referat akne newest

23
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN Akne Vulgaris OLEH : Sri Mahtufa Riski C 111 09 759 PEMBIMBING dr. Ida R. Shabir DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK 1

Upload: sri-mahtufa-riski

Post on 06-Dec-2014

140 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

...

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Akne Newest

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2013

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Akne Vulgaris

OLEH :

Sri Mahtufa Riski

C 111 09 759

PEMBIMBING

dr. Ida R. Shabir

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

1

Page 2: Referat Akne Newest

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Sri Mahtufa Riski

NIM : C 111 09 759

Judul Referat : Akne Vulgaris

Telah menyelesaikan tugas refarat dalam rangka kepaniteraan klinik pada

bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

Makassar, April 2013

Pembimbing,

___________________________

dr. Ida R. Shabir

2

Page 3: Referat Akne Newest

Daftar Isi

Lembar pengesahan ........................................................................................... 2

Daftar isi ................................................................................................................... 3

I. Pendahuluan ........................................................................................... 4

II. Epidemiologi ........................................................................................... 4

III. Etiopatogenesis ..................................................................................... 5

IV. Gejala klinis .............................................................................................. 6

V. Pemerikasaan penunjang ................................................................. 9

VI. Diagnosis banding .............................................................................… 10

VII. Penatalaksanaan .................................................................................... 11

VIII. Komplikasi ............................................................................................... 13

IX. Prognosis .................................................................................................. 14

Daftar pustaka ........................................................................................................ 15

Lampiran.................................................................................................................... 16

3

Page 4: Referat Akne Newest

Akne Vulgaris

I. Pendahuluan

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel

polisebasea yang umumnya terjadi pada remaja dan dapat sembuh

sendiri.1 Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorf, terdiri atas

berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodus, dan jaringan

parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang

hipotrofik maupun yang hipertrofik.2

II. Epidemiologi

Hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka orang

sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis.

Kligman mengatakan bahwa tidak ada seorang pun, yang sama sekali tidak

pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat pada

waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Namun, pada

masa remajalah akne vulgaris menjadi suatu masalah. Umumnya insiden

terjadi pada sekitar umur 14 – 17 tahun pada wanita, 16 – 19 tahun pada

pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo,papul dan

lesi yang meradang.2

Pada seorang gadis akne vulgaris dapat terjadi premenarke. Setelah

masa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang,

terutama pada wanita, akne vulgaris menetap sampai dekade umur 30-an

atau bahkan lebih. Meskipun pada pria umumnya acne vulgaris lebih cepat

berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala akne

vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria. Diketahui pula bahwa ras

Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne vulgaris

dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika), dan lebih sering terjadi

nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro. Akne vulgaris mungkin

familial, namun karena tingginya prevalensi penyakit hal ini sukar

dibuktikan. Dari sebuah penelitian diketahui bahwa mereka yang

bergenotip XXY mendapat akne vulgaris yang lebih berat.2

4

Page 5: Referat Akne Newest

Akne vulgaris derajat ringan biasanya terjadi pada bayi oleh

karena stimulasi folikuler oleh kelenjar androgen adrenal yang berlanjut

pada periode neonatal. Akne juga biasanya bermanifestasi awal pada

puberitas, dengan komedo sebagai lesi predominan pada pasien yang

sangat mudah. Jumlah kasus terbanyak terjadi pada periode pertengahan

sampai akhir remaja. Setelah itu akan menurun. Namun pada wanita dapat

terus berlanjut sampai lebih dari dekade ketiga.1

III. Etiopatogenesis

Etiologi yang pasti belum diketahui, namun beberapa faktor yang

berkaitan dengan patogenesis akne vulgaris adalah :

1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam

folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat

sehingga sukar lepas dari saluran folikel tersebut.

2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan

unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab lesi akne

vulgaris. Asam lemak hasil dari pemecahan gliserol dapat

dipakai untuk metabolisme propiniobacterim acne.

3. Peningkatan jumlah flora (Propionibacterium Acne) yang

berkembang biak di dalam kelenjar sebaceous yang tersumbat,

yang menghasilkan zat-zat yang menimbulkan iritasi daerah

sekitarnya. Selain bakteri itu bisa juga dipengaruhi oleh

Pytirosporum ovale, dan Staphylococcus epidermidis.

4. Terjadinya proses inflamasi . Proses inflamasi yang dipicu oleh P.

Acne disebabkan beberapa mekanisme. P. Acne memproduksi

enzim lipase yang menghidrolisis trigliserid pada sebum untuk

memproduksi asam lemak bebas yang bersifat iritatif dan

komedogenik. P.Acne juga mengeluarkan faktor kemotaktik (IL-1,

IL-8, TNF alfa) yang memicu leukosit. Adanya leukosit ini

mengakibatkan dilepaskannya enzim hidrolitik yang berperan

dalam rupturnya dinding folikel, sehingga mengakibatkan

inflamasi pada jaringan sekitarnya. 2

5

Page 6: Referat Akne Newest

Gambar 1. Etiopatogenesis dari akne vulgaris

Gambar 2. Patogenesis akne vulgaris vulgaris.

IV. Gejala klinik

Tempat predileksi akne vulgaris adalah muka, bahu, dada bagian

atas, dan punggung bagian atas. Lokasi kulit lain misalnya leher, lengan

atas, dan glutea kadang-kadang terkena. Erupsi kulit polimorf dengan

gejala predominan salah satunya komedo, papul yang tidak beradang dan

pustul, nodus dan kista yang beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun

umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetis. 2

6

Page 7: Referat Akne Newest

Komedo adalah gejala awal bagi akne vulgaris berupa papul

miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna

hitam mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau komedo

terbuka (black comedo/open comedo). Sedangkan bila berwarna putih

karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin

disebut komedo putih atau komedo tertutup (white komedo, close

comedo). 2

Gambar 3.1 Gambar 3.2

Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris yang

dikemukakan. Pillsbury (1963) membuat gradasi sebagai berikut :

1. Grade 1 : Komedo  pada wajah.

2. Grade 2 : Komedo, papul dan dapat pula disertai dengan pustula.

3. Grade 3 : Banyak komedo dan peradangan  papula kecil dan

besar dan pustula, lebih luas pada daerah wajah, dada,

dan punggung.

4. Grade 4 : akne konglobata, terdapat banyak komedo dan lesi

peradangan yang lebih berat pada daerah wajah ,

dada, dan punggung, serta menimbulkan scar yang

berat.2

7

Page 8: Referat Akne Newest

Klasifikasi AV berdasarkan Combined Acne Severity Classification adalah

(Lehmann et.al., 2002) :

1. Akne vulgaris ringan bila jumlah komedo < 20, atau lesi inflamasi <

15 atau lesi total berjumlah < 30 buah.

2. Akne vulgaris sedang bila jumlah komedo 20 – 100, atau lesi

inflamasi 15 – 50 atau lesi total berjumlah 30 – 125 buah.

3. Akne vulgaris berat bila : jumlah komedo > 100, atau lesi inflamasi

> 50, atau jumlah lesi total > 125 buah, atau kista berjumlah > 5.

Gambar 4.1 Akne vulgaris ringan

Gambar 4.2 Akne vulgaris

nodular, sedang-berat

Gambar 4.3 Akne vulgaris berat

8

Page 9: Referat Akne Newest

V. Pemeriksaan penunjang

a. Histopatologi

b. Pemeriksaan laboratorium

Umumnya, pemeriksaan laboratorium diindikasikan pada pasien

dengan suspek hyperandrogenism. Peningkatan hormon androgen

mendasari terjadinya akne vulgaris pada usia remaja ataupun pada usia

dewasa. Dari 623 gadis prepubertal yang diobservasi, gadis yang

mempunyai akne mengalami peningkatan level DHEAS (normal DHEAS

4.920-12.777 nmol/L) dibandingkan dengan kontrol yang tidak

mempunyai akne. DHEAS menjadi prekrusor pada kasus akne kistik yang

berat dan berhubungan dengan keadaan varietas endokrin seperti,

congenital adrenal hyperplasia, ovarium, tumor adrenal dan polycystic

ovarian disease. Pada umunya pasien akne kadar hormon androgennya

dalam batas normal (normalnya kadar testosterone total pada laki-laki

dewasa muda 300-950 ng/dl, dan pada perenpuan dewasa muda 12-60

ng/dl).1

9

Gambar 5. Korelasi klinikopatologi lesi akne. A. Komedo tertutup. infundibulum folikel yang distensi, penuh dengan keratin dan sebum, dan epitel folikular dilemahkan. ostium folikel sempit. B. Komedo terbuka. menyerupai komedo dengan pengecualian dari ostium folikuler patulous. C. inflamasi papula. sel-sel inflamasi akut dan kronis mengelilingi dan menyusup ke folikel, yang menunjukkan hiperkeratosis infundibular. D. bintil. folikel diisi dengan sel-sel inflamasi akut. dengan pecahnya folikel yang distensi, ada respon granulomatosa benda asing.1

Page 10: Referat Akne Newest

VI. Diagnosis banding

1. Erupsi akneiformis

Merupakan reaksi kulit berupa peradangan folikular akibat

adanya iritasi epitel duktus polisebasea yang terjadi yang disebkan

oleh induksi obat, misalnya kortokosteroid, INH, barbiturate,

bromide, yodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, kina dan

lainnya. Klinisnya berupa erupsi papulo pustule mendadak tanpa

adanya komedo dihampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai

demam dan dapat terjadi di semua usia. 2

Onset muncul setelah minum obat-obatan yang dapat memicu

terjadinya erupsi akneiformis, papul dan pustule terasa nyeri, tidak

terasa gatal, tidak terasa panas, dapat disertai demam.2

Gambar 6. Erupsi Akne vulgarisiformis

2. Rosasea

Merupakan penyakit peradangan kronik dengan daerah

predileksi pada daerah sentral wajah (hidung, pipi, dagu, kening, dan

alis) yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasis

disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi papul, pustul,

dan edema. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan

akne vulgaris. 2

Onset mulai munculnya tiba-tiba, dapat pula dicetuskan oleh

riwayat mengonsumsi alkohol, paparan sinar matahari dan demodex

folliculorum, papul tidak terasa nyeri, tidak gatal, dan tidak terasa

panas. 2

10

Page 11: Referat Akne Newest

Gambar 7. Rosasea

3. Dermatitis perioral

Dermatitis perioral adalah peradangan kronik dengan bentuk

papulopustular pada daerah kulit di seluruh bagian luar mulut.

Artinya bisa muncul di dagu, pipi, samping dan di bawah hidung. 4

Onset munculnya tiba-tiba, terdapat bercak kemerahan pada

daerah sekitar mulut, bercak terasa seperti terbakar, nyeri, dan

kadang disertai gatal.4

Gambar 8. Dermatitis Perioral

VIII . Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pengobatan akne vulgaris berdasarkan riwayat,

derajat akne, tipe lesi, efek fisiologi dan penyebab dari penyakit

tersebut. Pilihan terapi sangat penting untuk mengetahui etiologi akne

vulgaris. 5

Seringkali pengobatan yang multiple menggunakan kombinasi

banyak faktor dalam patogenesis akne.

Algoritma pengobatan untuk akne vulgaris1

Ringan Sedang Berat

11

Page 12: Referat Akne Newest

Komedo Papul/pustul

Papul/pustul

Nodul konglobata

Pertama Retinoid topikal

Retinoid topical + antibiotik topikal

Antibiotik oral + retinoid topikal ± BPO

Antibiotik oral + retinoid topikal ± BPO

isotretinoin oral ± kortikosteroid oral

Kedua Asam azelaik atau azam salisil

Asam azelaik atau azam salisil

Antibiotik oral + retinoid topikal ± BPO

isotretinoin oral atau antibiotic oral + retinoid topical ± BPO/ asam azelaik

Antibiotil oral dosis tinggi + retinoid topikal +BPO

Wanita - - + kontasepsi oral / anti-androgen

+ kontasepsi oral / anti-androgen

+ kontasepsi oral / anti-androgen

Tindakan invasi

Ekstraksi komedo

- Ekstraksi komedo

Ekstraksi komedo; kortikosteroid intralesi

Kortikosteroid intralesi

Jika selulit disembuhkan

Dilakukan pemeriksaan

Dilakukan pemeriksaan Keluarkan folikulitis gram negatif Wanita : keluarkan polycystic ovary

syndrome, tomor ovarium atau adrenal, konginetal adrenal hiperplasia.

Pria : keluarkan konginetal adrenal hiperplasia

pemeliharaan

Retinoid topikal ± BPO (benzoyl peroxida)

a. Akne ringan

Untuk akne ringan digunakan antibiotik topikal seperti clindamycin

dan erythromycin. Digunakan juga Benzoyl peroxide gel (2%, 5%, atau

10%). Retinoid topikal contohnya tretinoin, dan adapalene

memerlukan petunjuk rinci tentang peningkatan bertahap untuk

konsentrasi dari 0,01% menjadi 0,025% sampai 0,05% krim/gel atau

cair. setelah perbaikan, obat dikurangi hingga dosis efektif terendah

untuk pemeliharaan.

Perbaikan terjadi selama periode bulan (2-5 bulan), tetapi mungkin

diperlukan waktu lebih lama untuk komedo noninflamed. Retinoid

topikal digunakan di malam hari, antibiotik topikal dan gel benzoil

peroksida digunakan siang hari.4

12

Page 13: Referat Akne Newest

Terapi kombinasi yang terbaik, dengan menggunakan benzoil

peroksida-erythromycyn gel ditambah retinoid topikal (tretinoin atau

tezarotone komedo).7

b. Akne sedang

Antibiotik oral ditambahkan ke resimen di atas. antibiotik yang

paling efektif adalah minocycline, 50-100 mg dua kali sehari, atau

doksisiklin, 50-100 mg dua kali sehari, dan ini diturunkan ke 50 -

mg/hari mengurangi jerawat. Pada wanita, akne sedang dapat

dikontrol dengan dosis tinggi estrogen oral dikombinasikan dengan

progesteron atau antiandrogen, tetapi jika pengobatan dihentikan

dapat mengakibatkan jerawat tumbuh kembali.7

c. Akne berat

Selain pengobatan topikal diuraikan di atas, pengobatan sistemik

dengan isotretinoin diindikasikan untuk pengobatan jerawat kistik

atau membulat atau refakter. Obat ini rutin diberikan untk 4-6 bulan

saja dengan dosis 0,5-1 mg/kg bb/hari. Namun untuk seorang laki-laki

muda dengan jerawat pada daerah badan diberikan dosis tinggi.

Retinoid ini menghambat fungsi kelenjar sebaceous dan keratinisasi

dan sangat efektif. Isotretinoin oral menyebabkan untuk

menyelesaikan remisi pada hampir semua kasus, yang berlangsung

selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun di sebagian besar

pasien.7

VII. Komplikasi

Semua lesi akne vulgaris mempunyai potensi untuk meninggalkan

sequelae. Hampir semua lesi akne vulgaris meninggalkan transient

macular erythema setelah penyembuhan. Pada kulit yang lebih gelap,

post-inflamasi hiperpigmentasi dapat timbul beberapa bulan setelah

penyembuhan lesi akne. Pada kebanyakan individu lesi akne vulgaris

menimbulkan scar yang permanen.1

Akne vulgaris mengakibatkan gangguan psikologis pada banyak

pasien. Sekitar 30-50% remaja mengalami gangguan psikologis karena

akne vulgaris. Beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa pasien

13

Page 14: Referat Akne Newest

yang mengalami akne vulgaris memiliki level gangguan sosial, psikologi

dan emosional.1

IX. Prognosis.

Pada umumnya prognosis dari akne vulgaris cukup baik. Akne

vulgaris biasanya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang

terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi

sangat berat sehingga perlu dirawat inap dirumah sakit.1,2

Daftar pustaka

1. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne

Vulgaris and Acne Vulgarisiform Eruptions. In: Wolff K,

14

Page 15: Referat Akne Newest

Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffell D, eds.

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7 Th ed. New

York:McGraw-Hill; 2007. p: 690-703.

2. Wasitaatmadja S M . Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima .

Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia ; 2007 . hal . 253 - 259.

3. Davey P . Akne vulgaris Vulgaris . Dalam : At a Glance Medicine . Jakarta :

Penerbit Erlangga ; 2003. hal . 404.

4. Hunter J, Savin J, Dahl M. Sebaceous and sweat gland disorders. In :

Clinical Dermatology 3rd Ed. UK: Blackwell publishing 2003. p : 148-157

5. Burns Tony, Sthepen Breathnach, Neil Cox, Christopher Griffiths. Rook’s

Textbook of Dermatology vol 1-4 Seventh Edition. 2004. Chapter 43, p :

15-16.

6. James WD, Berger TG, Elston DM. Akne vulgaris. In : James W,

Berger T, ElstonDM, eds. Andrews’ Disease of the Skin Clinical

Dermatology 10Th ed. Canada : ElSevier; 2000. p: 231

7. Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffell D.

Disorders of the sebaceous and apocrine glands. In : Fitzpatrick’s Color

Atlas annd Symopsis of Clinical Dermatology 6th ed. New York:McGraw-

Hill; 2007. p: 2-8

15

Page 16: Referat Akne Newest

LAMPIRAN

16