icx

Upload: sean-anderson

Post on 13-Oct-2015

209 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

57

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangJumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara yang berkembang seperti Indonesia tetapi juga negara-negara lain di dunia ini. Di Indonesia laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,49% per tahun angka setiap tahunnya akan terjadi pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta per tahun. Dengan demikian jika di tahun 2010 jumlah penduduk 236,6 juta jiwa maka di tahun 2011 bertambah 3,5 juta maka sekarang ada 241juta jiwa lebih. Jika jumlah penduduk tidak bisa dikendalikan, diperkirakan tahun 2050 penduduk di Indonesia akan mencapai dua kali lipat dari jumlah sekarang dan angka ini melebihi jumlah penduduk Amerika bahkan Cina (BKKBN, 2011).Pertambahan penduduk yang pesat merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh Negara berkembang termasuk Indonesia. Dari permasalahan tersebut pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Tujuan dari program Keluarga Berencana era baru adalah Keluarga Berkualitas Tahun 2015 (BKKBN,2010).Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga Berencana. Untuk mengoptimalkan manfaat keluarga berencana bagi kesehatan, pelayanannya harus digabungkan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang telah tersedia. Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Berbagai faktor harus dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi termasuk status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, norma budaya lingkungan dan orang tua (Saifuddin, 2006).BerdasarkanMetode Kontrasepsi secara nasional pengguna KB sampai dengan bulan Agustus 2013 sebanyak 2013 5.547.543 peserta dengan persentase 348.134 peserta IUD (7,85%) , 85.137 peserta MOW (1,53%), 475.463 peserta Implant (8,57%), 2.748.777 peserta Suntikan (49,55%), 1.458.464 peserta Pil (26,29%), 9.375 peserta MOP (0,25%) dan 330.303 peserta Kondom (5,95%) (BKKBN, 2013). Hasil sementara Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan, saat ini sebanyak 39% wanita Indonesia Usia produktif yang tidak menggunakan kontrasepsi dengan sebaran 40% di pedesaan dan 37% diperkotaan padahal cakupan KB aktif yang harus tercapai yaitu sebesar 79%. Upaya upaya pemerintah untuk mengkampanyekan pentingnya KB sudah dilaksanakan sejak lama, dan saat ini di revitalisasikan dengan mengikutsertakan semua pihak, termasuk peran swasta dan individu dengan menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi yang efektif yang digunakan untuk mengurangi angka kelahiran diantaranya adalah kontrasepsi mantap salah satunya yaitu Medis Operasi Wanita (MOW) (SDKI, 2007).Di Yogyakarta sendiri pengguna akseptor KB MOW yang dilayani dillinik pemerintahmasih sangat rendah. Pada Tahun 2012 akseptor KB MOW 4,94 % (104 peserta), dan pada tahun 2013 akseptor KB MOW4,07% (70 peserta) (BKKBN,2013).Tubektomi atau MOW dapat berupa pengikatan dan pemotongan, Tubektomi untuk wanita disebut juga sebagai oklusi tuba atau sterilisasi. Indung telur akan menghasilkan sel telur dengan siklus sebulan sekali mulai menarche sampai menopause. Sel telur tersebut kemudian masuk ke dalam saluran tuba yang apabila bertemu dengan spermatozoa akan terjadi pembuahan. Kehamilan terjadi apabila sel yang sudah dibuahi tertanam pada dinding rahim. Dengan tubektomi maka perjalanan sel telur terhambat sehingga tidak dapat bertemu dan tidak dibuahi oleh sperma (Prawiroharjo, 2006). Dijepit dengan cincin (tuba ring), penjepit (tuba klip), atau pita tuba (tuba band). Selain itu dapat dilakukan koagulasi elektrik. Setelah melakukan tubektomi, siklus haid akan tetap berlangsung seperti semula sebelum dilakukkan tubektomi (Sarwono, 2006).Tubektomi mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai berikut; cara relative mudah, murah dan aman, hanya memerlukan sekali motivasi, sekali tindakan dan tidak memerlukan pengawasan lebih lanjut yang terus menerus. Angka kegagalan rendah dan sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan efek samping sedikit. Umumnya tidak terjadi keluhan yang berkepanjangan pada akseptor tubektomi (kontrasepsi mantap) apabila dilakukan secara baik,benar dan sesuai prosedur (Sarwono,2006). Keluhan awal yang terjadi pada post operasi hanya bersifat rasa nyeri pada daerah sayatan, dan infeksi yang terjadi sekitar 1-3% dan ini dapat ditanggulangi dengan antibiotik dan perawatan yang adekuat. Selain keunggulan dari tubektomi juga mempunyai dampak negatif seperti; dapat terjadi perdarahan dalam rongga perut atau terjadi infeksi daerah panggul, tetapi angka kejadiannya sangat jarang. Lebih ekonomis karena hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan saja, apabila dilakukan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, maka efek samping, resiko komplikasi dan kematian sangat rendah (Sarwono, 2006). Faktor yang mempengaruhi masyarakat khususnya wanita PUS tidak memilih metode kontrasepsi tubektomi ini salah satunya adalah disebabkan rasa takut dan kurangnya informasi tentang tubektomi. Hasil penelitian Sahid (2008) tentang dari 43 respon ditemukan pengguna akseptor tubektomi mayoritas sudah mendapat konseling pra tubektomi sehingga dapat disimpulkan bahwa penting untuk memberikan informasi terkait tubektomi untuk memberikan pemahaman positif tentang hal ini. Oleh sebab itu bagi pasangan suami istri yang akan melaksanakan tubektomi ini perlu konseling dari tenaga kesehatan seperti dokter atau bidan yang melayani kontrasepsi keluarga berencana. Faktor lain yang menyebabkan masyarakat tidak menggunakan tindakan tubektomi ini karena dilakukan sekali dalam seumur hidup pada wanita (Sarwono,2008). Walaupun sekarang ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang akhirnya masih menginginkan anak lagi dengan operasi rekanalisasi yaitu operasi dengan bedah mikro sudah banyak dikembangkan. Tehnik ini tidak saja menyambung kembali tuba fallopi dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi tuba. Hal ini disebabkan oleh tehnik bedah mikro yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal,, mengurangi perlekatan pasca operasi, mempertahankan fisiologi tuba, serta menjamin fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap baik walaupun angka keberhasilannya kecil (Sarwono,2006).Faktor-faktor lain yang mengharuskan seorang wanita usia subur yang berstatus pasien psikiatrik yang dirawat dirumah, tidak menutup kemungkinan akan menjadi hamil. Kondisi ini menyebabkan wanita tersebut kurang tanggap terhadap penggunaan jenis kontrasepasi lain. Sebaiknya pada wanita ini dengan status tersebut diberikan kontrasepsi tubektomi. Jika ada kegagalan pada metode tubektomi ini maka kemungkinan terjadi resiko tinggi kehamilan ektopik (Sarwono,2006). Dengan menandatangani surat Informed Consent atau surat persetujuan dari pasien atas tindakan medis yang akan dilakukan, karena penutupan tuba hanya dapat dikerjakan pada mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Namun dari banyaknya faktor diatas yang menyebabkan masyarakat untuk tidak memilih tubektomi karena kontrasepsi ini bersifat permanen. Adanya faktor lain yang menyebabkan masyarakat untuk tidak memilih metode kontrasepsi tubektomi seperti persepsi yang salah tentang metode ini (Wiknjosastro, 2005).Pada ibu yang post tubektomi sementara waktu akan merasa berduka atau merasa kehilangan sesuatu dari tubuhnya disebabkan kurangnya pengetahuan pasien tentang tubektomi ini atau tingkat pengetahuan atau pendidikan pasien yang rendah. Metode dengan operasi tubektomi ini dijalankan atas dasar sukarela dalam rangka Keluarga Berencana. Tugas bidan harus memberikan penjelasan tentang berbagai alternatif pengendalian kehamilan permanent dan sementara, konseling difokuskan untuk membicarakan rasa takut dan pemahaman yang keliru tentang tubektomi ini dan kenikmatan seksual menurun tidak benar kecuali hal tersebut disebabkan oleh faktor psikis (Sujiyatini,2009).Menurut Glasier&Gebbie (2006), Usia muda tidak dibenarkan untuk melalukan tubektomi, kecuali jika anak mereka sudah cukup dan istri tersebut tidak cocok menggunakan kontrasepsi yang lain. Waktu dilakukan tubektomi pada wanita yang menjalani seksio ceisar biasanya segera setelah melahirkan atau menjalani aborsi karena lebih besar kemungkinannya untuk proses pemulihan.Rasullah SAW juga sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki keturunan yang banyak. Namun tentunya bukan asal banyak, tetapi berkualitas dan sejahtera sehingga perlu adanya perencanaan dan pengetahuan terhadap jumlah anak yang dimiliki di setiap keluarga. Sehubungan dengan itu banyak ayat-ayat Al Quran yang mendorong kepada cita-cita kehidupan sejahtera seperti dalam firman Allah dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 9 yang artinya :Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yng benar .

Maksud ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup berumah tangga.Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Panembahan Senopati akseptor KB MOW pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret sebanyak 22 peserta dari 70 peserta.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah Bagaimana asuhan kebidanan pada akseptor KB MOW di Rumah Sakit Panembahan Senopati ?C. Tujuan 1. Tujuan umumUntuk melakukan asuhan kebidanan akseptor KB MOW di Rumah Sakit Panembahan Senopati

2. Tujuan khususMahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada Akseptor KB MOW tentang :a. Pengumpulan data dasar secara subyektif pada Akseptor KB MOW.b. Pengumpulan data dasar secara obyektif pada Akseptor KB MOW.c. Interpretasi data klien meliputi diagnosa, masalah dan kebutuhan Akseptor KB MOW.d. Diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan bidan pada Akseptor KB MOW.e. Kebutuhan atau tindakan segera untuk konsultasi , kolaborasi, merujuk kasus Akseptor KB MOW.f. Rencana asuhan kebidanan untuk Akseptor KB MOW.g. Pelaksanaan tindakan untuk Akseptor KB MOW.h. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dan memperbaiki tindakan yang dipandang perlui. Kesenjangan teori dan praktek dilahan.D. Manfaat1. Manfaat bagi perpustakaan stikes Aisyiyah YogyakartaHasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam menambah referensi tentang kontrasepsi MOW dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.2. Manfaat bagi Rumah Sakit Panembahan SenopatiPenelitian ini dapat digunakan oleh petugas Rumah Sakit sebagai sumber informasi dan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para praktisi kesehatan dalan memberikan asuhan kebidanan KB MOW.3. Manfaat bagi penelitiHasil penelitian ini dapat memberikan masukan sehingga diharapkan untuk dapat diteliti kembali agar mengembangkan penelitian yang adaaa dan menambah informasi tentang asuhan kebidanan KB MOW.4. Manfaat bagi respondenHasil penilitian ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan ibu tentang KB MOW.E. Ruang Lingkup1. Ruang lingkup materiMateri dari penelitian studi kasus ini adalah lingkup kesehatan reproduksi dan keluarga berencana yaitu asuhan kebidanan akseptor KB MOW.2. Ruang lingkup respondenResponden dalam penelitian studi kasus ini yaitu akseptor KB MOW.3. Ruang lingkup waktuPenelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal penyusunan studi kasus dimulai sejak pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret 2014, penyusunan proposal, pengumpulan data, sampai dengan pelaporan hasil studi kasus yaitu dimulai dari bulan Desember 2013 sampai bulan Juni 2014.

4. Ruang lingkup tempatPenelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panembahan Senopati karena tempat tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang KB MOW.F. Keaslian Penelitian1. Deny S mahasiswa di Semarang dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi MOW Di Wilayah Jangli Krajan Barat RW III Kelurahan Jatingaleh Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2013. Persamaan studi kasus ini terletak pada metode penelitian, sedangkan perbedaan dari studi kasus ini terletak pada judul penelitian, subyek, waktu, dan lokasi pengambilan kasus.2. Herlinawati mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Tubektomi Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2013. Persamaan studi kasus ini terletak pada metode penelitian. Perbedaan dengan studi kasus ini terletak pada judul penelitian, subyek, waktu, dan lokasi pengambilan kasus.3. Tiwit Hetinia Rachmawati mahasiswa Prodi DIII STIKES Bhakti Mulia Pare Kediri dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang KB MOW Dengan Minat Pemilihan Kontrasepsi MOW Di Desa Merjoyo Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2013. Perbedaan dengan studi kasus ini terletak pada judul penelitian, metode penelitian, subyek, waktu, dan lokasi pengambilan kasus.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Kontrasepsi1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan suatu usaha untu mencegah kehamilan. Alat kontrasepsi ini ada yang berjangka pendek dan berjangka panjang (Handayani, 2010).Kontrasepsi adalah upaya untuk mencgah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Proverawati, 2010).Secara umum, menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi dibagi menjadi 2 yaitu:a. Cara temporer (spacing), yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi.b. Cara permanen (kontrasepsi mantap), yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen.Cara-cara berkontrasepsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Berdasarkan jenis kelamin:1) Berdasarkan jenis kelamina) Cara atau alat kontrasepsi yang dipakai oleh suami (pria)b) Cara atau alat kontrasepsi yang dipakai oleh istri (wanita)

2) Berdasarkan pelayanana) Cara medis dan non medisb) Cara klinis dan non klinis3) Berdasarkan efek kerjaa) Tidak mempengaruhi fertilitasb) Menyebabkan infertilitas temporer atau sementarac) Kontrasepsi permanen atau mantap (kontap) dimana terjadi infertilitas menetap4) Berdasarkan cara kerja atau cara kontrasepsia) Berdasarkan keadaan biologis: coitus interruptus (senggama terputus), sistem kalender, metode suhu badan, dan lain-lainb) Penggunaan alat barrier: kondom, diafragma, spermatisidac) Kontrasepsi intra uterin: Intra Uterine Device (IUD)d) Kontrasepsi hormonal: pil, suntikane) Kontrasepsi operatif: tubektomi dan vasektomiAda beberapa jenis kontrasepsi yang secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Metode merakyat (Folk methods):1) Coitus interruptus2) Post coital douche3) Prolonged lactationb. Metode tradisional (Traditional methods):1) Pantang berkala2) Kondom3) Diafragma vaginal4) Spermatisidac. Metode modern (Modern Methods):1) Pil KB2) Suntikn KB3) IUDd. Kontrasepsi Mantap (Permanen1) MOP2) MOWFaktor faktor yang Berperan dalam Pemilihan Kontrasepsia. Faktor pasangan&motivasi, meliputi:1) Umur2) Gaya Hidup3) Frekuensi Senggama4) Jumlah keluarga yang diinginkan5) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalub. Faktor kesehatan, meliputi:1) Status kesehatan2) Riwayat haid3) Riwayat keluarga4) Pemeriksaan fisik dan panggulc. Faktor metode kontrasepsi1) Efektivitas2) Efek samping3) BiayaB. MOW1. Pengertian MOWMedis Operatif Wanita adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan seorang wanita atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi (Handayani, 2010).MOW (Medis Operatif Wanita) Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wantia tidak akan turun (BKKBN, 2006).Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004).2. Syarat melakukan MOW(Metode operasi Wanita)Syarat dilakukan MOW Menurut Saiffudin (2008), yaitu sebagai berikut:

a. Syarat SukarelaSyarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005).b. Syarat BahagiaSyarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis, umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun (Wiknjosastro,2005).c. Syarat MedikSetiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat 12 memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalamai peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebihan dan ibu yang sedang hamil atau dicurigai sdang hamil (BKKBN, 2006)3. Persiapan pre-operatif untuk kontap wanitaPersiapan pre-operatif untuk kontap wanita menurut Hartanto (2004):a. Informed consentb. Riwayat medis/kesehatan, yang meliputi :1) Penyakit-penyakit pelvis2) Adhesi/perlekatan3) Pernah mengalami operasi abdominal/operasi pelvis4) Riwayat diabetes melitus5) Penyakit paru (asthma, bronchitis, emphysema)6) Obesitas7) Pernah mengalami problem dengan anestesi8) Penyakit-penyakit perdarahan9) Alergi10)Medikamentosa pada saat inic. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik ini harus meliputi kondisi-kondisi yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi, serta pemeriksaan kandungan untuk menemukan kelainan-kelainan seperti leiomyomata dan lain-lain. d. Pemeriksaan laboratorium a) Pemeriksaan darah lengkapb) Pemeriksaan urinc) Pap smear4. Jenis dan mekanisme kerjaa. PenyinaranPenyinaran merupakan tindakan penutupan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi (Handayani, S, 2010).1) Opertif Metode operatif menurut Sri Handayani (2010), yakni:a) Abdominal(1) LaparotomiLaparatomi sudah tidak digunakan lagi karena diperlukan insisi yang panjang. Kontrasepsi ini diperlukan bila cara kontap yang lain gagal atau timbul komplikasi sehingga memerlukan insisi yang lebih besar.(2) Mini-laparotomiMetode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal 13 (pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga lebih aman dan efektif (Syaiffudin,2006). Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan, pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kassa yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien dapat dipulangkan setelah 2 - 4 hari (Syaiffudin,2006). (3) LaparoskopiProsedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6 8 minggu pasca pesalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan (Syaiffudin,2006). b) Vaginal(1) KolpotomiYang sering dipakai adalah kolpotomi posterior. Insisi dilakukan di dinding vagina transversal 3-5 cm, cavum douglas yang terletak antara dinding depan rektum dan dinding belakang uterus dibuka melalui vagina untuk sampai di tuba.

(2) KuldoskopiRongga pelvis dapat dilihat melalui alat kuldoskop yang dimasukkan ke dalam cavum douglas. Adanya laparoskopi trans-abdominal, maka kuldoskopi kurang mendapat perhatian/ minat dan sekarang sudah jarang dikerjakan. Dalam posisi lutut dada kedua paha tegak lurus dan kedua lutut terbuka suatu rektraktor perineal dimasukkan ke dalam vagina. Bila vernik posteior terlihat sepert bagian kubah yang kecil, maka cavum douglas bebas dari perlekatan, lalu dilakukan oklusi tuba. c) Transcervikal(1) HisteresoskopiHistereskopi prinsipnya seperti laparaskopi, hanya pada histereskopi tidak dipakai trokar, tetapi suatu vakum cervical adaptor untuk mencegah keluarnya gas saat dilatasi servik/ kavum uteri.(2) Tanpa melihat langsungPada cara ini operator tidak melihat langsung ke cavum uteri untuk melokalisir orificium tubae.(3) Penyumbatan tuba secara mekanisTubal clip merupakan penyumbatan tuba mekanis dipasang pada isthmus tuba falopii, 2-3 cm dari uterus, melalui laparatomi, laparoskopi, kulpotomi dan kuldoskopi. Tuba clips meyebabkan kerusakan lebih sedikit pada tuba falopii dibandingkan cara oklusi tuba falopii lainnya. Tubal ring dapat dipakai pada mini-laparatomi, laparaskopi, dan cara trans-vagina dan dipasang pada ampula 2-3 cm dari uterus.(4) Penyumbatan tuba kimiawiZat-zat kimia dalam cair, pasta, padat dimasukkan ke dalam melalui serviks ke dalam uteri-tubal junction, dapat dengan visualisasi langsung ataupun tidak. Cara kerjanya adalah zat kimia akan menjadi tissue padat sehingga terbentuk sumbatan dalam tuba falopii (tissue adhesive), zat kimia akan merusak tuba falopi dan menimbulkan fibrosis (sclerosing agent). d) Cara Penutupan Tuba(1) Teknik Madlener (1919), caranya :(a) Buat loop tuba sekitar 3 cm(b) Tuba dikrus beberapa kali sehingga kanalisnya mengalami kerusakan(c) Ikat dengan benang sutra yang tidak diserap(d) Selanjutnya tuba tidak dipotong, tuba yang sudah dikrus (dilunakkan) ditanamkan dimesosalping(2) Teknik Irving (1925), caranya :(a) Tuba dipotong 2 cm disekitar isthmus(b) Bagian proksimal ditanamkan pada dinding uterus, bagian distal ditanamkan pada mesosalping(c) Perdarahan dirawat, dinding abdomen ditutup(3) Teknik Pomeroy (1930), teknik ini dianggap sebagai golden standard karena mudah dan angka kegagalannya kecil :(a) Buat loop tuba sekitar 3 cm(b) Ikat dengan catgut plain(c) Potong di atas jahitan dan biarkan, dinding abdomen ditutup(4) Teknik Parkland (1960) :(a) Tuba dipegang dengan babkok, ditarik sedikit ke atas(b) Mesosalping di bawahnya dibuka, untuk memasukkan benang ikatan sebelah pada dua tempat yang dibuka(c) Tuba antara dua ikatan dipotong, perdarahan dirawat dengan baik(5) Teknik Uchida (1960)(a) Buat edema artificial dengan saline + epinefrin sehingga tuba tampak putih(b) Tuba dikeluarkan, dipotong dan diikat di dua tempat(c) Bagian proksimal ditanam di bawah mesosalping, bagian distal dibiakan kearah peritoneum, mesosalping dijahit kembali dan perdarahan dirawat(6) Teknik Kroener (1960) dilakukan dengan cara memotong fimbriae, sehingga kemampuan untuk ovum pick up tidak ada, ujung ligamentum infundibulo pelvikum dijahit sehingga tidak terjadi perdarahan.(7) Teknik Yoon ring (1970)menggunakan pita silastik dengan diameter 1mm untuk menjepit loop tuba. Dapat dilakukan melalui laparoskopi maupun laparotomi dengan alat aplikatornya yang dapat menarik tuba sekitar 3 cm, sehingga tuba mengalami iskemia, lama-kelamaan loop akan putus dan pita silastik tertanam di mesosalping.(8) Teknik Koagulasi, dilakukan secara laparoskopi, dengan unipolar atau bipolar. Aliran listrik yang dialirkan dapat menyebabkan koagulasi jaringan tuba dan mesosalping sehingga kanalisnya tertutup. Besarnya koagulasi tergantung pada lama dan besanya aliran listrik yang dialirkan.(9) Teknik Ulka klip, isthmus dipegang dengan dua klem babkok, diantara keduanya dipasang ulka klip, dapat dilakukan dengan laparoskopi maupun laparotomi.5. Indikasi tubektomiKomperensi khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia tahun 1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 30 tahun dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35 40 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan tersebut (Wiknjosastro,2005).Menurut Saifuddin (2006) indikasi dilakukan tubektomi (MOW) yaitu sebagai berikut:a. Usia > 26 tahunb. Paritas > 2c. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknyad. Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.e. Pascapersalinan.f. Pascakeguguran.g. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut: a. Indikasi medis umumAdanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi.1) Gangguan fisikGangguan fisik yang dialami seperti :a) Tuberculosis pulmonum adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex b) penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain: Otot jantung yang lemah. Adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi saat penderita masih di dalam kandungan.2) Gangguan psikisGangguan psikis yang dialami yaitu seperti :a) skizofrenia (psikosis) adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan suasana perasaan (afek tumpul, datar, atau tidak serasi), gangguan tingkah laku (bizarre, tidak bertujuan, stereotipi atau inaktivitas) serta gangguan pengertian diri dan hubungan dengan dunia luar (kehilangan batas ego, pikiran dereistik, dan penarikan autistik). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Carlson, 2010)b) Sering menderita psikosa nifas yaitu gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional (fungsional) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu (Lia, 2010) 3) Indikasi medis obstetrik a) Toksemia gravidarum yang berulang yaitu tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Manuaba, 2008).b) Seksio sesarea yang berulang yaitu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2005).c) Histerektomi obstetric adalah pengangkatan rahim atas indikasi obstetrik,4) Indikasi medis ginekologikPada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi.5) Indikasi sosial ekonomiIndikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.a) Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur ibu, kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami istri, misalnya umur ibu 30 tahun dengan anak hidup 4, maka hasil perkaliannya adalah 120.b) Mengikuti rumus 100 Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang Umur ibu 30 tahun ke atas dengan anak hidup 3 orang Umue ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2 orang6. Kontraindikasi tubektomiKontra indikasi peserta tubektomi menurut Saifuddin (2006) :a) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).b) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus di evaluasi).c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (sehingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol).d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan.f) Belum memberikan persetujuan tertulis.7. Waktu dilakukanWaktu dilakukan tindakan operasi tubektomi menurut Novi wati, dan Sujiyatini (2009) yaitu:a) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil.b) Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)c) Pasca persalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan.d) Pasca keguguran; Triwulan pertama dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelviks (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelviks (minilap saja).Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005) pelaksanaan MOW dapat dilakukan pada saat: a) Masa Interval (selama waktu selama siklus menstruasi)b) Pasca persalinan (post partum)MOW pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. MOW pasca persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat genetal lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.c) Pasca keguguranSesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasid) Waktu operasi membuka perut Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap.8. KeuntunganMenurut BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara lain:a) Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggib) Tidak mengganggu kehidupan suami istric) Tidak mempengaruhi kehidupan suami istrid) Tidak mempengaruhi ASIe) Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), lebih ekonomis Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009).Selain itu keuntungan dari kontrasepsi mantap adalah sebagai berikut :a) Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breasfeeding). c) Tidak bergantung pada faktor senggama.d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.e) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local.f) Tidak ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium).9. KeterbatasanKeterbatasan dalam menggunakan kontrasepsi mantap (Noviawati dan Sujiyati (2009) yaitu antara lain:a) Peluang kecil untuk memiliki anak kembalib) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali.c) Klien dapat menyesal dikemudian harid) Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umume) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.f) Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis ginekologi atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.g) Tidak melindungi dari IMS, HIV/AIDS10. Efek sampingTerdapat 3 efek samping (Handayani, S, 2010) yaitu:a) Perubahan-perubahan hormonalEfek kontap wanita pada umpan balik hormonal antara kelenjar hypofise dan kelenjar gonad ditemukan kadar FSH, LH, testosteron dan estrogen tetap normal setelah melakukan kontap wanita.b) Pola haidPola haid abnormal setelah menggunakan kontap merupakan tanda dari post tubal ligation syndromec) Problem psikologisDinegara maju wanita (usia < 30 tahun) yang menjalani kontap tidak merasa puas dibanding wanita usia lebih tua dan minta dipulihkan11. Komplikasi dan penanganan MOW Tabel 1.1 mengenai komplikasi dan penangananKOMPLIKASIPENANGANAN

Infeksi Luka

Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotik.

Demam pascaoperasi ( > 38 oC)Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan

Luka pada kandung kemih. Intestinal (jarang terjadi).Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.

Hematoma (subkutan)Gunakan pack yang hangat dan lembab ditempat tersebut.

Emboli gas yang dilakukan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan intravena, resusitasi cardiopulmonary dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.

Rasa sakit pada lokasi pembedahanPastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan

Perdarahan superficial (tepi tepi kulit atau subkutan)Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.

12. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Wanita dengan Pre dan Post MOWa. KonselingKonseling adalah suatu proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dan membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.Konseling merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan kontap. Tujuannya ialah untuk membantu calon akseptor kontap memperoleh informasi lebih lanjut mengenai kontap, dan pengertian yang lebih baik mengenai dirinya, keinginannya, sikapnya, kekhawatirannya dan sebagainya, dalam usahanya untuk memahami, dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya. Kegiatan konseling dengan demikian merupakan kegiatan penyelenggaraan suatu bentuk percakapan yang dilaksanakan berdasarkan persyaratan tertentu. Hal ini berarti setiap tenaga konselor perlu mengikuti pendidikan konseling yang khusus diadakan untuk keperluan kontap ini. Oleh karena pelayanan konseling merupakan bagian dari pelayanan kontap secara menyeluruh, maka pelayanan konseling harus diprogramkan dengan baik. Hal ini berarti bahwa pelayanan konseling kontap tidak berhenti pada pra tindakan kontap itu saja, tetapi dapat berlanjut pada saat tindakan itu sendiri dan sesudah tindakan kontap tersebut dilaksanakan.Secara khusus dapat dikatakan bahwa tujuan konseling pra tindakan MOW bertujuan untuk :1) Membantu suami istri untuk memilih salah satu cara kontrasepsi yang paling baik digunakan mereka dalam kurun reproduksinya.2) Mengenal dan menghilangkan keragu-raguan atau kesalahpahaman mengenai kontrasepsi MOW itu sendiri.3) Menjamin bahwa pilihan untuk memilih kontrasepsi MOW itu sendiri sebagai kontrasepsi bagi dirinya adalah benar-benar sukarela tanpa paksaan.4) Memberikan informasi mengenai tata cara pelaksanaan kontrasepsi MOW itu sendiri termasuk pengisian permohonan dan persetujuan untuk dilaksanakan MOW pada dirinya, prosedur operasinya, follow up nya. Sesudah tindakan, maka tujuan konseling ialah : 1) Mengenal dan menghilangkan kesalahpahaman yang dikaitkan dengan kontap yang diperolehnya.2) Membantu meningkatkan keyakinan dan penerimaan akseptor akan pelayanan kontap yang diperolehnya.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam konseling :a) Konseling pre operatif MOW, terdiri dari :(1) Menyambut klien dengan ramah.(2) Menjelaskan kontrapsepsi yang akan digunakan.(3) Menerangkan bahwa tindakan sterilisasi dilakukan ditempat khusus yang klien tidak akan malu(4) Memberitahu bahwa yang dibicarakan menjadi rahasia.(5) Menanyakan permasalahan, pengalaman klien mengenai alat kontrasepsi dan kesehatan reproduksinya.(6) Menanyakan apakah klien mempunyai kontrasepsi yang akan dipilih.(7) Konselor memberikan informasi yang lengkap tentang kontrasepsi mantap tetapi ajukan pula metode lain.(8) Bantu klien untuk memilih kontrapsepsi yang tepat.(9) Konselor merasakan apa yang klien rasakan untuk memudahkan dan memahami permasalahan klien.(10) Memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan apa yang akan disampaikannya mengenai kontrapsepsi mantap.(11) Bantu klien untuk mengungkapkan apa yang ingin disampaikan mengenai kontrasepsi mantap.(12) Jawab semua pertanyaan klien secara terbuka dan lengkap.(13) Memberitahu klien kapan kunjungan ulang dan mempersilahkan klien untuk kembali kapan saja apabila klien ada keluhan.b) Konseling post operatif MOW, terdiri dari :(1) Istirahat selama 2-3 hari.(2) Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu.(3) Dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual selama 1 minggu, dan apabila setelah itu masih merasa kurang nyaman, tunda kegiatan tersebut.b. Persiapan untuk calon akseptor KB MOW.Persiapan pasien pra bedah dapat dibagi atas langkah-langkah sebagai berikut:1) Menerangkan bahwa untuk operasi ini diperlukan izin/persetujuan penderita dan keluarga.2) Pasien diminta untuk puasa 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan.3) Diberi pencahar ringan Dulcolax (R) 2 tablet, apabila operasi akan dilakukan, maksudnya agar usus-usus dalam keadaan kosong dan tidak mengganggu jalannya operasi.4) Rambut kemaluan dinding perut dicukur dan dibersihkan dengan sabun.5) Pasien terlebih dahulu diminta untuk BAB atau bila perlu diklisma untuk merangsang defekasi.6) Melakukan pengosongan kandung kencing.7) Memasing infus cairan.c. Perawatan pre operasi MOW1) Letakan pasien dalam posisi untuk pemulihana) Tidur miring kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan napas.b) Letakan lengan atas dimuka tubuh agar mudah melakukan tekanan darah.c) Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tekuk daripada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan.2) Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien.3) Cek tanda vital setiap 10 menit pada 1 jam pertama, 30 menit pada 1 jam kedua, dan selanjutnya setiap 60 menit pada jam-jam berikutnya.4) Pantau pula keluhan pasien, perdarahan baik pada luka operasi maupun dari kemaluan dan suhu badan.5) Minum dan makan lunak dapat diberikan apabila pasien sudah sadar betul (Mochtar, 2012) 6) MobilisasiMobilisasi pasien MOW yang bersamaan dengan sectio caesar miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua penderita dapat didudukan selama 5 menit dan diminta untuk bernapas dalam-dalam untuk melonggarkan pernapasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri penderita bahwa ia mulai pulih kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (posisi semi powler). Secara berturut-turut hari demi hari penderita dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca bedah.Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli sebaliknya, bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan (Mochtar, 2012).Mobilisasi pasien MOW yang dilakukan setelah keguguran duduk dan mencoba berdiri apabila tidak pusing lagi.

7) Perawatan Pasca Operasi MOWSetelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan (check-up) bagi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter dan paramedis jaga baik di kamar rawat khusus maupun setelah tiba di ruangan atau kamar tempat penderita di rawat.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran diukur adalah sebagai berikut :a) Tekanan darahb) Jumlah nadi permenitc) Frekuensi pernapasan permenitd) Jumlah cairan masuk dan keluar (urin)e) Suhu badanPemeriksaan dan pengukuran tersebut sekurang-kurangnya dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.C. Relevansi Al Quran sebenarnya dalam Al Quran dan Hadist tidak ada nas yang shoreh yang melarang atau memetintah KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam. Tetapi dalam Al Quran ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena mengkhawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya :Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakanMengkhawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan, atau mengkhawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak terlalu dekat.1. Pandangan Al-Quran Tentang Keluarga BerencanaDalam Al Quran banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah Surat An-Nisa ayat 9 yang artinya :Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yng benar.

Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup berumah tangga.2. Pandangan Al-Hadist Tentang Keluarga BerencanaDalam Hadist Nabi diriwayatkan:Sesungguhnya lebih baik bagimu mrninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang banyak.

Dari Hadist ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagin orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.

D. Teori Manajemen KebidananManajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan atau keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2009).Manajemen kebidanan dan langkah langkah Asuhan Kebidanan menurut Varney Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara periodic dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat menjadi langkah langkah tertentu dan dapat berubah sesui dengan keadaan pasien.(Varney, 2009).Asuhan kebidanan menurut Helen Varney (2009) antara lain : Langkah I : Mengumpulkan semua data fokus yang dibutuhkan baik melalui anamnesa maupun pemeriksaan untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh.(Varney, 2007).Berisi tanggal dan waktu pengambilan data dikaji untuk menentukan keputusan yang akan dibuat pada langkah berikutnya, meliputi data subyektif dan objektif. 1. Data SubjektifData subjektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.(Nursalam, 2007).

a. BiodataIdentitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah, keluarga) Menurut Nursalam (2007), Identitas meliputi:1) NamaDikaji untuk mengetahui nama dan agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan pengobatan kepada pasien.2) UmurDikaji untuk mengetahui apakah pasien dalam usia reproduksi atau tidak sebagai pertimbangan penanganan kasus yang akan diberikan.3) AgamaDikaji untuk mengetahui agama pasien digunakan dalam pemberian dukungan spiritual kepada pasien.4) Suku bangsaDikaji untuk mengetahui asal suku bangsa pasien, untuk mengetahui apakah ada adat yang tidak boleh dilakukan dalam penanganan pasien.5) PendidikanDikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan penerimaan informasi yang diberikan.6) AlamatDikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien.

b. Keluhan utamaDikaji untuk mengetahui apa yang di butuhkan pasien, dan juga untuk mengetahui apa saja yang dirasakan pasien selama ini untuk menegakkan diagnosa (Nursalam, 2007).c. Riwayat kesehatanUntuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu maupun penyakit keluarga seperti jangtung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsy, serta riwayat keturunan kembar dan riwayat operasi (Saifuddin, 2006).1) Riwayat kesehatan dahuluDikaji untuk mengetahui riwayat penyakit apa yang pernah diderita pasien sebelumnya yang dapat mempengaruhi keadaan pasien bila menggunakan KB Medis Operasi Wanita (MOW).2) Riwayat kesehatan sekarangDikaji untuk mengetahui sekarang kronologi terjadinya keluhan pasien dan upaya apa saja yang sudah dilakukan pasien sebelum ketempat pelayanan sampai datang ke tempat Pelayanan kesehatan untuk mengatasi keluhan pasien.3) Riwayat kesehatan keluargaDikaji untuk mengetahui adakah riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit yang sedang diderita pasien saat ini.

d. Riwayat perkawinanUntuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan, berapa kali menikah, dan pernikahan pertama pada usia berapa apakah merupakan faktor predisposisi (Imamah, 2012). Diketahui untuk mengetahui adanya riwayat infertilitas sehubungan dengan kebutuhan pasien akan KB.e. Riwayat obstetrif. Riwayat MenstruasiMenarche, siklus, lama menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur atau tidak, keluhan keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi. Hal ini dinyatakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran untuk mengenai faktor alat kontrasepsi (Nursalam, 2007).1) MenarcheDikaji untuk mengetahui mulai umur berapa menarche datang. Untuk mengetahui apakah fungsi reproduksi sehat atau tidak.2) Siklus haid dan lamanyaDikaji untuk mengetahui apakah siklus haid dan lamanya haid normal apa tidak.3) Banyaknya4) Dikaji untuk mengetahui seberapa banyak darah yang keluar dari jalan lahir.5) DismenorrheaDikaji untuk mengetahui apakah pasien kesakitan atau nyeri pada perut di saat menstruasi datang.g. Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang laluPersalinan dan nifas yang lalu disajikan dalam bentuk table yang berisi tentang berapa kali ibu hamil, umur kehamilan selama hamil, tanggal lahir bayi, jenis persalinan, tempat persalinan, penolong persalinan, dan penyulit. Keadaan anak dan nifas yang lalu berisi mengenai jenis kelamin putra putri ibu, berat badan waktu lahir, panjang badan waktu lahir, keadaan anak sekarang, riwayat laktasi, perdarahan dan lamanya ibu nifas (Essawibawa, 2011).h. Riwayat KBUntuk mengetahui apakah alat kontrasepsi yang pernah digunakan ibu yang mungkin berpengaruh terhadap penyakitnya (Imamah, 2012). Dikaji untuk mengetahui apakah ibu ikut KB, dan jenis KB apa yang pernah dipakai.i. Pola kebutuhan sehari-hariUntuk mengetahui kebiasaan pasien sehari hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan sehari hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer, 2006).1) Pola nutrisiMengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien (Susilowati, 2008).2) Pola eliminasiUntuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK, dan bagaimana keseimbangan antara intake dan output (Mansjoer, 2006).3) Pola aktivitasUntuk mengetahui aktifitas ibu sehari hari (Manuaba, 2008).4) Pola istirahatUntuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan malam. Pada kasus leukorea istirahat ibu terganggu karena adanya rasa yang tidak nyaman (Susilowati, 2008)5) Pola personal hygieneUntuk mengetahui kebersihan tubuh yang meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, ganti baju atau pakaian dalam, keramas, dan cara membersihkan alat genetalianya (Essawibawa, 2011).6) Pola seksualUntuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksual dalam seminggu dan ada atau tidaknya keluhan (Essawibawa, 2011).j. PsikososiospiritualMenggunakan pendekatan psikologi kesehatan maka akan diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologi kesehatan terhadap gangguan kesehatan. Pada kasus ini ibu akan merasa cemas karena keadaan yang dialaminya (UII, 2008).1) Tanggapan ibu terhadap dirinyaDikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu merasa cemas, atau takut. Karena akan menggunakan KB Medis Operasi Wanita (MOW).2) Tanggapan keluarga terhadap kondisi ibuDikaji untuk mengetahui bagaimana pendapat keluarga tentang alat kontrasepsi yang di butuhkan pasien.3) Dukungan keluarga4) Dikaji untuk mengetahui apakah keluarga memberi dukungan pada ibu tentang penggunaan Medis Operasi Wanita (MOW).5) Tingkat pengetahuan ibu terhadap keadaannyaDikaji untuk mengetahui apakah ibu tahu tentang macam macam alat kontrasepsi khususnya KB Medis Operasi Wanita (MOW).6) Pengambilan keputusanDikaji untuk mengetahui siapakah pengambil keputusan pertama dan kedua sehubungan dengan penggunaan KB Medis Operasi Wanita (MOW).7) KopingDikaji untuk mengetahui apa yang dilakukan ibu bila menghadapi masalah dan siapa yang membantu dalam pemecahannya.8) Ketaatan beribadah Dikaji untuk mengetahui apakah selama sakit ibu masih menjalankan ibadah.9) Lingkungan yang berpengaruhDikaji untuk mengetahui adakah masalah dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi pasien sehubungan dengan kebutuhan KB Medis Operasi Wanita (MOW). 10) Keadaan ekonomiDiketahui untuk mengetahui adakah masalah ekonomi pasien yang dapat mempengaruhi pasien dalam penggunaan KB Medis Operasi Wanita (MOW).2. Data ObjektifData obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik ibu dan pemeriksaan laboratorium (Nursalam, 2007)a. Keadaan UmumUntuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang, buruk, kemudian tingkat kesadaran dan keadaan emosional (Nursalam, 2007).b. KesadaranUntuk mengetahui tingkat kesadaran ibu yang terdiri dari kesadaran composmentis (yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya), kesadaran apatis (yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), kesadaran delirium (yaitu gelisah), disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak teriak, halusinasi, kadang berkhayal), kesadaran somnolen (yaitu kesadaran menurun, reason psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberikan jawaban verbal) (Rizky, 2010).c. Tanda-tanda vital 1) Tekanan DarahUntuk mengetahui faktor resiko hipertensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg (Wiknjosastro, 2006).2) Pengukuran SuhuUntuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 36,50C 37,60C (Wiknjosastro, 2006).3) NadiUntuk menegtahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit. Normalnya 80 90 x/menit (Saifudin, 2006).4) RespirasiUntuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien dalam 1 menit, batas normalnya 18 24 x/menit (Saifuddin, 2006).5) Tinggi dan berat badanDikaji untuk memperhitungkan dosis dalam pemberian resep obat.d. Pemeriksaan FisikDikaji untuk mengetahui kondisi fisik yang mempengaruhi kondisi pasien dalam pemasangan KB Medis Operasi Wanita (MOW) meliputi;1) Rambut : Untuk menegtahui apakah rambutnya bersih, rontok, dan berketombe atau tidak (Nursalam, 2007).2) Muka : Keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedem, adakah kloasma,gravidarum (Wiknjosastro, 2006).3) Mata : Conjungtiva merah muda atau tidak, sclera putih atau pucat (Alimul, 2006).4) Hidung : Untuk mengetahui adakah kelainan, adakah polip, adakah hidung tersumbat (Perry & Poter, 2006).5) Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak, ada karies dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak (Nursalam, 2007).6) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, simetris atau tidak, adakah seruman (Alimul, 2006).7) Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid dan pembesaran kelenjar getah bening (Nursalam, 2007).8) Payudara : Untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan, kiri saat bernafas sama dan apakah payudara kanan dan kiri simetris atau tidak (Nursalam, 2007).Mammae menurut Varney (2009),a) Pembesaran : Ada pembesaran atau tidak.b) Tumor : Ada benjolan tumor atau tidak.c) Simetris : Simetris atau tidak.d) Areola : Hyperpigmentasi.e) Putting susu : Menonjol/tidak.f) Kolostrom : Sudah keluar atau belum.9) Abdomen : Apakah ada jaringan parut atau bekas operasi. Adakah nyeri tekan dan adanya masa (Wiknjosastro,2006).10) Genetalia : a) Vulva Untuk mengetahui adakah perdarahan dan adanya pengeluaran pervaginam (Manuaba, 2007).b) InspekuloUntuk mengetahui keadaan vagina dan serviks (Abidin, 2009). 11) Anus : Apakah ada hemoroid, dan varises atau tidak 12) Ekstermitas : Apakah ada udema, varises atau tidak, reflek patella baik atau tidak.e. Status ginekologiBerupa pemeriksaan palpasi abdomen untuk mengetahui ada atau tidak massa, untuk mengetahui apakah pasien dalam keadaan hamil atau tidak. Juga pemeriksaan inspekulo yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada penyakit menular seksual.f. Pemeriksaan penunjangData penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnose, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Varney, 2009). Pemeriksaan golongan darah sangat perlu dilakukakan untuk mengantisipasi jika terjadi komplikasi.Langkah II : Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga dirumuskan diagnose, masalah dan kebutuhan. Diagnosa kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2009).Data yang telah dikaji diinterpretasikan menjadi diagnosa dan masalah dengan dasar yang menjadi faktor penunjang :1. Diagnosa Kebidanan sesuai dengan standar nomenklatur Kebidanan yaitu;b. Standar Pelayanan Umum (2 standar)c. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)d. Standar Pertolongan Persalinan(4 standar)e. Standar pelayanan nifas (3 standar)f. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal (9 standar)Para, abortus, umur pasien, dengan kebutuhan KB MOW Dasar :a. Para dari pernyataan pasien telah melahirkan berapa kalib. Abortus dari pernyataanan pasien bahwa pasien tidak. pernah mengalami keguguranc. Dari pernyataan pasien bahwa pasien ingin menggunakan KB Medis Operasi Wanita (MOW) 2. MasalahMerupakan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap KB Medis Operasi Wanita (MOW). Masalah yang muncul didasari oleh pernyataan pasien terhadap KB Medis Operasi Wanita (MOW). Dasar : diperoleh melalui anamnesa dan hasil pemeriksaan yang dapat menimbulkan keluhan yang dialami pasien setelah pemasangan KB Medis Operasi Wanita (MOW) Langkah III : Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah diidentifikasi.(Varney, 2007).Munculnya diagnosa atau masalah potensial yang terjadi kerena pada pemasangan KB Medis Operasi Wanita (MOW) dapat terjadi infeksi luka. Kemudian cara mengantisipasi yaitu dengan pemberian konseling kepada pasien untuk personal hygiene dan melakukan teknik septic maupun antiseptik dalam penggunaan KB Medis Operasi Wanita (MOW)Langkah IV :Pada langkah ini perlu diambil tindakan segera untuk mengantisipasi diagnose potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan tiundakan yang sesuai dengan diagnose potensial yang muncul (Varney, 2009).Mengidenffikasi perlunya tindakan segera, sesuai kebutuhan pasien, untuk mengatasi efek samping dalam penanganan Medis Operasi Wanita (MOW) Langkah V : Perencanaan merupakan pengembangan rencana perawatan yang komperhensif, ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah dan diagnose yang telah diantisipasi dan yang terbaru dan juga melibatkan usaha untuk memperoleh bagian tambahan dari data apapun yang hilang (Varney, 2009).Merencanakan asuhan yang diberikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien yaitu : 1. Awasi kondisi dan tanda-tanda vital2. Beritahu ibu tentang kondisinya setelah dilakukan pemeriksaan3. Beritahu pasien tentang KB Medis Operasi Wanita (MOW)4. Beri dukungan mental pada pasien agar tidak cemas dan takut5. Beritahu keluarga untuk memberikan dukungan mental 6. Penatalaksanaan lebih lanjut, penanganan KB Medis Operasi Wanita (MOW). Langkah VI : Pelaksanaan merupakan langkah pelaksanaan yang telah direncanakan secara efisien dan aman. Keterlibatan bidan dalam menegement asuhan pasien adalah tetap tanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2009).Melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya yaitu :1. Melakukan pengawasan kondisi dan tanda-tanda vital2. Memberikan informasi pada ibu tentang kondisinya, setelah dilakukan pemeriksaan3. Memberitahu ibu tentang penanganan KB Medis Operasi Wanita (MOW)4. Memberi dukungan mental pada pasien agar tidak cemas dan takut5. Memberitahu keluarga, untuk memberikan dukungan mental kepada ibu, agar ibu tidak cemas6. Memberikan konseling baik sebelum maupun setelah tindakan pemasangan KB Medis Operasi Wanita (MOW) Langkah VII : Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah dilakukan tindakan.(Estiwidani, 2008).Melakukan evaluasi yang efektif sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan apakah rencana dan tindakan tersebut telah sesuai atau belum dalam penatalaksanaannya dengan harapan ibu merasa puas dan nyaman setelah terpasang KB Medis Operasi Wanita (MOW) dan ibu dalam keadaan sehat tidak mengalami komplikasi. E. Landasan hukum kewenangan bidan dalam asuhan pada pasien dengan kebutuhan KB Medis Operasi Wanita (MOW) Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan diantaranya :1. KepMenKes RI No.938/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan yaitu standar kompetensi bidan kompetensi 9 : melaksanakan asuhan kebidanan.2. Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui proses pengambilan keputusan dan tindakan dilakukan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.3. Area wewenang Bidan dalam pelayanan keluarga berencana tercantum dalam Kepmenkes 1464/Menkes/SK/VII/2010 yaitu bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana harus memperhatikan

kompetensi dan protap yang berlaku diwilayahnya meliputi :a. Memberikan pelayanan keluarga berencana yakni pemasangan IUD, AKBK, MOW, pemberian suntikan, tablet, kondom, diafragma, jelly dan melaksanakan konseling.b. Memberikan pelayanan efek samping pelayanan kontrasepsi.c. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan pelaksanaannya berdasarkan protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui pelayanan KB keliling.d. Dalam keaadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa Bidan berwenang melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan bila tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli.e. Kewajiban Bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kewenangan : 1) Meminta persetujuan yang akan dilakukan.2) Memberikan informasi.3) Melakukan rekam medis dengan baik

F. Pre TubektomiSyarat MOW(syarat medik, bahagia, sukarela) ( Saiffudin, 2008).Persiapan KlienKelengkapan Klien dan Petugas Ruang OperasiPencegahan Infeksi (Sebelum Pembedahan, Selama Pembedahan, Setelah Pembedahan)Premedikasi dan AnestesiAlur pikir

Metode Operasi Wanita (MOW) / Tubektomi

Post TubektomiPerawatan Pascabedah dan Pengamatan LanjutKonseling Kepada KlienTeknik OperasiMinilaparotomiLaparoskopi

Gambar 1.1 Alur PikirGambar diatas menjelaskan Metode Operasi Wanita (MOW) / Tubektomi dibagi menjadi 3 tahapan yaitu pre tubektomi, Teknik Operasi, dan post tubektomi. Disini peneliti melakukan asuhan pre tubektomi dan post tubektomi, Sedangkan tindakan Operasi dilakukan oleh Dokter Obsgyn. Pre Tubektomi meliputi Syarat dilakukannya Tubektomi, Persiapan Klien, Kelengkapan untuk Klien, Kelengkapan Petugas Ruang Operasi, Pencegahan Infeksi (sebelum pembedahan, selama pembedahan, setelah pembedahan), Premedikasi dan Anestesi. Selanjutnya Teknik Operasi ada 2 tipe yang sering digunakan dalam pelayanan tubektomi yaitu Minilaparotomi dan Laparoskopi. Sedangkan untuk Post Tubektomi yaitu memberikan Asuhan Perawatan Pascabedah, Pengamatan Lanjut dan konseling Kepada Klien sebelum Pulang.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Desain PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam menyusun studi kasus ini adalah observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Deskriptif yaitu studi kasus yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010). Observasional adalah penelitian yang dilakukan terhadap sampel atau populasi untuk mencari keterangan secara faktual, memperoleh fakta dari gejala yang ada tanpa memberikan perlakuan/ intervensi. Studi kasus yaitu penelitian untuk memberi gambaran secara rinci tantang latar belakang, karakteristik yang khas dari kasus, yang kemudian dijadikan suatu yang bersifat umum.Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmojo, 2005). B. Tempat dan Waktu penelitianTempat pengambilan kasus ini adalah di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul, dan waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang akan dilakukan. Pada penelitian ini waktu pelaksanaan dilakukan dari bulan Desember 2013 sampai bulan juni 2014.C. Subyek PenelitianDalam penulisan laporan studi kasus ini subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah akseptor KB MOW di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.D. Jenis DataJenis data yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa data primer dan data sekunder.1. Data primerData yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh orang atau peneliti yang melakukan studi kasus dengan cara wawancara/interview. mendalam, observasi langsung, dan pemeriksaan fisik (Notoatmodjo, 2010).2. Data sekunderData yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang-orang yang melakukan studi kasus dari sumber-sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010).E. Alat dan Metode Pengumpulan DataTeknik pengambilan data adalah suatu cara atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo,2010).1. Alat Pengumpulan Dataa. Format askebb. Lembar Observasic. Tipe Recorderd. Alat Vital Sign (tensimeter, stetoskop, thermometer)2. Metode Pengumpulan Dataa. WawancaraWawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dengan seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan subjek peneliti.b. ObservasiObservasi langsung dilakukan tanpa menggunakan peralatan khusus. Jadi peneliti langsung mengobservasi atau mengamati dan mencatat segala sesuatu yang diperlukan pada saat terjadinya proses.c. Study DokumentasiStudi dokumentasi merupakan semua bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumentasi bisa berupa list pasien atau status pasien.d. Pemeriksaan fisika. Pemeriksaan fisik1) InspeksiSuatu observasi yang dilakukan secara sistematis dari ujung kepala sampai ujung kaki.2) PalpasiPalpasi suatu teknik yang menggunakan indera peraba jari tangan adalah intrumen yang sensitif dan digunakan untuk mengumpulkan data tersebut : temperatur, turgor, bentuk dan ukuran.

3) AuskultasiPemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. F. Analisis DataDalam penelitian studi kasus ini teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan deskripif yang menggunakan prinsip-prinsip manajemen asuhan kebidanan menurut Varney (2007). Analisis yang digunakan dengan menarasikan atau menggunakan kata-kata yang berkaitan yang sudah didapatkan saat pengumpulan data dengan menggunakan 7 langkah Varney.G. Etika PenelitianMenurut Sulistyaningsih (2011) etika studi kasus yaitu :1. Informed Consent (lembar persetujuan)Data studi kasus diperoleh dengan kuisioner yang diberikan kepada Ibu Akseptor KB MOW di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Kuisioner disertai informed consent yang ditandatangani oleh responden sebagai bukti bahwa Ibu bersedia menjadi responden.2. Anonimity (tanpa nama)Nama responden dalam studi kasus ini ditulis dengan inisial untuk menjaga kerahasiaan identitas responden.3. Menjamin kerahasiaan respondenKerahasian responden dalm penelitian akan selalu menjadi prioritas utama dan terjaga dengan baik saat pengisian kuisioner maupun saat pengolahan data dan hasil penelitian disajikan. 4. Menjamin keamanan respondenKeamanan reponden dalam penelitian ini yaitu penelitian menjamin penelitian yang akan dilakukan tidak akan membahayakan responden serta selalu terjaga keamanannya.5. Mendapat persetujuan dari respondenSebelum dilakukan penelitian, penelititerlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian dan melakukan informed consent kepada responden sehingga mendapat persetujuan dan bersedia menjadi objek penelitian tanpa adannya paksaan dari pihak manapun.6. Pasien safetyHampir Setiap Tindakan Medis Menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat , jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensi bagi terjadinya kesalahan medis (Medical Errors).Untuk itu, pada Akseptor KB MOW perlu dilakukannya pemeriksaan yang sesuai, tahap prosedur pengobatan yang benar, kedisiplinan merespon hasil pemeriksaan asuhan, tahap preventive seperti memberikan terapi serta monitor dan follow up yang adekuat.

1