hubungan antara status gizi, pola makan, dan stres dengan

19
Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri di SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013 Amanda Davianti Sari, Asih Setiarini Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi, pola makan, dan stres dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMA Negeri 68 Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengambilan sampel menggunakan metode random klaster. Sampel yang diteliti adalah kelas X dan XI dengan total sampel berjumlah 104 siswa. Data yang dikumpulkan berupa lama siklus menstruasi, IMT/U, persen lemak tubuh, frekuensi makan utama dalam sehari, asupan energi dan makronutrien, dan tingkat stres. Data ini dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner mandiri, wawancara recall 3x24 jam, pengukuran antropometri untuk berat dan tinggi badan dan pengukuran persen lemak tubuh menggunakan BIA. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 43 responden (41,3%) mengalami siklus menstruasi tidak teratur dan terdapat hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh dan stres dengan siklus menstruasi (nilai p<0,05). Kata Kunci : Siklus Menstruasi, status gizi, pola makan, stres ABSTRACT This study aimed to identify the association between nutritional status, food pattern, and stress with menstrual cycle on female student of SMA Negeri 68 Jakarta. This study used the cross sectional design by using cluster random sampling method. The observed sample in this study was the 10th and 11th grader consisting 104 students. The collected data were menstrual cycle length, BAZ, percent of body fat mass, frequency of main eating per day, energy and macronutrient intake, and stress level. These data were collected by using self administered questionnaire, 3x24 hours recall interview, antropometric measurement for weight and height, and body fat measurement using BIA. This study used chi-square test analysis. The result of this study showed that there are 43 respondents (41,3%) had irregular menstrual cycle and there is significant correlation between percent of body fat mass and stress with menstrual cycle. (p value < 0,05). Kata Kunci : Menstrual cycle, nutritional status, food pattern, stress PENDAHULUAN Umur remaja bagi seorang wanita merupakan umur penting dimana pada masa ini fungsi psikologis maupun fisiologis tubuhnya sedang berkembang dalam keadaan optimal. Masa peralihan dari masa kanak-kanak hingga masa remaja, baik Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri di SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013

Amanda Davianti Sari, Asih Setiarini

Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi, pola makan, dan stres dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMA Negeri 68 Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengambilan sampel menggunakan metode random klaster. Sampel yang diteliti adalah kelas X dan XI dengan total sampel berjumlah 104 siswa. Data yang dikumpulkan berupa lama siklus menstruasi, IMT/U, persen lemak tubuh, frekuensi makan utama dalam sehari, asupan energi dan makronutrien, dan tingkat stres. Data ini dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner mandiri, wawancara recall 3x24 jam, pengukuran antropometri untuk berat dan tinggi badan dan pengukuran persen lemak tubuh menggunakan BIA. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 43 responden (41,3%) mengalami siklus menstruasi tidak teratur dan terdapat hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh dan stres dengan siklus menstruasi (nilai p<0,05). Kata Kunci : Siklus Menstruasi, status gizi, pola makan, stres

ABSTRACT This study aimed to identify the association between nutritional status, food pattern, and stress with menstrual cycle on female student of SMA Negeri 68 Jakarta. This study used the cross sectional design by using cluster random sampling method. The observed sample in this study was the 10th and 11th grader consisting 104 students. The collected data were menstrual cycle length, BAZ, percent of body fat mass, frequency of main eating per day, energy and macronutrient intake, and stress level. These data were collected by using self administered questionnaire, 3x24 hours recall interview, antropometric measurement for weight and height, and body fat measurement using BIA. This study used chi-square test analysis. The result of this study showed that there are 43 respondents (41,3%) had irregular menstrual cycle and there is significant correlation between percent of body fat mass and stress with menstrual cycle. (p value < 0,05). Kata Kunci : Menstrual cycle, nutritional status, food pattern, stress PENDAHULUAN

Umur remaja bagi seorang wanita merupakan umur penting dimana pada

masa ini fungsi psikologis maupun fisiologis tubuhnya sedang berkembang dalam

keadaan optimal. Masa peralihan dari masa kanak-kanak hingga masa remaja, baik

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 2: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

pada laki-laki dan wanita, ditandai dengan suatu perubahan fisik dan psikologik yang

disebut dengan pubertas. Pubertas pada wanita salah satunya ditandai dengan

munculnya haid atau menstruasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sianipar et

al (2009) bahwa remaja wanita rentan mengalami gangguan pada tahun-tahun awal

menstruasi. Terdapat sebesar 75% wanita pada tahap remaja akhir mengalami

gangguan mesntruasi seperti menstruasi yang tertunda, ketidakteraturan, rasa nyeri

serta perdarahan yang banyak sehingga mengharuskan mereka untuk menemui

dokter (Lee et al, 2006). Gangguan menstruasi memerlukan evaluasi yang seksama

karena gangguan menstruasi yang tidak ditangani dapat mempengaruhi kualitas

hidup dan aktivitas sehari-hari. Efek gangguan menstruasi yang dilaporkan antara

lain waktu istirahat yang memanjang (54%) dan menurunnya kemampuan belajar

(50%) (Lee et al., 2006). Terjadinya siklus menstruasi yang tidak teratur harus

diperhatikan oleh setiap wanita sejak awal terjadinya menstruasi, yakni pada usia

remaja sehingga tidak menimbulkan dampak bagi kesehatan reproduksi seperti

terjadinya infertilitas pada wanita (Rich-Edwards et al., 2002)

Pada populasi di US menunjukkan 19% wanita umur 18-55 tahun mengalami

gangguan dengan menstruasinya (Strine, 2005), dan juga dari hasil penelitian di

India, mayoritas dari wanita yang dilaporkan memiliki rata-rata 37,9% mengalami

menstruasi tidak teratur (Williams, 2006). Prevalensi rata-rata wanita umur 10-59

tahun yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur di Indonesia sebesar 13,7%,

sementara prevalensi di DKI Jakarta mencapai 17,2% (Riskesdas, 2010). Dan pada

penelitian terbaru yang dilakukan di sebuah Sekolah Menengah Atas di Jakarta oleh

Sianipar et al (2009) menunjukkan hasil bahwa terdapat 63,2% responden yang

mengalami gangguan menstruasi dengan gangguan pada siklus menstruasi sebesar

5%. Pada studi yang telah dilakukan di beberapa negara bagian barat didapatkan

hubungan antara hormon, asupan makanan, dan berat badan yang dinilai melalui

status gizi terhadap siklus menstruasi (Chung et al., 2010).

Berat badan memiliki efek terhadap pubertas seperti yang diungkapkan oleh

Baron-Faust (1998) bahwa kadar lemak tubuh dibutuhakan untuk memicu proses

terjadinya menstruasi. Penelitian yang dilakukan pada wanita di Taiwan tahun 2010

menemukan bahwa terdapat hubungan antara variasi dalam pola menstruasi dengan

asupan makanan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di enam kota di

Indonesia, didapatkan hasil sekitar 15,20% remaja mengonsumsi makanan cepat saji

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 3: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

sebagai makan siang dimana kandungan lemaknya sangat tinggi dan jika dikonsumsi

secara terus menerus dapat menyebabkan kegemukan pada remaja (Khomsan,

2003). Selain itu gangguan menstruasi yang disebabkan oleh kegagalan ovulasi

merupakan dampak dari adanya stres yang memberi tekanan terhadap hormon

GnRH, FSH, dan LH yang berhubungan dengan terjadinya menstruasi (Isnaeni,

2010).

Status gizi pada remaja wanita berperan penting dalam menentukan kelahiran

generasi selanjutnya. Hal ini berhubungan pula dengan pola makan yang diterapkan

karena kecukupan asupan zat gizi juga berkaitan erat dengan berbagai macam

sistem fisiologis dan psikologis tubuh. Asupan zat gizi dan tingkat stres akan

memberikan dampak terhadap sistem reproduksi, salah satunya adalah siklus

menstruasi. Hal ini menjadi alasan peneliti untuk melihat hubungan antara siklus

menstruasi dengan variabel-variabel yang berhubungan seperti status gizi, pola

makan, dan tingkat stres pada remaja wanita di SMA 68 Jakarta tahun 2013.

Pemilihan SMA 68 sebagai lokasi yang akan diteliti didasarkan atas lokasinya yang

berada di pusat kota Jakarta dimana terdapat berbagai variasi latar belakang sosial,

ekonomi dan budaya serta gaya hidup dari sasaran penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran status gizi

berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur dan persen lemak tubuh, pola

makan berdasarkan frekuensi makan utama serta asupan energi dan makronutrien,

dan stres serta hubungannya dengan siklus menstruasi pada siswi SMAN 68

Jakarta.

TINJAUAN TEORITIS Remaja merupakan individu yang berusia 10-20 tahun sebagaimana

didefinisikan oleh Sarwono (200). Menurut Behrman, Kliegman & Jenson (2004)

dilihat dari segi umur, remaja dibedakan menjadi 3 yaitu remaja awal/early

adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun)

dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun). Remaja akan mengalami suatu

fase pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu proses perkembangan seseorang

ditandai dengan pubertas. Terjadi beberapa proses dalam masa pubertas seperti

yang dijelaskan oleh Achadi (2001) (dalam Saddah, 2004), yaitu :

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 4: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

1. Perkembangan fisik remaja salah satunya ditandai dengan pubertas. Pada

masa pubertas terjadi proses biologis yang ditandai dengan bertambahnya tinggi

badan dan berat badan yang cukup signifikan, perubahan dalam komposisi tubuh

dan jaringan, serta perubahan karakteristik seksual. Proses pubertas pada wanita

dalam masa transisi berlangsung rata-rata selama empat tahun dan pada masa ini

tinggi badan mencapai sekitar 15-20% tinggi badan dewasa. Sedangkan untuk berat

badan masa pubertas merupakan 50% dari berat badan dewasa yang ideal.

2. Perubahan pada berat dan tinggi badan, terjadi pula perubahan komposisi

tubuh yang dipengaruhi hormon, yaitu estrogen dan progesteron pada wanita,

testosteron dan androgen pada laki-laki. Pada remaja wanita, lemak tubuh yang

disimpan lebih banyak pada saat memasuki masa pubertas, yaitu sebesar 15% dan

25% pada saat pertumbuhan selesai. Pada remaja wanita diasumsikan

membutuhkan sedikitnya 17% lemak untuk terjadinya menarche dan 22% untuk

mempertahankan kemampuan sistem reproduksinya.

Menstruasi merupakan proses katabolisme dan terjadi dibawah pengaruh

hormon hipofisis dan ovarium (Benson dan Pernoll, 1994). Menurut Bobak (2004),

menstruasi ialah perdarahan periodik yang terjadi di uterus, dimulai sekitar empat

belas hari setelah ovulasi dan terjadi secara berkala akibat luruhnya lapisan

endometrium uterus,sedang siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang

secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan. Siklus

menstruasi disebut juga siklus ovarium dan normalnya berlangsung sekitar 28 hari

dengan rentang 21 hingga 35 hari selama usia subur (kecuali ketika hamil).

Dalam keberlangsungannya, menstruasi dapat mengalami gangguan-

gangguan yang salah satunya mempengaruhi dan berkaitan dengan siklus

menstruasi tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Wiknjosastro (2005) gangguan

menstruasi yang berhubungan dengan siklusnya digolongkan menjadi 3 macam

yaitu:

1). Polimenorea

Pada polimenorea siklus menstruasi lebih pendek dari biasa (kurang dari 21

hari). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan

gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti

ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 5: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

2). Oligomenorea

Siklus menstruasi lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada

oligomenorea biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea

kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi

biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasa.

3). Amenorea

Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi sedikitnya tiga bulan

berturut-turut. Amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas

tidak pernah dapat menstruasi, sedangkan pada amenorea sekunder penderita

pernah mendapat menstruasi tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer

umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui,

seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya

amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian

dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor,

penyakit infeksi, dan lain-lain.

Remaja merupakan golongan yang rentan terhadap pengaruh budaya dari

luar karena pada masa tersebut mereka mengalami masa pencaharian identitas diri

akibat proses transisi. Pengaruh yang terjadi bukan hanya pada penampilan fisik tapi

juga pada perubahan pola konsumsi makan. Remaja putri cenderung melewatkan

dua kali waktu makan dan lebih memilih mengonsumsi makanan yang cenderung

mengandung sedikit zat-zat gizi (Arisman, 2004). Remaja yang banyak

mengonsumsi makanan jajanan akan merasa kenyang karena padatnya kalori yang

terkandung dalam makanan jajanan tersebut. Sementara zat gizi lain seperti protein,

vitamin dan mineral masih sangat kurang (Khomsan, 2006).

Zat Gizi remaja tentu sangatlah penting dan mutlak diperlukan sebagaimana

untuk membantu proses perkembangan pada masa remaja baik perkembangan

biologis ataupun psikologis. Pemenuhan gizi pada masa remaja harus dilakukan

secara tepat dan seimbang. Hal ini dapat didukung dengan peningkatan jumlah

kebutuhan energi yakni meliputi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin

dan mineral. Penggunaan zat-zat gizi dan konsumsi makan yang mempengaruhi

tuuh akan membentuk status gizi seseorang (Almatsier, 2004). Status gizi

merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk yang diindikasikan

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 6: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

oleh berat badan dan tinggi badan. Status gizi juga didefinisikan sebagai status

kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan

nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data

antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000). Sementara menurut Jahari

(2004) status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara

jumlah asupan zat gizi dengan jumlah kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai

proses biologis.

Penilaian status gizi dapat diketahui dengan melakukan pengukuran survei

konsumsi gizi, antropometri, biokimiawi maupun secara klinis. Pada remaja,

penilaian status gizi dapat dilakukan secara antropometri dengan menggunakan

indeks BB/TB yang dikenal dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan umur

dan jenis kelamin. Rumus perhitungan IMT adalah dengan membandingkan berat

badan dalam satuan kilo gram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Pada

anak/remaja status gizi diperoleh dari perbandingan IMT dan umur. Menurut WHO

(1995) dalam Depkes (2002), untuk menentukan klasifikasi status gizi digunakan Z-

score (standar deviasi) sebagai batas ambang.

Selain itu dapat pula dilihat status gizi melalui pengukuran massa lemak

tubuh. Massa lemak yang terdapat pada jaringan adiposa dan juga jaringan tubuh

lainnya merupakan massa lemak tubuh Banyaknya distribusi lemak dalam tubuh

dapat diukur menggunakan alat yaitu BIA (Bioelectric Impedance Analysis) yang

dapat mengukur lemak tubuh berdasarkan konduktivitas elektrik dalam satuan

persen dan juga kilogram.

Selain status gizi dan pola makan, keteraturan siklus menstruasi juga

berkaitan erat dengan hormon-hormon yang memicu terjadinya menstruasi. Salah

satu hormon tersebut berkaitan pula dengan terjadinya stres. Stres merupakan

ketidakmampu individu dalam mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,

emosional, dan spiritual dan dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.

(Saputri, 2010).

Ada beberapa metode pengukuran dalam mengukur tingkat stress individu,

khususnya pada remaja yang berupa kuesioner, salah satunya adalah lembar

evaluasi Perceived Stress Scale. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkatan

seberapa jauh seseorang berada dalam tekanan (stres). Kuesioner ini sesuai untuk

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 7: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

digunakan pada sasaran masyarakat dan juga anak usia sekolah. Dalam lembar

evaluasi, berisi pernyataan yang menggambarkan keadaan seseorang dalam satu

bulan terakhir. Kuesioner perceived stress scale ini telah banyak digunakan dan

memiliki reliabilitas baik dengan nilai 0,81. Pada 13 kuesioner ini terdapat skala

dimana sebagai indikator klasifikasi pembagian tingkat stres (Cohen, 1988).

METODOLOGI

Populasi studi pada penelitian ini adalah siswi SMAN 68 JAKARTA kelas X

dan XI yang telah mengalami menstruasi minimal selama dua tahun terakhir. Alasan

pengambilan populasi tersebut adalah karena pada tahun-tahun awal remaja putri

rentan terhadap gangguan menstruasi. Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda 2 proporsi, yaitu :

n =

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang dibutuhkan α : Tingkat kesalahan 5 % Z1- α/2 : Derajat kepercayaan (confident interval) sebesar 95% = 1,96 Z1-β : Tingkat kekuatan uji (power test) sebesar 80% = 0,84 P1 : Proporsi tingkat kejadian siklus menstruasi tidak teratur pada kelompok siswi yang mengalami = 0,24 P2 : Proporsi tingkat kejadian siklus menstruasi teratur pada kelompok siswi yang mengalami = 0.56

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa jumlah sampel adalah sebanyak 37

orang. Perhitungan perbedaan 2 proporsi dikalikan dua dan ditambah 10% untuk

mengantisipasi ketidaklengkapan data, sehingga jumlah minimal responden untuk

sampel adalah sebanyak 81 orang. Sampel penelitian diambil berdasarkan metode

random kelas, untuk itu peneliti membagi jumlah proporsi kelas yang sama antara

kelas X dan XI yaitu masing-masing tiga kelas agar dapat memenuhi sampel

minimal, sehingga didapatkan total responden untuk penelitian ini adalah 104 orang.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi karakteristik

responden yang meliputi usia, kelas, dan tahun saat mengalami menstruasi pertama

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 8: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

diperoleh dengan pengisian kuesioner oleh responden. Data mengenai siklus

menstruasi diambil melalui pengisian kuisioner oleh responden. Indeks Massa Tubuh

(IMT) diperoleh dengan mengukur berat badan dan tinggi badan responden. Berat

badan diukur dengan menggunakan timbangan berat badan yang telah dikalibrasi

dengan ketepatan 0.1 kg dan berat maksimal 200 kg dan tinggi badan menggunakan

microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Pengukuran status gizi berdasarkan persen

lemak tubuh menggunakan alat BIA. Data yang menggambarkan pola makan

responden didapatkan melalui kuesioner mengenai frekuensi makan Penilaian dari

masing-masing pertanyaan akan dikategorikan dalam skala sering jika frekunsi

makan utama dalam sehari adalah ≥ 3 kali dan jarang jika hanya 1-2 kali dalam

sehari. Selain melihat gambaran pola makan, terdapat pula instrumen pengumpulan

data untuk asupan zat gizi makro yaitu asupan energi, karbohidrat, protein, dan

lemak berupa wawancara 24-hours food recall. Food recall dilakukan selama 3 hari,

yaitu dua hari recall pada hari kerja (senin-jumat) dan satu hari recall pada hari libur

(sabtu/minggu) dengan menggunakan alat bantu food model dan diolah

menggunakan software Nutrisurvey 2007. Instrumentasi yang digunakan dalam

mengukur tingkat kejadian stres pada remaja yaitu menggunakan kuesioner atau

lebih dikenal dengan perceived stress scale. Setiap kuesioner akan dihitung

berdasarkan klasifikasi skala dimana terbagi menjadi 2 yaitu, stres tingkat tinggi jika

skor hasil pengisian kuesioner bernilai >14,2 dan stres tingkat rendah jika skor ≤

14,2.

Analisis dalam penelitian ini terbagi atas analisis univariat dan bivariat.

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi variabel status gizi, pola makan,

tingkat stres, dan siklus menstruasi responden. Distribusi ini berupa frekuensi dan

persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen. Analisis bivariat ini menggunakan jenis uji chi

square untuk membuktikan adanya hubungan antara kedua variabel dimana kedua

variabel tersebut merupakan jenis kategorik dengan derajat kepercayaan sebesar

95%.

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 9: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

HASIL PENELITIAN

Hasil Analisis Univariat

Distribusi responden menurut siklus menstruasi terbagi atas dua kategori,

yaitu teratur dan tidak teratur. Berdasarkan tabel 1, sebanyak 61 responden (58,7%)

memiliki siklus menstruasi yang teratur dan 43 responden (41,3%) dengan siklus

menstruasi yang tidak teratur.

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Siklus Menstruasi Pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta

Kategori Jumlah Persentase Teratur 61 58,7 Tidak Teratur 43 41,3

Total 104 100

Distribusi dari variabel independen, yaitu status gizi berdasarkan indeks

massa tubuh dan persen lemak tubuh, pola makan berdasarkan frekuensi makan

utama dalam sehari dan asupan, serta tingkat stres tersaji dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.Distribusi Responden Menurut Status Gizi, Pola Makan, dan Stres Pada Siswi SMA

Negeri 68 Jakarta

Kategori Jumlah (n=104)

Persentase

IMT/U

Normal 81 77,9 Lebih 23 22,1

Persen Lemak Tubuh Normal 58 55,8 Mendekati tinggi/Tinggi 46 44,2

Frekuensi Makan Utama 1-2 kali sehari 30 28,8 ≥ 3 kali sehari 74 71,2

Asupan Energi (kkal) Cukup

42

40,4

Kurang 62 59,6

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 10: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

Kategori Jumlah (n=104)

Persentase

Karbohidrat (gram) Cukup 80 76,9 Kurang 24 23,1

Protein (gram) Cukup 65 62,5 Kurang 39 37,5

Lemak (gram) Cukup 50 48,1 Lebih 54 51,9

Tingkat Stres Berat 76 73,1 Ringan 28 26,9

Distribusi responden menurut Indeks Massa Tubuh berdasarkan umur (IMT/U)

terbagi menjadi dua kategori, yaitu status gizi normal dan status gizi lebih.

Responden yang memiliki status gizi normal sebanyak 81 responden (77,9%) dan

yang memiliki status gizi lebih 23 responden (22,1%).Nilai rata-rata untuk IMT/U

adalah 0,30 SD dengan nilai z-score tertinggi 2,97 SD dan yang terendah adalah -

2,00 SD. Distribusi responden menurut persen lemak tubuh terbagi menjadi dua

kategori, yaitu normal dan mendekati tinggi/tinggi. Berdasarkan tabel 3, sebanyak 58

responden yang memiliki persen lemak tubuh normal (55,8%) dan 46 responden

(44,2%) yang memiliki persen lemak tubuh mendekati tinggi/tinggi. Nilai rata-rata

untuk persen lemak tubuh dari total 104 responden adalah 29,4% dengan nilai

tertinggi sebesar 39% dan yang terendah adalah 18,6%.

Berdasarkan frekuensi makan utama dalam sehari, distribusi responden atas

dua kategori, yaitu 1-2 kali sehari dan ≥ 3 kali sehari. Berdasarkan tabel 2, terdapat

74 responden (71,2%) dengan frekuensi makan ≥ 3 kali sehari dimana jumlah

tersebut lebih banyak dibandingkan persentase 30 responden dengan frekuensi

makan 1-2 kali sehari yaitu sebesar (28,8%).Sementara distribusi responden

menurut asupan energi dan makronutrien dibagi menjadi dua kategori untuk masing-

masing jenis asupan berdasarkan angka kecukupannya. Untuk asupan energi,

karbohidrat, dan protein terbagi atas kategori cukup dan kurang, sementara asupan

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 11: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

lemak terbagi menjadi kategori cukup dan lebih. Berdasarkan tabel 2, untuk

kecukupan energi terdapat 42 responden (40,4%) yang asupan energinya cukup dan

62 responden (59,6%) yang asupan energinya masih kurang dari angka kecukupan.

Nilai rata-rata asupan energi dari total 104 responden adalah 1375 kkal dengan

asupan tertinggi adalah 2528kkal dan yang terendah adalah 904 kkal. Untuk

kecukupan karbohidrat terdapat 80 responden (76,9%) yang asupan karbohidratnya

cukup dan 24 responden (23,1%) yang asupan karbohidratnya masih kurang dari

angka kecukupan. Nilai rata-rata asupan karbohidrat adalah 311,2 gram dengan

asupan tertinggi adalah 451 gram dan yang terendah adalah 233 gram. Sebanyak 65

responden (62,5%) sudah mencapai kecukupan proteinnya sedangkan 39 responden

(37,5%) lainnya masih dalam kategori kurang untuk kecukupan protein. Nilai rata-rata

untuk asupan protein adalah 48,8 gram dengan asupan tertinggi sebesar 80,2 gram

dan yang terendah adalah 28,6 gram. Untuk asupan lemak, terdapat sebanyak 50

responden (48,1%) yang asupan lemaknya cukup dan 54 responden (51,9%) lainnya

memiliki asupan lemak yang lebih. Rata-rata dari asupan lemak adalah sebesar 56,8

gram dengan nilai asupan tertinggi 86,7 gram dan yang terendah adalah 34,8 gram.

Distribusi responden menurut tingkat stres terbagi atas dua kategori, yaitu

tingkat stres berat dan tingkat stres ringan. Berdasarkan tabel 2, responden dengan

kategori tingkat stres berat mencapai (73,1%). Jumlah tersebut lebih besar

dibandingkan dengan persentase responden dengan tingkat stres ringan sebesar

(26,9%).

Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menunjukkan hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji

chi-square.Uji chi-square digunakan untuk melihat hubungan antara kelompok

variabel kategorik. Analisis hubungan variabel independen terhadap variabel

dependen, yaitu siklus menstruasi tersaji dalam tabel berikut ini :

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 12: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

Tabel 3.Analisis Hubungan Status GIZI, Pola Makan, dan Stres dengan Siklus

Menstruasi Pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta

Siklus Menstruasi OR

Teratur Tidak teratur Total

n % n % n % (95% CI) P-value

IMT/U Normal 50 61,7 31 38,3 81 100,0 1,760 0,242

Lebih 11 47,8 12 52,2 23 100,0 (0,692-4,472)

Persen Lemak Tubuh Normal 42 72,4 16 27,6 58 100,0 3,730 0,002* Mendekati tinggi/Tinggi 19 41,3 27 58,7 46 100,0 (1,639-8,488)

Frekuensi Makan Utama 1-2kali sehari 16 53,3 14 46,7 30 100,0 1,358 0,516

≥3 kali sehari 45 60,8 29 39,2 74 100,0 (0,577-3,195)

Asupan Energi Cukup Kurang

24 37

57,1 59,7

18 25

42,9 40,3

42 62

100,0 100,0

0,902 (0,407-1,994)

0,797

Karbohidrat Cukup Kurang

50 11

62,5 45,8

30 13

37,5 54,2

80 24

100,0 100,0

1,970 (0,784-4,951)

0,146

Protein Cukup Kurang

41 20

63,1 51,3

24 19

36,9 48,7

65 39

100,0 100,0

1,623 (0,726-3,630)

0,237

Lemak Cukup Lebih

30 31

60,0 57,4

20 23

40,0 42,6

50 54

100,0 100,0

1,113 (0,509-2,432)

0,789

Tingkat Stres

Berat 38 50,0 38 50,0 76 100,0 0,217 0,003*

Ringan 23 82,1 5 17,9 28 100,0 (0,075-0,632)

*Signifikan p < 0,05

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 13: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari hasil analisis hubungan antara indeks

massa tubuh, frekuensi makan utama dan asupan energi serta makronutien

diperoleh nilai p value lebih besar dari 0,05 sehingga didapatkan kesimpulan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara IMT/U, frekuensi makan utama dan

asupan dengan siklus menstruasi. Sementara itu, hasil p value dari analisis persen

lemak tubuh dan tingkat stres dengan siklus menstruasi diperoleh nilai p value yang

lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara persen lemak tubuh dan tingkat stres dengan siklus menstruasi

pada siswi SMA Negeri 68 Jakarta.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebesar dari 104 responden,

terdapat 43 responden (41,3%) yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur.

Jumlah ini terlihat cukup signifikan dengan jumlah responden yang mengalami

menstruasi teratur sebanyak 61 responden (58,7%). %). Banyak responden yang

mengalami siklus menstruasi tidak teratur ini menunjukkan jumlah gangguan siklus

menstruasi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di

SMA di Jakarta Timur yang dilakukan oleh Sianipar, dkk (2009). Pada penelitian

yang dilakukan oleh Sianipar, dkk (2009) tersebut, hanya sebanyak 2 orang dari 57

responden yang mengalami menstruasi tidak teratur sehingga prevalensi untuk

gangguan siklus menstruasi secara keseluruhan hanya mencapai persentase

sebesar 5%. Namun hasil penelitian ini menunjukkan persentase yang lebih rendah

dibandingkan dengan penelitian oleh Gitanisa (2012) dengan responden yang

mengalami siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 57,8%.

Adanya perbedaan yang signifikan ini dapat terjadi berkaitan dengan jumlah

responden yang memang berbeda. Pada penelitian ini, jumlah responden hampir

dua kali lipat dari jumlah responden dari penelitian sebelumnya sehingga

memungkinkan untuk didapatkannya jumlah responden yang mengalami siklus

menstruasi tidak teratur lebih banyak. Adapun faktor lain yang diduga mempengaruhi

perbedaan jumlah prevalensi kejadian siklus menstruasi tidak teratur ini adalah

tempat penelitian yang berbeda. Tempat penelitian yang dilakukan oleh peneliti

berada di pusat kota dengan latar belakang sosial ekonomi responden yang

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 14: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

bervariasi. Selain itu, sekolah yang menjadi tempat penelitian juga memiliki akses

yang mudah terhadap sarana dan prasarana baik untuk konsumsi maupun hiburan.

Pada penelitian ini, status gizi responden diukur berdasarkan IMT/U dan juga

persen lemak tubuh. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan antara IMT/U pada responden dengan siklus menstruasi. Hubungan

tersebut memperlihatkan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya yang

mengungkapkan bahwa tidak ada korelasi antara status gizi lebih dengan siklus

menstruasi yang abnormal (Van Hoff et al., 1998). Sementara itu, hasil ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Harlow dan Matanoski (1991) yang

menunjukkan bahwa kelebihan berat badan memiliki hubungan dengan probabilitas

siklus menstruasi yang memanjang. Selain itu Symons et al. (1997) menemukan

hubungan nonlinier antara panjang siklus dengan indeks massa tubuh lebih maupun

indeks massa tubuh rendah. Dalam kasus ini juga, siklus menstruasi terpanjang

ditemukan di antara kedua ujung batas indeks massa tubuh (status gizi lebih dan

kurang). Para responden dalam penelitian ini didistribusikan di semua kategori

indeks massa tubuh, namun didominasi oleh responden yang mengalami siklus

menstruasi dalam 25-35 hari yang telah dianggap sebagai panjang siklus menstruasi

yang teratur sesuai dengan Bachand et al. (2009).

Dalam penelitian ini, status gizi juga diukur berdasarkan persen lemak tubuh,

dan dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara persen lemak tubuh dengan siklus menstruasi. Responden dengan status gizi

yang normal belum tentu memiliki persen lemak tubuh yang normal pula (Amelia,

2009). Hal tersebut disebabkan distribusi persen lemak tubuh seseorang berbeda-

beda. Harlow dan Matanoski (1991) menemukan bahwa wanita dengan distribusi

massa tubuh yang berada pada kategori tinggi cenderung memiliki siklus panjang (>

43 hari), sedangkan Kirchengast(1994) melaporkan bahwa jumlah peningkatan

lemak tubuh subkutan berkorelasi negatif dengan panjang siklus, konon karena hal

tersebut berkaitan dengan produksi ekstraglandular dari estron dan estradiol dalam

jaringan adiposa. Selain itu meskipun belum ada penjelasan lebih jauh mengenai

hubungan antara lemak tubuh dan hormon estrogen, namun banyak dikemukakan

bahwa lemak tubuh adalah salah satu sumber yang berpengaruh terhadap level

estrogen, dimana hal tersebut berkaitan pula dengan proses terjadinya menstruasi.

Oleh karena itu, hubungan antara status gizi dan siklus menstruasi pada penelitian

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 15: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

ini menunjukkan hasil lebih bermakna pada persen lemak tubuh dibandingkan

dengan nilai IMT/U.

Pola makan pada penelitian ini dilihat berdasarkan frekuensi makan utama

dalam sehari dan asupan energi dan makronutrien yang diukur melalui wawancara

24-hours food recall. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara frekuensi makan utama dalam sehari dan juga

asupan energi dan makronutrien dengan siklus menstruasi. Pola makan yang

didefinisikan oleh peneliti dalam banyaknya jumlah makan utama dalam sehari

ditambah dengan asupan energi dan makronutrien, berdasarkan penelitian ini tidak

memiliki hubungan yang bermakna dengan siklus menstruasi pada responden. Hasil

ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan pada wanita di Taiwan oleh Chung

(2010) dan mahasiswi di Malang oleh Pristiwi (2007) bahwa terdapat hubungan

antara variasi dalam pola menstruasi dengan pola dan asupan makanan.Perbedaan

tersebut mungkin terjadi karena perbedaan pola makan dan jumlah asupan antara

remaja putri yang menjadi responden peneliti dengan responden dari penelitian

sebelumnya yang berbeda dari segi umur, latar belakang maupun budaya.

Stres dalam penelitian ini terbagi atas dua kategori, yaitu tingkat stres berat

dan tingkat stres ringan. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat stres memiliki

hubungan yang cukup bermakna terhadap siklus menstruasi. Responden dengan

tingkat stres berat memiliki kemungkinan sebesar 0,2 kali lebih besar untuk

terjadinya siklus menstruasi yang tidak teratur dibandingkan dengan responden

dengan tingkat stres ringan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian

yang mengungkapkan bahwa usia ginekologi, indeks massa tubuh yang kurang,

penyakit alergi, berat badan yang menurun hingga lebih dari 5 kg dan stres memiliki

hubungan terhadap siklus menstruasi yang tidak teratur (Van Hoof et al.,1998).

Banyaknya kejadian stres pada remaja ini juga mungkin dipicu oleh ketidakmampuan

responden dalam beradaptasi dengan tekanan yang berasal dari luar, seperti beban

akademis dan masalah dengan keluarga dan teman. Hal tersebut mungkin sesuai

dengan beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi timbulnya stres seperti

ujian. Waktu pengambilan data yang diambil oleh peneliti bertepatan dengan waktu

menjelang ujian sehingga hal tersebut mungkin berpengaruh terhadap hasil dari

variabel stres seperti pula yang didapatkan dari hasil penelitian Harlow dan

Matanoski (1991) bahwa stresor yang didefinisikan sebagai situasi dimana terdapat

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 16: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

keharusan untuk beradaptasi dan melakukan penyeseuaian terhadap hal-hal baru,

dapat memperbesar kemungkinan pemanjangan siklus menstruasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, didapatkan

kesimpula bahwa terdapat sebanyak 43 responden (41,3%) yang mengalami siklus

menstruasi tidak teratur dari total jumlah 104 responden dalam penelitian ini. Tidak

didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara IMT/U, frekuensi makan utama

dalam sehari, dan asupan energi dan makronutrien dengan siklus menstruasi pada

responden penelitian (p > 0.05). Sementara itu didapatkan adanya hubungan yang

signifikan antara persen lemak tubuh dan tingkat stres dengan siklus menstruasi

pada responden penelitian (p < 0.05).

SARAN

1. Bagi SMA Negeri 68 Jakarta

Bagi Instansi pendidikan disarankan untuk menambah edukasi gizi dan

kesehatan reproduksi serta pendidikan mental terkait stres sehingga para siswi dapat

menerapkan pola makan yang bergizi dan seimbang dengan asupan lemak yang

tidak berlebihan sekaligus menjaga keseimbangan psikologis untuk mencegah

terjadinya gangguan kesehatan reproduksi.

2. Bagi Siswi SMA Negeri 68 Jakarta

Bagi para remaja diharapkan untuk dapat lebih aktif dalam memahami

informasi dan pengetahuan mengenai pentingnya pola hidup seimbang. Ditinjau dari

segi status gizi, remaja putri diharapkan dapat mengatur pola makan khususnya

yang berhubungan dengan asupan lemak sehingga manifestasi persen lemak tubuh

dapat dikontrol. Dari segi psikologis atau tekanan dalam bentuk stres, hendaknya

para remaja putri lebih dapat memahami kemampuan dan keterbatasan diri dan juga

memiliki keterbukaan pikiran dalam menangani masalah-masalah yang dihadapi

dengan melakukan manajemen stres sehingga tidak berdampak buruk bagi

kesehatan.

3. Bagi Peneliti lain

Diharapkan bagi peneliti lain agar dapat melakukan serta mengembangkan

penelitian lain yang sejenis dengan mempergunakan variabel-variabel yang baru dan

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 17: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

lebih beragam serta dapat menggunakan metode pengukuran yang lain yang

tentunya berhubungan dengan siklus menstruasi pada remaja putri.

KEPUSTAKAAN

Amelia, W.R. (2009). Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dan Faktor-faktor lain

dengan Status Lemak Tubuh Pada Pramusaji di Pelayanan Gizi Unit Rawat

Inap Terpada A RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Skripsi FKM UI

Almatsier, S., Soetardjo,S., & Soekatri, M. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier,S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Arisman. (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Bachand, A.M., Cragin, L.A., Reif, J.S. (2009). Reliability of retrospectively assessed categorical menstrual cycle length data. Annals of Epidemiology, vol. 19, no. 7, pp. 501–503

Baron-Faust, R. (1998). Being Female : What Every Woman Should Know About Gynecological Health. New York : Quill William Morrow

Beck M. (2011). Ilmu Gizi dan Diet; Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Andi.

Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B.,(2004). Adolesence. In : Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed. Philadelphia : Saunders.

Benson & Pernoll. (1994). Handbook of Obstetrics and Gynecology, 9th Ed. McGraw-Hill Education Asia

Bobak , L. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Chung, Shih-Chi et al. (2010). Food Intake Changes Across the Menstrual Cycle in Taiwanese Women. Biol Res Nurs 2010 12: 37

Cohen, S., & Williamson, G.M. (1998). Perceived Stress in a Probability Sample of the United States. California : Sage

Gitanisa, V. (2012). Hubungan Antara Tingkat Stres dan Siklus Menstruasi Pada Remaja Kelas XII Di SMA Negeri 64 Jakarta. Skripsi UPN

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 18: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

Harlow, S.D. and Matanoski, G.M. (1991). The association between weight, physical activity, and stress and variation in the length of the menstrual cycle. American Journal of Epidemiology, vol. 133, no. 1, pp. 38–49

Jahari, A.B (2004). Review Data Berat Badan Dan Tinggi Badan Penduduk Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standa Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

Khomsan, A. (2003). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan Jilid I. Jakarta : Rajagrafindo Persada

Kirchengast, S. (1994). Intercorrelations between menstrual cycle patterns and body dimensions in Austrian-women. Journal of Biosocial Science, vol. 26, no. 2, pp. 207–216

Lee LK, Chen PCY, Lee KK, Kaur J. (2006). Menstruation among adolescent girls in Malaysia: a cross-sectional school survey. Singapore Med J. 47(10):869.

Pristiwi,N.I.(2007). Hubungan Pola Makan denga Pola Menstruasi Pada Mahasiwi Program DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. Karya Tulis Ilmiah

Rich-Edwards JW, Spiegelman D, Garland M, Hertzmark E, Hunter DJ, Colditz GA, et al. (2002). Physical Activity, Body Mass Index, and Ovulatory Disorder Infertility. 13(2):184-90.

Riset Kesehatan Dasar. (2010). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Saadah, F. (1999). Tingkat Pengetahuan dan Persepsi Tentang Haid/Menstruasi Serta Perilaku Higiene Menstruasi Pada Pelajar Kelas II SLTP Negeri I Bogor Tahun 1999. Skripsi FKM UI

Saputri, D.E. (2010). Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada Penduduk Di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Riskesdas 2007). Tesis FKM UI

Sarwono..(2005). Ilmu Kebidanan Cetakan ke Delapan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo

Sianipar, Olaf dkk. (2009). Prevalensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur. Artikel Penelitian Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia Juli 2009.

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013

Page 19: Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan Stres dengan

Symons, J.P., Sowers, M.F.R. and Harlow, S.D. (1997). Relationship of body composition measures and menstrual cycle length. Annals of Human Biology, vol. 24, no. 2, pp. 107–116

Van Hoof, et al. (1998). Relationship of The Menstrual Cycle Pattern in 14–17year Old Adolescents With Gynaecological Age, Body Mass Index And Historical Parameters. Human Reproduction vol.13 no.8 pp.2252–2260, 1998

WHO. (1995). Physical Status : The Use and Interpretations of Anthropometry. Report of WHO Expert Committee, Geneva

William, M.H. (2007). Body Weight and Composition For Health and Sport. 6th ed. New York: Mc Graw-Hill

Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan, Ed.3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Hubungan Antara..., Amanda Davianti Sari, FKM UI, 2013