i. pendahuluan 1.1. latar belakang · 2017. 12. 6. · 1 i. pendahuluan 1.1. latar belakang...

57
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Beberapa strategi yang akan dikembangkan untuk meningkatkan komoditas hortikultura tersebut yaitu dengan melakukan pengembangan kawasan, registrasi kebun/lahan usaha, sekolah lapang Good Agriculture Practices (GAP), Penanganan pascapanen, pengembangan kelembagaan dan kemitraan dan pemasyaratan produk bermutu (Swadaya, 2014) Ditinjau dari aspek permintaan, prospek permintaan domestik terus meningkat baik dalam bentuk konsumsi segar maupun olahan, sebagai akibat dari peningkatan pendapatan masyarakat serta berkembangnya pusat kota industi dan pariwisata. Sementara itu ditinjau dari aspek produksi potensi pengembangan komoditas hortikultura terus dapat ditingkatkan baik dari aspek ketersediaan lahan, teknologi budidaya, pascapanen, maupun pengolahannya (Saptana, et.al. 2005). Potensi lahan untuk pengembangan komoditas hortikultura di propinsi Aceh mencakup luas lahan tegalan/huma 322.336 ha, luas lahan ladang/huma 246.801 ha dan lahan sementara tidak digunakan seluas 444.341 ha (BPS, 2013). Beberapa kabupaten di Propinsi Aceh, lahan sawah di luar musim rendengan juga digunakan sebagai lahan yang potensial untuk budidaya tanaman hortikultura. Pendekatan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi Hortikultura; cabe merah, bawang merah dan jeruk yang dirancang berdasarkan kesesuaian potensi daerah dan bersifat multi komoditas, memperhatikan kesesuaian dan kelayakan agro-ekosistem, keterkaitan antar wilayah pengembangan, kesamaan infrastruktur ekonomi, serta berorientasi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Badan Litbang Pertanian, 2012). Kegiatan Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura mengacu pada Kepmentan No. 45/Kpts/PD.200/1/2015 tentang penetapan kawasan Cabai, Bawang Merah, dan Jeruk.

Upload: others

Post on 23-Jun-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi

sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah

maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi,

keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi

serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat.

Beberapa strategi yang akan dikembangkan untuk meningkatkan

komoditas hortikultura tersebut yaitu dengan melakukan pengembangan kawasan,

registrasi kebun/lahan usaha, sekolah lapang Good Agriculture Practices (GAP),

Penanganan pascapanen, pengembangan kelembagaan dan kemitraan dan

pemasyaratan produk bermutu (Swadaya, 2014)

Ditinjau dari aspek permintaan, prospek permintaan domestik terus

meningkat baik dalam bentuk konsumsi segar maupun olahan, sebagai akibat dari

peningkatan pendapatan masyarakat serta berkembangnya pusat kota industi dan

pariwisata. Sementara itu ditinjau dari aspek produksi potensi pengembangan

komoditas hortikultura terus dapat ditingkatkan baik dari aspek ketersediaan

lahan, teknologi budidaya, pascapanen, maupun pengolahannya (Saptana, et.al.

2005). Potensi lahan untuk pengembangan komoditas hortikultura di propinsi

Aceh mencakup luas lahan tegalan/huma 322.336 ha, luas lahan ladang/huma

246.801 ha dan lahan sementara tidak digunakan seluas 444.341 ha (BPS, 2013).

Beberapa kabupaten di Propinsi Aceh, lahan sawah di luar musim rendengan juga

digunakan sebagai lahan yang potensial untuk budidaya tanaman hortikultura.

Pendekatan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi

Hortikultura; cabe merah, bawang merah dan jeruk yang dirancang berdasarkan

kesesuaian potensi daerah dan bersifat multi komoditas, memperhatikan

kesesuaian dan kelayakan agro-ekosistem, keterkaitan antar wilayah

pengembangan, kesamaan infrastruktur ekonomi, serta berorientasi pada

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Badan Litbang Pertanian,

2012). Kegiatan Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura

mengacu pada Kepmentan No. 45/Kpts/PD.200/1/2015 tentang penetapan

kawasan Cabai, Bawang Merah, dan Jeruk.

Page 2: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

2

Program Pengembangan Kawasan Hortikultura membutuhkan dukungan

inovasi teknologi, kelembagaan dan kebijakan. Penerapan inovasi teknologi

sebagai faktor utama peningkatan daya saing dan nilai tambah. Untuk lebih

mengoptimalkan pengembangan kawasan hortikultura maka perlu adanya

Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) yang merupakan salah

satu implementasi pengembangan komoditas unggulan Kementrian pertanian.

Penanganan komoditas hortikultura di dalam kawasan umumnya belum

optimal, padahal potensi bisnis di dalam kawasan tersebut cukup besar, sebagai

contoh produktivitas bawang merah di sentra pengembangan hortikultura

Kabupaten Aceh Tengah hanya berkisar 7,6 ton/ha dan produktivitas nasional

mencapai 9.69 ton/ha (BPS, 2013) sedangkan potensi hasil varietas unggul Balai

Penelitian Sayuran Lembang mencapai diatas 18 ton/ha (Putrasamedja, 2013).

Permasalahan utama yang dihadapi oleh petani bawang merah adalah tidak

tersedianya benih bawang merah yang unggul dan bersertifikat di tingkat petani

sehingga poduktivitas bawang merah masih rendah di propinsi Aceh.

Kawasan pengembangan jeruk di provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh

Tengah, Bener Meriah dan Aceh Jaya. Di Aceh Tengah dan Bener Meriah terkenal

dengan jeruk keprok dataran tinggi gayo. Permasalahan yang timbul terjadi

penurunan areal akibat serangan penyakit CVPD, mengakibatkan banyak tanaman

jeruk yang mati. Sedangkan di Aceh Jaya terkenal dengan Siam, akibat konflik

GAM dengan Pemerintah Indonesia yang berkepanjangan mengakibatkan

tanaman jeruk dibiarkan dan tidak terawat dan banyak yang mati. Perlu

penanganan kembali jeruk siam Aceh jaya terutama teknolog pembibitan dan

budidaya yang berkelanjutan.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian berperan melakukan pendampingan

dan menyediakan teknologi spesifik lokasi yang sesuai kebutuhan dan secara aktif

sebagai pengambil inisiatif pertemuan dan mengkonsultasikannya kepada pihak

terkait sehingga mampu menumbuhkan pembangunan ekonomi di daerah.

Melalui Pelaksanaan Program Pendampingan Pengembangan Kawasan

Agribisnis Hotikultura diharapkan juga akan terjalin sinergisme (network) antar

sentra produksi hortikultura yang sejenis sehingga dapat menjamin

kesinambungan pasokan ke pasar melalui usaha tani dengan skala ekonomis yang

berorientasi pada upaya meningkatkan produksi dan produktivitas sehingga dapat

mencapai sasaran produksi dan produktivitas yang optimal.

Page 3: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

3

Pada tahun 2014 BPTP Aceh melaksanakan kegiatan Pendampingan

Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH), untuk komoditi Bawang merah

dilaksanakan di kawasan sentra bawang merah di kecamatan Lut tawar Kabupaten

Aceh Tengah. Pada kegiatan ini dilakukan introduksi dua varietas unggul bawang

merah yaitu varietas mentes dan pikatan yang berasal dari Balai Penelitian Sayuran

Lembang. Untuk pendampingan komoditi cabai merah dilaksanakan di kecamatan

Lhok Nga Kabupaten Aceh Besar.

Selanjutnya tahun 2015 BPTP Aceh melakukan pendampingan PKAH untuk

komoditi bawang merah dilaksanakan di kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh

Besar, komoditib cabe merah di kabupaten Pidie dan jeruk keprok di Kabupaten

Aceh Tengah.

Pada tahun 2016 BPTP Aceh melakukan pendampingan PKAH untuk

komoditi Bawang Merah di Desa Gapuy, Kecamatan Lhong, Aceh Besar, Cabai

Merah di Desa Paut, Kecamatan Muara Taga dan Desa Juroeng Anoe, Kecamatan

Padang Tiji, Kabupaten Pidie. Sedangkan untuk pendampingan komoditas

tanaman jeruk di Desa Tubes Lues, Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah.

1.2. Dasar Pertimbangan

Melonjaknya harga beberapa produk hortikultura seperti bawang merah

dan cabe merah menyebabkan keresahan dimasyarakat, padahal bawang dan

cabe merah merupakan produk yang ditargetnya sukses pemerintah dalam dari

tujuh komoditas Kementrian Pertanian.

Upaya pencapaian target ini diwujudkan dengan dicanangkannya beberapa

program kementrian yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian beserta

jajarannya. Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional komoditi Hortikultura

yang merupakan salah satu implementasi pengembangan komoditas unggulan

Kementrian pertanian.

Dengan adanya kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura

memberikan keuntungan kepada petani antara lain:

a. Memberi nilai tambah inovasi dalam bidang hortikultura ( cabe, bawang

merah dan jeruk)

b. Meningkatkan kemampuan petani dalam mengadopsi inovasi teknologi

bidang hortikultura terutama GAP dan GHP ( cabe, bawang merah dan

jeruk)

Page 4: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

4

c. Meningkatkan pendapatan petani dalam usaha tani hortikultura akibat

diterapkannya teknologi.

Setiap usaha komoditas di dalam model agribisnis hortikultura tidak lagi

berdiri sendiri melainkan tergabung dalam kelembagaan usaha yang ada pada

satu alur produk vertikal (dari hulu hingga hilir). Model tersebut memiliki

karakteristik lengkap secara fungsional (hulu s/d hilir), satu kesatuan tindak,

dan ikatan langsung secara institusional (gambar 1.). Untuk mendukung integrasi

segmen diperlukan dukungan kegiatan yang mencakup (a) perancangan dan

fasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis,

(b) pembangunan sistem teknologi dasar (antara lain benih dasar dan

prototipe alat/mesin pertanian) secara luas dan desentralistik, (c) penyediaan

sistem informasi, dan (d) fasilitasi dan peningkatan kemampuan masyarakat untuk

melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha

agribisnis, (e) penerapan teknologi inovatif tepat guna, (f) pembangunan model

percontohan sistem dan usaha agribisnis yang mengintegrasikan sistem inovasi

dan kelembagaan dengan sistem agribisnis, (g) percepatan proses difusi dan

replikasi model percontohan teknologi inovatif melalui ekspose dan demonstrasi

lapang, diseminasi informasi, advokasi serta fasilitasi, dan (h) pengembangan

agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik wilayah agroekosistem dan

kondisi sosial ekonomi setempat.

Kawasan Hortikultura

Model sistem agribisnis hulu-hilir

Demplot Dukungan

Inovasi

DemareaDukungan

Inovasi

Integrasi Inovasi Ke dalam Sistem Agribisnis

Keterkaitan fungsional simpul agribisnis (hulu s/d hilir) dgnkesatuan tindak dalamikatan kelembagaan

Rancangan Bangun Dukungan Inovasi

Dukungan Kelembagaan

PRA/RRAKondisi Terkini

RancangBangunKondisiYangdiharapkan

Gambar 1 : Alur Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura

Page 5: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

5

1.3. Tujuan Kegiatan

Tujuan Tahunan

- Memberikan dukungan inovasi hortikultura; cabe merah, bawang

merah, dan jeruk sesuai wilayah pembinaan/ pendampingan teknologi

di Propinsi Aceh.

- Memberikan rekomendasi teknologi hortikultura spesifik lokasi cabe

merah, bawang merah dan jeruk

Tujuan Jangka Panjang

Terbentuknya kawasan pengembangan pertanian nasional komoditi

hortikultura yang berkelanjutan di provinsi Aceh.

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

Terselenggaranya pelaksanaan dukungan inovasi teknologi pada Program

Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hotikultura; cabe merah, bawang

merah dan jeruk di Propinsi Aceh

1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak

Memberikan dampak positif dalam pengembangan GAP (Good Agriculturl

Practices) untuk cabai merah, bawang merah dan jeruk

1.6. Perkiraan Dampak

Memberikan nilai tambah inovasi teknologi cabai merah, bawang merah dan jeruk serta dapat meningkatkan pendapatan petani

Page 6: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi Hortikultura

merupakan salah satu implementasi kebijakan Kementrian Pertanian yang

mengarahkan bahwa pembangunan komoditas unggulan mengacu

pengembangan kawasan yang terpadu secara vertikal dan horizontal dengan

mengkonsolidasikan usaha produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat yang

berdaya saing di pasar domestik maupun internasional. Kawasan Agribisnis

Hortikultura ialah suatu ruang geografis yang mempunyai keserupaan ekosistem

dan disatukan oleh infrastruktur yang sama sehingga membentuk kawasan yang

terdiri dari berbagai kegiatan usaha berbasis hortikultura termasuk penyediaan

sarana produksi, budidaya, penanganan dan pengolahan pascapanen, pemasaran

serta berbagai kegiatan pendukung lainnnya (Badan Litbang Pertanian, 2012).

Sistem pengembangan agribisnis hortikultura melibatkan berbagai

komponen, yaitu pelaku utama meliputi produsen, pasar dan konsumen,

Sedangkan pelaku pendukung meliputi pedagang sarana produksi, pedagang

perantara, lembaga penunjang, kebijakan pemerintah dan sistem pemasaranyang

sedang berlangsung (Kasimin, 2013).

Konsep pengembangan kawasan telah diinisiasi para pemangku kebijakan

periode sebelumnya, tetapi pada saat itu konsep kawasan dipahami sebagai upaya

membangun jaringan kerja sama antar pelaku dalam gabungan wilayah yang

memiliki kondisi agroklimat yang sama, misalnya program kerjasama wilayah KAHS

(Saptana 2005).

Kawasan pengembangan jeruk di provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh

Tengah, Bener Meriah dan Aceh Jaya. Di Aceh Tengah dan Bener Meriah terkenal

dengan jeruk keprok dataran tinggi gayo. Permasalahan yang timbul terjadi

penurunan areal akibat serangan penyakit CVPD, mengakibatkan banyak tanaman

jeruk yang mati. Sedangkan di Aceh Jaya terkenal dengan Siam, akibat konflik

GAM dengan Pemerintah Indonesia yang berkepanjangan mengakibatkan

tanaman jeruk dibiarkan dan tidak terawat dan banyak yang mati. Perlu

penanganan kembali jeruk siam Aceh jaya terutama teknolog pembibitan dan

budidaya yang berkelanjutan

Page 7: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

7

Penanganan komoditas hortikultura di dalam kawasan hortikultura

umumnya belum optimal. Produktivitas bawang merah disentra pengembangan

hortikultura Kabupaten Aceh Tengah hanya berkisar 7.6 ton/ha dan produktivitas

nasional mencapai 9.69 ton/ha (BPS, 2013). Beberapa varietas unggul bawang

merah yang dihasilkan oleh Badan Litbang Kementrian Pertanian yang berasal dari

biji TSS1-S4/Bebes 1, TSS-KL80 S3/Brebes 2 dan Varietas unggul bawang merah

yang berasal dari umbi adalah Pikatan, Pancasona, trisula, Mentes Katumi, Bima

Brebes dan sembrani yang bisa ditaman di tanam ditanah gambut mencapai 18.7

ton/ha (Swadaya, 2014).

Badan Litbang Kementerian Pertanian juga mengembangkan cabe

merah keriting Varietas Kencana dengan umur 95-98 HST dan potensi hasil

mencapai 18.4 ton/ha (Swadaya, 2014), sedangkan produktivitas di sentra

pengembangan cabe merah di Kabupaten Aceh Besar hanya 5,1 ton/ha

(BPS, 2013)

Terdapat kesenjangan yang sangat jauh antara potensi yang

dicapai oleh Badan Litbang Petanian dengan hasil yang diperoleh petani di

lapangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Aceh diharapkan

dapat menjembatani kesenjangan tersebut dengan dukungan inovasi

teknologi yang spesifik lokasi. Kegiatan diarahkan dalam rangka mendukung

produk yang berdaya saing yang terdiri dari aspek teknologi produksi, teknologi

panen dan pasca panen serta pengolahan. Peran dan dukungan lembaga BPTP

lebih diorientasikan untuk menjawab dan mengantisipasi kebutuhan petani akan

teknologi dan lebih ditekankan upaya pendampingan dalam rangka alih teknologi

serta sosialisasi hasil penelitian secara langsung

Peningkatan teknologi produksi hotikultura melalui pendekatan sosialisasi

dan penerapan SOP/GAP telah dilakukan berkaitan dengan pengembangan

kawasan hortikultura. Penerapan SOP/GAP bawang merah meliputi pemilihan

lokasi, penentuan waktu tanam, penyiapan benih, penyiapan lahan, penanaman,

pemupukan, pengairan, pemeliharaan tanaman, pengendalian OPT, panen,

pascapanen, pengemasan dandistribusi (Rahmat et. al, 2010). Menurut Bahar et

al. (2010) penerapan SOP/GAP cabe merah meliputi penyedian benih, persiapan

lahan, penanaman, pemasangan ajir, perempelan, pengairan, pemupukan,

pengendalian OPT, panen dan pascapanen. Sedangkan penerapan SOP/GAP

Page 8: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

8

jeruk keprok meliputi kegiatan perencanaan kebun, persiapan lahan,

penyiapan penih, penanaman, pembentukan arsitektur pohon,

pemangkasan pemeliharaan, sanitasi kebun, pemupukan, pengairan,

penjarangan buah, pengendalian OPT, panen, dan pasca panen (Distan

Aceh, 2012)

Page 9: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

9

III. PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan PKAH mendukung program kementrian pertanian dilakukan

melalui kerjasama petani, penyuluh, dan stake holder terkait, kegiatannya

meliputi:

a. Persiapan

Persiapan meliputi : Studi pustaka, mengumpulkan data, Menyusun proposal,

menyusun RODHP, koordinasi dengan instansi terkait.

b. Pelaksanaan

Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura meliputi kegiatan

pelatihan Agribisnis hotikultura, Pembuatan demplot cabe merah, bawang

merah dan jeruk keprok, dan temu lapang.

c. Pelaporan

Hasil pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam Laporan triwulan, tengah

tahunan dan laporan akhir kegiatan.

3.2. Pendekatan

Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura

(PKAH) dilakukan berdasarkan adanya program dan kebutuhan daerah terutama

dalam mendukung program pemerintah pusat tentang penerapan GAP sayuran

bawang merah, cabe merah dan jeruk di kabupaten yang melaksanakan Program

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura

Berkelanjutan di Provinsi Aceh.

Kegiatan yang akan dilaksanakan PKAH meliputi :

1. Koordinasi dengan instansi terkait

2. Identifikasi lokasi/analisis masalah

3. Pelatihan Agribisnis hortikultura.

4. Pembuatan demplot cabe merah dan bawang merah,

5. Kegiatan temu lapang agribisnis hotikultura.

Page 10: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

10

6. Mendampingi kegiatan sosialisasi dan penerapan Good Agriculture Practice

(GAP)

3.3. Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan :

- Alat tulis kantor

- Saprodi Tanaman

- Bahan-bahan pendukung pelatihan

3.4. Tempat dan Waktu

Lokasi Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Aceh Besar, Pidie dan Aceh

Tengah. Kegiatan dimulai bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Desember

2016.

Page 11: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

11

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1. Kabupaten Aceh Besar

Kabupaten Aceh Besar mempunyai luas 2.974,12 km2, sebagian besar

wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di kepulauan. Sekitar 10%

desa di kabupaten Aceh Besar merupaka desa pesisir. Suhu Udara rata-rata

berkisar antara 26-280C.

Batas Wilayah Kabupaten Aceh Besar meliputi :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka / kota Banda Aceh

• Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie

• Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Jaya

Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia

Umumnya jenis tanah yang terdapat di kabupaten Aceh Besar berupa

tanah Podzolod Merah Kuning sekitar 31,55%, Podzolod Coklat 13.85%, dan

lainnya terdiri dari Latosol,Alluvial dan Hidromoft Kelabu. Kabupaten Aceh Besar

memiliki kelas kemiringan 40% lebih sebanyak 44,77% dan kelas kemiringan 0-

2% hanya 14,26%. Sedangkan lahan kritis memiliki luas 7.819 Ha.

Gambar 2. Peta Kabupaten Aceh Besar

Page 12: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

12

Kabupaten Aceh Besar mempunyai lahan kering sekitar 108.980 Ha yang

sangat potensial untuk pengembangan sayuan dan tanama obat. Lahan kering

tesebut yang baru diusahakan baru mencapai 53.832 Ha sehingga masih terdapat

55.148 Ha yang belum diusahakan. Diharapkan dengan adanya kegiatan

pengembangan kawasan Hortikultura di Kabupaten Aceh Besar maka lahan yang

belum diusahakan tersebut bisa menjadi lahan produktif.

4.2. Kabupaten Pidie

Gambar 3. Peta Kabupaten Pidie

Luas wilayah Kabupaten Pidie 3.562.14 km2 dengan ketinggian tempat

bervariasi dari dataran rendah di sepanjang pesisir dan dataran tinggi di wilayah

Tangse dan Geumpang.

Pembangunan Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam

pembangunan perekonomian di Kabupaten Pidie, yang mata pencaharian

penduduknya disektor pertanian terutama tanaman Pangan dan Hortikultura.

Berdasarkan daya dukung lahan, Kabupaten Pidie memiliki lahan pertanian

seluas 149,430 Ha yang terdiri dari lahan sawah 29,208 Ha dan lahan kering

120.222 Ha. Potensi lahan tersebut cukup memadai dan menciptakan peluang

kesempatan kerja bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan bagi petani

dan keluarganya.

Page 13: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

13

Batas Wilayah Kabupaten Pidie meliputi :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

• Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie Jaya

• Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya

• Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Barat

4.3. Kabupaten Aceh Tengah

Luas wilayah 4.318.390 km2 dengan ketinggian tempat bervariasi antara

200-2.600 m dari permukaan laut, dari jumlah tersebut sebesar 49,23 % dataran

Aceh Tengah berada pada elevasi 750-1.500 m dari permukaan laut. Suhu berkisar

antara 20 – 28 derajat celcius dan curah hujan rata-rata 2.184 mm per tahun

dengan distribusi hampir merata sepanjang tahun, panjang penyinaran 42,86 %

dengan kabut 57,14 %, jenis tanah podsolit coklat, podsolit merah kuning, litosol,

komplekpodsolit merah, alluvial, komplek tonzina (batu endapan), andosol (batuan

beku), topsoil dan latosol.

Batas Wilayah Kabupaten Aceh Tengah meliputi :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Bener Meriah

Gambar 4. Peta Kabupaten Aceh Tengah

Page 14: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

14

• Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Timur

• Sebelah Selatan dengan Kabupaten Gayo Lues

• Sebelah Barat dengan Nagan Raya

Di tengah perbukitan tedapat sebuah danau yang disebut Danau Laut

Tawar. Luas danau sekitar 5.472 ha dengan air yang sejuk dan bersih yang

bersumber dari sejumlah mata air dan 21 buah sungai kecil. Danau ini telah

memperindah alam Tanah Gayo, merupakan objek wisata yang sangat menarik.

Kabupaten Aceh Tengah memiliki potensi yang cukup besar disektor

tanaman pangan dan hortikultura dan telah berkembang sejak lama yang

didukung oleh potensi alam, kesuburan tanah dan luas lahan yang tersedia seperti

yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 1. Penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013

No NNo.

Penggunaan

Lahan

Luas (ha) %

1. Tanah Sawah 7.754 1,75

2. Tegal/kebun 10.871 2.51

3. Ladang/huma 5.601 1.29

4. Perkebunan 52.995 12.24

5. Hutan rakyat 14.726 3.40

6. Padang

rumput

42.006 9.70

7. Sementara

tidak diusahakan

7.037 1.63

8. Lainnya

(hutan negara)

228.956 52.90

9. Lahan bukan

pertanian

63.073 14.58

Jumlah 432.839 100.00

Sumber : Aceh Tengah Dalam Angka 2014

Page 15: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

15

V. PELAKSANAAN KEGIATAN

5.1. Pendampingan Kawasan Agribisnis Keprok Gayo di

Kabupaten Aceh Tengah.

Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu sentra pengembangan

hortikultura di propinsi Aceh dengan komoditi andalannya jeruk keprok gayo,

kentang, bawang merah dan tanaman sayuran lainnya seperti yang terlihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Luas areal, panen dan produksi tanaman buah dan sayuran di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012

No.

Komoditi Luas

Tanam (ha)

Luas Panen (ha)

Jumlah Produksi

(ton)

Provitas (ton/ha)

1. Jeruk keprok Gayo

957,01 325,02 2.854,10 8,78

2. Alpuk Tomat 2.699,21 416,10 3.983,10 9,57

3. Kentang 269,00 269,00 4.415,00 16,41

4. Cabe Merah 2.359,00 1.967,00 18.056,00 9,18

5. Bawang Merah 275,00 99,00 756,00 7,64

Sumber : Aceh Tengah Dalam Angka 2013

Gambar 5: Identifikasi Permasalahan Jeruk Keprok Gayo dan Suasana Kebun Jeruk Keprok

Gayo yang ditanam diantara Tanaman Kopi (Intercroping Jeruk Kopi)

Page 16: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

16

Gambar 6: Tanaman jeruk Keprok Gayo Intercroping dengan Kopi yang Sudah

Tidak Produktive

Pelaksanaan pendampingan jeruk keprok gayo merupakan bimbingan

kepada penyuluh pertanian di BPP Bies, Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah.

Pelaksanaan bimbingan dengan menganut metode Training of Trainers (TOT).

Disamping pelaksanaan TOT bagi Penyuluh Pertanian juga dilakukan juga

pelatihan kepada petani di BPP Bies. Untuk proses pembelajaran bagi petani jeruk

dilakukan perawatan jeruk seluas satu hektar terutama pemupukan untuk (1)

Tanaman jeruk muda belum mengasilkan; (2) tanaman jeruk productive yang

sudah menghasilkan dan; (3) Tanaman Jeruk sudah tua, kurang productive.

Tabel 3. Dosis Pupuk Untuk Tanaman Jeruk Keprok Gayo (gr/pohon/kali)

No. Umur Tanaman Urea SP-36 KCL Aplikasi

1 Tanaman Belum

Menghasilkan (< 4

Tahun)

135 90 80 Aplikasi 4 kali

setahun

2 Tanaman Produktive

(5-12 Tahun)

150 100 80 Aplikasi 4 kali

setahun

3 Tanam Kurang

Produktive (> 12

Tahun)

200 100 90 Aplikasi 4 kali

setahun

Page 17: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

17

5.1.2. Pelatihan Agribisnis Jeruk Keprok Gayo

Pelatihan Agribisnis Pendampingan Kawasan Agribisnis Jeruk Keprok

Gayo dilaksanakan pada Tanggal 12 Maret 2016, bertempat di Desa Tubes Lues,

Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah. Peserta Pelatihan sebanyak 40 orang

petani yang didampingi oleh PPL wilayah kerja masing-masing dalam Kecamatan

Bies. Pelatihan juga diikuti oleh Staf BP3K Bies, Koordinator POPT, Koordinator

BPSB dan Praktisi Jeruk Kepok Gayo serta Team BPTP.

Pembukaan disampaikan oleh Kepala BP3K Bies Mulyadi,SP, beliau

mengharapkan pada kesempatan ini supaya untuk mengikuti pelatihan agribisnis

jeruk keprok dengan sungguh-sungguh dan ilmu yang didapat dalam pelatihan

tersebut dapat di aplikasikan dilapangan. Selanjutnya oleh Team BPTP selaku

Penanggung Jawab Kegiatan PKAH Ir.T.Iskandar Msi, menjelaskan tujuan BPTP

untuk mendampingi Pengembangan Jeruk Keprok dalam upaya untuk mendorong

kembali usaha jeruk yang selama ini sudah ditinggalkan petani yang beralih

ketanaman kopi dan untuk menghindari impor jeruk dari luar serta harapan dalam

pelatihan ini dapat berlangsung dengan baik.

Gambar 7. Pelatihan PKAH Jeruk Keprok Gayo

Page 18: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

18

Gambar 8. Pembukaan Pelatihan dan Pengarahan dari Penangung jawab

Kegiatan PKAH BPTP Aceh

Kemudian dilanjutkan dengan pemateri yang disampaikan oleh Pak Wiknyo

Mantan Kepala BP3K Bies selaku praktisi usaha jeruk keprok di Gayo, Beliau

banyak mengetahui dan menyampaikan sejarah perkembangan jeruk keprok dan

Tehnik Budidaya, di dataran tinggi gayo.

Jeruk keprok gayo pertama dibawa oleh pegawai perkebunan kopi

Belanda yang pada awalnya ditanam di pekarangan rumah yang berada di wilayah

Payatumpi, Berkendal dan Redines serta berkembang di desa Blang Kolak I dan

Blang Kolak II disekitar ibukota Aceh Tengah. Pada awal tahun 1940 pembibitan

keprok gayo mulai dilakukan, tetapi karena wilayah aceh sering bergolak, maka

kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

Pada tahun 1980 mulailah jeruk dikembangkan secara massal keseluruh

kecamatan Aceh Tengah dan pada tahun 1987 Dinas Pertanian Kabupaten Aceh

Tengah menganjurkan mengganti pelindung tanaman kopi dengan tanaman jeruk

dan ternyata dengan metode penanaman tumpang sari ini dapat meningkatkan

pendapatan petani Karena sehabis panen kopi bulan Maret - Mai, dan pada bulan

Juni – September petani panen jeruk dan pada bulan Oktober- Desember panen

kopi lagi dan bersamaan bulan November – Januari petani panen jeruk lagi.

Dari hasil kajian mutu jeruk yang ditanam dengan metode tumpangsari

dengan kopi kualitasnya cukup baik, ini terbukti dengan pada tahun 1993 jeruk

keprok payatumpi ikut serta pada lomba Buah Unggul nasional dan keluar sebagai

juara I Tingkat Nasional. Pada tahun 1994 nama jeruk keprok paya tumpi diganti

dengan nama jeruk keprok gayo.

Page 19: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

19

Pada era tahun1998-2005 tanaman keprok gayo mulai terserang penyakit

busuk pangkal batan dan penyakit-penyakit laindan tidak berhasil dikendalikan .

Pada tahun 2005 pemerintah pusatmengambil langkah penyelamatan dengan

mengambil entries keprok Gayo lansung oleh Bapak Kepala Balai Penelitian Jeruk

Batu, Malan Jawa Timur. Dua tahun kemudian poses indeksing selesai pada tahu

2009, BPMT dibawa kembali ke Aceh Tengah dan BPMT ini menjadi andalan untuk

benih sumber untuk membangaun kembali wilayah sentra-sentra keprok gayo di

Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Gambar 9. Penjelasan penanggung Jawab Kegiatan PKAH(Ir T. Iskandar, M.Si) pada Acara Pelatihan Agribisnis Jeruk Keprok Gayo

Pada sesi ke 2 dari Koordinator UPTD BPSB yaitu; Anwar, SP memberi

gambaran tentang Alur Perbenihan Jeruk Keprok Gayo, yaitu ; Pengawasan benih

yang terdiri dari :

- Seleksi tanaman untuk benih,

- Penggunaan batang bawah 6 s/d 10 bulan,

- Batang yang diokulasi benar-benar dari bibit yang baik dari batang atas,

- Benih siap salur

Kendala atau masalah selama ini ditingkat petani adalah menganggap

tanaman jeruk keprok adalah tanaman sampingan atau tanaman sela, Dengan

tersedianya benih yang berkualitas tinggi sehingga produkrivitas jeruk semakin

Page 20: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

20

meningkat sehingga petani lebih serius dalam menangani budidaya jeruk.

Gambar 10: Koordinator PHP Aceh Tengah Sulaiman

Selanjutkan Koordinator PHP Kebupaten Aceh Tengah, Sulaiman

Hantam,SP membahas tentang gangguan atau kerusakan jeruk keprok gayo yang

disebabkan oleh faktor biotis maupun faktor non biotis dan cara mengatasinya.

Faktor Biotis yaitu terdiri dari : Jamur, bakteri, insekta, virus dan gulma sedangkan

kerusakan yang disebabkan oleh non biotis adalah :suhu, cahaya, oksigen, air dan

tanah selanjutnya beliau juga menyampaikan tentang penanggulangan hama,

penyakit dan gulma secara preventif dan kuratif.

Gambar 11. Sebahagian Peserta Pelatihan Mahasiswa dari Al Muslim, Bireuen Photo Bersama di Lapangan dalam Materi Pengendalian OPT Jeruk

Keprok Gayo

Page 21: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

21

Gambar 12. Diskusi Narasumber pada Pelatihan Agribisnis Hortikultura Jeruk Keprok Gayo. Petugas BPSB Aceh, Anwar, SP Menjelaskan Prosedur Untuk memproduksi Benih Jeruk yang Sehat , Bebas Penyakit CVPD

Setelah acara pelatihan selesai dilanjutkan dengan kunjungan ke kebun jeruk

keprok Gayo di Desa Tubes Lues untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan

jeruk keprok gayo yang diusahakan, teknik atau cara budidaya tanaman sela

antara jeruk keprok dan tanaman kopi. Diskusi dengan Pakar Jeruk Wignyo tentang

intercropping jeruk dengan kopi.

5.1.3. Temu Lapang Jeruk Keprog Gayo

Temu lapang di laksanakan di Desa Tubes Lues, Kecamatan Bies yang

dilaksanakan pada Tanggal 22 Agustus 2016. Tujuan temu lapang untuk

mengkomukasikan hasil pelaksanaan Demplot pemupukan tanaman jeruk keprok

gayo dn diskusi berbagai masalah yang dihadapi oleh petani jeruk di Aceh Tengah.

Peserta adalah petani jeruk di Kecamatan Bies dan Narasumber dari Penyuluh

BPTP Aceh, Penyuluh BPP Bies, Kabupaten Aceh Tengah dan Ahli Jeruk Keprog

Gayo, Wignyo.

Dalam pelaksanaan Temu Lapang Jeruk Keprog Gayao materi diskusi yang

berkembang, antara lain:

1) Teknik bercocok tanam monokultur dan polykultur dengan tanaman kopi

gayo.

2) Teknik pengendalian hama penyakit terutama teknik pengendalian CVPD

pada tanaman jeruk.

3) Teknik pemupukan tanaman jeruk koprok gayo

Untuk teknik bercocok tanam jeruk keprog gayo direkomendasikan untuk

melakuakn penanaman secara monokultur, nanum bila petani sulit meninggalkan

Page 22: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

22

cara bercocok tanam secara polykultur dengan kopi misih memungkinkan. Karena

secara polykultur merupakan kebiasaan masyarakat gayo bertanam jeruk dengan

kopi. Dalam pengendalian penyakit CVPD jeruk perlu screen house untuk

perbanyakan bibit jeruk bebas CVPD. Sedangakan pemupukan berdasarkan

rekomendasi pemupukan tanaman muda, tanaman productive dan tanaman tua.

5.2. Pendampingan Kawasan Agribisnis Cabe Merah

Kabupaten Pidie merupakan salah satu kabupaten sentra produksi

komoditas hortikultura di Provinsi Aceh. Dengan potensi yang dimiliki dan

dukungan dari semua pihak maka Kabupaten Pidie sangat memungkinkan untuk

menjadi kawasan agibisnis hortikultura. Pendekatan kawasan ini bertujuan untuk

memudahkan pengelolaan pengembangan komoditas karena berada dalam satu

hamparan yang disatukan oleh kesesuaian agroklimat dan fasilitas infrastruktur

ekonomi. Sasarannya adalah dicapainya skala minimal usaha tani yang

menghasilkan produk hortikultura yang kontiniu dan sesuai dengan pemintaan

pasar. Dengan berkembangnya kawasan hortikultura maka perekonomian

masyarakat dan daerah juga meningkat.

Cabe merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan

Kabupaten Pidie dan juga termasuk unggulan nasional. Tingginya harga jual dan

beli cabe beberapa waktu terakhir menyebabkan tanaman tersebut masuk dalam

agenda pembicaraan nasional. Pada musim hujan harga cabe cenderung

malambung, dengan pengelolaan tanaman secara tradisionil sulit diharapkan

hasilnya yang optimal, sebab pada musim hujan serangan hama dan penyakit

sangat hebat dan adanya resiko banjir. Cabe juga ternyata mampu sebagai

penyebab tingginya laju inflasi nasional, hal tersebut menunjukan bahwa cabe

benar-benar merupakan komoditas sayuran yang sangat dibutuhkan dalam

kehidupan sehari-hari. Sentra pengembangan cabe di kabupaten Pidie terdapat

dibeberapa kecamatan antara lain Kecamatan Padang Tiji, Muara Tiga, Mila, Sakti,

Keumala, Mutiara, Keumala, Tangse, Mane, Geumpang dan Glumpang Tiga.

Daerah sentra penanaman cabe merah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 4. Luas areal, panen dan produksi tanaman cabe merah di beberapa kecamatan sentra Kabupaten Pidie Tahun 2013

Page 23: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

23

No. Komoditi Luas Tanam

(ha) Luas Panen

(ha)

Jumlah Produksi

(ton)

1. Muara Tiga 275 330 814

2. Padang Tiji 40 57 263

3. Mila 15 14 109

4. Sakti 13 16 73

5. Keumala 15 12 72

6. Mutiara 8 11 47

7. Tangse 29 16 104

8. Mane 11 18 109

9. Geumpang 6 9 64

10. Glumpang Tiga 11 10 65

Sumber : Pidie Dalam Angka 2014.

5.2.1. Kegiatan Demplot Cabe merah

Kegiatan pendampingan teknolog PKAH Cabai Merah di dua lokasi yaitu di

Desa Paut dan Desa Jurong Anoe, Kabupaten Pidie dengan menerapkan komponen

teknologi sebagai mana pada Tabel berikut:

Tabel 5. Komponen Teknologi pada demplot Cabe Merah di Desa Paut dan Desa Jurong Anoe, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie

No Komponen

Teknologi Demplot Desa Paut

Demplot Desa Jurong Anoe

1. Varietas

Perlakuan benih/bibit

- Kiyo, Kitaro, Rimbun dan

Salehba

- Benih direndam

dengan fungisida agrep 2.5 jam

- Kiyo, Kotaro, Moncer dan Lado

- Benih direndam dengan fungisida agrep 2.5 jam

2. Cara Pengolahan

Tanah

- Pengolahan tanah dilakukan 2x , pertama

dengan traktor, sedangkan

- Pengolahan tanah dilakukan 2x , pertama dengan traktor,

sedangkan yang kedua

Page 24: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

24

yang kedua dengan cangkul dan dilakukan

pembentukan bedeng - Ukuran bedengan 1 -1.2

m, tinggi 30 cm - Pemberian pupuk organik

pada bedengan dan juga

pada saat tanam

dengan cangkul dan dilakukan pembentukan

bedeng - Ukuran bedengan 1 -1.2 m,

tinggi 30 cm - Pemberian pupuk organik

pada bedengan dan juga

pada saat tanam

3. Cara dan sistem

tanam - Jarak tanam

- pola tanam

- waktu tanam

- 50 x 70 cm

- Tidak dilakukan Pergiliran

tanaman (Cabai-Cabai)

- 10 Maret 2016

- 50 x 70 cm

- Dilakukan pergiliran

tanaman (Padi-Cabai Merah)

- 23 May 2016

4. Pemupukan

-jenis

-dosis

- cara

- waktu

- NPK mutiara, KCl, Za, Pupuk Kandang

- NPK 450 kg/ha (70 gr/btg) - KCl 150 kg/ha (30 gr/btg)

- ZA 150 kg/ha (30 gr/btg) - Pupuk Kandang 5000

kg/ha

Ditabur dibedengan dan dicor

- Sebelum tanam dan pupuk

susulan pada umur 3, 6, 9 minggu setelah tanam

- NPK mutiara, KCl, Za, Pupuk Kandang

- NPK 450 kg/ha (70 gr/btg) - KCl 150 kg/ha (30 gr/btg)

- ZA 150 kg/ha (30 gr/btg) - Pupuk Kandang 5000 kg/ha

- Ditabur dibedengan dan dicor

- Sebelum tanam dan pupuk

susulan pada umur 3, 6, 9 minggu setelah tanam

5. Pemeliharaan

- Penyiangan

- Pemangkasan/

perempelan

- Pengendalian

OPT

- Penyiangan dilakukan

dengan membersihkan gulma yang tumbuh,

kadang-kadang dilakukan penyemprotan Herbisida

- Semua tunas air di buang

- Dilakukan dengan system

terpadu untuk menurunkan

populasi OPT sehingga

- Penyiangan dilakukan

dengan membersihkan gulma yang tumbuh dengan

cara manual, dan menghindari penyemprotan

Herbisida

- Tidak membuang Semua

tunas air

- Dilakukan dengan system

terpadu untuk menurunkan

populasi OPT sehingga tidak

Page 25: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

25

tidak merugikan secara ekonomis dan aman bagi

lingkungan

merugikan secara ekonomis dan aman bagi lingkungan

Gambar 13. Penanaman dan penjelasan penggunaan pestisida dalam

penegendalian HPT setelah tanam

Perkembangan kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura

BPTP Aceh yang dilaksanakan di kawasan pengembangan cabe merah di

kabupaten Pidie telah dilakukan koordinasi Kegiatan. Kegiatan demplot cabai

merah di Kabupaten Pidie dilaksanakan di dua lokasi; 1) Desa Paut, Kecamatan

Muara Tiga (0,5 Ha) tanggal tanam 10 Maret 2016 dan Desa Juroeng Anoe,

Kecamatan Padang Tiji (0,5) tanam dilakukan pada tanggal 23 May 2016.

Gambar 14. Varietas Kitaro dan Salehba

Page 26: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

26

Gambar 15. Varietas Rinbun dan Kiyo pada umur satu Minggu setelah

Tanam di Desa Paut, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie.

Perkembangan Tanaman Cabai Merah di Desa Paut

Gambar16. Pengamatan Pertumbuhan Cabai Merah di Desa Paut

Gambar 17. Pengamatan dan Pembanding Antar Varietas Cabai Merah

Kegiatan demplot budidaya cabe merah di Desa Paut dengan menanam

Varietas Kiyo, Kitaro, Rimbun dan Salehba. Sedangkan untuk Desa juroeng Anoe

dengan menanam Varietas Kiyo, Kitaro, Moncer dan Lado.

Tabel 6. Hasil Panen Cabai Merah di Desa Paut, Kecamatan Padang Tiji

Page 27: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

27

No. Varietas Cabai Merah

Tanam 10 Maret 2016

Berat Rata-

Rata (gr/bt)

Produksi

Rata-Rata/ha

(kg/ha)

Tinggi Rata-

RataTanaman

(cm)

1. Kiyo 593 10.675 123

2. Kitaro 835 15.030 135

3. Rimbun 503 9.054 109

4. Salehba 441 7.398 98

Gambar 18. Varietas Kitaro

Gambar 19. Varietas Rimbun dan Kiyo

Page 28: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

28

Gambar 20. Varietas Salehba (Cabai Merah Besar)

Gamba 21. Penampilan Tinggi Tanaman Cabai Merah di Lokasi Desa Paut

Page 29: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

29

Gambar 22. Hasil Panen dengan Harga Jual Rp.32.000/kg

Demplot Cabai Merah di Desa Juroeng Anoe, Kecamatan Padang Tiji,

Kabupaten Pidie. (0,5) tanam dilakukan pada tanggal 23 May 2016. Varietas

yang ditanam yaitu; 1) Kiyo; 2) Kitaro; 3) Moncer dan; 4) Lado. Pengunaan

Varietas yang berbeda dan waktu tanam yang bebeda dengan lokasi I, Desa

Paut, Kecamatan Padang Tiji, adalah untuk melihat sejauhmana perbedaan

adaptasi varietas dan pengaruh waktu tanam untuk masing-masing varietas.

Gamabar 23. Persiapan Tanam dan Tanam Cabai Merah di Desa Jurong

Anoe

Page 30: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

30

Gambar 24. Demplot Cabai Merah Satu Minggu Setalah Tanam di Lokasi II, Desa

Jurong Anoe, kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie.

Gambar 25. Demplot Cabai Merah di Desa Jurong Anoe, Umur Satu Bulan

Page 31: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

31

Gambar 27. Sistem Pompa untuk Pengairan Cabai Merah dan Penggunaan untuk

Cor Pupuk Susulan

Gambar 28. Varietas Kitaro di Lokasi II, Desa Jurong Anoe,Kecamatan Padang

Tiji, Kab. Pidie

Page 32: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

32

Gambar 29. Varietas Lado di Lokasi II, Desa Jurong Anoe, Kab. Pidie

Gambar 30. Varietas Moncer di Lokasi II, Desa Jurong Anoe, Padang Tiji

Gambar 31. Suasana Pertumbuhan Cabai merah di Desa Juroeng Anoe, Pidie

Page 33: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

33

Gambar 32. Perempelan Tunas Air di Lokasi Demplot Juroeng Anoe, Padang Tiji

Panen di Desa Jurong Anoe, Kecamatan Padang Tiji, Pidie

Gambar 33. Panen Cabai Merah di Demplot Lokasi II, Juroeng Anoe

Tabel 7. Hasil Panen Cabai Merah di Desa Juroeng Anoe, Kec. Padang Tiji, Pidie

No. Varietas Cabai

Merah

Tanam 23 May 2016

Berat Rata-

Rata (gr/bt)

Produksi

Rata-Rata/ha

(kg/ha)

Tinggi Rata-

RataTanaman

(cm)

1. Kiyo 558 8.935 115

2. Kitaro 471 7.542 122

Page 34: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

34

3. Moncer 374 5.987 103

4. Lado 576 9.212 125

Gambar 34. Penyiraman Cabai Merah di Lokasi II, Jurong Anoe

Page 35: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

35

Gambar 35. Panen Cabai merah di Desa Juroeng Anoe, Rata-Rata Harga Jual

Rp.35.000,- per kg

5.2.2. Pelatihan Agribisnis Hortikultura Cabe Merah

Kegiatan pelatihan Agribisnis Hortikultura cabe yang dilaksanakan di BPP

Padang Tiji, Kabupaten Pidie. Pelaksanaan pelatihan pada Tanggal 2 Juli 2016

dengan peserta sebanyak 40 orang. Peserta terdiri dari dua Kecamatan yaitu dari

Kecamatan Padang Tiji dan Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie.

Kepala BPP Padang Tiji, Teuku Zulkifli memberikan kata sambutan dimana

beliau sangat senang dan antusias sekali dalam acara kegitan Pelatihan ini,

harapan beliau kepada peserta pada kesempatan yang baik ini dimanfaatkan

sebaik-baiknya, dan serius mengikutinya kiranya ilmu yang didapat dari pelatihan

Agribisnis Hortikultura cabe merah tersebut bermanfaat bagi kelompok tani dan

masyarakat petani cabe di kecamatan tersebut.

Page 36: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

36

Gambar 36. Pelatihan Agribisnis Hortikultura Caabe Merah

Materi Pengembangan Agribisnis Cabe merah di Propinsi Aceh

disampaikan oleh M.Yusuf . Cabe merah memiliki nilai ekonomis tinggi serta

mempunyai prospek pasar yang menarik. Budidaya cabe merah diusahakan

sepanjang musim. Permasalahan yang dihadapi yaitu fluktasi harga, kadang-

kadang sangat rendah sehingga merugikan petani dan harga yang tinggi

sehingga merugikan konsumen. Terdapat kesenjangan yang sangat jauh

antara potensi yang dicapai oleh Badan Litbang Petanian dengan hasil

yang diperoleh petani di lapangan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

: (1) rendahnya penggunaan benih unggul bermutu di tingkat petani, (2)

penerapan teknologi budidaya yang belum sesuai dengan SOP/GAP, (3)

pendampingan teknologi yang belum optimal, dan (4) masih tingginya

serangan OPT.

Page 37: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

37

Gambar 37. Pemateri (Ir. T. Iskandar, M.Si) sedang melakukan diskusi dengan peserta pelatihan

Selanjutnya Fakhrizali, SP Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)

Padang Tiji, memaparkan materi Budidaya cabe merah sesuai GAP/SOP.

Dijelaskan untuk mendapatkan produksi dan produktivitas cabe merah yang

optimal perlu adanya penerapan Good Agriculture Practice yang meliputi

persiapan lahan, penyiapan benih, pembuatan lubang tanam dan jarak tanam,

penanaman, Pemupukan, pemeliharaan, pengairan, Penanngulangan

Organisme Pengganngu Tanaman (OPT), panen dan pascapanen, Pengemasan

dan Distribusi.

Page 38: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

38

Gambar 38. Pemateri (Abdullah Ali ) sedang menyampaikan materi PHT Cabai Merah

Kemudian Narasumber selanjutnya adalah Ir. Abdullah Ali yang

menyampaikan materi tentang Pengendalian Hama dan Penyakit pada

Tanaman Cabe merah, Pada kesempatan tersebut banyak hal yang

disampaikan baik secara dengan menggunakan pestisida nabati maupun

agensia hayati untuk pengendalian hama dan penyakit secara ramah

lingkungan. Ditingkat lapang beliau sudah memperbanyak

tricoderma,corynebakterium dan peusodomonas verencen, diharapkan

kepada petani yang mau perbanyak atau mempergunakan media terseut,

beliau siap mengajarinya dan menyediakan bibit untuk perbanyakannya.

Page 39: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

39

Gambar 39. Pemateri (Penyuluh Pertanian WKPP Juroeng Anoe) sedang menyampaikan materi

Dari hasil tanya jawab dengan peserta pelatihan ada beberapa hal yang

menjadi kendala petani cabe dilapangan saat ini yaitu : Pengendalian hama

penyakit, Pemilihan benih yang baik dan masalah tanah, mereka tidak pernah

mengukur tingkat kemasaman tanah (pH tanah) dilahan mereka. Team BPTP

memberi arahan dan masukan dalam menangani perrmasalahan

tersebut ,setelah pelatihan selesai petani dibagikan post test untuk mengukur

tingkat kemampuan petani setelah di beri pembelajaran selama mengikuti

pelatihan mengenai Agribisnis hortikultura cabe merah di Kecamatan Muara

Tiga , semua peserta sangat antusian dan tekun mengikuti pelatihan tersebut

baik materi yang diberikan maupun solusi permasalahan yang dihadapi

mereka untuk bertanam cabe merah di lahan usaha mereka.

Page 40: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

40

Gambar 40. Suasana Belajar Peserta Pelatihan Agribisnis Hortikultura Cabe Merah dalam Praktek Membuat Agensia Hayati untuk

Pengendalian OPT yang Menyerang Cabai Merah

5.2.3. Temu Lapang (Farmers Field Day) PKAH Cabai Merah

Waktu dan Tempat

Temu lapang PKAH Cabai Merah di laksanakan pada Tanggal 10 Agustus

2016 di Desa Juroeng Anoe, Kecamatan Padang Tiji, Kabupeten Pidie.

Tujuan Temu Lapang untuk tukar menukar informasi hasil demplot cabai merah di

dua lokasi yaitu loasi Desa Paut Padang Tiji dan Desa Jurong Anoe Padang Tiji.

Peserta Temu Lapang

Perserta Temu Lapang: Terdiri dari petani pelaksana demplot cabai merah dan

petani cabai merah lainnya yang ada dalam wilayah Kecamatan Padang Tiji,

Kabupaten Pidie.

Page 41: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

41

Gambar 41. Acara Pembukaan Temu Lapang Cabai Merah di Desa Jurong Anoe

Gambar 42. Diskusi untuk Pemecahan Masalah Cabai Merah pada Temu Lapang

Dari Kabupaten Pidie.

Materi dan Narasumber Temu Lapang

Materi temu lapang cabai merah adalah hasil pengamatan dan data demplot cabai

merah di Desa Paut dan Desa Jurong Anoe, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten

Pidie. Untuk menambah pengetahuandan ketrampilan petani cabai merah juga

diberikan materi pemupukan hayati dan teknik pembuatan agensia hayati untuk

Page 42: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

42

pengendalian hama dan penyakit pada cabai merah. Narasumber dari Penyuluh

BPTP Aceh, Penyuluh BPP padang Tiji, Kabupaten Pidie dan Petugas POPT dari

Kabupaten Pidie.

Gambar 43. Presentasi Narasumber dan Diskusi dengan Peserta Temu Lapang

Metode Temu Lapang

Metode Temu lapang berupa pertemuan lapangan di lokasi Demplot Cabai Merah

di Desa Jurong Anoe, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie dengan presentasi

dari Narasumber dan diskusi anatara peserta dan narasumber.

Gambar 44. Peserta Temu Lapang di Desa Jurong Anoe Kabupaten Pidie

Page 43: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

43

5.3. Pendampingan Kawasan Agribisnis Bawang Merah

Kawasan pengembangan bawang merah di kabupaten Aceh Besar

meliputi kecamatan Darussalam, Indrapuri, Peukan Bada, Lhok Nga dan

Kecamatan Lhong.

5.3.1. Kegiatan Demplot Bawang Merah

Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura BPTP Aceh yang

dilaksanakan di kawasan pengembangan bawang merah kabupaten Aceh Besar

meliputi koordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh Besar

mengenai Program Peningkatan Produksi, Produktiv itas dan Mutu Produk

Tanaman Hortikultura Berkelanjutan. Identifikasi lokasi pengembangan kawasan

Bawang merah serta lokasi demplot display variatas unggul dan Penangkaran

bawang merah sesuai dengan GAP/SOP, lokasi kegiatan dilaksanakan di desa

Gapuy Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar.

Gambar 45. Kegiatan identifikasi calon petani dan calon lokasi demplot bawang

merah

Dari hasil wawancara dengan petani dengan sistem Fokus Grup diskusi

(FGD) didapat kondisi existing tentang tata cara budidaya bawang merah ditingkat

petani pada Tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 8. Komponen Teknologi Demplot Bawang Merah

No Komponen Teknologi

Kondisi existing Pelaksanaan Demplot

1 Varietas

- Bima Brebes (persediaan benih terbatas)

- Bima Brebes - Mentes - Pancasona

Page 44: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

44

Perlakuan benih/bibit Produktivitas

- Benih konsumsi yang dijadikan bibit

- benih langsung ditanan - Benih dipotong 1/3 bagian

ujung - 6– 8 ton/ha

- Pikatan - benih langsung ditanan - Benih dipotong 1/3

bagian ujung - 10–14 ton/ha

2. Cara Pengolahan Tanah

- Belum sempurna, kondisi tanah belum hancur.

- Pembuatan bedeng agak berat

- Ukuran bedengan 0.8 – 1 m, tinggi 20-30 cm

- Tidak diberikan pupuk organik pada bedengan

- Tidak menggunakan mulsa plastik

- Pengolahan tanah sempurna.

- Pembuatan bedeng agak berat

- Ukuran bedengan 0.8 – 1 m, tinggi 20-30 cm

- Diberikan pupuk organik pada bedengan

- Menggunakan mulsa plastik

3. Cara dan sistem tanam - Jarak tanam - pola tanam - waktu tanam

- 15 x 15 cm, dan 20 x 25 - Lahan Tegalan - Sepanjang Musim,

- 15 x 15 cm, dan 20 x

25 - Lahan Tegalan - Sepanjang Musim,

4. Pemupukan -jenis -dosis -cara -waktu

- Urea, TSP, NPK, KCl, Za - Tidak ada takaran tertentu

- Ditabur di bedengan dan di

cor

Pemakaian pupuk dasar dilakukan pada bedengan,

pemupukan susulan dengan pengecoran pada umur 15 dan

35 hari

- Urea, TSP, NPK, KCl, Za dan pupuk organik

- Ditabur di bedengan dan

di cor

Pemakaian pupuk dasar dan pupuk organic

dilakukan pada bedengan sebelum tanam , pemupukan

susulan dengan pengecoran

pada umur 10 dan 30 hari

5. Pemeliharaan -penyiangan -pengendalian

OPT

Dilakukan Penyiangan, tapi

belum sempurna

Pengendalian OPT dilakukan dengan interval dan dosis

pemberian tidak jelas, dilakukan dengan

penyemprotan

Dilakukan Penyiangan dan

pembesihan lahan dengan

sempurna Pengendalian OPT dilakukan

dengan metode PHT

Data petumbuhan vegetatif dan generatif hasil kegiatan demplot bawang

merah dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 9. Rata-rata Data Pertumbuhan,Hasil dan Susut Bobot beberapa varietas

Bawang Merah

Page 45: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

45

N

No Varietas Tinggi

(cm) Jumlah rumpun

Produktivitas (ton/ha)

Susut Bobot (%)

11.

Pancasona

25 5.55 14.73 37.2

22

Pikatan

22.7 6.35 14.14 50.1

33.

Mentes

20.9 6.6 10,25 50,3

44.

Bima Brebes

24.65

5.1 13.25 44.4

Sumber : Data primer (diolah) 2016

Gambar 46. Pertumbuhan Bawang Merah

Pada Tabel 7 terlihat bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif tertinggi

bawang merah pada varietas Pancasona dengan produktivitas mencapai 14.73

ton/ha sedangkan pengurangan susut bobot tetinggi pada varietas mentes yang

mencapai 51.2 %, diduga tingginya penyusutan bawang merah karena faktor

penyimpanan tidak memiliki tempat khusus dan hanya digantung pada para-para

(gambar 47)

Page 46: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

46

Gambar 47. Penyimpanan Bawang yang digantung pada para-para

Bawang merah dari biji (TSS) yang terdiri dari varietas TSS Pancasona,

TSS Horti 1, TSS Horti 2 dan Tuk-tuk ketika memasuki fase generatif dan

menjelang panen kondisi cuaca yang yang ekstrim hujan turun terus menerus

sehingga bedengan bawang merah tergenang dan menyebabkan bawang merah

menjadi busuk dan gagal panen.

5.3.3. Pelatihan Agribisnis Hortikultura Bawang Merah

Kegiatan pelatihan Agribisnis Hortikultura yang dilaksanakan di Meunasah

Desa Gapuy mendapat sambutan yang baik dari peserta pertemuan yang terdiri

dari petugas dan petani bawang merah yang berada di beberapa desa sentra

penanaman bawang merah di Kabupaten Aceh Besar.

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas antara lain karena tidak

menggunakan bibit unggul, atau bibit yang digunakan bukan berasal dari bibit

produksi yang diperbanyak secara khusus. Pada umumnya para petani

menggunakan umbi bibit bawang merah yang berasal dari umbi konsumsi yang

telah mengalami pecah dormansi, sehingga kemurnian serta daya tahan terhadap

penyakit maupun kemampuan produksinya masih diragukan, khususnya penyakit

yang sebelumnya menyerang pertanaman bawang, sehingga dikhawatirkan akan

terbawa pada generasi berikutnya.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh melakukan pendampingan

program akselerasi alih teknologi hortikultura mengadakan kegiatan Pelatihan

Agribisnis Bawang Merah untuk lebih meningkatkan penggunaan benih bawang

yang bermutu dan bersertifikat di tingkat petani

Pelatihan Agribisnis bawang merah dilaksanakan di desa Gapuy Kecamatan

Lhong Kabupaten Aceh Besar yang dihadiri oleh petani bawang merah, penyuluh

pertanian, Petugas lapangan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman

pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Besar, Pengamat Organisme

Pengganggu Tanaman Aceh Besar dan Team BPTP Aceh.

Page 47: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

47

Gambar 48. Pelatihan Agribisnis Hortikultura Bawang Merah di Kec. Lhong Kabupaten Aceh Besar

Selanjutnya Ir. Nurbaiti M.Si, selaku penyuluh BPTP Aceh menyampaikan

materi tentang Pengembangan Perbenihan Bawang merah di Propinsi Aceh dan

mengharapkan kepada petani dan petugas yang mengikuti pelatihan perbenihan

bawang merah pada masa mendatang dapat melakukan budidaya bawang merah

sesuai dengan GAP/SOP dan menggunakan benih unggul bawang merah sehingga

produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan.

Gambar 49. Penyampaian materi oleh Ir. Nurbaiti. M. Si

Pada kesempatan ini juga disampaikan materi tentang perbenihan bawang

merah oleh Baihaqi SP dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman

Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Kabupaten Aceh Besar. Diharapkan dengan

diadakan pelatihan perbenihan bawang merah ini petani dan petugas memahami

tentang alur penyedian benih bawang merah, melakukan kegiatan perbanyakan

bawang merah, dan yang paling penting mampu menyediakan benih bawang

Page 48: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

48

merah untuk penanaman sendiri atau untuk kebutuhan petani lainnya. Dan juga

diharapkan menjadi daerah mandiri benih sehingga dapat mencukupi kebutuhan

benih untuk penanaman bawang .

Gambar 50. Penyampaian materi oleh Baihaqi, SP dari BPSBTPH Kabupaten Aceh Besar

Agak sedikit berbeda kegiatan penangkaran benih dan kegiatan budidaya

bawang merah, pada kegiatan penangkaran dalam melaksanakan kegiatannya

harus berkoodinasi dengan petugas BPSBTPH untuk setiap tahapan pertumbuhan

tanaman bawang. Kegiatan pertama harus membuat surat permohonan identifikasi

lahan calon lokasi penanaman, surat pemohonan pemeriksaan pendahuluan, Surat

permohonan pemeriksaan fase vegetative, kegiatan rouging, surat permohonan

pemeriksaan fase generative, surat pemeriksaan umbi di gudang dan proses

pelabelan.

Gambar 51. Peserta Pelatihan Agribisnis Hortikultura Bawang Merah

Materi pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

disampaikan oleh Harzaini yang menjelaskan tindadakan-tindakan yang dapat

dilakukan untuk menjaga pertanaman bawang dari serangan OPT dengan

Pengendalian Hama Terpadu (HPT). Tanaman bawang dapat diserang oleh hama

Page 49: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

49

berupa ulat bawang, orong-orong, lalat penggorok daun dan penyakit yang sering

menyerang bawang adalah Fusarium, antaknose, dan trotol

Gambar 52. Penyampaian materi oleh Harzaini, SP. Pengamat OPT Kec. Lhong Kab. Aceh Besar dan Penyampaian materi oleh Rahmat, SP.

Pada Kegiatan pelatihan Agribisnis Hortikultura juga disampaikan materi

penguatan Kelompok Tani oleh Rahmat SP. Kegiatan Pembinaan Kelompok

merupakan usaha-usaha untuk menjaga kekompakkan kelompok

Setelah penyampaian materi di dalam ruangan kegiatan dilanjutkan dengan

kunjungan ke lahan petani untuk melihat langsung kondisi lahan penanaman

bawang yang lokasinya di desa Gapuy Kecamatan Lhong

Gambar 53. Lahan demplot display varietas unggul bawang merah di Desa Gapuy Kec. Lhong Kabupaten Aceh Besar

Pada kegiatan pelatihan juga dilakukan praktek penanaman bawang dari biji.

Bedengangan yang telah disiapkan dan telah diberikan pupuk kandang

disiram sampai jenuh. Buat alur-alur dengan jarak 10-15 cm, masukkan biji

bawang merah, tutup kembali dengan tanah dan bedengan ditutup dengan

plastik untuk menghindai dari matahari langsung selama 5 hari.

Pada demplot display varietas unggul bawang merah akan ditanam

beberapa varietas bawang yang berasal dari Balitsa Lembang yaitu Mentes,

Pikatan, Pancasona, TSS Pancasona, TSS Agrihorti 1, TSS Agrihorti 2 dan TSS

Tuk-tuk

Page 50: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

50

Gambar 54. Peserta Pelatihan Perbenihan Bawang Merah melakukan kunjungan lapangan

5.3.3. Kegiatan Temu Lapang Bawang Merah

Kegiatan Temu Lapang bawang merah di Kabupaten Aceh Besar dihadiri

petani bawang merah yang berasal dari kecamatan Lhong, Koordinator BP3K

kecamatan Lhong, Rachmat SP, Penyuluh Pertanian, Petani bawang di kecamatan

Lhong dan Team BPTP Aceh.

Temu Lapang merupakan pertemuan antara petani dengan peneliti

untuk bertukar pikiran dan pengalaman serta belajar atau saling

mengajarkan sesuatu pengetahuan dan ketrampilan untuk diterapkan.

Bentuk kegiatannya ungkapan pengalaman seseorang yang telah berhasil

menerapkan suatu teknologi baru dibidang usahataninya.

Pada Temu Lapang ini Koordiantor BP3K Kecamatan Lhong memberikan

kata sambutan dimana beliau sangat senang dan antusias sekali , harapan beliau

kepada peserta pada kesempatan yang baik ini dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan

serius mengikutinya kegiatan ini dan berharap kiranya ilmu yang didapat dari

kegiatan Temu Lapang Bawang merah tersebut bermanfaat bagi anggota

kelompok tani dilapangan.

Page 51: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

51

Gambar 55. Koordiantor BP3K dan Peserta Temu Lapang kegiatan PKAH Bawang

merah di Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar

Pada kesempatan ini koordinator BP3K kecamatan Lhong mengemukan

permasalahan tentang ketersediaan benih bawang merah. Petani bawang merah

di Kabupaten Aceh Besar khususnya di Kecamatan Lhong umumnya menggunakan

benih bawang merah yang berasal dari pasar yang merupakan bawang konsumsi

yang dijadikan benih bawang sehingga produksinya tidak dapat diprediksi dan

seringkali petani mengalami kegagalan. Dengan adanya kegiatan demplot display

varietas dengan melakukan uji coba penanaman beberapa variatas unggul bawang

merah yang berasal dari Balai Penelitian Sayuran (BALITSA) Lembang

Kedepannya diharapkan dengan tersedianya benih bawang merah yang unggul

dan bersertifikat.

Selanjutnya Ir. T. Iskandar M.Si selaku penanggung jawab kegiatan

Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura BPTP Aceh mengemukan dengan

adanya kegiatan temu lapang petani dapat melihat langsung beberapa varietas

bawang merah yang ditanam pada demplot yaitu bawang varietas Pancasona,

Mentes dan Pikatan, dan hasil penanaman di lapangan hasilnya cukup memuaskan.

Page 52: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

52

Gambar 56. Penanggung Jawab Kegiatan Ir. T. Iskandar M.Si. sedang

menyampaikan materri kepada Peserta Temu Lapang

Ketua kelompok tani Suka Maju di Desa Gapuy Kecamatan Lhong, Yusran

menyatakan bahwa anggota kelompok taninya semakin bersemangat untuk

melakukan budidaya bawang merah terutama dalam kegiatan penangkaran benih

bawang untuk mencukupi kebutuhan benih bawang merah di kabupaten Aceh

Besar yang sangat terbatas ketersediaannya. Biasanya petani di desa gapuy hanya

menanam bawang varietas bima brebes, tetapi dengan adanya demplot display

beberapa varietas bawang merah semakin meyakinkan petani bahwa adanya

beberapa varietas unggul bawang yang sesuai dan cocok ditanam di lahan mereka.

Disamping itu Yusran mengharapkan kepada anggota kelompok tani untuk tetap

berkomitmen untuk menjadi penangkar dan menyimpan hasil panennya untuk

dapat ditanam pada musim mendatang.

Gambar 57. Ketua Kelompok Tani dan Peserta Temu Lapang kegiatan PKAH

Bawang merah di Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar

Pada kesempatan pertemuan temu lapang ini turut dihadiri oleh Hasan SP

perwakilan dari Perusahaan panah merah. Pada kegiatan demplot, sumber benih

bawang merah selain berasal dari umbi diperkenalkan benih bawang merah

berasal dari biji yang lebih dikenal dengan True Shallot Seed (TSS) yang

merupakan benih bawang harapan di masa mendatang untuk menjawab

ketersediaan bawang merah yang sangat terbatas pada musim tanam. Benih

bawang yang berasal dari biji dalam melakukan budidayanya dilakukan persemaian

terlebih dahulu selama 45 hari, kemudian baru dilakukan pindah tanam. Metode

lain yang dapat dilakukan adalah dengan menabur langsung dilapangan dan panen

Page 53: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

53

berupa umbi mini yang baru diserahkan ke petani bawang untuk dikembangkan

lebih lanjut.

Gambar 58. Beberapa Varietas bawang merah yang berasal dari biji

Pada kesempatan temu lapang juga dilakukan penanaman bawang dari biji

yang telah terlebih dahulu disemai yang terdiri dari varietas TSS Pancasona, TSS

Horti 1, TSS Horti 2 dan Tuk-tuk.

Pada akhir pertemuan temu lapang dilakukan kunjungan ke lahan dan

melakukan panen perdana bawang merah yang diikuti oleh seluruh peserta.

Page 54: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

54

Gambar 59. Kegiatan Temu Lapang Bawang Merah di Desa Gapuy Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar

Page 55: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

55

V. KESIMPULAN

a. Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH)

dilakukan berdasarkan adanya program dan kebutuhan daerah terutama

dalam mendukung program pemerintah pusat tentang penerapan GAP

sayuran bawang merah di Desa Gapuy, Kecamatan Lhong, Kabupaten

Kabupaten Aceh Besar. Pendampingan PKAH cabe merah di Desa Paut,

Kecamatan Muara Tiga dan Desa Jurong Anoe, Kecamatan padang Tiji,

Kabupaten Pidie. Sedangkan pendampingan PKAH Jeruk Keprok gayo di Desa

Tubes Lues, Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah

b. Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura Jeruk Keprok

dilaksanakan di Desa Tubes Lues, Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah.

Pendampingan dengan memperkenalkan teknologi pemupukan tanaman

jeruk muda, jeruk productive dan tanaman jeruk tua (tidak produkstif).

c. Untuk teknik bercocok tanam jeruk keprog gayo direkomendasikan untuk

melakukan penanaman secara monokultur, nanum bila petani sulit

meninggalkan cara bercocok tanam secara polykultur, tumpang sari dengan

kopi masih memungkinkan. Karena secara polykultur merupakan kebiasaan

masyarakat gayo bertanam jeruk dengan kopi.

d. Untuk pengendalian penyakit CVPD jeruk perlu screen house untuk

perbanyakan bibit jeruk bebas CVPD. Sedangakan pemupukan spesifik lokasi

berdasarkan rekomendasi pemupukan tanaman muda, tanaman productive

dan tanaman tua.

e. Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura cabe merah

dilaksanakan di Kabupaten Pidie dengan pembuatan demplot budidaya cabe

merah di Desa Paut, Kecamatan Muara Tiga dan di Desa Jurong Anoe,

Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie. Pelatihan Agribisnis Hortikultura

Bawang Merah dilaksanakan di BPP Padang Tiji, Kabupaten Pidie dengan

peserta petani dari dua lokasi demplot cabai merah.

f. Hasil pelaksanaan demplot capai merah di Desa Paut, Kecamatan Padang Tiji,

diperoleh hasil tertinggi untuk Varietas Kitaro 15,030 ton per hektar,

sedangkan demplot cabai merah di Desa Jurong Anoe, Kecamatan Padang Tiji,

Kabupaten Pidie, hasil tertinggi Varietas Lado 9,212 ton/hektar.

Page 56: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

56

g. Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura bawang merah

dilaksanakan di Kabupaten Aceh Besar dengan pembuatan demplot budidaya

bawang merah di Desa Gapuy, Kecamatan Lhong. Pelatihan Agribisnis

Hortikultura bawang juga dilakukan di Desa Gapuy, Lhong, Aceh Besar.

h. Hasil Demplot Bawang Merah di Desa Gapuy, Kecamatan Lhong, Aceh Besar

Varietas Pancasona mencapai hasil tertinggi 14,73 ton/hektar.

Page 57: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang · 2017. 12. 6. · 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan

57

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2012. Pedoman Umum Dukungan Inovasi Teknologi

dalam Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura. 35 hal. Badan Litbang Pertanian. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Dukungan Inovasi Teknologi

dalam Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura. 47 hal. BPS. 2013. Aceh Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta BPS. 2013. Aceh Tengah Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta BPS. 2013. Aceh Besar Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta Kementerian Pertanian. 2012. Permentan No. 50/Permentan/OT.140/ 8/2012 tentang Pedoman pengembangan Kawasan Pertanian Kasimin Suyanti. 2013. Keterkaitan Poduk dan Pelaku Dalam Pengembangan

Agribisnis Hortikultura Unggulan di Propinsi Aceh. Jurnal Manajemen dan Agribisnis Vol. 10 No.2.

Putrasamedja, S. 2013. Varietas Unggul Bawang Merah. Balai Penelitian Sayuran

Lembang. Bandung. Rahmat, M. dkk. 2010. Standar Prosedur Operasional (SPO) Bawang Merah

Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka . Ditjen Produksi Hortikultura . Jakarta.

Saptana, dkk. 2005. Pemantapan Model Pengembangan Kawasan Agribisnis

Sayuran Sumatera (KASS), Pusat penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Petanian. Departemen Pertanian. Jakarta

Swadaya. 2014. Kebijakan Litbang Siap Cukupi Kebutuhan Bawang dan Cabai

Volume 4 Edisi 31 hal 44-45. Yul H. Bahar dkk. 2010. Standar Prosedur Operasional (SPO) Cabe Merah

Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. Ditjen Produksi Hortikultura Jakarta.