hukum laut internasional
TRANSCRIPT
Perbandingan UNCLOS 1982 dengan UU No. 6 Tahun
1996 dan Terjemahan Outer Space Treaty 1967
PERBANDINGAN
UU No 6 TAHUN 1996 DENGAN KHL PBB 1982
UU No.6 Tahun 1996 KHL PBB 1982
Hak – hak Negara Indonesia :
1. Pemerintah Indonesia berhak
menangguhkan sementara lintas
damai segala jenis kapal asing dalam
daerah tertentu di Laut Teritorial atau
Perairan Kepulauan, apabila
penangguhan demikian sangat
diperlukan untuk perlindungan
keamanannya termasuk keperluan
latihan senjata.
2. Pemerintah Indonesia dapat
menarik garis– garis penutup pada
mulut sungai, kuala, teluk, anak laut,
dan pelabuhan untuk menetapkan
batas perairan pedalaman.
3. Berhak mengizinkan pemeliharan
Hak – hak Negara :
1. Mengeluarkan peraturan perun-
dang-undangan yang berkenaan
dengan lintas damai.
2. Menentukan alur-alur laut dan
skema pemisah lalu lintas khusus
untuk kapal-kapal tanker, kapal
bertenaga nuklir dan yang
mengankut bahan-bahan yang
berbahaya.
3. Pencegahan khusus terhadap
kapal asing bertenaga nuklir dan
kapal yang mengangkut nuklir atau
bahan lain yang karena sifatnya
berbahaya atau beracun yang tidak
membawa dokumen saat
dan penggantian kabel – kabel
telekomunikasi bawah laut yang
dipasang oleh negara atau badan
hukum asing yang melintasi perairan
Indonesia tanpa memasuki daratan,
setelah diterimanya pemberitahuan
mengenai letak dan maksud untuk
memperbaiki dan mengganti kabel –
kabel tersebut.
4. Menetapkan alur laut dan skema
pemisah lalu lintas di laut teritorial dan
perairan kepulauan.
5. Pencegahan khusus terhadap
kapal asing bertenaga nuklir dan
kapal yang mengangkut nuklir atau
bahan lain yang karena sifatnya
berbahaya atau beracun yang tidak
membawa dokumen saat melakukan
hak lintas damai.
6. Pemerintah Indonesia
menentukan alur laut, termasuk rute
penerbangan di atasnya, yang cocock
digunakan untuk pelaksanaan hak
melakukan hak lintas damai.
4. Mengambil langkah-langkah guna
mencegah suatu lintas yang tidak
damai, bahkan sampai
menangguhkan hak lintas guna
melindungi keamanan negara
pantai tersebut.
5. Mengambil tindakan proses
perdata terhadap sebuah kapal
asing di laut teritorialnya setelah
meninggalkan perairan pedalaman.
6. Untuk kapal perang yang tidak
mematuhi peraturan perundang-
undangan negara pantai mengenai
lintas di laut teritorial dapat diminta
untuk meninggalkan laut teritorial
itu.
7. Pada zona tambahan berhak
melaksanakan pengawasan dan
melakukan tindakan hukum yang
diperlukan menyangkut bea cukai,
fiskal, imigrasi, dan kesehatan.
8. Bahwa rezim lintas melalui selat-
lintas alur laut kepulauan oleh kapal
dan pesawat udara asing dan juga
menetapkan skema pemisah lalu
lintas untuk keperluan lintas kapal
yang aman melalui alur laut.
7. Pemerintah menentukan sumbu –
sumbu alur laut dan skema pemisah
lalu lintas dan menetapkannya pada
peta – peta yang diumumkan.
8. Pemerintah Indonesia dapat
menentukan alur laut dan skema
pemisah lalu lintas untuk pelayaran di
lintas transit.
9. Pemanfaatan, pengelolaan,
pelestarian lingkunagn perairan
Indonesia.
10. Indonesia dapat membentuk
suatu Badan Koordinasi dalam rangka
peningkatan pemanfaatan
pengelolaan, perlindungan dan
pelestarian lingkungan perairan
Indonesia.
11. Penegakan kedaulatan dan
selat yang digunakan untuk
pelayaran internasional tidak
mempengaruhi status hukum
perairan negara pantai atau
yurisdiksi negara yang berbatasan
dengan selat-selat tersebut
terhadap perairan, dasar laut,
tanah dibawahnya serta ruang
udara diatasnya.
9. Membuat ketentuan-ketentuan
mengenai kewajiban dan larangan
tertentu yang harus ditaati oleh
kapal-kapal laut dan pesawat-
pesawat udara dalam melakukan
lintas transit.
10. Berhak mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang
berkenaan dengan alur-alur laut
dan skema pemisah lalu lintas yang
mengatur lintas transit.
11.Eksplorasi dan eksploitasi sumber-
sumber daya alam yang ada dalam
wilayah perairannya.
hukum di perairan Indonesia, ruang
udara di atasnya, dasar laut dan
tanah di bawahnya termasuk
kekayaan alam yang terkandung di
dalamnyaserta sanksi atas
pelanggarannya, dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Konvensi hukum
Internasional lainnya, dan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
12. Mempunyai yurisdiksi dalam
penegakan kedaulatan dan hukum
terhadap kapal asing yang sedang
melintas laut teritorial dan perairan
kepulauan Indonesia dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Konvebsi,
hukum Internasional lainnya dan
peraturan perundang – undangan
yang berlaku.
13. Membentuk suatu badan
koordinasi untuk pelaksanaan
penegakan hukum di perairan
Indonesia, ruang udara di atasnya,
dasar laut dan tanah di bawahnya.
12.Khusus negara kepulauan berhak
menentukan batas dengan metode
garis pangkal lurus.
13.Negara mempunyai hak-hak
berdaulat di ZEE untuk tujuan
eksplorasi dan eksploitasi,
pelestarian dan pengelolaan
sumber-sumber kekayaan alam.
14.Negara pantai berhak membangun
pulau-pulau buatan, instansi-
instansi dan bangunan-bangunan
guna pelestarian dan pemanfaatan
kekayaan hayati di ZEE.
15.Negara tak berpantai ambil bagian
dalam eksploitasi sumberdaya lait
hayati di ZEE atas dasar
persamaan hak, kecuali
perekonomian negara pantai
tersebut sangat bergantung pada
eksploitasi kekayaan hayati di ZEE
tersebut.
16.Negara pantai berhak
mengeluarkan peraturan
perundand-undangan yang
mengatur pelaksanaan hak-hak
berdaulat dan yurisdiksinya di ZEE.
Kewajiban – Kewajiban Negara
Indonesia:
1. mengumumkan batas – batas
perairan Indonesia dalam peta
dengan skala yang memadai dengan
menyebutkan titik-titik koordinat dan
kondisi geografis kepada sekjen PBB.
2. Menghormati persetujuan dan
perjanjian yang ada dengan negara
lain yang menyangkut bagian perairan
yang emrupakan perairan
kepulauannya.
3. Menghormati pemasangan kabel
bawah laut.
4. Memberikan hak lintas damai
kepada semua kapal baik kapal
negara pantai maupun negara tak
berpantai.
5. Memberikan hak lintas alur laut
kepulauan melalui perairan indonesia.
6. Dalam menetukan dan mengganti
alur laut, Pemerintah indonesia harus
mengajukan usul kepada organisasi
Kewajiban – kewajiban Negara :
1. Negara pantai wajib menjamin
keselamatan pelayaran,
perlindungan alat bantu
navigasional, kabel-kabel dan
pemasangan pipa-pipa, mencegah
penagkapan ikan secara ilegal,
pelanggarn bea cukai, fiskal,
imigrasi dan kesehatan.
2. Negara Pantai wajib melaksanakan
hak lintas damai tanpa diskriminasi.
3. Memberikan kebebasan pelayaran
dan penerbangan semata – mata
untuk tujuan transit yang terus –
menerus.
4. Tidak boleh menghentikan atau
mengubah haluan sebuah kapal
asing di laut teritorial untuk tujuan
melaksanakan yurisdiksi perdata
sehubungan dengan seseorang
diatas kapal tersebut.
5. Wajib mengadakan perjanjian
dengan negara-negara yang
Internasional yang berwenang.
7. Memberikan kebebasan pelayaran
dan penerbangan semata – mata
untuk tujuan transit yang terus –
menerus.
8. Menghormati hak – hak dan
kepentingan – kepentingan negara
tetangga, dalam perjanjian bilateral.
9. Menghormati pemasangan kabel
laut dan mengizinkan pemeliharaan
dan penggantiannya yang sudah
diadakan pemberitahuan terlebih
dahulu.
pantainya berhadapan atau
berdampingan mengenai
penetapan batas ZEE.
6. Memberi izin negara tak berpantai
untuk ambil bagian dalam
eksploitasi di ZEEnya.
TRAKTAT MENGENAI PRINSIP-PRINSIP YANG MENGATUR KEGIATAN
NEGARA-NEGARA DALAM EKSPLORASI DAN PENGGUNAAN
ANTARIKSA, TERMASUK BULAN DAN BENDA-BENDA LANGIT LAINNYA
Negara-negara pihak dari traktat ini,
Terinspirasi dengan terbukanya prospek besar sebelum kemanusiaan sebagai
akibat dari manusia masuk ke ruang angkasa,
Mengenali kepentingan umum seluruh umat manusia dalam perkembangan
eksplorasi dan penggunaan antariksa untuk tujuan damai,
Percaya bahwa eksplorasi dan penggunaan antariksa harus dibawa untuk
kepentingan semua orang terlepas dari sudut ekonomi mereka ilmiah atau
perkembangan ilmu pengetahuan,
Yang bermaksud untuk memberikan kontribusi pada kerjasama internasional
dalam ilmu pengetahuan serta aspek hukum eksplorasi dan penggunaan
antariksa untuk tujuan damai,
Percaya bahwa kerjasama akan memberikan kontribusi untuk pengembangan
saling pengertian dan dengan ramah memperkuat hubungan antara negara dan
bangsa,
Disebut resolusi 1962 (XVIII), Yang berjudul "Deklarasi Prinsip-prinsip Hukum
Pemerintahan dibidang Aktivitas Negara-negara dalam eksplorasi dan
Penggunaan Antariksa" yang diadopsi dengan suara bulat oleh Majelis Umum
PBB pada 13 Desember 1963,
Disebut resolusi 1884 (XVIII), memanggil negara-negara untuk menahan diri dari
menempatkan orbit mengitari Bumi semua benda membawa senjata nuklir atau
jenis senjata pemusnah masal atau dari instalasi seperti senjata di benda-benda
langit, yang diadopsi oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tanggal 17 Oktober 1963,
Dengan memperhitungkan dari resolusi 110 (II) Majelis Umum PBB pada 3
November 1947, yang mengutuk atau mungkin propaganda yang dirancang
untuk mendorong atau memprovokasi segala ancaman kepada perdamaian,
pelanggaran perdamaian atau tindakan agresi, dan mempertimbangkan bahwa
resolusi yang disebutkan tadi yang berlaku ke antariksa,
Convinced that a Treaty on Principles Governing the Activities of States in the
Exploration and Use of Outer Space, including the Moon and Other Celestial
Bodies, will further the Purposes and Principles of the Charter of the United
Nations, Meyakini bahwa Traktat mengenai Prinsip-Prinsip yang Mengatur
Kegiatan Negara-Negara dalam Eksplorasi dan Penggunaan
Antariksa, Termasuk Bulan dan Benda-Benda Langit Lainnya
akan memajukan Tujuan dan Prinsip-prinsip dari Piagam Perserikatan Bangsa-
Bangsa,
Telah disepakati sebagai berikut:
Pasal I
Eksplorasi dan penggunaan antariksa, termasuk bulan dan benda badan-badan
lainnya, akan dilakukan untuk keuntungan dan kepentingan semua negara,
terlepas dari mereka tingkat ekonomi atau perkembangan ilmu pengetahuan,
dan harus menjadi kawasan kemanusiaan.
Antariksa, termasuk bulan dan benda-benda langit lainnya, harus bebas untuk
eksplorasi dan digunakan oleh semua Negara tanpa diskriminasi apapun, pada
dasar persamaan dan sesuai dengan hukum internasional, dan harus ada akses
gratis ke seluruh area benda astronomis.
Harus ada kebebasan penelitian ilmiah di antariksa, termasuk bulan dan badan
angkasa lainnya, dan negara harus memfasilitasi dan mendorong kerjasama
internasional dalam penelitian.
Pasal II
Antariksa, termasuk bulan dan badan angkasa lainnya, tidak terganggu oleh
klaim atas kedaulatan nasional, dengan cara menggunakan atau penempatan,
atau cara lainnya.
Pasal III
Negara-negara Pihak pada Perjanjian akan melakukan kegiatan eksplorasi dan
penggunaan antariksa, termasuk bulan dan badan angkasa lainnya, sesuai
dengan hukum internasional, termasuk Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,
demi memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan meningkatkan
kerjasama internasional dan pengertian.
Pasal IV
Negara-negara Pihak yang tidak melakukan perjanjian untuk menempatkan di
orbit sekitar Bumi semua benda membawa senjata nuklir atau jenis senjata
pemusnah masal, instal seperti senjata di angkasa badan, atau stasiun seperti
senjata di luar ruang dengan cara yang lain.
Bulan dan benda-benda langit lainnya akan digunakan oleh semua Negara Pihak
pada Perjanjian hanya untuk tujuan damai. Pembentukan basis militer, instalasi
dan perkubuan, pengujian dari semua jenis senjata dan melakukan maneuvers
militer di benda-benda langit harus dilarang. Penggunaan personil militer untuk
penelitian ilmiah atau untuk tujuan damai lainnya tidak akan dilarang.
Penggunaan setiap peralatan atau fasilitas yang diperlukan untuk eksplorasi
damai of the Moon dan badan celestial lainnya juga tidak akan dilarang.
Pasal V
Negara-negara Pihak pada Perjanjian akan hal astronot sebagai utusan umat
manusia di luar ruang dan akan membalas mereka semua kemungkinan bantuan
dalam hal kecelakaan, distress, atau pendaratan darurat di wilayah Negara Pihak
lain atau di tengah laut. Astronot ketika membuat suatu arahan, mereka akan
selamat dan segera kembali ke negara mereka dari registri ruang kendaraan.
Dalam melaksanakan kegiatan di dalam dan di luar ruang angkasa badan,
astronot yang salah satu Negara Pihak harus membuat semua kemungkinan
bantuan kepada astronot dari Negara Pihak lainnya.
Negara-negara Pihak pada Perjanjian akan segera memberitahukan kepada
Negara Pihak lainnya pada Perjanjian atau Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa dari setiap fenomena yang mereka temukan di ruang angkasa,
termasuk Bulan dan badan angkasa lainnya, yang mungkin merupakan bahaya
bagi kehidupan atau kesehatan astronot.
Pasal VI
Negara-negara Pihak pada Perjanjian internasional harus menanggung
tanggung jawab nasional untuk kegiatan di luar ruang, termasuk Bulan dan
badan angkasa lainnya, apakah kegiatan seperti itu dibawa oleh agen-agen
pemerintah atau badan non-pemerintah, dan nasional untuk memastikan bahwa
kegiatan yang dilaksanakan di sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Perjanjian ini. Kegiatan non-pemerintah di badan antariksa, termasuk Bulan dan
badan angkasa lainnya, akan terus meminta otorisasi dan pengawasan oleh
Negara Pihak yang sesuai dengan perjanjian. Ketika melakukan kegiatan di luar
ruang, termasuk Bulan dan benda antariksa lainnya , oleh sebuah organisasi
internasional, tanggung jawab untuk mematuhi perjanjian ini akan tersimpan baik
oleh organisasi internasional dan oleh Negara Pihak dengan perjanjian yang
berpartisipasi dalam organisasi.
Pasal VII
Setiap Negara Pihak pada Perjanjian yang meluncurkan atau peluncuran
procures dari obyek ke luar ruang, termasuk Bulan dan badan angkasa lainnya,
dan setiap Negara Pihak dari wilayah atau fasilitas yang obyek diluncurkan,
internasional yang bertanggung jawab atas kerusakan lainNegara Pihak kepada
Traktat atau ke alam-nya atau yuridis oleh orang atau benda seperti komponen
bagian di Bumi, udara di dalam ruang atau di luar ruang, termasuk Bulan dan
benda antariksa lainnya.
Pasal VIII
Negara Pihak Traktat yang mendaftarkan peluncuran obyek ke ruang angkasa
harus mempertahankan yurisdiksi dan kontrol atas objek seperti itu, dan lebih
dari itu semua personil didalamnya, saat berada di luar ruang atau di benda
angkasa. Kepemilikan benda yang diluncurkan ke ruang angkasa, termasuk
mendarat atau benda dibangun pada benda angkasa, dan komponen bagian dari
mereka, tidak terpengaruh oleh kehadiran mereka di luar ruang atau di benda
angkasa atau mereka kembali ke Bumi. Benda seperti itu atau komponen bagian
ditemukan melebihi batas dari Negara Pihak pada Perjanjian di registri mereka
yang dibawa harus dikembalikan ke Negara Pihak, yang akan, atas permintaan,
memberikan data identitas sebelum mereka kembali.
Pasal IX
Dalam eksplorasi dan penggunaan antariksa, termasuk Bulan dan badan
angkasa lainnya, Negara-Negara Pihak pada Perjanjian akan dipandu oleh
prinsip kerjasama dan gotong-royong dan semua mereka akan melakukan
kegiatan di luar ruang, termasuk Bulan dan benda angkasa lainnya, karena
dengan hal yang sesuai untuk kepentingan semua pihak lainnya Serikat
terhadap Traktat. Negara-negara Pihak pada Perjanjian akan melanjutkan studi
di luar ruang, termasuk Bulan dan benda angkasa lainnya, dan melakukan
eksplorasi dari mereka, sehingga mereka untuk menghindari kontaminasi
berbahaya dan juga perubahan Adverse di lingkungan Bumi yang dihasilkan dari
pengenalan masalah dan extraterrestrial , bila perlu, harus mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk tujuan ini. Jika suatu Negara Pihak pada Perjanjian
memiliki alasan untuk percaya bahwa kegiatan atau percobaan yang
direncanakan oleh negara tersebut atau di luar ruang, termasuk Bulan dan
badan angkasa lainnya, akan berpotensi menyebabkan gangguan yang
merugikan dengan kegiatan lainnya Negara Pihak dalam eksplorasi dan damai
penggunaan antariksa, termasuk Bulan dan benda angkasa lainnya, ia akan
melakukan konsultasi internasional sesuai sebelum melanjutkan dengan adanya
kegiatan atau percobaan. Negara Pihak dengan perjanjian yang memiliki alasan
untuk percaya bahwa kegiatan atau percobaan yang direncanakan oleh Negara
Pihak lain di luar ruang, termasuk Bulan dan badan angkasa lainnya, akan
berpotensi menyebabkan gangguan yang merugikan dengan damai dalam
kegiatan eksplorasi dan penggunaan antariksa, termasuk astronomis Bulan dan
badan-badan lainnya, dapat meminta konsultasi mengenai kegiatan atau
percobaan.
Pasal X
Dalam rangka untuk meningkatkan kerjasama internasional dalam eksplorasi
dan penggunaan antariksa, termasuk Bulan dan badan angkasa lainnya, sesuai
dengan tujuan Perjanjian ini, maka Negara Pihak pada Perjanjian akan
mempertimbangkan pada dasar kesetaraan setiap permintaan Negara-negara
Pihak lainnya dengan perjanjian yang akan menawarkan kesempatan untuk
mematuhi penerbangan ruang objek yang diluncurkan oleh negara tersebut.
Keadaan seperti kesempatan untuk pengamatan dan kondisi di mana ia dapat
menawarkan akan ditentukan oleh perjanjian antara Negara-negara yang
bersangkutan.
Pasal XI
Dalam rangka untuk meningkatkan kerjasama internasional dalam damai
eksplorasi dan penggunaan antariksa, Negara Pihak yang melakukan aktivitas di
Treaty antariksa, termasuk Bulan dan badan celestial lainnya, sepakat untuk
memberitahukan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa serta
sebagai masyarakat ilmiah dan masyarakat internasional, ke mana yang paling
layak dan praktis, dari alam, melakukan, lokasi dan hasil kegiatan. Bila menerima
informasi yang mengatakan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
harus disiapkan untuk menyebarluaskan segera dan efektif.
Pasal XII
Semua stasiun, instalasi, peralatan dan kendaraan ruang pada Bulan dan badan
celestial lainnya harus terbuka untuk wakil-wakil dari Negara Pihak lainnya pada
Perjanjian berdasarkan dari timbal-balik. Seperti perwakilan harus memberikan
pemberitahuan yang wajar dari proyeksi kunjungan, agar sesuai konsultasi
mungkin dilaksanakan dan kewaspadaan maksimum yang boleh diambil untuk
menjamin keamanan dan untuk menghindari gangguan pada operasi normal
dengan fasilitas yang akan dikunjungi.
Pasal XIII
Ketentuan Perjanjian ini akan berlaku untuk kegiatan Partai Serikat Treaty ke
dalam eksplorasi dan penggunaan antariksa, termasuk Bulan dan badan
angkasa lainnya, apakah kegiatan seperti itu dibawa oleh satu Negara Pihak
pada Perjanjian atau sama dengan Negara-negara lainnya, termasuk kasus di
mana mereka dibawa dalam rangka antar organisasi internasional.
Setiap pertanyaan praktis yang timbul dalam berhubungan dengan kegiatan
yang dibawa oleh organisasi internasional antar pemerintah dalam eksplorasi
dan penggunaan antariksa, termasuk Bulan dan badan angkasa lainnya, akan
diselesaikan oleh Negara Pihak dengan perjanjian baik yang sesuai dengan
organisasi internasional atau dengan satu atau lebih negara anggota organisasi
internasional itu, yang merupakan bagian dari Traktat ini.
Pasal XIV
1. Perjanjian ini akan terbuka untuk semua Negara untuk ditanda tangani.
Negara yang tidak menandatangani Perjanjian ini sebelum masuk yang berlaku
sesuai dengan ayat 3 dari artikel ini dapat diakses untuk setiap saat.
2. Perjanjian ini tunduk pada ratifikasi oleh penandatanganan Negara-Negara.
Instrumen ratifikasi dan instrumen accession yang akan didepositkan dengan
Pemerintah Amerika Serikat, Inggris dan Irlandia Utara dan Persatuan dari Soviet
Sosialis Republics, yang dengan ini ditunjuk Pemerintah.
3. Perjanjian ini akan berlaku setelah memasukkan deposit instrumen ratifikasi
oleh lima Pemerintah termasuk Pemerintah sebagai Depositary Pemerintah
Treaty di bawah ini.
4. Untuk negara yang alat-alat untuk meratifikasi atau accession didepositkan
setelah catatan berlaku dari perjanjian ini, ia akan masuk ke dalam angkatan
pada tanggal deposit instrumen ratifikasi atau accession mereka.
5. Pemerintah yang mendepositkan harus segera memberitahu semua penanda
tangan dan Negara tanggal setiap tanda tangan, tanggal deposit setiap
instrumen ratifikasi dan accession perjanjian ini, tanggal yang masuk ke
kekuatan dan pemberitahuan lainnya.
6. Perjanjian ini akan dicatat oleh Pemerintah yang mendepositkan sesuai
dengan Pasal 102 dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal XV
Negara Pihak pada Perjanjian dapat mengajukan amandemen terhadap Traktat
ini. Amandemen akan memaksa untuk diterima oleh setiap Negara Pihak untuk
masuk kedalam Traktat menerima amandemen atas mereka yang diterima oleh
mayoritas Negara Pihak pada Perjanjian dan setelahnya yang tersisa untuk
setiap Negara Pihak ke Traktat pada tanggal penerimaan olehnya.
Pasal XVI
Negara Pihak ke Treaty dapat memberikan pemberitahuan dari penarikan dari
perjanjian satu tahun setelah masuk ke kekuatan oleh pemberitahuan tertulis
kepada Pemerintah yang mendepositkan. Penarikannya akan berlaku satu tahun
dari tanggal penerimaan pemberitahuan ini.
Pasal XVII
Perjanjian ini, dalam teks Inggris, Rusia, Perancis, Spanyol dan Cina sama teks
asli, akan didepositkan di arsip dari Pemerintah yang mendepositkan. Salinan
bersertifikat sepatutnya dari perjanjian ini akan dikirimkan oleh Pemerintah yang
mendepositkan kepada Pemerintah dari penandatanganan dan akses Negara-
Negara.
DALAM KESAKSIAN OLEH yang bertandatangan, kewenangan yang patut,
telah menandatangani Perjanjian ini.
DIBUAT dalam rangkap tiga, di kota Washington, London dan Moskow, tanggal
dua puluh tujuh Januari seribu sembilan ratus enam puluh tujuh.