hubungan antara status gizi, pola makan, dan stres dengan
TRANSCRIPT
Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri di SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013
Amanda Davianti Sari, Asih Setiarini
Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi, pola makan, dan stres dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMA Negeri 68 Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengambilan sampel menggunakan metode random klaster. Sampel yang diteliti adalah kelas X dan XI dengan total sampel berjumlah 104 siswa. Data yang dikumpulkan berupa lama siklus menstruasi, IMT/U, persen lemak tubuh, frekuensi makan utama dalam sehari, asupan energi dan makronutrien, dan tingkat stres. Data ini dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner mandiri, wawancara recall 3x24 jam, pengukuran antropometri untuk berat dan tinggi badan dan pengukuran persen lemak tubuh menggunakan BIA. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 43 responden (41,3%) mengalami siklus menstruasi tidak teratur dan terdapat hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh dan stres dengan siklus menstruasi (nilai p<0,05). Kata Kunci : Siklus Menstruasi, status gizi, pola makan, stres
ABSTRACT This study aimed to identify the association between nutritional status, food pattern, and stress with menstrual cycle on female student of SMA Negeri 68 Jakarta. This study used the cross sectional design by using cluster random sampling method. The observed sample in this study was the 10th and 11th grader consisting 104 students. The collected data were menstrual cycle length, BAZ, percent of body fat mass, frequency of main eating per day, energy and macronutrient intake, and stress level. These data were collected by using self administered questionnaire, 3x24 hours recall interview, antropometric measurement for weight and height, and body fat measurement using BIA. This study used chi-square test analysis. The result of this study showed that there are 43 respondents (41,3%) had irregular menstrual cycle and there is significant correlation between percent of body fat mass and stress with menstrual cycle. (p value < 0,05). Kata Kunci : Menstrual cycle, nutritional status, food pattern, stress PENDAHULUAN
Umur remaja bagi seorang wanita merupakan umur penting dimana pada
masa ini fungsi psikologis maupun fisiologis tubuhnya sedang berkembang dalam
keadaan optimal. Masa peralihan dari masa kanak-kanak hingga masa remaja, baik
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
pada laki-laki dan wanita, ditandai dengan suatu perubahan fisik dan psikologik yang
disebut dengan pubertas. Pubertas pada wanita salah satunya ditandai dengan
munculnya haid atau menstruasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sianipar et
al (2009) bahwa remaja wanita rentan mengalami gangguan pada tahun-tahun awal
menstruasi. Terdapat sebesar 75% wanita pada tahap remaja akhir mengalami
gangguan mesntruasi seperti menstruasi yang tertunda, ketidakteraturan, rasa nyeri
serta perdarahan yang banyak sehingga mengharuskan mereka untuk menemui
dokter (Lee et al, 2006). Gangguan menstruasi memerlukan evaluasi yang seksama
karena gangguan menstruasi yang tidak ditangani dapat mempengaruhi kualitas
hidup dan aktivitas sehari-hari. Efek gangguan menstruasi yang dilaporkan antara
lain waktu istirahat yang memanjang (54%) dan menurunnya kemampuan belajar
(50%) (Lee et al., 2006). Terjadinya siklus menstruasi yang tidak teratur harus
diperhatikan oleh setiap wanita sejak awal terjadinya menstruasi, yakni pada usia
remaja sehingga tidak menimbulkan dampak bagi kesehatan reproduksi seperti
terjadinya infertilitas pada wanita (Rich-Edwards et al., 2002)
Pada populasi di US menunjukkan 19% wanita umur 18-55 tahun mengalami
gangguan dengan menstruasinya (Strine, 2005), dan juga dari hasil penelitian di
India, mayoritas dari wanita yang dilaporkan memiliki rata-rata 37,9% mengalami
menstruasi tidak teratur (Williams, 2006). Prevalensi rata-rata wanita umur 10-59
tahun yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur di Indonesia sebesar 13,7%,
sementara prevalensi di DKI Jakarta mencapai 17,2% (Riskesdas, 2010). Dan pada
penelitian terbaru yang dilakukan di sebuah Sekolah Menengah Atas di Jakarta oleh
Sianipar et al (2009) menunjukkan hasil bahwa terdapat 63,2% responden yang
mengalami gangguan menstruasi dengan gangguan pada siklus menstruasi sebesar
5%. Pada studi yang telah dilakukan di beberapa negara bagian barat didapatkan
hubungan antara hormon, asupan makanan, dan berat badan yang dinilai melalui
status gizi terhadap siklus menstruasi (Chung et al., 2010).
Berat badan memiliki efek terhadap pubertas seperti yang diungkapkan oleh
Baron-Faust (1998) bahwa kadar lemak tubuh dibutuhakan untuk memicu proses
terjadinya menstruasi. Penelitian yang dilakukan pada wanita di Taiwan tahun 2010
menemukan bahwa terdapat hubungan antara variasi dalam pola menstruasi dengan
asupan makanan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di enam kota di
Indonesia, didapatkan hasil sekitar 15,20% remaja mengonsumsi makanan cepat saji
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
sebagai makan siang dimana kandungan lemaknya sangat tinggi dan jika dikonsumsi
secara terus menerus dapat menyebabkan kegemukan pada remaja (Khomsan,
2003). Selain itu gangguan menstruasi yang disebabkan oleh kegagalan ovulasi
merupakan dampak dari adanya stres yang memberi tekanan terhadap hormon
GnRH, FSH, dan LH yang berhubungan dengan terjadinya menstruasi (Isnaeni,
2010).
Status gizi pada remaja wanita berperan penting dalam menentukan kelahiran
generasi selanjutnya. Hal ini berhubungan pula dengan pola makan yang diterapkan
karena kecukupan asupan zat gizi juga berkaitan erat dengan berbagai macam
sistem fisiologis dan psikologis tubuh. Asupan zat gizi dan tingkat stres akan
memberikan dampak terhadap sistem reproduksi, salah satunya adalah siklus
menstruasi. Hal ini menjadi alasan peneliti untuk melihat hubungan antara siklus
menstruasi dengan variabel-variabel yang berhubungan seperti status gizi, pola
makan, dan tingkat stres pada remaja wanita di SMA 68 Jakarta tahun 2013.
Pemilihan SMA 68 sebagai lokasi yang akan diteliti didasarkan atas lokasinya yang
berada di pusat kota Jakarta dimana terdapat berbagai variasi latar belakang sosial,
ekonomi dan budaya serta gaya hidup dari sasaran penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran status gizi
berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur dan persen lemak tubuh, pola
makan berdasarkan frekuensi makan utama serta asupan energi dan makronutrien,
dan stres serta hubungannya dengan siklus menstruasi pada siswi SMAN 68
Jakarta.
TINJAUAN TEORITIS Remaja merupakan individu yang berusia 10-20 tahun sebagaimana
didefinisikan oleh Sarwono (200). Menurut Behrman, Kliegman & Jenson (2004)
dilihat dari segi umur, remaja dibedakan menjadi 3 yaitu remaja awal/early
adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun)
dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun). Remaja akan mengalami suatu
fase pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu proses perkembangan seseorang
ditandai dengan pubertas. Terjadi beberapa proses dalam masa pubertas seperti
yang dijelaskan oleh Achadi (2001) (dalam Saddah, 2004), yaitu :
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
1. Perkembangan fisik remaja salah satunya ditandai dengan pubertas. Pada
masa pubertas terjadi proses biologis yang ditandai dengan bertambahnya tinggi
badan dan berat badan yang cukup signifikan, perubahan dalam komposisi tubuh
dan jaringan, serta perubahan karakteristik seksual. Proses pubertas pada wanita
dalam masa transisi berlangsung rata-rata selama empat tahun dan pada masa ini
tinggi badan mencapai sekitar 15-20% tinggi badan dewasa. Sedangkan untuk berat
badan masa pubertas merupakan 50% dari berat badan dewasa yang ideal.
2. Perubahan pada berat dan tinggi badan, terjadi pula perubahan komposisi
tubuh yang dipengaruhi hormon, yaitu estrogen dan progesteron pada wanita,
testosteron dan androgen pada laki-laki. Pada remaja wanita, lemak tubuh yang
disimpan lebih banyak pada saat memasuki masa pubertas, yaitu sebesar 15% dan
25% pada saat pertumbuhan selesai. Pada remaja wanita diasumsikan
membutuhkan sedikitnya 17% lemak untuk terjadinya menarche dan 22% untuk
mempertahankan kemampuan sistem reproduksinya.
Menstruasi merupakan proses katabolisme dan terjadi dibawah pengaruh
hormon hipofisis dan ovarium (Benson dan Pernoll, 1994). Menurut Bobak (2004),
menstruasi ialah perdarahan periodik yang terjadi di uterus, dimulai sekitar empat
belas hari setelah ovulasi dan terjadi secara berkala akibat luruhnya lapisan
endometrium uterus,sedang siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang
secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan. Siklus
menstruasi disebut juga siklus ovarium dan normalnya berlangsung sekitar 28 hari
dengan rentang 21 hingga 35 hari selama usia subur (kecuali ketika hamil).
Dalam keberlangsungannya, menstruasi dapat mengalami gangguan-
gangguan yang salah satunya mempengaruhi dan berkaitan dengan siklus
menstruasi tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Wiknjosastro (2005) gangguan
menstruasi yang berhubungan dengan siklusnya digolongkan menjadi 3 macam
yaitu:
1). Polimenorea
Pada polimenorea siklus menstruasi lebih pendek dari biasa (kurang dari 21
hari). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan
gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti
ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
2). Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada
oligomenorea biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea
kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi
biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasa.
3). Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi sedikitnya tiga bulan
berturut-turut. Amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas
tidak pernah dapat menstruasi, sedangkan pada amenorea sekunder penderita
pernah mendapat menstruasi tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer
umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui,
seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya
amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian
dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor,
penyakit infeksi, dan lain-lain.
Remaja merupakan golongan yang rentan terhadap pengaruh budaya dari
luar karena pada masa tersebut mereka mengalami masa pencaharian identitas diri
akibat proses transisi. Pengaruh yang terjadi bukan hanya pada penampilan fisik tapi
juga pada perubahan pola konsumsi makan. Remaja putri cenderung melewatkan
dua kali waktu makan dan lebih memilih mengonsumsi makanan yang cenderung
mengandung sedikit zat-zat gizi (Arisman, 2004). Remaja yang banyak
mengonsumsi makanan jajanan akan merasa kenyang karena padatnya kalori yang
terkandung dalam makanan jajanan tersebut. Sementara zat gizi lain seperti protein,
vitamin dan mineral masih sangat kurang (Khomsan, 2006).
Zat Gizi remaja tentu sangatlah penting dan mutlak diperlukan sebagaimana
untuk membantu proses perkembangan pada masa remaja baik perkembangan
biologis ataupun psikologis. Pemenuhan gizi pada masa remaja harus dilakukan
secara tepat dan seimbang. Hal ini dapat didukung dengan peningkatan jumlah
kebutuhan energi yakni meliputi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin
dan mineral. Penggunaan zat-zat gizi dan konsumsi makan yang mempengaruhi
tuuh akan membentuk status gizi seseorang (Almatsier, 2004). Status gizi
merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk yang diindikasikan
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
oleh berat badan dan tinggi badan. Status gizi juga didefinisikan sebagai status
kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data
antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000). Sementara menurut Jahari
(2004) status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
jumlah asupan zat gizi dengan jumlah kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai
proses biologis.
Penilaian status gizi dapat diketahui dengan melakukan pengukuran survei
konsumsi gizi, antropometri, biokimiawi maupun secara klinis. Pada remaja,
penilaian status gizi dapat dilakukan secara antropometri dengan menggunakan
indeks BB/TB yang dikenal dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan umur
dan jenis kelamin. Rumus perhitungan IMT adalah dengan membandingkan berat
badan dalam satuan kilo gram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Pada
anak/remaja status gizi diperoleh dari perbandingan IMT dan umur. Menurut WHO
(1995) dalam Depkes (2002), untuk menentukan klasifikasi status gizi digunakan Z-
score (standar deviasi) sebagai batas ambang.
Selain itu dapat pula dilihat status gizi melalui pengukuran massa lemak
tubuh. Massa lemak yang terdapat pada jaringan adiposa dan juga jaringan tubuh
lainnya merupakan massa lemak tubuh Banyaknya distribusi lemak dalam tubuh
dapat diukur menggunakan alat yaitu BIA (Bioelectric Impedance Analysis) yang
dapat mengukur lemak tubuh berdasarkan konduktivitas elektrik dalam satuan
persen dan juga kilogram.
Selain status gizi dan pola makan, keteraturan siklus menstruasi juga
berkaitan erat dengan hormon-hormon yang memicu terjadinya menstruasi. Salah
satu hormon tersebut berkaitan pula dengan terjadinya stres. Stres merupakan
ketidakmampu individu dalam mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,
emosional, dan spiritual dan dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.
(Saputri, 2010).
Ada beberapa metode pengukuran dalam mengukur tingkat stress individu,
khususnya pada remaja yang berupa kuesioner, salah satunya adalah lembar
evaluasi Perceived Stress Scale. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkatan
seberapa jauh seseorang berada dalam tekanan (stres). Kuesioner ini sesuai untuk
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
digunakan pada sasaran masyarakat dan juga anak usia sekolah. Dalam lembar
evaluasi, berisi pernyataan yang menggambarkan keadaan seseorang dalam satu
bulan terakhir. Kuesioner perceived stress scale ini telah banyak digunakan dan
memiliki reliabilitas baik dengan nilai 0,81. Pada 13 kuesioner ini terdapat skala
dimana sebagai indikator klasifikasi pembagian tingkat stres (Cohen, 1988).
METODOLOGI
Populasi studi pada penelitian ini adalah siswi SMAN 68 JAKARTA kelas X
dan XI yang telah mengalami menstruasi minimal selama dua tahun terakhir. Alasan
pengambilan populasi tersebut adalah karena pada tahun-tahun awal remaja putri
rentan terhadap gangguan menstruasi. Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda 2 proporsi, yaitu :
n =
Keterangan :
n : Jumlah sampel yang dibutuhkan α : Tingkat kesalahan 5 % Z1- α/2 : Derajat kepercayaan (confident interval) sebesar 95% = 1,96 Z1-β : Tingkat kekuatan uji (power test) sebesar 80% = 0,84 P1 : Proporsi tingkat kejadian siklus menstruasi tidak teratur pada kelompok siswi yang mengalami = 0,24 P2 : Proporsi tingkat kejadian siklus menstruasi teratur pada kelompok siswi yang mengalami = 0.56
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa jumlah sampel adalah sebanyak 37
orang. Perhitungan perbedaan 2 proporsi dikalikan dua dan ditambah 10% untuk
mengantisipasi ketidaklengkapan data, sehingga jumlah minimal responden untuk
sampel adalah sebanyak 81 orang. Sampel penelitian diambil berdasarkan metode
random kelas, untuk itu peneliti membagi jumlah proporsi kelas yang sama antara
kelas X dan XI yaitu masing-masing tiga kelas agar dapat memenuhi sampel
minimal, sehingga didapatkan total responden untuk penelitian ini adalah 104 orang.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi karakteristik
responden yang meliputi usia, kelas, dan tahun saat mengalami menstruasi pertama
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
diperoleh dengan pengisian kuesioner oleh responden. Data mengenai siklus
menstruasi diambil melalui pengisian kuisioner oleh responden. Indeks Massa Tubuh
(IMT) diperoleh dengan mengukur berat badan dan tinggi badan responden. Berat
badan diukur dengan menggunakan timbangan berat badan yang telah dikalibrasi
dengan ketepatan 0.1 kg dan berat maksimal 200 kg dan tinggi badan menggunakan
microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Pengukuran status gizi berdasarkan persen
lemak tubuh menggunakan alat BIA. Data yang menggambarkan pola makan
responden didapatkan melalui kuesioner mengenai frekuensi makan Penilaian dari
masing-masing pertanyaan akan dikategorikan dalam skala sering jika frekunsi
makan utama dalam sehari adalah ≥ 3 kali dan jarang jika hanya 1-2 kali dalam
sehari. Selain melihat gambaran pola makan, terdapat pula instrumen pengumpulan
data untuk asupan zat gizi makro yaitu asupan energi, karbohidrat, protein, dan
lemak berupa wawancara 24-hours food recall. Food recall dilakukan selama 3 hari,
yaitu dua hari recall pada hari kerja (senin-jumat) dan satu hari recall pada hari libur
(sabtu/minggu) dengan menggunakan alat bantu food model dan diolah
menggunakan software Nutrisurvey 2007. Instrumentasi yang digunakan dalam
mengukur tingkat kejadian stres pada remaja yaitu menggunakan kuesioner atau
lebih dikenal dengan perceived stress scale. Setiap kuesioner akan dihitung
berdasarkan klasifikasi skala dimana terbagi menjadi 2 yaitu, stres tingkat tinggi jika
skor hasil pengisian kuesioner bernilai >14,2 dan stres tingkat rendah jika skor ≤
14,2.
Analisis dalam penelitian ini terbagi atas analisis univariat dan bivariat.
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi variabel status gizi, pola makan,
tingkat stres, dan siklus menstruasi responden. Distribusi ini berupa frekuensi dan
persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Analisis bivariat ini menggunakan jenis uji chi
square untuk membuktikan adanya hubungan antara kedua variabel dimana kedua
variabel tersebut merupakan jenis kategorik dengan derajat kepercayaan sebesar
95%.
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
HASIL PENELITIAN
Hasil Analisis Univariat
Distribusi responden menurut siklus menstruasi terbagi atas dua kategori,
yaitu teratur dan tidak teratur. Berdasarkan tabel 1, sebanyak 61 responden (58,7%)
memiliki siklus menstruasi yang teratur dan 43 responden (41,3%) dengan siklus
menstruasi yang tidak teratur.
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Siklus Menstruasi Pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta
Kategori Jumlah Persentase Teratur 61 58,7 Tidak Teratur 43 41,3
Total 104 100
Distribusi dari variabel independen, yaitu status gizi berdasarkan indeks
massa tubuh dan persen lemak tubuh, pola makan berdasarkan frekuensi makan
utama dalam sehari dan asupan, serta tingkat stres tersaji dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2.Distribusi Responden Menurut Status Gizi, Pola Makan, dan Stres Pada Siswi SMA
Negeri 68 Jakarta
Kategori Jumlah (n=104)
Persentase
IMT/U
Normal 81 77,9 Lebih 23 22,1
Persen Lemak Tubuh Normal 58 55,8 Mendekati tinggi/Tinggi 46 44,2
Frekuensi Makan Utama 1-2 kali sehari 30 28,8 ≥ 3 kali sehari 74 71,2
Asupan Energi (kkal) Cukup
42
40,4
Kurang 62 59,6
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
Kategori Jumlah (n=104)
Persentase
Karbohidrat (gram) Cukup 80 76,9 Kurang 24 23,1
Protein (gram) Cukup 65 62,5 Kurang 39 37,5
Lemak (gram) Cukup 50 48,1 Lebih 54 51,9
Tingkat Stres Berat 76 73,1 Ringan 28 26,9
Distribusi responden menurut Indeks Massa Tubuh berdasarkan umur (IMT/U)
terbagi menjadi dua kategori, yaitu status gizi normal dan status gizi lebih.
Responden yang memiliki status gizi normal sebanyak 81 responden (77,9%) dan
yang memiliki status gizi lebih 23 responden (22,1%).Nilai rata-rata untuk IMT/U
adalah 0,30 SD dengan nilai z-score tertinggi 2,97 SD dan yang terendah adalah -
2,00 SD. Distribusi responden menurut persen lemak tubuh terbagi menjadi dua
kategori, yaitu normal dan mendekati tinggi/tinggi. Berdasarkan tabel 3, sebanyak 58
responden yang memiliki persen lemak tubuh normal (55,8%) dan 46 responden
(44,2%) yang memiliki persen lemak tubuh mendekati tinggi/tinggi. Nilai rata-rata
untuk persen lemak tubuh dari total 104 responden adalah 29,4% dengan nilai
tertinggi sebesar 39% dan yang terendah adalah 18,6%.
Berdasarkan frekuensi makan utama dalam sehari, distribusi responden atas
dua kategori, yaitu 1-2 kali sehari dan ≥ 3 kali sehari. Berdasarkan tabel 2, terdapat
74 responden (71,2%) dengan frekuensi makan ≥ 3 kali sehari dimana jumlah
tersebut lebih banyak dibandingkan persentase 30 responden dengan frekuensi
makan 1-2 kali sehari yaitu sebesar (28,8%).Sementara distribusi responden
menurut asupan energi dan makronutrien dibagi menjadi dua kategori untuk masing-
masing jenis asupan berdasarkan angka kecukupannya. Untuk asupan energi,
karbohidrat, dan protein terbagi atas kategori cukup dan kurang, sementara asupan
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
lemak terbagi menjadi kategori cukup dan lebih. Berdasarkan tabel 2, untuk
kecukupan energi terdapat 42 responden (40,4%) yang asupan energinya cukup dan
62 responden (59,6%) yang asupan energinya masih kurang dari angka kecukupan.
Nilai rata-rata asupan energi dari total 104 responden adalah 1375 kkal dengan
asupan tertinggi adalah 2528kkal dan yang terendah adalah 904 kkal. Untuk
kecukupan karbohidrat terdapat 80 responden (76,9%) yang asupan karbohidratnya
cukup dan 24 responden (23,1%) yang asupan karbohidratnya masih kurang dari
angka kecukupan. Nilai rata-rata asupan karbohidrat adalah 311,2 gram dengan
asupan tertinggi adalah 451 gram dan yang terendah adalah 233 gram. Sebanyak 65
responden (62,5%) sudah mencapai kecukupan proteinnya sedangkan 39 responden
(37,5%) lainnya masih dalam kategori kurang untuk kecukupan protein. Nilai rata-rata
untuk asupan protein adalah 48,8 gram dengan asupan tertinggi sebesar 80,2 gram
dan yang terendah adalah 28,6 gram. Untuk asupan lemak, terdapat sebanyak 50
responden (48,1%) yang asupan lemaknya cukup dan 54 responden (51,9%) lainnya
memiliki asupan lemak yang lebih. Rata-rata dari asupan lemak adalah sebesar 56,8
gram dengan nilai asupan tertinggi 86,7 gram dan yang terendah adalah 34,8 gram.
Distribusi responden menurut tingkat stres terbagi atas dua kategori, yaitu
tingkat stres berat dan tingkat stres ringan. Berdasarkan tabel 2, responden dengan
kategori tingkat stres berat mencapai (73,1%). Jumlah tersebut lebih besar
dibandingkan dengan persentase responden dengan tingkat stres ringan sebesar
(26,9%).
Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menunjukkan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji
chi-square.Uji chi-square digunakan untuk melihat hubungan antara kelompok
variabel kategorik. Analisis hubungan variabel independen terhadap variabel
dependen, yaitu siklus menstruasi tersaji dalam tabel berikut ini :
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
Tabel 3.Analisis Hubungan Status GIZI, Pola Makan, dan Stres dengan Siklus
Menstruasi Pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta
Siklus Menstruasi OR
Teratur Tidak teratur Total
n % n % n % (95% CI) P-value
IMT/U Normal 50 61,7 31 38,3 81 100,0 1,760 0,242
Lebih 11 47,8 12 52,2 23 100,0 (0,692-4,472)
Persen Lemak Tubuh Normal 42 72,4 16 27,6 58 100,0 3,730 0,002* Mendekati tinggi/Tinggi 19 41,3 27 58,7 46 100,0 (1,639-8,488)
Frekuensi Makan Utama 1-2kali sehari 16 53,3 14 46,7 30 100,0 1,358 0,516
≥3 kali sehari 45 60,8 29 39,2 74 100,0 (0,577-3,195)
Asupan Energi Cukup Kurang
24 37
57,1 59,7
18 25
42,9 40,3
42 62
100,0 100,0
0,902 (0,407-1,994)
0,797
Karbohidrat Cukup Kurang
50 11
62,5 45,8
30 13
37,5 54,2
80 24
100,0 100,0
1,970 (0,784-4,951)
0,146
Protein Cukup Kurang
41 20
63,1 51,3
24 19
36,9 48,7
65 39
100,0 100,0
1,623 (0,726-3,630)
0,237
Lemak Cukup Lebih
30 31
60,0 57,4
20 23
40,0 42,6
50 54
100,0 100,0
1,113 (0,509-2,432)
0,789
Tingkat Stres
Berat 38 50,0 38 50,0 76 100,0 0,217 0,003*
Ringan 23 82,1 5 17,9 28 100,0 (0,075-0,632)
*Signifikan p < 0,05
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari hasil analisis hubungan antara indeks
massa tubuh, frekuensi makan utama dan asupan energi serta makronutien
diperoleh nilai p value lebih besar dari 0,05 sehingga didapatkan kesimpulan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara IMT/U, frekuensi makan utama dan
asupan dengan siklus menstruasi. Sementara itu, hasil p value dari analisis persen
lemak tubuh dan tingkat stres dengan siklus menstruasi diperoleh nilai p value yang
lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara persen lemak tubuh dan tingkat stres dengan siklus menstruasi
pada siswi SMA Negeri 68 Jakarta.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebesar dari 104 responden,
terdapat 43 responden (41,3%) yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur.
Jumlah ini terlihat cukup signifikan dengan jumlah responden yang mengalami
menstruasi teratur sebanyak 61 responden (58,7%). %). Banyak responden yang
mengalami siklus menstruasi tidak teratur ini menunjukkan jumlah gangguan siklus
menstruasi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di
SMA di Jakarta Timur yang dilakukan oleh Sianipar, dkk (2009). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Sianipar, dkk (2009) tersebut, hanya sebanyak 2 orang dari 57
responden yang mengalami menstruasi tidak teratur sehingga prevalensi untuk
gangguan siklus menstruasi secara keseluruhan hanya mencapai persentase
sebesar 5%. Namun hasil penelitian ini menunjukkan persentase yang lebih rendah
dibandingkan dengan penelitian oleh Gitanisa (2012) dengan responden yang
mengalami siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 57,8%.
Adanya perbedaan yang signifikan ini dapat terjadi berkaitan dengan jumlah
responden yang memang berbeda. Pada penelitian ini, jumlah responden hampir
dua kali lipat dari jumlah responden dari penelitian sebelumnya sehingga
memungkinkan untuk didapatkannya jumlah responden yang mengalami siklus
menstruasi tidak teratur lebih banyak. Adapun faktor lain yang diduga mempengaruhi
perbedaan jumlah prevalensi kejadian siklus menstruasi tidak teratur ini adalah
tempat penelitian yang berbeda. Tempat penelitian yang dilakukan oleh peneliti
berada di pusat kota dengan latar belakang sosial ekonomi responden yang
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
bervariasi. Selain itu, sekolah yang menjadi tempat penelitian juga memiliki akses
yang mudah terhadap sarana dan prasarana baik untuk konsumsi maupun hiburan.
Pada penelitian ini, status gizi responden diukur berdasarkan IMT/U dan juga
persen lemak tubuh. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara IMT/U pada responden dengan siklus menstruasi. Hubungan
tersebut memperlihatkan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya yang
mengungkapkan bahwa tidak ada korelasi antara status gizi lebih dengan siklus
menstruasi yang abnormal (Van Hoff et al., 1998). Sementara itu, hasil ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Harlow dan Matanoski (1991) yang
menunjukkan bahwa kelebihan berat badan memiliki hubungan dengan probabilitas
siklus menstruasi yang memanjang. Selain itu Symons et al. (1997) menemukan
hubungan nonlinier antara panjang siklus dengan indeks massa tubuh lebih maupun
indeks massa tubuh rendah. Dalam kasus ini juga, siklus menstruasi terpanjang
ditemukan di antara kedua ujung batas indeks massa tubuh (status gizi lebih dan
kurang). Para responden dalam penelitian ini didistribusikan di semua kategori
indeks massa tubuh, namun didominasi oleh responden yang mengalami siklus
menstruasi dalam 25-35 hari yang telah dianggap sebagai panjang siklus menstruasi
yang teratur sesuai dengan Bachand et al. (2009).
Dalam penelitian ini, status gizi juga diukur berdasarkan persen lemak tubuh,
dan dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara persen lemak tubuh dengan siklus menstruasi. Responden dengan status gizi
yang normal belum tentu memiliki persen lemak tubuh yang normal pula (Amelia,
2009). Hal tersebut disebabkan distribusi persen lemak tubuh seseorang berbeda-
beda. Harlow dan Matanoski (1991) menemukan bahwa wanita dengan distribusi
massa tubuh yang berada pada kategori tinggi cenderung memiliki siklus panjang (>
43 hari), sedangkan Kirchengast(1994) melaporkan bahwa jumlah peningkatan
lemak tubuh subkutan berkorelasi negatif dengan panjang siklus, konon karena hal
tersebut berkaitan dengan produksi ekstraglandular dari estron dan estradiol dalam
jaringan adiposa. Selain itu meskipun belum ada penjelasan lebih jauh mengenai
hubungan antara lemak tubuh dan hormon estrogen, namun banyak dikemukakan
bahwa lemak tubuh adalah salah satu sumber yang berpengaruh terhadap level
estrogen, dimana hal tersebut berkaitan pula dengan proses terjadinya menstruasi.
Oleh karena itu, hubungan antara status gizi dan siklus menstruasi pada penelitian
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
ini menunjukkan hasil lebih bermakna pada persen lemak tubuh dibandingkan
dengan nilai IMT/U.
Pola makan pada penelitian ini dilihat berdasarkan frekuensi makan utama
dalam sehari dan asupan energi dan makronutrien yang diukur melalui wawancara
24-hours food recall. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara frekuensi makan utama dalam sehari dan juga
asupan energi dan makronutrien dengan siklus menstruasi. Pola makan yang
didefinisikan oleh peneliti dalam banyaknya jumlah makan utama dalam sehari
ditambah dengan asupan energi dan makronutrien, berdasarkan penelitian ini tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan siklus menstruasi pada responden. Hasil
ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan pada wanita di Taiwan oleh Chung
(2010) dan mahasiswi di Malang oleh Pristiwi (2007) bahwa terdapat hubungan
antara variasi dalam pola menstruasi dengan pola dan asupan makanan.Perbedaan
tersebut mungkin terjadi karena perbedaan pola makan dan jumlah asupan antara
remaja putri yang menjadi responden peneliti dengan responden dari penelitian
sebelumnya yang berbeda dari segi umur, latar belakang maupun budaya.
Stres dalam penelitian ini terbagi atas dua kategori, yaitu tingkat stres berat
dan tingkat stres ringan. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat stres memiliki
hubungan yang cukup bermakna terhadap siklus menstruasi. Responden dengan
tingkat stres berat memiliki kemungkinan sebesar 0,2 kali lebih besar untuk
terjadinya siklus menstruasi yang tidak teratur dibandingkan dengan responden
dengan tingkat stres ringan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian
yang mengungkapkan bahwa usia ginekologi, indeks massa tubuh yang kurang,
penyakit alergi, berat badan yang menurun hingga lebih dari 5 kg dan stres memiliki
hubungan terhadap siklus menstruasi yang tidak teratur (Van Hoof et al.,1998).
Banyaknya kejadian stres pada remaja ini juga mungkin dipicu oleh ketidakmampuan
responden dalam beradaptasi dengan tekanan yang berasal dari luar, seperti beban
akademis dan masalah dengan keluarga dan teman. Hal tersebut mungkin sesuai
dengan beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi timbulnya stres seperti
ujian. Waktu pengambilan data yang diambil oleh peneliti bertepatan dengan waktu
menjelang ujian sehingga hal tersebut mungkin berpengaruh terhadap hasil dari
variabel stres seperti pula yang didapatkan dari hasil penelitian Harlow dan
Matanoski (1991) bahwa stresor yang didefinisikan sebagai situasi dimana terdapat
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
keharusan untuk beradaptasi dan melakukan penyeseuaian terhadap hal-hal baru,
dapat memperbesar kemungkinan pemanjangan siklus menstruasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, didapatkan
kesimpula bahwa terdapat sebanyak 43 responden (41,3%) yang mengalami siklus
menstruasi tidak teratur dari total jumlah 104 responden dalam penelitian ini. Tidak
didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara IMT/U, frekuensi makan utama
dalam sehari, dan asupan energi dan makronutrien dengan siklus menstruasi pada
responden penelitian (p > 0.05). Sementara itu didapatkan adanya hubungan yang
signifikan antara persen lemak tubuh dan tingkat stres dengan siklus menstruasi
pada responden penelitian (p < 0.05).
SARAN
1. Bagi SMA Negeri 68 Jakarta
Bagi Instansi pendidikan disarankan untuk menambah edukasi gizi dan
kesehatan reproduksi serta pendidikan mental terkait stres sehingga para siswi dapat
menerapkan pola makan yang bergizi dan seimbang dengan asupan lemak yang
tidak berlebihan sekaligus menjaga keseimbangan psikologis untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan reproduksi.
2. Bagi Siswi SMA Negeri 68 Jakarta
Bagi para remaja diharapkan untuk dapat lebih aktif dalam memahami
informasi dan pengetahuan mengenai pentingnya pola hidup seimbang. Ditinjau dari
segi status gizi, remaja putri diharapkan dapat mengatur pola makan khususnya
yang berhubungan dengan asupan lemak sehingga manifestasi persen lemak tubuh
dapat dikontrol. Dari segi psikologis atau tekanan dalam bentuk stres, hendaknya
para remaja putri lebih dapat memahami kemampuan dan keterbatasan diri dan juga
memiliki keterbukaan pikiran dalam menangani masalah-masalah yang dihadapi
dengan melakukan manajemen stres sehingga tidak berdampak buruk bagi
kesehatan.
3. Bagi Peneliti lain
Diharapkan bagi peneliti lain agar dapat melakukan serta mengembangkan
penelitian lain yang sejenis dengan mempergunakan variabel-variabel yang baru dan
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
lebih beragam serta dapat menggunakan metode pengukuran yang lain yang
tentunya berhubungan dengan siklus menstruasi pada remaja putri.
KEPUSTAKAAN
Amelia, W.R. (2009). Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dan Faktor-faktor lain
dengan Status Lemak Tubuh Pada Pramusaji di Pelayanan Gizi Unit Rawat
Inap Terpada A RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Skripsi FKM UI
Almatsier, S., Soetardjo,S., & Soekatri, M. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier,S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Arisman. (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Bachand, A.M., Cragin, L.A., Reif, J.S. (2009). Reliability of retrospectively assessed categorical menstrual cycle length data. Annals of Epidemiology, vol. 19, no. 7, pp. 501–503
Baron-Faust, R. (1998). Being Female : What Every Woman Should Know About Gynecological Health. New York : Quill William Morrow
Beck M. (2011). Ilmu Gizi dan Diet; Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Andi.
Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B.,(2004). Adolesence. In : Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed. Philadelphia : Saunders.
Benson & Pernoll. (1994). Handbook of Obstetrics and Gynecology, 9th Ed. McGraw-Hill Education Asia
Bobak , L. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Chung, Shih-Chi et al. (2010). Food Intake Changes Across the Menstrual Cycle in Taiwanese Women. Biol Res Nurs 2010 12: 37
Cohen, S., & Williamson, G.M. (1998). Perceived Stress in a Probability Sample of the United States. California : Sage
Gitanisa, V. (2012). Hubungan Antara Tingkat Stres dan Siklus Menstruasi Pada Remaja Kelas XII Di SMA Negeri 64 Jakarta. Skripsi UPN
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
Harlow, S.D. and Matanoski, G.M. (1991). The association between weight, physical activity, and stress and variation in the length of the menstrual cycle. American Journal of Epidemiology, vol. 133, no. 1, pp. 38–49
Jahari, A.B (2004). Review Data Berat Badan Dan Tinggi Badan Penduduk Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standa Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
Khomsan, A. (2003). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan Jilid I. Jakarta : Rajagrafindo Persada
Kirchengast, S. (1994). Intercorrelations between menstrual cycle patterns and body dimensions in Austrian-women. Journal of Biosocial Science, vol. 26, no. 2, pp. 207–216
Lee LK, Chen PCY, Lee KK, Kaur J. (2006). Menstruation among adolescent girls in Malaysia: a cross-sectional school survey. Singapore Med J. 47(10):869.
Pristiwi,N.I.(2007). Hubungan Pola Makan denga Pola Menstruasi Pada Mahasiwi Program DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. Karya Tulis Ilmiah
Rich-Edwards JW, Spiegelman D, Garland M, Hertzmark E, Hunter DJ, Colditz GA, et al. (2002). Physical Activity, Body Mass Index, and Ovulatory Disorder Infertility. 13(2):184-90.
Riset Kesehatan Dasar. (2010). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Saadah, F. (1999). Tingkat Pengetahuan dan Persepsi Tentang Haid/Menstruasi Serta Perilaku Higiene Menstruasi Pada Pelajar Kelas II SLTP Negeri I Bogor Tahun 1999. Skripsi FKM UI
Saputri, D.E. (2010). Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada Penduduk Di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Riskesdas 2007). Tesis FKM UI
Sarwono..(2005). Ilmu Kebidanan Cetakan ke Delapan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo
Sianipar, Olaf dkk. (2009). Prevalensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur. Artikel Penelitian Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia Juli 2009.
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013
Symons, J.P., Sowers, M.F.R. and Harlow, S.D. (1997). Relationship of body composition measures and menstrual cycle length. Annals of Human Biology, vol. 24, no. 2, pp. 107–116
Van Hoof, et al. (1998). Relationship of The Menstrual Cycle Pattern in 14–17year Old Adolescents With Gynaecological Age, Body Mass Index And Historical Parameters. Human Reproduction vol.13 no.8 pp.2252–2260, 1998
WHO. (1995). Physical Status : The Use and Interpretations of Anthropometry. Report of WHO Expert Committee, Geneva
William, M.H. (2007). Body Weight and Composition For Health and Sport. 6th ed. New York: Mc Graw-Hill
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan, Ed.3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013