hubungan paparan foundation dengan timbulnya …eprints.ums.ac.id/50741/1/naskah publikasi.pdf ·...

15
HUBUNGAN PAPARAN FOUNDATION DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA SISWI SMK NEGERI 4 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Oleh: MARDIANA J500120049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: hacong

Post on 02-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN PAPARAN FOUNDATION DENGAN TIMBULNYA AKNE

VULGARIS PADA SISWI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh:

MARDIANA

J500120049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PAPARAN FOUNDATION DENGAN TIMBULNYA AKNE

VULGARIS PADA SISWI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

MARDIANA

J500120049

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh

Pembimbing utama

Dr. Flora Ramona S.P, M.Kes.,Sp.K.K.

NIK. 100.1540

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN PAPARAN FOUNDATION DENGAN TIMBULNYA AKNE

VULGARIS PADA SISWI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

Oleh:

MARDIANA

J500120049

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari…….., ………..…2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Ratih Pramuningtyas, Sp.K.K.. (.........................)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dr. Flora Ramona S.P, M.Kes.,Sp.K.K. (........................)

(Anggota I Dewan Penguji)

Dekan

DR.Dr. EM Sutrisna, M.Kes.

Nik: 919

iii

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa naskah publikasi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, yang tertulis

dalam naskah ini kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan diatas, maka

akan penulis pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, Februari 2017

Penulis

MARDIANA

J 500 1200 49

1

HUBUNGAN PAPARAN FOUNDATION DENGAN TIMBULNYA AKNE

VULGARIS PADA SISWI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

Abstrak

Latar belakang : Akne Vulgaris (AV) merupakan gangguan kulit umum yang

mempengaruhi setidaknya 85% dari remaja dan dewasa muda. Terjadinya akne

vulgaris dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya kosmetik.

Foundation merupakan kosmetik yang dapat menyebabkan akne vulgaris. Bahan-

bahan lanolin, pengawet, pewarna, dan cetely alkohol yang terkandung dalam

foundation bersifat aknegenik dan komedogenik. Bahan foundation tersebut

menyebabkan terjadinya hiperkreatinisasi dari duktus pilosebaseus dan

meningkatkan produksi sebum pada wajah yang dapat menyebabkan timbulnya

akne vulgaris. Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui hubungan paparan

foundation dengan timbulnya akne vulgaris. Metode : Penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Untuk uji

kemaknaan hubungan antara variabel tersebut digunakan analisis data koefisien

kontingensi. Penelitian ini menggunakan alat bantu berupa kuesioner dan

diagnosis langsung oleh dokter umum. Hasil penelitian : Berdasarkan 25

responden menggunakan foundation, diketahui bahwa 42,0% mengalami AV.

Hasil analisis koefisien kontingensi hubungan antara paparan foundation dengan

timbulnya akne vulgaris didapatkan nilai p<0,000 (p<0,05) Kesimpulan : Terdapat

hubungan yang signifikan antara paparan foundation dengan timbulnya akne

vulgaris.

Kata kunci : Akne vulgaris, foundation , kosmetik

Abstract

Background : Acne vulgaris (AV) is a common skin disorder that affects at least

85% adolescent and young adult. The occurrence can be caused by various

factors, including cosmetics. Foundation is a cosmetic that can cause acne

vulgaris. Lanolin, preservative agent, and cetyl alcohol contained in foundation

are acnegenic and comedogenic. These ingredients caused hyperkeratinization

from pilosebaceous duct and increase the production of sebum on the face which

caused development of acne vulgaris. Purpose : The purpose of this study is to

discover the relationship between foundation exposure and acne vulgaris

development. Methods : This research is was observational analytic with cross

sectional approach. For significance test relationship between variable, using

contingency coeffisien data analysis. instrumental is questionnaire and physical

examination by general practitioners. Result : Based on 25 respondents that use

foundation, 42,0% have acne vulgaris. Contingency coefficient test result for the

relationship between foundation exposure and acne vulgaris development, with p

value is less than p< 0,000 (p<0,05). Conclusion : There is a significant

relationship between foundation exposure and acne development.

Keywords : Acne vulgaris, foundation, cosmetics

2

1. PENDAHULUAN

Akne Vulgaris (AV) merupakan gangguan kulit umum yang

mempengaruhi setidaknya 85% dari remaja dan dewasa muda (hanna et al.,

2003). Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel kelenjar pilosebasea

dengan gambaran klinis berupa ujud kelainan kulit polimorfi, terdiri dari

komedo, pustul, nodus, dan jaringan parut, baik jaringan parut yang hipotrofik

maupun hipertrofik (Sitohang dan Wasitatmadja, 2016).

Penelitian yang dilakukan di Asia, menunjukkan prevalensi yang

cukup tinggi. Penelitian di Jepang, AV pada remaja diperoleh prevalensi

sebesar 58,6%. Di Cina, tepatnya Distrik Zhou Hai Provinsi Guangdong,

diperoleh prevalensi sebesar 53,5% pada remaja (Nakase et al., 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di India, kejadian AV pada

wanita usia 10-20 tahun sebanyak 48,9%, sedangkan pada wanita rentang usia

30-40 tahun sebanyak 14,9%. Pada wanita rentang usia 40-50 presentase

kejadian AV cukup rendah, yaitu hanya 2,2% (Biswas et al., 2010). Puncak

keparahan AV terjadi lebih dini pada anak perempuan (Brown, 2005).

Di Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi kosmetik Indonesia

menunjukan terdapat 60% penderita jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada

tahun 2007 (purwaningtyas dan jusuf, 2013). Berdasarkan hasil penelitian di

Palembang, untuk tempat predileksi dari AV 85% terjadi pada wajah, dan

terdapat juga pada wajah dan leher, wajah dan lengan atas, wajah dan

punggung, wajah dan dada, serta terdapat 4 responden yang menderita AV

pada empat tempat predileksinya (wajah, leher, lengan atas, dan dada).

Sebanyak 55,7% posisi akne vulgaris bilateral (kanan-kiri) 5,3% (Tjekyan,

2008).

Etiologi pasti AV belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya patogenesis AV, yaitu terjadinya perubahan pola

keratinisasi dalam folikel, produksi sebum yang meningkat, peningkatan

hormon androgen, anabolik, kartikosteroid, gonadotropin, serta ACTH pada

kejadian stres psikis (Sitohang dan Wasitatmadja, 2016). Penyebab AV

3

multifaktorial, antara lain iklim, kebersihan, penggunaan kosmetik, kejiwaan

atau kelelahan, usia, ras, jenis kelamin dan genetik yang secara tidak langsung

dapat memacu peningkatan proses patogenesis AV. (Rao, 2016).

Penggunakan kosmetik yang berganti-ganti dan tebal merupakan salah

satu faktor risiko terjadinya AV. Kosmetik yang digunakan pada wanita dapat

menimbulkan AV, karena bahan yang terkandung dalam kosmetik bersifat

komedogenik atau aknegenik yang mengakibatkan produksi sebum

meningkat. Bahan-bahan komedogenik seperti lanolin, petrolatum, minyak

atsiri, dan bahan kimia murni (asam oleik, butil strearat, lauril alkohol, bahan

pewarna D&C) (Baumann L, 2009). Bahan tersebut terdapat pada berbagai

krim wajah seperti bedak, bedak dasar (foundation), pelembab (moisturizer),

dan krim penahan sinar matahari (TS) yang menjadi penyebab timbulnya AV

(Harahap, 2008).

Pendapat di atas di dukung oleh penelitian yang dilakukkan Tyekjan

(2009) dari hasil penelitian tersebut digunakan populasi sampel masyarakat

umum pada rentang usia 14-21 tahun, dengan metode penelitian menggunakan

kuesioner sebagai diagnosis, jumlah subjek yang diteliti sebanyak 5205

dimana terdapat 2745 wanita dan 2459 pria, dengan jenis kosmetik dan skin

care, penelitian Tyekjan (2009) tersebut didapatkan hasil menggunakan

kosmetik dan kebiasaan berganti-ganti kosmetik berhubungan dengan kejadian

AV dengan P1=0,04 dan P2= 0,00.

Pemakaian bahan kosmetik tertentu dalam jangka waktu yang lama

akan menyebabkan timbulnya AV. Penyebab utamanya yaitu unsur minyak

yang berlebih yang ditambahkan dalam kandungan kosmetik agar tampak

lebih halus. Kandungan minyak ini dapat menyumbat pori-pori dan

menyebabkan timbulnya AV (Baumann L, 2009).

Umumnya wanita menggunakan kosmetik dekoratif (make-up)

dimaksudkan untuk menutupi hal-hal yang dapat mengurangi kecantikannya,

seperti garis-garis penuaan (age-spot), noda bekas jerawat (acne scar), serta

untuk mengoreksi bagian bagian wajah yang kurang baik. Kosmetik dekoratif

yaitu : bedak dasar (foundation), bedak (powder), perona pipi (blush-on atau

rouge), eyes shadow, eye liner, pensil alis (eye brow pencil) cat bulu mata

4

(mascara), pewarna bibir atau lipstick, pensil bibir atau lip liner, pelembab

bibir atau lipbalm, dan lipgloss (Tranggono, 2014).

Kandungan yang terdapat dalam Foundation seperti bahan lanolin,

cetyl alkohol, pewarna, pengawet dan sejenisnya (Tranggono,2014),

merupakan bahan bersifat aknegenik dan komedogenik (Harahap,2000), unsur

minyak yang terdapat pada lanolin yang terkandung dalam foundation akan

bertindak sebagai minyak alami dan mengakibatkan produksi sebum

sedangkan bahan kimia yang terdapat dalam foundation dapat menyumbat

pori-pori dan berakibat timbulnya AV (Baumann L et al., 2009).

Foundation dapat digunakan sebagai kamuflase seperti gangguan yang

membandel yaitu melasma, kosmetik kamuflase dapat memberikan

penampilan yang alami selama proses perawatan kulit (Baumann dan

Sanghari, 2009) dan dapat digunakan pada wajah untuk menutupi bekas

jerawat dan warna kulit yang tidak merata (Kusantati et al., 2008).

Penelitian yang dilakukkan oleh Emer dan Levy (2012) dewasa ini

kosmetik dekoratif banyak di gunakan sebagai kamuflase terhadap penderita

AV dan mereka yang sedang dalam kondisi perawatan facial, kamuflase

kosmetik memberi keuntungan emosional bagi mereka, dimana foundation

sangat berperan penting dalam kosmetik kamuflase.

Penelitian yang dilakukan oleh Kabau (2012) memiliki pendapat yang

berbeda pada lata belakang di atas, dimana Kabau mendapatkan hasil

penelitian bahwa tidak ada hubungan antara pemakaian jenis kosmetik dengan

kejadian AV dengan P=0204, populasi sampel yang digunakan sebanyak 41

dengan rentang usia 18-23 tahun, diagnosis dan kuesioner digunakan sebagai

metode penelitian, dimana Kabau (2012) menggunakan jenis kosmetik sebagai

variabel bebas. Berdasarkan hal diatas, maka peneliti melakukan penelitian

terhadap hubungan paparan foundation dengan timbulnya AV.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paparan

foundation terhadap timbulnya akne vulgaris pada siswi SMK Negeri 4

Surakarta.

5

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik. Desain penelitian

yang digunakan adalah cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan dan sekaligus pada

suatu saat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian skripsi ini dilakukan pada bulan

November 2017 di SMK Negeri 4 Surakarta yang sebelumnya telah dilakukan

pengambilan sampel secara purposive sampling. Sampel penelitian ini siswi

SMK Negeri 4 Surakarta yang memenuhi kriteria restriksi. Kriteria restriksi

yang digunakan pada penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi yaitu siswi SMK Negeri 4 Surakarta yang bersedia

mendandatangi informed consent. Sedangkan kriteria ekslusinya yaitu siswi

yang menderita penyakit kulit di wajah seperti erupsi akneiformis, rosacea dan

dermatitis perioral, sedang dalam terapi akne vulgaris, menggunakan obat-

obatan kortikosteroid oral selama 1-2 minggu, mengguakan obat-obatan

kortikosteroid topical selama 1-2 minggu. Sampel pada penelitian ini

berjumlah 50 responden.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 23. Skala

pengukuran yang digunakan untuk menilai hubungan paparan foundation

dengan timbulnya AV adalah nominal nominal, dihitung frekuensinya

kemudian ditampilkan dalam tabel. Pengujian hipotesis akan menggunakan uji

statistik Koefisien kontingensi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 4 Surakarta pada bulan

November 2016. Karakteristik sampel pada penelitian ini disajikan pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 1. Distrbusi Karakteristik Berdasarkan Penggunaan Foundation

Pemakaian Foundation Jumlah responden Persentase

Ya 25 50%

Tidak 25 50%

Total 50 100%

6

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris

Akne vulgaris Jumlah responden Persentase %

Ya 29 58,0%

Tidak 21 42,0%

Total 50 100%

Tabel 3. Hubungan Antara Paparan Foundation Dengan Timbulnya Akne Vulgaris Variabel Akne vulgaris Tidak Akne vulgaris

n % n % Jumlah p

Penggunaan foundation

- Ya 21 42% 4 8% 25 0,00

- Tidak 8 16% 17 34% 25

Total 29 58% 21 42% 50

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil bahwa, siswi SMK Negeri 4

Surakarta menggunakan foundation dimana hal tersebut sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Emer dan Levy (2012) yang menyatakan

dalam penelitiannya bahwa foundation sangat berperan penting dalam

kamuflase kosmetik, foundation banyak di gunakan dalam kamuflase

kosmetik pada keadaan AV, psoriasis, vitiligo dan rosasea. Foundation yang

sering digunakan yaitu foundation SPF 30, concealer plus foundation dengan

berbagai warna sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hasil penelitian ini juga

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Allen (2015) yang menyatakan

bahwa kamuflase terhadap kulit dengan kosmetik foundation, menawarkan

suatu pilihan yang sederhana untuk memberi bantuan pada penderita kelainan

kulit, hal tersebut digunakan untuk menyesuaikan diri dengan melakukan

perubahan pada citra diri. Kamuflase tidak melakukan perubahan terhadap

struktur, fungsi atau kondisi kulit, namun memberikan efek secara visual

langsung dengan membantu kualitas hidup mereka serta membantu mereka

dalam kembali ke kegiatan sosial, pendidikan dan pekerjaan. Banyaknya

penggunaan foundation juga di dukung oleh Kusantati et al., (2008) yang

menyatakan bahwa foundation dapat digunakan dalam menutupi jerawat,

bekas jerawat dan dapat digunakan untuk meratakan warna kulit.

7

Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil bahwa, siswi SMK Negeri 4

Surakarta yang mengalami AV sebanyak 29 responden atau sebesar 58,0%

sedangkan siswi yang tidak mengalami AV sebanyak 21 responden atau

sebesar 42,0%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tjekyan

(2009) bahwa AV sering di alami oleh wanita yaitu sebesar 58,4%. Hasil

penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bhate dan

Williams (2012) yang mengatakan AV dapat terjadi pada wanita muda. Hal ini

juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan Afriyanti (2015) yang

berpendapat bahwa AV umumnya terjadi pada remaja dan wanita muda.

Berdasarkan tabel 3 di peroleh hasil bahwa siswi SMK Negeri 4

Surakarta yang mengalami AV setelah menggunakan Foundation sebanyak 21

responden atau sebesar 42,0%, hasil tersebut lebih banyak dari responden

yang tidak mengalami AV setelah menggunakan foundation. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayudianti dan Indramaya (2014)

bahwa penyebab AV terbanyak adalah kosmetik dimana kosmetik yang paling

banyak menyebabkan AV adalah foundation yaitu sebesar 89,9% penelitian

tersebut di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tjekyan (2009) yang

menyatakan bahwa kosmetik foundation dapat menyebabkan timbulnya AV,

adapun menurut buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Harahap (2000)

kosmetik yang dapat menyebabkan timbulnya AV salah satunya yaitu

foundation. Penggunaan foundation dapat menyebabkan timbulnya AV juga di

dukung oleh penelitian yang dilakukan Emer dan Levy (2016) dalam

penelitian tersebut Emer dan Levy (2016) menyatakan bahwa terdapat

foundation yang mengandung acnegenik. Hal ini mendukung penelitian yang

dilakukan Andriana et al., (2012) yang menyatakan bahwa kosmetik

foundation dapat menyebabkan terjadinya AV.

Berdasarkan uraian deskriptif hasil penelitian di atas dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paparan

foundation dengan timbulnya AV. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Tjekyan (2009) bahwa terpadat hubungan antara

penggunaan kosmetik dengan timbulnya AV yaitu dengan kejadian AV

8

(p1=0,04, p2=0,000), dimana bahan-bahan kosmetik yang bersifat aknegenik

dan komedogenik seperti lanolin, pewarna, pengawet dan cetely alkohol

terdapat pada foundation (Baumann L et al., 2009). Bahan lanolin pada

foundation berfungsi sebagai binder, memiliki ukuran partikel yang lebih

besar sehingga bersifat daya adhesi yang lebih kuat, hal tersebut memberikan

efek menutupi kelenjar pilosebaseus sehingga dapat memicu timbulnya AV

(Baumann L et al., 2009).

Bahan-bahan lain pada foundation yang dapat menyebabkan timbulnya

AV yaitu pewarna, pengawet dan alkohol bahan tersebut menimbulkan

kelainan yang disebut sensitizer, yang mana akan mengakibatkan terjadinya

AV (Soepardiman, 1986). Hasil penelitian ini juga di dukung oleh teori

Zaenglein et al (2008) yang menyatakan bahwa AV dapat disebabkan oleh

hiperkretinisasi. Terjadinya hiperkreatinisasi dapat di sebabkan oleh

kandungan faoundation yang bersifat merusak stratum korneum (Achyar,

1986).

Kosmetik dalam hal pemakaian foundation merupakan aknegenik yang

bersifat ringan, pemakaian foundation yang berulang dengan sendirinya akan

memberikan efek timbulnya AV. Meningkatnya pemakaian kosmetik di

Indonesia serta terjadinya penyebaran pendidikan pemakaian kosmetik secara

kilat sampai ke bagian daerah pelosok, maka secara langsung memberikan

efek samping yang meningkat, seperti timbulnya AV (Gusti dan Rival, 1986).

4. PENUTUP

Berdasarkan data yang diperoleh dan analisa yang telah dilakukan,

dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

paparan foundation dengan timbulnya AV, pada siswi SMK Negeri 4

Surakarta dan nilai p <0,001 yang menunjukkan terdapat hubungan yang

bermakna secara statistik.

Penelitian selanjutnya dapat dilakukkan riset lebih lanjut dengan

menggunakan mulivariat agar dapat menggambarkan factor-faktor penyebab

AV secara komprehensif dan dapat dilakukan penyuluhan pada remaja akan

9

pentingnya menggunakan foundation dengan baik, agar tidak menimbulkan

AV.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih kepada Dr. Flora Ramona S.P, M.Kes.,Sp.K.K.,

SMK Negeri 4 Surakarta, kelompok skripsi skin yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing dan memberi saran dari skripsi ini dimulai

hingga sampai selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Achyar, Y.L., 1986. Dasar-Dasar Kosmetologi Kedokteran : Bagian Kosmetologi

Departemen Penyakit Kulit dan Kelamin RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

CDK. No 41 : pp.3-9.

Afriyanti, RN., 2015. Akne Vulgaris pada Remaja. J Majority : vol 4 no 6: pp.

103-109.

Allen, E., 2015. Camouflage For Skin Conditions: Expert Advice On The Benefits

Of Skin Camouflage And How It Can Improve People's Quality Of Life.

BASC Education Team.

Andriana, R., Effendi, A., Berawi, K.N., 2012. Hubungan Antara Penggunaan

Kosmetik Wajah Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswi

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. ISSN 2337-3776. pp 141-148.

Ayudianti, P., & Indramaya, M.D., 2014. Faktor Pencetus Akne Vulgaris :

Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin,/

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya. Vol. 26, No. 1. Pp 41-

47

Baumann, L., 2009. Cosmetic Dermatology Principles and Practice. Sensitive

Skin. Second Edition. New York. pp. 94-97.

Baumann, L., 2009. Cosmetic Dermatology Principles and Practice: Moisturizing

Agents. Second Edition. New York. pp. 273-277.

Baumann, L., Keri J. 2009. Cosmetic Dermatology Principles and Practice. Acne

(Type 1 Sensitive Skin). Second Edition. New York. pp. 121-127.

Baumann, L., Sanghari, S., 2009. Cosmetic Dermatology Principles and Practice:

Skin Pigmentation and Pigmentation Disorder- Camouflage Cosmetic.

Second Edition. New York. pp. 99-118.

Bhate, K., & Williams, H.C., 2012. Britis Journal Of Dermatology: Epidemiology

Of Acne Vulgaris, Center Of Evidence Based Dermatology, University of

Nottingham. U.K. Vol 168. Pp474-485.

10

Biswas, S., Modal, K.K., Saha, I., Dutta, N.R., Lahiri, K.S., 2010. A Tertiary

Hospital-Based Study: Clinico-Epidemiological Features of Acne

Vulgaris. Irania Journal of Dermatology, Vol 13, No 2. pp. 37-41.

Brown, R.G., B.T. 2005. Dermatology: Akne, Erupsi Akneiform dan Rosasea.

Edisi kedelapan. Jakarta. pp. 55-65.

Emer dan Levy Gusti, A.K., & Rival, F.A., 1986 Laporan Monitoring Efek

Samping Kosmetik: Sub Bagian Kosmetik Medik. Bagian Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. CDK No 41 : pp23-25.

Hanna, S., Sharma, J., Klotz, J., 2003. Acne vulgaris: More than skin

deep. Dermatology Online Journal. Vol 9 No 3 : pp. 1-4.

Harahap, M., 2000. Acne Vulgaris. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipocrates. pp.

35-45.

Kabau, S., 2012. Hubungan Antara Pemakaian Jenis Kosmetik Dengan Kejadian

Akne Vulgaris (Naskah Publikasi). Semarang (Jawa Tengah). Universitas

Diponegoro.

Kusantati, H., Prihatin, P.T., Wiana, W., 2008. Kosmetik. Tata Kecantikan Kulit

Jilid 1. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,

Direktorat Jenderal Manajement Pendidikan Dasar dan Mengengah,

Departemen Pendidikan Nasional. pp. 105-150.

Nakase, K., Nakaminami, H., Takenaka, Y., Hayashi, N., Kawashima, M.,

Noguchi, N., 2014. Relationship between the severity of acne vulgaris

and antimicrobial resistance of bacteria isolated from acne lesions in a

hospital in Japan. Journal of medical Microbiology, 63, pp. 721-728.

Notoatmodjo, S., 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta Nursalam,

Jakarta.

Purwaningdyah, K., Jususf, N.K., 2013 Profil Penderita Akne Vulgaris pada

Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan. E-Journal FK USU

Vol 1 No 1. Pp 1-8.

Rao, J. 2016. Acne Vulgaris: Practice Essentials, Background, Pathophysiology :

medicine.medscape.com/article/1069804-OverViewShowall.

Sitohang, I.B.S., Wasitaatmadja S.M. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin:

Akne Vulgaris. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

pp:288-292.

Soepardiman, L., 1986 Efek Samping Kosmetik dan Penatalaksanaannya :

Perkumpulan Ahli Dermato-Venereologi Indonesia. No. 41. Pp. 14-17.

Tjekjan, R.M. Suryadi., 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris: Media

Medika Indonesia, 43 (1). Pp. 37-43. ISSN 0126-1762.

Tranggono, RIS., Latifah F. 2014. Buku Pegangan Dasar Kosmetologi: Kosmetik

Dekoratif. pp. 86-110.

11

Tranggono, RIS., Latifah F. 2014. Buku Pegangan Dasar Kosmetologi:

Penggolongan Kosmetik. pp. 5-7.

Zaenglein, A.L., Grabe, E.M., Thiboutot D.M, Strauss, S.J., 2008. “Acne Vulgaris

and Acneiform Eruption” Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine: Sevent Edition: pp. 690-703.