i. pendahuluan 1.1. latar belakang -...

40
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sub Sektor Perkebunan di Sulawesi Selatan telah memperlihatkan peranan yang cukup berarti, hal ini ditandai dengan meningkatnya kontribusi terhadap Perekonomian Sulawesi Selatan, terutama peranannya terhadap ekspor. Keberhasilan dan kemajuan Pembangunan yang dapat dicapai tersebut merupakan implementasi dari Pola Pembangunan Perkebunan yang selama ini dilaksanakan dengan kegiatan Pokok Intensifikasi, Diversifikasi, Rehabilitasi dan Ekstensifikasi yang didukung dengan adanya kebijakan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan. Secara nasional sub Sektor Perkebunan memberikan kontribusi peningkatan Devisa Negara dan PDRB terbesar di luar Minyak dan Gas Bumi serta penyerap tenaga kerja yang cukup besar. Sehubungan dengan Strategi dan Kebijakan Pembangunan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, maka Sasaran Pembangunan Perkebunan adalah peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan serta terbentuknya kawasan Agribisnis Perkebunan yang utuh disebut dengan Pusat Pengembangan Perkebunan di setiap lokasi Pengembangan dan Sentra-Sentra Produksi dengan azas kebersamaan ekonomi masyarakat/kerakyatan. Dengan demikian Petani Perkebunan sebagai anggota masyarakat melalui kelembagaan petani /assosiasi / koperasi, mempunyai peluang untuk memanfaatkan potensi ekonomi baik dalam kegiatan “On Farm” maupun pada

Upload: phamhanh

Post on 02-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Sub Sektor Perkebunan di Sulawesi Selatan

telah memperlihatkan peranan yang cukup berarti, hal ini ditandai

dengan meningkatnya kontribusi terhadap Perekonomian

Sulawesi Selatan, terutama peranannya terhadap ekspor.

Keberhasilan dan kemajuan Pembangunan yang dapat dicapai

tersebut merupakan implementasi dari Pola Pembangunan

Perkebunan yang selama ini dilaksanakan dengan kegiatan Pokok

Intensifikasi, Diversifikasi, Rehabilitasi dan Ekstensifikasi yang

didukung dengan adanya kebijakan Pemerintah Daerah Sulawesi

Selatan.

Secara nasional sub Sektor Perkebunan memberikan

kontribusi peningkatan Devisa Negara dan PDRB terbesar di luar

Minyak dan Gas Bumi serta penyerap tenaga kerja yang cukup

besar. Sehubungan dengan Strategi dan Kebijakan Pembangunan

Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, maka Sasaran

Pembangunan Perkebunan adalah peningkatan produksi dan

produktivitas tanaman perkebunan serta terbentuknya kawasan

Agribisnis Perkebunan yang utuh disebut dengan Pusat

Pengembangan Perkebunan di setiap lokasi Pengembangan dan

Sentra-Sentra Produksi dengan azas kebersamaan ekonomi

masyarakat/kerakyatan. Dengan demikian Petani Perkebunan

sebagai anggota masyarakat melalui kelembagaan petani

/assosiasi / koperasi, mempunyai peluang untuk memanfaatkan

potensi ekonomi baik dalam kegiatan “On Farm” maupun pada

2

kegiatan “Off Farm” seperti Pengolahan Hasil, Pemasaran dan lain-

lain.

1.2. Gambaran Umum Data Organisasi

Pemerintah Daerah bersama DPRD Provinsi Sulawesi Selatan

menetapkan peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan nomor

10 tahun 2009, tanggal 19 januari 2009, tentang pembentukan

organisasi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi

Selatan sbb :

Tugas dan Fungsi

Dinas Perkebunan mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan di bidang perkebunan berdasarkan asas desentralisasi,

dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Dinas Perkebunan

mempunyai fungsi :

� Perumusan kebijakan teknis dibidang perkebunan meliputi

pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana

prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan, dan

pasca panen dan sistem informasi perkebunan

� Penyelenggaraan pelayanan dalam bidang perkebunan

yang meliputi pengembangan dan pembinaan usaha

perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan

perkebunan dan pasca panen dan sistem informasi

perkebunan

� Pembinaan dan penyelenggaraan tugas dibidang

perkebunan yang meliputi pengembangan dan pembinaan

usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan,

3

perlindungan perkebunan, pasca panen dan sistem

informasi perkebunan

� Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

1.3. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Dinas Perkebunan terdiri dari :

� Kepala Dinas

� Sekretariat

� Bidang

� Sub Bagian

� Seksi

� UPTD

� Jabatan Fungsional

� Sekretariat terdiri atas :

a. Sub Bagian Program

b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

c. Sub Bagian Keuangan

� Bidang Pengembangan dan Pembinaan Usaha Perkebunan

terdiri atas :

a. Seksi Pembinaan Tanaman Tahunan

b. Seksi Pembinaan Tanaman Semusim

c. Seksi Kerjasama dan Kelembagaan Usaha

� Bidang Prasarana dan Sarana Perkebunan terdiri atas :

a. Seksi Perbenihan

b. Seksi Alat dan Mesin

c. Seksi Pupuk dan Pestisida

4

� Bidang Perlindungan terdiri atas :

a. Seksi Pengamatan dan Peramalan Organisme

Pengganggu Tanaman.

b. Seksi Pengendalian OPT dan Gangguan Usaha.

c. Seksi Konservasi Lahan dan Pemanfaatan Air.

� Bidang Pasca Panen dan Sistem Informasi terdiri atas :

a. Seksi Pengolahan Hasil

b. Seksi Pemasaran Hasil

c. Seksi Statistik dan Sistem Informasi

� Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelolaan Kebun

terdiri atas :

a. Kasubag Tata Usaha

b. Seksi Teknis, Bahan Tanaman dan Produksi

c. Seksi Pengolahan, Pemasaran dan Pengembangan

Usaha

� Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Proteksi

Tanaman dan Pengawasan, Pengujian Mutu Benih

Perkebunan (BPTP2MB) terdiri atas :

a. Kasubag Tata Usaha

� Jabatan Fungsional.

a. Penyuluh Pertanian / Perkebunan

b. Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

c. Pengawas Benih Tanaman

d. Arsiparis

e. Pustakawan

5

1.4. Aspek Keuangan

Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan yang

telah ditetapkan melalui program-program strategis yang telah

disusun maka setiap Tahun Anggaran dialokasikan dana

pembangunan untuk membiayai kegiatan Pembangunan

Perkebunan dan kegiatan operasional yang dialokasikan melalui

dana APBD.

� Alokasi Anggaran Pembangunan Perkebunan Tahun Anggaran

2014 sebesar Rp. 61.639.766.776 yang terdiri dari :

� Belanja Tidak Langsung Rp. 17.865.148.276

� Belanja Langsung Rp. 43.774.618.500

1.5. Lingkungan Strategis

Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi

Sulawesi Selatan adalah faktor SDM Aparatur. Adapun jumlah

aparatur/PNSD yang dipekerjakan pada Dinas Perkebunan Provinsi

Sulawesi Selatan tahun 2014 adalah sebanyak 227 orang dengan

uraian sebagai berikut :

6

Sebaran PNSD lingkup Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

menurut golongan dan jenis kelamin :

No

Gol./ Ruang

A B C D JUMLAH

TOTAL

P W P W P W P W P W

1.

2.

3.

4.

I

II

III

IV

2

12

8

9

-

2

8

5

1

24

18

8

-

10

35

3

3

10

12

1

-

9

11

1

1

1

12

-

-

3

18

-

7

47

50

18

-

24

72

9

7

71

122

27

Jumlah 31 15 51 48 26 21 14 21 122 105 227

Sebaran PNSD lingkup Dinas Perk. Provinsi Sulawesi Selatan menurut Pendidikan :

No

Tingkat

Pendidikan

Klasifikasi

Pendidikan

Jenis Kelamin

Ket.

K NK Jumlah P W Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

S3

S2

S1

S M

SLTA

SLTP

SD

1

9

63

2

31

-

-

-

11

58

4

39

6

3

1

20

121

6

70

6

1

11

56

5

44

6

3

-

9

65

1

26

-

-

1

20

121

6

70

6

3

K = Kejuruan

NK= Non

Kejuruan

P = Pria

W = Wanita

Jumlah 106 121 227 126 101 227

7

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Dokumen Rencana Strategi memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran

dan Strategis (cara mencapai tujuan dan sasaran)

2.1. V i s i

Visi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan adalah

merupakan penjabaran dari visi Provinsi Sulawesi Selatan dan visi

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sbb :

Berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Pembangunan Daerah

(GBHD) dan Program Pembangunan Daerah (Propeda) Propinsi

Sulawesi Selatan ditegaskan bahwa visi Sulawesi Selatan sampai

Tahun 2028 adalah sbb :

“ SULAWESI SELATAN MENJADI WILAYAH TERKEMUKA

DI INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KEMANDIRIAN LOKAL

YANG BERNAFASKAN KEAGAMAAN “

Bahwa dengan memperhatikan kewenangan otonomi

Provinsi Sulawesi Selatan sesuai UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP

25 Tahun 2000, serta memperhatikan analisis perkembangan

lingkungan strategis, maka dirumuskan visi Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan 2013 - 2018 sebagai berikut :

“ Sulawesi Selatan Sebagai Pilar Utama Pembangunan

Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan “

Sejalan dengan kedua rumusan visi tersebut di atas dan

dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan

Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Perda Nomor 10 tahun

2009 tanggal 19 Januari 2009 tentang Pembentukan Organisasi

8

dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

dirumuskan Visi sebagai berikut :

“TERWUJUDNYA PERKEBUNAN, MAJU, MANDIRI

BERBASIS KOMODITI UNGGULAN DALAM MENDUKUNG

SULAWESI SELATAN SEBAGAI PILAR UTAMA PEMBANGUNAN

NASIONAL“

Masyarakat perkebunan adalah seluruh petani yang terlibat

dalam pengelolaan usaha tani perkebunan baik Perkebunan

Rakyat maupun Perkebunan Besar dan Stake Holder lainnya yang

dibina melalui wadah kelompok tani, yang diharapkan dari

kelompok tani tersebut dapat bergabung bersama-sama

kelompok tani lainnya dan membangun kelembagaan ekonomi

secara komprehensif sehingga terbentuk apa yang disebut

Koperasi Primer/Sekunder, melalui koperasi ini petani dibina

menjadi petani maju dan mandiri.

Maju dan mandiri adalah kemampuan pengetahuan dan

keterampilan SDM petani perkebunan sudah meningkat dan

sudah dapat mentransformasikan dan menerapkan teknologi

dengan baik serta dengan biaya sendiri, tanpa bantuan dari

pemerintah. Dengan demikian maka petani yang sudah dibina

melalui kelompok dan telah menjadi anggota koperasi diharapkan

telah mempunyai kemampuan untuk dapat bermitra dengan

perusahaan (industri) pada setiap kawasan sentra komoditas

unggulan.

Selanjutnya petani dapat mengintegrasikan dirinya kedalam

industri dan dapat memperoleh saham dari perusahaan industri.

Demikian pula sebaliknya perusahaan industri menanamkan

9

sahamnya kepada petani, sehingga keuntungan yang diperoleh

dapat dibagi secara patungan. Dengan demikian, maka integrasi

antara on farm dan off farm akan lebih mudah dilaksanakan.

2.2. M i s i

� Mengembangkan Perkebunan yang maju, produktif dan

berkualitas melalui penguatan komoditi unggulan.

� Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan yang utuh dari

hulu sampai hilir untuk mendukung industri berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan.

� Memberdayakan kelembagaan perkebunan untuk mendorong

akses penguatan usaha perkebunan melalui kerjasama dan

kemitraan usaha.

� Mengembangkan teknologi untuk mendukung peningkatan

produktivitas dan nilai tambah dari produk perkebunan yang

berbasis keunggulan kompetitif.

2.3. Tujuan

Sejalan dengan visi dan misi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi

Selatan, maka tujuan Pembangunan Perkebunan ke depan

dirumuskan sebagai berikut :

a. Meningkatkan produktivitas dan kualitas dengan

memanfaatkan potensi dan penguatan komoditi unggulan

terutama kakao.

b. Meningkatkan nilai tambah dan mutu produk hasil perkebunan

melalui penyediaan sarana pengolahan.

10

c. Memberdayakan kelembagaan perkebunan agar akses lebih

kuat untuk menumbuhkan usaha perkebunan melalui jejaring

kerjasama dan kemitraan usaha.

d. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana perkebunan

serta peningkatan pemanfaatan teknologi untuk mendukung

peningkatan produksi dan produktivitas komoditi perkebunan.

2.4. Sasaran

Mengacu pada Visi, Misi dan tujuan Dinas serta memperhatikan

potensi, kondisi lingkungan strategi, maka sasaran Pembangunan

Perkebunan yang ingin dicapai hingga tahun 2018 adalah sebagai

berikut :

a. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan

b. Meningkatnya pasca panen dan pemasaran hasil

c. Meningkatnya penguatan kelembagaan perkebunan

d. Meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana perkebunan

Adapun sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2014, merupakan

Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Perjanjian Kinerja (PK) antara Kepala

Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Gubernur Sulawesi

Selatan sebagai berikut :

1. Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao,Jambu

Mete, Kopi, Tebu,Kelapa, Cengkeh, Lada, Kelapa Sawit, Pala dan

Tembakau sebesar 439.644 Ton.

2. Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 1.042

Kg/ha.

3. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar Rp. 8,571 T

11

4. Jumlah Unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang Termanfaatkan

12unit.

5. Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan 104.619 Ton

6. Nilai Ekspor Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 255.525 US$.

2.5. Strategi (Cara Untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran)

Untuk mencapai Tujuan Sasaran yang telah ditetapkan, maka

dilakukan penetapan Strategi melalui Program dan Kegiatan.

Program dan Kegiatan.

A. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Kegiatan : 1. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan

2. Pelayanan Barang dan Jasa Administrasi

B. Program Peningkatan Kapasitas dan Kinerja SKPD

Kegiatan: 1. Pembinaan Aparatur dan Pengembangan Kehumasan

2. Pengadaan Kendaraan Dinas / Operasional

3. Penyediaan Sarana dan Prasarana BPTP2MB dan

Sertifikasi Benih Perkebunan

4. Pembangunan / Rehabilitasi Gedung Kantor

5. Pembangunan Jembatan UPTD Pengelolaan Kebun

Dinas

C. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Perencanaan dan

Sistem Evaluasi Kinerja SKPD

Kegiatan : 1. Koodinasi Penyelenggaraan Perencanaan

Pembangunan Perkebunan

12

D. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman

Perkebunan

Kegiatan : 1. Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Tahunan

2. Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Semusim

3. Pembinaan dan Pengembangan Bibit Komoditi

Unggulan Perkebunan

4. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk dan Pestisida

5. Pembinaan dan Penyediaan Alat dan Mesin

Perkebunan

6. Pembinaan dan Konservasi Lahan dan Air

7. Pembinaan dan Pengendalian OPT dan Gangguan

Usaha Perkebunan

8. Pengamatan, Peramalan Hama, Penyakit & Gulma

Tanaman Perkebunan

9. Penguatan Kelembagaan Petani dan Pembinaan

Usaha Perkebunan

10. Proteksi Tanaman, Pengawasan dan Pengujian

Mutu Benih, Sertifikasi Benih Perkebunan

11. Pengelolaan Kebun Bibit Dinas

E. Program Peningkatan Pasca Panen dan Pemasaran Hasil

perkebunan

Kegiatan : 1. Pembinaan Peningkatan Mutu dan Pengembangan

Pengolahan Hasil Perkebunan

2. Promosi Atas Hasil Produksi Perkebunan Unggulan

Daerah

3. Pengembangan Statistik dan Sistem Informasi

Perkebunan

13

III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang merupakan ukuran kuantitatif dan

kualitatif yang menggambarkan Tingkat Pencapaian suatu kegiatan

yang telah ditetapkan. Indikator kinerja kegiatan yang akan

ditetapkan dikategorikan ke dalam kelompok :

� Input (Masukan)

� Output (Keluaran)

� OutComes (Hasil)

Khususnya untuk indikator kinerja Benefit (manfaat) dan Infacts

(Dampak) belum dapat diukur. Hal ini disebabkan pengukuran

kedua indikator tersebut tidak dapat dilaksanakan hanya pada satu

kegiatan saja, akan tetapi erat kaitannya dengan kegiatan lainnya.

Selain itu juga untuk melihat hal tersebut di atas dibutuhkan waktu

yang lama (jangka panjang).

� Evaluasi dan Analisis Kinerja Tahun 2014

� Evaluasi Kinerja

Berdasarkan Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2014 maka

dilakukan evaluasi terhadap indikator sasaran outcome dalam

rangka memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap hal-hal yang

mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan

sebagai berikut :

14

A. Sasaran Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan

439.644 Ton.

Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao, kopi,

cengkeh, kelapa, jambu mete, lada, pala, Kelapa sawit, tebu dan

tembakau) tahun 2014 mencapai 368.753Ton. Dengan demikian

maka sasaran volume produksi komoditi unggulan sebesar 439.644

ton, hanya mencapai 83,87 % sebagaimana pada tabel 1.

Tabel 1. Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan Tahun

2014

NO

KOMODITI

Volume Produksi (Ton)

TARGET

(Ton)

REALISASI

(Ton) %

1. Kakao 216.602 137.860 63,65

2. K o p i 34.101 28.590 83,84

3. Cengkeh 15.755 18.637 118,29

4. Kelapa 78.020 70.140 89,90

5. Jambu Mete 19.500 16.934 86,84

6. L a d a 5.385 5.682 105,52

7. P a l a 505 464 91,88

8. Kelapa Sawit 33.656 57.176 169,88

9. T e b u 24.055 30.350 126,17

10. Tembakau 2.065 1.788 86,59

439.644 368.753 83,87

Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa realisasi volume

produksi Komoditi yang terendah capaiannya adalah kakao hanya

137.860 ton (63,65 %) dari target 216.602 ton. Selanjutnya untuk

15

komoditi kopi hanya mencapai 83,84 % , tembakau 86,59 % dan

jambu mete hanya mencapai 86,84 %.

Hal ini disebabkan adanya anomaly iklim yang tidak mendukung,

adanya serangan hama PBK pada kakao dan adanya alih fungsi

lahan pada beberapa kabupaten utamanya alih fungsi lahan kakao

ke sawit dan pencetakan sawah.

volume produksi Komoditi yang tertinggi capaiannya adalah Kelapa

Sawit, Tebu dan Cengkeh.

Untuk Komoditi Kelapa sawit capaiannya sebesar 57.176 ton

( 169,88 %) dari target 33.656 ton yang berasal dari kabupaten

Luwu Utara, Luwu Timur, Luwu, Pinrang dan Sidrap.

Selanjutnya untuk komoditi Tebu 30.350 ton (126,17 %) dari target

24.055 ton yang sebagoian besar berasal dari kabupaten Bone,

Takalar dan Wajo.

Untuk komoditi Cengkeh mencapai 18.637 ton (118,29 %) dari

target 15.755 ton yang sebagian besar berasal dari kabupaten

Luwu, Bone, Sinjai, Wajo, Sidrap, Bulukumba dan Enrekang.

Untuk melihat perkembangan produksi 10 (sepuluh)

komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada tabel

2 berikut :

16

Tabel 2. Perkembangan Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan

3 (tiga) Tahun terakhir (2012 s/d 2014)

2012 2013 2014

1. Kakao 176.587 146.163 137.860

2. K o p i 34.190 33.075 28.590

3. Cengkeh 17.400 17.468 18.637

4. Kelapa 81.643 79.500 70.140

5. Jambu Mete 32.190 18.480 16.934

6. L a d a 8.943 5.083 5.682

7. P a l a 495 402 464

8. Kelapa Sawit 31.108 44.662 57.176

9. T e b u 32.708 33.155 30.350

10. Tembakau 1.951 1.653 1.788

417.215 379.641 368.753 Jumlah

NO. KOMODITIPRODUKSI (TON)

Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang

mengalami peningkatan produksi selama 3 (tiga) tahun terakhir

adalah komoditi cengkeh, lada dan kelapa sawit. Sedangkan

komoditi yang mengalami penurunan produksi selama 3 (tiga)

tahun terakhir adalah kakao, kopi, kelapa dan jambu mete. Untuk

komoditi Pala, Tebu dan Tembakau mengalami penurunan produksi

pada tahun ke dua (2013) tetapi mengalami peningkatan produksi

pada tahun ke tiga (2014).

Adapun kegiatan yang telah dilakukan ditahun 2014 dalam

menunjang peningkatan produksi komoditi unggulan melalui dana

APBD adalah sebagai berikut :

a. Penerapan intensifikasi tanaman Jambu Mete 100 Ha

(Sidrap 50 Ha dan Barru 50 Ha)

b. Penerapan intensifikasi tanaman Kopi 200 Ha di

kabupaten Enrekang.

c. Penerapan intensifikasi tanaman Lada 200 Ha di

kabupaten Enrekang.

17

d. Pengadaan bibit komoditi unggulan sebanyak 2.425.779

pohon yang dibagi secara gratis kepada petani pada 22

kabupaten/kota, antara lain :

� Kakao Sambung Pucuk 1.036.256 pohon (1.000 Ha)

� Cengkeh 386.470 pohon (1.300 Ha)

� Karet 35.000 pohon (73 Ha)

� Pala 140.053 pohon (1.100 Ha)

� Kopi Arabika 300.000 pohon (1.800 Ha)

� Kelapa Sawit 50.000 pohon (400 Ha)

� Lada 300.000 pohon (120 Ha)

� Kelapa Dalam 70.000 pohon (560 Ha)

� Jambu Mete 108.000 pohon (380 Ha)

e. Pengadaan Pupuk yang dibagi kepada petani secara

gratis antara lain :

� Pupuk NPK 50.000 Kg di kabupaten Soppeng

� Pupuk Cair 6.250 Liter di kabupaten Sinjai 2.500 Ltr,

Enrekang 1.100 Ltr dan Luwu 2.650 Ltr.

� Pupuk Granular 44.800 Kg di kabupaten Sinjai

� Pupuk Kompos 50.000 Kg di kabupaten Bulukumba

f. Pengendalian OPT tanaman Lada 300 Ha (Bulukumba

50 Ha, Enrekang 50 Ha, Sinjai 50 Ha dan Luwu Timur 150

Ha).

Sedangkan kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang

peningkatan produksi melalui dana APBN adalah sebagai

berikut :

a. Intensifikasi tanaman kopi di Kab. Toraja Utara seluas

150 Ha.

18

b. Pemberdayaan petani kakao sebanyak 150 orang

(Kabupaten Bone 50 orang, Bulukumba 50 orang dan

Sinjai 50 orang).

c. Pengembangan tanaman tebu 300 Ha (Kabupaten

Jeneponto 100 Ha, Kabupaten Takalar 150 Ha dan

Kabupaten Gowa 50 Ha).

d. Pemeliharaan (Rawat Ratoon Tebu) 950 Ha (Kabupaten

Bone 80 Ha, Kapubaten Takalar 570 Ha dan Kabupaten

Gowa 300 Ha).

e. Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Kakao di Kabupaten Soppeng 10 Ha, Kabupaten Wajo

300 Ha dan Maros 150 Ha.

f. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Tebu di Kabupaten Bone 125 Ha dan Kabupaten Takalar

25 Ha.

g. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Kelapa di Kabupaten Bone 400 Ha dan Kabupaten Sidrap

200 Ha.

B. Sasaran Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan 1.042

Kg/Ha

Sasaran Produktivitas rata-rata Komoditi Unggulan Perkebunan

tahun 2014 mencapai 1.170 Kg/Ha. Dengan demikian maka sasaran

produktivitas komoditi unggulan sebesar 1.042 Kg/Ha, mencapai

112,28 %. Lebih jelasnya sasaran produktivitas masing-masing

komoditi unggulan sebagaiman pada tabel 3.

19

Tabel 3. Produktivitas Komoditi Unggulan Tahun 2014

NO

KOMODITI

PRODUKTIVITAS

TARGET

(Kg/Ha)

REALISASI

(Kg/Ha) %

1. Kakao 962 780 81,08

2. K o p i 677 586 86,56

3. Cengkeh 501 564 112,57

4. Kelapa 899 924 102,78

5. Jambu Mete 410 421 102,68

6. L a d a 658 743 112,91

7. P a l a 404 357 88,37

8. Kelapa Sawit 2.475 4.045 163,43

9. T e b u 2.779 2.084 74,99

10. Tembakau 659 1.197 181,64

Produktivitas

Rata-rata

1.042 1.170 112,28

Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa produktivitas

komoditi unggulan tahun 2014 rata-rata mencapai 1.170 Kg/Ha.

Produktivitas komoditi tertinggi adalah komoditi Kelapa Sawit

yaitu 4.045 Kg/Ha. Sedangkan produktivitas komoditi terendah

adalah komoditi Pala, hanya mencapai 357 Kg/Ha (88,37 %).

Untuk melihat perkembangan Produktivitas 10 (sepuluh)

komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada

tabel 4 berikut :

20

Tabel 4. Produktivitas Komoditi Unggulan 3 (Tiga) Tahun Terakhir

(2012 – 2014)

2012 2013 2014

1. Kakao 941 802 780

2. K o p i 1.347 1.217 586

3. Cengkeh 499 564 564

4. Kelapa 1.798 1.915 924

5. Jambu Mete 408 398 421

6. L a d a 657 629 743

7. P a l a 402 404 357

8. Kelapa Sawit 2.473 2.302 4.045

9. T e b u 2.775 2.556 2.084

10. Tembakau 654 716 1.197

1.195 1.150 1.170

NO. KOMODITIPRODUKTIVITAS (Kg/Ha)

Jumlah rata-rata

Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang

mengalami peningkatan produktivitas selama 3 (tiga) tahun

terakhir adalah komoditi Tembakau. Sedangkan komoditi yang

mengalami penurunan produktivitas selama 3 (tiga) tahun terakhir

adalah Kakao, Kopi dan Tebu. Untuk komoditi Cengkeh, Kelapa,

Pala, mengalami peningkatan pada tahun ke dua (2013) tetapi

menurun pada tahun ke tiga (2014). Komoditi Jambu Mete, Lada,

Kelapa Sawit mengalami penurunan di tahun ke dua (2013) tetapi

mengalami peningkatan pada tahun ke tiga (2014).

Adapun kegiatan yang telah dilakukan di tahun 2014 dalam

menunjang peningkatan produktivitas komoditi unggulan melalui

dana APBD adalah sebagai berikut :

a. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk NPK 50.000 kg di

Kabupaten Soppeng.

b. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk Cair 6.250 Liter

(Kabupaten Sinjai 2.500 liter, Kapubaten Enrekang 1.100

liter dan Kabupaten Luwu 2.650 liter).

21

c. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk Granular 44.800 Kg di

Kabupaten Sinjai.

d. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk Kompos 50.000 Kg di

Kabupaten Bulukumba.

e. Pembinaan dan Penyediaan Alat dan Mesin Perkebunan

(Pengadaan alat tebang dan alat angkut tebu 7 paket di

Kabupaten Takalar, 10 paket di Kabupaten Bone, 1 paket di

Kabupaten Pinrang, 1 paket di Kabupaten Wajo dan 1 paket

di Kabupaten Jeneponto) serta pengadaan mesin pompa air

1 paket di Kabupaten Sidrap.

f. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Lada 300 Ha

(Kabupaten Bulukumba 50 Ha, Kabupaten Enrekang 50 Ha,

Kabupaten Sinjai 50 Ha dan Kabupaten Luwu Timur 50 Ha).

C. Sasaran Nilai produksi komoditi unggulan perkebunan Rp.

8.571.727.000.000,-

Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao, Kopi,

Cengkeh, Kelapa, Jambu Mete, Lada, Pala, Kelapa sawit, Tebu dan

Tembakau) tahun 2014 mencapai Rp. 10.834.113.010.000,- .

Dengan demikian maka sasaran nilai produksi komoditi unggulan

sebesar Rp. 8.571.727.000.000,- mencapai 126,40% sebagaimana

pada tabel 5. Hal tersebut dipengaruhi oleh peningkatan nilai dollar

(US$) pada tahun 2014, sehingga beberapa komoditi unggulan

perkebunan yang dieksport utamanya Kakao, Cengkeh, Kopi, Jambu

Mete, Tebu dan Kelapa mengalami kenaikan harga dari tahun

sebelumnya.

22

Tabel 5. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan Rakyat

Tahun 2014

HARGA NILAI

(Rp) PRODUKSI

1. Kakao 137.860 30.692 4.231.199.120,00

2. K o p i 28.590 22.350 638.986.500,00

3. Cengkeh 18.637 137.894,00 2.569.930.478,00

4. Kelapa 70.140 4.055,00 284.417.700,00

5. Jambu Mete 16.934 88.357,00 1.496.237.438,00

6. L a d a 5.682 106.513,00 605.206.866,00

7. P a l a 464 83.038,00 38.529.632,00

8. Kelapa Sawit 57.176 7.210,00 412.238.960,00

9. T e b u 30.350 12.500,00 379.375.000,00

10. Tembakau 1.788 100.107,00 178.991.316,00

367.621 592.716,00 10.835.113.010,00 Jumlah

NO. KOMODITI PRODUKSI

Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa nilai produksi

terbesar dari sepuluh (10) komoditi unggulan perkebunan adalah

pada komoditi Kakao (39,05%), Cengkeh (23,72%) dan Jambu

Mete (13,81%). Sedangkan nilai produksi terkecil adalah

komoditi Pala (0,04%).

Untuk melihat perkembangan Nilai Produksi 10 (sepuluh)

komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada

tabel 6 berikut :

23

Tabel 6. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan Tahun

2012 - 2014

2012 2013 2014

1. Kakao 3,581,310,810 2,988,802,140 4,231,199,120

2. K o p i 912,972,522 767,129,030 638,986,500

3. Cengkeh 1,341,712,312 2,014,037,390 2,569,930,478

4. Kelapa 417,321,345 222,873,100 284,417,700

5. Jambu Mete 161,560,902 151,097,960 1,496,237,438

6. L a d a 366,616,458 671,592,680 605,206,866

7. P a l a 35,790,975 38,079,216 38,529,632

8. Kelapa Sawit 402,800,000 442,656,000 412,238,960

9. T e b u 31,060,710 99,834,240 379,375,000

10. Tembakau 222,383,205 163,035,390 178,991,316

747,352,924 755,913,715 1,083,511,301

NO. KOMODITINILAI PRODUKSI (x 1.000)

Jumlah

Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang

mengalami peningkatan nilai produksi selama 3 (tiga) tahun

terakhir adalah komoditi Kakao, Cengkeh, Jambu Mete dan Tebu.

Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan nilai produksi

selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah Kopi, Cengkeh, Pala, Kelapa

Sawit. Untuk komoditi Lada mengalami peningkatan pada tahun

ke dua (2013) tetapi menurun pada tahun ke tiga (2014).

Komoditi Tembakau mengalami penurunan di tahun ke dua

(2013) tetapi mengalami peningkatan pada tahun ke tiga (2014).

D. Sasaran Unit pengolahan hasil Perkebunan Yang Termanfaatkan 12

Unit.

Jumlah unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang

termafaatkan pada Program Peningkatan Pasca Panen dan

Pemasaran hasil Perkebunan sebanyak 12 unit pada tahun 2014

mencapai target 100 %. Adapun alat yang termanfaatkan

tersebut antara lain : alat pengolahan kopi (pulper), alat panen

24

buah cengkeh, alat pengolahan kopi bubuk alat tersebut

dialokasikan masing-masing di Kabupeten :

a. Pulper dialokasikan ke Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten

Toraja Utara, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto,

Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Gowa dan Kabupaten

Bone.

b. Alat pengolahan kopi bubuk dialokasikan ke Kabupaten

Enrekang.

c. Alat Panen Cengkeh dialokasikan ke Kabupaten Kabupaten

Luwu, Kabupaten Wajo, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Sidrap.

E. Sasaran Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan 104.619

Ton

Volume Eksport komoditi unggulan perkebunan (Kakao,

Kopi, Cengkeh, Kelapa, Jambu Mete dan Tebu) tahun 2014

mencapai Rp. 116.158 Ton. Dengan demikian maka sasaran nilai

produksi komoditi unggulan sebesar Rp. 104.619 Ton mencapai

111,85%. Dari sepuluh ( 10 ) komoditi unggulan perkebunan

yang merupakan target sasaran kinerja dalam RPJMD komoditi

ekspor hanya enam ( 6 ) komoditi yaitu Kakao, Kopi, Cengkeh,

Kelapa, Jambu mete dan Tebu, sedangkan empat ( 4 ) komoditi

lainnya yaitu Tembakau, pala, Lada dan Kelapa Sawit belum

dimasukkan sasaran target kinerja. Data volume ekspor

perkebunan sebagaimana pada tabel 7.

25

Tabel 7. Volume eksport komoditi unggulan perkebunan Tahun

2014

TARGET CAPAIAN

(Ton) (Ton)

1. Kakao 75.810,00 67.781,00 89,41

2. K o p i 5.219,00 6.661,00 127,63

3. Cengkeh 347,00 68,00 19,60

4. Kelapa 756,00 1.204,00 159,26

5. Jambu Mete 5.460,00 5.468,00 100,15

6. T e b u 17.027,00 34.976,00 205,41

104.619,00 116.158,00 116,16

NO. KOMODITIVOLUME EKSPOR TAHUN 2014

Jumlah

KET.%

Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa capaian volume

eksport komoditi unggulan perkebunan terbesar dari enam (6)

komoditi unggulan perkebunan adalah pada komoditi Tebu

(205,41%), Kelapa (159,26%), Kopi (127,63%) dan Jambu Mete

(100,15%). Sedangkan capaian volume eksport terkecil adalah

komoditi Cengkeh (19,60%) dan Kakao (89,41%).

Untuk melihat perkembangan volume ekspor enam (6)

komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada

tabel 8 berikut :

Tabel 8. Volume Ekspor komoditi Unggulan tahun 2012 - 2014

2012 2013 2014

1. Kakao 56.620,93 73.204,82 67.781,00

2. K o p i 4.590,01 2.458,71 6.661,00

3. Cengkeh 331,67 96,00 68,00

4. Kelapa 900.554,00 112,54 1.204,00

5. Jambu Mete 1.837,34 4.294,67 5.468,00

6. T e b u 10.058,40 29.408,59 34.976,00

973.992,34 109.575,33 116.158,00

NO. KOMODITIVOLUME EKSPOR (TON)

Jumlah

Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang

mengalami peningkatan volume eksport selama 3 (tiga) tahun

terakhir adalah komoditi Tebu, Jambu Mete dan Kopi.

26

Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan nilai produksi

selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah Kakao, Cengkeh. Untuk

komoditi Kelapa mengalami penurunan pada tahun ke dua

(2013) tetapi meningkat pada tahun ke tiga (2014).

Yang mengalami Penurunan volume eksport dari tahun

2013 ke tahun 2014 antara lain :

� Biji kakao dari 64.011 Ton menjadi 32.809 Ton

� Kakao butter dari 5.364 Ton menjadi 4.951 Ton

� Kakao cake dari 1.582 Ton menjadi 1.236 Ton

� Kakao powder dari 3.551 Ton menjadi 4.135 Ton

� Kakao residu dari 269 Ton menjadi 91 Ton

� Ampas minyak kelapa dari 51 Ton menjadi 0

� Gagang cengkeh dari 84 Ton menjadi 22 Ton

Namun demikian beberapa komoditi mengalami

peningkatan volume eksport antara lain :

� Kakao cell dari 15 Ton menjadi 95 Ton

� Kakao liquer dari 1.852 Ton menjadi 5.897 Ton

� Kakao mass dari 4.080 Ton menjadi 14.595 Ton

� Kakao powder dari 3.551 Ton menjadi 4.135 Ton

� Kakao shell dari 50 Ton menjadi 1.185 Ton

� Kopi beans dari 2.553 Ton menjadi 5.761 Ton

� Buah kelapa dari 0 menjadi 174 Ton

� Bunga cengkeh dari 0 menjadi 22 Ton

� Cengkeh dari 12 Ton menjadi 24 Ton

� Kulit mete dari 51 Ton menjadi 328 Ton

� Mete kupas dari 3.217 Ton menjadi 4.057 Ton

� Mete nut shell dari 0 menjadi 21 Ton

27

� Mete gelondongan dari 764 Ton menjadi 825 Ton

� Arang tempurung dari 42 Ton menjadi 650 Ton

� Minyak mete dari 0 menjadi 237 Ton

� Sabuk kelapa dari 0 menjadi 33 Ton

� Tempurung kelapa dari 20 Ton menjadi 337 Ton

� Tetes gula dari 29.409 Ton menjadi 34.851 Ton

Adapun Negara-negara tujuan untuk mengeksport antara

lain :

� Biji kakao Negara tujuan adalah Thailand, Singapura, Rep.

Korea, Malaysia, Jepang, India, China, Amerika Serikat.

� Kopi beans Negara tujuan adalah Amerika Serikat, Australia,

Belgia, China, Iceland, Inggris, Israil, Jepang, Jerman,

Norwegia, Rep. Korea, Singapura, Swedia, Taiwan.

� Buah kelapa Negara tujuan adalah Inggris, China, Arab

Saudi.

� Bunga cengkeh Negara tujuan adalah Malaysia.

� Cengkeh Negara tujuan adalah Malaysia

� Gagang cengkeh Negara tujuan adalah Malaysia dan India.

� Kulit mete Negara tujuan adalah Vietnam, Rep. Korea,

Malaysia, India.

� Mete gelondongan Negara tujuan adalah Vietnam dan

India.

F. Sasaran Nilai eksport mencapai 255.525 US $

Nilai Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao, Kopi,

Cengkeh, Kelapa, Jambu Mete dan Tebu) tahun 2014 mencapai

314.095 US$. Dengan demikian maka sasaran nilai produksi

28

komoditi unggulan sebesar 255.525 US$ mencapai 122,72%

sebagaimana pada tabel 9.

Tabel 9. Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan Tahun 2014

TARGET CAPAIAN %

1. Kakao 187.817,00 254.835,00 135,68

2. K o p i 31.867,00 27.579,00 86,54

3. Cengkeh 1.339,00 339,00 25,32

4. Kelapa 339,00 499,00 147,20

5. Jambu Mete 31.302,00 26.215,00 83,75

6. T e b u 2.861,00 4.628,00 161,76

255.525,00 314.095,00 122,72

NO. KOMODITINILAI EKSPOR (US $)

Jumlah

KET.

Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa volume eksport

komoditi unggulan perkebunan terbesar dari enam (6) komoditi

unggulan perkebunan adalah pada komoditi Kelapa (135,68%),

Tebu (161,76%) dan Kelapa (147,20%). Sedangkan volume

eksport terkecil adalah komoditi Cengkeh (25,32%), Jambu

Mete (83,75%) dan Kopi (86,54%).

Untuk melihat perkembangan Produktivitas enam (6)

komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada

tabel 10 berikut :

Tabel 10. Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan 3 (Tiga)Tahun

Terakhir

2012 2013 2014

1. Kakao 139.947,00 191.342,00 254.835,00

2. K o p i 28.463,00 11.181,00 27.579,00

3. Cengkeh 1.277,00 427,00 339,00

4. Kelapa 129,00 51,00 499,00

5. Jambu Mete 12.613,00 18.703,00 26.215,00

6. T e b u 2.080,00 8.341,00 4.628,00

184.509,00 230.045,00 314.095,00

NO. KOMODITINILAI EKSPOR (US $)

Jumlah

KET.

Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang

mengalami peningkatan volume eksport selama 3 (tiga) tahun

29

terakhir adalah komoditi Kakao, Kopi dan Jambu Mete.

Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan nilai eksport

selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah komoditi Cengkeh. Untuk

komoditi Kelapa mengalami penurunan pada tahun ke dua

(2013) tetapi meningkat pada tahun ke tiga (2014).

Penurunan nilai eksport tahun 2013 ke 2014 didominasi

oleh penurunan nilai eksport hasil industri antara lain :

� Kakao biji dari 149.615 US$ menjadi 95.970 US $

� Kakao powder dari 7.883 US$ menjadi 3.941 US $

� Kakao residu dari 83.095 US$ menjadi 34.750 US $

� Ampas kelapa dari 34.570 US$ menjadi 0

� Gagang cengkeh dari 248.400 US$ menjadi 13.519 US $

� Tetes gula dari 8.341 US$ menjadi 3.628 US $

Namun demikian beberapa nilai eksport komoditi

perkebunan meningkat antara lain :

� Kakao butter dari 30.417 US$ menjadi 57.476 US $

� Kakao cake dari 1.805 US$ menjadi 1.935 US $

� Kakao cell dari 7.709 US$ menjadi 13.795 US $

� Kakao liguer dari 7.489 US$ menjadi 30.866 US $

� Kakao mass dari 19.771 US$ menjadi 58.743 US $

� Kakao shell dari 27.393 US$ menjadi 198.047 US $

� Kopi beans dari 11.837 US$ menjadi 26.579 US $

� Buah kelapa dari 0 menjadi 58.852 US $

� Bunga cengkeh dari 0 menjadi 13.719 US $

� Cengkeh dari 178.490 US$ menjadi 312.050 US $

� Kulit mete dari 5.712 US$ menjadi 60.072 US $

� Mete kupas dari 18.552 US$ menjadi 24.897 US $

30

� Mete nut shell dari 0 menjadi 10.692 US $

� Mete gelendongan dari 947.646 US$ menjadi 1.168 US $

� Residu minyak sawit dari 0 menjadi 29.304 US $

� Arang tempurung dari 16.845 US$ menjadi 232.849 US $

� Minyak mete dari 0 menjadi 78.897 US $

� Sabuk kelapa dari 0 menjadi 186.435 US $

3.2. Analisis Kinerja Tahun 2014

A. Analisis Kinerja atas pencapaian program dan kegiatan

Pencapaian kinerja kegiatan terhadap program dan kegiatan tahun

2014 diperoleh capaian sebesar 99,83% (Lampiran 3) yang ditandai

dengan keberhasilan indikator-indikator program sebagai berikut :

1. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman

Perkebunan

Program ini didukung oleh sebelas kegiatan yakni :

a). Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Tahunan, b).

Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Semusim, c).

Pembinaan dan Pengembangan Bibit Komoditi Unggulan

Perkebunan, d). Pembinaan dan Penyediaan Pupuk dan

Pestisida, e). Pembinaan dan Penyediaan Alat dan Mesin

Perkebunan, f). Pembinaan dan Konservasi Lahan dan Air, g).

Pembinaan dan Pengendalian OPT dan Gangguan Usaha

Perkebunan, h). Pengamatan, Peramalan Hama, Penyakit dan

Gulma Tanaman Perkebunan, i). Penguatan Kelembagaan

Petani dan Pembinaan Usaha Perkebunan, j). Proteksi Tanaman,

Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih, Sertifikasi Benih

Perkebunan, k). Pengelolaan Kebun Bibit Dinas.

31

Persentase capaian kinerja program dari kegiatan tersebut

mencapai 99,36%.

2. Program Peningkatan Pasca Panen.

Program ini didukung oleh tiga kegiatan yakni : a). Pembinaan

Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan Hasil

Perkebunan, b). Promosi atas Hasil Produksi Perkebunan

Unggulan Daerah, c). Pengembangan Statistik dan Sistem

Informasi Perkebunan.

Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut

mencapai 98,33%

3. Program Pelayanan Admistrasi Perkantoran.

Program ini didukung oleh dua kegiatan yakni : a). Penyediaan

Jasa Admistrasi Keuangan, b). Pelayanan Barang dan Jasa

Administrasi Perkantoran.

Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut rata-rata

mencapai 100%.

4. Program Peningkatan Kapasitas dan Kinerja SKPD.

Program ini didukung oleh lima kegiatan yakni : a). Pembinaan

Aparatur dan Pengembangan Kehumasan, b). Pengadaan

Kendaraan Dinas/Operasional, c). Penyediaan Sarana dan

Prasarana BPTP2MB dan Sertifikasi Benih Perkebunan, d).

Pembangunan Jembatan Kebun UPTD Pengelolaan Kebun Bibit

Dinas.

Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut rata-rata

mencapai 98,80%.

5. Peningkatan Pengembangan Sistem Perencanaan dan Sistem

Evaluasi Kinerja SKPD.

32

Program ini didukung oleh satu kegiatan yakni : a). Koordinasi

Penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan Perkebunan.

Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut

mencapai 100%.

Dari 5 program yang dilaksanakan tersebut, 2 program diantaranya yang

mencapai kinerja 100%, sedangkan 3 program lainnya capaian

kinerjanya rata-rata mencapai 98,83%. Capaian Kinerja terendah adalah

Program Peningkatan Pasca Panen yaitu hanya mencapai 98,33%,

Program Peningkatan Kapasitas dan Kinerja SKPD 98,80% dan Program

Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan mencapai

99,36%.

B. Analisis Kinerja Terhadap Pencapaian Sasaran.

Pencapaian kinerja kegiatan terhadap sasaran tahun 2014 diperoleh

capaian sebesar 109,35% (Lampiran 5 dan 6) yang ditandai dengan

keberhasilan indikator-indikator sasaran sebagai berikut :

1. Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 439.644

Ton.

Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :

Persentase peningkatan volume produksi dan produktivitas

komoditi unggulan perkebunan sebesar 12,20%

Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 83,87%

2. Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 1.042

Kg/ha.

Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :

Persentase peningkatan produktivitas komoditi unggulan

perkebunan sebesar 0,39%.

Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 112,28%

33

3. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar Rp. 8,571 T

Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran yakni :

Persentase peningkatan nilai produksi komoditi unggulan

perkebunan sebesar 14,69%.

Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 126,40%

4. Jumlah Unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang Termanfaatkan

sebesar 12 Unit

Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :

Persentase peningkatan jumlah unit pengolahan hasil perkebunan

yang termanfaatkan sebesar 33,33%

Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 100%

5. Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 104.619

Ton

Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :

Persentase volume eksport komoditi unggulan perkebunan sebesar

6,25%

Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 111,85%

6. Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan sebesar 255.525 US$.

Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :

Persentase peningkatan nilai ekspor komoditas perkebunan

sebesar 24,53%

Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 122,72%

Dengan demikian maka Pencapaian Sasaran Kinerja tahun 2014

mencapai 109,35%.

Untuk lebih jelasnya penjelasan capaian kinerja masing-masing

komoditi unggulan sebagaimana pada lampiran 6.

34

3.3 . Akuntabilitas Keuangan

Total Dana APBD yang dikelolah oleh Dinas Perkebunan

Provinsi Sulawesi Selatan dalam Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp.

61.639.766.776 yang terdiri dari: Belanja Tak langsung sebesar Rp.

17.865.148.279 dan Belanja langsung sebesar Rp.

43.774.618.500.

Khusus untuk belanja tidak langsung dialokasikan untuk

belanja pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan

tahun 2014 sebanyak 227 orang.

Sedangkan untuk Belanja Langsung dialokasikan untuk biaya

operasional 22 (dua puluh dua) kegiatan dari 5 (lima) program.

Keseluruhannya dapat diukur kinerjanya dengan tingkat

keberhasilan pencapaian kinerja program dan kegiatan.

Realisasi untuk Belanja Tidak langsung mencapai 98,95% (Rp.

17.677.348.483) dan Belanja Langsung mencapai 98,34% (Rp.

43.049.755.031), sebagaimana pada lampiran .

Dengan demikian maka sisa anggaran total sebesar Rp.

912.663.262,- yang terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp.

187.799.793,- dan belanja langsung sebesar Rp.

724.863.469,-

Sisa anggaran yang terbesar pada Belanja Tidak Langsung adalah

anggaran tambahan penghasilan, tunjangan beras, tunjangan

keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan fungsional.

Untuk lebih jelasnya realisasi penggunaan dana dapat dilihat pada

lampiran 7.

35

IV. P E N U T U P

Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat ditarik

beberapa kesimpulan yang terkait dengan Akuntabilitas Kinerja Dinas

Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 sebagai berikut :

1. Secara umum pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas

Perkebunan telah diselenggarakan secara optimal dengan

memanfaatkan sumberdaya yang ada tanpa mengabaikan

ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pada umumnya kegiatan yang dilaksanakan di tahun 2014 ini

mengacu pada Renstra Dinas Perkebunan 20013-2018, ditambah

dengan kegiatan yang berdasarkan kebijakan yang ada.

3. Dalam pencapaian sasaran pada umumnya mencapai Indikator

Kinerja yang diharapkan.

4. Capaian kinerja Tahun 2014 dari 7 indikator sasaran mencapai

109,35%, dengan uraian sebagai berikut :

a. Sasaran Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan

(Kakao,Jambu Mete, Kopi, Tebu,Kelapa, Cengkeh, Lada, Kelapa

Sawit, Pala dan Tembakau sebesar 439.644 Ton, mencapai

368.753 Ton (83,87 %).

b. Sasaran Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar

1.042 Kg/ha, mencapai 1.170 Kg/Ha (112,28 %)

c. Sasaran Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar

Rp. 8,571 T, mencapai 10,834 T (126,40%)

36

d. Jumlah Unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang Termanfaatkan

12unit, mencapai 12 unit (100 %)

e. Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan 104.619 Ton,

mencapai 116.158 Ton (111,85 %)

f. Nilai ekspor komoditi Unggulan perkebunan 255.525 US $,

mencapai 314.095 US $ (122,72 %).

5. Keberhasilan yang dicapai tahun 2014 antara Lain :

� Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan mendapat

Penghargaan dari Ombudsman Republik Indonesia berupa

predikat kepatuhan standard pelayanan public, pada tanggal 18

Juli 2014.

� Petani Kakao Sulawesi Selatan berhasil menemukan varietas baru

yaitu varietas kakao klon MCC 01 dan klon MCC 02 yang telah

diuji/diteliti oleh Pusat Penelitian Kakao (Puslitkoka) Jember. Klon

tersebut telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tanggal 20

Agustus 2014 di Kabupaten Luwu Utara, sehingga Sulawesi Selatan

sudah dapat menjadi sumber Benih Kakao Klon MCC 01 dan Klon

MCC 02.

� Dinas Perkebunan memperoleh penghargaan Gubernur pada akhir

tahun 2014 atas keberhasilan mencapai Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang melampaui target yaitu sebesar 2.423.243.979 atau

sebesar 106 % dari target 2.300.000.000, yang bersumber dari :

Hasil Retribusi Jasa Usaha (Retribusi Pemakaian Kekayaan

Daerah)/Laboratorium sebesar Rp. 800.000.000 dan Hasil

Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah (Hasil Kebun Dinas)

sebesar Rp. 1.903.329.029.

37

� Dinas Perkebunan Pada tahun 2014 telah memfasilitasi bibit

komoditi unggulan sebanyak 2. 425.779 Pohon yang dibagi

secara gratis pada petani sehingga areal perkebunan dapat

bertambah seluas sebagai berikut : Kakao sambung Pucuk

1.036.656 pohon ( 1.000 Ha), Cengkeh 386.470 pohon (1.300 Ha),

Karet 35.000 pohon (73 Ha), Pala 140.053 pohon (1.100 Ha) , Kopi

Arabika 300.000 pohon ( 1.800 Ha) ,Kelapa sawit 50.000 pohon (

400 Ha), Lada 300.000 pohon (120 Ha), Kelapa Dalam 70.000

pohon (560 Ha) dan Jambu mete 108.000 pohon ( 380 ha) yang

dialokasikan pada 22 kabupaten / kota di Sulawesi Selatan.

� Untuk mendukung Program Swasembada Gula Nasional telah

dilakukan Peningkatan Akselerasi Produksi dan Produktivitas Tebu

di Sulawesi Selatan telah dilakukan kegiatan Kajian Ketahanan

Pangan Tebu dan Percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat

pedesaan sebanyak 2 paket yang dilaksanakan di kabupaten Gowa

dan Takalar. Juga telah dilaksanakan pengadaan alat tebang dan

alat angkut tebu sebanyak 20 paket di kabupaten Takalar ,Gowa,

Bone, Wajo dan Pinrang.

� Untuk mendukung perbaikan peningkatan produksi dan

produktivitas komoditi perkebunan masih tetap dilanjutkan

dengan kegiatan penerapan intensifikasi tanaman kopi seluas 200

Ha yang dilaksanakan di kabupaten Enrekang. Penerapan

intensifikasi tanaman Jambu Mete seluas 100 ha yang

dilaksanakan di kabupaten Sidrap dan Kabupaten Barru,

Penerapan intensifikasi tanaman Lada seluas 200 ha yang

dilaksanakan di kabupaten Enrekang.

38

� Dalam rangka pembinaan dan pengembangan tanaman semusim

maka telah dilaksanakan Demplot peningkatan kualitas tembakau

berkadar nikotin rendah seluas 12 ha yang berlokasi dikabupaten

Jeneponto seluas 1 ha, Bantaeng 1 ha, Bulukumba 1,5 ha, Bone

1,5 ha, Soppeng 1,5 ha, Wajo 1,5 ha, Luwu 1 ha dan Sinjai 1,5 ha.

Serta pengadaan alat mesin rajang tembakau sebanyak 13 buah

yang tersebar dikabupaten Jeneponto 1 unit, Bantaeng 1 unit,

Bulukumba 1 unit, Sinjai 3 unit, Bone 2 unit, Soppeng 2 unit, Wajo

1 unit, Luwu 1 unit , dan Barru 1 unit.

� Telah dilaksanakan pengadaan pupuk NPK sebanyak 50.000 kg di

kabupaten Soppeng,pupuk cair 6.250 ltr di kabupaten Sinjai,

Enrekang dan luwu, pupuk granular 44.800 Kg di kabupaten Sinjai

dan kompos 50.000 kg di kabupaten Bulukumba.

� Pada kegiatan pembinaan dan konservasi Lahan dan Air telah

dilaksanakan demplot konservasi lahan terintegrasi ternak

sebanyak 100 ekor di kabupaten Jeneponto dan Bantaeng, serta

demplot konservasi air dan antisipasi anomali iklim 2 embung di

Kabupaten Jeneponto dan Bulukumba.

� Proteksi Tanaman, Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih,

Sertifikasi Benih Perkebunan telah dilaksanakan bimbingan teknis

kebun sehat percontohan pada kelompok tani, komoditi kakao,

kopi dan cengkeh di kabupaten Jeneponto, Bantaeng dan Sinjai.

� Pengelolaan Kebun Bibit Dinas telah melaksanakan pemeliharaan

kebun dinas seluas 314 Ha, membangun kebun kelapa sawit di

kebun dinas Seriti, Katulungan, dan Tirowali seluas 20 ha serta

telah melaksanakan pembinaan pengelolaan kebun dinas

sebanyak 21 kebun dinas.

39

� Untuk meningkatkan mutu hasil pengolahan perkebunan maka

telah disediakan alat pengolahan panen buah cengkeh, alat mesin

pulper dan alat pengolahan kopi bubuk sebanyak 238 unit.

� Untuk memperkenalkan hasil produk perkebunan maka telah

dilaksanakan promosi produk unggulan melalui pameran / ekspo 9

kegiatan di provinsi, Malang, Bali, Jakarta da Jogjakarta.

� Pengendalian hama penyakit tanaman perkebunan diarahkan

pada penggunaan agensi pengendali hayati dan pestisida nabati

dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia, agensi

pengendali hayati berupa fero PBK dan kakao, fero rhino pada

kelapa, fero tab pada tebu mampu menekan perkembangan hama

38–80% dan tidak berdampak negative baik terhadap musuh

alami, hewan ternak, manusia, lingkungan dan air karena bersifat

non persistensi sehinggah dapat mempertahankan system

pertanian berkelanjutan.

6. Permasalahan/hambatan yang masih berpengaruh dalam

pelaksanaan program dan kegiatan antara lain :

� Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan pada tahun 2014,

belum dapat dicapai utamanya kakao disebabkan antara lain

adanya anomali iklim/cuaca yang kurang mendukung, adanya

serangan Hama dan Penyakit, rata-rata umur tanaman tua serta

adanya alih fungsi lahan Kakao ke Kelapa Sawit.

� Mutu hasil produksi Perkebunan belum optimal dimana sarana

pengolahan hasil produksi perkebunan masih terbatas dan SDM

petani belum memadai.

40

� Masalah benih di sektor perkebunan belum tersedia secara

optimal khususnya komoditi kapas dan tebu.

� Mutu hasil produksi Perkebunan belum optimal dimana sarana

pengolahan hasil perkebunan masih terbatas dan SDM Petani

masih terbatas.

7. Upaya mengatasi masalah/hambatan yang masih berpengaruh

dalam pelaksanaan program dan kegiatan antara lain :

� Tetap mengupayakan usaha pengendalian hama dan Penyakit

tanaman perkebunan dan tetap mengusulkan biaya yang

dibutuhkan untuk peningkatan produksi melalui dana APBD dan

APBN.

� Upaya peningkatan produksi melalui kegiatan Intensifikasi,

Peremajaan, Rehabilitasi dan pemeliharaan yang intensif serta

menggunakan sumber bahan tanaman yang unggul.

� Untuk meningkatkan kualitas/mutu hasil perkebunan dilakukan

upaya penyediaan sarana pengolahan yang memadai dan

pembinaan yang intensif pada petani serta diperlukan keterlibatan

pelaku usaha dalam peningkatan iklim investasi yang kondusif.

� Mengupayakan ketersediaan benih secara optimal dalam jumlah

dan mutu yang sesuai kebutuhan.