hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam …repository.unjaya.ac.id/2613/2/wiwit murvita...

49
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD AL-BARAAKAH SLEMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Disusun Oleh : WIWIT MURVITA LUANA NPM : 3208144 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2015

Upload: others

Post on 01-Jan-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD AL-BARAAKAH SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

  

 

Disusun Oleh :

WIWIT MURVITA LUANA NPM : 3208144

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2015

 

 

iii 

 

 

 

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamiin... puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan nikmat, berkah, anugerah, dan kasih sayang-Nya serta kelancaran

dalam setiap langkah untuk menyelesaikan karya ilmiah ini, terima kasih Ya Allah...

atas doa-doa yang telah Engkau jawab dan rencana indah yang telah Engkau

persiapkan. (maaf hamba terlalu banyak mengeluh Ya Allah...)

Terima kasih kepada ayahanda dan ibunda yang selalu memberi motivasi,

dukungan dan doa yang tak pernah putus untuk kelancaran ananda dalam

menyelesaikan tugas akhir ini. (Maaf yo mak, pa, kakak belum biso buat mak dengan

papa bangga dan bahagia)

Untuk seluruh keluarga tercinta, adek ari (abeng), nenek, datuk, pak de

sublik, pak de ma’in, tante evi, om edi, tante ani, om alan, om anggi, busu ririn dan

adek-adek sepupu, terima kasih atas doa dan dukungan semuanya. Akhirnya

selesai!!! (Kakak balek... ^o^)

Terima kasih kepada pak Tejo, terima kasih atas semangat dan motivasi yang

bapak berikan kepada saya. Terima kasih atas kesabaran bapak dalam membimbing

saya. Semoga Allah membalas semua kebaikan bapak. (terima kasih telah memberi

saya semangat ketika saya terpuruk pak...)

Terima kasih kepada ibu khristin, terima kasih atas pelajaran yang ibu

berikan kepada saya. Terima kasih telah mengajarkan banyak hal kepada saya bu.

(Maaf ya bu, saya telah merepotkan ibu)

Untuk abang Danis, terima kasih atas doa dan dukungannya! (makasih selalu

mengingatkan untuk beristighfar dan bersyukur, thank you for lend me your shoulder

while i’m crying...)

Untuk para sahabat tercinta, Riri, Rio, Risna dan Linda... makasih untuk

dukungannya. (makasih Riri udah bantuin banyak banget, maaf sering ganggu

istirahatnya, maaf selalu ngerepotin... T.T)

Temen-temen ELF (Ririn, Ria, Ardiani, Etha, Icah, Egga, Wiwit, Arzi unnie,

Ferry oppa) yang selalu ngedoain dan selalu kasih dukungan berupa doa dan poto-

poto dari oppadeul tercinta. (ELPEU JJANG!!! Uri ddo mannajja! Saranghae...)

 

vi 

 

Temen-temen kelas C (Tami, Renny, Ester, Fitri, Retno, Fanny) terima kasih

atas kebersamaan dan kenangannya. Sukses buat kalian. Terima kasih atas doa dan

semangatnya! (Akhirnya saya kelar juga! ^0^)

사란하는 오빠들에게 감사합니다. 오빠들은 저한테 격려와 스트레스가 풀린 

사람입니다.  저는  오빠들의  음악은/노래는  항상  들거예요.  정말  감사하고  영원히 

사랑합니다.

 

vii 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti sehingga dapat

menyelesaikan penelitian dengan judul : hubungan pengetahuan dengan sikap ibu

dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun

di PAUD Al-Baraakah Sleman.

Penelitian ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan dan bantuan

berbagai pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan

ini peneliti dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta.

2. Dewi Retno Pamungkas, S.Kep., Ns., MNg selaku ketua Program studi ilmu

Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan

izin dan kesempatan untuk melaksanakan studi pembuatan penelitian ini.

3. Ida Nursanti, S.Kep.,Ns.,MPH, selaku dewan penguji, atas semua masukan, kritik

dan saran yang sangat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.

4. Ns. Sutejo, M. Kep, Sp. Kep. J, selaku dosen pembimbing I, atas semua

bimbingan, waktu, ilmu, saran dan kesabaran bapak dalam membimbing saya

selama ini.

5. Khristina Dias Utami, S.Kep.,Ns. selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas

semua bimbingan, waktu, ilmu, nasehat, kesabaran dan semangat yang ibu berikan

kepada saya.

6. Seluruh civitas akademik Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

7. Orang tua dan seluruh keluarga peneliti yang telah memberikan doa, kasih sayang

dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Sahabat dan teman-teman peneliti yang telah memberikan dorongan dan semangat

untuk menyelesaikan penelitian ini

.

 

viii 

 

Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kemajuan dan perbaikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti, juga

semua pihak yang membacanya, khususnya dalam menambah ilmu keperawatan jiwa

anak.

Yogyakarta, September 2015

Wiwit Murvita Luana

 

ix 

 

DAFTAR ISI

Hal HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................................... iii HALAMAN MOTTO .................................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v KATA PENGANTAR .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii INTISARI ......................................................................................................... xiv ABSTRACT ...................................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7 E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ............................................................................. 11 1. Perkembangan Psikososial Anak ........................................... 11 2. Stimulasi Psikososial .............................................................. 15 3. Pengetahuan ……………………………………….. ............. 21 4. Sikap …………………………………… ............................... 24 5. Ibu ……………………………………............................. ..... 26

B. Kerangka Teori ............................................................................. 29 D. Kerangka Konsep ......................................................................... 30 E. Hipotesis ........................................................................................ 30 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. 31 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 31 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 31 D. Variabel Penelitian ..................................................................... 32 E. Definisi Operasional .................................................................. 33 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data .......................................... 33 G. Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 36 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 38 I. Etika Penelitian .......................................................................... 40 J. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 40

 

 

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .................................................................................... 43 B. Pembahasan ......................................................................................... 49 C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 62 B. Saran .................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

 

xi 

 

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................... 29 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ................................................................... 30

 

xii 

 

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 33 Tabel 3.2 Distribusi Butir-Butir Pengetahuan Ibu ........................................ 34 Tabel 3.3 Distribusi Butir-Butir Sikap Ibu .................................................... 35 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu .......................................... 44 Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Ibu .......................................................... 45 Tabel 4.3 Crosstab Karakteristik Ibu Dengan Pengetahuan Ibu ................... 45 Tabel 4.4 Sikap Ibu ....................................................................................... 46 Tabel 4.5 Crosstab Karakteristik Ibu Dengan Sikap Ibu .............................. 47 Tabel 4.6 Crosstab Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu ................... 48

 

xiii 

 

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Lampiran 6 Lembar Konsultasi    

 

xiv 

 

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD AL-BARAAKAH SLEMAN

INTISARI

Wiwit Murvita Luana1, Sutejo2, Khristina Dias U 3

Latar belakang: Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai kondisi, baik dari dalam anak itu sendiri ataupun dari lingkungan sekitarnya. Peran orang tua sangat penting dalam perkembangan anak, terutama pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak. Jika pengetahuan ibu baik dan sikap ibu positif dalam menstimulasi anak, maka perkembangan anak akan menjadi optimal. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang secara emosional dan psikososial dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapatkan stimulasi. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman Metode: Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian dilakukan di (PAUD) Al-Baraakah Sleman Yogyakarta pada tanggal 14-16 Agustus 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan rumus kendal tau. Hasil: Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup (41,5%) tentang pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun, sebagian besar ibu memiliki sikap positif (56,1%) dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman. Nilai ρ value <0,05 (0,001<0,05). Kesimpulan: Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman Kata Kunci: Anak Usia 3-5 Tahun, Pengetahuan dengan Sikap Ibu, dan Stimulasi Perkembangan Psikososial 1 Mahasiswa PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 DosenJurusan Keperawatan Poltekes KemenKes Yogyakarta 3 Dosen PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta    

 

xv 

 

RELATIONSHIP KNOWLEDGE WITH ATTITUDE OF MOTHER INSIDE GIVING PSYCHOSOCIAL DEVELOPMENT STIMULATION

IN CHILDREN AGES 3-5 YEARS AT PAUD AL-BARAAKAH SLEMAN

ABSTRACT

Wiwit Murvita Luana1, Sutejo2, Khristina Dias U 3 Background: The development of children is influenced by a variety of conditions, both from within the child itself or from the surrounding environment. The role of parents is very important in the development of children, especially the knowledge and attitudes of mothers in child development stimulation. If the mother's knowledge is good and positive attitude in stimulating the child's mother, then it would be optimal according to emotional and psychosocial child development. Children who are purposeful and regular stimulation will grow faster than children who have little or no stimulation. Objective: To determine the relationship of knowledge with the attitude of the mother in giving psychosocial stimulation of development in children aged 3-5 years at PAUD Al-Baraakah Sleman Methods: This study used quantitative research and cross-sectional study design. The study was conducted at (ECD) Al-Baraakah Sleman Yogyakarta on 14 to 16 August 2015. The population in this study were all mothers of children aged 3-5 years with a sampling technique using total sampling. The instrument used was a questionnaire, analysis of the data used is the analysis of univariate and bivariate analysis using the formula Kendal Tau. Results: Most of the mothers have enough knowledge (41.5%) of the mothers knowledge in giving psychosocial stimulation of development in children aged 3-5 years, most mothers have a positive attitude (56.1%) in the provision of psychosocial stimulation of development in children aged 3-5 years at PAUD Al-Baraakah Sleman. Rated Ρ value <0.05 (0.001 < 0.05). Conclusions: There is a relationship between knowledge and mother attitude in giving psychosocial stimulation of development in children aged 3-5 years at PAUD Sleman Al-Baraakah Keywords: 3-5 Years Childhood, Knowledge and mother attitudes, and Psychosocial Development Stimulation 1 Student of Nursing Study Programme of Stikes Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta 2 Lecturer Department of Nursing Poltekes MoH Yogyakarta 3 Lecturer of Nursing Study Programme Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta  

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah individu yang unik dan merupakan bagian dari makhluk sosial

yang memerlukan perhatian khusus untuk memaksimalkan perkembangan anak.

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran

dan struktur organ dalam serta otak. Perkembangan berkaitan dengan perubahan

kualitatif dan kuantitatif, yang bersifat progresif, teratur dan koheren (Hurlock,

2011). Pengetahuan tentang perkembangan anak belum banyak diketahui oleh

orang tua terutama ibu, sehingga hanya sedikit orang tua (ibu) yang bisa

memantau atau mendeteksi secara dini apakah anaknya mengalami gangguan atau

keterlambatan dalam perkembangannya atau tidak. Masa kanak-kanak merupakan

masa yang sangat penting yang akan menentukan hasil proses perkembangan anak

selanjutnya. Agar anak dapat berkembang secara optimal diperlukan situasi yang

mendukung (Santrock, 2007).

Menurut Wong (2009), tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahapan

dan tiap tahapan mempunyai ciri yang berbeda. Salah satu tahap tumbuh kembang

anak adalah usia prasekolah (3-5 tahun). Usia prasekolah mempunyai karakteristik

sebagai persiapan anak sebelum memasuki usia sekolah, kemampuan interaksi

dengan orang lain dan orang dewasa, menggunakan bahasa untuk menunjukkan

kemampuan mental. Keberhasilan penerimaan pada tahap tumbuh kembang

sebelumnya penting bagi anak prasekolah (3-5 tahun), untuk memperbaiki tugas-

tugas yang sudah dikuasai pada masa toddler.

Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai kondisi, baik dari dalam

anak itu sendiri ataupun dari lingkungan sekitarnya. Tercapainya perkembangan

anak yang optimal, berarti kebutuhan dasar anak harus terpenuhi yang meliputi

kebutuhan fisik/biomedik, kebutuhan emosi/kasih sayang, dan kebutuhan

stimulasi atau pendidikan. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur

akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak

mendapatkan stimulasi (Santrock, 2007).

 

 

Perkembangan anak merupakan pola perubahan yang dimulai pada tahapan

awal kehidupan dan berlanjut seumur hidup. Peran aktif orang tua (ibu) terhadap

perkembangan anak-anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih

berada di bawah usia lima tahun atau balita. Orang tua salah satunya adalah ibu,

merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh dalam tahap

perkembangan seorang anak. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan utama

dalam keluarga sehingga ibu perlu menyadari untuk mengasuh anak secara baik

dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Peran ibu dalam proses

perkembangan anak sangat penting, karena dengan keterampilan ibu yang baik

maka diharapkan pemantauan anak dapat dilakukan dengan baik. Orang tua (ibu)

adalah orang pertama yang mengajak anak untuk berkomunikasi, sehingga anak

mengerti bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain menggunakan bahasa.

Lingkungan keluarga adalah faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

(Hidayat, 2006).

Menurut Hidayat (2006), kurangnya peran ibu dalam memenuhi kebutuhan

dasar anak seperti mengajak anak main bersama, mendampingi anak belajar atau

membiarkan anaknya diasuh oleh pengasuh akan memberikan dampak yang

kurang baik bagi perkembangan anak itu sendiri. Apabila peran ibu tidak berhasil

dalam memenuhi perkembangan anak, maka anak akan mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan.

Masa prasekolah merupakan periode perkembangan yang terjadi mulai masa

akhir bayi hingga usia 5 atau 6 tahun, anak usia prasekolah akan belajar menjadi

mandiri dan merawat diri sendiri, mereka mengembangkan keterampilan kesiapan

sekolah (mengikuti perintah, mengenal huruf dan belajar berhitung), serta bermain

bermain dengan teman sebaya. Kelas 1 Sekolah Dasar menandai berakhirnya

periode masa prasekolah (Santrock, 2007).

Menurut teori psikososial yang dikemukakan oleh Erikson, tahap

perkembangan Erikson yang ketiga terjadi selama masa prasekolah yaitu, inisiatif

versus rasa bersalah (initiative versus guilty). Anak prasekolah yang memasuki

dunia sosial akan menghadapi banyak tantangan dari pada ketika mereka masih

bayi. Perilaku yang aktif seperti bermain dengan teman sebaya, berbicara dengan

 

 

orang yang lebih tua, atau banyak bertanya tentang hal yang ada disekitarnya

bertujuan untuk menghadapi tantangan ini. Anak diminta memikirkan tanggung

jawab terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan. Anak akan belajar

mengembangkan rasa tanggung jawab yang lebih berat dan meningkatkan inisiatif

dalam dirinya. Meskipun demikian rasa bersalah dapat muncul, jika anak tidak

bertanggung jawab dan merasa sangat cemas. Erikson memiliki pandangan positif

terhadap tahap ini, ia percaya bahwa sebagian besar rasa bersalah dengan cepat

digantikan oleh rasa ingin berprestasi. Tahapan perkembangan yang harus dicapai

oleh anak usia pra sekolah pada teori Erikson ini salah satunya adalah anak sudah

mampu bergaul dengan teman sebayanya, bahkan orang dewasa diluar lingkungan

keluarganya seperti lingkungan tempat disekitar anak tersebut tinggal (Santrock,

2007).

Kebutuhan stimulasi merupakan upaya anak untuk memperkenalkan suatu

pengetahuan atau keterampilan baru, upaya peningkatan kecerdasan anak.

Stimulasi dapat dilakukan pada anak sejak calon bayi masih janin karena di dalam

kandungan janin sudah dapat bernafas, mendengar, menendang, menggeliat,

bergerak, menelan dan menghisap jempol (Siswono, 2004).

Menurut Rusmi (2008), stimulasi perkembangan anak adalah upaya ibu atau

keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih

sayang. Aktifitas bermain dan suasana cinta sangat penting untuk merangsang

seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan

berkomunkasi serta perasaan pikiran anak. Pakar dan konsultan tumbuh kembang

anak menjelaskan bahwa rangsangan atau stimulasi sejak dini merupakan salah

satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak.

Faktor eksternal yang mempengaruhi kecerdasan seorang anak yaitu kualitas

asupan gizi, pola pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak.

Rasio prevalensi untuk keterlambatan perkembangan psikososial anak pada

tahun 2002 telah dilaporkan dalam batasan yang luas di Amerika Serikat. Menurut

penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden

keterlambatan perkembangan psikososial anak yang lebih tinggi daripada anak

dengan riwayat sosial ekonomi menengah ke atas. Studi Cochrane terakhir telah

 

 

melaporkan data keterlambatan perkembangan psikososial anak pada anak usia

prasekolah. Prevalensi keterlambatan perkembangan psikososial anak usia 3-5

tahun adalah 5-8%. Prevalensi keterlambatan perkembangan psikososial anak

prasekolah di indonesia belum pernah diteliti secara luas. Kendalanya dalam

menentukan kriteria keterlambatan perkembangan psikososial anak (Dinda, 2009).

Data usia anak prasekolah (3-5 tahun) di Departemen Kesehatan RI pada

tahun 2010 di Indonesia mencapai 23 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2011

mencapai 23.009.874 jiwa dan tahun 2012 diperkirakan mencapai 23.352.721

jiwa. Jumlah tersebut menunjukan jumlah anak usia pra sekolah mengalami

peningkatan yang signifikan dan membutuhkan bimbingan untuk mencapai

perkembangan yang optimal (Anonim, 2011).

Studi pendahuluan yang dilakukan di sekolah pendidikan anak usia dini

(PAUD) Al-Baraakah, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

pada tanggal 23 April 2015, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala

Sekolah dan diperoleh data 45 orang anak usia 3-5 tahun. 1 orang anak sudah

tidak memiliki ibu (meninggal) dan tinggal bersama ayahnya, 3 orang anak

tinggal bersama kakek neneknya, dan 41 orang anak tinggal dan diasuh oleh ibu

dan ayahnya. Untuk anak kelompok bermain usia 2 tahun 8 bulan sampai usia 4

tahun mengikuti kegiatan di PAUD mulai dari pukul 07.30 WIB hingga pukul

10.00 WIB. Anak usia 4-5 tahun mengikuti kegiatan di PAUD mulai dari pukul

07.30 WIB hingga pukul 11.00 WIB sedangkan anak usia 5-6 tahun mengikuti

kegiatan di PAUD mulai pukul 07.30 WIB hingga pukul 11.30 WIB. PAUD Al-

Baraakah hanya menyediakan kelas reguler.

Kemampuan interaksi sosial pada anak menjadi prioritas tersendiri, hal ini

dimaksudkan agar anak mampu berkomunikasi baik dengan teman sebaya

maupun orang dewasa dilingkungan belajar dan bermainnya. Kepala sekolah juga

mengatakan bahwa para pengajar PAUD Al- Baraakah dituntut untuk aktif dalam

memberikan stimulus kepada anak agar tujuan dari pengajar sampai pada sasaran.

Selain dituntut memiliki kemampuan untuk tekun dan teliti dalam memberikan

stimulus kepada anak, pengajar juga memiliki standar kompetensi pendidikan

yang mencukupi.

 

 

Peneliti juga mewawancarai 11 ibu yang sedang menunggu anaknya, 11 ibu

mengatakan anak-anaknya memang lebih senang berada di PAUD karena

temannya banyak dan anak-anak tersebut menjadi lebih aktif. Salah seorang ibu

mengatakan anaknya juga jadi sering bertanya jika ada sesuatu yang menarik

perhatiannya. Hal ini membuat sang ibu senang karena sebelumnya anaknya

cukup pendiam. Ibu lainnya mengatakan bahwa awal masuk PAUD anaknya

merasa minder untuk bergabung dengan teman-temannya karena jari tangannya

yang sebelah kiri tidak lengkap dan takut diejek oleh teman-temannya. Hal ini

membuat ibu sedikit khawatir karena anaknya menjadi pasif dan lebih senang

menyendiri, namun para pengajar sangat membantu anaknya agar mau bergabung

dengan teman-temannya. Ibu merasa sangat senang ketika anaknya menjadi aktif

saat bertemu teman-temannya di PAUD.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 11 ibu yang sedang

menunggu anaknya di sekolah PAUD Al-  Baraakah, menjelaskan bahwa

pendidikan anak yang diperoleh dari sekolah PAUD sangat memberikan dampak

positif bagi anak terutama dalam hal komunikasi anak terhadap lingkungan sosial,

anak menjadi lebih aktif untuk bertanya tentang semua hal yang ingin diketahui

oleh anak. Perbedaan yang ibu rasakan sangat terasa karena sebelum memasuki

sekolah PAUD anak kurang aktif.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat

pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial

pada anak usia 3-5 tahun diperoleh hasil dari 11 ibu yang diwawancarai terdapat 8

ibu yang mengetahui tentang pemberian stimulasi perkembangan pada anak usia

3-5 tahun. Hasil wawancara dari sikap 11 ibu hanya ada 3 ibu yang bisa

menjelaskan bagaimana sikap ibu dalam memberikan stimulasi pada anak. Ibu

mengatakan ketika anak melakukan kesalahan ibu akan lebih sering memarahi

anak tanpa mengarahkan mana yang benar dan mana yang salah.

Hasil observasi peneliti ada lebih dari 10 anak dari 20 anak yang mudah

diajak berkomunikasi ketika ditanya nama dan kelas berapa, dan ada beberapa

anak yang memilih diam ketika ditanya namanya. Anak lainnya ada yang

menyendiri dan duduk menyendiri sambil menyaksikan teman-temannya bermain

 

 

dari pada bergabung, bahkan ketika diajak berbicara pun cenderung malu dan

pergi untuk pindah ketempat lain. Hal tersebut dikarenakan salah satu faktor

utamanya adalah stimulus yang diberikan selama belajar belum bisa di terima

dengan baik oleh anak atau bahkan pengajar yang memang harus menggunakan

metode lain dalam hal memberikan stimulus. Anak yang cenderung lebih suka

menyendiri biasanya hanya melihat teman-temannya bermain, jika tidak ada

teman yang mengajak maka anak tidak akan bergabung dengan temannya. Peran

ibu dan juga pengajar sangat penting agar anak bias mencapai perkembangan

sosial yang optimal. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik

melakukan kegiatan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan

sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-

5 tahun di PAUD Al-  Baraakah kabupaten sleman provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi

perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah

sleman?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian

stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-

Baraakah sleman.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya karakteristik ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan

psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al- Baraakah Sleman.

 

 

b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi

perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-

Baraakah Sleman.

c. Diketahuinya sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan

psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi profesi keperawatan jiwa anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi pada

perawat mengenai kesehatan jiwa anak serta pengetahuan dan sikap ibu

tentang stimulasi perkembangan psikososial anak, sehingga dapat

menentukan metode yang tepat untuk menentukan tingkat pengetahuan dan

sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak

usia 3-5 tahun

2. Bagi peneliti yang akan datang

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan membantu dalam

menentukan topik yang masih berhubungan bagaimana cara menstimulasi

perkembangan anak yang sesuai dengan umurnya dan disarankan

menggunakan penelitian kualitatif untuk wawancara lebih mendalam, serta

mengendalikan faktor pengganggu untuk melihat hasil pengetahuan dan sikap

ibu dalam menstimulasi anak usia 3-5 tahun.

3. Bagi ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun

Perlunya menambah wawasan dan bahan masukan khususnya bagi ibu yang

mempunyai anak usia 3-5 tahun atau prasekolah dengan cara melakukan

pengecekan pertumbuhan dan perkembangan anak setiap bulan minimal satu

kali sehingga perkembangan anak menjadi optimal, atau mengikuti program

yang diadakan oleh PAUD Al-Baraakah sebulan sekali di minggu pertama

untuk membahas tentang tumbuh kembang anak dan bagaimana cara

mengatasinya.

 

 

4. Bagi institusi Pendidikan Anak Usia Dini

Sumber informasi bagi para pengajar di PAUD untuk memberikan stimulasi

kepada anak didiknya pada saat anak sedang tidak bersama orang tua atau

sedang tidak berada dilingkungan keluarganya dan pihak PAUD dapat

bekerja sama dengan orang tua dan berbagi informasi tentang perkembangan

anak secara psikososial serta stimulasi perkembangan yang diberikan kepada

anak didiknya sesuai dengan usia anak.

E. Keaslian Penelitian

1. Pramusinta (2002) mengenai “Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu

usia remaja tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik

anaknya dibawah usia dua tahun”. Penelitian menggunakan design cross

sectional. Responden 26 ibu dan anak umur dibawah dua tahun. Ibu diperiksa

pengetahuan dan sikap tentang stimulasi perkembangan anak serta anak

diperiksa status nutrisi, status kesehatan dan perkembangan motorik. Analisa

dengan korelasi non-parametrik, man whitney test, korelasi dan regresi

logistik. Hubungan signifikan antara status kesehatan dan perkembangan

motorik, tetapi hubungan tidak signifikan antara status gizi dan

perkembangan motorik. Analisis multivariat menunjukan hubungan

signifikan antara status gizi dan status kesehatan dengan perkembangan

motorik sedangkan hubungan tidak signifikan antara pengetahuan dan sikap

terhadap perkembangan motorik. Persamaan penelitian yaitu menggunakan

rancangan design cross sectional dengan jenis penelitian kuantitatif.

Perbedaannya yaitu populasi 41 orang anak dan pengambilan sampel

menggunakan total sampling. Untuk uji validitas menggunakan korelasi

product moment dan uji reliabilitas menggunakan korelasi alpha cronbach.

Serta perbedaan pada variabel terikatnya yaitu sikap ibu dalam pemberian

stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun.

2. Lestari (2003) mengenai “Hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan

anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja

 

 

puskesmas Jatinom Klaten”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengetahuan ibu tentang perkembangan anak menggunakan kuesioner dan

perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun menggunakan test Denver II

(DDST). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan

menggunakan rancangan cross sectional. Responden 57 pasang ibu dan anak

usia 3-5 tahun. Penilaian perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun

dengan menggunakan tes Denver II yang terbanyak adalah normal dan tingkat

pengetahuan ibu tentang perkembangan anak termasuk kriteria baik. Tidak

ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan ibu tentang

perkembangan anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun.

Persamaan penelitian yaitu menggunakan rancangan design cross sectional.

Perbedaannya yaitu pada variabel terikat stimulasi perkembangan psikososial

pada anak usia 3-5 tahun, menggunakan kuesioner pengetahuan dan untuk

mengetahui sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak usia 3-5

tahun yang kemudian di uji kevalidannya menggunakan korelasi product

moment dan uji reliabilitasnya menggunakan alpha cronbach.

3. Hotmaria (2010) mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang

Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia

3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala”. Tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian

stimulasi perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak usia

3-5 tahun. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala pada tahun 2010

dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling

dengan jumlah sampel 32 orang ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Spearmen. Hasil penelitian

didapatkan nilai signifikansi (p)=0,782 (p>0,05) untuk hubungan

pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak dan didapatkan

nilai p=0,569 (p>0,05) untuk hubungan sikap ibu terhadap perkembangan

motorik kasar anak sehingga dinyatakan tidak ada hubungan antara

pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan dengan

10 

 

 

perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Pengetahuan dan sikap ibu

tidak mendukung perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Oleh

karena itu perlu mengidentifikasi hubungan faktor lain seperti status

kesehatan anak, kecukupan energi, atau aktivitas anak dengan perkembangan

motorik kasar anak. Persamaan penelitian yaitu sama-sama mengetahui

hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam memberikan stimulasi

perkembangan pada anak usia prasekolah, perbedaannya penelitian ini

menggunakan pengambilkan sampel dengan total sampling dengan total

sampel 41 orang responden dan pada tempat penelitian yaitu di PAUD Al-

Baraakah Sleman. Hasil penelitian ada hubungan antara pengetahuan dengan

sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak

usia 3-5 tahun dengan nilai ρ value <0,05 (0,001<0,05).

  

43

BAB lV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PAUD Al-Baraakah terletak di Jl. Damai, Mudal, Sariharjo, Ngaglik

Sleman Yogyakarta yang dikepalai oleh ibu Eko Nurwidayanti, S.S. PAUD ini

didirikan pada tanggal 17 Februari 2008 dan dibawah pembinaan Kementerian

Agama. PAUD Al-Baraakah memiliki guru berjumlah 11 orang dan memiliki

visi dan misi yaitu “Membangun Pondasi Anak yang Cerdas, Kreatif dan

Berakhlak Mulia.” Sarana dan prasarana diPAUD Al-Baraakah memiliki

bangunan utama (ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, dan

perpustakaan), mushola, arena bermain lengkap, dan memiliki alat peraga

lengkap. Jumlah kelas di PAUD Al-Baraakah 5 kelas yaitu 1 kelas untuk

kelompok bermain, 2 kelas untuk TK kecil dan 2 kelas untuk TK besar.

Jumlah murid di PAUD Al-Baraakah yang berusia 3-5 tahun yaitu 45

orang. Dari hasil keterangan kepala sekolah 1 orang anak tidak memiliki ibu

(meninggal), dan 3 orang anak tinggal bersama kakek dan neneknya, sisanya

41 anak tinggal dan di asuh oleh ayah dan ibu mereka. Untuk pembagian kelas,

PAUD Al-Baraakah membagi kelas menjadi 3 kelompok yaitu kelas kelompok

bermain dengan usia anak 2 tahun 8 bulan sampai dengan 4 tahun memiliki

total murid 21 orang, kelas TK kecil dengan usia anak 4-5 tahun memiliki total

murid 45 orang, dan kelas TK besar dengan usia anak 5-6 tahun memiliki total

murid 40 orang. Total murid di PAUD Al-Baraakah Sleman Yogyakarta adalah

106 anak.

Prestasi yang telah dicapai oleh PAUD Al-Baraakah yaitu sebagai

penyelenggara Seminar Nasional Keluarga Pembelajar (2009), Penyelenggara

Seminar Nasional Anak, Media dan Bagaimana Peran Orangtua (2010),

Penyelenggara Polisi Sahabat Anak (2009. 2010 dan 2011) (bekerja sama

dengan DITLANTAS POLDA Daerah Istimewa Yogyakarta), Penyelenggara

Seminar Internasional “Membangun Pendidikan Berkarakter dan Berbudaya”

44  

  

bekerja sama dengan P4TK Kementerian Pendidikan Nasional (2011). Prestasi

yang telah dicapai oleh siswa PAUD Al-Baraakah salah satunya yaitu Juara 1

Senam Sehat Ceria Anak Nasional Kabupaten Sleman (2012) dan Juara 2

Fashion Show, Semarak Muharram Al-Azhar (2012).

Kegiatan extrakurikuler yang diadakan di PAUD Al-Baraakah yang diikuti

oleh siswa yaitu drumband, olah vokal, melukis, iqra, tari, baca tulis dan

berhitung. Kegiatan interaktif yang diadakan oleh PAUD Al-Baraakah yaitu

renang, kunjungan educatif, outbond, rekreasi, konsultasi psikologis setiap

hari, pemeriksaan kesehatan anak (siswa PAUD Al-Baraakah) setiap bulan,

dan kajian keluarga sakina serta pertemuan wali murid setiap bulan minggu

pertama.

2. Distribusi frekuensi karakteristik ibu dalam pemberian stimulasi

perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-

Baraakah Sleman

Hasil penelitian mengenai karakter ibu dalam pemberian stimulasi

perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di sekolah PAUD Al-

Barakah Sleman, diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al- Baraakah Slemantahun 2015

Karakter Frekuensi (f) Prosentasi (%) Umur 20-35 Tahun 32 78 >35 Tahun 9 22 Total 41 100

Pekerjaan Bekerja 19 46,3 Tidak Bekerja (IRT) 22 53,7 Total 41 100

Pendidikan SMA 19 46,3 Perguruan Tinggi 22 53,7 Total 41 100

Jumlah Anak ≤ 2 19 46,3 > 2 22 53,7 Total 41 100

45  

  

Berdasarkan Tabel 4.1 karakteristik usia ibu dalam pemberian stimulasi

perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu usia 20-35 tahun sebanyak 78%. Sebagian besar pekerjaan

ibu sebagai ibu rumah tangga sebanyak 53,7%. Sebagian besar pendidikan ibu

yaituperguruan tinggi sebanyak 53,7% dansebagian besar jumlah anak ≤ 2

orang anak sebanyak 53,7%.

3. Gambaran Pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan

psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman

Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi

perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di sekolah PAUD Al-

Barakah Sleman diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Slemantahun 2015

Pengetahuan Frekuensi Prosentasi (%) Baik 13 31,7 Cukup 17 41,5 Kurang 11 26,8 Jumlah 41 100

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besargambaran

pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada

anak usia 3-5 tahun memiliki pengetahuan cukup sebanyak 41,5%.

Tabel 4.3 Tabulasi silang karakteristik ibu dengan pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman tahun 2015

Karakteristik Pengetahuan Total Baik Cukup Kurang

N % N % N % N % Umur 20-35 10 24,4 13 31,7 9 22,0 32 78,0 >35 3 7,3 4 9,8 2 4,9 9 22,0 Total 13 31,7 17 41,5 11 26,8 41 100,0 Pekerjaan Bekerja 7 17,1 7 17,1 5 12,2 19 46,3 Tidak Bekerja (IRT) 6 14,6 10 24,4 6 14,6 22 53,7 Total 13 31,7 17 41,5 11 26,8 41 100,0

46  

  

Karakteristik Pengetahuan

Total Baik Cukup Kurang

N % N % N % N % Pendidikan Perguruan Tinggi 9 22,0 7 17,1 6 14,6 22 53,7 SMA 4 9,8 10 24,4 5 12,2 19 46,3 Total 13 31,7 17 41,5 11 26,8 41 100,0 Jumlah Anak ≤2 7 17,1 9 22,0 3 7,3 19 46,3 > 2 6 14,6 8 19,5 8 19,5 22 53,7 Total 13 31,7 17 41,5 11 26,8 41 100,0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berusia

20-35 tahun adalah responden dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak

31,7%. Responden yang bekerja adalah responden yang memiliki pengetahuan

baik dan cukup yaitu masing-masing sebanyak 17,1% dan responden yang

tidak bekerja adalah responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 14,6%.

Sebagian besar responden yang berpendidikan SMA memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 24,4%. Sedangkan sebagian besar responden

yang memiliki jumlah anak ≤ 2 adalah responden dengan pengetahuan cukup

yaitu sebanyak 22%.

4. Sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada

anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman

Hasil penelitian pada sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan

psikososial pada anak usia 3-5 tahun di sekolah PAUD Al-Barakah Sleman

diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.4 Sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman tahun 2015

Sikap Frekuensi Prosentasi (%) Negatif 18 43,9 Positif 23 56,1

Jumlah 41 100

47  

  

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besaribu yang

memiliki sikap positifdalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial

pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah sebanyak 56,1%.

Tabel 4.5 Tabulasi silang karakteristik ibu dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman tahun 2015

Karakteristik Sikap

Total Negatif Positif

N % N % N % Umur 20-35 14 34,1 18 43,9 32 78 >35 4 9,8 5 12,2 9 22 Total 18 43,9 23 56,1 41 100,0 Pekerjaan Bekerja 8 19,5 11 26,8 19 46,3 Tidak Bekerja (IRT) 10 24,4 12 29,3 22 53,7 Total 18 43,9 23 56,1 41 100,0 Pendidikan Perguruan Tinggi 9 22 13 31,7 22 53,7 SMA 9 22 10 24,2 19 46,3 Total 18 43,9 23 56,1 41 100,0 Jumlah_anak ≤ 2 11 26,8 11 26,8 22 53,7 > 2 7 17,1 12 29,3 19 46,3 Total 18 43,9 23 56,1 41 100,0

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berumur

20-35 tahun memiliki sikap positif yaitu sebanyak 43,9%. Sebagian besar

responden yang tidak bekerja memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 29,3%.

Responden yang berpendidikan perguruan tinggi adalah responden dengan

sikap positif yaitu sebanyak 31,7%. Sedangkan responden yang memiliki

anak> 2 sebagian besar memiliki sikap positif yaitu sebanyak 29,3%.

5. Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi

perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-

Baraakah Sleman

Tabulasi silang pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi

perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di sekolah PAUD Al-

Barakah Sleman disajikan pada tabel berikut:

48  

  

Tabel 4.6 Tabulasi silang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman tahun 2015

Sikap Ibu Tingkat pengetahuan ibu

τ Baik Cukup Kurang Total

n % n % n % n % Negatif 1 2,4 10 24,4 7 17,1 18 43,9

0,423 0,001 Positif 12 29,3 7 17,1 4 9,8 23 56,1 Total 13 31,7 17 41,5 11 26,8 41 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besarresponden

yang memiliki sikap positif dalam pemberian stimulasi perkembangan

psikososial pada anak usia 3-5 tahun adalah responden dengan pengetahuan

baik yaitu sebanyak 29,3% dan responden yang memiliki sikap negatif dalam

pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun

responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24,4%.

Berdasarkan hasil uji statistik untuk mengetahui korelasi antara variabel

bebas dengan variabel terikat menggunakan uji Kendal Tau ( ) dengan

menggunakan SPSS versi 19 didapat nilai Kendal Tau ( )sebesar 0,423dan

nilai ρ value < 0,001. Karena nilai ρ value <0,05 (0,001<0,05)maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu dalam

pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di

PAUD Al-Baraakah

49  

  

B. Pembahasan

1. Distribusi frekuensi karakteristik ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al- Baraakah Sleman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik usia ibu dalam

pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di

PAUD Al-Baraakah Sleman sebagian besar ibu memiliki usia 20-35. Rentang

usia tertentu baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Hal ini disebabkan

karena umur 20-35 tahun merupakan usia reproduksi dimana seorang wanita

memasuki masa dewasa dan sudah memiliki kemampuan untuk mengambil

keputusan dengan tenang. Pernyataan ini didukung oleh teori Hurlock (2005)

yang menyatakan bahwa usia 20-35 tahun merupakan usia yang disebut

sebagai "masa dewasa" dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa

ini diharapkan orang telah marnpu untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi dengan tenang secara emosional. Sedangkan Glick (2007)

menyatakan bahwa apabila uia terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat

menjalankan peran orang tua terhadap perkembangan anak secara optimal

karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.

Orang tua pada masa dewasa dituntut untuk memulai kehidupannya

dalam memerankan peran ganda seperti suami/istri, orang tua dan peran dalam

dunia kerja dan mengembangkan sikap-sikap baru, termasuk berperan dalam

perkembangan anak (Glick, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Harentina dan Yusiana (2008), dimana mayoritas orang tua yang memiliki

anak usia prasekolah pada rentang usia 20-35 tahun yaitu sebanyak52,63%

dimana umur mempengaruhi peran orang tua dalam perkembangan anak.

Dalam penelitian Yusiana (2008) menyatakan bahwa umur orang tua sangat

berpengaruh terhadap perkembangan psikososial anak, pada ibu yang berusia

20-35 tahun akan lebih memperhatikan perkembangan anaknya, pada usia

iniorang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk

mewujudkan gagasan dan ide-idenya (Petranto, 2006)

50  

  

Pramusinta (2002) mengenai “Hubungan antara pengetahuan dan sikap

ibu usia remaja tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan

motorik anaknya dibawah usia dua tahun”. Penelitian menggunakan design

cross sectional. Responden 26 ibu dan anak umur dibawah dua tahun. Ibu

diperiksa pengetahuan dan sikap tentang stimulasi perkembangan anak serta

anak diperiksa status nutrisi, status kesehatan dan perkembangan motorik.

Analisa dengan korelasi non-parametrik, man whitney test, korelasi dan regresi

logistik. Hubungan signifikan antara status kesehatan dan perkembangan

motorik, tetapi hubungan tidak signifikan antara status gizi dan perkembangan

motorik. Analisis multivariat menunjukan hubungan signifikan antara status

gizi dan status kesehatan dengan perkembangan motorik sedangkan hubungan

tidak signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap perkembangan motorik.

Persamaan penelitian yaitu menggunakan rancangan designcross

sectionaldengan jenis penelitian kuantitatif. Perbedaannya yaitu populasi 41

orang anak dan pengambilan sampel menggunakan total sampling. Untuk uji

validitas menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas

menggunakan korelasi alpha cronbach. Serta perbedaan pada variabel

terikatnya yaitu sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan

psikososial pada anak usia 3-5 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Pramusinta (2002) mengenai “Hubungan

antara pengetahuan dan sikap ibu usia remaja tentang stimulasi perkembangan

dengan perkembangan motorik anaknya dibawah usia dua tahun”. Hasil analisa

diketahui bahwa tidak hubungan tidak signifikan antara pengetahuan dan sikap

terhadap perkembangan motorik. Ibu dengan usia yang masih muda, belum

banyak memperoleh pengetahuan sehingga pada ibu muda sikap terhadap

perkembangan motorik juga masih belum cukup baik.

Berdasarkan tabelpekerjaan ibu (tabel 4.1) yaitu sebagian besar ibu tidak

bekerja (ibu rumah tangga) yaitu 53,7%. Status ibu bekerja tentu saja memiliki

dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya anak

balita. Dampak tersebut dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak

negatif.Dampak positif ibu bekerja dapat dilihat dari efek yang didapat apabila

51  

  

anak mereka dititipkan di tempat penitipan anak.Mereka yang dititipkan di

tempat penitipan anak yang memperkerjakan pengasuh terlatih, memiliki

interaksi sosialyang baik, perkembangan kognitif yang pesat, dan lebih aktif

jika dibandingkan dengan anak yang hanya berada di rumah bersama ibunya

yang tidak bekerja (McIntosh dan Bauer, 2006).Gershaw (1998) dalam

McIntosh dan Bauer (2006) mengatakan bahwa, anak dengan ibu yang bekerja

memiliki tingkat intelejensi lebih tinggi.

Sedangkan dampak negatif adalah seorang ibu yang bekerja tidak

memiliki waktu yang banyak untuk melakukan pemberian stimulasi terhadap

anaknya, ibu yang bekerja lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja

daripada menghabiskan waktu bermain dengan anaknya. Peran ibu yang dalam

sebuah keluarga adalah pemberi aman dan sumber kasih sayang, tempat

mencurahkan isi hati, mengatur kehidupan rumah tangga, membimbing

kehidupan rumah tangga, mendidik dari segi emosional dan penyimpan tradisi

(Ratnayati, 2012).

Karena hubungan sosial dalam keluarga bersifat relatif tetap maka ibu

memainkan peranan sangat penting terhadap proses perkembangan anak.Ibu

mempunyai peranan dalam proses sosialisasi, antara lain ibu merupakan

kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi secara tetap, dalam

kelompokdemikian perkembangan anak dapat diikuti dengan seksama oleh

orang tuanya dan penyesuaian secarapribadi dalam hubungan sosial lebih

mudah terjadi.Ibu mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena

anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri. Motivasi yang kuat

melahirkan hubungan emosional antara orangtua dan anak..

Berdasarkan tingkat pendidikan ibu yaitu sebagian besar ibu lulusan

perguruan tinggi sebanyak 53,7%. Pendidikan ibu sangat mempengaruhi

perkembangan anak, pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, karena pengetahuan

dipengaruhi pendidikan formal. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pendidikan sangat mempengaruhi

seseorang dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam membangun

52  

  

kesehatan. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap

sesorang (Kuntjoroningrat, 2008).

Tingkat pendidikan seseorangberhubungan dengan kemampuanmenerima

informasi dan berhubungandengan sikap mereka dalam

memperolehpengetahuan. Tingkat pendidikan jugamemiliki pengaruh terhadap

pemahamanseseorang dalam masalah yang sedangdihadapi. Ibu yang memiliki

pendidikan tinggi kemungkinan besar akan lebih mengerti apa saja yang

diperlukan dalam menghadapi perkembangan anak (Herlina, 2014).

Utami (2008) menyatakan bahwa pola asuh orangtua dalam membimbing

anak untuk mencapai tugasperkembangan psikososialnya dengan baik, tidak

terlepas dari tingkat pendidikanorangtua yang menunjang dari pengetahuan

orangtua tentang pemahaman pola asuh yangbaik dalam pecapaian

perkembangan psikososial pada anak prasekolah (Mirza Maulana,2007).

Pendidikan orang tua juga merupakan salah satu faktor keluarga dan adat

istiadatyang penting dalam perkembangan anak, karena dengan pendidikan

yang baik, makaorang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama

tentang cara pengasuhananak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan

anaknya, perilakunya dan sebagainya.Setiap rangsangan yang diterima seorang

anak, akan membawapengaruh pada perkembangan dimasa yang akan

datang(Soetjiningsih, 2008).

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah anak dalam keluarga

sebanyak anak ≤ 2 orang anak yaitu 53,7%, jumlah anak dalam keluarga akan

mempengaruhi kurangnya kasih sayang kepada anak. Menurut Seotjiningsih

(2012), jumlah anak yang banyak dalam suatu keluarga akan menyebabkan

kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, serta berkurangnya

kebutuhan lain yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak.

Hasil penelitian yang dilalukan oleh Lestari (2003) mengenai “Hubungan

pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan

psikomotor anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja puskesmas Jatinom Klaten”.

Menunjukkan bahwa ibu dengan jumlah anak yang cukup banyak dalam

53  

  

keluarga kemungkinan besar akan mempengaruhi perkembangan anak. Hal

tersebut disebabkan karena tidak maksimalnya ibu dalam merawat anak.

2. Gambaran pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besargambaran

pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada

anak usia 3-5 tahun memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 41,5%.

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan

tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan

pandai.Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran (Bakhtiar, 2004).

Sedangkan menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irmila

(2015) dengan judul hubungan peran orang tua terhadap perkembangan

psikososial anak usia prasekolah yang menyatakan bahwa pola asuh orang tua

erat kaitanya dengan pengetahuan orang tua dalam perkembangan psikososial

anak usia sekolah adalah dengan memberikan stimulasi agar anak

berkembangan sesuai perkembangan umurnya.

Berdasarkan hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebagian besar

responden yang berusia 20-35 tahun adalah responden dengan pengetahuan

cukup yaitu sebanyak 31,7%. Responden yang bekerja adalah responden yang

memiliki pengetahuan baik dan cukup yaitu masing-masing sebanyak 17,1%.

Sebagian besar responden yang berpendidikan SMA memiliki pengetahuan

cukup yaitu sebanyak 24,4%. Sedangkan responden yang memiliki jumlah

anak ≤ 2 sebagian besar adalah responden dengan pengetahuan cukup yaitu

sebanyak 22%.

Dalam penelitian ini, kuesioner yang paling mendominasi dan memiliki

nilai tertinggi adalah pada pertanyaan mengenai lingkungan rumah yang

banyak suara tidak ada hubungan dengan perkembangan anak, sebagian besar

responden menjawab bahwa pernyataan tersebut salah, sedangkan pada butir

54  

  

kuesioner yang memiliki nilai paling rendah adalah pada pernyataan bahwa

stimulasi yang berlebihan akan menyebabkan anak terampil, pernyataan

tersebut membuktikan bahwa pengetahuan ibu mengenai perkembangan anak

cukup baik.

Menurut Notoatmodjo (2010), semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang harus

diperkenalkan. Pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupannya, untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup tinggi mengenai

perkembangan psikososial anak, akan lebih peduli terhadap perkembangan

anaknya. Yustinus (2006) menyatakan bahwa seorang anak sangat

membutuhkanperan seorang ibu yang memberikan perhatian dan kasih sayang,

seorang ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik saja tetapi tetapi memenuhi

kebutuhan psikologis anaknya. Dengan demikian seorang ibu dituntut untuk

mengetahui dan mempengaruhi kebutuhan fisik maupun psikis anak. Teori

Freud dalam Wong (2009) menyatakan bahwa gangguan perkembangan

psikososial dimasa dewasa tergantung pada usia perkembangan sebelumnya.

Perkembangan psikososial ini dapat dilakukan orang tua terutama ibu

dengan memberikan stimulasi pada anak, pemberian stimulasi akan lebih

efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap

perkembangannya. Tahap perkembangan awal anak berada pada tahap sensori

motorik. Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan

perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-

tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya, tetapi bila rangsangan itu

terlalu banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang

dan anak akan menangis (Wong, 2009).

Seorang ibu juga memberi rangsangan sosial bagi perkembangananak.

Sejak masa bayi pendekatan ibu dan percakapan dengan ibumemberi

rangsangan bagi perkembangan anak, kemampuan bicara danpengetahuan

55  

  

lainnya. Setelah anak masuk sekolah, ibu menciptakansuasana belajar yang

menyenangkan agar anak senang belajar dirumah, membuat PR (pekerjaan

rumah) di rumah. Anak akan belajar lebih giat bila disuruh belajar dengan

ucapan yang halus daripada bila disuruh belajar dengan bentakan. Dengan

didampingi ibuyang penuh kasih sayang akan memberi rasa aman yang

diperlukan setiapanggota keluarga (Yustinus, 2006).

3. Sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yang memiliki sikap

positifdalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5

tahun di PAUD Al-Baraakah sebanyak 56,1%. Sikap merupakan reaksi atau

respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek.

Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu (Azwar, 2013).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besarresponden yang

berumur 20-35 tahun memiliki sikap positif yaitu sebanyak 43,9%. Sebagian

besar responden yang tidak bekerja memiliki sikap negatif yaitu sebanyak

29,3%. Responden yang berpendidikan perguruan tinggi adalah responden

dengan sikap positif yaitu sebanyak 31,7% dan responden yang berpendidikan

SMA adalah responden dengan sikap negatif yaitu sebanyak 24,2%.

Sedangkan sebagian besar responden yang memiliki anak > 2 memiliki sikap

positif yaitu sebanyak 29,3%.

Pada saat peneliti melakukan penelitian di salah satu rumah ibu yang

menjadi responden penelitian, setelah ibu melakukan kuesioner peneliti sempat

berbincang dengan ibu. Ibu tersebut mengeluh karena anaknya jika dimintai

bantuan oleh ibunya anak selalu menolak. Anak akan membantu ibunya jika

ibu sudah marah. Hasil observasi peneliti saat itu adalah cara komunikasi ibu

yang cenderung kasar dan dengan nada suara tinggi yang membuat anak tidak

mau menuruti perkataan ibunya. Lalu peneliti mencoba berkomunikasi dengan

anak tersebut dengan nada yang halus dan meminta tolong dengan perkataan

56  

  

yang sopan untuk mengambilkan tutup pulpen yang jaraknya dekat dengan

anak tersebut. Hasilnya anak tersebut dengan cepat mengambil tutup pulpen

dan memberikannya kepada peneliti.

Hasil kuesioner juga menunjukkan kuesioner yang memiliki nilai paling

tinggi adalah pada pernyataan mengenai mengajari anak berdoa sebelum

makan dan sesudah minum, sedangkan pada pernyataan yang memiliki nilai

paling rendah adalah pernyataan mengenai perasaan tidak senang apabila anak

bermain lumpur dan pasir. Berdasarkan jawaban tersebut diatas menunjukkan

jika sikap ibu memiliki sikap yang cukup baik dalam menghadapi

perkembangan psikososial anak. Hal ini sejalan dengan teori Hurlock (2011)

menyatakan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Ada tiga faktor yang dapat berpengaruh pada terbentuknya sikap, yaitu

kebutuhan seseorang, informasi tentang obyek atau subyek yang dimiliki, dan

kelompok dimana ia bergabung. Mengubah kebutuhan seseorang merupakan

masalah yang sulit karena kebutuhan seseorang tidak langsung dapat diraba

(konkret). Dalam mempengaruhi sikap, metode yang dapat dilakukan adalah

dengan memberikan informasi atau mengubah ikatannya dengan kelompok.

Pembentukan sikap melalui pemberian informasi dipengaruhi oleh sumber

datangnya informasi, bentuk dan isi informasi, serta situasi saat informasi itu

diberikan (Niven, 2002).

Sikap inisiatif merupakanusaha untuk menjadikan sesuatu yang belum

nyata menjadi nyata, sehingga pada usia iniorang tua dapat mengasuh anaknya

dengan cara mendorong anak untuk mewujudkangagasan dan ide-idenya.

Semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa inimengalami

hambatan karena dapat mengembangkan suatu sifat yang berdampak

kurangbaik bagi dirinya (Yustinus, 2006).

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih

jelasnya,yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan

anak, termasukcaranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma,

memberikan perhatian dan kasihsayang serta menunjukkan sikap dan perilaku

57  

  

yang baik sehingga dijadikancontoh/panutan bagi anaknya. Pada dasarnya

orang tua menginginkan anaknya untuktumbuh menjadi orang yang matang

dan dewasa secara sosial, sehingga apapunpengasuhan yang diterapkan orang

tua pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai haltersebut, sayangnya pola

asuh yang diterapkan orang tua tidak selamanya efektif.Terkadang malah

dampaknya bagi anak bukannya baik tapi buruk. Pola asuh yang

terlaluprotektif atau memanjakan anak tentu menyebabkan anak menjadi tidak

kreatif atauselalu tergantung pada orang lain (Marfuan, 2007 dalam Utami,

2008).

Bila ada hubungan erat antara orang tua dan anak dengan pola asuhyang

tepat maka fungsi lainnya pada anak pun akan berkembang dengan baik pula.

Polaasuh yang diberikan dengan berlandasan kasih sayang yang diberikan

kepada anak danpendekatan lahiriah adalah unsur utama bagi perkembangan

psikososial, perasaan danjiwa anak (Theodor H & J.H. Von Wimpffen, 2005).

Pola asuh yang efektif harus sejalandengan meningkatnya pertumbuhan dan

perkembangan anak, baik dalam potensi sosial,psikomotorik dan kemampuan

afektifnya (Hilmansya, 2007 dalam Utami, 2008).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hotmaria (2010) mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang

Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-

5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sikap ibu dapat mempengaruhi perkembangan anak, semakin ibu memiliki

sikap yang baik dalam perkembangan anaknya maka semakin baik pula

perkembangan yang terjadi pada anak.

4. Hubunganantara pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian

stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD

Al-Baraakah Sleman

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwasebagian besar

responden yang memiliki sikap positif dalam pemberian stimulasi

perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun adalah responden dengan

pengetahuan baik yaitu sebanyak 29,3% dan responden yang memiliki sikap

58  

  

negatif dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-

5 tahun responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24,4%.

Hal ini disebabkan karena Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh

faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan

pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka

orang tersebut akan semakin luas pada pengetahuannya. Akan tetapi perlu

ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah tidak mutlak

berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi

dapat diperoleh melalaui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

tentang suatu objek mengandung dua aspek positif dan aspek negatif. Kedua

aspek ini yang akan menimbulkan sikap makna positif terhadap objek tertentu.

Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan & Dewi, 2011).

Masih adanya sikap ibu yang negatif tetapi memiliki pengetahuan baik

kemungkinan disebabkan karena banyaknya jumlah anak dalam keluarga,

menurut Seotjiningsih (2012), jumlah anak yang banyak dalam suatu keluarga

yang keadaan sosial ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya

perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Sedangkan pada keluarga

dengan jumlah anak yang banyak dan keadaan sosial ekonomi kurang, akan

menyebabkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, serta

berkurangnya kebutuhan lain yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak.

Berdasarkan hasil uji statistik untuk mengetahui korelasi antara variabel

bebas dengan variabel terikat menggunakan uji Kendal Tau ( ) dengan

menggunakan SPSS versi 19 didapat nilai Kendal Tau ( )sebesar 0,423 dan

nilai ρ value < 0,001. Karena nilai ρ value <0,05 (0,001<0,05)maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu dalam

pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di

PAUD Al-Baraakah.

59  

  

Anak prasekolah yang memasuki dunia sosial akan menghadapi banyak

tantangan dari pada ketika mereka masih bayi. Perilaku yang aktif seperti

bermain dengan teman sebaya, berbicara dengan orang yang lebih tua, atau

banyak bertanya tentang hal yang ada disekitarnya bertujuan untuk

menghadapi tantangan ini. Anak diminta memikirkan tanggung jawab terhadap

tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan. Anak akan belajar

mengembangkan rasa tanggung jawab yang lebih berat dan meningkatkan

inisiatif dalam dirinya. Meskipun demikian rasa bersalah dapat muncul, jika

anak tidak bertanggung jawab dan merasa sangat cemas. Erikson memiliki

pandangan positif terhadap tahap ini, ia percaya bahwa sebagian besar rasa

bersalah dengan cepat digantikan oleh rasa ingin berprestasi. Tahapan

perkembangan yang harus dicapai oleh anak usia pra sekolah pada teori

Erikson ini salah satunya adalah anak sudah mampu bergaul dengan teman

sebayanya, bahkan orang dewasa diluar lingkungan keluarganya seperti

lingkungan tempat disekitar anak tersebut tinggal (Santrock, 2007).

Menurut Rusmi (2008), stimulasi perkembangan anak adalah upaya ibu

atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan

kasih sayang.Aktifitas bermain dan suasana cinta sangat penting untuk

merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorikhalus dan

kasar, kemampuan berkomunkasi serta perasaan pikiran anak. Pakar dan

konsultan tumbuh kembang anak menjelaskan bahwa rangsangan atau

stimulasi sejak dini merupakan salah satu faktor eksternal yang sangat penting

dalam menentukan kecerdasan anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi

kecerdasan seorang anak yaitu kualitas asupan gizi, pola pengasuhan yang

tepat dan kasih sayang terhadap anak.

Tindakan memberikan stimulasi yang diberikan pada anak bertujuan

untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau

sesuai dengan yang diharapkan. Tindakan ini meliputi berbagai aktifitas untuk

merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak, berbicara, berfikir,

kemandidian dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan orangtua dan keluarga setiap

60  

  

ada kesempatan atau sehari hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan

prinsip stimulasi (Suherman, 2000).

Anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal diperlukan interaksi

ibu dan anak secara timbal balik dan stimulasi yang optimal. Stimulasi

merupakan rangsangan yang datangnya dari luar. Stimulasi psikososial

merupakan serangkaian dari interaksi dalam mengarahkan anak untuk memiliki

kemampuan psikososial, merupakan salah satu cara untuk memberikan

pengalaman dan pendidikan bagi anak. Stimulasi psikososial diberikan

diantaranya melalui aktivitas bermain, bernyanyi dan menggambar

(Chandriyani, 2009).

Caldwell dan Bradley (cit, Chandriyani, 2009) menyebutkan bahwa

pemberian stimulasi psikososial pada anak dapat berupa rangsangan dalam

bentuk penyediaan mainan, stimulasi belajar, keterlibatan ibu terhadap anak.

Ada delapan rangsangan psikososial anak usia 3–5 tahun yang datang dari

lingkungan di luar individu anak, meliputi: stimulasi belajar, stimulasi bahasa,

lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, stimulasi akademik,modeling,

pengalaman, hukuman.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hotmaria (2010) mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang

Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-

5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap Ibu tentang Stimulasi

Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di

Kelurahan Kwala Bekala. Hal ini disebabkan karena pengetahuan yang baik

mengenai perkembangan anak, akan menyebabkan ibu memiliki sikap yang

baik pula dalam memperhatikan perkembangan anaknya sehingga akan

berdampak terhadap cepat atau lambatnya perkembangan anak tersebut.

61  

  

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain pada saat

dilakukan penelitian terdapat responden yang melakukan diskusi pada saat

mengisi kuesioner sehingga kemungkinan memiliki jawaban yang sama, selain

itu pada saat pengisian kuesioner ada beberapa orang anak yang ikut duduk

bersama ibu, sehingga ibu tidak fokus dalam mengisi kuesioner. Masih terdapat

ibu dengan sikap yang negatif yang disebabkan karena ibu yang bekerja

sehingga ibu kurang memperhatikan perkembangan anaknya.

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Karakteristik usia ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial

pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Barokah Sleman menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu memiliki usia 20-35 tahun, ibu tidak bekerja (ibu rumah

tangga), ibu lulusan perguruan tinggi dan jumlah anak dalam keluarga

sebanyak anak ≤ 2 orang anak.

2. Gambaran pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan

psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman sebagian

besar memiliki pengetahuan cukup.

3. Sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia

3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman sebagian besarmemiliki sikap positif.

4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian

stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-

Baraakah Sleman dengan nilai Kendal Tau ( )sebesar 0,423 dan nilai ρ value <

0,001. Karena nilai ρ value <0,05 (0,001<0,05).

B. Saran

1. Bagi profesi keperawatan jiwa anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi pada

perawat mengenai kesehatan jiwa anak serta pengetahuan dan sikap ibu

tentang stimulasi perkembangan psikososial anak, sehingga dapatmenentukan

metode yang tepat untuk menentukan tingkat pengetahuan dan sikap ibu

dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5

tahun

63

2. Bagi peneliti yang akan datang

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan membantu dalam

menentukan topik yang masih berhubungan bagaimana cara menstimulasi

perkembangan anak yang sesuai dengan umurnya dan disarankan

menggunakan penelitian kualitatif untuk wawancara lebih mendalam, serta

mengendalikan faktor pengganggu untuk melihat hasil pengetahuan dan sikap

ibu dalam menstimulasi anak usia 3-5 tahun.

3. Bagi ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun

Perlunya menambah wawasan dan bahan masukan khususnya bagi ibu yang

mempunyai anak usia 3-5 tahun atau prasekolah dengan cara melakukan

pengecekan pertumbuhan dan perkembangan anak setiap bulan minimal satu

kali sehingga perkembangan anak menjadi optimal, atau mengikuti program

yang diadakan oleh PAUD Al-Baraakah sebulan sekali di minggu pertama

untuk membahas tentang tumbuh kembang anak dan bagaimana cara

mengatasinya.

4. Bagi institusi Pendidikan Anak Usia Dini

Sumber informasi bagi para pengajar di PAUD untuk memberikan stimulasi

kepada anak didiknya pada saat anak sedang tidak bersama orang tua atau

sedang tidak berada dilingkungan keluarganya dan pihak PAUD dapat

bekerja sama dengan orang tua dan berbagi informasi tentangperkembangan

anak secara psikososial serta stimulasi perkembangan yang diberikan kepada

anak didiknya sesuai dengan usia anak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Stimulasi Optimalkan Potensi Kecerdasan Anak. http//:info.anakcerdas.blogsome.com.Stimulasi_Optimalkan_Potensi_Kecerdasan_Anak/2/1/2011.7 Mei 2013.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______. (2013). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bakhtiar, P. (2004). Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Jakarta: Salemba.

Chandriyani. 2009. Nilai Anak, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Kognitif anak usia 2-5 tahun pada Keluarga Rawan Pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen fakultas Ekologi Manusia IPB.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

DepKes, RI. (2007). Jarak Kelahiran Pada Ibu. Jakarta: Balai Pustaka

Dinda, A. (2009). Internet. Faktor Risiko Gangguan Keterlambatan Perkembangan pada Anak Prasekolah. http://speechclinic.wordpress.com/2009/12/13/Faktor-Risiko-Gangguan-keterlambatan-perkembangan-Pada-Anak-Prasekolah.12 desember 2011.

Glick. (2007). Women’s Employment and Its Relation to Children’s Health andSchooling in Developing. Cornel University

Hellburg Teodor dan J.H von Wimpffen, ed (2005). Hari Pertama Perkembangan Bayi Sehat. Cetakkan ke-12. CV. Jakarta: Muliasari.

Herawati, M. (2009). Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Herentina, T & Yusiana, A. M, (2012). Peran Orang Tua Dalam Kegiatan Bermain Dalam Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah (5-6 Tahun). Diperolah pada tanggal 23 Agustus 2015 dari http://ced.petra.ac.id/index.php/stikes/article/download/18615/18378.

Herlina (2014). Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian Perawatan Diri Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tesis UI.

Hhtp/rofiqahmad.wordpres.com/2008/01/24.21:45

Hidayat, A. A. (2006). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Hotmaria, Y. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala. Naskah Publikasi. Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Hurlock, E. B. (2011). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Irmila (2015). Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah. Jurnal Kesehatan.

Kuntjoroningrat, S. (2001). Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Jakarta: UI Press.

Latifah, M., Alfiasari, & Hernawati, N. (2009). Kualitas Tumbuh Kembang, Pengasuhan Orang Tua, dan Faktor resiko Komunitas pada Anak Usia Prasekolah wilayah Pedesaan di Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konseling, vol 2 no 2 hal 143-1543.

Lestari. (2003). Hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja puskesmas Jatinom Klaten. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM.

M, Dewi dan Wawan A. (201). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

McIntosh dan Bauer. (2006). Working Mother Vs Stay At Home Mother. The Impact on Children. Marrieta College

Mirzal. (2007). Konsep Dasar Psikososial. http://www.syechaceh.wordpress.com. [diakses tanggal 20 Agustus 2015]

Monks A. M. P. Knoers., Siti Rahayu Haditono. (2006). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Niven. Neil. (2002). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.

___________. (2010). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.

Nursalam, (2001), Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

________. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Petranto I., 2006. Rasa Percaya Diri Anak adalah pantulan Pola Asuh Orang Tua. http://www.dampakpolaasuh.co.uk/ [Diakses tanggal 12 Agustus 2015. Jam14.30]

Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. (2005). Basic Nursing, Theory & Practice, Second Edition. Mosby Year Book. USA.

Pramusinta. (2002). Hubungan antara dan sikap ibu usia remaja tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik anaknya dibawah usia dua tahun di dusun majegan, sleman, yogyakarta. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM.

Ratnayati . (2012). Peran Penting Seorang Ibu Bagi Perkembangan Anak. Jurnal. STKIP PGRI Lampung Timur. vol. 1, no. 1, hal 23-29.

Ridwan, M. (2001). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Rusmi, K. (2010) Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak. Edisi Kesebelas. Buku 1. Jakarta: Erlangga

Siswono, S. (2004). Tumbuh kembang anak dalam pencapaian potensi sumber daya manusia yang tangguh. Pidato pengukuhan guru besar Universitas Indonesia. Jakarta: BP FK UI.

Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang anak. Jakarta: EGC

Stuart, GW & Laraia .(2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing – Eight edition. Mosby Year Book. Missouri.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman. (2000). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Susanto, N. (2010). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Digibooks.

Taufik, M. (2007). Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi Aksara.

Theodor H & J. H. Von Wimpffen. (2005). Perkembangan Bayi Sehat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Utami S R. (2008. Pola Asuh Tepat Untuk Semua Tipe Anak. http://www.Khasanah- Nakita.co.id [Diakses tanggal 21 Agustus 2015. Jam 16.07]

Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Werdiningsih, A. T. A. 2010. Peran Ibu dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Jurnal. vol. 5, no. 1, hal 82-98.

Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. volume 1. Jakarta: EGC.

Yustinus (2006). Kesehatan Maternal. Yogyakarta: Kanisius