bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang berpotensi untuk menjadi tujuan pariwisata
di dunia. Keanekaragaman flora serta fauna yang tersebar dari sabang sampai
merauke, keanekaragaman budaya dan seni, peninggalan purbakala, keindahan
alam, pantai, dan lautlah yang menjadi ciri khas pariwisata Indonesia dan menjadi
daya tarik bagi para wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Selain itu
pariwisata Indonesia juga semakin lengkap dengan tersedianya sejumlah taman
rekreasi, baik di luar ruangan (theme park) maupun di dalam ruangan (indoor
theme park).
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi,
transportasi, makanan, rekreasi, serta jasa-jasa lainnya. Perdagangan jasa
pariwisata melibatkan beberapa aspek, misalnya aspek ekonomi, budaya, sosial,
agama, lingkungan, keamanan dan aspek lainnya. Dari berbagai aspek tersebut,
aspek ekonomilah yang mendapat perhatian paling besar dalam pembangunan
pariwisata sehingga pariwisata dikatakan sebagai suatu industri.1
Kebutuhan akan rekreasi muncul sehubungan dengan kehidupan sehari-
hari setiap manusia dan tidak terlepas dari kegiatan rutin yang, dijalaninya baik di
rumah atau di tempat lain. Kegiatan pada satu titik tertentu di waktu tertentu akan
menimbulkan kejenuhan sehingga manusia akan berusaha untuk berhenti dari
kegiatan-kegiatan rutinnya itu untuk mencari selingan untuk menghibur diri,
1I Putu Gelgel, 2009, Industri Pariwisata Indonesia Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa
(GATS-WTO) ImplikasiHukum dan Antisipasinya, Refika Aditama, Bandung, h. 22.
memperoleh kesenangan, dan kembali menyegarkan diri. Untuk meringankan
beban pikiran dan menumbuhkan semangat dalam menghadapi kegiatan
berikutnya maka rekreasi merupakan obat yang sangat ampuh.
Dalam dunia pariwisata, perlindungan terhadap wisatawan, baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, masih sangat rendah
hingga terkadang hukum yang berlaku kurang memiliki kekuatan untuk
melindungi wisatawan. Hingga saat ini, wisatawan yang datang hanya menjadi
obyek oleh pelaku bisnis pariwisata yang tidak bertanggung jawab.Padahal,
kepastian hukum dalam rangka menjamin adanya perlindungan bagi wisatawan
sangatlah penting.
Salah satu kawasan strategis wisata yang diangkat dalam penelitian ini
yaitu berada di wilayah Penelokan, Kintamani, Bangli. Pemilihan Obyek Wisata
Penelokan dalam skripsi ini mengingat Penelokan adalah salah satu wisata
unggulan di Kintamani. Penelokan terletak di sebelah selatan Desa Batur Tengah,
Kecamatan Kintamani kira-kira 23 km dari Kota Bangli atau 63 km dari Denpasar
ibu kota Propinsi Bali. Suhu udara di Penelokan relatif sejuk atau lebih dingin di
bandingkan kawasan lainnya di Kintamani. Sepanjang areal Batur memiliki
pemandangan menarik. Seusai dengan namanya Penelokan dalam bahasa Bali
yang berarti tempat untuk melihat-lihat merupakan lokasi yang paling strategis
untuk menikmati pemandangan alam di kawasan wisata ini. Adapun karakteristik
yang terdapat dalam obyek wisata Penelokan Kintamani Bangli disini yang
membedakannya dengan obyek wisata lainnya di daerah Bali yang serupa dimana
dari tempat atau obyek wisata tersebut dapat menyaksikan pemandangan
menakjubkan. Kombinasi antara Gunung Batur beserta hamparan bebatuan hitam
dengan Danau Batur yang berbentuk bulan sabit berwarna biru di sebuah kaldera
yang oleh wisatawan-wisatawan dikatakan sebagai kaldera terindah di dunia. Juga
telah diakui oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani
masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) secara resmi
sejak 2 November 2012 mengakui Gunung Batur itu sebagai Geopark dunia
karena memiliki keunikan dan kekhasan sebagai warisan dunia bidang geowisata
dunia.2
Sehingga Gunung Batur merupakan salah satu kawasan geologi unik dan
memiliki kekhasan yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh lembaga
dunia itu. Dengan pengakuan itu, Gunung Batur menjadi taman bumi berkelas
dunia dan memiliki geologi bertaraf internasional. Penetapan Gunung Batur
tersebut melalui penilaian dan riset yang dilakukan oleh UNESCO. Salah satu
syaratnya adalah harus memiliki fenomena kelas dunia, punya keunggulan dengan
tempat lain dan yang jelas ada integrasi dari unsur hayatinya.
Kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli juga dilengkapi dengan
Museum Vulkanologi. Museum ini memiliki fasilitas seperti ruang pertemuan
untuk ilmuwan, ruang koleksi yang menunjukkan peristiwa meletusnya Gunung
Batur.Museum tersebut terletak di obyek wisata Kintamani, resmi dibuka oleh
Menteri Sumber Daya Energi dan Pertambangan, Purnomo Yusgiantoro pada
2Rusadi Nata, 2015, Kintamani Tetap Jadi Obyek Wisata Andalan,http://www.kabar
dewata.com/berita/travel/kintamani-tetap-jadi-obyek-wisata-andalan.html#.VbxrLvB3DIU,diakses
pada tanggal 21 juli 2015.
10 Mei 2007.3 Pengunjung yang ke sana akan mendapatkan gambaran tentang
kondisi gunung berapi di daerah ini. Museum tersebut juga menghadirkan
diorama yang menggambarkan rekonstruksi aliran lava dan kepanikan masyarakat
di tahun 1926 yang menghancurkan Desa Batur.Bahkan Gunung Batur dan
Gunung Agung masih aktif hingga kini. Obyek wisata Kintamani yang memiliki
pemandangan alam tidak ada duanya di dunia dari karakteristik yang terdapat di
kawasan Penelokan Kintamani itulah yang menjadi nilai lebih dibandingkan
dengan obyek wisata lainnya.4
Dari keindahan dan daya tarik yang dimiliki tersebut, Obyek Wisata
Penelokan Kintamani Bangli Bali sangat memiliki potensi untuk menarik minat
wisatawan untuk berkunjung. Banyaknya wisatawan yang berkunjung juga
memerlukan kenyamanan agar wisatawan ini tidak menyesal berkunjung ke
kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli. Pihak pengusaha pariwisata
menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 26 ayat (d) Undang-Undang
Kepariwisataan berkewajiban memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan
keamanan dan keselamatan wisatawan.
Pengaturan hukum di bidang pariwisata di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (selanjutnya disebut
Undang-Undang Kepariwisataan). Adapun yang melatarbelakangi lahirnya
undang-undang ini yaitu keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan
32014, Museum Gunungapi Batur sebagai pendukung Geopark Batur,http://www.batur
globalgeopark.com/index.php/baca-berita/1020/Museum-Gunungapi-Batur-sebagai-pendukung-
Geopark-Batur, diakses pada tanggal 20 mei 2015. 4Bali Lindungi Geopark Dunia di Kintamani,http://metrobali.com/2015/04/16/bali-
lindungi-geopark-dunia-di-kintamani/, diakses pada tanggal 22 mei 2015.
budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal
pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kebebasan melakukan perjalanan
dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud berwisata merupakan bagian dari
hak asasi manusia. Kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan
bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai
agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan
hidup, serta kepentingan nasional. Pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk
mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta
mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Kepariwisataan menyatakan bahwa: "wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara." Kemudian
dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan
bahwa: "wisatawan adalah orang yang melakukan wisata."
Proses pengembangan pariwisata tidak terlepas dari kemampuan daerah
dalam mengelola potensi yang ada, yang didukung oleh pengetahuan dan
keterampilan sumber daya manusia yang ada, serta peran serta masyarakat dalam
iklim keterbukaan dan demokratisasi. Penerapan otonomi daerah mengakibatkan
pengembang industri pariwisata yang meliputi pembiayaan, perizinan,
perencanaan dan evaluasi menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk
menyelenggarakannya. Daerah dituntut lebih mandiri dalam mengembangkan
obyek dan potensi wisatanya. Perlindungan terhadap pengguna jasa domestik
sangat diperlukan, sehingga industri kepariwisataan terlindungi. Otonomi daerah
harus mengacu daerah menggali potensi yang ada di daerah, serta menjamin
terwujudnya pembangunan daerah yang berkelanjutan.5
Kawasan strategis wisata sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1
angka 10 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan bahwa : "kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan." Bali adalah pusat
pariwisata Indonesia bagian tengah yang memiliki berbagai potensi yang
menunjang pertumbuhan kepariwisataan, mencakup potensi alam, manusia, dan
kebudayaan. Sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata yang mempunyai begitu
banyak obyek wisata, pulau Bali yang dikenal sebagai pulau dewata
mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan dan
penyediaan lapangan kerja di setiap daerah.Perkembangan pariwisata di Bali
sangat didukung oleh pendayagunaan sumber daya alam, pengembangan unsur
kebudayaan di daerah tujuan wisata dan penyediaan sarana dan prasarana yang
menunjang pariwisata itu sendiri.
5Sartisi dan Muhammad Taufiq, Penerapan Perlindungan Hukum Terhadap Wisatawan
Yang Mengalami Kerugian Di Obyek IVisata (Studi Di Kabupaten Purbalingga), Jurnal Dinamika
Hukum Vol. 12 No. 1 Januari 2012, h. 28.
Penelitian skripsi ini dilakukan pada Obyek Wisata Penelokan Kintamani
Bangli dikarenakan tingkat kunjungan wisatawan baik domestik maupun
wisatawan asing ke kawasan ini semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan
data jumlah kunjungan wisatawan obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten
Bangli Tahun 2010-2014 dapat diketahui bahwa sejak tahun 2010 jumlah
kunjungan ke daya tarik wisata Kabupaten Bangli sejumlah 370.560 wisatawan
dan hingga 2014 mengalami peningkatan sejumlah 551.168 wisatawan. Tentunya
para wisatawan ini ingin menikmati keindahan wisata alam tersebut dengan
tenang dan nyaman, namun tidak jarang keinginan mereka untuk bersantai
menjadi terganggu karena ulah para pedagang-pedagang yang sering memaksakan
agar barang dagangan mereka dibeli oleh wisatawan-wisatawan tersebut. Para
pedagang serabutan juga membuat pemandangan semrawut di lokasi wisata
tersebut, wisatawan yang berkunjung tentunya juga perlu mendapatkan penjagaan
terhadap barang-barang berharga yang mereka bawa pada saat berlibur ke
kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka menarik
untuk dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini dengan mengangkat judul
Perlindungan Hukum Terhadap Hak Wisatawan Berkaitan Dengan Kenyamanan
Wisatawan Di Kawasan Wisata Penelokan Kintamani Bangli.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak wisatawan di kawasan
wisata Penelokan Kintamani Bangli?
2. apa saja yang sudah dilakukan oleh Diparda Bangli dalam hal memberi
perlindungan terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan
Kintamani Bangli?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari agar pembahasan dalam skripsi ini tidak keluar atau
melenceng dari pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan
terhadap permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:
Pada permasalahan pertama dibahas mengenai perlindungan hukum
terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli dan pada
permasalahan kedua membahas mengenai – Upaya yang sudah dilakukan oleh
Diparda Bangli dalam hal memberi perlindungan terhadap hak wisatawan di
kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Perlindungan
Hukum Terhadap Hak Kenyamanan Wisatawan Berkaitan Dengan Kenyamanan
Wisatawan Di Kawasan Wisata Penelokan Kintamani Bangli adalah sepenuhnya
hasil pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan menggunakan
3 (tiga) skripsi sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan
dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
No NAMA & NIM JUDUL RUMUSAN MASALAH
1. Maria Monica
B. Napitulu
0806461612
Perlindungan
Hakum Bagi
Konsumen Jasa
Rekreasi (Studi
Kasus : Robohnya
Wahana X Di
Tempat Rekreasi
Y)
1. Bagaimanakah bentuk
perlindungan konsumen bagi
pengunjung tempat rekreasi?
2. Pelanggaran hak konsumen apa
sajakah yang dilakukan oleh
PT. Z (studi kasus : robohnya
wahaa X di tempat rekreasi Y)? 3.
Apakah PT. Z sebagai pelaku
usaha telah melaksanakan
tanggung jawabnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku?
2. Roma Rita
Oktaviyanti
0806319702
Analisis Yuridis
Perlindungan
Konsumen
Terhadap
Penawaran
Voucer Wisata
Ditinjau Dari
Undang-Undang
No. 8Tahun
1999tentang
Perlindungan
Konsumen (Studi
Kasus :
Penawaran
Voucer Wisata
Oleh PT. Angkasa
Pura Pariwisata
Indonesia
1. Bagaimanakah tinjauan yuridis
mengenai penawaran voucer
wisata yang ditawarkan oleh
PT. Angkasa Pura Pariwisata
Indonesia (APPI) dari Undang-
Undang Perlindungan
Konsumen?
2. Apa permasalahan hukum yang
terjadi terkait Penawaran voucer
wisata kepada konsumen ditinjau
dari Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dengan adanya
penyimpangan penawaran voucer
wisata?
3. Apakah penyelesaian sengketa
dalam penawaran voucer wisata
oleh PT. APPI telah sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen?
3 Muhammad
Taufiq
B 111 07 307
Perjanjian
Pengelolaan
Obyek Wisata
Rakyat Pantai
Labombo Antara
Pemerintah Kota
dan Masyarakat
Surutanga Di Kota
Palopo
1. Bagaimanakah pelaksanaan
perjajian pengelolaan obyek
wisata pantai Labombo antara
pemerintah kota dan masyarakat
Susutanga di kota Palopo?
2. Bagaimanakah perlindungan
hukum pemerintah terhadap
warga masyarakat Surutanga di
kota Palopo atas perjanjian
pengelolaan obyek wisata pantai
Labombo oleh pihak ketiga
CV. Vista?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka
pengembangan ilmu hukum sehubungan dengan paradigma science as a process
(ilmu sebagai suatu proses). Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam
penggaliannya atas kebenaran dalam bidang hukum, khususnya yang berkaitan
dengan perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada wisatawan yang
berkunjung ke kawasan wisata Penelokan, Kintamani Bangli.
1.5.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian skripsi ini yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa lebih lanjut kenyataan dilapangan
perlindungan hukum terhadap hak wisatawan di kawasan
wisata Penelokan Kintamani Bangli.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa apa saja yang sudah dilakukan
oleh Diparda Bangli dalam memberi perlindungan terhadap hak
wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Pariwisata
terutama yang berkaitan dengan perlindungan hukum atas hak kenyamanan
wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan Kintamani,
Bangli.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi pihak pemerintah
Bagi pihak pemerintah terutama pemerintah Daerah Kabupaten Bangli
penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan dalam memberikan
perlindungan hukum terutama hak kenyamanan wisatawan baik domestik
maupun internasional yang berkunjung ke Penelokan Kintamani Bangli.
2. Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi masyarakat
secara umum yang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan Kintamani
Bangli mengenai hak-hak yang didapat saat berkunjung ke wilayah
tersebut.
1.7 Landasan Teori
Untuk mengkaji permasalah hukum secara mendetail diperlukan beberapa
teori yang merupakan rangkaian asumsi, konsep, definisi, untuk mengembangkan,
menekankan serta menerangkan suatu gejala sosial secara sistematis. Suatu teori
adalah hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-
cara tertentu fakta tersebut merupakan suatu yang dapat diamati dan pada
umumnya dapat diuji secara empiris, oleh sebab itu dalam bentuknya yang paling
sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variable atau lebih yang
telah diuji kebenarannya.6
Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas atau
menganalisis tidak sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau
permasalahan secara kritis ilmu hukum maupun hukum positif dengan
menggunakan interdisipliner. Jadi, tidak hanya menggunakan metode sinskripsi
saja. Dikatakan secara kritis karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan
teori hukum tidak cukup dijawab secara "otomatis" oleh hukum positif karena
memerlukan argumentasi atau penalaran.7 Untuk membahas permalasahan yang
diangkat dalam skripsi ini maka digunakan beberapa teori hukum, diantaranya
yaitu:
1. Teori Perlindungan Hukum
Teori perlindungan hukum pada awal mulanya bersumber dari teori hukum
alam atau aliran hukum alam yang dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato)
dan Zeno. Menurut pendapat Fitzgerald, menyatakan bahwa: "Teori perlindungan
hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan
dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan
terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi
6Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantm, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I) h. 30.
7Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (edisi revisi), Cahaya Atma Pusaka,
Yogjakarta, (selanjutnya disebut Sudikno0 Mertokusumo I), h. 87.
berbagai kepentingan di lain pihak."8 untuk mendapatkan perlindungan hukum
tentunya yang diinginkan oleh manusia adalah ketertiban dan keteraturan antara
nilai dasar dari hukum yakni adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta
keadilan hukum. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan
manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan
kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.
Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum
lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh
masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut
untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara
perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan
masyarakat.
Fungsi primer hukum, yakni melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan
yang dapat merugikan hidupnya dari orang lain, masyarakat maupun penguasa. Di
samping itu berfungsi pula untuk memberikan keadilan serta menjadi sarana untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Perlindungan, keadilan, dan
kesejahteraan tersebut ditujukan pada subyek hukum yaitu pendukung hak dan
kewajiban.
Satijipto Rahardjo menyatakan bahwa "perlindungan hukum adalah
memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan
orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat
8Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Baki, Badung, h. 53.
menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum."9 C.S.T Kansil
memberikan pendapatnya mengenai perlindungan hukum yang menyatakan
bahwa :
Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini
hanya perlindungan oleh hukum saja.Perlindungan yang diberikan oleh
hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang
dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan
sesama manusia serta lingkungannya.Sebagai subyek hukum manusia
memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.10
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teori perlindungan hukum
berkaitan dengan pemberian perlindungan atas hak kenyamanan wisatawan yang
berkunjung ke kawasan wisata Penelokan, Kintamani, Bangli. Wisatawan yang
berkunjung kesana tentunya harus mendapatkan perlindungan selama berwisata di
tempat tersebut. Perlindungan hukum yang jelas diharapkan dapat meminimalisir
tindak kejahatan yang bisa saja menimpa wisatawan tersebut terutama wisatawan
asing yang berkunjung ke kawasan wisata tersebut.
2. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini teori hak adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi,
karena hak berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan hak dan kewajiban
bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Kewajiban satu orang biasanya serentak
berarti juga hak dari orang lain. Hak didasarkan atas martabat manusia dan
9Ibid, h. 54.
10C.S.T. Kansil, 2000, Pengantar Ilmu Hukum an Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Hakarta, h. 23.
martabat semua manusia itu sama. Oleh karena itu teori hak sangat cocok dengan
suasana pemikiran demokratis.11
Menurut Bertens, pertama-tama harus dibedakan antara hak legal dan hak
moral. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk.
Hak-hak legal berasal dari undang-undang, peraturan hukum atau dokumen legal
lainnya. Apabila hak legal berfungsi dalam sistem hukum, maka hak moral atau
berfungsi dalam sistem moral. Hak moral didasarkan atas prinsip atau peraturan
etis saja.12
Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu
terhadap yang lain atau terhadap masyarakat. Orang yang mempunyai hak biasa
menuntut (dan bukan saja mengharapkan atau menganjurkan) bahwa orang lain
akan memenuhi dan menghormati hak itu. Tetapi bila dikatakan demikian, segera
harus ditambah sesuatu yang amat penting: hak adalah klaim yang sah atau klaim
yang dapat dibenarkan. Sebab, mengatakan klaim begitu saja jelas tidak cukup.
Ternyata sering dikemukakan klaim yang tidak bisa dibenarkan.13
Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka teori hak berkaitan dengan
rumusan masalah kedua dalam skripsi ini. Pemerintah daerah diharapkan
memberikan perhatian yang serius atas kondisi pariwisata di kawasan wisata
Penelokan Kintamani Bangli. Kerja nyata diharapkan dilakukan pemerintah
daerah guna menjamin hak-hak dari wisatawan agar terjamin.
11
K. Bertens, 2000, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Yogjakarta, (selanjutnya disebut K.
Bertens I), h. 72-73. 12
K. Bertens, 1993, Etika, Gramedia Pustaka, Jakarta, (selanjutnya disebut K. Bertens II),
h. 178-179. 13
Ibid.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Penelitian hukum terdiri dari dua jenis, yaitu penelitian hukum normatif
dan penelitian hukum empiris atau sosiologis.14
Jenis penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukum empiris, yaitu dengan melihat
permasalahan dari kenyataan yang ada dalam masyarakat dan dikaitkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Penelitian hukum empiris
adalah penelitian hukum yang obyek kejadiannya meliputi ketentuan dan
mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi,
Undang-Undang atau kontrak). Secara in action/in abstracto pada setiap
peristiwa hukum yang telah terjadi dalam masayrakat (in concreto).15
1.8.2 Jenis Pendekatan
Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk
mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti
untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan
yaitu :
a. Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian
hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum
yang dilakukan dalam praktik hukum.
14
Mukti Fajar Nd. dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 153. 15
Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 134.
b. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini
dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-
undangan sebagai dasar awal melakukan analisis.
c. Pendekatan fakta (the fact approach)
d. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual
Approach)
e. Pendekatan Frasa (Words and Phrase Approach)
f. Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini
dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari
materi yang diteliti.
g. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan ini
dilakukan dengan membandingkan peraturan perundangan Indonesia
dengan satu atau beberapa peraturan perundangan negara-negara lain.16
Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan hasil yang ilmiah,
serta dapat dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian ini akan
dibahas menggunakan jenis pendekatan Perundang-undangan (The Statute
Approach), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan fakta (The Fact
Approach).
1.8.3 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif
analitis.Penelitian yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan
16Fajar Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190.
data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,17
maka dapat diambil data obyektif karena ingin menggambarkan kenyataan yang
terjadi pada kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan
Kintamani Bangli.
1.8.4 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian hukum ini data yang digunakan adalah data primer
(lapangan) dan data sekunder (kepustakaan) yaitu sebagai berikut:
1. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan, melalui wawancara
dengan pihak-pihak yang terkait yaitu pada Dinas Pariwisata Kabupaten
Bangli dan beberapa wistawan yang berkunjung ke kawasan wisata
Penelokan, Bangli. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
wawancara dengan informan dan responden yang ada pada lokasi
penelitian tersebut. Informan, adalah orang atau individu yang
memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang
diketahuinya, informan dalam penelitian skripsi ini yaitu pegawai dan
Kepala Dinas pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli. Responden,
adalah seseorang atau individu yang mengetahui dan mengalami langsung
suatu kejadian, dalam kaitannya dengan penelitian skripsi ini yaitu para
wisatawan yang datang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan
Kintamani Bangli.18
17
Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya
disebut Soerjono Soekanto II) h. 10. 18
Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya
disebut Soerjono Soekanto II), h. 174.
2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan cara studi dokumen terhadap
bahan-bahan hukum yang terdiri dari:
i. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari:
(a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
(b) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen;
(c) Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
ii. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku,
makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen
yang berkenaan dengan masalah yang dibahas.
iii. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan
ensiklopedia.19
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode wawancara dengan mewawancarai para Responden
maupun informan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Jenis
wawancara yang dipergunakan adalah wawancara terstruktur, yang telah disusun
terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dan semua yang
diwawancarai ditanyakan dengan pertanyaan yang sama. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
19
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h. 119.
pewawancara adalah pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
adalah pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.20
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara
Non Random Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah
menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan
judul dalam penulisan skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel yang
digunakan yaitu pegawai pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli sebagai
Informannya dan para wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan
Kintamani Bangli sebagai respondennya.
Penentuan informan dilakukan dengan teknik menggunakan metode
snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi dari
sampel sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh peneliti
yaitu dengan mencari informan kunci, kemudian informan berikutnya yang akan
dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi yang diberikan oleh informan kunci
yang diawali dengan menunjuk sejumlah informan yaitu informan yang
mengetahui, memahami, dan berpengalaman sesuai dengan obyek penelitian ini
yakni Kepala Dinas dan Pegawai di Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli.
1.8.7 Teknik Analisis Data
Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data
di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisa.21
Setelah data dikumpulkan
20
Lexy J. Moleong, 2013, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. XXXI, Bandung, hl. 186. 21
Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta,
h. 72.
kemudian data diolah secara kualitatif dengan melakukan studi perbandingan
antara data lapangan dengan data kepustakaan sehingga akan diperoleh data yang
bersifat saling menunjang antara teori dan praktek. Dalam menganalisa data,
setelah data terkumpul maka langkah penting selanjutnya adalah analisis data.22
Analisis data yang dipergunakan dalam peneltian ini adalah analisis deskriptif,
yaitu data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian lapangan maupun
kepustakaan di olah dengan pendekatan kualitatif dan disajikan secara deskriptif
sesuai dengan hasil penelitian lapangan dan kepustakaan untuk memperoleh
kesimpulan yang tepat dan logis sesuai dengan permasalahan yang dikaji.23
22
Ibid, h. 19. 23
Zainuddin Ali, 2013, Meode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 107.