bab i pendahuluan 1.1. latar belakangrepository.utu.ac.id/34/1/bab 1-v.pdf · berdasarkan laporan...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator pelayanan kesehatan ibu di
suatu negara, bila AKI masih tinggi berarti pelayanan kesehatan ibu belum baik,
sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik. Pengalaman
di negara maju dan berkembang menunjukkan intervensi medik dapat menurunkan
AKI sampai dengan 50% (Affandi, 2000).
Tingginya angka kematian ibu menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi ibu
masih memprihatinkan. World Health Organization (WHO) melaporkan hampir
700.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia. Di negara-
negara maju angka kematian ibu per tahun hanya 27 per 100.000 kelahiran hidup
sedangkan di negara-negara berkembang angka kematian ibu rata-rata mencapai 480
per 100.000 kelahiran hidup (Tobing, 2005).
AKI di Indonesia yang tertinggi di Negara ASEAN, yakni 307 per 100.000
kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara Malaysia 41 per 100.000
kelahiran hidup, Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000
kelahiran hidup, Filiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008)
Berdasarkan data Depkes RI tahun 2008, secara nasional penyebab langsung
kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 28%, eklampsia
(24%), infeksi (11%), komplikasi peuperium 8% dan partus macet 5% (Depkes RI,
2008).
![Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Kematian ibu serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar
persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang profesional. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia meningkat dari tahun
2005 yaitu 72,37% menjadi 76,40% pada tahun 2006 (Depkes RI, 2007).
Salah satu upaya yang dilakukan Depkes dalam mempercepat penurunan AKI
adalah mendekatkan pelayanan kesehatan kebidanan pada setiap ibu yang
membutuhkannya, untuk itu sejak tahun 1990 telah ditempatkan bidan di Desa, yang
pada tahun 2009 telah mencapai target 152.120 bidan. Dengan demikian, dapat
diasumsikan bahwa hampir semua Desa di wilayah Indonesia mempunyai akses
untuk pelayanan kebidanan (Depkes, 2009).
Seorang bidan mempunyai tugas/peran secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan. Demikian juga yang berlaku bagi bidan desa disamping mempunyai tugas
utama secara mandiri untuk menangani kesehatan ibu hamil, bersalin dan bayi,
maupun memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu dan masyarakat. Peran
kolaborasi / kerjasama bidan desa dalam hal ini bekerjasama dengan duk un bayi.
Selain itu bidan berperan sebagai perpanjangan tangan unit pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi, artinya apabila suatu masalah kesehatan di masyarakat tidak
mampu ditangani oleh bidan desa akibat keterbatasan fasilitas/peralatan medis,
tenaga serta kemampuan, maka dianjurkan untuk merujuk ke pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi, seperti puskesmas atau rumah sakit (Sofyan, 2006).
Upaya kesehatan ibu dan anak dapat diukur dengan beberapa indikator
diantaranya jangkauan pelayanan antenatal, mutu pelayanan antenatal kunjungan ke
empat (K4), pertolongan persalinan oleh tenaga kerja kesehatan dan persentase
cakupan imunisasi TT1, TT2, ibu hamil. Akses pelayanan antenatal dan cakupan
![Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/3.jpg)
3
pelayanan ibu hamil kunjungan ke empat (K4) dapat dipantau melalui pelayanan
kunjungan baru ibu hamil (K1) dan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar paling
sedikit 4 kali, 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali
pada triwulan ketiga.
Data provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2009 menjelaskan bahwa
cakupan kunjungan baru Ibu hamil (K1) berjumlah 98.181 (86,75%), cakupan
kunjungan kehamilan (K4) berjumlah 89,271 (78,87%), persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan professional berjumlah 84.898 (88,83%). Faktor penyebab
terbanyak kematian ibu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah perdarahan
dengan jumlah kasus 96 kasus, pre-eklampsia sebanyak 51 kasus, infeksi 19 kasus
dan penyebab lain (partus, macet, komplikasi masa nifas, abortus, emboli dan
kekurangan gizi/anemia) sebanyak 70 kasus (Dinkes Prop. Aceh, 2010).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan
pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember tahun 2011, cakupan kunjungan
baru Ibu hamil (K1) berjumlah 3.861 (94.80%), cakupan kunjungan kehamilan (K4)
berjumlah 2.302 (69,55%), persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
berjumlah 2.952 (75,93%). (Bid. Yankes Kab. Aceh Barat 2011).
Pencapaian pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) bulan Januari sampai
dengan Desember tahun 2011 di Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
untuk K4 bumil (84,29%), kunjungan neonatus (79,12%), pemberian Fe untuk ibu
hamil (76,68%) dan lingkungan kesehatan (5,7%). (Laporan SP2TP, Puskesmas
Johan Pahlawan, 2010).
![Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/4.jpg)
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan pada
penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah gambaran pelayanan kesehatan ibu dan anak di
Puskesmas Johan Pahlawan?”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas
Johan Pahlawan .
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran persalinan di Puskesmas Johan Pahlawan
b. Untuk mengetahui gambaran penyuluhan kesehatan ibu dan anak di
Puskesmas Johan Pahlawan.
c. Untuk mengetahui gambaran post natal di Puskesmas Johan Pahlawan.
d. Untuk mengetahui gambaran pelayanan imunisasi di Puskesmas Johan
Pahlawan
e. Untuk mengetahui gambaran pelayanan di ruang KIA di Puskesmas Johan
Pahlawan.
![Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/5.jpg)
5
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
1. Sebagai referensi bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Teuku Umar khususnya mengenai Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak.
2. Sebagai tambahan kepustakaan bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut
penelitian ini.
1.4.2 Aplikatif
1. Dapat menjadi masukan bagi Puskesmas Johan Pahlawan dalam mengambil
kebijakan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak.
2. Dapat menjadi informasi bagi Dinas kesehatan kabupaten Aceh Barat sebagai
tolak ukur keberhasilan sebuah Puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak.
![Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/6.jpg)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bidan
Bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas penting dalam
bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas, dan menolong
persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi
baru lahir (prenatal care). Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, deteksi kondisi
abnormal ibu dan anak, usaha mendapatkan bantuan medik dan melaksanakan
tindakan kedaruratan dimana tidak ada tenaga bantuan medik. Dia mempunyai tugas
penting dalam pendidikan dan konseling, tidak hanya untuk klien tetapi juga untuk
keluarga dan masyarakat (Notoatmodjo, 1993).
Menurut kepmenkes No. 900/MENKES/SK/VII/2002, bidan adalah seorang
wanita yang telah mengikuti program pendidikan kebidanan dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku (Estiwidani, 2008).
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menjelaskan bahwa bidan adalah seorang wanita
yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah
dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin secara
sah untuk menjalankan praktek. Ciri-ciri Bidan sebagai profesi yaitu :
a. Dipersiapkan melalui pendidikan normal
b. Memiliki alat dalam menjalankan tugasnya yang disebut :
1) Standar pelayanan kebidanan
2) Kode etik dan etika kebidanan
c. Memiliki kelompok ilmu pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya
![Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/7.jpg)
7
d. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
e. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan masyarakat
f. Memiliki wadah organisasi profesi
g. Memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal masyarakat
h. Menjadikan bidan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama kehidupan
2.2.1. Bidan Adalah Suatu Profesi
Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa bidan adalah profesi yang
khusus, dinyatakan suatu pengertian bahwa Bidan adalah orang pertama yang
melakukan penyelamat kelahiran sehingga ibu dan bayinya lahir dengan selamat
(Hanifa, 2005).
Pada saat ini, pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan
pendidikan kebidanan yang dilakui dan mendapatkan lisensi untuk melaksanakan
praktek kebidanan (Depkes, RI, 2003).
Pelayanan kebidanan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, yang diberikan kepada ibu dalam kurun waktu
masa reproduksi dan bayi baru lahir. Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
b. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan, yang
ditunjukkan untuk maksud profesi yang bersangkutan.
c. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
d. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik
yang berlaku.
e. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan
profesinya.
![Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/8.jpg)
8
f. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atau pelayanan yang
diberikan.
g. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
2.2.2. Bidan adalah Jabatan Profesi
Persyaratan dari bidan sebagai jabatan profesional adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau
spesialis.
b. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga
profesional.
c. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
d. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh
Pemerintah.
e. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
f. Mempunyai kompetensi yang jelas dan teratur.
g. Memiliki organisasi profesi sebagai wabah.
h. Memiliki kode etik bidan
i. Memiliki etika kebidanan
j. Memiliki standar pelayanan
k. Memiliki standar praktek
l. Memiliki standar pendidikan yang mendasar dan mengembangkan
profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
m. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana
pengembangan kompetensi (Wahyuningsih, 2006).
![Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/9.jpg)
9
2.2. Peran dan Fungsi Bidan
2.2.1. Peran Sebagai Pelaksana.
Sebagai pelaksana, bidan mempunyai 3 (tiga) kategori tugas yaitu :
(Wahyuningsih, 2006).
1. Tugas Mandiri :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
yang diberikan.
b. Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah
dengan melibatkan pasien.
c. Memberikan asuhan kebidanan kepada pasien selama kehamilan
normal.
d. Memberikan asuhan kebidanan kepada pasien dalam masa persalinan
dengan melibatkan pasien/keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada pasien dalam masa nifas dengan
melibatkan pasien/keluarga.
g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana.
h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan monopause.
i. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan
keluarga.
2. Tugas Kolaborasi atau Kerja Sama :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan pasien dan keluarga.
![Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/10.jpg)
10
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi
dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan
kolabarorasi.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
pasien dan keluarga.
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawat
daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan pasien dan
keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko
tinggi dan mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan
mengalami komplikasi atau kegawat daruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
3. Tugas Ketergantungan/Merujuk
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai dengan fungsi keterlibatan pasien dan keluarga.
b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan.
c. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
masa persalinan dengan menyulit tertentu dengan melibatkan pasien
dan keluarga.
![Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/11.jpg)
11
d. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan keadaan
kegawat daruratan dengan melibatkan pasien dan keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan
tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan
dengan melibatkan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan
tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan
dengan melibatkan pasien/keluarga.
2.2.2. Peran Sebagai Pengelola (Wahyuningsih, 2006).
a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
diwilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/pasien.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan
sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun
bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah
bimbingan dalam wilayah kerjanya.
2.2.3. Peran Sebagai Pendidik
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu
keluarga kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah
kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan
ibu dan keluarga berencana.
b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan keperawatan serta
membimbing dukun diwilayah atau tempat kerjanya.
![Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/12.jpg)
12
2.2.4. Peran Sebagai Peneliti/Investigator
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik
secara mandiri maupun secara kelompok.
2.3. Kesehatan Ibu dan Anak
Kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah salah satu program dari Pemerintah
yang dijalankan dan dimotori oleh Puskesmas. Dalam hal ini penekanan pelayanan
kesehatan ibu dan anak lebih diarahkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan.
Kesehatan ibu dan anak disini meliputi pemeriksaan kehamilan, penyuluhan dan
pelayanan persalinan. Disamping itu pelayanan kesehatan ibu dan anak juga meliputi
imunisasi, dan gizi anak. (Wahyuningsih, 2006).
2.4. Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Berdasarkan Undang-Undang RI tentang Kesehatan No. 36 Tahun 2009,
tentang kesehatan maka upaya pelayanan kesehatan merupakan kewajiban dari
Pemerintah, swasta dan masyarakat luas. Oleh karena itu dalam melaksanakan
kewajiban tersebut Pemerintah juga melibatkan sektor swasta dan masyarakat luas.
Menurut Hanifa (2005), ada dua sebab pokok yang menyebabkan masih
tingginya angka kematian ibu yaitu masih kurangnya pegetahuan mengenai sebab-
sebab dan penanggulangan komplikasi-komplikasi penting dalam kehamilan,
persalinan, serta nifas dan kurang meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi
semua wanita hamil. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan berbagai upaya
termasuk pengadaan kesehatan yang profesional antara lain tenaga bidan. Tenaga
bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang tepat untuk melaksanakan
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
![Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/13.jpg)
13
2.5. Kegiatan Pelayanan KIA
2.5.1. Pelayanan Antenatal
Menurut Depkes, RI (2003), pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan
oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang meliputi 7 T yaitu timbang tinggi badan dan berat
badan, ukut tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) dan pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama masa kehamilan,
temu wicara dan tes sediaan darah.
Setiap wanita menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.
Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan
selama periode antenatal (Saifuddin, 2002).
2.6.2. Penyuluhan Bagi Ibu Hamil
Penyuluhan bagi ibu hamil sangat diperlukan untuk memberi pengetahuan
mengenai kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, perawatan
diri selama kehamilan, serta tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Dengan
pengetahuan tersebut diharapkan ibu akan termotivasi kuat untuk menjaga diri dan
kehamilannya dengan menaati nasehat yang diberikan oelh pelaksana pemeriksaan
kehamilan, sehingga ia dapat melewati masa kehamilannya dengan baik dan
menghasilkan bayi yang sehat (Saifuddin, 2002).
Petugas kesehatan hendaknya menjadi orang terdekat yang mampu
menyampaikan segala pengetahuan tersebut dan mempertahankan hubungan timbal
balik. Petugas kesehatan ditingkat pelayanan dasar hendaknya mendekatkan diri
ketengah masyarakat, dikenal dan dipercaya sehingga dapat berfungsi optimal
(Manuaba, 2001).
![Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/14.jpg)
14
2.6. Kegiatan Bidan
Sesuai Panduan Bidan di Tingkat Desa (Depkes RI, 2004) kegiatan bidan
yang ditempatkan di desa adalah sebagai berikut :
1. Mengenal Wilayah
Struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk serta sistem Pemerintah di
Desa harus dikuasai oleh bidan dimana kegiatannnya meliputi menghubungi
pamong desa, mengenal kultur masyarakat, mempelajari jumlah penduduk
dan mencatat jumlah KK serta yang bersangkutan dengan kesehatan ibu dan
anak.
2. Mengumpulkan Data
Dalam hal ini yang dilakukan menganalisis data serta mengindentifikasi
masalah kesehatan untuk merancang penanggulangannya yang terdiri dari :
a. Mengumpulkan nama kepala keluarga dan mencatat jumlah ibu hamil,
jumlah balita, bayi serta PUS di tingkat dusun.
b. Mencatat jumlah pelayanan kesehatan ibu hamil, pemberian TT,
pemberian tablet Fe, pelayanan rujukan, pelayanan PMT.
c. Mencatat jumlah pelayanan tentang bayi dan balita.
3. Menggerakkan Peran Serta Masyarakat
Dalam hal ini dapat dilakukan melalui PKMD dengan melaksanakan
Pertemuan Tingkat Desa (PTD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
yang diikuti dengan menghimpun kader dan pengurus LKMD.
4. Memberikan Pelayanan Persalinan
Pertolongan persalinan yang diberikan melalui :
a. Pertolongan persalinan di rumah penduduk, di rumah bidan dan pondok
bersalin di wilayah kerjanya.
![Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/15.jpg)
15
b. Menerima persalinan dari dukun.
c. Merujuk kasus persalinan dengan penyulit ke Puskesmas, kecuali dalam
keadaan darurat dapat dirujuk ke unit kesehatan lainnya.
5. Kunjungan Rumah
Untuk melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat di wilayah
kerja bidan dilakukan melalui :
a. Pembinaan keluarga rawan yaitu yang berpenghasilan rendah terutama
yang belum memanfaatkan pelayanan kesehatan.
b. Pembinaan kelompok khusus seperti panti asuhan dan pesantren.
c. Penanganan kasus atau pasien dirumah.
d. Memberikan penyuluhan dan pembinaan terhadap sikap serta perilaku
hidup sehat
6. Melatih dan Membina Dukun Bayi
Dalam melaksanakan penyuluhan dan membantu deteksi dini ibu hamil
resiko tingi sangat diperlukan peran serta dari masyarakat itu sendiri terutama
para dukun bayi yang sudah dilatih ikut serta memberikan pelayanan dan
penyuluhan.
7. Melatih dan Membina Ketua Kelompok Dasawisma.
8. Menggerakkan masyarakat agar melakukan kegiatan dana sehat.
9. Mencatat semua kegiatan yang telah dilakukan dan melapor secara berkala
kepada Puskesmas sesuai dengan ketentuan.
10. Bekerjasama dengan rekan staf Puskesmas diwilayah kerjanya.
![Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/16.jpg)
16
2.7. Pelayanan Persalinan
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan
menyediakan kepuasaan pelanggan (Adisasmito, 2007).
Sedangkan persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serfik dari
janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir (Manuaba,2001).
Pelayanan Persalinan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh bidan untuk
memberikan pelayanan berupa :
a. Pertolongan persalinan di rumah penduduk, di rumah bidan dan pondok
bersalin di wilayah kerjanya.
b. Menerima persalinan dari dukun.
c. Merujuk kasus persalinan dengan penyulit ke Puskesmas, kecuali dalam
keadaan darurat dapat dirujuk ke unit kesehatan lainnya.
2.8 Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Adisasmito (2006), Saifuddin
(2002), Depkes RI (2003) maka kerangka teori dapat disusun sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Persalinan
Penyuluhan
Post Natal
Imunisasi
Melatih Dukun Bayi
Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak
![Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/17.jpg)
17
2.9. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak
Persalinan
Penyuluhan
Post Natal
Imunisasi
![Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/18.jpg)
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain
Crossectional yang menggambarkan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas
Johan Pahlawan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan
Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini direncanakan pelaksanaannya pada bulan
September 2012.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang berada di
Puskesmas Johan Pahlawan yaitu bidan yang berjumlah 32 orang.
3.3.2. Sampel.
Menurut Arikunto (2002) untuk populasi penelitian yang kurang dari 100
responden maka sebaiknya diambil semua untuk dijadikan sampel, sehingga dalam
penelitian ini sampel yang diambil yaitu semua populasi yang ada di Puskesmas
Johan Pahlawan yang berjumlah sebanyak 32 orang.
![Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/19.jpg)
19
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian dengan metode wawancara
dengan menggunakan kuesioner.
3.4.2. Sekunder
Data sekunder didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat,
Puskesmas Johan Pahlawan dan literatur yang berkenaan dengan penelitian
ini.
![Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/20.jpg)
20
3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
No. Variabel Keterangan
Variabel Independen
1. Persalinan Definisi Kegiatan yang dilakukan bidan dalam memberikan pertolongan persalinan
Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner
Hasil ukur - baik - kurang
Skala ukur Ordinal
2. Penyuluhan Defenisi Kegiatan yang dilakukan bidan dalam memberikan pemahaman kepada ibu hamil agar termotivasi untuk menjaga dirinya dan
janinnya. Cara ukur Wawancara
Alat ukur Kuesioner Hasil ukur - Baik
- kurang baik
Skala ukur Ordinal
3. Postnatal Definisi Pelayanan yang diberikan bidan kepada ibu hamil setelah melahirkan
Cara ukur Wawan cara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur - baik
- kurang Skal ukur Ordinal
4 Imunisasi Definisi Pelayanan yang diberikan bidan kepada ibu
hamil berupa pemberian imunisasi TT. Cara ukur Wawan cara Alat ukur Kuesioner
Hasil ukur - baik - kurang
Skal ukur Ordinal 5 Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak
Definisi Pelayanan yang diberikan bidan kepada ibu
hamil yang meliputi : persalinan, penyuluhan, post natal dan imunisasi.
Cara ukur Wawan cara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur - baik
- kurang Skal ukur Ordinal
![Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/21.jpg)
21
3.6. Aspek Pengukuran
3.6.1 Persalinan
1. Baik, bila diperoleh skor dengan nilai ≥ 50% dari total skor
2. Kurang, bila diperoleh skor dengan nilai < 50% dari total skor
3.6.2 Penyuluhan Ibu Hamil
1. Baik, bila diperoleh skor dengan nilai ≥ 50% dari total skor
2. Kurang, bila diperoleh skor dengan nilai < 50% dari total skor
3.6.3 Post Natal
1. Baik, bila diperoleh skor dengan nilai ≥ 50% dari total skor
2. Kurang, bila diperoleh skor dengan nilai < 50% dari total skor
3.6.4 Imunisasi
1. Baik, bila diperoleh skor dengan nilai ≥ 50% dari total skor
2. Kurang, bila diperoleh skor dengan nilai < 50% dari total skor
3.6.5 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
1. Baik, bila diperoleh skor dengan nilai ≥ 50% dari total skor
2. Kurang, bila diperoleh skor dengan nilai < 50% dari total skor
3.7 Analisis Data
3.71. Analisis Univariat
Hasil yang diperoleh kemudian dibuat rata-rata dan dibuat distribusi frekuensi
dari semua variabel.
![Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/22.jpg)
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Johan Pahlawan berdiri pada tahun 1992 dengan luas bangunan ±
520 m2 dan luas tanah ± 1500 m2. Lokasi Puskesmas Johan Pahlawan berada di jalan
Tgk. Dirundeng No. 36 gampong ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan
kabupaten Aceh Barat, dengan akses jalan Nasional ± 200 m. Adapun batas wilayah
kerja Puskesmas Johan Pahlawan sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Hindia
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Suak Ribee
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Puskesmas Samatiga
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kaway XVI
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1.Analisis Univariat
a. Persalinan
Tabel 4.1 Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Persalinan di
Puskesmas Johan Pahlawan Tahun 2012.
No Pertanyaan Persalinan
Jawaban
Ya Tidak
n % n %
1 Persalinan di rumah penduduk 15 46,9 17 53,1
2 Persalinan di rumah tempat bidan 13 40,6 19 59,4
3 Persalinan di rumah bersalin 12 37,5 20 62,5
4 Menerima persalinan dari dukun 6 18,8 26 81,3
5 Rujukan persalinan ke Rumah Sakit 16 50,0 16 50,0
6 Menjelaskan persalinan yang dilakukan 27 84,4 5 15,6
7 Mengetahui tanda penyakit dalam persalinan 25 78,1 7 21,9
8 Menganjurkan mendampingi ibu hamil 31 96,9 1 3,1
9 Membuat catatan/ rekam medik 18 56,3 14 43,8
![Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/23.jpg)
23
Hasil pengukuran persalinan di Puskesmas Johan pahlawan kemudian
dikategorikan. Persalinan yang dilakukan oleh bidan berada dalam kategori kurang
sebanyak 17 responden (53,1%). Dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Kategori Persalinan
di Puskesmas Johan Pahlawan Tahun 2012.
No Persalinan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 15 46,9
2 Kurang 17 53,1
Total 32 100
b. Penyuluhan
Tabel 4.3 Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Penyuluhan di
Puskesmas Johan Pahlawan Tahun 2012.
No Pertanyaan Penyuluhan
Jawaban
Ya Tidak
n % n %
1 Waktu penyuluhan diberikan 23 71,9 9 28,1
2 Penyuluhan yang diberikan mudah dilaksanakan 31 96,9 1 3,1
3 Motivasi ibu hamil meningkat 31 96,9 1 3,1
4 Materi penyuluhan mudah dipahami 31 96,9 1 3,1
5 Melakukan evaluasi setelah penyuluhan 24 75,0 8 25,0
Hasil pengukuran penyuluhan di Puskesmas Johan pahlawan kemudian
dikategorikan. Penyuluhan yang dilakukan oleh bidan berada dalam kategori baik
sebanyak 28 responden (87,5%). Dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Kategori Persalinan
di Puskesmas Johan Pahlawan Tahun 2012.
No Penyuluhan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 28 87,5
2 Kurang 4 12,5
Total 32 100
![Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/24.jpg)
24
c. Postnatal
Tabel 4.5 Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Postnatal di
Puskesmas Johan Pahlawan Tahun 2012.
No Pertanyaan Postnatal
Jawaban
Ya Tidak
n % n %
1 Melakukan pemeriksaan perineum 21 65,6 11 34,4
2 Memberikan konseling kepada ibu nifas 24 75,0 8 25,0
3 Konseling tata cara perawatan tali pusat 24 75,0 8 25,0
4 Memberitahukan ibu selalu menjaga bayi 32 100 0 0
5 Memberitahukan mencegah hipotermi 29 90,6 3 9,4
6 Mengidentifikasi pola makan 25 78,1 7 21,9
Hasil pengukuran postnatal di Puskesmas Johan pahlawan kemudian
dikategorikan. Postnatal yang dilakukan oleh bidan berada dalam kategori baik
sebanyak 25 responden (78,1%). Dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Kategori Postnatal
di Puskesmas Johan Pahlawan Tahun 2012.
No Postnatal Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 25 78,1
2 Kurang 7 21,9
Total 32 100
d. Imunisasi
Tabel 4.7 Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Imunisasi di
Puskesmas Johan Pahlawan Tahun 2012.
No Pertanyaan Imunisasi
Jawaban
Ya Tidak
n % n %
1 Ibu hamil perlu diimunisasi 21 65,6 11 34,4
2 Frekuensi ibu hamil diberikan imunisasi TT 24 75,0 8 25,0
3 Vaksin TT tidak memberi efek samping 30 93,8 2 6,3
Hasil pengukuran imunisasi di Puskesmas Johan pahlawan kemudian
dikategorikan. Imunisasi yang diberikan oleh bidan berada dalam kategori baik
sebanyak 18 responden (56,3%). Dapat dilihat pada tabel 4.8
![Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/25.jpg)
25
Tabel 4.8 Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Kategori Imunisasi
di Puskesmas Johan Pahlawan Tahun 2012.
No Imunisasi Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 18 56,3
2 Kurang 14 43,8
Total 32 100
Hasil pengukuran semua variabel (persalinan, penyuluhan, pos natal,
imunisasi) di Puskesmas Johan pahlawan ditambahkan keseluruhan dan kemudian
dikategorikan kembali. Sehingga pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) yang
diberikan oleh bidan berada dalam kategori baik sebanyak 26 responden (81,3%).
Dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Kategori Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Johan Pahlawan Tahun
2012.
No Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak
Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 26 81,3
2 Kurang 6 18,8
Total 32 100
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
a. Persalinan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar persalinan yang dilakukan oleh
bidan masuk dalam kategori kurang yaitu sebanyak 17 responden (53,1%) dan
sisanya persalinannya baik yaitu sebanyak 15 responden (46,9%).
Bidan sebagai tenaga penolong persalinan sangat menentukan keberhasilan
pelaksanaan perannya di tengah masyarakat. Apabila seorang tenaga penolong
persalinan mempunyai kemampuan yang baik tentang persalinan diharapkan mampu
![Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/26.jpg)
26
melakukan pertolongan persalinan dengan baik pula. Sesuai dengan tujuan
penempatan bidan Puskesmas secara umum adalah untuk meningkatkan mutu dan
pemerataan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan Posyandu dalam rangka
menurunkan angkat kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka kelahiran, serta
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup sehat. (Barus, 2006)
Masih kurangnya persalinan yang dilakukan oleh bidan di Puskesmas Johan
pahlawan dapat disebabkan oleh kurangnya pemeriksaan selama kehamilan, serta
dapat juga disebabkan keterlambatan merujuk ke tenaga kesehatan atau ke rumah
sakit. Hal-hal yang dapat menyebabkan kematian ibu hamil dan bersalin maupun
kematian bayi tersebut sangat erat dengan fungsi dan tugas bidan, kurangnya
pemeriksaan selama kehamilan merupakan sesuatu yang tidak harus terjadi apabila
setiap bidan desa tinggal di Polindes yang dibangun pemerintah di setiap desa,
apabila setiap bidan desa selalu berada di tempat (Polindes), tentunya ibu hamil yang
terdapat di desa tersebut dapat dengan mudah melakukan pemeriksaan kehamilan
secara rutin, minimal seperti yang dianjurkan (minimal 4 kali selama kehamilan),
penyebab lainnya adalah keterlambatan merujuk ke tenaga kesehatan atau rumah
sakit (Gunawan, 1994)
b. Penyuluhan
Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar penyuluhan yang dilakukan
oleh bidan masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 28 responden (87,5%) dan
sisanya penyuluhannya masuk dalam kategori kurang yaitu sebanyak 4 responden
(12,5%).
Penyuluhan bagi ibu hamil sangat diperlukan untuk memberi pengetahuan
mengenai kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, perawatan
diri selama kehamilan, serta tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Dengan
![Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/27.jpg)
27
pengetahuan tersebut diharapkan ibu akan termotivasi kuat untuk menjaga diri dan
kehamilannya dengan menaati nasehat yang diberikan oelh pelaksana pemeriksaan
kehamilan, sehingga ia dapat melewati masa kehamilannya dengan baik dan
menghasilkan bayi yang sehat (Saifuddin, 2002).
Petugas kesehatan hendaknya menjadi orang terdekat yang mampu
menyampaikan segala pengetahuan tersebut dan mempertahankan hubungan timbal
balik. Petugas kesehatan ditingkat pelayanan dasar hendaknya mendekatkan diri
ketengah masyarakat, dikenal dan dipercaya sehingga dapat berfungsi optimal
(Manuaba, 2001).
c. Postnatal
Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar postnatal yang dilakukan
oleh bidan masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 25 responden (78,1%) dan
sisanya persalinannya baik yaitu sebanyak 15 responden (46,9%).
Postnatal (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil)
yang berlangsung kurang lebih 6 minggu. Dalam masa ini ibu yang baru melahirkan
perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan. Seperti melakukan
pemeriksaan perineum, memberikan konseling mengenai tata cara perawatan tali
pusar, mencegah hipotermi hingga mengidentifikasi pola makan ibu.
Dalam pelayanan postnatal juga dikenal beberapa kunjungan. Kunjungan 1
adalah kunjungan yang dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan, yang mana pada
saat ini rentan terjadi komplikasi yaitu perdarahan karena atonia uteri. bidan
diharapkan melakukan kunjungan 1 yang bertujuan untuk mendeteksi, merawat dan
![Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/28.jpg)
28
memberikan konseling pada ibu atau kepada salah satu keluarga bagaimana
mencegah perdarahan karena atonia uteri dan pemberian ASI awal. (Sarwono, 2005)
Pola kunjungan postnatal ditentukan oleh penilaian klinis seorang bidan yang
berkaitan dengan harapan ibu. Namun, survey dari the Audit Commission (1997)
pada 13 unit menunjukkan bahwa kunjungan yang tidak memiliki tujuan spesifik dan
bukti keefektifannya kurang. Terdapat bukti bahwa kunjungan yang spesifik justru
lebih efektif (Mc Court dan Page dalam Sarwono, 2005), terutama jika ditangani
oleh satu atau lebih kelompok kecil bidan. Kunjungan 2 adalah kunjungan yang
dilakukan 6 hari setelah persalinan. Kunjungan ketiga dilakukan dua minggu setelah
ibu melahirkan sedangkan kunjungan keempat dilakukan pada minggu ke enam
setelah ibu melahirkan.
Asuhan kebidanan postnatal dalam kebidanan merupakan suatu bentuk
manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas di masyarakat. Pemberian
asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas, akan tetapi pemberian
asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekitaranya.
d. Imunisasi
Dari hasil penelitian menunjukkan imunisasi yang diberikan oleh bidan
berada dalam kategori baik sebanyak 18 responden (56,3%) sisanya sebesar 43,8%
imunisasinya masih dalam kategori kurang.
Standar tenaga pelaksana imunisasi di tingkat pusksmas adalah petugas
imunisasi dan pelaksana cold chain. Petugas imunisasi adalah tenaga perawat atau
bidan yang telah mengikuti pelatihan, yang tugasnya memberikan pelayanan
imunisasi dan penyuluhan. Pelaksana cold chain adalah tenaga yang berpendidikan
minimal SMA atau SMK yang telah mengikuti pelatihan cold chain, yang tugasnya
mengelola vaksin dan merawat lemari es, mencatat suhu lemari es, mencatat
![Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/29.jpg)
29
pemasukan dan pengeluaran vaksin serta mengambil vaksin di kabupaten/kota sesuai
kebutuhan per bulan.
Pengelola program imunisasi adalah petugas imunisasi, pelaksana cold chain
atau petugas lain yang telah mengikuti pelatihan untuk pengelola program imunisasi,
yang tugasnya membuat perencanaan vaksin dan logistik lain, mengatur jadwal
pelayanan imunisasi, mengecek catatan pelayanan imunisasi, membuat dan mengirim
laporan ke kabupaten/kota, membuat dan menganalisis PWS bulanan, dan
merencanakan tindak lanjut. (Depkes, 2005).
Masih adanya bidan yang memberikan imunisasi dalam kategori kurang
sebanyak 14 orang (43,8%) maka pengetahuan dan keterampilan petugas imunisasi
perlu ditingkatkan dengan cara melakukan pelatihan sesuai dengan modul latihan
petugas imunisasi. Pelatihan teknis diberikan kepada petugas imunisasi di
puskesmas, rumah sakit dan tempat pelayanan lain, petugas cold chain di semua
tingkat. Pelatihan manajerial diberikan kepada para pengelola imunisasi dan
supervisor di semua tingkat. (Depkes RI, 2005).
Secara keseluruhan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang diberikan oleh
bidan di Puskesmas Johan Pahlawan masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak
81,3%.
![Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.utu.ac.id/34/1/BAB 1-V.pdf · Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat cakupan pelayanan antenatal pada bulan Januari-Desember](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081403/6099a92ac096675ca731173c/html5/thumbnails/30.jpg)
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Persalinan yang dilakukan oleh bidan sebagian besar berada dalam kate gori
kurang yaitu sebanyak 17 responden (53,1%)
2. Penyuluhan yang dilakukan oleh bidan sebagian besar berada dalam kategori
baik yaitu sebanyak 28 responden (87,5%)
3. Postnatal yang dilakukan oleh bidan berada sebagian besar berada dalam kategori
baik yaitu sebanyak 25 responden (78,1%)
4. Imunisasi yang diberikan oleh bidan berada dalam kategori baik yaitu sebanyak
18 responden (56,3%)
5.2 Saran
1. Perlu kerjasama antara Dinas Kesehatan dengan Puskesmas untuk mengadakan
pelatihan dan pengembangan dalam meningkatkan kemampuan bidan, dalam
memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak melalui pelatihan – pelatihan
yang diselenggarakan oleh dinas kesehatan secara berkesinambungan
2. Perlu penelitian lebih lanjut dan mendalam untuk mengetahui gambaran
pelayanan kesehatan ibu dan anak pada Puskesmas lainnya.