referat yeni embriologi usus belakang
DESCRIPTION
Gangguan dalam bernapas adalah masalah terbanyak pada anak dan bayi. Kebanyakan merupakan infeksi yang bersifat “self-limited”, tetapi sebagian kecil merupakan penyakit yang juga dapat mengancam nyawa. Untuk itu diperlukan diagnosis yang akurat dan penaalaksanaan awal yang tepat untuk menghindari morbiditas dan mortalitas yang tidak seharusnya terjadi dengan penanganan yang sesuai.TRANSCRIPT
BAB III
EMBRIOLOGI USUS BELAKANG/HIND GUT DAN KELAINANNYA
3.1. Embriologi Usus Belakang (Hind Gut)
Sebagai hasil dari lipatan mudigah ke arah sefalokaudal dan lateral, sebagian
dari rongga kantung kuning telur yang dilapisi endoderm bergabung ke dalam
mudigah membentuk usus primitif. Dua bagian lain dari rongga erlapis endoderm
tersebut, kantung kuning telur dan allantois, tetap berada di luar mudigah. Di
bagian kepala dan ekor mudigah, usus primitif membetuk sebuah tabung berujung
buntu, masing-masing usus depan dan usus belakang. Bagian tengah, yaitu usus
tengah, untuk sementara tetap berhubungan dengan kantung kuning telur
melalui duktus vitellinus atau tangkai kuning telur.
Perkembangan usus primitif dan turunannya biasanya dibahas dalam empat
bagian; (a) usus faringeal atau faring, yang membentang dari membran
bukofaringeal hingga ke ventrikulum trakeobronkialis (b) usus depan , yang
terletak di sebelah kaudal tabung faring tersebut, serta membentang ke kaudal
hingga ke tunas hati; (c) usus tengah, mulai dari sebelah kaudal tunas hati dan
berjalan sampai ke suatu titik tempat kedudukan, pada orang dewasa, pertemuan
dua pertiga kanan dan sepertiga kiri kolon tranversum; dan (d) usus belakang,
yang membentang dari sepertiga kiri kolon tranversum hingga ke membrana
kloakalis.
Usus Belakang (Hind Gut)
Usus belakang membentuk sepertiga distal kolon desendens, sigmoid, rektum,
bagian atas kanalis ani. Endoderm usus belakang ini juga membentuk lapisan
dalam kandung kemih dan uretra. Bagian akhir usus belakang bermuara ke dalam
kloaka, suatu rongga yang dilapisi endoderm yang berhubungan langsung dengan
ektoderm permukaan. Daerah pertemuan antara endoderm dan ektoderm
membentuk dengan membentukmembran kloaka. Hindgut meluas dari midgut
hingga ke membran kloaka, membran ini tersusun dari endoderm kloaka, dan
ektoderm dari protoderm / analpit .
Pada perkembangan selanjutnya, timbulnya timbul suatu rigi melintang, yaitu
septum urorektal, pada sudut antara allantois dan usus belakang . Sekat ini tumbuh
ke arah kaudal, karena itu membagi kloaka menjadi bagian depan, yaitu sinus
urogenitalis primitif, dan bagian posterior, yaitu kanalis anorektalis. Ketika
mudigah berumur 7 minggu, septum urorektal mencapai membran kloaka, dan di
daerah ini terbentuklah korpus perinealis. Membrana kloakalis kemudian terbagi
menjadi membrana analis dibelakang, dan membrana urogenitalis di depan.
Sementara itu, membrana analis dikelilingi oleh tonjol-tonjol mesnkim, dan
pada minggu ke-8 selaput ini terletak di dasar cekungan ektoderm, yang dikenal
sebagai celah anus atau proktodeum . Pada minggu ke-9, membrana analis koyak,
dan terbukalah jalan antara rektum dan dunia luar.
Bagian atas kanalis analis berasal dari endoderm dan diperdarahi oleh
pembuluh nadi usus belakang, yaitu arteri mesenterika inferior. Kanalis analis
berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm, sedangkan rektum
berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini maka
perdarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfanya juga berbeda,
demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler
usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel
berlapis gepeng kulit luar. Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai
dengan perubahan jenis, epitel. Kanalis analis dan kulit luar di sekitarnya kaya
akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan
mukosa rektum mempunyai persarafan autonom dan tidak peka terhadap nyeri.
Sepertiga bagian bawah kanalis analis berasal ari ektoderm dan diperdrahi
oleh aa.rektales, yang merupakan cabang dari arteri pudenda interna. Tempat
persambungan antara bagian endoderm dan ektoderm dibentuk oleh linea
pektinata, yang terdapat tepat di bawah kolumna analis. Pada garis ini, epitel
berubah dari epitel torak menjadi epitel berlapis gepeng.
3.2. Malformasi Anorektal
3.2.1. Definisi
Malformasi anorektal merupakan suatu spektrum dari anomali kongenital
yang terdiri dari anus imperforata dan kloaka persisten. Anus imperforata
merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna,
sedangkan kloaka persisten diakibatkan karena pemisahan antara traktus
urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus tidak terjadi. Ketika malformasi
terjadi, otot dan saraf yang berhubungan dengan anus juga sering mengalami
malformasi dalam derajat yang sama. Tulang belakang dan saluran urogenital juga
dapat terlibat.
Kerusakan yang paling sering terjadi pada pria adalah anus imperforata
denga fistula rektouretra, diikuti fistula rektoperineum kemudian fistula
rektovesika atau bladder neck. Pada wanita, yang tersering adalah defek
rektovestibuler, kemudian fistula kutaneusperineal. Yang ketiga yang tersering
adalah persisten kloaka. Lesi ini adalah malformasi yang berspektrum luas dimana
rektum, vagina, dan traktus urinarius bertemu dan bersatu membentuk satu
saluran. Pada pemeriksaan fisik, dapat dilihat satu lubang saja pada perineum.
Dan terletak dimana uretra biasanya ada. Pada keaadaan ini, genital eksternanya
hipoplastik.
3.2.2. Epidemiologi
Malformasi anorektal terjadi setiap 1 dari 5.000 kelahiran. Malformasi ini
lebih sering terjadi pada pria dan pria dua kali lebih banyak mengalami
malformasi anorektal letak tinggi atau intermediet. Empat puluh sampai tujuh
puluh persen dari penderita mengalami satu atau lebih defek tambahan dari sistem
organ lainnya. Defek urologi adalah anomali yang paling sering berkaitan dengan
malformasi anorektal, diikuti defek pada vertebra, ekstrimitas dan sistem
kardiovaskular.
Cara berpikir dan bertindak dalam menangani malformasi anorektal
banyak berubah sejak tahun 1980-an. Douglas Stephen dan Durham Smith (1965)
(FD Stephen dan ED Smith keduanya ahli bedah anak dari Melbourne, Australia)
yang pertama menganjurkan penanganan malformasi anorektal sesuai letak ujung
atresia terhadap otot dasar panggul (levator ani), sehingga timbul pembagian
anomali tersebut menjadi supra levator, translevator dan intermediet (konsensus
international, Melbourne 1970).
Alberto Pena dan de Vries (1982) (A Pena, ahli bedah anak Mexico dan P
de Vries, ahli bedah anak Kansas, USA) memperkenalkan cara eksplorasi
malformasi anorektal melalui deseksi postern sagital mulai dari os coccygeus ke
distal tanda anus melalui garis tengah. Deseksi ini dapat memperlihatkan
komponen otot dasar panggul dan jugs ketiga ikat serabut sfingter ani eksterna
yang diabaikan pada metode yang terdahulu. Cara operasi seperti ini dikenal
dengan nama postern sagital anorektoplastik. Suatu konsensus international
tentang malformasi anorektal ini diadakan di Wingspread (1984), sehingga timbul
klasifikasi Wingspread yang membedakan malformasi pada laki-laki dan wanita
menjadi 2 golongan.
3.3. Embriologi
Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitif gut. Kegagalan
perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis menghasilkan anomali letak
tinggi atau supra levator. Sedangkan anomali letak rendah atau infra levator
berasal dari defek perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada anomali
letak tinggi, otot levator ani perkembangannya tidak normal. Sedangkan otot
sfingter eksternus dan internus dapat tidak ada atau rudimenter.
Tahap-tahap pertumbuhan terjadi pada formasi anatomi normal dari bagian
bawah yaitu anus, rektum dan saluran urogenital. Pada minggu ke-4 pertumbuhan
terdapat kloaka dan struktur yang disebut membran kloaka. Kloaka adalah
struktur normal pada burung dan ada pada manusia untuk waktu yang singkat
pada tahap pertumbuhan. Sebelum manusia lahir, kloaka adalah struktur dimana
kolon, saluran urin, dan genital bermuara kemudian keluar dari tubuh melalui satu
lubang. Manusia melalui suatu tahap pertumbuhan dimana kloaka merupakan
struktur yang normal, kemudian tumbuh lubang yang terpisah untuk rektum dan
traktus urin dan pada wanita juga terbentuk vagina. Perkembangan normal ini juga
terjadi pada perkembangan struktur yang disebut membran kloaka. Jika membran
ini tidak berkembang normal, kloaka mungkin masih terdapat setelah kelahiran
pada wanita atau pada pria akan berkembang bentuk dari anus imperforata.
3.4. Patofisiologi
Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal
pada kehidupan embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan
adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan,
muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju
rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia,
sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang.
Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ
sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau
perineum (rektovestibuler). Pada laki2 biasanya letak tinggi , umumnya fistula
menuju ke vesika urinaria atau ke prostate. (rektovesika). pada letak rendah fistula
menuju ke urethra (rektourethralis).
Atresia anorektal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses
pemisahan. Secara embriologis hindgut dari apparatus genitourinarius yang
terletak di depannya atau mekanisme pemisahan struktur yang melakukan
penetrasi sampai perineum. Pada atresia letak tinggi atau supra levator, septum
urorektal turun secara tidak sempurna atau berhenti pada suatu tempat jalan
penurunannya
Urorektal dan rektovaginal bisa terjadi karena septum urorektal turun ke
bagian kaudal tidak cukup jauh, sehingga lubang paling akhir dari hindgut
berbelak ke anterior sehingga lubang akhir hindgut menuju ke uretra atau ke
vagina. Atresia rektoanalmungkin dapat meninggalkan jaringan fibrous atau
hilangnya segmen dari rektum dan anus, defek ini mungkin terjadi karena adanya
cedera vaskular pada regio ini sama dengan yang menyebabkan atresi pada bagian
lain dari usus. Anus imperforata terjadi ketika membran anal gagal untuk hancur.
3.5. Klasifikasi
Melbourne membagi berdasarkan garis pubocoxigeus dan garis yang melewati
ischii kelainan disebut :
· Letak tinggi rektum berakir diatas m.levator ani (m.pubo coxigeus)
· Letak intermediet akhiran rektum terletak di m.levator ani
· Letak rendah akhiran rektum berakhir bawah m.levator ani
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
2. Membran anus yang menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-
macam jarak dari peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rektum
Modifikasi Klasifikasi (Wingspread 1984)
Penggolongan anatomis untuk terapi dan prognosis:
Laki-laki:
Golongan I Tindakan
1. Fistel urine Kolostomi neonatus
2. Atresia rekti Operasi definitif
3. Perineum datar Usia 4-6 bulan
4. Tanpa fistel. Udara > 1 cm
dari kulit pada invertogram
Invertogram adalah teknik pengambilan foto untuk menilai jarak puntung distal
rektum terhadap marka anus di kulit peritoneum. Pada teknik bayi diletakkan erek
terbalik (kepala di bawah) atau tidur telungkup (prone), dengan sinar horisontal
diarahkan ke trohanter mayor. Dinilai ujung udara yang ads di distal rektum ke
marka anus.
Golongan II Tindakan
1. Fistel perineum
2. Membran anal meconeum tract Operasi definitif pada neonatus
3. Stenosis ani Tanpa kolostomi
4. Bucket handle
5. Tanpa fistel. Udara < 1 cm
dari kulit pada invertogram
Wanita:
Golongan I Tindakan
1. Kloaka
2. Fistel vagina Kolostomi neonatus
3. Fistel vestibulum ano atau Usia 4-6 bulan
rekto, vestibules
4. Atresia rekti
5. Tanpa fistel. Udara > 1 cm
dari kulit pada invertogram
Golongan II Tindakan
1. Fistel perineum
2. Stenosis Operasi definitif pada neonatus
3. Tanpa fistel. Udara > 1 cm
dari kulit pada invertogram
3.6.Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis Malformasi anorektal adalah dengan anamnesis dan
pemeriksaan perineum yang teliti .
· Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
· Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
· Bila ada fistula pada perineum (mekoneum +) kemungkinan letak rendah
Persisten kloaka dapat didiagnosa secara klinik. Adanya lubang tunggal pada
perineum merupakan suatu petunjuk klinik dari kloaka persisten. Genitalia
eksternanya sering berukuran kecil. Pada pemeriksaan abdomen terkadang dapat
ditemukan massa pada abdomen, yang mungkin merupakan vagina yang
mengalami distensi (hidrokolpos) dan ini ada pada 50% pasien dengan kloaka
persisten.
PENA menggunakan cara sebagai berikut:
1 Bayi laki-laki dilakukan pemeriksaan perineum dan urine bila :
· Fistel perianal (+) , bucket handle, anal stenosis atau anal membran berarti
atresia letak rendah, dilakukan Minimal PSARP tanpa kolostomi
· Mekoneum (+) atresia letak tinggi dilakukan kolostomi terlebih dahulu dan
8 minggu kemudian dilakukan tindakan definitif.
Apabila pemeriksaan diatas meragukan dilakukan invertrogram .Bila
· Akhiran rektum < 1 cm dari kulit disebut letak rendah
· Akhiran rektum > 1 cm disebut letak tinggi
Pada laki-laki fistel dapat berupa rectovesikalis, rektourethralis dan
rektoperinealis.
2 Pada bayi perempuan 90 % malformasi anorektal disertai dengan fistel. Bila
ditemukan
· Fistel perineal (+) minimal PSARP tanpa kolostomi.
· Fistel rektovaginal atau rektovestibuler dilakukan kolostomi terlebih
dahulu.
· Fistel (-) invertrogram :
- Akhiran < 1 cm dari kulit dilakukan postero sagital anorektoplasti
- Akhiran > 1 cm dari kulit dilakukan kolostomi terlebih dahulu
Leape (1987) menyatakan bila mekonium didadapatkan pada perineum,
vestibulum atau fistel perianal berarti letak rendah . Bila Pada pemeriksaan Fistel
(-) Letak tinggi atau rendah
Pemeriksaan foto abdomen setelah 18-24 jam setelah lahir agar usus terisi
udara, dengan cara Wangenstein Reis (kedua kaki dipegang posisi badan vertical
dengan kepala dibawah) atau knee chest position (sujud) bertujuan agar udara
berkumpul didaerah paling distal. Bila terdapat fistula lakukan fistulografi.
A. Pemeriksaan klinis
1. pemeriksaan neonates secara keseluruhan untuk mengetahui umur
kehamilan, berat, temperature, warna, tangisan, pernapasan, ada tidaknya
jaundice, distensi abdomen, septicemia, dan anomaly congenital lainnya.
Yang harus dipertimbangkan adalah: a. dengan malformasi apakah bayi
tersebut lahir, b. apa yang sudah diakibatkan malformasi tersebut pada bayi.
2. Pemeriksaan untuk menentukan tipe dan asal dari anomaly. Secara klinik
dapat dilakukan pada bayi perempuan tetapi tidak semua bayi laki-laki. Pada
wanita jumlah lubang pada perineum sangatlah signifikan. Jika terdapat tiga
lubang berarti masalah dapat diatasi cukup dari perineum, sedangkan jika
hanya ada dua atau satu lubang berarti memerlukan pembedahan.
3. Ada atau tidaknya anomali yang berkaitan. Periode embriologi pada saat
ujung kaudal dari fetus berdiferensiasi (5-24 minggu) merupakan waktu
dimana sistem tubuh lainnya juga sedang berkembang. Sehingga tidak sulit
untuk membayangkan jika terjadi defek embriologi pada waktu ini yang
menyebabkan malformasi anorektal juga akan menyebabkan insidensi yang
tinggi dari anomali lainnya. Istilah “asosiasi VACTERL” telah ditentukan
untuk menunjukkan grup non-acak dari anomali yang berkaitan.
1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan rutin tetap harus dilakukan untuk mencari ke lain-lain 50%
sampai 60% penderita ini mempunyai kelainan kongenital di tempat lain.
Yang sering ditemukan adalah:
a. pada traktus genito urinarius
b. kelainan jantung
c. traktus gastrointestinal, misalnya atresia esofagus, atresia
duodenum
d. tulang, misalnya tulang radius tidak ada.
2. Pemeriksaan khusus untuk kelainan anorektal
a. Wanita
Umumnya pada 80-90% wanita ditemukan fistula ke vestibulum atau vagina,
hanya pada 10-20% tidak ditemukan fistel.
Golongan 1
1. Kloaka
Pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus
tidak terjadi. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat
dilakukan kolostomi.
2. Fistel vagina
Mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feses bisa tidak lancar,
sebaiknya cepat dilakukan kolostomi.
3. Fistel vestibulum
Muara fistel di vulva di abwah vagina. Umumnya evakuasi feses lancar selama
penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai terhambat saat penderita mulai
makan makanan padat. Kolostomi dapat direncanakan bila penderita dalam
keadaan optimal.
4. Atresia rekti
Kelainan dimana anus tampak normal, tetapi pada pemeriksaan colok dubur
jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi sehingga perlu
segera dilakukan kolostomi.
5. Tanpa fistel
Udara > 1 cm dari kulit pada invertogram. Tidak ada evakuasi sehingga perlu
segera dilakukan kolostomi.
Golongan 2
1. Fistel perineum
Terdapat lubang antara vulva dan tempat dimana lokasi anus normal. Dapat
berbentuk anus anterior, tulang anus tampak normal, tetapi marks anus yang
rapat ada di posteriornya. Umumnya menimbulkan obstipasi.
2. Stenosis ani
Lubang anus terletak di lokasi normal, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses
tidak lancar. Sebaiknya secepat mungkin lakukan tetapi definitif
3. Tanpa fistel
Udara < 1 cm dari kulit pada invertogram. Tidak ada evakuasi sehingga perlu
segera dilakukan kolostomi.
b. laki-laki
Perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut:
1. Perineum: bentuk dan adanya fistel
2. Urine: dicari ada tidaknya butir-butir mekonium di urin.
Dari kedua hal tersebut di atas pada anak laki dapat dibuat golongan-golongan
seperti berikut:
Golongan 1
1. Fistel urine
Tampak mekonium keluar dari orificium urethrae eksternum. Fistula dapat
terjadi bila terdapat fistula baik ke urethra maupun ke vesika urinaria. Cara
praktis untuk membedakan lokasi fistel ialah dengan memasang kateter urine.
Bila keteter terpasang dan urine jernih, berarti fistel terletak di urethra yang
terhalang kateter. Bila dengan kateter, urine berwarna hijau, berarti fistel ke
vesika urinaria. Evakuasi feses tidak lancar, dan penderita mernedukan
kolostomi segera.
2. Atresia rekti. Sama dengan wanita. Perineum datar. Menunjukkan bahwa
otot yang berfungsi untuk kontinensi tidak terbentuk sempurna.
3. Tanpa fistel
Udara > 1 cm dari kulit pada invertogram. Karena tidak ada evakuasi feses
maka perlu segera dilakukan kolostomi.
Golongan 2
1. Fistel perineum. Sama dengan wanita.
2. Membran anal. Anus tertutup selaput tipis dan sering tampak bayangan
jalan mekonium di bawah kulit. Evaluasi feses tidak ada. Secepat mungkin
sebaiknya dilakukan terapi definitif.
3. Stenosis ani. Sama dengan wanita.
4. Bucket handle (gagang ember).
Daerah lokasi anus normal tertutup kulit yang berbentuk gagang ember.
Evakuasi feses tidak ada. Perlu secepatnya dilakukan terapi definitif.
5. Tanpa fistel
Udara < 1 cm dari kulit pada invertogram. Tidak ada evakuasi feses,
sehingga perlu segera dilakukan kolostomi.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan malformasi anorektal tergantung klasifikasinya. Pada
malformasi anorektal letak tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada
beberapa waktu lalu penanganan malformasi anorektal menggunakan prosedur
abdominoperineal pullthrough, tapi metode ini banyak menimbulkan inkontinen
feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan Defries pada tahun
1982 memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagital
anorektoplasty, yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan
muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan
pemotongan fistel .
Bedah tradisional tidak memperbolehkan tindakan pada bagian posterior
midline Karena otot pada bagian ini dipercaya menyebabkan inkontinensia pada
anak-anak. Sehingga pendekatan dokter bedah untuk malformasi ini
menggunakan kombinasi melalui, abdomen, sacral, dan perineum dengan lapang
pandang yang terbatas
Abdominoperineal pullthrough dilakukan dengan membuka rongga
abdomen agar mendapat visualisasi yang jelas dan identifikasi yang tepat dari otot
puborektalis. Pada operasi “pullthrough” ini bagian usus yang terbawah
dimobilisasi, dan saluran baru dibuat melalui dinding pelvis dengan menggunakan
satu pasang forsep kurva melaluinya, dipertahankan agar tetap dekat dengan
uretra, menuju letak dari anus yang baru dimana rectum dijahit dengan kulit
perineum, membentuk hubungan mukokutaneus.
Secara umum, ketika terdapat lesi letak rendah, yang diperlukan hanyalah
operasi daerah perineal tanpa kolostomi, sedangkan lesi letak tinggi memerlukan
kolostomi segera setelah lahir. Ketika terdapat kloaka persisten, saluran urin perlu
dievaluasi lebih teliti pada saat membuat kolostomi untuk memastikan bahwa
pengosongan yang normal dapat terjadi dan menentukan apakah buli-buli perlu
didrainase dengan vesikostomi. Jika ada keraguan terhadap jenis lesi, lebih aman
untuk melakukan kolostomi daripada membahayakan kesempatan jangka panjang
kontinensia pada bayi dengan melakukan operasi perineal yang tidak tepat.
Keberhasilan penatalaksanaan malformasi anorektal dinilai dari fungsinya
secara jangka panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk
kosmetik serta antisipasi trauma psikis. Sebagai Goalnya adalah defekasi secara
teratur dan konsistensinya baik.
Untuk menangani secara tepat, harus ditentukankan ketinggian akhiran
rektum yang dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan
pemeriksaan fisik, radiologis dan USG. Komplikasi yang terjadi pasca operasi
banyak disebabkan oleh karena kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan
operasi yang tidak adekuat, keterbatasan pengetahuan anatomi, serta ketrampilan
operator yang kurang serta perawatan post operasi yang buruk. Dari berbagai
klasifikasi penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran
rektum dan ada tidaknya fistula.
Leape (1987) menganjurkan pada :
Atresia letak tinggi & intermediet sigmoid kolostomi atau TCD dahulu,
setelah 6 –12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif (PSARP)
Atresia letak rendah perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan tes
provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani
ekternus,
Bila terdapat fistula cut back incicion
Stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin , berbeda dengan Pena dimana
dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi.
Pena secara tegas menjelaskan bahwa Malformasi anorektal letak tinggi
dan intermediet dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan
diversi. Operasi definitif setelah 4 – 8 minggu. Saat ini tehnik yang paling banyak
dipakai adalah posterosagital anorektoplasti, baik minimal, limited atau full
postero sagital anorektoplasti
Prinsip pengobatan operatif pada malformasi anorektal dengan eksplorasi
postero sagital anorektal plastik, akan banyak menggunakan kolostomi
perlindungan atau kolostomi sementara. Ada dua tempat kolostomi yang
dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi, yaitu: transversokolostomi (kolostomi
di kolon transversum) dan sigmoidostomi (kolostomi di sigmoid). Bentuk
kolostomi yang mudah dan aman adalah laras ganda (double barrel).
Kolostomi dilakukan pada saat neonates, manfaat melakukan kolostomi
adalah
a. mengatasi obstruksi usus
b. memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan
lapangan operasi yang bersih
c. memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan
lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta
menemukan kelainan bawaan yang lain.
Setelah dilakukan kolostomi, tindakan definitif akan dilakukan 3-4 bulan
kemudian. Dengan alasan pasien diharapkan telah memiliki keadaan umum yang
baik, fungsi peristaltis dari pasien sudah membaik. Dan komplikasi-komplikasi
untuk tindakan bedah sudah teratasi seperti gangguan sirkulasi, gangguan jalan
napas, dan keseimbangan cairan elektrolit telah terjaga. Kenapa diambil waktu 3-4
bulan karena menurut Albanese et al, semakin cepat perbaikan dari suatu
malformasi keongenital semakin baik hasil yang didapatkan dan juga lebih cepat
untuk melatih reflex defekasi dari otak merupakan hal yang sangat penting
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Atresia Ani. Available from http://www.bedah–ugm.net (accessed:
1st January 2009).
Bhargava P, Mahajan J. K, Kumar A. 2003. Anorectal Malformations in Children.
J Indian Assoc Pediatric Surgery/Jul-Sept/Vol 11/Issue 3
Brunicardi F C. 2003. Schwartz’s principal of surgery: eight edition. New york:
McGraw-Hill medical publishing division
Chandler L R. Congenital Malformations Of The Rectum And Anus: Their
Surgical Treatment. California And Western Medicine Journal Vol. 51,
No. 2
Joseph D. 2005. Management Of Anorectal Malformations And Hirschsprung
Disease In Guyana. Dept. of Pediatric Surgery Georgetown Public
Hospital Corporation
Kella N, Memon A B, Qureshi G. A. 2006. Urogenital Anomalies Associated with
Anorectal Malformation in Children. World Journal of Medical Sciences 1
(2): 151-154
Mittal A, et al. 2004. Associated Anomalies with Anorectal Malformation. Indian
Journal of Pediatrics, Volume 71--June, 2004
O'Neill. 2003. Principle of Pediatric Surgery: Imperforate Anus. Elsevier
Sadler T W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman: edisi ke-7. Jakarta: EGC
penerbit buku kedokteran
Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah: edisi 2. Jakarta: EGC
penerbit buku kedokteran
Thayeb. A. Malformasi Anorektal. Pada: Reksoprodjo, S editor. Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
2.4 Patofisiologi
Gambar 3. Macam-macam Fistula pada Laki-laki & Perempuan8