i. pendauluan 1.1. latar belakangrepository.utu.ac.id/370/1/bab i_v.pdf · minyak nilam yang...

45
I. PENDAULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada150 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia. Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia. Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan. Namun dilihat dari kualitas dan kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini disebabkan sebagian besar unit pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi yang terbatas. Di era tahun 1960-an Indonesia tercatat sebagai salah satu penghasil minyak atsiri yang besar. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri yang penting di dunia harus mengupayakan pengembangan, kualitas dan nilai minyak atsiri. Produksi minyak atsiri merupakan proses yang kompleks. Peningkatan efisiensi produksi memerlukan peningkatan produktivitas tanaman, perbaikan penanganan pasca panen, ekstraksi dan peningkatan nilai tambah yang didukung pengendalian dan jaminan mutu agar diperoleh mutu tinggi dan konsisten (Gunawan dalam Irawan, 2010, h. 3). Sebagaimana kita ketahui bersama Indonesia merupakan negara agraris dengan berbagai ragam tanaman dan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • I. PENDAULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils

    atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal

    dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada150 jenis

    minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis

    diantaranya dapat diproduksi di Indonesia. Meskipun banyak jenis minyak atsiri

    yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang

    telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia.

    Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah ada sejak zaman

    penjajahan. Namun dilihat dari kualitas dan kuantitasnya tidak mengalami banyak

    perubahan. Hal ini disebabkan sebagian besar unit pengolahan minyak atsiri masih

    menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas

    produksi yang terbatas. Di era tahun 1960-an Indonesia tercatat sebagai salah satu

    penghasil minyak atsiri yang besar. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak

    atsiri yang penting di dunia harus mengupayakan pengembangan, kualitas dan

    nilai minyak atsiri. Produksi minyak atsiri merupakan proses yang kompleks.

    Peningkatan efisiensi produksi memerlukan peningkatan produktivitas tanaman,

    perbaikan penanganan pasca panen, ekstraksi dan peningkatan nilai tambah yang

    didukung pengendalian dan jaminan mutu agar diperoleh mutu tinggi dan

    konsisten (Gunawan dalam Irawan, 2010, h. 3).

    Sebagaimana kita ketahui bersama Indonesia merupakan negara agraris

    dengan berbagai ragam tanaman dan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk

  • 2

    menumbuh kembangkan potensi masyarakat dan petani yang dimilikinya sehingga

    bermanfaat bagi peningkatan taraf hidup masyarakat dan petani. Di lain pihak,

    potensi dan kondisi ini dapat di arahkan menuju suatu ruang lingkup yang berbasis

    indutri. Selama ini daerah atau wilayah yang telah mengembangkan tanaman

    nilam seperti di Aceh (hampir seluruh wilayah), Sumatera Utara (Nias, Tapanuli

    dan Dairi), Bengkulu (daerah transmigrasi Kuro Tidur), Lampung, Sumatera

    Barat, Jawa Barat (Garut, Tasikmalaya, dan Majalengka, Jawa Tengah

    (Purwokerto, Purbalingga, Pemalang dan Banjarnegara), bahkan dapat dijumpai

    juga pada areal pemukiman transmigran di daerah Kalimantan Tengah. Namun

    pengelolaan perkebunan, proses penyulingan, dan mesin penyulingan yang

    digunakan masih bersifat tradisionil. Sementara itu, usaha ini sangat memberikan

    suatu gambaran peluang mengenai keuntungan yang akan diraih dibandingkan

    jenis usaha perkebunan lain saat ini dan di masa mendatang (Mangun, 2006, h.14)

    Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu dari beberapa wilayah di

    Provinsi Aceh yang masih mengandalkan sektor pertanian, terutama pertanian

    pangan dan perkebunan, sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar

    mendukung perekonomian masyarakat. Dari semua kecamatan yang ada di

    Kabupaten Aceh Jaya, Kecamatan Tenom merupakan salah satu kecamatan yang

    sebahagian masyarakatnya berprofesi sebagai wiraswasta dan petani, salah

    satunya membudidayakan tanaman nilam.

    Tingkat produksi minyak nilam di Kecamatan Teunom belum mendapat

    perhatian yang cukup, baik dalam program pembangunan pertanian jangka

    panjang di sektor pertanian khususnya budidaya dan pengolahan tanaman nilam,

    sebagai andalan pendapatan petani dan pemilik industri kecil itu sendiri. Dalam

  • 3

    upaya mendukung pengembangan nilam di Kecamatan Teunom akan menjadi

    lebih maksimal hasilnya bila didukung oleh penyuluhan tentang pengolahan nilam

    dan teknologi yang memadai, kurangnya informasi kepada masyarakat merupakan

    salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi minyak nilam yang

    dihasilkan oleh petani nilam.

    Nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak astitri yang

    penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun sebagai sumber pendapatan

    petani. Minyak nilam yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri parfum,

    sabun dan kosmetika, disamping itu juga dapat digunakan sebagai bahan pestisida

    nabati. Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang, dan cabang

    tanaman nilam. Untuk mendapatan minyak nilam dengan kualitas yang baik dan

    memenuhi standar yang telah ditentukan, maka hal yang perlu di perhatikan

    adalah kualitas dari dari alat suling yang digunakan. Adapun kualitas alat suling

    tersebut dapat kita lihat dari ketel air, ketel bahan baku, dan bak pendingin.

    Pada umumnya para pengusaha penyulingan minyak nilam di Kecamatan

    Teunom masih menggunakan cara yang tradisional yaitu memanfaatkan drum

    bekas yang tidak mampu betahan lama dan cepat berkarat sehingga uap yang

    dikeluarkan mengandung zat besi yang akan mempengaruhi kualitas minyak

    nilam itu sendiri, sehingga harga jual minyak nilam tersebut juga akan rendah. Hal

    ini sebenarnya bisa di atasi apabila petani mau merubah sistem penyulingan

    minyak nilam yang masih tradisional ke modern dengan menggunakan alat suling

    dan ketel yang terbuat dari besi stainless steel sehingga minyak yang dihasilkan

    juga akan berkualitas dan memiliki harga jual yang tinggi.

    Kecamatan Teunom merupakan salah satu daerah penghasil minyak nilam

  • 4

    di Kabupaten Aceh Jaya, keadaan tanahnya juga sangat mendukung untuk

    ditanami nilam, oleh sebab itu banyak masyarakat di Kecamatan Teunom

    memanfaatkan lahannya untuk membudidayakan tanaman nilam, pada umumnya

    masyarakat memiliki lahan sendiri dengan luas lahan rata - rata seluas 1 hektar, di

    Kecamatan Teunom tidak semua petani memiliki alat penyulingan nilam,

    dikarenakan untuk membuat sebuah alat penyulingan tersebut memerlukan biaya

    yang relatif besar, sehingga sebagian para petani memilih menjual hasil panennya

    kepada pengumpul, harga nilam itu sendiri juga bervariasi antara Rp.2500-

    Rp.7500 per/kilogram, sebagian petani menjual nilam kepada penampung untuk

    di olah menjadi minyak nilam, dengan harga nilam basah di hargai sebesar

    Rp.2.500,- per/kilogram, sedangkan harga jual nilam kering di hargai oleh

    penampung sebesar Rp.7.500,- per kilogram, dan ada juga sebagian para petani

    yang memilih menyewa alat penyulingan dengan alasan untuk memperoleh

    keuntungan yang lebih maksimal, harga sewa tempat atau alat penyulingan

    tersebut biasanya pemiliki diberi imbalan sebesar 1,5 ons minyak nilam dalam

    sekali penyulingan. Sedangkan proses penyulingan untuk mendapatkan minyak

    nilam itu sendiri 5-6 jam dalam 1 kali penyulingan, dalam 1 hari 1 malam mampu

    mengola hingga 4 kali penyulingan.

    Minyak nilam di Kecamatan Teunom sangat berfluktuasi bekisar antara

    Rp.700.000 - Rp.7500.000 per/kilogram, harga minyak nilam pernah mencapai

    harga sangat tinggi yang pernah dirasakan oleh petani yaitu sebesar Rp.1.000.000

    - Rp.1.400.000 per/kilogram, Pada masa itu masyarakat tergiur dengan harga

    minyak nilam yang cukup tinggi dan masyarakat ingin membudidayakan tanaman

    nilam yang lebih luas lagi untuk meningkatkan pendapatan mereka. Naik turunnya

  • 5

    harga minyak nilam disebabkan oleh produksi minyak nilam di Kecamatan

    Teunom tidak stabil dan mutu minyak nilam sangat beragam dari satu tempat ke

    tempat yang lain dan disebabkan juga oleh teknologi pengolahannya yang masih

    belum berkembang dengan baik. Namun demikian usaha penyulingan minyak

    nilam terus ditekuni oleh masyarakat, karena harga minyak nilam ini sangat

    membantu dalam meningkatkan pendapatan petani nilam.

    Manfaat industri penyulingan minyak nilam ini ternyata cukup besar bagi

    masyarakat petani terutama dalam proses produksi nilam karena dapat membantu

    petani dalam mengolah nilam yang sudah dibudidayakan para petani. Selain itu,

    keberadaan industri penyulingan minyak nilam ini juga dapat meningkatkan

    pendapatan bagi petani karena dengan mengolah sendiri lebih menguntungkan

    dibanding dengan menjual nilam kering. Jadi, dengan adanya idustri penyulingan

    minyak nilam ini sangat berguna dalam meningkatkan pendapatan petani dan

    pemilik ketel penyulingan nilam.

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Produksi terhadap Pendapatan

    Industri Penyulingan Minyak Nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh

    Jaya”

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah berapa besar pengaruh produksi terhadap pendapatan

    industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.?

  • 6

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh produksi

    terhadap pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom

    Kabupaten Aceh Jaya.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang dapat diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil

    penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    a. Bagi Penulis / Peneliti

    Manfaat peneliti bagi penulis adalah penambah wawasan bagi penulis dan

    pengetahuan tentang seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh produsi

    terhadap pendapatan industri minyak nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten

    Aceh Jaya dan sebagai salah satu sarana untuk melatih dan mengembangkan

    kemampuan berfikir secara ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam

    menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan suatu wacana baru kedepan.

    b. Bagi Lingkungan Akademik

    Manfaat penelitian bagi lingkungan akademik adalah memberikan

    wawasan dan pengetahuan untuk pihak akademik baik secara langsung maupun

    tidak langsung bagi perpustakaan fakultas ekonomi, serta sebagai bahan acuan

    untuk kedepannya dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam bagi para

    mahasiswa/I, khususnya kalangan fakultas ekonomi.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    Manfaat praktis dari penelitian ini bagi pihak luar khususnya pemerintah

    daerah dan pihak lainnya yaitu sebagai informasi dan arahan yang baik, sehingga

  • 7

    akan mendapatkan gambaran yang secara global dari pemerintah daerah dan pihak

    lainnya yang berkaitan. Adanya penelitian ini, maka kita dapat mengetahui

    seberapa besar pengaruh produksi terhadap pendapatan industri minyak nilam.

    1.5. Sistematika Pembahasan

    Bagian pertama dalam skripsi ini merupakan pendahuluan yang berisi

    tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini,

    manfaat dari penelitian, dan sekaligus sistematika dari pembahasan.

    Bagian kedua Tinjauan pustaka bagian kedua dalam penelitian yang

    menjelaskan tentang variabel-variabel berjudul dan perumusan hipotesis.

    Bagian ketiga menguraikan tentang populasi dan sampel, data penelitian,

    jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, model analisis data, dan definisi

    operasional variabel dan pengujian hipotesis.

    Bagian keempat berisi tentang statistik deskriptif variabel penelitian, hasil

    pengujian hipotesis, analisis koefiesien korelasi dan determinasi, uji regresi linear

    sederhana, uji t (uji parsial/individual), pembahasan hasil.

    Bagian kelima berisi tentang simpulan dari hasil pembahasan yang ada di

    dalam penelitian ini, saran-saran kepada pihak pemerintah dan pihak selanjutnya

    yang akan melanjutkan penelitian ini, serta dilengkapi dengan daftar pustaka dan

    daftar lampiran.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Produksi

    2.1.1. Pengertian produksi

    Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana

    sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada

    diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk

    menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa.

    Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana

    produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan

    menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Su’ud, ( 2007, h.

    176) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah

    keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.

    Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses

    produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu

    barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,

    mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia

    (http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/ diakses 6 januari

    2014)

    2.1.2. Jenis Produksi

    Jenis-jenis produksi

    1. Berdasarkan hasil produksi:

    a. Produksi Barang

    b. Produksi Jasa

    http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/

  • 9

    2. Berdasarkan bidang produksi :

    a. Ekstraktif,

    Merupakan kegiatan usaha yang mengambil barang-barang yang disediakan

    alam.

    b. Agraris

    Agraris atau pertanian kegiatannya menggunakan lahan tanah sebagai unsur

    pokoknya.

    c. Perdagangan

    Dagang atau bisnis kegiatan usahanya bergerak dalam kegiatan jual beli

    barang. Membeli dari produsen dan menjualnya kembali kepada konsumen

    tanpa mengubah bentuk barang yang diperjualbelikan

    d. Industri dan Kerajinan

    Industri kegiatan usahanya mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau

    setengah jadi.

    e. Jasa

    jasa kegiatan usahanya bergerak di bidang pelayanan (service) kepada

    masyarakat dengan tujuan memperoleh pendapatan berupa imbalan jasa.

    3. Jenis produksi berdasarkan arus proses produksi.

    a. Proses produksi terus menerus (continuous)

    Suatu proses produksi di mana bahan-bahan yang diolah mengalir secara

    berurutan melalui beberapa tingkat pengerjaan, sehingga bahan yang diolah

    berubah menjadi barang jadi. Dengan demikian bahan-bahan mengalir terus

    menerus tanpa berhenti dari satu mesin pindah ke mesin berikutnya dan akhirnya

  • 10

    bahan tersebut ketika keluar dari mesin yang terakhir sudah menjadi barang jadi

    atau siap untuk dipergunakan oleh konsumen.

    b. Proses produksi terputus-putus (intermittent).

    Suatu proses produksi di mana bahan-bahan yang diolah atau diproses

    tidak mengalir secara terus menerus, tetapi setiap kali terputus atau terhenti untuk

    kemudian digabungkan dengan bahan lainsehingga menjadi barang jadi.

    2.1.3. Konsep Produksi

    Secara konsep, produksi adalah kegiatan menghasilkan sesuatu, baik

    berupa barang maupun jasa. Dalam pengertian sehari-hari produksi adalah

    mengolah input, baik berupa barang atau jasa yang lebih bernilai atau bermanfaat.

    2.1.4. Faktor Produksi

    Menurut Noor (2007, h.148) faktor produksi adalah segala sesuatu yang

    diperlukan untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi ini antara lain meliputi

    bahan baku, bahan penolong, teknologi dan pendapatan produksi, tenaga kerja

    (manusia), dan energi. Menurut Sudarman dalam Kurnia, Sari (2011, h. 31)

    faktor produksi adalah jenis-jenis sumber daya yang digunakan dan diperlukan

    dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Besar kecilnya

    barang dan jasa dari hasil produksi tersebut merupakan fungsi produksi dari faktor

    produksi. Faktor produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, pertama,

    faktor produksi tetap (Fixed Input) adalah faktor produksi yang kuantitas nya

    tidak bergantung pada jumlah yang dihasilkan dan input tetap akan selalu ada

    meskipun output turun sampai dengan nol. Kedua, faktor produksi varibel

    (Variable Input), yaitu faktor produksi yang jumlahnya dapat berubah dalam

    waktu yang relatif singkat dan sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan.

  • 11

    Yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang

    diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan

    dengan baik. Di berbagai literatur faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah

    input, production faktor dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat

    menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman

    menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk,

    obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang

    terpenting diantara faktor-faktor produksi yang lain. Hubungan antara faktor

    produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi

    atau juga disebut dengan faktor relationship . Biaya produksi yang dimaksud

    dalam penelitian ini adalah biaya pembelian bahan baku dan upah tenaga kerja

    Soekartawi (2003, h.45).

    Pengertian produksi sehari-hari, produksi berarti setiap usaha

    menghasilkan barang nyata, seperti usaha pertanian, perikanan, perkebunan, dan

    peternakan. Sedangkan menurut pengertian ekonomi produksi berarti, setiap

    tindakan menambah nilai benda atau setiap usaha menghasilkan barang atau jasa.

    Kegiatan produksi akan melibatkan pengubahan dan pengolahan berbagai

    macam sumber menjadi barang dan jasa untuk dijual. Tanggung jawab manajer

    produksi adalah membuat keputusan-keputusan penting untuk mengubah sumber

    menjadi hasil yang dapat dijual. Dua keputusan yang diperlukan akan menjadi

    topik pembahasan selanjutnya adalah :

    a. Keputusan yang berhubungan dengan desain dari system produksi

    manufaktur.

  • 12

    b. Keputusan yang berhubungan dengan operasi dan pengendalian system

    tersebut baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek

    Beberapa keputusan untuk jangka panjang yang menentukan system

    produksi:

    a. Disain produksi dari barang yang diproses

    b. Pemilihan/penentuan peralatan dan prosesnya

    c. Disain tugas

    d. Lokasi dari fasilitas produksi

    e. Layout dari fasilitas tersebut

    Produksi menurut tingkatnya :

    1. Produksi primer, menghasilkan bahan mentah seperti : agraria (pertanian dan

    perkebunan) dan ekstraktif (bermacam-macam pertambangan, penangkapan

    ikan, perburuan dan kehutanan).

    2. Produksi sekunder atau pengelolaan kedua seperti kerajinan dan industri.

    3. Industri tertier atau ketiga, seperti transport.

    4. Produksi keempat yaitu pergudangan (veem) dan perdagangan.

    5. Produksi jasa lain : Bank menerima tabungan dan meminjamkan uang.

    Asuransi, pertanggungan untuk membagi-bagi resiko.

    2.2. Industri

    2.2.1. Pengertian Industri

    Menurut Mudrajad (2004, h.204) industri adalah sekelompok perusahaan

    yang menghasilkan produk/jasa yang relatif sejenis, atau mempunyai sifat saling

    mengganti yang erat.

  • 13

    Selanjutnya menurut Ismanthono (2006, h.112) industri adalah usaha

    produktif, terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang

    menyelenggarakan jasa-jasa seperti transpoetasi dan perhubungan yang

    menggunakan modal dan tenaga kerja relatif cukup besar.

    Kemudian menurut Winarno dan Ismaya (2007, h.252) industri adalah

    kegiatan ekonomi dengan memproses atau mengolah bahan-bahan/barang dengan

    menggunakan sarana dan peralatan, seperti mesin, untuk menghasilkan barang

    (jadi) dan jasa.

    Setelah itu menurut Sukirno (2008, h.204) industri adalah gabungan

    sebuah firma yang menjalankan kegiatan menghasilkan suatu jenis barang

    tertentu. Semua firma tersebut merupakan keseluruhan penjual dalam pasar suatu

    barang.

    Lebih jauh lagi menurut Teguh (2010, h.4) industri adalah kumpulan perusahaan-

    perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen atau barang-barang yang

    mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat.

    2.2.2. Klasifikasi Industri

    Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

    mengubah barang suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan

    sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi. Atau barang yang kurang

    nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnyanya lebih dekat

    kepada pemakaian terakhir. Industri juga dapat dapat diartikan sebagai kegiatan

    yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang

    yang nilainya lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk perekayasaan, usaha

  • 14

    industri perakitan atau assembling dan reparasi juga merupakan bagian dari

    industri. Klasifikasi industri antara lain sebagai berikut :

    1. Jenis- jenis industri dilihat dari jumlah tenaga kerjanya digolongkan

    sebagai berikut :

    a. Industri besar yaitu perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja

    lebih dari 100 orang.

    b. Industri sedang yaitu perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja

    antara 20 sampai 99 orang.

    c. Industri kecil yaitu perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja

    antara 5 sampai 15 orang.

    d. Industri kerajinan rumah tangga, dengan tenaga kerja sampai 4 orang.

    2. Jenis- jenis industri dilihat dari jumlah tenaga kerjanya digolongkan

    sebagai berikut :

    a. Industri makanan dan minuman

    b. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

    c. Industri kayu dan barang dari kayu

    d. Industri kertas, percetakan dan penerbitan

    e. Industri kimia, barang dari kimia dan plastik

    f. Industri barang-barang galian bukan logam

    g. Industi bukan logam

    h. Industi barang-barang dari logam dan mesin

    i. Industri pengolahan lain- lain.

    3. Menurut bahan bakunya, jenis industi dapat digolongkan menjadi

    a. Industri hasil pertanian

  • 15

    b. Industri hasil perikanan

    c. Industri hasil perkebunan

    d. Indsutri hasil peternakan

    e. Industri hasil kehutanan

    f. Industri hasil pertambangan

    Industri jasa. Http:// Organisasi Industri.Com. Jenis-jenis Industri diakses april

    2014)

    2.3. Minyak Nilam

    2.3.1. Pengertian Minyak Nilam

    Menurut Sarifudin (2010, h.4) tanaman nilam (pogostemon cablin benth)

    merupakan tanaman perkebunan yang memiliki prospek yang cukup cerah. Hasil

    yang diperoleh dari tanaman nilam adalah berupa minyak nilam yang dihasilkan

    dengan proses penyulingan daun dan ranting tanaman nilam.

    Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam

    dengan cara penyulingan. Minyak atsiri tekandung pada semua bagian tanaman

    seperti, akar, batang, cabang dan daun. Namun yang lebih banyak digunakan saat

    ini berasal dari daun nilam karena menghasilkan mutu dan rendemen yang lebih

    tinggi dibandingkan minyak yang dihasilkan dari bagian tanaman yang lain

    (bursaagrobisnis.wordpress.com diakses 10 Januari 2014).

    2.3.2. Proses Penyulingan Minyak Nilam

    Menurut Mangun (2005, h.15) mutu minyak nilam serta rendemen yang

    sesuai kriteria sangat dipengaruhi oleh jenis mesin dan sistem penyulingan yang

    digunakan. Selain itu, sanitasi lingkungan tempat penyulingan, gudang tempat

    penyimpanan daun dan kedekatan lokasi dengan lahan perkebunan juga

  • 16

    berpengaruh. Oleh karena itu, peralatan mesin yang digunakan harus memiliki

    kelebihan secara teknis agar diperoleh randemen minyak yang tinggi. Adapun

    tatacara penyulingan berdasarkan jenis mesin penyulingan yang sering

    dipergunakan adalah sebagai berikut:

    a. Penyulingan dengan Air

    Penyulingan dengan air termasuk cara yang paling sederhana

    dibandingkan dengan cara penyulingan lain. Bahkan, bahan ketel yang digunakan

    oleh penyuling berasal dari bekas drum aspal atau oil pengolahan dilakukan

    dengan memasukkan daun kering dalam air hingga mendidih dalam satu tangki

    atau ketel penyulingan. Komposisi air dan daun nilam dibuat hampir berimbang,

    tergantung kapasitas muat ketel tersebut. Uap perebusan mengalami proses

    kondensasi hingga menjadi air dan minyak. Air dan minyak kemudian ditampung

    pada bak pemisah melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan tabung

    pendingin atau melihat antara minyak dan air. Proses penyulingan dengan cara ini

    sangat membutuhkan waktu lama karena bahan yang disuling tercampur menjadi

    satu dengan air. Sehingga proses pergerakan bahan menjadi uap, air juga bergerak

    lambat. Cara ini kurang disukai karena minyak yang dihasilkan kurang banyak

    dan mutunya kurang baik.

    b. Penyulingan dengan Uap Langsung (Uap dan Air)

    Penyulingan dengan uap langsung banyak digunakan oleh para petani

    penyuling dan tersebar hampir di seluruh wilayah yang memiliki lahan nilam baik

    Sumatera, Jawa, maupun Kalimantan. Proses pengolahan dengan cara ini mudah

    dan sangat sederhana. Prinsip dasar dari cara penyulingan sistem ini yaitu

    menggunakan tekanan uap rendah. Adapun mekanisme pengolahannya yaitu

  • 17

    bahan yang akan disuling dikukus/disteam dengan tekanan rendah satu ketel atau

    tabung. Namun, penempatan air dan daun yang disuling dilakukan seraca terpisah

    atau tidak berhubungan langsung dengan air. Selanjutnya, kandungan minyak

    dalam daun akan terbawa bersama uap air melalui pipa dan masuk ke ketel

    pendingin. Penggunaan cara penyulingan dengan sistem ini mempunyai kelebihan

    tersendiri yaitu uap air yang dihasilkan selalu dalam kondisi jernih. Sela in itu,

    suhu yang dihasilkan tidak terlalu panas sehingga tingkat kegosongan minyak

    lebih terkendali. Namun, dibalik kelebihannya terdapat suatu kelemahan, yaitu

    tekanan uap yang dihasilkan relatif rendah sehingga belum bisa menghasilkan

    minyak dengan waktu yang cepat. Rendemen minyak yang banyak untuk

    menghasilkannya serta tingkat persentase patchouli alkohol tinggi diperlukan

    waktu yang cukup panjang, yaitu lebih dari 8 jam dalam setiap sekali suling.

    c. Penyulingan dengan Uap Tidak Langsung

    Prinsip dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah

    penggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari tabung

    penyuling. Artinya, tabung air tersendiri dan tabung tempat bahan yang disuling

    juga tersendiri. Jumlah tabung bahan dapat ditempatkan beberapa buah secara

    terpisah, sesuai kapasitas dari ketel/tabung air dengan kapasitas ketel tempat

    bahan atau daun kering. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas denga

    rendamen tinggi. Selain itu, proses penyulingan berjalan relatif lebih cepat. Untuk

    menghasilkan minyak yang banyak, pembuatan mesin suling dapat dilakukan

    dengan melakukan pemisah beberapa tabung bahan (dua atau tiga buah) dengan

    kapasitas yang sesuai dengan kemampuan tabung atau ketel uap.

  • 18

    2.4. Pengertian Pendapatan

    Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang baik berupa uang kontan

    maupun natural. pendapatan atau juga disebut income dari seorang warga

    masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor- faktor produksi yang

    dimilikinya pada sektor produksi dan sektor produksi ini membeli faktor- faktor

    produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses dengan harga yang

    berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar faktor produksi

    (seperti halnya juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik

    menarik, antara penawaran dan permintaan.

    Setiap industri juga memproduksi barang dan jasa dengan tujuan

    memperoleh laba atau menghindari kerugian dan untuk mengukur tingkat

    pendapatan dapat dicerminkan oleh jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh

    produsen. Apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan banyak dan

    mempunyai nilai jual yang tinggi dan biaya produksi rendah, maka dengan

    sendirinya tingkat keuntungan yang diperoleh akan tinggi.

    Untuk produksi barang dan jasa yang dilakukan diarahkan mencapai

    tujuan dalam mendapatkan laba. Laba yang didapat perusahaan diperoleh dari

    selisih antara pendapatan (Revenue) dengan biaya (cost) oleh karena itu, maka

    pertimbangan utama atau parameter utama adalah melakukan produksi adalah

    pendapatan (revenue), yang akan diterima dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan

    perusahaan untuk menghasilkan produksi tersebut. Pendapatan seseorang

    merupakan faktor yang sangat penting didalam menentukan corak permintaan atas

    berbagai macam barang, berdasarkan pada sifat perubahan permintaan yang

    berlaku.

  • 19

    Menurut Sukirno (2006, h.80) apabila pendapatan berubah maka jenis

    barang dapat dibedakan sebagai :

    a. Barang inferior

    Barang inferior yaitu barang yang banyak diminta oleh orang-orang

    yang berpendapatan rendah. Apabila pendapatan bertambah maka permintaan

    akan barang-barang inferior akan digantikan oleh barang-barang yang Lebih

    baik mutunya.

    b. Barang esensial

    Barang esensial yaitu barang yang sangat penting artinya dalam

    kehidupan masyarakat sehari-hari yang biasanya terdiri dari kebutuhan pokok

    masyarakat seperti makanan dan pakaian.

    c. Barang normal

    Barang normal yaitu barang dimana permintaan atas barang akibat

    kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh 2 faktor yaitu:

    - Pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk membeli lebih

    banyak barang.

    - Pertambahan pendapatan memungkinkan seseorang menukar konsumsi

    mereka dari barang yang kurang baik mutunya ke barang yang lebih balk

    mutunya.

    d. Barang mewah

    Jenis-jenis barang yang dibeli orang apabila pendapatan mereka sudah

    relatif tinggi termasuk dalam golongan ini. Emas, intan, mobil sedan adalah

    beberapa contoh barang mewah.

    1. Distribusi pendapatan

  • 20

    Sejumlah pendapatan masyarakat tertentu besamya akan dapat

    menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapa tan

    tersebut berubah distribusinya. Sebagai contoh, apabila ada kenaikan pajak atas

    orang-orang kaya dan hasil pajak tersebut digunakan untuk menaikkan

    pendapatan pekerja yang bergaji rendah, maka corak permintaan atas berbagai

    barang mengalami perubahan. Barang-barang yang digunakan oleh orang kaya

    permintaannya berkurang, sedangkan permintaan atas barang-barang yang

    digunakan oleh orang yang baru meningkat pendapatannya akan bertambah.

    2. Selera

    Perubahan selera yang Iebih menyenangi suatu barang yang akan

    mendorong peningkatan permintaan atas barang tersebut.

    3. Jumlah penduduk

    Secara tidak langsung pertambahan penduduk diikuti dengan

    perkembangan dalam kesempatan kerja sehingga akan menarnbah daya beli dalam

    masyarakat, selanjutnya akan menambah permintaan. Dalam lingkup rumah

    tangga, jumlah anggota keluarga yang dependen terhadap penerima penghasilan

    menentukan sedikitnya permintaan rumah tangga tersebut, misalnya anak yang

    belum bekerja.

    4. Ekspektasi tentang masa depan

    Ekspektasi akan terjadi kanaikkan harga dan kelengkapan barang di pasar

    akan mendorong seseorang membeli barang-barang pada saat sekarang untuk

    menghindari kemungkinan harus membayar lebih tinggi dan masa depan. Dan

    faktor- faktor lain yang berpengaruh pada permintaan suatu barang.

    Menurut teori Milton Friedman dalam Sukirno (2006, h.48), menyatakan

  • 21

    bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan

    permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income).

    Pendapatan permanen dapat diartikan sebagai pendapatan yang selalu diterima

    pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh

    pendapatan upah dan gaji, serta pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor

    yang menentukan kekayaan seseorang. Sedangkan pendapatan sementara adalah

    pendapatan yang diterima dalam setiap kegiatan tertentu, sebagai contoh upah

    yang diterima seseorang dalam bentuk harian atau mingguan.

    Untuk keperluan manajerial pendapatan dapat dikelompokkan menjadi

    beberapa jenis, seperti berikut :

    a. Pendapatan total

    Pendapatan total adalah jumlah seluruh pendapatan dari penjualan, Total

    Revenue ini adalah hasil perkalian dari jumlah unit yang terjual (Q), dengan harga

    jual per unit (P). hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan matematis : TR =

    P.Q.

    b. Pendapatan rata-rata atau pendapatan per unit barang dan jasa.

    Pendapatan rata-rata adalah pendapatan rata dari setiap unit penjualan,

    oleh karena itu maka pendapatan rata-rata (AR) dapat juga dirumuskan sebagai

    hasil bagi dari pendapatan total dngan unit dengan jumlah unit yang terjual (Q).

    Bentuk rumusan matematiknya dalah AR = TR/Q = PQ/Q =P.

    c. Pendapatan tambahan atau penerimaan marginal.

    Pendapatan tambahan adalah tambahan pendapatan yang didapat untuk

    setiap satu unit penjualan atau produksi. Karena tambahan ini bisa terjadi pada

    setia tingkatan produksi.

  • 22

    2.4.1. Jenis-Jenis Pendapatan

    Menurut Sukirno (2008, h.33) pendapatan terdiri dari beberapa jenis yaitu:

    a. Pendapatan Nasional Neto (NNI)

    Pendapatan nasional neto (Net National Income) adalah pendapatan yang

    dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai

    pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNPdikurang pajak

    tidak langsung. Yang dimaksud ddengan pajak tidak langsung adalah pajak yang

    bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah,

    dll.

    b. Pendapatan Perseorangan (PI)

    Pendaatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan

    yang diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Tidak seperti

    pendapatan nasional, pendapatan perseorangan tidak mengikutsertakan

    pendapatan tertahan (etained earnings), yaitu pendapatan yang diperoleh

    perusahaan namun tidak dibagikan kepada pemiliknya. Pendapatan perorangan

    juga mengurangi pajak pendapatan perusahaan dan kontribusi pada tunjangan

    social.

    c. Pendapatan yang siap di belanjakan (DI)

    Pendapatan yang siap di belanjakan (Disposible Income) adalah pedapatan

    yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan

    sebaliknya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposible

    Income ini di peroleh dari Personal Income dikurangi dengan pajak langsung.

    Pajak langsung adalah pajak yang bebanya tidak dapat di alihkan kepada pihak

  • 23

    lain, artinya harus langsung di tanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak

    pendapatan.

    d. Pendapatan Nasional Riel

    Pendapatan Nasional Riel adalah pendapatan nasional yang dihitung atau

    ditentukan berdasarkan harga-harga yang tidak berubah ataupun tetap dari tahun

    ketahun.

    e. Pendapatan Nasional Menurut Harga yang Berlaku

    Pendapatan Nasional Menurut Harga yang Berlaku adalah pendapatan

    nasional yang dihitung atau ditentukan berdasarkan harga-harga yang berlaku

    pada tahun dimana produksi nasional yang sedang di produksikan.

    f. Pendapatan Nasional Menurut Harga Tetap

    Pendapatan Nasional Menurut Harga tetap adlah harga yang berlaku pada suatu

    tahun tertentu dan seterusnya di gunakan untuk menilai barang dan jasa yang di

    hasilkan pada tahun-tahun yang lain.

    Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis mengambil kesimpulan

    bahwa pendapatan adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan

    pekerjaan atau adanya balas jasa.

    2.4.2. Usaha-usaha Meningkatkan Pendapatan

    Pada umumnya manusia merasakan bahwa penghasilan / pendapatan yang

    diterima saat ini masih kurang dan menjadi masalah yang tidak akan pernah

    terselesaikan. Secara umum dapat diterangkan bahwa untuk meningkatkan

    pendapatan dapat digunakan beberapa cara antara lain :

    1) Pemanfaatan waktu luang

  • 24

    Individu mampu memanfaatkan waktu luang yang tersisa dari pekerjaan

    yang telah dilakukan sebelumnya menjadi kesempatan yang baru untuk

    menambah pendapatan.

    2) Melakukan kreatifitas dan inovasi

    Individu harum mampu berpikir kreatif dan inovatif menciptakan

    terobosan-terobosan yang berarti untuk dapat mencapai kebutuhan yang dirasakan

    masih kurang.

    2.5. Perumusan Hipotesis

    Berdasarkan kajian dari penelitian ini, diduga bahwa produksi berpengaruh

    nyata terhadap pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan

    Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

  • III. METODE PENELITIAN

    3.1. Populasi dan Sampel

    Populasi yang diambil oleh penulis sangat luas aspek analis isnya yaitu

    mengenai Pengaruh Produksi Terhadap Pendapatan Industri Penyulingan Minyak

    Nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Yang menjadi sampel dalam

    penelitian ini adalah para pemilik tempat penyulingan minyak nilam, penulis

    hanya mengambil sampel dan sebahagian dari jumlah populasi yang ada di

    Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini disesuaikan dengan aspek

    kemudahan peneliti dalam menghimpun data penelitian. Penelitian ini dalam

    pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode acak (simple random

    sampling).

    Metode penelitian sampel acak memberikan kesempatan yang sama yang

    bersifat tak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel,

    sampel metode ini relatif sederhana karena hanya memerlukan satu tahap prosedur

    pemilihan sampel. Setiap elemen populasi secara independen mempunyai

    probabilitas dipilih satu kali (tanpa pengembalian). Berdasarkan metode tersebut

    diambil 46 sampel penelitian. Jumlah populasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 1 Populasi Industri Penyulingan Minyak Nilam

    Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013 No Nama Desa Populasi

    1 Blang Baro 10 2 Tanoh Mayang 11

    3 Lueng Gayo 9 4 Seunebok Padang 10

    5 Rambong Payong 6

    Jumlah 46

    Sumber: Data Kecamatan Teunom

  • 26

    Berdasarkan tabel di atas jumlah populasi sebanyak 46 yang tersebar pada

    5 desa. Menurut Arsyad dalam Hasudungan dari jumlah populasi tersebut diambil

    sampel menggunakan rumus Slovin dengan derajt kesalahan 10 persen sebagai

    berikut :

    n =𝑁

    1+𝑁𝑒 2

    Keterangan :

    n = Ukuran Sampel

    N = Ukuran Populasi

    e = Nilai Kritis (batas Ketelitian)

    berdasarkan rumus Slovin dengan nilai kritis (e) yang dignakan sebesar 10

    persen, dengan jumlah populasi (N) sebesar 46. Dengan demikian jumlah sampel

    (n) dalam penelitian ini adalah :

    𝑛 =𝑁

    1 + 𝑁𝑒2

    =46

    1 + 46 10% 2

    =46

    1 + 46 0,10 2

    =46

    1 + 46 0,01

    =46

    1 + 0,46

    =46

    1,46

    = 31,50

    Hasil perhitungan menunjukan bahwa jumlah sampel adalah sebanyak

    31,50 sampel, sehingga dibulatkan menjadi 32 sampel. selanjutnya penelitian ini

  • 27

    dalam pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode acak (simple random

    sampling).

    Tabel 2 Populasi dan Sampel Industri Penyulingan Minyak Nilam

    Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

    No Nama Desa Populasi Jumlah Sampel Persentase

    (%)

    1 Blang Baro 10/46x32 7 21,9

    2 Tanoh Mayang 11/46x32 8 25

    3 Lueng Gayo 9/46x32 6 18,8

    4 Seunebok Padang 10/46x32 7 21,9

    5 Rambong Payong 6/46x32 4 12,5

    Jumlah 46 32 100

    Sumber: Data Kecamatan Teunom

    3.2. Data Penelitian

    3.2.1. Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

    a. Data Primer

    Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung

    dari responden. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk

    menjawab pertanyaan penelitian. Sumber data primer diperoleh dengan

    melakukan wawancara kepada pemilik usaha industri penyulingan minyak nilam

    dan petani nilam yang terpilih sebagai sampel didasarkan pada kuisioner yang

    telah dipersiapkan.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara

    tidak langsung pada instansi- instansi terkait dan relavan, seperti BPS Kabupaten

    Aceh Jaya serta Dinas Perindustrian Aceh Jaya.

  • 28

    3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

    antara lain:

    a. kuisioner adalah mengumpul informasi dengan mengajukan sejumlah

    pertanyaan secara tertulis kepada responden, Adapun pertanyaan diberikan

    kepada para pemilik usaha industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan

    Teunom dengan kuisioner yang telah dipersiapkan dengan mengambil

    sejumlah sampel penelitian.

    b. Studi Pustaka (Library Risech)

    Adalah metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan

    dengan cara membaca buku-buku dan literatur lainnya yang diperlukan.

    c. Penelitian Lapangan (Field Risech)

    Adalah metode ini digunakan secara langsung dengan responden yaitu

    pemilik usaha industri pendapatan industri penyulingan minyak nilam, dengan

    teknik pengamatan, penelitian langsung ke lapangan dan wawancara.

    3.3. Model Analisis Data

    Untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini

    menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana, analisis korelasi, dan uji t.

    Mempermudah dan mengurangi kesalahan secara manual, pengolahan data dalam

    analisis ini menggunakan program SPSS versi 17.0.

    a. Analisis Regresi Linear Sederhana

    Menurut Yuwono (2005, h.46) regresi linear sederhana adalah regresi yang

    menisbahkan satu variabel bebas sebagai penjelas variabel. Untuk menjelaskan

    hal tersebut maka persamaannya adalah sebagai berikut:

  • 29

    Y = α + βX + e .......................................................................... (1)

    Dimana :

    Y = Pendapatan industri penyulingan minyak nilam (Variabel terikat)

    X = Produksi minyak nilam (Variabel bebas)

    α = Konstanta (intercept)

    β = Koefisien regresi (koefisien intensitas)

    e = Faktor pengganggu (error term)

    Selanjutnya karena variabel Pendapatan industri penyulingan minyak

    nilam tidak memiliki konstanta, maka fungsi di atas dapat dijelaskan menjadi:

    Y = bX........................................................................................ (2)

    b. Analisis Korelasi

    1. Koefisien Korelasi (r)

    Menurut Syakhiruddin (2008, h.263) Koefisien korelasi merupakan suatu

    koefisien yang menjelaskan keeratan hubungan keterkaitan antara variabel bebas

    (X) dengan variabel tak bebas (Y).

    2. Koefisien Determinasi (𝑟2)

    Koefisien determinasi atau koefisien penentu yang menjelaskan besarnya

    pengaruh nilai suatu variabel (variabel X) terdapat naik atau turunnya (variasi)

    nilai variabel lainnya (variabel Y).

    3. Uji t

    Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat

    signifikansi dari pengaruh variabel bebas (Produksi minyak nilam) terhadap

    variabel terikat (Pendapatan industri penyulingan minyak nilam) secara individual

    (Syakhiruddin 2008, h. 267).

  • 30

    3.4. Definisi Operasional Variabel

    Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama

    pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi nasing-masing variabel sebagai

    berikut:

    a. Pendapatan industri penyulingan minyak nilam (Y) adalah jumlah penghasilan

    usaha pendapatan industri penyulingan minyak nilam yang didapat baik harian,

    mingguan, maupun bulanan di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya yang

    diukur dalam satuan rupiah.

    b. Produksi minyak nilam (X). adalah barang yang dihasilakan dalam masa

    produksi yaitu jumlah keseluruhan minyak nilam yang dihasilkan oleh industri

    penyulingan dalam masa produksi yang di ukur dalam satuan kilo gram (Kg).

    3.5. Pengujian Hipotesis

    Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    a. H0 ; β = 0, diduga bahwa produksi minyak nilam yang diteliti tidak

    berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan industri penyulingan minyak

    nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

    b. H1; β ≠ 0, diduga bahwa bahwa produksi minyak nilam yang diteliti

    berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan industri penyulingan minyak

    nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

    Kriteria uji-t, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

    a. Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat

    pengaruh yang nyata antara produksi minyak nilam terhadap Pendapatan

  • 31

    industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh

    Jaya.

    b. Apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat

    pengaruh yang nyata antara produksi minyak nilam terhadap Pendapatan

    industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh

    Jaya.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

    Setelah pengumpulan data yang berupa data pendapatan Industri minyak

    nilam dan pendapatan petani nilam yang ada di Kecamatan Teunom yang terdiri

    dari 5 desa dengan data tersebut jumlah sampel yang diambil oleh penulis terdapat

    di 32 lokasi tempat penyuliingan minyak nilam. Selanjutnya penulis melakukan

    analisis data yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar produksi minyak

    nilam terhadap pendapatan petani nilam yang ada di Kecamatan Teunom.

    Idustri penyulingan minyak nilam merupakan salah satu industri kecil

    menengah yang sangat potensial untuk di kembangkan di Kecamatan Teunom

    Kabupaten Aceh Jaya, potensi yang di miliki adalah untuk meningkatkan

    pendapatan para pemilik penyulingan minyak nilam. Penulis hanya mengambil di

    5 desa yaitu Gampong Blang Baro, Gampong Tanoh Mayang, Gampong Lung

    Gayo, Gampong Seuneubok Padang dan Gampong Rambong Payong. Berikut ini

    tabel pendapatan industri penyulingan yang diperoleh dalam berproduksi.

    Tabel 3

    Pendapatan Industri Minyak Nilam Di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya

    No Desa Pendapatan Perbulan Jumlah

    Responden 4 juta – 6 juta 6,5 juta – 9 juta

    1 Blang Baro 4 3 7

    2 Tanoh Mayag 7 0 7

    3 Lung Gayo 3 3 6

    4 Rambong Payong 3 1 4

    5 Seuneubok Padang 5 3 8

    Jumlah 22 10 32

    Sumber : Hasil Penelitian (Data dio lah Maret 2014)

    Berdasarkan tabel 3 di atas penulis dapat menjelaskan usaha penyulingan

    yang ada di Gampong Blang Baro berjumlah 7 buah usaha penyulingan, dengan

  • 33

    rincian Rp.4.000.000 – Rp.6.000.000 dalam 1 (satu) bulan sebanyak 4 orang dan

    industri yang memiliki pendapatan dalam 1 bulan Rp.6.500.000 – Rp.9.000.0000

    sebanyak 3 orang, di Gampong Tanoh Mayang terdiri dari 7 usaha penyulingan

    minyak nilaman yang memiliki pendapatan Rp.4.000.000 – Rp.6.000.000

    perbulan sebanyak 7 orang, di Gampong Lung Gayo terdapat 6 usaha penyulingan

    minyak nilam dengan pendapatan Rp.4.000.000 – Rp.6.000.000 perbulan

    sebanyak 3 orang dan tempat penyulingan yang berpendapatan sebesar

    Rp.6.500.000 – Rp.9.000.0000 pebulan sebanyak 3 orang. Di Gampong Rambong

    Payong tempat penyulingan yang pendapatannya dalam 1 bulan Rp.4.000.000 –

    Rp.6.000.000 sebanyak 3 orang dan pendapatan Rp.6.500.000– Rp.9.000.0000

    perbulan sebanyak 1 orang. sedangkan di Gampong Seuneubok Padang terdidiri

    dari 8 tempat usaha penyulingan minyak nilam dengan pendapatan Rp.4.000.000

    – Rp.6.000.000 dalam 1 bulan sebanyak 5 orang dan tempat penyulingan yang

    pendapatannya sebesar Rp.6.500.000– Rp.9.000.0000 perbulan sebanyak 3 orang.

    Dalam hal ini Petani dikenakan biaya untuk sewa penyulingan sebesar 1,5-2 ons

    minyak nilam atau sebesar Rp75.000 dalam 1 kali penyulingan, biaya untuk

    penyulingan dapat berubah tergantung harga minyak nilam itu sendiri, apabila

    harga minyak nilam naik maka ongkos dibebankan juga akan ikut naik. untuk

    menghasilkan minyak nilam membutuhkan waktu 6 jam 1 kali penyulingan,

    dalam 1 hari proses penyulingan minyak nilam mampu mengolah hingga 4 kali

    penyulingan, dengan demikian Pendapatan industri penyulingan minyak nilam

    dalam sehari 6-8 ons atau sebesar Rp.450.000 – Rp.600.000. tempat penyulingan

    minyak nilam mampu berproduksi 10-16 kali dalam 1 bulan. Dengan demikian

    usaha penyulingan minyak nilam dapat meningkatkan pendapatan dan

    memperbaiki ekonomi para pengusaha industri minyak nilam.

  • 34

    Tabel 4

    Jumlah responden menurut produksi minyak yang dihasilkan, di Gampong Blang Baro,Tanoh Mayang, Lueng Gayo, Rambong Payong, dan Seuneubok Padang

    Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya

    No Produksi minyak nilam

    (Kg) Responden

    (jiwa) Persentase

    (%)

    1 35 – 37 9 28,1

    2 38 – 40 20 62,5

    3 41 – 43 2 6,3

    4 44 – 46 1 3,1

    Jumlah 32 100 Sumber : Data Primer (Maret 2014)

    Berdasarkan tabel 4 di atas penulis dapat menguraikan bahwa produksi

    minyak nilam di desa Blang Baro, Tanoh Mayang, Lueng Gayo, Rambong

    Payong, dan Seuneubok Padang Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya

    tersebut yang dapat menghasilkan 35 sampai dengan 37 kilo gram minyak nilam

    terdapat 9 responden, pada tingkat produksi 38 sampai dengan 40 Kilo gram

    terdapat 20 responden, pada tingkat produksi 41 sampai dengan 43 Kilo gram

    terdapat 2 responden, pada tingkat produksi 44 sampai dengan 46 Kilo gram

    hanya 1 orang responden, Tingkat produksi dapat di ukur dari luas areal yang di

    miliki oleh petani, jenis nilam yang di tanam dan teknik pengolahan, luas areal

    tanaman nilam yang dimilki oleh para petani mereka hanya 1 hektar, dikarenakan

    mereka bertani tidak membentuk kelompok tani melainkan bertani secara

    individu. dan pada umumnya masyarakat mengolah nilam masih menggunakan

    cara yang masih tradisional yaitu dengan menggunakan drum bekas sehingga

    sangat mempengaruhi produksi minyak nilam yang di hasilkan dan nilai jual

    minyak nilam akan berkurang.

    Berikut ini adalah tabel umur dan status perkawinan responden dapat kita

    lihat sebagai beikut:

  • 35

    Tabel 5

    Jumlah responden menurut umur dan Status Perkawinan di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya

    NO Umur Status Perkawinan

    Responden BK KAWIN J/D

    1 24-29 - Kawin - 0

    2 30-39 - Kawin - 1

    3 35-39 - Kawin - 2

    4 40-44 - Kawin - 6

    5 45-49 - Kawin - 8

    6 50-59 - Kawin - 15

    7 ≥60 - Kawin - 0

    Jumlah 32 Sumber : Data Primer (d iolah Mei 2014)

    Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden

    menuruut dan status perkawinan di lokasi penelitian lebih di dominasi para usia

    lanjut. Terlihat bahwa responden yang berusia 50-59 tahun sebanyak 15 orang dan

    status perkawinan mereka adalah sudah menikah, pada usia ini yang paling

    banyak bertani dan menjalankan usaha penyulingan minyak nilam dan responden

    yang memiliki usia produktif yaitu 24-29 tahun justru tidak ada sama sekali hal

    ini di karenakan pada usia ini masyarakat kurang tertarik untuk bertani dan

    menjalankan usaha industri penyulingan minyak nilam, mereka lebih memilih

    bekerja di sektor lain, yang mereka anggap lebih cepat mendapatkan uang.

    Tabel 6 Jumlah responden menurut Pendidikan Terakhir,

    di Kecamatan TeunomKabupaten Aceh Jaya

    NO Pendidikan

    Terakhir

    Responden

    (Jiwa)

    Persentase

    (%)

    1 SD 15 46,9

    2 SMP 10 31,3

    3 SMA 5 15,6

    4 Perguruan Tinggi 2 6,3

    Jumlah 32 100 Sumber : Data Primer (d i o lah April 2014)

    Berdasarkan tabel 6 di atas penulis dapat menjelaskan bahwa tingkat

    pendidikan responden paling banyak adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu

    sebanyak 15 responden, sedangkan responden yang pendidikan terakhir SMP

  • 36

    sebnyak 10 orang , responden yang berpndidikan terkhir SMA sebanyak 5 orang

    sedangkan petani memiliki pendidkan di jenjang perguruan tinggi hanya 2 orang.

    Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan responden tergolong

    masih rendah di tandai dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar yang paling

    banyak, dengan demikian diperkirakan secara umum responden kurang memiliki

    pengetahuan tentang pengolahan nilam dan permasalahan yang di hadapi,

    pengetahuan seseorang akan mempengaruhi produksi minyak nilam yang

    dihasilkan.

    Selanjutnya penulis melakukan analisis statistik yang digunakan untuk

    membuktikan hipotesis penelitian dalam hal ini digunakan analisa regresi linier

    berganda, analisa korelasi dan uji t yang diolah melalui program SPSS 17, dengan

    variabel dependent (Y) dan variabel independent (X) adalah sebagai berikut :

    Y = Pendapatan Industri Penyulingan Minyak Nilam

    X = Produksi Minyak nilam

    4.2. Hasil Pengujian Hipotesis

    Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan

    oleh pendapatan industri penyulingan minyak nilam terhadap pendapatan petani di

    Kecamatan Teunom yang akan dianalisis dengan menggunakan model analisis

    regresi berganda yang akan di olah melalui Program Statistik SPSS 17. Dari hasil

    penelitian diperoleh hasil akhirnya sebagai berikut :

    Tabel 7 Deskriptiv Statistik

    Variable Rata-rata Mean Square N

    Pendapatan industri 6.009400 6.131910 32

    Produksi 39.0000 39.05765 32

    Sumber : hasil regresi di olah Maret 2014

  • 37

    Pada tabel 7 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa rata-rata varibel

    pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan teunom adalah

    6.009406, dengan Mean Square 6.13191E6, Sedangkan rata-rata Produksi minyak

    nilam dalam satu kali panen adalah 39.0000, dengan Mean Square adalah

    39.05765. Sedangkan N menyatakan jumlah observasi yang diteliti yaitu sebanyak

    32 responden.

    4.2.1. Analisis Koefesian Korelasi dan Determinasi

    Adapun analis ini bertujuan untuk mengetahui keeratan serta hubungan

    antara produksi terhadap pendapatan industri penyulingan minyak nilam di

    Kecamatan Teunom, dan dapat diketahui dengan penggunaan hasil perhitungan

    sebagai berikut :

    Tabel 8

    Hasil Koefesien Korelasi dan Determinasi

    No Variabel Pendapatan

    Petani

    Pendapatan

    Industri

    1 Pearson Correlation

    a. Pendapatan Petani

    b. Pendapatan Industri

    1.000

    .983

    .983

    1.000

    2 Model

    a. Koefesien Korelasi (R)

    b. Koefesien Determinasi Adjusted

    c. Koefesien Determinasi (R2)

    0,983

    0,965

    0,966

    Sumber : Hasil Regresi (dio lah Maret 2014)

    Berdasarkan tabel 8 diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa Koefesien

    korelasi produksi minyak nilam diperoleh R = 0.983 secara positif menjelaskan

    terdapat hubungan yang kuat antara pendapatan petani (Y) dan pendapatan

    industri (X) dengan keeratan hubungan 98,3 persen.

    Berdasarkan kreteria interprestasi untuk menetukan keeratan hubungan

    atau korelasi antar variabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai koefisien

    korelasi sebagai patokan (Hasan 2003, h. 234) :

  • 38

    1. 0,9 sampai mendekati 1 menunjukkan adanya derajat hubungan yang sangat

    kuat dan positif.

    2. 0,7 sampai dengan 0,8 menunjukkan derajat hubungan yang kuat dan positif

    3. 0,5 sampai dengan 0,6 menunjukkan derajat hubungan korelasi yang sedang.

    4. 0,3 sampai dengan 0,4 menunjukkan adanya derajat korelasi yang rendah.

    5. 0,1 sampai dengan 0,2 yang artinya hubungan derajat korelasi sangat rendah.

    6. 0,0 tidak ada korelasi.

    Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh produksi

    terhadap penendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan teunom.

    Koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan

    rumus perhitungan sebagai berikut :

    Koefesien determinasi = r2 x 100%

    Koefesien determinasi = (0.983)2 x 100%

    Koefesien determinasi = 96,6%

    Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa nilai

    koefesien determinasi Adjusted bernilai 96,5 persen. Dan menghasilkan R2 (R

    square) sebesar 96,6 persen. Pada penelitian ini menggunakan 1 (satu) variable

    bebas sehingga yang digunakan untuk menjelaskan adalah Koefisien korelasi (R)

    sebesar 98,3 persen. Hal ini berarti 98,3 persen dapat di jelaskan oleh variabel

    produksi minyak nilam, sedangkan sisanya sebesar 1,7 persen di pengaruhi oleh

    variabel lain di luar model.

  • 39

    4.2.2. Uji Regresi Linear Sederhana

    Tabel 9 Regresi linear Sederhana

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients T Sig.

    95.0% Confidence Interval for B

    B Std. Error Beta Lower Bound

    Upper Bound

    1 produksi 154.302 5201.721 .983 29.664 .000 143692.889 164910.847

    Sumber : Hasil regresi d iolah maret 2014

    Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear

    sederhana akhir estimasi sebagai berikut :

    Y = bX + ε

    Y = 154.302 + ε

    Persamaan regresi linear sederhana diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a. Koefisien regresi dari variabel produksi minyak nilam (X)

    Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien variabel

    produksi minyak nilam (X) bernilai positif adalah 154.302. Hal ini menyatakan

    bahwa setiap kenaikan produksi minyak nilam sebesar 1 kg akan mengakibatkan

    pendapatan industri penyulingan minyak nilam sebesar 154.302 rupiah.

    4.2.3 Uji t (Uji parsial/individual)

    Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar

    variabel bebas produksi minyak nilam (X) terhadap variabel terikat pendapatan

    industri penyulingan minyak nilam (Y) secara individual dengan tingkat

    kepercayaan (level of confidence 95 persen) yaitu :

    Berdasarkan tabel 8 diatas dapat terlihat bahwa untuk variabel produksi

    minyak nilam dengan nilai thitung > ttabel (29.664 > 1,697), atau nilai signifikan

  • 40

    lebih kecil dari α 0,05. Yaitu 0,00 < 0,05, berarti H0 ditolak H1 diterima, sehingga

    secara individual variabel produksi minyak nilam berpengaruh secara nyata

    terhadap pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom.

    4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

    Tanaman nilam sudah dapat di panen pada umur 6 bulan. petani memanen

    dengan cara laangsung menebas untuk digantikan dengan bibit nilam baru. Harga

    minyak nilam sendiri di tingkat petani mencapai Rp.750.000,00 per Kilo gram,

    pendapatan petani nilam dalam satu kali panen antara Rp.27.000.000 –

    Rp.33.750.000 atau dengan tingkat produksi 36-45 kilo gram minyak nilam. dan

    pendapatan industri penyulingan minyak nilam dalam sehari 4 kali penyulingan

    antara Rp.450.000 – Rp.600.000. Untuk usaha penyulingana minyak nilam,

    investasi awalnya memang cukup besar. Biaya untuk pendirian bangunan dan

    ketel penyulingan menjadi kendala yang dihadapi pengolahan nilam skala kecil

    untuk mengembangkan usahanya. Pemerintah daerah selaku pemegang kekuasaan

    perlu mengambil sebuah kebijakan, misalnya pemberian kredit jangka panjang untuk

    para petani nilam, memberikan penyuluhan mengenai cara pengolahan yang benar dan

    membuka akses pasar yang seluasnya kepada para petani desa dan industri sekala

    kecil dalam pemasaran hasil produksi mereka. Dan dengan harapan dengan adanya

    industri penyulingan ini dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan

    perekonomian masyarakat sekitarnya.

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan

    Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan di Kecamatan Teunom

    Kabupaten Aceh Jaya. Produksi minyak nilam rata-rata sebesar 39 kilo gram

    dalam sekali panen, dan rata-rata pendapatan industri penyulingan minyak nilam

    sebesar Rp.6.000.000,-, menurut hasil pembuktian yang telah dilakukan dengan

    menggunakan program SPSS.

    a. Produksi minyak nilam terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

    pendapatan petani di Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya thitung > ttabel

    (29.664 > 1,697) atau dengan derajat signifikan sebesar 0.000 < 0,05 artinya

    H0 ditolak dan H1 diterima

    b. Koefisien korelasi variabel bebas di peroleh hasil R = 0,983 menjelaskan

    bahwa terdapat hubungan antara variabel produksi minyak nilam (X) terhadap

    pendapatan industri penyulingan minyak nilam (Y) dengan keeratan hubungan

    sebesar 98,3 persen, sedangkan sisanya sebesar 1,7 persen dipengaruhi oleh

    variabel yang terdapat di luar model penelitian ini.

    Persamaan akhir diperoleh Y = 154301.868 + e, nilai ini menyatakan

    bahwa apabila variabel bebas (produksi minyak nilam) sama dengan nol, maka

    pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom naik

    sebesar 154301.868 persen.

    Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

    diketahui bahwa produksi minyak nilam berpengaruh signifikan terhadap

    pendapatan industri penyulingan minyak nilam di Kecamatan Teunom.

  • 42

    5.2. Saran–saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan , maka penulis akan

    mengajukan saran untuk pihak-pihak yang terkait, sehingga dapat mencerminkan

    keadaan dalam membangun Kabupaten Aceh jaya yang lebih baik :

    1. Kepada pemerintah Kabupaten Aceh Jaya Dapat memperhatikan industri

    penyulingan minyak nilam sehingga kendala-kendala yang di alami oleh

    pengusaha industri penyulingan minyak nilam dengan memberikan pelatihan-

    pelatiahn agar produksi yang dihasilkan semakin memuaskan dan lebih

    berkualitas.

    2. Usaha penyulingan minyak nilam diharapkan mulai menerapkan teknologi

    yang lebih modern dalam proses produksi sehingga minyak nilam yang di

    hasilkan lebih meningkat dan lebih berkualitas sehingga harga jual minyak

    nilam tersebut akan lebih tinggi.

    3. Usaha penyulingan minyak nilam diharapkan mampu memanfaatkan limbah

    dari penyulingan. Selama ini limbah hanya dibuang begitu saja, padahal

    limbah tersebut bisa diolah dan digunakan sebagai pupuk.

    4. di harapkan kepada masarakat untuk memanfaatkan lahan yang kosong untuk

    ditanami tanaman nilam karena harga minyak nilam cukup tinggi dipasaran

    baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dan di harapkan usaha

    penyulingan minyak nilam mampu memanfaatkan pasar ekspor minyak nilam,

    dengan cara memasarkan hasil minyak nilam keluar negeri, karena harga jual

    minyak nilam diluar negeri lebih tinggi di banding dengan harga jual yang

    biasa di tingkat agen penampung yang berada di daerah.

  • 43

    5. Untuk peneliti berikutnya telah di jelaskan bahwa dalam penelitian ini masih

    banyak keterbatasan dan kelemahan, diharapkan kepada peneliti selanjutnya

    untuk mengaitkan varibel-variabel lain, sehingga perkembangan penelitian

    akan semakin beragam.

  • 44

    DAFTAR PUSTAKA

    Gunawan,W. 2009, Kualitas dan nlai minyak astiri, implikasi pada

    pengembangan turunannya. Institut Teknologi Surabaya.

    Hasudungan, Erwin. 2009. Pengaruh pendidikan dan pengalaman petani

    terhadap tingkat produktivitas tanaman kopi dan kontribusinya terhadap

    pengembangan wilayah dikabupaten Tapanuli Utara. Universitas

    Sumatera Utara.

    Ismanthono, Henricus W. 2006. Kamus Istilah Ekonomi Populer. Buku Kompas.

    Jakarta

    Kurnia Sari, Panca. 2011. Analisis Efisiensi dan Faktor-Faktor Yang

    Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Kabupaten Kendal. Skripsi UNDIP.

    Mangun HMS. 2005. Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta

    Mudrajat, Kuncoro. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,

    Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Erlangga. Jakarta

    Noor, Henry Faizal. 2007. Ekonomi Manajerial. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

    Sarifudin, Asep. 2010. Peningkatan Budidaya dan Produksi Pengolahan Minyak

    Nilam ditingkat Petani Desa dan Agroindustri Skala Kecil dan Menengah.

    Skripsi. Institut Pertanian. Bogor

    Sarwoko. 2005. Dasar ekonometrika. ANDI. Yogyakarta

    Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori Dan Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta.

    Su’ud, Hasan. 2007. Pengantar Ilmu pertanian. Yayasan PENA. Banda Aceh

    Sukirno, Sadono. 2006. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. PT Raja Grafindo

    Persada. Jakarta.

    . 2008. Teori Pengantar Makro Ekonomi. Edisi-3. PT Raja

    Grafindo Persada. Jakarta.

    Syakhiruddin. 2008. Statistika Ekonomi. CV Perdana Mulya Sarana. Medan

    Teguh, Muhammad. 2010. Ekonomi Industri. Rajawali Pers. Jakarta

    Wirnano, Sigit dan Ismaya, Sujana. 2003. Kamus Besar Ekonomi. Pustaka

    Grafika. Bandung.

  • 45

    Yuwono, Prapto. 2005. Pengantar Ekonometri. ANDI. Yogyakarta.

    bursaagrobisnis.wordpress.com diakses 10 Januari 2014

    Http:// Organisasi Industri. Com. Jenis-jenis Industri diakses April 2014

    Http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/ diakses 6 januari

    2014.

    http://yprawira.wordpress.com/pengertian-dan-proses-produksi/

    -Unlicensed-BAB I DARWIN-Unlicensed-BAB II DARWIN-Unlicensed-BAB III DARWIN-Unlicensed-BAB IV DARWIN-Unlicensed-BAB V DARWIN-Unlicensed-DAFTAR PUSTAKA DARWIN