identifikasi drug related problems (drps) pada pasien anak demam berdarah dengue (dbd...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN
ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERDASARKAN
UMUR DAN JENIS KELAMIN DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PALEMBANG BARI JULI-DESEMBER
TAHUN 2018
SKRIPSI
OLEH
RIMA MONALISA
51502026
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIK SITI KHADIJAH
PALEMBANG
2019
ii
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN
ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERDASARKAN
UMUR DAN JENIS KELAMIN DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PALEMBANG BARI JULI-DESEMBER
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm) Pada Program Studi S1 Farmasi
STIK Siti Khadijah Palembang
Disusun Oleh :
RIMA MONALISA
51502026
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIK SITI KHADIJAH
PALEMBANG
2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SKRIPSI, JANUARI 2020
Rima Monalisa
Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Anak Demam Berdarah
Dengue Berdasarkan Umur dan Berat Badan di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Palembang BARI Juli-Desember Tahun 2018
V Bab + 73 Halaman + 16 Tabel + 12 Gambar + 4 Lampiran
ABSTRAK
Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian atau masalah yang tidak
diinginkan terkait terapi obat pasien yang berpengaruh pada outcome yang
diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presentase kejadian dari
masing-masing DRPs pasien demam berdarahdengueanak di RSUD Palembang
BARI. Adapun kategori DRPs yang diidentifikasi meliputi indikasi tanpa obat,
obat tanpa indikasi, ketidaktepatan pemilihan obat, dosis obat kurang, dosis obat
lebih, dan ketidakpatuhan. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental
dengan pengumpulan data secara retrospektif, dari data rekam medis, yang dikaji
secara deskriptif. Dari 68 kasus pasien demam berdarah dengue rawat inap yang
masuk kriteria inklusi, yaitu pasien yang tercatat menderita demam berdarah
dengue yang memiliki data rekam medis lengkap dan dapat dibaca, hasilnya dari
68 kasus pasien yang memenuhi kriteria inklusi menunjukan kejadian DRPs
kategori indikasi tanpa obat sebanyak 2 kasus (3%), obat tanpa indikasi 0 kasus,
ketidaktepatan pemilihan obat 0 kasus, dosis rendah sebanyak 0 kasus, dosis
tinggi sebanyak 4 kasus (6%), obat yang merugikan 0 kasus dan ketidakpatuhan
sebanyak 0 kasus. Data keseluruhan kejadian DRPs sebanyak 6 kasus (9%).
Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Drug Related Problems (DRPs)
Pustaka : 19 (2008-2016)
iv
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
S1 PHARMACY STUDY PROGRAM
THESIS, JANUARY 2020
Rima Monalisa
Identification of Drug Related Problems (DRPs) in Dengue Hemorrhagic
Fever Children Patients based on Age and Weight at Inpatient Department
Palembang BARI General Hospital in July-December 2018
(V+ 73 Pages + 16 Tables+ 12 Pictures +4 Appendices)
ABSTRACT
Drug Related Problems (DRPs) are undesired events or problems related to
patient drug therapy that affect the expected outcome. The aim of this study was
determine the percentage of incidence of each DRPs in dengue hemorrhagic fever
patients in Palembang BARI Hospital. The DRPs categories identified include
indications without drugs, drugs without indications, inaccurate drug selection,
lack of drug dosages, over drug dosages, and non-compliance. This study is a non-
experimental research with retrospective data collection, from medical record
data,which is reviewed descriptively, of 68 cases of inpatient dengue hemorrhagic
fever patients who were included in the inclusion criteria, namely patients who
were recorded as suffering from dengue hemorrhagic fever who had complete and
readable medical record data, the results of the 68 cases of patients who met the
inclusion criteria showed the incidence of DRPs in the indications category
without drugs as much as 2 case (3%), drugs without indication 0 cases,
inaccurate drug selection 0 cases, dosage low in 0 cases, high doses in 4 cases
(6%), drugs that harm 0 cases and noncompliance in 0 cases. Overall data on the
incidence of DRPs were 6 cases (9%).
Keywords : Dengue Hemorrhagic Fever, Drug Related Problems (DRPs)
References : 19 (2008-2016)
v
vii
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Diri
Nama : Rima Monalisa
NIM : 51502026
Tempat,Tanggal Lahir : Palembang, 21 Maret 1997
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Rizal Fikri
Ibu : Desma Lena
Jumlah Saudara : 4 Saudara
Anak Ke : 1 (pertama) dari 4 bersaudara
Alamat : Desa Bedilan, Kecamatan Belitang 1,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur
2. Riwayat Pendidikan
Tahun 2002 - 2003 : TK Pertiwi Belitang
Tahun 2004 - 2009 : SD Charitas 01 Belitang
Tahun 2009 - 2012 : SMP Charitas 01 Belitang
Tahun 2012 - 2015 : SMA LPB Belitang
Tahun 2015 sampai sekarang Mahasiswa STIK Siti Khadijah Palembang
Program Studi S1 Farmasi
x
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (Qs Al Insyariah 5-6)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri”.
(Qs Ar Ra’d 11)
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini ku persembahkan sekaligus sebagai ungkapan terimakasih kepada
Ayah ku (Rizal Fikri) dan Ibu ku (Desma Lena) yang selalu memberi semangat
dan motivasi dalam hidupku dan bimbingan untuk kebaikanku, serta adik ku
(Ramadhan Akbar.M, Rima Febby.Y dan Muhammad Syukron.K) yang selalu
memberi inspirasi, menasehati untuk lebih baik lagi, dan para sahabat beserta
teman satu angkatan Farmasi 2015.
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjat kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “IdentifikasiDrug
Related Problems(DRPs) Pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue(DBD)
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Di Instalasi Rawat InapRumah Sakit
Palembang BARI Juli-Desember 2018”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) pada program Studi Sarjana
Farmasi STIK Siti Khadijah Palembang.
Pada kesempatan ini saya sampaikan rasa terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua saya tercinta yang selalu
mendoakan saya setiap sholatnya, memberi semangat, memberi supportnya.
Penulis sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. dr. Ibrahim EdySapada, M.Kesselaku Ketua STIK Siti Khadijah
Palembang.
2. Ibu Gita Susanti. S.Farm.,Apt.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana
Farmasi Palembang dan Penguji. Terima kasih atas masukan dan semua
ilmu yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap ilmu
kefarmasian.
3. Ibu Dra. Hj. Kisdaryeti, Apt., MARS selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, masukan dan saran selama penyusunan
skripsi ini.
4. Ibu Dra. Masrini Siswi Desy, Apt., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran selama
penyusunan skripsi ini
5. Seluruh dosen, staf dan karyawan Program Studi S1 Farmasi.
6. Teman-teman seperjuangan Farmasi 2015.
xii
Akhirnya, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum
sempurna, sehingga dengan segala keterbatasan yang ada, penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang berguna untuk
menyempurnakan skripsi ini. Semoga Allah SWT mengampuni kesalahan
kita, serta menerima amal baik dan melimpahkan segala kekurangan
segala rahmat serta hidayahnya kepada kita semua. Amiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Palembang, Januari2020
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............ .......................................................................... i
HALAMAN JUDUL………………………………………………................ . ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi
BEBAS PLAGIARISME .................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vii
MOTTO PERSEMBAHAN ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 RumusanMasalah ........................................................................... 8
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
1.5 ManfaatPenelitian .......................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue ................................................................ 12
2.1.1 Definisi DBD .......................................................................... 12
2.1.2 Etiologi DBD .......................................................................... 13
2.1.3 Morfologi Nyamuk ................................................................ 14
2.1.4 Cara Penyebaran DBD ......................................................... 15
2.1.5 Penularan DBD ..................................................................... 16
2.1.6 Patogenesis dan Patofisiologi DBD ...................................... 17
2.1.7 Epidemiologi dan Pemeriksaan DBD .................................. 18
2.1.8 Tatalaksana dan Pengobatan DBD ...................................... 20
2.1.9 Pencegahan dan Pemberantasan DBD ............................... 23
2.2 Drug Releated Problems ................................................................. 27
2.3 Pediatiri ........................................................................................... 29
2.4 Rumah Sakit ................................................................................... 31
2.4.1 Definisi Rumah Sakit ............................................................ 31
2.4.2 Peran Apoteker di Rumah Sakit .......................................... 33
2.5 Rekam Medis ...................................................................................... 34
2.5.1 Definisi Rekam Medis ........................................................... 35
2.5.2 Fungsi Rekam Medis ............................................................. 35
2.6 Kerangka Teori .................................................................................. 36
xiv
2.7 Penelitian Terkait .............................................................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 40
3.2 KerangkaKonsep ............................................................................ 40
3.3 PopulasidanSampel ........................................................................ 40
3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................ 40
3.3.2 Sampel Penelitian .................................................................. 41
3.4 Variabel Penelitian ......................................................................... 43
3.5 Tempat Penelitian .......................................................................... 44
3.6 WaktuPenelitian ............................................................................. 44
3.7 EtikaPenelitian ............................................................................... 44
3.7.1 Informed Consent ................................................................... 44
3.7.2 Anomymity .............................................................................. 44
3.7.3 Confidentiality ........................................................................ 44
3.8 InstrumenPenelitian ....................................................................... 45
3.9 MetodePengumpulan Data ............................................................ 45
3.10 MetodeAnalisisData ....................................................................... 45
3.10.1 Analisis Data ........................................................................ 45
3.11 DefinisiOperasional ........................................................................ 46
3.12 Hipotesis .......................................................................................... 49
3.13 Alur Penelitian ................................................................................ 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 51
4.1.1 Profil RSUD Palembang BARI ............................................ 51
4.1.2 Karakteristik Data Sampel Pasien ...................................... 54
4.1.2.1 Karakteristik Jenis Kelamin Pasien ........................ 54
4.1.2.2 Karakteristik Umur .................................................. 54
4.1.2.3 Karakteristik Penyakit Penyerta ............................ 55
4.1.3 Analisa Drug Related Problems (DRPs) ............................... 56
4.2 Pembahasan .................................................................................... 63
4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 71
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 72
5.2 Saran............................................................................................... . 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 NyamukAedes Aegypti ........................................................ 14
Gambar 2.2 Memakai Kelambu ............................................................. 24
Gambar 2.3 Menguras Bak Mandi ........................................................ 24
Gambar 2.4 Menutup Tempat Penampungan Air ............................... 25
Gambar 2.5 Mengubur Sampah ............................................................. 25
Gambar 2.6 Memasang Kawat Anti Nyamuk ....................................... 25
Gambar 2.7 Menimbun Genangan Air .................................................. 26
Gambar 2.8 Menjaga Kebersihan Rumah ............................................ 26
Gambar 2.9 Menyemprot Cairan Pembasmi Nyamuk ........................ 26
Gambar 2.10 Mengoleskan Lotion Anti Nyamuk ................................... 27
Gambar 2.11 Memilihara Ikan ................................................................. 27
Gambar 3.1 Alur Penelitian .................................................................... 50
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel2.1 Penyebab DRPs ................................................................................ 28
Tabel 2.2 Kerangka Teori................................................................................. 36
Tabel 2.3 Penelitian Terkait ............................................................................. 36
Tabel 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 40
Tabel 3.2 Definisi Operasional ......................................................................... 46
Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 54
Tabel 4.2 Karakteristik Berdasarkan Umur .................................................. 55
Tabel 4.3 Karakteristik Berdasarkan Penyakit Penyerta ............................. 56
Tabel 4.4 Kriteria Indikasi Tanpa Obat ......................................................... 57
Tabel 4.5 Kriteria Obat Tanpa Indikasi ......................................................... 58
Tabel 4.6 Kriteria Ketidaktepatan Pemilihan Obat ...................................... 59
Tabel 4.7 Kriteria Dosis Rendah...................................................................... 59
Tabel 4.8 Kriteria Dosis Tinggi ........................................................................ 60
Tabel 4.9 Kriteria Reaksi Obat yang Merugikan .......................................... 61
Tabel 4.10 Kriteria Ketidakpatuhan Pasien ................................................... 62
Tabel 4.11 Jumlah Keseluruhan Frekuensi Kriteria .................................... 6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 3 Data Pasien
Lampiran 4 Lembar Observasi
xvi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus,
genus Flavivirus, danfamily Flaviviridae.DBD ditularkan melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau
Aedesalbopictus.Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016)
Jumlah penderita DBD yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak
129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (IR/Angka
kesakitan= 50,75 per100.000 penduduk dan CFR/angka kematian=
0,83%). Dibandingkan tahun 2014 dengan kasus sebanyak 100.347 serta
IR 39,80 terjadi peningkatan kasus pada tahun 2015. Kematian akibat
DBD dikategorikan tinggi jika CFR >1%. Dengan demikian pada tahun
2015 terdapat 5 provinsi yang memiliki CFR tinggi yaitu Maluku
(7,69%), Gorontalo (6,06%), Papua Barat (4,55%), Sulawesi Utara
(2,33%), dan Bengkulu (1,99%). Pada provinsi tersebut masih perlu upaya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan
kuantitas SDM kesehatan di rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat
dan lain-lain) termasuk peningkatan sarana-sarana penunjang diagnostik
dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan
1
2
kesehatan.Sedangkan menurut jumlah kematian, jumlah kematian tertinggi
terjadi di Jawa Timur sebanyak 283 kematian, diikuti oleh Jawa Tengah
(255 kematian) dan Kalimantan Timur (65 kematian) (Kemenkes RI,
2016).
Situasi Demam BerdarahDengue(DBD) di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2014 terjadi peningkatan kasus dibandingkan tahun
2013. Pada tahun 2014 jumlah kasus mencapai 1.506 kasus (IR sebesar
19/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 4 kematian
(CFR 0,27%). Sementara pada tahun 2013 jumlah penderita DBD
sebanyak 1.450 kasus (IR 19/100.000 penduduk) dengan kematian
sebanyak 2 orang (CFR 0.14%). Jumlah kasus yang tinggi ditahun 2014
juga merupakan karena pengaruh pecahnya kabupaten yang semula
berjumlah 15 kab/kota menjadi 17 kab/kota di sumsel (Dinkes Sumsel,
2014).
Jumlah kasus yang tinggi ditahun 2014 juga merupakan karena
pengaruh pecahnya kabupaten yang semula berjumlah 15 kab/kota menjadi
17 kab/kota diSumatera Selatan. Tujuan dari program kegiatan antara lain:
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat agar terhindar dari Penyakit Demam BerdarahDengue(DBD)
terselenggaranya kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terutama
3 M plus secara berkesinambungan; Menurunkan angka kesakitan kurang
dari 51/100.000; dan angka kematian CFR < 1% (Dinkes Sumsel, 2014).
3
Sedangkan kegiatan yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2014 diantaranya: Penyemprotan Sarang
nyamuk pada 117 Fokus; Bimtek dan monev pelacakan & penatalaksanaan
penyakit bersumber binatang/ P2B2 DBD pada 12 Kab / Kota. Pengadaan
Alat Fogging sebanyak 7 unit dan Pengadaan Uji Dengue IGg/Igm
sebanyak 400 box. Kesenjangan antara target dan capaian indicator
program DBD (P2B2) yang ada diantaranya: PSN 3M plus dimasyarakat
belum optimal; Pokjanal DBD belum optimal; Cuaca yang tak menentu
serta tingginya curah hujan sehingga meningkatnya populasi nyamuk
aedesaegypti laporan angka bebas jentik (ABJ) tidak semua kab/kota
melaporkan ke provinsi Perilaku hidup bersih dalam pengendalian nyamuk
DBD yang masih kurang terlambatnya membawa pasien DBD ke
pelayanan kesehatan yang ada karena alasan fasilitas yang jauh.
Menganggap enteng demam biasa yang menjadi gejala klinis DBD.
Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarajkat terhadap pengendalian
DBD dan terbatasnya dana APBD provinsi untuk medukung kinerja
program dalam pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) (Dinkes
Sumsel, 2014).
Penemuan kasus DBD terbanyak untuk tahun 2014 yaitu di kota
Palembang sebanyak 622 kasus, Prabumulih 226 kasus, Banyuasin
136kasus. Transportasi yang lancar, kota yang sangat berkembang serta
pemukiman penduduk yang padat menyebabkan kota Palembang selama
bertahun-tahun menjadi peringkat teratas dalam jumlah kasus Demam
4
Berdarah Dengue (DBD). Situasi kasus DBD tahun 2013 dan 2014,
dimana terjadi kenaikan yang tinggi pada bulan Desember tahun
2014.Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah kasus DBD mulai dari
bulan Juni sampai dengan Desember jika dibandingkan dengan awal bulan
tahun 2013.Curah hujan yang tinggi pada akhir tahun diprovinsi Sumatera
Selatan menyebabkan jumlah kasus meningkat pada tahun 2014 akhir.
Insiden rate untuk Provinsi Sumatera Selatan ditahun 2014 sebesar
19/100.000 penduduk sama dengan tahun sebelumnya, tapi masih dibawah
standar nasional yaitu 51/100.000 penduduk. Namun dalam beberapa hal
masih terdapat 1 kabupaten yang capaian IR nya melebihi target nasional,
seperti prabumulih.Hal ini menunjukkan masih tingginya kasus DBD
dibeberapa kab/kota provinsi Sumatera Selatan (Dinkes Sumsel, 2014).
Perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, suhu,
kelembaban, arah udara sehingga berefek terhadap ekosistem daratan dan
lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan terutama terhadap
perkembangbiakan vektor penyakit sperti nyamuk Ades, malaria dan
lainnya. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih
kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor
pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk
yang sejalan dengan semakin membaiknya sarana transportasi
menyebabkan penyebaran virus Demam BerdarahDengue (DBD) semakin
mudah dan semakin luas (Ayu, 2016).
5
Seiring dengan meningkatnya jumlah pasien DBD menyebabkan
peningkatan upaya penyembuhan dan meningkatnya jumlah obat baru
yang digunakan untuk penyembuhan penyakit tersebut. Banyaknya obat
yang beredar justru sering menimbulkan kebingungan antara praktisi
medis. Hal tersebut menambah rumitnya pengobatan dan berdampak pada
terjadinya kasus Drug Related Problems (DRPs). Pada kasus ini pasien
anak lebih membutuhkan pemantauan ketat.Maka dari itu perlu adanya
sebuah penelitian mengenai DRPs yang terjadi pada pasien anak (Niken,
2011).
Drug Releated Problems (DRPs) merupakan peristiwa yang tidak
diinginkan yang dapat mengganggu pencapaian tujuan terapi suatu obat
yang dijalani pasien. Kategori DRPs tersebut meliputi terapi tanpa
indikasi, indikasi tanpa obat, obat kurang efektif, dosis kurang, dosis
berlebih, efek samping obat dan ketidakpatuhan (Cipolle et al, 2012).
RSUD Palembang BARI merupakan RSUD yang memiliki
peralatan lengkap. Dari studi penelusuran yang telah dilakukan diketahui
jumlah pasien yang mengalami Demam Berdarah Dengue(DBD) dengan
atau tanpa penyakit penyerta yang dirawat inap pada tahun 2018 sebanyak
211 pasien. Nilai ini menunjukan jumlah yang cukup tinggi. Apabila
jumlah pasien Demam Berdarah Dengue(DBD) yang dirawat inap tinggi
maka monitoring pasien dan pemberian obat pada pasien kurang
maksimal. Hal tersebut dapat mendorong terjadinya Drug Related
Problems pasien anak di RSUD Palembang BARI tahun 2018.
6
Disinilah diperlukan adanya peran farmasis yang memiliki
komitmen kuat dan berkemampuan dalam menangani kejadian DRPs guna
meminimalkan angka kejadian DRPs. Pada praktik pelayanan farmasi
klinik apoteker atau farmasis memegang peranan penting dalam
pencapaian terapi obat dan menghindari terjadinya Drug Related Problems
(DRPs). Dalam hal ini farmasis harus memiliki pengetahuan tentang
penggunaan obat pada anak-anak agar dapat memberikan saran yang tepat
pada dokter, perawat, tenaga medis lainnya maupun orang tua anak. Selain
itu, untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan
tanggung jawabnya (Permenkes RI, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Moh. Zainal Risky,
Alwiyah Mukaddas, Ingrid Faustine 2011 Identifikasi Drug
RelatedProblems (DRPs) Pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) Di Instalasi Rawat Inap RSUD Unatada Palu Tahun 2011.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data diri catatan
rekam medik pada seluruh pasien anak yang terdiagnosis DBD di RSUD
Undata Palu dengan umur 1-12 tahun. Data yang dianalisis meliputi terapi
obat yang tidak perlu, obat salah, dosis kurang, dosis lebih. Berasarkan
hasil penelitian, diperoleh dari 103 pasien yang memenuhi kriteria terdapat
total seluruh kasus DRPs adalah 171 kasus, dengan 103 kasus (57,89%)
kategori terapi obat tidak perlu, 25 kasus (14,62%) kategori obat salah, 39
7
kasus (22,81%) kategori dosis lebih dan 8 kasus (4,68%) kategori dosis
kurang. Kejadian DRPs yang paling sering terjadi dalam penelitian ini
adalah terapi obat tidak perlu sebesar 57,89% dari keseluruhan total kasus
DRPs.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Novri Irawati 2014 yang
berjudul Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Anak
Demam Berdarah Dengue di Instalasi Rawat Inap Pridu B RSUP Haji
Adam Malik Medan Periode Oktober-Desember 2014. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dari 52 pasien yang memenuhi kriteria inklusi
diperoleh total seluruh kasus DRPs sebanyak 29 kasus, dengan 1 kasus
(3,45%) kategori dosis kurang, 6 kasus (20,70%) kategori dosis lebih, 10
kasus (34,50%) kategori indikasi tanpa obat, 9 kasus (31,05%) kategori
obat tanpa indikasi, 1 kasus (3,45%) kategori interaksi obat, 2 kasus
(6,90%) kategori kegagalan dalam menerima obat.
Selain itu juga dilakukan penelitian oleh Niken Lilies Handayani,
Prihwanto Budi S.,Wiratmo 2010-2011 Identifikasi Drug
RelatedProblems(DRPs) dalam pengobatan Demam Berdarah
Dengue(DBD) pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSD dr.Soebandi
Jember Periode 2010-2011. Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang
bersifat non eksperimental dengan rancangan deskriptif yang bersifat
retrospektif. Kategori DRPs yang diidentifikasi antara lain indikasi butuh
obat, obat tanpa indikasi, obat salah, interaksi obat, dosis lebih, dosis
kurang. Kategori obat salah 23 pasien (32,86%), dosis kurang 20 pasien
8
(28,57%), dosis lebih 17 pasien (24,29%), terapi tanpa indikasi 18 pasien
(25,71%), need for additional drug therapy 3 patients (4,29%), drug
interactions 1 patient (1,43%), adverse drug reaction 1 patient (1,43%).
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Identifikasi Drug Releated Problems(DRPs) pada anak
yang mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap
RSUD Palembang Bari Juli-Desember tahun 2018”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas masih terdapat Drug Releated
Problems (DRPs) di beberapa Rumah Sakit, maka masalah yang diteliti
adalah bagaimana Identifikasi Drug Releated Problems(DRPs) pada
pasien anak berdasarkan umur dan berat badan penderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang Bari Juli-
Desember Tahun 2018?
1.3 Pertanyaan Penelitian
1.Apakah terdapat indikasi tanpa obat pada pasien anak penderita Demam
Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
Bari?
2. Apakah terdapat obat tanpa indikasi pada pasien anak penderita Demam
Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
Bari?
9
3. Apakah terdapat obat yang kurang tepat pada pasien anak penderita
Demam Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD
Palembang Bari?
4. Apakah terdapat dosis terlalu kecil pada pasien anak penderita Demam
Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
Bari?
5. Apakah terdapat dosis terlalu besar pada pasien anak penderita Demam
Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
Bari?
6. Apakah terdapat reaksi obat yang merugikan pada pasien anak penderita
Demam Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD
Palembang Bari?
7. Apakah terdapat ketidakpatuhan pada pasien anak penderita Demam
Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
Bari?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahui Drug Releated Problems(DRPs) pada pasien
anak berdasarkan umur dan berat badan penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
Bari Juli-Desember Tahun 2018.
10
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui indikasi tanpa obat pada pasien anak penderita
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap
RSUD Palembang Bari
2. Diketahui penggunaan obat tanpa indikasi pada pasien anak
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi
Rawat Inap RSUD Palembang Bari
3. Diketahui pemilihan obat yang kurang tepat pada pasien
anak penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi
Rawat Inap RSUD Palembang Bari
4. Diketahui dosis yang terlalu kecil pada pasien anak
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi
Rawat Inap RSUD Palembang Bari
5. Diketahui dosis yang terlalu besar pada pasien anak
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi
Rawat Inap RSUD Palembang Bari
6. Diketahui reaksi obat yang tidak diinginkan pada pasien
anak penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi
Rawat Inap RSUD Palembang Bari
7. Diketahui ketidakpatuhan pada pasien anak penderita
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap
RSUD Palembang Bari
11
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi RSUD Palembang Bari
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan untuk mengurangi kejadian Drug Releated Problems
(DRPs) pada pasien anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
Instalasi RSUD Palembang Bari Tahun 2018.
1.5.2 Bagi STIK Siti Khadijah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
danmenambah referensi bagi mahasiswa atau mahasiswi STIK Siti
Khadijah Palembang khususnya tentang studi farmasi klinis.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.1.1 Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue(DBD) merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau,
DEN-4 yang masuk ke peredaran darah melalui gigitan vektor
nyamuk dari genus aedes, misalnya Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari
penderita DBD lainnya (Ginanjar, 2008).
Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik. Di
Asia, penyakit ini sering menyerang di Cina Selatan, Pakistan,
India dan semua negara di Asia Tenggara. Di Indonesia, DBD
pertama kali ditemukan dikota Surabaya pada tahun 1968, dimana
sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal
dunia. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh
Indonesia (Kemenkes RI, 2010).
Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali
lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negara-negara baru,
mulainya perpindahan kasus dari kota ke lokasi pedesaan.
Penderita DBD sangat banyak ditemukan disebagaian besar
12
13
wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika
Tengah, dan Karibia (Candra, 2010).
2.1.2 Etiologi Demam Berdarah Dengue(DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh gigitan
nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung virus Dengue. Pada saat
nyamuk Aedes Aegypti maka virus Dengue akan masuk ke dalam
tubuh, setelah masa inkubasi sekitar 3-15 hari penderita bisa
mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita
mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala tersebut
(Ayu Putri Ariani, 2016).
Ciri-ciri nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (Aedes
Aegypti)yaitu:
1. Badan nyamuk yang berwarna hitam dan belang-belang
putih pada seluruh tubuhnya (Bloreng).
2. Nyamuk ini dapat berkembangbiak pada Tempat
Penampungan Air (TPA) dan pada barang-barang yang
memungkinkan untuk digenangi air seperti bak mandi,
drum, vas bunga, barang bekas dan lain-lain.
3. Nyamuk Aedes Aegypti tidak dapat berkembangbiak di got
atau selokan ataupun kolam yang airnya langsung
berhubungan dengan tanah.
4. Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit manusia pada
pagi dan sore hari.
14
5. Nyamuk ini termaksud jenis nyamuk yang dapat terbang
hingga 100 meter.
6. Hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
Gambar 2.1 Nyamuk Aedes Aegypti
(Sumber: Wulandari, 2014).
2.1.3 Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk berukuran kecil (4-13 mm) dan rapuh. Kepalanya
mempunyai probosis halus dan panjang yang melebihi panjang
kepala. Pada nyamuk betina probosis dipakai sebagai alat untuk
menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan untuk menghisap
bahan-bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan
dan juga keringat (Ayu, 2016).
Sayap nyamuk panjang dan langsung mempunyai vena
yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang
letaknya mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan
rambut yang disebut fringe. Abdomen berbentuk silinder dan terdiri
dari 10 ruas.Dua ruas yang terahir berubah menjadi alat kelamin.
Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki yang melekat pada toraks dan
15
tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus
(Ayu, 2016).
2.1.4 Cara Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD)
Nyamuk Aedes Aegypti merupakan pembawa virus dari
penyakit Demam BerdarahDengue(DBD). Cara penyebarannya
melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah terinfeksi
virus demam berdarah. Virus ini akan terbawa dalam kelenjar ludah
si nyamuk. Virus dengue berada dalam daah selama 4-7 hari mulai
1-2 hari sebelum demam. Bila penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD) di gigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut
terhisap masuk kedalam lambung nyamuk (Ayu, 2016).
Selanjutnya, virus akan memperbanyak diri dan tersebar
diberbagai jaringan tubuh nyamuk, termaksud didalam kelenjar
liurnya. Kira-kia 1 minggu setelah menghisap darah penderita,
nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa
inkubasi eksktrinsik). Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidupnya. Penularnya ini terjadi karena setiap kali
nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya agar darah yang
dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus Dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Ayu, 2016).
Kemudian nyamuk ini menggigit orang sehat.Bersamaan
dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus demam
16
berdarah juga berpindah ke orang tersebut dan menyebabkan orang
sehat tadi teinfeksi virus demam berdarah (Ayu, 2016).
Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup yang
berbeda dari nyamuk biasa. Nyamuk ini aktif dari pagi sampai
sekitar jam 3 sore untuk menghisap darah yang juga berarti dapat
menyebarkan virus demam berdarah. Sedangkan pada malam hari,
nyamuk ini tidur. Maka, berhati-hatilah terhadap gigitan nyamuk
pada siang hari dan cegah nyamuk ini menggigit anak yang sedang
tidur siang (Ayu, 2016).
Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada
digenangan air bersih dan didaerah yang banyak pohon seperti
ditaman atau kebon. Genangan air pada pot bunga mungkin
menjadi salah satu tempat favorit nyamuk yang dapat terlupakan
oleh anda (Ayu, 2016).
2.1.5 Penularan Demam Berdarah Dengue(DBD)
Penularan penyakit demam berdarah dengueumumnya
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegyptimeskipun dapat
juga ditularkan oleh Aedes albopictusyang hidup dikebun. Kedua
jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh pelosok indonesia.
Kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter
diatas permukaan laut. Orang yang kemasukan virus dengueuntuk
pertama kali, umumnya hanya menderita sakit demam dengue atau
demam yang ringan dengan tanda dan gejala yang tidak spesifik
17
atau dengan tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit sama sekali.
Penderita demam dengue biasanya akan sembuh sendiri dalam
waktu 5 hari tanpa pengobatan. Tetapi apabila orang sebelumnya
sudah pernah kemasukan virus dengue, kemudian kemasukan virus
dengue dengan virus tipe lain maka orang tersebut dapat terserang
penyakit demam berdarah dengue(teori infeksi sekunder) (Aulia,
2016).
2.1.6 Patogenesis dan Patofisiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan sindrom renjatan Dengue. Respon
imun yang diketahui berperan dalam patogenesis Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah:
1. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang
berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang
dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus Dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada
monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut dengan
Antibodi Dependent Enchancement (ADE).
2. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8)
berpean dalam respon imun seluler terhadap virus
Dengue. Differensiasi T sehingga disekresi berbagai
mediator inflamasi seperti TNF, IL-1, PAF
18
(PleteletActivating Factor), IL-6 dan histamin yang
mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan tejadi
kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi
melalui aktivasi oleh kompleks virus antibodi yang juga
mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi Dengue terjadi melalui
mekanisme:
a. Supresi sumsum tulang.
b. Destruksi dan pemendekan makhluk hidup trombosit
2.1.7 Epidemiologi dan Pemeriksaan Demam Berdarah
Dengue(DBD)
2.1.7.1 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue(DBD)
Dalam pemeriksaan Demam Berdarah Dengue(DBD) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi faktor-faktor yang
mempengaruhi manusia dalam penyakit Demam Bedarah Dengue
(DBD) yaitu:
a. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
kepekaan terhadap infeksi virus Dengue. Semua golongan
umur dapat terserang virus Dengue, meskipun baru berumur
beberapa hari setelah lahir.
19
b. Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap
serangan Demam Berdarah Dengue (DBD) dikaitkan
dengan perbedaan jenis kelamin (gender).
c. Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat ringan penyakit dan ada
hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang
baik yang mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena
ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka
terjadi infeksi virusDengue yang berat.
d. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah
terjadinya infeksi virus Dengue, karena daerah yang
berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden
kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tersebut.
e. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada
transmisi penularan infeksi virus Dengue.
20
2.1.8 Tatalaksaana dan Pengobatan Demam Berdarah
Dengue(DBD)
2.1.8.1 Tatalaksana Berdasarkan Kelompok Umur
a. Penatalaksana Demam Berdarah Dengue (Pada Anak)
1. Adakah tanda kedaruratan, yaitu tanda syok (gelisah,
nafas cepat, bibir biru, tangan dan kaki dingin, kulit
lembab), muntah terus-menerus, kejang, kesadaran
menurun, muntah darah, tinja darah, maka pasien
perlu dirawat/dirujuk.
2. Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji
Tourniquet dan hitung trombosit.
a) Bila uji Tourniquet positif dan jumlah
trombosit 100.000/●1, penderita dirawat atau
dirujuk.
b) Bila uji Tourniquet negatif dengan trombosit
>100.000/●1 atau normal, pasien boleh
pulang dengan pesan untuk datang kembali
setiap hari sampai suhu turun.
3. Pasien dianjurkan minum banyak, seperti: air teh,
susu, sirup, oralit, jus buah dan lain-lain.
4. Berikan obat antipiretik golongan parasetamol jangan
golongan salisilat.
21
5. Apabila selama dirumah demam tidak turun pada hari
sakit ketiga, evaluasi tanda klinis adakah tanda-tanda
syok, yaitu anak menjadi gelisah, ujung kaki/tangan
dingin, sakit perut, tinja hitam, kencing berkurang bila
perlu periksa Hb, Ht dan trombosit.
6. Apabila terdapat tanda syok atau terdapat peningkatan
Ht dan atau penurunan trombosit, segera rujuk
kerumah sakit.
2.1.8.2 Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan
Demam Berdarah Dengue.Pengobatan bersifat
simptomatif dan suportif.Penderita dianjurkan beristirahat
saat sedang minum. Maka, hal yang dapat dilakukan untuk
membantu kesembuhan orang yang terkena penyakit ini
adalah:
1. Berikan obat penurun panas atau paracetamol.
2. Kompres agar panas tidak terlalu tinggi. Kompres
sebaiknya dilakukan dengan air hangat, bukan
dengan air dingin atau es. Air dingin dapat
menyebabkan penderita menggigil sehingga tubuh
menjadi panas.
3. Minum air putih yang banyak. Penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD) biasanya akan kekurangan
22
cairan, maka air putih sangat baik untuk mereka. Air
putih juga dapat membantu menurunkan panas.
Selain air putih, bisa juga berikan cairan oralit untuk
membantu penyembuhan.
4. Makanan yang bergizi. Sebenarnya tidak ada
pantangan makanan untuk penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD). Berikan makanan bergizi
agar tubuh menjadi kuat dan dapat melawan virus
Demam Berdarah Dengue (DBD). Buah-buahan dan
sayuran dapat sangat bermanfaat untuk pemulihan.
5. Minum air daun jambu dan angkak dapat membantu
menaikkan trombosit.
Perawatan bisa dilakukan dirumah jika kondisi
penderita tidak buruk dan diperbolehkan oleh dokter.
Tetapi, butuh ketelitian dalam merawatnya.Anda juga harus
terus berkonsultasi dengan dokter dan melakukan periksa
darah untuk mengetahui kondisinya. Dirawat dirumah sakit
dapat menjadi pilihan jika anda merasa hal itu lebih aman
karena tindakan medis bisa segera diambil jika kondisi
pasien menurun juga dimungkinkan diberikan infus untuk
menambah cairan pasien (Ayu, 2016).
Hal-hal yang membahayakan dari penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) karena infeksi virus ini dapat
23
menyebabkan trombosit darah turun menjadi sangat rendah.
Yang kemudian akan menyebabkan pembuluh darah
menjadi kempis, cairan bocor sehingga darah masuk
kerongga-rongga tubuh dan menyebabkan pendarahan pada
telinga, hidung, atau kulit yang dapat menyebabkan
kematian (Ayu, 2016).
Pengobatan pasien Demam BerdarahDengue (DBD)
derajat I-II, sama dengan pengobatan pada penderita
Demam Berdarah Dengue (DBD), tetapi dengan monitoring
yang ketat akan terjadinya kebocoran plasma. Penderita
dapat dirawat dengan pemberian cairan IV selama 12-24
jam. Pasien yang menunjukan kenaikan kadar hematokrit,
jumlah trombosit <50.000/mm³, atau menunjukan tanda-
tanda perdarahan spontan selain patekie, harus dirawat
secara intensif (Ayu, 2016).
2.1.8.3 Pencegahan dan Pemberantasan Demam
BerdarahDengue(DBD)
Berikut ini beberapa langkah-langkah
pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD)
yang bisa diterapkan yang disebut dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
BerdarahDengue (DBD) diantaranya:
1. Pencegahan primer
24
Pencegahan tingkat pertama merupakan
suatu upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat tetap sehat atau mencegah orang
yang sehat menjadi sakit. Sebelum
ditemukannya vaksin terhadap virus Demam
Berdarah Dengue (DBD), pengendalian
vektor adalah satu-satunya upaya yang
diandalkan dalam mencegah Demam
Berdarah Dengue (DBD). Secara garis bersar
ada cara pengendalian vektor yaitu:
a. Fisik
1. Memakai kelambu
Gambar 2.2 Memakai Kelambu
(Sumber: detik riau.org, 2016)
2. Menguras bak mandi
Gambar 2.3Menguras bak mandi
(Sumber: Rickyhermawan go.blogspot.com)
25
3. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
Gambar 2.4 Menutup Tempat Penampungan Air
(Sumber: latihanjie.wordpress.com)
4. Mengubur sampah
Gambar 2.5Mengubur Sampah
(Sumber: PMR Gantiwarno, 2016).
5. Memasang kawat anti nyamuk
6.
Gambar 2.6Memasang Kawat Anti Nyamuk
(Sumber: depokmania.wordpress.com)
26
7. Menimbun genangan air
Gambar 2.7Menimbun Genangan Air
(Sumber: architecteria.com)
8. Menjaga kebersihan rumah
9.
Gambar 2.8Menjaga Kebersihan Rumah
(Sumber: lifestyle.okezone.com)
b. Kimia
9. Menyemprotkan cairan pembasmi nyamuk
Gambar 2.9 Menyemprotkan Cairan Pembasmi Nyamuk
(Sumber: health.kompas.com)
27
10. Mengoleskan lotion anti nyamuk
11.
Gambar 2.10 Mengoleskan Lotion Anti Nyamuk
(Sumber: henipuspita.net)
c. Biologi
1. Memelihara ikan cupang
2.
Gambar 2.11 Memelihara Ikan
(Sumber: budidayaikanhiasguppy.blogspot.com)
2.2 Drug Related Problems
Drug Related Problems (DRPs) adalah beberapa kejadian tidak
menyenangkan yang dialami oleh pasien, dimana kejadian tersebut meliputi
atau kemungkinan meliputi terapi obat yang benar-benar terjadi atau
potensial terjadi yang bertentangan dengan outcome yang diinginkan. Drug
Related Problems (DRPs) dapat dipecahkan atau dicegah dimana penyebab
28
masalah tersebut dipahami dengan jelas. Oleh karena itu, perlu
mengidentifikasi dan tidak hanya kategori Drug Related Problems (DRPs)
saja tapi juga penyebabnya. Dengan mengidentifikasi penyebab, praktisi,
dan pasien peduli terhadap Drug Related Problems (DRPs). Dengan
demikian, pasien menyadari manfaat yang potensial dari terapi obat (Cipolle
et al., 2014)
Menurut Pharmaceutical Care Network Europe masalah terkait obat
dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas kualitas hidup pasien serta
berdampak juga terhadap ekonomi dan sosial pasien. Pharmaceutical Care
Network Europe mendefinisikan DRPs adalah kejadian suatu kondisi terkait
dengan terapi obat yang secara nyata atau potensial mengganggu hasil klinis
kesehatan yang diinginkan (Luk luk khoiriyah,2016)
Tabel 2.1
Beberapa penyebab Drug Releated Problems (DRPs)
Jenis DRPs Penyebab DRPs
Indikasi tanpa obat
(Unnecessary Drug
Releated)
Tidak adanya indikasi medis yang
valid untuk terapi pada saat itu.
Berbagai obat yang digunakan untuk
kondisi yang hanya membutuhkan
satu obat, kondisi medis yang lebih
tepat menggunakan terapi non-obat,
terapi untuk pencegahan efek
samping, penyalahgunaan obat
Obat tanpa indikasi (Need
for Additional Drug)
Kondisi yang membutuhkan terapi
baru. Tetapi obat pencegahan untuk
mengurangi resiko timbulnya resiko
baru.
Membutuhkan tambahan terapi untuk
mencapai efek sinergis dan aditif.
Ketidaktepatan pemilihan
obat (Ineffektive Drug)
Obat tidak efektif untuk kondisi
pasien. Kondisi medis tidak dapat
disembuhkan dengan obat yang
diberikan, bentuk sediaan obat tidak
sesuai, obat tidak efektif untuk
29
indikasi.
Dosis terlalu rendah
(Dossage too low)
Dosis terlalu rendah untuk
menghasilkan respon yang diinginkan.
Interval dosis terlalu besar untuk
menghasilkan respon yang diinginkan.
Durasi terapi obat terlalu singkat
untuk menghasilkan respon yang
diinginkan.
Dosis terlalu tinggi
(Dosage too high)
Dosis terlalu tinggi.
Frekuensi obat terlalu sering dan
durasi obat terlalu panjang.
Interaksi obat menyebabkan reaksi
toksik. Dosis obat diberikan terlalu
cepat.
Efek samping obat (Adverse
Drug Reaction)
Regimen dosis diberikan atau berubah
terlalu cepat.
Obat menyebabkan reaksi alergi
Obat merupakan kontraindikasi
karena adanya faktor resiko.
Diperlukan obat yang aman karena
faktor resiko.
Ketidakpatuhan
(Noncompliance)
Pasien tidak memahami intruksi,
pasien lebih memilih tidak meminum
obat.
Obat terlalu mahal bagi pasien
Pasien tidak dapat menelan atau
mengelola obat tersebut sendiri
dengan cepat.
Sumber : Cipolle.et.al, 2014
2.3 Pediatri
Masa kanak-kanak menggambarkan suatu periode pertumbuhan
dan perkembangan yang cepat. Penggunaan obat pada anak merupakan hal
yang bersifat khusus karena berkaitan dengan perbedaan laju
perkembangan organ, sistem dalam tubuh maupun enzim yang
bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekresi obat, sehingga hanya
terdapat sejumlah kecil obat yang telah diberi izin untuk digunakan pada
anak-anak, yang memiliki bentuk sedian yang sesuai (Rouli, 2016).
30
Menurut American Academy of Pediatric (AAP), pediatri adalah
ilmu kedokteran yang berkaitan dengan fisik, mental dan sosial kesehatan
anak sejak lahir sampai dewasa muda. Pediatri juga merupakan disiplin
ilmu yang berhubungan dengan pengaruh biologis, sosial, lingkungan dan
dampak penyakit pada perkembangan anak. Anak-anak berbeda dari orang
dewasa secara anatomis, fisiologis, imunologis, psikologis, perkembangan
dan metabolisme.
Secara internasional populasi pediatri dikelompokan menjadi:
a. Bayi prematur yang baru lahir.
b. Bayi yang baru lahir umur 0-28 hari.
c. Bayi dan anak kecil yang baru belajar berjalan umur >28 hari sampai 23
bulan.
d. Anak-anak umur 2-11 tahun.
e. Anak remaja umur 12-18 tahun.
The British Paediatric Association (BPA) menggolongkan populasi
pediatrik dengan mengusulkan rentang waktu berikut yang didasarkan
pada saat terjadinya perubahan-perubahan biologis.:
a. Neonatus: awal kelahiran sampai usia 1 bulan
b. Bayi: usia 1 bulan sampai 2 tahun
c. Anak: usia 2 tahun sampai 12 tahun
d. Remaja: usia 12 tahun sampai 18 tahun ((Rouli, 2016).
31
2.4 Rumah Sakit
2.4.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan
tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyebab penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) dan dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan (Siregar, 2013).
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah
menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan
kesehatan. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.
Rumah sakit pemerintah Pusat dan daerah diklasifikasikan
menjadi (Siregar, 2013) :
32
a. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialitik luas dan subspesialistik luas.
b. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik
terbatas.
c. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik dasar.
d. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
dasar.
Guna melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai
berbagai fungsi, yaitu (Siregar, 2013) :
a. Menyelenggarakan pelayanan medik
b. Pelayanan penunjang medik dan non medik
c. Pelayanan dan asuhan keperawatan
d. Pelayanan rujukan
e. Pendidikan dan pelatihan
f. Penelitian dan pengembangan
g. Adminitrasi umum dan keuangan.
33
2.4.2 Peran Apoteker di Rumah Sakit
Menurut Permenkes Nomor 72 tahun 2016 Seorang
farmasis memegang peranan yang sangat penting dalam
peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang berorientasi
kepada pasien (Patient Oriented). Sebagai seorang farmasis,
peningkatan mutu pelayanan ini dapat dilakukan melalui suatu
proses pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care).
Praktek Pharmaceutical caremerupakan suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes,
2014). Salah satu wujud kegiatan ini adalah dengan melakukan
suatu analisa terhadap Drug Related Problems (DRPs) dari
setiap terapi yang dipertimbangkan serta diberikan kepada
pasien (Rouli, 2016).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menyebutkan
bahwa peran Apoteker di Rumah Sakit salah satunya adalah
melakukan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik
merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker
kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcometerapi dan
meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat,
untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga
34
kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin (Permenkes,
2016).
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi
(Permenkes, 2106) :
a. Pengkajian dan pelayanan resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
c. Rekonsiliasi obat
d. Pelayanan informasi obat (PIO)
e. Konseling
f. Pemantauan terapi obat (PTO)
g. Monitoring efek samping obat (MESO)
h. Evaluasi Penggunaan obat (EPO)
i. Dispensing sediaan steril
j. Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD)
2.5 Rekam Medis
Setiap rumah sakit dipersyaratkan mengadakan dan
memelihara rekaman medik yang memadai dari setiap penderita,
baik untuk penderita rawat inap maupun rawat jalan. Rekam medik
itu harus secara akurat didokumentasikan, segera tersedia, dapat
digunakan, mudah ditelusuri kembali dan lengkap informasi.
35
2.5.1 Definisi Rekam Medis
Definisi Rekam Medis menurut Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pelayanan Medis adalah: berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas,
pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang penderita
selama dirawat di rumah sakit baik rawat jalan maupun
rawat inap.
2.5.2 Fungsi Rekam Medis
Kegunaan rekam medis:
a. Digunakan sebagai dasar perencanaan dan
keberlanjutan perawatan penderita
b. Merupakan suatu sarana komunikasi antar dokter
dan setiap profesional yang berkontribuksi pada
perawatan penderita
c. Melengkapi bukti dokumen terjadinya atau
penyebab kesakitan penderita dan penanganan atau
pengobatan selama tiap tinggal di rumah sakit
d. Membantu perlindungan kepentingan hukum
penderita, rumah sakit dan praktisi yang
bertanggung jawab.
e. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian
dan pendidikan
36
2.6 Kerangka Teori
Tabel 2.2
Kejadian Drug Releated Problems (DRPs) Berdasarkan Umur dan Berat Badan
1. Indikasi tanpa obat
2. Obat tanpa indikasi
3. Ketidaktepatan pemilihan obat
4. Dosis terlalu kecil
5. Dosis terlalu besar
6. Reaksi obat yang merugikan
7. Ketidakpatuhan pasien
Sumber : Cipolle et al., 2014.
2.7 Penelitian Terkait
Tabel 2.3
No Nama Peneliti Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Moh. Zainal
Risky, Alwiyah
Mukkadas, Ingrid
Faustine 2011
Identifikasi
Drug Releated
Problems
(DRPs) Pada
Pasien Anak
Demam
Berdarah
Dengue (DBD)
di Instalasi
Rawat Inap
RSUD
Unatada Palu
Tahun 2011
Penelitian ini
merupakan
penelitian non
eksperimental
dengan
menggunakan
rancangan
penelitian secara
deskriptif
retrospektif.
Penelitian ini
dilakukan
dengan
caramengumpul
kan data diri
catatan rekam
medik pada
seluruh pasien
anak yang
terdiagnosis
DBD di RSUD
Undata Palu
dengan umur 1-
12 tahun. Data
yang dianalisis
Berdasarkan
hasil penelitian,
diperoleh dari
103 pasien yang
memenuhi
kriteria terdapat
total seluruh
kasus DRPs
adalah 171
kasus, dengan
103 kasus
(57,89%)
kategori terapi
obat tidak perlu,
25 kasus
(14,62%)
kategori obat
salah, 39 kasus
(22,81%)
kategori dosis
lebih dan 8
kasus (4,68%)
kategori dosis
kurang.
Kejadian DRPs
37
meliputi terapi
obat yang tidak
perlu, obat
salah, dosis
kurang, dosis
lebih.
yang paling
sering terjadi
dalam penelitian
ini adalah terapi
obat tidak perlu
sebesar 57,89%
dari keseluruhan
total kasus
DRPs.
2 Novri Irawati
2014
Identifikasi
Drug Releated
Problems
(DRPs) Pada
Pasien Anak
Demam
Berdarah
Dengue (DBD)
Di Instalasi
Rawat Inap
Pridu B RSUP
Haji Adam
Malik Medan
Periode
Oktober 2014-
Desember
2014
Penelitian ini
merupakan
penelitian non
eksperimental
dengan
menggunakan
rancangan
peneliti secara
deskriptif
prospektif.
Penelitian ini
dilakukan
dengan cara
mengumpulkan
data dari catatan
Instalasi Rawat
Inap seluruh
pasien anak
yang
terdiagnosis
Demam
Berdarah
Dengue (DBD)
dirindu B RSUP
Haji Adam
Malik Medan
Periode Oktober
2014-Desember
2014 dan
dianalisa secara
deskriptif.
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa dari 52
pasien yang
memenuhi
kriteria inklusi
diperoleh total
seluruh kasus
DRPs sebanyak
29 kasus,
dengan 1 kasus
(3,45%) kategori
dosis kurang 6
kasus (20,70%)
kategori dosis
lebih, 10 kasus
(34,50%)
kategori indikasi
tanpa obat, 9
kasus (31,05%)
kategori obat
tanpa indikasi, 1
kasus (3,45%)
kategori
interaksi obat, 2
kasus (6,90%)
kategori
kegagalan dalam
menerima
obat.
3 Niken Lilies
Handayani,
PrihwantoBudi S.,
Wiratmo 2010-
2011
Identifikasi
Drug Releated
Problems
(DRPs) dalam
pengobatan
Demam
Penelitian ini
merupakan
suatu penelitian
yang bersifat
non
Kategori obat
salah 23 pasien
(32,86%), dosis
kurang 20
pasien
(28,57%), dosis
38
Berdarah
Dengue pada
Pasien Anak di
Instalasi Rawat
Inap RSD
dr.Soebandi
Jember
Periode 2010-
2011
eksperimental
dengan
rancangan
deskriptif yang
bersifat
retrospektif.
Pada penelitian
ini, potensi
terjadinya Drug
Releated
Problems
(DRPs)
diketahui
dengan cara
melihat obat-
obatan dan
kondisi pasien
serta data
laboratorium
pasien DBD
yang dicatat
dalam Instalasi
Rawat Inap,
kemudian di
analisis dengan
menggunakan
acuan standart
atau referensi
untuk melihat
apakah
pengobatan
yang diberikan
memiliki potensi
terjadi DRPs.
Kategori DRPs
yang
diidentifikasi
antara lain
indikasi butuh
obat, obat tanpa
indikasi, obat
salah, interaksi
obat, dosis
lebih, dosis
kurang.
lebih 17 pasien
(24,29%), terapi
tanpa indikasi
18 pasien
(25,71%), need
for additional
drug therapy 3
patients
(4,29%), drug
interactions 1
patient (1,43%),
adverse drug
reaction 1
patient (1,43%).
39
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian non-eksperimental
yaitu penelitian dengan pengambilan data tanpa perlakuan terhadap subyek
uji.Rancangan yang digunakan adalah gambaran deskriptif untuk
mengetahui gambaran Drug RelatedProblems (DRPs) pada pasien anak
Demam Berdarah Dengue (DBD) Juli-Desember 2018.
3.2 Kerangka Konsep
Tabel 3.1
Identifikasi Drug Releated Problems (DRPs) yang terjadi pada pasien
anak yang mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan
Umur dan Berat Badan :
1. Indikasi tanpa obat
2. Obat tanpa indikasi
3. Ketidaktepatan pemilihan obat
4. Dosis terlalu kecil
5. Dosis terlalu besar
6. Reaksi obat yang merugikan
7. Ketidakpatuhan pasien
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoadmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua pasien anak sesuai data rekam medis penyakit
Demam Berdarah Dengue(DBD) yang tercatat di Instalasi Rawat
39
40
Inap RSUD Palembang Bari Juli-Desember tahun 2018 yang
berjumlah sebanyak 211 pasien.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2014). Sampel
penelitian yang digunakan adalah data rekam medis sebagian
Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat di
Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang BARI Juli-Desember
tahun 2018 sebanyak 211 pasien anak.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek
penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang diteliti.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Pasien dengan diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang Bari pada bulan
Juli-Desember 2018
2. Umur 2-12 tahun
3. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
Kriteria eklusi adalah menghilangkan / mengeluarkan
subyek yang memenuhi kriteria inklusi karena sebab-sebab
tertentu. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :
41
1. Pasien pulang paksa sebelum terapi dilaksanakan
2. Pasien rawat jalan
3. Pasien dengan Instalasi Rawat Inap yang tidak lengkap.
Untuk menentukan besar sampel yang diambil pada saat
penelitian dilaksanakan, dihitung menggunakan populasi kecil atau
lebih kecil dari 10.000 dengan rumus (Notoatmodjo, 2014).
Dengan Rumus :
𝑛 =𝑁
1+𝑁 (𝑑2)
𝑛 = 211
1+211 (0,12)
𝑛 = 211
1+2,11
𝑛 = 211
3,11
𝑛 = 67,84
𝑛 = 68
N= Besar Populasi
n= Besar Sampel
d= Tingkat kepercayaanketetapan yang diinginkan (0,1)
42
Pengambilan sampel pada penelitian ini mengguakan Systematic
Random Sampling dengan cara membagi jumlah anggota populasi dengan
sampel untuk mendapatkan interval dalam penentuan sampel
(Notoatmodjo, 2014).
Dengan Rumus :
𝑖 = 𝑁
𝑛
𝑖 = 211
68
𝑖 = 3,10
𝑖 = 3
Keterangan : N = Jumlah populasi
𝑛 = Jumlah Sampel
i = Interval
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah Drug Related Problems (DRPs)
berdasarkan indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, ketidaktepatan
pemilihan obat, dosis terlalu kecil, dosis terlalu besar, reaksi obat yang
merugikan, keidakpatuhan pasien anak penyakit Demam BerdarahDengue
(DBD)
43
3.5 Tempat Penelitian
Penelitian DRPs pada pasien anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) ini akan dilakukan di Rekam Medis RSUD Palembang Bari.
3.6 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2019.
3.7 Etika Penelitian
Dalam penelitian peneliti mengajukan permohonan izin kepada
RSUD Palembang BARI sebagai tempat penelitian melalui rekomendasi
dari institusi pendidikan. Lembarpersetujuan disampaikan kepada
responden dengan menekankan pada etika yang meliputi:
3.7.1 Informed consent
Subjek yang akan diteliti selanjutnya diberitahu maksud, tujuan,
manfaat dan dampak dari tindakan yang dilakukan.
3.7.2 Anomymity
Anonymity merupakan etika penelitian dimana peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3.7.3 Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dari subyek dijamin oleh
peneliti, seluruh informasi data digunakan untuk kepentingan penelitian
44
dan hanya kelompok tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai
hasil penelitian.
3.8 Instrumen Penelitian
Dalam pengumpulan informasi dari responden, peneliti
menggunakan alat pengumpulan data dalam bentuk lembar observasi,
sebagai alat bantu untuk mengukur variable Drug Related
Problems(DRPs) berdasarkan terapi obat yang tidak diperlukan, perlu
terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu
rendah, efek samping obat, ketidakpatuhan pada pasien Demam Berdarah
Dengue(DBD) pada anak.
3.9 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, data sekunder
diperoleh dari RSUD Palembang BARI, yaitu data Instalasi Rawat Inap
pasien anak penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat di
RSUD Palembang BARI Juli-Desember tahun 2018.
3.10 Metode Analisis Data
3.10.1 Analisis Data
Analisa data dilakukan yaitu:
1. Analisis Univariat
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis
univariat. Analisis univariat adalah cara analisis dengan
45
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi pada umumnya
analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase
dari tiap variabel (Notoadmojo, 2014). Analisa yang
dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi dari masing-
masing kategori variabel.
3.11 Definisi Operasional
Definisi operasional disusun untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diamati/diteliti (Notoadmodjo, 2014).
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Variabe
l
Definisi Cara
Ukur
Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
DRPs Adalah
permasalahan
dalam
pemberian
obat yang
terjadi selama
proses terapi
yang tidak
diinginkan
Melihat
dan
mencatat
rekam
medik
Lembar
Observ
asi
1. Ada, jika
salah satu
dari 7
DRPs (+)
2. Tidak, jika
semua 7
DRPs (-)
Ordinal
Indikasi
tanpa
obat
Keadaan
dimana
pasien
membutuhka
n obat untuk
mengobati
keluhan,
tetapi tidak
menerima
pengobatan
(butuh terapi
Melihat
dan
mencatat
rekam
medik
Lembar
Observ
asi
1. Ada, jika
jumlahobat
lebih
banyak
dari pada
keluhan (+)
2. Tidak, jika
obat sama
dengan
keluhan (-)
Ordinal
46
tambahan)
Obat
tanpa
indikasi
Suatu
kejadian
ketika pasien
mendapatkan
terapi obat
yang tidak
diperlukan
Melihat
dan
mencatat
rekam
medik
Lembar
Observ
asi
1. Ada, jika
ada
tambahan
obat baru
mengatasi
timbulnya
resiko (+)
2. Tidak,
tambahan
obat tidak
mengatasi
resiko (-)
Ordinal
Dosis
terlalu
kecil
Kondisi
dimana
pemberian
obat untuk
pasien
demam
berdarah
denguedenga
n dosis yang
diberikan
terlalu kecil
sehingga efek
terapi tidak
memadai
untuk
mengobati
penyakit
pasien
Melihat
dan
mencatat
rekam
medik
Lembar
Observ
asi
1. Ada, jika
pemberian
dosis terlalu
rendah (+)
2. Tidak, jika
pemberian
dosis yang
sesuai (-)
Ordinal
Dosis
terlalu
besar
Kondisi
dimana
pemberian
dosis obat
untuk pasien
deman
berdarah
denguedenga
n dosis
terlalu besar
Melihat
dan
mencatat
rekam
medik
Lembar
Observ
asi
1. Ada, jika
pemberian
dosis
terlalu
tinggi (+)
2. Tidak, jika
pemberian
dosis yang
sesuai (-)
Ordinal
47
Reaksi
obat
yang
merugi
kan
Keadaan
dimana
pasien
diberikan
obat yang
tidak tepat
Melihat
dan
mencatat
rekam
medik
Lembar
Observ
asi
1. Ada, jika
obat
menimbulk
an efek
samping
(+)
2. Tidak, jika
obat tidak
menimbulk
an efek
samping (-)
Ordinal
Ketidak
tepatan
pemilih
an obat
Keadaan
dimana
pasien
diberikan
obat yang
tidak tepat
Melihat
dan
mencatat
rekam
medik
Lembar
Observ
asi
1. Ada, jika
ada obat
yang tidak
sesuai
dengan
kondisi
pasien (+)
2. Tidak, jika
obat sesuai
dengan
kondisi
pasien (-)
Ordinal
3.12 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara suatu penelitian, patokan,
dugaan atau detil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut (Notoadmojo, 2014). Hipotesis dalam penelitian ini
yaitu:
Ho: Tidak terdapat Drug Related Problems (DRPs) berdasarkan terapi
obat yang tidak diperlukan, perlu terapi obat tambahan, obat tidak
efektif, dosis terlalu rendah, efek samping obat, dosis terlalu tinggi
dan ketidakpatuhan pada pasien anak yang mengalami Demam
48
Berdarah Dengue(DBD) RSUD Palembang Bari Juli-Desember
2018.
Ha: Terdapat Drug Related Problems (DRPs) berdasarkan terapi obat yang
tidak diperlukan, perlu terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis
terlalu rendah, efek samping obat, dosis terlalu tinggi dan
ketidakpatuhan pada pasien anak yang mengalami Demam Berdarah
Dengue(DBD) RSUD Palembang Bari Juli-Desember 2018.
49
3.13 Alur Penelitian
Gambar 3.1
Alur Penelitian
Surat dari STIK Siti Khadijah Palembang untuk
Diklat Rumah Sakit Palembang BARI
Pengambilan Data Rekam Medik
Data yang diperoleh dari rekam medik
1. Nama
2. Umur
3. Berat badan
4. Jenis Kelamin
5. Obat yang digunakan
6. Resep atau dosis
7. Cara pakai
8. Lama pemberian
9. Bentuk sediaan
10. Jumlah obat
11. Keluhan
Kesimpulan
Pembahasan
Hasil
Analisis Data
Pengolahan Data
Pengumpulan Data
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil RSUD Palembang BARI
RSUD Palembang Bari merupakan unsur penunjang
Pemerintahan Daerah di bidang pelayanan kesehatan yang
merupakan satu-satunya Rumah Sakit Umum milik Pemerintah
Kota Palembang. RSUD Palembang Bari terletak di jalan Panca
Usaha No. 1, Kelurahan 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu dan
berdiri diatas tanah seluas 4,5 hektar. Bangunan berada 800 m dari
jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun 2001 dibuat jalan
alternatif dari Jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang Bari.
Saat ini diupayakan pembangunan jalan langsung menuju RSUD
Palembang Bari dari jalan Gubernur Haji A.Bastari.
Sejarah berdirinya RSUD Palembang Bari Pada awal
berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994 dahulunya merupakan
gedung Poliklinik / Puskesmas Panca Usaha, kemudian diresmikan
menjadi RSUD Palembang Bari tanggal 19 Juni 1995 dengan SK
Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah kelas C pada tanggal 10 November
1997. Berdasarkan Kemenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646.
RSUD Palembang Bari memperoleh status Akreditasi penuh
tingkat dasar pada tanggal 7 November 2003 kemudian di tahun
50
51
berikutnya 2004 dibuat Master Plan oleh Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Pembangunan gedung dimulai.
Pada tahun 2005 yakni Gedung Bedah Central dan
dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006), Gedung Bank
Darah. Pada tahun 2007 dilanjutkan dengan pembangunan: Gedung
Adminitrasi, Gedung Pendaftaran, Gedung Rekam Medik, Gedung
Farmasi, Gedung Laboratorium, Gedung Radiologi, Gedung
Perawatan VIP, dan Cafetaria.
Pada 5 februari 2018, berdasarkan Kemenkes RI nomor:
YM.01.10.III/334/08 RSUD Palembang Bari memperoleh status
Akreditasi penuh tingkat lanjut. Serta Ditetapkan sebagai BLUD-
SKPD RSUD Palembang Bari berdasarkan Keputusan Wali Kota
Palembang No.915b tahun 2008 penetapan RSUD Palembang Bari
sebagai SKPD Palembang yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh. Adapun
pembangunan yang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi Gedung
Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat, Gedung
Instalasi Gizi, (Dapur), Gedung Laundry, Gedung VVIP,
GedungCSSD, Gedung ICU, Gedung Ganset dan IPAL. Pada tahun
2009 RSUD Palembang Bari di tetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe
B berdasarkan Kemenkes RI Nomor: 241/MENKES/SK/IV/2009
tentang peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
Bari milik pemerintah kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan
52
tanggal 2 april 2009. Adapun pembangunan gedung yang
berlangsung di tahun 2009 meliputi : Gedung Kebidanan, Gedung
Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik serta Gedung Hemodialisa.
Selanjutnya pembangunan gedung yang berlangsung di tahun
2010-2011 meliputi : Perawatan Kelas I, II, III, Kamar Jenazah,
Gedung ICU, Gedung PICU, Workshop dan Musholah.
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit Unggul, Amanah dan Terpercaya di
Indonesia.
b. Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada keselamatan dan ketetapan sesuai standar
mutu yang berdasarkan pada etika dan profesionalisme
yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajement sumber daya kesehatan.
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah Sakit
pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
c. Motto :
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan
kami.
53
4.1.2 Karakteristik Data Sampel Pasien
4.1.2.1 Karakteristik jenis kelamin pasien
Karakteristik Demam Berdarah Dengueberdasarkan
jenis kelamin pasien penderita Demam Berdarah Dengue
di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang BARI selama
Juli-Desember 2018 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase (%)
1 Perempuan 35 51,5
2 Laki-laki 33 48,5
Jumlah 68 100
(Sumber: Data Sekunder dari RSUD Palembang BARI
Periode Juli-Desember 2018).
Didapatkan hasil karakteristik pasien dari penelitian
ini sebanyak 68 jumlah pasien dan didapatkan hasil pasien
jenis kelamin perempuan sebanyak 35 pasien 51,5% dan
untuk laki-laki didapatkan hasil sebanyak 33 pasien atau
48,5%.
4.1.2.2 Karakteristik Umur
Karakteristik Demam Berdarah Dengue berdasarkan
umur pada pasien penderita Demam Berdarah Denguedi
Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang BARI selama Juli-
Desember 2018 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
54
Tabel 4.2
Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Pasien Persentase (%)
1 2 tahun-5 tahun 28 41,1
2 6 tahun-12 tahun 40 58,9
Jumlah 68 100
(Sumber: Data Sekunder dari RSUD Palembang BARI
Periode Juli-Desember 2018)
Dari hasil yang didapatkan dalam penelitian
karakteristik pasien berdasarkan umur pada pasien anak
Demam Berdarah Dengue didapatkan hasil persentase yang
tertinggi terjadi pada umur 6-12 tahun (58,9%).
4.1.2.3 Karakteristik berdasarkan Penyakit Penyerta
Karakteristik Demam Berdarah Dengueberdasarkan
penyakit penyerta pada pasien penderita Demam Berdarah
Denguedi Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang BARI
selama Juli-Desember dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
55
Tabel 4.3
Karakteristik Berdasarkan Penyakit Penyerta
No Status Penyakit Jumlah
Pasien
Persentase
(%)
1 Dengan penyakit penyerta 1 1,5
2 Tanpa penyakit penyerta 67 98,5
Jumlah 68 100
(Sumber : Data Sekunder dari RSUD Palembang BARI
Periode Juli-Desember 2018)
Dari hasil yang didapatkan dalam penelitian
karakteristik pasien berdasarkan penyakit penyerta pada
pasien anak Demam Berdarah Denguedidapatkan hasil
persentase yang tertinggi terjadi pada pasien tanpa
penyakit penyerta dari total pasien sebanyak 67 pasien.
4.1.3 Analisa Drug Related Problems (DRPs)
Hasil analisa Drug Related Problems (DRPs) pada pasien
anak penderita Demam Berdarah Denguedi Instalasi Rawat Inap
RSUD Palembang BARI selama bulan Juli-Desember tahun 2018
di dapatkan hasil dari masing-masing kriteria Drug Related
Problems(DRPs) dapat dilihat pada tabel:
a. Kriteria indikasi tanpa obat
Menurut Mahmoud (2008), indikasi tanpa obat adalah
terjadi ketika ada kebutuhan untuk mengobati indikasi
sebelumnya yang tidak diobati (terapi tambahan).
56
Dalam penelitian yang dilakukan di RSUD
Palembang BARI kasus penyakit Demam Berdarah Dengue
pada anak, dari jumlah pasien sebanyak 68 dalam kategori
indikasi tanpa obat ditemukan hasil terjadinya DRPs
sebanyak 2 pasien atau persentase sebanyak 3% dapat
dilihat pada tabel:
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi kriteria indikasi tanpa obat
Indikasi tanpa obat Frekuensi (jumlah pasien) Persentase
%
+ 2 3%
- 66 97%
Total 68 100
Keterangan :
+ : Terjadi indikasi tanpa obat
- : Tidak terjadi indikasi tanpa obat
b. Kriteria obat tanpa indikasi
Obat tanpa indikasi adalah suatu kejadian ketika pasien
mendapatkan terapi obat yang tidak diperlukan, yang
indikasi klinisnya tidak ada pada saat itu (Mahmoud, 2008).
Didapatkan hasil dalam penelitian di RSUD
Palembang BARI kasus penyakit Demam Berdarah
Denguepada anak, dari jumlah pasien sebanyak 68 dalam
57
kategori obat tanpa indikasi tidak didapatkan kejadian DRPs
dapat dilihat pada tabel:
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi kriteria obat tanpa indikasi
Obat tanpa
indikasi
Frekuensi (jumlah
pasien)
Persentase (%)
+ 0 0
- 68 100
Total 68 100
Keterangan :
+ : terjadi obat tanpa indikasi
- : tidak terjadi obat tanpa indikasi
c. Kriteria ketidaktepatan pemilihan obat
Dari penelitian yang dilakukan di RSUD Palembang BARI
dalam kasus Demam Berdarah Denguepada anak, dalam
kategori ketidaktepatan pemilihan obat tidak didapatkan
kejadian DRPs dapat dilihat pada tabel:
58
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi kriteria ketidaktepatan pemilihan obat
Ketidaktepatan
pemilihan obat
Frekuensi (jumlah
pasien)
Persentase
(%)
+ 0 0
- 68 100
Total 68 100
Keterangan :
+ : terjadi ketidaktepatan pemilihan obat
- : tidak terjadi ketidaktepatan pemilihan obat
d. Kriteria dosis rendah
Dalam penelitian yang dilakukan di RSUD Palembang
BARI kasus penyakit Demam Berdarah Dengue pada
pasien anak, dari jumlah pasien sebanyak 68 pasien dalam
kategori dosis rendah tidak didapatkan kejadian DRPs
dapat dilihat pada tabel:
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi kriteria dosis rendah
Dosis terlalu
rendah
Frekuensi (jumlah
pasien)
Persentase (%)
+ 0 0
- 68 100
Total 68 100
Keterangan :
59
+ : terjadi dosis terlalu rendah
-: tidak terjadi dosis terlalu rendah
e. Kriteria dosis terlalu tinggi
Dalam penelitian yang dilakukan di RSUD Palembang
BARI kasus penyakit Demam Berdarah Dengue pada
pasien anak, dari jumlah pasien sebanyak 68 pasien dalam
kategori dosis terlalu tinggi didapatkan kejadian DRPs
sebanyak 4 pasien dengan persentase 6% dapat dilihat pada
tabel:
Tabel 4.8
Distribusi frekuensi kriteria dosis tinggi
Dosis terlalu
tinggi
Frekuensi (jumlah pasien) Persentase
(%)
+ 4 6
- 64 94
Total 68 100
Keterangan :
+ : terjadi dosis terlalu tinggi
- : tidak terjadi dosis terlalu tinggi
f. Kriteria reaksi obat yang merugikan
Dalam penelitian yang dilakukan di RSUD Palembang
BARI kasus penyakit Demam Berdarah Dengue pada pasien
anak, dari jumlah pasien sebanyak 68 pasien dalam kategori
60
reaksi obat yang merugikan tidak didapatkan kejadian DRPs
dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.9
Distribusi frekuensi kriteria reaksi obat yang merugikan
Reaksi obat yang
merugikan
Frekuensi (jumlah
pasien)
Persentase
(%)
+ 0 0
- 68 100
Total 68 100
Keterangan :
+ : terjadi reaksi obat yang merugikan
- : tidak terjadi reaksi obat yang merugikan
g. Kriteria ketidakpatuhan pasien
Ketidakpatuhan pasien merupakan ketidakmampuan pasien
untuk mengikuti regimen obat yang telah diresepkan oleh
dokter dan dinilai secara klinis tepat, efektif dan mampu
memberikan hasil yang diinginkan tanpa efek berbahaya
(Mahmoud, 2008).
Dari penelitian yang dilakukan di RSUD Palembang BARI
dalam kasus Demam Berdarah Dengue pada pasien anak,
dalam ketegori ketidakpatuhan pasien tidak ditemukan
terjadinya DRPs dapat dilihat pada tabel:
61
Tabel 4.10
Distribusi frekuensi kriteria ketidakpatuhan pasien
Ketidakpatuhan pasien Frekuensi (jumlah
pasien)
Persentase
(%)
+ 0 0
- 68 100
Total 68 100
Keterangan :
+ : terjadi ketidakpatuhan pasien
-: tidak terjadi ketidakpatuhan pasien
h. Jumlah kejadian Drug Related Problems (DRPs)
Didapatkan hasil pada penelitian di RSUD Palembang
BARI dalam kasus Demam Berdarah Dengue pada pasien
anak, didapatkan hasil dari seluruh kriteria DRPs (indikasi
tanpa obat, obat tanpa indikasi, ketidaktepatan pemilihan
obat, dosis rendah, dosis tinggi, reaksi obat yang merugikan
dan ketidakpatuhan pasien) ditemukan total keseluruhan
kejadian DRPs sebanyak:
62
Tabel 4.11
Jumlah keseluruhan frekuensi kriteria
DRPs Frekuensi (jumlah pasien) Persentase (%)
+ 6 9
- 62 91
Total 68 100
Keterangan :
+ : terjadi Drug Related Problems (DRPs)
- : tidak terjadi Drug Related Problems (DRPs)
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pengambilan data rekam medik salah satu
Rumah Sakit Pemerintah Kota Palembang yaitu RSUD Palembang BARI
dari rekam medik pasien pada penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD)
pada anak periode Juli-Desember 2018. Adapun penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui jumlah persentase kejadian Drug Related Problems
(DRPs). Pada penelitian ini sampel kasus pasien Demam Berdarah Dengue
(DBD) pada anak di RSUD Palembang BARI dirawat inap anak periode
Juli-Desember didapatkan sebanyak 68 pasien.
Pada penelitian ini sampel kasus pasien Demam Berdarah
Dengue(DBD) pada anak di RSUD Palembang BARI di rawat inap anak
periode Juli-Desember didapatkan sebanyak 68 pasien.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus
Flavivirus, dan family Flaviviridae. Demam Berdarah Dengue(DBD)
63
ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti
atau Aedes albopictus (Kemenkes RI, 2016).
Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan sebagai setiap kondisi
dalam penatalaksanaanterapi pasien yang menyebabkan atau berpotensi
menyebabkan, tidak tercapainya hasil terapi yang maksimal (Krahenbuhl-
Melcher A et al, 2007). Suatu kejadian dapat disebut DRPs bila memenuhi
komponen-komponen. Komponen tersebut adalah kejadian tidak diinginkan
yang dialami pasien berupa keluhan medis, gejala, diagnosis, penyakit dan
ketidakmampuan (disability) serta memiliki 3 hubungan antara kejadian
tersebut dengan terapi obat dimana hubungan ini dapat berupa konsenkuensi
dari terapi obat atau kejadian yang memerlukan terapi obat sebagai solusi
maupun preventif. Pada penelitian ini identifikasi DRPs pada penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) dilakukan pada pasien anak, terapi obat
pada pasien anak berbeda dengan pasien dewasa terutama pada dosis yang
diberikan, sehingga memerlukan penyesuaian dosis pada pasien anak agar
obat dapat memberikan efek dan aman. Selain itu, pengobatan pada anak
juga memerlukan pertimbangan lebih kompleks, antara lain karena berbagai
masalah antara lain, pemberian obat, pemilihan bentuk sediaan dan masalah
kepatuhan.
Pasien dikatakan DRPs apabila pasien mengalami satu atau lebih
kejadian kategori DRPs pada terapinya. Besarnya hasil penelitian dengan
kasus Drug Related Problems(DRPs) yang terjadi pada pasien anak Demam
Berdarah Dengue (DBD) dari 68 pasien 6 pasien (9%) yang mengalami
64
kejadian DRPs yaitu indikasi tanpa obat 3% , obat tanpa indikasi 0%,
ketidaktepatan pemilihan obat 0%, dosis rendah 0%, dosis tinggi 6%, reaksi
obat yang merugikan 0%, ketidakpatuhan pasien 0%, secara keseluruhan 9%
pasien yang mengalami DRPs.
a. DRPs Kategori Indikasi Tanpa Obat
Dari hasil penelitian ini kejadian Drug Related Problems
(DRPs) pada pasien anak Demam Berdarah Dengue(DBD) dengan kategori
indikasi tanpa obat pasien yang mengalami keluhan namun tidak diberikan
terapi obat ada 2 (3%) keluhan pasien yang tidak diberikan terapi dilihat
pada lampiran data pasien nomor 3 dengan penyakit DBD Grade III dengan
keluhan Demam, mual, badan dingin tetapi hanya diberi obat IVFD RL dan
Inj.Omeprazol yang seharusnya diberikan juga obat paracetamol untuk
meredakan gejala demam tetapi dalam terapi ini pasien dengan keluhan
demam tidak mendapat terapi obat dengan semestinya sehingga dalam kasus
ini terjadi DRPs kategori indikasi tanpa obat. Dan pasien nomor 41 dengan
dengan penyakit DBD Grade IV dengan keluhan Demam, penurunan
kesadaran, mimisan tetapi hanya di beri obat IVFD RL dan Inj.asam
traneksamat yang seharusnya diberikan juga obat paracetamol untuk
meredakan gejala demam tetapi dalam terapi ini pasien dengan keluhan
demam tidak mendapat terapi obat dengan semestinya sehingga dalam kasus
ini terjadi DRPs kategori indikasi tanpa obat.
Menurut mahmoud (2008), Indikasi tanpa obat adalah terjadi
ketika ada kebutuhan untuk mengobati indikasi sebelumnya yang tidak
65
diobati (terapi tambahan), untuk terapi obat sinergis atau potensiasi atau
untuk memberikan terapi obat profilaksis atau pencegahan.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novri
Irawati (2014) tentang DRPs yang terjadi pada pasien Anak Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap Pridu B RSUP Haji Adam
Malik Medan Periode Oktober-Desember 2014 didapatkan hasil indikasi
tanpa obat adalah sebesar (34,50%).
Berdasarkan hasil penelitian terkait dan teori pendukung asumsi
peneliti bahwa kejadian DRPs di RSUD Palembang Bari kategori indikasi
tanpa obat yang tidak ditangani hanya sedikit yaitu (3%) kejadian DRPs.
b. DRPs Kategori Obat tanpa Indikasi
Dari hasil penelitian yang dilakukan tidak didapatkan kejadian
Drug Related Problems (DRPs) pada pasien Anak Demam Berdarah
Dengue (DBD) dengan kategori penggunaan obat tanpa indikasi.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Niken Lilies
Handayani dkk (2011) tentang Identifkasi DRPs pada pasien Anak di
Instalasi Rawat Inap RSD dr.Soebandi Jember Periode 2011 didapatkan
hasil obat tanpa indikasi adalah sebesar (25,71%).
Menurut Rouli (2016) penggunaan obat tanpa indikasi adalah
pemberian obat yang tidak sesuai dengan indikasi atau diagnosa pada
pasien. Obat tanpa indikasi, yaitu pemberian obat tanpa adanya indikasi.
66
Berdasarkan hasil, penelitian terkait, dan teori asumsi peneliti
yaitu bahwa kejadian DRPs dalam kategori penggunaan obat tanpa indikasi
di RSUD Palembang Bari lebih baik dari peneliti sebelumnya.
c. DRPs Kategori Ketidaktepatan Pemilihan Obat
Dari hasil penelitian yang dilakukan tidak didapatkan kejadian
Drug Related Problems (DRPs) pada pasien Anak Demam Berdarah
Dengue (DBD) dengan kategori ketidaktepatan pemilihan obat.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moh.Zainal Risky
dkk (2011) tentang Identifikasi DRPs pada pasien Anak Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Unatada Palu Tahun 2011
didapatkan hasil ketidaktepatan pemilihan obat adalah sebesar (14,62%).
Menurut Hepler (2008) ketidaktepatan pemilihan obat adalah
pemilihan obat dalam resep kurang tepat (salah obat) dan beresiko.
Berdasarkan hasil, penelitian terkait, dan teori asumsi peneliti
yaitu bahwa kejadian DRPs dalam kategori ketidaktepatan pemilihan obat di
RSUD Palembang Bari lebih baik dari peneliti sebelumnya.
d. DRPs Kategori Dosis Rendah
Pada penelitian yang dilakukan tidak didapatkan kejadian Drug
Related Problems (DRPs) pada pasien Anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) dengan kategori dosis rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Niken Lilies Handayani dkk
(2011) tentang Identifikasi DRPs pada pasien Anak di Instalasi Rawat Inap
67
RSD dr.Soebandi Jember Periode 2011 didapatkan hasil kategori dosis
rendah adalah 20 pasien (28,57%).
Menurut Hepler (2008) dosis rendah adalah dosis obat yang
diberikan dalam dosis tersebut terlalu kecil, sehingga efek terapi tidak
memadai untuk mengobati penyakit pasien.
Berdasarkan hasil, penelitian terkait, dan teori asumsi peneliti
yaitu bahwa kejadian DRPs dalam kategori dosis rendah di RSUD
Palembang Bari lebih baik dari peneliti sebelumnya.
e. DRPs Kategori Dosis Tinggi
Dari hasil penelitian ini kejadian Drug Related Problems
(DRPs) pada pasien anak Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan kategori
dosis tinggi pasien yang mengalami keluhan dosis tinggi ada 4 (6%) dapat
dilihat pada lampiran data pasien nomor 2 dengan penyakit DBD Grade I
dengan keluhan demam, mual, muntah dalam terapi ini diberi obat IVFD
RL, Paracetamol dan Domperidon tetapi dalam kasus ini anak umur 12
tahun seharusnya diberikan paracetamol dengan dosis 250mg tetapi dalam
kasus ini dosis yang diberikan dokter yaitu 500mg sehingga pasien dalam
kasus ini terjadi DRPs kategori dosis tinggi. Pasien nomor 7 dengan
penyakit DBD Grade I dengan keluhan demam, sakit kepala dalam terapi ini
diberi obat IVFD RL dan Paracetamol tetapi dalam kasus ini anak umur 11
tahun seharusnya diberikan paracetamol dengan dosis 250mg tetapi dalam
kasus ini dosis yang diberikan dokter yaitu 500mg sehingga pasien dalam
kasus ini terjadi DRPs kategori dosis tinggi. Pasien nomor 49 dengan
68
penyakit DBD Grade I dengan keluhan demam, sakit kepala dalam terapi
ini di beri obat IVFD RL dan Paracetamol tetapi dalam kasus ini anak umur
11 tahun seharusnya diberikan paracetamol dengan dosis 250mg tetapi
dalam kasus ini dosis yang diberikan dokter yaitu 500mg sehingga pasien
dalam kasus ini terjadi DRPs kategori dosis tinggi. Dan pasien nomor 60
dengan penyakit DBD Grade I dengan keluhan demam, mual, muntah dalam
terapi ini diberi obat IVFD RL, Paracetamol dan Domperidon tetapi dalam
kasus ini anak umur 8 tahun seharusnya diberikan paracetamol 250mg tetapi
dalam kasus ini dosis yang diberikan dokter yaitu 500mg sehingga pasien
dalam kasus ini terjadi DRPs kategori dosis tinggi.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novri Irawati (2014)
tentang DRPs yang terjadi pada pasien anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Instalasi Rawat Inap Pridu B RSUP Haji Adam Malik Medan
Periode Oktober-Desember 2014 didapatkan hasil dosis tinggi adalah 6
kasus (20,70%).
Menurut Hepler (2008) dosis tinggi adalah dosis yang diberikan
dalam resep terlalu besar, diatas dosis maksimum, hal ini dapat berakibat
fatal.
Berdasarkan hasil, penelitian terkait, dan teori asumsi peneliti
bahwa kejadian DRPs di RSUD Palembang Bari kategori dosis tinggi hanya
sedikit yaitu 4 pasien (6%) kejadian DRPs.
69
f. DRPs Kategori Reaksi Obat yang Merugikan
Pada kategori ini tidak bisa dianalisa dikarenakan tidak
lengkapnya catatan status pasien pada rekam medik tersebut, tidak
dicantumkannya efek samping pada obat atau terjadinya alergi pada pasien,
hal inilah yang membuat peneliti mempunyai kendala dalam menganalisa.
Menurut Hepler (2008) reaksi obat yang merugikan adalah obat
yang diberikan memberikan efek samping yang memberatkan kondisi
pasien.
g. DRPs Ketidakpatuhan Pasien
Ketidakpatuhan pasien merupakan ketidakmampuan pasien
mengikuti regimen obat yang telah diresepkan oleh dokter dan dinilai secara
klinis tepat, efektif dan mampu memberikan hasil yang diinginkan tanpa
efek berbahaya (Mahmoud,2008). Dan untuk kejadian Drug Related
Problems (DRPs) pada pasien Demam Berdarah Dengue(DBD) dengan
kategori ketidakpatuhan tidak ditemukan kejadian DRPs.
Pada penelitian ini didapatkan hasil untuk secara keseluruhan
kejadian yang mengalami DRPs sebanyak 9% dengan 6 pasien, namun pada
penelitian sebelumnya ada penelitian yang dilakukan oleh Moh.Zainal Risky
mengenai DRPs pada pasien anak di instalasi rawat inap di salah satu rumah
sakit palu pada tahun 2011 diketahui keseluruhan jumlah kejadian DRPs
100%. Untuk penelitian dilakukan oleh Novri tentang identifikasi DRPs
pada pasien demam berdarah dengue disalah satu rumah sakit medan pada
tahun 2011 didapatkan total keseluruhan kejadian DRPs sebanyak 100%.
70
Untuk penelitian yang dilakukan Niken tentang identifikasi DRPs pada
pasien demam berdarah dengue di rumah sakit jember tahun 2011
didapatkan keseluruhan kejadian DRPs 100%.
Berdasarkan analisis data yang membandingkan hasil penelitian,
teori, penelitian terkait, maka diasumsikan penelitian yang dilakukan di
RSUD palembang BARI pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
pasien anak tentang Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) didapatkan
keseluruhan kejadian DRPs lebih baik dari pada penelitian sebelumnya.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan di RSUD Palembang Bari merupakan
penelitian retrospektif dengan mengambil data rekam medik pasien
sehingga peneliti tidak mengetahui kondisi pasien secara langsung dan
sebenarnya.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Identifikasi Drug Related
Problems (DRPs) pada pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang BARI Juli-Desember 2018,
didapatkan kesimpulan berdasarkan kriteria DRPs yaitu :
a. Indikasi tanpa obat yang digunakan pada pasien anak penderita Demam
Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
BARI didapatkan hasil sebanyak 3% kejadian indikasi tanpa obat.
b. Obat tanpa indikasi yang digunakan pada pasien anak penderita Demam
Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
BARI tidak ditemukan.
c. Ketidaktepatan pemilihan obat yang digunakan pada pasien anak
penderita Demam Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap
RSUD Palembang BARI tidak ditemukan
d. Obat dosis rendah yang digunakan pada pasien anak penderita Demam
Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
BARI tidak ditemukan.
e. Obat dosis tinggi yang digunakan pada pasien anak penderita Demam
Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
BARI didapatkan hasil sebanyak 6%.
71
72
f. Reaksi obat yang merugikan yang digunakan pada pasien anak penderita
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD
Palembang BARI tidak ditemukan.
g. Ketidakpatuhan pasien pada pengobatan pasien anak penderita Demam
Berdarah Dengue(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang
BARI tidak ditemukan.
h. Jumlah dan Persentase kejadian DRPs dalam pengobatan Demam
Berdarah Dengue(DBD) pada pasien anak di RSUD Palembang BARI
didapatkan keseluruhan kejadian DRPs sebanyak 9%.
5.2 Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Hendaknya perlu dilengkapinya kembali dalam pencatatan data
status pasien. Dengan adanya skripsi ini, semoga menjadi evaluasi
bagi rumah sakit.
b. Bagi Institusi
Diharapkan dapat melengkapi referensi buku-buku mengenai
penelitian tentang farmasi klinik khususnya DRPs guna untuk
penunjang mahasiswa dalam menentukan penelitian dan skripsi ini
diharapkan menambhan referensi di perpustakaan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Sari Pratiwi. 2016. (Skripsi) Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Tentang
Demam Berdarah Dengue (DBD) Antara Metode Ceramah Dan Vidio
Animasi Pada Murid Kelas V Dan VISD Negri 12 Metro Pusat.
Lampung.Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bandar Lampung.
Ayu Putri Ariani, 2016. Demam Berdarah Dengue. Yogyakarta.
Candra, Aryu. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epideologi, Patogenesis, dan
Faktor Resiko Penularan. Jurnal Aspiator. Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 :110-
119.
Cipolle R. J. Strand L.M and Morley P. C. 2012, Pharmaceutical care practice
:The Patiend Centred Approach to Medication management, 3rd ed,
McGraw-Hill Education, New york.
Cipolle et al,. 2014. Drug Therapy Problem in Pharmaceutical Care Practice The
Clinician’s Guide Second Edition. The McGrow-Hill Companies, New
York. Didapatkan dari : www.Scribd.Com. Diakses tanggal 23 Oktober
2019.
Dinkes, 2014. Demam Berdarah Dengue (DBD) Dinas Kesehatan Provinsi
sematra Selatan 2014.
Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah. Jakarta : PT Mizan Publika.
Irawati, N. 2014. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Anak
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap Pridu B RSUP
Haji Adam Malik Medan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buletin jendela Epidemologi:
Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil Kesehatan Indonesia
2015. Jakarta.
Luk Luk Khoiriyah. (Skripsi). DRPs (Drug Related Problems) Pada Pasien
Stroke Non Hemoragik Di Instalasi Rawat Inap RSAL Dr.Mintohardjo
Jakarta Periode 2013. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan.
Mahmoud, M.A., 2008. Drug Related Problems and Quality of Life in Patients
with Chonic Kidney Disease, Universitas Sains Malaysia
74
Moh, Z, R., Alwiyah, M & Ingrid, F. 2011. Identifikasi Drug Related Problems
(DRPs) Pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi
Rawat Inap RSUD Unatada Palu.
Notoadmojo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Novri Irawati. 2014. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien
Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap Pridu B
RSUP Haji Adam Malik Medan.
Niken, L, H., Prihwanto, B, S & Wiratmo. 2011. Identifikasi Drug Relea
ted Problems (DRPs) Pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada
Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSD dr.Soebandi.
Permenkes. (2014). Peraturan Mentri Kesehatan RI, Nomor 68 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Mentri
Kesehatan RI.
Rouli M., 2016. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Demam
Berdarah Dengue Anak Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X”
Tangerang Selatan. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Siregar, Charles J.P., Lia A. 2013. Farmasi Rumah Sakit : Teori Dan Penerapan
Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 7-18.
75
LAMPIRAN
76
Lampiran 2 Data Pasien
N
o
Nama
No.R
M
Umur
Berat
Badan
Tang
gal
Dira
wat
Keluha
n/
Penyaki
t
Penyert
a/
Diagnos
a
Obat yang
digunakan
Dosis Rute
pember
ian
Atur
an
paka
i
Waktu
Penggun
aan
Hasil
Lab
1 SAB(
Pr)
55.61.
65
11 thn/
39kg
08-
07-
2018
10-
07-
2018
Demam
, Bintik-
bintik
merah
di kulit.
DBD
Grade II
-IVFD RL
118cc/jam
-Pct tab
250
mg
IV
Oral
3x1
08/7/201
8-
10/7/201
8
08/7/201
8-
10/7/201
8
HB :
13,9 g/dl
Leu :
2.800 uL
Tr
:
62.
00
0
uL
/
Ht
:
42
% 2 VK
(Pr)
56.48.
69
12 thn/
27 kg
16-
11-
2018
19-
11-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade I
-IVFD RL
67cc/jam
-Pct tab
-
Domperido
n syr
500
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
cth
16/11/20
18-
19/11/20
18
16/11/20
18-
18/11/20
18
16/11/20
18-
18/11/20
18
HB :
16,8g/dl
Leu : 5,4
uL
Tr : 34
uL/
Ht : 49%
3 DF
(LK)
56.48.
66
4 thn/
17 kg
16-
11-
2018
19-
11-
2018
Demam
, mual,
badan
dingin.
DBD
Grade
III
-IVFD RL
30cc/jam
-Inj.
omeprazole
1x40
mg/h
ari
IV
IV
16/11/20
18-
19/11/22
018
16/11/20
18-
19/11/22
018
HB :
14,29
g/dl
Leu :
6,380 uL
Tr
:17.000
uL/
Ht
77
:38,2%
4 NRD
(Pr)
55.65.
14
9 thn/
32 kg
17-
07-
2018
18-
07-
2018
Demam
,
penurun
an
kesadar
an.
DBD
Grade II
-IVFD RL
84cc/jam
-Pct tab
250
mg
IV
Oral
3x1
17/7/201
8-
18/7/201
8
17/7/201
8-
18/7/201
8
HB :
17,0 g/dl
Leu :
8.500 uL
Tr :
35.000
uL/
Ht : 50% 5 MAP
(LK)
56.17.
15
8 thn/
29 kg
03-
09-
2018
08-
09-
2018
Demam
,
muntah,
mual.
DBD
Grade I
-IVFD RL
105cc/jam
-Pct tab
-
domperido
n sirup
250
mg
5 mg
IV
Oral
3x1
3x1
cth
03/9/201
8-
08/9/201
8
03/9/201
8-
06/9/201
8
03/9/201
8-
08/9/201
8
HB :
13,7 g/dl
Leu :
12,4 uL
Tr : 290
uL/
Ht : 44%
6 MZA
(LK)
54.47.
16
4 thn/
26 kg
12-
11-
2018
16-
11-
2018
Demam
, mudah
mengan
tuk.
DBD
Grade I
-IVFD RL
30cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
12/11/20
18-
16/11/20
18
12/11/20
18-
16/11/20
18
HB :
14,6 g/dl
Leu :
12,5 uL
Tr :46
uL/
Ht : 44%
7 AS
(LK)
56.48.
14
11 thn/
41 kg
14-
11-
2018
19-
11-
2018
Demam
, sakit
kepala.
DBD
Grade I
-IVFD RL
80cc/jam
-Pct tab
500
mg
IV
Oral
3x1
14/11/20
18-
19/11/20
18
14/11/20
18-
19/11/20
18
HB : 9,9
g/dl
Leu :4,9
uL
Tr : 96
uL/
Ht : 31%
8 CAD
(LK)
56.07.
14
6 thn/
19 kg
10-
08-
2018
13-
08-
2018
Demam
,
mimisa
n.
DBD
Grade II
-IVFD RL
90cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
10/8/201
8-
13/8/201
8
10/8/201
8-
13/8/201
8
HB :
11,9 g/dl
Leu :
8.700 uL
Tr :
17.000
uL/
Ht : 36% 9 RNA
(LK)
55.96.
12
5 thn/
14 kg
22-
07-
2018
25-
07-
Demam
, batuk.
DBD
Grade I
-IVFD RL
72cc/jam
-Pct syr
-Ambroxol
120
mg
15
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
22/7/201
8-
25/7/201
8
22/7/201
HB : 8,9
g/dl
Leu : 5,7
uL
Tr : 89
78
2018 syr mg cth 8-
25/7/201
8
22/7/201
8-
25/7/201
8
uL/
Ht : 34%
1
0
NCD
(PR)
55.69.
04
5 thn/
17 kg
25-
08-
2018
28-
08-
2018
Demam
, bintik-
bintik
merah
di kulit.
DBD
Grade II
-IVFD RL
54cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
25/8/201
8-
28/8/201
8
25/8/201
8-
28/8/201
8
HB :
14,5 g/dl
Leu :
7.900 uL
Tr :
83.000
uL/
Ht : 43% 1
1
SR
(PR)
56.27.
03
8 thn/
18 kg
25-
09-
2018
27-
09-
2018
Demam
, mual,
muntah
DBD
Grade I
-IVFD RL
84cc/jam
-Pct tab
-
domperido
n syr
250m
g
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
cth
25/9/201
8-
27/9/201
8
25/9/201
8-
27/9/201
8
25/9/201
8-
27/9/201
8
HB :
13,5 g/dl
Leu : 7,4
uL
Tr :
14.000u
L/
Ht : 38%
1
2
MA
(LK)
56.40.
00
5thn/
20 kg
25-
10-
2018
29-
10-
2018
Demam
, bintik-
bintik
merah
di kulit.
DBD
Grade II
-IVFD RL
6cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
25/10/20
18-
29/10/20
18
25/10/20
18-
29/10/20
18
HB :
10,0 g/dl
Leu :
3000 uL
Tr :
92.000
uL/
Ht :30% 1
3
NO
(PR)
56.63.
04
4 thn/
15 kg
20-
12-
2018
23-
12-
2018
Demam
, mual,
gelisah.
DBD
Grade
III
-IVFD RL
50cc/jam
-Pct syr
-
domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
20/12/20
18-
23/12/20
18
20/12/20
18-
23/12/20
18
20/12/2
018-
23/12/2
018
HB :
10,3 g/dl
Leu : 9,0
uL
Tr : 103
uL/
Ht : 31%
1
4
JA
(LK)
36.80.
11 thn/
39 kg
27-
12-
2018
Demam
, mual,
muntah.
-IVFD RL
105/jam
-Pct tab
250
IV
Oral
3x1
27/12/20
18-
29/12/20
HB :
13,5 g/dl
Leu : 7,8
79
01 29-
12-
2018
DBD
Grade
III
-
Domperido
n syr
mg
5 mg
Oral
3x1
cth
18
27/12/20
18-
29/12/20
18
27/12/20
18-
29/12/20
18
uL
Tr : 81
uL/
Ht : 38%
1
5
APY
(LK)
56.60.
33
9 thn/
22 kg
13-
12-
2018
17-
12-
2018
Demam
, nyeri,
mual,
muntah
DBD
Grade II
-IVFD RL
64cc/jam
-Pct tab
-
Domperido
n syr
250
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
cth
13/12/20
18-
17/12/20
18
13/12/20
18-
17/12/20
18
13/12/20
18-
17/12/20
18
HB :
12,6 g/dl
Leu : 2,9
uL
Tr :
9.000
uL/
Ht : 39%
1
6
AK
(PR)
56.16.
38
5thn/
15 kg
31-
08-
2018
04-
09-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade I
-IVFD RL
75cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
31/8/201
8-
04/9/201
8
31/8/201
8
03/9/201
8
31/8/201
8
03/9/201
8
HB :
15,9 g/dl
Leu : 4,4
uL
Tr : 32
uL/
Ht : 47%
1
7
MA
(LK)
55.56.
35
4 thn/
12 kg
13-
11-
2018
16-
11-
2018
Demam
, badan
dingin.
DBD
Grade
III
-IVFD RL
6cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
13/11/20
18-
16/11/20
18
13/11/20
18-
16/11/20
18
HB :
16,1 g/dl
Leu :
10,5 uL
Tr : 54
uL/
Ht :48%
1
8
AA
(PR)
56.54.
32
12 thn/
30 kg
30-
11-
2018
03-
12-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade II
-IVFD RL
70cc/jam
-Pct tab
-
domperido
n syr
250
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
cth
30/11/20
18-
03/12/20
18
30/11/20
18-
03/12/20
18
30/12/20
HB :
12,9 g/dl
Leu :
3.700 uL
Tr :
77.000
uL/
Ht : 39%
80
18-
03/12/20
18 1
9
AM
(PR)
56.27.
33
8 thn/
18 kg
26-
09-
2018
29-
09-
2019
Demam
, Batuk,
Pilek.
DBD
Grade I
-IVFD RL
56cc/jam
-Pct tab
-Ambroxol
syr
250m
g
15
mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
cth
26/9/201
8-
29/9/201
8
26/9/201
8-
29/9/201
8
26/9/201
8-
29/9/201
8
HB :
12,0 g/dl
Leu : 3,9
uL
Tr : 4,55
uL/
Ht : 35%
2
0
MAN
(LK)
55.95.
33
8 thn/
22 kg
20-
07-
2018
23-
07-
2018
Demam
, kaki
tangan
dingin.
DBD
Grade
III
-IVFD RL
10cc/jam
-Pct tab
250m
g
IV
Oral
3x1
20/7/201
8-
23/7/201
8
20/7/201
8-
23/7/201
8
HB :
15,1
g/dl
Leu :
4.300
uL
Tr
:58.000
uL/
Ht :
43% 2
1
FH
(PR)
54.88.
05
5 thn/
26 kg
29-
11-
2018
02-
12-
2018
Demam
tinggi
naik
turun,
DBD
Grade I
-IVFD RL
66cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
29/11/20
18-
02/12/20
18
29/11/20
18-
01/11/20
18
HB :
13,3 g/dl
Leu : 4,7
uL
Tr :
79.000
uL/
Ht : 39%
2
2
MI
(LK)
56.18.
45
4 thn/
12 kg
05-
09-
2018
08-
09-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade I
-IVFD RL
44cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
05/09/20
18-
08/09/20
18
05/09/20
18-
08/09/20
18
05/09/20
18-
08/09/20
18
HB :
12,2 g/dl
Leu : 7,9
uL
Tr : 110
uL/
Ht : 38%
2
3
AK
(LK)
5 thn/
15 kg
30-
07-
Demam
, mual,
-IVFD RL
75cc/jam
IV
30/7/201
8
HB :
13,3 g/dl
81
55.71.
71
2018
02-
08-
2918
kaki
tangan
dingin.
DBD
Grade
III
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
02/8/201
8
30/7/201
8
02/8/201
8
30/7/201
8-
02/8/201
8
Leu :
7.800 uL
Tr :
66.000
uL/
Ht : 38%
2
4
MI
(LK)
12.30.
36
12 thn/
35 kg
22-
07-
2018
25-
07-
2018
Demam
, BAB
cair
warna
cokelat.
DBD
Grade II
-IVFD RL
75cc/jam
-Pct tab
-Zink tab
250m
g
20
mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
22/7/201
8-
25/7/201
8
22/7/201
8-
25/7/201
8
22/7/201
8-
25/7/201
8
HB :
12,8 g/dl
Leu :
1.800 uL
Tr :
17.000
uL/
Ht : 39%
2
5
DS
(PR)
51.88.
36
12 thn
/32 kg
13-
07-
2018
15-
07-
2018
Demam
, nyeri,
mual,
muntah.
DBD
Grade II
-IVFD RL
80cc/jam
-Pct tab
-
Domperido
n tab
250m
g
10
mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
13/7/201
8-
15/7/201
8
13/7/201
8-
15/7/201
8
13/7/201
8-
15/7/201
8
HB :
12,8 g/dl
Leu :
4.900 uL
Tr
:81.000
uL/
Ht : 35%
2
6
BY
(LK)
55.26.
38
2 thn/
10 kg
28-
10-
2018
31-
10-
2018
Demam
, batuk,
mual,
muntah.
DBD
Grade I
-IVFD RL
44cc/jam
-Pct syr
-Ambroxol
syr
-
Domperido
n syr
120
mg
15
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
3x1
cth
28/10/20
18-
31/10/20
18
28/10/20
18-
31/10/20
18
28/10/20
18-
31/10/20
18
28/10/20
18-
HB :
12,1 g/dl
Leu : 4,7
uL
Tr : 4,14
uL/
Ht : 38%
82
31/10/20
18
2
7
AK
(LK)
55.10.
32
3 thn/
14 kg
30-
11-
2018
06-
12-
2018
Demam
,
kejang.
DBD
Grade
IV
-IVFD RL
48cc/jam
-Inj
gentamicin
-Inj
Diazepam
-Pct syr
2x40
mg
3x5
mg
120
mg
IV
IV
IV
Oral
3x1
cth
30/11/20
18-
06/12/20
18
30/11/20
18-
06/12/20
18
30/11/20
18-
06/12/20
18
30/11/20
18-
06/12/20
18
30/11/20
18-
03/12/20
18
HB :
17,7 g/dl
Leu :
11.000
uL
Tr :
380.000
uL
Ht : 34%
2
8
SZ
(PR)
55.60.
03
6 thn/
16 kg
05-
07-
2018
07-
07-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade II
-IVFD RL
4cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
05/7/201
8
07/7/201
8
05/7/201
8
07/7/201
8
05/7/201
8-
07/7/201
8
HB :
11,9 g/dl
Leu :
4.700 uL
Tr :
62.000
uL/
Ht : 35%
2
9
YF
(LK)
55.67.
74
12 thn/
28 kg
22-
08-
2018
25-
08-
2018
Demam
, mual,
batuk.
DBD
Grade II
-IVFD RL
117cc/jam
-Pct tab
-
Domperido
n tab
-Ambroxol
tab
250m
g
10
mg
30
mg
IV
Oral
Oral
Oral
3x1
3x1
3x1
22/8/201
8-
25/8/201
8
22/8/201
8-
25/8/201
8
22/8/201
8-
25/8/201
8
22/8/201
8-
25/8/201
8
HB :
15.8 g/dl
Leu :
5.200 uL
Tr
:62.000
uL/
Ht :45%
83
3
0
WK
(PR)
56.01.
90
10thn/
29 kg
30-
07-
2018
01-
08-
2018
Demam
, bintik-
bintik
merah
di
tangan
dan
kaki.
DBD
Grade II
-IVFD RL
118cc/jam
-Pct tab
250m
g
IV
Oral
3x1
30/7/201
8-
01/8/201
8
30/7/201
8-
01/8/201
8
HB :
13,3 g/dl
Leu :
5.900 uL
Tr :
42.000
uL/
Ht : 47%
3
1
MKH
A
(LK)
66.32.
54
9 thn/
25 kg
08-
10-
2018
12-
10-
2018
Demam
,
muntah,
pusing.
DBD
Grade I
-IVFD RL
90cc/jam
-Pct tab
Domperido
ne syr
250
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
cth
08/10/20
18-
12/10/20
18
08/10/20
18-
12/10/20
18
08/10/20
18-
12/10/20
18
HB :
15,8 g/dl
Leu :
5.400 uL
Tr : 81
uL/
Ht :
47%
3
2
MA
(LK)
56.10.
51
7 thn/
20 kg
17-
08-
2018
21-
08-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade I
+ typus
-IVFD RL
100cc/jam
-Cefixme
syr
-Pct syr
-Sanvita syr
100
mg
120
mg
120
mg
IV
Oral
Oral
Oral
2x1
cth
3x1
cth
1x1
cth
17/8/201
8-
21/8/201
8
17/8/201
8-
21/8/201
8
17/8/201
8-
21/8/201
8
17/8/201
8-
21/8/201
8
HB :
15,7 g/dl
Leu : 4,3
uL
Tr : 76
uL/
Ht : 45%
3
3
NF
(PR)
55.07.
78
4 thn/
16 kg
09-
07-
2018
13-
07-
2018
Demam
,
penurun
an
kesadar
an,
tidak
mau
makan.
DBD
-IVFD RL
20cc/jam
-Pct syr
-Sanvita syr
120
mg
120
mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
1x1
cth
09/7/201
8-
13/7/201
8
09/7/201
8-
13/7/201
8
09/7/201
8-
HB :
11,4 g/dl
Leu :
4.900 uL
Tr :
31.500
uL/
Ht :31%
84
Grade
III
13/7/201
8
3
4
MNF
(LK)
56.58.
83
3 thn/
19 kg
11-
12-
2018
13-
12-
2018
Demam
DBD
Grade I
-IVFD RL
50cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
11/12/20
18-
12/12/20
18
11/12/20
18-
12/12/20
18
HB :
12,5 g/dl
Leu :
3.800 uL
Tr :
136.000
uL/
Ht : 40%
3
5
MRA
(LK)
56.06.
83
4 thn/
20kg
09-
08-
2018
15-
08-
2018
Demam
, gusi
berdara
h.
DBD
Grade II
-IVFD RL
120cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
09/8/201
8-
15/8/201
8
09/8/201
8-
13/8/201
8
HB :13,1
g/dl
Leu :
7.400 uL
Tr :
71.000
uL/
Ht : 40%
3
6
MFA
K
(LK)\
56.14.
04
10 thn/
27 kg
28-
08-
2018
31-
08-
2018
Demam
,
muntah,
sakit
ulu hati.
DBD
Grade I
-IVFD RL
67cc/jam
-Pct tab
-
Domperido
n syr
250
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
cth
28/8/201
8-
31/8/201
8
28/8/201
8-
31/8/201
8
28/8/201
8-
31/8/201
8
HB :
14,9 g/dl
Leu : 5,7
uL
Tr : 25
uL/
Ht : 41%
3
7
MRR
(LK)
55.15.
22
11 thn/
29kg
26-
12-
2018
31-
12-
2018
Demam
.
DBD
Grade I
-IVFD RL
90cc/jam
-Pct tab
250
mg
IV
Oral
3x1
26/12/20
18-
31/12/20
18
26/12/20
18-
29/12/20
18
HB :
12,5 g/dl
Leu : 8,9
uL
Tr : 198
uL/
Ht : 36%
3
8
GJ
(LK)
65.59.
25
6 thn/
20 kg
05-
09-
2018
06-
09-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade I
-IVFD RL
60cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
05/9/201
8-
06/9/201
8
05/9/201
8-
06/9/201
8
05/9/201
8-
06/9/201
8
HB :
13,5 g/dl
Leu :
2.000 uL
Tr :
96.000
uL/
Ht : 40%
85
3
9
YP
(LK)
56.61.
25
10 thn/
40 kg
16-
12-
2018
18-
12-
2018
Demam
, mual,
gusi
berdara
h.
DBD
Grade II
-IVFD RL
120cc/jam
-Pct tab
-
Domperido
n syr
250
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
cth
16/12/20
18-
06/12/20
18
16/12/20
18-
06/12/20
18
16/12/20
18-
06/12/20
18
HB :
15,6 g/dl
Leu : 7,9
uL
Tr :
4.000
uL/
Ht : 45%
4
0
MRF
(LK)
56.06.
60
9 thn/
22 kg
09-
08-
2018
13-
08-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade II
-IVFD RL
90cc/jam
-Pct tab
-
Domperido
n syr
250m
g
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
09/8/201
8-
13/8/201
8
09/8/201
8-
13/8/201
8
09/8/201
8-
13/8/201
8
HB :
13,8 g/dl
Leu :
16,9 uL
Tr :
55.000
uL/
Ht : 40%
4
1
RM
(PR)
56.23.
58
11 thn/
32 kg
18-
09-
2018
26-
09-
2018
Demam
,
penurun
an
kesadar
an,
mimisa
n.
DBD
Greade
IV
-IVFD RL
10cc/jam
-Inj.asam
traneksama
t
2x10
mg
IV
IV
18/9/201
8-
26/9/201
8
18/9/201
8-
26/9/201
8
18/9/201
8-
26/9/201
8
HB :
14,1 g/dl
Leu :
16,9 uL
Tr : 14
uL/
Ht : 43%
4
2
JM
(LK)
55.59.
95
3 thn/
11 kg
04-
12-
2018
08-
12-
2018
Demam
, mual,
kaki
tangan
dingin.
DBD
Grade
III
-IVFD RL
20cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
04/12/20
18-
08/12/20
18
04/12/20
18-
07/12/20
18
04/12/20
18-
07/12/20
18
HB :
10,0 g/dl
Leu :
14,8 uL
Tr :
62.000
uL/
Ht : 30%
4 ACH 5 thn/ 23- Demam -IVFD RL IV 23/7/201 HB :
86
3 (PR)
55.97.
09
16 kg 07-
2018
26-
07-
2018
, kaki
tangan
dingin.
DBD
Grade
III
20cc/jam
-Pct syr
120
mg
Oral
3x1
cth
8-
26/7/201
8
23/7/201
8-
26/7/201
8
16,5 g/dl
Leu :
8.200 uL
Tr :
29.000
uL/
Ht : 48%
4
4
MLV
(PR)
56.58.
08
9 thn/
31 kg
10-
12-
2018
14-
12-
2018
Demam
, batuk.
DBD
Grade I
-IVFD RL
75cc/jam
-Pct tab
-Ambroxol
syr
250
mg
15
mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
cth
10/12/20
18-
14/12/20
18
10/12/20
18-
14/12/20
18
10/12/20
18-
14/12/20
18
HB :
12,8
g/dl
Leu :
4,1 uL
Tr : 112
uL/
Ht :
38%
4
5
CA
(PR)
56.06.
43
5thn/20
kg
09-
08-
2018
11-
08-
2018
Demam
, gusi
berdara
h.
DBD
Grade II
-IVFD RL
85cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
09/8/201
8-
11/8/201
8
09/8/201
8-
11/8/201
8
HB :
14,0 g/dl
Leu :
56.000
uL
Tr :
53.000
uL/
Ht : 41%
4
6
MF
(PR)
55.52.
42
10thn/
29kg
09-
06-
2018
12-
06-
2018
Demam
.
DBD
Grade I
-IVFD RL
104cc/jam
-Pct tab
250m
g
IV
Oral
3x1
09/6/201
8-
12/6/201
8
09/6/201
8-
12/6/201
8
HB :
15,5 g/dl
Leu :
5.700 ul
Tr
:61.000
uL/
Ht : 44%
4
7
AN
(PR)
54.24.
64
8thn/
21kg
02-
12-
2018
05-
12-
2018
Demam
, kaki
tangan
dingin.
DBD
Grade
III
-IVFD RL
61cc/jam
-Pct tab
250
mg
IV
Oral
3x1
02/12/20
18-
05/12/20
18
02/12/20
18-
05/12/20
18
HB :
13,2 g/dl
Leu : 7,9
ul
Tr :
78.000
uL/
Ht : 18%
4
8
SS
(LK)
56.24.
06
6thn/
23kg
11-
11-
2018
13-
11-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade I
-IVFD RL
63cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
11/11/20
18-
13/11/20
18
11/11/20
18-
HB :
14,8 g/dl
Leu :4,0
ul
Tr : 145
uL/
87
n syr 12/11/20
18
11/11/20
18-
13/11/20
18
Ht : 43%
4
9
MNG
(PR)
56.15.
04
11thn/
39kg
25-
12-
2018
27-
12-
2018
Demam
, sakit
kepala.
DBD
Grade I
-IVFD RL
90cc/jam
-Pct tab
500m
g
IV
Oral
3x1
25/12/20
18- 27-
12-2018
25/12/20
18- 27-
12-2018
HB :
15,1 g/dl
Leu : 5,9
ul
Tr : 38
uL/
Ht : 45%
5
0
NK
(PR)
55.46.
06
6thn/
20kg
22-
07-
2018
25-
07-
2018
Demam
.
DBD
Grade II
-IVFD RL
60cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
22/7/201
8-
25/7/201
8
22/7/201
8-
25/7/201
8
HB :
12,9 g/dl
Leu :
4.900 ul
Tr :
10.000
uL/
Ht : 28%
5
1
DC
(PR)
56.59.
20
4thn/
15kg
11-
12-
2018
14-
12-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade I
-IVFD RL
48cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
11/12/20
18-
14/12/20
18
11/12/20
18-
14/12/20
18
11/12/20
18-
13/12/20
18
HB :
10,0 g/dl
Leu :
11,6 ul
Tr : 91
uL/
Ht : 29%
5
2
MS
(LK)
55.65.
25
7thn/
18kg
17-
08-
2018
20-
08-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade I
-IVFD RL
90cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
17/8/201
8-
20/8/201
8
17/8/201
8-
19/8/201
8
17/8/201
8-
20/8/201
8
HB :
17,0 g/dl
Leu :
9.800 uL
Tr :
32.000
uL/
Ht : 49%
5
3
MF
(LK)
56.64.
26
7thn/
15kg
23-
12-
2018
26-
Demam
, mual,
muntah.
DBD
-IVFD RL
75cc/jam
-Pct syr
120m
g
IV
Oral
3x1
cth
23/12/20
18-
26/12/20
18
HB :
12,1 g/dl
Leu :
7.400 uL
88
12-
2018
Grade I
-
Domperido
n syr
5 mg Oral 3x1c
th
23/12/20
18-
25/12/20
18
23/12/20
18-
25/12/20
18
Tr :
76.000
uL/
Ht : 34%
5
4
CAL
(PR)
56.55.
01
8thn/35
kg
23-
10-
2018
26-
10-
2018
Demam
,
pusing,
mual,
muntah,
nyeri
ulu hati.
DBD
Grade II
-IVFD RL
117cc/jam
-Pct tab
-
Domperido
n syr
-
inj.omepraz
ol
250
mg
5 mg
1x17
mg
IV
Oral
Oral
IV
3x1
3x1
cth
23/10/20
18-
26/10/20
18
23/10/20
18-
26/10/20
18
23/10/20
18-
26/10/20
18
23/10/20
18-
26/10/20
18
HB :
14,7 g/dl
Leu :8,4
uL
Tr : 98
uL/
Ht : 40%
5
5
SL
(PR)
55.51.
50
10thn/2
0kg
06-
09-
2018
10-
09-
2018
Demam
,
pusing.
DBD
Grade I
-IVFD RL
68cc/jam
-Pct tab
250m
g
IV
Oral
3x1
06/9/201
8-
10/9/201
8
06/9/201
8-
10/9/201
8
HB :
12,3 g/dl
Leu :
4.400 uL
Tr :
42.000
uL/
Ht : 44%
5
6
MNO
(PR)
54.70.
04
4thn/
10kg
12-
09-
2018
15-
09-
2018
Demam
, mual,
muntah,
mimisa
n.
DBD
Grade II
-IVFD RL
82cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
-Inj.
asamtrareks
amat
120
mg
5 mg
3x17
mg
IV
Oral
Oral
IV
3x1
cth
3x1
cth
12/9/201
8-
15/9/201
8
12/9/201
8-
14/9/201
8
12/9/201
8-
15/9/201
8
12/9/201
8-
15/9/201
8
HB :
14,20
g/dl
Leu :
14,4 uL
Tr : 38
uL/
Ht : 40%
5 NSI 12thn/ 17- Demam -IVFD RL IV 17/11/20 HB :
89
7 (PR)
56.50.
02
35kg 11-
2018
22-
11-
2018
, batuk,
flu,
nyeri
ulu hati.
DBD
Grade
III
115cc/jam
-Pct tab
-Ambroxol
tab
-
Inj.omepraz
ol
250m
g
30mg
1x20
mg
Oral
Oral
IV
3x1
3x1
18-
22/11/20
18
17/11/20
18-
19/11/20
18
17/11/20
18-
19/11/20
18
17/11/20
18-
22/11/20
18
12,9 g/dl
Leu : 8,9
uL
Tr : 77
uL/
Ht : 38%
5
8
DIV
(PR)
55.56.
12
5thn/
14kg
22-
10-
2018
28-
10-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade II
-IVFD RL
74cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
22/10/20
18-
28/10/20
18
22/10/20
18-
26/10/20
18
22/10/20
18-
26/10/20
18
HB :
13,5 g/dl
Leu :
2.500 uL
Tr :
44.000
uL/
Ht : 41%
5
9
ALS
(PR)
56.06.
14
2thn/
8kg
01-
09-
2018
05-
09-
2018
Demam
, batuk,
kejang.
DBD
Grade
IV
-IVFD RL
57cc/jam
-Pct syr
-Ambroxol
syr
-
Inj.diazepa
m
120
mg
15
mg
3x5m
g
IV
Oral
Oral
IV
3x1
cth
3x1
cth
01/9/201
8-
05/9/201
8
01/9/201
8-
04/9/201
8
01/9/201
8-
05/9/201
8
01/9/201
8-
05/9/201
8
HB :
14,2 g/dl
Leu :
15,9 uL
Tr : 14
uL/
Ht : 38%
6
0
CI
(PR)
56.38.
16
8thn/
22kg
23-
12-
2018
27-
12-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade I
-IVFD RL
80cc/jam
-Pct tab
-
Domperido
n syr
500
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
3x1
cth
23/12/20
18-
27/12/20
18
23/12/20
18-
26/12/20
HB :
14,8 g/dl
Leu : 8,4
uL
Tr :
12.500
uL/
90
18
23/12/20
18-
27/12/20
18
Ht : 39%
6
1
MK
(PR)
54.44.
17
10thn/
30kg
07-
07-
2018
10-
07-
2018
Demam
, bintik-
bintik
merah
dikulit.
DBD
Grade II
-IVFD RL
98cc/jam
-Pct tab
250m
g
IV
Oral
3x1
07/7/201
8-
10/7/201
8
07/7/201
8-
10/7/201
8
HB :
11,8 g/dl
Leu :
7.400 uL
Tr : 14,2
uL/
Ht : 40%
6
2
HR
(PR)
54.55.
19
7thn/
25kg
02-
11-
2018
06-
11-
2018
Demam
, sakit
kepala,
nyeri
ulu hati.
DBD
Grade I
-IVFD RL
76cc/jam
-Pct syr
-
Inj.omepraz
ol
120
mg
1x20
mg
IV
Oral
IV
3x1
cth
02/11/20
18-
06/11/20
18
02/11/20
18-
06/11/20
18
02/11/20
18-
06/11/20
18
HB :
17,8 g/dl
Leu : 9,8
uL
Tr : 17,8
uL/
Ht : 39%
6
3
RFY
(PR)
55.45.
15
11thn/
28kg
19-
07-
2018
24-
07-
2018
Demam
tinggi,
sakit
kepala.
DBD
Grade I
-IVFD RL
98cc/jam
-Pct tab
250m
g
IV
Oral
3x1
19/7/201
8-
24/7/201
8
19/7/201
8-
24/7/201
8
HB :
13,9 g/dl
Leu :
4.700 uL
Tr :
44.000
uL/
Ht : 40%
6
4
PML
(PR)
54.34.
19
4thn/
32kg
02-
09-
2018
05-
09-
2018
Demam
, mual,
muntah.
DBD
Grade II
-IVFD RL
84cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
02/9/201
1-
05/9/201
8
02/9/201
1-
05/9/201
8
02/9/201
1-
05/9/201
8
HB :
12,8 g/dl
Leu :
7.200 uL
Tr :
74.000
uL/
Ht : 34%
6
5
IS
(PR)
56.62.
13
5thn/
21kg
13-
11-
2018
16-
Demam
, mual,
muntah.
DBD
-IVFD RL
64cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
13/11/20
18-
16/11/20
18
HB :
15,8 g/dl
Leu : 4,4
uL
91
11-
2018
Grade I -
domperido
n syr
5 mg Oral 3x1
cth
13/11/20
18-
16/11/20
18
13/11/20
18-
16/11/20
18
Tr : 34
uL/
Ht : 39%
6
6
MKP
(LK)
56.66.
16
4thn/
30kg
03-
10-
2018
06-
10-
2018
Demam
, nyeri
ulu hati.
DBD
Grade I
-IVFD RL
70cc/jam
-Pct syr
-
Inj.omepraz
ol
120
mg
1x20
mg
IV
Oral
IV
3x1
cth
03/10/20
18-
06/10/20
18
03/10/20
18-
06/10/20
18
03/10/20
18-
06/10/20
18
HB :
14,8 g/dl
Leu :
12,7 uL
Tr : 44
uL/
Ht : 46%
6
7
AWL
(LK)
55.50.
15
5thn/
25kg
10-
10-
2018
14-
10-
2018
Demam
, mual,
mutah.
DBD
Grade I
-IVFD RL
68cc/jam
-Pct syr
-
Domperido
n syr
120
mg
5 mg
IV
Oral
Oral
3x1
cth
3x1
cth
10/10/20
18-
14/10/20
18
10/10/20
18-
14/10/20
18
10/10/20
18-
12/10/20
18
HB :
12,8 g/dl
Leu : 4,4
uL
Tr :
62.000
uL/
Ht : 30%
6
8
FA
(LK)
56.60.
09
3thn/
15kg
02-
11-
2018
05-
11-
2018
Demam
, kaki
tangan
dingin.
DBD
Grade
III
-IVFD RL
22cc/jam
-Pct syr
120
mg
IV
Oral
3x1
cth
02/11/20
18-
05/11/20
18
02/11/20
18-
05/11/20
18
HB :
10,7 g/dl
Leu :
14,4 uL
Tr :
64.000
uL/
Ht : 32%
92
Lampiran 4 Lembar Observasi
Indikasi tanpa obat
Obat tanpa indikasi
Ketidaktepatan pemilihan obat
Dosis rendah
Dosis tinggi
Reaksi obaat yang merugikan
Ketidakpatuhan pasien
Jumlah kejadian DRPs
93
1 SAB
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab
118cc/jam 3x250mg
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
2 VK DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab -Domperidon syr
67cc/jam 3x500mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- + -
- - -
- - -
Ada DRPs
3 DF DBD Grade II
-IVFD RL -inj.Omeprazole
30cc/jam 1x40mg
+ -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Ada DRPs
4 NRD
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab
84cc/jam 3x250mg
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
5 MAP
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct -domperidon syr
105cc/jam 3x250mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
6 MZA
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr
30cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
7 AS DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab
80cc/jam 3x500mg
- -
- -
- -
- -
- +
- -
- -
Ada DRPs
8 CAD
DBD Grad
-IVFD RL -Pct syr
90cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRP
94
e II
s
9 RNA
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Ambroxol syr
72cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
10
NCD
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct syr
54cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada Drps
11
SR DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab -Domperidone syr
84cc/jam 3x250mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
12
MA
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct syr
6cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
13
NO
DBD Grade III
-IVFD RL -Pct syr -Domperidone syr
50cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
14
JA DBD Grade III
-IVFD RL -Pct tab -Domperidone syr
105cc/jam 3x250 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
15
APY
DBD Grad
-IVFD RL -Pct tab
64cc/jam 3x250mg
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRP
95
e II
-Domperidon syr
3x1cth
s
16
AK DBD Grade II
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr
75cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
17
MA
DBD Grade III
-IVFD RL -Pct syr
6cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
18
AA DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab -Domperidone syr
70cc/jam 3x250mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
19
AM
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab -Ambroxol syr
56cc/jam 3x250mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
20
MAN
DBD Grade III
-IVFD RL -Pct tab
10cc/jam 3x250mg
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
21
FH DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr
66cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRps
22
MI DBD Grad
-IVFD RL -Pct syr -
44cc/jam 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRP
96
e I Domperidone syr
3x1cth
s
23
AK DBD Grade III
-IVFD RL -Pct syr -Domperidone syr
75cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
24
MI DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab -Zink tab
70cc/jam 3x250mg 3x20mg
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
25
DS DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab -Domperidone tab
80cc/jam 3x500mg 3x10mg
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
26
BY DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Ambroxol syr -Domperidon syr
44cc/jam 3x1cth 3x1cth 3x1cth
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Tidak Ada DRPs
27
AK DBD Grade IV
-IVFD RL -Pct syr -Inj.gentamicin -Inj.deazepam
48cc/jam 3x1cth 2x40mg 3x5mg
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
Tidak Ada DRPs
28
SZ DBD Grad
-IVFD RL -Pct syr -
4cc/jam 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRP
97
e II
Domperidone syr
3x1cth
s
29
YF DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab -Domperidone tab -Ambroxol tab
117cc/jam 3x250mg 3x10mg 3x30mg
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Tidak Ada DRPs
30
WK
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab
118cc/jam 250mg
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
31
MKHA
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab -Domperidon syr
90cc/jam 3x250mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
32
MA
DBD Grade I + Typus
-IVFD RL -Pct syr -Cefixme syr -Sanvita syr
100cc/jam 3x1cth 2x1cth 1x1cth
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Tidak Ada DRPs
33
NF DBD Grade III
-IVFD RL -Pct syr -Sanvita syr
20cc/jam 3x1cth 1x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
34
MNF
DBD Grad
-IVFD RL -Pct syr
50cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRP
98
e I s
35
MRA
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct syr
120cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
36
MFAK
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab -Domperidone syr
67cc/jam 3x250mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
37
MRR
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab
90cc/jam 3x250mg
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
38
GJ DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Domperidone syr
60cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
39
YP DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab -Domperidon syr
120cc/jam 3x250mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
40
MRF
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab -Domperidone syr
90cc/jam 3x250mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
41
RM
DBD Grad
-IVFD RL -Inj.asa
10cc/jam 300mg/2ja
+ -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Ada DRPs
99
e IV
m traneksamat
m
42
JM DBD Grade III
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr
20cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
43
ACH
DBD Grade III
-IVFD RL -Pct syr
20cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
44
MLV
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab -Ambroxol syr
75cc/jam 3x250mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
45
CA DBD Grade II
-IVFD RL -Pct syr
85cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
46
MF
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab
104cc/jam 3x250mg
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
47
AN DBD Grade III
-IVFD RL -Pct tab
61cc/jam 3x250mg
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
48
SS DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr
63cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
100
49
MNG
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab
90cc/jam 3x500mg
- -
- -
- -
- -
- +
- -
- -
Ada DRPs
50
NK DBD Grade II
-IVFD RL -Pct syr
60cc/jam 3x1cth
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
51
DC DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr
48cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
52
MS
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr
90cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
53
MF
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr
75cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
54
CAL
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab -Domperidon syr -Inj.omeprazol
117cc/jam 3x250mg 3x1cth 1x17mg
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Tidak Ada DRPs
55
SL DBD Grad
-IVFD RL -Pct tab
68cc/jam 3x250mg
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRP
101
e I s
56
MNO
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr -Inj.asam tranexamat
82cc/jam 3x1cth 3x1cth 3x17mg
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Tidak Ada DRPs
57
NSI
DBD Grade III
-IVFD RL -Pct tab -Ambroxol tab -Inj.omeprazol
115cc/jam 3x250mg 3x30mg 1x20mg
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Tidak Ada DRPs
58
DIV
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr
74cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
59
ALS
DBD Grade IV
-IVFD RL -Pct syr -Ambroxol syr -Inj.diazepam
57cc/jam 3x1cth 3x1cth 3x5mg
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Tidak Ada DRPs
60
CI DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab -Domperidon syr
80cc/jam 3x500mg 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- + -
- - -
- - -
Ada DRPs
102
61
MK
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct tab
98cc/jam 3x250mg
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
62
HR DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Inj.omeprazol
76cc/jam 3x1cth 1x20mg
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
63
RFY
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct tab
98cc/jam 3x250mg
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada DRPs
64
PML
DBD Grade II
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr
84cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
65
IS DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr
64cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
66
MKP
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Inj.omeprazol
70cc/jam 3x1cth 1x20mg
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
67
AWL
DBD Grade I
-IVFD RL -Pct syr -Domperidon syr
68cc/jam 3x1cth 3x1cth
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
- - -
Tidak Ada DRPs
68
FA DBD Gr
-IVFD RL -Pct syr
22cc/jam 3x1ct
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Tidak Ada
103
ade III
h DRPs
104
ABSTRAK
Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian atau masalah yang tidak
diinginkan terkait terapi obat pasien yang berpengaruh pada outcome yang
diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presentase kejadian
dari masing-masing DRPs pasien demam berdarah dengue anak di RSUD
Palembang BARI. Adapun kategori DRPs yang diidentifikasi meliputi
indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, ketidaktepatan pemilihan obat, dosis
obat kurang, dosis obat lebih, dan ketidakpatuhan. Penelitian ini merupakan
penelitian non eksperimental dengan pengumpulan data secara retrospektif.
Data yang digunakan adalah data rekam medis. Data yang diperoleh dikaji
secara deskriptif berdasarkan literatur. Dari 68 kasus pasien demam berdarah
dengue rawat inap yang masuk kriteria inklusi, yaitu pasien yang tercatat
menderita demam berdarah dengue yang memiliki data rekam medis lengkap
dan dapat dibaca. Hasil penelitian dari 68 kasus pasien yang memenuhi
kriteria inklusi menunjukan kejadian DRPs kategori indikasi tanpa obat
sebanyak 2 kasus (3%), obat tanpa indikasi 0 kasus, ketidaktepatan pemilihan
obat 0 kasus, dosis rendah sebanyak 0 kasus, dosis tinggi sebanyak 4 kasus
(6%), obat yang merugikan 0 kasus dan ketidakpatuhan sebanyak 0 kasus.
Data keseluruhan kejadian DRPs sebanyak 6 kasus (9%).
Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Drug Related Problems (DRPs)
Pustaka : 19 (2008-2016)
Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) Berdasarkan Umur dan Berat Badan di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Palembang BARI Juli-Desember
Tahun 2018
Rima Monalisa
Mahasiswa STIK Siti Khadijah Palembang
Email : [email protected]
105
Identification of Drug Related Problems (DRPs) in Dengue Hemorrhagic
Fever Children Patients based on Age and Weight at Inpatient Department
Palembang BARI General Hospital in July-December 2018
ABSTRACT
Drug Related Problems (DRPs) are undesired events or problems related to
patient drug therapy that affect the expected outcome. The aim of this study was
determine the percentage of incidence of each DRPs in dengue hemorrhagic fever
patients in Palembang BARI Hospital. The DRPs categories identified include
indications without drugs, drugs without indications, inaccurate drug selection,
lack of drug dosages, over drug dosages, and non-compliance. This study is a non-
experimental research with retrospective data collection. The data used is medical
record data. The data obtained were reviewed descriptively based on literature. Of
68 cases of inpatient dengue hemorrhagic fever patients who were included in the
inclusion criteria, namely patients who were recorded as suffering from dengue
hemorrhagic fever who had complete and readable medical record data. The
results of the 68 cases of patients who met the inclusion criteria showed the
incidence of DRPs in the indications category without drugs as much as 2 case
(3%), drugs without indication 0cases, inaccurate drug selection 0 cases, dosage
low in 0 cases, high doses in 4 cases (6%), drugs that harm 0 cases and
noncompliance in 0 cases. Overall data on the incidence of DRPs were 6 cases
(9%).
Keywords : Dengue Hemorrhagic Fever, Drug Related Problems (DRPs)
References : 19 (2008-2016)
I. PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang tergolong
Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus,
dan family Flaviviridae.DBD ditularkan
melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
terutama Aedes aegypti atau
Aedesalbopictus.Penyakit DBD dapat
muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat
(Kemenkes RI, 2016)
Jumlah penderita DBD yang
dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak
129.650 kasus dengan jumlah kematian
sebanyak 1.071 orang (IR/Angka
kesakitan= 50,75 per100.000 penduduk
dan CFR/angka kematian= 0,83%).
Dibandingkan tahun 2014 dengan kasus
sebanyak 100.347 serta IR 39,80 terjadi
peningkatan kasus pada tahun 2015
(Kemenkes RI, 2016).
106
Situasi Demam
BerdarahDengue(DBD) di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2014 terjadi
peningkatan kasus dibandingkan tahun
2013. Pada tahun 2014 jumlah kasus
mencapai 1.506 kasus (IR sebesar
19/100.000 penduduk) dengan jumlah
kematian sebanyak 4 kematian (CFR
0,27%). Sementara pada tahun 2013
jumlah penderita DBD sebanyak 1.450
kasus (IR 19/100.000 penduduk) dengan
kematian sebanyak 2 orang (CFR 0.14%).
Jumlah kasus yang tinggi ditahun 2014
juga merupakan karena pengaruh pecahnya
kabupaten yang semula berjumlah 15
kab/kota menjadi 17 kab/kota di sumsel
(Dinkes Sumsel, 2014).
Drug Releated Problems (DRPs)
merupakan peristiwa yang tidak diinginkan
yang dapat mengganggu pencapaian tujuan
terapi suatu obat yang dijalani pasien.
Kategori DRPs tersebut meliputi terapi
tanpa indikasi, indikasi tanpa obat, obat
kurang efektif, dosis kurang, dosis
berlebih, efek samping obat dan
ketidakpatuhan.
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Moh. Zainal Risky, Alwiyah
Mukaddas, Ingrid Faustine 2011
Identifikasi Drug RelatedProblems (DRPs)
Pada Pasien Anak Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Instalasi Rawat Inap
RSUD Unatada Palu Tahun 2011 terdapat
total seluruh kasus DRPs adalah 171
kasus, dengan 103 kasus (57,89%)
kategori terapi obat tidak perlu, 25 kasus
(14,62%) kategori obat salah, 39 kasus
(22,81%) kategori dosis lebih dan 8 kasus
(4,68%) kategori dosis kurang. Kejadian
DRPs yang paling sering terjadi dalam
penelitian ini adalah terapi obat tidak perlu
sebesar 57,89% dari keseluruhan total
kasus DRPs.
Berdasarkan hal tersebut, maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Identifikasi Drug
Releated Problems(DRPs) pada anak yang
mengalami Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD
Palembang Bari Juli-Desember tahun
2018”.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan
penelitian non-eksperimental yaitu
penelitian dengan pengambilan data tanpa
perlakuan terhadap subyek uji.Rancangan
yang digunakan adalah gambaran
deskriptif untuk mengetahui gambaran
Drug RelatedProblems (DRPs) pada
pasien anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) Juli-Desember 2018 dengan jumlah
sampel 68 pasien.
Variabel dalam penelitian ini
adalah Drug Related Problems (DRPs)
berdasarkan terapi obat yang tidak
diperlukan, perlu terapi obat tanbahan,
obat tidak efektif, dosis terlalu rendah,
efek samping obat, ketidakpatuhan pada
107
pasien anak penyakit Demam Berdarah
Dengue.
Analisa ini dilakukan deskriptif
dengan membandingkan data rekam medis
dengan literatur yang sesuai. Analisa
DRPs pada pasien penderita Demam
Berdarah Dengue digunakan untuk
menggambarkan pola DRPs penderita
Demam Berdarah Dengue yang terjadi di
RSUD Palembang BARI. Setelah
melakukan analisa DRPs pada pasien
penderita Demam Berdarah Dengue,
selanjutnya peneliti memasukkan data
dalam bentuk tabel dengan menggunakan
program microsoft excel.
III. HASIL
Jenis-jenis
DRPs
(+) DRPs (-) DRPs Total
ju
ml
ah
% ju
ml
ah
% ju
ml
ah
%
Indikasi
tanpa obat
2 3 66 7 68 100
Obat
tanpa
indikasi
0 0 68 100 68 100
Ketidakte
patan
pemilihan
obat
0 0 68 100 68 100
Dosis
rendah
0 0 68 100 68 100
Dosis
tinggi
4 6 64 4 68 100
Reaksi
obat yang
merugika
n
0 0 68 100 68 100
Ketidakpa
tuhan
pasien
0 0 68 100 68 100
IV. PEMBAHASAN
a. DRPs kategori indikasi tanpa
obat
Dari hasil penelitian ini kejadian
Drug Related Problems (DRPs) pada
pasien anak demam berdarah dengue
dengan kategori indikasi tanpa obat pasien
yang mengalami keluhan namun tidak
diberikan terapi obat ada 2 (3%).
Berdasarkan hasil, teori dan penelitian
terkait, asumsi peneliti adalah bahwa
kejadian DRPs dalam kategori indikasi
tanpa obat hanya 3%.
b. DRPs Kategori Obat tanpa
Indikasi
Obat tanpa indikasi adalah
pemberian obat yang tidak sesuai dengan
indikasi atau diagnosa pada pasien. Obat
tanpa indikasi, yaitu pemberian obat tanpa
adanya indikasi (Rouli,2016).
Dari hasil penelitian ini kejadian
Drug Related Problems (DRPs) pada
pasien anak demam berdarah dengue
dengan kategori obat tanpa indikasi pasien
yang mengalami keluhan tidak ada.
c. DRPs Kategori Ketidaktepatan
Pemilihan Obat
Dari hasil penelitian ini kejadian
Drug Related Problems (DRPs) pada
pasien anak demam berdarah dengue
dengan kategori ketidaktepatan pemilihan
obat mengalami keluhan tidak ada.
d. DRPs Kategori Dosis Rendah
108
Pada penelitian ini kejadian Drug
Related Problems (DRPs) pada pasien
demam berdarah dengue dengan kategori
dosis rendah tidak mengalami keluhan
pasien.
e. DRPs Kategori Dosis Tinggi
Kejadian Drug Related Problems
(DRPs) pada pasien demam berdarah
dengue dengan kategori dosis tinggi
terdapat 4 kasus (6%). Pemberian yang
melebihi standar pemberian pada pasien
dapat meningkatkan resiko efek toksik
yang membahayakan bagi pasien.
f. DRPs Kategori Reaksi Obat yang
Merugikan
Kejadian Drug Related Problems
(DRPs) pada pasien demam berdarah
dengue dengan kategori reaksi obat yang
merugikan, pada kategori ini tidak bisa
dianalisa dikarenakan tidak lengkapnya
catatan status pasien pada rekam medik
tersebut, tidak dicantumkannya efek
samping pada obat atau terjadinya alergi
pada pasien, hal inilah yang membuat
peneliti mempunyai kendala dalam
menganalisa. Seperti yang dinyatakan oleh
Cipolle et al (1998), reaksi obat yang
merugikan didefinisikan sebagai efek
negatif yang tidak diinginkan yang
disebabkan oleh obat-obatan yang tidak
dapat diprediksi berdasarkan konsentrasi
dosis dan tindakan farmakologis.
g. DRPs Ketidakpatuhan Pasien
Ketidakpatuhan pasien merupakan
ketidakmampuan pasien mengikuti
regimen obat yang telah diresepkan oleh
dokter dan dinilai secara klinis tepat,
efektif dan mampu memberikan hasil yang
diinginkan tanpa efek berbahaya
(Mahmoud,2008). Dan untuk kejadian
Drug Related Problems (DRPs) pada
pasien demam berdarah dengue dengan
kategori ketidakpatuhan tidak ditemukan
kejadian DRPs.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai Identifikasi Drug Related
Problems (DRPs) pada pasien Anak
Demam Berdarah Dengue di
Instalasi Rawat Inap RSUD
Palembang BARI Juli-Desember
2018, didapatkan kesimpulan
berdasarkan kriteria DRPs yaitu :
i. Indikasi tanpa obat yang digunakan
pada pasien anak penderita
demam berdarah dengue di
Instalasi Rawat Inap RSUD
Palembang BARI didapatkan
hasil sebanyak 3% kejadian
indikasi tanpa obat.
j. Obat tanpa indikasi yang
digunakan pada pasien anak
penderita demam berdarah
dengue di Instalasi Rawat Inap
109
RSUD Palembang BARI tidak
ditemukan .
k. Ketidaktepatan pemilihan obat
yang digunakan pada pasien anak
penderita demam berdarah
dengue di Instalasi Rawat Inap
RSUD Palembang BARI tidak
ditemukan.
l. Obat dosis rendah yang digunakan
pada pasien anak penderita
demam berdarah dengue di
Instalasi Rawat Inap RSUD
Palembang BARI tidak
ditemukan..
m. Obat dosis tinggi yang digunakan
pada pasien anak penderita
demam berdarah dengue di
Instalasi Rawat Inap RSUD
Palembang BARI didapatkan
hasil sebanyak 6%.
n. Reaksi obat yang merugikan
yang digunakan pada pasien anak
penderita demam berdarah
dengue di Instalasi Rawat Inap
RSUD Palembang BARI tidak
ditemukan.
o. Ketidakpatuhan pasien pada
pengobatan pasien anak
penderita demam berdarah
dengue di Instalasi Rawat Inap
RSUD Palembang BARI tidak
ditemukan.
p. Jumlah dan Persentase kejadian
DRPs dalam pengobatan demam
berdarah dengue pada pasien
anak di RSUD Palembang BARI
didapatkan keseluruhan kejadian
DRPs sebanyak 9%.
SARAN
a. Bagi Rumah Sakit
Hendaknya perlu dilengkapinya
kembali dalam pencatatan data
status pasien. Dengan adanya
skripsi ini, semoga menjadi
evaluasi bagi rumah sakit.
b. Bagi Institusi
Diharapkan dapat melengkapi
referensi buku-buku mengenai
penelitian tentang farmasi klinik
khususnya DRPs guna untuk
penunjang mahasiswa dalam
menentukan penelitian dan skripsi
ini diharapkan menambhan
referensi di perpustakaan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Cipolle et al,. 2014. Drug
Therapy Problem In
Pharmaceutical Care
Practice The Clinician’s
Guide Second Edition. The
McGrow-Hill Companies,
New York. Didapatkan
dari : www.Scribd.Com.
Diakses tanggal 23
Oktober 2019.
Dinkes, 2014. Demam Berdarah
Dengue (DBD) Dinas
110
Kesehatan Provinsi sematra
Selatan 2014.
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2010. Buletin
jendela Epidemologi:
Demam Berdarah Dengue.
Jakarta.
cxi