renna yulia vernanda 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/pengaruh...

124
UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) PADA TIKUS INFARK MIOKARD DITINJAU DARI KADAR MDA, SOD, DAN GAMBARAN HISTOLOGI JANTUNG TESIS RENNA YULIA VERNANDA 1306433746 FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI MAGISTER HERBAL DEPOK MEI 2015 Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) PADA TIKUS

INFARK MIOKARD DITINJAU DARI

KADAR MDA, SOD, DAN GAMBARAN

HISTOLOGI JANTUNG

TESIS

RENNA YULIA VERNANDA

1306433746

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI MAGISTER HERBAL

DEPOK

MEI 2015

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 2: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

i

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) PADA

TIKUS INFARK MIOKARD DITINJAU DARI

KADAR MDA, SOD, DAN GAMBARAN

HISTOLOGI JANTUNG

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains

RENNA YULIA VERNANDA

1306433746

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI MAGISTER HERBAL

DEPOK

MEI 2015

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 3: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 4: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 5: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 6: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

kemudahan dan kemampuan yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tesis ini. Penelitian ini terlaksana berkat bantuan dana

dari Hibah Cluster Fakultas Farmasi Universitas Indonesia tahun 2014. Penulisan

tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Fadlina Chany Saputri, S.Si., M.Si., Apt selaku dosen pembimbing

pertama yang dengan penuh kesabaran telah menyediakan waktu dan pikiran

untuk mengarahkan dan membimbing penulis. Serta memberikan motivasi

sehingga penulis dapat menyusun tesis ini.

2. Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing kedua yang telah

menyediakan waktu dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing

penulis.

3. dr. Ahmad Aulia Jusuf, Ph.D. selaku Ketua Departemen Histologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia yang telah memberi kesempatan,

bimbingan, motivasi, dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan

penelitian di Laboratorium Histologi.

4. Drs. I Made Budi M.Si. yang telah memberikan sarang semut (Myrmecodia

pendans) sebagai sampel penelitian.

5. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia yang telah memberi kesempatan dan fasilitas selama masa

pendidikan dan penelitian.

6. Ketua Program Studi Magister Herbal Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Anton Bahtiar, S.Si., M.Biomed, PhD beserta jajarannya.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Magister Herbal Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

8. Prof. Dr. Berna Elya, MS selaku Kepala Laboratorium Fitokimia Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan fasilitas penggunaan

Laboratorium Fitokimia.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 7: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

vi

9. Drh. M. Wien Winarno, M.Kes selaku Kepala Laboratorium Hewan Coba

Litbangkes, Depkes RI yang telah memberikan fasilitas penggunaan

Laboratorium Hewan Coba.

10. Papa mama yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan doa.

11. Bapak Yosua Toha Sanjaya, Ibu Lyne Soerjani, para rekan fulltimer, teman-

teman di kantor AKM hall 3, gembala anak hall 6, dan kaum saleh hall 6 atas

dukungan, doa, dan pengertiannya.

12. Kalia Barnita, S.Si, teman satu pembimbing penelitian yang selalu membantu

dan memperhatikan penulis selama penelitian.

13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Herbal Angkatan 7 Fakultas Farmasi

UI, khususnya: Nanang Yunarto, M.Si., Apt., Salina Febriany Sjafrie, S.Si.,

Tri Wahyuni Lestari, S. Farm, dan dr. Ika Sartika atas diskusi, dukungan, dan

kebersamaannya.

14. Rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia atas dukungan, semangat, dan kebersamaannya.

15. Pegawai dan staf Laboratorium Hewan Coba Litbangkes Depkes RI dan

pegawai Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

atas kerja sama dan bantuannya.

16. dr. Felix Nathan Trisnadi, Merry Christianty, dan semua pihak yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penyusunan tesis ini.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang herbal medik.

Penulis

2015

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 8: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 9: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Renna Yulia Vernanda

Program Studi : Herbal

Judul : Pengaruh Sarang Semut (Myrmecodia pendans) pada Tikus Infark

Miokard Ditinjau dari Kadar MDA, SOD, dan Gambaran

Histologi Jantung

Infark miokard merupakan salah satu penyebab utama kematian. Penelitian

sebelumnya telah menunjukkan bahwa asam rosmarinat dapat mencegah

terjadinya infark miokard. Sarang semut (Myrmecodia pendans) memiliki

kandungan asam rosmarinat dalam fraksi etil asetatnya. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui pengaruh pemberian fraksi etil asetat sarang semut (FEASS)

(Myrmecodia pendans) terhadap kejadian infark miokard. Penelitian dilakukan

dengan tiga kelompok yang diberikan dosis FEASS yang berbeda, sedangkan tiga

kelompok sebagai kontrol. Pada akhir perlakuan, diberikan isoproterenol dosis 85

mg/kg bb/hari untuk menginduksi terjadinya infark miokard. Setelah itu,

dilakukan penilaian preparat histologi jantung dengan parameter: persentase

kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilakukan

pengukuran kadar MDA dan SOD. Hasil penelitian menunjukkan besarnya

persentase kerusakan dan jumlah sel yang rusak paling banyak ditemukan pada

kelompok yang mendapatkan FEASS dosis 1 (59% dan Grade 3). Jenis kerusakan

paling banyak adalah edema, infiltrasi, dan fibroblas. Hasil pengukuran kadar

MDA menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna kadar MDA pada

kelompok kontrol normal dengan kelompok kontrol herbal dan ketiga kelompok

dosis FEASS (p>0.05). Kadar SOD kelompok dosis 1 dan dosis 3 lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p<0,05). Namun, tidak terdapat

korelasi antara kadar MDA dengan SOD (p>0,05).

Kata kunci: fraksi etil asetat, infark miokard, isoproterenol, MDA, Myrmecodia

pendans, SOD

xv + 110 halaman: 21 gambar, 14 tabel , 28 lampiran

Daftar Acuan: 73 (1992-2015)

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 10: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Renna Yulia Vernanda

Program Study : Herbal

Title :The Effect of Sarang Semut (Myrmecodia pendans) to

Myocardial Infarction Rat Viewed from MDA level, SOD level,

and Histology of The Heart

Myocardial infarction is one of main causes of death. The previous study has

shown that rosmarinic acid could prevent myocardial infarction. Sarang semut

(Myrmecodia pendans) contains rosmarinic acid in its ethyl acetate fraction. The

purpose of this study is to acknowledge the effect of the distribution of

(Myrmecodia pendans) ethyl acetate fraction (FEASS) toward myocardial

infarction. This study was conducted to three groups given different FEASS dose,

meanwhile the other three groups served as control groups. At the end of the

treatment, the groups were given isoproterenol (dose 85 mg/kg bb/day) to induct

myocardial infarction. Then, the heart histology preparation valuation was

conducted with the following parameter: damage percentage, damaged cell

number, damaged cell type. Moreover, we conduct MDA and SOD level

measurement. The result of the study showed that the greatest damage percentage

and the greatest damaged cell number mostly were found on the group with

FEASS dose 1 (59% and Grade 3). The damaged cell types mostly found were

edema, infiltration, and fibroblast. The measurement of MDA level showed that

there is no significant difference of MDA level on the normal control group

compared to the herbal control group and the three groups with FEASS (p>0.05).

The SOD level of groups with dose 1 and dose 3 were higher than the normal

control group (p<0,05). But, there was no correlation between the MDA level and

SOD level (p>0,05).

Key words: ethyl acetate fraction, myocardial infarction, isoproterenol, MDA,

Myrmecodia pendans, SOD

xv + 110 pages: 21 pictures, 14 tables, 28 attachments

References list: 73 (1992-2015)

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 11: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME............................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iv

UCAPAN TERIMA KASIH................................................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.......... vii

ABSTRAK............................................................................................... viii

ABSTRACT............................................................................................. ix

DAFTAR ISI............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii

DAFTAR TABEL.................................................................................... xiii

DAFTAR RUMUS.................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xv

1. PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah................................................................. 2

1.3 Hipotesis.................................................................................. 2

1.4 Tujuan Penelitian..................................................................... 2

1.4.1 Tujuan Umum................................................................. 2

1.4.2 Tujuan Khusus................................................................ 2

1.5 Manfaat Penelitian................................................................... 3

2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 4

2.1 Infark Miokard......................................................................... 4

2.1.1 Pendahuluan................................................................. 4

2.1.2 Gejala Klinis................................................................ 5

2.1.4 Patofisiologi................................................................. 6

2.2 Metode Pengujian Infark Miokard Secara In vivo................... 8

2.3 Reactive Oxygen Species (ROS) dan Antioksidan................... 10

2.4 Evaluasi Hasil Pengujian Infark Miokard................................ 13

2.4.1 MDA (Malondialdehida)............................................. 13

2.4.2 SOD (Superoksida dismutase)..................................... 14

2.4.3 Histologi...................................................................... 15

2.5 Ekstraksi dan Fraksinasi.......................................................... 17

2.6 Sarang Semut (Myrmecodia pendans).................................... 18

2.6.1 Klasifikasi dan Deskripsi Tumbuhan.......................... 18

2.6.2 Kandungan Kimia dan Manfaat.................................. 20

3. METODE PENELITIAN............................................................. 22

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 22

3.2 Bahan dan Alat........................................................................ 22

3.2.1 Tanaman...................................................................... 22

3.2.2 Hewan uji.................................................................... 22

3.2.3 Bahan.......................................................................... 23

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 12: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

xi Universitas Indonesia

3.2.4 Alat............................................................................. 23

3.3 Parameter yang Diamati......................................................... 23

3.4 Prosedur Kerja........................................................................ 24

3.4.1 Penyiapan Hewan Uji.................................................... 24

3.4.2 Penetapan Dosis............................................................ 24

3.4.3 Induksi Infark Miokard................................................. 26

3.4.4 Pelaksanaan Percobaan................................................. 26

3.4.5 Analisis Hasil................................................................ 33

4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 34

4.1 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi Sarang Semut........................ 34

4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Senyawa Fenolik Total................. 35

4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Flavonoid Total............................ 36

4.4 Hasil Penentuan Dosis yang Digunakan................................ 37

4.5 Hasil Induksi Isoproterenol.................................................... 38

4.6 Pengamatan Makroskopis...................................................... 39

4.6.1 Analisis Data Berat Badan Tikus.................................. 39

4.6.2 Analisis Data Berat dan Rasio Jantung......................... 40

4.6.3 Analisis data diameter infark dan diameter otot

jantung........................................................................... 41

4.7 Hasil Penilaian Preparat Histologi......................................... 43

4.7.1 Analisis Data Persen Kerusakan.................................... 43

4.7.2 Analisis Data Jumlah Sel yang Rusak........................... 48

4.7.3 Analisis Data Jenis-jenis Kerusakan Sel....................... 48

4.8 Hasil Pengukuran Stres Oksidatif pada Jaringan Miokardial. 53

4.8.1 Hasil pengukuran kadar MDA....................................... 53

4.8.2 Hasil pengukuran kadar SOD........................................ 55

5. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 58

5.1 Kesimpulan............................................................................. 58

5.2 Saran....................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 59

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 13: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

xii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Jenis-jenis Reactive Oxygen Species (ROS)....................... 11

Gambar 2.2. Reaksi Haber-Weiss dan Fenton......................................... 11 Gambar 2.3. Proses peroksidasi lipid........................................................ 14

Gambar 2.4. Reaksi MDA dengan TBA................................................... 14 Gambar 2.5. Sarang semut (Myrmecodia pendans)................................. 19

Gambar 2.6. Struktur asam rosmarinat...................................................... 21 Gambar 3.1. Preparat histologi otot jantung............................................. 32

Gambar 4.1. Kurva standar asam galat..................................................... 36

Gambar 4.2. Kurva standar kuersetin......................................................... 37 Gambar 4.3. Grafik berat jantung tikus.................................................... 40

Gambar 4.4. Jantung tikus dan daerah yang mengalami infark miokard.................................................................................. 43

Gambar 4.5. Diameter otot jantung tikus yang diukur............................ 43

Gambar 4.6. Penampang histologi jantung perbesaran (100x).............. 44 Gambar 4.7. Grafik persentase kerusakan otot jantung.......................... 45

Gambar 4.8. Reaksi pembentukan anion superoksida............................ 46

Gambar 4.9. Reaksi tembaga pada tahap propagasi dan inisiasi........... 47

Gambar 4.10. Penampang histologi jantung perbesaran (400x).............. 52 Gambar 4.11. Kurva standar MDA............................................................. 53

Gambar 4.12. Grafik kadar MDA Jantung................................................. 54 Gambar 4.13. Kurva standar SOD.............................................................. 56

Gambar 4.14. Grafik kadar SOD jantung................................................... 57

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 14: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Radikal bebas endogen........................................................... 12 Tabel 2.2. Reaksi antioksidan enzimatik................................................ 13 Tabel 3.1. Pembagian kelompok hewan uji........................................... 27

Tabel 3.2. Sistem penilaian jumlah sel yang rusak............................... 33

Tabel 3.3. Sistem penilaian jenis-jenis kerusakan sel.......................... 33

Tabel 4.1. Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)

terhadap berat badan tikus..................................................... 39

Tabel 4.2. Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)

terhadap rasio berat jantung/berat badan tikus.................... 41

Tabel 4.3. Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)

terhadap diameter infark dan diameter otot jantung........... 42

Tabel 4.4. Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)

terhadap jumlah sel yang rusak............................................. 48

Tabel 4.5. Data kerusakan miokardial.................................................... 49 Tabel 4.6. Data sel edema........................................................................ 49

Tabel 4.7. Data infiltrasi neutrofil........................................................... 50 Tabel 4.8. Data sel fibroblas.................................................................... 51

Tabel 4.9. Data vaskulerisasi sel............................................................. 51

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 15: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

xiv Universitas Indonesia

DAFTAR RUMUS Rumus 3.1. Rumus Federer...................................................................... 22 Rumus 3.2. Persentase kerusakan............................................................ 32

Rumus 4.1. Rendemen ekstrak................................................................ 34 Rumus 4.1. Rendemen fraksi................................................................... 35

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 16: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

xv Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil determinasi tumbuhan................................................ 65

Lampiran 2. Hasil keterangan lolos kaji etik........................................... 66 Lampiran 3. Diagram alir penelitian........................................................ 67

Lampiran 4. Data total fenolik dan total flavonoid................................... 68 Lampiran 5. Perhitungan dosis................................................................. 69

Lampiran 6. Skema uji in vivo sarang semut (Myrmecodia pendans). 70 Lampiran 7. Data berat badan tikus.......................................................... 71

Lampiran 8. Uji statistika berat badan tikus............................................ 72 Lampiran 9. Data berat jantung tikus....................................................... 74

Lampiran 10. Uji statistika berat jantung tikus......................................... 75

Lampiran 11. Data rasio berat jantung/berat badan tikus........................ 78 Lampiran 12. Uji statistika rasio berat jantung/berat badan tikus........... 79

Lampiran 13. Data diameter infark jantung.............................................. 82 Lampiran 14. Uji statistika diameter infark jantung................................. 83

Lampiran 15. Data diameter otot jantung.................................................. 84 Lampiran 16. Uji statistika diameter otot jantung.................................... 85

Lampiran 17. Data persentase kerusakan.................................................. 86 Lampiran 18. Uji statistika persentase kerusakan..................................... 87

Lampiran 19. Data jumlah sel rusak........................................................... 89 Lampiran 20. Uji statistika jumlah sel rusak............................................. 90

Lampiran 21. Data jenis-jenis kerusakan sel otot jantung....................... 93 Lampiran 22. Uji statistika jenis-jenis kerusakan sel otot jantung.......... 94

Lampiran 23. Data MDA............................................................................. 99 Lampiran 24. Uji statistika MDA............................................................... 100

Lampiran 25. Data SOD.............................................................................. 103 Lampiran 26. Uji statistika SOD.................................................................. 104

Lampiran 27. Uji korelasi persentase kerusakan dan jumlah sel yang rusak....................................................................................... 106

Lampiran 28. Uji korelasi MDA dan SOD.................................................. 107

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 17: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu penyebab kematian di

negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. Badan Kesehatan Dunia

(WHO) memprediksikan pada tahun 2030 sekitar 23,6 juta orang akan meninggal

akibat penyakit ini. Infark miokard merupakan salah satu penyebab utama kematian

dari penyakit kardiovaskuler (Evran et al., 2014). Infark miokard adalah kondisi

nekrosis miokardium yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara suplai darah

dari pembuluh koroner dengan kebutuhan jaringan miokardial (Al-Numair,

Chandramohan, dan Alsaif, 2012).

Dikshit, Van Oosten, de Graff, dan Srimal (1992) menyatakan bahwa infark

miokard juga berhubungan dengan meningkatnya produksi Reactive Oxygen

Species (ROS), seperti hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan radikal

superoksida dalam jaringan yang mengalami iskemia. Akibatnya mendorong

terjadinya kerusakan pada sel miokardial (Lei Jing et al., 2014). Ketidakseimbangan

antara produksi ROS dan antioksidan dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif

(Bagatini et al., 2011). Senyawa radikal dan ROS sebenarnya terbentuk terus-

menerus dalam tubuh manusia. Tetapi dinetralkan oleh antioksidan yang ada dalam

tubuh sebagai bentuk sistem pertahanan tubuh (Sharma, Ksihore, Gupta, Joshi, dan

Arya, 2011).

Menurut Dhalla, Elmoselhi, Hatac, dan Makino (2000), antioksidan dalam

tubuh yang paling berperan untuk menyeimbangkan jumlah ROS adalah

superoksida dismutase (SOD) dan katalase (CAT). SOD mengkatalisis dismutasi

dari anion superoksida (O2.

¯) menjadi H2O2. Selanjutnya, H2O2 direduksi menjadi

H2O dan O2 oleh enzim peroksidase seperti glutation peroksidase (GPX) atau

katalase (CAT) (Bagatini et al., 2011). Jika jumlah ROS berlebih dalam tubuh atau

melebihi batas antioksidan yang ada dalam tubuh maka dibutuhkan antioksidan

tambahan dari luar untuk menetralkan radikal yang terbentuk.

Sarang semut jenis Myrmecodia pendans mengandung antioksidan, seperti:

flavonoid, tanin, dan tokoferol. Flavonoid yang terkandung di dalam batang sarang

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 18: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

2

Universitas Indonesia

semut (Myrmecodia pendans) yang diekstraksi menggunakan supercritical carbon

dioxide (SC-CO2) adalah: asam galat, katekin, asam ferulat, asam kafeat, asam-p-

kumarat, kuersetin, luteolin, dan kaempferol (Sanjaya, Tedjo, Kurniawan, Yi-Hsu

Ju, Ayucitra, dan Ismadji, 2014). Selain itu, dalam fraksi aktifnya juga terkandung

saponin dan alkaloid (Soeksmanto, Simanjuntak, dan Subroto, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Engida, Faika, Bich Thuyen Nguyen-Thi,

dan Yi-Hsu Ju (2014) menemukan dua senyawa fenolik utama dalam fraksi etil

asetat sarang semut (Myrmecodia pendans), yaitu: asam rosmarinat dan prosianidin

B1. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fathiazad et al.

(2012), kandungan utama fenolik dalam Ocimum basilicum L. (basil) adalah asam

rosmarinat yang secara kuat menunjukkan efek kardioprotektif dengan mencegah

terjadinya infark miokard pada tikus yang diinduksi isoproterenol. Diharapkan

melalui penelitian ini dapat melihat pengaruh sarang semut (Myrmecodia pendans)

untuk mencegah terjadinya infark miokard pada tikus akibat induksi isoproterenol.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah kandungan total fenolik dalam fraksi etil asetat sarang semut

(Myrmecodia pendans) memiliki pengaruh terhadap terjadinya infark miokard pada

tikus putih jantan yang diinduksi isoproterenol?

1.3 Hipotesis

Fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) memiliki aktivitas

antioksidan yang kuat karena mampu meredam radikal bebas dan melindungi sel-

sel jantung dari kerusakan akibat pemberian isoproterenol.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian fraksi etil

asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap kondisi infark miokard.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh terhadap histologi jantung.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 19: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

3

Universitas Indonesia

b. Mengetahui pengaruh terhadap kadar MDA jantung.

c. Mengetahui pengaruh terhadap kadar SOD jantung.

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan evidence based data tentang sarang semut (Myrmecodia

pendans) dalam bidang herbal medis sehingga bisa dimanfaatkan sebagai referensi

ilmiah untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut terutama secara klinis.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 20: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infark Miokard

2.1.1 Pendahuluan

Infark miokard adalah kematian sel-sel otot jantung akibat kekurangan

oksigen berkepanjangan (iskemia jantung). Sel-sel otot jantung mulai mati setelah

sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen (Corwin, 2009). Iskemia adalah

kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversible. Iskemia yang lama

akan menyebabkan kematian otot atau nekrosis. Secara klinis, nekrosis miokardium

dikenal dengan nama infark miokardium (Brown, 2005). Terdapat empat faktor

utama yang menentukan besarnya kebutuhan oksigen miokardium: frekuensi

denyut jantung, daya kontraksi, massa otot, dan tegangan dinding ventrikel. Bila

kebutuhan oksigen miokardium meningkat maka penyediaan oksigen juga harus

meningkat (Brown, 2005).

Ruang jantung yang paling rentan terhadap iskemia dan infark miokardium

adalah ventrikel kiri karena memiliki sifat khas oksigenasi miokardium yang unik

(Brown, 2005). Infark miokardium biasanya merupakan akibat jangka panjang dari

penyakit arteri koroner (Corwin, 2009). Penyebab yang sering terjadi adalah adanya

ruptur dari plak aterosklerosis pada arteri koroner yang menyumbat aliran darah.

Infark miokard juga terjadi karena pelekatan lesi trombotik pada arteri yang rusak,

semakin membesar, dan akhirnya memblok aliran darah. Selain itu, infark miokard

juga terjadi karena bilik jantung mengalami hipertropia yang menyebabkan

pembuluh darah tidak mampu memenuhi kebutuhannya akan oksigen. Terjadi pada

pasien yang telah lama mengalami hipertensi (Corwin, 2009).

Penyebab lain terjadinya infark miokard adalah adanya Reactive Oxygen

Species (ROS). ROS dapat muncul dari berbagai sumber, diantaranya: xantin

oksidase; nitrit oksida sintase; autooksidasi katekolamin; peningkatan angiotensin

II dan kadar aldosteron; serta pelepasan sitokin-sitokin proinflamasi (Bagatini et al.,

2011). Faktor resiko pada perkembangan infark miokard antara lain: hipertensi,

kebiasaan merokok, diabetes melitus, dan hiperkolesterolemia genetik. Tiga faktor

resiko biologis yang tidak dapat diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, dan riwayat

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 21: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

5

Universitas Indonesia

keluarga. Kerentanan meningkat seiring bertambahnya usia. Laki-laki memiliki

resiko yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan karena

perempuan memiliki proteksi terhadap infark miokard pada tahun-tahun

reproduktif. Efek perlindungan estrogen dianggap menjelaskan adanya imunitas

pada usia sebelum menopause. Namun pada usia 60 hingga 70 tahun, frekuensi

infark miokard menjadi setara baik pada laki-laki maupun perempuan (Brown,

2005).

2.1.2 Gejala Klinis

Infark miokard biasanya berkaitan dengan trias diagnostik yang khas:

penampilan pasien, perubahan EKG (Electrocardiogram), dan peningkatan

biomarker kimiawi. Pertama, gambaran klinis pasien yang khas berupa rasa nyeri

pada dada (rasa tertekan, berat, atau penuh di dada) yang seringkali disertai dengan

berkeringat, mual, muntah, dan perasaan seakan-akan sedang menghadapi ajal

(Brown, 2005). Nyeri dapat menjalar ke bagian atas tubuh mana saja, namun pada

umumnya menyebar ke bagian lengan kiri, leher, atau rahang (Corwin, 2009).

Sekitar separuh kasus infark miokard benar-benar tersembunyi dan tidak ditemukan

kelainan. Hanya terdiagnosis saat pemeriksaan EKG rutin (Brown, 2005).

Kedua, perubahan tertentu pada hasil EKG yang menunjukkan infark

miokard akut dikelompokkan menjadi infark gelombang Q atau gelombang non-Q.

Perubahan hasil EKG yang berkaitan dengan infark miokard gelombang Q

mencakup peningkatan segmen ST, inversi gelombang T, dan gelombang Q yang

nyata pada sadapan yang terpasang pada miokardium yang mengalami infark.

Infark miokardium gelombang non-Q (non-Q-wave MI, NQWMI) terjadi pada

sekitar 30% pasien yang didiagnosis menderita infark miokard. Adanya gelombang

Q seringkali berkaitan dengan durasi iskemia dalam arteri yang mengalami infark,

misalnya pasien yang mengalami pengobatan trombolitik sering menderita

NQWMI. Hasil pemeriksaan EKG pada NQWMI adalah penurunan segmen ST

sementara atau inversi gelombang T (atau keduanya) pada sadapan yang dipasang

pada daerah infark (Brown, 2005).

Ketiga, pelepasan dan peningkatan biomarker kimiawi serum. Biomarker

tersebut adalah kreatinin kinase (creatinin kinase, CK) dan isoenzimnya creatinin

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 22: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

6

Universitas Indonesia

kinase MB (CK-MB) serta troponin (meliputi: cardiac spesific troponin T (cTnT)

dan cardiac spesific troponin I (cTnI)). Kreatinin kinase merupakan suatu enzim

yang dilepaskan saat terjadi cedera otot dan memiliki tiga fraksi isoenzim: CK-MM,

CK-BB, dan CK-MB. CK-MB paling banyak terdapat dalam miokardium, namun

juga terdapat dalam jumlah sedikit di otot skelet (Brown, 2005). Peningkatan dan

penurunan CK dan CK-MB merupakan penanda cedera otot yang paling spesifik

seperti pada infark miokardium. Troponin jantung spesifik (cTnT dan cTnI)

merupakan petunjuk adanya cedera miokardium. Peningkatan kadar serum bersifat

spesifik untuk pelepasan dari miokardium (Brown, 2005).

2.1.3 Patofisiologi

a. Iskemia

Brown (2005) menyatakan bahwa kebutuhan oksigen yang melebihi

kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan

menyebabkan terjadinya iskemia miokard lokal. Iskemia yang bersifat sementara

akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan serta

menekan fungsi miokardium. Berkurangnya kadar oksigen mendorong miokardium

untuk mengubah metabolisme aerob menjadi metabolisme anaerob. Hasil akhir

metabolisme anaerob (asam laktat) akan tertimbun sehingga menurunkan pH sel.

Gabungan efek hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia, serta asidosis dengan

cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri.

Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang, serabut-

serabutnya memendek, dan daya serta kecepatannya berkurang. Selain itu, gerakan

dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal. Bagian tersebut akan

menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi. Berkurangnya daya kontraksi

dan gangguan gerakan jantung menyebabkan perubahan hemodinamika (Brown,

2005). Pada iskemia, manifestasi hemodinamika yang sering terjadi adalah

peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung sebelum timbul nyeri.

Terlihat jelas bahwa pola ini merupakan respon kompensasi simpatis terhadap

berkurangnya fungsi miokardium. Dengan timbulnya nyeri, sering terjadi

perangsangan lebih lanjut oleh katekolamin (Brown, 2005).

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 23: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

7

Universitas Indonesia

Nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium disebut angina pektoris.

Mekanisme pasti bagaimana iskemia dapat menyebabkan nyeri masih belum jelas.

Agaknya reseptor saraf nyeri terangsang oleh metabolit yang tertimbun atau oleh

suatu zat kimia antara yang belum diketahui atau oleh stres mekanik lokal akibat

kelainan kontraksi miokardium. Nyeri biasanya digambarkan sebagai suatu tekanan

substernal, kadang-kadang menyebar turun ke sisi lengan kiri (Brown, 2005). Nyeri

angina yang dialami dapat menyerupai nyeri karena gangguan pencernaan atau sakit

gigi. Umumnya, angina dipicu oleh aktivitas yang meningkatkan kebutuhan

oksigen miokardium, seperti latihan fisik dan hilang dalam beberapa menit setelah

istirahat atau pemberian nitrogliserin (Brown, 2005).

b. Infark

Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan

kerusakan sel irreversible serta nekrosis atau kematian otot. Bagian miokardium

yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen.

Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang

berpotensi dapat hidup. Ukuran infark akhir bergantung pada nasib daerah iskemik

tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka daerah infark akan

bertambah besar (Brown, 2005).

Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark transmural

mengenai seluruh tebal dinding yang bersangkutan, sedangkan infark

subendokardial terbatas pada separuh bagian dalam miokardium. Infark

digambarkan lebih lanjut sesuai letaknya pada dinding ventrikel, misalnya infark

miokardium anterior mengenai dinding anterior ventrikel kiri. Daerah lain yang

biasanya terserang infark adalah bagian: inferior, lateral, posterior, dan septum.

Infark luas yang melibatkan bagian besar ventrikel dinyatakan sesuai dengan lokasi

infark, yaitu: anteroseptal, anterolateral, dan inferolateral (Brown, 2005).

Untuk menanggulangi komplikasi yang berkaitan dengan infark

miokardium maka penting sekali untuk mengetahui letak infark dan anatomi

koroner. Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan

selama berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami

infark tampak memar dan sinotik akibat berkurangnya aliran darah regional. Dalam

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 24: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

8

Universitas Indonesia

jangka waktu 24 jam timbul edema pada sel-sel dan respon peradangan disertai

infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung dilepaskan dari sel-sel ini. Menjelang hari

kedua atau ketiga mulai terjadi proses degradasi jaringan dan pembuangan semua

serabut nekrotik (Brown, 2005).

2.2. Metode Pengujian Infark Miokard Secara In vivo

Hewan coba dibuat mengalami patofisiologi infark miokard dengan induksi

menggunakan zat kimia. Katekolamin, seperti: epinefrin, norepinefrin, dan

dopamin merupakan komponen utama yang dilepaskan secara endogen karena

adanya rangsangan stres. Sedangkan, isoproterenol adalah katekolamin sintesis

yang mensimulasikan aktivasi sistem saraf simpatik pada jantung. Reseptor

adrenergik dalam jantung yang dirangsang oleh katekolamin adalah α-adrenoseptor

dan β-adrenoseptor (β1 dan β2). β2-adrenoseptor ditemukan terutama pada

ekstrakardiak, seperti arteriol yang menyebabkan dilatasi. Di sisi lain, α-

adrenoseptor ada dalam otot polos pembuluh darah terutama berkaitan dengan

pemeliharaan elastisitas pembuluh darah. Hasil aktivasi sistem saraf simpatis

adalah peningkatan kontraksi jantung, peningkatan denyut jantung, peningkatan

tekanan darah sistolik, dan penurunan tekanan diastolik (Acosta, 2008).

Katekolamin pada konsentrasi rendah berguna dalam mengatur fungsi

jantung dengan menyebabkan inotropik positif 12 pada miokardium, sedangkan

dengan konsentrasi tinggi katekolamin dapat merusak sistem kardiovaskular.

Epinefrin, norepinefrin, dan isoproterenol menyebabkan hipertrofi jantung dan/atau

lesi miokard. Namun, isoproterenol 29-72 kali lebih poten dalam memproduksi lesi

miokard jika dibandingkan dengan epinefrin atau norepinefrin. Patologi khas yang

terjadi pada kerusakan miokard yang diinduksi katekolamin adalah hipertrofi dan

kontraksi pita nekrosis miofiber yang disertai dengan reaksi inflamasi. Lesi dan

kerusakan miokard mewakili kerusakan sel miokard pada infark miokard (Acosta,

2008).

Isoproterenol [1-(3,4-dihidroksifenil-2-isopropilaminoetanol hidroklorida

(7)] adalah katekolamin sintetis dan berpotensi sebagai reseptor agonis β1/β2-

adrenergik. Satu kali pemberian Isoproterenol (ISO) pada dosis besar atau dosis

kecil selama beberapa kali dapat mendorong terjadinya infark miokard,

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 25: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

9

Universitas Indonesia

kemungkinan disebabkan oleh Reactive Oxygen Species (ROS) melalui proses

autooksidasi. ISO dapat menginduksi nekrosis infark miokard berkaitan dengan

perubahan permeabilitas membran kapiler dan gangguan struktural serta fungsional

integritas membran infark miokard. ISO juga dapat menginduksi patofisiologi dan

perubahan morfologi jantung tikus yang menyerupai manifestasi klinis dari infark

miokard pada manusia (Sze et al., 2011).

Ada berbagai macam mekanisme isoproterenol yang dapat menyebabkan

kardiotoksisitas pada jantung. Beberapa mekanisme kardiotoksik akibat dosis tinggi

ISO adalah: hipoksia dan iskemia; perubahan metabolisme; perubahan komponen

elektrolit, dan stres oksidatif. Mekanisme yang paling sering terjadi adalah

meningkatnya pelepasan radikal bebas yang sangat sitotoksik melalui autooksidasi

katekolamin. Selain dengan mekanisme tersebut, isoproterenol dapat menyebabkan

efek kronotropik dan inotropik positif. Jadi, isoproterenol menghasilkan iskemik

yang bergantung pada hiperaktivitas miokardial dan hipertensi koroner. Pemberian

isoproterenol memperlihatkan peningkatan TNF-α yang signifikan dalam serum.

(Patel, Upaganlawar, Zalawadia, dan Balaraman, 2010).

ISO juga menyebabkan perubahan biokimia dan elektrofisiologi yang

mendahului perubahan histologi jantung. Gangguan utama ISO yang dapat

menyebabkan infark miokard adalah meningkatnya aktivitas adenil siklase, yang

dihasilkan karena peningkatan pembentukan cAMP. Nantinya akan menyebabkan

akumulasi lipid yang tinggi dalam miokardium. Beberapa perubahan lainnya

adalah: perubahan ultrastruktural, histologi, biokmia, elektrolit, dan perubahan

membran yang dapat dilihat setelah 48 jam induksi isoproterenol diberikan.

Perubahan biokimia akibat induksi ISO berupa perubahan marker enzim yang ada

di jantung; profil lipid; enzim yang memetabolisme lipid; kadar antioksidan

enzimatik dan nonenzimatik; kadar glikoprotein; penurunan cadangan ATP; dan

perubahan kadar elektrolit dalam darah maupun dalam jaringan miokardial

(Upaganlawar, Gandhi, dan Balaraman, 2011)

Nekrosis miokard yang terjadi karena induksi isoproterenol berhubungan

dengan perubahan pembentukan energi miokard. Hal ini terkait dengan kelebihan

Ca2+ dalam tubuh yang memperlihatkan dua tahap: inflak Ca2+ yang cepat segera

terjadi, diikuti dengan influk Ca2+ yang tertunda. Tahap awal merupakan tahap

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 26: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

10

Universitas Indonesia

penting dalam proses nekrosis yang disebabkan oleh induksi isoproterenol karena

berhubungan dengan perubahan histopatologi miokardium. Dari penelitian lain

diketahui bahwa terdapat tiga tahap proses kardiotoksisitas yang diinduksi oleh

isoproterenol: preinfrak, terjadi sebelum 12 jam setelah pemberian; infark, terjadi

antara 12–24 jam setelah pemberian; dan postinfark, terjadi setelah 24 jam setelah

pemberian (Acosta, 2008).

2.3 Reactive Oxygen Species (ROS) dan Antioksidan

ROS dihasilkan dari molekul oksigen sebagai hasil metabolisme seluler

yang normal. ROS dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: radikal bebas dan

nonradikal. Molekul-molekulnya terdiri atas satu atau lebih elektron yang tidak

berpasangan dan reaktif terhadap molekul yang lain sehingga disebut radikal bebas.

Ketika dua radikal bebas yang tidak berpasangan saling memberikan elektron maka

akan terbentuk molekul nonradikal. Tiga komponen utama ROS adalah anion

superoksida (O2. ¯), radikal hidroksil (.OH), dan hidrogen peroksida (H2O2) (Birben,

Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012). Gambar 2.1 menunjukkan

berbagai jenis ROS.

Radikal bebas dapat dihasilkan baik secara endogen maupun eksogen.

Radikal bebas endogen, contohnya: anion superoksida (O2.

¯), hidrogen peroksida

(H2O2), hidroksil radikal (.OH), asam hipoklorit (HOCl), radikal peroksil (ROO.),

dan radikal hidroperoksil (HOO.). Anion superoksida terbentuk akibat penambahan

satu elektron ke dalam molekul oksigen. Proses ini dimediasi oleh nikotin adenin

dinukleotida fosfat [NAD(P)H] oksidase atau xantin oksidase atau sistem transpor

elektron mitokondria. Biasanya elektron ditransfer melalui rantai transpor

mitokondria untuk mengubah oksigen menjadi air. Namun, kurang lebih 1-3% dari

semua elektron bocor dari sistem dan menghasilkan superoksida bebas (Birben,

Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012).

[NAD(P)H] oksidase dapat ditemui dalam leukosit, monosit, dan makrofag.

Sel-sel ini menghasilkan superoksida bebas yang menyebabkan aktivitas

bakterisidal. Anion superoksida (O2.¯) dikonversi menjadi hidrogen peroksida

(H2O2) oleh superoksida dismutase (SOD). Dalam rangkaian reaksi yang disebut

Haber-Weiss dan reaksi Fenton (Gambar 2.2), H2O2 dapat dipecah menjadi ion

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 27: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

11

Universitas Indonesia

hidroksil (OH¯) pada logam transisi, seperti Fe2+ atau Cu2+ (Birben, Sahiner,

Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012).

[Sumber: Held, 2010]

Gambar 2.1. Jenis-jenis Reactive Oxygen Species (ROS)

[Sumber: Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012]

Gambar 2.2. Reaksi Haber-Weiss dan Fenton

Hidroksil radikal (.OH) merupakan yang paling reaktif dari ROS. Hidroksil

radikal juga dapat menyebabkan proses peroksidasi lipid dengan cara mengambil

elektron dari asam lemak jenuh ganda. Dengan ion klorida, H2O2 dikonversi

menjadi asam hipoklorit (HOCl). HOCl sangat stres oksidatif dan memainkan peran

dalam membunuh patogen. Namun, HOCl dapat bereaksi dengan DNA dan

mendorong interaksi DNA-protein sehingga menghasilkan produk-produk oksidasi

pirimidin dan menambahkan klorida pada basa DNA (Birben, Sahiner, Sackesen,

Erzurum, dan Kalayci, 2012).

Bentuk sederhana dari radikal adalah radikal hidroperoksil (HOO.) tetapi

juga berperan dalam peroksidasi asam lemak. Radikal bebas dapat memicu reaksi

berantai peroksidasi lipid dengan abstraksi atom hidrogen dari gugus karbon. Lalu,

radikal lipid bereaksi dengan oksigen menghasilkan radikal peroksil (ROO.). ROO.

memulai sebuah reaksi berantai dan mengubah asam lemak jenuh ganda menjadi

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 28: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

12

Universitas Indonesia

hidroperoksida lipid yang sangat tidak stabil dan mudah terurai menjadi produk-

produk sekunder, seperti aldehid dan malondialdehida (MDA). Reaksi radikal

bebas endogen dapat dilihat pada Tabel 2.1. Radikal bebas eksogen dihasilkan dari

beberapa sumber, seperti: asap rokok, paparan ozon, hyperoxia, radiasi ionisasi, dan

ion logam berat (Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012).

Tabel 2.1 Radikal bebas endogen

Oksidan Rumus Reaksi

Anion superoksida O2¯. NADPH + 2O2 NADP+ + 2O2¯

.+ H+

2O2¯ . + H+ O2 + H2O2

Hidrogen peroksida H2O2 Hipoxantin + H2O + O2 xantin + H2O2

Hidroksil radikal .OH Fe2+ + H2O2 Fe3+ + OH¯ + .OH

Asam hipoklorit HOCl H2O2 + Cl¯ HOCl + H2O

Radikal peroksil ROO. R. + O2 ROO.

Radikal hidroperoksil HOO. O2¯ + H2O HOO. + OH¯

[Sumber: Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012]

Infark miokard meregenerasi oksigen yang berasal dari radikal bebas di

dalam jantung (Kyu Hee Lim, Dukhwan Ko, dan Jong Hoon Kim, 2013). Beberapa

sumber radikal bebas yang memiliki hubungan dengan patologi penyakit

kardiovaskuler adalah transpor elektron di dalam mitokondria, NADPH oksidase,

xanthin oksidase, lipooksigenase, nitrit oksida sintase, dan myeloperoksidase

(Sugamura dan Keaney, 2011). Tubuh manusia dilindungi oleh berbagai jenis

antioksidan yang menyeimbangkan efek dari oksidan. Berdasarkan tujuannya,

antioksidan dapat dibagi menjadi dua kategori: nonenzimatik dan enzimatik.

Antioksidan nonenzimatik, meliputi: vitamin (C dan E), β-karoten, asam urat, dan

GSH. Sedangkan, antioksidan enzimatik terdiri atas: SOD, katalase (CAT), dan

GSH-Px. Selain enzim utama ini, antioksidan enzimatik lainnya adalah heme

oksigenase-1 dan protein redoks. Protein redoks, meliputi: thioredoxine (TRXs),

thioredoxine reductase (TRRs), peroxiredoxins (PRXs), dan glutaredoxins. Reaksi

dari antioksidan enzimatik dapat dilihat pada Tabel 2.2 (Birben, Sahiner, Sackesen,

Erzurum, dan Kalayci, 2012).

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 29: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

13

Universitas Indonesia

Tabel 2.2 Reaksi antioksdian enzimatik

Oksidan Akronim Reaksi

Superoksida dismutase SOD M(n+1)+ -SOD + O2¯ Mn+-SOD + O2

Mn+-SOD + O2¯ + 2H+ M(n+1)+ -SOD + H2O2

Katalase CAT 2 H2O2 O2 + 2 H2O

H2O2 + Fe(III)-E H2O + O = Fe(IV)-E(.+)

H2O2 + O = Fe(IV)-E(.+) H2O + Fe(III)-E + O2

Glutation peroksidase GTPx 2GSH + H2O2 GSSG + H2O

2GSH + ROOH GSSG + ROH + H2O

Thioredoxine TRX Adenosin monofosfat + sulfit + thioredoxine

disulfit = 5’-adenil sulfat + thioredoxine

Adenosin 3´, 5´-bisfosfat + sulfit + thioredoxine

disulfit = 3´-fosfoadenilil sulfat + thioredoxine

Peroxiredoxins PRX 2R´-SH + ROOH = R´-S-S-R´ + H2O + ROH

Glutation transferase GST RX + GSH = HX + R-S-GSH

[Sumber: Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012]

2.4 Evaluasi Hasil Pengujian Infark Miokard

2.4.1. MDA (Malondialdehida)

Lipid peroksida merupakan salah satu indikator yang paling banyak

digunakan untuk mendeteksi pembentukan radikal bebas. Radikal bebas merupakan

indikator utama stres oksidatif. Asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam sel

secara umum merupakan target radikal bebas. Reaksi biasanya terjadi sebagai

reaksi berantai dimana radikal bebas menangkap hidrogen dari sebuah molekul

karbon tak jenuh untuk membentuk air (Gambar 2.3.). Elektron yang tidak

berpasangan pada asam lemak kemudian menangkap oksigen dan membentuk

sebuah radikal peroksil. Peroksidasi lemak membentuk senyawa karbonil reaktif,

seperti malondialdehida (MDA) (Held, 2010). MDA adalah produk stabil dari

peroksidasi lipid. Apabila jumlahnya banyak menunjukkan bahwa terjadi aktivasi

peroksidasi lipid. MDA dihasilkan pada saat jantung mengalami kerusakan akibat

induksi isoproterenol (ISO) (Lei Jing et al., 2014).

Pengukuran peroksidasi lipid secara historis bergantung pada deteksi

thiobarbituric acid (TBA) terhadap senyawa reaktif seperti malondialdehida yang

dihasilkan dari penguraian produk peroksidasi lipid (Gambar 2.4). Metode ini

sangat sensitif tetapi tidak khusus untuk MDA. Namun, sejauh ini tetap digunakan

untuk menentukan adanya peroksidasi lipid. Reaksi ini terjadi dalam kondisi asam

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 30: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

14

Universitas Indonesia

pada suhu 90-1000C. Hasil diukur dengan kolorimetri pada panjang gelombang 532

nm atau dengan fluoresensi pada panjang gelombang 530 nm serta pada panjang

gelombang emisi 550 nm (Held, 2010).

[Sumber: Held, Paul, 2010]

Gambar 2.3. Proses peroksidasi lipid

[Sumber: Held, Paul, 2010]

Gambar 2.4. Reaksi MDA dengan TBA

2.4.2. SOD (Superoksida dismutase)

Superoksid dismutase (SOD) merupakan enzim yang mengkatalisis radikal

superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen. Terdapat beberapa jenis

SOD, seperti: copper-zinc-SOD (Cu-Zn-SOD) yang terdapat di dalam sitosol

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 31: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

15

Universitas Indonesia

terutama di lisosom dan nukleus, manganese-SOD (Mn-SOD) yang terdapat di

dalam mitokondria, ekstraseluler SOD (EC-SOD), dan besi-SOD (Fe-SOD) yang

hanya ditemukan pada tumbuhan (Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan

Kalayci, 2012). Radikal superoksida (O2.¯) dapat mengalami dismutasi secara

spontan maupun dengan bantuan SOD membentuk H2O2. Dengan adanya SOD,

kecepatan dismutasi meningkat lebih dari 1000 kali lipat dibandingkan dismutasi

spontan (Miwa, Muller, dan Beckman, 2008).

2.4.3 Histologi

Jantung hewan coba yang mengalami infark akibat induksi isoproterenol

memperlihatkan perubahan lemak, infiltrasi, edema, dan kepadatan pada

miokardium (Ansari, Bhandari, dan Pillai, 2006). Analisis histologi jaringan dengan

pewarnaan menggunakan H & E (Hematosiklin dan Eosin). Pewarnaan ini paling

sering digunakan (Peckham, 2003). Eosin berfungsi untuk memberikan warna yang

kontras dengan zat warna yang telah diberikan lebih dahulu. Biasanya diberikan

setelah pemberian hematosiklin. Eosin adalah pewarna yang bersifat asam dan

mewarnai struktur yang bersifat basa, seperti sitoplasma dengan warna merah atau

merah muda. Sementara, hematosiklin bersifat sebaliknya dan mewarnai inti sel

dengan warna biru keunguan (Peckham, 2003). Langkah-langkah pembuatan

sediaan irisan dengan menggunakan parafin adalah: fiksasi, pencucian, dehidrasi,

perjernihan, infiltrasi parafin, penanaman pada parafin, penyayatan, penempelan,

deparafinasi, pewarnaan, dan penutupan.

Pada tahap fiksasi, seluruh bagaian organ yang akan diamati difiksasi

dengan larutan fiksatif. Setelah itu, dilakukan pencucian untuk menghilangkan

larutan fiksasi dari jaringan. Biasanya menggunakan alkohol 70% untuk melakukan

pencucian dan menghilangkan sisa fiksatif pada jaringan. Pada tahap dehidrasi, air

yang terdapat pada jaringan digantikan oleh etanol dengan cara mencuci jaringan

dengan etanol yang konsentrasinya semakain pekat. Proses ini dimaksudkan untuk

menarik seluruh air yang terdapat dalam jaringan agar nanti seluruh ruang-ruang

antar sel dalam jaringan dapat diisi oleh parafin. Setelah semua air hilang dan

digantikan dengan alkohol, dilakukan proses penjernihan. Umumnya, zat kimia

yang digunakan adalah xiline. Jaringan yang sudah dijernihkan dengan baik akan

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 32: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

16

Universitas Indonesia

terlihat transparan. Proses penjernihan disebut juga dealkoholisasi. Dilakukan

untuk memudahkan penanaman organ atau jaringan pada parafin. Apabila

penjernihan sudah sempurna, dapat dilakukan proses infiltrasi parafin.

Jaringan dimasukkan ke dalam parafin cair yang terus-menerus dipanaskan.

Umumnya pada suhu tidak lebih dari 550C. Pada proses infiltrasi, parafin cair

mengisi rongga pada jaringan untuk memudahkan proses pengirisan. Setelah

infiltrasi berhasil dengan baik, dilakukan penanaman jaringan yang sudah

diinfiltrasi ke dalam parafin yang memiliki titik lebur yang sama dengan parafin

yang digunakan untuk infiltrasi. Setelah itu, dilakukan proses pendinginan hingga

diperoleh blok parafin yang dipotong sesuai ukuran jaringan. Pada tahap pengirisan,

jaringan diiris tipis menggunakan alat khusus yang disebut mikrotom. Irisan

jaringan yang didapat kemudian ditempelkan pada kaca objek.

Albumin Mayer yang terdiri atas albumin telur, gliserin, dan natrium

salisilat digunakan untuk merekatkan irisan jaringan pada kaca objek. Tahap

selajutnya, dilakukan proses deparafinasi dan merupakan tahap terakhir sebelum

proses pewarnaan dapat dilakukan. Parafin yang terdapat pada jaringan dihilangkan

agar zat pewarna dapat meresap ke dalam jaringan. Proses ini dilakukan dengan

cara mencuci jaringan dengan xilene, kemudian dicuci lagi dengan alkohol (dengan

konsentrasi menurun) dan akhirnya dengan air. Setelah proses deparafinasi

sempurna, dilakukan proses pewarnaan dengan zat warna yang dikehendaki.

Setelah itu, jaringan sekali lagi harus mengalami proses dehidrasi untuk

menghilangkan air dan ditutup dengan kaca penutup (Peckham, 2003).

Pengamatan preparat histologi dengan menggunakan bantuan mikroskop,

dapat membedakan sel otot jantung yang normal dengan yang telah mengalami

nekrosis. Serabut otot jantung yang mengalami nekrosis menjadi tipis dan sangat

bergelombang serta dipisahkan oleh ruang kosong. Hal ini menunjukkan terjadinya

edema antar sel. Selain itu, otot jantung yang mengalami nekrosis memiliki warna

merah muda yang agak lebih pekat pada pewarnaan dengan H & E. Edema terjadi

akibat infiltrasi sel-sel neutrofil sebagai respon inflamasi. Adanya infiltrasi

neutrofil dapat ditandai pada citra dengan perbesaran lemah sebagai area yang

berwarna biru keunguan karena banyaknya sel-sel neutrofil yang inti selnya

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 33: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

17

Universitas Indonesia

terwarnai oleh pewarna hematosiklin (Kumar, Abbas, Fausto, Aster, dan Hauth,

2013; Minarcik, 2007).

2.5 Ekstraki dan Fraksinasi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Departemen

Kesehatan RI dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000).

Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat yang berkhasiat dalam simplisia

berada dalam konsentrasi yang tinggi sehingga memudahkan pengaturan dosis dan

standarisasinya (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Proses ekstraksi melalui beberapa tahap, diantaranya: pembuatan serbuk,

pembasahan, penyarian, dan pemekatan. Sistem pelarut yang digunakan dalam

ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang

maksimum dari zat aktif dan seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan

(Departemen Kesehatan RI, 2000). Beberapa metode ekstraksi, antara lain:

maserasi, perkolasi, refluks, soxhlet, digesti, infus, dekok, dan ekstraksi dengan

destilasi uap air (Departemen Kesehatan RI, 2009; Direktorat Jenderal Pengawasan

Obat dan Makanan, 2000). Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses

ekstraksi total, yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada

senyawa termolabil yang terdapat pada sampel. Ekstraksi dingin memungkinkan

banyak senyawa terekstraksi meskipun beberapa senyawa memiliki pelarut

ekstraksi pada suhu kamar (Heinrich et al., 2004). Salah satu contoh ekstraksi

dingin adalah maserasi.

Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan

melunakkan. Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan

(kamar). Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan cara

merendam bahan simplisia yang telah dihaluskan dengan derajat kehalusan yang

cocok ke dalam bejana tertutup dengan cairan penyari, kemudian disimpan di

tempat yang terlindungi dari cahaya langsung selama 3-5 hari sambil sesekali

diaduk. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 34: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

18

Universitas Indonesia

dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Departemen Kesehatan RI,

2000).

Tahap setelah ekstraksi adalah fraksinasi. Tahap fraksinasi merupakan tahap

atau proses penarikan senyawa pada suatu ekstrak dengan menggunakan dua

macam pelarut yang saling tidak bercampur. Pelarut yang umumnya digunakan

adalah n-heksana, etil asetat, dan metanol. Tujuan dilakukannya fraksinasi adalah

untuk memisahkan golongan utama yang satu dari golongan utama yang lain.

Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan tertarik ke pelarut polar. Sebaliknya,

senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar akan tertarik ke pelarut nonpolar (Sarker,

Latif, dan Gray, 2006).

2.6 Sarang Semut (Myrmecodia pendans)

2.6.1 Klasifikasi dan Deskripsi Tumbuhan

Sarang semut memiliki beberapa nama lain, diantaranya: lokon, suhendep,

dan nongon (Papua); urek-urek pulo (Jawa); rumah semut (Malaysia); banghai

(Filipina); dan hua roi (Thailand) (Lok dan Tan, 2009). Tumbuhan ini termasuk

dalam keluarga Rubiaceae yang terdiri atas lima kelompok marga. Akan tetapi,

hanya 2 marga, yakni Myrmecodia dan Hydnophytum yang memiliki asosiasi

paling dekat terkait simbiosisnya dengan kelompok jenis semut yang sama, yaitu

Ochetellus sp. (Jebb, 2009; Plummer, 2000).

Terdapat sekitar 45 spesies Hydnophytum, dua diantaranya: Hydnophytum

formicarum dan Hydnophytum moseleyanum. Sedangkan, Myrmecodia sendiri

memiliki sekitar 26 spesies, diantaranya: Myrmecodia tuberosa, Myrmecodia

pendans, Myrmecodia oblongata, Myrmecodia brasii, dan Myrmecodia

archboldiana (Lok dan Tan, 2009). Tumbuhan sarang semut secara khusus

ditemukan di propinsi Papua pada daerah ketinggian 1100-2500 di atas permukaan

laut, yakni di hutan hujan tropis Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikara,

Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Paniai. Selain itu, tumbuhan sarang semut

juga ditemukan di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Ambon (Manoi dan Ferry,

2008). Menurut Soeksmanto, Simanjuntak, dan Subroto (2010), sarang semut hidup

sebagai epifit pada tanaman seperti kayu putih (Melalueca), "Cemara gunung"

(Casuarina), Kaha (Castanopsis), dan Beech (Nothophagus). Sarang semut

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 35: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

19

Universitas Indonesia

merupakan tumbuhan dari famili Hydnophytinae (Rubiaceae) yang berasosiasi

dengan semut.

Tumbuhan ini bersifat epifit, artinya menempel pada tumbuhan lain, tidak

hidup secara parasit pada inangnya, tetapi hanya memanfaatkannya untuk

menempel. Batang bagian bawahnya menggelembung berisi rongga-rongga yang

disediakan sebagai sarang semut jenis tertentu (Subroto dan Saputro, 2006). Berikut

ini klasifikasi dari sarang semut (Myrmecodia pendans) (Gambar 2.5):

Kerajaan : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Lamiidae

Ordo : Rubiales

Keluarga : Rubiaceae

Marga : Myrmecodia

Spesies : Myrmecodia pendans Merr. & Perry.

Gambar 2.5. Sarang semut (Myrmecodia pendans)

Strutur khusus berongga yang dimiliki sarang semut disebut domatia atau

sarang berongga. Biasanya dijadikan tempat koloni semut (Blatrix, Bouamer,

Morand, dan Selosse, 2009). Dalam simbiosis mutualismenya, semut mempunyai

kontribusi pada tanaman ini sebagai pertahanan tanaman terhadap herbivora

(Dejean, Grangier, Leroy, dan Orivel, 2009; González-Teuber dan Heil, 2010),

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 36: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

20

Universitas Indonesia

jamur patogen (González-Teuber dan Heil, 2010), dan tanaman lainnya yang

bersaing untuk hidup (Heil, Orona-Tamayo, Eilmus, Kautz, dan González-Teuber,

2010).

2.6.2 Kandungan Kimia dan Manfaat

Senyawa aktif yang terkandung dalam sarang semut (Myrmecodia pendans)

adalah flavonoid, tanin, dan tokoferol. Semuanya berfungsi sebagai antioksidan

dalam tubuh. Tokoferol yang terkandung di dalam sarang semut sebesar 313 ppm

dan dapat meredam 96% radikal bebas pada konsentrasi 12 ppm (Subroto dan

Saputro, 2006). Beberapa flavonoid dan polifenol ditemukan terkandung dalam

rongga-rongga pada batang sarang semut (Myrmecodia pendans), seperti: asam

galat, katekin, asam ferulat, asam kafeat, asam-p-kumarat, kuersetin, luteolin, dan

kaempferol. Semuanya ditemukan pada saat dilakukan ekstraksi menggunakan

supercritical carbon dioxide (SC-CO2) (Sanjaya, Tedjo, Kurniawan, Yi-Hsu Ju,

Ayucitra, dan Ismadji, 2014).

Terdapat lima flavonoid lain dalam ekstrak kasar sarang semut

(Myrmecodia pendans) hasil analisis dengan HPLC (High Performance Liquid

Chromatography), diantaranya: kaempferol (13,767 mg/g), luteolin (0.005 mg/g),

rutine (0.03 mg/g), kuersetin (0.030 mg/g), dan apigenin (4,700 mg/g) (Engida,

Kasim, Tsigie, Ismadji, Lien Huong Huynh, dan Yi-Hsu Ju, 2013). Sedangkan,

pada fraksi etil asetat (EAF) sarang semut (Myrmecodia pendans) yang dianalisis

dengan HPLC ditemukan tiga senyawa fenolik. Konsentrasi yang paling besar

adalah asam rosmarinat 20,688 ± 1,573 mg/g sampel kering (Gambar 2.6) dan

prosianidin B1 sebesar 3,236 ± 0.280 mg/g sampel kering (Engida, Faika, Bich

Thuyen Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu Ju, 2014).

Belum ditemukan nilai LD50 dari sarang semut (Myrmecodia pendans).

Pemberian pada dosis 3750 mg/Kg bb belum menyebabkan kematian. Hal ini

membuat sarang semut cukup aman untuk dikembangkan sebagai bahan baku obat.

Tanaman ini juga dapat tumbuh dengan baik sebagai epifit sehingga ketika

dieksploitasi tidak akan membahayakan lingkungan. Selain itu, sarang semut

(Mymercodia pendans) memiliki potensi aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker,

HeLa dan MCm-B2 yang merupakan sel kanker payudara dan usus (Soeksmanto,

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 37: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

21

Universitas Indonesia

Simanjuntak, dan Subroto, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati,

Puspitasari, dan Yusuf (2011) juga membuktikan bahwa ekstrak etanol sarang

semut (Myrmecodia pendans) memiliki efek sitotoksik pada sel line kanker serviks

HeLa dengan nilai IC50 sebesar 33,28 µg/ml.

[Sumber: www.mdpi.com]

Gambar 2.6. Struktur asam rosmarinat

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 38: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

22 Universitas Indoensia

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa tempat. Pertama, di Laboratorium

Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Depok. Kedua, di Laboratorium

LIPI, Cibinong. Ketiga, di Laboratorium Hewan Coba Litbangkes, Jakarta.

Keempat, di Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Kelima, di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Bogor.

Terakhir, di Laboratorium Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 hingga

April 2015.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Tanaman

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia sarang semut

(Myrmecodia pendas) yang didapatkan dari hutan di daerah Wamena, Papua dan

telah dideterminasi oleh Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) yang ada di Cibinong (Lampiran 1).

3.2.2 Hewan Uji

Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan galur

Wistar sebanyak 36 ekor, dengan berat badan ± 200-250 gram dan sehat. Tikus

diperoleh dari Laboratorium Hewan Litbangkes, Jakarta. Dalam penelitian ini

jumlah tikus uji untuk setiap kelompok perlakuan dihitung berdasarkan rumus Federer

(Federer, 1963):

(t-1) (n-1) ≥ 15 (3.1)

(6-1) (n-1) ≥ 15

(5n – 5) ≥ 15

5n ≥ 20

n ≥ 4

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 39: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

23

Universitas Indonesia

Dalam rumus di atas, t menyatakan jumlah kelompok perlakuan dan n menyatakan

jumlah tikus untuk setiap kelompok perlakuan. Berdasarkan rumus di atas, jumlah

tikus yang diperlukan untuk tiap kelompok perlakuan adalah 4 ekor. Dalam penelitian

ini digunakan tikus sejumlah 6 ekor pada setiap kelompok perlakuan untuk

mengantisipasi terjadinya drop out.

3.2.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isoproterenol

(SIGMA Chemical, Germany); Rat LPO (Lipid Peroxide) ELISA kit Elabscience

Biotechnology Co., Ltd; RAT SOD1 (Superoxide Dismutase 1, Soluble) ELISA kit

Elabscience Biotechnology Co., Ltd; kertas saring Whatman 0.45 HM TF; larutan

Folin-Ciocalteau (Merck, Jerman); asam galat (Merck, Jerman); kuersetin (Merck,

Jerman); Hematosiklin Mayer; Eosin; natrium klorida (Brataco Chemika,

Indonesia); CMC (Merck, Jerman); Canada Balsam; n-heksana (Brataco Chemika,

Indonesia); etil asetat (Brataco Chemika, Indonesia); alkohol absolut (Merck,

Jerman); alkohol 96 % (Brataco Chemika, Indonesia); akuades; dan akuabides.

3.2.4 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jarum suntik, sonde

lambung (Kent Scientific Corp), alat bedah, timbangan analitik (Electronic

Compact Balance), timbangan hewan, freezer (Sanyo, Jepang), waterbath,

mikroskop (Olympus CX21FS1), spektrofotometer UV-Vis (UVmini-1240,

Shimadzu), homogenizer (Tokyo Rikakikai, Japan), sentrifus (Hettich Zentrifugen

Universal 32 R), inkubator, desikator, alat-alat gelas (Pyrex, Jepang), Buchi

Rotavapor (R-114, Japan), Buchi Vacuum-system (B-169, Japan), corong pisah

(Duran, Germany), dan ELISA reader (Epoch BioTek Instruments).

3.3 Parameter yang Diamati

Gambaran histologi jantung yang meliputi persentase kerusakan, jumlah sel

rusak, dan jenis kerusakan sel. Selain itu, juga diukur kadar MDA dan SOD dalam

jantung.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 40: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

24

Universitas Indonesia

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Penyiapan Hewan Uji

Sebelum diberi perlakuan, tikus diadaptasikan selama satu minggu pada

lingkungan baru untuk meminimalkan efek stres. Kemudian, tikus dirawat dalam

kandang serta diberi makan dan minum secara ad libitum. Berat badan dan berat

jantung tikus ditimbang pada akhir perlakuan sebelum dibedah. Tikus yang

digunakan dalam penelitian harus dalam keadaan sehat dengan ciri-ciri bulu tidak

berdiri, warna bulunya putih bersih, mata yang merah jernih, tingkah laku normal,

dan aktif.

3.4.2 Penetapan Dosis

a. Ekstraksi dan Fraksinasi Sarang Semut

Simplisia sarang semut digiling hingga menjadi serbuk. Lalu, diekstraksi

untuk menarik senyawa yang ada di dalamnya. Metode ekstraksi yang digunakan

adalah metode ekstraksi dengan maserasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol

80%. Serbuk simplisia ditimbang dan dimasukkan ke dalam bejana maserasi.

Kemudian, ditambahkan pelarut etanol hingga 1 cm di atas permukaan simplisia.

Bejana maserasi ditutup dan didiamkan selama ± 24 jam sambil sesekali diaduk

atau diguncang.

Setelah dimaserasi selama 24 jam, hasil maserasi disaring hingga didapat

filtrat yang mengandung senyawa dari sarang semut. Residu kemudian

ditambahkan lagi pelarut etanol untuk dimaserasi kembali supaya hasil ekstraksi

optimal. Lalu, hasil maserasi yang kedua juga difiltrasi. Kedua filtrat tersebut

kemudian diuapkan pelarutnya dengan menggunakan penguap putar vakum

(vacuum rotary evaporator) hingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental

tersebut kemudian dipartisi untuk memisahkan senyawa berdasarkan perbedaan

kelarutannya dalam pelarut organik.

Pemisahan dilakukan menggunakan metode partisi cair-cair dimana

metode ini memisahkan senyawa berdasarkan tingkat kelarutannya di dalam

campuran dua pelarut yang tidak bercampur. Komponen kimia yang ada pada

ekstrak akan larut ke dalam pelarut yang sesuai dengan tingkat kepolaran yang

dimiliki oleh senyawa tersebut. Pada penelitian ini akan digunakan pelarut n-

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 41: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

25

Universitas Indonesia

heksana sebagai pelarut non polar, etil asetat sebagai pelarut semi polar, dan air

sebagai pelarut polar.

Pemisahan dengan metode partisi cair-cair dilakukan dengan menggunakan

corong pisah. Pertama dilakukan partisi dengan n-heksana. Ekstrak kental yang

sudah didapat dilarutkan dengan sedikit air agar dapat dituang ke dalam corong

pisah. Kamudian ditambahkan ke dalam corong pisah sebanyak 15 ml n-heksana.

Corong pisah digoncang selama beberapa menit dengan sesekali membuka katup

corong pisah untuk mengeluarkan gas yang terkumpul didalamnya.

Proses penggoncangan haruslah dilakukan dengan benar agar proses

pemisahan yang dilakukan hasilnya optimal. Proses penggoncangan akan

membantu pelarut menarik senyawa-senyawa yang tingkat kepolarannya sesuai

dengan pelarut tersebut. Setelah itu, dibiarkan selama beberapa lama hingga

terlihat batas antara pelarut n-heksana dan air. Selanjutnya, dipisahkan dengan

membuka kran yang ada pada bagian bawah corong pisah. Lapisan bawah

merupakan lapisan air, sedangkan lapisan atas merupakan lapisan n-heksana.

Partisi ini dilakukan berulang kali sampai pelarut n-heksana yang

dihasilkan bening sebagai indikasi bahwa tidak ada lagi senyawa nonpolar yang

bisa larut ke dalam pelarut tersebut. Lapisan air yang tersisa kemudian

ditambahkan dengan pelarut etil asetat untuk memisahkan senyawa semi polar dari

air. Pemisahan dilakukan dengan cara yang sama pada pemisahan dengan n-

heksana sehingga didapatkan ekstrak senyawa semipolar. Sisa partisi merupakan

senyawa yang larut dalam pelarut polar. Setiap ekstrak hasil partisi n-heksana, etil

asetat, dan air kemudian diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator

sehingga didapat fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air.

b. Penentuan Kadar Senyawa Fenolik Total

Sebanyak 0,2 ml larutan ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans)

konsentrasi 1 mg/ml ditambah dengan 0,2 ml larutan Folin-Ciocalteu 50%.

Kemudian, divortex selama 1 menit. Larutan tersebut ditambah 4 ml larutan

Natrium Karbonat (Na2CO3) 2%. Campuran ini disimpan dalam ruangan gelap

selama 30 menit. Absorbansi larutan ekstrak dibaca pada panjang gelombang 750

nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasilnya dinyatakan sebagai asam galat/kg

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 42: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

26

Universitas Indonesia

ekstrak (Ismail, Runtuwene, Fatimah, 2012).

c. Penentuan Kadar Flavonoid Total

Sebanyak 0,5 ml larutan ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans)

ditambah 1,5 ml etanol p.a, 0,1 ml AlCl3 10%, 0,1 ml CH3COONa.3H2 1 M, dan

2,8 ml akuabides. Campuran ini disimpan dalam ruangan gelap selama 30 menit.

Absorbansi larutan ekstrak dibaca pada panjang gelombang 417 nm dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasilnya dinyatakan sebagai mg

kuersetin/g ekstrak (Pourmorad, Hosseinimehr, Shahabimajd, 2006).

d. Dosis yang Digunakan

Penentuan dosis fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)

dalam penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Fathiazad et al. (2012),

menggunakan dosis 10 mg/kg bb, 20 mg/kg bb, dan 40 mg/kg bb ekstrak Ocimum

basilicum L. (total fenolik 5,36%) untuk mencegah terjadinya infark miokard.

Dosis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil konversi dosis

Ocimum basilicum L. berdasarkan total fenoliknya. Hal ini dikarenakan kandungan

fenolik utama yang ada di Ocimum basilicum L. sama dengan kandungan fenolik

utama dalam ekstrak etanol:air sarang semut, yaitu asam rosmarinat (Engida,

Faika, Bich Thuyen Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu Ju, 2014).

3.4.3 Induksi Infark Miokard

Isoproterenol (ISO) diberikan melalui rute subkutan di bawah kulit leher

setelah dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% (Bhandari, Ansari, dan Islam, 2008).

Pada penelitian ini, digunakan isoproterenol dosis 85 mg/kg bb/hari pada tikus

untuk menginduksi terjadinya infark miokard (Al-Numair, Chandramohan, dan

Alsaif, 2012).

3.4.4 Pelaksanaan Percobaan

a. Pengelompokan Hewan Uji dan Perlakuan

Penelitian dilakukan terhadap 36 ekor tikus putih jenis Wistar. Kelompok

perlakuan dibagi secara acak menjadi enam kelompok. Tikus dipisahkan dan

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 43: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

27

Universitas Indonesia

diletakkan dalam kandang sesuai dengan kelompoknya. Selama 30 hari fraksi etil

asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) diberikan secara oral kepada tikus

kelompok kontrol herbal, dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 sesuai dengan Tabel 3.1.

Sedangkan, tikus kelompok kontrol normal dan kontrol negatif diberi larutan CMC

0,5% sebanyak 2 ml.

Tabel 3.1 Pembagian kelompok hewan uji

Kelompok Perlakuan

Hari ke-1 sampai hari

ke-30

Hari ke-31 dan ke-32

1 (kontrol normal) Diberi larutan CMC

0,5% 2 ml

Diberikan larutan natrium klorida

0,9% 1 ml melalui subkutan.

2 (kontrol negatif) Diberi larutan CMC

0,5% 2 ml

Diinduksi infark miokard dengan

isoproterenol 85 mg/kg bb per

hari.

3 (kontrol herbal) Diberi suspensi fraksi

sarang semut 15,36

mg/kg bb

Diberikan larutan natrium klorida

0,9% 1 ml melalui subkutan.

`4 (fraksi dosis 1) Diberi suspensi fraksi

sarang semut 3,84

mg/kg bb

Diinduksi infark miokard dengan

isoproterenol 85 mg/kg bb per

hari.

5 (fraksi dosis 2) Diberi suspensi fraksi

sarang semut 7,68

mg/kg bb

Diinduksi infark miokard dengan

isoproterenol 85 mg/kg bb per

hari.

6 (fraksi dosis 3) Diberi suspensi fraksi

15,36 mg/kg bb

Diinduksi infark miokard dengan

isoproterenol 85 mg/kg bb per

hari.

Pada hari ke-31 dan ke-32, tikus kelompok dosis 1, dosis 2, dosis 3, dan

kontrol negatif diinduksi dengan ISO secara subkutan dosis 85 mg/kg bb/hari.

Induksi diberikan supaya tikus mengalami infark miokard. Kelompok kontrol

normal dan kontrol herbal diberi larutan natrium klorida 0,9% 1 ml melalui

subkutan. Pada hari ke-33, semua tikus dimatikan kemudian dibedah untuk diambil

organ jantungnya.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 44: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

28

Universitas Indonesia

b. Pengukuran Stres Oksidatif pada Jaringan Miokardial

1) Malondialdehida (MDA)

Sebanyak 100 µL larutan standar atau sampel ditambahkan ke dalam

setiap well selama 90 menit pada suhu 370C. Kedua, larutan tersebut kemudian

dibuang. Ketiga, sebanyak 100 µL Biotinylated Detection Ab ditambahkan ke

dalam well dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C. Keempat, digoyang-

goyangkan dan dicuci sebanyak 3 kali. Kelima, ditambah dengan 100 µL HRP

conjugate dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 370C. Keenam, digoyang-

goyangkan dan dicuci sebanyak 5 kali. Ketujuh, sebanyak 90 µL substrate

reagent ditambahakan ke dalam well dan diikubasi lagi selama 15 menit pada

suhu 370C. Terakhir, ditambah dengan 50 µL stop solution dan dibaca pada

panjang gelombang 450 nm dengan menggunakan ELISA reader (Elabscience,

2014).

2) Superoksida Dismutase (SOD)

Sebanyak 50 µL standar atau sampel ditambahkan ke dalam setiap well.

Kedua, secara cepat ditambahkan pula 50 µL Biotinylated Detection Ab ke

dalam setiap well dan diinkubasi selama 45 menit pada suhu 370C. Ketiga,

sebanyak 100 µL HRP conjugate ditambahkan ke dalam tiap well dan

diinkubasi selama 30 menit pada suhu 370C. Keempat, sebanyak 90 µL

substrate reagent ditambahkan dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu 370C.

Terakhir, 50 µL stop solution ditambahkan dan dibaca dengan ELISA reader

pada panjang gelombang 450 nm (Elabscience, 2014).

c. Isolasi Organ Jantung Hewan Coba

Semua tikus diinhalasi menggunakan eter dan disuntik dengan ketamin

dosis 0,2 ml. Selanjutnya, dilakukan pembukaan rongga dada dan diukur luas infark

miokard pada jantung tikus. Tiga organ jantung pada setiap kelompok diambil,

dibilas dengan larutan natrium klorida 0,9%, dan ditimbang bobotnya. Lalu, jantung

dipotong menjadi dua secara vertikal dan disimpan dalam larutan formalin 10%

sebelum dibuat preparat histologinya dengan menggunakan pewarnaan

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 45: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

29

Universitas Indonesia

Hematosiklin dan Eosin (H&E). Tiga organ jantung yang lain pada setiap kelompok

yang sama dibilas dan direndam dengan larutan natrium klorida 0,9%. Disimpan

dalam freezer sampai waktu pembuatan homogenat yang akan digunakan untuk

mengukur kadar MDA dan SOD. Setelah isolasi organ jantung tikus selesai

dilakukan, bagian tubuh tikus yang tidak digunakan dalam penelitian dikubur ke

dalam tanah. Lokasi penguburan bangkai tikus terletak di belakang kandang tikus.

d. Pengamatan Makroskopis Jantung Hewan Coba

Rongga dada dibuka lalu jantung diamati terlebih dahulu untuk melihat

seberapa besar diameter infark miokard (berwarna putih/pucat) di bagian ventrikel

kiri. Kemudian, diukur menggunakan jangka sorong. Setelah itu, jantung dibilas

dengan larutan natrium klorida 0,9% dan ditiriskan. Selanjutnya, ditimbang dengan

menggunakan timbangan analitik dan dipotong menjadi dua secara vertikal dari atas

ke bawah. Diukur diameter otot jantungnya dengan menggunakan jangka sorong.

e. Pembuatan homogenat jantung

Organ jantung diambil sebesar 0,1 gram. Dihomogenisasi menggunakan

homogenizer dengan 1 ml larutan phosphate buffered saline (PBS) dingin 0,01 M,

pH=7,4. Lalu, disentrifugasi pada 3500 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan

supernatan. Kemudian, supernatan diambil dan disimpan pada suhu -200C sampai

dilakukan pengukuran kadar MDA dan SOD (Modifikasi metode Elabscience,

2014).

f. Pembuatan Preparat Histologi

1) Pengambilan organ

Organ jantung dibersihkan dalam larutan NaCl 0,9%. Lalu, dipotong

secara vertikal hingga menjadi dua bagian.

2) Fiksasi jaringan

Organ jantung yang telah dicuci dan dipotong tersebut dimasukkan ke

dalam larutan formalin 10% pada suhu ruangan selama 24 jam. Setelah

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 46: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

30

Universitas Indonesia

jaringan terfiksasi dengan larutan formalin, dilakukan pencucian dengan

menggunakan alkohol 70%.

3) Dehidrasi

Potongan organ jantung direndam dalam larutan alkohol dengan

konsentrasi bertingkat, dimulai dengan alkohol 70% selama 30 menit, 80%

selama 30 menit, 95% selama 120 menit, 100% selama 120 menit, dan

xilol/xilene selama 60 menit. Semuanya dilakukan pada suhu 350C.

4) Infiltrasi dengan parafin

Parafin keras dicairkan dalam oven pada suhu 600C selanjutnya jaringan

jantung direndam dalam parafin cair melalui beberapa tahap, yaitu: parafin

pertama selama 120 menit, parafin kedua selama 120 menit, dan parafin ketiga

selama 60 menit. Proses infiltrasi dilakukan di dalam inkubator dengan suhu

tetap 600C.

5) Penanaman

Potongan organ jantung dimasukkan ke dalam kotak-kotak besi yang telah

berisi parafin cair hingga terendam dan diberi label. Parafin didinginkan pada

suhu kamar sampai mengeras. Setelah parafin mengeras, blok parafin dilepas

dari kotak-kotak besi dan dipotong-potong sesuai dengan ukuran potongan

organ. Selanjutnya, potongan blok parafin direkatkan pada pemegang yang

terbuat dari kayu dan dipotong dengan mikrotom putar.

6) Pengirisan

Penyayatan dilakukan menggunakan mikrotom putar dengan tebal sayatan

5 mikron.

7) Penempelan pada kaca objek

Penempelan dilakukan pada kaca objek yang telah diolesi dengan albumin

Mayer dan ditetesi akuades sebanyak 2-3 tetes. Sayatan diletakkan tepat pada

tetesan akuades tersebut. Kemudian, dipanaskan di atas hot plate pada suhu

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 47: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

31

Universitas Indonesia

±300C sampai sayatan mengembang. Sisa-sisa akuades yang ada pada kaca

objek diserap dengan kertas saring atau kertas tisu.

8) Deparafinasi

Kaca objek yang sudah ada organ direndam dalam larutan xilol selama

beberapa menit untuk membersihkan preparat dari parafin dan menjernihkan

preparat.

9) Hidrasi

Kaca objek direndam dalam larutan secara bertahap, berturut-turut larutan

xilol/xilene, alkohol absolut, alkohol 95%, alkohol 80%, dan alkohol 70%

masing-masing selama 5 menit.

10) Pewarnaan

Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan pewarna Hematosiklin dan

Eosin (H&E). Kaca objek direndam dalam larutan hematosiklin selama 2-4

menit. Lalu, dicuci dengan air mengalir. Jika pewarnaan terlalu pekat (biru)

maka preparat dicelup dalam larutan HCl 1% sebentar. Selanjutnya, direndam

dalam larutan eosin 2% selama 2-4 menit.

11) Dehidrasi

Dehidrasi dilakukan dengan cara merendam sediaan tersebut berturut-

turut dalam alkohol 80% selama 3 menit, alkohol 95% sebanyak 2 kali

masing-masing 2 menit, dan alkohol absolut selama 3 menit.

12) Penjernihan

Sediaan yang telah diwarnai dapat dijernihkan dengan cara merendam

dalam xilol sebanyak 3 kali masing-masing selama 3 menit.

13) Penutupan

Sebelum proses penutupan dilakukan, xilol dan kotoran yang ada di

sekitar jaringan pada sediaan dibersihkan dengan kertas tisu kemudian ditetesi

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 48: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

32

Universitas Indonesia

dengan Canada Balsam selanjutnya ditutup dengan kaca penutup. Jika ada

gelembung udara, kaca penutup ditekan dan dibiarkan hingga kering dalam

suhu kamar.

g. Pengamatan Histologi Jantung

Preparat organ jantung yang sudah diwarnai dengan Hematosiklin dan Eosin

(H&E) diamati di bawah mikroskop dengan menggunakan optilab. Beberapa hal

yang diamati sebagai penanda infark miokard adalah kerusakan miokardial,

fibroblas, vaskulerisasi, infiltrasi neutrofil, dan edema pada jaringan otot jantung

(modifikasi metode Albayrak et al., 2009). Parameter yang digunakan dalam

penelitian ini adalah persentase kerusakan, jumlah sel rusak, dan jenis sel yang

rusak. Semuanya diamati dan dihitung menggunakan program Image Raster 3.

Preparat dibagi terlebih dahulu ke dalam lima penampang untuk

mendapatkan data yang lebih akurat (Gambar 3.1). Persentase kerusakan diamati

pada perbesaran (100x). Pengukuran persentase kerusakan dilakukan dengan

menghitung luas daerah yang mengalami infark miokard dibandingkan dengan luas

keseluruhan penampang dikali 100% (Rumus 3.2).

Keterangan:

1 = penampang 1 3 = penampang 3 5 = penampang 5

2 = penampang 2 4 = penampang 4

Gambar 3.1. Preparat histologi otot jantung

Persentase kerusakan = luas daerah infark (µm2) x 100% (3.2)

luas seluruh penampang (µm2)

Jumlah sel rusak dan jenis kerusakan sel diamati pada perbesaran (400x).

Penilaian jumlah sel yang rusak dinyatakan dalam bentuk tingkat kerusakan (grade)

(Tabel 3.2). Sedangkan, penilaian jenis kerusakan sel ditentukan berdasarkan

pemberian skor (Tabel 3.3). Sistem pemberian skor yang digunakan dalam

1

2

5

3

4

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 49: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

33

Universitas Indonesia

penelitian ini adalah modifikasi dari penelitian sebelumnya oleh Albayrak et al.

(2009).

Tabel 3.2 Sistem penilaian jumlah sel rusak

Kategori Jumlah sel

Grade 1 1-100

Grade 2 100-200

Grade 3 200-300

Tabel 3.3 Sistem penilaian jenis-jenis kerusakan sel

Kategori Nilai Jumlah sel

Tidak ada 0 0

Ringan 1 1-50

Sedang

Berat

2

3

50-100

>100

[Sumber: Albayrak et al, 2009; Joukar, Najafipour, Mizaeipour, Nasri, Ahmadi, dan Badindolo,

2013) (telah diolah kembali dengan perubahan)]

3.4.5 Analisis Hasil

Data disajikan dalam bentuk tabel dan gambar grafik kemudian dianalisis

secara deskriptif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS

version 17. Data yang ada dilihat distribusi dan varian antar kelompoknya. Bila data

terdistribusi normal dan varian antar kelompok homogen maka dilanjutkan dengan

uji One-Way ANOVA. Apabila dari uji One-Way ANOVA terdapat perbedaan,

dapat dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD untuk mengetahui dimana letak

perbedaan dari 6 kelompok tersebut. Namun, bila data tidak terdistribusi normal

atau tidak memiliki varian antar kelompok yang homogen atau keduanya maka data

diolah dengan uji nonparametric Kruskall Wallis. Sedangkan, untuk melihat adanya

perbedaan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Uji statistik dilakukan pada

derajat kepercayaan 95% dengan α=0,05. Hasil uji statistik dinyatakan bermakna

bila p< 0,05. Lalu, dilanjutkan dengan uji korelasi untuk mengetahui hubungan

antar parameter yang diamati.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 50: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

34 Universitas Indonesia

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi Sarang Semut (Myrmecodia pendans)

Rendemen ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans) yang diperoleh

adalah sebesar 21,62% (Rumus 4.1). Rendemen didapatkan dengan cara

membandingkan jumlah ekstrak yang diperoleh dengan jumlah serbuk simplisia

yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan 2 kg serbuk sarang semut

(Myrmecodia pendans) sehingga diperoleh ekstrak sarang semut sebanyak 432,40

g. Nilai rendemen yang didapat digunakan sebagai parameter standar mutu ekstrak

dan untuk mengetahui efektivitas metode ekstraksi yang digunakan. Menurut

Aboshora et al. (2014), metode ekstraksi yang dipilih disesuaikan dengan

kandungan fitokimia dalam suatu bahan yang ingin diekstrak, jenis pelarut, rasio

pelarut, waktu, dan suhu.

Rendemen = 432,40 g x 100% = 21,62% (4.1)

2000 g

Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi berperan dalam

menghasilkan nilai rendemen yang tinggi. Pelarut yang digunakan pada penelitian

ini adalah etanol:air (80%). Penggunaan etanol:air (80%) membantu proses

ekstraksi lebih maksimal karena mampu melarutkan senyawa polar maupun

semipolar yang terdapat dalam sarang semut (Myrmecodia pendans). Menurut

Tiwari, Kumar, dan Kaur (2011), etanol 80% merupakan pelarut yang mudah

berpenetrasi terhadap membran sel sehingga dapat menarik kandungan intrasel dan

dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga tidak terjadi kemunduran

mutu ekstrak.

Pemilihan pelarut etanol 80% juga berdasarkan penelitian terdahulu pada

sarang semut (Myrmecodia pendans) (Engida, Kasim, Tsigie, Ismadji, Lien Huong

Huynh, dan Yi-Hsu Ju, 2013). Pada penelitian tersebut, proses ekstraksi dilakukan

dengan menggunakan refluks (metode panas). Rendemen ekstrak yang didapatkan

sebesar 13,82% pada suhu 550C selama 4 jam. Sedangkan, dalam penelitian ini

proses ekstraksi menggunakan maserasi (metode dingin) dan didapatkan jumlah

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 51: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

35

Universitas Indonesia

rendemen yang jauh lebih banyak sebesar 21,62%. Proses ekstraksi dilakukan pada

temperatur ruangan selama ± 3 hari sampai pelarut tidak lagi berwarna pekat.

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini jauh lebih lama. Tetapi, rendemen yang

dihasilkan jauh lebih banyak.

Khoddami, Wilkes, dan Roberts (2013) menyatakan bahwa faktor suhu

yang tinggi dalam proses ekstraksi dapat membuat komponen yang terkandung

dalam suatu bahan mengalami degradasi. Beberapa kandungan senyawa dalam

tanaman, seperti: flavonoid, alkaloid, dan terpen memiliki sifat termolabil dan

mudah menguap (Carbonell, Neto, Cardoso, dan Pereira, 2000). Ekstrak sarang

semut (Myrmecodia pendans) yang didapat kemudian difraksinasi untuk

memperoleh fraksi yang diinginkan. Proses fraksinasi dilakukan secara bertingkat

berdasarkan tingkat kepolaran pelarut. Pelarut yang digunakan adalah n-heksana

(nonpolar), etil asetat (semi polar), dan air (polar). Fraksi yang dipilih adalah fraksi

etil asetat. Rendemen fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) yang

didapatkan sebesar 13,56% (Rumus 4.2).

Rendemen = 6,5 g x 100% = 13,56% (4.2)

48 g

4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Senyawa Fenolik Total

Kandungan total fenolik yang terdapat dalam fraksi etil asetat sarang semut

(Myrmecodia pendans) dinyatakan dalam total fenolik GAE (Gallic Acid

Equivalents). Pembuatan kurva standar asam galat dilakukan dengan menggunakan

enam konsentrasi yang berbeda, yaitu: 6,25 µg/ml; 12,5 µg/ml; 25 µg/ml; 50 µg/ml;

100 µg/ml; dan 200 µg/ml. Persamaan garis dari kurva standar yang diperoleh

adalah y = 0,0048x +0,0093 dengan nilai r2 = 0,9995 (Gambar 4.1). Fraksi etil asetat

sarang semut (Myrmecodia pendans) memiliki kandungan total fenolik GAE

sebesar 558,08 g/kg (55,8%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sarang semut kaya

akan senyawa fenolik. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan jumlah total fenolik

yang terkandung dalam ekstrak Ocimum basilicum L. 53,66 mg/g (5,36%) dan

ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans) 330,61±2,13 mg/g (33,1%) (Fathiazad

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 52: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

36

Universitas Indonesia

et al., 2012; Engida, Kasim, Tsigie, Ismadji, Lien Huong Huynh, dan Yi-Hsu Ju,

2013).

Gambar 4.1. Kurva standar asam galat

4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Flavonoid Total

Total flavonoid yang terkandung dalam fraksi etil asetat sarang semut

(Myrmecodia pendans) dinyatakan dalam QE (Quercetin Equivalents). Fraksi etil

asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) mengandung total flavonoid sebesar

14,23 mg/g (1,42%). Kurva standar kuersetin dibuat dengan menggunakan enam

titik konsentrasi, yaitu: 3,125 µg/ml, 6,25 µg/ml, 12,5 µg/ml, 25 µg/ml, 50 µg/ml,

dan 100 µg/ml. Persamaan garis dari kurva standar adalah y = 0,0073x-0,0061 dan

nilai r2 = 0,9996 (Gambar 4.2). Jumlah total flavonoid dalam penelitian ini lebih

kecil dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Engida, Kasim, Tsigie, Ismadji,

Lien Huong Huynh, dan Yi-Hsu Ju (2013) yang menghitung total flavonoid pada

ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans), yaitu 63,28±1,75 mg/g (6,33%).

Analisis yang dilakukan oleh Engida, Faika, Bich Thuyen Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu

Ju (2014) pada fraksi etil asetat (EAF) sarang semut (Myrmecodia pendans)

menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) ditemukan tiga

senyawa fenolik utama. Konsentrasi yang paling besar adalah asam rosmarinat

20,69±1,57 mg/g sampel kering (2,07%) dan prosianidin B1 sebesar 3,236± 0,280

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0 50 100 150 200 250

AB

SOR

BA

NSI

KONSENTRASI ASAM GALAT

y = 0,0048x +0,0093

r2 = 0,9995

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 53: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

37

Universitas Indonesia

mg/g sampel kering (0,3%). Asam rosmarinat adalah derivat fenilpropanoid dari

asam sinamat (Hongyun Peng et al., 2014).

Gambar 4.2. Kurva standar kuersetin

Jumlah total flavonoid pada ekstrak Ocimum basilicum L. (1,86%) masih

lebih besar dibandingkan yang terdapat dalam fraksi etil asetat sarang semut

(Myrmecodia pendans) pada penelitian ini (1,42%). Begitu pula jumlah asam

rosmarinat yang terdapat dalam Ocimum basilicum L. (15,74%) masih lebih besar

dibandingkan dengan yang terdapat dalam fraksi etil asetat sarang semut

(Myrmecodia pendans). Menurut penelitian sebelumnya oleh Engida, Faika, Bich

Thuyen Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu Ju (2014), asam rosmarinat dalam fraksi etil aset

sarang semut (Myrmecodia pendans) sebesar 2,07%. Jadi dalam fraksi etil asetat

sarang semut (Myrmecodia pendans) banyak terdapat senyawa fenolik yang lain.

Polifenol lain yang ditemukan terkandung dalam sarang semut (Myrmecodia

pendans) adalah asam galat, asam ferulat, asam kafeat, dan asam-p-kumarat

(Sanjaya, Tedjo, Kurniawan, Yi-Hsu Ju, Ayucitra, dan Ismadji, 2014). Senyawa-

senyawa tersebut bersifat polar dan semi polar sehingga dapat larut dalam etil

asetat.

4.4 Hasil Penentuan Dosis yang Digunakan

Dosis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil konversi

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0 20 40 60 80 100 120

AB

SOR

BA

NSI

KONSENTRASI KUERSETIN

y = 0,0073x-0,0061

r2 = 0,9996

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 54: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

38

Universitas Indonesia

penelitian sebelumnya berdasarkan nilai total fenolik ekstrak Ocimum basilicum L.

sebesar 5,36%. Dosis yang digunakan pada ekstrak Ocimum basilicum L. adalah

10 mg/kg bb, 20 mg/kg bb, dan 40 mg/kg bb (Fathiazad et al. 2012). Kandungan

fenolik utama yang ada di dalam ekstrak Ocimum basilicum L. sama dengan

kandungan fenolik utama yang ada di dalam fraksi etil asetat sarang semut

(Myrmecodia pendans), yaitu asam rosmarinat (Engida, Faika, Bich Thuyen

Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu Ju, 2014).

Total fenolik fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) dalam

penelitian ini sebesar 558,083 g/kg (55,8%). Nilai ini jauh lebih besar

dibandingkan yang terdapat dalam ekstrak Ocimum basilicum L. Jika dikonversi

sesuai dosis Ocimum basilicum L. maka diperoleh dosis fraksi etil asetat sarang

semut (Myrmecodia pendans) adalah: 0,96 mg/kg bb, 1,92 mg/kg bb, dan 3,84

mg/kg bb. Tetapi, hasil histopatologi kelompok tikus yang diberi ekstrak Ocimum

basilicum L. belum menunjukkan penurunan kejadian nekrosis dan fibrosis

kardiomiosit jantung hingga tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol

normal. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini terjadi perubahan dosis yang

digunakan.

Perubahan dosis ini untuk melihat pengaruh yang lebih kuat dari asam

rosmarinat yang terdapat dalam fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia

pendans) sebagai antioksidan yang dapat mencegah terjadinya infark miokard.

Dosis yang dipilih adalah 3,84 mg/kg bb, 7,68 mg/kg bb, dan 15,36 mg/kg bb.

Dosis terendah adalah 3,84 mg/kg bb yang merupakan hasil konversi dosis

tertinggi dari ekstrak Ocimum basilicum L. Kemudian dosis dinaikkan dua kali

lipat dari dosis pertama (3,84 mg/kg bb) untuk mendapatkan dosis kedua (7,68

mg/kg bb). Sedangkan, dosis ketiga merupakan empat kali lipat dari dosis pertama

(15,36 mg/kg).

4.5 Hasil Induksi Isoproterenol

Isoproterenol (ISO) dalam penelitian ini diberikan pada dosis 85 mg/kg bb

secara subkutan untuk menginduksi terjadinya infark miokard dan mencegah

terjadinya kematian pada hewan coba akibat dosis yang terlalu besar. Penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Al-Numair, Chandramohan, dan Alsaif (2012)

juga menggunakan ISO dosis 85 mg/kg bb untuk menginduksi terjadinya infark

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 55: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

39

Universitas Indonesia

miokard. Dalam penelitian tersebut terjadi peningkatan enzim AST, LDH, CK, dan

CK-MB di serum pada kelompok ISO dibandingkan dengan kelompok kontrol

normal.

Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan dosis ISO yang berbeda-

beda untuk menginduksi terjadinya infark miokard, diantaranya: 200 mg/kg (Sze

Man Wong et al. 2011), 150 mg/kg (Ramadan, EL-Beih, Arafa, dan Zahra, 2013),

dan 100 mg/kg (Fathiazad et al., 2012). Hasil induksi ISO dosis 85 mg/kg bb pada

penelitian ini sudah menunjukkan bahwa tikus mengalami infark miokard

berdasarkan pengamatan makroskopis, histologi jantung, dan kadar MDA maupun

SOD. Terutama pada kelompok kontrol negatif yang hanya diinduksi ISO.

4.6 Pengamatan Makroskopis

4.6.1 Analisis data berat badan tikus

Rata-rata berat badan tikus setiap kelompok dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 4.1. Rata-rata berat badan paling besar adalah kelompok kontrol

herbal (239,33±9,02 g) dan rata-rata berat badan paling kecil adalah dosis 2

(202,33±17,56 g). Namun, secara statistik besarnya rata-rata berat badan setiap

kelompok tidak berbeda bermakna (p>0,05).

Tabel 4.1 Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)

terhadap berat badan tikus

Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

Pemberian ISO tidak mempengaruhi bobot badan antar kelompok dalam

penelitian ini. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Panda dan Kar (2014) juga

menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada berat badan tikus di

Kelompok Berat

Badan (g)

Kontrol Normal 210,33±19,66

Kontrol Herbal 239,33±9,02

Kontrol Negatif 211,67±11,15

Dosis 1 219,67±28,57

Dosis 2 202,33±17,56

Dosis 3 215,67±10,69

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 56: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

40

Universitas Indonesia

akhir perlakuan. Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Kyu Hee Lim,

Dukhwan Ko, dan Jong-Hoon Kim (2013) yang menggunakan korean red ginseng

(KRG) juga menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna berat badan tikus pada

kelompok kontrol normal, kelompok kontrol herbal, kelompok ISO, dan kelompok

ISO+KRG.

4.6.2 Analisis data berat jantung dan rasio berat jantung/berat badan

Pada pengukuran berat jantung, rata-rata berat jantung kelompok kontrol

negatif mengalami peningkatan yang cukup bermakna dibandingkan dengan

kelompok kontrol normal (p<0,05). Kelompok dosis 1 (0,94±0,09 g), dosis 2

(0,89±0,09 g), dan dosis 3 (0,84±0,16 g) juga mengalami peningkatan yang

bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p<0,05) (Gambar 4.3).

Sedangkan, rata-rata berat jantung kelompok kontrol herbal (0,72±0,02 g) tidak

berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (0,6±0,06 g).

Keterangan:

* =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

Gambar 4.3. Grafik berat jantung tikus

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Panda dan Kar (2014), juga

menunjukkan peningkatan berat jantung pada kelompok yang diberi ISO

*

** ** ** **

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

KontrolNormal

KontrolHerbal

KontrolNegatif

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

(gra

m)

Kelompok

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 57: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

41

Universitas Indonesia

dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p<0,01). Penyebab terjadinya

perubahan berat jantung pada kelompok yang diinduksi ISO berkaitan dengan

meningkatnya jumlah air dan kondisi edematosis dalam ruang intramuskuler

(Upaganlawar, Gandhi, dan Balaraman, 2011). Peningkatan rata-rata berat jantung

disebabkan oleh efek positif inotropik dari ISO pada jaringan miokardial (Pogula et

al. 2012).

Untuk menilai sejauh mana berat jantung meningkat akibat induksi

isoproterenol maka perlu ditentukan rasio berat jantung terhadap berat badan tikus

(Fathiazad et al. 2012). Nilai rasio berat jantung/berat badan tikus beberapa

kelompok yang diinduksi isoproterenol nilainya sama dan berbeda bermakna

(p<0,05) dengan kelompok kontrol normal (0.3±0.0003) (Tabel 4.2). Upaganlawar,

Gandhi, dan Balaraman (2011) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa

pemberian ISO dapat mengakibatkan peningkatan rasio berat jantung terhadap berat

badan tikus.

Tabel 4.2 Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap rasio

berat jantung/berat badan tikus

Kelompok Rasio Berat Jantung/Berat

Badan

Kontrol Normal 0,3±0,0003

Kontrol Herbal 0,3±0,0002*

Kontrol Negatif 0,4±0,0002**

Dosis 1 0,4±0,0002**

Dosis 2 0,4±0,0004**

Dosis 3 0,4±0,0008**

Keterangan: nilai rasio dikali 100 dari hasil sebenarnya

* =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

4.6.3 Analisis data diameter infark dan diameter otot jantung

Pengamatan makroskopis selanjutnya adalah diameter infark miokard.

Setelah rongga dada dibuka, jantung diamati terlebih dahulu dan diukur diameter

infark miokardnya di bagian ventrikel kiri dengan menggunakan jangka sorong.

Bagian yang mengalami infark biasanya berwarna putih/pucat. Pengukuran

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 58: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

42

Universitas Indonesia

dilakukan pada kondisi jantung yang masih berdetak. Pada kelompok kontrol

normal dan kelompok kontrol herbal tidak ditemukan bagian jantung yang

mengalami infark miokard. Sebaliknya, pada kelompok kontrol negatif ditemukan

daerah yang mengalami infark di bagian ventrikel kiri dengan diameter yang paling

besar dibandingkan kelompok lainnya, yaitu 0,42±0,16 cm (Tabel 4.3).

Rata-rata diameter infark kelompok kontrol negatif (0,42±0,16 cm),

kelompok dosis 1 (0,25±0,05 cm), dan kelompok dosis 3 (0,33±0,08 cm) berbeda

bermakna dengan kelompok kontrol normal (p<0,05). Ukuran infark miokard

mempunyai peranan yang penting untuk mengetahui seberapa besar terjadinya

remodelling ventrikel dan disfungsi setelah terjadinya infark miokard (Xiao-Ming

Gao et al., 2010). Jadi pada kelompok kontrol negatif, dosis 1, dan dosis 3 terjadi

remodelling ventrikel atau disfungsi karena infark miokard akibat induksi ISO

sehingga menyebabkan adanya daerah putih/pucat pada bagian ventrikel kiri

jantung.

Tabel 4.3 Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap

diameter infark dan diameter otot jantung

Kelompok Diameter Infark

(cm)

Diameter

Otot Jantung (cm)

Kontrol Normal 0 0,07±0,06

Kontrol Herbal 0* 0,1

Kontrol Negatif 0,42±0,16** 0,13±0,06

Dosis 1 0,25±0,05** 0,1

Dosis 2 0,13±0,12* 0,1

Dosis 3 0,33±0,08** 0,08±0,08

Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

Berdasarkan hasil pengamatan warna jantung, kelompok kontrol normal dan

kelompok kontrol herbal memiliki ventrikel berwarna merah tua. Sedangkan,

ventrikel pada kelompok yang diinduksi ISO (kontrol negatif, dosis 1, dosis 2, dan

dosis 3) terlihat lebih pucat. Bahkan pada kelompok kontrol negatif yang hanya

diinduksi ISO dan tidak diberi fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)

terlihat adanya kerusakan yang cukup parah. Pada Gambar 4.4 terlihat jelas bagian

yang mengalami infark (berwarna putih).

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 59: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

43

Universitas Indonesia

Keterangan: A=kontrol normal , B=kontrol negatif, C=kontrol herbal,

D=Dosis 1, E=Dosis 2, dan F=dosis 3. Daerah yang dilingkari adalah

daerah yang mengalami infark.

Gambar 4.4. Jantung tikus dan daerah yang mengalami infark miokard

Pengamatan makroskopis yang terakhir adalah diameter otot jantung.

Jantung tikus dibilas dalam larutan NaCl 0.9% dan dikeringkan dengan kertas

saring atau kertas tisu. Lalu, dipotong menjadi dua bagian secara vertikal sehingga

terlihat otot jantungnya. Kemudian, diameter otot jantung diukur dengan

menggunakan jangka sorong pada bagian ventrikel. Rata-rata diameter otot jantung

setiap kelompok dalam penelitian ini tidak berbeda bermakna (Tabel 4.3). Hasil

pengamatan langsung pada otot jantung juga terlihat bagian yang berwarna putih

(mengalami infark) (Gambar 4.5).

Gambar 4.5. Diameter otot jantung tikus yang diukur

4.7 Hasil Penilaian Preparat Histologi

4.7.1 Analisis data persentase kerusakan

Preparat jantung dalam penelitian ini diamati pada perbesaran (100x) untuk

mengetahui besarnya persentase kerusakan (Gambar 4.6). Parameter yang diamati

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 60: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

44

Universitas Indonesia

adalah kerusakan miokardial, infiltrasi neutrofil, edema, fibroblas, dan

vaskulerisasi.

Kontrol Normal Kontrol Herbal

Kontrol Negatif Dosis 1

Dosis 2 Dosis 3 Keterangan: daerah yang mengalami infark miokard.

Gambar 4.6. Penampang histologi jantung perbesaran (100x)

Besarnya persentase kerusakan kelompok kontrol negatif, dosis 1, dosis 2,

dan dosis 3 berbeda bermakna dengan kelompok kontrol normal (p<0,05) (Gambar

4.7). Induksi ISO menyebabkan terjadinya peningkatan kerusakan sel. Banyak studi

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 61: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

45

Universitas Indonesia

membuktikan bahwa ISO menyebabkan kerusakan otot jantung dengan cara

menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) atau radikal bebas yang berikatan

dengan oksigen. Radikal bebas atau kerusakan oksidatif inilah yang memainkan

peranan yang signifikan dalam patogenesis kerusakan miokardial (Kasa et al.,

2014).

Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

Gambar 4.7 Grafik persentase kerusakan otot jantung

Berdasarkan hasil statistika uji Kruskal-Wallis, pada kelompok kontrol

herbal yang hanya diberi fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)

terjadi peningkatan persentase kerusakan yang cukup bermakna dibandingkan

dengan kelompok kontrol normal (p<0,05). Kandungan utama yang terdapat dalam

fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) adalah asam rosmarinat.

Asam rosmarinat ditemukan sebagai metabolit sekunder dalam tumbuhan dan

merupakan ester dari asam kafeat dan 3,4-dihidroksifenil asam laktat. Asam

rosmarinat sendiri mempunyai aktivitas antioksidan, antiinflamasi,

antikolinesterase, antimutagenik, antibakterial, antiviral, hepatoprotektif, dan

kardioprotektif (Hongyun Peng et al., 2014). Namun, aktivitas asam rosmarinat

sebagai antimikroba, antiviral, antiinflamasi, dan penginduksi terjadinya apoptosis

*/**

**

**

** **

0

10

20

30

40

50

60

70

80

KontrolNormal

KontrolHerbal

KontrolNegatif

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

(%)

Kelompok

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 62: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

46

Universitas Indonesia

membuat asam rosmarinat dapat menjadi penyebab munculnya Reactive Oxygen

Species (ROS) (Murakami et al. 2007).

Aktivitas asam rosmarinat sebagai antimikroba dan antiviral dapat

menjelaskan aktivitas prooksidan dari asam rosmarinat berkaitan dengan reduksi

logam (Murakami et al. 2007). Mekanisme asam rosmarinat sebagai antimikroba

berhubungan dengan aktivitas enzim [NAD(P)H] oksidase yang berperan

menghasilkan anion superoksida (O2.¯) yang merupakan salah satu Reactive Oxygen

Species (ROS) (Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012) (Gambar

4.8).

[Sumber: Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012]

Gambar 4.8. Reaksi pembentukan anion superoksida

Dalam penelitian ini, besarnya persentase kerusakan pada kelompok kontrol

herbal lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif dan berbeda bermakna

(p<0,05). Namun, lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol normal

(p<0,05). Pengaruh asam rosmarinat sebagai prooksidan belum dapat dibuktikan

secara jelas melalui hasil persentase kerusakan. Selain itu, kandungan asam

rosmarinat yang diberikan kepada kelompok kontrol herbal dalam penelitian ini

masih lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol herbal pada penelitian yang

dilakukan oleh Fathiazad et al. (2012) yang menggunakan Ocimum basilicum L.

Fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) dalam penelitian ini

mengandung total fenolik yang cukup besar yaitu 558,08 g/kg (55,8%). Sedangkan,

kandungan flavonoidnya sebesar 14,23 mg/g (1,42%). Penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Cao, Sofic, dan Prior (1996) membuktikan bahwa flavonoid

termasuk flavon, isoflavon, dan flavanon merupakan antioksidan yang dapat

melawan peroksil (ROO.) dan radikal hidroksil (.OH). Namun demikian, juga dapat

bertindak sebagai prooksidan dengan adanya Cu2+.

Menurut Das, Wati, dan Fatima-Shad (2015), logam transisi seperti tembaga

dan besi dapat bertindak sebagai katalis positif pada tahap propagasi dan inisiasi

NADPH + 2O2 NADP+ + 2O2.

¯ + H+

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 63: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

47

Universitas Indonesia

peroksidasi lipid. Asam lemak jenuh ganda (PUFA) merupakan target radikal bebas

karena adanya ikatan ganda sehingga nantinya dapat mengahasilkan pembentukan

suatu radikal bebas karbon pada PUFA (RO. dan ROO). Malondialdehyde (MDA)

adalah produk yang dihasilkan akibat reaksi siklisasi dari peroksida akhir dan

radikal peroksil (ROO.) (Gambar 4.9).

[Sumber: Das, Wati, dan Shad, 2015]

Gambar 4.9. Reaksi tembaga pada tahap propagasi dan inisiasi

Jadi besarnya persentase kerusakan pada kelompok kontrol herbal

dibandingkan kelompok kontrol normal juga bisa disebabkan kandungan flavonoid

dalam sarang semut (Myrmecodia pendans) yang bersifat prooksidan. Selain itu,

juga terdapat kemungkinan adanya senyawa lain yang terkandung dalam sarang

semut (Myrmecodia pendans) bersifat toksik sehingga dapat menyebabkan

kerusakan sel yang nampak pada hasil histologi.

Persentase kerusakan kelompok dosis 1 (59,97±12,18 %) lebih besar

dibandingkan kelompok kontrol negatif (36,49±17,83 %), namun tidak bermakna

secara statistika (p=0,127). Induksi ISO dan pemberian fraksi etil asetat sarang

semut (Myrmecodia pendans) dosis 1 (3,84 mg/kg bb) membuat kerusakan pada

otot jantung semakin banyak. Pada dosis 2 dan dosis 3 besarnya persentase

kerusakan tidak berbanding terbalik dengan besarnya dosis fraksi etil asetat sarang

semut yang diberikan. Dosis 2 merupakan dosis yang paling efektif dalam

menurunkan persentase kerusakan akibat induksi isoproterenol, namun nilainya

masih berbeda bermakna dengan kelompok kontrol normal (p<0,05). Jadi fraksi etil

asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) belum terlihat pengaruhnya untuk

mengurangi besarnya persentase kerusakan pada dosis 1 (3,84 mg/kg bb), dosis 2

(7,68 mg/kg bb), dan dosis 3 (15,37 mg/kg bb). Sebaliknya, ada indikasi senyawa

yang terkandung di dalamnya menyebabkan kerusakan sel otot jantung.

Cu+ + ROOH RO. + .OH +Cu2+

Cu2+ + ROOH ROO. + Cu+

2ROOH RO. + ROO. + H2O

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 64: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

48

Universitas Indonesia

4.7.2 Analisis data jumlah sel rusak

Perhitungan jumlah sel yang rusak dilakukan pada perbesaran (400x).

Parameter yang dihitung, meliputi: kerusakan miokardial, edema, infiltrasi,

fibroblas, dan vaskulerisasi. Kelompok kontrol normal dan kelompok kontrol

herbal memiliki jumlah sel rusak paling sedikit (<100 sel). Sedangkan, kelompok

kontrol negatif, kelompok dosis 2, dan kelompok dosis 3 memiliki jumlah sel rusak

jauh lebih besar dibanding sebelumnya (<200 sel). Pada kelompok dosis 1, jumlah

sel rusaknya paling banyak (<300 sel) (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap

jumlah sel yang rusak

Kelompok Grade

Kontrol Normal Grade 1

Kontrol Herbal Grade 1

Kontrol Negatif Grade 2

Dosis 1 Grade 3

Dosis 2 Grade 2

Dosis 3 Grade 2

4.7.3 Analisis data jenis-jenis kerusakan sel

Jenis-jenis kerusakan sel setiap kelompok berbeda-beda. Untuk melihat

jenis kerusakan sel maka dilakukan pengamatan pada preparat dengan perbesaran

(400x). Pada tiga kelompok yang diberi fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia

pendans) dan diinduksi ISO terlihat adanya kerusakan sel berupa: edema, infiltrasi,

dan fibroblas. Sedangkan, pada kelompok kontrol normal sedikit ditemukan

kerusakan sel.

Parameter pertama yang diamati dalam penelitian ini adalah kerusakan

miokardial. Pengamatan dilakukan pada bentuk sitoplasma dan inti selnya.

Sitoplasma yang mengalami kerusakan adalah yang bentuknya bergelombang dan

terdapat ruang yang kosong dalam sitoplasma. Sedangkan, inti sel dilihat

berdasarkan: lisisnya inti sel di dalam sitoplasma, terjadinya pemadatan inti sel

(kondensasi kromatin pada inti sel), dan fragmentasi (kromatin mengumpul pada

tempat-tempat tertentu). Rata-rata jumlah kerusakan miokardial pada setiap

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 65: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

49

Universitas Indonesia

kelompok tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol normal

(p>0,05) (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Data kerusakan miokardial

Kelompok

(n=3)

0

Nilai

1

2

3

Rata-rata

Kontrol Normal - 3 - - 1

Kontrol Herbal - 3 - - 1

Kontrol Negatif 2 1 - - 0,33

Dosis 1

Dosis 2

Dosis 3

1

-

-

2

3

3

-

-

-

-

-

-

0,67

1

1

Keterangan: 0 = nil, 1 = 1-50 sel, 2= 50-100 sel, 3= >100 sel

* = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**= berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

# = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol herbal (p<0,05)

Parameter yang kedua adalah edema. Edema tidak ditemukan pada

kelompok kontrol normal dan terdapat dalam jumlah sedikit pada kelompok kontrol

herbal (rata-rata=0,33) (Tabel 4.6). Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa

pada kelompok yang diinduksi ISO memiliki daerah yang mengalami edema

(Pogula et al., 2012). Pada kelompok yang diinduksi ISO, yaitu: kontrol negatif,

dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 nilainya berbeda bermakna dengan kelompok kontrol

normal (p<0,05). Hasil dalam penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya

yang membuktikan bahwa pada kelompok yang diinduksi ISO memiliki daerah

yang mengalami edema (Pogula et al., 2012).

Tabel 4.6 Data sel edema

Kelompok

(n=3)

0

Nilai

1

2

3

Rata-rata

Kontrol Normal 3 - - - 0

Kontrol Herbal 2 1 - - 0,33

Kontrol Negatif - 3 - - 1**

Dosis 1

Dosis 2

Dosis 3

-

-

-

3

3

3

-

-

-

-

-

-

1**

1**

1**

Keterangan: 0 = nil, 1 = 1-50 sel, 2 = 50-100 sel, 3= >100 sel

* = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**= berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 66: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

50

Universitas Indonesia

Parameter yang ketiga adalah infiltrasi neutrofil. Rata-rata jumlah sel yang

mengalami infiltrasi neutrofil paling banyak adalah kelompok kontrol negatif (2,67)

(Tabel 4.7). Pada kelompok kontrol herbal tidak ditemukan adanya sel yang

mengalami infiltrasi neutrofil. Infiltrasi merupakan proses inflamasi yang akut

(Kim, Jong-Hoon, Hwan Suck Chung, Antonisamy, Seung Ryel Lee, dan Hyunsu

Bae, 2014). Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa kelompok yang diinduksi ISO menunjukkan adanya daerah

yang mengalami infiltrasi neutrofil (Pogula et al., 2012).

Tabel 4.7 Data infiltrasi neutrofil

Kelompok

(n=3)

0

Nilai

1

2

3

Rata-rata

Kontrol Normal - 3 - - 1

Kontrol Herbal 3 - - - 0**/*

Kontrol Negatif - - 1 2 2,67**/#

Dosis 1

Dosis 2

Dosis 3

-

-

-

1

3

3

1

-

-

1

-

-

2#

1*/#

1*/#

Keterangan: 0 = nil, 1 = 1-50 sel, 2 = 50-100 sel, 3= >100 sel

* = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**= berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

# = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol herbal (p<0,05)

Parameter yang keempat adalah sel fibroblas. Sel ini hampir terdapat dalam

setiap kelompok. Sel fibroblas pada kelompok normal adalah yang paling sedikit

(1-50 sel). Sebaliknya, pada ketiga kelompok dosis jumlah sel fibroblasnya terlihat

lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05). Terutama pada

kelompok dosis 1 (>100 sel) (Tabel 4.8).

Menurut Yanhui Wanga et al. (2011), fibroblas jantung memainkan peran

kunci dalam fungsi jantung. Sel-sel ini terdapat sekitar 60-70% dalam jantung.

Keberadaannya sangat penting bukan hanya menunjukkan bahwa kondisi

miokardial jantung normal. Tetapi juga sebagai remodelling jantung yang terjadi

dalam menghadapi sel yang mengalami hipertensi, infark miokard, dan gagal

jantung. Meskipun secara struktural kehadiran sel-sel fibroblas memang

merugikan. Namun, sel-sel ini menunjukkan bahwa kondisi jantung masih baik

sekalipun mengalami gagal jantung.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 67: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

51

Universitas Indonesia

Tabel 4.8 Data sel fibroblas

Kelompok

(n=3)

0

1

2

3

Rata-rata

Kontrol Normal - 3 - - 1

Kontrol Herbal - 1 2 - 1,67

Kontrol Negatif - 1 2 - 1,67

Dosis 1

Dosis 2

Dosis 3

-

-

-

-

-

-

-

2

2

3

1

1

3**/*/#

2,33**

2,33**

Keterangan: 0 = nil, 1 = 1-50 sel, 2 = 50-100 sel, 3= >100 sel

* = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**= berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

# = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol herbal (p<0,05)

Fibroblas jantung merespon rangsangan secara patologi dengan cara

proliferasi, migrasi, modifikasi turnover matriks ekstraseluler, dan modulasi sekresi

molekul bioaktif. Meskipun semua perubahan itu penting sebagai respon

penyembuhan, dalam jangka waktu yang lama semua respon di atas dapat

menyebabkan maladaptasi yang akan menimbulkan akumulasi kolagen, fibrosis

jantung, dan kehilangan fungsi jantung (Yanhui Wanga et al., 2011). Pada

penelitian ini, adanya kerusakan sel akibat induksi ISO menyebabkan jumlah sel

fibroblas meningkat sebagai upaya remodelling jantung terutama pada kelompok

dosis 1.

Tabel 4.9 Data vaskulerisasi sel

Kelompok

(n=3)

0

1

2

3

Mean

Kontrol Normal 1 2 - - 0,67

Kontrol Herbal 1 2 - - 0,67

Kontrol Negatif 2 1 - - 0,33

Dosis 1

Dosis 2

Dosis 3

3

2

2

-

1

1

-

-

-

-

-

-

0

0,33

0,33

Keterangan: 0 = nil, 1 = 1-50 sel, 2 = 50-100 sel, 3= >100 sel

* = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**= berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

# = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol herbal (p<0,05)

Paramater yang kelima juga merupakan bentuk remodelling jantung, yaitu

vaskulerisasi (Tabel 4.9). Vaskulerisasi adalah pembuluh darah merah yang

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 68: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

52

Universitas Indonesia

terdapat pada sel. Vaskulerisasi ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit pada

kelompok kontrol normal, kontrol herbal, kontrol negatif, dosis 2, dan dosis 3.

Namun, tidak ditemukan pada kelompok dosis 1. Jenis-jenis kerusakan sel dapat

dilihat pada Gambar 4.10.

Kontrol Normal Kontrol Herbal

Kontrol Negatif Dosis 1

Dosis 2 Dosis 3

Keterangan: kerusakan miokardial, infiltrasi, edema, fibroblas,

vaskulerisasi

Gambar 4.10. Penampang histologi jantung perbesaran (400x)

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 69: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

53

Universitas Indonesia

4.8 Hasil Pengukuran Stres Oksidatif pada Jaringan Miokardial

4.8.1. Hasil pengukuran kadar MDA (Malondialdehida)

Lipid peroksida (MDA) dapat diukur di dalam serum dan homogenat

jaringan (Fathiazad et al., 2012). Pada penelitian ini diukur kadar MDA yang

terdapat dalam homogenat organ jantung. Untuk dapat menghitung kadar MDA

maka perlu membuat kurva standar MDA terlebih dahulu. Pembuatan kurva standar

MDA dilakukan dengan menggunakan delapan titik konsentrasi, yaitu: 0 nmol/ml;

3,13 nmol/ml; 6,25 nmol/ml; 12,5 nmol/ml; 25 nmol/ml; 50 nmol/ml; 100 nmol/ml

dan 200 nmol/ml. Kurva standar linier memiliki nilai r2= 0,993 dan persamaan garis

linier y = 0,08+0,009x (Gambar 4.11).

Gambar 4.11. Kurva standar MDA

Besarnya rata-rata kadar MDA jantung tiap kelompok dalam penelitian ini

cukup rendah (Gambar 4.12). Tikus pada kelompok kontrol herbal tidak diinduksi

dengan ISO, tetapi diberi fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)

dosis 15,36 mg/kg bb. Nilai kadar MDA kelompok kontrol herbal (1,78±0.66

nmol/mg) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol normal (1,07±0,17

nmol/mg), kelompok dosis 1 (1,08±0,42 nmol/mg), kelompok dosis 2 (1,61±0,3

nmol/mg), dan kelompok dosis 3 (0.67±0.40 nmol/mg). Namun, tidak berbeda

bermakna (p<0,05). Kelompok kontrol herbal hanya berbeda bermakna dengan

kelompok kontrol negatif (3,33±1,42 nmol/mg).

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

0 5 0 1 0 0 1 5 0 2 0 0 2 5 0

AB

SOR

BA

NSI

KONSENTRASI

y=0,08+0.009x

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 70: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

54

Universitas Indonesia

Pada kelompok kontrol normal, kadar MDA-nya berbeda bermakna

dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p<0,05). Hal ini membuktikan

bahwa induksi ISO dalam penelitian ini dapat meningkatkan kadar MDA (Gambar

4.12). Kyu Hee Lim, Dukhwan Ko, dan Jong-Hoon Kim. (2013) menyatakan bahwa

induksi isoproterenol meningkatkan kadar MDA pada tikus. MDA merupakan

produk akhir lipid peroksida. Menurut Jong-Hoon Kim, Hwan Suck Chung,

Antonisamy, Seung Ryel Lee, dan Hyunsu Bae (2014), meningkatnya kadar MDA

juga mengindikasikan adanya proses peroksidasi lipid yang dapat menghasilkan

kerusakan irreversible pada jantung tikus. Isoproterenol (ISO) merupakan

katekolamin sintetik yang dapat menyebabkan kerusakan miokardial pada hewan.

Dosis tinggi pemberian isoproterenol menginduksi terjadinya iskemia atau

hipoksia.

Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

Gambar 4.12. Grafik kadar MDA jantung

Pada proses oksidasi, isoproterenol membentuk kuinon yang akan bereaksi

dengan oksigen sehingga membentuk anion superoksida (O2.¯) dan H2O2. Produksi

dari radikal superoksida menghasilkan pelepasan dan reduksi besi dari jaringan

feritin. Radikal hidroksil (·OH) merupakan hasil reduksi besi. H2O2 dan radikal

hidroksil (·OH) merupakan inisiator peroksidasi lipid (Chattopadhyay, Biswas,

*

**

**

*

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

KontrolNormal

KontrolHerbal

KontrolNegatif

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

(nm

ol/

mg)

Kelompok

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 71: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

55

Universitas Indonesia

Bandyopadhyay, Sarkar, dan Datta, 2002). Meningkatnya Reactive Oxygen Species

(ROS) atau menurunnya antioksidan dapat menginduksi peningkatan stres oksidatif

sehingga terjadi infark miokard (Kyu Hee Lim, Dukhwan Ko, dan Jong-Hoon Kim,

2013).

Berdasarkan hasil kadar MDA, pemberian fraksi etil asetat sarang semut

(Myrmecodia pendans) telah berhasil membuat kelompok kontrol herbal, dosis 1,

dosis 2, dan dosis 3 tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan kelompok kontrol

normal. Namun, pengaruh fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)

sebagai antioksidan belum dapat dilihat dengan jelas karena penurunan kadar MDA

tidak sejalan dengan besarnya dosis yang diberikan. Selain itu, kadar MDA

kelompok kontrol herbal (1,78±0,66 nmol/mg) lebih besar dibandingkan kelompok

kontrol normal (1,07±0,17 nmol/mg) meskipun tidak berbeda bermakna (p>0,05).

Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa kandungan dalam fraksi etil asetat

sarang semut (Myrmecodia pendans) dapat meningkatkan kadar MDA.

4.8.2 Hasil pengukuran kadar SOD

Enzim penangkal radikal bebas seperti SOD, CAT, dan GSH-Px merupakan

enzim utama yang mencegah stres oksidatif dengan cara melakukan eliminasi

radikal oksigen, seperti superoksida (O2.¯) dan hidrogen peroksida (H2O2). Selain

itu, enzim-enzim ini juga mencegah produksi radikal hidroksil (.OH) (Jong-Hoon

Kim, Hwan Suck Chung, Antonisamy, Seung Ryel Lee, dan Hyunsu Bae, 2014).

Pada penelitian ini diukur kadar superoksida dismutase (SOD) dalam jantung tikus.

Untuk dapat menghitung kadar SOD perlu membuat kurva standar terlebih dahulu.

Titik konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan kurva standar adalah 0

nmol/ml; 0,02 nmol/ml; 0,04 nmol/ml; 0,08 nmol/ml; 0,16 nmol/ml; 0,31 nmol/ml;

0,63 nmol/ml; dan 1,25 nmol/ml. Kurva standar linier memiliki nilai r2= 0.961 dan

persamaan garis eksponensial y = 1,822e^(-3,933x) (Gambar 4.13).

Pada penelitian ini, rata-rata kadar SOD kelompok kontrol normal, kontrol

herbal, dan kontrol negatif tidak berbeda bermakna (p>0,05) meskipun kelompok

kontrol herbal kadar SOD-nya paling tinggi (0,08±0,10 nmol/mg) (Gambar 4.14).

Sedangkan, kadar SOD kelompok dosis 1 dan dosis 3 berbeda bermakna (p<0,05)

dengan kelompok kontrol normal. Hal tersebut menunjukkan adanya aktivitas

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 72: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

56

Universitas Indonesia

antioksidan dalam fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans). Namun,

tidak terdapat korelasi antara kadar MDA dan kadar SOD jantung dalam penelitian

ini (p>0,05).

Gambar 4.13. Kurva standar SOD

Peranan SOD sebagai sistem pertahanan antioksidan dikenal sejak 1968.

Telah diketahui juga bahwa anion superoksida adalah titik awal dalam rantai

produksi radikal bebas. Pada tahap awal ini, SOD melakukan inaktivasi anion

superoksida (O2.¯) dengan menambahkan ion hidrogen sehingga menjadi hidrogen

peroksida (H2O2). Diperlukan enzim peroksidase, seperti katalase (CAT) dan

glutation peroksidase (GSH-Px) untuk mempercepat reaksi pengubahan hidrogen

peroksida (H2O2) menjadi oksigen (O2) dan air (H2O) (Menvielle-Bourg, 2005).

Oleh sebab itu, dalam penelitian ini seharusnya juga dilakukan pengukuran aktivitas

enzim glutation peroksidase (GSH-Px) untuk melihat lebih jauh peranan fraksi etil

asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) untuk mencegah terjadinya infark

miokard.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Smith, Marks, dan Lieberman

(2004) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara perubahan kadar MDA

dengan perubahan kadar MnSOD. MnSOD bukan antioksidan utama yang berperan

menangkal radikal bebas pada jaringan jantung tikus. Menurut Park et al. (2007),

antioksidan yang kemungkinan berperan penting pada otot jantung adalah

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

0 0 . 2 0 . 4 0 . 6 0 . 8 1 1 . 2 1 . 4

AB

SOR

BA

NSI

KONSENTRASI

y = 1,822e^(-3,933x)

r2= 0.961

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 73: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

57

Universitas Indonesia

thioredoxine yang merupakan protein ubiquitos. Thioredoxine dalam bentuk

tereduksi bekerja sebagai donor elektron dan pemakan H2O2 intraseluer. Bekerja

dengan dikatalisis oleh enzim thioredoxin-dependent peroxidases dan

peroxiredoxin. Pengukuran kadar SOD dalam penelitian ini belum bisa

membuktikan bahwa bahwa fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)

mempunyai pengaruh mengurangi terjadinya infark miokard akibat induksi

isoproterenol.

Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)

# = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol herbal (p<0,05)

Gambar 4.14 Grafik kadar SOD jantung

***/**/#

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

Kontrol

Normal

Kontrol

Herbal

Kontrol

Negatif

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

(nm

ol/

mg)

Kelompok

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 74: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

58 Universitas Indonesia

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Kandungan total fenolik dalam fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia

pendans) tidak memiliki pengaruh yang dapat mencegah terjadinya infark

miokard pada tikus putih jantan yang diinduksi isoproterenol.

b. Fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) belum terlihat

pengaruhnya untuk mengurangi kerusakan sel pada pengamatan histologi

baik pada dosis 1 (3,84 mg/kg bb), dosis 2 (7,68 mg/kg bb), dan dosis 3

(15,36 mg/kg bb).

c. Fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) belum memiliki

pengaruh yang dapat menurunkan kadar MDA. Sebaliknya, ada indikasi

dapat meningkatkan kadar MDA.

d. Fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) tidak mempunyai

pengaruh berdasarkan kadar SOD. Tidak ada korelasi antara kadar MDA

dan SOD (p>0,05).

5.2 Saran

a. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan variasi dosis yang berbeda.

b. Perlu dilakukan pengukuran kadar MDA dalam serum untuk dibandingkan

dengan hasil yang ada dalam jaringan.

c. Perlu dilakukan pengukuran enzim glutation peroksidase (GSH-Px) atau

thioredoxine untuk mengetahui aktivitas antioksidan fraksi etil asetat sarang

semut (Myrmecodia pendans) pada jantung tikus.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 75: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

59 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Aboshora, W. et al. (2014). Effect of Extraction Method and Solvent Power on

Polyphenol and Flavonoid Levels in Hyphaene Thebaica L Mart (Arecaceae)

(Doum) Fruit, and Its Antioxidant and Antibacterial Activities. Tropical

Journal of Pharmaceutical Research, 12, 2057-2063.

Acosta, D.Jr. (2008). Cardiovascular Toxicology Fourth Edition. Cincinnati:

Informa Healthcare.

Albayrak F. et al. (2009). Preventive Effect of Amiodarone During Acute Period in

Isoproterenol-Induced Myocardial Injury in Wistar Rats. Cardiovasc Toxicol,

9, 161–168.

Al-Numair, K.S., Govindasamy, C., dan Mohammed A.A. (2012). Pretreatment

With Morin, a Flavonoid, Ameliorates Adenosine Triphosphatases and

Glycoproteins in Isoproterenol-induced myocardial infarction in rats. J Nat

Med, 66, 95-101.

Ansari, N.M., Bhandari, U., dan Pillai K.K. (2006). Ethanolic Zingiber officinale

R. Extract Pretreatment Alleviates Isoproterenol-Induced Oxidative

Myocardial Necrosis in Rat. Indian Journal of Experimental Biology, 892-

897.

Bagatini, M.D. et al. (2011). Oxidative Stress Versus Antioxidant Defenses in

Patients with Acute Myocardial Infarction. Heart Vessels, 26, 55–63.

Bhandari, U., Ansari, M.N., dan Islam, F. (2008). Cardioprotective Effect of

Aqueous Extract of Embelia Ribes Burm Fruits Againts Isoproterenol-

Induced Myocardial Infarction in ALbino Rats. Indian Journal of

Experimental Biology, 46, 35-40.

Birben, E., Sahiner, U.M., Sackesen, C., Erzurum, S., dan Kalayci, O. (2012).

Oxidative stress and antioxidant defense [Review Article]. WAO Journal,

Januari.

Blatrix, R., Bouamer, S., Morand, S., dan Selosse, M-A. (2009). Ant-plant

Mutualisms Should be Viewed as Symbiotic Communities. Plant Signal

Behav, 4, 554-556.

Brown, C.T. (2005). Penyakit Aterosklerotik Koroner. dalam Patofisiologi Konsep

Klinis Proses-Proses Penyakit, 6, (1):589-599. Jakarta: EGC.

Cao, G., Sofic, E., Prior, R. L. (1996). Antioxidant capacity of tea and common

vegetables. J. Agric. Food Chem, 44, 3426- 3431.

Chattopadhyay A., Biswas, S., Bandyopadhyay, D., Sarkar, C., dan Datta, A.G.

(2002). Effect of Isoproterenol on Lipid Peroxidation and Antioxidant

Enzymes of Myocardial Tissue of Mice and Protection by Quinidine.

Molecular and Cellular Biochemistry, 245, 43-49.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 76: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

60

Universitas Indonesia

Corwin, E.J. (2009). Buku saku patofisiologi. (Nike Budhi Subekti, Penerjemah.).

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Daniel. (2010). Isolasi Senyawa Fenolik pada Fraksi Metanol-Air dari Umbi

Tumbuhan Sarang Semut (Myrmecodia tuberosa Jack). Jurnal Kimia

Mulawarman, 8, (1):152-155.

Das, T.K., Wati, M.R., dan Fatima-Shad, K. (2015). Oxidative Stress Gated by

Fenton and Haber Weiss Reactions and Its Association with Alzheimer’s

Disease. Arch Neurosci, 2, 2.

Dejean, A., Grangier, J., Leroy, C. dan Orivel, J. (2009). Predation and

Aggresiveness in Host Plant Protection: a Generalization Using Ants from

The Genus Azteca. Naturwissenschaften, 96, 57-63.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Direktorat

Jendral POM-Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta:

Direktorat Jendral POM-Depkes RI.

Dhalla NS, Elmoselhi AB, Hatac T, dan Makino N. (2000). Status of Myocardial

Antioxidants in Ischemia–Reperfusion Injury. Cardiovasc Res, 47, 446–456.

Dikshit, M., Van Oosten, M.H., de Graff, S., dan Srimal, R.C. (1992). Free Radical

Scavenger Mechanisms in Experimentally Induced Ischemia in The Rabbit

Heart and Protective Effect of Verapamil. Arch Int Pharmacodyn Ther, 318,

55–65.

Engida, A.M., Kasim, N.S., Tsigie, Y.A., Ismadji, S., Lien Huong Huynh, dan Yi-

Hsu Ju. (2013). Extraction, Identification and Quantitative HPLC Analysis of

Flavonoids from Sarang Semut (Myrmecodia pendan). Industrial Crops and

Products, 41, 392– 396.

Engida, A.M., Faika, S., Bich Thuyen Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu Ju. (2014). Analysis

of Major Antioxidants from Extracts of Myrmecodia pendans by UV/Visible

Spectrophotometer, Liquid Chromatography/Tandem Mass Spectrometry,

and High-Performance Liquid Chromatography/UV Techniques. Journal of

Food and Drug Analysis, 23, (2):303-309.

Evran, B. et al. (2014). Effects of Carnosine on Prooxidant-Antioxidant Status in

Heart tissue, Plasma, and Erythrocytes of Rats with Isoproterenol-Induced

Myocardial Infarction. Pharmacological Reports, 66, (1):81-86.

Fathiazad, F. et al. (2012). Phytochemical Screening and Evaluation of

Cardioprotective Activity of Ethanolic Extract of Ocimum basilicum L. (basil)

Againts Isoproterenol Induced Myocardial Infarction in Rats. DARU Journal

of Pharmaceutical Sciences, 20, 87.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 77: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

61

Universitas Indonesia

Fatmawati, D., Puspitasari, P.K., dan Yusuf, I. (2011). Efek Sitotoksik Ekstrak

Etanol Sarang Semut (Myrmecodia pendens) pada Sel Line Kanker Serviks

HeLa Uji Eksperimental Secara In Vitro. Sains Medika, 3 (2).

González-Teuber, M. dan Heil, M. (2010). Pseudomyrmex Ants and Acacia Host

Plants Join Efforts to Protect Their Mutualism from Microbial Threats. Plant

Signal Behav, 5, 890-892.

Heil, M., Orona-Tamayo, D., Eilmus, S., Kautz, S. dan González-Teuber, M.

(2010). Chemical Communication and Coevolution in an Ant-Plant

Mutualism. Chemoecology, 20, 63-74.

Heinrich et al. (2004). Fundamental of Pharmacognosy and Phytotherapi. Hungary:

Elsevier.

Held, P. (2010). An Introduction to Reactive Oxygen Species Measurement of ROS

in Cells. USA: Bio Tek Instruments, Inc.

Hongyun Peng et al. (2014) Simultaneous Separation of Apigenin, Luteolin and

Rosmarinic Acid from The Aerial Parts of The Copper-Tolerant Plant.

Elsholtzia splendens Environ Sci Pollut Res 21:8124–8132.

Hui Chena et al. (2011). Matrix Metalloproteinase-9 Induces Cardiac Fibroblast

Migration, Collagen and Cytokine Secretion: Inhibition by Salvianolic Acid

B from Salvia Miltiorrhiza. Phytomedicine, 19, 13-19.

Ismail, J., Runtuwene, M.R.J., Fatimah, F. (2012). Penentuan Total Fenolik dan Uji

Aktivitas Antioksidan pada Biji dan Kulit Buah Pinang Yaki (Areca vestiaria

Giseke). Jurnal Ilmiah Sains, 12, (2): 84-88.

Jebb, M. (2009). A Revision of The Ant-Plant Genus Hydnophytum (Rubiceae).

National Botanic Garden Ireland. 31 Juli, 2014.

http://www.botanicgardens.ie/herb/hydnophytum.htm.

Kasa, J.K. et al. (2014). Assessment of Indian Rosewood (Dalbergia sissoo)

Standardized Leaf Extract on Isoproterenol-Induced Myocardial Injury in

Rats. Cardiovasc Toxicol.

Khoddami, A., Wilkes, M.A., dan Roberts, T.H. (2013). Techniques for Analysis

of Plant Phenolic Compounds. Molecules, 18, 2328-2375.

Jong-Hoon Kim, Hwan Suck Chung, Antonisamy, P., Seung Ryel Lee, dan Hyunsu

Bae. (2014). Cardioprotective Effect of Rhizomes of Acorus gramineus

Against Isoproterenol-Induced Cardiac Damage in Pigs. Cardiovasc Toxicol,

14, 183-192.

Joukar, S., Najafipour, H., Mizaeipour, F., Nasri, H., Ahmadi, M.Y.H, dan

Badindolo, M. (2013). Modulatory Effect of Semelil (AngiparsTM) on

Isoproterenol Induced Cardiac Injury. EXCLI Journal, 12, 122-129.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 78: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

62

Universitas Indonesia

Kumar, V., Abbas A.K., Fausto, N., Aster, J.C., dan Hauth, J.C. (2013). Robbins

and Cotran Pathologic Basic of Disease. Eight edition. Cellular

Adaptations,Cell Injury, and Cell Death, 1, 16-18.

Kyu Hee Lim, Dukhwan Ko, dan Jong-Hoon Kim. (2013). Cardioprotective

Potential of Korean Red Ginseng Extract on Isoproterenol-Induced Cardiac

Injury in Rats. J Ginseng Res, 37, (3):273-282.

Lei Jing et al. (2014). Cardioprotective Effect of Hydrogen-rich Saline on

Isoproterenol-induced Myocardial Infarction in Rats. Heart, Lung and

Circulation xx, 1-9.

Lok, A.F.S.L. dan Tan, H.T.W. (2009). Tuberous, Piphytic, Rubiaceous

Myrmecophytes of Singapore. Nature in Singapore, 2, 231-236.

Manoi dan Ferry. (2008). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri,

14, (1):26-30.

Meeran, M.F.N, Ponnian, S.M.P., Basha, R.H. (2012). Preventive Effects of N-

acetyl Cysteine on Lipids, Lipoproteins and Myocardial Infarct Size in

Isoproterenol Induced Myocardial Infarcted Rats: An in vivo and in vitro

Study. European Journal of Pharmacology, 677, 116-122.

Menville-Bourg, F.J. (2005). Superoxide Dismutase (SOD), a Powerful

Antioxidant, is Now Available Orally. Phytothérapie, 3, 1-4.

Minarcik, J. (2007). Histopathology heart - myocardial infarct, acute. Youtube. 15

Agustus, 2015. http://www.youtube.com/watch?v=Cg2ZSaVOHsg.

Miwa, S., Muller F.L., dan Beckman K.B. (2008). The Basics of Oxidative

Biochemistry, Oxidative Stress in Aging from Model Systems to Human

Diseases. Humana Press.

Murakami, K., Haneda, M., Shanlou Qiao, Naruse, M., dan Yoshino, M. (2007).

Prooxidant Action of Rosmarinic Acid: Transition Metal-Dependent

Generation of Reactive Oxygen Species. Toxicology in Vitro, 21, 613-617.

Panda, S. dan Kar, A. (2014). Combined Effects of Vincristine and Quercetin in

Reducing Isoproterenol-Induced Cardiac Necrosis in Rats. Cardiovasc

Toxicol.

Park, A.M. et al. (2007). Effects of Intermittent Hypoxia on Oxidative Stress-

Induced Myocardial Damage in Mice. Journal of Applied Physiology, 102,

(5):1806-1814.

Patel, V., Upaganlawar, A., Zalawadia, R., dan Balaraman, R. (2010).

Cardioprtective Effect of Melatonin Against Isoproterenol Induced

Myocardial Infraction in Rat : A Biochemical, Electrocardiographic and

Histoarthitectural Evaluation. Eropean Journal of Pharmacology, 160.

Patil, N. et al. (2007). Antioxidant Status in Patients with Acute Myocardial

Infarction. Indian Journal of Clinical Biochemistry, 22, (1):45-51.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 79: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

63

Universitas Indonesia

Peckham, M. (2003). What is H&E?. 10 Agustus, 2014. University of Leeds,

Faculty of Biological Sciences. http://histology.leeds.ac.uk/what-is-

histology/H_and_E.php.

Plummer, N. (2000). Cultivation of The Epiphytic Ant-Plants Hydnophytum and

Myrmecodia. Cactus and Succulent Journal, 72, 142-147.

Pogula, B.K. et al. 2012. Morin Protects Heart from Beta-Adrenergic-Stimulated

Myocardial Infarction: an Electrocardiographic, Biochemical, and

Histological Study in Rats. J Physiol Biochem, 68, 433-446.

Pourmorad, F., Hosseinimehr, S.J., Shahabimajd, N. (2006). Antioxidant Activity,

phenol and Flavonoid Contents of Some Selected Iranian Medicinal plants.

African Journal of Biotecnology, 5, (11):1142-1145.

Ramadan, G., EL-Beih, N.M., Arafa, N.M.S., dan Zahra, M.M. (2013). Preventive

Effects of Egyptian Sweet Marjoram (Origanum majorana L.) Leaves on

Haematological Changes and Cardiotoxicity in Isoproterenol-Treated Albino

Rats. Cardiovasc Toxicol, 13, 100-109.

Sadikin. (2008). Radikal bebas harus dikendalikan. Media Indonesia, 17, 1-5.

Sahu, B.D. et al. (2012). Carnosic Acid Promotes Myocardial Antioxidant

Response and Prevents Isoproterenol-Induced Myocardial Oxidative Stress

and Apoptosis in Mice. Mol Cell Biochem.

Sanjaya, R.E., Tedjo, Y.Y., Kurniawan, A., Yi-Hsu Ju, Ayucitra, A., dan Ismadji,

S. (2014). Investigation on Supercritical CO2 Extraction of Phenolic-

phytochemicals from an Epiphytic Plant Tuber (Myrmecodia pendans).

Journal of CO2 Utilization, 6, 26-33.

Sarker, S.D., Latif, Z., dan Gray, A.I. (2006). Natural Products Isolation (Second

Edition). Totowa, New Jersey: Humana Press Inc.

Saw, J. dan Moliterno, D.J. (2005). Differences between Unstable Angina and

Acute Myocardial Infarction: Pathophysiological and Clinical Spectrum. In

Eric J. Topol (Ed). Acute Coronary Syndromes, 3, 129-155. New York:

Marcel Dekker.

Sharma, M., Ksihore, K., Gupta, S.K., Joshi, S., dan Arya, D.S. (2001).

Cardioprotective Potential of Ocimum sanctum in Isoproterenol Induced

Myocardial Infarction in Rats. Molecular and Cellular Biochemistry, 225, 75-

83.

Smith, C., Marks, A.D., Liberman, M. (1992). Oxygen Toxicity and Free Radical

Injury. Dalam Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach. 2nd Edition

(p 439-456). United States of America: Lippincott Williams and Wilkins.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 80: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

64

Universitas Indonesia

Soeksmanto, A., Simanjuntak, P., dan Subroto, M.A. (2010). Uji Toksisitas Akut

Ekstrak Air Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Terhadap

Histologi Organ Hati Mencit. Jurnal Natur Indonesia, 12, (2):152-155.

Sugamura, K. dan Keaney, JF.Jr. (2011). Reactive oxygen species in cardiovascular

disease. Free Radic Biol Med, 51, (5):978-992.

Subroto, M.H., & H. Saputro. (2006). Gempur Penyakit dengan Sarang Semut.

Jakarta: Swadaya.

Sze Man Wong et al. (2011). Myocardial Post-conditioning with Danshen-Gegen

Decoction Protects Against Isoproterenolinduced Myocardial Injury via a

PKCε/mKATP Mediated Pathway in Rats. Chinese Medicine, 6, 7.

http://www.cmjournal.org/content/6/1/7.

Upaganlawar, A., Gandhi, G., dan R. Balaraman. (2011). Isoproterenol Induced

Myocardial Infarction: Protective Role of Natural Products. Journal of

Pharmacology and Toxicology, 6, (1):1-17.

van Deel, E.D. et al. (2008). Extracellular Superoxide Dismutase Protects The Heart

Against Oxidative Stress and Hypertrophy After Myocardial Infarction. Free

Radical Biology & Medicine, 44, 1305-1313.

Wheeldon L.W., Schumert, Z., dan Turner, D.A. (2015). Lipid Composition of

Heart Muscle Homogenate. Journal of Lipid Research, 6.

Winarsi, H., Hernayanti, P.A., dan Sukanto. (2006). Profil dan Status Antioksidan

Wanita Penderita Candidiasis di Purwokerto. M Med Indones, 41, 108-112.

Yanhui Wang et al. (2011). Matrix Metalloproteinase-9 Induces Cardiac Fibroblast

Migration, Collagen and Cytokine Secretion: Inhibition by Salvianolic Acid

B from Salvia miltiorrhiza. Phytomedicine, 19, 13-19.

Xiao-Ming Gao et al. (2010). Infarct Size and Post-Infarct Inflammation Determine

The Risk of Cardiac Rupture in Mice. International Journal of Cardiology,

143, 20-28.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 81: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

LAMPIRAN

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 82: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

65

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Hasil determinasi tumbuhan

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 83: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

66

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Hasil keterangan lolos kaji etik

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 84: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

67

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Diagram alir penelitian

Serbuk sarang semut (Myrmecodia pendans)

Ekstraksi (etanol:air)

80% Ekstrak kering

Partisi n-heksan (7:1)

Fraksi n-heksan Lapisan air

Fraksi etil asetat

Partisi etil asetat (1:3)

Fraksi air

Penentuan dosis

Uji Total Fenolik

Uji Total Flavonoid

Perlakuan ke tikus

Pengukuran berat

badan tikus

Pengambilan jantung

Pengukuran diameter infark

Pengukuran diameter otot jantung

Pengamatan histologi

Pembuatan homogenat jantung

Pengukuran

MDA dan SOD

Persen kerusakan

Jumlah sel yang rusak

Jenis-jenis sel yang rusak

Analisis data

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 85: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

68

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Data total fenolik dan total flavonoid

Tabel Total Fenolik Sarang semut (Myrmecodia pendans)

Sampel A1 A2 A3 A

Rata-rata Total Fenolik

GAE (g/kg)

Fraksi etil 0,456 0,455 0,455 0,4556 558,08

Tabel Total Flavonoid Sarang semut (Myrmecodia pendans)

Sampel A1 A2 A3 A

Rata-rata

Total Flavonoid

QE (mg/g)

Fraksi etil 0,193 0,193 0,193 0,193 14,23

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 86: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

69

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Perhitungan dosis

Total fenolik basil (Ocimum basilicum L.) 5,36% (Fathiazad et al., 2013). Dosis

yang digunakan 10 mg/kg bb, 20 mg/kg bb, dan 40 mg/kg bb. Total fenolik sarang

semut (Myrmecodia pendans) 55,8%.

Konversi dosis

5,36% x 10 mg/ kg bb = 0,96 mg/kg bb

55,8%

5,36% x 20 mg/kg bb = 1,92 mg/kg bb

55,8%

5,36% x 40 mg/kg bb = 3,84 mg/kg bb

55,8%

Dosis yang dipilih adalah dosis yang paling besar (3,84 mg/kg bb). Lalu, dua dosis

lainnya merupakan 2x lipat dan 4x lipat dari dosis 3,84 mg/kg bb, yaitu: 7,68 mg/kg

bb dan 15,36 mg/kg bb.

Jadi dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3,84 mg/kg bb, 7,68 mg/kg

bb, dan 15,36 mg/kg bb.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 87: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

70

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Skema kerja uji in vivo sarang semut (Myrmecodia pendans)

#3 30

hari

Hari ke-31

Dan

Hari ke-32

Hewan coba (tikus Sprague dawley)

n = 36 ekor

Kontrol

normal

Kontrol

herbal

Dosis 3 (15,36 mg/kg bb)

Kontrol

negatif

Dosis 1 (3,84 mg/kg bb)

Dosis 2 (7,68 mg/kg bb)

Induksi CMC

0,5% 2 mL

Induksi suspensi sarang semut

(sesuai dosis)

Induksi NaCl 0,9%

1 ml

Isoproterenol 85

mg/kg bb per hari

Tikus dibunuh dan diambil

jantungnya

Pemeriksaan

Histologi

Pengukuran

Penanda biokimiawi

Pengolahan data statistika

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 88: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

71

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Data berat badan tikus

No Kelompok Berat Badan

(gram)

1 Kontrol Normal 198

2 Kontrol Normal 233

3 Kontrol Normal 200

4 Kontrol Herbal 248

5 Kontrol Herbal 240

6 Kontrol Herbal 230

7 Kontrol Negatif 199

8 Kontrol Negatif 220

9 Kontrol Negatif 216

10 Dosis 1 222

11 Dosis 1 247

12 Dosis 1 190

13 Dosis 2 204

14 Dosis 2 219

15 Dosis 2 184

16 Dosis 3 210

17 Dosis 3 228

18 Dosis 3 209

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 89: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

72

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Uji statistika berat badan tikus

a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Tujuan: mengetahui apakah data berat badan pada tiap kelompok terdistribusi

normal atau tidak.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi normal

H1 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi tidak norm

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Tests of Normality

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

DataBerat

Badan

Normal .793 3 .097

Herbal .996 3 .878

Negatif .887 3 .344

Dosis 1 .995 3 .865

Dosis 2 .993 3 .843

Dosis 3 .789 3 .089

a. Lilliefors Significance Correction

Interpretasi hasil: uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai probabilitas

p > 0,05 maka disimpulkan bahwa data berat badan terdistribusi normal.

b. Uji homogenitas Varians Levene

Tujuan: mengetahui homogenitas varians dari data berat badan hewan uji.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi homogen

H1 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi tidak homogen

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 90: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

73

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Interpretasi hasil: uji homogenitas varians menghasilkan nilai probabilitas p >

0,05 maka disimpulkan bahwa data pada tiap kelompok mempunyai varians

yang homogen.

c. Uji One-way ANOVA

Tujuan: mengetahui ada tidaNegatifa perbedaan berat badan antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermaNegatifa

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

ANOVA

DataBeratBadan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2382.500 5 476.500 1.561 .244

Within Groups 3662.000 12 305.167

Total 6044.500 17

Interpretasi hasil: data berat badan untuk setiap kelompok tidak ada perbedaan

bermakna.

Test of Homogeneity of Variances

DataBeratBadan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.137 5 12 .393

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 91: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

74

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Data berat jantung tikus

No Kelompok Berat Jantung

(gram)

1 Kontrol Normal 0.63

2 Kontrol Normal 0.65

3 Kontrol Normal 0.53

4 Kontrol Herbal 0.71

5 Kontrol Herbal 0.72

6 Kontrol Herbal 0.74

7 Kontrol Negatif 0.90

8 Kontrol Negatif 1.01

9 Kontrol Negatif 0.92

10 Dosis 1 0.91

11 Dosis 1 1.05

12 Dosis 1 0.87

13 Dosis 2 0.80

14 Dosis 2 0.98

15 Dosis 2 0.88

16 Dosis 3 0.67

17 Dosis 3 0.87

18 Dosis 3 0.99

Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap berat jantung

tikus

Kelompok Berat Jantung

(gram)

Kontrol Normal 0,6±0,06

Kontrol Herbal 0,72±0,02*

Kontrol Negatif 0,94±0,06**

Dosis 1 0,94±0,09**

Dosis 2 0,89±0,09**

Dosis 3 0,84±0,16**

Keterangan:

* =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif

**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 92: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

75

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Uji statistika berat jantung tikus

a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Tujuan: mengetahui apakah data berat jantung pada tiap kelompok terdistribusi

normal atau tidak.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi normal

H1 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi tidak normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Interpretasi hasil: uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai probabilitas

p > 0,05 maka disimpulkan bahwa data berat jantung terdistribusi normal.

b. Uji homogenitas Varians Levene

Tujuan: mengetahui homogenitas varians dari data berat jantung hewan uji

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi homogen

H1 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi tidak homogen

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Test of Homogeneity of Variances

BeratJantung

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.980 5 12 .154

Tests of Normality

Kelompo

k

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

BeratJantung Normal .871 3 .298

Herbal .964 3 .637

Negatif .881 3 .328

Dosis 1 .907 3 .407

Dosis 2 .996 3 .878

Dosis 3 .980 3 .726

a. Lilliefors Significance Correction

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 93: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

76

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Interpretasi hasil: uji homogenitas varians menghasilkan nilai probabilitas p >

0,05 maka disimpulkan bahwa data pada tiap kelompok mempunyai varians

yang homogen.

c. Uji One-way ANOVA

Tujuan: mengetahui ada tidaNegatifa perbedaan berat jantung antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermaNegatifa

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Interpretasi hasil: data berat jantung untuk setiap kelompok ada perbedaan

bermakna.

d. Analisis Post-Hoc

Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan

bermaNegatifa.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa.

H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermaNegatifa.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

ANOVA

BeratJantung

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .275 5 .055 6.467 .004

Within Groups .102 12 .008

Total .377 17

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 94: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

77

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Multiple Comparisons

BeratJantung

LSD

(I)

Kelompok

(J)

Kelompok

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Normal Herbal -.12000 .07528 .137 -.2840 .0440

Negatif -.34000* .07528 .001 -.5040 -.1760

Dosis 1 -.34000* .07528 .001 -.5040 -.1760

Dosis 2 -.28333* .07528 .003 -.4473 -.1193

Dosis 3 -.24000* .07528 .008 -.4040 -.0760

Herbal Normal .12000 .07528 .137 -.0440 .2840

Negatif -.22000* .07528 .013 -.3840 -.0560

Dosis 1 -.22000* .07528 .013 -.3840 -.0560

Dosis 2 -.16333 .07528 .051 -.3273 .0007

Dosis 3 -.12000 .07528 .137 -.2840 .0440

Negatif Normal .34000* .07528 .001 .1760 .5040

Herbal .22000* .07528 .013 .0560 .3840

Dosis 1 .00000 .07528 1.000 -.1640 .1640

Dosis 2 .05667 .07528 .466 -.1073 .2207

Dosis 3 .10000 .07528 .209 -.0640 .2640

Dosis 1 Normal .34000* .07528 .001 .1760 .5040

Herbal .22000* .07528 .013 .0560 .3840

Negatif .00000 .07528 1.000 -.1640 .1640

Dosis 2 .05667 .07528 .466 -.1073 .2207

Dosis 3 .10000 .07528 .209 -.0640 .2640

Dosis 2 Normal .28333* .07528 .003 .1193 .4473

Herbal .16333 .07528 .051 -.0007 .3273

Negatif -.05667 .07528 .466 -.2207 .1073

Dosis 1 -.05667 .07528 .466 -.2207 .1073

Dosis 3 .04333 .07528 .575 -.1207 .2073

Dosis 3 Normal .24000* .07528 .008 .0760 .4040

Herbal .12000 .07528 .137 -.0440 .2840

Negatif -.10000 .07528 .209 -.2640 .0640

Dosis 1 -.10000 .07528 .209 -.2640 .0640

Dosis 2 -.04333 .07528 .575 -.2073 .1207

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Interpretasi hasil:

Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua kelompok

tersebut berbeda secara bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 95: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

78

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Data rasio berat jantung/berat badan tikus

Dikali 100 dari hasil yang sebenarnya.

No Kelompok Rasio Berat Jantung/

Berat Badan

1 Kontrol Normal 0.3

2 Kontrol Normal 0.3

3 Kontrol Normal 0.3

4 Kontrol Herbal 0.3

5 Kontrol Herbal 0.3

6 Kontrol Herbal 0.3

7 Kontrol Negatif 0.5

8 Kontrol Negatif 0.5

9 Kontrol Negatif 0.4

10 Dosis 1 0.5

11 Dosis 1 0.4

12 Dosis 1 0.4

13 Dosis 2 0.5

14 Dosis 2 0.4

15 Dosis 2 0.4

16 Dosis 3 0.5

17 Dosis 3 0.3

18 Dosis 3 0.4

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 96: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

79

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Uji statistika rasio berat jantung/berat badan tikus

a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Tujuan: mengetahui apakah data rasio berat jantung/berat badan pada tiap

kelompok terdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi normal

H1 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi tidak normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Tests of Normality

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Rasio Normal .930 3 .489

Herbal .983 3 .752

Negatif .897 3 .375

Dosis 1 .957 3 .601

Dosis 2 .974 3 .688

Dosis 3 .988 3 .790

a. Lilliefors Significance Correction

Interpretasi hasil: uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai probabilitas

p > 0,05 maka disimpulkan bahwa data rasio berat jantung/berat badan

terdistribusi normal.

.

b. Uji homogenitas Varians Levene

Tujuan: mengetahui homogenitas varians dari data rasio berat jantung/berat

badan hewan uji

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi homogen

H1 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi tidak homogen

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 97: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

80

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Test of Homogeneity of Variances

Rasio

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.993 5 12 .152

Interpretasi hasil: uji homogenitas varians menghasilkan nilai probabilitas p >

0,05 maka disimpulkan bahwa data pada tiap kelompok mempunyai varians

yang homogen.

c. Uji One-way ANOVA

Tujuan: mengetahui ada tidaNegatifa perbedaan rasio berat jantung/berat

badan antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermaNegatifa

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

ANOVA

Rasio

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .000 5 .000 9.079 .001

Within Groups .000 12 .000

Total .000 17

Interpretasi hasil: data rasio berat jantung/berat badan untuk setiap kelompok ada perbedaan bermakna.

d. Analisis Post-Hoc

Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan

bermaNegatifa.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa.

H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermaNegatifa.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 98: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

81

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Multiple Comparisons

Rasio

LSD

(I)

Kelompo

k

(J)

Kelompo

k

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Normal Herbal -.00015293 .00033237 .654 -.0008771 .0005713

Negatif -.00158375* .00033237 .000 -.0023079 -.0008596

Dosis 1 -.00143585* .00033237 .001 -.0021600 -.0007117

Dosis 2 -.00151918* .00033237 .001 -.0022434 -.0007950

Dosis 3 -.00104053* .00033237 .009 -.0017647 -.0003163

Herbal Normal .00015293 .00033237 .654 -.0005713 .0008771

Negatif -.00143083* .00033237 .001 -.0021550 -.0007066

Dosis 1 -.00128292* .00033237 .002 -.0020071 -.0005587

Dosis 2 -.00136626* .00033237 .001 -.0020904 -.0006421

Dosis 3 -.00088760* .00033237 .020 -.0016118 -.0001634

Negatif Normal .00158375* .00033237 .000 .0008596 .0023079

Herbal .00143083* .00033237 .001 .0007066 .0021550

Dosis 1 .00014791 .00033237 .664 -.0005763 .0008721

Dosis 2 .00006457 .00033237 .849 -.0006596 .0007888

Dosis 3 .00054322 .00033237 .128 -.0001810 .0012674

Dosis 1 Normal .00143585* .00033237 .001 .0007117 .0021600

Herbal .00128292* .00033237 .002 .0005587 .0020071

Negatif -.00014791 .00033237 .664 -.0008721 .0005763

Dosis 2 -.00008334 .00033237 .806 -.0008075 .0006408

Dosis 3 .00039532 .00033237 .257 -.0003289 .0011195

Dosis 2 Normal .00151918* .00033237 .001 .0007950 .0022434

Herbal .00136626* .00033237 .001 .0006421 .0020904

Negatif -.00006457 .00033237 .849 -.0007888 .0006596

Dosis 1 .00008334 .00033237 .806 -.0006408 .0008075

Dosis 3 .00047865 .00033237 .175 -.0002455 .0012028

Dosis 3 Normal .00104053* .00033237 .009 .0003163 .0017647

Herbal .00088760* .00033237 .020 .0001634 .0016118

Negatif -.00054322 .00033237 .128 -.0012674 .0001810

Dosis 1 -.00039532 .00033237 .257 -.0011195 .0003289

Dosis 2 -.00047865 .00033237 .175 -.0012028 .0002455

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Interpretasi hasil:

Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua kelompok

tersebut berbeda secara bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 99: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

82

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Data diameter infark jantung

No Kelompok Diameter Infark

(cm)

1 Kontrol Normal 0.00

2 Kontrol Normal 0.00

3 Kontrol Normal 0.00

4 Kontrol Herbal 0.00

5 Kontrol Herbal 0.00

6 Kontrol Herbal 0.00

7 Kontrol Negatif 0.30

8 Kontrol Negatif 0.60

9 Kontrol Negatif 0.35

10 Dosis 1 0.30

11 Dosis 1 0.20

12 Dosis 1 0.25

13 Dosis 2 0.20

14 Dosis 2 0.00

15 Dosis 2 0.20

16 Dosis 3 0.25

17 Dosis 3 0.35

18 Dosis 3 0.40

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 100: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

83

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Uji statistika diameter infark jantung

a. Uji Kruskal-Wallis

Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan diameter infark antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Interpretasi hasil: data diameter infark untuk setiap kelompok ada perbedaan

bermakna.

b. Uji Mann-Whitney

Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.

H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)

Normal Negatif 0.037*

Normal Dosis 1 0.037*

Normal Dosis 2 0.114

Normal Dosis 3 0.037*

Negatif Herbal 0.037*

Negatif Dosis 1 0.077

Negatif Dosis 2 0.046*

Negatif Dosis 3 0.658

Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada

kedua kelompok tersebut berbeda secara bermakna.

Test Statisticsa,b

DiameterInfark

Chi-Square 15.005

df 5

Asymp. Sig. .010

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 101: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

84

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Data diameter otot jantung

No Kelompok Diameter Otot

Jantung (cm)

1 Kontrol Normal 0.10

2 Kontrol Normal 0.00

3 Kontrol Normal 0.10

4 Kontrol Herbal 0.10

5 Kontrol Herbal 0.10

6 Kontrol Herbal 0.10

7 Kontrol Negatif 0.20

8 Kontrol Negatif 0.10

9 Kontrol Negatif 0.10

10 Dosis 1 0.10

11 Dosis 1 0.10

12 Dosis 1 0.10

13 Dosis 2 0.10

14 Dosis 2 0.10

15 Dosis 2 0.10

16 Dosis 3 0.00

17 Dosis 3 0.15

18 Dosis 3 0.10

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 102: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

85

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Uji statistika diameter otot jantung

a. Uji Kruskal-Wallis

Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan diameter otot jantung antar

kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Test Statisticsa,b

DiameterOtot

Chi-Square 3.016

df 5

Asymp. Sig. .698

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

Interpretasi hasil: data diameter otot jantung untuk setiap kelompok tidak ada

perbedaan bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 103: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

86

Universitas Indonesia

Lampiran 17. Data persentase kerusakan

No Kelompok Persentase Kerusakan

(sel)

1 Kontrol Normal 2.00

2 Kontrol Normal 3.00

3 KontrolNormal 2.00

4 Kontrol Herbal 10.00

5 Kontrol Herbal 15.00

6 Kontrol Herbal 5.01

7 Kontrol Negatif 41.81

8 Kontrol Negatif 51.05

9 Kontrol Negatif 16.61

10 Dosis 1 62.50

11 Dosis 1 46.72

12 Dosis 1 70.69

13 Dosis 2 21.94

14 Dosis 2 17.50

15 Dosis 2 12.12

16 Dosis 3 26.41

17 Dosis 3 21.28

18 Dosis 3 24.11

Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap persen

kerusakan

Kelompok Persentase

Kerusakan (%)

Kontrol Normal 2.33±0.58

Kontrol Herbal 10±5*/**

Kontrol Negatif 36.49±17.83**

Dosis 1 59.97±12.18**

Dosis 2 17.19±4.92**

Dosis 3 23.93±2.57**

Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif

**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 104: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

87

Universitas Indonesia

Lampiran 18. Uji statistika persentase kerusakan

a. Uji Kruskal-Wallis

Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan persen kerusakan antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Test Statisticsb

PersenKerusakan

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -1.993

Asymp. Sig. (2-tailed) .046

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Interpretasi hasil: data persen kerusakan untuk setiap kelompok ada perbedaan

bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 105: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

88

Universitas Indonesia

(lanjutan)

b. Uji Mann-Whitney

Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.

H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)

Normal Negatif 0.046*

Normal Herbal 0.046*

Normal Dosis 1 0.046*

Normal Dosis 2 0.046*

Normal Dosis 3 0.046*

Herbal Dosis 1 0.050

Herbal Dosis 2 0.127

Herbal Dosis 3 0.050

Negatif Herbal 0.050

Negatif Dosis 1 0.127

Negatif Dosis 2 0.275

Negatif Dosis 3 0.513

Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada

kedua kelompok tersebut berbeda secara bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 106: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

89

Universitas Indonesia

Lampiran 19. Data jumlah sel rusak

No Kelompok Jumlah Sel yang Rusak

(sel)

1 Kontrol Normal 44.00

2 Kontrol Normal 35.00

3 Kontrol Normal 48.00

4 Kontrol Herbal 69.00

5 Kontrol Herbal 58.00

6 Kontrol Herbal 102.00

7 Kontrol Negatif 189.00

8 Kontrol Negatif 257.00

9 Kontrol Negatif 204.00

10 Dosis 1 211.00

11 Dosis 1 198.00

12 Dosis 1 279.00

13 Dosis 2 123.00

14 Dosis 2 182.00

15 Dosis 2 152.00

16 Dosis 3 167.00

17 Dosis 3 157.00

18 Dosis 3 126.00

Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap jumlah sel

yang rusak dan tingkat kerusakan (grade)

Kelompok Jumlah Sel Rusak

(sel)

Grade

Kontrol Normal 42.33±6.66 Grade 1

Kontrol Herbal 76.33±22.9* Grade 1

Kontrol Negatif 216.67±35.73**/# Grade 2

Dosis 1 229.33±43.5**/# Grade 3

Dosis 2 152.33±29.5**/# Grade 2

Dosis 3 150±21.38**/# Grade 2

Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif

**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal

# =berbeda bermakna dibandingkan kelompok sham

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 107: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

90

Universitas Indonesia

Lampiran 20. Uji statistika jumlah sel rusak

a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Tujuan: mengetahui apakah data jumlah sel rusak pada tiap kelompok

terdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi normal

H1 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi tidak normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Tests of Normality

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

JumlahSelyangRusak Normal .953 3 .583

Herbal .923 3 .463

Negatif .906 3 .404

Dosis 1 .867 3 .286

Dosis 2 1.000 3 .981

Dosis 3 .920 3 .451

a. Lilliefors Significance Correction

Interpretasi hasil: uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai probabilitas

p > 0,05 maka disimpulkan bahwa data berat badan terdistribusi normal.

b. Uji homogenitas Varians Levene

Tujuan: mengetahui homogenitas varians dari data hewan uji

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi homogen

H1 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi tidak homogen

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Test of Homogeneity of Variances

JumlahSelRusak

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.907 5 12 .167

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 108: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

91

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Interpretasi hasil: uji homogenitas varians menghasilkan nilai probabilitas p >

0,05 maka disimpulkan bahwa data pada tiap kelompok mempunyai varians

yang homogen.

c. Uji One-way ANOVA

Tujuan: mengetahui ada tidaNegatifa perbedaan jumlah sel rusak antar

kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermaNegatifa

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

ANOVA

JumlahSelRusak

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 82743.167 5 16548.633 19.605 .000

Within Groups 10129.333 12 844.111

Total 92872.500 17

Interpretasi hasil: data jumlah sel rusak untuk setiap kelompok ada perbedaan

bermakna.

d. Analisis Post-Hoc

Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan

bermaNegatifa.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa.

H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermaNegatifa.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 109: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

92

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Multiple Comparisons

JumlahSelRusak

LSD

(I)

Kelompo

k

(J)

Kelompo

k

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Normal Herbal -34.00000 23.72216 .177 -85.6861 17.6861

Negatif -174.33333* 23.72216 .000 -226.0195 -122.6472

Dosis 1 -187.00000* 23.72216 .000 -238.6861 -135.3139

Dosis 2 -110.00000* 23.72216 .001 -161.6861 -58.3139

Dosis 3 -107.66667* 23.72216 .001 -159.3528 -55.9805

Herbal Normal 34.00000 23.72216 .177 -17.6861 85.6861

Negatif -140.33333* 23.72216 .000 -192.0195 -88.6472

Dosis 1 -153.00000* 23.72216 .000 -204.6861 -101.3139

Dosis 2 -76.00000* 23.72216 .008 -127.6861 -24.3139

Dosis 3 -73.66667* 23.72216 .009 -125.3528 -21.9805

Negatif Normal 174.33333* 23.72216 .000 122.6472 226.0195

Herbal 140.33333* 23.72216 .000 88.6472 192.0195

Dosis 1 -12.66667 23.72216 .603 -64.3528 39.0195

Dosis 2 64.33333* 23.72216 .019 12.6472 116.0195

Dosis 3 66.66667* 23.72216 .016 14.9805 118.3528

Dosis 1 Normal 187.00000* 23.72216 .000 135.3139 238.6861

Herbal 153.00000* 23.72216 .000 101.3139 204.6861

Negatif 12.66667 23.72216 .603 -39.0195 64.3528

Dosis 2 77.00000* 23.72216 .007 25.3139 128.6861

Dosis 3 79.33333* 23.72216 .006 27.6472 131.0195

Dosis 2 Normal 110.00000* 23.72216 .001 58.3139 161.6861

Herbal 76.00000* 23.72216 .008 24.3139 127.6861

Negatif -64.33333* 23.72216 .019 -116.0195 -12.6472

Dosis 1 -77.00000* 23.72216 .007 -128.6861 -25.3139

Dosis 3 2.33333 23.72216 .923 -49.3528 54.0195

Dosis 3 Normal 107.66667* 23.72216 .001 55.9805 159.3528

Herbal 73.66667* 23.72216 .009 21.9805 125.3528

Negatif -66.66667* 23.72216 .016 -118.3528 -14.9805

Dosis 1 -79.33333* 23.72216 .006 -131.0195 -27.6472

Dosis 2 -2.33333 23.72216 .923 -54.0195 49.3528

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Interpretasi hasil:

Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua kelompok

tersebut berbeda secara bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 110: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

93

Universitas Indonesia

Lampiran 21. Data jenis-jenis kerusakan sel otot jantung

No Kelompok Kerusakan

miokardial

(sel)

Edema

(sel)

Infiltrasi

neutrofil

(sel)

Vaskulerisasi

(sel)

Fibroblas

(sel)

1 Normal 9 0 5 9 21

2 Normal 4 0 4 2 25

3 Normal 22 0 1 0 25

Rata-rata 11 0 3 sel 3 sel 23 sel

4 Herbal 22 0 0 8 39

5 Herbal 4 0 0 3 51

6 Herbal 7 5 0 0 90

Rata-rata 11 sel 1 sel 0 3 sel 60 sel

7 Negatif 4 43 92 0 50

8 Negatif 0 12 156 0 89

9 Negatif 0 27 110 2 65

Rata-rata 1,33 27 sel 119 sel 0 68 sel

10 Dosis_1 1 17 70 0 123

11 Dosis_1 1 40 41 0 116

12 Dosis_1 0 31 107 0 141

Rata-rata 0,67 29 sel 72 sel 0 126 sel

13 Dosis_2 10 25 23 0 65

14 Dosis_2 16 29 22 3 112

15 Dosis_2 13 44 19 0 76

Rata-rata 13 sel 32 sel 21 sel 1 sel 84 sel

16 Dosis_3 3 16 33 0 115

17 Dosis_3 17 44 36 0 60

18 Dosis_3 3 15 34 2 72

Rata-rata 7,67 25 sel 34 sel 0 82 sel

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 111: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

94

Universitas Indonesia

Lampiran 22. Uji statistika jenis-jenis kerusakan sel otot jantung

a. Kerusakan Miokardial

Uji Kruskal-Wallis

Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah kerusakan miokardial antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Test Statisticsa,b

Kerusakan_Miokardial

Chi-Square 7.933

df 5

Asymp. Sig. .160

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

Interpretasi hasil: data kerusakan miokardial untuk setiap kelompok tidak ada perbedaan

bermakna.

b. Edema

Uji Kruskal-Wallis

Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah edema antar kelompok.

Hipotesis: H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Test Statisticsa,b

Edema

Chi-Square 13.862

df 5

Asymp. Sig. .017

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 112: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

95

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Interpretasi hasil: data edema untuk setiap kelompok ada perbedaan bermakna.

Uji Mann-Whitney

Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.

H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)

Normal Negatif 0,025*

Normal Dosis 1 0,025*

Normal Dosis 2 0,025*

Normal Dosis 3 0,025*

Normal Herbal 0,317

Negatif Herbal 0,114

Negatif Dosis 1 1

Negatif Dosis 2 1

Negatif Dosis 3 1

Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua

kelompok tersebut berbeda secara bermakna.

c. Infiltrasi neutrofil

Uji Kruskal-Wallis

Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah infiltrasi neutrofil antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 113: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

96

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Test Statisticsa,b

Infiltrasi

Chi-Square 15.190

df 5

Asymp. Sig. .010

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

Interpretasi hasil: data infiltrasi neutrofil untuk setiap kelompok ada perbedaan bermakna.

Uji Mann-Whitney

Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.

H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)

Normal Negatif 0,034

Normal Dosis 1 0,121

Normal Dosis 2 1

Normal Dosis 3 1

Normal Herbal 0,025*

Negatif Herbal 0.034*

Negatif Dosis 1 0,346

Negatif Dosis 2 0,034*

Negatif Dosis 3 0,034*

Herbal Dosis 1 0,037*

Herbal Dosis 2 0,025*

Herbal Dosis 3 0,025*

Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua

kelompok tersebut berbeda secara bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 114: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

97

Universitas Indonesia

(lanjutan)

d. Vaskulerisasi

Uji Kruskal-Wallis

Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah vaskulerisasi antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Interpretasi hasil: data infiltrasi untuk setiap kelompok tidak ada perbedaan bermakna.

e. Fibroblas

Uji Kruskal-Wallis

Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah fibroblas antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Test Statisticsa,b

Fibroblas

Chi-Square 12.467

df 5

Asymp. Sig. .029

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

Test Statisticsa,b

Vaskulerisasi

Chi-Square 3.753

df 5

Asymp. Sig. .585

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 115: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

98

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Interpretasi hasil: data infiltrasi untuk setiap kelompok ada perbedaan bermakna.

Uji Mann-Whitney

Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.

H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)

Normal Negatif 0,114

Normal Dosis 1 0,025*

Normal Dosis 2 0,034*

Normal Dosis 3 0,034*

Normal Herbal 0,114

Negatif Herbal 1

Negatif Dosis 1 0,034*

Negatif Dosis 2 0,197

Negatif Dosis 3 0,197

Herbal Dosis 1 0,034*

Herbal Dosis 2 0,197

Herbal Dosis 3 0,197

Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua

kelompok tersebut berbeda secara bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 116: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

99

Universitas Indonesia

Lampiran 23. Data MDA

No Kelompok MDA

1 Normal 0.89

2 Normal 1.11

3 Normal 1.22

4 Kontrol Herbal 1.78

5 Kontrol Herbal 2.44

6 Kontrol Herbal 1.11

7 Kontrol Negatif 2.11

8 Kontrol Negatif 4.89

9 Kontrol Negatif 3.00

10 Dosis 1 0.78

11 Dosis 1 0.89

12 Dosis 1 1.56

13 Dosis 2 1.67

14 Dosis 2 1.28

15 Dosis 2 1.89

16 Dosis 3 1.11

17 Dosis 3 0.33

18 Dosis 3 0.56

Efek Pemberian Fraksi Etil Asetat Sarang Semut (Myrmecodia pendans) terhadap

Kadar MDA Jantung Tikus

Kelompok

MDA Jantung

(nmol/mg)

Kontrol Normal

Kontrol Herbal

Kontrol Negatif

Dosis I

Dosis II

Dosis III

1,07±0,17

1,78±0.66*

3,33±1,42**

1,08±0,42*

1,61±0,3*

0.67±0.40* Keterangan :

* = berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**= berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p<0,05)

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 117: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

100

Universitas Indonesia

Lampiran 24. Uji Statistika MDA

a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Tujuan: mengetahui apakah data MDA pada tiap kelompok terdistribusi

normal atau tidak.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi normal

H1 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi tidak norm

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Tests of Normality

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

MDA Normal .964 3 .637

Herbal 1.000 3 .996

Negatif .959 3 .609

Dosis 1 .855 3 .254

Dosis 2 .975 3 .695

Dosis 3 .947 3 .556

a. Lilliefors Significance Correction

Interpretasi hasil: uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai probabilitas

p > 0,05 maka disimpulkan bahwa data berat badan terdistribusi normal.

b. Uji homogenitas Varians Levene

Tujuan: mengetahui homogenitas varians dari data MDA hewan uji.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi homogen

H1 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi tidak homogen

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 118: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

101

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Test of Homogeneity of Variances

MDA

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

3.067 5 12 .052

Interpretasi hasil: uji homogenitas varians menghasilkan nilai probabilitas p

> 0,05 maka disimpulkan bahwa data pada tiap kelompok mempunyai

varians yang homogen.

c. Uji One-way ANOVA

Tujuan: mengetahui ada tidaNegatifa perbedaan MDA antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermaNegatifa

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

ANOVA

MDA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 13.372 5 2.674 5.494 .007

Within Groups 5.841 12 .487

Total 19.214 17

Interpretasi hasil: data MDA untuk setiap kelompok tidak ada perbedaan

bermakna.

d. Analisis Post-Hoc

Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan

bermaNegatifa.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa.

H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermaNegatifa.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 119: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

102

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Multiple Comparisons

MDA

LSD

(I)

Kelompo

k

(J)

Kelompo

k

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Normal Herbal -.70233 .56966 .241 -1.9435 .5389

Negatif -2.25933* .56966 .002 -3.5005 -1.0181

Dosis 1 -.00200 .56966 .997 -1.2432 1.2392

Dosis 2 -.53933 .56966 .362 -1.7805 .7019

Dosis 3 .40733 .56966 .488 -.8339 1.6485

Herbal Normal .70233 .56966 .241 -.5389 1.9435

Negatif -1.55700* .56966 .018 -2.7982 -.3158

Dosis 1 .70033 .56966 .242 -.5409 1.9415

Dosis 2 .16300 .56966 .780 -1.0782 1.4042

Dosis 3 1.10967 .56966 .075 -.1315 2.3509

Negatif Normal 2.25933* .56966 .002 1.0181 3.5005

Herbal 1.55700* .56966 .018 .3158 2.7982

Dosis 1 2.25733* .56966 .002 1.0161 3.4985

Dosis 2 1.72000* .56966 .011 .4788 2.9612

Dosis 3 2.66667* .56966 .001 1.4255 3.9079

Dosis 1 Normal .00200 .56966 .997 -1.2392 1.2432

Herbal -.70033 .56966 .242 -1.9415 .5409

Negatif -2.25733* .56966 .002 -3.4985 -1.0161

Dosis 2 -.53733 .56966 .364 -1.7785 .7039

Dosis 3 .40933 .56966 .486 -.8319 1.6505

Dosis 2 Normal .53933 .56966 .362 -.7019 1.7805

Herbal -.16300 .56966 .780 -1.4042 1.0782

Negatif -1.72000* .56966 .011 -2.9612 -.4788

Dosis 1 .53733 .56966 .364 -.7039 1.7785

Dosis 3 .94667 .56966 .122 -.2945 2.1879

Dosis 3 Normal -.40733 .56966 .488 -1.6485 .8339

Herbal -1.10967 .56966 .075 -2.3509 .1315

Negatif -2.66667* .56966 .001 -3.9079 -1.4255

Dosis 1 -.40933 .56966 .486 -1.6505 .8319

Dosis 2 -.94667 .56966 .122 -2.1879 .2945

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Interpretasi hasil:

Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua kelompok

tersebut berbeda secara bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 120: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

103

Universitas Indonesia

Lampiran 25. Data SOD

No Kelompok SOD

1 Kontrol Normal 0.08

2 Kontrol Normal 0.08

3 Kontrol Normal 0.05

4 Kontrol Herbal 0.09

5 Kontrol Herbal 0.08

6 Kontrol Herbal 0.07

7 Kontrol Negatif 0.05

8 Kontrol Negatif 0.08

9 Kontrol Negatif 0.07

10 Dosis 1 0.11

11 Dosis 1 0.09

12 Dosis 1 0.12

13 Dosis 2 0.08

14 Dosis 2 0.09

15 Dosis 2 0.07

16 Dosis 3 0.10

17 Dosis 3 0.11

18 Dosis 3 0.10

Efek pemberian fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)

terhadap kadar SOD jantung tikus

Kelompok

SOD Jantung

(nmol/mg)

Kontrol Normal

Kontrol Herbal

Kontrol Negatif

Dosis I

Dosis II

Dosis III

0,07±0,02

0,08±0,10

0,07±0,02

0,11±0,15*/**/#

0,10±0,01

0,08±0,02*/**/# Keterangan :

* = berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p<0,05)

**= berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p<0,05)

# = berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol herbal (p<0,05)

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 121: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

104

Universitas Indonesia

Lampiran 26. Uji statistika SOD

a. Uji Kruskal-Wallis

Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan SOD antar kelompok.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna

H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Test Statisticsa,b

SOD

Chi-Square 12.309

df 5

Asymp. Sig. .031

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Interpretasi hasil: data SOD untuk setiap kelompok ada perbedaan bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 122: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

105

Universitas Indonesia

(lanjutan)

b. Uji Mann-Whitney

Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.

Hipotesis:

H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.

H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)

Normal Negatif 0.633

Normal Herbal 0.487

Normal Dosis 1 0.046*

Normal Dosis 2 0.487

Normal Dosis 3 0.043*

Herbal Dosis 1 0.077

Herbal Dosis 2 1

Herbal Dosis 3 0.046*

Negatif Herbal 0.184

Negatif Dosis 1 0.050

Negatif Dosis 2 0.184

Negatif Dosis 3 0.046*

Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada

kedua kelompok tersebut berbeda secara bermakna.

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 123: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

106

Universitas Indonesia

Lampiran 27. Uji Korelasi Persen Kerusakan dan Jumlah Sel yang Rusak

Tujuan: mengetahui kekuatan korelasi dari dua variabel

Correlations

JumlahSelRusak PersenKerusakan

JumlahSelRusak Pearson Correlation 1 .850**

Sig. (2-tailed) .000

N 18 18

PersenKerusakan Pearson Correlation .850** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 18 18

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Interpretasi hasil: Terdapat korelasi antara Persen Kerusakan dan Jumlah Sel

Rusak (p<0,05)

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.

Page 124: RENNA YULIA VERNANDA 1306433746repository.stik-sitikhadijah.ac.id/1844/1/Pengaruh sarang...kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilaku kan pengukuran

107

Universitas Indonesia

Lampiran 28. Uji Korelasi MDA dan SOD

Tujuan: mengetahui kekuatan korelasi dari dua variabel

Correlations

SOD MDA

SOD Pearson Correlation 1 -.346

Sig. (2-tailed) .160

N 18 18

MDA Pearson Correlation -.346 1

Sig. (2-tailed) .160

N 18 18

Interpretasi hasil: Tidak terdapat korelasi antara MDA dengan SOD (p>0,05)

Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.