i. pendahuluan l - unggul membangun · pdf filelatar belakang kacang ... karbohidrat 21.1 g,...
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman polong-
polongan di Indonesia. Tanaman ini sebetulnya bukanlah tanaman asli Indonesia,
melainkan berasal dari Brazillia (Amerika Selatan), namun saat ini telah menyebar
ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Mula-mula kacang tanah ini
dibawa dan disebarkan ke Benua Eropa kemudian menyebar ke Benua Asia.
Penghasil kacang tanah yang terbesar di dunia adalah Tiongkok dan India.
Tanaman kacang tanah ini diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad-16.
Tanaman ini dibawa oleh seorang berkebangsaan spanyol yang mengadakan
pelayaran dan perdagangan antara Meksiko dan Kepulauan Maluku (Tim Bina
Karya Tani, 2009).
Kacang tanah mengandung gizi yang tinggi. Kandungan gizi kacang tanah
dalam 100 g bahan adalah Kalori 452 kal, Protein 25.3 g, Lemak 42.8 g,
Karbohidrat 21.1 g, Kalsium 58 mg, Fosfor 335 mg, Zat besi 1.3 mg, Vitamin B1
0.30 mg dan Vitamin C 3 mg (Pitojo, 2005).
Kacang tanah di Indonesia ditanam banyak di Pulau Jawa, Sumatra Utara,
Sulawesi dan kini telah mulai ditanam di seluruh Indonesia. Data yang diperoleh
dari Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukan bahwa di Indonesia luas areal
pertanaman kacang tanah pada Tahun 2009 seluas 628.660 ha dan produksinya
sebesar 763.507 ton, dengan produktivitas sebesar 1.21 ton/ha. Kacang tanah di
Indonesia luas areal pertanaman semakin menyempit. Produksi kacang tanah dari
tahun ke tahun pun menurun seiring berkurangnya lahan pertanian khususnya luas
2
areal kacang tanah. Tidak sebanding dengan makin bertambahnya penduduk dari
tahun ke tahun di Indonesia mengakibatkan volume impor kacang meningkat.
Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan teknik produksi berupa teknologi
serta pengetahuan yang baik tentang kacang tanah dan penggunaan benih unggul
untuk memperbaiki produksi kacang tanah (Badan Pusat Statistik, 2010).
Produksi kacang tanah di Kalimantan Tengah pada tahun 2011 0.8 ton/ha,
dengan luas panen 0.7 ha. Pada tahun 2012 produksi kacang tanah di Kalimantan
Tengah tidak mengalami peningkatan, yaitu dengan prokduksi 0.8 ton/ha dengan
luas panen 0.7 ha. Sedangkan produksi kacang tanah di Kabupaten Katingan pada
tahun 2011 38 ton/ha dengan luas panen 34 ha. Pada tahun 2012 produksi kacang
tanah di Kabupaten Katingan cenderung mengalami penurunan yaitu 37 ton/ha
dengan luas panen 32 ha (Badan Pusat Statistik, 2013).
Hal yang memprihatinkan kita adalah produktivitas kacang tanah Indonesia
yang masih sangat rendah yaitu sekitar 1 ton/ha, dimana tingkat produktivitas
yang dicapai baru setengahnya dari potensi hasil riil apabila dibandingkan dengan
Amerika Serikat dan Cina yang sudah mencapai lebih dari 2 ton/ha. Hal tersebut
bukan semata-mata disebabkan oleh perbedaan teknologi produksi, namun juga
karena adanya pengaruh faktor-faktor lain seperti karakter agroklimat, umur
panen, intensitas dan jenis hama penyakit, cara usaha tani serta varietas yang
ditanam. Survei membuktikan bahwa potensi biologis tertinggi tingkat
produktivitas kacang tanah yang pernah dicapai oleh Indonesia antara 3.0-4.5
ton/ha. Peningkatan produksi dapat juga diupayakan dengan memperbaiki kultur
teknis, seperti perawatan tanaman, pemupukan yang tepat dan sistem draenasi.
3
Salah satu penurunan produksi kacang tanah dapat disebabkan oleh
ketidakmampuan ginofor sampai ke dalam tanah sehingga menyebabkan ginofor
gagal membentuk polong (Pitojo, 2005).
Luas tanah aluvial di Kabupaten Katingan adalah 537.418 Ha. Tanah aluvial
mempunyai pH sangat rendah yaitu 4.2 setelah di analisis sehingga sulit untuk
digunakan sebagai lahan budidaya. Permasalahan tersebut dikendalikan dengan
meningkatkan pH tanah aluvial menggunakan kapur dolomit. Sedangkan
meningkatkan kesuburan tanahnya pada tanah aluvial diberikan pupuk kandang
kotoran ayam (Anonim, 2010).
Syarief (1986) menyatakan bahwa tanah aluvial berwarna kelabu sampai
kecoklat-coklatan. Tekstur tanahnya liat atau liat berpasir, keras diwaktu kering
dan teguh pada waktu lembab. Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak
tergantung pada bahan induknya. Namun reaksi tanahnya beragam dari asam,
netral sampai basa.
Pupuk kandang adalah pupuk yang dihasilkan dari kotoran hewan.
Penggunaan pupuk kandang memberikan beberapa manfaat seperti mengandung
hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman, mempunyai pengaruh susulan
karena pupuk kandang berpengaruh untuk jangka waktu yang lama dan
merupakan sumber nutrisi bagi tanaman yang penyediaannya berangsur-angsur.
Kandungan N, P dan K dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi namun bisa
memperbaiki struktur tanah, sehingga aerasi di dalam tanah semakin baik. Pupuk
kandang merupakan pupuk yang bahan dasarnya alami sehingga mudah diserap
secara menyeluruh oleh tanaman (Syarief, 1986).
4
Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang tanah di tanah
aluvial, pemberian pupuk kandang kotoran ayam cukup efektif. Pemberian pupuk
kandang kotoran ayam tersebut tentunya dengan dosis yang memenuhi kebutuhan
tanaman kacang tanah di tanah aluvial, pemberian sebagai dosis 30 ton/ha dengan
cara ditaburkan dan diaduk merata belum berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Rahayu, 2014). Hal ini selain memerlukan
dosis yang tepat juga diperlukan upaya memperbaiki cara pemberian yang
memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman kacang tanah yang dibudidayakan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, upaya memberikan dosis maupun cara
pemberian yang tepat pada pupuk kandang kotoran ayam diharapkan mampu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang tanah di tanah aluvial.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil kacang
tanah akibat dosis dan cara pemberian pupuk kandang kotoran ayam pada tanah
aluvial.
1.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Dosis pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil kacang tanah pada tanah aluvial.
2. Cara pemberian pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang tanah pada tanah aluvial.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Kacang Tanah
Suprapto (2000), menyatakan bahwa dalam dunia tumbuh-tumbuhan, kacang
tanah diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatopyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.
Berdasarkan tipe pertumbuhannya tanaman kacang tanah dapat di golongkan
menjadi tipe tegak dan menjalar. Tanaman kacang tanah yang bertipe tegak
mempunyai cabang percabangan banyak dan lurus. Pada tanaman kacang tanah
yang tipe menjalar pertumbuhan cabang lebih mengarah ke atas. batang utama
kacang tanah tipe menjalar rata-rata lebih panjang dari yang bertipe tegak. Umur
tanaman kacang tanah tipe tegak berkisar antara 100-120 hari, sedangkan yang
bertipe menjalar berkisar antara 5- 6 bulan (Purnamawati, 2009).
Varietas kacang tanah baik varietas lokal maupun varietas unggul yang
umum ditanam adalah tipe Spanish yang bercirikan polong berbiji 1-2. Selain itu,
juga masih ada kacang tanah yang ditanam dengan tipe Valencia yang dicirikan
dari polong berbiji 3-4. Sementara di daerah subtropis kebanyakan termasuk tipe
Virginia. Menambahkan warna ginofor tipe Spanish adalah ungu dan warna biji
6
rose, ukuran polong sedang, dengan guratan pada polong nyata, berpelatuk atau
paruh dan agak berpinggang (Trustinah, 2011).
Dilihat dari kandungan gizinya, kacang tanah memiliki nilai gizi yang
tinggi. Kadar protein mencapai 25 g per 100 g. Protein kacang merupakan protein
nabati berkualitas tinggi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak,
vegetarian dan orang yang mengkonsumsi sedikit daging. Kadar lemak kacang
tanah merupakan bahan pangan sumber minyak. Kadar lemak kacang tanah
mencapai 43 g per 100 g. Kacang tanah kaya akan asam lemak tidak jenuh yang
dapat menurunkan kolesterol darah (Astawan, 2009).
Daun pertama terangkat ke atas permukaan tanah selagi benih kacang tanah
berkecambah. Daun berikutnya berupa daun tunggal dan berbentuk bundar. Pada
pertumbuhan selanjutnya tanaman kacang tanah membentuk daun majemuk
bersirip genap, terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang.
Helaian anak daun ini beragam ada yang berbentuk bulat, elips dan agak lancip
tergantung varietasnya. Permukaan daun ada yang tidak berbulu dan ada yang
berbulu. Bulu daun ada yang hanya sedikit dan pendek, sedikit dan panjang,
banyak dan pendek, ataupun banyak dan panjang (Tim Bina karya Tani, 2009).
Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang
tumbuh menjalar dan ada yang tegak. Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm, tetapi
ada juga yang mencapai 80 cm. Tanaman yang bertipe menjalar tumbuh ke segala
arah dan dapat mencapai garis tengah 150 cm. Bagian bawah batang merupakan
tempat menempelnya perakaran tanaman. Batang di atas permukaan tanah
berfungsi sebagai tempat pijakan cabang primer, yang masing-masing dapat
7
membentuk cabang sekunder. Tanaman tipe tegak membentuk percabangan antara
3-6, sedangkan tipe menjalar dapat membentuk 10 cabang primer. Pada cabang
primer terbentuk cabang sekunder dan kemudian tumbuh cabang tersier. Batang
dan cabang kacang tanah terbentuk bulat, bagian atas batang ada yang terbentuk
agak persegi, sedikit berbulu dan berwarna hijau (Pitojo, 2005).
Kacang tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus hingga kedalaman 40
cm. Bagian akar tunggang tersebut akan tumbuh akar cabang dan diikuti oleh akar
serabut. Akar kacang berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman serta alat
penyerap air dan zat-zat hara serta mineral dalam tanah. Cabang dan akar rambut
berperan untuk memperluas permukaan akar guna meningkatkan daya serap akar
tanaman tersebut. Pada pangkal dan cabang akar tunggang kacang tanah biasanya
terdapat bintil-bintil bakteri Rhizobium yang berperan dalam penyerapan nitrogen
dari udara bebas (Tim Bina Karya Tani, 2009).
Bunga tanah mulai berbunga kira-kira pada umur 4-5 minggu. Bunga kacang
tanah pada umumnya melakukan penyerbukan sendiri, penyerbukan terjadi
menjelang pagi, sewaktu bunga masih kuncup (kleistogami). Penyerbukan silang
dapat terjadi, namun persentasenya sangat kecil, sekitar 15%. Umur bunga tidak
lama setelah terjadi penyerbukan, daun mahkota mekar penuh dan pada hari
berikutnya akan layu dan gugur. Bunga yang berhasil menjadi polong biasanya
hanya bunga yang terbentuk pada sepuluh hari pertama. Bunga yang muncul
selanjutnya sebagian besar akan gugur sebelum menjadi ginofora (bakal buah)
(Sumarno, 1986).
8
Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi
pembuahan. Setelah terjadi pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang. Inilah
yang disebut ginofora, yang nantinya akan menjadi tangkai polong. Mula-mula
ujung ginofora tersebut mengarah ke atas, tetapi setelah tumbuh memanjang,
ginofora tadi mengarah ke bawah dan selanjutnya masuk ke dalam tanah. Pada
waktu ginofora menembus tanah, peranan hujan sangat membantu. Setelah
terbentuk polong, pertumbuhan memanjang ginofora berhenti. Ginofora dapat
tumbuh memanjang dan mencapai ukuran antara 6-18 cm. Kacang tanah yang tipe
pertumbuhannya tegak, ginofora yang terbentuk panjang. hal ini menjadi catatan
bahwa tidak semua ginofora dapat masuk ke dalam tanah, terutama pada tipe
tegak, ginofora yang terbentuk dari bunga terletak di bagian atas cabang, sehingga
tidak mencapai 15 cm. Pada saat berlangsung pembentukan polong, harus
memperhatikan kelembaban dan kegemburan tanah, sebab kadar air sangat
menentukan dalam proses pembentukan ginofora dan proses pembuahan (Pitojo,
2005).
2.2. Syarat Tumbuh Kacang Tanah
Kacang tanah tersebar diseluruh dunia meliputi wilayah tropik, subtropik dan
suhu hangat. Kacang tanah dapat tumbuh pada lahan yang memiliki ketinggian 0-
500 mdpl. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, seperti tanah, temperatur, sinar matahari, hujan, kecepatan angin dan
faktor-faktor iklim lainnya. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dalam
menentukan produktivitas tanaman. Berdasarkan faktor tersebut iklim merupakan
faktor yang sulit dikendalikan.
9
Kacang tanah sangat cocok ditanam pada jenis tanah lempung berpasir, liat
berpasir, atau lempung liat. Menurut Adisarwanto (2000), bahwa kemasaman
(pH) tanah yang cocok adalah 6.5 dengan sistem drainase yang baik. Drainase
yang baik menciptakan aerasi yang baik pula sehingga akar tanaman akan lebih
mudah menyerap air, hara nitrogen dan oksigen. Tingkat kesuburan tanah
dipengaruhi oleh kandungan atau kecukupan unsur hara dalam tanah. Semakin
tinggi tingkat kesuburan tanah maka semakin banyak unsur hara yang tersedia
bagi tanaman. Semua tanaman termasuk kacang tanah memerlukan unsur hara
esensial makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, Mo,
B, dan Cl). Kebutuhan hara tersebut diperoleh dari udara, air, tanah, sisa-sisa
tanaman dan pupuk. Semua unsur hara esensial tersebut harus tersedia dalam
jumlah yang optimum sesuai dengan kebutuhan kacang tanah dan mudah diserap
agar dicapai hasil maksimal.
Menurut Pitojo (2005), menyatakan bahwa kacang tanah tumbuh paling baik
dalam kisaran suhu udara 25-35oC. Suhu tanah yang menjadi faktor penentu
dalam perkecambahan biji dan pertumbuhan awal tanam. Suhu ideal untuk
pertumbuhan ginofor sekitar 30-34oC dan suhu optimal perkecambahan benih
berkisar 20-30oC. Tanaman kacang tanah memerlukan sinar matahari yang penuh.
Naungan lebih dari 30% akan menurunkan hasil kacang tanah karena
mempengaruhi fotosintesis dan respirasi. Intensitas cahaya yang rendah saat
pembentukan ginofor akan mengurangi jumlah ginofor sedangkan intensitas
cahaya yang rendah saat pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat
polong serta menambah polong hampa.
10
Tanaman kacang tanah tergolong jenis tanaman yang memerlukan iklim
yang lembab pada fase perkecambahan, fase perkembangan vegetatif, fase
pembungaan dan fase pengisian polong. Setelah pengisian polongnya sempurna,
dikehendaki iklim yang kering untuk membantu pemasakan polong karena iklim
yang lembab dan basah dapat menyebabkan pembusukan polong. Kelembaban
udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65%.
Curah hujan yang tinggi tidak menjamin produksi kacang tanah yang
dihasilkan akan tinggi pula. Menurut Adisarwanto (2000), menyatakan distribusi
curah hujan yang merata dari pertumbuhan sampai panen yang baik yaitu 300-500
mm. Curah hujan yang terlalu banyak pada awal tumbuh akan menekan
pertumbuhan dan menurunkan hasil. Bila curah hujan agak banyak pada periode
pemasakan polong maka polong akan pecah dan biji berkecambah karena
penundaan saat panen.
2.3. Pupuk Kandang Kotoran Ayam
Pupuk kandang merupakan kotoran hewan ternak yang tercampur dengan
sisa makanan. Nilai pupuk kandang ditentukan oleh sumber cara penanganannya
dan harga hara yang ditambahkan selain itu, juga ditentukan oleh komposisi
pupuk, yang tergantung dari jenis, umur, keadaan individu hewan dan jenis
makanan yang dikonsumsi hewan.
Pupuk kandang memiliki beberapa sifat yang lebih baik antara lain:
Merupakan humus yang dapat menjaga mempertahankan struktur tanah, sebagai
sumber hara N, P, dan K yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, menaikkan daya menahan air dan banyak mengandung mikroorganisme
11
yang dapat mensintesa senyawa-senyawa tertentu sehingga berguna bagi tanaman.
Penambahan pupuk kandang ke dalam tanah dapat menjaga stabilitas agregat dan
pori-pori makro yang dibutuhkan untuk infiltrasi sehingga mengurangi run off dan
erosi.
Menurut Hardjowigeno (1995), bahwa di dalam kotoran ayam terkandung
unsur-unsur hara seperti kadar N 1.70%, P 1.90% dan K 1.50%. Terlihat bahwa
pupuk kotoran ayam memiliki sumber kalium dan mengandung unsur mikro
seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), molybdenum (Mo). Pupuk kandang
kotoran ayam lebih cepat matangnya, kelembaban yang rendah memperkecil
mineralisasinya dan mempersempit depresi nitrat dalam tanah sehingga
ketersediaan unsur hara yang didapat dalam kotoran ayam lebih cepat diserap.
Pupuk kandang kotoran ayam juga dikategorikan berkualitas tinggi, pupuk
kandang terkaya, mengandung bahan organik, nitrogen, fospor dan kalium
tersedia lebih besar.
2.4. Cara Pemberian Pupuk
Cara pemberian pupuk kandang pada lahan tergantung musim, jenis, dan
umur tanaman. Pada musim hujan pupuk kandang dapat ditaburkan di permukaan
tanah, tetapi pada musim kemarau dibenamkan atau dicampurkan dengan tanah
agar tidak mengering. Pada lahan usahatani tanaman semusim, pupuk kandang
diaduk dengan tanah lapisan atas pada waktu pengolahan tanah, sedangkan pada
tanaman tahunan pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam dicampur
dengan kapur dolomit, sebelum benih ditanam. Pemberian pupuk kandang akan
12
memperbaiki sifat fisika antara lain : struktur, permeabilitas dan pori-pori tanah,
konsistensi dan suhu tanah. Bahan organik mempunyai sifat higroskopis, sehingga
tanah menjadi lembab dan lebih dingin. Keadaan ini menyebabkan aktivitas
organisme mikro bertambah, ukuran dan bentuk struktur mengalami perubahan,
pori-pori tanah juga bertambah. Dengan bertambahnya pori-pori tanah
permeabilitas dan konsistensi tanah semakin baik. Pemberian bahan organik juga
memperbaiki sifat kimia, antara lain: meningkatkan kandungan bahan organik
tanah, unsur hara dan kapasitas tukar kation tanah. Bahan organik berbentuk
humus dapat menahan hara tanaman menjadi bentuk tidak larut dan tidak mudah
tercuci air hujan. Makin tinggi bahan organik, makin banyak hara dapat ditahan,
sehingga pemupukan (an-organik) yang dilakukan dapat lebih efisien (Sutedjo,
2002).
2.5. Tanah Aluvial
Tanah aluvial adalah tanah yang terbentuk dari material halus hasil
pengendapan aliran sungai, umumnya terdapat di dataran rendah atau lembah.
Tanah aluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering dan
lekat jika basah. Status kesuburan aluvial amat tergantung dengan bahan induk
dan iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basah
P dan K relatif rendah dan pH lebih rendah dari 6.5 salah satu cara untuk
meningkatkan pH tanah aluvial agar memenuhi syarat tumbuh tanaman kacang
tanah dapat menambahkan kapur dolomit pada media tanam. Daerah-daerah
dengan curah hujan rendah didapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral.
Dalam analisis KTK, mula-mula semua kation yang dapat dipertukarkan diganti
13
dengan kation tertentu misalnya dengan NH4+ (dari larutan NH4Oac), kemudian
ditentukan jumlah kation yang diperlukan untuk mengganti kation tersebut.
Beberapa kation terutama K bila digunakan sebagai kation pengganti akan
memberi gambaran yang kurang tepat karena sebagian dari K dapat diikat oleh
mineral liat tertentu seperti mineral illit. KTK tetap adalah jumlah muatan negatif
dari liat akibat subtitusi ion-ion dengan muatan rendah terhadap ion-ion dalam
struktur kristal yang bervalensi lebih tinggi. Hal ini terjadi pada waktu proses
pembentukan liat sedang berjalan. Sebagai contoh misalnya subtitusi Al3+
terhadap Si4+ dalam Si tetrahedron atau subtitusi Mg2+ terhadap Al3+ dalam Al
octahedron. Akibat subtitusi tersebut maka terjadilah kelebihan muatan negatif
dalam mineral liat yang merupakan KTK tetap (Hardjowigeno, 1995).
14
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lahan dengan jenis tanah aluvial yang
bertempat di Desa Hampalit, Jl. Gembala, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten
Katingan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan
September 2014.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, gergaji, tali rafia, alat ukur
(meteran), timbangan, kalkulator, kamera, kayu, cat, paku, buku dan alat tulis
lainnya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah
Varietas Bison, pupuk kandang kotoran ayam (sebagai perlakuan), kapur dolomit
dan tanah aluvial.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2
faktor dan 3 ulangan. Faktor perlakuan pertama adalah dosis pupuk kandang
kotoran ayam terdiri dari empat taraf yaitu :
P1 = 10 ton/ha
P2 = 20 ton/ha
P3 = 30 ton/ha
P4 = 40 ton/ha
15
Sedangkan faktor perlakuan kedua adalah cara pemberian pupuk kandang kotoran
ayam yang terdiri dari 2 cara, yaitu :
J1 = Pemberian per petak (diaduk merata pada petak)
J2 = Pemberian per tanaman (diaduk merata pada lubang tanam).
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan
Pupuk Kandang Kotoran Ayam (P)
Cara Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Ayam (J) J1 J2
P1 P1J1 P1J2
P2 P2J1 P2J2
P3 P3J1 P3J2 P4 P4J1 P4J2
Kedua faktor tersebut menghasilkan 8 kombinasi perlakuan dan masing-
masing kombinasi diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 24 satuan
eksperimen. Denah tata letak eksperimen dapat dilihat pada Gambar lampiran 1.
Nilai observasi pada eksperimen ini diasumsikan sebagai berikut :
Yijk = + αi + βj + (αβ)ij + ijk
Yijk = Nilai pengamatan pada dosis pupuk kandang kotoran ayam ke-i dan cara
pemberian pupuk kandang kotoran ayam ke-j ulangan ke-k
= Nilai tengah umum
αi = Pengaruh dosis pupuk kandang kotoran ayam taraf ke-i
βj = Pengaruh cara pemberian pupuk kandang kotoran ayam ke-j
(αβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan dosis pupuk kandang kotoran ayam ke-i dan
cara pemberian pupuk kandang kotoran ayam ke-j.
ijk = Galat percobaan dengan i = 1,2,3,4, j = 1,2 dan k = 1,2,3.
16
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Lokasi Penelitian
Lahan yang digunakan tempat penelitian ini terlebih dulu dibersihkan dari
tumbuhan sebelumnya dan akar-akar tumbuhan sebelumnya. Tujuan pembersihan
lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan
tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang ada. Selanjutnya lahan tersebut
dicangkul dan dibuat petakan dengan jarak antar petak perlakuan 50 cm.
Bedengan dibuat dengan ukuran 180 × 120 cm dan kedalaman parit 30 cm.
Kemudian dibuat pagar dari pohon-pohonan sekeliling lahan, setelah diolah dan
diberikan perlakuan pupuk kandang kotoran ayam sesuai dosis perlakuan dan
sesuai tata cara pemberian pupuk kandang kotoran ayam dan kapur dolomit
(ditabur maupun di lubang tanam) kemudian diinkubasi selama 2 minggu.
3.4.2. Penanaman
Setelah masa inkubasi lahan tanam selesai kemudian dilakukan penanaman
benih kacang tanah. Penanaman dilakukan dengan cara mengukur jarak tanam
sekaligus membuat lubang tanam menggunakan tugal sesuai jarak tanam dengan
ukuran 30 × 30 cm sehingga setiap petak perlakuan terdapat 24 tanaman ( Gambar
Lampiran 2). Sebelum ditanam, benih terlebih dahulu direndam dengan air selama
1 jam dan setelah itu benih siap ditanam. Penanaman dengan memasukkan 1 benih
ke dalam lubang tanam dan ditutup kembali dengan tanah yang halus dan tipis
lapisannya.
17
3.4.3. Pemupukan
Pemberian pupuk kandang kotoran ayam dilakukan saat menyiapkan lahan
tanam, yaitu 2 minggu sebelum tanam dengan dosis dan cara pemberian sesuai
perlakuan.
a. Cara pemberian pupuk per petak yaitu dengan cara ditaburkan ke permukaan
tanah menggunakan cangkul kemudian diaduk merata pada setiap petak.
b. Cara pemberian pupuk per tanaman yaitu dengan cara dibuat dengan diameter
10 cm kemudian masukkan pupuk kandang diaduk merata di setiap lubang
tanaman.
Untuk kapur dolomit semua petak perlakuan diberikan dengan dosis 4
ton/ha dengan cara diaduk merata pada lahan yang diberikan 2 minggu sebelum
tanam.
3.5. Pemeliharaan Tanaman
3.5.1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Penyiraman menyesuaikan dengan keadaan cuaca selama penelitian berlangsung
dan kondisi media tanam. Penyiraman dilakukan dengan jumlah penyiraman yang
sama antar semua petak perlakuan yaitu dengan ukuran 20 liter per petak.
3.5.2. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan tujuannya untuk menekan populasi gulma
sampai jumlah tertentu hingga tidak menimbulkan gangguan terhadap tanaman.
pengendalian gulma dapat dilaksanakan pada umur 14 hst sampai 93 hst setelah
18
tanam dengan cara dicabut gulma jenis gulma yang tumbuh yaitu seperti teki-
tekian dan ilalang tumbuh di sekitar tanaman.
3.5.3. Pengendalian Hama
Pengendalian hama dan penyakit tanaman kacang tanah menggunakan
pestisida alami. Bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida alami antara
lain: jahe, bawang putih dan tembakau. Pestisida ini digunakan pada sore hari
sekitar pukul 16.00 WIB. Pestisida disimpan selama 1 minggu dan diletakkan di
tempat yang tidak terkena cahaya matahari, digunakan 2 kali untuk pemakaian
(Soepudinsba. 2009).
3.6. Panen
Tanaman kacang tanah Varietas Bison dipanen pada umur 93 hari setelah
tanam (HST) (Rahayu, 2014). Panen dilakukan saat kacang tanah sudah masak
yang ditunjukkan sebagian besar daun pada pertanaman mulai mengering dan
sebagian daunnya mulai berguguran.
3.7. Cara Panen
Panen kacang tanah umumnya dilakukan secara manual yaitu dengan
mencabut dan mencongkel tanaman. Pencabutan dilakukan secara hati-hati agar
tidak banyak polong yang tertinggal. Karena kehilangan hasil berupa
tertinggalnya polong dalam tanah dapat mencapai 25%.
Untuk mengatasi terbuangnya hasil panenan akibat pencabutan, sebaiknya
sebelum dilakukan pencabutan, tanah yang kering diairi terlebih dahulu agar
19
menjadi lunak. Cara panen tersebut meskipun memerlukan banyak tenaga dan
waktu, namun mampu menghasilkan mutu biji yang lebih baik karena dapat
terhindar dari kerusakan mekanis (Sumarno, 1986).
3.8. Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap 8 tanaman pada setiap petak perlakuan,
parameter pada penelitian ini meliputi :
1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai tajuk tanaman
tertinggi, pengamatan dilakukan pada umur 14, 21, 28, 35 dan 42 HST.
2. Jumlah daun, dengan menghitung seluruh daun yang telah membuka
sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 14, 21, 28, 35
dan 42 HST.
3. Jumlah polong pertanaman (polong), yang diamati pada saat panen umur 93
hari setelah tanam.
4. Berat basah polong pertanaman (g), yang diamati pada saat panen umur 93
hari setelah tanam.
5. Berat kering polong pertanaman (g), yang diamati pada saat panen dan
dijemur dengan panas matahari selama 3 hari.
6. Jumlah biji pertanaman (biji), yang diamati setelah dijemur dengan panas
matahari selama 3 hari.
7. Berat kering biji pertanaman (g), yang diamati setelah dijemur dengan panas
matahari selama 3 hari.
8. Berat kering tanaman (g) yang diamati setelah panen yaitu batang, daun,
akar dan polong kemudian diovenkan selama 2 hari dengan suhu 75oC.
20
Selain terhadap parameter-parameter tersebut, juga dilakukan pengamatan
pH tanah beberapa kali sejak mulai persiapan lahan s/d panen, dan kejadian
selama penelitian.
3.9. Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam (uji F) pada
taraf α = 0.05 dan 0.01. Perlakuan yang pengaruh nyata, maka pengujian
dilanjutkan menggunakan Uji BNJ 0.05 dan kemudian dilanjutkan Uji DMRT
pada taraf significan 0.05 dengan hasil analisis ada perbedaan nyata untuk
pengamatan jumlah polong.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tinggi Tanaman
Data hasil pengamatan parameter tinggi tanaman umur 14, 21, 28, 35 dan
42 HST masing-masing disajikan pada tabel lampiran 8, 10, 12, 14 dan 16.
Sedangkan analisis ragamnya masing-masing disajikan pada tabel lampiran 9, 11,
13, 15 dan 17. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian
pupuk kandang kotoran ayam dan cara pemberian tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman kacang tanah pada semua umur pengamatan. Sedangkan
hasil analisis ragam tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan pupuk
kandang kotoran ayam berpengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 14 HST dan
berpengaruh sangat nyata pada umur 21, 28, 35 dan 42 HST terhadap tinggi
tanaman. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah umur 14, 21, 28, 35 dan 42 HST
pengaruh pupuk kandang kotoran ayam disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Pengaruh Pupuk Kandang Kotoran Ayam
Perlakuan Tinggi Tanaman
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
P1 4.81 a 7.76 a 11.05 a 21.33 a 31.67 a
P2 4.98 a 8.68 ab 12.70 ab 22.53 a 32.50 a
P3 5.41 ab 9.58 bc 14.43 bc 23.53 a 35.72 b
P4 6.09 b 10.6 c 15.77 c 26.57 b 40.15 c
BNJ 0.05 1.04 1.07 2.03 2.80 2.47 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada umur yang sama, tidak berpengaruh
nyata menurut uji BNJ 0.05.
Berdasarkan Tabel 2, perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran ayam
berpengaruh nyata pada umur 14, 21, 28, 35 dan 42 HST menunjukkan bahwa
pemberian pupuk kandang kotoran ayam P4 dengan dosis 40 ton/ha terlihat
22
memiliki rata-rata tinggi tanaman yang lebih tinggi yaitu 40.15 cm (42 HST)
namun tidak berpengaruh nyata dibandingkan perlakuan P1 dosis 10 ton/ha dan P2
dosis 20 ton/ha dengan rata-rata lebih rendah yaitu 31.67 cm dan 32.50 cm (42
HST), berpengaruh nyata dengan dosis P3 dosis 30 ton/ha dengan rata-rata tinggi
tanaman yaitu 35.72 cm (42 HST).
4.1.2. Jumlah Daun
Data hasil pengamatan parameter jumlah daun tanaman umur 14, 21, 28, 35
dan 42 HST masing-masing disajikan pada tabel lampiran 18, 20, 22, 24 dan 26.
Sedangkan analisis ragamnya masing-masing disajikan pada tabel lampiran 19,
21, 23, 25 dan 27. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian
pupuk kandang kotoran ayam tidak berpengaruh nyata pada semua umur
pengamatan, namun cara pemberian berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
kacang tanah pada umur 35 dan 42 HST. Sedangkan hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh sangat
nyata terhadap jumlah daun tanaman umur 14, 21, 28, 35 dan 42 HST. Rata-rata
jumlah daun kacang tanah umur 14, 21, 28, 35 dan 42 HST pengaruh pupuk
kandang kotoran ayam disajikan pada tabel 3, dan rata-rata cara pemberian jumlah
daun kacang tanah pengaruh pupuk kandang kotoran ayam disajikan pada tabel 4.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun Kacang Tanah Pengaruh Pupuk Kandang Kotoran Ayam
Perlakuan Jumlah Daun
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST P1 8 a 17 a 25 a 30 a 43 a
P2 8 a 17 a 27 a 33 b 44 a
P3 8 a 19 a 28 a 38 c 57 b
P4 10 b 23 b 30 b 43 d 60 c
BNJ 0.05 1.70 1.79 2.17 2.48 2.86 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada umur yang sama, tidak berpengaruh
nyata menurut uji BNJ 0.05.
23
Berdasarkan Tabel 3, perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran ayam
berpengaruh nyata pada umur 14, 21, 28, 35 dan 42 HST menunjukkan bahwa
pemberian pupuk kandang kotoran ayam P4 dengan dosis 40 ton/ha terlihat
memiliki rata-rata jumlah daun yang lebih banyak, yaitu 60 helai dan berpengaruh
nyata dibandingkan perlakuan dengan dosis P3 30 ton/ha dengan rata-rata jumlah
daun 57 helai (42 HST), namun tidak berpengaruh nyata perlakuan dengan dosis
P1 10 ton/ha dan P2 20 ton/ha dengan rata-rata yang lebih sedikit yaitu, 43 dan 44
helai (42 HST).
Tabel 4. Rata-rata Cara Pemberian Jumlah Daun Kacang Tanah
Cara Pemberian 35 HST 42 HST
J1 37 b 52 b
J2 35 a 50 a
BNJ 0.05 1.30 1.50
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berpengaruh pada umur yang sama, berpengaruh nyata menurut uji BNJ 0.05.
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa cara pemberian pupuk kandang
kotoran ayam berpengaruh nyata pada umur 35 dan 42 HST menunjukkan bahwa
cara pemberian yang berbeda yaitu per petak dengan rata-rata jumlah daun lebih
banyak 52 helai (42 HST) dan tidak berpengaruh nyata per lubang tanam dengan
rata-rata jumlah daun lebih sedikit 50 helai (42 HST).
4.1.3. Jumlah Polong
Data hasil pengamatan parameter jumlah polong pada saat panen disajikan
pada tabel lampiran 28. Sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel
lampiran 29. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian pupuk
kandang kotoran ayam dan cara pemberian tidak berpengaruh nyata terhadap
24
jumlah polong kacang tanah saat panen. Sedangkan hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah polong. Rata-rata jumlah polong kacang tanah
pengaruh pupuk kandang kotoran ayam disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Jumlah Polong Pengaruh Pupuk kandang Kotoran Ayam
Perlakuan Jumlah Polong
P1 21a
P2 24 ab
P3 27 ab
P4 28 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berpengaruh nyata menurut uji DMRT.
Berdasarkan Tabel 5, perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran ayam
berpengaruh nyata pada jumlah polong memperlihatkan rata-rata jumlah polong
yang lebih banyak, yaitu 28 polong dan ini berpengaruh nyata dibandingkan
perlakuan P1 10 ton/ha dengan rata-rata yang lebih sedikit yaitu 21 polong, namun tidak
berpengaruh nyata dengan dosis P2 20 ton/ha dan P3 30 ton/ha dengan rata-rata jumlah
polong sebanyak 24 polong dan 27 polong.
4.1.4. Berat Basah Polong
Data hasil pengamatan parameter berat basah polong disajikan pada tabel
lampiran 30. Sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel lampiran 31. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian pupuk kandang kotoran
ayam dan cara pemberian tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah polong
kacang tanah. Sedangkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap parameter berat basah
25
polong. Rata-rata berat basah polong kacang tanah pengaruh pupuk kandang
kotoran ayam disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Berat Basah Polong Pengaruh Pupuk Kandang Kotoran Ayam
Perlakuan Berat Basah Polong
P1 34.88 a
P2 34.89 a
P3 35.09 a
P4 57.44 b
BNJ 0.05 20.75
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berpengaruh nyata menurut uji BNJ
0.05.
Berdasarkan Tabel 6, perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran ayam
berpengaruh nyata pada berat basah polong memperlihatkan rata-rata berat basah
polong yang lebih tinggi, yaitu 57.44 g dan tidak berpengaruh nyata dibandingkan
perlakuan P1 10 ton/ha, P2 20 ton/ha dan P3 30 ton/ha dengan rata-rata berat basah
polong yang lebih rendah 34.88, 34.89 dan 35.09 g.
4.1.5. Berat Kering Polong
Data hasil pengamatan parameter berat kering polong disajikan pada tabel
lampiran 32. Sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel lampiran 33. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian pupuk kandang kotoran
ayam dan cara pemberian tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering polong
kacang tanah. Sedangkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering
polong. Rata-rata berat kering polong kacang tanah pengaruh pupuk kandang
kotoran ayam disajikan pada tabel 7.
26
Tabel 7. Rata-rata Berat Kering Polong Pengaruh Pupuk kandang Kotoran Ayam
Perlakuan Berat Kering Polong
P1 30.00 a
P2 31.74 a
P3 34.14 a
P4 55.90 b
BNJ 0.05 20.48
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berpengaruh nyata menurut uji BNJ 0.05.
Berdasarkan Tabel 7, perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran ayam
berpengaruh nyata pada berat kering polong memperlihatkan rata-rata berat kering
polong yang lebih tinggi, yaitu 55.90 g dan tidak berpengaruh nyata dibandingkan
perlakuan P1 10 ton/ha, P2 20 ton/ha dan P3 30 ton/ha dengan rata-rata berat kering
polong yang lebih rendah 30.00, 31.74 dan 34.14 g.
4.1.6. Jumlah Biji
Data hasil pengamatan parameter jumlah biji disajikan pada tabel lampiran
34. Sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel lampiran 35. Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian pupuk kandang kotoran ayam dan
cara pemberian tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji kacang tanah.
Sedangkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang
kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah biji. Rata-rata
jumlah biji kacang tanah pengaruh pupuk kandang kotoran ayam disajikan pada
tabel 8.
27
Tabel 8. Rata-rata Jumlah Biji Pengaruh Pupuk kandang Kotoran Ayam
Perlakuan Jumlah Biji
P1 38 a
P2 42 ab
P3 46 ab
P4 50 b
BNJ 0.05 10
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berpengaruh nyata menurut uji BNJ 0.05.
Berdasarkan Tabel 8, perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran ayam
berpengaruh nyata pada jumlah biji memperlihatkan rata-rata jumlah biji yang
lebih banyak, yaitu 50 biji dan ini berpengaruh nyata dibandingkan perlakuan P1
10 to/ha dengan rata-rata yang lebih sedikit yaitu 38 biji, namun tidak berpengaruh nyata
dengan dosis P2 20 ton/ha dan P3 30 ton/ha dengan rata-rata jumlah polong sebanyak 42
dan 46 biji.
4.1.7. Berat Kering Biji
Data hasil pengamatan parameter berat kering biji disajikan pada tabel
lampiran 36. Sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel lampiran 37. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian pupuk kandang kotoran
ayam dan cara pemberian tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering biji
kacang tanah. Sedangkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering
biji. Rata-rata berat kering biji kacang tanah pengaruh pupuk kandang kotoran
ayam disajikan pada tabel 9.
28
Tabel 9. Rata-rata Berat Kering Biji Pengaruh Pupuk kandang Kotoran Ayam
Perlakuan Berat Kering Biji
P1 22.08 a
P2 23.40 a
P3 28.97 a
P4 40.79 b
BNJ 0.05 8.11
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berpengaruh nyata menurut uji BNJ 0.05.
Berdasarkan Tabel 9, perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran ayam
berpengaruh nyata pada berat kering biji memperlihatkan rata-rata berat kering
biji yang lebih tinggi, yaitu 40.79 g dan tidak berpengaruh nyata dibandingkan
perlakuan P1 10 ton/ha, P2 20 ton/ha dan P3 30 ton/ha dengan rata-rata berat kering
polong yang lebih rendah 22.08, 23.40 dan 28.97 g.
4.1.8. Berat Kering Tanaman
Data hasil pengamatan parameter berat kering tanaman disajikan pada tabel
lampiran 38. Sedangkan analisis ragamnya disajikan pada tabel lampiran 39. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian pupuk kandang kotoran
ayam dan cara pemberian tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman
kacang tanah. Sedangkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk kandang kotoran ayam tn berpengaruh nyata terhadap parameter berat
kering tanaman.
29
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa interaksi antara
pemberian pupuk kandang kotoran ayam dengan cara pemberian tidak
berpengaruh nyata terhadap semua variabel (tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
polong, berat basah polong, berat kering polong, jumlah biji, berat biji dan berat
kering tanaman). Hal ini diduga karena kedua faktor tersebut tidak mampu
bersinergi mendukung pertumbuhan sehingga menyebabkan pengaruh interaksi
kedua faktor perlakuan tersebut tidak terjadi. Hal ini juga diduga salah satu faktor
tidak berperan secara optimal atau dapat pula faktor lainnya berperan lebih
dominan. Tawakkal (2009) menambahkan bahwa bila salah satu faktor lebih kuat
pengaruhnya dari faktor lain maka faktor lain tersebut akan tertutupi dan masing-
masing faktor mempunyai sifat yang jauh pengaruhnya dan sifat kerjanya.
Hasil analisis ragam pengaruh pupuk kandang kotoran ayam menunjukkan
berpengaruh nyata hanya terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong,
berat basah polong, berat kering polong, jumlah biji dan berat kering biji.
Berpengaruh nyata terhadap variabel tersebut karena pupuk kandang kotoran
ayam yang diberikan mampu memberikan dan menyumbangkan unsur hara
berlangsung secara bertahap serta lama, sehingga pemberian pupuk kandang
kotoran ayam memungkinkan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Peranannya terhadap sifat fisik adalah struktur tanah dan mengurangi
kepadatan, Sedangkan pada sifat kimia adalah meningkatkan kandungan bahan
orgnik, kapasitas tukar kation (KTK) dan kandungan hara makro dan mikro,
secara biologi pupuk kandang berperan dalam meningkatkan aktivitas metabolik
30
organisme tanah dan kegiatan jasad mikro serta membantu dekomposisi tanah
(Hardjowigeno, 1995). Sedangkan tidak mampu berpengaruh nyata terhadap
variabel berat kering tanaman, diduga karena pupuk kandang kotoran ayam yang
digunakan pengaruhnya belum optimal karena belum terdekomposisi secara
sempurna pada tanah sehingga pengaruhnya pada tanaman belum tampak terlihat.
Hasil analisis ragam cara pemberian pupuk kandang kotoran ayam
menunjukkan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 35 dan 42 hst
karena cara pemberian yang berbeda mampu memberikan perbedaan jumlah daun
yang banyak. Cara pemberian juga mampu mendukung pertumbuhan tercapainya
kebutuhan tanaman yang optimal sehingga memberikan respon yang
baik. Sedangkan tidak berpengaruh nyata pada variabel lainnya (tinggi tanaman,
jumlah polong, berat basah polong, berat kering polong, jumlah biji, berat kering
biji dan berat kering tanaman), diduga karena cara pemberian pupuk kandang
ayam yang digunakan pengaruhnya belum optimal karena belum terdekomposisi
secara sempurna pada tanah diawal pertumbuhan maupun terhadap masa berbuah
sehingga pengaruhnya pada tanaman belum tampak terlihat karena pupuk kandang
kotoran ayam yang digunakan dalam kondisi belum sepenuhnya matang tidak
diayak.
Hasil uji BNJ 0.05 pemberian pupuk kandang kotoran ayam terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat basah polong, berat kering polong,
jumlah biji, berat kering biji diketahui bahwa dosis yang diberikan yaitu 10, 20
dan 30 ton/ha menunjukkan tidak berpengaruh nyata, tetapi berpengaruh nyata
31
antara 10 dan 40 ton/ha karena semakin banyak pupuk kandang kotoran ayam
diberikan semakin bagus pula untuk pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Pada
variabel tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat basah polong, berat
kering polong, jumlah biji, berat kering biji yang terbaik, sedangkan uji BNJ 0.05
tidak mampu berpengaruh nyata pada berat kering tanaman karena pupuk kandang
kotoran ayam yang diberikan belum mampu untuk perakaran berkembang dengan
baik sehingga proses penyerapan unsur hara oleh tanaman dari persediaan air
tanah yang behubungan erat dengan kapasitas menahan air oleh tanah seluruh
komponen tersebut mampu memacu proses fotosintesis belum optimal, walaupun
secara statistik pengaruhnya belum tampak nyata terhadap beberapa variabel
lainnya namun berdasarkan nilai rata-rata yang dihasilkan terlihat pemberian
pupuk kandang kotoran ayam cenderung mampu meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman kacang tanah yang lebih baik. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa
pemberian pupuk kandang mampu memperbaiki sifat-sifat tanah menjadi lebih
baik sehingga mampu mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah
menjadi lebih baik pula.
Pupuk kandang memiliki beberapa sifat yang lebih baik antara lain:
merupakan humus yang dapat menjaga mempertahankan struktur tanah, sebagai
sumber hara N, P, dan K yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, menaikkan daya menahan air dan banyak mengandung mikroorganisme
yang dapat mensintesa senyawa-senyawa tertentu sehingga berguna bagi tanaman.
Penambahan pupuk kandang ke dalam tanah dapat menjaga stabilitas agregat dan
32
pori-pori makro yang dibutuhkan untuk infiltrasi sehingga mengurangi run off dan
erosi.
Untuk pembentukan polong diperlukan unsur P yang bersumber dari pupuk
kandang kotoran ayam. Menurut Hardjowigeno (1995), bahwa di dalam kotoran
ayam terkandung unsur-unsur hara sebesar N 1.70%, P 1.90% dan K 1.50%.
Pupuk kotoran ayam juga sebagai sumber kalium dan mengandung unsur mikro
seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), molybdenum (Mo).
33
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Penelitian menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Interaksi antara pupuk kandang kotoran ayam dan cara pemberian tidak
berpengaruh nyata pada semua variabel (tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah polong, berat basah polong, berat kering, jumlah biji, jumlah kering
biji dan berat kering tanaman).
b. Pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat basah polong, berat kering,
jumlah biji dan jumlah kering biji. Namun terjadi tidak mampu
berpengaruh nyata terhadap variabel berat kering tanaman. Semua dosis
yang diberikan (10, 20, 30 dan 40 ton/ha). Dosis yang diberikan 40
ton/ha lebih baik untuk pertumbuhan dan hasil kacang tanah.
c. Cara Pemberian pupuk kandang kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun umur 35 dan 42 HST, dan tidak berpengaruh nyata pada
variabel (tinggi tanaman, jumlah polong, berat basah polong, berat kering,
jumlah biji, jumlah kering biji dan berat kering tanaman).
5.2. Saran
Agar pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah pada tanah aluvial
menjadi lebih baik maka disarankan memberikan pupuk kandang kotoran ayam
dengan dosis 40 ton/ha.
34
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T., 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan kering. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonim. 2010. Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Katingan dan Kota
Palangkaraya.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/41181/Bab%204%202010nii.pdf?sequence=5. Diakses pada Tanggal 3 September 2013
Astawan, M., 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Penebar
Swadaya, Jakarta. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2010. Produksi
Kacang Tanah 2006-2010. http://www.BPS.go.id. Diakses pada Tanggal 3 September 2013
Badan Pusat Statistik 2013. Produksi Tanaman Pangan. Badan Pusat Statistik
Provinsi Kalimantan Tengah.
Hardjowigeno, S., 1995. Ilmu Tanah. PT Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Jamilah, 2002. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hipogea L). Palangka Raya
Pitojo S., 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius, Jakarta. Purnamawati, 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta. Rahayu, Dewi Indah, 2014. Panen Varietas Bison. Desa Hampalit. Soepudinsba. 2009. Aneka Pestisida Alami.
http://dinsembawang.wikifoundry.com/page/Pestisida+Alami. Diakses pada Tanggal 10 Maret 2014.
Sumarno. 1986. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru, Bandung.
Suprapto, H.S. 2000. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta. Suriatna, 1988. Pupuk dan Pemupukan. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta Sutedjo, M.M, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
35
Syarief, E. S., 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Tawakkal, M.I. 2009. Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas
Kedelai (Glycine max L. Merril). Skeripsi. Fakultas Pertanian USU, Medan. repository.usu.ac.id. (diakses 5 Nopember 2013).
Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya Kacang Tanah. Bandung
Trustinah. 2011. Keragaman dan Potensinya untuk Perbaikan Sifat-Sifat Kacang Tanah. Bogor.
36
Tabel Lampiran 1. Deskripsi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Bison
Uraian Deskripsi Nama Varietas Bison SK 170/Kpts/LB.240/3/2004 Tahun 2004 Tetua Silang tunggal varietas Kelinci dengan mutan
varietas Gajah Rataan Hasil 2.0 t/ha Potensi Hasil 3.6 t/ha Pemulia Astanto Kasno, Joko Purnomo Tipe pertumbuhan Tegak Percabangan Tegak Warna batang Keunguan Warna daun Hijau Warna bunga pusat bendera = kuning muda Warna matahari ungu kemerahan Warna ginofor Ungu Warna kulit biji rose (merah muda) Bentuk biji Lonjong Bentuk polong agak berpinggang Jaring kulit polong jelas (nyata) Tinggi tanaman 29.4 – 72.4 cm Jumlah biji/polong 2 / 1 / 3 Jumlah polong/tanaman 9 - 47 buah Umur berbunga 24 - 32 hari Umur panen 90 - 95 hari Bobot 100 biji 35 - 38 g Bobot 100 polong 97 - 99 g Kadar protein 24.0 % Kadar lemak 44.8 % Katahanan penyakit agak tahan karat,bercak daun dan A. flavus Toleransi abiotik toleran naungan intensitas 25%, toleran kahat Fe, dan
adaptif di Alfisol Alkalis Sumber : http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1515
37
Tabel Lampiran 2. Perhitungan Pupuk Kandang Kotoran Ayam dan Kapur Dolomit. Uraian Perhitungan
1. Ukuran petak = 180 × 120 cm
= 2.16 m2
2. Jarak tanam = 30 × 30 cm
= 0.3 × 0.3 m
= 0.09 m2
3. Dosis 10 ton/ha pupuk kandang kotoran
ayam (P1)
= 10.000 kg/ha
= 10.000 kg / 10.000 m2
= 1 kg / m2
Kebutuhan per petak = 2.16 m2 × 1 kg m2
= 2.16 kg/ petak
Kebutuhan pertanaman = 1 kg/ m2 × 0.09 m2
= 0.09 kg / m2
= 90 g/ tanaman
4. Dosis 20 ton/ha pupuk kandang kotoran
ayam (P2)
= 20.000 kg/ha
= 20.000 kg/ 10.000 m2
= 2 kg / m2
Kebutuhan per petak = 2.16 m2 × 2 kg/ m2
= 4.32 kg/petak
Kebutuhan pertanaman = 2 kg/ m2 × 0.09 m2
= 0.18 kg/ m2
= 180 g/tanaman
5. Dosis 30 ton/ha pupuk kandang kotoran
ayam (P3)
= 30.000 kg / ha
= 30.000 kg / 10.000 m2
= 3 kg/ m2
Kebutuhan per petak
= 2.16 m2 × 3 kg/ m2
= 6.48 kg/petak
Kebutuhan pertanaman = 3 kg/ m2 × 0.09 m2
= 0.27 kg / m2
= 270 g/tanaman
6. Dosis 40 ton/ha pupuk kandang kotoran
ayam (P4)
= 40.000 kg/ha
= 40.000 kg/ 10.000 m2
= 4 kg / m2
Kebutuhan per petak = 2.16 m2 × 4 kg / m2
= 8.64 kg/petak
Kebutuhan pertanaman = 4 kg/ m2 × 0.09 m2
= 0.36 kg/tanaman
= 360 g/tanaman
7. Dosis pemakaian kapur dolomit = 4 ton per ha
= 4000 kg/10.000 m2
= 0.4 kg/ m2
Kebutuhan kapur dolomit per petak = 2.16 m2 × 0.4 kg/ m2
= 0.864 kg / m2
= 864 g/ petak
38
Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Tanah Sebelum Percobaan
No Kode Sampel pH H2O (1:2,5)
1. P1 7
2. P2 7
3. P3 7
4. P4 7
Sumber : Menggunakan alat soil tester.
39
Lampiran 4. Hasil Analisis NPK Tanah Sebelum Percobaan
No Kode Sampel
Parameter Yang Di Analisis
pH H2O (1:2,5) N-Tot (%) P-Bray I (ppm) K-dd (me/100 g)
1 A 5.50 0.23 59.77 0.18
Sumber : Laboratorium Analitik Universitas Palangka Raya (2014).
40
Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Tanah setelah inkubasi
No Kode Sampel pH H2O (1:2,5)
1. P1 7.1
2. P2 7
3. P3 7.1
4. P4 7
Sumber : Menggunakan alat soil tester.
41
Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis Tanah Setelah Percobaan
No Kode Sampel pH H2O (1:2,5)
1. P1 4.32
2. P2 4.61
3. P3 5.39
4. P4 4.70
Sumber : Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Palangka Raya
(2013).
42
Tabel Lampiran 7. Hasil Analisis Tanah Setelah Percobaan
No Kode Sampel
Parameter Yang Di Analisis
pH H2O (1:2,5) N-Tot (%) P-Bray I (ppm) K-dd (me/100 g)
1 A 4.50 0.20 55.70 0.13
Sumber : Laboratorium Analitik Universitas Palangka Raya (2014).
43
Tabel Lampiran 8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 14 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Rataan J1 J2
P1 4.64 4.79 4.70
5.40 4.64 4.70
5.02 4.72 4.70
Jumlah 14.1 14.7 Rataan 4.71 4.91 4.81
P2 4.91 4.86 5.44
4.95 4.89 4.81
4.93 4.88 5.13
Jumlah 15.2 14.7 Rataan 5.07 4.88 4.98
P3 5.11 5.79 5.89
4.76 5.13 5.78
4.94 5.46 5.84
Jumlah 16.8 15.7 Rataan 5.60 5.22 5.41
P4 5.36 5.64 8.10
5.83 5.38 6.21
5.60 5.51 7.16
Jumlah 19.1 17.4 Rataan 6.37 5.81 6.09
Jumlah 65.2 62.5
Rataan 5.44 5.21 5.32 Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 14 HST
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1% Perlakuan 7 6.63 0.95 2.38 tn 2.66 4.03 - Pupuk Kandang (P) 3 5.83 1.94 4.88 * 3.24 5.29 - Cara Pemberian (J) 1 0.315 0.32 0.79 tn 4.49 8.53 - Interaksi PJ 3 0.479 0.16 0.40 tn 3.24 5.29 Galat Percobaan 16 6.37 0.40 Total 23 13.00
Keterangan * = Berpengaruh nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
44
Tabel Lampiran 10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 21 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman
Rataan J1 J2
P1 7.90 7.69 8.35
7.61 7.38 7.65
7.76 7.54 8.00
Jumlah 23.9 22.6
Rataan 7.98 7.55 7.76
P2 9.10 7.45 9.59
8.93 7.93 9.09
9.02 7.69 9.34
Jumlah 26.1 26.0
Rataan 8.71 8.65 8.68
P3 9.26 9.81 9.63
9.63 9.38 9.75
9.45 9.60 9.69
Jumlah 28.7 28.8 Rataan 9.57 9.59 9.58
P4 10.5 9.85 11.4
10.9 9.51 11.2
10.7 9.68 11.3
Jumlah 31.8 31.6
Rataan 10.6 10.5 10.6
Jumlah 110.5 109.0
Rataan 9.21 9.08 9.15 Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 21 HST
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1% Perlakuan 7 26.16 3.74 9.01 tn 2.66 4.03 - Pupuk Kandang (P) 3 25.87 8.62 20.78 ** 3.24 5.29 - Cara Pemberian (J) 1 0.103 0.10 0.25 tn 4.49 8.53 - Interaksi PJ 3 0.189 0.06 0.15 tn 3.24 5.29 Galat Percobaan 16 6.64 0.42 Total 23 32.81
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
45
Tabel Lampiran 12. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 28 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman
Rataan J1 J2
P1 10.6 10.4 12.2
10.7 10.4 12.0
10.7 10.4 12.1
Jumlah 33.2 33.1
Rataan 11.1 11.0 11.1
P2 12.3 12.6 15.6
11.8 11.3 12.6
12.1 12.0 14.1
Jumlah 40.5 35.7
Rataan 13.5 11.9 12.7
P3 14.9 15.0 15.7
15.1 13.8 14.0
15.0 14.4 14.9
Jumlah 45.6 42.9
Rataan 15.2 14.3 14.8
P4
15.2 15.1 17.4
15.2 13.9 17.8
15.2 14.5 17.6
Jumlah 47.7 46.9
Rataan 15.9 15.6 15.8
Jumlah 167.0 158.6
Rataan 13.92 13.22 13.57 Tabel Lampiran 13. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 28 HST
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1% Perlakuan 7 79.96 11.42 7.60 tn 2.66 4.03 - Pupuk Kandang (P) 3 75.90 25.30 16.83 ** 3.24 5.29 - Cara Pemberian (J) 1 1.760 1.76 1.17 tn 4.49 8.53 - Interaksi PJ 3 2.295 0.76 0.51 tn 3.24 5.29 Galat Percobaan 16 24.05 1.50 Total 23 104.01
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
46
Tabel Lampiran 14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 35 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman
Rataan J1 J2
P1 22.6 20.5 20.3
22.7 20.4 21.5
22.7 20.5 20.9
Jumlah 63.4 64.6 Rataan 21.1 21.5 21.3
P2 24.9 22.9 20.7
23.5 21.3 21.9
24.2 22.1 21.3
Jumlah 68.5 66.7 Rataan 22.8 22.2 22.5
P3 26.0 24.4 22.2
24.6 22.1 21.9
25.3 23.3 22.1
Jumlah 72.6 68.6
Rataan 24.2 22.9 23.5
P4 28.4 25.6 24.5
28.6 24.6 27.7
28.5 25.1 26.1
Jumlah 78.5 80.9 Rataan 26.2 27.0 26.6
Jumlah 283.0 280.8 Rataan 23.58 23.40 23.49
Tabel Lampiran 15. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 35 HST
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Perlakuan 7 94.61 13.52 4.70 tn 2.66 4.03
- Pupuk Kandang (P) 3 90.21 30.07 10.46 ** 3.24 5.29
- Cara Pemberian (J) 1 0.202 0.20 0.07 tn 4.49 8.53
- Interaksi PJ 3 4.205 1.40 0.49 tn 3.24 5.29
Galat Percobaan 16 46.01 2.88
Total 23 140.62 Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
47
Tabel Lampiran 16. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 42 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman
Rataan J1 J2
P1 30.9 32.8 33.8
31.6 29.8 31.1
31.3 31.3 32.5
Jumlah 97.5 92.5 Rataan 32.5 30.8 31.7
P2 31.1 32.6 35.5
31.7 31.9 32.2
31.4 32.3 33.9
Jumlah 99.2 95.8 Rataan 33.1 31.9 32.5
P3 34.4 35.4 36.5
34.5 36.6 36.9
34.5 36.0 36.7
Jumlah 106.3 108.0 Rataan 35.4 36.0 35.7
P4 40.1 36.9 41.6
39.8 40.6 41.9
40.0 38.8 41.8
Jumlah 118.6 122.3 Rataan 39.5 40.8 40.2 Jumlah 421.6 418.6 Rataan 35.1 34.9 35.0
Tabel Lampiran 17. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 42 HST
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Perlakuan 7 275.24 39.32 17.67 tn 2.66 4.03
- Pupuk Kandang (P) 3 266.38 88.79 39.91 ** 3.24 5.29
- Cara Pemberian (J) 1 0.375 0.38 0.17 tn 4.49 8.53
- Interaksi PJ 3 8.482 2.83 1.27 tn 3.24 5.29
Galat Percobaan 16 35.60 2.23
Total 23 310.84
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
48
Tabel Lampiran 18. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 14 HST
Perlakuan Jumlah Daun
Rataan J1 J2
P1 9 6 8
6 9 8
8 7 7
Jumlah 23 22
Rata-rata 8 7 8
P2 7 7 7
8 9 9
7 8 8
Jumlah 22 24
Rata-rata 7 8 8
P3 9 9 9
8 8 8
9 7 8
Jumlah 26 24
Rata-rata 9 8 8
P4 9 10 10
11 11 11
11 10 11
Jumlah 31 31
Rata-rata 10 10 10
T o t a l 103 102
Rata-rata 9 8 9
Tabel Lampiran 19. Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 14 HST
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Perlakuan 7 32.21 4.60 4.35 ** 2.66 4.03
- Pupuk Kandang (P) 3 30.86 10.29 9.73 ** 3.24 5.29
- Cara Pemberian (J) 1 0.050 0.05 0.05 tn 4.49 8.53
- Interaksi PJ 3 1.295 0.43 0.41 tn 3.24 5.29
Galat Percobaan 16 16.91 1.06
Total 23 49.12 Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
49
Tabel Lampiran 20. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 21 HST
Perlakuan Jumlah Daun
Rataan J1 J2
P1 16 16 16
17 17 17
15 15 15
Jumlah 48 47
Rata-rata 16 16 16
P2 17 18 18
17 16 16
16 18 17
Jumlah 50 52
Rata-rata 17 17 17
P3 21 17 19
18 19 19
18 19 18
Jumlah 57 55
Rata-rata 19 18 19
P4 23 22 23
22 24 23
21 24 23
Jumlah 67 71
Rata-rata 22 24 23
T o t a l 221 224
Rata-rata 18 19 19
Tabel Lampiran 21. Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 21 HST
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Perlakuan 7 175.96 25.14 21.48 ** 2.66 4.03 - Pupuk Kandang (P) 3 171.47 57.16 48.85 ** 3.24 5.29 - Cara Pemberian (J) 1 0.304 0.30 0.26 tn 4.49 8.53 - Interaksi PJ 3 4.181 1.39 1.19 tn 3.24 5.29
Galat Percobaan 16 18.72 1.17 Total 23 194.68 Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
50
Tabel Lampiran 22. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 28 HST
Perlakuan jumlah daun
Rataan J1 J2
P1 26 27 26 25 22 24
24 26 25
Jumlah 74 75
Rata-rata 25 25 25
P2 26 29 27
27 26 26
27 26 27
Jumlah 80 80
Rata-rata 27 27 27
P3 30 29 29
29 26 27
28 26 27
Jumlah 87 80
Rata-rata 29 27 28
P4 30 31 30
31 29 30
30 29 29
Jumlah 90 89
Rata-rata 30 30 30
T o t a l 331 325
Rata-rata 28 27 27
sTabel Lampiran 23. Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 28 HST
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Perlakuan 7 87.59 12.51 7.24 ** 2.66 4.03 - Pupuk Kandang (P) 3 81.25 27.08 15.68 ** 3.24 5.29 - Cara Pemberian (J) 1 1.707 1.71 0.99 tn 4.49 8.53 - Interaksi PJ 3 4.630 1.54 0.89 tn 3.24 5.29
Galat Percobaan 16 27.64 1.73 Total 23 115.23
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
51
Tabel Lampiran 24. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 35 HST
Perlakuan Jumlah Daun
Rataan J1 J2
P1 31 30 29
30 30 30
31 30 29
Jumlah 90 90 Rata-rata 30 30 30
P2 34 33 34
34 32 32
34 32 33
Jumlah 100 98 Rata-rata 33 33 33
P3 39 39 39
35 38 37
37 39 38
Jumlah 116 110 Rata-rata 39 37 38
P4 43 47 45
41 45 39
42 46 42
Jumlah 136 125 Rata-rata 45 42 43 T o t a l 442 423
Rata-rata 37 35 36 Tabel Lampiran 25. Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 35 HST
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Perlakuan 7 644.17 92.02 40.91 ** 2.66 4.03
- Pupuk Kandang (P) 3 617.02 205.67 91.43 ** 3.24 5.29
- Cara Pemberian (J) 1 15.360 15.36 6.83 * 4.49 8.53
- Interaksi PJ 3 11.793 3.93 1.75 tn 3.24 5.29
Galat Percobaan 16 35.99 2.25
Total 23 680.16
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata * = Berpengaruh nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
52
Tabel Lampiran 26. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 42 HST
Perlakuan Jumlah Daun
Rataan J1 J2
P1 42 41 41
45 43 44
45 42 44
Jumlah 132 125
Rata-rata 44 42 43
P2 47 44 46
43 42 43
45 42 44
Jumlah 135 129
Rata-rata 45 43 44
P3 58 56 57
58 58 58
53 57 55
Jumlah 169 171
Rata-rata 56 57 57
P4 61 59 60
61 56 58
61 60 61
Jumlah 183 175
Rata-rata 61 58 60
T o t a l 619 599
Rata-rata 52 50 51 Tabel Lampiran 27. Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 42 HST
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Perlakuan 7 1356.53 193.79 64.89 ** 2.66 4.03
- Pupuk Kandang (P) 3 1329.09 443.03 148.36 ** 3.24 5.29
- Cara Pemberian (J) 1 16.667 16.67 5.58 * 4.49 8.53
- Interaksi PJ 3 10.770 3.59 1.20 tn 3.24 5.29
Galat Percobaan 16 47.78 2.99
Total 23 1404.31 Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata * = Berpengaruh nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
53
Tabel Lampiran 28. Data Pengamatan Jumlah Polong
Perlakuan Jumlah Polong
Rataan J1 J2
P1 25 23 24 18 21 19 20 23 21
Jumlah 62 67 Rataan 21 22 21
P2 20 20 20 19 28 23 29 27 28
Jumlah 68 74 Rataan 23 25 24
P3 25 36 31 25 30 27 24 25 24
Jumlah 73 91 Rataan 24 30 27
P4 27 20 24 32 29 30 31 27 29
Jumlah 90 75 Rataan 30 25 28
Jumlah Total 294 308 Rataan Total 24 26 25
Tabel Lampiran 29. Analisis Ragam Jumlah Polong
Sumber Keragaman
DB JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 7 263.53 37.65 2.40 tn 2.66 4.03
Pupuk kandang 3 161.84 53.95 3.43 * 3.24 5.29
Cara pemberian 1 8.30 8.30 0.53 tn 4.49 8.53
Interaksi PxJ 3 93.39 31.13 1.98 tn 3.24 5.29
Galat 16 251.50 15.72
Total 23 515.03 Tabel Lampiran 30. Beda Rata-Rata Uji Duncan Jumlah Polong
Perlakuan Rataan P2 P3 P4 R_ Kesimpulan
P1 21 a
P2 24 3 4.86 ab
P3 27 6 3 5.10 b
P4 28 7 4 1 5.23 b
54
Tabel Lampiran 31. Data Pengamatan Berat Basah Polong
Perlakuan Berat Basah Polong (g)
Rataan J1 J2
P1 27.71 24.96 34.42
43.85 39.87 38.49
35.78 32.41 36.45
Jumlah 87.09 122.20 Rata-rata 29.03 40.73 34.88
P2 36.81 31.83 37.99
29.66 39.71 33.32
33.23 35.77 35.66
Jumlah 106.63 102.69 Rata-rata 35.54 34.23 34.89
P3 32.33 31.26 31.41
40.71 39.17 35.64
36.52 35.21 33.53
Jumlah 94.99 115.52 Rata-rata 31.66 38.51 35.09
P4 37.37 43.93 75.84
47.63 94.34 45.55
42.50 69.13 60.69
Jumlah 157.14 187.52 Rata-rata 52.38 62.51 57.44
T o t a l 445.85 527.93 Rata-rata 37.15 43.99 40.57
Tabel Lampiran 32. Analisis Ragam Berat Basah Polong
SK db JK KT F hit. F Tabel 5% 1%
Perlakuan 7 2708.723 386.960 2.46 tn 2.66 4.03 - Pupuk Kandang (P) 3 2276.561 758.854 4.82 * 3.24 5.29 - Cara Pemberian (J) 1 280.686 280.686 1.78 tn 4.49 8.53 - Interaksi PJ 3 151.476 50.492 0.32 tn 3.24 5.29 Galat Percobaan 16 2519.235 157.452 Total 23 5227.958
Keterangan * = Berpengaruh nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
55
Tabel Lampiran 33. Data Pengamatan Berat Kering Polong (g)
Perlakuan Berat Kering Polong
Rataan J1 J2
P1 33.26 18.10 28.29
35.62 32.61 32.14
34.44 25.36 30.22
Jumlah 79.65 100.37
Rata-rata 26.55 33.46 30.00
P2 29.16 27.13 36.83
26.88 38.32 32.13
28.02 32.73 34.48
Jumlah 93.13 97.32
Rata-rata 31.04 32.44 31.74
P3 30.59 34.23 29.76
39.08 37.29 33.91
34.83 35.76 31.83
Jumlah 94.58 110.28
Rata-rata 31.53 36.76 34.14
P4 35.73 42.59 74.06
46.06 93.06 43.91
40.90 67.83 58.99
Jumlah 152.38 183.04 Rata-rata 50.79 61.01 55.90
T o t a l 419.74 491.01 Rata-rata 34.98 40.92 37.95
Tabel Lampiran 34. Analisis Ragam Berat Kering Polong
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Perlakuan 7 2903.08 414.73 2.51 tn 2.66 4.03
- Pupuk Kandang (P) 3 2630.88 876.96 5.30 ** 3.24 5.29
- Cara Pemberian (J) 1 211.64 211.64 1.28 tn 4.49 8.53
- Interaksi PJ 3 60.56 20.19 0.12 tn 3.24 5.29
Galat Percobaan 16 2647.88 165.49
Total 23 5550.97
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
56
Tabel Lampiran 35. Data Pengamatan Jumlah Biji
Perlakuan Jumlah Biji
Rataan J1 J2
P1 37 32 36
43 38 42
40 35 39
Jumlah 106 123
Rata-rata 35 41 38
P2 36 32 51
37 51 48
36 41 49
Jumlah 119 135
Rata-rata 40 45 42
P3 36 43 43
53 50 49
44 47 46
Jumlah 121 152
Rata-rata 40 51 46
P4 49 54 59
39 56 41
44 55 50
Jumlah 161 136
Rata-rata 54 45 50
T o t a l 507 547
Rata-rata 42 46 44
Tabel Lampiran 36. Analisis Ragam Jumlah Biji
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1% Perlakuan 7 775.624 110.803 2.85 tn 2.66 4.03 - Pupuk Kandang (P) 3 420.117 140.039 3.61 * 3.24 5.29 - Cara Pemberian (J) 1 64.600 64.600 1.66 tn 4.49 8.53 - Interaksi PJ 3 290.908 96.969 2.50 tn 3.24 5.29 Galat Percobaan 16 621.344 38.834 Total 23 1396.968
Keterangan * = Berpengaruh nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
57
Tabel Lampiran 37. Data Pengamatan Berat Kering Biji (g)
Pelakuan Berat Kering Biji
Rataan J1 J2
P1 25.07 18.83 20.45
23.59 21.70 22.85
24.33 20.26 21.65
Jumlah 64.35 68.14
Rata-rata 21.45 22.71 22.08
P2 20.79 19.49 29.29
20.01 26.07 24.77
20.40 22.78 27.03
Jumlah 69.57 70.85
Rata-rata 23.19 23.62 23.40
P3 24.97 27.06 26.98
33.52 31.86 29.41
29.24 29.46 28.19
Jumlah 79.01 94.79
Rata-rata 26.34 31.60 28.97
P4 30.51 36.24 49.96
37.60 49.40 41.05
34.05 42.82 45.50
Jumlah 116.70 128.05
Rata-rata 38.90 42.68 40.79
T o t a l 329.63 361.82
Rata-rata 27.47 30.15 28.81
Tabel Lampiran 38. Analisis Ragam Berat Kering Biji
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Perlakuan 7 1374.159 196.308 8.17 ** 2.66 4.03
- Pupuk Kandang (P) 3 1308.558 436.186 18.14 ** 3.24 5.29
- Cara Pemberian (J) 1 43.192 43.192 1.80 tn 4.49 8.53
- Interaksi PJ 3 22.410 7.470 0.31 tn 3.24 5.29
Galat Percobaan 16 384.648 24.041
Total 23 1758.807 Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
58
Tabel Lampiran 39. Data Pengamatan Berat Kering Tanaman (g)
Perlakuan Berat Kering Tanaman
Rataan J1 J2
P1 43.1 100.0 71.6
36.0 34.8 35.40
45.8 37.5 41.65
Jumlah 124.90 172.30
Rata-rata 41.63 57.4 49.53
P2 30.0 38.5 34.25
32.3 110.0 71.2
49.5 53.1 51.3
Jumlah 111.8 201.6
Rata-rata 37.27 67.2 52.2
P3 55.0 101.5 78.3
43.30 46.8 45.05
49.00 42.5 45.75
Jumlah 147.3 190.8
Rata-rata 49.10 63.60 56.4
P4 51.0 55.0 53.0
122.0 116.5 119.3
101.2 43.3 72.3
Jumlah 274.20 214.80
Rata-rata 91.40 71.60 81.5
T o t a l 658.20 779.50
Rata-rata 54.85 64.96 59.9 Tabel Lampiran 40. Analisis Ragam Berat Kering Tanaman
SK db JK KT F hit. F Tabel
5% 1%
Perlakuan 7 6494.35 927.76 1.07 tn 2.66 4.03 - Pupuk Kandang (P) 3 3872.45 1290.82 1.49 tn 3.24 5.29 - Cara Pemberian (J) 1 613.070 613.07 0.71 tn 4.49 8.53 - Interaksi PJ 3 2008.831 669.61 0.77 tn 3.24 5.29 Galat Percobaan 16 13843.58 865.22 Total 23 20337.93
Keterangan tn = Tidak berpengaruh nyata
59
50 cm
50 cm
Keterangan :
P1 = Perlakuan Pupuk Kandang Kotoran Ayam 10 ton ha
P2 = Perlakuan Pupuk Kandang Kotoran Ayam 20 ton ha
P3 = Perlakuan Pupuk Kandang Kotoran Ayam 30 ton ha
P4 = Perlakuan Pupuk Kandang Kotoran Ayam 10 ton ha
I,II dan III= Ulangan
J1 = Pemberian Per petak Pupuk Kandang Kotoran Ayam (diaduk merata
pada petak)
J2 = Pemberian Per tanaman Pupuk Kandang Kotoran Ayam (diaduk
merata pada lubang tanam).
U = Utara
S = Selatan
Gambar Lampiran 1. Denah Tata Letak Eksperimen
P1 J1 (I)
U
S P2 J1 (II)
P2 J2 (III)
P1 J1 (III)
P2 J2 (I) P3 J1 (I)
P2 J1 (I) P1 J2 (III)
P2 J1 (III)
P1 J1 (II)
P3 J1 (III)
P3 J2 (II)
P3 J2 (I)
P2 J2 (II)
P1 J2 (II)
P1 J2 (I)
P3 J1 (II)
P3 J2 (III)
P4 J1 (I) P4 J2 (I)
P4 J1 (II)
P4 J1 (III)
P4 J2 (II)
P4 J2 (III)
60
120 cm 180 cm
Keterangan : X = Tanaman Kacang Tanah
= Petak Tanaman
Gambar Lampiran 2. Tata Letak Tanaman.
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
61
Gambar Lampiran 3. Benih Kacang Varietas Bison
Gambar Lampiran 4. Lahan Setelah Dibuat Petakan Dan Bedengan
62
Gambar Lampiran 5. Saat Menimbang Pupuk Kandang Kotoran Ayam
Gambar Lampiran 6. Saat Menimbang Kapur Dolomit
63
Gambar Lampiran 7. Tanaman Kacang Tanah Pada Umur 9 Hst Perlakuan P3J2
(1)
Gambar Lampiran 8. Tanaman Kacang Tanah Pada Umur 14 Hst Perlakuan P4J2
(1)
64
Gambar Lampiran 9. Tanaman Kacang Tanah Mulai berbunga Pada Umur 22 Hst
Gambar Lampiran 10. Tanaman Kacang Tanah Pada Umur 28 Hst
65
Gambar Lampiran 11. Tanaman Kacang Tanah Pada Umur 35 Hst
Gambar Lampiran 12. Tanaman Kacang Tanah Pada Umur 42 Hst
66
Gambar Lampiran 13. Tanaman Kacang Tanah Pada Umur 83 Hst
Gambar Lampiran 14. Tanaman Kacang Tanah Pada Umur 93 Hst
67
Gambar Lampiran 15. Kacang Tanah Setelah Pencabutan
Gambar Lampiran 16. Menimbang Berat Basah Tanaman
68
Gambar Lampiran 17. Penjemuran kacang tanah
Gambar Lampiran 18. Penimbangan berat kering tanaman
69
Gambar Lampiran 19. Penimbangan berat kering biji
Gambar Lampiran 20. Penimbangan berat kering polong
70
Gambar Lampiran 21. Cara mengukur pH tanah dengan menggunakan alat soil tester