i. pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.utu.ac.id/960/2/bab i.pdf0,05%. dalam banyak hal,...
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan umum daratan Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan
yang tinggi, sehingga tercatat sebagai salah satu perairan dengan mega
biodiversity di Indonesia. Komisi Plasma Nutfah Indonesia melaporkan bahwa
kekayaan plasma nutfah ikan di perairan umum daratan Indonesia mencapai 25%
dari jumlah jenis ikan yang ada di dunia (Kartamihardja et al., 2008).
Salah satu upaya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan secara lestari
sebagaimana diamanatkan dalam UU No 31 Tahun 2009 tentang Perikanan, maka
diperlukan data dan informasi tentang kondisi stok ikan di suatu perairan. Survey
akustik menggunakan echosounder kuantitatif telah umum digunakan untuk
menduga kelimpahan dan biomass ikan untuk menyediakan data dan informasi
bagi pengelolaan sumberdaya perikanan (Simmonds dan MacLennan, 2005).
Aplikasi hidroakustik untuk menduga stok ikan dapat memberikan data dan
informasi mengenai kepadatan ikan, kedalaman dan topografi dasar perairan
(Wijopriono et al., 2006).
Ikan dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) cara, yakni identifikasi ikan secara
ex-situ dan in situ. Identifikasi ikan secara ex situ atau secara taksonomi adalah
suatu usaha untuk mengidentifikasi ikan dengan mengambil sampel ikan, dilihat
ciri-ciri meristik dan morfometriknya (atau dilihat sampel DNA nya) serta
mencocokannya dengan kunci identifikasi dan taksonomi. Identifikasi ikan secara
in situ atau secara hidroakustik adalah suatu usaha untuk mengenali atau
2
mengidentifikasi ikan dengan gelombang suara pada suatu area tertentu, dan
waktu tertentu tanpa menyentuh ikan tersebut (Fauziyah, 2005).
Jenis ikan air tawar ekonomis penting yang banyak terdapat di perairan
umum seperti waduk, sungai dan danau di Indonesia antara lain ikan nila
(O.niloticus), ikan patin (P. hypothalmus) dan ikan mas (C. caprio) (Umar dan
Kartamihardja, 2006). Keberhasilan introduksi jenis ikan air tawar di perairan
umum Indonesia sangat menarik untuk dikaji sejauh mana dinamika stok ikan
tersebut di habitat barunya.
Sungai Meureubo terletak di kabupaten Aceh Barat yang panjang
sungainya sampai ke gampong Pante Ceuremen. Sungai Meureubo dengan luas
DAS 1885Km2 dan panjang sungai utama kurang lebih 184 Km, memiliki
topografi pada bagian hulu DAS yang curam dan pada bagian hilir sungai yang
relatif datar merupakan daerah rendah dan rawan banjir. Sungai ini memiliki
berbagai macam jenis ikan air tawar yang di tangkap oleh nelayan setempat
sehingga menjadi sumber mata pencaharian nelayan sungai tersebut. Selain
kegiatan perikanan juga terjadi kegiatan lain seperti galian-C.
Pasca tsunami yang terjadi pada tahun 2004 silam yang memporak-
porandakan bumi aceh khusus nya Aceh Barat, pada saat tsunami menerjang kota
Meulaboh tanpa terkecuali mengenai sungai Meureubo. Sehingga sungai
Meureubo pada saat itu terjadi percampuran air dengan air laut. Muara pada
sungai Meureubo juga sudah terjadi pelebaran akibat terjangan gelombang
tsunami di aceh.
Selain ikan-ikan yang di tangkap oleh nelayan sungai masih ada jenis lain
yang menjadi sumber mata pencaharian warga sekitar seperti menyelam untuk
3
mengambil atau menangkap jenis kerang-kerangan yang memiliki nilai jual di
pasaran kota Meulaboh. Biasanya nelayan yang ada di sungai Meureubo menjual
hasil tangkapan nya langsung pada konsumen dan ada juga sebagian menjual
melalui toke bangku apabila hasil tangkapan melimpah.
Dengan demikian dilakukanlah penelitian dengan mengambil judul
“Identifikasi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Sungai Meureubo Kabupaten
Aceh Barat”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang, permasalahan yang terjadi bagaimana
mengetahui jenis-jenis ikan yang ada di sungai Meureubo dari hilir sampai ke
hulu melalui identifikasi hasil tangkapan nelayan sungai.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis ikan
sungai Meureubo yang tertangkap oleh nelayan serta untuk mengidentifikasi jenis-
jenis ikan tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis ikan yang ada di sungai
Meureubo.
2. Menjadi dasar pengembangan ilmu yang mengkaji identifikasi ikan
sungai.
4
3. Sebagai pedoman bagi instansi terkait.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu untuk melihat jenis-jenis
ikan yang tertangkap oleh nelayan sungai Meureubo, cara mengidentifikasi ikan
secara baik serta mengetahui nilai ekonomis dari jenis-jenis ikan tersebut sehingga
memberi kontribusi yang tepat dalam penelitian ini.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknik Identifikasi ikan
Identifikasi merupakan kegiatan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri
yang beraneka ragam dari individu-individu. Kemudian mencari perbedaan-
perbedaan yang mantap sifatnya diantara individu-individu yang nampaknya
sama. Identifikasi Ikan mungkin menjadi cukup sulit dilakukan oleh orang
kebanyakan. Saat identifikasi hanya mengandalkan pola warna (colour pattern)
hal ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan, mengingat warna dapat saja berubah
berdasarkan atas umur individu, maupun kondisi phisiologis dari ikan tersebut.
Karakter penting untuk identifikasi ikan juga meliputi jumlah dari spine,dan rays
pada sirip yang berbeda, jumlah sisik sepanjang linea lateralis, bentuk kepala,
bentuk sirip, dan lain sebagainya (DKP, 2011).
Seiring dengan perkembangan teknologi, godaan untuk menggantikan
satu varietas ikan bermutu tinggi dengan alternatif ikan bermutu murah dapat
menjurus kepada suatu kecurangan. Kesukaran membedakan antara species ikan
yang berlainan bila hanya jaringan otot atau daging yang tersedia,sudah diketahui.
Penggunaan analisis biokimia seperti elektroforesis dapat dimanfaatkan untuk
membedakan species yang berlainan (DKP, 2011).
Identifikasi juga sangat dibutuhkan untuk memperoleh informasi lahan
baru yang tepat untuk kegiatan pembenihan/pengindukan dengan
mempertimbangkan tidak hanya kondisi geomorfologi dan fisiografis juga pola
pengembangan ke depan suatu kawasan (DKP, 2011).
6
Identifikasi atau determinasi pada umumnya dilakukan dengan urutan
sebagai berikut, penggunaan kunci pendahuluan untuk mencari sub-kelas, ordo
dan familia, penggunaan kunci untuk mencari genus dan species, apabila dapat
memperoleh monografi atau publikasi fauna yang mutakhir, pencocokan atau
penyesuaian dengan katalog dan bibliografi (sumber literatur) lain yang
diterbitkan paling mutakhir, pencocokan dengan deskripsi yang asli, dan
pembandingan dengan tipe specimen yang ada (DKP, 2011).
Tugas identifikasi ini penting artinya ditinjau dari segi ilmiah, sebab
seluruh urutan pekerjaan berikutnya bergantung seratus persen kepada identifikasi
yang benar sesuatu species yang sedang diselidiki (DKP, 2011).
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk identifikasi ikan ialah sifat-sifat,
ciri-ciri (tanda) bentuk ikan ataupun bagian-bagian anatomi ikan. Tujuan
pemisahan hal-hal tersebut adalah untuk menyusun kunci identifikasi,sehingga
dengan mudah menuju ke taxon-taxon (aturan) yang akan dicari,yaitu dengan cara
melakukan pilihan-pilihan (alternatif) (DKP, 2011).
Adapun skema dan perhitungan ikan ditunjukan pada Gambar 1 berikut
ini.
Gambar 1. Skema dan perhitungan ikan (Haryono, 2009)
7
Menurut Haryono (2009), adapun cara pengukuran dan perhitungan ikan
adalah sebagi berikut.
Pengukuran
- Panjang Total (PT): Merupakan ukuran tubuh terpanjang yang diukur mulai
moncong terdepan sampai jari-jari sirip ekor terpanjang.
- Panjang Standar (PS): Ukuran panjang ini banyak digunakan oleh para
taksonomis, diukur mulai moncong terdepan sampai pangkal sirip ekor.
- Tinggi Badan (TB): Diukur pada bagian tubuh yang tertinggi namun tidak
termasuk sirip. Biasanya pada awal sirip punggung sampai ke pangkal sirip
perut.
- Panjang Pangkal Ekor (PPE): Diukur mulai bagian akhir dari pangkal sirip
dubur sampai pertengahan pangkal sirip ekor.
- Tinggi Pangkal Ekor (TPE): Merupakan bagian yang paling rendah dari
pangkal ekor.
- Panjang di Depan Sirip Punggung (PDP): Diukur mulai moncong terdepan
sampai awal dari pangkal jari-jari sirip punggung pertama.
- Panjang Pangkal Sirip Punggung (PPP) atau Sirip Dubur (PPD):
Diukur mulai pangkal jari-jari pertama sampai pangkal jari-jari sirip
terakhir.
- Tinggi Sirip Punggung (TSP) atau Sirip Dubur (TSD):
Diukur berdasarkan jari-jari sirip yang terpanjang mulai dari pangkal sampai
ujungnya.
8
- Panjang Sirip Dada (PSD) atau Sirip Perut (PSP):
Panjang ini diukur mulai dari pangkal sirip sampai ujung filamen
terpanjang.
- Panjang Kepala (PK): Diukur dari ujung bibir atas sampai bagian paling
belakang dari tutup insang.
- Lebar Kepala (LK): Merupakan bagian yang paling lebar dari jarak antar
kedua tutup insang.
- Tinggi Kepala (TK): Diukur mulai dari pertengahan kepala sampai
pertengahan dada.
- Panjang Moncong (PM): Diukur mulai ujung moncong sampai awal
kelopak mata.
- Diameter Mata (DM): Merupakan jarak paling lebar dari mata
- Panjang Rahang Atas (PRA): Diukur mulai ujung bibir atas sampai bagian
akhir tulang rahang atas
Penghitungan:
- Sisik : Terdapat empat tipe sisik pada ikan yang ada di wilayah Indonesia,
yaitu sikloid, stenoid, ganoid dan plakoid.
- Gurat Sisi: Merupakan jumlah sisik berpori di sepanjang gurat sisi, bisa
sempurna atau terputus, dihitung mulai sisik di belakang tutup insang
sampai sisik pada pertengahan pangkal ekor.
- Sisik Melintang Badan: Dihitung berdasarkan jumlah sisik di atas gurat sisi
sampai pangkal sirip punggung, dan di bawah gurat sisi sampai pangkal
sirip dubur.
9
- Sisik Sebelum Sirip Punggung: Jumlah sisik pada pertengahan punggung
mulai dari pertangahan kepala sampai awal sirip punggung.
- Sisik Pada Pipi: Jumlah baris sisik antara mata dan preoperkulum.
- Sisik Melingkar Pada Pangkal Ekor: Jumlah baris sisik yang melingkari
batang ekor pada bidang yang tersempit.
- Sirip : Sirip punggung, dubur dan ekor disebut dengan sirip tengah dan
tunggal; sedangkan sirip dada dan perut disebut dengan pasangan sirip.
- Duri atau Jari-Jari Keras. Jari-jari sirip pada bagian depan yang tidak
bersekat dang mungkin mengeras
- Jari-Jari Lemah. Bagian sirip yang lunak atau bersekat dan umumnya
bercabang.
2.2 Ikan Air Tawar
Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh
hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari
0,05%. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan
perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk
bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan
menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari seluruh spesies
ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat yang
menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali (Borgstrøm,
Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).
Ikan air tawar berbeda secara fisiologis dengan ikan laut dalam beberapa
aspek. Insang mereka harus mampu mendifusikan air sembari menjaga kadar
10
garam dalam cairan tubuh secara simultan. Adaptasi pada bagian sisik ikan juga
memainkan peran penting; ikan air tawar yang kehilangan banyak sisik akan
mendapatkan kelebihan air yang berdifusi ke dalam kulit, dan dapat menyebabkan
kematian pada ikan (Borgstrøm, Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).
Karakteristik lainnya terkait ikan air tawar adalah ginjalnya yang
berkembang dengan baik. Ginjal ikan air tawar berukuran besar karena banyak air
yang melewatinya. Banyak spesies bereproduksi di air tawar namun
menghabiskan sebagian besar kehidupannya di laut. Mereka dikenal dengan nama
ikan anadromous, meliputi salmon, trout, dan stickleback. Beberapa ikan, secara
berlawanan, lahir di laut dan hidup di air tawar, misalnya belut (Borgstrøm,
Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).
Spesies yang bermigrasi antara air laut dan air tawar membutuhkan
adaptasi pada kedua lingkungan. Ketika berada di dalam air laut, mereka harus
menjaga konsentrasi garam dalam tubuh mereka lebih rendah dari pada
lingkungannya. Ketika berada di air tawar, mereka harus menjaga kadar garam
berada di atas konsentrasi lingkungan sekitarnya. Banyak spesies yang
menyelesaikan masalah ini dengan berasosiasi dengan habitat berbeda pada
berbagai tahapan hidup. Belut, bangsa salmon, dan lamprey memiliki toleransi
salinitas di berbagai tahap kehidupan mereka (Borgstrøm, Reidar & Hansen, Lars
Petter, 2008).
2.3 Morfolgi Ikan
Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara
mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris
11
bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah
tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara
sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai
bentuk non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara
melintang (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri
tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801;
dalam Effendie, 1979)) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus) (Lacepède, 1802;
dalam Djuhanda, 1981)
Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi dapat d tunjukan pada
Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi (Bond, 1979)
2.4 Fisiologi Ikan
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang
hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata
12
yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh
dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan
kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa
rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang
rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya
tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa
daerah disebut iwak, jukut (Saanin, 1984).
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem
respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem
saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999).
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-
lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare
insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen,
dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati
ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan
bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum (Fujaya,1999).
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran
ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan
perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2
13
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang
mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan
O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di
dekat punggung (Fujaya,1999).
Stickney (1979) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap
lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan
tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan
konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan
osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran
ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan
perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang
mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan
O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di
dekat punggung (Fujaya,1999).
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan
ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh (Djoko Suseno,
2000)
14
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14
meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4
inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai “ikan”, seperti ikan
paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan
(Djoko Suseno, 2000)
2.5 Nelayan
Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja
menangkap ikan ataubiota lainnya yang hidup di dasar kolam maupun
permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktifitas nelayan ini dapat
merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Negara-negara berkembang seperti
di Asia Tenggara atau di Afrika, masih banyak nelayan yang menggunakan
peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan. Nelayan di negara-negara maju
biasanya menggunakan peralatan modern dan kapal yang besar yang dilengkapi
teknologi canggih (Islam, 2006).
Kehidupan nelayan miskin dapat dilihat dari tingkat pendidikan anak-
anak, pola konsumsi sehari-hari dan tingkat pendapatan mereka. Karena tingkat
pendapatan mereka rendah, maka adalah logis jika tingkat pendidikan anak-anak
mereka juga rendah. Banyak anak yang harus berhenti sebelum lulus sekolah
dasar atau kalaupun lulus, mereka tidak akan melanjutkan pendidikannya ke
sekolah menengah pertama. Disamping itu, kebutuhan hidup yang paling
mendasar bagi rumah tangga nelayan miskin adalah pemenuhan kebutuhan
pangan (Islam, 2006).
15
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan
Desember 2012 di aliran sungai Meureubo (dari hilir sampai ke hulu) Meulaboh.
Hilir meliputi desa Meureubo, tengah meliputi desa Keude Aron
sedangkan hulu meliputi desa Pante Ceureumen. Selanjutnya proses identifikasi
dilakukan di laboratorium Perikanan Universitas Teuku Umar dengan mengacu
pada pedoman identifikasi ikan air tawar.
Lokasi penelitian akan di tunjukan pada gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Lokasi penelitian di sungai Meureubo
Lokasi penelitian di
sungai Meureubo
16
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut : (1)
Buku tulis; (2) Pena; (3); Penggaris; (4) Camera digital; (5) Buku identifikasi ikan
air tawar (Effendi, 1979) dan (6) Sarung tangan.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut : (1)
Formalin; (2) Alkohol 70% dan (3) Ikan sampel.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif yaitu metode
penelitian untuk membuat gambaran mengenai sistem dan kejadian dengan
pemeliharaan metode survei serta (Nazir, 1999).
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara
sitematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu. Tetapi para ahli dalam bidang penelitian tidak ada kesepakatan
mengenai apa sebenarnya penelitian deskriptif itu. Sementara ahli memberikan
arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan mencakup segala macam bentuk
penelitian kecuali penelitian historis dan penelitian eksperimental, dalam arti luas,
biasanya digunakan istilah penelitian survei (Suryabrata, 2005).
Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan secara detail tentang latar
belakang, sifat-sifat secara kerangka-kerangka yang langsung dari kasus. Metode
survei yaitu suatu proses pengumpulan data primer dan data skunder dengan
menanyakan pada responden untuk mendapatkan informasi yang ditanyakan
(Halmim, 2001).
17
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan pengamatan atau yang bersangkutan yang
memerlukannya. Data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi, wawancara dan partisipasi aktif
serta studi pustaka (Hasan, 2002).
Pengumpulan data primer peneliti langsung turun ke lapangan ,
mengoleksi ikan sampel dari nelayan/penangkap ikan sungai. Metode mengoleksi
berdasarkan Hasan (2010) yang menerangkan bahwa data primer tersebut.
Pengumpulan data sekunder peneliti diperoleh dari sumber-sumber/referensi
perpustakaan, data Dinas Kelautan dan Perikanan, data kecamatan dan data desa.
Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga diukur parameter fisika
dan kimia air yang meliputi pH air, kecerahan air, suhu air dan kandungan oksigen
terlarut.
3.5 Teknik Pengoleksian Sampel
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau
diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan
hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian sajadari hal-hal yang sebenarnya
mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan tehadap sampel, tidak terhadap
populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel itu akan
dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke
populasi ini mengandung resiko bahwa akan terdapat kekeliruan atau ketidak
tepatan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi.
18
Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka makin besarlah
kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu. Karena hal yang demikian itulah
maka teknik penentuan sampel itu menjadi sangat penting peranan nya dalam
penelitian. Berbagai teknik penentuan sampel itu pada hakikatnya adalah cara-
cara untuk memperkecil kekliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini
dapat dicapai kalau diperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang benar-
benar mencerminkan populasinya (Suryabrata, 2005).
Di antara berbagai teknik penentuan sampel yang dianggap paling baik
adalah penentuan sampel secara rambang (random sampling). Kebaikan teknik ini
tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tetapi juga bukti-bukti empiris.
Perkembangan teknologi komputer telah memungkinkan orang melakukan
berbagai simulasi untuk membuktikan keunggulan teknik pengambilan sampel
secara rambang itu. Di dalam penentuan sampel secara rambang semua anggota
populasi, secara individual atau secara kolektif, diberi peluang yang sama untuk
menjadi anggota sampel. Alat untuk mengambil sampel mengambil sampel secara
rambang ini yang paling praktis (dan dianghap paling valid juga) ialah dengan
menggunakan tabel bilangan rambang atau kalkulator yang mempunyai program
untk bilangan rambang. Jika besarnya populasi terbatas, peluang rambang dapat
diberikan kepada anggota-anggota populasi secara kelompok, dan kalau perlu
dilanjutkan dengan rambang individual (Suryabrata, 2005).
Dalam penelitian ini dilakukan metode pengoleksian sampel terbagi pada
3 titik sungai yaitu 1 desa di hilir, 1 desa di tengah dan 1 desa di hulu. Sedangkan
jumlah responden yang di ambil masing-masing desa sejumlah 3 orang nelayan
sungai.
19
3.6 Teknik Identifikasi
Sampel ikan yang telah di dapat, untuk selanjutnya dilakukan proses
identifikasi yang merujuk pada pedoman identifikasi ikan seperti,
www.fishbase.org, the fishes of the Indo-Australian Archipelago III (Leiden,
1916) dan freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi (Kottelat et al,
1993). Identifikasi ikan dilakukan di dalam laboratorium Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universsitas Teuku Umar. Identifikasi yang dilakukan adalah
menghitung panjang total, panjang baku, sisik ikan, kehidupan ikan serta lebar
mulut ikan.
Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri
taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu
takson. Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi.
Identifikasi berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah
sampel ke dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi
berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri. Menurut Mayr
dan Ashlock (1991), klasifikasi merupakan penataan hewan-hewan ke dalam
kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka.
Ditinjau dari segi ilmiah, identifikasi sangat penting artinya karena seluruh urutan
pekerjaan selanjutnya tergantung kepada hasil identifikasi yang benar dari suatu
sampel yang sedang diteliti.
3.7 Analisis Data
Selanjutnya Romimohtarto dan Juwana (2001) menjelaskan, analisis data
dapat dilakukan untuk menguji berbagai tujuan penelitian. Untuk penentuan
20
struktur komunitas seperti derajat penting jenis ikan yang tertangkap, dapat
digunakan indeks yang diuraikan dibawah ini.
Indeks Keaneka Ragaman Jenis :
Shanon & Waver : H’ = 𝑠𝑖=1 (ni/N) In (ni/N)
H’ = indeks keanekaragaman
S = jumlah jenis ikan
N = jumlah individu ikan
ni = jumlah individu ikan tiap jenis ke-i
3.8 Jadwal Penelitian
Rencana kerja penelitian yang akan dilaksanakan pada sungai Meurebo
dari hilir sampai ke hulu ini telah d rincikan seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Rencana kerja penelitian
No Kegitan Waktu (bulan)
1 2 3 4 5
1 Persiapan
2 Pelaksanaan riset
3 Analisis data
4 Konsultasi + revisi laporan
5 Seminar hasil
21
IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Kabupaten Aceh Barat terletak di bagian ujung pulau sumatera di pesisir
barat Provinsi Aceh dengan letak geografis 04o 06’ 36” Lintang Utara dan 95
o 52’
43” 96o 16 45” Bujur Timur. Dengan luas wilayah kabupaten Aceh Barat
mencapai 2.927.95 Km2
atau seluas 292.795 Ha, sedangkan panjang garis pantai
diperhitungkan 50,55 Km luas laut 233 Km2.
Sungai Meureubo terletak di kabupaten Aceh Barat yang panjang
sungainya sampai ke gampong Pante Ceuremen. Sungai Meureubo dengan luas
DAS 1885Km2 dan panjang sungai utama kurang lebih 184 Km, memiliki
topografi pada bagian hulu DAS yang curam dan pada bagian hilir sungai yang
relatif datar merupakan daerah rendah dan rawan banjir. Pada lokasi penelitian
mengambil tiga titik tempat pengambilan sampel di antaranya desa Meurebo, Alue
Tampak dan Pante Ceureumen.
Desa Meureubo merupakan ibukota kecamatan Meureubo, adapun
gambaran umum Desa Meurebo memiliki batas-batas wilayah sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Pante Ceureumen, sebelah selatan berbatasan
dengan Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Johan
Pahlawan serta sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya. Luas
desa Meurebo 2,17 Km2, dimana luas lahan nya mencapai 217 Ha yang terdiri dari
20 Ha sawah, 89 Ha bukan sawah serta 108 Ha non pertanian. Desa Meureubo
merupakan desa yang definitif dan memiliki 4 dusun yang di pimpin oleh seorang
geuchik. Jarak desa Meurebo menuju ibukota kabupaten mencapai 3 Km. Jumlah
22
penduduk desa Meureubo pada tahun 2010 mencapai 2045 jiwa sedangkan pada
tahun 2011 mencapai 2092 jiwa sehingga terjadi pertambahan penduduk mencapai
2,30%. Pada tahun 2011 kegiatan perikanan memiliki produksi ikan yang berasal
dari kolam/air tawar mencapai 28,08% sedangkan pada perairan umum mencapai
21,36% (BPS Aceh Barat, 2012).
Desa Keude Aron merupakan desa dari kecamatan Kaway XVI, adapun
gambaran umum Desa Keude Aron memiliki batas-batas wilayah sebelah utara
berbatasan dengan desa Beureugang, sebelah selatan berbatasan dengan desa
Kampung Mesjid sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Johan Pahlawan
serta sebelah timur berbatasan dengan Sungai Meureubo. Luas desa Keude Aron
3,03 Km2, dimana luas lahan nya mencapai 303 Ha yang terdiri dari 15 Ha sawah,
188 Ha bukan sawah serta 100 Ha non pertanian. Desa Keude Aron merupakan
desa yang definitif dan memiliki 3 dusun yang di pimpin oleh seorang geuchik.
Jarak desa Keude Aron menuju ibukota kabupaten mencapai 12 Km. Jumlah
penduduk desa Keude Aron pada tahun 2010 mencapai 579 jiwa sedangkan pada
tahun 2011 mencapai 592 jiwa sehingga terjadi pertambahan penduduk mencapai
2,25%, sedangkan tinggi rata-rata diatas permukaan laut 18 m (BPS Aceh Barat,
2012).
Desa Pante Ceureumen merupakan desa dari kecamatan Pante Ceureumen
yang juga merupakan ibukota dari kecamatan, adapun gambaran umum Desa
Pante Ceureumen memiliki batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
desa Kecamatan Sungai Mas, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamtan
Kaway XVI, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Panton Reu serta
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya. Luas desa Pante
23
Ceureumen 10,25 Km2, dimana luas lahan nya mencapai 1025 Ha yang terdiri dari
35 Ha sawah, 55 Ha bukan sawah serta 935 Ha non pertanian. Desa Pante
Ceureumen merupakan desa yang definitif dan memiliki 3 dusun yang di pimpin
oleh seorang geuchik. Jarak desa Pante Ceureumen menuju ibukota kabupaten
mencapai 43 Km. Jumlah penduduk desa Pante Ceureumen pada tahun 2010
mencapai 625 jiwa sedangkan pada tahun 2011 mencapai 640 jiwa sehingga
terjadi pertambahan penduduk mencapai 2,40%, sedangkan tinggi rata-rata diatas
permukaan laut 55 m merupakan daerah lembah/ daerah alioran sungai. Pada
tahun 2011 kegiatan perikanan memiliki produksi ikan yang berasal dari kolam/air
tawar mencapai 5,37% sedangkan pada perairan umum mencapai 11% (BPS Aceh
Barat, 2012).
4.2 Kondisi Lingkungan Perairan Penelitian
Pada penelitian ini di fokuskan pada di tiga kecamatan di antaranya
kecamatan Meureubo, kecamatan Kaway XVI dan kecamatan Pante Ceureumen.
Adapun desa-desa yang menjadi tempat lokasi penelitian di antarnya desa
Meureubo, desa Keude Aron dan desa Pante Ceureumen.
Kondisi sungai desa Meurebo sudah sedikit tercemar dikarenakan ada
aktifitas pembuatan jembatan yang sebagian materialnya jatuh kedalam sungai
serta pembuangann limbah rumah tangga sehingga air sungai terkontaminasi oleh
bahan-bahan pencemaran tersebut. Warna air sungai tersebut agak kecoklatan di
karenakan tekstur tanah dasar sungai ialah tanah liat, kedalaman sungai Meurebo
mencapai ± 3,5 meter, adapun lebar sungai Meureubo ialah 200 meter.
24
Kondisi perairan sungai di desa Keude Aron dapat dikatakan masih bagus
dikarenakan air di sungai terebut hanya sedikit terkontaminasi oleh limbah rumah
tangga, maka perairan sungai Keude Aron masih dalam kategori baik. Warna air
sungainya lumayan jernih karna tekstur tanah pada bagian dasar sungai ialah
berpasir, kedalam sungai tersebut mencapai ± 3 meter, adapun lebar sungai nya
adalah 100 meter.
Kondisi perairan sungai di desa Pante Ceureumen dalam kategori baik
dikarenkan kurangnya limbah rumah tangga yang masuk ke sungai tersbut, warna
air pada sungai di kategorikan jernih karena tekstur tanah pada bagian dasar
sungai ialah berpasir. Pada saat musim hujan debit air sungai dapat meningkat
sehingga sisi kanan sungai terkikis oleh air sungai tersebut sedangkan pada sisi
sebelah kiri sungai sudah ada ikatan batuan beronjong sehingga menjadi aman.
Kedalaman sungai di desa Pante Ceureumen mencapai ±1,5 meter sedangkan
lebar sungai mencapai 70 meter.
4.3 Kegiatan Perikanan Sungai
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan. Adapun pada penelitian ini menitik beratkan pada nelayan yang menangkap
ikan di sungai dan disebut sebagai nelayan sungai.
Nelayan sungai desa Meurebo mencari ikan di sungai tersebut dengan
menggunakan armada tangkap berupa perahu tanpa motor yang alat penggerak
nya berupa dayung yang terbuat dari kayu. Nelayan tersebut menggunakan alat
tangkap berupa pancing ikan dan jala/jaring. Hasil tangkapan rata-rata nelayan
25
sungai tersebut mencapai 30 Kg per hari, ikan-ikan tersbut langsung di jualkan
kepada konsumen sekitar desa tersbut.
Nelayan sungai desa Keude Aron mencari ikan di sungai tersebut dengan
menggunakan armada tangkap berupa perahu tanpa motor yang alat penggerak
nya berupa dayung yang terbuat dari kayu. Nelayan tersebut menggunakan alat
tangkap berupa pancing ikan, jala/jaring dan tembak ikan. Hasil tangkapan rata-
rata nelayan sungai tersebut mencapai 15 Kg per hari, ikan-ikan tersbut langsung
di jualkan kepada konsumen sekitar desa tersbut.
Nelayan sungai desa Pante Ceureumen mencari ikan di sungai tersebut
dengan menggunakan armada tangkap berupa perahu tanpa motor yang alat
penggerak nya berupa dayung yang terbuat dari kayu. Nelayan tersebut
menggunakan alat tangkap berupa pancing ikan, jala/jaring serta tembak ikan.
Hasil tangkapan rata-rata nelayan sungai tersebut mencapai 20 Kg per hari, ikan-
ikan tersbut langsung di jualkan kepada konsumen sekitar desa tersbut.
26
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Jenis Ikan Tangkapan Desa Meureubo
Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan desa Meurebo dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Jenis ikan tangkapan desa Meureubo
No Nama Ikan
Klasifikasi Panjang
total
Panjang
baku
Lebar
badan
Lebar
Mulut Keterangan Poto
Lokal Indonesia
1 Ikan kirong-
kirong
Ikan kirong-
kiorng
Ordo : Percomorphi
Famili : Theraponidae
Genus : Therapon
Spesies : Terapon
jarbua
14,5 cm 12,5 cm 3,9 cm 0,3 cm Ikan ini
merupakan
jenis ikan
laut tetapi
bisa hidup di
bagian hilir
sungai.
2 Ikan pinang-
pinang
Ikan
kuniran
Ordo : Percomorphi
Famili : Mullidae
Genus : Upeneus
Spesies : Upeneus
sulphureus
19 cm 15,5 cm 4,9 cm 0,8 cm Ikan ini
merupakan
jenis ikan
laut tetapi
bisa hidup di
bagian hilir
sungai.
27
No Nama Ikan
Klasifikasi Panjang
total
Panjang
baku
Lebar
badan
Lebar
Mulut Keterangan Poto
Lokal Indonesia
3 Ikan cikir Ikan kikik
api
Ordo : Percomorphi
Famili : Leiognathidae
Genus : Leiognathus
Spesies : Leiognathus
equulus
15 cm 12 cm 6 cm 0,3 cm Ikan ini
merupakan
jenis ikan
laut tetapi
bias hidup di
bagian hilir
sungai.
4 Ikan gabu Ikan kuwe
geraong
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Caranx
Spesies : Caranx
ignobilis
19 cm 16 cm 5,5 cm 2 cm Ikan ini
merupakan
jenis ikan
laut tetapi
bisa hidup di
bagian hilir
sungai.
5 Ikan cicip Ikan teri
pinggir
Ordo : Clupeiformes
Famili : Clupiedae
Genus : Clupeichthys
Spesies : Clupeichthys
goniognathus
11 cm 9,5 cm 6,1 cm 0,4 cm Ikan ini
merupakan
jenis ikan
laut tetapi
bisa hidup di
bagian hilir
sungai.
6 Ikan gepeng Ikan kerapu Ordo : Percomorphi
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Species : Epinepheus sp
22 cm 19 cm 5,1 cm 0,6 cm Ikan ini
merupakan
jenis ikan
laut/muara
28
No Nama Ikan
Klasifikasi Panjang
total
Panjang
baku
Lebar
badan
Lebar
Mulut Keterangan Poto
Lokal Indonesia
7 Ikan rambe Ikan kuwe
rambe
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Caranx
Spesies : Caranx
sexfasciatus.
17 cm 14 cm 6,1 cm 2,2 cm Ikan ini
merupakan
jenis ikan
laut tetapi
bias hidup di
bagian hilir
sungai.
8 Ikan cabe Ikan ketang
bunga
Ordo : Perciformes
Family : Scatophagidae
Genus : Scatophagus
Spesies : Scatophagus
argus
8 cm 5,5 cm 6 cm 0,3 cm Ikan ini
merupakan
jenis ikan
laut tetapi
bias hidup di
bagian hilir
sungai.
29
5.1.2 Jenis Ikan Tangkapan Desa Keude Aron
Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan desa Keude Aron dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Jenis ikan tangkapan desa Keude Aron
No Nama Ikan
Klasifikasi Panjang
total
Panjang
baku
Lebar
badan
Lebar
Mulut Keterangan Poto
Lokal Indonesia
1 Ikan
kerling
Ikan
garing
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Tor
Spesies : Tor soro
30 cm 25 cm 7,5 cm 0,6 cm Ikan yang hidup
di aliran deras
sungai
2 Ikan
serukan
Ikan
jelawat
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Leptobarbus
Spesies : Leptobarbus
hoeveni
27 cm 22 cm 7 cm 0,4 cm Ikan ini
merupakan jenis
ikan air tawar
yang hidup di
sungai
3 Ikan
belanak
Ikan
belanak
Ordo : Perciforines
Famili : Mugilidae
Genus : Mugil
Spesies : Mugil cephalus
24 cm 20 cm 4,5 cm 0,2 cm Ikan ini
merupakan jenis
ikan air tawar
yang hidup di
sungai
4 Ikan nila Ikan nila Ordo : Percomophi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis
niloticus
23 cm 19 cm 8 cm 0,7 cm Ikan ini
merupakan jenis
ikan air tawar/
ikan budidaya
30
5.1.3 Jenis Ikan Tangkapan Desa Pante Ceureumen
Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan desa Pante Ceureumen dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Jenis ikan tangkapan desa Pante Ceureumen
No Nama Ikan
Klasifikasi Panjang
total
Panjang
baku
Lebar
badan
Lebar
Mulut Keterangan Poto
Lokal Indonesia
1 Ikan
kerling
Ikan
garing
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Tor
Spesies : Tor soro
18 cm 15 cm 6 cm 0,3 cm Ikan yang hidup
di aliran deras
sungai
2 Ikan
serukan
Ikan
jelawat
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Leptobarbus
Spesies : Leptobarbus
hoeveni
27 cm 20 cm 6,6 cm 0,4 cm Ikan yang hidup
di sungai
3 Ileh Ikan
belut
Ordo : Aguilliformes
Famili : Anguillidae
Genus : Anguilla
Spesies : Anguilla sp
50 cm 45 cm 2 cm 0,2 cm Ikan yang hidup
di sungai/rawa
4 Limbek Ikan lele Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp
22 cm 19 cm 3 cm Ikan yang hidup
di sungai dan di
rawa-rawa.
31
No Nama Ikan
Klasifikasi Panjang
total
Panjang
baku
Lebar
badan
Lebar
Mulut Keterangan Poto
Lokal Indonesia
5 Bace Ikan
gabus
Ordo : Perciformes
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa striata
27 cm 20,1 cm 4,5 cm 0,7 cm Ikan yang hidup
di sungai dan di
rawa-rawa
32
5.2 Pembahasan
5.2.1 Identifikasi Ikan Hasil Tangkapan
a. Ikan Kirong-kirong
Badan agak memanjang dan gepeng. Bagian belakang pra-penutup
insang bergerigi, bagian belakang penutup insang berduri kuat dan lancip. Sisisk
pada garis rusuk 45-49, sisik transversal diatas garis rusuk 7-8 dan 14-15
dibawahnya. Jari-jari keras sirip punggung 12 dan 10 lemah. Sirip dubur berjari-
jari keras 3 dan 8 lemah serta sisik-sisik besar. Termasuk ikan buas, makanannya
ikan-ikan kecil dan invertebrata. Hidup di perairan pantai, air payau, muara-muara
sungai serta bergerombol. Dapat mencapai panjang 30 cm, umumnya 15-20 cm.
Warna Bagian atas hijau pupus sedikit kebiruan, putih perak bagian bawah,
terdapat 4 ban kuning sedikit gelap memanjang badan. Totol-totol gelap pada
sebagian besar sisip punggung dan 5 ban warna hitam (gelap) pada sirip ekor.
b. Ikan pinang-pinang/ikan kuniran
Ikan kuniran merupakan jenis ikan yang memiliki bentuk badan
memanjang sedang, pipih samping dengan penampang melintang bagian depan
punggung, serta ukurannya tubuhnya yang mencapai 20 cm. Jenis ikan ini hidup
di daerah dangkal berpasir di sekitar terumbu karang. Bentuk badan memanjang
sedang, pipih samping dengan penampang melintang bagian depan punggung
beberapa garis bengkok yang dalam dan kepala tumpul. Mempunyai pita gelap
berwarna coklat kemerahan memanjang di atas gurat sisi mulai dari moncong
melewati mata sampai ke pertengahan dasar pangkal ekor.
33
c. Ikan cikir/ikan kikik api/ikan petek
Ikan petek memiliki mulut yang kecil, miring ke bawah dan jika
sepenuhnya disembulkan akan membentuk tabung yang mengarah ke bawah. Jika
mulut dalam keadaan terkatup, tulang rahang bawah miring membentuk sudut
300-45
0. Kepala seluruhnya tidak bersisik. Panjang tubuh kurangt dari tiga kali
tinggi. Ujung hidung tegak, penampang atas dari hidung hingga cekungan antara
mata melengkung dan terdapat duri dibagian tengkuknya. Sisik dada sangat tipis
dan cerah sehingga dada terlihat seperti tidak bersisik.
Bagian dada ikan petek terdapat sisik berukuran besar yang mudah sekali
lepas. Pipi tidak bersisik, terdapat titik hitam di pangkal ekor, dan jari-jari lemah
sirip dorsal bergaris hitam. Bagian tepi sirip ekor berwarna kehitaman dab hamper
semua sirip lain nya tidak berwarna atau berwarna sedikit kelabu. Ikan ini
memiliki punggung yang sangat melengkung dengan satu buah garis linea literalis
dan posisi mulut yang terminal, ukuran panjang maksimumnya mencapai 25 cm.
d. Ikan gabu/ikan kuwe gerong/ikan belitong
Ikan Belitong mudah dikenali dengan kepala cembung besar dan pedunkel
kaudal sempit dengan 2 lunak (keels) terdiri daripada kepingan-kepingan kurus
timbul pada kedua bahagian akhit garis garis sisi. Terdapat bahagian bersisik bulat
kecil pada bahagian dada di hadapan sirip perut. Sirip dorsal pertama mempunyai
8 duri dan sirip dorsal kedua 17-20 duri lembut. Sirip dubur mempunyai 3 duri
dan 15-17 duri lembut, ekornya bercabang. Warnanya berbeda-beda tetapi
biasanya kelabu biru dengan kecoklat-coklatan di belakang. Diapit oleh warna
keperakan dan juga pada dibahagian perut. Berat sekitar 60 kg tetapi biasanya 10-
30kg.
34
e. Ikan cicip/ikan teri pinggir
Ikan teri atau ikan bilis adalah sekelompok ikan laut kecil anggota
keluarga Engraulidae. Nama ini mencakup berbagai ikan dengan warna tubuh
perak kehijauan atau kebiruan. Walaupun anggota Engraulidaei ada yang
memiliki panjang maksimum 23 cm, nama ikan teri biasanya diberikan bagi ikan
dengan panjang maksimum 5 cm. Moncongnya tumpul dengan gigi yang kecil
dan tajam pada kedua-dua rahangnya. Mangsa utama ikan teri ialah plankton.
f. Ikan Kerapu
Ikan Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah "groupers"
dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik
dipasarkan domestik maupun padar internasional dan selain itu nilai jualnya
cukup tinggi.
Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan
menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4
baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada
bagian dorsal dan poterior.
g. Ikan kuwe rambe
Ikan Kuwe hidup di perairan dangkal, terumbu karang, membentuk
gerombolan kecil, dapat mencapai panjang ikan 75 cm, umumnya 50 cm.
Termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil, krustasea, penangkapan dengan
pancing, bubu, jaring klotok, moroami jaring insang. Daerah penyebaran;
sepanjang pantai dangkal, perairan karang Indonesia serta muara sungai. Indian
Threadfish (Alectis indicus) Istilah Indonesia: Kuwe Rambe, Lowang, Jebus Ciri-
ciri Kuwe Rambe.
35
Ikan Kuwe (Caranx Sexfasciatus) atau yang lebih dikenal dengan
nama bluefin treavllyu, termasuk ikan dasar dari golongan predator. Ikan kuwe
paling dibedakan oleh pewarnaan nya, memiliki sirip punggung gelap kedua
dengan ujung putih pada lobus. Anatomi rinci lain yang lebih fitur juga
menetapkan spesies terpisah dari anggota lain dari Caranx. Spesies ini diketahui
tumbuh dengan panjang 120 cm dan 18 kg.
h. Ikan cabe/ikan ketang bunga
Bentuk ikan ketang bunga/kiper mirip dengan ikan discus sehinga ikan
kiper juga dijadikan ikan hias bagi sebagian orang. Ikan ini mempunyai bercak
totol-totol hitam pada tubuhnya dan ketika dewasa bercak totol-totol hitam ini
akan sedikit memudar. Tubuhnya pipih agak berbentuk segiempat. Mata cukup
besar, diameternya sedikit lebih kecil daripada panjang mulut. Ikan kiper secara
umum memiliki panjang 20 cm dan maksimum pada 38 cm. Ketika memasuki
fase matang gonad ikan kiper berukuran sekitar 14 cm. Pada bagian sirip dorsal
terdapat jari-jari keras sejumlah 10-11 dan 4 di bagian irip anal.
i. Ikan Kerling/ikan garing
Ikan garing memiliki duri punggung lunak Keseluruhan total 11; Sirip
dubur lunak 8. Panjang ikan ini bisa mencapai 70 cm. Di Indonesia ikan ini dapat
dijumpai di Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Ikan ini tergolong ikan yang dapat
memijah sepanjang tahun, akan tetapi musim pemijahannya cenderung ketika
permulaan musim penghujan.
j. Ikan serukan/ikan jelawat
Menurut Asmawi (2007), Jelawat tergolong ikan pemakan segalanya
(omnivora). Diperairan umum ikan jelawat mempunyai kebiasaan berenang
36
melawan arus menuju ke hulu (Ditjenkan, 1999). Bentuk tubuhnya yang agak
bulat dan memanjang, mencerminkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat.
Kepala sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak
terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih
keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung
agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerah-
merahan, mempunyai 2 pasang sungut.
k. Ikan belanak
Ikan belanak secara umum bentuknya memanjang agak langsing dan
gepeng. Sirip punggung terdiri dari satu jari-jari keras dan delapan jari-jari lemah.
Sirip dubur berwarna putih kotor terdiri dari satu jari-jari keras dan sembilan jari-
jari lemah. Bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawahnya ini berguna
untuk mencari makan di dasar/organisme yang terbenam dalam lumpur. Ciri lain
dari ikan belanak yaitu mempunyai gigi yang amat kecil, tetapi kadang-kadang
pada beberapa spesies tidak ditemukan sama sekali
l. Ikan nila
Ikan nila merupakan ikan sungai atau danau yang ocok di pelihara di
perairan tawr yang tenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan payau
misalnya tambak. Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan oreochromis ini
memang berbeda dengan kelompok tilapros. Secara umum bentuk tubuh ikan nila
panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya besar menonjol, dan
bagian tepinya berwarna putih, gurat sisi terputus di bagian bawah badan.
37
m. Ikan belut
Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk dalam
suku Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera dengan total 20 jenis. Ikan
ini boleh dikatakan tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang juga tereduksi,.
Ciri khas belut yang lain adalah tidak bersisik (atau hanya sedikit), dapat bernapas
dari udara, bukaan insang sempit, tidak memiliki kantung renang dan tulang
rusuk. Belut praktis merupakan hewan air darat. Mata belut kebanyakan tidak
berfungsi baik.
Ukuran tubuh bervariasi. Monopterus indicus hanya berukuran 8,5 cm,
sementara belut marmer Synbranchus marmoratus diketahui dapat mencapai 1,5
m. Belut sawah sendiri, yang biasa dijumpai di sawah dan dijual untuk dimakan,
dapat mencapai panjang sekitar 1 m.
n. Ikan lele
Seluruh tubuh ikan lele tidak bersisik, warna dasar hitam, cokelat, dan
kadang agak kehijauan. Tubuh ikan lele dibagi menjadi 3, yaitu kepala, badan,
dan ekor. Ikan lele memiliki kepala yang besar dan keras dengan sepasang bola
mata yang kecil. Ukuran mulut lebar, dilengkapi kumis. Hal inilah yang
menyebabkan lele disebut juga catfish, karena memiliki kumis seperti kucing
o. Ikan gabus
Ikan gabus termasuk ikan darat yang cukup besar, dapat tumbuh hingga
mencapai panjang 1 m. Berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular (sehingga
dinamai snakehead), dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh bulat gilig
memanjang, seperti peluru kendali. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor
membulat di ujungnya. sirip punggung lebih panjang dari sirip dubur, sirip yang
38
pertama disokong oleh 38-45 jari-jari lunak, sirip yang disebut belakangan
disokong oleh 23-27 jari-jari sirip dada lebar dengan ujung membulat disokong
oleh 15-17 jari-jari lunak. Gurat sisinya ada 52-57 keping, panjang tubuhnya dapat
mencapai 100 cm.
Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam
kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi
samping bercoret-coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur.
5.2.2 Karakteristik Perairan
Pada penelitian ini di fokuskan pada di tiga kecamatan di antaranya
kecamatan Meureubo, kecamatan Kaway XVI dan kecamatan Pante Ceureumen.
Adapun desa-desa yang menjadi tempat lokasi penelitian di antarnya desa
Meureubo, desa Keude Aron dan desa Pante Ceureumen.
a. Desa Meureubo
Kondisi sungai desa Meurebo sudah sedikit tercemar dikarenakan ada
aktifitas pembuatan jembatan yang sebagian materialnya jatuh kedalam sungai
serta pembuangann limbah rumah tangga sehingga air sungai terkontaminasi oleh
bahan-bahan pencemaran tersebut. Warna air sungai tersebut agak kecoklatan di
karenakan tekstur tanah dasar sungai ialah tanah liat, kedalaman sungai Meurebo
mencapai ± 3,5 meter, adapun lebar sungai Meureubo ialah 200 meter. Adapun
salinitas air sungai desa Mureubo mencapai 22ppt sehingga masih banyak ikan air
laut yang hidup di perairan sungai tersebut, sedangkan pH air sungai tersebut
mencapai 6.
39
Nelayan yang mencari ikan di desa tersbeut menggunakan armada tangkap
berupa perahu tanpa motor yang orang desa sekitar menyebutnya dengan sebutan
jalo. Alat tangkap yang di gunakan oleh nelayan sekitar masih tradisional yaitu
berupa pancing dan jala/jaring. Nelayan desa Meureubo malakukan aktivitas
penangkapan ikan di sungai tersebut pada waktu pagi hari, siang hari dan sore hari
dan ada juga yang menangkap ikan pad sore hingga malam hari nya. Sebagian
nelayan sungai di desa Meureubo ada juga yang menggunakan pancing dawai
untuk mengantisipasi tertangkap nya jenis ikan besar.
b. Desa Keude Aron
Kondisi perairan sungai di desa Keude Aron dapat dikatakan masih bagus
dikarenakan air di sungai terebut hanya sedikit terkontaminasi oleh limbah rumah
tangga, maka perairan sungai Keude Aron masih dalam kategori baik. Warna air
sungainya lumayan jernih karna tekstur tanah pada bagian dasar sungai ialah
berpasir, kedalam sungai tersebut mencapai ± 3 meter, adapun lebar sungai nya
adalah 100 meter. Adapun salinitas air sungai desa Keude Aron mencapai 0,5ppt
sehingga ikan yang hidup di sungai tersebut adalah jenis-jenis ikan air tawar saja,
sedangkan pH air sungai tersebut mencapai 4,5.
Nelayan yang mencari ikan di desa Keuede Aron menggunakan armada
tangkap berupa perahu tanpa motor yang orang desa sekitar menyebutnya dengan
sebutan jalo. Alat tangkap yang di gunakan oleh nelayan sekitar masih tradisional
yaitu berupa pancing, jala/jarring serta tembak ikan. Nelayan desa Keude Aron
malakukan aktivitas penangkapan ikan di sungai tersebut pada waktu pagi hari,
siang hari dan sore hari dan ada juga yang menangkap ikan pad sore hingga
malam hari nya. Nelayan yang menggunakan tembak ikan melakukan aktivitasnya
40
khusus pada malam hari. Sedangkan nelayan yang menggunakan alat tangkap
pancing menambang ikan pada malam hari serta hasilnya di ambil pada pagi hari,
biasanya nelayan tersbut hanya memfokuskan tambang ikan jenis ikan
kerling/ikan kering.
c. Desa Pante Ceureumen
Kondisi perairan sungai di desa Pante Ceureumen dalam kategori baik
dikarenkan kurangnya limbah rumah tangga yang masuk ke sungai tersbut, warna
air pada sungai di kategorikan jernih karena tekstur tanah pada bagian dasar
sungai ialah berpasir. Pada saat musim hujan debit air sungai dapat meningkat
sehingga sisi kanan sungai terkikis oleh air sungai tersebut sedangkan pada sisi
sebelah kiri sungai sudah ada ikatan batuan beronjong sehingga menjadi aman.
Kedalaman sungai di desa Pante Ceureumen mencapai ±1,5 meter sedangkan
lebar sungai mencapai 70 meter. Adapun salinitas air sungai desa Pante
Ceureumen mencapai 0,5ppt sehingga ikan yang hidup di sungai tersebut adalah
jenis-jenis ikan air tawar saja, sedangkan pH air sungai tersebut mencapai 5.
Nelayan yang mencari ikan di desa Pante Ceureumen menggunakan
armada tangkap berupa perahu tanpa motor yang orang desa sekitar menyebutnya
dengan sebutan jalo. Alat tangkap yang di gunakan oleh nelayan sekitar masih
tradisional yaitu berupa pancing, jala/jarring, tembak ikan serta bube/bubu.
Nelayan desa Pante Ceureumen malakukan aktivitas penangkapan ikan di sungai
tersebut pada waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dan ada juga yang
menangkap ikan pad sore hingga malam hari nya. Nelayan yang menggunakan
tembak ikan melakukan aktivitasnya khusus pada malam hari. Nelayan yang
41
menggunakan alat tangkap bube/bubu menaruh bubunya di bawah aliran jatuhnya
air irigasi.
5.2.3 Analisis Keanekaragaman Jenis
Untuk menghitung indeks keanekaragaman jenis di gunakan rumus
Shanon & Waver : H’ = 𝑠𝑖=1 (ni/N) In (ni/N). hasil indek keaneka ragaman
jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Nilai indeks Keanekaragaman Jenis Ikan (H’) yang tertangkap selama
penelitian di tiga Stasiun di Sungai Meureubo berdasarkan Indeks
Shannon
Nilai Indeks Keanekaragaman (H’)
ST I
Desa Meureubo
ST II
Desa Keude Aron
ST III
Desa Pante Ceureumen
Keaneka
ragaman jenis
ikan
0,78
0,53
0,66
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Indeks Keanekaragaman pada tabel
tersebut di atas, bahwa kisaran nilai Indeks Keanekaragaman yaitu 0,53 –0,78
dimana Indek tertinggi ditemui pada Stasiun I Desa Meureubo, sedangkan nilai
indek terendah terdapat pada Stasiun II Desa Keude Aron sebesar 0,53. Lebih
tingginya nilai indek keanekaragaman pada Stasiun I karena lokasi ini masih
terpengaruh oleh aliran laut sehingga ikan air laut masih banyak di jumpai pada
sungai tersebut. Sedangkan Stasiun II perairan tersebut sudah di pengaruhi
penambangan pasir serta komuditas yang diperioritaskan oleh nelayan sungai
hanya menitik beratkan pada salah satu spesies saja. Pada Stasiun III Desa Pante
Ceureumen mendapat nilai indeks sebesar 0,66, mencerminkan ikan di sungai
desa Pante Ceureumen lebih bervariasi daripada desa Keude Aron.
42
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat 15 jenis ikan yang hidup di
sepanjang sungai Meureubo. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan cara
mewawancara nelayan sungai yang berlokasi di 3 desa yaitu desa Meureubo, desa
Keude Aron serta desa Pante Ceureumen.
Dari hasil penelitian didapatkan nilai indeks keanekaragaman jenis ikan
yang berbeda-beda, dimana di nilai tersebut meliputi desa Meureubo 0,78; desa
Keude Aron 0,53; serta desa Pante Ceureumen 0,66. Dengan adanya nilai indeks
tersebut mengindikasikan bahwa lebih banyak jenis ikan yang hidup di perairan
sungai desa Meureubo dikarenakan sungai tersebut masih dekat dengan laut,
sehingga ada jenis ikan-ikan laut yang hidup didaerah tersebut.
6.1 Saran
Perlu adanya pengawasan terhadap kebersihan lingkungan sungai, agar
ikan-ikan yang hidup di sungai mudah untuk dilakukan identifikasi. Kurangnya
nelayan sungai yang mencari/menangkap ikan di sungai Meureubo.
43
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anonymus, 2006. Perairan Indonesia. Jakarta. (www.google.com).
(Dikunjungi pada tanggal 2 Juli 2012)
Anonymus, 2005. Macam-macam Ikan Air Tawar. Jakarta. (www.google.com).
(Dikunjungi pada tanggal 17 Maret 2012)
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT.
Rineka Cipta. 370 hal.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Borgstrøm, Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008. Dalam
http://www.wikipedia.com//Jenis-jenis ikan air tawar.
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2011. Teknik Identifikasi Spesies Ikan,
Jakarta.
Djoko Suseno, 2000. Dalam Darmadi Blog 2009. Laporan Praktikum Fisiologi
Ikan. Jakarta
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung.
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Fujaya, 1999. Fisiologi Ikan. Dalam Darmadi Blog 2009. Laporan Praktikum
Fisiologiu Ikan. Jakarta
Haryono, 2009. Identifikasi Ikan. Bukun Panduan Lapangan : Ikan Perairan
Gambut. Penerbit LIPI Press. Jakarta
Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta. Ghalia Indonesia. 260 hal.
Islam. M, 2006. Pola Kehidupan Sosial dan Perilaku Produktif Masyarakat
Nelayan. Kajian Materi Diklat. Surabaya
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993.
Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi = Ikan air tawar
44
Indonesia bagian barat dan Sulawesi. Jakarta. Periplus Editions
Limited.
Leiden.1916. The Fishes of The Indo-Australian Archipelago III. Holland. E. I.
Brill Ltd. 480 Pages.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina
Cipta, Jakarta.
Stickney, 1979. Dalam Darmadi Blog 2009. Laporan Praktikum Fisiologiu Ikan.
Jakarta
Suryabrata, 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada.165
hal.
Umi dkk, 2008. Jurnal Penelitian Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Brawijaya. Volume II. Nomor 1. Bulan Juni 2008: 7-12.
www.fishbase.org
45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan kuesioner yang digunakan dalam penelitian
Panduan Kuesioner Lapangan
IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI SUNGAI
MEUREBO KABUPATEN ACEH BARAT
Nama Responden :...........................................
Pekerjaan :............................................
Alamat :............................................
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2012
46
Pendahuluan
Kabupaten Aceh Barat memiliki banyak sungai yang didalam nya banyak
terdapat hasil perikanan yang salah satu nya jenis ikan-ikan yang memiliki nilai
ekonomis. Salah satu sungai yang ada di Kabupaten Aceh Barat adalah Sungai
Meurebo yang panjang sungainya mulai dari Kec. Johan Pahlawan sampai Kec.
Pante Ceuremen. Sungai Meurebo ini banyak mengahasilkan jenis-jenis ikan air
tawar sehingga hasil tangkapan dapat di jual di pasaran domestik.
Dalam pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui nelayan-
nelayan sungai yang menagkap ikan di sungai Meurebo ini perlu dilakukan suatu
kajian ilmu pengetahuan mengenai jenis-jenis ikan yang tertankap. Maka perlu
dilakukan sebuah penelitian ”Identifikasi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan
di Sungai Meurebo Kabupaten Aceh Barat”. Dalam penentuan pemanfaatan
yang ada saat ini perlu masukan dari berbagai responden (nelayan) yang
berkepentingan atau yang mengetahui jenis-jenis ikan apa saja yang ada di sungai
tersebut yang akan di identifikasi sehingga dengan mengisi kuisioner ini akan
memberikan masukan yang sangat berarti untuk menentukan jenis-jenis ikan apa
saja yang tertangkap dan di identifikasi. Sehingga masukan dari Bapak/Ibu sangat
kami harapkan.
47
Kuesioner yang diajukan pada setiap responden
No Variabel Ket
1 Data Kuantitatif
a. Jenis ikan yang tertangkap
b. Jumlah ikan yang tertangkap
c. Alat tangkap
d. Armada tangkap
2 Data Kualitatif
a. Kondisi sungai
b. Kedalaman
c. Dasar sungai tempat menangkap
d. Lebar sungai
48
Lampiran 2. Foto lokasi penelitian
Desa Pante Ceuremen
Desa Meureubo
Desa Kede Aron
49
Lampiran 3. Foto kegiatan penelitian di Laboratorium