ii.2.jaringan dist tm-tr
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 1/21
JARINGAN DISTRIBUSI
1. Distribusi Tenaga Listrik
Unit distribusi tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga listrik
yang terdiri dari unit pembangkit, unit penyaluran / transmisi dan unit distribusi yang
dimulai dari PMT incoming di Gardu Induk sampai dengan Alat Penghitung dan
Pembatas (APP) di instalasi konsumen. Rangkaian dari semua ini dapat di ilustrasikan
seperti pada gambar.1 seperti berikut
Gambar 1. Instalasi Sistem Tenaga Listrik
Unit distribusi tenaga listrik dalam hal ini berfungsi untuk menyalurkan dan
mendistribusikan tenaga listrik dari pusat pusat suplai atau Gardu Induk ke pusat-pusat
beban yang berupa gardu-gardu distribusi (gardu trafo) atau secara langsung mensuplai
tenaga listrik ke konsumen dengan mutu yang memadai. dengan demikian unit distribusi
ini menjadi suatu sistem tersendiri karena unit distribusi ini memiliki komponen
peralatan yang saling berkaitan dalam operasinya untuk menyalurkan tenaga listrik
Sistem adalah perangkat unsur-unsur yang saling ketergantungan yang disusun untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dengan menampilkan fungsi yang ditetapkan. Dilihat dari
tegangannya unit distribusi dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu
PMT Trf
Unit Pembangkitan
Unit Transmisi
Gardu Induk distribusi
G Trf PMT
Unit Distribusi
PMT
Konsumen Besar Konsumen Umum
Gen
erat
or
Tra
nsfo
rmat
or
Pem
utus
T
enag
a
Dis
trib
usi
P
rim
er
Dis
trib
usi
seku
nder
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 2/21
a. Distribusi Primer, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) dengan tegangan operasi nominal 20 kV/ 11,6 kV
b. Distribusi Sekunder, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) dengan tegangan operasi nominal 380 / 220 volt
Dalam rencana pengembangan dan perluasan jaringan distribusi tenaga listrik
sedikitnya ada tiga kriteria sebagai dasar rekayasa (basic engineering) yang semestinya
diperhatikan dalam pengembangan distribusi ketenaga listrikan yaitu :
a. Desain sistem dan peralatan distribusi serta pembuatannya
b. Penentuan garis-garis besar standar konstruksi yang didasarkan pada peralatan
yang diperoleh
c. Memilih dan menyeleksi berbagai macam standar konstruksi yang akan
digunakan pada situasi tertentu berdasarkan hal-hal tertentu yang ditetapkan
perusahaan
2. Spesifikasi Sistem Distribusi
Adanya keberagaman spesifikasi desain ketenaga listrikan akan memungkinkan dapat
mengganggu kelancaran pengusahaan dan pembangunan ketenaga listrikan itu sendiri
Untuk keperluan penyederhanaan pengelolaan investasi serta kelancaran pengusahaan
ketenaga listrikan di wilayah PT PLN, perusahaan ini telah menyusun spesifikasi desain
untuk JTM dan JTR dalam SPLN 72 tahun 1987 yang diantaranya sebagai berikut :
1. Sistem Distribusi Tegangan Menengah
a. Saluran Udara Tegangan Menengah ( SUTM )
Jaringan Radial
Radial tanpa saklar seksi
Radial dengan saklar seksi manual Local , Remote
Radial dengan saklar seksi otomatik
Jaringan Lingkar (loop)
Loop dengan saklar seksi manual Local, Remote
Loop dengan saklar seksi otomatik
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 3/21
b. Saluran Kabel Tegangan Menengah
Jaringan Gugus
Jaringan Spindel
Jaringan Simpul
2. Jenis Pemutus Tenaga
a. Pemutus Tenaga (PMT) tipe hembusan udara (Air Blast )
b. Pemutus Tenaga tipe hampa udara (Vacuum)
c. Pemutus Tenaga tipe minyak banyak ( Oill Bulk )
d. Pemutus Tenaga tipe minyak sedikit ( Low Oil Content)
e. Pemutus Tenaga tipe Gas ( SF 6 )
3. Gardu Transformator
a. Gardu Tembok Untuk SKTM
b. Gardu Tembok Untuk SUTM
c. Gardu Kiosk
d. Gardu Tiang
4. Pengaturan tegangan dan turun tegangan
a. Turun tegangan pada JTM diperbolehkan 2% dari tegangan kerja yang tidak
memanfaatkan Sadapan Tanpa Beban (STB) yaitu sistem spindle dan sistem
gugus.
b. Turun tegangan pada JTM diperbolehkan 5% dari tegangan kerja bagi sistem
yang memanfaatkan STB yaitu sistim radial diatas tanah dan sistim simpul
c. Turun tegangan pada sistim distribusi dibolehkan 3 % dari
tegangan kerja
d. Turun tegangan pada JTR dibolehkan sampai 4 % dari tegangan
kerja
e. Turun tegangan pada SR dibolehkan sampai 1 % dari tegangan
nominal
5. Penghantar Jaringan Tegangan Menengah
a. Penghantar terbuka diatas tanah
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 4/21
b. Kabel alumunium type XLPE
c. Kabel pilin udara sesuai SPLN 43-5:1986
6. Suplai konsumen besar Tegangan Menengah ( TM )
Untuk konsumen besar TM dapat disuplai dengan cara sebagai berikut:
a. Saluran suplai tunggal diatas tanah
b. Saluran suplai ganda diatas tanah atau satu diatas tanah dan satu didalam tanah
c. Saluran suplai ganda didalam tanah
d. Saluran suplai ganda / banyak didalam tanah
7. Relai Pengaman
a. Relai pengaman yang dipakai untuk saluran penyulang sesuai dengan SPLN
52 –3 ; 1983
b. Relai Penutup Balik disesuaikan dengan sistim pentanahan netral
3. Konfigurasi Sistim
Beragam jenis konfigurasi sistem yang bisa dipilih untuk membangun suatu sistem
distribusi, namun pemilihan konfigurasi lain dari yang sudah dispesifikasi perlu
pengkajian yang lebih mendalam untuk menghindari timbulnya dampak yang tidak di
inginkan baik dalam investasi maupun dalam pengusahaan
Ada 6 jenis konfigurasi sistem distribusi yang sesuai dengan spesifikasi PLN[2] adalah
a. Simpul ( Spot Network )
b. Spindle dengan Pengatur Distribusi
c. Spindle tanpa Pengatur Distribusi
d. Gugus ( Cluster )
e. Lingkar / Ring ( Loop )
f. Radial
Pemilihan jenis konfigurasi untuk sistem distribusi tegangan menengah tergantung
kepada beberapa faktor antara lain faktor kawasan, kapasitas beban dan peruntukan.
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 5/21
Untuk tujuan meningkatkan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen modifikasi
konfigurasi jaringan dilapangan sering dilakukan dengan harapan dapat melancarkan
tugas operasi sistem dengan mempertahankan kontinuitas suplai pada konsumen.
Bentuk-bentuk dari konfigurasi sistem distribusi tegangan menengah ini dapat dilihat
pada gambar 2. sampai dengan gambar nomor 2.7 seperti berikut :
Gambar 2. Konfigurasi Sistem Radial
Pada gambar 3. diperlihatkan modifikasi dari konfigurasi sistem radial dengan
memasangkan suatu peralatan hubung Pemutus Balik Otomatis (PBO) yang sering
disebut recloser atau Load Break Switch ( LBS ) Umumnya dipasang ditengah jaringan
atau dibeberapa tempat yang diperlukan baik dengan sistem operasi lokal atau dengan
sistem operasi remote atau diperlukan operasi yang otomatis. Dengan adanya peralatan
hubung yang operasinya didukung teknologi informasi, pengoperasian sistem atau dalam
kegiatan manuver beban menjadi lebih cepat sehingga lamanya padam dapat dikurangi
lebih banyak
Gambar 3. Konfigurasi Radial dengan PBO
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 6/21
Namun demikian keberadaan PBO memerlukan penelitian secara seksama terlebih
dahulu. Kemampuan PBO untuk melakukan trip dan close beberapa kali sering tidak
di kehendaki oleh peralatan listrik yang berbasis elektronika atau microprosesor dan
perusahaan garmen dan sejenisnya yang cukup peka dengan kondisi stabilitas dan
kontinuitas
Gambar 4. Konfigurasi sistem loop.
Gambar 5 Konfigurasi Sistem Gugus (Cluster).
Gambar 4 Konfigurasi Sistem Lingkar ( Loop )
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 7/21
Gambar 6 Konfigurasi Sistem Spindle dengan PPJD
Gambar 7. Konfigurasi Sistem Simpul (Spot Net Word)
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 8/21
4. Kontinuitas Pelayanan
Kontinuitas pelayanan merupakan salah satu unsur dari mutu pelayanan yang nilainya
akan tergantung kepada jenis sarana penyalurannya, sarana peralatan pengaman yang
dipilihnya. Tingkat kontinuitas pelayanan dari peralatan penyalur tenaga listrik disusun
berdasarkan lamanya upaya untuk pemulihan suplai tenaga listrik ke konsumen setelah
mengalami pemutusan
Pada SPLN 52-3 tingkat kontinuitas pelayanan tenaga listrik tersusun seperti berikut
a. Kontinuitas tingkat 1
Pada tingkat ini memungkinkan jaringan berada pada kondisi padam dalam
waktu berjam-jam dalam rangka mencari dan memperbaiki bagian bagian yang
mengalami kerusakan karena gangguan
b. Kontinuitas tingkat 2
Kondisi jaringan padam dimungkinkan dalam waktu beberapa jam untuk
keperluan mengirim petugas kelapangan, melokalisir kerusakan dan melakukan
pengaturan switching untuk menghidupkan suplai beban pada kondisi sementara
dari arah atau saluran lain
c. Kontinuitas tingkat 3.
Dimungkinkan padam dalam waktu beberapa menit untuk kegiatan pengaturan
switching dan pelaksanaan switching oleh petugas yang stand by di gardu atau
pelaksanaan deteksi dengan bantuan Pusat Pengatur Jaringan Distribusi yang
disingkat PPJD ( DCC )
d. Kontinuitas tingkat 4
Dimungkinkan padam dalam beberapa detik, pengaturan switching dan
pengamanan dilaksanakan secara otomatis
e. Kontinuitas tingkat 5
Dimungkinkan tanpa adanya pemadaman dengan melengkapi instalasi cadangan
terpisah dan otomatisasi penuh
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 9/21
Jaringan distribusi untuk luar kota (pedesaan) terdiri dari saluran udara dengan susunan
jaringan menggunakan konfigurasi radial yang memenuhi kontinuitas tingkat 1
sedangkan untuk daerah dalam kota terdiri dari saluran udara dengan susunan jaringan
menggunakan konfigurasi loop / gelang atau cincin atau yang lebih baik yaitu
konfigurasi spindle dengan bantuan PPJD (Pusat Pengatur Jaringan Distribusi) dimana
tingkat kontinuitas sistem ini akan menjadi lebih baik lagi
Tingkat keandalan suatu sistem merupakan kebalikan dari besarnya jam pemadaman
atau pemutusan pelayanan jadi tingkat keandalan yang tinggi dapat diperoleh dengan
memilih jaringan dengan tingkat kontinuitas pelayanan yang tinggi dan frekuensi
pemadaman karena gangguan yang rendah.
5. Tingkat Jaminan Sistem Distribusi
Indeks-indeks yang dapat dipakai untuk membandingkan unjuk kerja (performance)
sistem distribusi dalam memberi pelayanannya pada konsumen sebagai tolok ukur
kemajuan atau untuk menentukan proyeksi yang akan dicapai adalah :
a. SAIFI : System Average Interuption Frequency Index
b. SAIDI : System Average Interuption Duration Index
c. CAIFI : Customer Average Interuption Frequency Index
d. CAIDI : Customer Average Interuption Duration Index
e. ASAI : Average System Availability Index
Untuk melihat unjuk kerja (performance) dari pengusahaan ketenaga listrikan yang
diusahakan PT PLN digunakan SAIDI dan SAIFI.
6. Konstruksi Jaringan Distribusi
Konstruksi jaringan tenaga listrik dengan saluran udara untuk sistem distribusi terdiri
dari beberapa macam bentuk atau formasi Konstruki jaringan distribusi yang
dipergunakan di wilayah Jawa tengah berbeda dengan yang dipergunakan di Jawa Timur
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 10/21
demikian pula dengan yang dipergunakan di Jawa Barat. Dengan demikian karakteristik
komponen-komponen sistemnya pun akan berbeda
Selain dengan saluran udara untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat-pusat tenaga
dalam hal ini pembangkitan atau Gardu Induk (GI) ke pusat pusat beban gardu (trafo)
distribusi atau kosumen dapat dilakukan dengan sarana saluran kabel tanah dan
pemilihan sarana ini akan tergantung kepada kriteria pemilihan yang dipersyaratkan .
Penggunaan jaringan listrik dengan sarana kabel akan mempunyai nilai estetika yang
lebih baik dari saluran udara sehingga cocok untuk dipergunakan di daerah perkotaan
yang padat dengan bangunan dimana saluran udara tidak mungkin lagi diterapkan
dengan tidak adanya jaminan keselamatan dan berkurangnya nilai estetika.
Biaya investasi yang lebih mahal dan sulitnya dalam menelusuri letak gangguan serta
mahalnya biaya untuk perbaikan merupakan beberapa kendala dari pemilihan saluran
kabel. Saluran kabel tidak terpengaruh dengan kondisi-kondisi diluar sehingga tingkat
keandalan sistim menjadi lebih tinggi, hanya kabel yang tercangkul yang sering tercatat
sebagai gangguan pada saluran kabel selain itu hampir tidak ada catatan Namun
demikian. sampai saat ini saluran udara merupakan pilihan yang banyak dipergunakan
PT PLN terutama untuk mensuplai tenaga listriknya keluar kota (pedesaan) dimana hal
ini dengan mudah dapat dilihat secara nyata. Rawan terhadap gangguan eksternal
merupakan salah satu kekurangan dari penggunaan saluran udara terbuka yang
dampaknya saat ini sangat mempengaruhi kinerja perusahaan dan banyak mengurangi
kepercayaan konsumen pada perusahaan Konstruksi-konstruksi saluran udara untuk
jaringan distribusi tegangan menengah yang dipergunakan PT PLN secara garis besar
dapat dikelompokan dalam 4 macam formasi yaitu :
1. Formasi Horizontal simetris tanpa kawat tanah
2. Formasi Horizontal tidak simetris dengan satu kawat tanah di atas kawat
fasanya
3. Formasi Segitiga dengan kawat tanah di bawah kawat fasanya
4. Formasi Vertical satu fasa dengan kawat tanah dibawah kawat fasanya
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 11/21
Bentuk bentuk formasi saluran udara ini dapat dilihat pada gambar–gambar seperti
berikut :
1. Formasi Horizontal simetris tanpa kawat tanah
Formasi ini dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa barat, Jakarta dan
Banten sebagai tiang penopang penghantar
2. Formasi Horizontal tidak simetris dengan satu kawat tanah di atas kawat
fasanya Formasi ini banyak di gunakan di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan
Gambar 2.8 . Kostruksi SUTM Formasi Horizontal Simetris tanpa kawat tanah
Gambar 2.9 : Konstruksi SUTM Formasi Horixontal tidak
simetris dengan kawat tanah diatas kawat fasa
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 12/21
3. Formasi Segitiga dengan kawat tanah di bawah
kawat fasanya
Formasi saluran ini banyak dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa
Tengah untuk saluran sutm 3 fasa
4. Formasi Vertical satu fasa dengan kawat
tanah dibawah kawat fasa
Fomasi saluran ini banyak dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa
Tengah untuk Saluran 1 fasa
Gambar 2.10 Konstruksi SUTM Formasi Segitiga dengan kawat Netral dibawah kawat fasa [8]
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 13/21
7. Pengaman Sistem Distribusi
Untuk mendapatkan frekuensi pemadaman karena gangguan yang rendah dapat
diperoleh dengan memilih sistem dan peralatan pengaman yang memadai. Sistem
pengaman utamanya bertujuan untuk mencegah dan membatasi kerusakan pada jaringan
beserta peralatannya dan menjaga keselamatan umum yang disebabkan adanya
gangguan serta untuk meningkatkan kontinuitas pelayanan pada konsumen. Dengan
demikian tugas yang harus dilaksanakan pengaman sistem adalah :
a. Dapat melaksanakan koordinasi dengan unit-unit sistem yang terkait
b. Dapat mengamankan peralatan dari kerusakan akibat arus lebih
c. Dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian atau
minimal dapat mengurangi dampaknya
d. Dapat secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
e. Dapat membatasi daerah yang mengalami pemadaman
f. Dapat mengurangi frekuensi pemutusan tetap karena gangguan
Adapun cara, macam dan tingkat pengamanan yang akan atau semestinya diterapkan
pada suatu sistem distribusi tergantung pada sejumlah faktor, antara lain adalah :
a. Pola sistem distribusi yang dipergunakan termasuk pentanahan sistemnya
b. Jenis peralatan yang dipergunakan
c. Kondisi wilayah
d. Jenis dan karakteristik beban yang terpasang
e. Biaya yang dikeluarkan
Dengan demikian perencanaan pengaman sistem distribusi pada hakekatnya tidak dapat
dipisahkan melainkan harus terpadu (integrasi) dalam perencanaan sistem distribusi
Gambar 2.11 . Konstruksi SUTM Formasi Vertikal 1 kawat dengan kawat Netral dibawah kawat fasa [8]
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 14/21
8. Jenis-Jenis Gangguan Pada Sistem Distribusi
Saluran udara dengan kawat terbuka merupakan saluran yang paling rawan terhadap
gangguan eksternal, gangguan akibat sentuhan pohon merupakan penyebab gangguan
pelayanan tenaga listrik yang paling banyak dilaporkan diseluruh unit pelayanan PLN
sehubungan dengan banyaknya pohon pohon yang tumbuh disekitar jaringan SUTM
selain itu disebabkan binatang seperti burung kelelawar dan ular dibeberapa tempat
layangan dilaporkan sebagai salah satu penyebab gangguan pelayanan tenaga listrik .
Gangguan-gangguan semacam ini dapat dikategorikan sebagai gangguan sesaat atau
temporer bila gangguan semacam ini dapat hilang dengan sendirinya yang disusul
dengan penutupan kembali perlatan hubungnya secara otomatis (Reclose) atau manual .
Gangguan terhadap pelayanan tenaga listrik yang tidak dapat hilang dengan sendirinya
dikategorikan sebagai gangguan permanen (persistent) jenis gangguan untuk kategori
permanent adalah : kawat putus dan gangguan hubung singkat yang terdiri dari :
1. Gangguan hubung singkat 3 fasa
2. Gangguan hubung singkat fasa-fasa
3. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
4. Gangguan hubung singkat 2 fasa ke tanah
5. Gangguan hubung singkat 3 fasa ke tanah
9. Jenis Alat Pengaman Sistem Distribusi
Jenis alat pengaman untuk sistem distribusi tegangan menengah yang distandarisasi PT
PLN (Persero) sesuai SPLN 52-3:1983 adalah[3]
a. Pengaman lebur (Fuse)
Merupakan bagian pengaman dari saluran dan peralatan dari adanya gangguan
hubung singkat antar fasa dan dapat pula sebagai pengaman hubung tanah bagi
sistem distribusi yang menggunakan pentanahan langsung dan bagi peralatan
pada sistem didtribusi dengan pentanahan rendah
b. Pemutus Beban dengan relai arus lebih
Berlaku sebagai pengaman utama sistem terhadap gangguan hubung singkat
antar fasa dan hubung tanah bagi sistem yang ditanahkan langsung
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 15/21
c. Pemutus Beban dengan relai arus tanah
Pealatan ini dapat dipergunakan sebagai pengaman utama terhadap gangguan
tanah bagi sistim yang di tanahkan dengan tahan rendah
d. Pemutus Beban dengan relai arus tanah terarah
Peralatan ini dipergunakan sebagai pengaman utama terhadap gangguan hubung
tanah pada sistem yang ditanhkan langsung atau sistem yang menggunakan
pentanahan dengan tahanan tinggi
e. Pemutus Beban dengan relai penutup balik otomatis ( Recloser )
Alat ini merupakan pengaman pelengkap untuk membebaskan gangguan yang
bersifat temporer
f. Saklar Seksi Otomatis (Sectionalizer)
Alat pemutus otomatis ini bermanfaat untuk mengurangi luas daerah yang padam
karena gangguan
g. Indikator Gangguan
Alat ini untuk mempercepat lokalisasi gangguan yang terjadi
h. Pemisah manual
Dipergunakan untuk mengurangi daerah yang padam karena gangguan
10. Pola Sistim Distribusi
Ada 3 (tiga) macam pola sistem distribusi utama yang dianut oleh PT PLN (persero) di
seluruh Indonesia dan satu pola tambahan untuk sistem yang tidak lagi dikembangkan
oleh PLN.
Di PT PLN untuk koordinasi, investasi, tingkat pelayanan dan keselamatan dalam
rangka pengamanan sistem distribusi, suatu wilayah atau distribusi hanya diperbolehkan
untuk menganut salah satu pola yang cocok untuk lingkungannya [3]
Jaminan keselamatan, keandalan dan kontinyuitas penyaluran sulit untuk dipertahankan
pada posisi yang optimum dan dalam pelaksanaanya dilapangan dapat menimbulkan
beberapa kesulitan dengan adanya ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan biaya
investasi dan pemeliharaan peralatan. Pola-pola sistem distribusi tersebut adalah :
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 16/21
1. Sistem Distribusi Pola 1:
Yaitu sistem distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral melalui
tahanan tinggi.
Di Indonesia pola sistem distribusi semacam ini petama dikembangkan di PLN
distribusi Jawa Timur dan ciri cirinya dapat di indentifikasi sebagai berikut
Sistem Jaringan :
a. Tegangan nominal : 20 kV
b. Sistem Pentanahan : Netral Kumparan TM yang dihubungkan secara bintang dari
trafo utama ditanahkan melalui tahanan dengan nilai 500 ohm (arus hubung
singkat ke tanah maksimum 25 A )
c. Konstruksi jaringan : Pada dasarnya adalah saluran udara yang terdiri dari
Saluran Utama ( Main lines ) : Kawat jenis AAAC 150 mm2 fasa tiga 3-kawat
untuk saluran cabang: kawat AAAC 70 mm2
d. Sistem pelayanan : radial dengan kemungkinan saluran utama antara jaringan
yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam keadaan darurat
Sistem Pengaman :
a. Pemutus Beban (PMB) utama dipasang pada saluran utama di GI sebagai
pengaman utama jaringan dan dilengkapi dengan alat pengaman ( Relai )
Relai Penutup Balik (Recloser) untuk memulihkan sistem dari gangguan-
gangguan yang bersifat temporer dan untuk koordinasi kerja dengan
peralatan pemutus / pengaman yang lain disisi hilir dan saluran cabang dari
jaringan antara lain sectionalizer dan Pengaman Lebur (fuse)
Relai Gangguan Tanah Terarah (DGFR = Directional Ground Fault Relays)
dipergunakan untuk membebaskan gangguan fasa tanah
Relai arus lebih (OCR = Over Current Relays) untuk membebaskan
gangguan antar fasa
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 17/21
b. Saklar seksi otomatis ( SSO )
Model saklar ini dipergunakan sebagai alat pemutus rangkaian untuk memisah-
misahkan saluran utma dalam beberapa seksi agar pada keadaan gangguan
permanen luas daerah (jaringan) yang terganggu diusahakan sekecil mungkin,
SSO untuk pola sistem ini akan membuka pada waktu rangkaian tidak
bertegangan dan pada saat rangkaian bertegangan harus mampu menutup
rangkaian dalam keadaan hubung singkat
c. Pengaman Lebur (Fuse)
Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan saluran cabang
juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo distribusi dengan maksud untuk
mengamankan jaringan dan peralatan yang berada di sebelah hilirnya terhadap
gangguan permanen antar fasa dan tidak untuk mengamankan gangguan fasa
tanah.
2. Sistem Distribusi Pola 2:
Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 4 kawat dengan pentanahan netral secara
langsung .
Pola sistem ini mulai dikembangkan di Indonesia di PLN distribusi Jawa tengah
dan pola sistem distribusi ini di indentifikasi sebagai berikut:
Sistem Jaringan :
a. Tegangan Nominal : 20 kV
b. Sistem Pentanahan : Netral ditanahkan sepanjang jaringan dan kawat netral
dipakai bersama untuk saluran tegangan menengah dan saluran tegangan rendah
dibawahnya.
c. Konstruksi Jaringan : Terdiri dari saluran udara terutama dan saluran kabel
sedang saluran udara terdiri dari : saluran utama dan saluran cabang.
Saluran Utama : kawat AAC 240 dan 150 mm2 fasa tiga – 4 kawat
Saluran Cabang : kawat AAC 100 dan 55 mm2 fasa tiga – 4 dan kawat
AAC 55 dan 35 Fasa satu 2 kawat ( Fasa netral )
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 18/21
Cat : Penghantar dapat dipilih yang setara
d. Sistem pelayanan : radial dengan kemungkinan saluran utama antara jaringan
yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam keadaan darurat
e. Pelayanan Beban : Fasa tiga 4 kawat : 20 / 11.6 kV, Fasa tunggal : 2 kawat
11,6 kV
Sistem Pengaman :
a. Penutup Balik otomatis ( PBO )
Alat ini dipasang pada saluran utama Di GI sebagai pengaman utama jaringan .
Pada jaringan yang panjang ( > 20 km ) yang dipasang pada ujung GI tidak lagi
peka untuk mengindentifikasi gangguan yang berada jauh pada ujung hilir
sehingga untuk pengamanan terhadap gangguan temporer maupun untuk
membagi jaringan dalam beberapa seksi guna melokalisir daerah yang
terganggu skecil mungkin dipasang PBO ke dua dan ke tiga pada jarak jarak
tertentu sepanjang saluran utama
b. PMB ( PMT ) dapat dipasang sebagai PBO 1 dimana alat ini perlu dilengkapai
dengan relai–relai :
Relai penutup balik unutuk memulihkan sistem dari gangguan gangguan
yang bersifat temporer dan untuk kordinasi kerja dengan peralatan
pemutus / pengaman lain disisi hilir dan saluran cabang antar lain PBO ,
SSO dan Fuse Cut out
Relai arus lebih jenis waktu tebalik untuk membebaskan gangguan fasa
fasa
Relai arus tanah untuk membebaskan gangguan fasa tanah
c. Saklar seksi otomatis ( SSO )
Model saklar ini dipergunakan sebagai alat pemutus rangkaian untuk
memisah-misahkan saluran utama dalam beberapa seksi agar pada keadaan
gangguan permanen luas daerah (jaringan) yang terganggu diusahakan
sekecil mungkin, SSO untuk pola 2 ini akan membuka pada saat rangkaian
tidak ada arus dan tidak menutup kembali. Saklar ini bekerja berdasarkan
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 19/21
penginderaan dan hitungan (account) trip PMT (PBO) arus hubung singkat
dengan demikian saklar ini dipasang apabila dibagian hulu terpasang PMT
atau PBO
d. Pengaman Lebur ( Fuse )
Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan saluran
cabang juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo distribusi sebagi
pengaman saluran terhadap gangguan gangguan yang besrsifat permanen
koordinasi antar PBO dan alat lainnya perlu dilakukan
3. Sistem Distribusi Pola 3:
Sistem Distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral melalui
tahanan rendah
Pola sistem ini mulai dikembangkan di Indonesia di distribusi Jawa Barat dan DKI
Jaya , sekarang meluas keseluruh wilayah kerja PLN meskipun dibeberpa tempat
digunakan modifikasi. Pola sistem distribusi ini ciri-cirinya dapat di indentifikasi
seperti berikut :
Sistem Jaringan
a. Tegangan nominal : 20 kV
b. Sistem Pentanahan : Netral Kumparan TM yang dihubungkan secara bintang
dari trafo utama ditanahkan melalui tahanan dengan nilai 12 ohm (arus hubung
singkat ke tanah maksimum 1000 A ) dan 40 ohm
(arus hubung singkat ke tanah maksimum 300 A) untuk sistem SUTM atau
sistem campuran
c. Konstruksi jaringan : Pada dasarnya adalah saluran udara terdiri dari :
Saluran Utama ( Main lines ) : Kawat jenis AAAC 150 mm2 fasa tiga 3-kawat
untuk saluran cabang: kawat AAAC 70 mm2
a. Sistem pelayanan : radial dengan kemungkinan saluran utama antara jaringan
yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam keadaan darurat
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 20/21
Sistem Pengaman :
a. Pemutus Beban (PMB) utama dipasang pada saluran utama di GI sebagai
pengaman utama jaringan dan dilengkapi dengan alat pengaman ( Relai )
Relai Penutup Balik (Recloser) untuk memulihkan sistim dari gangguan-
gangguan yang bersifat temporer dan untuk koordinasi kerja dengan
peralatan pemutus / pengaman yang lain disisi hilir dan saluran cabang dari
jaringan antara lain sectionalizer dan fuse (PL = Pengaman Lebur)
Relai Gangguan Tanah Terarah (DGFR= Directional Ground Fault Relays)
dipergunakan untuk membebaskan gangguan fasa tanah
Relai arus lebih (OCR = Over Current Relays) dipergunakan untuk
membebaskan gangguan antar fasa
b. Saklar seksi otomatis ( SSO )
Model saklar ini dipergunakan sebagai alat pemutus rangkaian untuk memisah-
misahkan saluran utma dalam beberapa seksi agar pada keadaan gangguan
permanen luas daerah (jaringan) yang terganggu diusahakan sekecil mungkin,
SSO untuk pola sistem ini akan membuka pada saat rangkaian tidak ada arus
dan tidak menutup kembali.
Saklar ini bekerja berdasarkan penginderaan dan hitungan (account) trip PMT
(PBO) arus hubung singkat dengan demikian saklar ini dipasang apabila
dibagian hulu terpasang PMT atau PBO
c. Pengaman Lebur (Fuse)
Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan saluran cabang
juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo distribusi dengan maksud untuk
mengamankan jaringan dan peralatan yang berada di sebelah hilirnya terhadap
gangguan permanen antar fasa dan tidak untuk mengamankan gangguan fasa
tanah.
PT PLN (Persero)JASDIK
II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
2. JARINGAN DISTRIBUSI TM-TR HAL - 21/21
4. Sistem Distribusi Pola 4 :
Sistem Distribusi 6 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral mengambang.
Pada dewasa ini pola sistem distribusi ini diwilayah kerja PT PLN tidak
dikembangkan lagi dimana ciri cirinya antara lain :
Sistim Jaringan
a. Tegangan Nominal : 6 KV dan 12 KV
b. Sistem pentanahan netral : Tidak ditanahkan ( mengambang )
c. Krakteristik :
1. Terjadi kemencengan tegangan pada saat terjadi gangguan satu fasa ke
tanah pada seluruh sistim
2. Pada saat gangguan dua fasa dan tiga fasa cirinya sama dengan sistem
yang ditanahkan besarnya tergantung tegangan sistem, impedansi sumber
dan impedansi jaringan
3. Arus gangguan hubung singkat ke tanah hanya dipengaruhi tegangan
sistem dan kapasitansi jaringan
4. Bermasalah untuk keselamatan manusia dan hewan dimana pada saat
gangguan hubung singkat ke tanah tidak ada kelengkapan untuk segera
secara otomatis membuka rangkaian namun dilakukan dengan sistim coba-
coba (trial and error)