hubungan antara tendensi gaya kelekatan dengan penyesuaian...

10
HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA SMP ISLAM PAITON YANG TINGGAL DI PESANTREN ARTIKEL PENELITIAN OLEH LAILATUL FITRIYAH 409112420600 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI MEI 2013

Upload: hoangbao

Post on 06-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel016F9C439BB5427EA81FF... · proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan

0

HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN

SOSIAL PADA SISWA SMP ISLAM PAITON YANG TINGGAL DI PESANTREN

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH

LAILATUL FITRIYAH

409112420600

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI

MEI 2013

Page 2: HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel016F9C439BB5427EA81FF... · proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan

1

HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN

SOSIAL PADA SISWA SMP ISLAM PAITON YANG TINGGAL DI PESANTREN

Lailatul Fitriyah ([email protected])

Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

Abstrak

Gaya kelekatan yang dibangun sejak lahir dapat berlaku sebagai fungsi adaptif bagi remaja untuk

menguasai lingkungan-lingkungan baru. Relasi yang baik dengan pengasuh akan menjadikan

seorang anak memiliki secure attachment dan mengembangkan interaksi yang baik dengan

orang lain dan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Gaya kelekatan pada masa remaja dapat

membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja sebagaimana tercermin dalam ciri-

ciri seperti self esteem, penyesuaian sosial, dan emosional. Penelitian ini dilakukan pada siswa

SMP Islam Paiton yang tinggal di pesantren sebanyak 100 orang. Data hasil penelitian dianalisis

dengan menggunakan teknik analisis deskripstif dan analisis korelasi product moment pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kelekatan aman pada remaja awal yang tinggal di

pesantren sebagian besar dalam kategori sedang dengan prosentase sebesar (76%) dan

penyesuaian sosial pada remaja awal yang tinggal di pesantren sebagian besar dalam ketegori

sedang dengan prosentase (59%). Uji hipotesis menyimpulkan terdapat hubungan yang positif

dan signifikan anatara gaya kelekatan dan penyesuaian sosial pada remaja awal yang tinggal di

pesantren (rxy = 0,281; p = 0,005 < 0,05).

Kata kunci: Gaya Kelekatan Aman (Secure), Penyesuaian Sosial.

Abstract

Attachment style that had developed since baby is born can be applied as adaptif function of

adolescense for can be survive in new social environment. A good relation with caregiver will

allow an infant to have a secure attachment and evolve a good interaction both of with another

and good social adaption. Attachment style, on adolescence period can help to construct social

competence and social prosperity of them as mirrored on any specific trait as self esteem, social

adjusment, and emotional adjusment. Research’s subject of this study is Paiton’s Islamic Senior

High School’s student that have living on Islamic boarding school. Analysis result’s data

analized with descriptive analysis technique and correlation analysis with product moment

pearson analysis technique.Research analysis result eksposed that most of secure attachment

style of early adolescense thah living on Islamic boarding school categoried at middle category

with 76 percent of all subject and social adjustment of them is also categoried at middle category

with 59 percent of all subject. Hypotesis experiment exposed that there is any positif and

significant correlation between secure attachment style with social adjustment of early

adolescense thah living on islamic boarding school (rxy = 0,281; p = 0,005 < 0,05).

Keyword : secure attachment style, social adjustment.

Page 3: HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel016F9C439BB5427EA81FF... · proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan

2

PENDAHULUAN

Pendidikan yang menekankan pada aspek keagamaan banyak dikembangkan dalam

pesantren. Pendidikan dengan basis keagamaan seperti pesantren banyak diminati oleh orang tua

sebagai lembaga pendidikan untuk menempuh pendidikan bagi anak mereka dengan alasan

bahwa pesantren memiliki keunggulan dapat mendidik siswa bukan hanya dalam materi

pendidikan umum namun lebih menekankan konsep keagamaan yang dapat mendidik siswa-

siswinya berdasarkan aspek moral dan etika keagamaan. Salah satu ciri khas dari kehidupan di

pesantren adalah berkumpulnya banyak santri dari berbagai daerah. Lingkup sosial dengan

karakter multikultur memiliki kerentanan terhadap munculnya konflik sosial. Mengatasi

munculnya konflik sosial dapat dikembalikan pada bagaimana setiap individu dalam kelompok

sosial menyesuaikan dirinya dengan kultur individu lain yang mungkin dapat berlainan budaya

dan kebiasaan.

Perubahan yang menuntut tanggung jawab besar bagi remaja adalah hal yang baru dan

menjadi beban. Khusunya ketika anak harus tinggal terpisah, dan siap menjadi mandiri.

Kedekatan dengan orang tua selama ini membuat anak merasa nyaman dan aman ketika

mengahadapi hal-hal yang baru. Menurut Santrock (2002) menyebutkan bahwa attachment

dengan orang tua selama masa remaja dapat berlaku sebagai fungsi adaptif, yang menyediakan

landasan yang kokoh dimana remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan

baru dan suatu dunia sosial yang luas dalam suatu cara yang secara psikologis sehat.

Anak yang merasa yakin terhadap penerimaan lingkungan akan mengembangkan

kelekatan yang aman dengan figur lekatnya (secure attachment) dan mengembangkan rasa

percaya tidak saja pada ibu juga pada lingkungan. Hal ini akan membawa pengaruh positif dalam

proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan bahwa Attachment yang kokoh atau

keterkaitan dengan orang tua menigkatkan relasi teman sebaya yang kompeten dan relasi erat

yang positif di luar keluarga.

Pengertian gaya kelekatan

Kelekatan (attachment) dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958

bernama John Bowlby yang mengatakan bahwa bayi mendemonstrasikan kedekatan mereka

kepada ibunya melalui beberapa tipe perilaku seperti menghisap, mengikuti, menangis, dan

tersenyum (Santrock, 2003). Gaya kelekatan merupakan suatu ikatan emosional dan resiprokal

Page 4: HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel016F9C439BB5427EA81FF... · proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan

3

yang saling berhubungan anatara anak dan figure attachment dan saling memberikan konstribusi

dalam kualitas hubungan mereka ataupun orang lain.

Menurut teori Bowlby, pengalaman awal dengan pengasuh utama diinternalisasi oleh anak-

anak untuk membentuk internal working models yaitu struktur kognitif yang bertindak sebagai

prototipe untuk hubungan selanjutnya di luar keluarga. Konseptualisasi Bartholomew telah

menyusun konsep internal working models dari Bowlby dalam empat kategori attachment, yang

pada awalnya hanya tiga kategori dari Bowlby. Empat pola prototipe attachment dibagi kedalam

dua jenis internal working models, yaitu internal working models atas diri dan internal working

models atas orang lain.

Keempat kategori tersebut adalah gaya kelekatan aman (secure attachment style) dimana

seseorang dengan gaya kelektana ini memiliki silf-esteem yang tinggi dan positif terhadap orang

lain. Secure attachment pada masa remaja dipercaya dapat mendukung kompetensi sosial dan

well-being remaja yang direfleksikan melalui beberapa karakteristik seperti self esteem yang

tinggi, penyesuaian emosional dan positif terhadap orang lain, sehingga ia mencari kedekatan

intrapersonal dan merasa nyaman dalam hubuingan. Orang yang memiliki secure attachment

akan mengembangkan model mental diri sebagai orang yang berharga, penuh dorongan, dan

mengembangkan model mental orang lain sebagai orang yang bersahabat, dipercaya, responsif,

dan penuh kasih sayang (Collins & Read 1991).

Gaya kelekatan takut-menghindar (fearful-avoidant attachment style) seseorang dengan

gaya kelekatan ini memiliki self-esteem yang rendah dan negative terhadap orang lain. Remaja

dengan gaya ini menggambarkan orang tua mereka secara negatif (Levy dkk, 1998 dalam Baron

& Byrne 2005), memdam perasaan marah tanpa menyadarinya (Mikulincer, 1998a dalam Baron

& Byrne 2005).

Gaya kelekatan terpreokupasi (preoccupied attachment style) seseorang dengan gaya

kelekakan ini memiliki pandangan yang negatif mengenai self yang dikombinasikan dengan

harapan yang positif tentang orang lain. Remaja yang terpreokupasi mencari kedekatan dalam

hubungan, tetapi juga mengalami kecemasan dan rasa malu karena merasa tidak pantas

menerima cinta dari orang lain (Lopez dkk, 1997 dalam Baron & Byrne 2005).

Kemudian gaya kelekatan menolak (dismissing attachment style) seseorang dengan gaya

kelekatan ini memiliki pandangan positif tentang dirinya dan memiliki harapan yang negetif

tentang orang lain. Gaya kelekatan ini digambarkan sebagai gaya yang memiliki konflik dan

Page 5: HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel016F9C439BB5427EA81FF... · proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan

4

agak tidak aman, dimana remaja merasa dirinya layak memperolah hubungan akrab namun orang

lain lebih mungkin untuk melihat secara tidak positif dan mendreskrpsikan dirinya sebagai orang

yang tidak ramah. Baron dan Byrne (2005).

Pengertian penyesuaian sosial

Menurut Hurlock (1990) menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan keberhasilan

seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok

pada khususnya. Menurut Hurlock (1978) ada beberapa kriteria untuk mencapai penyeseuaian

sosial yang baik yaitu penampialan nyata, perilaku sosial yang ditampilkan individu sesuai

dengan standart kelompok. Penyesuaian diri terhadap kelompok, Individu mampu menyesuaikan

diri terhadap berbagai kelompok. Sikap sosial, individu dapat menunjukkan sikap yang

menyenangkan bagi orang lain maupaun bagi partisipasi sosialnya. Kepuasan pribadi, individu

marasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran sosial yang dihadapi.

Hubungan gaya kelekatan terhadap penyesuaian sosial remaja

Menurut Santrock (2002) menyebutkan bahwa attachment dengan orang tua selama masa

remaja dapat berlaku sebagai fungsi adaptif, yang menyediakan landasan yang kokoh dimana

remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial

yang luas dalam suatu cara yang secara psikologis sehat.

Remaja yang mempunyai gaya kelakatan aman mempunyai harga diri yang lebih tinggi

disbandingkan dengan mereka dalam kelompok kelekatan cemas. Remaja dengan gaya kelekatan

aman menekankan pentingnya hubungan kelekatan yang hangat dalam perkembangan yang

positif, koheren, dan strukur diri yang diorganisasikan dengan baik. (Collins dan Read dalam

Helmi, 1999) mengatakan bahwa orang dengan gaya kelekatan aman akan lebih percaya diri

dalam situasi sosial dan lebih asertif. Orang dengan gaya kelekatan aman akan mengembangkan

sikap yang responsive, bersahabat, dan penuh kasih terhadap lingkungan sosialnya,

kelekatan yang dibina oleh anak dan pengasuh (ibu) merupakan suatu bekal yang akan

dibawa oleh seseorang pada dunia sosialnya melalui interaksi-interaksi sosial maupun

kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Relasi yang baik dengan

pengasuh akan menjadikan seorang anak memiliki secure attachment dan mengembangkan

interaksi yang baik dengan orang lain dan memiliki penyesuaian sosial yang baik pula.

Sebaliknya, jika hubungan yang dibentuk memalui relasi dengan pengasuh cenderung

mengembangkan insecure attachment maka yang yang timbul adalah ketidaknyamanan untuk

Page 6: HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel016F9C439BB5427EA81FF... · proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan

5

memiliki kedekatan dan cenderung tidak tertarik untuk membangun hubungan sosial dengan

orang lain.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini terdapat variabel

bebas dan variabel terikat, yaitu gaya kelekatan aman (secure) sebagai variabel bebas (X) dan

penyesuaian sosial sebagai variabel terikat (Y). Adapun rancangan penelitian ini dapat

digmbarkan sebagai berikut:

a. Populasi dan sampel

Dalam penelitian ini populasi yang di pilih adalah siswa-siswi SMP Islam di kabupaten

probolinggo yang tinggal di pesantren dan berjumlah 216 siswa. Sampel dari penelitian ini

sejumlah 100 orang dari 216 siswa.

b. Instrumen penelitian

Pada penelitian ini menggunakan model instrument penelitian yaitu skala model likert dan

angket. Pada variabel (X) menggunakan angket gaya kelekatan, dan variabel (Y) menggunakan

skala penyesuaian sosial.

Pengumpulan Data

Langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Menentukan survei lapangan untuk observasi dan untuk mengetahui lokasi penelitian dan

mencari data jumlah siswa di lokasi uji coba dan penelitian

2. Membuat surat ijin penelitian ke Fakultas dalam bentuk rekomendasi untuk mengadakan

penelitian di lokasi penelitian.

3. Menentukan tanggal dan hari pengambilan data.

4. Mempersiapkan dan meneliti instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, untuk

kemudian disebarkan kepada responden uji coba dan penelitian disertai dengan wawancara

sebagai data pendukung.

5. Pengumpulan kembali instrumen penelitian, kemudian dilakukan tabulasi dan analisis data.

Gaya kelekatan

Aman

Penyesuaian sosial

Page 7: HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel016F9C439BB5427EA81FF... · proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan

6

Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik analisis

deskriptif dan analisis korelasional. Analisis deskriptif dalam penelitian ini pada awalnya

ditujukan untuk mengenali kecenderungan kaya kelekatan pada keseluruhan (100) subjek pada

salah satu dari keempat jenis gaya kelekatan. Setelah menentukan tendensi pada salah satu gaya,

dilakukan analisis deskripsi kedua untuk mendeskripsikan satu gaya kelekatan yang ditetapkan

sebagai tendensi subjek baik secara individual maupun dalam kelompok. Analisis deskriptif

dilakukan untuk mengetahui kategorisasi gaya kelekatan aman (secure), dan penyesuaian sosial

pada subyek penelitian. Dalam analisis ini menggunakan norma kelompok disusun tiga tingkatan

pengkategorian berdasarkan harga mean (M) dan standard deviasi (SD), yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Dan analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik korelasi Formula

Product Moment Pearson. Variabel yang dikorelasikan adalah data gaya kelekatan secure yang

telah menjadi tendensi pada korpus data dan varibel data hasil skoring pada penyesuaian sosial.

Hasil

1. Dari hasil angket gaya kelekatan diketahui bahwa 100 subjek penelitian memiliki

tendensi gaya kelekatan aman. Setelah menetapkan kecenderungan pada satu fokus gaya

kelekatan aman, peneliti membagi kembali hasil penyekoran pada gaya kelekatan aman

dalam tiga kategori berdasarkan frekuensi tinggi, sedang, dan rendah yang di peroleh

berdasarkan mean dan standart deviasi.

2. Tingkat gaya kelekatan aman (secure) pada 100 orang subjek penelitian berada pada

kategori tinggi sebanyak 2 orang (2%), sedang 76 orang (76%), dan rendah 22 orang

(22%). Jadi gaya kelekatan aman (secure) pada remaja awal yang tinggal dipesantren

sebagian besar termasuk dalam kategori sedang, yaitu dari jumlah subjek 100 orang,

terdapat 76 orang (76%).

3. Berdasarkan hasil analisis dari skala penyesuaian sosial dapat diketahui gambaran

penyesuaian sosial secara umum. Setelah melakukan penelitian terhadap 100 subjek

remaja yang tinggal di pesantren, dapat diketahui bahwa penyebaran skor penyesuaian

sosial pada remaja pesantren melalui mean dan standart deviasi dengan pengkategorian

tinggi, sedang, dan renadah.

4. Penelitian pada 100 remaja awal yang tinggal dipesantren dapat diketahui bahwa tingkat

penyesuaian sosial yang berada pada kategori tinggi sebanyak 8 orang (8%), sedang 59

Page 8: HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel016F9C439BB5427EA81FF... · proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan

7

orang (59%), dan rendah 33orang (33%). Jadi penyesuaian sosial pada remaja awal yang

tinggal dipesantren sebagian besar termasuk dalam kategori sedang, yaitu dari jumlah

subjek 100 orang, terdapat 59 orang (59%).

5. Diketahui bahwa koefisien korelasi menggunakan product moment antara gaya kelekatan

aman dan penyesuaian sosial adalah sebesar 0,281, dengan asymp. Sig < 0.05. Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat

korelasi atau hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kelekatan aman dan

penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di pesantren dengan taraf signifikansi

sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya kelekatan aman maka

semakin tinggi tingkat penyesuaian sosial pada remaja awal yang tinggal di pesantren.

Begitu juga sebaliknya, semakin rendah gaya kelekatan aman maka semakin rendah

penyesuaian sosial pada remaja awal yang tinggal di pesantren.

Diskusi

Gaya kelekatan (Attachment style) pada masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan

kesejahteraan sosial remaja sebagaimana tercermin dalam ciri-ciri seperti self esteem,

penyesuaian sosial, dan emosional. Attachment yang kokoh antara anak dengan orang tua akan

meningkatkan relasi teman sebaya yang kompeten dan relasi erat yang positif di luar keluarga

(Santrock, 2002).

Pengalaman awal dengan pengasuh utama diinternalisasikan oleh anak untuk membentuk

internal working models yaitu struktur kognitif yang berperan sebagai dasar dalam membangun

hubungan dengan orang lain di luar keluarganya. Empat dasar pola attachment didefinisikan

dalam dua bentuk internal working models, yaitu internal working models atas diri sendiri dan

internal working models atas orang lain. Internal working models yang positif terhadap diri

adalah perasaan dicintai dan merasa berharga, sementara internal working models positif

terhadap orang lain melibatkan harapan seseorang terhadap dukungan dan keberadaan orang lain.

Internal working models negatif terhadap diri sendiri dikarakteristikkan dengan kecemasan

tentang kedekatan dan memiliki ketergantungan yang berlebihan, sementara internal working

models negatif terhadap orang lain dikarakteristikkan dengan menghindari keintiman.

Orang-orang yang secure memiliki pandangan positif terhadap diri dan orang lain. Semakin

tingginya tingkat gaya kelekatan aman (secure attachment) menunjukkan bahwa individu

tersebut semakin memiliki penyesuaian sosial yang baik, hal itu berarti individu memiliki

Page 9: HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel016F9C439BB5427EA81FF... · proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan

8

perasaan bahwa dirinya dicintai dan berharga, serta memiliki harapan akan dukungan dan

keberadaan orang lain sehingga kemungkinan individu memiliki penyesuaian sosial yang tinggi.

Bila dilihat dari hasil analisis gaya kelekatan aman (secure) remaja awal yang tinggal di

pesantren, sebagian besar berada dalam kategori sedang. Dimana remaja memiliki pandangan

yang positif terhadap diri dan orang lain yang cukup baik. Namun, dalam hubungan dekat (close

relationship) remaja awal yang tinggal di pesantren ini cenderung memandang dirinya sebagai

orang yang memiliki self esteem yang negatif atau harga diri yang rendah dan akan selalu

berharap dengan kehadiran orang lain. Sehingga ketika berada dalam kondisi yang melibatkan

suatu hubungan dekat, remaja akan cenderung selalu berharap kepada orang lain dan tidak

memiliki keyakinan bahwa drinya mampu. Hal ini disebabkan oleh pembiasaan resiprokal

dalam pembentukan attachment pada masa bayi yang terlalu dijaga menjadikan remaja terbiasa

untuk selalu berharap dengan adanya timbal balik dari orang lain.

Hal ini berhubungan dengan penyesuaian sosialnya, dimana gaya kelekatan aman memiliki

hubungan yang positif terhadap penyesuaian sosial remaja. Berdasarkan hasil analisis

penyesuaian sosial, dapat dikatahui bahwa penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di

pesantren berada dalam kategori sedang. Artinya, remaja awal yang tinggal di pesantren

memiliki penyesuaian sosial yang cukup baik.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel016F9C439BB5427EA81FF... · proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan

9

DAFTAR PUSTAKA

Adshed, Gwen dan Pfaffin, Friedmann. 2004. A Matter Of Security : The Appliction Of

Attachment Theory To Forensic Psychiatry And Psychology. London And New York:

Jessica Kingsley Publishers.

Baron and Byrne. 2005. Psikologi Sosial jilid2. Jakarta: Erlangga.

Helmi, A. F. 1999. Gaya Kelekatan dan Konsep Diri. Jurnal Psikologi No. 1, 9-17 Universitas

Gajah Mada.

Hurlock, B, E. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

…………….1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

…………… 2009. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.

Jakarta: Erlangga.

Mayer. G. D. 2012. Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Miller, Pactricia H. 2011. Theories Of Developmental Psychology 5 ed. New York USA: Worth

Publishers.

Santrock, J, W. 2002. Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,. 2002. Attachment Related Psychodinamics, Attachment and Human Development.

New Jersey: McGraw Hill.

…………… 2003. Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

…………… 2009. Masa Perkembangan Anak: Jakarta: Salemba Humanila.

Shaffer, David R and Katherine Kipp. 2010. Developmental Psychology: Childhood and

adolescence 8ed. Belmont, CA: Wadsworrth, Cengange Learning.