telah mengalami penurunan karena adanya penekanan pada perut bukan

merupaan tanda gawat janin.

9. Tanda Cincin Rektrasi Patologik (Cincin Bandl) :

Cincin retraksi adalah batas antara segmen bawah rahim dengan badan rahim

Cincin retraksi yang fisiologik terletak dibawah pertengahan simfisis tulang

pubis dengan pusat.

Cincin retraksi yang patologik terletak diatas pertengahan simfisis tulang

publis dan pusat, makinlama makin tinggi, disertai neyeri tekan, tegang

dinding rahim makin tipis, ligamentum latum makin tegang, nadi meningkat

120 kali per menit, merupakan tanda – tanda ancaman ruptura uteri.

10. Tanda – tanda Persalinan Kala II :

Tanda kala II adalah ibu ingin mengejan, perineum menonjol vulva – anus

membuka.

Dengan memperhatikan secara cermat setiap perubahan selama pengawasan 10 hl saat

persalinan, dapat dibuat suatu diagnosis yang merupakan dasar dari tindakan / sikap

selanjutnya sesuai indikasi, syarat dan indikasi kontra untuk setiap tindakan.

Diagnosis baku untuk setiap persalinan adalah :

Page 26: III M. Yeni (hal.103-152)

Dx/ Gravida …, Para …, Abortus…, Umur ibu …, hamil…,

Jumlah anak … hidup/mati, Intra / Ekstra uterin,

Letak anak : kepala/sungsang/lintang, belum/sudah inpartu kala…

Kelainan yang ditemukan …………………………………………

PENENTUAN SIKAP / TINDAKAN DALAM PERSALINAN

Sikap/tindakan dalam persalinan harus ditentukan sebaik mungkin untuk

mendapatkan hasil persalinan (“Out Come”) yang optimal bagi ibu, bayi dan

penolong.

Hanya ada 4 sikap dasar dalam pelayanan persalinan yaitu :

Sikap menunggu/pengawasan sampai pembukaan lengkap

Periksa dalam

Pimpin mengejan dan

Akhiri persalinan sesuai keadaan saat terakhir

SIKAP MENUNGGU / PENGAWASAN

Sikap menunggu sampai pembukaan lengkap didasarkan atas :

1. Lamanya kala I terjadi yaitu sejak mulainya inpartu ; saat timbulnya his sampai

saat penderita datang. Lama menunggu ditentukan sampai kala II diperkirakan

terjadi (primigravida ± 13 ½ jam dan multigravida ± 7 ½ jam).

2. Pembukaan mulut rahim yang diketahui dengan pemeriksaan dalam. Lamanya

menunggu dapat dipakai kurva pembukaan berdasarkan Friedman sebagai

berikut :

Pembukaan RahimLama menunggu sampai kala II

PRIMIPARA MULTIPARA

1 cm2 cm3 cm4 cm5 cm6 cm7 cm8 cm9 cm

9 ½ jam6 ½ jam4 jam3 ½ jam3 jam2 ½ jam2 jam1 ½ jam1 jam

5 jam1 ½ jam1 ½ jam1 ¼ jam1 jam1 jam¾ jam½ jam¼ jam

Page 27: III M. Yeni (hal.103-152)

Selama menunggu tetap dilakukan pengawasan 10 hal, bila terjadi perubahan tentukan

diagnosis untuk perubahan sikap. Evaluasi kemajuan pembukaan dilakukan setiap 4

jam. Bila kemajuan sesuai his maka menunggu dilanjutkan sampai pembukaan

lengkap.

Bila kemajuan lambat dinilai keadaa his. Bila ditemukan his yang jelek dapat

dilakukan perbaikan keadaan umum, menggosongkan kandung kencing, huknah,

pemecahan kulit ketuban atau dengan pemberian uterotonika dengan pengawasan

yang ketat.

Kemajuan yang lambat dengan his yang kuat perlu diperhatikan kemungkinan

disproporsi kepala panggul atau kelainan letak anak.

PEMERIKSAAN DALAM

Pemeriksaan dalam (Vaginal Toucher = VT) pada saat ibu hamil datang ke rumah

sakit, dilakukan dengan indikasi :

1. Pemeriksaan dari luar tidak jelas

2. Riwayat obstetri jelek

3. Mencari penyebab kelainan letak

4. Mengetahui bentuk dan ukuran panggul dalam pada primigravida dan multipara

yang belum pernah melahirkan pervaginam

5. Persalinan tak berlangsung seperti yang diharapkan

6. Akan melakukan tindakan obstetri : pemecahan kulit ketuban, mengakhiri

persalinan, pemberian drip oksitosin.

7. Kulit ketuban pecah kepala belum masuk pintu atas panggul.

Indikasi kontra untuk pemeriksaan dalam :

Perdarahan ante partum karena Plasenta Previa

Pemeriksaan dalam untuk menentukan :

1. Apakah ada kelainan vagina

2. Pembukaan serviks

Page 28: III M. Yeni (hal.103-152)

3. Bagian bawah anak

4. Seberapa jauh turunnya bagian bawah anak

5. Ketuban masih utuh/tidak

6. Keadaan panggul

Cara pemeriksaan dalam :

1. Tangan penolong dalam keadaan steril dan memakai sarung tangan steril

2. Dua jari tangan kiri membuka labia, vulva dibersihkan dengan kapas lysol

3. Masukkan jari tengah disusul dengan jari telunjuk, ke dalam saluran vagina,

perhatikan keadaan vagina, konsistensi portio.

4. Ukur pembukaan dengan meregangkan jari yang ada di dalam portio.

5. Deteksi gelembung ketuban, turunnya kepala/bagian bawah anak, letak UUK dan

sutura sagitalis

6. Bila yakin bahwa pembukaan lengkap, lakukan pemecahan ketuban dengan

menggunakan ½ kocher yang dilindungi 2 jari.

PIMPIN MENGEJAN

Dilakukan bila pembukaan sudah lengkap

Ditentukan berapa lama akan dipimpin mengejan dan kapan saat-saat dilakukan

evaluasi.

Selama memimpin mengejan tetap dilakukan pengawasan 9 hal.

AKHIRI PERSALINAN

Sikap ini merupakan penentuan untuk mendapatkan hasil persalinan sebaik

mungkin bagi ibu dan anak.

Pengakhiran persalinan dapat dilakukan pada Kala I maupun kala II dengan

indikasi yang tepat yaitu indikasi ibu, anak maupun waktu.

Indikasi Anak :

Gawat janin

Tali pusat menumbung

Kelainan letak : letak dahi, letak muka dagu belakang, letak lintang kasep, letak

sungsang dan lintang dengan kulit ketuban pecah lebih 1 jam.

Page 29: III M. Yeni (hal.103-152)

Indikasi Waktu :

Partus tak maju : tidak ada kemajuan pada kala I, karena serviks yang kaku (Portio

rigid).

Persalinan macet : tidak ada kemajuan pada kala II, karena :

1. Indikasi Pinnard : bila kepala sudah 2 jam didasar panggul anak belum lahir

2. Sutura sagitalis melintang (Deep Transvere Arrest/Transvere Arest) setelah

dipimpin 1 jam tidak berubah.

Persalinan lama; persalinan lebihd ari 24 jam

Solusio plasenta : lebih 6 jam anak belum lahir

Indikasi Ibu :

- Ancaman robekan rahim

- Panggul sempit mutlak

- Disproporsi kepala panggul/disproporsi panggul anak

- Plasenta previa totalis

- Oedema portio / oedema vulva

- Infeksi intra uterin

Cara memotong tali pusat :

1. Jepitkan klem 15 cm dari perut bayi

2. Urutkan tali pusat dari klem I ke arah plasenta dan pasang klem II, oleskan

povidon sampai pangkal tali pusat.

3. Potong tali pusat diantara 2 klem, lindungi ujung gunting dengan tangan kiri agar

tidak melukai bayi

4. Ikat tali pusat dibungkus dengan kasa steril sambil klem I dilepas.

5. Bungkus dengan kasa steril

6. Dekapkan bayi ke ibu untuk kontak dini dan agar mulai menetek.

Pasang identitas pada bayi, bayi ditimbang, diukur, diberi obat tetes mata, perhatikan

adakah kelainan pada bayi dan ambil suhu rektal sambil memastikan adanya lubang

anus.

KETENTUAN PERTOLONGAN PERSALINAN

Persalinan Kala I (Pembukaan) :

Menunggu sesuai kurva Friedman

Evaluasi kemajuan pembukaan setiap 4 jam dengan partograf

Page 30: III M. Yeni (hal.103-152)

Menyiapkan alat-alat untuk ibu dan anak dan penolong persalinan

Kosongkan kandung kencing dan rektum

Pengawasan persalinan 10 hal tiap 15 menit

Persalinan Kala II (Pengeluaran) :

Memimpin mengejan saat ada his

Pengawasan persalinan 9 hal tiap 5 menit

Melakukan episiotomi pada primipara / perineum kaku

Cara memimpin mengejan :

1. Ibu diminta mengatupkan mulut, menekukkan dagu ke dada sambil kedua

tangan dimasukkan ke dalam lipatan paha yang ditekuk dan mengejan seperti

B.A.B.

2. Istirahat diluar his dan bernafas panjang

3. Pimpin mengejan lagi sampai suboksiput dibawah simfisis (letak belakang

kepala). Menahan perineum dengan tangan kanan (“stinnen”) dan membantu

fleksi kepala anak sampai suboksiput di bawah simfisis dengan tangan kiri.

4. Lakukan perasat Ritchen dengan cara : ibu diminta bernafas panjang, ekstensi

kepala perlahan-lahan dengan suboksiput sebagai hiponoklion, tangan kiri

menahan belakang kepala untuk mengatur kecepatan defleksi, tangan kanan

mencari dagu melewati perineum sampai kepala lahir seluruhnya.

Lakukan pengusapan muka, mata, hidung dan mulut, pegang kepala secara

biparietal.

Melahirkan kepala dengan memegang kepala anak yang dihadapkan sesuai arah

bagian kecil-kecil anak. Tangan kiri diatas dan tangan kanan dibawah, lakukan

tarikan kepala anak ke arah bawah sampai bahu depan lahir, lalu ke atas sampai

bahu belakang lahir. Kait kedua ketiak, lahirkan seluruh tubuh sesuai dengan

lengkung jalan lahir. Tarikan selanjutnya sejajar sampai semua badan anak lahir.

Nilai APGAR pada menit pertama dan menit kelima

Cuci tangan kemudian isap lendir melalui mulut dan hidung sampai bayi menangis

keras.

Persalinan kala III (uri) :

Page 31: III M. Yeni (hal.103-152)

Dilakukan manajemen aktif kala III dengan memberikan suntikan oksitosin 10

unit intravena segera setelah anak lahir.

Lakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat segera

Kosongkan kandung kencing dengan kateter

Pastikan bahwa kontraksi uterus baik, pastikan bahwa plasenta telah lepas,

kemudian dilahirkan plasenta dengan tarikan ringan dengan menahan uterus pada

bagian bawah.

Bila belum berhasil, lakukan Manouver Andrew dengan tangan kananmemegang

tali pusat dan tangan lain memegang uterus bagian bawah dariluar kemudian

melakukan tekanan pada uterus ke arah ibu. Tarik tali plasenta dengan mantap.

Periksa Plasenta :

Apakah kotiledon lengkap tak ada yang tertinggal

Selaput ketuban lengkap/tidak

Insertio tali pusat (sentral, lateral, marginal)

Ukur diameter plasenta dan panjangnya tali pusat

Periksa jalan lahir mulai dari perineum, vagina bila perlu sampai portio. Lakukan

jahitan bila ada robekan.

Cara menjahit robekan jalan lahir :

1. Beri penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan dan rasa nyeri yang

diakibatkan.

2. Dekatkan alat-alat untuk menjahit

3. Bersihkan tempat tidur di daerah bokong dan ganti steeklakken lalu ganjal

bokong dengan bengkok.

4. Ganti sarung tangan, bersihkan vulva dan sekitarnya dengan kapas dan

desinfektan dari atas ke bawah.

5. Ibu nasehatkan agar menarik nafas panjang dan melemaskan badannya untuk

mengurangi rasa sakit.

6. Untuk memudahkan pekerjaan dan menghindarkan terjahitnya bagian rektum

maka ibu diminta jangan mengangkat bokong.

Periksa robekan : apakah tingkat I, II atau III, pasang bola kaca (JEGUL).

Lakukan penjahitan secara hati-hati dari bagian dalam mulai dari selaput lendir,

otot lapis demi lapis dan kulit. Lakukan jahitan mulai dari ujung paling atas

robekan. Untuk menjahit otot gunakan jarum otot (bulat) dan untuk menjahit kulit

Page 32: III M. Yeni (hal.103-152)

gunkana jarum kulit (segitiga). Untuk menjahit bagian dalam dan luar dapat

digunakan catgut (kromik / plain 0.0). Apabila lukanya tidak dalam bisa dilakukan

jahitan sekaligus. Keluarkan jegul, periksa ulang jahitan untuk meyakinkan

dinding rektum tidak terjahit dengan jalan memasukkan jari kelingking ke dalam

rektum. Beri povidon iodine selesai jahitan, tempel kasa yang dibasahi povidon.

Persalinan Kala IV (Pengawasan)

Awasi 2 jam setelah persalinan mengenai KU, tekanan darah, nadi, kontraksi

uterus dan adanya perdarahan pervaginam.

Beri antibiotika dan uterotonika peroral bila perlu

Bila keadaan baik pindahkan ke bangsal

Mandikan bayi baru lahir kalau suhu bdan sudah stabil, dengan tujuan :

Membersihkan bayi

Memberi kenyamanan

Merangsnag peredaran darah

Mengamati kemungkinan kelainan : atresia ani dan lain-lain.

Page 33: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN PERAWATAN NIFAS

Masa nifas dimulai sejak selesainya persalinan sampai dengan 6 minggu :

Nifas dibagi menjadi :

1. Fisiologis

2. Patologis, terdiri :

a. Infeksi nifas

b. Perdarahan pasca persalinan

c. Preeklamsia – Eklampsia nifas

d. Penyakit atau komplikasi lain

NIFAS FISIOLOGIS

- Involusi adalah pulihnya kembali alat genitalia interna dan eksterna

- Timbulnya masa laktasi oleh pengaruh hormon laktogen dari hipofisis.

Perawatan dan pengawasan masa nifas :

1. Pemeriksaan : keadaan umum, tensi, nadi, suhu, kesadaran

2. Involusi uterus

Hari Tinggi fundus uteri Lokhea12510

2 jari dibawah pusat3 jari dibawah pusatantara pusat – simfisistidak teraba

RubraSanguinolentaSerosaLendir

3. Jumlah perdarahan, waspada terhadap terjadinya perdarahan pasca persalinan awal

maupun perdarahan yang terlambat.

4. Perawatan luka episiotomi maupun robekan perineum dengan :

a. Perawatan luka secara baik, mencegah infeksi

b. Pemakaian antibiotika Penisilin Streptomisin 10 ½, atau Ampisilin oral 3 x

500 mg

c. Antiseptik lokal berupa serbuk sulfa atau povidon salep

d. Robekan perineum derajad III/Total

- Jahit lapis demi lapis

- Pasang kateter menetap

- Diberikan TOC 3 x 15 gtt

Page 34: III M. Yeni (hal.103-152)

- Antibiotika

- Antiseptik lokal

5. Pemeriksaan tanda plebitis berupa nyeri tungkai bawah dan warna kepucatan

6. Laktasi

a. Perawatan payudara dan putting susu

b. Penyusuan dini yang benar

c. Keluarnya ASI biasanya pada hari ke 3 – 4

d. Bila bayi meninggal, maka perlu menghentikan SI dengan preparat estrogen

injeksi (Stilbestrol) selama 3 hari atau oral bromokriptin 3 x 1 selama 10 hari.

7. Fungsi pembuangan kencing dan air besar

a. Buang air kecil harus lancar

b. Buang air besar biasanya terjadi spontan setelah hari ke-3, bila belum berhasil

buang air besar, bisa diberikan klisma rendah.

c. Pada partus lama perlu mengistirahatkan kandung kemih dengan pemasangan

kateter menetap, untuk mencegah terjadinya fistula.

8. Mobilisasi

a. Istirahat selama 6 jam

b. Prinsip ambulatoar awal (“early ambulatoir”) setelah 6 jam penderita

diperbolehkan melakukan mobilisasi, mula-mula duduk dulu, setelah baik bisa

dilanjutkan dengan jalan.

9. Pemantauan hemokonsentrasi

Setelah persalinan cairan akan kembali masuk sirkulasi intravaskuler, sehingga

terjadi penambahan volume cairan. Keadaan ini akan menambah beban jantung,

sehingga perlu diperhatikan adanya tanda payah jantung.

10. Diet

a. Diet tinggi kalori tinggi protein

b. Buah dan sayur yang cukup selulose

11. Pulang dan nasehat

a. Nasehat pemakaian cara KB sesuai dengan kebutuhan/nasional dengan

memberikan konseling, dengan pelaksanaan sedini mungkin.

b. Penderita bisa dipulangkan setelah hari ke 4-5 dengan memeriksa jahitan

terlebih dahulu. Bila jahitan kulit memakai benang yang tidak diabsorbsi harus

diambil lebih dulu.

Page 35: III M. Yeni (hal.103-152)

c. Nasehat periksa lanjutkan kepada bidan, dokter atau puskesmas terdekat untuk

pemeriksaan jahitan, payudara, bayi serta vaksinasi.

NIFAS PATOLOGIS

1. Infeksi Nifas :

Infeksi nifas adalah semua kejadian peradangan yang disebabkan masuknya

kuman ke dalam alat genitalia selama masa nifas, ditandai dengan kenaikan suhu

38o C selama 2 hari atau lebih pada 10 hari pertama.

Penyebab infeksi antara lain :

- Streptokokus hemolitikus

- Streptokokus aureus

- Esersia koli

- Klostridium welchii

Faktor Prediposisi

- Daya tahan tubuh yang turun

- Partus lama

- Ketuban pecah dini

- Tindakan bedah vagina

- Sisa plasenta, sisa kulit ketuban, bekuan darah

a. Vulvitis

- Infeksi pada daerah vulva/perineum terutama bekas episiotomi

- Memerlukan perawatan luka secara teliti dengan pembasuhan dengan antiseptik

serta pemberian antibiotika (penisilin : streptomisin 10 ½) atau yang sesuai, serta

antiseptik topikal (sulfa tabur, povidon salep).

- Bila timbul nanah yang cukup banyak, jahitan sebaiknya dibuka untuk irigasi

kemudian dijahit ulang bila luka sudah bersih. Sekret vagina, apabila hasil kultur

belum ada bisa diberikan : ampisilin, garamisin, dan metronidazol.

b. Vaginitis

- Biasanya merupakan perluasan dari episiotomi

- Cara pengelolaan sama dengan vulvitis

c. Servisitis

- Sering tidak menimbulkan gejala

Page 36: III M. Yeni (hal.103-152)

- Infeksi ini bisa meluas ke parametrium

- Pengelolaan sama dengan vulvitis, vaginitis

d. Endometritis

- Merupakan infeksi yang paling sering

- Infeksi biasanya masuk melalui bekas insersi plasenta

- Tanda berupa adanya subinvolusi, nyeri tekan, lokhea berbau

- Pengelolaan pemberian antibiotika yang memadai dan memberikan utero tonika

selama 2-3 hari, perawatan kebersihan vulva dan vagina.

- Bila endometritis sebagai sumber infeksi dipertimbangkan untuk histerektomi.

e. Pelvioperitonitis

- Merupakan perluasan infeksi melalui hematogen atau limfogen ke dalam rongga

pelvis.

- Pemberian antibiotika yang memadai serta posisi fowler.

f. Peritonitis

- Merupakan perluasan infeksi seperti halnya pada pelvioperitonitis

- Gejala klinis kecuali panas, didapat adanya tanda peritonitis berupa nyeri tekan

pada seluruh abdomen, ketegangan otot perut (“defance musculair”), melemah

atau sampai hilangnya peristalik usus.

- Perlu perawatan yang khusus, infus terpasang dan posisi fowler

- Antibiotika yang sesuai dengan hasil kultur-sensitivitas, atau sebelum ada hasil

bisa diberikan ampisilin – garamisin – metromidazol.

g. Septikemia

- Merupakan infeksi yang berat

- Penderita dalam keadaan lemah dan panas tinggi, kadang menggigil

- Dirawat di ruang sepsis dan terpasang infus secara baik

- Memerlukan pengelolaan khusus, dengan pemberian antibiotika yang memadai,

disesuaikan dengan hasil kultur darah maupun sekret vagina.

2. Perdarahan Masa Nifas

a. Perdarahan awal (“Early postpartum haemorrhage”)

Penyebab :

- Perlukaan jalan lahir yang tidak terjahit secara baik

Page 37: III M. Yeni (hal.103-152)

- Kontraksi uterus yang kurang baik sampai atonia uteri perlu pemberian

uterotonika yang memadai.

- Sisa plasenta atau kulit ketuban ;

Bila perdarahan banyak, harus segera dilakukan kuretase.

Bila perdarahan sedikit, bisa ditunggu 3 – 4 hari dengan perlindungan

antibiotika dan uterotonika.

- Bila perdarahan oleh karena atonia uteri, perlu dipertimbangkan untuk

histeroktomi.

b. Perdarahan Terlambat (”Late postpartum haemorrhage”)

- Penyebab paling sering adalah sisa plasenta atau kulit ketuban

- Perdarahan sering terjadi setelah hari ke 3-4

- Bila penyebab seperti diatas, dilakukan kuretase untuk membersihkan

plasenta atau kulit ketuban, pemberian antibiotika dan uterotonika.

- Apabila kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%, berikan transfusi darah.

3. Pre-eklampsia

Keadaan ini merupakan keadaan yang perlu pengelolaan sama dengan pre-eklampsia

– eklampsia pada saat hamil.

Pronogsis kurang baik

4. Payah jantung

a. Perlu perawatan khusus, bila derajat payah jantung cukup berat (NYHA II)

atau perlu perawatan di ICU.

b. Pemantauan keseimbangan cairan secara ketat

c. Pemberian digitalisasi dan atau diuretika, dengan merujuk pada pengobatan

dari disiplin Penyakit Dalam.

Page 38: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN

MEMELIHARA KEBERSIHAN VULVA DAN

PERINEUM

PENGERTIAN

Membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau

tidak dapat melakukannya sendiri

TUJUAN :

Menjaga kebersihan

Mencegah infeksi

Memberikan rasa nyaman pada pasien

PERSIAPAN :

Persiapan Alat :

1. Kapas desinfektan atau kapas sublimas ditempatnya

2. Pinset

3. Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan

4. Bengkok (nierbekken)

5. Pispot dan peralatan lain yang diperlukan

6. Peralatan yagn didekatkan pada pasien

7. Persiapan pasien; pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan

Pelaksanaan :

1. Pintu atau jendela ditutup, dan jika perlu pasanglah sampiran (schem)

2. Pakaian pasien bagian bawah diataskan atau dibuka

3. Pengalas dan pispot dipasang dibawah bokong pasien

4. Dengan tangan kirinya petugas membuka vulva dengan kapas sublimat,

sedangkan tangan kanan menyiram vulva dengan larutan desinfektan

5. Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembali.

6. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.

Page 39: III M. Yeni (hal.103-152)

PERHATIAN :

1. Hindari tindakan yang menyebabkan pasien merasa malu dan lelah, serta tetap

menjaga kesopanan.

2. Perhatikan apakah ada kelainan pada vulva dan sekitarnya

3. Cegah kotoran masuk dalam vulva

Page 40: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN

PENGELOLAAN INFEKSI NIFAS

PENGERTIAN :

Dalam beberapa hari sesudah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik antara 37,2 –

37,8o oleh karena resorbsi benda-benda dalam uterus dan mulainya laktasi, hal ini

disebut demam resorbsi dan keadaan ini adalah normal.

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia

dalam masa nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi kehamilan, selama

persalinan maupun dalam masa nifas sendiri.

Demam nifas adalah kenaikan suhu badan sampai 38oC atau lebih lama dua hari

dalam 10 hari post partum, kecuali hari pertama. Suhu diukur 4 kali sehari secara

oral (pada mulut dibawah lidah).

Infeksi nifas terlokalisir

Infeksi nifas terlokalisir biasanya terjadi pada tempat dimana terjadi perlukaan

jalan lahir dan pada bekas insersi plasenta.

Vulvitis

Luka pada bekas episiotomi maupun luka perineum, jaringan sekitarnya

membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas dan

luka terbuka menjadi ulkus bernanah.

Vaginitis

Luka karena tindakan persalinan yang terkontaminasi dengan infeksi

Servisitis

Infeksi serviks jarang terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak

gejala. Luka serviks yang dalam dapat meluas ke dasar ligamentum latum dan

dapat menyebabkan infeksi yang meluas ke parametrium.

Endometritis

Endometritis merupakan jenis infeksi yang paling sering terjadi. Infeksi terjadi

pada tempat bekas insersi plasenta dan dalam waktu singkat dapat meluas ke

seluruh endometrium. Jaringan desidua bersama dengan bekuan darah menjadi

nekrotik dan mengeluarkan getah berbau. Kalau tidak diberikan pengobatan yang

Page 41: III M. Yeni (hal.103-152)

adekuat dapat terjadi penjalaran ke seluruh tubuh (septikemia), ibu demam, lokhea

berbau dan terjadi sub involusi.

STANDAR PENGOBATAN

Pemberian pengobatan antibiotika yang dilaksanakan di RSUP Dr. Kariadi,

Semarang adalah :

Ampisilin 1 gr iv tiap 6 jam

Garamisin 80 mg iv, tiap 12 jam

Ditambah dengan pemberian Metronidazol suppositoria 2 x 1 gram

Pengobatan ini diberikans elama 3-5 hari tergantung perkembangan penyakitnya,

apabila tidak ada perbaikan justru menjadi lebih berat maka diberikan/ganti

dengan :

Preparat sefalosporin generasi ke-3 dengan dosis 2 – 3 kali 1-2 gram iv, dalam 24

jam.

Sambil menunggu biarkan dan tes kepekaan

Tentunya dengan tetap melakukan perawatan suportif lainnya tergantung dari

keadaan umum penderita, seperti misalnya ada tidaknya kegagalan sirkulasi, ada

tidaknya kegagalan pernafasan dan ada tidaknya komplikasi dan infeksi nifas

sendiri.

Page 42: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN

RAWAT GABUNG

PENGERTIAN

Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru

dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang, kamar atau

tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam sehari, dengan tujuan :

1. Agar ibu dapat menyusui bayi-bayinya sedini mungkin, kapan saja dan dimana

saja ia membutuhkan.

2. Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi secara benar yang

dilakukan oleh petugas.

3. Agar ibu mempunyai pengalaman merawat bayi termasuk cara menyusui dan

mempertahankannya setelah ibu pulang dari rumah sakit.

4. Agar suami dapat dilibatkan secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusui

bayinya secara baik dan benar.

PELAKSANAAN

Kegiatan rawat gabung dimualis ejak ibu bersalin di kamar bersalin dan

dibangsal perawatan pasca persalinan. Meskipun demikiani penyuluhan tentang

manfaat dan pentingnya rawat gabung sudah dimulai sejak ibu pertama kali

memeriksakan kehamilannya di poliklinik asuhan antenatal. Tak semua bayi atau ibu

dapat segera dirawat gabung. Bayi dan ibu yang dapat dirawat gabung harus

memenuhi kriteria sebagai berikut :

Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong

Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup

sehat, refleks mengisap baik, tidak ada tanda infeksi dan lain-lain.

Bayi yang lahir secara seksio sesarea dengan pembiusan umum, rawat gabung

dilakukan setelah ibu dan bayi sadar (bayi tidak mengantuk), misal 4-6 jam setelah

operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun ibu masih diinfus.

Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (lihat nilai Apgar 7).

Berat lahir 2500gram.

Tidak terdapat tanda infeksi intrapartum.

Bayi dan ibu sehat

Page 43: III M. Yeni (hal.103-152)

Jika tidak memenuhi kriteria diatas, maka rawat gabung tidak perlu atau bahkan tidak

boleh dikerjakan, misalnya :

Bayi yang sangat prematur

Bayi lahir 2000 gram.

Bayi dengan sepsis

Bayi dengan gangguan nafas.

Bayi dengan cacat bawaan berat, misal :

Kelainan pada susuna syaraf pusat (“hidrocepahalus meningocele”,

“anencephal” dan lain-lain).

Kelainan pada saluran pencernaan (“atresia ani”, dan lain-lain).

Kelainan pada celah bibir dan langit (“labiopalatognato schisis”).

Ibu dengan infeksi berat, misal : KP terbuka, sepsis dan lain-lain.

Beberapa kriteria masih ditentukan juga oleh pertimbangan klinis contohnya : bayi

berat lahir 2000 sampai dengan 2500 gram dievaluasi, jika bisa dirawat gabung dengn

pengawasan. Sebaiknya keputusan apakah bayi dirawat gabung atau dirawat pisah

ditentukan oleh dokter anak bersama dokter kebidanan.

Page 44: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN

PERAWATAN IBU DALAM NIFAS

Dalam perawatan nifas perlu diperhatikan hal-hal berikut :

Rahim dan jalan lahir mengalami perlukaan, jadi harus dihindarkan dari

kemungkinan peradangan.

Bayi memerlukan perawatan dan pengamatan.

Bayi harus dapat menyusui dengan lancar.

Memulihkan kesehatan dan kekuatan otot-otot yang selama kehamilan dan

persalinan mengendor.

PELAKSANAAN PERAWATAN

Setelah persalinan selesai, maka ibu dibersihkan dari segala kotoran dan kemudiand

ieprsilakan istirahat. Petugas masih perlu mengawasi keadaa ibu selama kira-kira dua

jam, terutama memperhatikan kemungkinan timbulnya perdarahan.

Sebelum meninggalkan ibu, petugas harus memberi nasehat :

Kapan harus memanggil petugas untuk meminta pertolongan, yaitu :

Bila terjadi perdarahan banyak

Penderita mengalami demam

Setelah 12 jam belum dapat kencing

HIGIENE NIFAS

Menjaga kebersihan aurat dan kerampang, dengan membilas bagian-bagian

tersebut dengan air masak dan sabun, setelah buang air kecil atau buang air besar.

Menggunakan kasa penghisap (kotes) untuk menampung lokhea

Tidak boleh bersetubuh selama masa nifas.

Kencing dianjurkan setiap 6 jam.

Makan :

Hari pertama makan yang ringan, selanjutnya makanan yang banyak mengandung zat

putih telur, sayur-sayuran.

Page 45: III M. Yeni (hal.103-152)

Cara menetekkan bayi :

Mulut bayi harus menangkap puting susu dan gelanggang puting susu. Hal ini untuk

melancarkan ASI dan mencegah terjadinya luka pada puting susu.

PENYULIT PADA WAKTU NIFAS

Yang perlu dipantau pada masa nifas adalah :

Suhu dan nadi

Tinggi dari dasar rahim

Lokhea

Miksi dan defekasi

Keadaan buah dasda

Oedem atau pembengkakan pada tungkai

Luka jahitan pada kerampang.

FEBRIS PUERPERALIS

Kenaikan suhu badan aksiler sampai 38oC atau lebih mencurigakan adanya infeksi,

terutama infeksi dari jalan lahir, yaitu Febris Puerperalis. Nadi yang cepat, melebihi

90 per menit mencurigakan pula adanya infeksi. Sepsi Puerperalis terjadi bila kuman-

kuman masuk ke dalam peredaran darah, dengan tanda gejala sebagai berikut :

Suhu tinggi (>40oC)

Menggigil

Keadaan umum jelek

Nadi kecil dan cepat

Penderita dapat jatuh dalam syok

Pencegahan :

Dalam masa kehamilan untuk memperkuat daya tahan terhadap infeksi, anemia

dan keadaan kruang gizi yang terdapat pada wanita harus dirawat dan diobati

sebaik-baiknya.

Selama persalinan beberapa usaha penting harus dilaksanakan yaitu :

Menghindarkan atau mengatasi masuknya kuman-kuman ke jalan lahir dengan

memperhatikan teknik asepsi dan antisepsis.

Page 46: III M. Yeni (hal.103-152)

Menghindarkan dan membatasi perlukaan pada jalan lahir dengan

menghindarkan sedapat mungkin tindakan-tindakan yang tidak diperlukan.

Menghindari atau membatasi perdarahan agar supaya tidak mengurangi daya

tahan ibu.

Memberi profilaktik, antibiotika bila dianggap perlu

Pengobatan :

Penderita selama sakit harus tirah baring

Pengobatan terutama terdiri dari pemberian antibiotika

Ampisilin 0,5 gr tiap 4 jam

Streptomisin 0,5 gr tiap 8 jam

Penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam

Pada sepsis pengobatan bertujuan juga untuk menghindarkan syok

Diberi : antibiotika intravena, infus cairan, hidrokortison.

MASALAH DALAM LAKTASI

Dua minggu pertama sesudah melahirkan merupakan hari –hari yang perlu mendapat

perhatian, pengawasan serta bimbingan maupun dukungan khususnya dari petugas

kesehatan terhadap ibu-ibu dalam hal menyusui. Hal ini penting sebab banyak

problem yang berhubungan dengna masalah laktasi dapat dideteksi dini, dicegah

maupun ditanggulangi agar tidak menjadi penyulit atau penyebab terjadinya

kegagalan menyusui. Problem yang sering timbul pada ibu-ibu sehubungan dengan

masalah antara lain sebagai berikut :

PAYUDARA BENGKAK (ENGORGEMENT)

Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering

terasa lebih penuh atau tegang serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement

(payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya stasis di vena dan pembuluh darah

bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Apabila dalam

keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu membeirkan

“prelacteal feeding” pada bayi, keadaan tersebut akan berlanjut. Payudara akan

bertambah bengkak atau penuh karena sekresi Asi tetap berlangsung sementara byai

Page 47: III M. Yeni (hal.103-152)

tidak disusukan; dengan demikian tidak terjadi perangsangan pada putting susu

sehingga refleks oksitosin (oxytocin reflex) tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.

Akhirnya, ASI yang disekresi menumpuk dalam payudara, akibatnya aerola

lebih menonjol putting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi apabila

disusukan. Bila keadaan sudah sampai demikian kulit pada payudara nampak lebih

merah mengkilat, ibu merasa demam seperti influenza, payudara terasa nyeri sekali.

Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan

antara lain sebagai berikut :

Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan

Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand)

Keluarkan ASI dengna tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi.

Laksanakan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.

Kelaurkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga

puting susu lebih mudah ditangkap/dihisap oleh bayi.

Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin.

Untuk memudahkan bayi menghisap (menangkap) puting susu berikan kompres

sebelum menyusui.

Page 48: III M. Yeni (hal.103-152)

KESIMPULAN :

NIFAS DAN PERAWATANNYA :

Kejadian Kejadian Klinik PERAWATANPemeriksaan/ Pengamatan

Nasehat/ Pengobatan

NIFAS lama 6 minggu

INVOLUSI :- rahim mengecil- endometrium

engensi dlm 10 hr- luka bekas tempat

uri kembali dlm 6 minggu

- aurat pulih kembali dalam 4 minggu

LAKTASI :- Pembentukan &

pengeluaran ASI

-rahim mengecil dasar rahim menusun (stl 10 hr pasca persalinan, rahim tidak lagi teraba dari luar)

-lokhea rubra berwarna merah

-1. sanguineolenta berwarna coklat

-L. Alba berwarna kekuning-kuningan

-L. serosa

BUAH DADA-Keluar ASI mulai hr ke 3-4

-Mengeras, membesar

-pengamatan ibu terutama slm 2 jam stl persalinan.

-Memperhatikan kemungkinan perdarahan

-KU ibu-Nadi-Suhu-Lokhea-Tinggi dasar rahim-Miksi-Defeksasi-Buah dada-Pengeluaran ASI-Luka kerampang-Bayi :Perkembangan bayi

-Pertumbuhan bayi

- cukup istirahat- cukup

memungkinkan bangkit

- usaha mencairkan miksi dan defekasi, nasehat mengenai :

- higine nifas- makan, minum- cara merawat &

meneteki bayi- merawat buah dda- kapan hrs

memanggil petugas- KB- Pengobatan :- Vitamin, zat besi- Memeriksakan

posnatal +/- 6 minggu pasca persalinan

PEDOMAN

PIL KELUARGA BERENCANA

PENGERTIAN

Pil adalah obat yang berbentuk tablet yang berisi hormon estrogen dan atau progestin.

CARA KERJA

1. Mencegah ovulasi

2. Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma tidak dapat masuk ke dalam

rahim (pengaruh hormon progestin).

3. Menipisnya endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan.

Page 49: III M. Yeni (hal.103-152)

CARA MENGGUNAKAN

Pil diminum pada hari ke-5 haid, berturut-turut setiap hari 1 pil. Untuk kemasan yang

berisi 28 tablet, diminum terus-menerus. Untuk kemasan yang berisi 21 tablet, setelah

pil habis, istirahat 7 hari. Kemudian dilanjutkan dengan kemasan (bungkus) yang baru

untuk akseptor yang baru peratama kali mempergunakan, sebaiknya diberikan pil

dengan dosis estrogen yang rendah.

EFEKTIFITAS

Dalam teori : 97%

Dalam praktek : 90 – 96%

Cukup efektif bila tidak lupa, artinya dapat minum pil secara teratur

KEUNTUNGAN

1. Mudah penggunaannya dan mudah didapat

2. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid

3. Mengurangi risiko terjadinya KET (Kehamilan Diluar Kandungan) dan kista

ovarium.

4. Mengurangi risiko terjadinya kanker ovarium dan rahim

5. Pemulihan kesuburan hampir 100%.

AKIBAT SAMPING PENGOBATANNYA

a. Perdarahan / bercak di luar haid

Preparat estrogen : Premarin tablet 2,5 mg/hr selama 7 hari

b. Berat badan naik : diet

c. Kloasma (pewarnaan kulit muka) : ganti cara kontrasepsi

d. Pusing mual, muntah : vit B6 50 mg 3 x 1 tab

e. Rambut rontok, libido menurun : ganti cara kontrasepsi

Page 50: III M. Yeni (hal.103-152)

INDIKASI KONTRA

a. Menyusui (khusus pil kombinasi)

b. Pernah sakit jantung

c. Tumor / keganasan

d. Kelainan jantung, varises dan darah tinggi

e. Perdarahan per vaginam yang tidak diketahui sebabnya

f. Penyakit gondok

g. Gangguan fungsi hati dan ginjal

h. Diabetes, epilepsi, dan depresi mental

HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI PASIEN

Kembali ke dokter bila mengalami nyeri dan bengkak di kaki, mata/kulit menguning.

Nyeri perut/dada, sesak nafas, pusing dan depresi berat.

Page 51: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN

SUNTIKAN KB

PENGERTIAN

Adalah obat suntik yang berisi progestin. Ada 2 macam yang tersedia yaitu Depo

Provera 150 mg dan Noristerat.

CARA KERJA

a. Mencegah ovulasi

b. Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga sperma tidak dapat masuk ke dalam

rahim.

c. Menipisnya endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan.

CARA PEMBERIAN

a. Depo Provera disuntikkan secara I.M, tiap 12 minggu

b. Noristerat untuk 4 minggu pertama disuntikkan secara I.M. tiap 8 minggu

selanjutnya suntikan diberikan 12 minggu.

EFEKTIFITAS

Dalam teori : 99,75%

Dalam praktek : 95 – 97%

KEUNTUNGAN

a. Pemulihan kesuburan dicapai 6-8 bulan setelah suntikan.

b. Mengurangi kunjungan

c. Suntikan merupakan metode yang telah lama dikenal oleh masyarakat

d. Dapat dipakai dalam waktu lama

e. Tidak mengurangi produksi air susu ibu.

AKIBAT SAMPING DAN PENGOBATANNYA

a. Amenorea : tidak perlu diobati, cukup diberi penjelasan

b. Perdarahan berupa menoragia, metroragia, spotting.

1. Pil KB kombinasi 2 tab/hr, selama 3-5 hari. (Preparat Estrogen)

Page 52: III M. Yeni (hal.103-152)

2. Lynoral / Premarin 2 x 1 tab/hr, selama 3-5 hari (Preparat Progesteron).

c. Depresi/perasaan lesu :

Roborantia seperti misalnya Vit B6 tab 50 mg 3x1 tab/hr

d. Keputihan yang patologis :

Tergantung penyebabnya :

Pil progesteron yang bersifat estrogenik yang mengandung Norethindron, mis

Diane 1 x 1 tab/hr selama 3-5 hari.

Ganti kontrasepsi non hormonal

e. Libido menurun :

Roborantia

Ganti kontrasepsi non hormonal

f. Berat badan naik :

Diet atau ganti cara kontrasepsi

INDIKASI KONTRA

Hamil atau disangka hamil

Perdarahan per vagina yang tidak diketahui sebabnya

Tumor / keganasan

Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakti paru berat,

varises.

HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI

Kembali ke dokter bila mengalami pusing, vertigo atau perdarahan yang berat.

Page 53: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN

ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT (IMPLANT = SUSUK KB)

1. PENGERTIAN

AKBK adalah kontrasepsi berbentuk kapsul kecil yang dibuat dari karet silikon,

berisi levonogestrel. Ditanam dibawah kulit dimana secara tetap melepaskan

hormon tersebut dalam dosis kecil dalam darah. Di Indonesia saat ini digunakan

Norplant (6 Kapsul).

2. CARA KERJA

a. Mencegah lepasnya sel telur

b. Mengentakkan lendir mulut rahim, sehingga sperma tidak dapat masuk ke

dalam rahim.

c. Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan.

3. CARA PEMASANGAN

Dimasukkan ke bawah lengan atas bagian dalam dengan alat tertentu dapat

dipakais elama 5 tahun.

4. EFEKTIFITAS

Dalam teori : 99,7%

Dalam praktek : 97 – 99%

5. KEUNTUNGAN

a. Pemulihan kesuburan cepat

b. Sekali pasang untuk 5 tahun

c. Pemasangan mudah dan tak memerlukan perawatan

d. Tidak mempengaruhi produksi air susuibu dan tekanan darah

e. Mempunyai keuntungan yang sama dengan metode suntikan

f. Baik untuk wanita yang tak ingin mempunyai anak lagi

6. AKIBAT SAMPING DAN PENGOBATANNYA

a. Amenorea : tidak usah diobati cukup diberi penjelasan

b. Perdarahan (menoragia, metroragia, spotting) :

Pil KB kombinasi 2 tab/hr, selama 3-5 hari.

Lynoral / Premarin 2x1 tab/hr, selama 3-5 hari (Preparat estorgen)

Primolut N 2-3 tab/hr, selama 3-5 hari (Preparat progesteron)

Page 54: III M. Yeni (hal.103-152)

c. Jerawat :

Pil progesteron yang bersifat estrogenik yang mengandung Norethindron,

misalnya Diane 1x1 tab/hr selama 3-5 hari.

Ganti cara kontrasepsi non hormonal.

d. Depresi, mual, muntah

Roborantia, simtomatik, vit B6 tablet 50 mg, 3x1 tab/hr

e. Berat badan menurun :

Vitamin penambah selera makan

f. Migrain (sakit kepala hebat)

Terapi simtomatik

g. Libido menurun :

Vitamin

Ganti cara kontrasepsi

7. INDIKASI KONTRA

a. Hamil atau disangka hamil

b. Perdarahan pervaginam yang tidak kunjung diketahui penyebabnya.

c. Tumor / keganasan

d. Penyakit jantung, diabetes, darah tinggi.

8. HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI PASIEN

Kembali ke dokter bila mengalami vertigo pusing, perdarahan hebat atau infeksi

pada tempat AKBK dimasukkan.

Page 55: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN

PEMASANGAN IMPLANT 6 KAPSUL

1. Periksa apakah lengan klien telah dicuci bersih dengan sabun dan air

2. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas 8-10 cm dari lipatan

siku.

3. Beri tanda pada tempat pemasangan dengan pola yang telah disediakan

4. Periksa kelengkapan alat dan ke 6 kapsul implant.

TINDAKAN PRA PEMASANGAN

1. Cuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan air bersih

2. Pakailah sarung tangan steril atau yagn telah didesinfeksi tingkat tinggi

3. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik

4. Pasang kain penutup (doek) steril

5. Suntikan anestesi lokal 0,3 – 0,5 cc tepat dibawah kulit pada inisisi yang telah

ditentukan, sampai kulit sedikit menggelembung.

6. Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan suntikan masing-masing 1 cc

pola pemasangan nomer 1 dan 2, 3 dan 4, 5 dan 6 (uji efek anestesi).

PEMASANGAN KAPSUL IMPLANT

1. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan skapel (dapat juga dengan menusukkan

trokar lagnsung secara subdermal).

2. Masukkan trokar melalui insisi dan sambil mengungkit kulit, masukkan trokar dan

pendorongnya sampai batas tanda 1 (pada pangkal trokar) tepat berada pada luka

insisi.

3. Tarik pendorong keluar dan masukkan kapsul implant ke dalam trokar (dengan

tangan atau dengan pinset).

4. Masukkan kembali pendorong dan dorong kapsul sampai terasa ada tahanan.

5. Tahan pendorong dengan satu tangan, dan tarik trokar sampai keluar mencapai

pangkal pendorong.

Page 56: III M. Yeni (hal.103-152)

6. Tarik trokar dan pendorong secara bersama-sama sampai batas tanda 2 (pada

ujung trokar) terlihat pada luka insisi, ujung trokar harus tetap berada dibawah

kulit.

7. Fiksasi ujung kapsul implant yang telah terpasang (dengan jari), arahkan ujung

trokar untuk memasang kapsul berikutnya sesuai dengan pola yang telah dibuat.

8. Trokar hanya dicabut setelah kapsul terakhir dimasukkan.

9. Raba kapsul untuk mengetahui ke 6 telah terpasang dalam deretan seperti kipas

10. Raba daerah insisi untuk mengetahui seluruh kapsul berada jauh dari insisi.

TINDAKAN PASCA PEMASANGAN

1. Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan band-aid

2. Beri pembalut tekan

3. Bila jarum dan tabung suntik dengan larutan klorin untuk dekontaminasi dan

rendam semua alat-alat yang sudah dipakai dalam larutan klorin.

4. Buang benda-benda habis pakai pada tempat yang sudah ditentukan

5. Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin.

6. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian dengan air bersih.

Page 57: III M. Yeni (hal.103-152)

PEDOMAN ALAT KONTRASEPSI

DALAM RAHIM (AKDR)

1. PENGERTIAN

Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang dibuat dari polietilen

dengan atau tanpa metal/metal steroid yang ditempatkan di dalam rahim.

2. CARA KERJA :

a. Umum :

Terjadi endometriosis steril, sehingga menimbulkan :

- Proses nidasi sukar terjadi

- Lendir sekresi meningkat sehingga gerak sperma lambat dan konsepsi

sukar terjadi.

- Adanya makrophag yang membunuh sperma.

b. Khusus :

1. Tembaga (Cu) :

- Perubahan enzim pada dinding endometrium akibat adanya ion Cu

sehingga proses nidasi terganggu.

- Ion Cu bersifat spermatisid.

2. Steroid

- Endometrium menipis sehingga proses nidasi sulit terjadi

- Lendir serviks mengental sehingga sperma sukar masuk

3. CARA PEMASANGAN

AKDR dipasang didalam rongga rahim. Pemeriksaan ulangan pasca pemasangan

dilakukan pada akhir minggu pertama, akhir bulan 1, 3, 6 dan setiap tahun atau

bila ada keluhan.

AKDR mengandung Cu misalnya Cu T 200, MLCu 250, Cu7 efektif untuk 3

tahun. Cu T 380 efektif 10 tahun, MLCu T375 efektif untuk 8 tahun.

AKDR yang mengandung progesterone (progestasert) efektif 1 tahun, Lippes

Loop (spiral) untuk selamanya.

Page 58: III M. Yeni (hal.103-152)

4. PERSIAPAN UNTUK PEMASANGAN AKDR

a. Pemeriksaan

Sebelum pemasangan AKDR haruslah dipastikan bahwa tidak ada hal-hal

yang dapat menyebabkan keadaan wanita menjadi lebih buruk.

1. Anamnese :

a. Haid yang bertambah atau perdarahan diantara haid

b. Perdarahan post coital

c. Haid terakhir lebih banyak dari 4 minggu

d. Keputihan yang banyak

2. Periksa dalam

a. Erosi serviks

b. Serviks mudah berdarah

c. Uterus lebih besar dari normal

d. Uterus kurang dari 5 cm

e. Teraba massa pada adnexa abdomen

f. Nyeri pada adnexa

Bila ada jawaban ya, jangan dipasang AKDR, konsultasi

b. Waktu Pemasangan AKDR

Sebenarnya AKDR dapat dipasang setiap waktu, akan tetapi ada beberapa

keuntungan bila AKDR dipasang menjelang haid terakhir, yaitu :

- Kemungkinan adanya kehamilan kecil

- Serviks lebih lunak dan terbuka sedikit

- Perdarahan dan nyeri akant idak terlalu dirasakan.

Waktu lain dimana AKDR juga dapat dipasang :

- Sehari setelah haid bersih

- Segera setelah melahirkan

- 40 hari setelah melahirkan

- Segera setelah abortus

c. Alat yang dibutuhkan untuk memasang AKDR

1. Spekulum Sim atau spekulum cocor bebek

2. Tang tampon atau cocor bebek

3. Sonde uterus

4. Tenakulum satu gigi

Page 59: III M. Yeni (hal.103-152)

5. Sarung tangan steril

6. Gunting

7. Bak instrumen

8. Cairan antiseptik, betadine, merucrochrom.

9. Kapas lisol

10. Lampu

11. Meja atau kursi ginekologi

12. Kain penutup

13. AKDR beserta perlengkapan

d. Cara Sterilisasi Alat

Kemudian alat-alat yang terbuat dari logam dapat disteril dengan cara :

1. Pertama-tama alat yang dibuat dari logam harus lebih dahulu dibersihkan

dengan sabun dan air, terutama bagian yang diperkirakan banyak endapan

kotoran.

2. Merebus dengan air mendidih selama 15 menit

3. Menggunakan sterilisator basah atau kering

4. Merendam dengan cairan antiseptik selama 15 menit, misalnya dengan

larutan yodium 2,5 % yang diencerkan sampai warna kuning jingga atau

dalam cairan detol, betadine atau cairan antiseptil lainnya.

Alat yang terbuat dari karet tidak dapat disterilkan dengan cara diatas,

melainkan dengan cara penyimpanan dalam uap/tablet formalin selama 24

jam.

5. PEMASANGAN AKDR

1. Jelaskan kepada ibu mengenai tindakan/pemeriksaan yang akan dilakukan

2. Sebaiknya ibu mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu

3. Siapkan semua peralatan yang diperlukan

4. Periksa dalam bentuk menentukan keadaan dan posisi uterus.

5. Lakukan pemeriksaan dengan spektrum

6. Bersihkan mulut serviks dengan kasa/kapas steril yang telah diberi antiseptik

(betadine)

7. Jepit serviks dengan tenakulum pada posisi 10-2 (daerah ini sedikit pembuluh

darahnya).

Page 60: III M. Yeni (hal.103-152)

8. Sonde uterus dipasang untuk mengetahui panjang uterus sehingga dapat

menentukan AKDR yang sesuia dan mencheck posisi uterus.

Agar posisi uterus lurus tariklah tenakulum ke luar spasme yang terjadi

hilang.

Bila terada ada obstruksi jangan dipaksa, jangan dilanjutkan dan beritahu

ibu tersebut bila ada tand perforasi :

- Keluarkan sonde

- AKDR tidak boleh dipasang

- Konsultasikan untuk terapi/tindakan selanjutnya.

Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir dan /atau darah. Ini adalah

panjang rongga uterus. Normal 6-7 cm.

Jangan memasang AKDR bila panjang uterus < 5 cm

9. AKDR dimasukkan ke dalam alat pemasang (inserter) kemudian inserter

dimasukkan pelan-pelan ke dalam uterus.

10. Guntinglah benang sepanjang 3-4 cm

11. Tenakulum dan spekulum dilepaskan

12. Benang didorong dan ditempatkan di forniks posterior

13. Sebelum pulang ibu diberi penjelasan mengenai waktu kontrol, gejala-gejala

yang mungkin dialami serta hal-hal dimana ibu perlu kembali ke dokter.

6. TEKNIK MEMASANG AKDR

Sebelum memasang AKDR, haruslah diketahui bagaimana memasang setiap tipe

AKDR, akan dijelaskan cara memasang AKDR berbagai tipe.