hubungan penddikan, filsafat dan manusia

Upload: widya-sujarwati-sukri

Post on 05-Mar-2016

22 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hubungan penddikan, filsafat dan manusia

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filsafat, juga kenyataan yang dikenal dan diungkapkan.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana teori menurut pandangan filsafat dalam antologi, epistimologi dan axiology ?2. Bagaimana pandangan filsafat tentang hakikat manusia ?3. Bagaimana system nilai dalam kehidupan manusia ?4. Bagaimana pandangan filsafat tentang pendidikan ?

BAB IIPEMBAHASANA. Teori Kebenaran Menurut Pandangan Filsafat dalam Antologi, Epistimologi dan Axiologi 1. EpistemologiDari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.Masalah epistemology bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu diperhatikan bagaimana dan dengan sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui. Memang sebenarnya, kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemology.

a. Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan1) Empirisme Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman.

2) Rasionalisme Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. 3) Fenomenalisme Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman. Baran sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinyan sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaanya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).4) Intusionisme Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif.

Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah, paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan.

2. OntologiObjek telaah ontologi adalah Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.a) Objek FormalObjek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme.

b) Metode dalam OntologiMetode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.Contoh : Sesuatu yang bersifat lahirah itu fana (Tt-P) Badan itu sesuatu yang lahiri (S-Tt) Jadi, badan itu fana (S-P)Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik sebagai berikut:Contoh : Gigi geligi itu gigi geligi rahang dinasaurus (Tt-S) Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan (Tt-P) Jadi, Dinausaurus itu pemakan tumbuhan (S-P)Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengahj menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan.

3. AksiologiMenurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Jadi Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.

Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :a. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.b. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahanc. Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.

4. Teori-teori kebenarana. Teori CorespondenceMasalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita obyek (informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.Teori korispodensi (corespondence theory of truth) menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu : Statemaent (pernyataan) Persesuaian (agreemant) Situasi (situation) Kenyataan (realitas) Putusan (judgements)

Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen.Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya. Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar.

b. Teori ConsistencyTeori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesan yang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenarna bukanlah didasarkan atas hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide, kesannya dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek lain.Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan.Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini lebih bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dan kelanjutan yang teliti dan Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran.

c. Teori PragmatismeParagmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal para pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memliki kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility) dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya.Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah : Sesuai dengan keinginan dan tujuan Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)

B. Pandangan Filsafat tentang Hakikat Manusia Upaya pemahaman hakekat manusia sudah dilakukan sejak dahulu. Namun, hingga saat ini belum mendapat pernyataan yang benar-benar tepat dan pas, dikarenakan manusia itu sendiri yang memang unik, antara manusia satu dengan manusia lain berbeda-beda. Bahkan orang kembar identik sekalipun, mereka pasti memiliki perbedaaan. Mulai dari fisik, ideologi, pemahaman, kepentingan dll. Semua itu menyebabkan suatu pernyataan belum tentu pas untuk di amini oleh sebagian orang. Para ahli pikir dan ahli filsafat memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini;1. Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi, 2. Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir, 3. Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun, 4. Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai membuat perkakas atau disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang pandai membuat alat,5. Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, 6. Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis,7. Manusia adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama. Ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia disebut Antropologi Filsafat. Berikut pembahasan mengenai manusia: 1. Masalah Rohani dan Jasmani Setidaknya terdapat empat aliran pemikiran yang berkaitan tentang masalah rohani dan jasmani (sudut pandang unsur pembentuk manusia) yaitu:

a. Aliran Serba zat (Faham Materialisme) Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sunguh ada itu adalah zat atau materi, alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari itu manusia adalah zat atau materi. Manusia ialah apa yang nampak sebagai wujudnya, terdiri atas zat (darah, daging, tulang). Jadi, aliran ini lebih berpemahaman bahwa esensi manusia adalah lebih kepada zat atau materinya. b. Aliran Serba Ruh/Aliran Idealisme. Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah ruh, juga hakekat manusia adalah ruh. Ruh disini bisa diartikan juga sebagai jiwa, mental, juga rasio/akal. Karena itu, jasmani atau tubuh (materi, zat) merupakan alat jiwa untuk melaksanakan tujuan, keinginan dan dorongan jiwa (rohani, spirit, ratio) manusia. Jadi, aliran ini beranggapan bahwa yang menggerakkan tubuh itu adalah ruh atau jiwa. Tanpa ruh atau jiwa maka jasmani, raga atau fisik manusia akan mati, sia-sia dan tidak berdaya sama sekali. c. Aliran Dualisme Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani. aliran ini meyakini bahwa sesungguhnya manusia tidak dapat dipisahkan antara zat/raga dan ruh/jiwa. Karena pada hakekatnya keduanya tidak dapat dipisahkan. Masing-masing memiliki peranan yang sama-sama sangat vital. Jiwa tanpa ruh ia akan mati, ruh tanpa jiwa ia tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam pendidikan pun, harus memaksimalkan kedua unsur ini, tidak hanya salah satu saja karena keduanya sangat penting. d. Aliran EksistensialismeAliran filsafat modern berpikir tentang hakekat manusia merupakan eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat manusia itu yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini manusia dipandang dari serba zat, serba ruh atau dualisme dari kedua aliran itu, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri di dunia.2. Sudut Pandang Antropologi Dari segi antropologi terdapat tiga sudut pandang hakekat manusia, yaitu manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila. Berikut penjelasan dari ketiganya: a. Manusia Sebagai Makhluk Individu (Individual Being)Manusia sabagai individu memiliki hak asasi sebagai kodrat alami atau sebagi anugrah Tuhan kepadanya. Hak asasi manusia sebagai pribadi itu terutama hak hidup, hak kemerdekaan dan hak milik. Disadari atau tidak menusia sering memperlihatkan dirinya sebagai makhluk individu, seperti ketika mereka memaksakan kehendaknya (egoisme), memecahkan masalahnya sendiri, percaya diri, dll. Menjadi seorang individu manusia mempunyai ciri khasnya masing-masing. Antara manusia satu dengan yang lain berbeda-beda, bahkan orang yang kembar sekalipun, karena tidak ada manusia di dunia ini yang benar-benar sama persis. Fisik boleh sama, tetapi kepribadian tidak. Jadi dalam pendidikan seorang guru sangat perlu memahami hakekat manusia sebagai individu. b. Manusia Sebagai Makhluk Sosial (Sosial Being) Esensi manusia sebagai makhluk sosial ialah adanya kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya dalam kehidupan bersama dan bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan itu. Adanya kesadaran interdependensi dan saling membutuhkan serta dorongan-dorongan untuk mengabdi sesamanya adalah asas sosialitas itu. Kehidupan individu di dalam antar hubungan sosial memang tidak usah kehilangan identitasnya. Sebab, kehidupan sosial adalah realita sama rielnya dengan kehidupan individu itu sendiri. Individualitas itu dalam perkembangan selanjutnya akan mencapai kesadaran sosialitas. Tiap manusia akan sadar akan kebutuhan hidup bersama segera setelah masa kanak-kanak yang egosentris berakhir. Manusia Sebagai Makhluk Susila (Moral Being).c. Manusia Sebagai Makhluk Susila (Moral Being) Asas pandangan bahwa manusia sebagai makhluk susila bersumber pada kepercayaan bahwa budi nurani manusia secara apriori adalah sadar nilai dan pengabdi norma-norma. Kesadaran susila (sense of morality) tak dapat dipisahkan dengan realitas sosial, sebab, justru adanya nilai-nilai, efektivitas nilai-nilai, berfungsinya nilai-nilai hanyalah di dalam kehidupan sosial. Artinya, kesusilaan atau moralitas adalah fungsi sosial. Asas kesadaran nilai, asas moralitas adalah dasar fundamental yanng membedakan manusia dari pada hidup makhluk-makhluk alamiah yang lain. Rasio dan budi nurani menjadi dasar adanya kesadaran moral itu.3. Pandangan Freud tentang Struktur Jiwa (Kepribadian)a. Bagian Dasar atau das Es (the Id) Bagian ini merupakan bagian paling dasar yaitu berkenaan dengan hasrat-hasrat atau sumber nafsu kehidupan. Semua tuntutan das Es semata-mata demi kepuasan, tanpa memperhatikan nilai baik-buruk. das Es ini merupakan prototype dari sifat individualistis manusia, egoistis, a-sosial bahkan a-moral. Dan ketika manusia semata-mata mengikuti dorongan das Es yang demikian tadi, maka sesungguhnya manusia tidak ada bedanya dengan makhluk alamiah lain. b. Bagian Tengah atau das Ich (aku) Bagian ini terletak ditengah antara das Es dan das Uber Ich. Menjadi penengah antara kepentingan das Es dan tujuan-tujuan das Uber Ich. Das Ich ini bersifat objektif dan realistis, sehingga pribadi seseorang dapat berjalan dengan seimbang dan harmonis. Sesuai letaknya, das Ich ini lebih sadar norma dibanding das Es. Kesadaran das Ich yang bersifat ke-aku-an ini lebih bersifat social, sehingga das Ich dapat disamakan sebagai aspek social kepribadian manusia.

c. Bagian Atas atau das Uber Ich (superego) Bagian jiwa yang paling tinggi, sifatnya paling sadar norma, paling luhur. Bagian ini yang paling lazim disamakan dengan budi nurani. Setiap motif, cita-cita dan tindakan das Uber Ich selalu didasarkan pada asas-asas normative. Superego ini selalu menjunjung tinggi nilai-nilai, baik nilai etika maupun nilai religious. Dengan demikian, superego adalah bagian jiwa yang palling sadar terhadap makna kebudayaan, membudaya dalam arti terutama sadar nilai moral, watak superego ialah susila. 4. Sudut Pandang Asal-Mula dan Tujuan Hidup Manusia Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini pasti mempunyai asal-usul dan tujuan keberadaanya, begitu juga manusia. Asala mula dan tujuan hidup manusia merupakan merupakan substansi yang sulit dijelaskan. Karena akal manusia sangat terbatas untuk mencapai pada substansi tersebut. Pikiran manusia tidak pernah mampu menjelaskan secara terperinci tentang substansi asal-mula tersebut. Mekipun demikian, pikiran manusia dapat dipastikan mampu secara logis menyimpilkan dan menilai bahwa hakekat asal mula itu hanya ada satu, bersifat universal, dan berada di dunia metafisis, karena itu bersifat absolut dan tidak mengalami perubahan serta sebagai sumber dari segala sumber yang ada. Ketika manusia menyadari bahwa asal mula dan tujuan hidup hanya satu, bersifat universal dan berada di dunia metafisis, maka pernyataan itu merujuk pada keberadaan Tuhan.Dalam agama islam, manusia meyakini bahwa ia berasal dari Alloh SWT dan nantinya akan kembali kepada-Nya juga. Akal pikiran manusia dapat memastikan bahwa kehidupan ini berawal dari causa prima (Tuhan) dan pada akhirnya kembali kepada causa prima (Tuhan) pula. Jadi, jika demikian adanya maka dalam islam setidaknya manusia mempunyai beberapa tujuan. Tujuan manusia hidup manusia paling sedikit ada empat macam; beribadah, menjadi khalifah Alloh di muka bumi (yang baik dan sukses tentunya), memperoleh kesuksesan (kebaikan, kebahagiaan dan keberuntungan) di dunia dan di akhirat, dan mendapat ridho Alloh.C. System Nilai dalam Kehidupan manusia 1. Letak Nilai Dalam Kehidupan ManusiaMenurut Ahmad Ludjito, nilai menunjuk kepada dua buah arti. Pertama, menunjukkan arti ekonomis yaitu yang berhubungan dengan kualitas atau harga sesuatu atau barang berujud uang, termasuk nilai yang berwujud angka atau huruf; kedua, nilai menunjuk pada suatu kriteria atau standar untuk menilai/mengevaluasi sesuatu, seperti industrialisasi baik karena merupakan sarana bagi kemakmuran. Dalam pengertian ini terdapat berbagai jenis nilai- nilai individu, nilai sosial, nilai budaya dan nilai agama. Nilai hidup dan kehidupan terletak pada keseluruhan tampilan diri, sikap, kata, perbuatan manusia. Ada tidaknya nilai dari sesuatu dapat kita lacak pada berbagai faktor di bawah ini: Adanya hubungan antara subyek dan obyek. Nilai itu bersifat ideal dengan hubungan sobyek dan obyek, ide itu dimasukkan ke dalam objek, sehingga objek itu bernilai. Nilai itu diberikan oleh subyek Islam mengajarkan tata hubungan vertikal dan horizontal. Nilai baik dan buruk yang terletak pada diri manusia mengarah pada ketentuan nilai akhirat. Amal shaleh mengandung nilai pahala. Nilai itu diwujudkan dalam bentuk surga di akhirat nanti yang besifat ruhaniah. Nilai-nilai kehidupan yang berada pada diri manusia biasanya dipengaruhi oleh masukan-masukan dari luar dirinya sejak kecil. Hal-hal tersebut, antara lain: Agama atau ajaran-ajaran agama Norma ataupun kebiasaan yang berlaku dalam komunitas Pendidikan formal dan informal, disiplin, latihan, bimbingan orang tua maupun guru; semuanya itu merupakan penanaman nilai-nilai yang dilakukan sejak dini oleh orang dewasa ke dalam diri seseorang atau anak-anaknya. Interaksi sosial yang membawa perubahan pikiran dan tujuan mengungkapkan kata serta melakukan tindakan Pengalaman serta wawasan yang didapat karena adanya interaksi dengan orang lain serta keterbukaan menyerap hal-hal baru

2. Struktur Nilai Dalam Kehidupan ManusiaScheler berpendapat bahwa diantara nilai-nilai terdapat suatu hirarki (struktur) nilai. Akbatnya suatu nilai bisa lebih tinggi dari nilai lainnya.hirarki ini termasuk esensi nilai, namun tidak ada hubungan dengan nilai positif dan negatif. Scheler menyusun hirarki itu sebagai berikut : Nilai yang menyangkut kesenangan dan ketidak senangan Nilai ini merupakan nilai yang paling rendah tingkatannya, nilai ini berkaitan dengan fungsi-fungsi panca indera karena menyangkut kesenangan dan ketidak senangan. Nilai yang berhubungan dengan vitalitasNilai ini lebih tinggi daripada nilai-nilai yang menyangkut kesenangan dan ketidak kesenangan. Sebagai contoh, Scheler mengambil nilai yang halus dan yang biasa.

Nilai-nilai ruhaniNilai-nilai ruhani tidak menyangkut hubungan timbal balik antara makhluk dengan dunia sekitarnya. Scheler membedakan tiga tipe nilai ruhani : nilai baik-buruk yang merupakan nilai-nilai estetis; nilai benar-salah yang menjadi basis tatanan kebenaran; dan nilai-nilai pengetahuan murni seperti tampak dalam filsafat. Nilai-nilai yang kudus dan tidak kudusNilai-nilai ini menyangkut obyek-obyek absolut. Tidak tergantung dari apa yang dianggap sebagai yang kudus oleh orang-orang dai berbagai zaman, seperti benda-benda yang berkekuatan ghaib, magis, dan sebagainya. Nilai-nilai ini berhubungan dengan pengalaman religius. Nilai ini tampak dalam iman. Tindakan yang menyangkut nilai yang kudus ini merupakan tindakan cinta yang ditujukan pada sesuatu yang berpribadi. Nilai ini merupakan nilai yang tertinggi dalam dalam hirarki nilai max scheler.

3. Karakteristik dan Tingkatan Nilai dalam Kehidupan ManusiaAda beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teroi nilai dalam kehidupan manusia, yaitu : Nilai objektif atau subjektifNilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai; sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik. Nilai absolute atau berubahSuatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta abash sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas social. Adapun yang berkaitan dengan tingkatan nilai dalam kehidupan manusia terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan tingkatan/hierarki nilai tersebut: Kaum IdealisMereka berpandangan secara pasti terhadap tingkatan nilai, dimana nilai spiritual lebih tinggi daripada nilai non spiritual (niai material). Kaum RealisMereka menempatkan niai rasional dan empiris pada tingkatan atas, sebab membantu manusia menemukan realitas objektif, hokum-hukum alam dan aturan berfikir logis. Kaum PragmatisMenurut mereka, suatu aktifitas dikatakan baik seperti yang lainnya, apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan memiliki nilai instrumental. Mereka sangat sensitive terhadap nilai-nilai yang meghargai masyarakat. 4. Jenis Nilai Dalam Kehidupan ManusiaJenis nilai dalam dalam kehidupan manusia setidaknya dapat kita bedakan menjadi 2 yaitu : Etika Etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbuatan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia.Ilmu (pendidikan) dan etika memiliki hubungan erat. Masalah moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. EstetikaEstetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk dsb.Adapun yang mendasari hubungan antara filsafat pendidikan Islam dan estetika pendidikan adalah lebih menitik beratkan kepada predikat keindahan yang diberikan pada hasil seni.

5. Relevansi Antara Nilai Dan Norma Dalam Kehidupan ManusiaSikap menilai atas segala sesuatu adalah didorong oleh faktor-faktor dalam yang sudah merupakan potensi dan kejenuhan manusia. Tetapi bagaimana menilai yang benar, objektif adalah persoalan norma-norma, azas-azas normatif. Kebenaran, kebaikan, kebajikan, kejujuran, cinta sesama, dan sebagainya adalah potensi martabat manusia. Adalah menjadi idealisme manusia untuk merealisasi potensi martabat manusia. Kebaikan manusia diukur dengan kenyataan seberapa jauh dia merealisasi potensi martabat manusia itu di dalam tingkah lakunya. Martabat manusia dan kepribadian seseorang selalu diukur dengan norma-norma yang berlaku dalam arti sejauh mana manusia loyal dengan nilai-nilai yang berlaku. Dengan demikian nilai-nilai dan norma-norma akan membentuk kepribadian manusia. Manusia tak berarti apa-apa tanpa adanya nilai-nilai, norma-norma yang berlaku. Nilai SosialNilai sosial adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, yang berharga, yang mempengaruhi perilaku social dari orang yang memiliki nilai itu. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa nilai sosial memiliki ciri-ciri antara lain : a) merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi antara anggota b) membantu masyarakat agar berfungsi dengan baik c) dapat dipelajari atau bukan bawaan dari lahir d) dapat mempengaruhi emosie) dapat mempengaruhi perkembangan pribadi dalam masyarakat, baik secara positif maupun negatif, dll.

Norma Sosial

Norma sosial itu adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai paduan, tatanan, dan kendali tingkah laku yang sesuai dan diterima secara bersama.Norma-norma, aturan procedural dan aturan perilaku dalam kehidupan social pada hakekatnya adalah bersifat kemasyarakatan. Maksudnya adalah bukan saja karena norma-norma tersebut berkaitan dengan kehidupan social tetapi juga karena norma-norma tersebut adalah pada dasarnya hasil dari kehidupan bermasyarakat. Norma-norma adalah bagiandarimasyarakat.Norma tumbuh dari proses kemasyarakatan, ia menentukan batasan-batasan dari perilaku dalam kehidupan masyarakat.

D. Pandangan Filsafat tentang Pendidikan Secara Sederhana Filsafat Pendidikan : menurut Imam Barnadib (1993:3)Ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan filsafat yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas (karakteristik) suatu sistem pendidikan jiwa, roh dan kepribadian sistem pendidikan nasional

Filsafat menjadikan manusia berkembang dan mempunyai pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis. Pandangan itu kemudian dituangkan dalam sistem pendidikan untuk mengarahkan pada tujuan pendidikan pemikiran ini dimuat dalam kurikulum.

5 Jalur yang harus diperhatikan untuk mengembangkan mutu pendidikan:

a. Filsafat yang dijadikan dasar pengembangan harus filsafat pendidikan.b.Menggunakan paradigma atau kerangka pemikiran yang dapat menentukan dan menyusun metodologi pengembangan ilmu pendidikan.c.Memerlukan modal-modal penelitian untuk digunakan dalam penelitian pendidikan.d.Memerlukan metodologi pembagian ilmu pendidikan untuk pengembangan teori pendidikan dapat mengembangkan teori-teori ilmu pendidikan.e.Melakukan suatu organisasi yang berskala nasional. Fungsi organisasi tersebut: merencanakan, memonitor, dan merancang hasil-hasil penelitian untuk disusun secara sistematik dalam batang tubuh ilmu pendidikan. Menurut Tafsir (1995:11) organisasi itu diharapkan memberikan jalannya dalam upaya mencari biaya bagi pengembangan ilmu pendidikan dapat bersifat universal, yang dapat digunakan dimana pun dan kapan pun.

Dapat ditekankan bahwa Filsafat tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan, sebab filsafat itu merupakan jiwa bagi pendidikan.

Realisasi pandangan Filsafat tentang pendidikan meliputi unsur-unsur: (a) dasar dan tujuan pendidikan, (b) pendidik dan peserta didik, (c) kurikulum, (d) sistem pendidikan.

1. Dasar dan Tujuan

a. Dasar Pendidikan

Fungsi dari adanya dasar pendidikan/ asas pendidikan : Mengembangkan bidang pendidikan Pembinaan kepribadian Memberi arah bagi programnya Sumber peraturan yang digunakan sebagai pegangan hidup & pegangan langkah pelaksanaan.

Contoh dasar pendidikan formal di Indonesia Pancasila : menegaskan bahwa pendidikan itu untuk mendidik akhlak dan jiwa, dan juga menanamkan nilai-nilai keutamaan dan membiasakan peserta didik dengan kesopanan yang tinggi.

b. Tujuan Pendidikan Memberikan arahan kemana pendidikan harus ditujukan dan memberikan ketentuan yang pasti dalam memilih materi, metode, alat, evaluasi dalam kegiatan yang dilakukan (Suryosubroto, 1990:18). Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk mengarahkan menuju tahap kedewasaan. Sebagai ilustrasi Tujuan Pendidikan menurut jenisnya, yaitu (bersifat hierarki) :

Tujuan pendidikan NasionalYaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu bangsa dan negara. Di Indonesia Tujuan Nasional terangkum dalam UU RI No 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 2 dan 3, yaitu pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD RI Th 1945 (Pasal 2). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan InstitusionalYaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai suatu lembaga pendidikan kemampuan lulusan / out put suatu lembaga pendidikan, misalnya: TK, SD, SMP, SMA, PT. Tujuan pendidikan KurikulerYaitu tujuam pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran tertentu/bidang studi, mis: IPA, Matematika. Tujuan pendidikan instruksionalYaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam pembelajaran dapat dinilai secara nyata/objektif pada tingkah laku anak didik (behavioral) mempengaruhi metode, bahan pengajaran, dan strategi instruksional lainnya.

2. Pendidik dan Peserta Didik

Pendidik menurut Yusuf (1982:53) orang dewasa yang bertangung jawab memberi pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan makhluk individu yang mandiri. Pendidik sebagai medium untuk mencapai tujuan. Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik dari segi fisik maupun perkembangan mental. Agar pendidikan yang diberikan tepat dan berdaya guna pendidikan yang dilakukan harus sesuai dengan perkembangan tiap-tiap peserta didik. 3. KurikulumKurikulum merupakan : rumusan, tujuan mata pelajaran, garis besar pokok bahasan penilaian dan perangkat lainnya. Hubungan kurikulum dan tujuan pendidikan sangat erat sebagai Isi dan Jalan mencapai tujuan tujuan pendidikan. Sifat kurikulum : progresif, berkembang, maju, dinamis oleh karena itu harus selalu mengadakan evaluasi kurikulum. Hubungan kurikulum dengan pandangan filsafat terlihat pada bentuk-bentuk kurikulum yang dilaksanakan. Misalnya :

Kurikulum 1964: pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani. Kurikulum 1968: dari pancawardhana ke pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. Kurikulum 1975: menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) tujuan pendidikan lebih spesifik dapat diukur dalam bentuk tingkah laku siswa. Kurikulum 1984: ciri-ciri (a) berorientasi pada tujuan instruksional, (b) pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA), (c) materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Kurikulum 1994: ciri-ciri (a) pembagian tahapan di sekolah dengan sistem caturwulan, (b) pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, (c) dalam pembelajaran melibatkan siswa aktif dalam pelajaran, (d) dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/ pokok bahasan, (e) pelaksanaan kurikulum diperlukan petunjuk khusus tiap mata pelajaran berupa garis-garis besar program pengajaran, bahasan, pembagian waktu, metode penyampaian, media pembelajaran, sumber keperpustakaan, dan penilaian / evaluasi.

4. Sistem Pendidikan

Berangkat dari teori perkembangan manusia pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangakan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikan atau sebagai cita-cita dan tujuan pendidikan (Djumberansyah, 1994:16).

Pengertian sistem pendidikan menurut Jalaludin dan Abdullah Idi (2011:160) sistem yang dijadikan tolok ukurbagi tingkah laku manusia dalam masyarakat yang mengandung potensi mengendalikan, mengatur dan mengarahkan perkembangan masyarakat dalam lapangan pendidikan sistem pendidikan diperlukan untuk menjawab semua persoalan dalam bidang pendidikan sistem pendidikan merupakan filosofi pendidikan yang dianut.

Korelasi antara filsafat pendidikan dan sistem pendidikan : Sistem pendidikan (science of education) bertugas merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan teknik-teknik dan/ atau pola-pola proses pendidikan dan pengajaran dengan makna akan dicapai dan dibina tujuan-tujuan pendidikan. Isi moral pendidikan atau tujuan intermediate adalah perumusan norma-norma atau nilai spiritual etis yang akan dijadikan sistem nilai pendidikan dan/atau merupakan konsepsi dasar nilai moral pendidikan, yang berlaku di segala jenis dan tingkat pendidikan. Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi bertugas merumuskan secara normatif dasar-dasar dan tujuan pendidikan, hakikat dan sifat hakikat manusia, hakikat dan segi-segi pendidikan, isi moral pendidikan, sistem pendidikan yang meliputi politik kependidikan, kepemimpinan pendidikan dan metodologi pengajarannya, pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANHubungan antara Manusia,Filsafat, dan Pendidikan Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafat satu-satunya yan telah mencapai kebenaran atau pengetahuan. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia. Filsafat memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan, Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan Filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang yang mencintai kebijaksanaan dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri untuk menjadi orang yang bijaksana dalam menjalani hidup. filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia, Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan. Antara ketiga komponen, yaitu manusia, filsafat, dan pendidikan sangat erat hubungannya. Manusia diahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan tanpa bantuan orang lain. Dalam proses kehidupan, manusia akan dihadapkan dengan berbagai masalah kehidupan. Untuk dapat memilih dan melaksanakan cara hidup yang baik. Manusia memerlukan pendidikan. Dengan pendidikan manusia akan menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab Peran filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia yang yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan..sesuai dengan pengertiannya dari segi etimologi. Filsafat akan mengajarkan dan melatih manusia untuk bersikap yang bijaksana dalam hidup. Terkadang dengan berfikir filsafat, seseorang akan mempunyai suatu filsafat hidup atau pandangan atau pedoman hidup yang baik.

DAFTAR PUSTAKAhttp://historia-rockgill.blogspot.co.id/2011/12/definisi-aksiologiontologi-dan.html

https://van88.wordpress.com/filsafat-pendidikan/

http://www.slideshare.net/irmapujilestari184/hakekat-manusia-dalam-pandangan-filsafat?related=1

http://jaejoongvirgin.blogspot.co.id/2012/04/filsafat-ipa-epistemologi-ontologi.htmlhttp://afra90.blogspot.co.id/2012/11/makalah-hubungan-antara-filsafat.html

1