hubungan persepsi komunikasi berpusat pada …digilib.unila.ac.id/55552/3/skripsi tanpa bab...

67
HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA PASIEN KONTROL DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh AGNES TRILANSIA PRATIWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: vuongdan

Post on 29-Jul-2019

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN

DENGAN KEPUASAN PADA PASIEN KONTROL DIABETES MELITUS

TIPE 2 DI PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

AGNES TRILANSIA PRATIWI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN

DENGAN KEPUASAN PADA PASIEN KONTROL DIABETES MELITUS

TIPE 2 DI PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG

Oleh

AGNES TRILANSIA PRATIWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 3: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA
Page 4: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

ii

Page 5: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

iii

Page 6: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 29 Mei 1996, sebagai anak ketiga dari

tiga bersaudara. Penulis merupakan putri ketiga dari pasangan Bapak Hamdani

Wijonarko dan Ibu Endang Etty Setiawati. Kakak pertama penulis adalah (Alm)

Arry Handoko dan kakak kedua penulis bernama Andry Prayogo.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) ditempuh di TK Budhi Dharma selama 1

tahun dan diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) penulis

dijalani di SD Negeri Pejuang VII sampai tahun 2008. Pendidikan dilanjutkan di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 256 Jakarta dan dapat diselesaikan tahun

2011. Selanjutnya Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 12

Jakarta sampai tahun 2014.

Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung. Selama aktif menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam

mengikuti organisasi dalam kampus dan luar kampus. Penulis tercatat sebagai

Executive apperentice BEM FK Universitas Lampung periode 2015-2016, sebagai

Sekretaris Biro KIK BEM FK Universitas Lampung periode 2016-2017, dan

diamanahkan menjadi Wakil Gubernur Mahasiswa BEM FK Universitas Lampung

periode 2017-2018.

Page 7: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

Selain itu, penulis juga aktif menjadi anggota Lampung Universiy Medical

Research (LUNAR) periode 2015-2016 dan menjadi Wakil Sekretaris Umum

LUNAR FK Universitas Lampung periode 2016-2017. Penulis merupakan tim

Asisten Dosen Anatomi periode 2017-2018. Organisasi lain yang pernah diikuti

oleh penulis adalah Paguyuban KSE Universitas Lampung dari tahun 2016-2019

sebagai Wakil Ketua Divisi dimana penulis mendapatkan beasiswa KSE mulai

semester 3 hingga saat ini.

Selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, penulis

meraih beberapa prestasi yaitu Juara III Poster Infografis di Dentistry Scientific

Competition and Exhebition 2018 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Yarsi

dan menjadi Finalist Unila Medical Olympiad 2018. Penulis juga memiliki karya

ilmiah berupa jurnal tinjauan pustaka yang telah disebarluaskan dengan judul

pengaruh esktrak rosella (Hibiscus sabdariffa linn) dalam menurunkan kadar gula

darah untuk diabetes melitus.

Page 8: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

Segala puji syukur kepada Allah Swt

Ku persembahkan karya kecilku untuk keluarga tercinta

Papa, Mama, Mas Arry, Mas Andry

dan orang-orang yang menyayangiku

Happiness is not something that you have to achieve

You can still feel happy during the process of achieving something

Love yourself

-RM

Page 9: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

SANWACANA

Puji dan syukur penulis hanturksn kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya selama pelaksanaan penyusunan skripsi dengan judul

“Hubungan Persepsi Komunikasi Berpusat Pada Pasien dengan Kepuasan Pada

Pasien Kontrol Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung”

dapat diselesaikan.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, saran,

bimbingan, masukan, serta kritikan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

dengan segenap kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

yang mendalam kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku rektor Universitas Lampung.

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

3. Dr. dr. TA Larasati, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, nasihat, saran, kritik membangun,

dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

4. dr. Agustyas Tjiptaningrum, S.Ked., Sp.PK., selaku Pembimbing Kedua yang

telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran, nasihat, motivasi, dan

kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

Page 10: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

ii

5. dr. Azelia Nusadewiarti, S.Ked., M.P.H., selaku Penguji Utama (Pembahas)

yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu dan nasihat yang membangun

kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

6. dr. Ety Apriliana, S.Ked., M.Biomed., selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama ini.

7. Seluruh staf dosen dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

atas ilmu, waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama proses

perkuliahan.

8. Kepada Papa (Hamdani Wijonarko) dan Mama (Endang Ety Setiawati), terima

kasih atas segala yang telah diberikan selama ini, kasih sayang, perhatian,

dukungan, nasihat serta doa yang telah dipanjatkan selama ini.

9. Kepada Kakak Pertama (Alm.) Arry Handoko dan Kakak Kedua (Andry

Prayogo) penulis yang tercinta, terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian,

nasihat serta doa yang selama ini diberikan kepada penulis.

10. Terima kasih kepada Keluarga Puskesmas Kedaton dan Labuhan Ratu atas

segala doa, ilmu, dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis selama

mengerjakan penelitian ini.

11. Terima kasih kepada sahabat sejak kecil, Markhamah Isnaini, Alifah Rianti, dan

Tri Septi Ningrum yang telah memberikan dukungan, doa dan motivasi selama

ini.

12. Terima kasih kepada sahabat “Sleeping Beauty”, Alinta Ayuningtyas, Mutia

Diah Pratiwi, Winda Puspita Sari, Fitria Putri Dewi, Chika Tania, dan Dinda

Afifa atas dukungan, motivasi, saran, dan doa yang telah diberikan kepada

penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

Page 11: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

iii

13. Keluarga besar Asisten Dosen Anatomi angkatan 2015, terima kasih atas

dukungan, motivasi, ilmu, dan kebersamaannya selama ini.

14. Terima kasih kepada keluarga besar BEM FK UNILA periode 2016/2017 dan

2017/2018 atas dukungan, doa dan kebersamaan selama ini.

15. Terima kasih kepada kak WBS telah membantu penulis dan memberikan

dukungan dalam penyusunan skripsi selama ini.

16. Terima kasih teman-teman ENDOM15IUM atas dukungan, doa, motivasi, dan

kebersamaannya selama ini.

17. Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis

sebutkaan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan doa

selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan atau

informasi untuk pembaca. Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kesalahan

dan kekurangan. Terima kasih.

Bandar Lampung, 8 Januari 2019

Penulis

Agnes Trilansia Pratiwi

Page 12: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

iv

ABSTRACT

THE ASSOCIATION OF PERCEIVED PATIENT CENTERED

COMMUNICATION WITH PATIENT SATISFACTION OF TYPE 2 DIABETES

MELLITUS PATIENT AT KEDATON HEALTH CENTER

IN BANDAR LAMPUNG

By

AGNES TRILANSIA PRATIWI

Background: Doctor-patient communication is one of the important interpersonal skills in

building a doctor patient relationship and must be applied in health care. Patient centered

communication that is well established will have a good impact on patient obedience and

satisfaction in chronic disease treatment. One of the chronic disease treatment that needs a

patient obedience is diabetes mellitus. The purpose of this study was to determine the

association of perceived patient centered communication with patient satisfaction of type

2 diabetes mellitus patient at Kedaton health center in Bandar Lampung.

Method: This study is a quantitive reasearch with cross sectional design method that was

conducted at Kedaton health center with total of 60 respondents. The independent variable

is perceived patient centered communication and the dependent variable is patient

satisfaction. The study was conducted by interview using a perceived patient centered

communication and patient satisfaction questionnaires to the respondents that consist of 20

question items with each item is measured on a 4 point Likert scale including: 1=strongly

disagree, up to 4=strongly agree with a total score 20-80.

Results: The result of Pearson correlation test were the correlation coefficient of 0,683 with

significance value 0,00 (sig.<0,05).

Conclusion: There is significant association of perceived patient centered communication

with patient satisfaction of type 2 diabetes mellitus patient at Kedaton health center in

Bandar Lampung.

Keywords: diabetes mellitus, patient satisfaction, perceived patient centered

communication.

Page 13: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

v

ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN

KEPUASAN PADA PASIEN KONTROL DIABETES MELITUS TIPE 2 DI

PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG

Oleh

AGNES TRILANSIA PRATIWI

Latar Belakang: Komunikasi antara dokter dan pasien adalah salah satu kemampuan

interpersonal yang sangat penting dan harus diterapkan di tempat pelayanan kesehatan.

Komunikasi berpusat pada pasien yang terjalin dengan baik akan berdampak baik terhadap

kepatuhan dan kepuasan pasien dalam menjalani pengobatan penyakitnya. Salah satu

penatalaksanaan penyakit kronik yang membutuhkan kepatuhan pasien adalah diabetes

melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi

komunikasi berpusat pada pasien dengan kepuasan pasien kontrol DM tipe 2 di puskesmas

Kedaton Bandar Lampung.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode rancangan cross

sectional (studi potong lintang) di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung dengan jumlah 60

responden. Variabel bebas dalam penelitian adalah persepsi komunikasi berpusat pada

pasien dan variabel terikat adalah kepuasan pasien. Penelitian dilakukan dengan cara

wawancara menggunakan kuesioner persepsi komunikasi berpusat pasien dan kuesioner

kepuasan pasien kepada responden. Kuesioner terdiri dari 20 item pertanyaan

menggunakan skala Likert dengan skor 1=sangat tidak setuju, sampai =sangat setuju

dengan total skor adalah 20-80.

Hasil: Hasil penelitian dari uji korelasi Pearson yaitu koefisien korelasi sebesar 0,683

dengan nilai signifikansi 0,00 (sig.<0,05).

Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara persepsi komunikasi berpusat pada

pasien dengan kepuasan pasien kontrol DM tipe 2 di puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

Kata kunci: diabetes melitus, kepuasan pasien, persepsi komunikasi berpusat pada

pasien.

Page 14: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

vi

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI..................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................. 4

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5

1.4.1 Bagi Peneliti..................................................................................................... 5

1.4.2 Bagi Institusi .................................................................................................... 5

1.4.3 Bagi Peneliti Lain ............................................................................................ 5

1.4.4 Bagi Instansi Kesehatan ................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Dokter Pasien........................................................................................ 6

2.1.1 Definisi komunikasi dokter pasien ......................................................................... 6

2.1.2 Pendekatan komunikasi dokter pasien ............................................................ 8

2.1.3 Patient-centered communication ..................................................................... 9

2.1.4 Manfaat komunikasi dokter pasien ............................................................... 12

2.1.5 Aspek komunikasi dokter pasien .................................................................. 13

2.2 Kepuasan Pasien ..................................................................................................... 20

2.2.1 Definisi, hak dan kewajiban pasien ............................................................... 20

2.2.2 Definisi kepuasan ................................................................................................. 23

2.2.3 Pelayanan kesehatan bermutu ........................................................................ 23

Page 15: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

vii

2.2.4 Aspek-aspek kepuasan pasien ........................................................................ 27

2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ............................................................. 28

2.3.1 Pelayanan kesehatan tingkat primer ............................................................. 28

2.3.3 Pusat Kesehatan Masyarakat di Bandar Lampung......................................... 30

2.4 Diabetes Melitus ..................................................................................................... 31

2.4.1 Definisi diabetes melitus .............................................................................. 31

2.4.2 Etiologi dan klasifikasi diabetes melitus ...................................................... 31

2.4.3 Diagnosis diabetes melitus ........................................................................... 33

2.5 Kerangka Penelitian ................................................................................................ 35

2.5.1 Kerangka Teori .............................................................................................. 35

2.5.2 Kerangka Konsep........................................................................................... 35

2.6 Hipotesis ................................................................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ................................................................................................... 37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................. 37

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................. 37

3.3.1 Populasi ......................................................................................................... 37

3.3.2 Sampel ........................................................................................................... 38

3.4 Kriteri Inklusi dan Eklusi ........................................................................................ 38

3.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................................... 38

3.4.2 Kriteria Eklusi ................................................................................................ 38

3.5 Identifikasi Variabel ............................................................................................... 39

3.6 Definisi Operasional ............................................................................................... 39

3.7 Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 40

3.8 Instrumen Penelitian ............................................................................................... 40

3.9 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 41

3.10 Pengolahan Data dan Analisis Data ..................................................................... 42

3.11 Etika Penelitian ..................................................................................................... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................................... 44

4.1.1 Analisis Univariat ......................................................................................... 45

4.1.2 Analisis Bivariat ............................................................................................ 54

4.2 Pembahasan Penelitian ......................................................................................... 57

4.2.1 Analisis Univariat .......................................................................................... 57

Page 16: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

viii

4.2.2 Analisis Bivariat ............................................................................................ 69

1.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................................................... 72

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................................................. 74

5.2 Saran ...................................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 76

LAMPIRAN..................................................................................................................... 80

Page 17: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan

diagnosis DM (mg/dl).....................................................................................34

2. Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes................................. 34

3. Definisi operasional........................................................................................41

4. Karakteristik subjek penelitian........................................................................45

5. Distribusi persepsi komunikasi berpusat pada pasien.....................................47

6. Distribusi kepuasan pada pasien.....................................................................52

7. Normalitas data persepsi komunikasi berpusat pasien dan kepuasan pasien

DM tipe 2........................................................................................................56

8. Normalitas data persepsi komunikasi berpusat pasien setelah

ditransformasi.................................................................................................57

9. Uji korelasi Pearson.......................................................................................58

Page 18: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori...................................................................................................36

2. Kerangka konsep...............................................................................................36

3. Alur Penelitian...................................................................................................43

Page 19: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi antara dokter, pasien dan keluarga pasien merupakan hal yang

sangat penting dalam kompetensi seorang dokter (Association of American

Medical Colleges, 2008). Komunikasi antara dokter dan pasien yang efektif

adalah salah satu kompetensi yang penting dikuasi oleh dokter dan harus

diterapkan di tempat pelayanan kesehatan. Standar Kompetensi Dokter

Indonesia (SKDI) menetapkan tujuh area kompetensi dokter dan area

komunikasi efektif sebagai kompetensi pertama. Kompetensi komunikasi

dokter dan pasien yang efektif dapat menentukan keberhasilan dalam

membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien (Konsil Kedokteran

Indonesia, 2006).

Berdasarkan pernyataan dari Institute of Medicine (US) Committee on Quality

of Health Care in America pada tahun 2001, pelayanan kesehatan seharusnya

lebih berpusat pada pasien (patient-centered) yaitu lebih responsif terhadap

kebutuhan dan perspektif pasien, dengan nilai-nilai pasien dalam pengambilan

keputusan (Institute of Medicine (US) Committee on Quality of Health Care in

America, 2001; King & Hoppe, 2013). Epstein & Street, menawarkan definisi

Page 20: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

2

operasional tentang komunikasi yang berpusat pada pasien (patient-centered

communication) yaitu: (1) memunculkan dan memahami perspektif pasien

(kekhawatiran, gagasan, harapan, kebutuhan, dan perasaan), (2) memahami

pasien dari segi psikososial dan konteks budaya unik, (3) mencapai

pemahaman bersama tentang masalah pasien dan perawatan yang diinginkan

dan dibutuhkan pasien (Epstein RM, Street RL, 2007).

Patient-centred care atau pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien

adalah pendekatan inovatif untuk perencanaan, pengiriman dan evaluasi

pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kemitraan yang saling

menguntungkan antara penyedia layanan kesehatan, pasien, dan keluarga

pasien. Salah satu keuntungan dari pendekatan patient-centred care adalah

fokus pada peningkatan kepuasan pasien (Australian Commission on Safety

and Quality in Health Care, 2010).

Manfaat Komunikasi antara dokter dan pasien yang baik adalah terwujudnya

kepuasaan pasien dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter,

kepatuhan pasien dalam pengobatan yang diberikan untuk kesembuhan pasien,

informasi yang diberikan oleh pasien akan memudahkan penegakan diagnosis,

dan mengurangi malpraktik dalam pelayanan kesehatan (Alfitri, 2013).

Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan yang dirasakan oleh pasien setelah

merasakan kinerja atau hasil dari layanan kesehatan yang didapatkannya dan

dibandingkan dengan harapannya. Kepuasan pasien adalah hal yang sangat

penting dinilai oleh penyedia layanan kesehatan karena jika pasien merasa

puas, maka mereka akan menggunakan layanan kesehatan tersebut terus-

Page 21: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

3

menerus, namun jika pasien merasa tidak puas maka mereka akan

menyebarkan pengalaman kurang baik yang mereka dapatkan kepada orang

lain (Wahyuni, Yanis, & Erly, 2013).

Komunikasi dokter pasien sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan

terutama di tingkat pelayanan kesehatan primer yang salah satunya yaitu

puskesmas. Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan primer

untuk masyarakat Indonesia yang bertugas sebagai unit pelaksana teknis dinas

kesehatan kabupaten atau kota yang mempunyai tanggungjawab untuk

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah dan merupakan

penanggung jawab penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat pertama (Dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2014). Pendekatan pelayanan yang

berkualitas oleh Puskesmas mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan

(UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan

dengan target keluarga yang memerlukan komunikasi dokter pasien yang

berkualitas yaitu salah satunya patient-centered communication.

Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang ditandai dengan

kadar glukosa dalam darah yang tinggi. Diabetes melitus dapat menyerang

semua lapisan masyarakat dan termasuk penyakit yang tidak dapat

disembuhkan secara total, sehingga penderita diabetes melitus harus

mengontrol dan menjaga kadar glukosa darahnya agar tetap normal dan dapat

melakukan aktivitas harian dengan baik. Hal tersebut didasari oleh hubungan

komunikasi dokter dan pasien diabetes melitus saat pasien rutin melakukan

pengobatan dan kontrol glukosa darah (Utami, 2008). Hubungan komunikasi

Page 22: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

4

dokter pasien yang terjalin dengan baik akan berdampak baik terhadap

kepatuhan dan kepuasan pasien dalam menjalani pengobatan penyakitnya,

dimana peniliti memilih puskesmas Kedaton Bandar Lampung sebagai sarana

kesehatan yang menggunakan prinsip patient centered communication sebagai

sarana pelayanan kesehatan tingkat primer yang meraih penilaian baik dan

terakreditasi dengan akreditasi utama juga memiliki jumlah pasien DM tipe 2

yang lebih banyak dibanding puskemas lainnya untuk diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai

hubungan antara komunikasi dokter pasien dengan kepuasan pasien diabetes

melitus tipe 2 di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan peneliti, maka

peneliti menyusun rumusan masalah yaitu apakah terdapat hubungan antara

persepsi komunikasi berpusat pada pasien dengan kepuasan pada pasien

kontrol diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara persepsi komunikasi berpusat pada pasien

dengan kepuasan pada pasien kontrol diabetes melitus tipe 2 di

Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui persepsi komunikasi berpusat pada pasien di Puskesmas

Kedaton Bandar Lampung.

Page 23: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

5

b. Mengetahui kepuasan pada pasien kontrol diabetes melitus tipe 2 di

Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Untuk mengembangkan kemampuan penelitian dan mengetahui

hubungan antara persepsi komunikasi berpusat pada pasien dengan

kepuasan pada pasien diabetes melitus tipe 2.

1.4.2 Bagi Institusi

Sebagai bahan kepustakaan atau sumber bacaan di Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai dasar atau referensi dari

penelitian selanjutnya.

1.4.4 Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai masukan untuk pelayanan di instansi terkait dalam

meningkatkan persepsi komunikasi berpusat pada pasien terkait

kepuasan pasien diabetes melitus tipe 2 terhadap pelayanan kesehatan.

Page 24: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Dokter Pasien

2.1.1 Definisi komunikasi dokter pasien

Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari pengirim kepada

penerima dimana informasi tersebut harus dimengerti oleh penerima

(Koontz & Weihrich, 1988). Sedangkan menurut Terry & Franklin

(1982), komunikasi adalah suatu seni dari pengembangan dan

pencapaian kepahaman diantara 2 orang atau lebih, dimana hal tersebut

mencakup proses pertukaran informasi dan perasaan antara 2 orang atau

lebih dan hal tersebut sangat penting untuk manajemen efektif.

Komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang yang melibatkan

komponen-komponen dalam pelayanan kesehatan seperti penyedia

layanan kesehatan, tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, maupun

proses pelayanan itu sendiri. Komunikasi kesehatan mencakup

pemanfaatan jasa komunikasi untuk menyampaikan informasi dan

mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pelayanan kesehatan.

Komunikasi kesehatan juga dapat digunakan untuk menyebarluaskan

informasi kepada masyarakat tentang kesehatan agar tercapai perilaku

Page 25: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

7

hidup sehat, perubahan sikap dan motivasi pada masyarakat

(Rahmadiana, 2012).

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), komunikasi dokter pasien

adalah hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan

pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang

terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan

puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan

pasien.

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang

ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang

menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya

akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya

bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan

pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat

mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun

percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada

proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman

ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan

nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk

kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat

membantu menyelesaikan masalah kesehatannya (Konsil Kedokteran

Indonesia, 2006).

Page 26: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

8

Menurut Kurtz (1998), komunikasi efektif justru tidak memerlukan

waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu

karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin

sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang

efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan

sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah

kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.

Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasien adalah untuk

mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk

dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih

efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).

Komunikasi efektif merupakan salah satu dari area kompetensi seorang

dokter yang juga sebagai rumah bangun kompetensi dokter Indonesia

selain aspek perilaku profesional, mawas diri dan pengembangan diri.

Kompetensi komunikasi efektif memiliki kompetensi inti yaitu dokter

harus mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan

nonverbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat,

kolega, dan profesi lain (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012).

2.1.2 Pendekatan komunikasi dokter pasien

Menurut Kurtz (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006), dalam dunia

kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan:

1. Disease-centered communication style atau doctor-centered

communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter

Page 27: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

9

dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan

penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.

2. Illness-centered communication style atau patient-centered

communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan

pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan

pengalaman unik dan termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya,

harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang

dipikirkannya.

Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan,

kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient centered communication

style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor

centered communication style.

2.1.3 Patient-centered communication

Menurut Picker Institute (2013), pelayanan berpusat pada pasien atau

patient-centered care memiliki 8 prinsip yaitu sebagai berikut:

1. Menghargai pendapat pasien (respect for patients’ preferences)

2. Pelayanan berkoordinasi dan berintegrasi (coordination and

integration care)

3. Informasi dan edukasi (information and education)

4. Kenyamanan fisik (physical comfort)

5. Dukungan emosional (emotional support)

6. Keterlibatan keluarga dan kerabat (involvement of family and friends)

7. Keberlanjutan dan transisi (continuity and transition)

8. Akses ke pelayanan kesehatan (access to care)

Page 28: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

10

Pelayanan kesehatan berpusat pada pasien (patient centered-care)

memberikan pelayanan yang menghormati dan merespon keinginan

pasien, kebutuhan pasien, nilai-nilai pasien dan memastikan nilai-nilai

tersebut dihormati dalam proses pelayanan kesehatan.

Komunikasi berpusat pada pasien adalah konstruksi kompleks, yang

memiliki hubungan diferensial dengan hasil seperti kepuasan pasien dan

pengendalian penyakit kronis. Kebanyakan dokter cenderung

menggunakan gaya komunikasi biomedis dan bukan berpusat pada

pasien, sedangkan kebanyakan pasien lebih menyukai pendekatan yang

berpusat pada pasien (Epstein et al., 2005).

Beberapa penelitian yang meneliti perawatan berpusat pada pasien di AS

(Goodrich, J. Cornwell, J 2008) telah mengidentifikasi elemen inti dalam

patient-centered communication seperti:

1. Pendidikan dan pengetahuan bersama

2. Keterlibatan keluarga dan teman

3. Kolaborasi dan manajemen tim

4. Kepekaan terhadap dimensi perawatan nonmedis dan spiritual

5. Menghormati kebutuhan dan preferensi pasien

6. Arus bebas dan aksesibilitas informasi.

Demikian pula, Robb dan Seddon dalam Australian Commission on

Safety and Quality in Health Care (2010) mengidentifikasi konsep umum

berikut ini dalam definisi patient-centered care:

Page 29: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

11

1. Menginformasikan dan melibatkan pasien

2. Memunculkan dan menghormati preferensi pasien

3. Melibatkan pasien dalam proses perawatan

4. Merawat pasien dengan bermartabat

5. Merancang proses perawatan yang sesuai dengan kebutuhan

pasien, bukan penyedia

6. Akses terhadap informasi kesehatan

7. Kesinambungan perawatan

Menurut International Alliance of Patients’ Organizations, unsur yang

paling umum dalam definisi perawatan yang berpusat pada pasien adalah

menghormati kebutuhan, keinginan, preferensi dan nilai pasien

(International Alliance of Patients’ Organizations, 2007).

Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan

melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak,

khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati.

Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki

ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari

dan dilatih (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006).

Carma L. Bylund & Gregory Makoul (dalam Konsil Kedokteran

Indonesia, 2017), menyatakan betapa pentingnya empati ini

dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan

definisi berikut:

Page 30: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

12

1. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan

pasien (a physician cognitive capacity to understand patient’s needs).

2. Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien

(an affective sensitivity to patient’s feelings).

3. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan

empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to

patient).

2.1.4 Manfaat komunikasi dokter pasien

Menurut Alfitri (2013), manfaat komunikasi antara dokter dan pasien

yang baik yaitu sebagai berikut:

1. Memperoleh data tentang masalah/ keluhan yang dirasakan oleh

pasien

2. Mempererat hubungan antara dokter dan pasien

3. Terwujudnya kepuasaan pasien dalam pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh dokter

4. Kepatuhan pasien dalam pengobatan yang diberikan untuk

kesembuhan pasien

5. Informasi yang diberikan oleh pasien akan memudahkan penegakan

diagnosis

6. Mengurangi malpraktik dalam pelayanan kesehatan

Page 31: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

13

2.1.5 Aspek komunikasi dokter pasien

2.1.4.1 Sikap profesional dokter

Sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter

berhadapan dengan tugasnya (dealing with task), yang berarti

mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai peran dan

fungsinya; mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu,

pembagian tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain

(dealing with one-self); dan mampu menghadapi berbagai macam

tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan

yang lain (dealing with others).

Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap profesional ini

penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada

dokter, yang merupakan landasan bagi berlangsungnya

komunikasi secara efektif (Silverman, 1998). Sikap profesional

ini hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama

proses konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi. Contoh

sikap dokter ketika menerima pasien:

1. Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.

2. Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.

3. Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya

cukup waktu, menganggap penting informasi yang akan

diberikan, menghindari tampak lelah).

Page 32: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

14

4. Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah

dokter umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif,

konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lainlain).

5. Menilai suasana hati lawan bicara

6. Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik,

gerak/bahasa tubuh) pasien.

7. Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait

dengan makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan

mendengarkan.

8. Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan

interupsi yang tidak perlu.

9. Menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang, apabila

pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter

tetap

10. Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya

atau pengambilan keputusan.

11. Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua

belah pihak.

12. Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan

kepentingan kedua belah pihak.

13. Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.

2.1.4.2 Sesi pengumpulan informasi

Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yang penting,

yaitu sesi pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat

Page 33: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

15

proses anamnesis, dan sesi penyampaian informasi. Tanpa

penggalian informasi yang akurat, dokter dapat terjerumus ke

dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau

motivasi dan konseling) secara prematur. Akibatnya pasien tidak

melakukan sesuai anjuran dokter (Konsil Kedokteran Indonesia,

2006).

Sesi penggalian informasi terdiri dari:

1. Mengenali alasan kedatangan pasien, dimana belum tentu

keluhan utama secara medis (Silverman, 1998)

Pasien menceritakan keluhan atau apa yang dirasakan sesuai

sudut pandangnya (illness perspective). Pasien berada pada

posisi sebagai orang yang paling tahu tentang dirinya karena

mengalaminya sendiri. Sesi ini akan berhasil apabila dokter

mampu menjadi pendengar yang aktif (active listerner).

Pendengar yang aktif adalah fasilitator yang baik sehingga

pasien dapat mengungkapkan kepentingan, harapan,

kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini akan

membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang

merupakan data-data penting untuk menegakkan diagnosis.

2. Penggalian riwayat penyakit (Van Thiel, 2000)

Penggalian riwayat penyakit (anamnesis) dapat dilakukan

melalui pertanyaanpertanyaan terbuka dahulu, yang

kemudian diikuti pertanyaan tertutup yang membutuhkan

jawaban ”ya” atau ”tidak”. Dokter sebagai seorang yang ahli,

Page 34: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

16

akan menggali riwayat kesehatan pasien sesuai kepentingan

medis (disease perspective).

Selama proses ini, fasilitasi terus dilakukan agar pasien

mengungkapkan keluhannya dengan terbuka, serta proses

negosiasi saat dokter hendak melakukan komunikasi satu arah

maupun rencana tindakan medis.

Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan:

1. Bagaimana pusing tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan

lebih jauh?

2. Menurut Anda pusing tersebut reda bila Anda melakukan

sesuatu, meminum obat tertentu, atau bagaimana menurut

Anda?

Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari

anamnesis meliputi:

1. Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu

2. Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga

3. Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang

4. Eksplorasi terhadap gaya hidup

2.1.4.3 Sesi penyampaian informasi

Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka dokter

dapat sampai kepada sesi memberikan penjelasan. Tanpa

informasi yang akurat di sesi sebelumnya, dokter dapat terjebak

Page 35: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

17

kedalam kecurigaan yang tidak beralasan (Konsil Kedokteran

Indonesia, 2006).

Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar

efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu:

1. Materi Informasi apa yang disampaikan

a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan

rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan).

b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.

c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk

menentukan diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta

kemungkinan efek samping/komplikasi.

d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah

dilakukan untuk menegakkan diagnosis.

e. Diagnosis

f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan

dan kelebihan masingmasing cara).

g. Prognosis.

h. Dukungan (support) yang tersedia.

2. Siapa yang diberi informasi

a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya

memungkinkan.

b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.

c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu

dan bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien

Page 36: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

18

tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara

langsung.

3. Berapa banyak atau sejauh mana

a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang

dokter merasa perlu untuk disampaikan, dengan

memerhatikan kesiapan mental pasien.

b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga

kehendaki dan sebanyak yang dokter perlukan agar dapat

menentukan tindakan selanjutnya.

4. Kapan menyampaikan informasi Segera, jika kondisi dan

situasinya memungkinkan.

5. Di mana menyampaikannya

a. Di ruang praktik dokter.

b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.

c. Di ruang diskusi.

d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama,

pasien/keluarga dan dokter.

e. Di telepon jika jarak jauh

6. Bagaimana menyampaikannya

a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara

langsung, tidak melalui telepon, juga tidak diberikan

dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimile,

sms, internet.

Page 37: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

19

b. Persiapan meliputi: materi yang akan disampaikan (bila

diagnosis, tindakan medis, prognosis sudah disepakati

oleh tim); ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi,

tidak terganggu orang lalu lalang, suara gaduh dari

tv/radio, telepon; waktu yang cukup; mengetahui orang

yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh

keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang

hadir sebaiknya lebih dari satu orang).

c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal

yang akan dibicarakan.

d. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi

yang diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga

menerima informasi yang akan diberikan.

2.1.4.4 Langkah-langkah komunikasi dokter pasien

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk

melakukan komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, 2004).

S = Salam

A = Ajak Bicara

J = Jelaskan

I = Ingatkan

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.

Salam: Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia

meluangkan waktu untuk berbicara dengannya.

Page 38: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

20

Ajak Bicara: Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan

bicara sendiri. Dorong agar pasien mau dan dapat mengemukakan

pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai

pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti

perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka

maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.

Jelaskan: Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi

perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan

dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya

sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan

mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.

Ingatkan: Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien

mungkin memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak

mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan

dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang

keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti

benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum

jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan

pesan-pesan kesehatan yang penting.

2.2 Kepuasan Pasien

2.2.1 Definisi, hak dan kewajiban pasien

Menurut peraturan Menkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang

rekam medis bab 1, Pasal 1 “Pasien adalah setiap orang yang melakukan

konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Page 39: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

21

yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

dokter atau dokter gigi” (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2008).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang

rumah sakit, pasal 32, yaitu setiap pasien mempunyai hak:

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang

berlaku di Rumah Sakit.

2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa

diskriminasi.

4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar

profesi dan standar prosedur operasional.

5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien

terhindar dari kerugian fisik dan materi

6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.

8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter

lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun

di luar Rumah Sakit.

9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita

termasuk data-data medisnya.

10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan

medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan

Page 40: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

22

komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan

yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan

dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

perawatan di Rumah Sakit.

15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit

terhadap dirinya.

16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan

agama dan kepercayaan yang dianutnya.

17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit

diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik

secara perdata ataupun pidana; dan r. mengeluhkan pelayanan Rumah

Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media

cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Sedangkan, pasal 31 menyebutkan kewajiban pasien adalah sebagai

berikut:

1. Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas

pelayanan yang diterimanya.

Page 41: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

23

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan

Peraturan Menteri.

2.2.2 Definisi kepuasan

Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari

perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk

dengan harapannya (Nursalam; 2011). Kotler (dalam Nursalam; 2011)

menyebutkan bahwa kepuasan adalah perasan senang atau kecewa

seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau

kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-

harapannya. Sedangkan Pohan (2007) menyebutkan bahwa kepuasan

pasien adalah tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari

kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya, setelah pasien

membandingkan dengan apa yang diharapkannya. Pendapat lain dari

Endang (dalam Mamik; 2010) bahwa kepuasan pasien merupakan

evaluasi atau penilaian setelah memakai suatu pelayanan, bahwa

pelayanan yang dipilh setidak-tidaknya memenuhi atau melebihi

harapan.

2.2.3 Pelayanan kesehatan bermutu

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal

yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dianggap

mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan

pelayanan kesehatan. Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23

Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan

Page 42: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

24

pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka

pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya; tersedia dan

berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah

dijangkau, dan bermutu (Azwar, 1996).

Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu tolak ukur

kepuasan yang berefek terhadap keinginan pasien untuk kembali kepada

institusi yang memberikan pelayanan kesehatan yang efektif. Untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga dapat memperoleh

kepuasan yang ada pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan pada

rumah sakit melalui pelayanan prima. Melalui pelayanan prima, rumah

sakit diharapkan akan menghasilkan keunggulan kompetitif (competitive

advantage) dengan pelayanan bermutu, efisien, inovatif dan

menghasilkan sesuai dengan Undang-Undang No. 8 Tahun

1999 tentang perlindungan pasien.

Konsep mutu merupakan konsep multi dimensi. Konsep ini merupakan

pengembangan teori yang terpijak pada prinsip-prinsip efektivitas

pelayanan, yakni; costumer focus, process improvement, dan total

improvement. Mutu pelayanan lebih mengacu pada konsep costumer

focus, dimana mutu pelayanan merupakan penilaian terhadap kepuasan

pelanggan (pasien) yang harus dipenuhi setiap saat, baik pelanggan

internal maupun pelanggan eksternal (Azwar,1996).

Mutu pelayanan kesehatan menurut Wijono (2016) adalah “penampilan

yang pantas atau sesuai yang berhubungan dengan standar-standar dari

Page 43: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

25

suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil

kepada masyarakat yang bersangkutan yang telah mempunyai

kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan,

ketidakmampuan, dan kekurangan gizi.

Pengertian lain dari mutu pelayanan kesehatan mengenai keefektifan

pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang adalah

sebagai berikut:

1. Untuk pasien dan masyarakat, mutu pelayanan berarti suatu empathy,

respect dan tanggapan akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai

dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara ramah pada waktu

berkunjung ke rumah sakit.

2. Dari sudut pandang petugas kesehatan, “mutu pelayanan berarti

bebas melakukan segala sesuatu secara profesional untuk

meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai

dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang maju, mutu

peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik (state of the

art).

3. Dari sudut pandang manajer (administrator), mutu pelayanan tidak

berhubungan langsung dengan tugas mereka sehari-hari, namun tetap

sama pentingnya. Untuk para manajer focus pada mutu akan

mendorongnya untuk mengatur staf, pasien dan masyarakat dengan

baik.

4. Bagi yayasan atau pemilik rumah sakit, mutu dapat berarti memiliki

tenaga profesional yang bermutu dan cukup. Pada umumnya para

Page 44: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

26

manajer dan pemilik institusi mengharapkan efesiensi dan kewajaran

penyelenggaraan pelayanan, minimal tidak merugikan dipandang

dari berbagai aspek seperti tiadanya pemborosan tenaga, peralatan,

biaya dan waktu.

Penelitian oleh Lem Berry dan Vielere Zeltham pada awal tahun 1990-

an mengajukan sepuluh mutu pelayanan sebagai dasar untuk memahami

mutu dan efektivitas pelayanan. Kategori adalah sebagai berikut:

1. Keterandalan (reliability), konsistensi kinerja dan kemampuan

terlihat, dimana kinerja yang baik diberikan pada saat pertama kali

memberikan janji yang menggiurkan dan tepat.

2. Ketanggapan (responsiveness), keinginan atau kesesuaian pemberi

pelayanan untuk memberikan pelayanan tepat waktu.

3. Pengetahuan dan keahlian (competence), ilmu pengetahuan dan

keahlian yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan.

4. Keterjangkauan (access), keterjangkauan dapat dicapai dan mudah

dijangkau, waktu tunggu dan jam operasional.

5. Kesopan santunan (courtesy), meliputi sikap sopan santun, aspek

perhatian dan keramahan individu yang langsung berhubungan

dengan pelanggan.

6. Komunikasi (communication), petugas dapat memberikan informasi

dan bahasa yang mudah dipahami dan didengarkan oleh pelanggan,

sehingga dapat membedakan kebutuhan pelanggan yang berbeda-

beda.

Page 45: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

27

7. Kepercayaan (credibility), kepercayaan, kejujuran, reputasi

perusahaan.

8. Keamanan (security), bebas dari bahaya resiko atau yang hilang,

keamanan fisik, keamanan keuangan, keamanan data dan arsip, dan

kepercayaan diri.

9. Memahami pelanggan (understanding the costumer), perusahaan

memahami kebutuhan pelanggan, mendengarkan keinginan spesifik

pelanggan memberikan perhatian pada setiap pelanggan.

10. Bukti fisik (tangible), pelayanan fisik, penampilan tenaga kerja alat

atau peralatan yang digunakan.

2.2.4 Aspek-aspek kepuasan pasien

Menurut Zeitham dan Berry (dalam Wahyuni, Yanis, & Erly, 2013),

aspek-aspek kepuasan pasien meliputi:

a. Keistimewaan, yaitu dimana pasien merasa diperlakukan secara

istimewa oleh tenaga medis selama proses pelayanan.

b. Kesesuaian, yaitu sejauhmana pelayanan yang diberikan tenaga

medis sesuai dengan keinginan pasien, selain itu ada ketepatan waktu

dan harga.

c. Keajegan dalam memberikan pelayanan, artinya pelayanan yang

diberikan selalu sama pada setiap kesempatan dengan kata lain

pelayanan yang diberikan selalu konsisten.

d. Estetika, estetika dalam pelayanan berhubungan dengan kesesuaian

tata letak barang maupun keindahan ruangan.

Page 46: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

28

Selain itu menurut Krowinski (dalam Wahyuni, Yanis, & Erly, 2013),

terdapat dua aspek kepuasan pasien yaitu:

a. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan standar dan kode etik

pofesi. Meliputi: hubungan perawat dengan pasien, kenyamanan

pelayanan, kebebasan menentukan pilihan, pengetahuan dan

kompetensi teknis, efektivitas pelayanan dan keamanan tindakan.

b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan

pelayanan kesehatan. Meliputi: ketersediaan, kewajaran,

kesinambungan, penerimaan, keterjangkauan, efisiensi, dan mutu

pelayanan kesehatan.

2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2.3.1 Pelayanan kesehatan tingkat primer

Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

atau secara bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara,

meningkatkan, mencegah & menyembuhkan penyakit serta memulihkan

kesehatan perorangan, kelompok dan masyarakat (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Pelayanan kesehatan memiliki tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Preventif primer, program pendidikan: imunisasi, penyediaan nutrisi

yang baik dan kesegaran jasmani.

2. Preventif sekunder, pengobatan penyakit tahap dini untuk membatasi

kecacatan, dengan cara menghindari akibat yang timbul dari

perkembangan penyakit.

Page 47: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

29

3. Preventif tersier, pembuatan diagnosa ditujukan untuk melaksanakan

tindakan rehabilitasi: kuratif & rehabilitatif.

Lingkup pelayanan kesehatan di Indonesia dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu sebagai berikut:

1. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan

kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling

depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka

mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan. Contoh pelayanan

kesehatan primer adalah puskesmas.

2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary

health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan

perawatan lebih lanjut/rujukan. Di Indonesia terdapat berbagai

tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan

rumah sakit kelas A (Wahyuni, Yanis, & Erly, 2013).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas

menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya Kecamatan Sehat. Selain melaksanakan tugas

Page 48: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

30

tersebut, Puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan

Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan

tenaga kesehatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas juga

berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional dari Dinas

Kesehatan Kab/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta

ujung tombak pembangunan kesehatan (Dinas Kesehatan Kota Bandar

Lampung, 2014)

2.3.3 Pusat Kesehatan Masyarakat di Bandar Lampung

Jumlah Puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember 2016 adalah

9.767 unit, yang terdiri dari 3.411 unit Puskesmas rawat inap dan 6.356

unit Puskesmas non rawat inap. Jumlah ini meningkat dibandingkan

tahun 2015 yaitu sebanyak 9.754 unit, dengan jumlah Puskesmas rawat

inap sebanyak 3.396 unit dan Puskesmas non rawat inap sebanyak 6.358

unit (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Sedangkan jumlah Puskesmas induk di Kota Bandar Lampung tahun

2014 sebanyak 30 Puskesmas yang terdiri dari 12 Puskesmas Rawat Inap

dan 18 Puskesmas Non Rawat Inap, dengan jumlah Puskesmas Pembantu

sebanyak 50 Puskesmas, 126 Poskeskel. Kunjungan Rawat Jalan

Puskesmas 763.780 kunjungan lebih rendah dibandingkankan tahun

Page 49: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

31

sebelumnya. Sedangkan kunjungan rawat inap sebanyak 4.817

kunjungan (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2014).

2.4 Diabetes Melitus

2.4.1 Definisi diabetes melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit multifaktoral, yang ditandai

dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dan

sindroma hiperglikemia kronis akibat insufisiensi sekresi insulin atau

aktivitas endogen insulin atau keduanya (Price & Wilson, 2010).

Sedangkan menurut Perkeni (2015), DM merupakan salah satu penyakit

gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak dapat memproduksi

cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang

diproduksi secara efektif.

2.4.2 Etiologi dan klasifikasi diabetes melitus

Penyakit DM secara umum diakibatkan oleh konsumsi makanan yang

tidak terkontrol, sebagai efek samping dari pemakaian obat-obat tertentu,

dan tidak cukupnya hormon insulin yang dihasilkan pankreas untuk

menetralkan glukosa darah di dalam tubuh. Pada penderita DM terjadi

kerusakan pankreas sehingga hormon insulin yang diproduksi tidak

mampu mencukupi kebutuhan, dimana fungsi dari hormon insulin adalah

untuk memproses zat gula atau glukosa yang berasal dari minuman

maupun makanan yang dikonsumsi seseorang (Susilo dan Wulandari,

2011).

Page 50: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

32

Klasifikasi DM menurut WHO 2006 adalah sebagai berikut:

a. Diabetes Melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus

Terdapat 2 subtipe DM tipe 1 yaitu autoimun dan idiopatik. Tipe

autoimun terjadi akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel beta

pankreas. Tipe selanjutnya yaitu tipe idiopatik, terjadi tanpa adanya

bukti autoimun dan tidak diketahui sumber atau penyebabnya (Price

& Wilson, 2010).

b. Diabetes Melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

Diabetes Melitus tipe 2 biasanya terjadi karena penurunan produksi

insulin atau peningkatan resistensi insulin. Insulin akan terikat pada

reseptor dipermukaan sel yang menyebabkan terjadi suatu rangkaian

reaksi metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada DM

tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel mengakibatkan insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan (Ernawati, 2013).

c. Diabetes Melitus gestasional

DM ini berkembang selama masa kehamilan dan menjadi salah satu

faktor risiko berkembangnya diabetes pada ibu setelah melahirkan.

Bayi yang dilahirkan cenderung akan mengalami obesitas dan

berisiko terkena DM saat dewasa (Rumahorbo, 2014).

d. Diabetes Melitus tipe lain

Tipe khusus lain adalah kelainan dalam sel beta seperti yang dikenali

pada Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY). Pasien

seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin. Diabetes Melitus tipe

Page 51: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

33

lain juga mencakup kelainan genetik pada kerja insulin, penyakit

endokrin seperti cushing syndrome dan akromegali, obat-obat yang

bersifat toksik terhadap sel-sel beta, serta infeksi (Price & Wilson,

2010).

2.4.3 Diagnosis diabetes melitus

Menurut Perkeni (2015), kriteria diagnosis diabetes melitus (DM)

ditegakkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, antara lain:

1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah

kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam. Atau

2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

Atau

3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan

klasik. Atau

4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakna metode yang

terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization

Program (NGSP).

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria

DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes dengan hasil antara

lain:

1. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan

glukosa plasma puasa anatara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan

TTGO glukosa plasma 2-jam <140 mg/dl

Page 52: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

34

2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa

plasma 2-jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa

plasma puasa <100 mg/dl

3. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT

4. Diagnosis prediabetes dapat ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan HbA1c sebesar 5,7-6,4%.

Sedangkan kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes

melitus dan prediabetes sesuai Perkeni (2015) dan perbedaan hasil

pemeriksaan kadar glukosa darah plasma vena dan glukosa darah

kapiler seperti pada tabel 1 dan 2 dibawah ini.

Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring

dan diagnosis DM (mg/dl) (Perkeni, 2015).

Bukan DM Belum pasti

DM

DM

Kadar

glukosa

darah

sewaktu

(mg/dl)

Kadar

glukosa

darah puasa

(mg/dl)

Plasma vena

Darah

kapiler

Plasma vena

Darah

kapiler

<100

<90

<100

<90

100-199

90-199

100-125

90-99

≥ 200

≥ 200

≥ 126

≥ 100

Tabel 2. Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes (Perkeni, 2015).

HbA1c

(%)

Glukosa darah

puasa (mg/dl)

Glukosa plasma 2 jam

setelah TTGO (mg/dl)

Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 ≥ 200

Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199

Normal < 5,7 <100 <140

Page 53: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

35

2.5 Kerangka Penelitian

2.5.1 Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka teori hubungan persepsi komunikasi berpusat pada

pasien dengan kepuasan pada pasien kontrol DM tipe 2 di Puskesmas

Kedaton Bandar Lampung.

2.5.2 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka konsep hubungan persepsi komunikasi berpusat pada

pasien dengan kepuasan pada pasien kontrol DM tipe 2 di Puskesmas

Kedaton Bandar Lampung.

Dokter

Pelayanan

kesehatan

bermutu

-

Persepsi komunikasi

berpusat pada pasien

Kepuasan pada

pasien kontrol

diabetes melitus

tipe 2

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kepuasan pasien

Pasien

Komunikasi

1. Respect for patient’s

preferences

2. Coordination and

integration care

3. Information and

education

4. Physical comfort

5. Emotional support

6. Involvement of family

and friends

7. Continuity and

transition

8. Access to care

Variabel Perancu

Pelayanan

kesehatan bermutu

Persepsi komunikasi

berpusat pada pasien

Page 54: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

36

2.6 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

H0 : Tidak ada hubungan antara persepsi komunikasi berpusat pada pasien

dengan kepuasan pada pasien kontrol diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas

Kedaton Bandar Lampung

H1 : Ada hubungan antara persepsi komunikasi berpusat pada pasien dengan

kepuasan pada pasien kontrol diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas

Kedaton Bandar Lampung.

Page 55: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode rancangan cross

sectional (studi potong lintang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara persepsi komunikasi berpusat pada pasien dengan kepuasan

pada pasien kontrol diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kedaton Bandar

Lampung.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung yang dilakukan

pada bulan September sampai Oktober 2018.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti dan

memiliki karakteristik yang sama (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada

penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat ke

Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

Page 56: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

38

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang dipilih mewakili semua populasi. Sampel

diambil menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh populasi

manjadi sampel penelitian. Jumlah populasi yang diketahui sebanyak 60

orang (n=60) (Notoatmodjo, 2010).

3.4 Kriteri Inklusi dan Eklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

Sampel penelitian sebanyak 60 responden adalah populasi yang

ditentukan dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Pasien kontrol diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kedaton Bandar

Lampung

2. Bersedia mengisi kuesioner

3. Pasien dengan kondisi fisik yang masih memungkinkan untuk

mengisi kuesioner

3.4.2 Kriteria Eklusi

Sampel penelitian sebanyak 60 responden disesuaikan dengan kriteria

eklusi dalam penelitian ini. Kriteria eklusi yang diajukan adalah:

1. Pasien yang hanya berobat satu kali ke Puskesmas Kedaton Bandar

Lampung

2. Pasien yang tidak mampu kondisi fisiknya untuk mengisi kuesioner

Page 57: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

39

3.5 Identifikasi Variabel

Variabel pada penelitian ini ada dua jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas yang diteliti adalah persepsi komunikasi berpusat pada

pasien di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan pada pasien kontrol

diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala

Persepsi

Komunikasi

Berpusat

Pasien

Persepsi

komunikasi

berpusat pada

pasien

berdasarkan 8

prinsip

patient-

centered

communicati

on yang

disusun oleh

Dr. dr. TA

Larasati,

M.Kes

Kuesioner

persepsi

komunikasi

berpusat

pasien terdiri

dari 20 item

pertanyaan

Wawancara Setiap

item

diukur

dengan

skor 1-4

dan total

skor

adalah 20-

80

Numerik

Kepuasan

Pasien

Kepuasan

pada pasien

berdasarkan 8

prinsip

patient-

centered

communicati

on yang

disusun oleh

Dr. dr. TA

Larasati,

M.Kes

Kuesioner

kepuasan

pasien terdiri

dari 20 item

pertanyaan

Wawancara Setiap

item

diukur

dengan

skor 1-4

dan total

skor

adalah 20-

80

Numerik

Page 58: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

40

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diawali dengan informed consent (persetujuan dari

responden) terlebih dahulu kepada subyek penelitian yang dijadikan sampel

dalam penelitian sebagai persetujuan menjadi responden penelitian. Setelah itu,

penelitian melakukan pengambilan data primer berupa pemberian kuesioner

persepsi komunikasi berpusat pada pasien dan kepuasan pasien kepada pasien

DM tipe 2 di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan 2 kuesioner yaitu kuesioner untuk

mengukur persepsi komunikasi berpusat pasien dan kepuasan pasien.

Kuesioner untuk mengukur persepsi komunikasi berpusat pasien dan kepuasan

pasien menggunakan kuesioner persepsi komunikasi berpusat pada pasien dan

kuesioner kepuasan pasien berdasarkan pada 8 prinsip patient-centered

communication yaitu respect for patient’s preferences, coordination and

integration care, information and education, physical comfort, emotional

support, involvement of family and friends, continuity and transition, dan

access to care yang disusun oleh Dr. dr. TA Larasati, M.Kes.

Kuesioner persepsi komunikasi berpusat pada pasien ini terdiri dari 20 item

pertanyaan dengan setiap item diukur menggunakan skala Likert dengan skor

1-4 dengan skor total 20-80. Kuesioner kepuasan pada pasien juga terdiri dari

20 item pertanyaan dengan setiap item diukur menggunakan skala Likert

dengan skor 1-4 dengan skor total 20-80. Kuesioner persepsi komunikasi

berpusat pasien dan kepuasan pasien diuji validitas dan reliabilitasnya kepada

Page 59: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

41

14 responden dari pasien DM tipe 2 di puskesmas Labuhan Ratu Bandar

Lampung.

Hasil perhitungan validitas kuesioner persepsi komunikasi berpusat pasien

memiliki koefisien korelasi validitas 0,22 sampai dengan 0,62. Nilai reliabilitas

alpha (α)=0,783. Sedangkan hasil perhitungan validitas kuesioner kepuasan

pasien memiliki koefisien korelasi validitas 0,24 sampai dengan 0,59. Nilai

reliabilitas alpha (α)=0,734.

3.9 Prosedur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

Pengumpulan, pemasukan,

dan pengolahan data

Penyusunan proposal penelitian,

pembuatan kuesioner komunikasi

dokter pasien, perizinan dan

ethical clearence

Pengisian lembar

informed consent

Pengisian kuesioner skala

komunikasi dokter pasien

dan skala kepuasan pasien

Analisis data dengan

program statistik

1. Tahap Persiapan

2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap Pengolahan

data

Page 60: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

42

3.10 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.10.1 Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diubah ke dalam bentuk

tabel. Langkah-langkah proses pengolahan data dengan menggunakan

program komputer terdiri dari:

1. Editing, proses editing berupa pengecekan dan perbaikan data

yang telah diperoleh dan yang menunjang penelitian.

2. Coding, kegiatan coding yaitu mengkonversikan

(menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian ke

dalam simbol sesuai dengan kepentingan analisis data.

3. Data entry, proses ini berupa memasukkan data penelitian ke

dalam program komputer yang telah tersedia.

4. Cleaning, kegiatan ini berupa pengecekan kembali data dari setiap

sumber atau responden untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan dalam mengkoding atau memasukkan data ke dalam

program komputer.

3.10.2 Analisis Data

3.10.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel dalam penelitian meliputi

karakteristik variabel bebas dan variabel terikat.

Page 61: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

43

3.10.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan untuk melihat hubungan

tiap variabel dalam penelitian yaitu antara komunikasi dokter

pasien dan kepuasan pasien. Analisis bivariat yang

digunakan adalah uji korelasi Pearson karena dalam

penelitian memiliki skala numerik dan digunakan untuk

mengetahui nilai dan sifat hubungan antara kedua variabel.

3.11 Etika Penelitian

Pada penelitian ini telah lolos uji kaji Komite Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor persetujuan etik

penelitian yaitu No. 3650/UN26.18/PP.05.02.00/2018.

Page 62: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka simpulan yang didapatkan adalah

sebagai berikut:

a. Terdapat hubungan antara persepsi komunikasi berpusat pasien dengan

kepuasan pada pasien kontrol DM tipe 2 di puskesmas Kedaton Bandar

Lampung.

b. Persepsi komunikasi berpusat pada pasien kontrol DM tipe 2 di puskesmas

Kedaton Bandar Lampung dilihat dari median data sebesar 63,5 atau 79%

dari total skor.

c. Kepuasan pada pasien kontrol DM tipe 2 di puskesmas Kedaton Bandar

Lampung dilihat dari rata-rata data sebesar 63,15 atau 79% dari total skor.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan persepsi

komunikasi berpusat pada pasien dan kepuasan pasien kontrol diabetes melitus

tipe 2 di puskesmas Kedaton Bandar Lampung, diperoleh saran sebagai

berikut:

1. Bagi dokter di puskesmas Kedaton Bandar Lampung diharapkan selalu

menjaga komunikasi berpusat pada pasien yang efektif sehingga kepuasan

Page 63: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

75

pasien terhadap komunikasi dokter tetap terjaga sesuai dengan penelitian

ini bahwa terdapat hubungan antara persepsi komunikasi berpusat pasien

dengan kepuasan pada pasien.

2. Pada penelitian selanjutnya disarankan agar populasi penelitian diperluas

dengan tempat penelitian >1 puskesmas agar didapatkan variasi data yang

lebih baik.

Page 64: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

76

DAFTAR PUSTAKA

Alfitri. 2013. Komunikasi dokter-pasien. Jurnal Mediator. 7(1): 15-26.

Allorerong D, Sekeon S, Joseph W. 2016. Hubungan antara umur, jenis kelamin

dan tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di puskesmas

ranotana weru kota manado tahun 2016. Seluruh Jurnal. 8(3): 1-8.

Association of American Medical Colleges. 2008. Functions and structure of a

medical school: standards for accreditation of medical education programs

leading to the M.D. degree. Washington DC: Association of American

Medical Colleges.

Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. 2010. Patient-centred

care: improving quality and safety by focusing care on patients and consumers.

Discussion Paper. Canberra: ACSQHC.

Azwar, Asrul. 1996. Pelayanan kesehatan yang bermutu dalam program menjaga

mutu pelayanan kesehatan.. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter

Indonesia.

Bustan, M N. 2007. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Carma, L. Bylund & Gregory Makoul. 2017. Taking the training out of

communication skills training. Patient Education & Counseling Journal. 1(1):

207- 16

Dewi, Arlina. 2009. Kepuasan pasien terhadap komunikasi dokter pasien di

puskesmas. Mutiara Medika Jurnal. 9(2): 37-45.

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2014. Profil dinas kesehatan Provinsi

Lampung Kota Bandar Lampung tahun 2014. Bandar Lampung: Dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Dubey dan Gupta. 2015. Characteristics of communication of doctors during

consultation. Asian Journal of Social Sciences, Arts and Humanities. 3(2): 35-

43.

Epstein, R. M., Franks, P., Shields, C. G., Meldrum, S. C., Miller, K. N., Campbell,

Page 65: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

77

T. L., & Fiscella, K. 2005. Patient centered communication and diagnostic

testing. Annals of Family Medicine. 3(5): 415–21.

Epstein RM, Street RL. 2007. Patient-Centered Communication in Cancer Care:

Promoting Healing and Reducing Suffering. US: National Institutes of Health

Publication

Ernawati. 2013. Penatalaksanaan keperawatan diabetes melitus terpadu dengan

penerapan teori keperawatan self care orem. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Fennel, P. 2003. Managing chronic illness using the four phase treatment approach.

New Jersey: Wiley.

Goodrich, J Cornwell, J. 2008. Seeing the person in patient: the point of care.

Review Paper. London: The King’s Fund.

Institute of Medicine (US) Committee on Quality of Health Care in America. 2001.

Crossing the quality chasm: a new health system for the 21st century.

Washington DC: National Academies Press.

International Alliance of Patients’ Organizations. 2007. What is patient-centred

health care? a review of definitions and principles. Second Edition. London:

IAPO.

Ismawati, W. 2009. Kepuasan pasien ditinjau dari orientasi komunikasi dokter.

Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Peraturan menteri kesehatan

Republik Indonesia No. 269 tahun 2008 tentang rekam medis. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil kesehatan Indonesia

tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kinnersley, P., Stott, N., Peters, T., Harvey., I & Hackett, P. 1996. A comparison

of methods for measuring patient satisfaction with consultations in primary

care. London : Oxford University Press.

King, A., & Hoppe, R. B. 2013. “Best practice” for patient-centered

communication: a narrative review. Journal of Graduate Medical Education.

5(3): 385–93.

Koontz, Harold dan Heinz Weihrich. 1988. Management. Ninth Edition. Singapore:

McGraw-Hill.

Kurtz, S., Silverman, J., Drapper, J. 1998. Teaching and learning communication

skills in medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press.

Page 66: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

78

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi efektif dokter-pasien. Jakarta:

Konsil Kedokteran Indonesia.

Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar pendidikan profesi dokter Indonesia.

Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

Mamik. 2010. Organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan dan kebidanan.

Edisi 1. Surabaya: Prins Media Publishing.

Napirah M R, Herawanto H, Windasari Y A. 2016. Hubungan komunikasi dokter

dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap rumah sakit umum (RSU)

Anutapura Palu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Preventif. 7(2): 1-7.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

PERKENI. 2015. Pengelolaan dan pencegahan diabetes melit us tipe 2 di Indonesia

2015. Jakarta: PB PERKENI.

Picker Institute. 2013. Patient-centered care: the road ahead. U.S: Picker Institute.

Poernomo, Ieda SS. 2004. Pengertian KIE dan konseling. Jakarta: Makalah

Perinasia.

Pohan, Imbolo. 2007. Jaminan mutu layanan kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

Price, Wilson. 2010. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:

EGC.

Purwanti dan Furiandini. 2012. Tinjauan kepuasan pelayanan rawat jalan di balai

besar kesehatan paru masyarakat surakarta. Infokes. 2(1): 28-39.

Rahmadiana, M. 2012. Komunikasi kesehatan: sebuah tinjauan. Jurnal

Psikogenesis. 1(1): 88-94.

Ramadhan N, Nelly M. 2015. Karakteristik penderita diabetes melitus tipe 2

berdasarkan kadar hba1c di puskesmas jayabaru kota banda aceh. Jurnal SEL.

2(2): 49-56.

Rumahorbo H. 2014. Mencegah diabetes mellitus dengan perubahan gaya hidup.

Bogor: In Media.

Shaller Dale, 2007. Patient-centered care: What does it take?. Minnesota:

Commonwealth Fund pub.

Page 67: HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA …digilib.unila.ac.id/55552/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN PERSEPSI KOMUNIKASI BERPUSAT PADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PADA

79

Silverman, J., Kurtz, S. & Drapper, J. 1998. Skills for communicating with patients.

Oxon: Radcliffe Medical Press.

Susilo Y, Wulandari A. 2011. Cara jitu mengatasi kencing manis. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Sudoyo W, Setiohandi B, Alwi I, K M.. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.

Tandra, H. 2013. Life healthy with diabetes. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Terry, G dan Stephen Franklin. 1982. Principle of management. USA: Richard D.

Irwin Inc. Homewood.

Undang 44 Nomor 8 Tahun 1999. Tentang Perlindungan Konsumen.

Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009. Tentang Rumah Sakit.

Utami, E. 2008. Hubungan antara kepuasan konsultasi medis dan ketaatan medis

pada penderita diabetes melitus (usia dewasa madya). Skripsi. Yogyakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Sanata DHarma.

Van Thiel, J., Van Dalen, J. & Ram, P. 2000. MAAS-Global manual. Maastricht:

Maastricht University.

Wahyuni, T., Yanis, A., & Erly, E. 2013. Hubungan komunikasi dokter–pasien

terhadap kepuasan pasien berobat di poliklinik RSUP DR. M. Djamil Padang.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2(3): 175–77.

Wijono, D. 2016. Manajemen mutu pelayanan kesehatan: teori, strategi dan

aplikasi. Surabaya: Airlangga University Press.

Wulandari, F. 2016. Hubungan antara komunikasi dokter-pasien dengan kepuasan

pasien rawat inap di RSUD Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta.