1. pendahuluan 1.1 latar belakang masalah
TRANSCRIPT
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
1
1.! PENDAHULUAN
1.1! Latar Belakang Masalah
Komunikasi pemasaran adalah proses dimana pemasar mengembangkan
dan menyajikan rangsangan komunikasi yang tepat kepada khalayak sasaran
dengan tujuan mendapatkan respon yang diharapkan.
Marketing communication (komunikasi pemasaran) adalah cara yang
digunakan perusahaan untuk menginformasikan, mempersuasi, dan mengingatkan
konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai produk dan
merek yang mereka jual. Komunikasi pemasaran mewakili �suara� merek dan
cara yang digunakan untuk membangun dialog dan hubungan dengan konsumen
(Kotler & Keller, 2006, p. 496). Tujuan utama dari marketing comunications adalah
untuk mencapai sejumlah audiens dan mempengaruhi perilakunya (Jooste, dan du
Plessis, 2007, p. 438 – 439).
Menurut Fill (2005, p. 13) komunikasi pemasaran merupakan suatu proses
manajemen yang dilakukan oleh perusahaan untuk menginformasikan,
mempengaruhi audience yang dituju. Kegiatan komunikasi pemasaran merupakan
rangkaian kegiatan untuk mewujudkan suatu produk, jasa, ide, dengan
menggunakan bauran komunikasi pemasaran yaitu iklan (advertising), promosi
penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relations), penjualan
perorangan (personal selling), penjualan langsung (direct marketing)
(Soemanegara, 2006, p. 1). Menurut Morissan, iklan merupakan salah satu bentuk
promosi yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang (2010, p. 18).
Iklan dapat didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk ditujukan
kepada masyarakat lewat suatu media (Kasali, 2007, p. 9).
Dalam melakukan proses komunikasi, salah satunya terdapat model SMCR
(Source, Message, Channel, dan Receiver). Salah satu kelebihan model Berlo
adalah bahwa model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi
massa namun juga komunikasi antar pribadi dan berbagai bentuk komunikasi
tertulis. Sebagaimana dikemukakan Berlo, sumber adalah pihak yang menciptakan
pesan, baik seseorang atau suatu kelompok.
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
2
Pesan adalah terjemahan dalam gagasan ke dalam kode simbolik, seperti
Bahasa atau isyarat; saluran adalah medium yang membawa pesan; dan penerima
adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi (Mulyana, 2012, p. 162). Dalam
iklan, terjadi suatu proses komunikasi yang dapat digambarkan melalui model
SMCR seperti yang telah disampaikan diatas. Dunn dan Barban (1978) mengatakan
bahwa iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang
disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk
menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (dalam Widyatama, 2007, p. 15).
Iklan yang baik dan efektif mengandung pesan ideal yang dapat menarik
perhatian, menimbulkan rasa ingin tahu lebih lanjut, menimbulkan keinginan, dan
merangsang tindakan nyata (Kotler & Keller, 2009, p. 553). Best mengungkapkan
efektivitas dimulai dengan terbangunnya awareness dan pemahaman pesan oleh
target pasar, lalu tercipta ketertarikan yang menimbulkan minat membeli dari
jumlah signifikan dari target pasar dan dari sejumlah orang tersebut kemudian
memiliki aksi nyata berupa pembelian (2013, p. 355), kemudian efektivitas tersebut
diukur menggunakan sebuah metode. Salah satu metode yang dipakai pada
penelitian ini adalah metode CRI (Customer Response Index) yang memiliki
beberapa tahapan dari suatu iklan yaitu awareness, comprehend, interest, intention,
dan action. Tahapan tersebut termasuk dalam metode CRI (Customer Response
Index) sebagai pengujian efektivitas iklan. Hasil CRI nantinya menunjukan besar
presentase tiap tahap respon responden terhadap suatu iklan. Jika iklan berhasil
menimbulkan kesadaran, pemahaman, minat beli, dan pembelian, maka iklan
tersebut dapat disebut sebagai iklan yang efektif. Kemudian, berdasarkan 5M
keputusan dalam periklanan, penelitian ini sesuai dengan misi, hanya diteliti sampai
pada tahap comprehend yaitu pemahaman dari responden terhadap iklan.
Menurut Kotler & Keller, dalam Hierarchy of Effect tahapan satu dengan
tahapan yang lain memiliki ikatan yang kuat, dimana tahapan awal mempengaruhi
tahapan selanjutnya, dan seterusnya hingga tahapan akhir (2009, p. 516). Seperti
halnya CRI dimana tahapan awal mempengaruhi tahapan selanjutnya hingga akhir.
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
3
Sebenarnya dalam pengukuran efektivitas suatu iklan terdapat beberapa
metode yang menggunakan Hierarchy of Effect yang menjadi dasar
pengembangannya. Metode tersebut adalah EPIC Model, CRI (Customer Response
Index), CDM (Cunsomer Decision Model) dan DRM (Direct Rating Method).
Namun, peneliti memilih CRI (Customer Response Index) sebagai alat ukur
untuk mengukur efektivitas iklan karena CRI mengukur melalui tahap demi tahapan
respon dari responden mulai kesadaran (awareness), pemahaman konsumen
(comprehend), ketertarikan (interest), berniat membeli (intentions), dan bertindak
membeli (action) (Durianto, Sugiarto, Widjaja, dan Supratikno, 2003, p. 15).
Penghitungan yang dilakukan oleh metode CRI dapat membantu seberapa
besar dan sejauh mana respon dari masing-masing responden terhadap iklan yang
diberikan melalui media tertentu. CRI sendiri digunakan sebagai salah satu alat
untuk mengukur efektivitas iklan, karena komunikasi pemasaran sangat berperan
penting dalam membangkitkan iklan yang efektif (Durianto, Sugiarto, Widjaja, dan
Supratikno, 2003, p. 48-49).
Dewasa ini, perkembangan teknologi dan komunikasi semakin mudah
membuat pemasar dalam menjangkau berbagai tempat dan konsumen. Seperti yang
telah disampaikan Kotler dan Keller (2016, p. 580) bahwa, teknologi dan faktor
lainnya telah mengubah cara konsumen memproses cara berkomunikasi. Cepatnya
penyebaran smartphones, broadband dan jaringan internet wireless, ad-skipping
digital video recorders (DVRs) telah mengikis efektivitas penggunaan media
massa. Terdapat 3 bagian utama dari media sosial, pertama, komunikasi atau forum
online, kedua adalah blog, dan ketiga jaringan sosial seperti Facebook, Twitter,
YouTube (Kotler dan Keller, 2016, p.643).
YouTube telah memberi manfaat dan keuntungan bagi konsumen dalam
mewadahi berbagai informasi, termasuk aktivitas pemasaran. Beragam konten
video bisa diakses dalam YouTube, mulai dari Musik, Film, Berita dan Informasi,
Olahraga, Gaya hidup, Gaming, dan Vlog (creatoracademy.YouTube.com).
Vlog atau Video Blog, sesuai namanya adalah blog berbentuk video. Vlog
adalah satu video berisi mengenai opini, cerita atau kegiatan harian yang biasanya
dibuat tertulis pada blog.
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
4
Sejak kemunculan YouTube di tahun 2005, maka pembuatan Vlog semakin
populer. Vlog tidak bisa dikaterogikan dalam konten yang bersifat memberi
pendidikan melainkan lebih kepada memberi informasi baik yang bersifat umum
seperti tempat-tempat baru atau tren busana baru atau bisa juga informasi bersifat
pribadi karena vlog biasa ditampilkan dalam bentuk video yang berisi tentang
kegiatan sehari-hari, pendapat mengenai sesuatu, curahan hati (curhat)
mengenai sesuatu. Sejak dua tahun terakhir mulai banyak bermunculan pembuat
vlog atau lebih dikenal dengan sebutan vlogger di Indonesia (dalam jurnal
“pengaruh konten vlog dalam YouTube terhadap pembentukan sikap mahasiswa
ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi”,
Volume VI, No,1, 2017, David. Eribka R. , Mariam S. , Stefi YouTube.,)
YouTube pada tahun 2015 mempunyai 1,8 juta video kecantikan yang
bersama menghasilkan 45,3 miliar tayangan (Pixability, 2015). (C.E. ten Have,
2017, di dalam jurnal beauty vloggers and their influence on consumer-buying
intensions). Sedangkan pada tahun 2016 konten di YouTube yang berkaitan dengan
kecantikan dan makeup tutorial masih sangat banyak peminatnya
(Wolipop.detik.com).
Melalui menonton dan interaksi frekuensi di YouTube, konsumer menjadi
familiar dengan beauty vlogger dan konten yang mereka sediakan, menghasilkan
sebuah kondisi dimana kepercayaan akan terbentuk di antara beauty vlogger dan
consumer. (Hsu, 2013, dalam jurnal The Impact Of Drugstore Makeup Product
Reviews by beauty Vlogger on YouTube towards Purchase intention By
Undergraduate Students In Indonesia). Berbagai kalangan pengguna dan
penggemar makeup baik profesional maupun otodidak, mengunggah berbagai
video tentang makeup yang merupakan aktivitas pemasaran secara tidak langsung
maupun langsung dalam bentuk video tutorial yang diunggah di YouTube.
Selain itu mengutip dari perkataan General Marketing PT. Martina Berto
Tbk, produsen kosmetik dalam artikel yang dikeluarkan oleh Marketeers.com,
bahwa keunggulan merek kosmetik menggunakan beauty vloggers adalah mereka
dapat mengedukasi mengenai kegunaan produk kepada target pasar yang disasar
secara lebih jelas, selain itu berkolaborasi dengan para beauty vlogger memberikan
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
5
kesempatan kepada merek agar �iklan� mereka dilihat orang (Bachdar,
2017, para. 6).
Abel Cantika adalah salah satu contoh beauty vlogger yang memberikan
video tutorial mengenai makeup di YouTube. Abel Cantika adalah seorang beauty
vlogger asal Jakarta. Abel Cantika urutan ke 5 dari 10 Gergeous Indonesian Beauty
Influencers menurut Indonesia Tatler.
IndonesiaTatler.com adalah online brand extension dari majalah terkenal
Tatler Indonesia yang menghasilkan konten online yang eksklusif. (Bhagchandani
& Aryo, 2017, para. 1). Selain membuat tutorial makeup di YouTube, Abel Cantika
juga aktif menjadi pembicara untuk beauty workshop nya sendiri dan Abel Cantika
merupakan salah satu beauty vlogger yang dipakai oleh brand makeup dalam
mengiklankan produknya. Diantaranya adalah brand Make Over, Mizzu, Benefit,
Maybelline, dan lainnya.
Berikut merupakan data dalam bentuk tabel, lima besar beauty vlogger yang
dilihat dari pengikutnya di YouTube dan mengenai kerjasama dengan beberapa
merek makeup.
Tabel 1.1 Data para Beauty Vlogger yang bekerjasama dengan merek makeup di YouTube
Sumber : Olahan Peneliti Berdasarkan Observasi YouTube Abel Cantika, (diakses pada 27 Februari 2018)
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
6
Abel Cantika merupakan salah satu dari lima beauty vlogger di atas yang
memiliki pengikut yang banyak di YouTube. Pada Channel YouTube Abel Cantika,
Abel Cantika sebagai endorser yang berkolaborasi dan bekerja sama dengan
sepuluh merek makeup dibandingkan dengan beauty vlogger yang lainnya, merek
makeup tersebut diantaranya Make Over, Mizzu, The Body Shop, PIXY, Purbasari,
Maybelline, Rollover Reaction, Benefit, dan Lakme by Mario.
Pemasar merek makeup tersebut memakai beauty vlogger Abel Cantika
sebagai alat untuk mempromosikan produknya yang baru. Abel Cantika bisa
disebut juga sebagai endorser yang berarti adalah orang yang terlibat dalam
komunikasi penyampaian pesan pemasaran sebuah produk, secara langsung
maupun tidak langsung. Di dalam iklan, celebrity endorser digunakan sebagai juru
bicara agar merek cepat melekat di benak konsumen sehinga konsumen mau
membeli merek tersebut. Disadari atau tidak pesan yang disampaikan oleh sumber
yang menarik akan mendapat perhatian besar dan sangat mudah diingat (Royan,
2005, p. 2). Endorser dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (a) Celebrity
Endorser, adalah tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat
karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk
yang didukung. (b) Typical-person Endorser, adalah orang-orang biasa (non
selebriti), yang digunakan dalam mempromosikan suatu produk atau jasa tertentu
oleh suatu perusahaan (Shimp, 2003, p. 20). Dalam hal ini, Abel Cantika termasuk
dalam kategori Typical-person Endorser yang berarti orang-orang biasa (non
selebriti) dalam mempromosikan produk atau jasa. Dari 59 video mengenai tutorial
makeup, hasil observasi peneliti melihat bahwa dalam mengulas suatu brand Abel
Cantika melakukan one-brand endorsement. Contohnya saat Abel Cantika di
endorse oleh suatu brand, Abel menuliskan pada judul videonya �Maybelline One
Brand Makeup Tutorial�yang berarti bahwa pada video tersebut Abel hanya
membahas produk dari merek Maybelline saja seperti pada gambar di bawah ini:
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
7
Penggunaan endorser dalam iklan dimaksudkan untuk memberikan
dukungan atau dorongan kepada pesan iklan agar lebih mudah diterima oleh
konsumen, sekaligus mempermudah tumbuhnya keyakinan dalam diri konsumen
atas produk yang diiklankan. Pemilihan jenis endorser ini biasanya digunakan
sebagai bentuk promosi testimonial untuk meraih kepercayaan konsumen (Shimp,
2003, p. 459). Iklan ini nantinya dilihat efektivitasnya menggunakan metode CRI
(Customer Response Index) yang memiliki lima tahapan yaitu kesadaran
(awareness), pemahaman konsumen (comprehend), ketertarikan (interest), berniat
membeli (intentions), dan bertindak membeli (action) (Durianto, Sugiarto, Widjaja,
dan Supratikno, 2003, p.15). Pada Tabel 1.2, berisi merek makeup yang melakukan
endorse pada Abel Cantika selama enam bulan terakhir.
Tabel 1.2 Video dalam enam bulan terakhir, 27 February 2018
Berdasarkan tabel diatas, Abel Cantika adalah beauty vlogger yang pada
enam bulan terakhir bekerja sama dengan beberapa merek yaitu Maybelline, Make
Over, Mizzu, The Body Shop, Pixy, Mizzu dan Purbasari.
Sumber : Olahan Peneliti, 2018
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
8
Peneliti memilih merek Maybelline untuk diteliti karena dapat dilihat pada
tabel diatas bahwa merek Maybelline pada 6 bulan terakhir adalah merek yang
paling banyak frekuensinya muncul pada video di YouTube Abel Cantika. Merek
Maybelline muncul sebanyak 3 kali selama 6 bulan terakhir, dibandingkan merek
lainnya yang hanya satu kali. Selain itu, Maybelline beberapa kali menyabet
penghargaan seperti best mascara selama empat tahun berturut-turut dari tahun
2014 hingga 2017 di Female Daily Best Of Beauty Awards
(www.femaledaily.com). Selain itu, Maybelline juga menyabet tiga penghargaan
pada Bazaar Beauty Awards 2017, sebagai best eyeliner pilihan pembaca, best
makeup remover, dan best eyeliner pilihan juri (www.loreal.co.id).
Peneliti tertarik untuk melihat efektiftivitas iklan menggunakan metode CRI
pada video makeup oleh Abel Cantika sebagai pihak yang melakukan review
sebuah merek. Peneliti memilih metode CRI karena dalam Hierarchy of Effect,
tahapan satu dengan tahapan lainnya memiliki ikatan yang kuat. Dimana tahapan
satu dan lainnya mempengaruhi tahapan selanjutnya sampai tahapan terakhir.
Merek Maybelline pada vlog Abel Cantika diteliti efektivitas iklan nya
menggunakan metode CRI sehingga khalayak dapat mengetahui efektif tidak nya
suatu iklan makeup yang melakukan kerjasama dengan beauty vlogger yang salah
satunya adalah Abel Cantika .
APJII pada situs resminya YouTube.apjii.or.id, membagi pengguna internet
menjadi dua generasi, yaitu digital natives dan digital immigrants. Digital natives
adalah generasi dibawah 34 tahun yang merupakan generasi yang lahir dan hidup
di era internet. Sedangkan digital immigrants adalah generasi dengan usia diatas 34
tahun. Generasi ini baru mengenal internet diusia dewasa, dan memerlukan adaptasi
dalam penggunaanya, dan cenderung “gagap teknologi”. Sedangkan berdasarkan
riset Nielsen, pengguna YouTube dominan adalah usia 18 hingga 34 tahun (Greg,
2009, p. 2).
Peneliti memilih usia 18-34 tahun adalah umur yang sesuai untuk diteliti
mengingat usia tersebut merupakan usia yang hidup di era internet. Penelitian ini
mengambil populasi perempuan Surabaya berusia 18-34 tahun yang merupakan
pengguna YouTube yang bisa mengisi kuisioner.
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
9
Adapun penelitian terdahulu sebagai referensi peneliti dalam melakukan
penelitian adalah “efektivitas pesan iklan televisi Tresemme menggunakan
Customer Response Index (CRI) pada perempuan di Surabaya” oleh Tania
Yosephine (2013). penelitian ini menggunakan CRI sebagai metode pengukuran
efektivitas pesan iklan. Dibuktikan efektif dengan presentase unawareness sebesar
17%, no comprehend 2%, no interest 19%, no intentions sebesar 26%, no action
sebesar 5%, dan action sebesar 31%.
Jurnal kedua adalah “Beauty Vloggers and their influence on consumer-
buying intentions” oleh C.E Ten Have (2017). Studi ini menyatakan bahwa social
influencer adalah seseorang yang dapat mempengaruhi seseorang.
Kristen Forbes (2016)�Examining the Beauty Industry’s Use of Social
Influencers” yang membahas mengenai social influencer menjadi popular dalam
hal brand marketing. Social Influencer yang dimaksud adalah beauty vlogger yang
menggunakan kemampuan makeup nya untuk menjadi partner dengan brand
kosmetik. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini
meneliti efektivitas iklan makeup oleh Abel Cantika di YouTube.
Pada penelitian pertama oleh Tania Yosephine (2013) meskipun sama-sama
menggunakan metode CRI sebagai metode pengukuran efektivitas iklan, penelitian
tersebut meneliti pesan iklan, sedangkan penelitian ini objek yang diteliti adalah
iklan. Jurnal kedua dan ketiga studi mengenai beauty vlogger, social influencer,
dan media sosial. Namun, yang membedakan dengan penelitian ini karena
penelitian melihat efektivitas iklan makeup oleh Abel Cantika di YouTube.
Peneliti ingin melihat bagaimana tahapan CRI yaitu awareness,
comprehend, interest, intention, dan action terhadap merek makeup Maybelline
pada perempuan Surabaya pengguna internet berusia 18-34 tahun setelah menonton
review makeup yang dilakukan oleh beauty vlogger yaitu Abel Cantika di YouTube.
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
10
Gambar 1.1 Analisis konsumsi kosmetik perempuan millenials Indonesia
Sumber : Snapchart.global.com
Melihat dari data diatas, peneliti memilih kota Surabaya sebagai lokasi
penelitian karena Surabaya merupakan salah satu dari 5 kota besar ( Jakarta, Medan,
Bandung dan Makassar) yang perempuan milenialnya mendominasi pembelian
kosmetik dengan rentang usia 25 hingga 34 tahun (snapchart.global.com).
Kemudian, berdasarkan data tersebut peneliti tertarik melihat seberapa efektif suatu
iklan makeup khususnya Maybelline yang berkolaborasi dengan Abel Cantika pada
masyarakat Surabaya.
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
11
1.2! Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas
iklan makeup merek Maybelline pada vlog Abel Cantika di YouTube ?”
1.3!Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas sebuah iklan
makeup Merek Maybelline pada Vlog Abel Cantika di YouTube.
1.4!Manfaat Penelitian
1.4.1! Manfaat Akademis
Manfaat dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diharapkan
dapat turut serta memberikan andil dalam upaya memperkaya ilmu pengetahuan
khususnya ilmu komunikasi terutama pada penjurusan Marketing Public Relation.
Referensi tersebut berkaitan dengan penelitian efektivitas iklan oleh beauty vlogger
di YouTube, cara pengukuran efektivitas iklan menggunakan CRI (Customer
Response Index).
1.4.2! Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan bermanfaat bagi
brand-brand makeup dalam beriklan yang efektif mengenai merek nya melalui
beauty vlogger dan untuk melihat bagaimana tahapan CRI (Customer Response
Index) yang diberikan oleh masyarakat Surabaya.
1.5!Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini dilakukan agar penelitian tidak melenceng dari tujuan
penelitian. Batasan penelitian ini meliputi :
1.! Penelitian membahas mengenai efektivitas iklan dengan menggunakan CRI
(Customer Response Index) sebagai metode penelitian. Pemilihan CRI
sebagai metode karena CRI berisi mengenai tahap demi tahap yang dimulai
dari kesadaran (awareness) hingga tindakan (action) yang saling berkaitan
satu sama lain. Dalam penelitian ini, metode CRI hanya sampai pada tahap
awareness dan comprehend saja.
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
12
2.! Iklan yang diteliti adalah merek Maybelline pada vlog YouTube Abel
Cantika. Merek tersebut diambil berdasarkan merek yang paling banyak
muncul selama 6 bulan terakhir yaitu 3 kali dibandingkan merek lainnya.
3.! Lokasi penelitian dilakukan di kota Surabaya, Jawa Timur. Memilih kota
Surabaya sebagai lokasi penelitian karena Surabaya merupakan salah satu
dari lima kota besar (Jakarta, Medan, Bandung, Makassar) yang pembelian
makeup nya tinggi (snapchart.global.com).
4.! Responden penelitian adalah perempuan Surabaya yang menonton vlog
Abel Cantika di YouTube, berusia 18-34 tahun.
1.6!Sistematika Penulisan
1.! Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan latar belakang yang merujuk pada permasalahan
yang diteliti dalam penelitian ini sehingga menarik untuk diamati.
Kemudian diuraikan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan penelitian, serta sistematika penulisan dari penelitian
ini.
2.! Landasan Teori
Bab ini berisi mengenai teori yang diperoleh baik dari materi perkuliahan,
literatur ataupun jurnal pendukung yang digunakan oleh peneliti untuk
mendukung pembahasan penelitian yang digunakan sebagai landasan teori,
nisbah antar konsep, dan kerangka pemikiran. Adapun teori yang dibahas
dalam penelitian ini adalah Model Komunikasi SMCR, Marketing
Komunikasi, Efektivitas iklan, dan Metode CRI (Customer Response
Index).
3.! Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang terdiri dari definisi
konseptual, definisi operasional, jenis penelitian, metode penelitian, subjek
dan objek penelitian, populasi dan sampling (kuantitatif), teknik analisis
data, uji realibilitas dan uji validitas.
! ! !Universitas!Kristen!Petra!
13
4.! Analisis Data
Bab ini mendeskripsikan gambaran umum objek penelitian, menyajikan serta
menganalisis data yang diperoleh kemudian menganalisis data yang
ditemukan.
5.! Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan hasil dan saran berdasarkan hasil analisa data dan
disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian.