ca mamae refrat
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bedah onkologiTRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
Sel tumor adalah sel yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal
dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya
penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, dan
kemampuanyya mengadakan infiltrasi dan bermetastasis (De jong).
Mayoritas dari tumor yang terjadi pada payudara adalah jinak. Hampir 40% dari
pasien dengan keluhan pada mammae mempunyai tumor jinak akan tetapi perhatian
yang lebih sering diberikan pada tumor ganas walaupun sebenarnya insidensi tumor
jinak payudara adalah lebih tinggi dibandingkan tumor ganas (Callefi et al, 2004).
Pada usia muda sebagian besar (80-90%) benjolan di payudara adalah jinak dan
biasanya disertai keluhan.Di antara berbagai jenis tumor jinak payudara yang tersering
adalah Fibrokistik dan fibroadenoma (Fadjari,2012; Ageep,2011).
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia
sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer
Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia21-25 tahun, kurang
dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi
wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services
Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan
lebih dari satu dari enam (15%)wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya.
Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua
atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil
dibanding pada usia muda.
Dengan menggunakan mammography, ultrasound, dan magnetic resonance
imaging pada payudara, dan penggunaan needle biopsy, diagnosis tumor jinak pada
payudara dapat dilakukan tanpa melalui operasi pada sebagian besar pasien karena
mayoritas dari lesi-lesi jinak tersebut tidak berkaitan dengan peningkatan risiko untuk
kanker payudara, prosedur-prosedur operasi yang tidak perlu harus dihindari.
1

Referat ini berjudul jumlah penderita tumor jinak payudara yang dilakukan
tindakan operasi di IBS RSUDZA Banda Aceh priode Januari-Desember 2012. Tujuan
dari penulisan referat ini adalah agar dapat mengetahui identitas penderita, jumlah, jenis
serta tindakan pada penderita tumor jinak payudara yang dilakukan tindakan operasi di
IBS RSUDZA Banda Aceh pada priode tersebut.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Payudara
1. Anatomi
a. Kelenjar mammaria
Kelenjar mammaria merupakan kelenjar eksokrin yang mensekresi susu.
Kelenjar mammaria terletak di anterior dinding dada, ventral m.pectoralis major,
m.serratus anterior, meluas dari costa II-VI dan dari sternum sampai linea
midaxillaris. Bagian posterior kelenjar mammaria merupakan jaringan pengikat
longgar (spatium retromammae) yang memisahkan kelenjar mammaria dengan
fascia yang menutupi m. pectoralis mayor dan m. serratus anterior.
Setiap
kelenjar mammaria merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang
tertutup kulit pada dinding anterior dada. Variasi ukuran kelenjar mammaria
bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat, bukan pada
jumlah jaringan glandular semata.Jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus
mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi
3

sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi putting dengan
15-20 mulut (opening)7.
Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament
suspensorium cooper (bekas jaringan ikat fibrosa). Ligamentum suspensorium
(cooper) adalah tonjolan fibrosa yang bersatu dengan jaringan subkutan.
Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam otot pektoralis sampai
fasia superfisisalis tepat di bawah kulit.
Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20-40 lobulus, setiap lobules
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli
sekretori. Sel-sel alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan
setelah kelahiran merupakan unit glandular yang menyintesis dan mensekresi
susu8.
Selama pertumbuhan, kelenjar mammaria dipengaruhi oleh hormon
estrogen dan progesteron (hormon ovarium) untuk proliferasi duktus dan
hormon mammogen/laktogen (hormon hypofise) untuk laktasi. Pada wanita
yang pubertas, kelenjar mammaria tumbuh membesar dan areola menjadi lebih
coklat, membentuk duktus dan lobulus, sedangkan pada wanita immatur dan
pria, kelenjar mammaria sama besar7.
b. Papilla mammaria
Umumnya terdapat pada spatium intercostale IV, tapi letak ini bervariasi
tergantung jenis kelamin dan berat badan individu. Papilla mammaria ini berisi
duktus laktiferus yang merupakan saluran keluar dari lobus dan lobulus kelenjar
mammaria. Kadang duktus ini mengalami dilatasi disebut sinus laktiferus.
Papilla mammaria dikelilingi oleh areolar mammae yang hiperpigmentasi dan
berisi kelenjar sudorifera, kelenjar sebasea yang membentuk tuberkel, dan
kelenjar areolaris(Montgomery), beberapa diantaranya berhubungan dengan
folikel rambut dan serabut otot polos yang menyebabkan ereksi papilla
mammaria saat berkontraksi. Sedangkan, kelenjar areolaris berfungsi untuk
meminyaki selama proses laktasi7.
c. Vascularisasi7
1) Sistema arteriosa
4

a) Kulit
- Rr. mammaria lateralis (rr. anterior, r. cutanei lateralis aa.
Intercostalis posterioris)
- Rr mammaria medialis (rr. cutanei anterioris, aa. intercostalis
posterior IV-VI)
b) Kelenjar mammaria
- r. perforans a. mammaria interna (cabang a. subklavia)
- r. thoracalis lateralis (cabang a. axillaris)
- a. intercostalis posterior
2) Sistema venosa
a) superficial
Bermuara ke r.perforans v. mammaria interna dan v. superfisialis colli
b) profunda
Bermuara ke r.perforans v. mammaria interna, v. axillaris, dan v.
intercostalis
d. Innervasi7
- Rr. mammaria mediales (rr. cutanei anterioris nn intercostalis II-IV)
- Rr. mammaria laterales (rr cutanei lateralis nn intercostalis IV-VI)
- Serabut otonom untuk pembuluh darah dan otot polos kelenjar
e. Sistema limfatica7
Vasa limfatica dari kulit sekitar areola (papilla) mammae menuju:
1) Nodus lymfatica axillaris
2) Nodus lymfatica cervicalis profunda
3) Nodus lymfatica deltoideopecktorales
4) Nodus lymfatica parasternalis
5

Gambar 2.1 Anatomi payudara
Untuk kepentingan anatomis & deskripsi letak tumor &kista, permukaan payudara di bagi
menjadi 4 kuadran:
a.Superior (upper) medial
b.Inferior (lower) medial
c.Superior(upper) lateral
d.Inferior(lower) lateral
2. Fisiologi
a. Perkembangan payudara
- Masa Pubertas
Payudara mulai berkembang saat pubertas. Kadar hormon yang
meningkat saat pubertas menyebabkan perkembangan payudara lebih lanjut 6

dan biasanya mendahului saat datangnya menstruasi, yaitu kira-kira 2 tahun
sebelumnya. Peningkatan estrogen merangsang pertumbuhan pembuluh
laktiferus, papilla dan areola mammae menjadi lebih nyata. Peningkatan
progesterone memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan fibrosa
meningkat dan jaringan lemak inilah terutama yang menyebabkan bertambah
besarnya payudara.
- Masa subur
Pada separuh terakhir siklus menstruasi, kebanyakan wanita
mengeluhkan adanya perubahan payudara, serupa dengan keluhan pada
waktu hamil. Perubahan ini disebabkan oleh progesterone yang dihasilkan
oleh korpus luteum, dan akan hilang dengan dimulainya menstruasi dan
kadar progesterone yang menurun.
- Kehamilan
Perubahan payudara merupakan awal kehamilan dan terjadi sebagai
respon terhadap estrogen, kemudian terhadap progesterone dari korpus
luteum, dan kemudian terhadap hormon-hormon dari plasenta yang sedang
berkembang. Rangsangan oleh estrogen kehamilan menyebabkan
perkembangan papilla dan areola mammae lebih lanjut, dan pertumbuhan
tubuli dan duktus laktiferus. Pada wanita yang tidak hamil dan menyusui,
alveoli kecil dan padat berisi jaringan granulasi. Pada kehamilan,
progesterone mula-mula menyabkan proliferasi alveoli dalam persiapannya
untuk menghasilkan air susu, dan kemudian diikuti pembesaran alveoli dan
penggandaan lebih lanjut.
2.2 Tumor Jinak Payudara
1. Kelainan Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini
harus dibedakan dengan keganasan. Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada
wanita berusia 25-50 tahun (>50%). Kelainan fibrokistik pada payudara adalah
kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular. Manifestasi dari
7

kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya multipel, keras, adanya kista,
fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat
membesar dan terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena hubungannya
dengan perubahan hormonal tiap bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik
mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan hormon
estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada
payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang
seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita
memasuki fase menopause.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.
Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau
biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis
kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di
kuadran atas maupun bawah.
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan
seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan
fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di
bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan
pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi
berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,
sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila
cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,
maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.
2. Fibrosis
Sesuai dengan asal katanya “fibrosis”, yaitu terdiri atas fibrosis dan kista.
Fibrosis menunjukkan penambahan jaringan fibrous, bahan yang sama dengan
pembentuk ligamen dan jaringan parut. Daerah dengan fibrosis tampak elastis,
konsistensi padat dan keras pada perabaan. Fibrosis tidak meningkatkan resiko
untuk terjadinya kanker dan tidak memerlukan tindakan yang khusus.
3. Kista
8

Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista terbentuk
dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil untuk dapat
diraba, dan ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika
cairan terus berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan
mudah diraba dan diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara
menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri
bila disentuh, mengarah pada kista. Walaupun penyebab kista masih belum
diketahui, namun para ahli mengetahui bahwa terdapat hubungan antara kista
dengan kadar hormon. Kista muncul seminggu atau 2 minggu sebelum periode
menstruasi mulai dan akan menghilang sesudahnya. Kista banyak terjadi pada
wanita saat premenopause, terutama bila wanita tersebut menjalani terapi sulih
hormon. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kafein dapat menyebabkan kista
payudara walaupun hal ini masih menjadi kontroversial di kalangan medis.
Kebanyakan wanita hanya mengalami kista payudara sebanyak satu atau dua,
namun pada beberapa kasus, kista multipel dapat terjadi. Kista biasanya dipastikan
dengan mammografi dan ultrasound (sonogram). Ultrasound sangat tepat digunakan
untuk mengidentifikasi apakah abnormalitas payudara tersebut merupakan kista
ataukah massa padat. Kebanyakan kista yang simpel dapat digambarkan dengan
baik, yaitu memiliki tepi yang khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan mudah
melewati. Walaupun begitu, beberapa kista didapatkan dengan tingkat ekoik internal
yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi untuk mendiagnosis sebagai kista
tanpa mengeluarkan cairan. Tipe kista yang seperti ini disebut kista kompleks.
Walaupun kista kompleks tersebut terlihat sebagai massa yang solid, namun kista
tersebut bukanlah kanker. Dalam keadaan tertentu, kista dapat menimbulkan nyeri
yang hebat. Mengeluarkan isi kista dengan aspirasi jarum halus akan mengempiskan
kista dan mengurangi ketidaknyamanan. Beberapa ahli radiologis memasukkan
udara ke daerah tersebut setelah drainase untuk meminimalkan kemungkinan kista
muncul lagi. Apabila cairan dari kista tampak seperti darah atau terlihat
mencurigakan, cairan tersebut harus diperiksakan ke laboratorium patologi untuk
9

dilihat di bawah mikroskop. Cairan kista yang normal dapat berwarna kuning,
coklat, hijau , hitam, atau berwarna seperti susu.
Menurut kepustakaan dikatakan kista terjadi pada hampir 7% dari wanita pada
suatu waktu dalam kehidupan mereka. Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3
dari wanita berusia antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita
perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang
diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti
hormonMenurut beberapa studi autopsi, ditemukan bahwa hampir 20% mempunyai
kista subklinik dan kebanyakan berukuran antara 2 atau 3 cm.Secara klasik, kista
dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga
insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan
terapi pengganti hormon. Kebiasaannya kista ini soliter tetapi tidak jarang
ditemukan kista yang multiple. Pada kasus yang ekstrim, keseluruhan mammae
dapat dipenuhi dengan kista. Kista dapat memberikan rasa tidak nyaman dan nyeri.
Dikatakan bahwa terdapat hubungan antara ketidak nyamanan dan nyeri ini dengan
siklus menstruasi dimana perasaan tidak nyaman dan nyeri ini meningkat sebelum
menstruasi. Kista ini biasanya dapat dilihat. Karekteristiknya adalah licin dan teraba
kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti fibroadenoma.
Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam
mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa
menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi.
Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui aspirasi sitologi. Jumlah cairan
yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda
warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan
bisa juga kelihatan tebal dan bengkak. Mamografi dan ultrasonografi membantu
dalam penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien
yang simptomatik.
Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan gambaran yang
bisa terlihat pada mammografi atau ultrasonografi sekiranya massa yang terbentuk
agak besar. Massa yang kecil tidak memberikan gambaran khas pada mammografi
dan ultrasonografi. Gambaran kalsifikasi jarang terlihat pada penyakit ini namun
10

bisa terjadi pada massa yang kecil maupun besar. Pemeriksaan galaktografi
memberikan gambaran filling defect atau complete obstruction bagi aliran retrograd
dari kontras. Pada pemeriksaan MRI pula terlihat lesi berbatas tegas dengan duktus
berisi cairan. Pemeriksaan FNA tidak begitu bermakna pada penyakit ini.
Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah eksisi massa dan diperiksa dengan
teknik histopatologi konvensional.
Sebelum ini, eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini
sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi,
kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan
mammografi. Walaubagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa
setelah dilakukan aspirasi.
Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni :
(1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi.
(2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.
Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan eksisi
direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi
pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah (selagi tidak
disebabkan oleh trauma dari jarum), kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma
yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari kista. Hal ini
bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut perlu diberikan
sebelum dilakukan eksisi. Apabila kista masih terus membesar, eksisi
direkomendasikan.
Pasien dengan kista yang berulang sukar ditangani. Rekurensi sering terjadi pada
daerah yang berbeda dari kista yang pertama. Hampir 15% pasien mengalami
rekurensi kista dalam waktu 5 sampai 10 tahun dengan mayoritasnya mengalami
satu atau dua kali rekurensi. Terdapat sebagian kecil wanita dengan kista berulang
yang regular mengunjungi dokter setiap dua sampai tiga bulan sekali untuk drainase
kista. Dahulu, sebagian pasien dengan kondisi seperti ini diterapi dengan
mastektomi subkutan. Walaupun tidak membantu dalam penegakan diagnosis,
mammografi harus dikerjakan sebagai prosuder skrining rutin pada wanita berusia
lebih dari 35 tahun yang mempunyai kista dengan penampakan dari kanker yang
11

rendah. Menurut kepustakaan, terdapat bukti yang menyatakan bahwa terjadinya
peningkatan risiko terhadap kanker pada pasien dengan kista. Oleh karena itu,
pemeriksaan mammografi secara berkala ini bisa membantu dalam deteksi awal dari
kanker. Pasien dengan kista soliter biasanya tidak memerlukan pemeriksaan
mammografi regular.
Teknik yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat dipalpasi sama
dengan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi FNA. Permukaan kulit
dibersihkan dengan alkohol. Biasanya digunakan jarum 21-gauge dan juga syringe
20 ml. Kista di fiksasi menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan
jari tengah. Syringe dipegang oleh tangan yang lain dan kista dipalpasi sehingga
sudah tidak teraba. Volume dari cairan kista biasanya 5 ml sampai 10 ml tetapi
dapat mencapai 75 ml atau lebih. Cairan dari kista biasanya berwarna coklat, kuning
atau kehijauan. Sekiranya didapatkan cairan sedemikian, pemeriksaan sitologi tidak
diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista bercampur darah, 2 ml dari cairan
diambil untuk pemeriksaan sitologi.
Apabila kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa dipalpasi, aspirasi
dengan ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit dibersihkan dengan alkohol.
Probe ultrasound dipegang dengan satu tangan untuk mengidentifikasi kista. Syringe
dipegang dengan tangan lain dan kista diaspirasi.
4. Galaktokel
12

Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang hamil
atau menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker.
Biasanya galaktokel tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga
keras dan susah digerakkan. Penatalaksanaan galaktokel sama seperti kista lainnya,
biasanya tanpa melakukan tindakan apapun. Apabila diagnosis masih diragukan atau
galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman, maka dapat dilakukan drainase dengan
aspirasi jarum halus.
5. Hiperplasi Epitelial
Hiperplasi epitel ( disebut juga kelainan payudara proliferatif) adalah pertumbuhan
abnormal dari sel-sel yang membatasi antar duktus atau lobulus. Apabila hiperplasi
melibatkan duktus maka disebut hiperplasia duktus. Sedangkan bila melibatkan
lobulus, maka disebut hiperplasia lobular. Berdasarkan pengamatan dibawah
mikroskop, hiperplasia dapat dikelompokkan menjadi tipe biasa dan atipikal.
Hiperplasia tipe biasa mengindikasikan peningkatan yang tipis dari resiko seorang
wanita untuk berkembang menjadi kanker payudara. Resikonya adalah 1,5 sampai 2
kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara. Hiperplasia atipikal
mengindikasikan peningkatan yang sedang yaitu 4 sampai 5 kali lipat dibandingkan
wanita tanpa abnormalitas payudara.
Hiperplasi epitelial biasanya didiagnosa melalui biopsi jarum atau biopsi melalui
pembedahan. Apabila telah didiagnosis menderita hiperplasia terutama hiperplasia
atipikal, berarti diperlukan pemantauan yang lebih oleh dokter, misalnya
pemeriksaan fisik payudara yang rutin dan mammografi setiap setahun sekali. Hal
ini dikarenakan mengalami hiperplasia akan meningkatkan kemungkinan untuk
berkembang menjadi kanker payudara di masa yang akan datang.
6. Adenosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus
13

saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini
kemungkinan dapat diraba.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun
merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker. Adenosis
sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus disertai
dengan parut seperti jaringan fibrous. Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup
luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker
melalui pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis,
adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan diagnosis. Biopsi
melalui aspirasi jarum halus dapat menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak.
7. Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu kecil
untuk dapat teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas beberapa
inchi. Fibroadenoma dibentuk baik itu oleh jaringan payudara glandular maupun
stroma, dan biasanya terjadi pada wanita muda berusia 15-25 tahun. Setelah
menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar
mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi
pada satu mammae) tetapi sangat jarang.
Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa
hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi penyebabnya. Usia
menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah kontrasepsi oral tidak
merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh
tetapi adanya riwayat keluarga (first-degree) dengan karsinoma mammae dikatakan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari
mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi”.
Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana
struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul
hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari
14

perkembangan mammae. Gambaran histologi dari lobul hiperplastik ini identik
dengan fibroadenoma. Analisa dari komponen seluler fibroadenoma dengan
Polymerase Chain Reaction (PRC) menunjukkan bahwa stromal dan sel epitel
adalah poliklonal. Hal ini mendukung teori yang menyatakan bahwa fibroadenoma
merupakan lesi hiperplastik yang terkait dengan kelainan dari maturitas normal
mammae.
Lesi ini merupakan hormone-dependent neoplasma distimulasi oleh laksasi
sewaktu hamil dan mengalami involusi sewaktu perimenopause. Terdapat kaitan
langsung antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum usia 20 tahun dengan risiko
terjadinya fibroadenoma. Pada pasien immunosupresi, virus Epstein-Barr
memainkan peranan dalam pertumbuhan tumor ini.
Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara ketika
sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun
FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada
pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan
reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak
menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting masuk).
Benjolan tersebut berlobus-lobus.
Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa rata
dan memiliki batas jelas. Wanita dengan FAM simpel tanpa penampakan histologi
komplek dan tanpa penyakit proliferatif pada parenkim payudara tidak memiliki
peningkatan risiko kanker payudara.
Pada masa adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar.
Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang
menopause, saat ransangan estrogen meningkat.
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan
simpai licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan
sekitarnya dan amat mudah digerakkan kesana kemari. Biasanya fibroadenoma tidak
nyeri bila ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Pada masa
adolescen fibroadenoma bisa terdapat dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa
cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat
15

rangsangan estrogen meninggi. Pada pasien dengan usia kurang dari 25 tahun,
diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan untuk
dilakukan aspirasi sitologi. Konfirmasi secara patologi diperlukan untuk
menyingkirkan karsinoma seperti kanker tubular karena sering dikelirukan dengan
penyakit ini. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi merupakan metode diagnosa
yang akurat walaupun gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa dikelirukan dengan
neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien
usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien yang
berusia, fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan densitas
yang sama atau hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi. Dengan
pertambahan usia, gambaran stippled calcification terlihat lebih jelas.
Ultrasonografi mammae juga sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ini.
Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat memberikan diagnosa yang akurat.
Kriteria fibroadenoma yang dapat terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi adalah
massa solid berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas dengan internal echoes yang
lemah, distribusinya secara uniform dan dengan intermediate acoustic attenuation.
Diameter massa hipoechoic yang homogenous ini adalah antara 1 – 20 cm.
Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui aspirasi jarum halus atau
biopsi jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle biopsi).
Pada umumnya dokter menyarankan untuk dilakukannya pengangkatan
fibroadenoma terutama jika pertumbuhan terus berlangsung atau terjadi perubahan
bentuk payudara. Terkadang (terutama pada usia petengahan atau wanita usia
16

dewasa) tumor ini akan berhenti tumbuh atau bahkan mengecil dengan sendirinya
tanpa terapi apapun. Dalam hal ini, selama dokter yakin massa tersebut adalah
benar-benar fibroadenoma dan bukan kanker payudara, pembedahan untuk
mengangkat fibroadenoma mungkin tidak diperlukan. Pendekatan ini berguna untuk
wanita dengan fibroadenoma yang multipel yang tidak berlanjut pertumbuhannya.
Pada beberapa kasus, pengangkatan fibroadenoma multipel berarti mengangkat
sejumlah besar jaringan payudara sekitar yang normal, sehingga menyebabkan
jaringan parut yang akan mengubah bentuk dan tekstur payudara. Hal ini juga
nantinya akan menyebabkan hasil pemeriksaan fisik serta mammografi menjadi sulit
untuk diinterpretasikan. Sangat penting bagi wanita yang tidak melakukan
pengangkatan fibroadenoma tersebut untuk memeriksakan payudaranya secara
teratur untuk meyakinkan bahwa massa tersebut tidak berlanjut pertumbuhannya.
Terkadang satu atau lebih fibroadenoma akan tumbuh setelah salah satu
fibroadenoma diangkat. Hal ini berarti bahwa fibroadenoma baru telah terbentuk
dan bukanlah fibroadenoma yang lama yang tumbuh kembali.
8. Tumor Piloides (Sistosarkoma Piloides)
Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan
komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini
jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai
benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,
meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena
pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui
bahwa tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40%.
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara
lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan
dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyakan
pada usia sekitar 45 tahun.
Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama
dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular.
Perbedaan antara tumor filoides dengan fibroadenoma adalah bahwa terdapat
17

pertumbuhan berlebih dari jaringan fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang
membangun jaringan fibrokonektif dapat terlihat abnormalitasnya dibawah
mikroskop. Secara histologis, tumor filoides dapat diklasifikasikan menjadi jinak,
ganas, atau potensial ganas (perubahan tumor ke arah kanker masih diragukan).
Tumor filoides pada umumnya jinak namun walaupun jarang dapat juga berubah
menjadi ganas dan bermetastase. Tumor filoides jinak diterapi dengan cara
melakukan pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan
payudara sekitar yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas
infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara).
Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan
patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh
area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.
Tumor filoides tidak berespon terhadap terapi hormon dan hampir sama dengan
kanker payudara yang berespon terhadap kemoterapi atau radiasi.
9. Papilloma Intraduktal
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai
tangkai yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan
jaringan fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar
susu. Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah
areola mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting
susu. Hampir 90% dari Papilloma Intraduktus adalah dari tipe soliter dengan
diameternya kurang dari 1cm dan sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir
70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah.
Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area subareola walaupun
massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang teraba
sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.
Pasien dengan Papilloma Intraduktus multiple biasanya tidak gejala nipple
discharge dan biasanya terjadi pada duktus yang kecil. Diperkirakan hampir 25%
dari Papilloma Intraduktus multiple adalah bilateral.
18

Papilloma Intraduktus ini bisa terjadi pada laki-laki. Kasus terbaru menunjukkan
bahwa pada laki-laki penyakit ini terkait dengan penggunaan phenothiazine.
Papilloma dapat juga ditemukan di duktus yang kecil di daerah yang jauh dari
puting. Keadaan ini seringkali tumbuh dalam jumlah banyak dan juga mungkin
disertai hiperplasi epitelial. Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla multiple
yang setiap satunya terdiri dari jaringan ikat dan dilapisi sel epitel kuboidal atau
silinder yang biasanya terdiri dari dua lapisan dengan lapisan terluar epitel menutupi
lapisan mioepitel.
Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas. Dari kepustakaan
dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan proliferasi dari epitel
fibrokistik yang hiperplasia. Ukurannya adalah 2-3 mm dan terlihat seperti broad-
based atau pedunculated polypoid epithelial lesion yang bisa mengobstruksi dan
melebarkan duktus terkait. Kista juga bisa terbentuk hasil dari duktus yang
mengalami obstruksi.
Perubahan payudara jinak yang menyebabkan keluarnya sekresi cairan dari
puting, hampir setengahnya adalah papilloma, dan sisanya adalah campuran
perubahan fibrokistik ataupun ektasia duktus. Walaupun papilloma bisa dicurigai
dari pemeriksaan terhadap discharge, namun banyak dokter menganggap
pemeriksaan tersebut tidak begitu bermanfaat. Apabila papilloma cukup besar,
biopsi jarum bisa dilakukan. Papilloma dapat juga didiagnosa melalui pemeriksaan
pencitraan pada duktus payudara yaitu dengan duktogram atau galaktogram.
Terapi untuk papilloma adalah dengan mengangkat papilloma serta bagian duktus
dimana papilloma tersebut ditemukan, dimana biasanya dengan melakukan insisi
pada tepi sekeliling areola.
Papilloma Intraduktus subareolar soliter atau intrakistik adalah benigna. Namun,
telah terjadi pertentangan apakah penyakit ini merupakan prekursor bagi karsinoma
papillary atau merupakan predisposisi untuk meningkatkan resiko terjadinya
karsinoma. Menurut komuniti dari College of American Pathologist, wanita dengan
lesi ini mempunyai risiko 1,5 – 2 kali untuk terjadinya karsinoma mammae.
19

10. Tumor Sel Granular
Tumor sel granular biasanya terdapat pada mulut atau kulit, namun dalam
jumlah yang jarang dapat ditemukan juga di payudara. Kebanyakan tumor sel
granular pada saat perabaan dapat digerakkan, konsistensi keras, berdiameter antara
½ sampai 1 inchi. Konsistensinya yang keras terkadang mengacaukan diagnosisnya
dengan kanker, namun aspirasi jarum halus atau biopsi jarum dapat dilakukan untuk
membedakannya.
Tumor ini diatasi dengan cara mengangkat tumor beserta sedikit jaringan normal
disekelilingnya. Tumor sel granular tidak akan meningkatkan resiko pada wanita
untuk terjadinya kanker payudara di kemudian hari.
11. Ektasia Duktus
Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan
dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada
puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan. Ektasia
duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50
tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu dapat
mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan yang keras di sekitar
duktus yang abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik
dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik.
20

Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui
pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.
12. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi
spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Nekrosis lemak dapat juga
terjadi akibat terapi radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara
yang rusak, daerah yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak
membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Karena
kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis
lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari
pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun. Dengan biopsi jarum atau
dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan untuk membedakan nekrosis
lemak dengan kanker. Secara histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang
kemudian menjadi fibrosis.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon
berbeda-beda terhadap cedera. Desamping pembentukan jaringan parut, sel-sel
lemak akan mati dan mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti
kantong-kantong berisi cairan berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak
dapat ditemukan melalui aspirasi jarum halus, yang sekaligus merupakan tindakan
untuk terapinya.
13. Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui
atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar
puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari
permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya
bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk
melawan infeksi, namun juga menyebabkan pembengkakan jaringan dan
peningkatan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan payudara menjadi merah,
nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.
21

Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa
berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu
akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening
aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis
berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui
pembedahan.
2.3 Pemeriksaan
Tujuan dari deteksi dini kanker payudara adalah menemukan kanker sebelum
mereka mulai menyebabkan gejala. Skrining mengacu pada tes dan pemeriksaan fisik
yang digunakan untuk mencari suatu penyakit, seperti kanker, pada orang yang tidak
memiliki gejala apapun. Deteksi dini berarti juga menggunakan pendekatan yang
memungkinkan diagnosis dini kanker payudara sebelum kanker itu bermanifes menjadi
buruk.
Kanker payudara yang sering dilaporkan biasanya sudah menyebabkan gejala-
gejala cenderung lebih besar dan lebih mungkin telah menyebar ke luar payudara. In
contrast, breast cancers found during screening exams are more likely to be smaller and
still confined to the breast. Sebaliknya, kanker payudara yang ditemukan waktu
pendeteksian dini lebih cenderung lebih kecil dan masih terbatas pada payudara. The
size of a breast cancer and how far it has spread are some of the most important factors
in predicting the prognosis (outlook) of a woman with this disease. Ukuran kanker
payudara dan seberapa jauh ia telah menyebar adalah beberapa faktor yang paling
penting dalam memprediksi prognosis dari seorang wanita dengan penyakit ini.
1. SADARI (Periksa Payudara Sendiri) atau breast self-examination
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan
dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan
merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada
payudarany. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin minimal sekali dalam sebulan
dan dianjurkan bagi para wanita mulai usia 20 tahun14.
Terkadang SADARI dapat mendeteksi kanker yang tidak dapat ditemukan
dengan menggunakan mammografi, meskipun konstribusinya terhadap deteksi dini
22

pada kanker relatif lebih kecil pada penderita yang asimptomatik15. SADARI juga
penting bagi wanita yang tidak melakukan pemeriksaan mammografi secara teratur
dan juga yang belum direkomendasikan untuk melakukan mammografi14.
Berdasarkan observasi, 95% wanita mendeteksi sendiri kanker payudara dan
65% mendeteksi kanker tersebut pada stadium awal pada dirinya sendiri. Dengan
begitu dapat dikatakan kanker payudara lebih sering terdeteksi pertama kali oleh
penderitanya sendiri. Selain itu, diperkirakan bahwa dengan melakukan SADARI
dapat mengurangi angka kematian sebanyak 18%.
SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid
Anda. sebaiknya mulai biasa dilakukan pada sekitar usia 20 tahun, minimal sekali
sebulan16.
Berikut merupakan cara melakukan SADARI :
a. Berdiri di depan cermin. Lihat kedua payudara, perhatikan apakah kedua
payudara simetris dan kalau-kalau ada sesuatu yang tidak biasa seperti
perubahan dalam bentuk payudara, urat yang menonjol, perubahan warna atau
bentuk lain dari biasanya. Dan lihat apakah terdapat perubahan pada puting,
terjadi kerutan, cawak atau pengelupasan kulit. Kemudian perlahan-lahan
angkatlah kedua lengan ke atas sambil memerhatikan apakah kedua payudara
tetap simetris.
b. Tetap dalam posisi berdiri, gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara
kanan dengan cara merabanya, dan sebaliknya untuk payudara kiri. Angkat
tangan kiri Anda. Gunakan tiga atau empat empat jari tangan kanan untuk
merasakan payudara sebelah kiri dengan teliti dan menyeluruh. Dimulai dari
ujung bagian luar, tekan dengan bagian jari-jari yang pipih dalam gerakan
melingkar kecil, bergerak perlahan-lahan di sekitar payudara. Anda dapat
memulai pada bagian ujung luar payudara dan secara perlahan-lahan bergerak
ke bagian puting, atau sebaliknya. Yakinlah untuk meraba semua bagian
payudara dan termasuk daerah sekitar payudara dan ketiak, termasuk bagian
ketiak itu sendiri.
c. Dekap tangan Anda di belakang kepala dan tekan tangan Anda ke depan.
Kemudian, tekan tangan Anda erat pada pinggul dan sedikit menunduk ke
23

depan cermin ketika Anda menarik punggung dan sikut ke depan. Ini akan
melengkapi bagian pemeriksaan payudara di depan cermin.
d. Rasakan adanya perubahan dengan cara berbaring. Letakkan bantal kecil di
bawah bahu kanan, lengan kanan di bawah kepala. Periksa payudara kanan
dengan tangan kiri dengan meratakan jari-jari secara mendatar untuk
merasakan adanya benjolan. Periksa pula lipatan lengan, batas luar payudara,
dan ke seluruh payudara.
e. Perhatikan tanda-tanda perdarahan atau keluarnya cairan dari puting susu.
Caranya dengan memencet puting susu dan melihat apakah ada darah atau
cairan yang keluar.
f. Lakukan hal serupa pada payudara sebelah kiri, yaitu dengan meletakkan
tangan kiri di bawah kepala, lalu gunakan tangan kanan untuk memeriksa
payudara sebelah kiri. Bila Anda mendapati adanya kejanggalan, segeralah
periksakan diri ke dokter.
2. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau (clinical breast examination)15
Pemeriksaan payudara oleh klinisi (CBE) adalah pemeriksaan payudara yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional seperti dokter, praktisi perawat,
perawat, atau asisten dokter. For this exam, you undress from the waist up. Untuk
24

pemeriksaan ini, pasien menanggalkan pakaian dari pinggang ke atas. The health
professional will first look at your breasts for abnormalities in size or shape, or
changes in the skin of the breasts or nipple. Klinisi kesehatan pada mulanya akan
melihat payudara pasien untuk kelainan dalam ukuran atau bentuk, atau perubahan
pada kulit payudara atau puting. Then, using the pads of the fingers, the examiner
will gently feel (palpate) your breasts. Kemudian, dengan menggunakan bantalan
jari-jari, klinisi akan meraba dengan lembut payudara pasien dan merasakan apakah
ada benjolan atau tidak.
Special attention will be given to the shape and texture of the breasts, location of
any lumps, and whether such lumps are attached to the skin or to deeper tissues .
The area under both arms will also be examined.Perhatian khusus akan diberikan
kepada bentuk dan tekstur payudara, lokasi dari setiap benjolan, dan apakah
benjolan tersebut melekat pada kulit atau untuk jaringan yang lebih dalam. Daerah
di bawah kedua lengan/ketiak juga akan diperiksa. The CBE is a good time for
women who don't know how to examine their breasts to learn the right way to do it
from their health care professionals.
Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan merupakan cara yang baik bagi
pasien/wanita yang tidak tahu bagaimana memeriksa payudara mereka sendiri
untuk belajar cara yang tepat untuk melakukannya dari tenaga profesional
kesehatan.
3. Mammografi17
Mamografi merupakan pemeriksaan penunjang dengan X-ray (foto Rö) pada
payudara. Tujuannya untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker
payudara yang tidak terlihat saat pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini cukup efektif
untuk wanita berusia di atas 40 tahun. Selain itu mammografi juga digunakan untuk
mencari pertanda kanker payudara pada wanita tanpa gejala, yaitu orang yang
tampaknya tidak memiliki masalah payudara . Screening mammografi biasanya
mengambil 2 gambar (Rö /penyinaran yang diambil dari 2 sudut yang berbeda) dari
masing-masing payudara. Wanita yang sedang menyusui masih bisa mendapatkan
25

mammografi, meskipun ini mungkin tidak begitu akurat karena jaringan payudara
cenderung padat.
Untuk beberapa wanita, dengan implan payudara (untuk augmentation atau
sebagai rekonstruksi setelah mastektomi), gambar tambahan mungkin diperlukan
untuk bisa melihat tiap lapisan jaringan payudara sebanyak mungkin. Karena perlu
diketahui implan payudara pada mammografi standar lebih sulit untuk melihat
jaringan payudara, namun tambahan gambar Rö dengan perpindahan implan dan
pemandangan kompresi dapat digunakan untuk memeriksa jaringan payudara yang
lebih lengkap. Meskipun Rö payudara telah dilakukan selama lebih dari 70 tahun,
mamografi modern hanya ada sejak tahun 1969. Itu adalah tahun pertama x-ray
unit didedikasikan untuk pencitraan payudara yang tersedia. peralatan mammografi
modern dirancang untuk rontgen payudara menggunakan tingkat yang sangat
rendah radiasi, biasanya sekitar dosis 0,1-0,2 rad per x-ray (rad adalah ukuran dosis
radiasi). Pengunaan pedoman ketat untuk memastikan bahwa peralatan
mammografi aman dengan menggunakan dosis sinar radiasi serendah mungkin.
Banyak orang khawatir/takut akan efek samping dari paparan sinar-x, namun
tingkat radiasi yang digunakan dalam mammografi modern dalam tingkat aman
sehingga tidak meningkatkan risiko untuk kanker payudara.
Untuk mammografi, payudara dikompres antara 2 pelat untuk meratakan dan
menyebarkan jaringan. Meskipun hal ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman
untuk pasien, tapi hal ini diperlukan untuk hasil mammografi, yang baik dan layak
untuk dibaca. Kompresi hanya berlangsung beberapa detik, seluruh prosedur untuk
pemeriksaan mammografi memakan waktu sekitar 20 menit.
4. Magnetic Ressonance Imaging
For certain women at high risk for breast cancer, screening magnetic
resonance imaging (MRI) is recommended along with a yearly mammogram.Bagi
wanita dengan risiko tinggi untuk kanker payudara, skrining Magnetic Resonance
Imaging (MRI) dianjurkan bersama dengan mammografi tahunan. MRI is not
generally recommended as a screening tool by itself, because although it is a
sensitive test, it may still miss some cancers that mammograms would detect.MRI
26

umumnya tidak direkomendasikan sebagai alat skrining yang berdiri sendiri, karena
meskipun tes sensitif, masih mungkin akan ketinggalan beberapa kanker yang
mungkin terdeteksi dengan mammografi. MRI may also be used in other situations,
such as to better examine suspicious areas found by a mammogram. MRI juga
dapat digunakan dalam situasi lain, seperti untuk memeriksa daerah mencurigakan
yang ditemukan dengan mammografi. MRI can also be used in women who have
already been diagnosed with breast cancer to better determine the actual size of the
cancer and to look for any other cancers in the breast. MRI juga dapat digunakan
pada wanita yang telah didiagnosa menderita kanker payudara untuk lebih
menentukan ukuran sebenarnya dari kanker dan untuk mencari setiap kanker
lainnya di payudara.
MRI scans use magnets and radio waves instead of x-rays to produce very
detailed, cross-sectional images of the body.MRI scan menggunakan magnet dan
gelombang radio bukan x-ray untuk menghasilkan gambaran yang sangat rinci dari
penampang tubuh. The most useful MRI exams for breast imaging use a contrast
material (gadolinium) that is injected into a small vein in the arm before or during
the exam. Pemeriksaan MRI untuk pencitraan payudara menggunakan bahan
kontras (gadolinium) yang disuntikkan ke pembuluh darah kecil di lengan sebelum
atau selama pemeriksaan. This improves the ability of the MRI to clearly show
breast tissue details. Hal ini meningkatkan kemampuan MRI untuk jelas
menunjukkan rincian jaringan payudara. MRI scans can take a long time -- often up
to an hour.pemeriksaannPemeriksaan MRI dapat memakan waktu lama - sering
sampai satu jam. You have to lie inside a narrow tube, which is confining and may
upset people with claustrophobia (a fear of enclosed spaces). pasien harus berbaring
di dalam tabung yang sempit, dan tidak direkomendasikan untuk orang dengan
claustrophobia (takut ruang tertutup). The machine makes loud buzzing and
clicking noises that you may find disturbing. Selain itu juga mesin mendengung
keras membuat suara yang mungkin membuat pasien terganggu. Some places
provide headphones with music to block this noise out. Beberapa tempat MRI
menyediakan headphone dengan musik untuk mengatasi kebisingan ini.
27

Although MRI is more sensitive in detecting cancers than mammograms, it
also has a higher false-positive rate (when the test finds something that turns out not
to be cancer), which results in more recalls and biopsies.Meskipun MRI lebih
sensitif dalam mendeteksi kanker dari pada mammografi, ia juga memiliki tingkat
false-positif lebih tinggi (ketika pada pemeriksaan menemukan sesuatu yang
ternyata bukan suatu kanker). Hal inilah mengapa MRI tidak direkomendasikan
sebagai tes skrining untuk perempuan yang tidak berisiko tinggi terkena (average
risk) kanker payudara, karena akan mengakibatkan tidak diperlukan suatu biopsi
dan tes lainnya.
Just as mammography uses x-ray machines that are specially designed to
image the breasts, breast MRI also requires special equipment.Sama seperti
mamografi menggunakan mesin x-ray yang dirancang khusus untuk
gambar/pencitraan payudara, MRI juga membutuhkan peralatan khusus. Breast
MRI machines produce higher quality images than MRI machines designed for
head, chest, or abdominal MRI scanning. mesin MRI Payudara menghasilkan
gambar/pencitraan berkualitas lebih tinggi dari mesin MRI dirancang untuk kepala,
dada, atau MRI perut. However, many hospitals and imaging centers do not have
dedicated breast MRI equipment available. Namun, banyak rumah sakit dan pusat
pencitraan tidak memiliki peralatan MRI payudara yang tersedia. It is important
that screening MRIs are done at facilities that can perform an MRI-guided breast
biopsy.Penting diketahui bahwa screening MRI dilakukan di fasilitas yang dapat
melakukan MRI-guided untuk melakukan biopsi payudara. Otherwise, the entire
scan will need to be repeated at another facility when the biopsy is done. Jika tidak,
maka seluruh pemeriksaan perlu diulang di fasilitas lain saat biopsi dilakukan.
Pemeriksaan dengan MRI is more expensive than mammography.MRI lebih
mahal daripada mammografi. Most major insurance companies will likely pay for
these screening tests if a woman can be shown to be at high risk, but it's not yet
clear if all companies will. Sebagian besar perusahaan asuransi besar kemungkinan
akan membayar tes skrining jika seorang paenderita dapat menunjukkan risiko
tinggi terhadap kanker payudara, tapi itu belum jelas apakah semua perusahaan
akan bersedia membayar atau tidak. At this time there are concerns about costs of
28

and limited access to high-quality MRI breast screening services for women at high
risk of breast cancer. Pada saat ini ada kekhawatiran tentang biaya dan akses
terbatas untuk mendapatkan pelayanan skrining MRI payudara berkualitas tinggi
pada wanita berisiko tinggi kanker payudara.
5. Ultrasonografi
Ultrasound, also known as sonography, is an imaging method in which
sound waves are used to look inside a part of the body.Tes ini tidak menimbulkan
rasa sakit dan tidak membuat pasien terkena radiasi. Breast ultrasound is sometimes
used to evaluate breast problems that are found during a screening or diagnostic
mammogram or on physical exam.USG payudara kadang-kadang digunakan untuk
mengevaluasi masalah payudara yang ditemukan selama pemeriksaan mammografi
dan/atau diagnosa pada pemeriksaan fisik. Breast ultrasound is not routinely used
for screening. USG payudara tidak secara rutin digunakan untuk penyaringan.
Some studies have suggested that ultrasound may be a helpful addition to
mammography when screening women with dense breast tissue (which is hard to
evaluate with a mammogram), but the use of ultrasound instead of mammograms
for breast cancer screening is not recommended. Beberapa studi telah menyarankan
bahwa ultrasound dapat menjadi tambahan yang berguna untuk mamografi saat
skrining wanita dengan jaringan payudara padat (yang sulit untuk mengevaluasi
dengan mammogram), tetapi penggunaan USG bukan mammogram untuk skrining
kanker payudara tidak dianjurkan.
Ultrasound is useful for evaluating some breast masses and is the only way
to tell if a suspicious area is a cyst (fluid-filled sac) without placing a needle into it
to aspirate (pull out) fluid.USG berguna untuk mengevaluasi beberapa massa
payudara dan merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah area
mencurigakan adalah suatu kista tanpa melakukan tindakan aspirasi cairan. Cysts
cannot be accurately diagnosed by physical exam alone. Kista tidak dapat secara
akurat didiagnosis dengan pemeriksaan fisik saja. Breast ultrasound may also be
used to help doctors guide a biopsy needle into some breast lesions. USG payudara
29

juga dapat digunakan untuk membantu dokter sebagai panduan biopsi jarum ke
dalam beberapa lesi payudara.
Ultrasound has become a valuable tool to use along with mammograms
because it is widely available, non-invasive, and less expensive than other
options.USG telah menjadi alat yang berharga untuk digunakan bersama dengan
mammogram karena tersedia secara luas, non-invasif, dan lebih murah
dibandingkan pilihan lain. However, the effectiveness of an ultrasound test depends
on the operator's level of skill and experience. Namun, efektivitas tes USG
tergantung pada tingkat keterampilan dan pengalaman operator. Although
ultrasound is less sensitive than MRI (that is, it detects fewer tumors), it has the
advantage of being more available and less expensive. Meskipun USG kurang
sensitif dibandingkan MRI (yaitu, mendeteksi tumor lebih sedikit), tapi memiliki
keunggulan yaitu ketersediaan dan biaya yang lebih murah.
6. Scintimammografi
Cara ini menggunakan technetium-99m sestamibi atau technetium-99m
tetrofosmin, memindai regio aksila dan supraklavikula sambil menggambarkan
jaringan payudara. Dalam pemeriksaan wanita yang sudah diketahui mengidap
kanker payudara, lengan kontralateral diinjeksi dengan radionuclide dan proyeksi
lateral dan anterior digambarkan dengan kamera gamma. Cara ini masih jarang
digunakan.
30

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Jatoi I, and Kaufmann M. Management of Breast Diseases. 2010. Berlin : Springer2. Li CI (ed.). Breast Cancer Epidemiology.2010. New York : Springer.3. Smith P.G. Comparison between registries : age-standardized rates. In : Parkin DM,
Muir CS, Whelan SL, Gao Y-T, Ferlay J, powell J (eds). Cancer Incidence in Five Continents, Vol VI. 1992. Lyon : IARC, pp : 865-870.
4. Sarjadi. Cancer Incidence 1985-1989 in Semarang, Indonesia. 1990. Semarang : Diponegoro University Press.
5. Parkin D.M., Muir C.S., Gao Y-T, Ferlay J., Powell J. (eds). Cancer Incidence in Five Continents, Vol VI. 1992. Lyon : IARC, pp : 871-1011.
6. Prihartono J, Mangunkusumo R. Indonesian Pathology-based Cancer Registration.1990. Jakarta : Indonesian Cancer Society.
7. Budianto A. (ed). Guidance to Anatomy II. Ed I revisi. 2005. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, hh: 12-14.
8. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. 2004. Jakarta : EGC.9. Verralls S. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Ed 3. 2003. Jakarta :
EGC.10. Guyton A.C., Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. 1997. Jakarta : EGC,
hh: 1318-1321.11. Stephen P. Breast Fibroadenomas. 2011
http://breastcancer.about.com/od/whenitsnotcancer.htm12. Stamatakos E. Phyloides tumor of the breast: a rare neoplasm, though not that
innocent. International Seminars in Surgical oncologi. 2009. Biomed central 6:632

13. de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2005. Jakarta: EGC14. Swart R. Breast cancer. 2010
http://emedicine.medscape.com/article/28356115. Saslow D, Hannan J, Osuch J, Alciati MH, Baines C, Barton M, Bobo JK, Coleman
C. Clinical breast examination: practical recommendations for optimizing performance and reporting. 2004. CA: a cancer journal for clinicians 54 (6): 327–44
16. Kösters JP, Gøtzsche PC. Regular self-examination or clinical examination for early detection of breast cancer. 2003.Cochrane Database Syst Rev (2): CD003373.
17. Gøtzsche PC, M Nielsen. Screening for breast cancer with mammography. 2009. Cochrane Database Syst Rev (4): CD001877.
18. Apantaku LM. Breast-conserving surgery for breast cancer. 2002. Am Fam Physician.66:2217-8,2281.
19. Winer EP, Morrow M, Osborne CK, Harris JR. Malignant tumors of the breast In: DeVita VT, Hellman S, Rosenberg SA. eds Cancer Principles and Practice of Oncology 6th ed. Lippincot William and Wilkins. 2001.
20. www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/breast/healthprofessional21. Lippman ME. Breast cancer In: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E,
Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. eds Harrison’s Principal of Internal Medicine 16th edition. McGraw and Hill. 2005.
22. Schlotter CM, Vogt U, Allgayer H, Brandt B. Molecular targeted therapies for breast cancer treatment. 2008. Breast cancer research. 10:211.
23. Hobday TJ, Perez EA. Molecularly targeted therapies for breast cancer. 2005. Cancer control. 12(2):73-81.
33