i. pendahuluan 1.1. latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Sub Sektor Perkebunan di Sulawesi Selatan
telah memperlihatkan peranan yang cukup berarti, hal ini ditandai
dengan meningkatnya kontribusi terhadap Perekonomian
Sulawesi Selatan, terutama peranannya terhadap ekspor.
Keberhasilan dan kemajuan Pembangunan yang dapat dicapai
tersebut merupakan implementasi dari Pola Pembangunan
Perkebunan yang selama ini dilaksanakan dengan kegiatan Pokok
Intensifikasi, Diversifikasi, Rehabilitasi dan Ekstensifikasi yang
didukung dengan adanya kebijakan Pemerintah Daerah Sulawesi
Selatan.
Secara nasional sub Sektor Perkebunan memberikan
kontribusi peningkatan Devisa Negara dan PDRB terbesar di luar
Minyak dan Gas Bumi serta penyerap tenaga kerja yang cukup
besar. Sehubungan dengan Strategi dan Kebijakan Pembangunan
Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, maka Sasaran
Pembangunan Perkebunan adalah peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman perkebunan serta terbentuknya kawasan
Agribisnis Perkebunan yang utuh disebut dengan Pusat
Pengembangan Perkebunan di setiap lokasi Pengembangan dan
Sentra-Sentra Produksi dengan azas kebersamaan ekonomi
masyarakat/kerakyatan. Dengan demikian Petani Perkebunan
sebagai anggota masyarakat melalui kelembagaan petani
/assosiasi / koperasi, mempunyai peluang untuk memanfaatkan
potensi ekonomi baik dalam kegiatan “On Farm” maupun pada
2
kegiatan “Off Farm” seperti Pengolahan Hasil, Pemasaran dan lain-
lain.
1.2. Gambaran Umum Data Organisasi
Pemerintah Daerah bersama DPRD Provinsi Sulawesi Selatan
menetapkan peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan nomor
10 tahun 2009, tanggal 19 januari 2009, tentang pembentukan
organisasi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi
Selatan sbb :
Tugas dan Fungsi
Dinas Perkebunan mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang perkebunan berdasarkan asas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Dinas Perkebunan
mempunyai fungsi :
� Perumusan kebijakan teknis dibidang perkebunan meliputi
pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana
prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan, dan
pasca panen dan sistem informasi perkebunan
� Penyelenggaraan pelayanan dalam bidang perkebunan
yang meliputi pengembangan dan pembinaan usaha
perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan
perkebunan dan pasca panen dan sistem informasi
perkebunan
� Pembinaan dan penyelenggaraan tugas dibidang
perkebunan yang meliputi pengembangan dan pembinaan
usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan,
3
perlindungan perkebunan, pasca panen dan sistem
informasi perkebunan
� Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
1.3. Susunan Organisasi
Susunan Organisasi Dinas Perkebunan terdiri dari :
� Kepala Dinas
� Sekretariat
� Bidang
� Sub Bagian
� Seksi
� UPTD
� Jabatan Fungsional
� Sekretariat terdiri atas :
a. Sub Bagian Program
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Sub Bagian Keuangan
� Bidang Pengembangan dan Pembinaan Usaha Perkebunan
terdiri atas :
a. Seksi Pembinaan Tanaman Tahunan
b. Seksi Pembinaan Tanaman Semusim
c. Seksi Kerjasama dan Kelembagaan Usaha
� Bidang Prasarana dan Sarana Perkebunan terdiri atas :
a. Seksi Perbenihan
b. Seksi Alat dan Mesin
c. Seksi Pupuk dan Pestisida
4
� Bidang Perlindungan terdiri atas :
a. Seksi Pengamatan dan Peramalan Organisme
Pengganggu Tanaman.
b. Seksi Pengendalian OPT dan Gangguan Usaha.
c. Seksi Konservasi Lahan dan Pemanfaatan Air.
� Bidang Pasca Panen dan Sistem Informasi terdiri atas :
a. Seksi Pengolahan Hasil
b. Seksi Pemasaran Hasil
c. Seksi Statistik dan Sistem Informasi
� Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelolaan Kebun
terdiri atas :
a. Kasubag Tata Usaha
b. Seksi Teknis, Bahan Tanaman dan Produksi
c. Seksi Pengolahan, Pemasaran dan Pengembangan
Usaha
� Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Proteksi
Tanaman dan Pengawasan, Pengujian Mutu Benih
Perkebunan (BPTP2MB) terdiri atas :
a. Kasubag Tata Usaha
� Jabatan Fungsional.
a. Penyuluh Pertanian / Perkebunan
b. Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
c. Pengawas Benih Tanaman
d. Arsiparis
e. Pustakawan
5
1.4. Aspek Keuangan
Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan yang
telah ditetapkan melalui program-program strategis yang telah
disusun maka setiap Tahun Anggaran dialokasikan dana
pembangunan untuk membiayai kegiatan Pembangunan
Perkebunan dan kegiatan operasional yang dialokasikan melalui
dana APBD.
� Alokasi Anggaran Pembangunan Perkebunan Tahun Anggaran
2014 sebesar Rp. 61.639.766.776 yang terdiri dari :
� Belanja Tidak Langsung Rp. 17.865.148.276
� Belanja Langsung Rp. 43.774.618.500
1.5. Lingkungan Strategis
Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi
Sulawesi Selatan adalah faktor SDM Aparatur. Adapun jumlah
aparatur/PNSD yang dipekerjakan pada Dinas Perkebunan Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2014 adalah sebanyak 227 orang dengan
uraian sebagai berikut :
6
Sebaran PNSD lingkup Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
menurut golongan dan jenis kelamin :
No
Gol./ Ruang
A B C D JUMLAH
TOTAL
P W P W P W P W P W
1.
2.
3.
4.
I
II
III
IV
2
12
8
9
-
2
8
5
1
24
18
8
-
10
35
3
3
10
12
1
-
9
11
1
1
1
12
-
-
3
18
-
7
47
50
18
-
24
72
9
7
71
122
27
Jumlah 31 15 51 48 26 21 14 21 122 105 227
Sebaran PNSD lingkup Dinas Perk. Provinsi Sulawesi Selatan menurut Pendidikan :
No
Tingkat
Pendidikan
Klasifikasi
Pendidikan
Jenis Kelamin
Ket.
K NK Jumlah P W Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
S3
S2
S1
S M
SLTA
SLTP
SD
1
9
63
2
31
-
-
-
11
58
4
39
6
3
1
20
121
6
70
6
1
11
56
5
44
6
3
-
9
65
1
26
-
-
1
20
121
6
70
6
3
K = Kejuruan
NK= Non
Kejuruan
P = Pria
W = Wanita
Jumlah 106 121 227 126 101 227
7
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Dokumen Rencana Strategi memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran
dan Strategis (cara mencapai tujuan dan sasaran)
2.1. V i s i
Visi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan adalah
merupakan penjabaran dari visi Provinsi Sulawesi Selatan dan visi
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sbb :
Berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Pembangunan Daerah
(GBHD) dan Program Pembangunan Daerah (Propeda) Propinsi
Sulawesi Selatan ditegaskan bahwa visi Sulawesi Selatan sampai
Tahun 2028 adalah sbb :
“ SULAWESI SELATAN MENJADI WILAYAH TERKEMUKA
DI INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KEMANDIRIAN LOKAL
YANG BERNAFASKAN KEAGAMAAN “
Bahwa dengan memperhatikan kewenangan otonomi
Provinsi Sulawesi Selatan sesuai UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP
25 Tahun 2000, serta memperhatikan analisis perkembangan
lingkungan strategis, maka dirumuskan visi Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan 2013 - 2018 sebagai berikut :
“ Sulawesi Selatan Sebagai Pilar Utama Pembangunan
Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan “
Sejalan dengan kedua rumusan visi tersebut di atas dan
dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan
Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Perda Nomor 10 tahun
2009 tanggal 19 Januari 2009 tentang Pembentukan Organisasi
8
dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
dirumuskan Visi sebagai berikut :
“TERWUJUDNYA PERKEBUNAN, MAJU, MANDIRI
BERBASIS KOMODITI UNGGULAN DALAM MENDUKUNG
SULAWESI SELATAN SEBAGAI PILAR UTAMA PEMBANGUNAN
NASIONAL“
Masyarakat perkebunan adalah seluruh petani yang terlibat
dalam pengelolaan usaha tani perkebunan baik Perkebunan
Rakyat maupun Perkebunan Besar dan Stake Holder lainnya yang
dibina melalui wadah kelompok tani, yang diharapkan dari
kelompok tani tersebut dapat bergabung bersama-sama
kelompok tani lainnya dan membangun kelembagaan ekonomi
secara komprehensif sehingga terbentuk apa yang disebut
Koperasi Primer/Sekunder, melalui koperasi ini petani dibina
menjadi petani maju dan mandiri.
Maju dan mandiri adalah kemampuan pengetahuan dan
keterampilan SDM petani perkebunan sudah meningkat dan
sudah dapat mentransformasikan dan menerapkan teknologi
dengan baik serta dengan biaya sendiri, tanpa bantuan dari
pemerintah. Dengan demikian maka petani yang sudah dibina
melalui kelompok dan telah menjadi anggota koperasi diharapkan
telah mempunyai kemampuan untuk dapat bermitra dengan
perusahaan (industri) pada setiap kawasan sentra komoditas
unggulan.
Selanjutnya petani dapat mengintegrasikan dirinya kedalam
industri dan dapat memperoleh saham dari perusahaan industri.
Demikian pula sebaliknya perusahaan industri menanamkan
9
sahamnya kepada petani, sehingga keuntungan yang diperoleh
dapat dibagi secara patungan. Dengan demikian, maka integrasi
antara on farm dan off farm akan lebih mudah dilaksanakan.
2.2. M i s i
� Mengembangkan Perkebunan yang maju, produktif dan
berkualitas melalui penguatan komoditi unggulan.
� Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan yang utuh dari
hulu sampai hilir untuk mendukung industri berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.
� Memberdayakan kelembagaan perkebunan untuk mendorong
akses penguatan usaha perkebunan melalui kerjasama dan
kemitraan usaha.
� Mengembangkan teknologi untuk mendukung peningkatan
produktivitas dan nilai tambah dari produk perkebunan yang
berbasis keunggulan kompetitif.
2.3. Tujuan
Sejalan dengan visi dan misi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi
Selatan, maka tujuan Pembangunan Perkebunan ke depan
dirumuskan sebagai berikut :
a. Meningkatkan produktivitas dan kualitas dengan
memanfaatkan potensi dan penguatan komoditi unggulan
terutama kakao.
b. Meningkatkan nilai tambah dan mutu produk hasil perkebunan
melalui penyediaan sarana pengolahan.
10
c. Memberdayakan kelembagaan perkebunan agar akses lebih
kuat untuk menumbuhkan usaha perkebunan melalui jejaring
kerjasama dan kemitraan usaha.
d. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana perkebunan
serta peningkatan pemanfaatan teknologi untuk mendukung
peningkatan produksi dan produktivitas komoditi perkebunan.
2.4. Sasaran
Mengacu pada Visi, Misi dan tujuan Dinas serta memperhatikan
potensi, kondisi lingkungan strategi, maka sasaran Pembangunan
Perkebunan yang ingin dicapai hingga tahun 2018 adalah sebagai
berikut :
a. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan
b. Meningkatnya pasca panen dan pemasaran hasil
c. Meningkatnya penguatan kelembagaan perkebunan
d. Meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana perkebunan
Adapun sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2014, merupakan
Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Perjanjian Kinerja (PK) antara Kepala
Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Gubernur Sulawesi
Selatan sebagai berikut :
1. Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao,Jambu
Mete, Kopi, Tebu,Kelapa, Cengkeh, Lada, Kelapa Sawit, Pala dan
Tembakau sebesar 439.644 Ton.
2. Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 1.042
Kg/ha.
3. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar Rp. 8,571 T
11
4. Jumlah Unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang Termanfaatkan
12unit.
5. Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan 104.619 Ton
6. Nilai Ekspor Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 255.525 US$.
2.5. Strategi (Cara Untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran)
Untuk mencapai Tujuan Sasaran yang telah ditetapkan, maka
dilakukan penetapan Strategi melalui Program dan Kegiatan.
Program dan Kegiatan.
A. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Kegiatan : 1. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan
2. Pelayanan Barang dan Jasa Administrasi
B. Program Peningkatan Kapasitas dan Kinerja SKPD
Kegiatan: 1. Pembinaan Aparatur dan Pengembangan Kehumasan
2. Pengadaan Kendaraan Dinas / Operasional
3. Penyediaan Sarana dan Prasarana BPTP2MB dan
Sertifikasi Benih Perkebunan
4. Pembangunan / Rehabilitasi Gedung Kantor
5. Pembangunan Jembatan UPTD Pengelolaan Kebun
Dinas
C. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Perencanaan dan
Sistem Evaluasi Kinerja SKPD
Kegiatan : 1. Koodinasi Penyelenggaraan Perencanaan
Pembangunan Perkebunan
12
D. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman
Perkebunan
Kegiatan : 1. Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Tahunan
2. Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Semusim
3. Pembinaan dan Pengembangan Bibit Komoditi
Unggulan Perkebunan
4. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk dan Pestisida
5. Pembinaan dan Penyediaan Alat dan Mesin
Perkebunan
6. Pembinaan dan Konservasi Lahan dan Air
7. Pembinaan dan Pengendalian OPT dan Gangguan
Usaha Perkebunan
8. Pengamatan, Peramalan Hama, Penyakit & Gulma
Tanaman Perkebunan
9. Penguatan Kelembagaan Petani dan Pembinaan
Usaha Perkebunan
10. Proteksi Tanaman, Pengawasan dan Pengujian
Mutu Benih, Sertifikasi Benih Perkebunan
11. Pengelolaan Kebun Bibit Dinas
E. Program Peningkatan Pasca Panen dan Pemasaran Hasil
perkebunan
Kegiatan : 1. Pembinaan Peningkatan Mutu dan Pengembangan
Pengolahan Hasil Perkebunan
2. Promosi Atas Hasil Produksi Perkebunan Unggulan
Daerah
3. Pengembangan Statistik dan Sistem Informasi
Perkebunan
13
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang merupakan ukuran kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan Tingkat Pencapaian suatu kegiatan
yang telah ditetapkan. Indikator kinerja kegiatan yang akan
ditetapkan dikategorikan ke dalam kelompok :
� Input (Masukan)
� Output (Keluaran)
� OutComes (Hasil)
Khususnya untuk indikator kinerja Benefit (manfaat) dan Infacts
(Dampak) belum dapat diukur. Hal ini disebabkan pengukuran
kedua indikator tersebut tidak dapat dilaksanakan hanya pada satu
kegiatan saja, akan tetapi erat kaitannya dengan kegiatan lainnya.
Selain itu juga untuk melihat hal tersebut di atas dibutuhkan waktu
yang lama (jangka panjang).
� Evaluasi dan Analisis Kinerja Tahun 2014
� Evaluasi Kinerja
Berdasarkan Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2014 maka
dilakukan evaluasi terhadap indikator sasaran outcome dalam
rangka memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap hal-hal yang
mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan
sebagai berikut :
14
A. Sasaran Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan
439.644 Ton.
Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao, kopi,
cengkeh, kelapa, jambu mete, lada, pala, Kelapa sawit, tebu dan
tembakau) tahun 2014 mencapai 368.753Ton. Dengan demikian
maka sasaran volume produksi komoditi unggulan sebesar 439.644
ton, hanya mencapai 83,87 % sebagaimana pada tabel 1.
Tabel 1. Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan Tahun
2014
NO
KOMODITI
Volume Produksi (Ton)
TARGET
(Ton)
REALISASI
(Ton) %
1. Kakao 216.602 137.860 63,65
2. K o p i 34.101 28.590 83,84
3. Cengkeh 15.755 18.637 118,29
4. Kelapa 78.020 70.140 89,90
5. Jambu Mete 19.500 16.934 86,84
6. L a d a 5.385 5.682 105,52
7. P a l a 505 464 91,88
8. Kelapa Sawit 33.656 57.176 169,88
9. T e b u 24.055 30.350 126,17
10. Tembakau 2.065 1.788 86,59
439.644 368.753 83,87
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa realisasi volume
produksi Komoditi yang terendah capaiannya adalah kakao hanya
137.860 ton (63,65 %) dari target 216.602 ton. Selanjutnya untuk
15
komoditi kopi hanya mencapai 83,84 % , tembakau 86,59 % dan
jambu mete hanya mencapai 86,84 %.
Hal ini disebabkan adanya anomaly iklim yang tidak mendukung,
adanya serangan hama PBK pada kakao dan adanya alih fungsi
lahan pada beberapa kabupaten utamanya alih fungsi lahan kakao
ke sawit dan pencetakan sawah.
volume produksi Komoditi yang tertinggi capaiannya adalah Kelapa
Sawit, Tebu dan Cengkeh.
Untuk Komoditi Kelapa sawit capaiannya sebesar 57.176 ton
( 169,88 %) dari target 33.656 ton yang berasal dari kabupaten
Luwu Utara, Luwu Timur, Luwu, Pinrang dan Sidrap.
Selanjutnya untuk komoditi Tebu 30.350 ton (126,17 %) dari target
24.055 ton yang sebagoian besar berasal dari kabupaten Bone,
Takalar dan Wajo.
Untuk komoditi Cengkeh mencapai 18.637 ton (118,29 %) dari
target 15.755 ton yang sebagian besar berasal dari kabupaten
Luwu, Bone, Sinjai, Wajo, Sidrap, Bulukumba dan Enrekang.
Untuk melihat perkembangan produksi 10 (sepuluh)
komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada tabel
2 berikut :
16
Tabel 2. Perkembangan Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan
3 (tiga) Tahun terakhir (2012 s/d 2014)
2012 2013 2014
1. Kakao 176.587 146.163 137.860
2. K o p i 34.190 33.075 28.590
3. Cengkeh 17.400 17.468 18.637
4. Kelapa 81.643 79.500 70.140
5. Jambu Mete 32.190 18.480 16.934
6. L a d a 8.943 5.083 5.682
7. P a l a 495 402 464
8. Kelapa Sawit 31.108 44.662 57.176
9. T e b u 32.708 33.155 30.350
10. Tembakau 1.951 1.653 1.788
417.215 379.641 368.753 Jumlah
NO. KOMODITIPRODUKSI (TON)
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang
mengalami peningkatan produksi selama 3 (tiga) tahun terakhir
adalah komoditi cengkeh, lada dan kelapa sawit. Sedangkan
komoditi yang mengalami penurunan produksi selama 3 (tiga)
tahun terakhir adalah kakao, kopi, kelapa dan jambu mete. Untuk
komoditi Pala, Tebu dan Tembakau mengalami penurunan produksi
pada tahun ke dua (2013) tetapi mengalami peningkatan produksi
pada tahun ke tiga (2014).
Adapun kegiatan yang telah dilakukan ditahun 2014 dalam
menunjang peningkatan produksi komoditi unggulan melalui dana
APBD adalah sebagai berikut :
a. Penerapan intensifikasi tanaman Jambu Mete 100 Ha
(Sidrap 50 Ha dan Barru 50 Ha)
b. Penerapan intensifikasi tanaman Kopi 200 Ha di
kabupaten Enrekang.
c. Penerapan intensifikasi tanaman Lada 200 Ha di
kabupaten Enrekang.
17
d. Pengadaan bibit komoditi unggulan sebanyak 2.425.779
pohon yang dibagi secara gratis kepada petani pada 22
kabupaten/kota, antara lain :
� Kakao Sambung Pucuk 1.036.256 pohon (1.000 Ha)
� Cengkeh 386.470 pohon (1.300 Ha)
� Karet 35.000 pohon (73 Ha)
� Pala 140.053 pohon (1.100 Ha)
� Kopi Arabika 300.000 pohon (1.800 Ha)
� Kelapa Sawit 50.000 pohon (400 Ha)
� Lada 300.000 pohon (120 Ha)
� Kelapa Dalam 70.000 pohon (560 Ha)
� Jambu Mete 108.000 pohon (380 Ha)
e. Pengadaan Pupuk yang dibagi kepada petani secara
gratis antara lain :
� Pupuk NPK 50.000 Kg di kabupaten Soppeng
� Pupuk Cair 6.250 Liter di kabupaten Sinjai 2.500 Ltr,
Enrekang 1.100 Ltr dan Luwu 2.650 Ltr.
� Pupuk Granular 44.800 Kg di kabupaten Sinjai
� Pupuk Kompos 50.000 Kg di kabupaten Bulukumba
f. Pengendalian OPT tanaman Lada 300 Ha (Bulukumba
50 Ha, Enrekang 50 Ha, Sinjai 50 Ha dan Luwu Timur 150
Ha).
Sedangkan kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang
peningkatan produksi melalui dana APBN adalah sebagai
berikut :
a. Intensifikasi tanaman kopi di Kab. Toraja Utara seluas
150 Ha.
18
b. Pemberdayaan petani kakao sebanyak 150 orang
(Kabupaten Bone 50 orang, Bulukumba 50 orang dan
Sinjai 50 orang).
c. Pengembangan tanaman tebu 300 Ha (Kabupaten
Jeneponto 100 Ha, Kabupaten Takalar 150 Ha dan
Kabupaten Gowa 50 Ha).
d. Pemeliharaan (Rawat Ratoon Tebu) 950 Ha (Kabupaten
Bone 80 Ha, Kapubaten Takalar 570 Ha dan Kabupaten
Gowa 300 Ha).
e. Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Kakao di Kabupaten Soppeng 10 Ha, Kabupaten Wajo
300 Ha dan Maros 150 Ha.
f. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Tebu di Kabupaten Bone 125 Ha dan Kabupaten Takalar
25 Ha.
g. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Kelapa di Kabupaten Bone 400 Ha dan Kabupaten Sidrap
200 Ha.
B. Sasaran Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan 1.042
Kg/Ha
Sasaran Produktivitas rata-rata Komoditi Unggulan Perkebunan
tahun 2014 mencapai 1.170 Kg/Ha. Dengan demikian maka sasaran
produktivitas komoditi unggulan sebesar 1.042 Kg/Ha, mencapai
112,28 %. Lebih jelasnya sasaran produktivitas masing-masing
komoditi unggulan sebagaiman pada tabel 3.
19
Tabel 3. Produktivitas Komoditi Unggulan Tahun 2014
NO
KOMODITI
PRODUKTIVITAS
TARGET
(Kg/Ha)
REALISASI
(Kg/Ha) %
1. Kakao 962 780 81,08
2. K o p i 677 586 86,56
3. Cengkeh 501 564 112,57
4. Kelapa 899 924 102,78
5. Jambu Mete 410 421 102,68
6. L a d a 658 743 112,91
7. P a l a 404 357 88,37
8. Kelapa Sawit 2.475 4.045 163,43
9. T e b u 2.779 2.084 74,99
10. Tembakau 659 1.197 181,64
Produktivitas
Rata-rata
1.042 1.170 112,28
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa produktivitas
komoditi unggulan tahun 2014 rata-rata mencapai 1.170 Kg/Ha.
Produktivitas komoditi tertinggi adalah komoditi Kelapa Sawit
yaitu 4.045 Kg/Ha. Sedangkan produktivitas komoditi terendah
adalah komoditi Pala, hanya mencapai 357 Kg/Ha (88,37 %).
Untuk melihat perkembangan Produktivitas 10 (sepuluh)
komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada
tabel 4 berikut :
20
Tabel 4. Produktivitas Komoditi Unggulan 3 (Tiga) Tahun Terakhir
(2012 – 2014)
2012 2013 2014
1. Kakao 941 802 780
2. K o p i 1.347 1.217 586
3. Cengkeh 499 564 564
4. Kelapa 1.798 1.915 924
5. Jambu Mete 408 398 421
6. L a d a 657 629 743
7. P a l a 402 404 357
8. Kelapa Sawit 2.473 2.302 4.045
9. T e b u 2.775 2.556 2.084
10. Tembakau 654 716 1.197
1.195 1.150 1.170
NO. KOMODITIPRODUKTIVITAS (Kg/Ha)
Jumlah rata-rata
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang
mengalami peningkatan produktivitas selama 3 (tiga) tahun
terakhir adalah komoditi Tembakau. Sedangkan komoditi yang
mengalami penurunan produktivitas selama 3 (tiga) tahun terakhir
adalah Kakao, Kopi dan Tebu. Untuk komoditi Cengkeh, Kelapa,
Pala, mengalami peningkatan pada tahun ke dua (2013) tetapi
menurun pada tahun ke tiga (2014). Komoditi Jambu Mete, Lada,
Kelapa Sawit mengalami penurunan di tahun ke dua (2013) tetapi
mengalami peningkatan pada tahun ke tiga (2014).
Adapun kegiatan yang telah dilakukan di tahun 2014 dalam
menunjang peningkatan produktivitas komoditi unggulan melalui
dana APBD adalah sebagai berikut :
a. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk NPK 50.000 kg di
Kabupaten Soppeng.
b. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk Cair 6.250 Liter
(Kabupaten Sinjai 2.500 liter, Kapubaten Enrekang 1.100
liter dan Kabupaten Luwu 2.650 liter).
21
c. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk Granular 44.800 Kg di
Kabupaten Sinjai.
d. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk Kompos 50.000 Kg di
Kabupaten Bulukumba.
e. Pembinaan dan Penyediaan Alat dan Mesin Perkebunan
(Pengadaan alat tebang dan alat angkut tebu 7 paket di
Kabupaten Takalar, 10 paket di Kabupaten Bone, 1 paket di
Kabupaten Pinrang, 1 paket di Kabupaten Wajo dan 1 paket
di Kabupaten Jeneponto) serta pengadaan mesin pompa air
1 paket di Kabupaten Sidrap.
f. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Lada 300 Ha
(Kabupaten Bulukumba 50 Ha, Kabupaten Enrekang 50 Ha,
Kabupaten Sinjai 50 Ha dan Kabupaten Luwu Timur 50 Ha).
C. Sasaran Nilai produksi komoditi unggulan perkebunan Rp.
8.571.727.000.000,-
Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao, Kopi,
Cengkeh, Kelapa, Jambu Mete, Lada, Pala, Kelapa sawit, Tebu dan
Tembakau) tahun 2014 mencapai Rp. 10.834.113.010.000,- .
Dengan demikian maka sasaran nilai produksi komoditi unggulan
sebesar Rp. 8.571.727.000.000,- mencapai 126,40% sebagaimana
pada tabel 5. Hal tersebut dipengaruhi oleh peningkatan nilai dollar
(US$) pada tahun 2014, sehingga beberapa komoditi unggulan
perkebunan yang dieksport utamanya Kakao, Cengkeh, Kopi, Jambu
Mete, Tebu dan Kelapa mengalami kenaikan harga dari tahun
sebelumnya.
22
Tabel 5. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan Rakyat
Tahun 2014
HARGA NILAI
(Rp) PRODUKSI
1. Kakao 137.860 30.692 4.231.199.120,00
2. K o p i 28.590 22.350 638.986.500,00
3. Cengkeh 18.637 137.894,00 2.569.930.478,00
4. Kelapa 70.140 4.055,00 284.417.700,00
5. Jambu Mete 16.934 88.357,00 1.496.237.438,00
6. L a d a 5.682 106.513,00 605.206.866,00
7. P a l a 464 83.038,00 38.529.632,00
8. Kelapa Sawit 57.176 7.210,00 412.238.960,00
9. T e b u 30.350 12.500,00 379.375.000,00
10. Tembakau 1.788 100.107,00 178.991.316,00
367.621 592.716,00 10.835.113.010,00 Jumlah
NO. KOMODITI PRODUKSI
Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa nilai produksi
terbesar dari sepuluh (10) komoditi unggulan perkebunan adalah
pada komoditi Kakao (39,05%), Cengkeh (23,72%) dan Jambu
Mete (13,81%). Sedangkan nilai produksi terkecil adalah
komoditi Pala (0,04%).
Untuk melihat perkembangan Nilai Produksi 10 (sepuluh)
komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada
tabel 6 berikut :
23
Tabel 6. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan Tahun
2012 - 2014
2012 2013 2014
1. Kakao 3,581,310,810 2,988,802,140 4,231,199,120
2. K o p i 912,972,522 767,129,030 638,986,500
3. Cengkeh 1,341,712,312 2,014,037,390 2,569,930,478
4. Kelapa 417,321,345 222,873,100 284,417,700
5. Jambu Mete 161,560,902 151,097,960 1,496,237,438
6. L a d a 366,616,458 671,592,680 605,206,866
7. P a l a 35,790,975 38,079,216 38,529,632
8. Kelapa Sawit 402,800,000 442,656,000 412,238,960
9. T e b u 31,060,710 99,834,240 379,375,000
10. Tembakau 222,383,205 163,035,390 178,991,316
747,352,924 755,913,715 1,083,511,301
NO. KOMODITINILAI PRODUKSI (x 1.000)
Jumlah
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang
mengalami peningkatan nilai produksi selama 3 (tiga) tahun
terakhir adalah komoditi Kakao, Cengkeh, Jambu Mete dan Tebu.
Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan nilai produksi
selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah Kopi, Cengkeh, Pala, Kelapa
Sawit. Untuk komoditi Lada mengalami peningkatan pada tahun
ke dua (2013) tetapi menurun pada tahun ke tiga (2014).
Komoditi Tembakau mengalami penurunan di tahun ke dua
(2013) tetapi mengalami peningkatan pada tahun ke tiga (2014).
D. Sasaran Unit pengolahan hasil Perkebunan Yang Termanfaatkan 12
Unit.
Jumlah unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang
termafaatkan pada Program Peningkatan Pasca Panen dan
Pemasaran hasil Perkebunan sebanyak 12 unit pada tahun 2014
mencapai target 100 %. Adapun alat yang termanfaatkan
tersebut antara lain : alat pengolahan kopi (pulper), alat panen
24
buah cengkeh, alat pengolahan kopi bubuk alat tersebut
dialokasikan masing-masing di Kabupeten :
a. Pulper dialokasikan ke Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten
Toraja Utara, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto,
Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Gowa dan Kabupaten
Bone.
b. Alat pengolahan kopi bubuk dialokasikan ke Kabupaten
Enrekang.
c. Alat Panen Cengkeh dialokasikan ke Kabupaten Kabupaten
Luwu, Kabupaten Wajo, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Sidrap.
E. Sasaran Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan 104.619
Ton
Volume Eksport komoditi unggulan perkebunan (Kakao,
Kopi, Cengkeh, Kelapa, Jambu Mete dan Tebu) tahun 2014
mencapai Rp. 116.158 Ton. Dengan demikian maka sasaran nilai
produksi komoditi unggulan sebesar Rp. 104.619 Ton mencapai
111,85%. Dari sepuluh ( 10 ) komoditi unggulan perkebunan
yang merupakan target sasaran kinerja dalam RPJMD komoditi
ekspor hanya enam ( 6 ) komoditi yaitu Kakao, Kopi, Cengkeh,
Kelapa, Jambu mete dan Tebu, sedangkan empat ( 4 ) komoditi
lainnya yaitu Tembakau, pala, Lada dan Kelapa Sawit belum
dimasukkan sasaran target kinerja. Data volume ekspor
perkebunan sebagaimana pada tabel 7.
25
Tabel 7. Volume eksport komoditi unggulan perkebunan Tahun
2014
TARGET CAPAIAN
(Ton) (Ton)
1. Kakao 75.810,00 67.781,00 89,41
2. K o p i 5.219,00 6.661,00 127,63
3. Cengkeh 347,00 68,00 19,60
4. Kelapa 756,00 1.204,00 159,26
5. Jambu Mete 5.460,00 5.468,00 100,15
6. T e b u 17.027,00 34.976,00 205,41
104.619,00 116.158,00 116,16
NO. KOMODITIVOLUME EKSPOR TAHUN 2014
Jumlah
KET.%
Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa capaian volume
eksport komoditi unggulan perkebunan terbesar dari enam (6)
komoditi unggulan perkebunan adalah pada komoditi Tebu
(205,41%), Kelapa (159,26%), Kopi (127,63%) dan Jambu Mete
(100,15%). Sedangkan capaian volume eksport terkecil adalah
komoditi Cengkeh (19,60%) dan Kakao (89,41%).
Untuk melihat perkembangan volume ekspor enam (6)
komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada
tabel 8 berikut :
Tabel 8. Volume Ekspor komoditi Unggulan tahun 2012 - 2014
2012 2013 2014
1. Kakao 56.620,93 73.204,82 67.781,00
2. K o p i 4.590,01 2.458,71 6.661,00
3. Cengkeh 331,67 96,00 68,00
4. Kelapa 900.554,00 112,54 1.204,00
5. Jambu Mete 1.837,34 4.294,67 5.468,00
6. T e b u 10.058,40 29.408,59 34.976,00
973.992,34 109.575,33 116.158,00
NO. KOMODITIVOLUME EKSPOR (TON)
Jumlah
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang
mengalami peningkatan volume eksport selama 3 (tiga) tahun
terakhir adalah komoditi Tebu, Jambu Mete dan Kopi.
26
Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan nilai produksi
selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah Kakao, Cengkeh. Untuk
komoditi Kelapa mengalami penurunan pada tahun ke dua
(2013) tetapi meningkat pada tahun ke tiga (2014).
Yang mengalami Penurunan volume eksport dari tahun
2013 ke tahun 2014 antara lain :
� Biji kakao dari 64.011 Ton menjadi 32.809 Ton
� Kakao butter dari 5.364 Ton menjadi 4.951 Ton
� Kakao cake dari 1.582 Ton menjadi 1.236 Ton
� Kakao powder dari 3.551 Ton menjadi 4.135 Ton
� Kakao residu dari 269 Ton menjadi 91 Ton
� Ampas minyak kelapa dari 51 Ton menjadi 0
� Gagang cengkeh dari 84 Ton menjadi 22 Ton
Namun demikian beberapa komoditi mengalami
peningkatan volume eksport antara lain :
� Kakao cell dari 15 Ton menjadi 95 Ton
� Kakao liquer dari 1.852 Ton menjadi 5.897 Ton
� Kakao mass dari 4.080 Ton menjadi 14.595 Ton
� Kakao powder dari 3.551 Ton menjadi 4.135 Ton
� Kakao shell dari 50 Ton menjadi 1.185 Ton
� Kopi beans dari 2.553 Ton menjadi 5.761 Ton
� Buah kelapa dari 0 menjadi 174 Ton
� Bunga cengkeh dari 0 menjadi 22 Ton
� Cengkeh dari 12 Ton menjadi 24 Ton
� Kulit mete dari 51 Ton menjadi 328 Ton
� Mete kupas dari 3.217 Ton menjadi 4.057 Ton
� Mete nut shell dari 0 menjadi 21 Ton
27
� Mete gelondongan dari 764 Ton menjadi 825 Ton
� Arang tempurung dari 42 Ton menjadi 650 Ton
� Minyak mete dari 0 menjadi 237 Ton
� Sabuk kelapa dari 0 menjadi 33 Ton
� Tempurung kelapa dari 20 Ton menjadi 337 Ton
� Tetes gula dari 29.409 Ton menjadi 34.851 Ton
Adapun Negara-negara tujuan untuk mengeksport antara
lain :
� Biji kakao Negara tujuan adalah Thailand, Singapura, Rep.
Korea, Malaysia, Jepang, India, China, Amerika Serikat.
� Kopi beans Negara tujuan adalah Amerika Serikat, Australia,
Belgia, China, Iceland, Inggris, Israil, Jepang, Jerman,
Norwegia, Rep. Korea, Singapura, Swedia, Taiwan.
� Buah kelapa Negara tujuan adalah Inggris, China, Arab
Saudi.
� Bunga cengkeh Negara tujuan adalah Malaysia.
� Cengkeh Negara tujuan adalah Malaysia
� Gagang cengkeh Negara tujuan adalah Malaysia dan India.
� Kulit mete Negara tujuan adalah Vietnam, Rep. Korea,
Malaysia, India.
� Mete gelondongan Negara tujuan adalah Vietnam dan
India.
F. Sasaran Nilai eksport mencapai 255.525 US $
Nilai Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao, Kopi,
Cengkeh, Kelapa, Jambu Mete dan Tebu) tahun 2014 mencapai
314.095 US$. Dengan demikian maka sasaran nilai produksi
28
komoditi unggulan sebesar 255.525 US$ mencapai 122,72%
sebagaimana pada tabel 9.
Tabel 9. Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan Tahun 2014
TARGET CAPAIAN %
1. Kakao 187.817,00 254.835,00 135,68
2. K o p i 31.867,00 27.579,00 86,54
3. Cengkeh 1.339,00 339,00 25,32
4. Kelapa 339,00 499,00 147,20
5. Jambu Mete 31.302,00 26.215,00 83,75
6. T e b u 2.861,00 4.628,00 161,76
255.525,00 314.095,00 122,72
NO. KOMODITINILAI EKSPOR (US $)
Jumlah
KET.
Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa volume eksport
komoditi unggulan perkebunan terbesar dari enam (6) komoditi
unggulan perkebunan adalah pada komoditi Kelapa (135,68%),
Tebu (161,76%) dan Kelapa (147,20%). Sedangkan volume
eksport terkecil adalah komoditi Cengkeh (25,32%), Jambu
Mete (83,75%) dan Kopi (86,54%).
Untuk melihat perkembangan Produktivitas enam (6)
komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada
tabel 10 berikut :
Tabel 10. Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan 3 (Tiga)Tahun
Terakhir
2012 2013 2014
1. Kakao 139.947,00 191.342,00 254.835,00
2. K o p i 28.463,00 11.181,00 27.579,00
3. Cengkeh 1.277,00 427,00 339,00
4. Kelapa 129,00 51,00 499,00
5. Jambu Mete 12.613,00 18.703,00 26.215,00
6. T e b u 2.080,00 8.341,00 4.628,00
184.509,00 230.045,00 314.095,00
NO. KOMODITINILAI EKSPOR (US $)
Jumlah
KET.
Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang
mengalami peningkatan volume eksport selama 3 (tiga) tahun
29
terakhir adalah komoditi Kakao, Kopi dan Jambu Mete.
Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan nilai eksport
selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah komoditi Cengkeh. Untuk
komoditi Kelapa mengalami penurunan pada tahun ke dua
(2013) tetapi meningkat pada tahun ke tiga (2014).
Penurunan nilai eksport tahun 2013 ke 2014 didominasi
oleh penurunan nilai eksport hasil industri antara lain :
� Kakao biji dari 149.615 US$ menjadi 95.970 US $
� Kakao powder dari 7.883 US$ menjadi 3.941 US $
� Kakao residu dari 83.095 US$ menjadi 34.750 US $
� Ampas kelapa dari 34.570 US$ menjadi 0
� Gagang cengkeh dari 248.400 US$ menjadi 13.519 US $
� Tetes gula dari 8.341 US$ menjadi 3.628 US $
Namun demikian beberapa nilai eksport komoditi
perkebunan meningkat antara lain :
� Kakao butter dari 30.417 US$ menjadi 57.476 US $
� Kakao cake dari 1.805 US$ menjadi 1.935 US $
� Kakao cell dari 7.709 US$ menjadi 13.795 US $
� Kakao liguer dari 7.489 US$ menjadi 30.866 US $
� Kakao mass dari 19.771 US$ menjadi 58.743 US $
� Kakao shell dari 27.393 US$ menjadi 198.047 US $
� Kopi beans dari 11.837 US$ menjadi 26.579 US $
� Buah kelapa dari 0 menjadi 58.852 US $
� Bunga cengkeh dari 0 menjadi 13.719 US $
� Cengkeh dari 178.490 US$ menjadi 312.050 US $
� Kulit mete dari 5.712 US$ menjadi 60.072 US $
� Mete kupas dari 18.552 US$ menjadi 24.897 US $
30
� Mete nut shell dari 0 menjadi 10.692 US $
� Mete gelendongan dari 947.646 US$ menjadi 1.168 US $
� Residu minyak sawit dari 0 menjadi 29.304 US $
� Arang tempurung dari 16.845 US$ menjadi 232.849 US $
� Minyak mete dari 0 menjadi 78.897 US $
� Sabuk kelapa dari 0 menjadi 186.435 US $
3.2. Analisis Kinerja Tahun 2014
A. Analisis Kinerja atas pencapaian program dan kegiatan
Pencapaian kinerja kegiatan terhadap program dan kegiatan tahun
2014 diperoleh capaian sebesar 99,83% (Lampiran 3) yang ditandai
dengan keberhasilan indikator-indikator program sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman
Perkebunan
Program ini didukung oleh sebelas kegiatan yakni :
a). Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Tahunan, b).
Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Semusim, c).
Pembinaan dan Pengembangan Bibit Komoditi Unggulan
Perkebunan, d). Pembinaan dan Penyediaan Pupuk dan
Pestisida, e). Pembinaan dan Penyediaan Alat dan Mesin
Perkebunan, f). Pembinaan dan Konservasi Lahan dan Air, g).
Pembinaan dan Pengendalian OPT dan Gangguan Usaha
Perkebunan, h). Pengamatan, Peramalan Hama, Penyakit dan
Gulma Tanaman Perkebunan, i). Penguatan Kelembagaan
Petani dan Pembinaan Usaha Perkebunan, j). Proteksi Tanaman,
Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih, Sertifikasi Benih
Perkebunan, k). Pengelolaan Kebun Bibit Dinas.
31
Persentase capaian kinerja program dari kegiatan tersebut
mencapai 99,36%.
2. Program Peningkatan Pasca Panen.
Program ini didukung oleh tiga kegiatan yakni : a). Pembinaan
Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan Hasil
Perkebunan, b). Promosi atas Hasil Produksi Perkebunan
Unggulan Daerah, c). Pengembangan Statistik dan Sistem
Informasi Perkebunan.
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut
mencapai 98,33%
3. Program Pelayanan Admistrasi Perkantoran.
Program ini didukung oleh dua kegiatan yakni : a). Penyediaan
Jasa Admistrasi Keuangan, b). Pelayanan Barang dan Jasa
Administrasi Perkantoran.
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut rata-rata
mencapai 100%.
4. Program Peningkatan Kapasitas dan Kinerja SKPD.
Program ini didukung oleh lima kegiatan yakni : a). Pembinaan
Aparatur dan Pengembangan Kehumasan, b). Pengadaan
Kendaraan Dinas/Operasional, c). Penyediaan Sarana dan
Prasarana BPTP2MB dan Sertifikasi Benih Perkebunan, d).
Pembangunan Jembatan Kebun UPTD Pengelolaan Kebun Bibit
Dinas.
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut rata-rata
mencapai 98,80%.
5. Peningkatan Pengembangan Sistem Perencanaan dan Sistem
Evaluasi Kinerja SKPD.
32
Program ini didukung oleh satu kegiatan yakni : a). Koordinasi
Penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan Perkebunan.
Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut
mencapai 100%.
Dari 5 program yang dilaksanakan tersebut, 2 program diantaranya yang
mencapai kinerja 100%, sedangkan 3 program lainnya capaian
kinerjanya rata-rata mencapai 98,83%. Capaian Kinerja terendah adalah
Program Peningkatan Pasca Panen yaitu hanya mencapai 98,33%,
Program Peningkatan Kapasitas dan Kinerja SKPD 98,80% dan Program
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan mencapai
99,36%.
B. Analisis Kinerja Terhadap Pencapaian Sasaran.
Pencapaian kinerja kegiatan terhadap sasaran tahun 2014 diperoleh
capaian sebesar 109,35% (Lampiran 5 dan 6) yang ditandai dengan
keberhasilan indikator-indikator sasaran sebagai berikut :
1. Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 439.644
Ton.
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan volume produksi dan produktivitas
komoditi unggulan perkebunan sebesar 12,20%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 83,87%
2. Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 1.042
Kg/ha.
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan produktivitas komoditi unggulan
perkebunan sebesar 0,39%.
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 112,28%
33
3. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar Rp. 8,571 T
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran yakni :
Persentase peningkatan nilai produksi komoditi unggulan
perkebunan sebesar 14,69%.
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 126,40%
4. Jumlah Unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang Termanfaatkan
sebesar 12 Unit
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan jumlah unit pengolahan hasil perkebunan
yang termanfaatkan sebesar 33,33%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 100%
5. Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 104.619
Ton
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase volume eksport komoditi unggulan perkebunan sebesar
6,25%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 111,85%
6. Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan sebesar 255.525 US$.
Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :
Persentase peningkatan nilai ekspor komoditas perkebunan
sebesar 24,53%
Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 122,72%
Dengan demikian maka Pencapaian Sasaran Kinerja tahun 2014
mencapai 109,35%.
Untuk lebih jelasnya penjelasan capaian kinerja masing-masing
komoditi unggulan sebagaimana pada lampiran 6.
34
3.3 . Akuntabilitas Keuangan
Total Dana APBD yang dikelolah oleh Dinas Perkebunan
Provinsi Sulawesi Selatan dalam Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp.
61.639.766.776 yang terdiri dari: Belanja Tak langsung sebesar Rp.
17.865.148.279 dan Belanja langsung sebesar Rp.
43.774.618.500.
Khusus untuk belanja tidak langsung dialokasikan untuk
belanja pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2014 sebanyak 227 orang.
Sedangkan untuk Belanja Langsung dialokasikan untuk biaya
operasional 22 (dua puluh dua) kegiatan dari 5 (lima) program.
Keseluruhannya dapat diukur kinerjanya dengan tingkat
keberhasilan pencapaian kinerja program dan kegiatan.
Realisasi untuk Belanja Tidak langsung mencapai 98,95% (Rp.
17.677.348.483) dan Belanja Langsung mencapai 98,34% (Rp.
43.049.755.031), sebagaimana pada lampiran .
Dengan demikian maka sisa anggaran total sebesar Rp.
912.663.262,- yang terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp.
187.799.793,- dan belanja langsung sebesar Rp.
724.863.469,-
Sisa anggaran yang terbesar pada Belanja Tidak Langsung adalah
anggaran tambahan penghasilan, tunjangan beras, tunjangan
keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan fungsional.
Untuk lebih jelasnya realisasi penggunaan dana dapat dilihat pada
lampiran 7.
35
IV. P E N U T U P
Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat ditarik
beberapa kesimpulan yang terkait dengan Akuntabilitas Kinerja Dinas
Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 sebagai berikut :
1. Secara umum pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas
Perkebunan telah diselenggarakan secara optimal dengan
memanfaatkan sumberdaya yang ada tanpa mengabaikan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pada umumnya kegiatan yang dilaksanakan di tahun 2014 ini
mengacu pada Renstra Dinas Perkebunan 20013-2018, ditambah
dengan kegiatan yang berdasarkan kebijakan yang ada.
3. Dalam pencapaian sasaran pada umumnya mencapai Indikator
Kinerja yang diharapkan.
4. Capaian kinerja Tahun 2014 dari 7 indikator sasaran mencapai
109,35%, dengan uraian sebagai berikut :
a. Sasaran Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan
(Kakao,Jambu Mete, Kopi, Tebu,Kelapa, Cengkeh, Lada, Kelapa
Sawit, Pala dan Tembakau sebesar 439.644 Ton, mencapai
368.753 Ton (83,87 %).
b. Sasaran Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar
1.042 Kg/ha, mencapai 1.170 Kg/Ha (112,28 %)
c. Sasaran Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar
Rp. 8,571 T, mencapai 10,834 T (126,40%)
36
d. Jumlah Unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang Termanfaatkan
12unit, mencapai 12 unit (100 %)
e. Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan 104.619 Ton,
mencapai 116.158 Ton (111,85 %)
f. Nilai ekspor komoditi Unggulan perkebunan 255.525 US $,
mencapai 314.095 US $ (122,72 %).
5. Keberhasilan yang dicapai tahun 2014 antara Lain :
� Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan mendapat
Penghargaan dari Ombudsman Republik Indonesia berupa
predikat kepatuhan standard pelayanan public, pada tanggal 18
Juli 2014.
� Petani Kakao Sulawesi Selatan berhasil menemukan varietas baru
yaitu varietas kakao klon MCC 01 dan klon MCC 02 yang telah
diuji/diteliti oleh Pusat Penelitian Kakao (Puslitkoka) Jember. Klon
tersebut telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tanggal 20
Agustus 2014 di Kabupaten Luwu Utara, sehingga Sulawesi Selatan
sudah dapat menjadi sumber Benih Kakao Klon MCC 01 dan Klon
MCC 02.
� Dinas Perkebunan memperoleh penghargaan Gubernur pada akhir
tahun 2014 atas keberhasilan mencapai Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang melampaui target yaitu sebesar 2.423.243.979 atau
sebesar 106 % dari target 2.300.000.000, yang bersumber dari :
Hasil Retribusi Jasa Usaha (Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah)/Laboratorium sebesar Rp. 800.000.000 dan Hasil
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah (Hasil Kebun Dinas)
sebesar Rp. 1.903.329.029.
37
� Dinas Perkebunan Pada tahun 2014 telah memfasilitasi bibit
komoditi unggulan sebanyak 2. 425.779 Pohon yang dibagi
secara gratis pada petani sehingga areal perkebunan dapat
bertambah seluas sebagai berikut : Kakao sambung Pucuk
1.036.656 pohon ( 1.000 Ha), Cengkeh 386.470 pohon (1.300 Ha),
Karet 35.000 pohon (73 Ha), Pala 140.053 pohon (1.100 Ha) , Kopi
Arabika 300.000 pohon ( 1.800 Ha) ,Kelapa sawit 50.000 pohon (
400 Ha), Lada 300.000 pohon (120 Ha), Kelapa Dalam 70.000
pohon (560 Ha) dan Jambu mete 108.000 pohon ( 380 ha) yang
dialokasikan pada 22 kabupaten / kota di Sulawesi Selatan.
� Untuk mendukung Program Swasembada Gula Nasional telah
dilakukan Peningkatan Akselerasi Produksi dan Produktivitas Tebu
di Sulawesi Selatan telah dilakukan kegiatan Kajian Ketahanan
Pangan Tebu dan Percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat
pedesaan sebanyak 2 paket yang dilaksanakan di kabupaten Gowa
dan Takalar. Juga telah dilaksanakan pengadaan alat tebang dan
alat angkut tebu sebanyak 20 paket di kabupaten Takalar ,Gowa,
Bone, Wajo dan Pinrang.
� Untuk mendukung perbaikan peningkatan produksi dan
produktivitas komoditi perkebunan masih tetap dilanjutkan
dengan kegiatan penerapan intensifikasi tanaman kopi seluas 200
Ha yang dilaksanakan di kabupaten Enrekang. Penerapan
intensifikasi tanaman Jambu Mete seluas 100 ha yang
dilaksanakan di kabupaten Sidrap dan Kabupaten Barru,
Penerapan intensifikasi tanaman Lada seluas 200 ha yang
dilaksanakan di kabupaten Enrekang.
38
� Dalam rangka pembinaan dan pengembangan tanaman semusim
maka telah dilaksanakan Demplot peningkatan kualitas tembakau
berkadar nikotin rendah seluas 12 ha yang berlokasi dikabupaten
Jeneponto seluas 1 ha, Bantaeng 1 ha, Bulukumba 1,5 ha, Bone
1,5 ha, Soppeng 1,5 ha, Wajo 1,5 ha, Luwu 1 ha dan Sinjai 1,5 ha.
Serta pengadaan alat mesin rajang tembakau sebanyak 13 buah
yang tersebar dikabupaten Jeneponto 1 unit, Bantaeng 1 unit,
Bulukumba 1 unit, Sinjai 3 unit, Bone 2 unit, Soppeng 2 unit, Wajo
1 unit, Luwu 1 unit , dan Barru 1 unit.
� Telah dilaksanakan pengadaan pupuk NPK sebanyak 50.000 kg di
kabupaten Soppeng,pupuk cair 6.250 ltr di kabupaten Sinjai,
Enrekang dan luwu, pupuk granular 44.800 Kg di kabupaten Sinjai
dan kompos 50.000 kg di kabupaten Bulukumba.
� Pada kegiatan pembinaan dan konservasi Lahan dan Air telah
dilaksanakan demplot konservasi lahan terintegrasi ternak
sebanyak 100 ekor di kabupaten Jeneponto dan Bantaeng, serta
demplot konservasi air dan antisipasi anomali iklim 2 embung di
Kabupaten Jeneponto dan Bulukumba.
� Proteksi Tanaman, Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih,
Sertifikasi Benih Perkebunan telah dilaksanakan bimbingan teknis
kebun sehat percontohan pada kelompok tani, komoditi kakao,
kopi dan cengkeh di kabupaten Jeneponto, Bantaeng dan Sinjai.
� Pengelolaan Kebun Bibit Dinas telah melaksanakan pemeliharaan
kebun dinas seluas 314 Ha, membangun kebun kelapa sawit di
kebun dinas Seriti, Katulungan, dan Tirowali seluas 20 ha serta
telah melaksanakan pembinaan pengelolaan kebun dinas
sebanyak 21 kebun dinas.
39
� Untuk meningkatkan mutu hasil pengolahan perkebunan maka
telah disediakan alat pengolahan panen buah cengkeh, alat mesin
pulper dan alat pengolahan kopi bubuk sebanyak 238 unit.
� Untuk memperkenalkan hasil produk perkebunan maka telah
dilaksanakan promosi produk unggulan melalui pameran / ekspo 9
kegiatan di provinsi, Malang, Bali, Jakarta da Jogjakarta.
� Pengendalian hama penyakit tanaman perkebunan diarahkan
pada penggunaan agensi pengendali hayati dan pestisida nabati
dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia, agensi
pengendali hayati berupa fero PBK dan kakao, fero rhino pada
kelapa, fero tab pada tebu mampu menekan perkembangan hama
38–80% dan tidak berdampak negative baik terhadap musuh
alami, hewan ternak, manusia, lingkungan dan air karena bersifat
non persistensi sehinggah dapat mempertahankan system
pertanian berkelanjutan.
6. Permasalahan/hambatan yang masih berpengaruh dalam
pelaksanaan program dan kegiatan antara lain :
� Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan pada tahun 2014,
belum dapat dicapai utamanya kakao disebabkan antara lain
adanya anomali iklim/cuaca yang kurang mendukung, adanya
serangan Hama dan Penyakit, rata-rata umur tanaman tua serta
adanya alih fungsi lahan Kakao ke Kelapa Sawit.
� Mutu hasil produksi Perkebunan belum optimal dimana sarana
pengolahan hasil produksi perkebunan masih terbatas dan SDM
petani belum memadai.
40
� Masalah benih di sektor perkebunan belum tersedia secara
optimal khususnya komoditi kapas dan tebu.
� Mutu hasil produksi Perkebunan belum optimal dimana sarana
pengolahan hasil perkebunan masih terbatas dan SDM Petani
masih terbatas.
7. Upaya mengatasi masalah/hambatan yang masih berpengaruh
dalam pelaksanaan program dan kegiatan antara lain :
� Tetap mengupayakan usaha pengendalian hama dan Penyakit
tanaman perkebunan dan tetap mengusulkan biaya yang
dibutuhkan untuk peningkatan produksi melalui dana APBD dan
APBN.
� Upaya peningkatan produksi melalui kegiatan Intensifikasi,
Peremajaan, Rehabilitasi dan pemeliharaan yang intensif serta
menggunakan sumber bahan tanaman yang unggul.
� Untuk meningkatkan kualitas/mutu hasil perkebunan dilakukan
upaya penyediaan sarana pengolahan yang memadai dan
pembinaan yang intensif pada petani serta diperlukan keterlibatan
pelaku usaha dalam peningkatan iklim investasi yang kondusif.
� Mengupayakan ketersediaan benih secara optimal dalam jumlah
dan mutu yang sesuai kebutuhan.