studi kasus hukum internasional (delimitasi maritim di laut hitam)

24
STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM) Oleh Ruri Suci Muliasari 1442011037

Upload: ruri-suci

Post on 03-Feb-2016

109 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Hukum Penyelesaian Internasional

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL(DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

Oleh

Ruri Suci Muliasari

1442011037

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

2015

Page 2: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

BAB IKASUS POSISI

A. Fakta

Pada tanggal 16 September 2004, Romania mengajukan permohonan penuntutan terhadap Ukraina sehubungan sengketa mengenai ‘’Pembentukan batas laut tunggal antara kedua Negara di Laut Hitam, sehingga delimitasi landas kontinen dan Zona Ekonomi Ekslusif yang mendekati wilayah mereka".1

Dalam permohonannya Romania menyatakan bahwa pada 2 Juni 1997 Ukraina dan dirinya menandatangani Perjanjian tentang Hubungan Kerjasama dan Batas Negara Tetangga, serta sebagai Perjanjian tambahan, dimana kedua negara berkomitmen untuk menemukan kesepakatan pada hal-hal yang disebutkan di atas. Kedua instrumen mulai berlaku pada tanggal 22 Oktober 1997. Romania berpendapat bahwa perundingan diadakan sejak tahun 1998 tidak meyakinkan.Sebagai dasar untuk yurisdiksi Mahkamah, Romania menggunakan Pasal 4 (h) dari Tambahan Perjanjian, yang mengatakan antara lain bahwa perselisihan dibawa ke Mahkamah Internasional atas permintaan salah satu Pihak jika belum terselesaikan dalam jangka waktu yang wajar, selambatnya dari dua tahun setelah mulai negosiasi. Para Pihak tidak setuju terhadap jalannya batas maritim yang akan disepakati, dan fakta khusus dalam hal ini Pulau Serpent (bagian maritim yang terletak di Barat daya dari Laut Hitam, sekitar 20 mil laut sebelah timur dari delta Danube). Sejak Mahkamah masuk pada Bench tidak ada hakim kewarganegaraan dari salah satu Pihak, masing-masing Pihak melanjutkan untuk menggunakan haknya yang diberikan oleh Pasal 31 ayat 3, dari Statuta untuk memilih hakim ad hoc untuk duduk di kasus ini.Romania memilih Mr Jean-Pierre Cot (Prancis) dan Ukraina memilih Pak Bernard H. Oxman (Amerika Serikat).Romania mengajukan peringatannya dan Ukraina yang memberikan peringatan balik dalam batas waktu sehingga ditetapkan oleh pengadilan dengan keputusan dari 19 november 2004. Dengan keputusan 30 Juni 2006, pengadilan resmi memberikan pengajuan balasan oleh Romania dan duplikat oleh Ukraina. dan dalam batas waktu pengajuan permohonan tersebut Romania mengajukan replikanya dalam batas waktu sehingga sah.

1 Putusan Mahkamah Internasional Tentang Delimitasi Maritim di Laut Hitam, Keputusan 3 Februari 2009

Page 3: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

Dengan perintah berdasarkan 8 Juni 2007, pengadilan memperpanjang batas waktu untuk pengajuan duplikat oleh Ukraina, itu jawaban sepatutnya yang diajukan dalam batas waktu sehingga di perpanjang.

Dengar pendapat public yang dilaksanakan pada 2-9 September 2008, pada sidang hakim memberikan pertanyaan kepada para pihak. Balasan yang diberikan secara lisan sesuai dengan pasal 61 ayat 4 peraturan mahkamah.

B. Pihak-Pihak yang Bersengketa

Dalam sengketa Internasional, yang dapat mengajukan permohonan kepada Mahkamah Internasional adalah subyek hukum yang telah diatur dalam hukum Internasional. Secara umum subyek hukum diartikan sebagai pendukung / pemilik hak dan kewajiban. Pada awal mula dari kelahiran dan pertumbuhan hukum internasional, hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum internasional. Akan tetapi karena perkembangannya, pendukung hak dan kewajiban dalam hukum internasional pada saat ini ternyata tidak terbatas pada Negara saja tetapi juga meliputi subyek hukum internasional lainnya. Hal ini dikarenakan terdapat perkembangan ataupun kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi dimana kebutuhan manusia semakin meningkat cepat sehingga menimbulkan interaksi yang semakin kompleks.2

Jadi subyek hukum internasional dapat diartikan sebagai negara atau kesatuan-kesatuan bukan negara yang dalam keadaan tertentu memiliki kemampuan untuk menjadi pendukung hak dan kewajiban berdasarkan Hukum Internasional. Munculnya organisasi-organisasi Internasional baik yang bersifat bilateral, regional maupun multilateral dengan berbagai kepentingan dan latar belakang yang mendasari pada akhirnya mampu untuk dianggap sebagai subyek hukum internasional. Begitu juga dengan keberadaan individu atau kelompok individu (belligerent) yang pada akhirnya dapat pula diakui sebagai subyek hukum Internasional.

2 Haryomataram, KGPH, Pengantar Hukum Internasional, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hal 78

Page 4: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

Secara umum yang dipandang sebagai subjek hukum adalah :

(a) individu atau orang perorangan atau disebut pribadi alam dan (b) badan atau lembaga yang sengaja didirikan untuk suatu maksud dan tujuan

tertentu yang karena sifat, ciri, dan coraknya yang sedemikian rupa dipandang mampu berkedudukan sebagai subjek hukum.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa subjek hukum internasional adalah pemegang atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional; dan setiap pemegang atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional adalah Subjek Hukum Internasional.3

Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional dalam pembahasan ini adalah hukum internasional publik, karena dalam penerapannya, hukum internasional terbagi menjadi dua, yaitu: hukum internasional publik dan hukum perdata internasional. Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, yang bukan bersifat perdata.4

Sebagaimana diketahui bahwa subyek hukum internasional meliputi: 1) Negara; 2) Organisasi Internasional; 3) Palang Merah Internasional; 4) Tahta Suci atau Vatikan;5) Organisasi Pembebasan atau Bangsa-Bangsa yang sedang memperjuangkan

hak-haknya;6) Wilayah-wilayah Perwalian; 7) Kaum Belligerensi; 8) Individu

3 I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1990, hal. 58.4 Rudi, T May, Hukum Internaisonal I, Refika Aditama, Bandung, 2001, hal 44

Page 5: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

Di antara beberapa subyek hukum internasional sebagaimana tersebut di atas, dalam pembahasan berikut materinya hanya dibatasi Negara sebagai subyek hukum internasional dan individu sebagai subyek hukum internasional. Negara sebagai salah satu subyek internasional dan merupakan subyek hukum utama dari hukum internasional. Negara sebagai subyek hukum internasional baik ditinjau secara historis maupun secara faktual. Secara historis, yang pertama-tama merupakan subyek hukum internasional pada awal mula lahir dan pertumbuhan hukum internasional adalah negara.Jadi dalam kasus Delimitasi Maritim di Laut Hitam ini yang menjadi pihak-pihak yang bersengketa adalah negara, yaitu Romania sebagai pihak pemohon, dan Negara Ukraina sebagai pihak termohon.

Page 6: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

BAB IIMASALAH HUKUM DAN TINJAUAN TEORITIK

A. Masalah Hukum

Berdasarkan kasus posisi yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam studi kasus ini adalah:

1. Bagaimana peranan pengaturan Hukum Internasional dalam menentukan batas wilayah laut suatu negara?

B. Tinjauan Teoritik

Usaha negara untuk menguasai laut di masa modern sudah terjadi sejak abad ke-15 yang melibatkan Spanyol dan Portugis melalui bullInter Caterea tertanggal 4 Mei 1493 oleh Pope Alexander VI ( ___, 1917). Perkembangan selanjutnya di abad ke-20 ditandai dengan adanya usaha secara sporadis oleh berbagai negara untuk mengklaim kawasan laut misalnya seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat melalui proklamasi Presiden Harry S. Truman tahun 1945 (Presidential Proclamation No. 2667, 1945). Hal ini diikuti oleh negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Chile, dan Peru (United Nations, 1982a). Di masa itu, banyak negara melakukan klaim maritim secara sepihak tanpa ada ketentuan internasional yang mengatur.5

Dalam rangka mengatur klaim maritim oleh berbagai negara ini, PBB melakukan usaha kodifikasi hukum laut yang dimulai tahun 1958. Usaha terakhir dilakukan pada konferensi PBB tentang Hukum Laut III yang berakhir tahun 1982 di Montego Bay, Jamaica. Saat itulah ditetapkan United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS) yang berlaku hingga kini (United Nations, 1982b).

UNCLOS mengatur tentang kawasan maritim yang menjadi hak negara pantai. Kawasan maritim ini meliputi berbagai zona yang diukur dengan lebar tertentu dari

5 Papanicolopulu, I. (2007) A Note on Maritime Delimitation in a Multizonal Context:The Case of The Mediteranian, OceanDevelopment and International Law, London, hlm. 38

Page 7: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

garis pangkal (baseline). Garis pangkal adalah garis referensi atau acuan dalam mengukur lebar zona yurisdiksi maritim.Menurut UNCLOS, terdapat beberapa jenis garis pangkal yang umum digunakan adalah garis pangkal normal, lurus, penutup mulut sungai, penutup mulut teluk, pelabuhan, dan elevasi pasut atau low tideelevation. Zona-zona tersebut antara lain 12 mil laut (M) laut teritorial 24 M zona tambahan 200 M zona ekonomi eksklusif, ZEE dan landas kontinen yang lebarnya bisa mencapai 350 M atau lebih seperti diilustrasikan . Selain terkait cakupan horizontal (ukuran lebar), masing-masing zona juga memiliki cakupan vertikal (lapisan) berbeda. Laut teritorial, misalnya, meliputi tiga lapisan vertikal yaitu dasar laut, tubuh air dan udara di atasnya, sedangkan landas kontinen hanya mencakup dasar laut. Sementara itu ZEE meliputi dasar laut dan tubuh air (Papanicolopulu, 2007). Selain zona maritim yang menjadi kewenangan negar pantai, di luar itu dikenal juga adanya Laut Bebas dan Kawasan atau The Area.

Terkait kedaulatan, pada masing-masingzona di atas juga berlaku ketentuan berbeda. Pada laut teritorial misalnya berlaku kedaulatan penuh atau sovereignty (UNCLOS, Pasal 2) sedangkan pada ZEE dan landas kontinen berlaku hak berdaulat atau sovereign rights. Untuk hak berdaulat, suatu negara pantai tidak menguasai secara penuh, hanya berhak untuk mengelola kekayaan alam saja. Pada kawasan hak berdaulat, yang berlaku adalah hukum internasional, bukan hukum nasional. Untuk bisa menerapkan kedaulatan atau hak berdaulat di masing-masing zona maritim, suatu negara pantai harus menentukan batas masingmasing zona maritim bagi negaranya. Hal ini berlaku untuk semua zona, kecuali untuk landas kontinen. Pada landas kontinen atau dasar laut, hak berdaulat tidak memerlukan adanya deklarasi aktif. Penentuan batas terluar masing-masing zona ini dilakukan secara unilateral (sepihak, tanpa melibatkan negara lain) dan kemudian didepositkan ke PBB untuk diumumkan.

Secara teknis, klaim maritim ini melibatkan penerapan disiplin geospasial misalnya terkait pasang surut laut dalam menetukan garis pangkal. Perlu juga melibatkan geodesi dalam penentuan jarak dari garis pangkal hingga batas terluar suatu zona. Dalam praktiknya, jarak ini diukur pada peta laut atau nautical chart sehingga peta laut memiliki fungsi yang sangat penting.6

BAB IIIRINGKASAN PUTUSAN

6 Arsana, I MA. (2007) Batas Maritim Antarnegara - Sebuah Tinjauan Teknis dan Yuridis, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm. 34

Page 8: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

Putusan tentang Delimitasi Maritim di Laut Hitam ini di keluarkan pada tanggal 3 Februari 2009. Bernomor 2/2009. Dalam putusan ini Pihak Romania memilih Mr Jean-Pierre Cot (Prancis) dan Ukraina memilih Sir Bernard H. Oxman (Negara Serikat) sebagai hakim ad hoc yang memimpin persidangan tersebut.Pada sidang tanggal 16 September 2008:"Romania dengan hormat meminta Pengadilan untuk menarik batas laut tunggalyang membagi wilayah maritim Romania dan Ukraina di Laut Hitam, yang memiliki deskripsi sebagai berikut:(A) Dari Point F, pada 45 ° 05 '21 "N, 30 ° 02' 27" E, pada busur 12 nm sekitar

Serpent 'Island, ke Point X, pada 45 ° 14' 20 "N, 30 ° 29 '12" E;(B) dari Point X di segmen langsung ke Point Y, pada 45 ° 11 '59 "N, 30 ° 49'

16" E;(C) kemudian pada baris berjarak sama antara Romania dan Ukraina yang

relevan yang berdekatan pantai, dari Point Y, melewati titik D, pada 45 ° 12 '10 "N, 30 ° 59' 46" E, untuk Titik T, pada 45 ° 09 '45 "N, 31 ° 08' 40" E;

(D) dan kemudian pada median garis antara Romania dan Ukraina yang relevan pantai yang berlawanan, dari Point T melewati poin dari 44 ° 35 '00 "N,⎯ 31 ° 13 '43 "E dan 44 ° 04' 05" N, 31 ° 24 '40 "E, ke Point Z, di 43 ° 26' 50" N, 31 ° 20 '10 "E."

Atas nama Pemerintah Ukraina,

Page 9: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

Pada sidang tanggal 19 September 2008:

Untuk alasan yang diberikan secara tertulis dan lisan dalam pembelaan, permintaan Ukraina Pengadilan untuk menghukum dan menyatakan bahwa garis pembatasan landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif antara Ukraina dan Romania adalah sebagai berikut:

(A) dari titik (titik 1) diidentifikasi dalam Pasal 1 dari 2003 Perjanjian antara Ukraina dan Romania pada wilayah dari Ukraina-Romania perbatasan Negara, memiliki koordinat 45 ° 05 '21 "N; 30 ° 02' 27" E, garis membentang di sepanjang garis lurus untuk Titik 2, memiliki koordinat 44 ° 54 '00 "N; 30 ° 06' 00" E; kemudian

(B) dari Point 2, garis membentang di sepanjang azimut 156 ° ke Point 3, memiliki koordinat 43 ° 20 '37 "N; 31 ° 05' 39" E; dan kemudian berlanjut sepanjang sama azimuth sampai mencapai titik di mana kepentingan Negara ketiga berpotensi turut serta.

Pengadilan mencatat daerah maritim dimana delimitasi dalam kasus ini adalah terletak di bagian barat dari Laut Hitam. Hal ini terlihat bahwa, dalam area ini, sekitar 20 mil laut di sebelah timur sungai Donau delta, terletak sebuah daerah alami yang disebut Pulau Serpent '. Pulau Serpent berada di atas air pada saat pasang, memiliki luas permukaan sekitar 0,17 km persegi dan lingkar sekitar 2.000 m.Para pihak sepakat bahwa semua kondisi untuk yuridiksi Mahkamah tepat pada saat pengajuan permohonan dan bahwa Pengadilan memiliki yurisdiksi untuk memutuskan kasus ini. Namun, mereka berbeda untuk lingkup yang tepat dari yurisdiksi yang diberikan kepada Pengadilan.Pengadilan mengamati bahwa Ukraina tidak bersaing di bawah hukum internasional, sebagai suatu hal prinsip, tidak mungkin ada garis batas yang memisahkan laut teritorial suatu Negara dari Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen Negara lain. Bahkan, garis seperti itu ditentukan oleh Pengadilan di Pengadilan terbaru dari batas maritim (lihat Teritorial dan Sengketa maritim antara Nikaragua dan Honduras di Laut Karibia (Nikaragua v. Honduras), Keputusan dari 8 Oktober 2007). Ukraina lebih bergantung pada ayat 4 (h) dari Perjanjian tambahan, yang dalam pandangannya, "menyarankan bahwa para pihak tidak mengantisipasi bahwa Pengadilan akan memanggil untuk memberikan suatu batas maritim di sepanjang batas terluar laut teritorial Ukraina di sekitar Pulau Serpent. Kata-kata dari ayat 4 (h) dari Perjanjian tambahan tentang masalah delimitasi landas kontinen dan Zona Ekonomi Eklusif harus diselesaikan oleh Mahkamah Internasional, netralitas zona ini harus di temukan di kedua sisi garis batas sepanjang panjangnya. Mahkamah berpandangan bahwa itu harus di tafsirkan berdasarkan

Page 10: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

ketentuan ayat 4 (h) dari perjanjian tambahan pada yuridiksi di pengadilan dari objek dan tujuan yang perjanjian dan konteksnya.

Pengadilan Memutuskan :

Memutuskan bahwa mulai dari Point 1, yang disepakati oleh Para Pihak dalam Pasal 1 Perjanjian Perbatasan Negara tahun 2003, garis batas maritim tunggal delimitasi landas kontinen dan Zona Ekonomi Eksklusif Romania dan Ukraina di Laut Hitam akan mengikuti 12 mil laut busur laut teritorial Ukraina sekitar Pulau Serpent 'sampai titik 2 (dengan koordinat 45 ° 03 '18,5 "N dan 30 ° 09' 24,6" E) dimana busur memotong dengan jarak yang sama garis dari pantai yang berdekatan Romania dan Ukraina. Dari Point 2 garis batas harus mengikuti garis equidistance melalui Tempat 3 (dengan koordinat 44 ° 46 '38,7 "N dan 30 ° 58' 37,3" E) dan 4 (Dengan koordinat 44 ° 44 '13,4 "N dan 31 ° 10' 27,7" E) hingga mencapai titik 5 (dengan koordinat 44 ° 02 '53,0 "N dan 31 ° 24' 35,0" E). Dari Point 5 garis batas maritim akan terus sepanjang garis berjarak sama dari pantai yang berlawanan dari Romania dan Ukraina di arah selatan mulai pada azimuth geodesi dari 185 ° 23 '54,5 "N sampai mencapai daerah di mana hak-hak ketiga Negara akan terpengaruh.

BAB IVANALISIS PUTUSAN

Page 11: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

Dalam kasus antara Romania dengan Ukraina ini memang cukup kompleks. Karena jauh sebelum perjanjian yang dilakukan mereka, terdapat fakta Historis yang menentukan batas wilayah laut yang mereka miliki. Pulau Serpent memiliki peran penting dalam keputusan Mahkamah Internasional terkait delimitasi batas maritim untuk ZEE dan Landasan Kontinen antara Romania dan Ukraina. Titik 1 dan titik 2 adalah titik-titik yang terletak pada busur batas zona Laut Teritorial yang diklaim menggunakan Serpents Island sebagai titik pangkal. Ini merupakan bukti bahwa, pulau-pulau  kecil, seperti Serpents Island (yang memiliki luas hanya 0,17km persegi), memiliki peran penting dalam delimitasi batas maritim.Wilayah maritim yang disengketakan oleh Romania dan Ukraina berada di sekitar barat laut wilayah Laut Hitam. Laut Hitam, yang memiliki memiki luas sekitar 432,000 km2 terletak antara 40° 56′ sampai 46° 33′ LU and antara 27° 27′ and 41° 42′ BT. Di sebelah Barat Daya Laut Hitam, berjarak sekitar 20 mil laut dari Delta Danube, berada sebuah Pulau bernama Serpents. Pulau Serpents, yang terlihat pada kondisi laut pasang, memiliki luas sekitar 0.17 km persegi dan termasuk dalam wilayah kedaulatan Ukraina.Zona maritim ZEE secara resmi diakui dalam UNCLOS pada tahun 1982 dengan diatur pada bagian V pasal 55-75. Pengakuan atas zona maritim ZEE secara resmi di UNCLOS merupakan inovasi yang signifikan, yang dimulai sejak tahun 1945 (Beckman & Davenport, 2012). Kehadiran ZEE dalam hukum laut internasional menjadikan penguasaan negara-negara di dunia atas laut meningkat drastis.7Luas ZEE mencapai 43 juta mil laut persegi atau melingkupi 43% dari luas seluruh laut di dunia, atau 29% dari seluruh permukaan bumi. Dengan lebar maksimal mencapai 200 mil laut, potensi tumpang tindih klaim ZEE antarnegara di dunia meningkat. Beberapa sengketa batas maritim antarnegara terjadi di dunia karena klaim ZEE tersebut.UNCLOS mengatur beberapa hal penting terkait ZEE, misalnya tentang lebar maksimal ZEE yang dapat diklaim oleh sebuah negara, yaitu tidak melebihi 200 mil laut sesuai pasal 57. Pasal 74 ayat (1) mengatur tentang delimitasi batas ZEE. Namun demikian dari 21 pasal yang ada pada Bab V UNCLOS tidak disebutkan secara khusus metode yang digunakan untuk delimitasi ZEE. Pasal 74 ayat (1) hanya menyebutkan bahwa delimitasi dilakukan untuk mencapai solusi yang adil (equitable solution). Sebagai catatan, solusi yang adil selain diterapkan pada delimitasi ZEE, juga digunakan pada proses delimitasi landas kontinen.Menurut Carleton dan Schofield (2002) solusi adil secara umum dapat dipengaruhi sangat banyak faktor misalnya faktor politik, strategis, sejarah, hukum, ekonomi, lingkungan, geografis, titik pangkal, garis pangkal, geomorfologi, proporsionalitas,

7 Widagdo, Setyo, dan Hanif Nur Widhiyanti. 2008. Hukum Diplomatik dan Konsuler. Bayu Media : Malang, hal 34

Page 12: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

dan faktor lain. Dengan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi tersebut, maka proses dan hasil delimitasi sangat berbeda jika dibandingkan dengan dengan metode median line. Metode ini hanya dipengaruhi oleh pertimbangan geografis pantai dan titik-titik yang relevan untuk dilibatkan dalam delimitasi batas.8

Namun demikian dari banyak faktor yang mempengaruhi delimitasi untuk solusi yang adil, yurispudensi selama 30 tahun terakhir menunjukkan faktor geografis menjadi yang terpenting dalam delimitasi zona maritim sampai dengan 200 mil laut, salah satu contohnya pada keputusan Mahkamah Internasional untuk kasus Malta/Libya tahun 1985 untuk delimitasi batas sampai dengan 200 mil laut faktor geologis dan geomorfologi tidak berperan. Namun demikian, faktor geologis dan geomorfologis berperan dalam delimitasi landas kontinen di luar 200 mil laut. UNCLOS, khususnya pasal 76 mengatur tentang definisi landas kontinen dan jarak terjauh landas kontinen sebuah negara dengan syarat-syarat tertentu. Pasal 83 UNCLOS lebih lanjut mengatur delimitasi landas kontinen, dalam pasal tersebut tidak disebutkan metode tertentu yang digunakan namun hanya disebutkan delimitasi landas kontinen harus mencapai solusi adil.9

Pada keputusan tersebut, disebutkan penentuan pantai relevan berkaitan dengan dua hal dalam delimitasi ZEE dan landas kontinen. Pertama, pantai relevan merupakan faktor penting untuk mengidentifikasi kasus apa saja yang termasuk dalam tumpang tindih klaim. Kedua, pantai relevan digunakan dalam tahapan ketiga metode delimitasi ZEE dan landas kontinen yaitu uji disproporsionalitas, dimana diantaranya membandingkan pantai relevan masing-masing negara yang digunakan delimitasi yang dilakukan. Berdasarkan pantai relevan, kemudian dapat ditentukan area relevan. Berdasarkan area relevan tersebut dapat diketahui luas wilayah maritim yang terlibat dalam proses delimitasi, dan area yang tidak termasuk dalam delimitasi. Area relevan juga digunakan dalam tahapan ketiga para proses delimitasi batas maritim metode Three Stage Approach, uji disproporsionalitas, untuk mengetahui perbandingan luas area maritim yang diperoleh masing-masing negara hasil delimitasi.Secara umum, dapat dilihat bahwa keputusan Mahkamah Internasional pada sengketa batas maritim antara Ukraina dan Romania menggunakan metode dan tahapan baru 8 Peter Malanczuk, Akehurst’s Modern Intrductionto International Law, 7th rev. ed., London: Rout ledge, 1997. hal .1189 Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Universitas Indonesia, “Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Nasional ”,  Jurnal hukum internasional, Volume 5 Nomor 3, 2008.

Page 13: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

untuk delimitasi batas ZEE dan landas kontinen bernama metode Three Stage Approach. Proses delimitasi dilakukan dalam tiga tahapan utama, yang pertama adalah rekonstruksi garis ekudisitan sementara dengan mempertimbangkan area maritim.10

Langkah kedua adalah menentukan faktor yang berpengaruh yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap garis ekuidistan sementara. Langkah ketiga adalah memastikan bahwa garis batas yang dihasilkan tidak memberikan hasil yang tidak adil dan disproporsional terhadap perbandingan panjang pantai dan area relevan untuk sengketa batas maritim tersebut. Terdapat fitur maritim, yaitu Pulau Serpent yang berkontribusi pada delimitasi yang dilakukan.

BAB VKESIMPULAN

Mahkamah Internasional memberikan keputusan penyelesaian sengketa batas maritim antara Romania dan Ukraina di Laut Hitam pada tanggal 3 Februari 2009. Dalam kasus Delimitasi Maritim di Laut Hitam ini yang menjadi pihak-pihak yang bersengketa adalah negara, yaitu Romania sebagai pihak pemohon, dan Negara

10Prospects, Wollongong Papers on Maritime Policy No.9, Centre for Maritime Policy, University of Wollongong, Wollongong, New South Wales, Australia, 1997. Hlm.73

Page 14: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

ukraina sebagai pihak termohon. Dalam keputusan tersebut, sengketa diselesaikan dengan delimitasi satu garis (single line) untuk delimitasi ZEE dan landas kontinen (ICJ, 2009). Dalam keputusan tersebut beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam proses delimitasi batas maritim antara Romania dan Ukraina diantaranya: pantai relevan, area relevan, konstruksi garis ekuidistan, faktor pengaruh yang relevan, dan uji disproporsionalitas. Pada keputusan tersebut, disebutkan penentuan pantai relevan berkaitan dengan dua hal dalam delimitasi ZEE dan landas kontinen. Pertama, pantai relevan merupakan faktor penting untuk mengidentifikasi kasus apa saja yang termasuk dalam tumpang tindih klaim. Kedua, pantai relevan digunakan dalam tahapan ketiga metode delimitasi ZEE dan landas kontinen yaitu uji disproporsionalitas, dimana diantaranya membandingkan pantai relevan masing-masing negara yang digunakan delimitasi yang dilakukan.11

Wilayah maritim yang disengketakan oleh Romania dan Ukraina berada di sekitar barat laut wilayah Laut Hitam. Laut Hitam, yang memiliki memiki luas sekitar 432,000 km2 terletak antara 40° 56′ sampai 46° 33′ LU and antara 27° 27′ and 41° 42′ BT. Di sebelah Barat Daya Laut Hitam, berjarak sekitar 20 mil laut dari Delta Danube, berada sebuah Pulau bernama Serpents. Pulau Serpents, yang terlihat pada kondisi laut pasang, memiliki luas sekitar 0.17 km persegi dan termasuk dalam wilayah kedaulatan Ukraina.Pengadilan Memutuskan bahwa mulai dari Point 1, yang disepakati oleh Para Pihak dalam Pasal 1 Perjanjian Perbatasan Negara tahun 2003, garis batas maritim tunggal delimitasi landas kontinen dan Zona Ekonomi Eksklusif Romania dan Ukraina di Laut Hitam akan mengikuti 12 mil laut busur laut teritorial Ukraina sekitar Pulau Serpent 'sampai titik 2 (dengan koordinat 45 ° 03 '18,5 "N dan 30 ° 09' 24,6" E) di mana busur memotong dengan jarak yang sama garis dari pantai yang berdekatan Romania dan Ukraina. Dari Point 2 garis batas harus mengikuti garis equidistance melalui Tempat 3 (dengan koordinat 44 ° 46 '38,7 "N dan 30 ° 58' 37,3" E) dan 4 (Dengan koordinat 44 ° 44 '13,4 "N dan 31 ° 10' 27,7" E) hingga mencapai titik 5 (dengan koordinat 44 ° 02 '53,0 "N dan 31 ° 24' 35,0" E). Dari Point 5 garis batas maritim akan terus sepanjang garis berjarak sama dari pantai yang berlawanan dari Romania dan Ukraina di arah selatan mulai pada azimuth geodesi dari 185 ° 23 '54,5 " N sampai mencapai daerah di mana hak-hak ketiga Negara mungkin akan terpengaruh.

11 Etty R. Agoes, Konvensi Hukum Laut 1982 Masalah Pengaturan Hak Lintas Kapal Asing, Abardin, Bandung, 1991. Hlm.67

Page 15: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Makalah, dan Jurnal:

Arsana, I MA. (2007) Batas Maritim Antarnegara - Sebuah Tinjauan Teknis dan Yuridis, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Etty R. Agoes, Konvensi Hukum Laut 1982 Masalah Pengaturan Hak Lintas Kapal Asing, Abardin, Bandung, 1991.

Page 16: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)

Haryomataram, KGPH, Pengantar Hukum Internasional, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005.

I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1990.

Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Universitas Indonesia, “Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Nasional ”,  Jurnal hukum internasional, Volume 5 Nomor 3, 2008.Rudi, T May, Hukum Internaisonal I, Refika Aditama, Bandung, 2001.

Papanicolopulu, I. (2007) A Note on Maritime Delimitation in a Multizonal Context:The Case of The Mediteranian, OceanDevelopment and International Law, London.

Peter Malanczuk, Akehurst’s Modern Intrductionto International Law, 7th rev. ed., London: Rout ledge, 1997. hal .118

Prospects, Wollongong Papers on Maritime Policy No.9, Centre for Maritime Policy, University of Wollongong, Wollongong, New South Wales, Australia, 1997.

Widagdo, Setyo, dan Hanif Nur Widhiyanti. 2008. Hukum Diplomatik dan Konsuler. Bayu Media : Malang.

United nations, Summaries of Judgments, Advisory opinions and orders of the Permanent Court of international Justice, New York: United Nation (Journal)

Peraturan

Putusan Mahkamah Internasional Tentang Delimitasi Maritim di Laut Hitam, Keputusan 3 Februari 2009

Konvensi Hukum Laut 1982

Page 17: STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL (DELIMITASI MARITIM DI LAUT HITAM)