hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang ca...
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG
CA MAMMAE DENGAN MOTIVASI PASIEN MENGIKUTI
KEMOTERAPI DI RUANG ONE DAY CARE
RSUD Dr. MOEWARDI
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan
Oleh :
LENY DWI HASTUTI
NIM: ST. 13 046
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “KUSUMA HUSADA”
TAHUN 2015
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Leny Dwi Hastuti
NIM : ST.13 046
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIkes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing dan masukan dari
Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataann ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, 7 Agustus 2015
Yang membuat pernyataan.
Leny Dwi Hastuti
NIM : ST.13 046
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam,
karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul : ”Hubungan Tingkat Pengetahuan pasien tentang Ca
Mamae dengan Motivasi Pasien Mengikuti Kemoterapi di Ruang One Day Care
RSUD Dr. Moewardi”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa dorongan,
bimbingan dan mmotivasi-motivasi dari berbagai pihak niscaya penulis tidak akan
mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta, yang telah memberi izin penelitian kepada penulis.
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku Ketua Prodi Si
Keperawatan yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua
mahasiswanya.
3. Ibu Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Ariyani, S.Kep.,Ns., selaku pembimbing pendamping, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah
memberikan segenap ilmu dan pengalamnnya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua responden yang telah membantu dalam pengisian kuesioner ini
sehingga terkumpullah data yang digunakan untuk penyusunan skripsi ini.
7. Keluargaku yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan
semangat bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
8. Teman-teman ST13 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya,
sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan.
Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali
ucapan terima kasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga amal baiknya
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 7 Agustus 2015
Leny Dwi Hastuti
NIM. ST. 13 046
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
ABSTRAK ... ............................................................................................ xiii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
2.1 Latar Belakang ................................................................ 1
2.2 Rumusan Masalah ............................................................ 5
2.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 5
2.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori .................................................................. 7
2.2 Keasalian Penelitian ......................................................... 25
2.3 Kerangka Teori ................................................................ 27
2.4 Kerangka Konsep ............................................................. 28
2.5 Hipotesis ........................................................................... 28
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................... 30
3.2 Populasi dan Sampel ......................................................... 30
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 31
3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ..... 31
3.5 Instrumen Penelitian ........................................................ 33
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 34
3.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................... 36
3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data ................................. 37
3.9 Etika Penelitian ............................................................... 40
3.10 Jadwal Penelitian ............................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Responden ................................................... 41
4.2. Analisis Univariat ............................................................. 42
4.3. Analisis Bivariat ............................................................... 43
4.4. Pembahasan ....................................................................... 43
BAB V PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden ................................................... 48
4.2. Analisis Univariat ............................................................. 50
4.3. Analisis Bivariat ............................................................... 55
BAB VI PENUTUP
4.1. Simpulan ........................................................................... 59
3.2. Saran ................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Keaslian Penelitian .................................................................. 26
3.1 Definisi Operasional Variabel dan skala pengukuran ............. 32
4.1 Distribusi frekuensi umur ........................................................ 47
4.2 Distribusi frekuensi pendidikan .............................................. 47
4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan.................................................. 48
4.4 Distribusi frekuensi pengetahuan tentang Ca Mammae........... 48
4.5 Distribusi frekuensi tentang motivasi pasien mengikuti kemo-
terapi ......................................................................................... 49
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori ........................................................................ 27
2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Pasien
Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Pasien
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Lampiran 8. Hasil Analisis Data
Lampiran 9. Jadwal Penelitian
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 11. Lembar Konsultasi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Leny Dwi Hastuti
Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Ca Mammae dengan
Motivasi Pasien Mengikuti Kemoterapi di Ruang One Day Care
RSUD Dr. Moewardi
Abstrak
Pasian Ca Mammae yang menjalani kemoterapi kadang-kadang merasa
pesimis bahwa penyakitnya tidak dapat diatasi dan tidak dapat sembuh, untuk
mengurangi pesimis itu diperlukan tingkat pengetahuan dan motivasi dalam
penatalaksanaannya agar kelangsungan kemoterapi yang dijalani oleh klien
tersebut dapat berjalan lancar sehingga mempunyai motivasi untuk sembuh.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
pasien tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemoterapi.
Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Jumlah sampel 84 pasien dan teknik pengambilan sampel dengan
purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dengan analisis Chi-Square
(2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang
mengikuti kemoterapi mempunyai tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae baik
yaitu sebanyak 41 orang (48,8%), sebagian besar pasien yang mengikuti
kemoterapi mempunyai motivasi baik yaitu sebanyak 41 orang (48,8%), dan
terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat pengetahuan tentang
Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemotherapi di Ruang One Day
Care RSUD Dr. Moewardi (p-value = 0,001). Berdasarkan hal tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemotherapi.
Kata kunci: Tingkat pegetahuan, motivasi, Ca Mammae, kemoterapi.
Daftar Pustaka: 23 (2006 – 2014)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan
kesengsaraan dan kematian. Kanker menempati peringkat kedua penyebab
kematian setelah penyakit jantung. Hampir setiap satu dari 20 wanita di
Singapura didiagnosa mengidap Ca Mamae dalam hidupnya. Wanita etnis
Cina mempunyai resiko yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita
etnis Melayu atau India, sebesar 10-20%. Insiden yang tertinggi ada di
kelompok usia 55-59 tahun (Kartikawati, 2013). Pencegahan dan pengobatan
prakanker Mamae masih merupakan masalah kesehatan masyarakat diantara
wanita dewasa di Indonesia. Menurut ketua umum YKI (Yayasan Kanker
Indonesia), diperkirakan 15.000 penderita baru per tahun, dan 8.000 penderita
meninggal tiap tahun. Deteksi dini dan pengobatan pra kanker Ca Mamae
perlu menjadi prioritas (Moerdijat dkk, 2010).
Ca Mamae di Indonesia menduduki tempat kedua dalam urutan
keganasan pada wanita yaitu 16 orang per 100.000 penduduk wanita. Berdasar
data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2007, kejadian Ca Mamae
sebanyak 5.786 kasus atau 11,78% dari keganasan lainnya. Angka kejadian
Ca Mamae meningkat dari jumlah kasus pada 2006 sebanyak 4.696 kasus
atau 11,07% dan sekitar 70% penderita berada dalam stadium lanjut. Kanker
ini terbanyak berkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu sekitar 89,48% (Aditama,
2010).
1
Kasus Ca Mammae di Jawa Tengah pada tahun 2011 terdapat 2.091
atau sekitar 19,70% (DinKes, 2012). Angka kejadian Ca Mamae pada tahun
2012 di Kota Surakarta menempati angka tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir yaitu terdapat 181 kasus atau sekitar 8,6% dari seluruh kejadian
penyakit tidak menular dan 11 kasus diantaranya atau sebesar 5,4% terdapat di
Kecamatan Pasar kliwon (DinKes, 2013).
Pasien Ca Mammae sekitar 70% datang ke rumah sakit sudah berada
pada stadium lanjut. Penyebab keterlambatan penderita datang ke dokter,
antara lain adalah takut operasi, percaya pada pengobatan tradisional atau
paranormal, dan ketidaktahuan deteksi dini Ca Mammae, faktor ekonomi atau
ketiadaan biaya. Padahal makin tinggi stadiumnya maka kemungkinan sembuh
akan turun hingga 15%. Hal ini disebabkan karena terapi yang diberikan juga
kurang maksimal (Sutjipto, 2003).
Salah satu terapi yang diberikan pada pasien Ca Mammae yaitu
tindakan kemoterapi. Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti
kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan
membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi juga sel-
sel yang ada di seluruh tubuh (Kartikawati, 2013).
Motivasi pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi
utamanya pada terapi penyakit tidak menular (misalnya : diabetes, hipertensi,
asma, kanker, dan sebagainya), gangguan mental, penyakit infeksi HIV /
AIDS dan tuberkulosis. Tidak adanya motivasi pasien pada terapi penyakit ini
dapat memberikan efek negatif yang sangat besar karena prosentase kasus
penyakit tersebut di atas diseluruh dunia mencapai 54% dari seluruh penyakit
pada tahun 2010. Angka ini bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi
lebih dari 65% pada tahun 2020 (Info POM, 2011).
Harus diingat bahwa motivasi untuk mengikuti kemoterapi merupakan
fenomena multidimensi yang ditentukan oleh beberapa dimensi yang saling
terkait, yaitu faktor pasien, faktor terapi, faktor tingkat pengetahuan, faktor
sistem kesehatan, faktor lingkungan dan faktor sosial ekonomi. Semua faktor
adalah faktor penting dalam mempengaruhi motivasi pasien untuk mengikuti
kemoterapi sehingga tidak ada pengaruh yang lebih kuat dari faktor lainnya.
Menyelesaikan masalah ketidakadanya motivasi pasien ini, tidak sepenuhnya
semua kesalahan ada pada pasien sehingga intervensi hanya dilakukan dari sisi
pasien, namun diperlukan juga adanya pembenahan dalam sistem kesehatan
dan petugas pelayanan kesehatan.
Faktor pengetahuan tentang Ca Mammae dan penatalaksanaan sangat
mendukung kelangsungan pengobatan yang dijalani oleh pasien. Hal ini
disebabkan karena pengobatannya memerlukan waktu yang relatif lama dan
pasien maupun keluarga diharapkan dapat menjalani program pengobatan
sampai selesai, agar dapat dicapai hasil yang optimal. RSUD Dr. Moewardi
merupakan rumah sakit pusat rujukan banyak memberikan pelayanan
kemoterapi terhadap pasien Ca Mammae, dan tidak sedikit diantara pasien
tersebut tidak memenuhi jadwal kemoterapi yang telah direncanakan.
RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2013 terdapat 1200 pasien Ca
Mamae. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di
RSUD Dr. Moewardi pada bulan Juni 2014 terdapat 105 pasien, bulan Juli
2014 menurun menjadi 93 pasien, dan pada bulan Agustus 2014 meningkat
menjadi 130 pasien. Studi pendahuluan dengan wawancara terhadap 5 pasien
Ca Mammae yang menjalani kemoterapi diketahui 3 orang (60%) kurang
mengetahui tentang Ca Mamae. (60%) dan menyatakan kurang mempunyai
motivasi untuk melakukan kemoterapi di rumah sakit karena kemoterapi
hanya akan berdampak pada keluhan seperti nyeri, sulit tidur, mudah lelah,
kurang semangat hidup. Berdasarkan pemikiran dan latar belakang
permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan pasien tentang Ca Mamae dengan
Motivasi Pasien Mengikuti Kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi”.
1.2 Perumusan Masalah
Faktor pengetahuan tentang Ca Mammae dan motivasi untuk
menjalankan kemoterapi sangat mendukung kelangsungan pengobatan yang
dijalani oleh pasien agar pasien mau menjalani kemoterapi tersebut agar dapat
dicapai hasil yang optimal. Hasil studi pendahuluan diketahui beberapa pasien
kurang mempunyai motivasi untuk melakukan kemoterapi di rumah sakit
karena kemoterapi hanya akan berdampak pada keluhan seperti nyeri, sulit
tidur, mudah lelah, kurang semangat hidup. Berdasarkan latar belakang,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Adakah hubungan tingkat
pengetahuan pasien tentang Ca Mamae dengan motivasi pasien mengikuti
kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mammae dengan
motivasi pasien mengikuti kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mamae di
Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi.
b. Mengidentifikasi motivasi pasien mengikuti kemoterapi di Ruang One
Day Care RSUD Dr. Moewardi
c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mamae
dengan motivasi pasien mengikuti kemoterapi di Ruang One Day Care
RSUD Dr. Moewardi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi pada
rumah sakit dalam hal pengetahuan tentang pelaksanaan kemoterapi pada
pasien Ca Mammae agar tercipta suatu motivasi pada pasien untuk
mengikuti kemoterapi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan
penelitian lebih lanjut tentang sejauh mana tingkat pengetahuan tentang Ca
Mamae hubungannya dengan motivasi pasien mengikuti kemoterapi.
3. Bagi Penelitian Lain
Untuk peneliti berikutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk
pendokumentasian apabila akan mengadakan penelitian mengenai
hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi pasien mengikuti
kemoterapi.
4. Bagi Peneliti
Memberikan bukti-bukti empiris tentang pengetahuan tentang kanker
pasien Ca Mamae hubungannya dengan motivasi mengikuti kemoterapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengetahuan
2.1.1.1 Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Sunaryo, 2004).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya (Meliono, 2007).
2.1.1.1 Domain Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif menurut Notoatmodjo (2010) mempunyai 6 (enam) tingkatan,
yaitu :
7
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengigat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginter-prestasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, mengimple-mentasikan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk
keseluruhan yang baru, atau dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang sudah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku terbuka (over behavior) perilaku yang didasari
pengetahuan bersifat langgeng.
2.1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :
1) Tingkat pendidikan, pendidikan adalah upaya untuk
memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku
positif yang meningkat. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan
mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.
2) Informasi, seseorang mempunyai sumber informasi lebih akan
mempunyai pengetahuan lebih luas. Informasi diartikan sebagai
suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu, sedangkan informasi sendiri
mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer,
database yang diteruskan melalui komunikasi. Seseorang
dengan sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas.
3) Budaya, tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
4) Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan
menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.
5) Sosial ekonomi, tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan
menambah tingkat pengetahuan (Sukanto, 2007).
2.1.1.4 Cara Mendapatkan Pengetahuan
Beberapa cara untuk mendapatkan pengetahuan menurut adalah :
a. Coba-salah (trial and eror). Cara ini digunakan saat orang
mengalami masalah, upaya pemecahannya adalah dengan cara
coba-coba saja atau dengan kemungkinan–kemungkinan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas. Cara ini digunakan secara turun-
temurun, atau karena kebiasaan sehari-hari serta tradisi yang
dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah hal
tersebut baik atau tidak.
c. Pengalaman. Pengalaman artinya berdasarkan pemikiran kritis
akan tetapi pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan.
Mungkin pengalaman hanya dicatat saja. Pengalaman yang
disusun sistematis oleh otak maka hasilnya adalah ilmu
pengetahuan.
d. Melalui jalan pikiran yaitu dengan cara induksi dan deduksi.
Induksi yaitu apabila proses pembuatan keputusan itu melalui
pernyataan–pernyataan khusus kepada yang umum. Deduksi
apabila pembuatan kesimpulan dari pernyataan–pernyataan
umum kepada yang khusus.
e. Cara modern. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini
disebut “Metodologi Penelitian atau Metode Penelitian Ilmiah”
(Notoatmodjo, 2010).
2.1.1.5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan domain di atas (Notoatmodjo,
2010).
Tingkat pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik : Hasil persentase 76–100%
2) Cukup : Hasil persentase 56-75%
3) Kurang : Hasil persentase < 56%.
2.1.2 Motivasi
2.1.2.1 Pengertian
Motivasi berasal dari kata motif (motive), yang berarti
rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga, yang
dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan
perilaku tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang
melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat
sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada dasarnya mempunyai
motif termasuk tingkah laku secara reflek dan yang berlangsung
secara otomatis mempunyai maksud tertentu, walaupun maksud itu
tidak senantiasa disadari manusia (Russel, 2000).
Motivasi juga merupakan upaya untuk menimbulkan
rangsangan atau dorongan tenaga tertentu pada seseorang agar mau
berbuat dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(Irwanto, 1991). Motivasi atau upaya untuk memenuhi kebutuhan
pada seseorang dapat dipakai sebagai alat untuk menggairahkan
seseorang untuk giat melakukan kewajibannya tanpa harus
diperintah atau diawasi. (Singgih, 2002).
Motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (the
energizer of behavior) Motivasi adalah penentu (determinan)
perilaku, dengan kata lain motivasi adalah konstruk teoritis
mengenai terjadinya perilaku. Konstruk teoritis ini meliputi aspek-
aspek pengaturan (regulasi). Pengarahan (direksi), serta tujuan
(insentif global ) dari perilaku (Usman, 2005).
2.1.2.2 Motivasi dalam Perilaku
Ciri motivasi dalam perilaku :
1) Penggerak perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-
tanggapan yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang
suatu perilaku tertentu saja tetapi menstimulasi berbagai
kecenderungan berperilaku yang memungkinkan tanggapan
yang berbeda-beda.
2) Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang
bervariasi dengan kekuatan determinan. Rangsang yang
lemah mungkin menimbulkan reaksi yang hebat atau
sebaliknya.
3) Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
4) Penguatan positif (positive reinforcement), menyebabkan
suatu perilaku tertentu cenderung diulangi.
5) Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan
itu bersifat tidak baik (Usman, 2003).
Perilaku terjadi karena suatu determinan tertentu, baik
biologis, pikologis, maupun yang berasal dari lingkungan.
Determinan ini akan menstimulasi timbulnya suatu keadaan (bio)
psikologis tertentu yang dalam tubuh disebut kebutuhan.
Kebutuhan menciptakan suatu keadaan ketengangan (tension), hal
ini mendorong perilaku untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(perilaku instrumental). Ketika kebutuhan sudah dipenuhi, maka
ketegangan akan melemah, sampai timbulnya ketegangan lagi
karena munculnya kebutuhan baru. Inilah yang disebut daur
motivasi, bila determinan yang menimbulkan kebutuhan itu tidak
ada lagi maka daur tidak terjadi (Daniellle Gales & Carrette,
2002).
2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Beberapa teori dan definisi tentang motivasi maka dapat
dipahami bahwa bila pada individu terdapat bermacam-macam
motif yang mendorong dan menggerakkan manusia untuk
melakukan kegitan-kegiatan dalam mencapai tujuan serta
memenuhi kebutuhan hidup dalam rangka mempertahankan
eksistensinya (Hidayat, 2006). Motivasi dipengaruhi oleh :
1. Energi
Energi merupakan sumber yang mendorong tingkah
laku, sehingga seseorang mempunyai kekuatan untuk mampu
melakukan suatu tindakan tertentu.
2. Belajar
Belajar dinyatakan bahwa ada interaksi antara belajar
dan motivasi dalam tingkah laku. Semakin banyak seseorang
mempelajari sesuatu maka ia akan lebih termotivasi untuk
bertingkah laku sesuai dengan yang pernah dipelajarinya.
3. Interaksi sosial
Interaksi sosial dinyatakan bahwa interaksi sosial
dengan individu lain akan mempengaruhi motivasi bertindak.
Semakin sering seseorang berinteraksi dengan orang lain akan
semakin mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan
tindakan.
4. Proses kognitif
Proses kognitif yaitu informasi yang masuk pada
seseorang diserap kemudian diproses dan pengetahuan tersebut
untuk kemudian mempengaruhi tingkah laku.
Faktor yang mempengaruhi motivasi juga dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu : (Sumidjo, 2006)
a) Faktor Internal
Segala sesuatu dari dalam individu seperti kepribadian, sikap,
pengalaman, pendidikan dan cita-cita
(1) Sifat kepribadian adalah corak kebiasaan manusia yang
terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi
serta menyesuaikan diri terhadap rangsangan dari dalam
diri maupun lingkungan, sehingga corak dan cara
kebiasaannya itu merupakan kesatuan fungsional yang
khas pada manusia itu, sehingga orang yang
berkepribadian pemalu akan mempunyai motivasi berbeda
dengan orang yang memiliki kepribadian keras.
(2) Intelegensi atau pengetahuan merupakan seluruh
kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai
intelegensi tinggi akan mudah menyerap informasi, saran,
dan nasihat.
(3) Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak
mendukung pada suatu objek, dimana seseorang akan
melakukan kegiatan jika sikapnya mendukung terhadap
obyek tersebut, sebaliknya seseorang tidak melakukan
kegiatan jika sikapnya tidak mendukung. Cita-cita
merupakan sesuatu yang ingin dicapai dengan adanya
cita–cita maka seseorang akan termotivasi mencapai
tujuan.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi lingkungan, pendidikan, agama,
sosial, ekonomi, kebudayaan, orang tua, dan saudara.
(1) Pengaruh lingkungan baik fisik, biologis, maupun
lingkungan sosial yang ada sekitarnya dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang sehingga
dorongan dan pengaruh lingkungan akan dapat
meningkatkan motivasi individu untuk melakukan
sesuatu.
(2) Pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya
melibatkan tingkah laku individu maupun kelompok. Inti
kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil
dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya
seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas. Dengan
belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan
mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang
diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran
atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam usaha
meningkatkan status kesehatan.
(3) Agama merupakan keyakinan hidup seseorang sesuai
dengan norma atau ajaran agamanya. Agama akan
menjadikan individu bertingkah laku sesuai norma dan
nilai yang diajarkan, sehingga seseorang akan termotivasi
untuk mentaati saran, atau anjuran petugas kesehatan
karena mereka berkeyakinan bahwa hal itu baik dan sesuai
dengan norma yang diyakininya.
(4) Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi
keluarga mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas
serta kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga seseorang
dengan tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai
motivasi yang berbeda dengan tingkat sosial ekonomi
rendah.
(5) Kebudayaan merupakan keseluruhan kegiatan dan karya
manusia yang harus dibiasakan dengan belajar. Orang
dengan kebudayaan Sunda yang terkenal dengan
kehalusannya akan berbeda dengan kebudayaan Batak,
sehingga motivasi dari budaya yang berbeda akan berbeda
pula.
(6) Orang Tua yang dianggap sudah pengalaman dalam banyak
hal, sehingga apapun nasihat atau saran dari orang tua
akan dilaksanakan.
(7) Saudara, dimana saudara merupakan orang terdekat yang
akan secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh pada motivasi untuk berperilaku.
2.1.3 Kanker Payudara (Ca. Mamae)
2.1.3.1 Pengertian
Kanker payudara (Ca Mammae) adalah penyakit neoplasma
yang bersifat ganas dimana sel payudara mengalami proliferasi,
diferensiasi abnormal dan tumbuh secara autonom yang
menyebabkan infiltrasi ke jaringan sekitar diambil merusak serta
menyebar ke bagian tubuh yang lain (Maryani, 2005).
Kanker adalah kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh
berupa tumbuhnya sel-sel abnormal secara cepat, dan akhirnya
mengganggu kinerja sel-sel normal. Sel yang mengalami
abnormalitas ini bisa jadi sel organ dalam, sel jaringan otot, sel
tulang, sel otak, bahkan sel darah. Tidak ada satu sel pun di dalam
tubuh yang tidak memiliki kemungkinan terserang kanker. Bahkan
yang lebih mengerikan sel yang sudah mengalami penyimpangan
atau disebut sel kanker, dapat berpindah tempat mengikuti aliran
darah dan cairan limfa. Sehingga banyak kasus kanker yang
menyerang di berbagai tempat di tubuh manusia, bahkan berpindah
tempat dalam waktu singkat (Nurcahyo, 2010).
Kanker Payudara atau istilah medisnya Carcinoma
Mammae adalah momok pembunuh kedua bagi kaum wanita
Indonesia setelah kanker rahim (Nurcahyo, 2010). Kanker
payudara terjadi karena terganggunya sistem pertumbuhan sel di
dalam jaringan payudara.
2.1.3.2 Jenis-jenis Ca Mammae
Ada beberapa jenis kanker payudara (Ca Mammae) yang
menyerang manusia, yaitu sebagai berikut: (Nurcahyo, 2010)
1) Kanker Jinak (Fibroadenoma Mammae). Tumor jinak ini
berkembang di jaringan dan kelenjar susu. Tumor ini menyerang
wanita usia 20-25 tahun. Bahkan di Eropa ditemukan pula
menyerang wanita berusia 15 tahun.
2) Lobular Carcinoma In Situ (LCIS). Kanker payudara ini paling
banyak ditemukan. Namun, sebagian ahli kedokteran menolak
mengklasifi-kasikan LCIS ke dalam kategori kanker, karena
LCIS umumnya tidak meluas, melainkan hanya terjebak pada
kelenjar susu.
3) Ductal Carcinoma In Situ (DCIS). Kanker ini perkembangan sel
abnormal yang menyerang sel-sel pada saluran susu. Kanker ini
termasuk jenis noninvasif (tidak menyebar).
4) Infiltrating Labular Carcinoma (ILC). ILC ini merupakan jenis
kanker payudara invasif, ia bahkan sulit dideteksi dengan teknik
Mammogram. Kanker ini menyerang jaringan payudara di
bawah kulit, di dalam kelenjar susu, dan menyebar ke jaringan
lemak serta jaringan penyangga payudara.
5) Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC). Kanker jenis ini paling
banyak menyerang, terutama pada wanita di atas 45 tahun. IDC
berawal dari saluran susu dan menyebar melalui aliran darah
serta jaringan limfa ke bagian tubuh lainnya (Nurcahyo, 2010).
2.1.3.3 Pemicu Kanker Ca Mammae
Keluhan biasanya tidak ada, kecuali bila sudah membesar
dan menekan/tarikan saraf atau otot. Benjolan tanpa nyeri, tanpa
radang, kapsul ada, batas jelas.Tumor kecil sukar dibedakan
dengan yang jinak. Tumor besar: infiltrasi sekitar,
hipervaskularisasi, pada perabaan hangat, ada metastasis
regional/jauh (Nurcahyo, 2010).
Beberapa faktor pemicu atau faktor resiko tumbuhnya sel
kanker payudara antara lain:
1) Keturunan
Gen BRCA 1 dan BRCA 2 diyakini para ahli medis sebagai
jenis gen yang membawa potensi kanker payudara. Gen ini
ditemukan pada penderita kanker payudara dan keturunannya.
2) Usia Reproduksi
Payudara seseorang mengalami perkembangan dan juga
kemunduran sesuai umurnya. Wanita memiliki usia efektif
untuk hamil dan menghasilkan ASI pada usia 20-35 tahun.
Kehamilan pertama yang dialami pada usia yang sudah tidak
efektif (di atas 35 tahun) sangat berpotensi memunculkan
kelainan sel di dalam payudara.
3) Penggunaan Hormon Buatan
Penggunaan hormon buatan saat ini telah banyak ditemukan
berbagai hormon buatan yang bisa diberikan untuk mengatasi
gangguan hormonal atau gangguan pada produksi hormon
tubuh. Hal semacam ini sering dilakukan orang demi tujuan
kecantikan, menghindari pertumbuhan rambut di kulit,
memutihkan kulit, meningkatkan daya seksualitas,
meningkatkan tenaga pada atlet olahraga, dan sebagainya.
4) Konsumsi Lemak Berlebih
Mengkonsumsi lemak secara berlebihan sangat berbahaya bagi
tubuh. Terjadinya tumpukan lemak di dalam tubuh di dalam
jaringan lemak payudara dapat memicu reaksi dengan radikal-
radikal bebas, dan menumbuhkan sel abnormal.
5) Radiasi
Radiasi ion, baik yang berasal dari sinar Rotgen dan radiasi
dari luar dapat mempengaruhi kinerja sel, atau bahkan
mengubah susunan senyawa di dalam DNA yang
mengakibatkan munculnya golongan sel yang tumbuh secara
tidak terkendali.
6) Periode Usia Subur (Menstruasi)
Wanita umumnya mengalami masa subur (menstruasi pertama)
pada usia 13 tahun, dan berhenti menstruasi pada usia 50
tahun. Namun, ada juga wanita yang telah mengalami
menstruasi pertama pada usia di bawah 11 tahun, dan belum
mencapai manopause hingga usia 60 tahun. Wanita ini
memiliki rentang paparan estrogen yang panjang, dan ini dapat
menyebabkan tumbuhnya sel kanker akibat penumpukan
estrogen.
7) Faktor Usia
American Concer Society menyatakan bahwa kanker payudara
lebih banyak menjangkiti wanita di atas usia 50 tahun,
meskipun sebenarnya perkembangan sel kanker telah dimulai
sejak 10-15 tahun sebelumnya.
8) Faktor Ras
Orang dengan ras tertentu bisa memiliki potensi mengidap
kanker payudara lebih besar daripada orang dengan ras lain.
Catatan dunia menyebutkan bahwa wanita Yahudi danKulit
Putih lebih banyak terkena kanker payudara dibanding wanita
Asia. Hal ini disebabkan oleh jenis makanan yang dikonsumsi
wanita dari ras Yahudi dan kulit putih tersebut.
9) Kepadatan Payudara
Payudara yang tidak banyak mengandung lemak cenderung
lebih padat. Kondisi ini relatif lebih aman dari ancaman sel
kanker. Sementara payudara yang memiliki lebih banyak
jaringan lemak tampak kendur dan memiliki ancaman kanker
lebih tinggi.
10) Masa menyusui
Wanita yang melahirkan anak dan menyusui di bawah usia 30
tahun lebih aman dari serangan sel kanker payudara.
11) Pemakaian obat DES
DES (Diethilstilbestrol) adalah obat penguat kehamilan yang
biasanya dikonsumsi para wanita hamil untuk mencegah
keguguran. Obat ini sudah jarang dikonsumsi, karena
berpotensi menimbulkan sel kanker.
12) Konsumsi Alkohol.
Mengkonsumsi alkohol dapat memicu produksi hormon
seseorang. Penumpukan hormon inilah yang dapat memicu
ketidaknormalan sel jaringan di dalam payudara.
Mengkonsumsi alkohol meningkatkan resiko kanker payudara
pada orang sebesar 21%.
13) Kabiasaan Merokok
Seseorang yang merokok, kandungan nikotin dan berbagai zat
lain yang terbakar bersama tembakau akan menghasilkan
serangkaian zat radikal karsinogenik yang sangat aktif.
14) Makanan
Faktor resiko makanan berlaku untuk hampir semua jenis
kanker. Makanan berupa gorengan berpotensi menimbulkan
senyawa karsinogenik. Pada makanan yang mengandung
banyak karbohidrat, ketilka digoreng, maka karbohidratnya
akan terurai dan bereaksi dengan asam amino. Hasil
persenyawaannya bersifat karsinogen, yakni berpotensi
merusak sel tubuh (Nurcahyo, 2010).
2.1.4 Kemotherapi
2.1.4.1 Pengertian
Kemotherapi merupakan bagian dari terapi multimodal
tumor ganas disamping operasi, terapi penyinaran (radioterapi, dan
terapi hormonal (Lewis, 2008).
2.1.4.2 Tujuan Pemberian Kemoterapi
Tujuan pemberian kemotherapi adalah sebagai berikut :
1. Mencapai kesembuhan
2. Memperpanjang masa bebas penyakit
3. Memperpanjang lama hidup
4. Memperbaiki kualitas hidup (Smeltzer, dan Bare, 2010).
Berdasarkan tujuan pemberian kemoterapi tersebut, maka
harapan dari pemberian kemoterapi adalah untuk mencapai
kesembuhan, memperpanjang masa bebas penyakit,
memperpanjang hidup yang lebih lama, dan memperbaiki kualitas
hidup.
2.1.4.3 Indikasi Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai adjuvant, neoadjuvant
tetapi secara umum kemoterapi diberikan bila ukuran tumor besar
(T2 dan T3), ada metastase (Smeltzer, dan Bare, 2010).
2.1.4.4 Efek Samping Kemoterapi
Efek samping kemoterapi adalah reaksi alergi, ekstravasasi
obat, mual, muntah, dehidrasi, stomatitis, anemi, leukopeni, dan
trombosipeni (Smeltzer, dan Bare, 2010)
2.1.4.5 Dampak Kemoterapi dan Imunoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan yang
dimaksudkan untuk menghambat pembelahan sel kanker sehingga
pertumbuhannya dihambat dan akhirnya dibinasakan, meskipun
demikian, hal ini juga akan berakibat pada sel-sel normal yang
sedang mengalami pembelahan, seperti pada sumsum tulang yang
memproduksi sel-sel darah dan sel-sel dinding saluran pencernaan,
mulai dari mulut sampai anus, obat ini akan memberikan efek
samping berupa kurang darah dan berbagai gangguan saluran
pencernaan (Smeltzer, dan Bare, 2010).
Efek samping yang paling berbahaya adalah depresi
sumsum tulang yang menyebabkan leukopenia (menurunnya
jumlah leukosit atau darah putih), trombositopenia (kadar trombosit
darah kurang), dan anemia (kekurangan butir darah merah).
Leukopenia menyebabkan penderita mudah terkena infeksi karena
fungsi pertahanannya terganggu. Trombositopenia mengakibatkan
mudah terjadi perdarahan dan anemia berarti jaringan kekurangan
oksigen (Lewis, 2008).
Kemoterapi sangat berhubungan terhadap status gizi
penderita. Pada penderita yang telah mengalami kakheksia,
responnya sangat jelek. Obat ini dapat menghambat nafsu makan
penderita melalui kemoreseptor pada otak sehingga menimbulkan
anoreksia. Kemoterapi juga dapat bersifat racun bagi hati,
menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit, dan racun bagi
ginjal (Lewis, 2008).
Imunoterapi adalah jenis pengobatan yang merangsang
kekebalan tubuh penderita sehingga dengan sistem pertahanannya
sendiri tubuh dapat membunuh sel tumor. Obat tersebut dapat
menimbulkan efek samping, seperti menimbulkan anoreksia, mual,
muntah dan diare. Timbulnya demam sering dijumpai pada
penderita sebagai reaksi pemberian obat ini, yang berarti
meningkatkan metabolisme basal dan terbuangnya energi, oleh
karena itu pemberian obat jenis ini harus disertai pengaturan diet
yang benar sehingga asupan makanan dapat ditingkatkan dan status
gizi dapat dipertahankan (Uripi, 2002).
2.1.5 One Day Care
One Day Care adalah perawatan dalam jangka waktu pendek
(relatif singkat), yaitu 1 hari atau 24 jam, dalam melakukan tindakan One
Day Care pasien dibantu oleh para dokter ahli dengan bantuan para perawat
terdidik.
2.2 Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada
penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat
dijadikan acuan, hal ini dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1. Keaslian Penelitian
No Nama Peneliti Judul Metode Hasil
1 Liak
Saraswati
(2009)
Hubungan
pengetahuan
tentang Kanker
Cerviks dengan
Partisipasi Wanita
Dalam Program
Deteksi Dini
Kanker Cerviks di
Mojosongo RW
22 Surakarta
Jenis penelitian
deskriptif kore-
lasi dengan ran-
cangan cross
sectional. Alat
analisis yang
digunakan Chi-
Square
terdapat hubungan
pengetahuan tentang
kanker cerviks
dengan partisipasi
wanita dalam
program deteksi dini
kanker cerviks.
2 M Sari, YI
Dewi dan A
Utami (2014)
Hubungan
dukungan keluarga
dengan motivasi
pasien kanker
payudara dalam
menjalani
kemoterapi.di
ruang
Cendrawasih
RSUD Arifin
Achmad Propinsi
Riau
Jenis penelitian
deskriptif
korelasi dengan
rancangan cross
sectional. Alat
analisis yang
digunakan
dengan analisis
Chi-Square.
Terdapat hubungan
yang signifikan
antara dukungan
keluarga terhadap
motivasi pasien
kanker payudara
dalam menjalani
kemoterapi.
3 Marlina dan
Fuiadi (2013)
Hubungan duku-
ngan dan sikap
suami dengan
motivasi dalam
pengobatan kanker
payudara di rumah
sakit Ibu dan Anak
Pemerintah Aceh.
Jenis penelitian
deskriptif
korelasi dengan
rancangan cross
sectional. Alat
analisis yang
digunakan
dengan analisis
Chi-Square.
Ada hubungan signi-
fikan dukungan
suami dengan
motivasi ibu dalam
pengobatan kanker
dan ada hubungan
signifikan sikap
suami dengan
motivasi ibu dalam
pengobatan kanker.
2.3 Kerangka Teori
Secara skematis kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber : Notoatmodjo (2010), Ester (2005), Sunaryo (2004) dan Hidayat (2006)
Keterangan :
: Yang tidak diteliti
: Yang diteliti.
Faktor yang mempe-
ngaruhi pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial Ekonomi
Ca Mammae
Faktor yang mempenga-
ruhi motivasi pasien:
1. Faktor Interna;
a. Kepribadian
b. Intelegensi/Penge-
tahuan
c. Proses kognitif
d. Sikap
e. Energi 2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan b. Pendidikan c. Agama d. Sosial ekonomi e. Kebudayaan f. Orang tua g. Belajar h. Interaksi sosial
Kemoterapi
Tingkat Pengetahuan
Informasi
Pendidikan
Budaya
Pengalaman
Motivasi
2.4 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat digambarkan kerangka
konsep penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.
Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mamae dengan
motivasi pasien mengikuti kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD
Dr. Moewardi.
Ho : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mamae
dengan motivasi pasien mengikuti kemoterapi di Ruang One Day Dare
RSUD Dr Moewardi.
Variabel Independen:
Tingkat pengetahuan pasien tentang Ca
Mammae
Variabel Dependen :
Motivasi pasien mengikuti Kemoterapi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non
eksperimental dengan metode diskriptif korelational, dengan menggunakan
pendekatan cross-sectional yaitu dengan melakukan pengukuran sesaat untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mammae
dengan motivasi pasien mengikuti kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD
Dr. Moewardi. Faktor risiko serta efek tersebut diukur menurut keadaan atau
status pada waktu observasi, jadi tidak ada tindak lanjut (Setiadi, 2007).
3.2 Populasi, Sampel, dan Sampling
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Ca
Mammae yang yang sedang menjalani perawatan di Ruang One Day
Care RSUD Dr. Moewardi. Data dari tiga bulan terakhir yaitu bulan
Oktober sampai dengan Desember 2014 sebanyak 321 orang, sehingga
rata-rata dalam satu bulan sebanyak 107 orang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dapat
digunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam,
2008). Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
30
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Sampel pada
penelitian ini di ambil dari sebagian pasien yang menjalani perawatan di
Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi.
Besarnya sampel dalam penelitian ini harus representatif bagi
populasi, oleh karena jumlah populasi kurang dari 10.000 maka
penentuan besarnya sampel menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2010)
yaitu :
n = )(1 2dN
N
N
Keterangan:
n = Besarnya sampel
N = Besarnya populasi
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang digunakan yaitu
sebesar 5% atau 0.05
Adapun penerapan rumus yang ada adalah sebagai berikut:
n = )05.0(1071
10721
n = 2675,1
107
n = 84,41815, sehingga dibulatkan menjadi 84 pasien.
3.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penentuan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan non probabilitas sampling yaitu
teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,
2008). Teknik berikutnya adalah dengan Sampling Incidental, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan atau Incidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi.
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Februari sampai dengan
16 April 2015.
3.4 Variabel, Definisi Operasional Variabel, dan Skala Pengukuran
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:
3.4.1 Variabel bebas :
Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh yang
menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat dan merupakan
variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pasien
tentang Ca Mammae.
3.4.2 Variabel terikat:
Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan
berubah karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikatnya
adalah motivasi dalam mengikuti kemoterapi.
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu
variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi
ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan
variabel yang sama (Setiadi, 2007). Definisi operasional ditentukan
berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian,
sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat
diukur dan ditentukan karakteristiknya. Definisi operasional dalam
penelitian ini dapat dikemukakan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Definisi Operasional tingkat pengetahuan pasien tentang Ca
Mammae dan Motivasi pasien menjalani kemoterapi.
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Parameter Skala
1 Pengetahuan
pasien
tentang Ca
Mammae
Merupakan hasil dari
tahu yang terjadi me-
lalui proses sensori
khususnya mata dan
telinga terhadap obyek
tertentu, dalam hal ini
adalah pada pasien Ca
Mammae
Kuesioner 1. Baik
(14-20)
2. Cukup
(7 - 13)
3. Kurang
(< 7)
Ordinal
2 Motivasi da-
lam
mengikuti
kemoterapi.
Hasrat dan semangat
dalam menjalani ke-
motherapi merupakan
kegiatan pasien Ca
Mammae untuk
mengikuti kemothe-
rapi sesuai jadwal yang
telah ditentukan.
Kuesioner 1. Baik
(41-80)
2. Cukup
(20 - 40)
3. Kurang
(< 20)
Ordinal
3.5 Instrumen penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai alat pengumpul
data yang digunakan adalah kuesioner tertutup.
3.5.1. Kuesioner tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mammae
Kuesioner ini mengarah pada tingkat pengetahuan pasien tentang Ca
Mammae. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori-teori
yang sudah ada. Dalam mengungkapkan tingkat pengetahuan tersebut
digunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup. Penelitian ini menggunakan
skala Guttman berupa jawaban tegas (dikotomi), apabila jenis pertanyaan
favourable menjawab benar nilainya 1 dan menjawab salah nilainya 0,
sebaliknya apabila jenis pertanyaan unfavourable apabila menjawab benar
nilainya 0 dan menjawab salah nilainya 1.
Pembuatan indikator atau kisi-kisi pengukuran tingkat pengetahuan
pasien Ca Mammae bertujuan untuk mempermudah dan mengarahkan
dalam pembuatan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Indikator
tersebut berupa tabel yaitu:
Tabel 2. Kisi-kisi tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae
No Indikator Nomor Item
Jumlah Favourable
(+)
Unfavourable
(-)
1. Pemahaman tentang Ca
Mammae
1, 3 2 3
2. Penyebab timbulnya Ca
Mammae
4 1
3. Tanda dan gejala Ca
Mammae
5, 6 7 3
4. Nutrisi Pada Ca Mammae 8, 9 2
5. Dampak terjadinya Ca
Mammae
10 1
6 Penanganan Ca Mammae 11 1
Jumlah 11
3.5.2. Lembar Kuesioner Motivasi pasien untuk mengikuti kemotherapi
Lembar kuesioner ini mengarah pada kepatuhan pasien Ca Mamae
dalam menjalani kemotherapi di ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi, dalam mengungkapkan motivasi pasien untuk mengikuti
kemotherapi tersebut digunakan lembar kuesioner, dengan skala likert dan
jenis pernyataan favourable apabila menjawab SS (Sangat Setuju) = 4, S
(Setuju) = 3, TS (Tidak Setuju) = 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) = 1,
yaitu nomor 1,3,4,5,6,8,9,10,11,13,15,16,17,18,19,20. Sebaliknya apabila
jenis pernyataan unfavourable apabila menjawab SS (Sangat Setuju) = 1, S
(Setuju) = 2, TS (Tidak Setuju) = 3, dan STS (Sangat Tidak Setuju) = 4
yaitu nomor 2,7,12,14.
Pembuatan indikator atau kisi-kisi pengukuran motivasi pasien
untuk mengikuti kemotherapi bertujuan untuk mempermudah dan
mengarahkan dalam pembuatan kuesioner sebagai instrumen penelitian.
Indikator tersebut berupa tabel yaitu:
Tabel 3. Kisi-kisi tingkat motivasi pasien untuk mengikuti kemotherapi
No Indikator Nomor Item
Jumlah Favourable
(+)
Unfavourable
(-)
1. Waktu tindakan kemoterapi 1, 3, 2,4 4
2. Keharusan melakukan
kemoterapi untuk kesembuhan
5,6,8 7 4
3. Motivasi untuk pemeriksaan
Ca Mammae
9,10 11 3
4. Tindakan atas dampak
kemoterapi Ca Mammae
13 12 2
Jumlah 13
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan pada bulan
Februari 2015 kepada pasien Ca Mamae yang menjalani perawatan di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Sampel yang digunakan untuk uji validitas
dan reliabilitas sebanyak 30 pasien. Hal ini sesuai pendapat Notoatmodjo
(2010) bahwa sebaiknya untuk uji validitas (uji try out) minimal 20
responden. Uji ini dilakukan pada variabel tingkat pengetahuan dan motivasi
pasien dalam mengikuti kemoterapi.
1. Uji Validitas
Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen
untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran
yang dilakukan dengan instrumen tersebut (Suharsimi, 2006). Suatu
instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa
saja yang hendak diukur. Uji validitas tiap item dapat diketahui
menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang
dikenal dengan rumus korelasi Product Moment yaitu sebagai berikut:
2222 YYNxXN
YXXYNrXY
Keterangan:
rXY = koefesien korelasi antara skor item dengan total item
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total
N = jumlah responden (Suharsimi, 2006).
Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan antara r hitung
denga r tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika rhitung > rtable pada taraf
signifikansi 0,05%. Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan
dengan Program komputerisasi.
Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan dengan Program
SPSS for Windows versi 18.00 (Singgih, 2006). Perhitungan uji validitas
instrumen menggunakan bantuan Program SPSS for Windows versi 18.00
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas
untuk variabel tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae nilai validitas
terendah sebesar 0,304 dengan nilai -value sebesar 0,102 dan nilai
validitas tertinggi sebesar 0,780 dengan nilai -value sebesar 0,000.
Oleh karena nilai rhitung > rtabel (0,361) pada N = 30, dengan nilai -
value 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa instrumen tentang tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae
yang disebarkan tergolong valid, sehingga diketahui yang valid
sebanyak 11 item (item nomor 1, 4, , 6, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 17 dan
19) dan instrumen yang tidak valid item nomor 2, 3, 5, 7, 8, 13, 15, 18
dan 10, sehingga item yang valid digunakan untuk penelitian
sedangkan nomor item yang tidak valid tidak digunakan untuk
penelitian (Hasil terlampir).
b. Motivasi pasien mengikuti kemoterapi
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas
untuk variabel motivasi pasien mengikuti kemoterapi nilai validitas
terendah sebesar 0,101 dengan nilai -value sebesar 0,595 dan nilai
validitas tertinggi sebesar 0,730 dengan nilai -value sebesar 0,000.
Oleh karena nilai rhitung > rtabel (0,361) pada N = 30, dengan nilai -
value 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa instrumen tentang motivasi pasien mengikuti kemoterapi yang
disebarkan tergolong valid, sehingga diketahui yang valid sebanyak 13
item (item nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 16, 17, 18, 19, dan 20) dan
instrumen yang tidak valid item nomor 2, 9, 10, 12, 13, 14 dan 15
sehingga item yang valid digunakan untuk penelitian sedangkan nomor
item yang tidak valid tidak digunakan untuk penelitian (Hasil
terlampir).
2. Uji Reliabilitas
Pengukuran uji reliabilitas kuesioner pengetahuan dan motivasi
pasien Ca Mammae dalam menjalani kemoterapi di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten dengan menggunakan rumus alpha cronbach yaitu:
(Suharsimi, 2005)
2
2
)!(t
i
iS
S
K
Kr
Keterangan:
ir = koefisien reliabilitas
K = jumlah item pernyataan
2
iS = mean kuadrat kesalahan
2
tS = varian total
Suatu instrumen dari variabel dikatakan reliabel apabila angka alpha
cronbach lebih besar dari 0,60 (Sugiyono, 2006).
Hasil uji reliabilitas untuk variabel tingkat pengetahuan tentang Ca
Mammae diketahui sebesar 0,825 dan untuk varabel motivasi mengikuti
kemoterapi sebesar 0,675. Hal ini berarti semua instrumen yang
disebarkan reliabel karena nilai reliabilitasnya lebih besar dari 0,60
(Hasil terlampir).
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan data
penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah
yang akan diteliti sebagai landasan teori.
b. Memilih tempat penelitian
Peneliti memilih tempat di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi
sebagai tempat penelitian kemudian melakukan pendekatan dengan
pimpinan bangsal, menyampaikan rencana penelitian serta meminta
saran berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
c. Studi pendahuluan
Setelah judul penelitian diajukan untuk mendasari permasalahan yang
akan diteliti maka peneliti mengadakan studi pendahuluan dengan
melakukan wawancara bersama dengan para pasien Ca Mammae
Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi.
d. Penyusunan dan seminar proposal
Setelah proposal penelitian selesai disusun dan disetujui oleh
Pembimbing I dan Pembimbing II, peneliti mengadakan seminar
proposal penelitian.
e. Permohonan ijin penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin
penelitian ke pihak Direktur RSUD Dr. Moewardi dengan membawa
pengantar permohonan ijin penelitian dari STIKES Kusuma Husada
Surakarta.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan Penelitian
Data diambil pada bulan Februari sampai dengan April 2015,
pengamatan ditujukan pada pasien Ca Mammae yang menjalani
perawatan di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi.
3. Tahap Pelaporan
Data yang telah selesai dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Membuat tabel sesuai dengan kelompok data yang ada.
b. Mendeskripsikan data secara kuantitatif dari data yang ada.
c. Menginterpretasikan data-data tersebut dengan teori-teori dari
penelusuran kepustakaan yang ada.
3.8 Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu
diolah dulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui suatu
proses dengan tahapan sebagai berikut:
a. Editing
Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian lembar
kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di tempat
pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat segera di
lengkapi.
b. Coding
Yang dimaksud coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-
jawaban/hasil-hasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi
dilakukan dengan jalan manandai masing-masing jawaban dengan
kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja
guna mempermudah membacanya. Hal ini penting untuk dilakukan
karena alat yang digunakan untuk analisa data dalam komputer yang
memerlukan suatu kode tertentu. Adapun kode yang dimaksud
adalah:
1) Karakteristik responden
a) Umur : - < 30 tahun = 1
- 30 – 40 tahun= 2
- > 40 tahun = 3
b) Tingkat pendidikan : - SD = 1
- SLTP = 2
- SLTA = 3
- PT = 4
c) Pekerjaan : - IRT = 1
- Buruh/Tani = 2
- Wiraswasta = 3
- PNS = 4
d) Lama Perawatan : - < 3 hari = 1
- 3 – 5 hari = 2
- > 5 hari = 3
2) Tingkat Pengetahuan : - Kurang = 1
- Cukup = 2
- Baik = 3
3) Motivasi pasien : - Rendah = 1
- Sedang = 2
- Tinggi = 3
c. Scoring
Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan yang
diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penilaian yang
telah ditentukan.
d. Tabulating
Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel
sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan
kuesioner
2. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis:
a. Univariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Analisis univariat ini untuk melihat distribusi
frekuensi data dari tiap-tiap variabel yang diteliti, yaitu:
mendeskripsikan tingkat pengetahuan pasien dan motivasi pasien
Ca Mammae dalam mengikuti kemotherapi.
b. Bivariate yaitu analisis yang digunakan untuk menerangkan keeratan
hubungan antara dua variabel yang diduga ada hubungan tingkat
pengetahuan tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien Ca
Mammae mengikuti kemotherapi di Ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi. Data yang telah didapat dianalisa dengan menggunakan
komputer. Adapun alat analisis yang digunakan dengan analisis
Crosstab atau analisis Chi-Square, hal ini dikarenakan datanya
berbentuk ordinal dan mempunyai kriteria penilaian minimal dua
kriteria.
Interpretasi hasil penelitian:
a. Ha ditolak bila nilai < 0.05, yang berarti ada hubungan antara
tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mammae dengan motivasi
pasien mengikuti kemotherapi di Ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi.
b. Ho diterima bila nilai ≥ 0.05, yang berarti tidak ada hubungan
antara tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mammae dengan
motivasi pasien mengikuti kemotherapi di Ruang One Day Care
RSUD Dr. Moewardi.
3.9 Etika Penelitian
Etika penelitian diperlukan sebelum melakukan penelitian, yang
sebelumnya peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari institusi tempat
penelitian yang dalam penelitian ini adalah di Ruang One Day Care RSUD
Dr. Moewardi, kemudian setelah mendapat persetujuan barulah melakukan
penelitian dengan memperhatikan etika penelitian sebagai berikut :
1. Inform Concent (Lembar persetujuan menjadi responden)
Inform concent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Inform
concent). Tujuannya adalah supaya responden mengetahui maksud dan
tujuan penelitian. Setelah objek bersedia, maka harus menanda tangani
lembar persetujuan menjadi responden, sebaliknya subjek yang tidak
bersedia menjadi responden penelitian, maka peneliti harus menghormati
haknya.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur, tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data berupa
angka sesuai dengan jumlah responden.
3. Confidentaly (Kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan dan hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tersebut yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini membahas tentang
umur, pendidikan dan pekerjaan pada pasien yang menjalani kemotherapi
di ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi. Hal ini dapat dikemukakan
seperti tampak pada pembahasan berikut :
a. Umur
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur
Umur Jumlah (%)
< 30 tahun 13 15,5
30 - 40 tahun 30 35,7
> 40 tahun 41 48,8
Jumlah 84 100.0
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai umur lebih dari 40 tahun (48,8%) dan sebagian kecil
mempunyai umur kurang dari 30 tahun (15,5%).
b. Pendidikan
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan
Pendidikan Jumlah (%)
SD 14 16,7
SLTP 17 20,2
SLTA 37 44,0
PT 16 19,0
Jumlah 84 100,0
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai tingkat pendidikan SLTA (44,0%) dan sebagian kecil
mempunyai tingkat pendidikan SD (16,7%).
46
c. Pekerjaan
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah (%)
PNS 11 13,1
Wiraswasta 19 22,6
Buruh/Tani 32 38,1
IRT 22 26,2
Jumlah 84 100,0
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak 38,1% dan
sebagian kecil sebagai PNS (13,1%).
4.2.2 Pengetahuan tentang Ca Mammae
Hasil distribusi frekuensi berkaitan dengan pengetahuan tentang
Ca Mammae disajikan dalam tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Ca Mammae
Pengetahuan ttg Ca Mammae Frekuensi Persentase (%)
Kurang
Cukup
Baik
4
39
41
4,8
46,4
48,8
Jumlah 84 100,0
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Berdasarkan distribusi data berkaitan dengan pengetahuan tentang
Ca Mammae pada pasien yang mengikuti kemoterapi di ruang One Day
Care RSUD Dr. Moewardi sebagian besar mempunyai pengetahuan baik
yaitu sebanyak 41 orang (48,8%) dan sebagian kecil mempunyai
pengetahun kurang yaitu sebanyak 4 orang (4,8%).
4.2.3 Motivasi pasien mengikuti Kemotherapi
Hasil distribusi frekuensi tentang motivasi pasien mengikuti
kemoterapi disajikan dalam tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi tentang Motivasi untuk sembuh
Motivasi Mengikuti
Kemoterapi
Frekuensi Persentase (%)
Kurang
Cukup
Baik
7
34
43
8,3
40,5
51,2
Jumlah 84 100,0
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Berdasarkan distribusi data tentang motivasi pasien mengikuti
kemotherapi sebagian besar mempunyai motivasi baik yaitu sebanyak
43 orang (51,2%) dan sebagian kecil kurang yaitu sebanyak 7 pasien
(8,3%).
4.2 Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan analisis Chi-Square (2) untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien
mengikuti kemotherapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi.
Berikut hasil analisis yang telah diuji yang tersajikan dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Chi-Square (2)
Pengetahuan
Motivasi Total 2 p-value
Kurang Cukup Baik
Kurang 2 1 1 4
(2.4%) (1.2%) (1.2%) (4.8%)
Cukup 3 22 14 39 18,170 0,001
(3.6%) (26.2%) (16.7%) (46.4%)
Baik 2 11 28 41
(2.4%) (13.1%) (33.3%) (48.8%)
Total 7 34 43 84
(8.3%) (40.5%) (51.2%) (100.0%)
Tabel 4.5. diketahui sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan baik dengan motivasi baik juga yaitu sebanyak 28 orang (33,3%)
yang yang paling sedikit adalah mempunyai pengetahuan kurang dengan
motivasi cukup (1,2%). Berdasarkan analisis Chi-Square (2) diketahui nilai
Chi-square sebesar 18,170 dengan nilai probabilitas 0,001 (p value < 0,05),
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara hubungan tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae dengan
motivasi pasien mengikuti kemotherapi di Ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi, artinya bahwa semakin baik dan meningkat tingkat pengetahuan
tentang Ca Mammae yang dimiliki pasien maka semakin baik dan meningkat
pula motivasi pasien tersebut untuk mengikuti kemoterapi.
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini akan membahas mengenai kriteria-kriteria yang telah
diamati dalam bab IV sebelumnya yang berupa variabel tingkat pengetahuan
tentang Ca Mammae dan motivasi pasien mengikuti kemotherapi. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan gambaran tentang responden dilihat
dari umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan pada pasien yang menjalani
kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
5.1.1 Umur
Berdasarkan umur diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai umur lebih dari 40 tahun (48,8%). Umur merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dalam berfikir dan bertindak, hal
ini disebabkan adanya faktor kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir, kematangan umur seseorang akan lebih tepat
dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan, dengan demikian semakin
dewasa umur seseorang maka semakin kecil kemungkinan terjadinya tingkat
kecemasan seseorang (Sunaryo, 2005). Sesuai dengan teori bahwa batasan
usia dewasa awal yaitu 20-40 tahun, dewasa menengah yaitu 41-65 tahun,
dan dewasa akhir yaitu > 65 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang
50
menyatakan bahwa, sebagian besar kasus kanker payudara terjadi
padawanita usia > 40 tahun keatas dan dapat mempengaruhi motivasi
mereka (Papalia, 2008).
5.1.2 Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai tingkat pendidikan SLTA (44,0%) dan sebagian kecil
mempunyai tingkat pendidikan SD (16,7%). Pendidikan adalah upaya untuk
memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang
meningkat, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia akan
mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru
tersebut (Sukanto, 2007).
Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap keteraturan
pengobatan pada responden. Tingkat pendidikan yang tinggi menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi ketidak terlambatan pengobatan pada
wanita penderita kanker Ca Mammae (Tiolena, 2008). Tingkat pengetahuan
responden yang rendah menyebabkan rendahnya pengetahuan responden
tentang Ca Mammae. Salah satu faktor keterlambatan penderita dalam
pengobatan kanker adalah penderita kurang menyadari bahaya kanker
(Prihatini, 2012). Ketidaktahuan menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara. Tingkat
pemahaman kanker sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia
masih sangat rendah di kalangan wanita. Tingkat pendidikan yang rendah
menyebabkan permasalahan tersebut semakin kompleks (Hawari, 2004).
Informasi mengenai bahaya Ca Mammae yang tersebar tidak semuanya
menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat kalangan
menengah ke bawah (Destyaningsih & Nurhayati, 2009 dalam Prihatini,
2012).
5.1.3 Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak 38,1%. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Tiolena (2008) yang menyatakan
bahwa proporsi pasien kanker payudara sebagian besar mempunyai
pekerjaan sebagai buruh/tani. Penelitian lain menunjukkan bahwa kasus
kanker Ca Mammae banyak terjadi pada responden yang bekerja sebanyak
46,28% diperkuat dengan penelitian Band et al (2002) yang menyatakan
bahwa wanita yang aktif bekerja kemungkinan terkena kanker payudara
akan lebih kecil yaitu 20-40% dibanding wanita yang tidak aktif bekerja
(Sirait, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penderita kanker
payudara adalah ibu rumah tangga (IRT), hal ini mungkin disebabkan
karena wanita sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang pada umumnya
mengalami obesitas yang bekerja sebagai buruh/tani (Hartati, 2008).
Penelitian yang lain menyatakan bahwa ada peningkatan risiko terkena
kanker payudara pada wanita dengan obesitas (Indrati, 2005).
Risiko pada kegemukan akan meningkat karena meningkatnya
sintesis estrogen pada timbunan lemak yang berpengaruh terhadap proses
proliferasi jaringan payudara. Ibu rumah tangga juga cenderung
mengkonsumsi kontrasepsi oral. Lama pemakaian kontrasepsi oral
menunjukkan adanya hubungan dengan kenaikan risiko Ca Mammae.
Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan
memberikan efek proliferasi berlebih pada duktus ephitelium payudara
(William, 1989 dan Colditz, 1994 dalam Indrati, 2005).
Jenis pekerjaan yang dimiliki responden sangat berpengaruh pada
pengobatan Ca Mammae. Responden yang memiliki pekerjaan dengan
penghasilan lebih, akan segera melakukan pengobatan terbaik dan
menjalankan pengobatan di rumah sakit terbaik dengan jaminan kualitas
kesehatan yang lebih baik. Responden yang memiliki pekerjaan dengan
penghasilan cukup atau sedang, dan cenderung rendah karena berkeinginan
untuk sehat tetap akan melakukan pengobatan, namun dengan menjalankan
pengobatan yang standar (Desiana, 2011).
5.2 Tingkat Pengetahuan tentang Ca Mammae
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan tentang Ca
Mammae pada pasien yang mengikuti kemoterapi di Ruang One Day Care
RSUD Dr. Moewardi sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu
sebanyak 41 orang (48,8%) dan sebagian kecil mempunyai pengetahun
kurang yaitu sebanyak 4 orang (4,8%).
Pada penelitian ini dari 84 responden menurut pengetahuan baik
sebanyak 41 responden (48,8%) yang melakukan kemoterapi, hal ini
disebabkan karena mereka umumnya mempunyai pendidkan yang tinggi,
karena semakain tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuan yang dimilikinya, serta semakin banyak informasi yang dimiliki
maka semakin banyak pula yang diketahui sehingga mereka mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini dengan kategori pengetahuan kurang terdapat 4
responden (4,8%) yang melakukan kemoterapi di ruang One Day Care RSUD
Dr. Moewardi, hal ini disebabkan karena faktor lain yang mempengaruhinya
yaitu umur responden, semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak
informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya, (Notoatmojo, 2010). Hal ini sejalan dengan teori
(Notoatmojo, 2010) yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan dan umur.
Pendidikan adalah untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam maupun di luar sekolah, berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah
suatu proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok dan
juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
sedangkan umur yaitu dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan
selama hidup, dimana usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumiarsih
dan Rijal (2014) yang mengungkapkan bahwa dari 17 responden menurut
pengetahuan baik hanya 12 responden yang melakukan SADARI, hal ini
disebabkan karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin baik pula pengetahuan yang dimilikinya, serta semakin banyak
informasi yang dimiliki maka semakin banyak pula yang diketahui. Pada
penelitian ini dengan kategori pengetahuan kurang terdapat 4,8% responden
yang melakukan SADARI dalam mencegah CA mamae, hal ini disebabkan
karena faktor lain yang mempengaruhinya yaitu umur responden, semakin tua
semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya,
(Notoatmojo. S, 2010).
5.3 Motivasi untuk Melakukan Kemotherapi
Hasil penelitian tentang motivasi pasien mengikuti kemotherapi
sebagian besar mempunyai motivasi baik yaitu sebanyak 43 orang (51,2%)
dan sebagian kecil kurang yaitu sebanyak 7 pasien (8,3%). Motivasi
merupakan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang
diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan,
dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita,
penghargaan dan penghormatan atas diri, lingkungan yang baik serta kegiatan
yang menarik (Nursalam, 2005). Hasil penelitian tentang motivasi untuk
melakukan kemoterapi menunjukkan bahwa 51,2% mempunyai motivasi baik
hal ini dikarenakan responden merasa sebagai manusia maka harus mencoba
cara-cara agar penyakitnya dapat disembuhkan termasuk dengan melakukan
kemoterapi. Masih ada 8,3% responden yang mempunyai motivasi kurang
dalam menjalani kemoterapi karena disarankan oleh kerabat untuk menjalani
kemoterapi agar cepat sembuh, dan sebagian responden yang termotivasi
menjalani kemoterapi karena perawat selalu mengingatkan jadwal
kemoterapi.
Pasien kanker yang mempunyai motivasi baik disebabkan kemoterapi
telah menjadi kebutuhan bagi dirinya yaitu kebutuhan akan rasa aman.
Kemoterapi memberikan jaminan keamanan bagi kesehatan dirinya karena
kemoterapi merupakan pengobatan yang harus dijalani oleh pasien kanker
payudara. Pasien yang telah mengetahui manfaat dan dampak kemoterapi
bagi kesehatannya dapat menjalani kemoterapi dengan baik, namun bagi
pasien yang tidak mengetahui manfaat kemoterapi dan efek samping
ditimbulkan harus menyesuaikan dengan keadaan yang baru seperti kondisi
yang tidak menyenangkan. Hal ini sesuai dengan Maslow dalam Purwanto
(2006) yang menyatakan bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah
kebutuhan keamanan. Kebutuhan dasar terpenuhi manusia berupaya untuk
dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan
nyaman (safety need). Kebutuhan ini sangat diperlukan karena tanpa adanya
rasa aman dari berbagai gangguan yang ada, manusia akan sulit melakukan
berbagai kegiatan dalam hidupnya.
Motivasi yang baik adalah motivasi internal yaitu terdapat 43 orang
(51,2%) yang menyatakan bahwa motivasi pasien Ca Mammae yang
menjalani kemoterapi. Motivasi pada pasien Ca Mammae bermanfaat selama
menjalani kemoterapi. Pasien yang mempunyai motivasi yang baik akan
patuh dalam menjalani kemoterapi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien
kanker payudara dalam menjalani kemoterapi adalah motivasi (Nurwasiah,
2012).
Hasil penelitian ini didukung suatu hasil penelitian bahwa dari 48
responden terdapat 31 (64,6%) pasien post op camammae yang memiliki
motivasi tinggi dalam menjalani kemoterapi (Fauzianam, 2011). Motivasi
merupakan keadaan psikologis yang dimanifestasikan melalui tingkah laku,
dimana tingkah laku dipengaruhi oleh penguatan, baik positif maupun
penguatan negatif, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa seseorang
memiliki motivasi yang tinggi dengan adanya penguatan dari orang–orang
terdekat yaitu khususnya keluarga (Sujanto, 2007).
5.4 Pengaruh Tingkat Pengetahuan tentang Ca Mammae dengan Motivasi Pasien
Mengikuti Kemoterapi
Berdasarkan hasil analisis Chi-Square (2) diketahui bahwa nilai
Chi-square sebesar 18,170 dengan nilai probabilitas 0,001 (p value < 0,05),
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara hubungan tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae dengan
motivasi pasien mengikuti kemotherapi di Ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi, artinya bahwa semakin baik dan meningkat tingkat pengetahuan
tentang Ca Mammae yang dimiliki pasien maka semakin baik dan meningkat
pula motivasi pasien tersebut untuk mengikuti kemoterapi.
Adanya motivasi yang baik dan respon mendukung perawatan
payudara dimungkinkan karena dirasakan perlu untuk mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan pada kondisi payudara.
Pentingnya antisipasi ini adalah membentuk motivasi yang baik terhadap
perilaku sadari dalam mencegah Ca mamae pada pasien yang menjalani
kemoterapi. Hal ini tidak sejalan dengan teori dalam bukunya (Syamsul
Hidayat, 2006) yang mengatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh belajar dan
sifat kepribadian. Ada interaksi antara belajar dan motivasi dalam tingkah
laku. Semakin banyak orang mempelajari sesuatu maka ia akan lebih
termotivasi untuk bertingkah laku sesuai dengan yang pernah dipelajarinya.
Adapun sifat kepribadian adalah corak kebiasaan seseorang yang terhimpun
dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi. Peneliti menganalisis bahwa
motivasi responden tentang Ca Mammae merupakan faktor yang
menyebabkan responden tidak secara rutin melakukan kemotherapi, oleh
karena itu, seseorang dengan interaksi sosial dan informasi yang terbatas akan
sulit berespon dan ini akan memicu kurangnya motivasi karena menganggap
tidak penting disertai karena banyaknya kesibukan aktifitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyimpulkan
terdapat hubungan pengetahuan tentang kanker cerviks dengan partisipasi
wanita dalam program deteksi dini kanker cerviks (Saraswati, 2009). Hasil
penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk
(2012) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam
menjalani kemoterapi.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Sebagian besar pasien yang mengikuti kemoterapi mempunyai tingkat
pengetahuan tentang Ca Mammae baik yaitu sebanyak 41 orang (48,8%).
2. Sebagian besar pasien yang mengikuti kemoterapi mempunyai motivasi
baik yaitu sebanyak 41 orang (48,8%).
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat pengetahuan
tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemotherapi di
Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi (p-value = 0,001).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan beberapa saran :
1. Bagi Rumah Sakit
Pihak rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi pasien Ca
Mammae yang menjalani kemoterapi misalnya melalui promosi kesehatan
maupun pendidikan kesehatan yang bersifat memotivasi agar mereka dapat
60
memaknai hidupnya dengan baik walaupun mereka sedang menjalani
kemoterapi.
2. Bagi Perawat
Diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas asuhan
keperawatan dengan melibatkan keluarga untuk memotivasi responden
agar bersedia menjalani kemoterapi sesuai dengan anjuran perawat
maupun dokter.
3. Bagi Peneliti berikutnya
Bagi peneliti lain menggunakan variabel lain yang belum diteliti, seperti
umur, sikap, pengalaman, lingkungan, fasilitas kesehatan dengan sampel
yang lebih banyak atau dengan metode penelitian yang berbeda serta alat
analisis yang berlainan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama D.Y. (2010). Kesalahan Persepsi di Masyarakat Hambat Penanganan
Kanker. Almatsier, Sunita. (2006). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta. Budiharjo. (2010). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006.
Available from: http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profil-
2006/ bab5.htm. Last update: Nopember 2012 (diakses pada tanggal 13
Agustus 2012).
Darnindro N., Jasin M.R., Martina, Heryanto L., Ardiansyah D., Tambunan M.,
Heriyanto P., Wawolumaya C., Kayika I.P.G. 2007. Pengetahuan Sikap
Perilaku Perempuan yang Sudah Menikah Mengenai Papsmear dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan di Rumah Susun Klender Jakarta 2006.
Majalah Kedokteran Indonesia. Vol 57. Depkes. Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Pelayanan Kesehatan. Available
from:http://www.depkes.go.id/dokumen/partisipasi_kesehatan.htm.Last update: Nopember 2012 (diakses pada tanggal 13 Nopember 2012).
Diananda R. (2009). Panduan Lengkap Mengenai Kanker. Jogjakarta: Mirza
Media Pustaka.
Dinkes Surakarta. (2009). Gambaran Statistika Kejadian Penyakit Tidak Menular
di Kota Surakarta. Tidak dipublikasikan. Gustia I. Penderita Kanker Payudara Menurun, Kanker Leher Rahim Melonjak.
Available from: penderita kanker-payudara-menurun-kanker-rahim-
melonjak. Last update: Nopember 2012 (diakses pada tanggal 02
Nopember 2012).
Hartati, A. S. (2008). Konsep diri dan kecemasan wanita kanker payudara di poli
bedah onkologi RSUP H. Adam Malik Medan. Diperoleh tanggal 19
Februari 2015 dari http://www.repository.usu.ac.id
Kartikawati, Erni, (2013). Awas!!! Bahaya Kanken Payudara & Kanker Serviks
(Edisi Pertama). Bandung: Buku Baru.
Notoatmodjo S. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta
_____________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Ocvyanti D. (2009). Berbagai Teknik Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan
Payudara. Jakarta: FKUI/RSCM. Papalia DE, Old WS, Feldman RD (2008). Human Development (Psikologi
perkembangan). Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Rifki Zaki Yamani, Nur Mukarromah dan Musrifatul Uliyah (2011), yang
meneliti tentang : “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Pemeriksaan PAP SMEAR di Desa Ketawang Daleman Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep. Jurnal Kesehatan. Malang.
Setiadi, (2007). Konsep dan penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Singgih. (2006). Analisis Statistik Parametrik dengan Program SPSS. Jakarta:
Elexmedia Komputindo. Sirait, Sihombing, Anna Maria, Marice dan, (2009). Angka Ketahanan Hidup
Penderita Kanker Ovarium di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jurnal Kedokteran Indonesia. Diakses 17 Juni 2015.
Sugiyono. (2006). Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta. Tiolena, R., (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan
pada wanita Kanker Payudara RSUP Haji Adam Malik Medan. Jurnal Kedokteran Keluarga. Medan: USU.
Tyastuti, Siti. (2008). Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Uteri
dengan Perilaku Upaya Pap Smear di Kelurahan Brontokusuman Yogyakarta. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM.