hubungan antara sibling rivalry dengan...
TRANSCRIPT
ii
HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN
KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL ANAK
USIA SEKOLAH DI SDN CIREUNDEU III
Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
ETIKA RAHMAWATI
109104000052
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Etika Rahmawati
Tempat, Tgl lahir : Lampung, 27 September 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dusun II Desa Tanjung Bulan, Kec. Rambang Kuang,
Kab. Ogan Ilir Palembang Sumatera Selatan 30665
Hp : 087774453443
Email : [email protected] / [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK dan TPA Darul Falah Desa Tanjung Bulan (1996-2000)
2. MI Darul Falah Desa Tanjung Bulan (2000-2003)
3. SDN Desa Tanjung Bulan (1998-2003)
4. MTs Ponpes Nurul Islam Seri Bandung (2003-2006)
5. MAN Sakatiga Ogan Ilir (2006-2009)
6. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)
Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:
1. Pelatihan Kesehatan “Health Training 4 Medical Skill” Tahun 2009
2. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era”
Tahun 2009
3. Diskusi Publik “Kosmetik yang Aman untuk Kecantikan yang Alami” Tahun
2009
vi
4. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” pada
Tahun 2009
5. Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya di
Indonesia” Tahun 2009
6. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah”
Tahun 2010
7. Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco” tahun
2010
8. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment Method
Bulids an Indonesian Awareness of Natural Medication In The Future” tahun
2011
9. Seminar Kesehatan “Peran Kebijakan Standardisasi Internasional Rumah
Sakit dalam Meningkatkan Profesionalisme Pelayanan Kesehatan” Tahun
2011
10. Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks
Berbasis Pasien Safety” tahun 2012
11. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012
12. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health”
tahun 2012
13. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Meningkatkan Peran dan Mutu
Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun 2012
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Juli 2013
Etika Rahmawati, NIM: 109104000052
Hubungan antara Sibling Rivalry dengan Kemampuan Penyesuaian Sosial
Anak Usia Sekolah di SDN Cireundeu III
xvii + 86 halaman + 14 tabel + 3 bagan + 8 lampiran
ABSTRAK
Perselisihan antar saudara kandung (sibling rivalry) merupakan fenomena
yang sering terjadi dalam keluarga. Sibling rivalry merupakan kompetisi atau
persaingan, kecemburuan serta kemarahan antara saudara kandung. Sibling rivalry
ini dapat mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sibling rivalry
dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III.
Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang
dilakukan pada 72 anak usia sekolah dengan usia 7-12 tahun pada bulan Mei-Juni
2012. Pengumpulan data menggunakan kuesioner sibling rivalry dan penyesuaian
sosial. Hasil uji instrumen penelitian didapatkan hasil reliabilitas sebesar 0,857
untuk sibling rivalry dan 0,912 untuk penyesuaian sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami
55,6% memiliki sibling rivalry tinggi dan memiliki kemampuan penyesuaian
sosial yang rendah sebesar 52,8 %. Hasil uji statistik menggunakan uji spearmen
rank dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara
sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN
Cireundeu III (p value=0,000) dengan nilai r= -0,711. Ini artinya bahwa semakin
tinggi sibling rivalry, semakin rendah kemampuan penyesuaian sosial.
Berdasarkan penelitian ini, sekolah dapat memberi perhatian lebih melakukan
pendekatan konseling dalam membantu anak melakukan penyesuaian sosial
khususnya pada anak yang mengalami sibling rivalry serta melakukan pendekatan
langsung kepada orang tua anak untuk mengurangi dan mengatasi sibling rivalry.
Kata kunci: Sibling rivalry, Penyesuaian sosial, Usia sekolah
Daftar Bacaan: 61 (2001 – 2013)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Undergraduates Thesis, Juny 2013
Etika Rahmawati, NIM: 109104000052
Relationship between Sibling Rivalry with The Ability of Social Adjustment
of School Age Children in Sekolah Dasar Negeri Cireundeu III
xvii + 86 pages + 14 tables + 3 charts + 8 attachments
ABSTRACT
The conflict between sibling (sibling rivalry) is frequently occurs among
family. Sibling rivalry is a competition or rivalry, jealousy and anger between
siblings. Sibling rivalry can affect the ability of social adjustment of school-aged
children.
The purpose of this study is to know the relation between sibling rivalry
with the ability of social adjustment of school age children in Sekolah Dasar
Negeri Cireundeu III. This is cross-sectional study was conducted on May-June
2013 among 72 children which 7-12 years old. Data were collected using sibling
rivalry and social adjustment questionnaire. The result reliability test obtained
0,857 for sibling rivalry and 0,912 for social adjustment.
The result of the research shown that majority of respondents 55,6 % have
high sibling rivalry level and 52,8% have low social adjustment level. The result
of statistical test using spearmen rank test revealed that were significant
relationship between sibling rivalry with social ability adjustment of school age
children in SDN Cireundeu III with p= 0.000 and r= -0,711. Its shown that the
higher of sibling rivalry level shown the lower of social ability adjustment level.
Based on this study, school have to give more attention such as increasing
counseling approach for student in order to help their social adjustment especially
child experienced sibling rivalry and make a direct approach for parents to reduce
and overcome sibling rivalry.
Key Words: Sibling rivalry, Social adjustment, School age
References: 61 (2001 – 2013)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan antara Sibling Rivalry dengan
Kemampuan Penyesuaian Sosial Anak Usia Sekolah di SDN Cireundeu
III” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.
Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak
menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Prof. DR (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. Selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM Selaku Ketua Program Studi IImu
Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep, MSc Selaku Sekretaris Program Studi
IImu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus
dosen pembimbing I yang telah membimbing dan banyak memberi
banyak saran demi terselesaikannya penulisan penelitian ini.
4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan penelitian ini.
5. Ibu Tien Gartinah MN selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan masukan selama proses perkuliahan.
x
6. Para penguji (Ibu Puspita Palupi dan Bapak Karyadi) yang telah banyak
memberikan banyak masukan dalam memperbaiki skripsi peneliti.
7. Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala
pengalamannya yang tak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran
bagi kami selaku mahasiswa.
8. Seluruh staff bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu
kelancaran hal-hal administratif.
9. Kedua Orang Tua saya (Bapak Edi Salamun dan Ibu Rosyada) tercinta
yang selalu memberi kasih sayang, dukungan, do’a dan semangat selama
hidup ini dan demi terselesaikannya penelitian ini. Adikku tersayang Dwi
Nirma Sari dan Alm. Wahyuanto dan Kakandaku tersayang yang selalu
semangat kepada peneliti.
10. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan
kesempatan untuk berkuliah di Program Studi IImu Keperawatan (PSIK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. SD Negeri Cempaka Putih 04 khususnya ibu Kepala Sekolah dan Bu Sri
yang telah mengijinkan serta membantu peneliti untuk melakukan uji
validitas dan reliabilitas.
12. SDN III Cirendeu khususnya ibu Kepala Sekolah dan Bu Nurhayati dan
semua Wali Kelas yang telah membantu peneliti dalam pengumpulan
data.
13. Adik-adik dan orang tua yang bersekolah di SDN III Cireundeu yang
bersedia mengisi kuesioner yang sangat membantu peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini.
xi
14. Sahabat-sahabatku “Fighters” (Fita, Fitri, Hanik, Mala, Dian, Ulfi, Dewi,
Mayra, Astuti, Iqbal,), sahabatku di Tanjung Bulan, teman-teman satu
pembimbing, dan seluruh angkatan 2009 yang telah berjuang bersama
dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu Keperawatan serta
sahabat-sahabat Santri Jadi Dokter (SJD) Sum-Sel angkatan 2009-2012
yang telah memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan penelitian
ini.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua
kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.
Jakarta, Juli 2013
Penulis
xii
DAFTAR ISI
JUDUL HAL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................v
ABSTRAK ..........................................................................................................vii
ABSTRACT ........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................7
C. Pertanyaan Penelitian .....................................................................................8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................9
1. Tujuan umum .............................................................................................9
2. Tujuan khusus ............................................................................................9
E. Manfaat Penelitian ..........................................................................................9
F. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................11
A. Anak Usia Sekolah .........................................................................................11
1. Definisi anak usia sekolah .........................................................................11
2. Tugas perkembangan anak usia sekolah ....................................................11
3. Perkembangan anak usia sekolah ..............................................................12
B. Adaptasi/Penyesuaian Anak terhadap Adanya Saudara Kandung .................16
xiii
C. Sibling Rivalry ...............................................................................................20
1. Definisi sibling rivalry ...............................................................................20
2. Faktor penyebab sibling rivalry .................................................................21
3. Ciri khas sibling rivalry .............................................................................25
4. Dampak sibling rivalry ..............................................................................28
D. Penyesuaian ....................................................................................................30
1. Definisi penyesuaian ................................................................................30
2. Jenis penyesuaian ....................................................................................31
3. Definisi penyesuaian sosial ......................................................................31
4. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial .....................................32
5. Kriteria penyesuaian sosial .......................................................................35
6. Penyesuaian yang Gagal (Maladjustment) ...............................................39
E. Penelitian Terkait ..........................................................................................40
F. Kerangka Teori ...............................................................................................42
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ..........43
A. Kerangka Konsep ...........................................................................................43
B. Hipotesis .........................................................................................................44
C. Definisi Operasional .......................................................................................45
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .......................................................46
A. Desain Penelitian ............................................................................................46
B. Populasi dan Sampel ......................................................................................46
C. Teknik Pengambilan Sampel ..........................................................................49
D. Pengumpulan Data .........................................................................................49
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................................50
F. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................50
G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...............................................55
H. Tahapan Penelitian .........................................................................................58
I. Pengolahan Data .............................................................................................59
J. Analisis Data ..................................................................................................60
K. Etika Penelitian ..............................................................................................63
xiv
BAB V HASIL PENELITIAN .........................................................................65
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................................................65
B. Karakteristik Responden ................................................................................66
1. Umur ..........................................................................................................66
2. Jenis Kelamin.............................................................................................67
3. Posisi anak .................................................................................................67
4. Jumlah saudara...........................................................................................67
C. Analisis Univariat ...........................................................................................68
1. Sibling rivalry anak usia sekolah ...............................................................68
2. Penyesuaian sosial anak usia sekolah ........................................................69
D. Analisis Bivariat .............................................................................................69
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................71
A. Analisis Univariat ...........................................................................................71
1. Karakteristik responden .............................................................................71
2. Gambaran sibling rivalry di SDN Cireundeu III .......................................74
3. Gambaran penyesuaian sosial di SDN Cireundeu III ................................77
B. Analisis Bivariat .............................................................................................81
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................83
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................85
A. Kesimpulan .....................................................................................................85
B. Saran ...............................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Definisi operasional ..................................................................... 45
2. Tabel 4.1 Distribusi pernyataan kuesioner sibling rivalry ........................... 52
3. Tabel 4.2 Distribusi pernyataan kuesioner penyesuaian sosial .................... 53
4. Tabel 4.3 Skoring jawaban........................................................................... 54
5. Tabel 4.4 Distribusi hasil pernyataan validitas sibling rivalry .................... 56
6. Tabel 4.5 Distribusi hasil validitas dari penyesuaian sosial ........................ 56
7. Tabel 4.6 Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan nilai r ........................ 61
8. Tabel 5.1 Distribusi usia responden ............................................................. 66
9. Tabel 5.2 Distribusi jenis kelamin responden .............................................. 67
10. Tabel 5.3 Distribusi posisi anak dalam keluarga ......................................... 67
11. Tabel 5.4 Distribusi jumlah saudara dalam keluarga ................................... 67
12. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sibling rivalry
anak usia sekolah pada siswa SDN Cireundeu III ......................................68
13. Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan penyesuaian
sosial anak usia sekolah pada siswa SDN Cireundeu III ............................69
14. Tabel 5.7 Hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan
penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III .......................69
xvi
DAFTAR BAGAN
1. Bagan 2.1 Diagram Model Adaptasi Roy .............................................. 20
2. Bagan 2.2 Kerangka Teori ..................................................................... 42
3. Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................................. 43
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden
2. Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
3. Lampiran 3 Hasil Uji Validitas
4. Lampiran 4 R Tabel
5. Lampiran 5 Hasil Penelitian
6. Lampiran 6 Surat Ijin Studi Pendahuluan
7. Lampiran 7 Surat Ijin Uji Validitas
8. Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP &
PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset penting bagi sebuah
keluarga dan bangsa yang mempunyai andil besar dalam kemajuan dan
kemakmuran bangsa pada masa yang akan datang. Anak-anak membutuhkan
lingkungan yang baik atau sehat, baik di dalam lingkungan keluarganya
maupun di lingkungan masyarakat (KPP & PA, 2012).
Salah satu katagori anak-anak adalah anak usia sekolah yang berusia 6
sampai 12 tahun (Wong, 2008). World Health Statistics 2012 mencatat jumlah
penduduk dunia saat ini yaitu sebesar 6.860.318.000 jiwa. Dari jumlah
tersebut, 27% merupakan kelompok usia dibawah 15 tahun (WHO, 2012). Di
Indonesia, jumlah penduduk yang berumur 7-12 tahun sebanyak 27,8 juta jiwa
dari seluruh penduduk (Sensus Penduduk, 2010). Anak usia sekolah ditandai
dengan meningkatnya minat terhadap aktivitas kelompok dan tidak puas jika
tidak dengan kelompoknya (Hurlock, 2010). Usia ini juga mengalami
perkembangan emosi diantaranya menyukai persaingan, cemburu atau iri hati
mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain terutama
saudaranya (Hurlock, 2005; Wong, 2008). Usia ini juga disebut sebagai “usia
bertengkar” dimana terjadi banyak pertengkaran antar anak sehingga suasana
rumah menjadi tidak menyenangkan bagi semua keluarga (Hurlock, 2010).
2
Pertengkaran atau perselisihan antar anak merupakan fenomena yang
sering terjadi dalam keluarga (Hurlock, 2005). Fenomena konflik antar anak ini
biasanya akibat adanya persaingan, kecemburuan, dan kemarahan antar saudara
yang dikenal dengan sibling rivalry (Shaffer, 2009). Sibling rivalry terjadi
karena merasa kehilangan orang tua dan menganggap saudaranya sebagai
saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua serta
sikap orang tua yang suka membandingkan anak (Nurmaningtyas, 2013;
Hurlock, 2005). Sibling rivalry juga terjadi ketika jarak terlalu dekat yaitu 2-4
tahun karena pada jarak tersebut anak sama-sama menuntut mendapatkan
perhatian yang sama (Woolfson, 2005). Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) menyebutkan sikap orang tua yang suka membanding-bandingkan anak
yang satu dan yang lain merupakan bentuk kekerasan anak dalam keluarga.
Angka perbandingan anak yang sering dilakukan oleh orang tua yaitu ayah
sebesar 37,3% dan dilakukan oleh ibu sebesar 43,4% (Ihsan, 2013).
Sibling rivalry ditunjukkan melalui beberapa tingkah laku. Tingkah laku
tersebut seperti berperilaku agresif atau resentment (kekesalan, kemarahan,
atau kebencian) terhadap orang tua dan saudaranya, memiliki rasa kompetisi
atau semangat untuk bersaing, serta adanya perasaan iri atau cemburu dengan
mencari perhatian berlebihan (Shaffer, 2009; Hurlock, 2005; Thompson, 2004;
Woolfson, 2005). Ciri khas sibling rivalry dalam Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III (PDGJ III) yaitu menunjukkan bukti adanya
persaingan atau iri hati, onset biasanya terjadi beberapa bulan setelah kelahiran
adik, serta adanya gangguan emosional (Maslim, 2003).
3
Sibling rivalry ini cenderung meningkat selama usia sekolah (Dunlap,
2004; Berk, 2005). Sibling rivalry terlihat ketika usia 3-5 tahun (prasekolah)
dan akan timbul kembali ketika 8-12 tahun (usia sekolah) (Setiawati &
Zulkaida, 2007). Penelitian Usner dan McNerney (2001) menemukan 55%
mengalami sibling rivalry pada umur antara 10-15 tahun (termasuk usia
sekolah) merupakan kategori tertinggi. Hal ini karena anak mulai beraktivitas
dan berprestasi baik di sekolah atau di luar sekolah dan membuat orang tua
mulai membandingkan anak yang satu dengan yang lain dan ketika anak yang
usianya berdekatan masuk ke dunia sekolah, maka perbandingan orang tua
terhadap anak-anaknya semakin sering dilakukan dan hasilnya anak menjadi
sering bertengkar, saling bermusuhan, dan susah untuk melakukan penyesuaian
sosial (Berk, 2005).
Sibling rivalry sering dianggap hal yang biasa yang tidak perlu
dikhawatirkan, padahal adanya sibling rivalry banyak menimbulkan dampak
negatif yang akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya (Thompson,
2004). Dampak negatif tersebut seperti merusak kualitas persaudaraan dan
menyebabkan perilaku agresif anak terutama terhadap saudaranya di rumah
(Havnes, 2010; Hardy et al, 2010) serta anak akan berperilaku agresif di mana
saja, seperti di sekolah (Patterson dalam Volling & Blandon, 2003). Sibling
rivalry akan membahayakan anak, membuat anak menjadi rendah diri, cedera
pada saudaranya, memaki dan menganggap saudaranya sebagai lawan
(Gichara, 2006). Penelitian Ensi dan Winarianti (2009) menemukan sekitar
89,9% kakak yang mengalami sibling rivalry menyebabkan cedera pada
adiknya. Survey yang juga dilakukan oleh Finkelhor et al, 2005 (dalam Hardy
4
et al, 2010) menyebutkan bahwa lebih dari 2000 anak antara umur 2 sampai 17
tahun menemukan hampir 30% kekerasan fisik dilakukan oleh saudara
kandungnya sendiri. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga
menyebutkan angka kekerasan anak yang dilakukan oleh saudara kandungnya
sendiri yaitu sebesar 26,2% (Ihsan, 2013).
Sibling rivalry juga menimbulkan dampak negatif terhadap penyesuaian
anak. Hal ini karena sibling rivalry mempengaruhi semua hubungan antar
anggota keluarga dan bahkan hubungan yang buruk ini sering menjadi pola
hubungan sosial yang akan dibawa anak ke luar rumah untuk diterapkan dalam
hubungannya dengan teman sebaya (Hurlock, 2006). Hubungan tidak harmonis
antar saudara kandung khususnya masa usia sekolah akan mengalami kesulitan
melakukan penyesuaian sosial seperti hubungan yang buruk dengan teman
sebaya, perilaku antisosial, kesulitan belajar, dan menunjukkan tanda
psikopatologi seperti cemas, depresi, dan ketakutan (Bank, Patterson, & Reid,
1996 dalam Pope 2006; Hakvoort et al, 2010). Penelitian Yuliati (2007)
menemukan sekitar 65,5% terjadi perilaku sibling rivalry pada anak usia
prasekolah di TK Mrangen I Srumbung Magelang berperilaku mendorong dan
memukul temannya.
Penelitian Deater-Deckard, Dunn, dan Lussier (2002) juga menyebutkan
bahwa hubungan antar saudara kandung yang buruk berhubungan dengan
kegagalan menyesuaikan diri anak (child maladjustment). Sunarto dan Hartono
(2008) menambahkan bahwa hubungan saudara yang penuh permusuhan,
perselisihan, rasa iri, kebencian dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan
dalam penyesuaian sosial.
5
Kemampuan penyesuaian sosial ini penting dimiliki oleh setiap individu.
Hal tersebut karena seiring bertambahnya usia, seseorang dituntut untuk
mengembangkan kemampuan dalam melakukan penyesuaian sosial termasuk
anak usia sekolah. Hurlock (2005) menyebutkan bahwa fokus utama usia ini
adalah sosialisasi karenanya disebut usia berkelompok. Pada usia ini anak
mengalami dorongan untuk keluar dari rumah dan berinteraksi dengan
kelompok sebaya (Santrock, 2007). Anak usia ini berinteraksi sosial dengan
kelompoknya sebesar lebih dari 40% daripada masa awal kanak-kanak yang
hanya sekitar 10-20% (Santrock, 2007).
Anak usia sekolah tidak selamanya berhasil melakukan penyesuaian
sosial, adakalanya individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial
sehingga individu melakukan penyesuaian sosial yang salah seperti kenakalan
yang terjadi pada anak (Sunarto & Hartono, 2008). Jumlah kenakalan anak
yang merupakan bentuk permasalahan sosial di Indonesia cukup besar, Badan
Pusat Statistik mencatat kenakalan anak pada tahun 2002 sebanyak 193.115
kasus, namun seperti fenomena gunung es, diduga angka kenakalan dan
permasalahan sosial lainnya sebenarnya 10 kali lipat (Tambunan, 2003 dalam
Mukhtar & Hadjam, 2006). Selain itu, banyak kasus-kasus yang diberitakan di
media bahwa kenakalan anak sekolah dasar seperti berani dengan orang tua,
menganggu temannya, menyakiti temannya, sering berkelahi, dan lain
sebagainya (www.sekolahdasar.net, 2012). Selain itu, fenomena yang
ditemukan di SDN Cireundeu III menyimpulkan bahwa siswa kurang memiliki
keterampilan dalam berhubungan sosial dengan orang lain seperti sering
bertengkar dengan temannya, sering mengganggu temannya, suka melanggar
6
aturan sekolah seperti sering membolos saat sekolah. Hal ini mengindikasikan
adanya masalah penyesuaian sosial pada siswa sekolah dasar.
Kondisi diatas menuntut anak usia sekolah untuk mampu melakukan
penyesuaian sosial dengan baik. Hal ini karena jika dapat dikuasai dengan baik
akan memberikan kebahagiaan dan keberhasilan dalam perkembangan
selanjutnya (Hurlock, 2005). Selain itu, jika dapat melakukan penyesuaian
sosial yang baik, individu akan memenuhi harapan sosial, tidak menunjukkan
ketegangan emosional, tidak ada frustrasi, mampu belajar, menghargai
pengalaman, bersikap realistik dan objektif serta dapat menghindari dan
mengatasi tekanan negatif atau egosentrisme orang lain (Sunarto & Hartono,
2008; Huang, 2007). Sebaliknya, jika kurang dapat melakukan penyesuaian
sosial akan menunjukkan tingkah laku yang serba salah, tkurang mampu
belajar, idak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, dan agresif (Sunarto
& Hartono, 2008). Hurlock (2005) juga menyampaikan bahwa
ketidakberhasilan melakukan penyesuaian sosial akan menyebabkan individu
menjadi egosentris, introvert, tidak sosial bahkan antisosial dan kebahagiaan
masa dewasanya akan terganggu.
Untuk mengatasi hal tersebut, perawat sebagai edukator sekaligus
konselor dapat memberikan edukasi kepada orang tua tentang sibling rivalry
pada anak. Hal ini karena orang tua kunci yang mempengaruhi sibling rivalry,
namun orang tua pula yang dapat memperkecil terjadinya sibling rivalry
(Setiawati & Zulkaidah, 2007). Perawat juga memiliki peran dalam
perkembangan anak usia sekolah seperti membantu keluarga dalam
meningkatkan kompetensi sosial anak (Wong, 2008). Perawat juga memiliki
7
peran yang lebih luas di sekolah terkait pengkajian fisik, psikomedis, masalah
perilaku anak, masalah gangguan belajar, dan asuhan kesejahteraan anak
lainnya (Wong, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di bulan Maret 2013 pada
beberapa ibu, mereka mengeluh anak-anak mereka sering memiliki rasa iri hati
satu sama lain. Berdasarkan hasil wawancara singkat pada 10 siswa di SDN
Cireundeu III didapatkan 8 siswa atau sekitar 80% memiliki ciri-ciri sibling
rivalry yaitu sering bertengkar, iri dan kesal dengan saudara kandungnya
bahkan rasa kesalnya sering terbawa di sekolah. Sedangkan kemampuan
penyesuaian sosial 8 siswa yang mengalami sibling rivalry adalah 4 (50%)
diantaranya memiliki masalah dalam penyesuaian sosial seperti suka pilih-pilih
teman, lebih tertutup dengan temannya, sering bertengkar dengan teman di
sekolah. Ini artinya tidak semua yang mengalami sibling rivalry mengalami
kesulitan melakukan penyesuaian sosial.
Penelitian sibling rivalry ini telah banyak dilakukan namun penelitian
tentang sibling rivalry dan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah
belum ditemukan di Indonesia sehingga peneliti tertarik ingin membuktikan
ada tidaknya hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian
sosial anak usia sekolah di sekolah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Sibling rivalry merupakan kemarahan, kempetisi, dan perasaan iri antar
saudara kandung yang meningkat selama usia sekolah (Shaffer, 2009; Dunlap,
2004; Berk, 2005). Sibling rivalry ini menimbulkan dampak negatif seperti
mencederai saudaranya, perilaku agresif dan masalah dalam penyesuaian
8
sosial. Anak usia sekolah dituntut untuk mampu bersosial, tahap ini anak juga
pertama kali masuk ke dunia sekolah dan berinteraksi dengan orang lain.
Penelitian Bank, Patterson, & Reid (1996 dalam Pope, 2006) menyebutkan
bahwa konflik antar saudara kandung pada masa usia sekolah merupakan salah
satu penyebab kesulitan melakukan penyesuaian sosial. Kesulitan melakukan
penyesuaian sosial ini menyebabkan anak bertingkah laku yang serba salah,
kurang mampu belajar, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, dan
agresif (Sunarto & Hartono, 2008). Fenomena yang ditemukan di SDN
Cireundeu III menyimpulkan bahwa siswa kurang memiliki keterampilan
dalam berhubungan sosial. Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan
Maret 2013 pada 10 siswa di SDN Cireundeu III didapatkan 8 siswa atau
sekitar 80% memiliki ciri-ciri sibling rivalry dan 4 orang diantaranya memiliki
masalah dalam penyesuaian sosial. Ini artinya masih ada yang melakukan
penyesuaian sosial dengan baik walaupun mengalami sibling rivalry. Hal ini
membuat peneliti tertarik untuk membuktikan secara signifikan ada tidaknya
hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak
usia sekolah di SDN Cireundeu III.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, posisi
anak, dan jumlah saudara) anak usia sekolah di SDN Cireundeu III?
2. Bagaimana gambaran sibling rivalry pada anak usia sekolah di SDN
Cireundeu III?
3. Bagaimana gambaran penyesuaian sosial pada anak usia sekolah di SDN
Cireundeu III?
9
4. Apakah ada hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan
penyesuaian sosial anak di SDN Cireundeu III?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan
penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin,
posisi anak, dan jumlah saudara) anak usia sekolah di SDN Cireundeu III
b. Diketahuinya gambaran sibling rivalry pada anak usia sekolah di SDN
Cireundeu III.
c. Diketahuinya gambaran penyesuaian sosial pada anak usia sekolah di
SDN Cireundeu III.
d. Diketahuinya hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan
penyesuaian sosial anak di SDN Cireundeu III.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Insitusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan serta dapat
mengembangkan instrumen-insrumen terkait kesehatan mental dan sosial,
khususnya tentang sibling rivalry dan hubungannya dengan kemampuan
penyesuaian sosial anak usia sekolah.
10
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan pertimbangan di
bidang pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan lainnya untuk
mensosialisasikan pentingnya pengawasan pada setiap anak dalam keluarga
agar meminimalisasi dan mengatasi sibling rivalry karena akan
mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya salah satunya penyesuaian
sosial anak di lingkungannya.
3. Bagi SDN Cireundeu III
Memberikan informasi kepada sekolah dan menjadi masukan sekolah
untuk memotivasi, mengawasi tingkah laku anak serta membantu anak
dalam meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial anak seperti
memberikan layanan bimbingan konseling di sekolah.
4. Bagi Orang Tua
Menjadi masukan serta menambah pengetahuan dan sikap ibu tentang
sibling rivalry, sehingga dapat meminimalisasi atau mengantisipasi
terjadinya sibling rivalry serta menjadi masukan untuk membantu anak
dalam melakukan penyesuaian sosial dengan baik.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross-sectional
(potong lintang). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara
sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah.
Penelitian ini dilakanakan di SDN Cireundeu III pada orang tua yang memiliki
anak usia sekolah yang memiliki adik kandung yang tinggal serumah.
Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Usia Sekolah
1. Definisi
Masa usia sekolah disebut juga periode usia pertengahan (middle
childhood) yaitu ketika anak usia 6 sampai mendekati 12 tahun
(Hockenberry & Wilson, 2007). Masa anak-anak berumur 6 sampai 11
tahun kadang-kadang disebut juga masa sekolah dasar (Santrock, 2004).
Wong (2008) juga menyampaikan bahwa anak usia sekolah adalah anak
pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa usia
sekolah yaitu anak yang berusia 6 tahun sampai usia 12 tahun.
2. Tugas perkembangan
Pada setiap tahap kehidupan tentunya memiliki tugas perkembangan
yang hendaknya dilalui oleh setiap individu sesuai periode tertentu. Hurlock
(2010) menyebutkan bahwa tugas perkembangan yang hendaknya dijalani
pada periode ini, antara lain:
a. Anak mampu mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan-permainan yang umum
b. Membangun sifat yang sehat sebagai diri sendiri yang sedang tumbuh
dan berkembang.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya.
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
12
e. Menggunakan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan
berhitung.
f. Mengembangkan hati nurani, pengertian, moral, dan tingkatan nilai.
g. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.
h. Mencapai kebebasan pribadi.
3. Perkembangan Anak Usia Sekolah
a. Perkembangan Biologis atau Fisik
Anak usia sekolah mengalami pertumbuhan rata-rata 5 cm per
tahun untuk tinggi badan dan meningkat 2-3 kg per tahun untuk berat
badan. Pada usia ini juga anak laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi,
anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan
jaringan lemak lebih cepat perkembangannya daripada otot (Suprajitno,
2003).
b. Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial menurut Freud (dalam Hockenberry &
Wilson, 2007) pada anak usia sekolah atau periode pertengahan ini
disebut juga periode laten yaitu waktu tenang antara fase Odipus pada
masa anak-anak awal (early childhood) dan erotisme pada masa remaja
(adolescence). Pada masa ini anak-anak membina hubungan dengan
teman sebaya sesama jenis dan didahului ketertarikan pada laki-laki atau
perempuan ketika masa pubertas (Hockenberry & Wilson, 2007).
Perkembangan psikososial menurut Erikson (dalam Hockenberry
& Wilson, 2007) masa ini disebut juga fase industry/productivity vs
13
inferiority. Pada masa ini anak-anak sudah mulai berkeinginan
menghasilkan sesuatu dari sesuatu yang mereka lakukan, terutama
kegiatan-kegiatan di sekolah. Selain itu, anak-anak mulai belajar terkait
tugas perkembangan dan menyiapkan diri dalam perannya di
masyarakat. Keinginan ini membuat anak senang mengekpolrasi diri
untuk menemukan hal baru sehingga memotivasi mereka untuk berkarya
(Hockenberry & Wilson, 2007). Kegagalan pada fase ini akan membuat
anak menjadi rendah diri (inferioritas) dan merasa tidak berguna.
Keberhasilan pada masa ini akan membuat anak menjadi percaya diri
terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya, mandiri, berinisiatif,
merupakan persiapan anak untuk masuk ke dunia sosial yang lebih luas
(Nihayah, Suralaga, & Idriyani, 2006).
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti perolehan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial melalui proses sosialisasi (Hurlock, 2005).
Kemampuan sosialisasi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan
anak usia sekolah terutama dengan teman sebaya (Hockenberry &
Wilson, 2007).
Kemampuan bersosialisasi diperoleh melalui tiga proses, yaitu
belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial dengan mengikuti
serta menyesuaikan diri dengan standar perilaku yang sudah ada dalam
kelompok, memainkan peran sosial yang dapat diterima dengan
mematuhi pola perilaku dalam kelompok, dan perkembangan sikap
sosial dengan bermasyarakat atau bergaul dengan baik dengan menyukai
14
orang dan aktivitas sosial sehingga berhasil mencapai penyesuaian sosial
yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok (Hurlock, 2005).
Perkembangan sosial anak usia sekolah meliputi:
i. Hubungan sosial dan kerja sama.
Periode ini anak pertama kalinya bergabung dalam aktivitas
kelompok sehingga anak belajar menghargai perbedaan yang ada
dalam anggota kelompok dan bertambah sensitif terhadap norma
sosial ataupun tekanan dari anggota kelompok dan mulai membentuk
kelompok-kelompok formal atau klub (Hockenberry & Wilson,
2007). Yusuf (2012) juga menyampaikan bahwa anak usia ini mulai
memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri, bekerja sama, mau
memperhatikan kepentingan orang lain, bertambah keinginan untuk
diterima menjadi anggota kelompok dan merasa tidak senang bila
tidak diterima dikelompoknya serta mampu menyesuaikan diri
dengan teman sebaya maupun lingkungan masyarakat sekitar.
ii. Hubungan dengan keluarga
Walaupun kelompok teman sebaya berpengaruh dan penting
untuk perkembangan normal anak, keluarga memberikan pengaruh
utama dalam pembentukan perilaku, kepribadian, dan menetapkan
sistem nilai (Hockenberry & Wilson, 2007).
iii. Bermain
Ketika memasuki memasuki sekolah anak-anak mulai tertarik
pada permainan kelompok serta mulai memilih teman bermain dan
sebagian besar anak-anak memilih teman yang berjenis kelamin,
15
ukuran tubuh, usia, kematangan sosial, dan minat yang sama dengan
mereka (Hurlock, 2005). Pada permainan anak diharapkan patuh
terhadap peraturan dan ritual, terlibat dalam permainan tim, mampu
bermain dengan permainan dan aktivitas yang tenang, serta mampu
menguasai ego (Hockenberry & Wilson, 2007).
d. Perkembangan Kognitif
Pada tahap ini, perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget
(dalam Suprajitno, 2003) berada di tahap operasioanal kongkret, yaitu
anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol.
Selama periode ini kemampuan anak belajar konseptual mulai
meningkat dengan pesat dan memiliki kemampuan belajar dari benda,
situasi, dan pengalaman yang dijumpainya. Kemampuan ini seperti
kemampuan konservasi yaitu menyukai sesuatu secara konkret bukan
magis, klasifikasi yaitu mulai belajar mengelompokkan, menyusun, dan
mengurutkan, dan kombinasi yaitu mencoba menghubungkan angka dan
huruf sesuai keinginannya yang dihubungkan dengan pengalaman yang
diperoleh sebelumnya.
e. Perkembangan Moral
Pada tahap ini, perkembangan moral menurut Kohlberg
dikatagorikan dalam tahap konvensional. Di masa ini, anak mulai belajar
tentang peraturan yang berlaku, menerima peraturan, dan merasa
bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah diterimanya
(Suprajitno, 2003).
16
f. Perkembangan Spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah nyata
daripada belajar tentang ketuhanan. Mereka mulai mengerti terhadap
surga dan neraka sehingga cenderung melakukan sesuatu sesuai aturan
karena takut masuk neraka. Pada masa ini anak masih sulit mengerti
tentang simbol-simbol supranatural sehingga konsep religius harus
disajikan secara nyata (Suprajitno, 2003).
g. Perkembangan Emosional
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi
yang baru lahir (Hurlock, 2005). Ketika usia sekolah, anak mulai
menyadari bahwa penggunaan emosi secara kasar tidak diterima di
masyarakat (Yusuf, 2012). Emosi yang secara umum dialami anak usia
sekolah adalah takut, marah, kasih sayang, cemburu atau sering iri hati
mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain terutama
saudaranya, rasa ingin tahu, kegembiraan (Hurlock, 2005). Selain itu,
anak pada masa ini menyukai persaingan (Wong, 2008). Perasaan
cemburu, iri hati rasa persaingan antar saudara kandung disebut juga
dengan sibling rivalry (Woolfson, 2005).
B. Adaptasi/Penyesuaian Anak terhadap Adanya Saudara Kandung
Penyesuaian diri juga diartikan sebagai usaha atau perilaku yang
tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan (Heerdjan, 1987 dalam Sunaryo,
2002). Adaptasi merupakan kemampuan mempertahankan fungsi optimal yang
melibatkan refleks, mekanisme perlindungan terhadap yang mengarah pada
penyesuaian dan penguasaan situasi (Selye, 1976 dalam Potter & Perry, 2005).
17
Teori tentang adaptasi ini dikembangkan oleh Sister Calista Roy yang
dikenal dengan model adaptasi dalam keperawatan pertama kali tahun 1964.
Asumsi-asumsi dasar yang dianut dalam model adaptasi menurut Roy (Asmadi,
2005), antara lain:
1. Individu adalah mahluk bio-psiko-sosial yang merupakan kesatuan yang
utuh.
2. Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun
negatif, untuk dapat beradaptasi. Kemampuan adaptasi dipengaruhi oleh tiga
komponen, yaitu penyebab utama perubahan kondisi dan situasi, keyakinan,
dan pengalaman dalam beradaptasi.
3. Setiap individu berespons terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
konsep diri positif, kemandirian, serta kemampuan melakukan peran secara
optimal guna memelihara integritas diri. Kebutuhan fisiologis, menurut Roy,
meliputi oksigenasi dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit,
makanan, tidur dan istirahat, pengaturan suhu dan hormon, dan fungsi
tambahan. Kebutuhan konsep diri yang positif berfokus pada persepsi diri
yang meliputi kepribadian, normal, etika, dan keyakinan seseorang.
Kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan dan kemampuan melakukan
interaksi sosial, termasuk kebutuhan akan dukungan orang lain. Peran dan
fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku individu dalam menjalankan
peran dan fungsi yang diembannya.
4. Individu selalu berada dalam rentang sehat-sakit yang berhubungan erat
dengan kefektifan koping guna mempertahankan kemampuan adaptasi.
18
Respon atau perilaku adaptasi seseorang terhadap perubahan
kemunduruan, menurut teori adaptasi Roy, bergantung pada stimulus yang
masuk dan tingkat kemampuan adaptasi orang. Tingkat atau kemampuan
adaptasi seseorang ditentukan oleh tiga hal, yaitu masukan (input), proses
(kontrol dan efektor) dan keluaran (output) (Nursalam, 2008).
Ada tiga komponen input, yaitu stimulus fokal (stimulus yang langsung
berhadapan dengan individu), stimulus kontekstual (stimulus yang diterima
individu baik internal atau eksternal seperti lingkungan, keluarga, teman,
masyarakat, petugas kesehatan yang mempengaruhi stimulus fokal dan dapat
diobservasi), dan stimulus residual (ciri-ciri tambahan dan relevan dengan
situasi yang ada, namun sukar untuk diobservasi seperti keyakinan, sikap dan
sifat individu yang berkembang) (Asmadi, 2005; Nursalam, 2008). Perubahan
yang terjadi pada anak yaitu adanya saudara kandung (sibling) yang menjadi
stresor normal yang menuntut anak untuk mampu beradaptasi terhadap
perubahan baru dalam hidupnya. Selain itu, sikap orang tua yang suka
membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lain juga merupakan
stimulus/stressor yang dialami anak dalam keluarga yang dapat menimbulkan
ketegangan dalam keluarga (Hurlock, 2006).
Proses dalam tingkatan adaptasi merupakan suatu cara untuk
mengahadapi suatu perubahan atau stressor yang terjadi dalam individu
(Nursalam, 2008). Kemampuan adaptasi adalah mekanisme kontrol atau
koping regulator dan kognator (Asmadi, 2005). Empat efektor atau model
adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan ketergantungan
(interdependen) (Nusalam, 2008). Anak usia sekolah yang memiliki saudara
19
kandung sering terjadi persaingan misalnya anak yang lebih besar sering iri
karena perhatian yang diberikan pada saudara kandung yang lebih kecil (Potter
& Perry, 2005). Hal ini mengakibatkan perasaan cemburu terhadap saudara
kandung tersebut (Anderson, 20060.
Aspek terakhir pada teori Adaptasi Roy adalah output. Output dari
sistem adaptasi adalah perilaku yang dapat diamati, diukur, atau dikemukakan
secara subjektif. Output ini berupa respons adaptif ataupun maladaptif
(Asmadi, 2005). Anak yang dapat beradaptasi secara adaptif dengan adanya
saudara kandung meliputi meningkatnya kemandirian, meningkatnya prestasi,
saling menyayangi antar saudara kandung, mampu bertanggung jawab yang
mengarah ke konsep diri yang positif (Anderson, 2006; Gunarsa, 2004).
Sedangkan respon yang maladaptif pada anak yang memiliki saudara kandung
dalam keluarga ini ditunjukkan dengan mencederai saudaranya, kesulitan
melakukan penyesuaian sosial baik dirumah maupun diluar rumah, perilaku
agresif di luar rumah dan lain-lain (Gichara, 2006; Gunarsa, 2004, Havnes,
2010).
Keperawatan adalah bentuk pelayanan berupa pemenuhan kebutuhan
dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal (Nursalam, 2008).
20
Bagan 2.1 Diagram Model Adaptasi Roy
Sumber: Nursalam, 2008
C. Sibling Rivalry
1. Definisi sibling rivalry
Menurut Kamus Dorland (2012) menyatakan “sibling adalah salah
satu atau lebih dari dua anak dari orang tua yang sama baik saudara laki-laki
atau perempuan; rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme dan Sibling
rivalry adalah kompetisi antar saudara kandung untuk mendapatkan cinta,
kasih sayang atau perhatian salah satu atau kedua orang tuanya dan untuk
mendapatkan pengakuan atau keuntungan lainnya”. Sibling rivalry
merupakan kompetisi/persaingan, kecemburuan serta kemarahan antar
saudara yang sering dimulai saat saudara laki-laki atau perempuan lahir dan
terjadi antara dua atau lebih saudara kandung (Shaffer, 2009).
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sibling rivalry
adalah persaingan antar saudara kandung yang biasanya diakibatkan oleh
ketakutan kehilangan kasih sayang orang tua atau perasaan cemburu karena
21
kasih sayang orang tua terbagi ke anak yang lain dan respon yang
ditunjukkan dengan kemarahan, kompetisi, dan persaingan.
2. Faktor penyebab sibling rivalry
Sibling rivalry biasa terjadi pada masa kanak-kanak dan muncul
ketika selisih usia saudara kandung terlalu dekat dan memiliki dua atau
lebih saudara kandung. Sibling rivalry juga akan terlihat ketika usia 3-5
tahun (prasekolah) dan akan timbul kembali ketika 8–12 tahun (usia
sekolah), (Setiawati & Zulkaida, 2007). Sibling rivalry meningkat pada anak
prasekolah dikarenakan pada masa ini anak cenderung mengalami
kecemburuan yang besar apabila orang tua memberikan perhatian yang
berbeda dengan saudaranya karena pada masa ini egosentrisme anak sangat
tinggi (Woolfson, 2005). Sibling rivalry meningkat pada usia sekolah karena
anak mulai beraktivitas dan berprestasi baik di sekolah atau di luar sekolah.
Adanya aktivitas dan prestasi tersebut, orang tua mulai membandingkan
anak yang satu dengan yang lain dan ketika anak yang usianya berdekatan
masuk ke dunia sekolah, maka perbandingan orang tua terhadap anak-
anaknya semakin sering dilakukan dan hasilnya anak menjadi sering
bertengkar, saling bermusuhan, dan susah untuk melakukan penyesuaian
sosial (Berk, 2005).
Hurlock (2006) menyebutkan bahwa sibling rivalry disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Sikap orang tua
Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh keinginan atau
harapan orang tua terhadap anaknya. Sebagai contoh, bila salah satu anak
22
memenuhi harapan orang tua dari pada anak yang lain yang
menyebabkan orang tua menjadi lebih sayang terhadap anak tersebut. Hal
inilah yang akan menimbulkan rasa persaingan, kecemburuan, serta
kemarahan anak terhadap orang tua dan saudaranya. Hal tersebut tidak
jarang menyebabkan anak mengganggap bahwa orang tua pilih kasih dan
mereka membenci saudara mereka. Sikap demikian yang menumbuhkan
rasa iri hati dan permusuhan yang akan mempengaruhi hubungan saudara
kandung dan keluarga (Hurlock, 2006). Penelitian Listiani (2010)
melaporkan bahwa faktor sikap, urutan kelahiran, jenis kelamin,
perbedaan usia, jumlah saudara kandung anak, hubungan anak dengan
saudara kandungnya, pola asuh orang tua, dan adanya anak emas diantara
anak mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya sibling
rivalry pada anak usia sekolah di RW 9 Kelurahan Jomblang Kota
Semarang.
b. Urutan posisi
Semua keluarga, kecuali keluarga dengan satu anak, semua anak
memberi peran menurut urutan kelahirannya dan mereka diharapkan
memerankan peran tersebut. Jika semua menyukai peran yang diberikan,
maka kemungkinan terjadi perselisihan akan kecil. Sebaliknya, jika anak
tidak menyukai peran yang diberikan, maka kemungkinan terjadi
perselisihan besar sekali (Hurlock, 2006). Anak yang lebih kecil kadang
mengidolakan saudara kandung yang lebih besar dan akhirnya sering
terjadi persaingan. Sedangkan anak yang lebih besar sering iri karena
23
perhatian yang diberikan pada saudara kandung yang lebih kecil (Potter
& Perry, 2005).
Anak pertama/sulung biasanya menunjukkan sikap bertanggung
jawab, asertif, perfeksionis, serta memegang otoritas. Anak sulung bisa
menunjukkan kebencian terhadap saudaranya karena perhatian orang tua
terbagi (Franz, 2006). Pada anak tengah biasanya menunjukkan perasaan
rendah diri terhadap saudara kandung yang lebih tua karena menganggap
tidak memiliki kemampuan seperti saudara mereka. Namun, hal tersebut
juga membuat mereka menjadi sangat kompetitif terhadap saudara
mereka yang mendorong mereka berinovasi, melakukan hal yang berbeda
dari saudaranya yang lebih tua (Franz, 2006). Hal ini menunjukkan
bahwa baik posisi anak pertama maupun tengah memiliki potensi untuk
mengalami sibling rivalry.
c. Jenis kelamin
Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap
saudara laki-laki dan perempuannya. Anderson (2006) menyatakan jenis
kelamin yang sama lebih sering menimbulkan reaksi sibling rivalry
dibanding jenis kelamin yang berbeda. Hal tersebut disebabkan jenis
kelamin yang sama pada saudara sekandung dapat menjadi pemicu
terjadinya iri akibat dari kebutuhan dan karakteristik yang sama pula.
Namun, sibling rivalry juga terjadi pada jenis kelamin yang berbeda,
karena adanya perbedaan tugas dan tanggung jawab yang berbeda antara
laki-laki dan perempuan dapat membuat anak merasa dibedakan dan
menyebabkan timbulnya kecemburuan antar sibling (Priatna & Yulia,
24
2006 dalam Setiawati & Zulkaida, 2007). Howe et al (2002) dalam
Havnes (2010) melaporkan bahwa saudara perempuan lebih penurut
dibandingkan laki-laki, selain itu kemampuan sosialisasi anak laki-laki
lebih sering mengalami masalah dibanding anak perempuan.
d. Perbedaan usia
Perbedaan mempengaruhi cara mereka bereaksi terhadap
saudaranya satu sama lain. Bila perbedaan usia itu besar, hubungan akan
lebih ramah, saling mengasihi daripada bila usia mereka berdekatan. Bila
usia berdekatan, orang tua cenderung memberikan perhatian yang sama
terhadap anaknya. Tetapi orang tua cenderung mengharapkan anak yang
lebih tua menjadi model yang baik. Sebaliknya, yang lebih muda
diharapkan dapat meniru yang lebih tua. Hal inilah yang menyebabkan
buruknya hubungan antar saudara (Hurlock, 2006). Jarak lahir antara 2
sampai 4 tahun merupakan insidensi tertinggi pada kakak-beradik
terhadap terjadinya sibling rivalry (Woolfson, 2005). Hal ini karena pada
jarak tersebut pemahaman anak sudah meningkat sehingga anak
cenderung terganggu bila salah satu anak mendapatan perhatian yang
berbeda (Woolfson, 2005).
e. Jumlah saudara
Jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan
yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar. Hal
ini dikarenakan, bila ada anak dua atau tiga anak dalam keluarga, mereka
lebih sering bersama jika jumlahnya besar dan orang tua mengharapkan
mereka bermain dan melakukan berbagai hal bersama sehingga
25
perselisihan sandara kandung berkurang. Apabila keluarga dengan
banyak anak, disiplin orang tua cenderung otoriter, permusuhan dan
sikap antagonisme antar anak cenderung terbuka, sehingga tercipta
suasana yang diwarnai perselisihan (Hurlock, 2006).
Priyatna dan Yulia (2006) dalam Setiawati & Zulkaida, 2007 juga
menyebutkan sibling rivalry disebabkan oleh:
a. Faktor internal: merupakan faktor yang ada dan berkembang pada anak,
contohnya temperamental, sikap mencari perhatian dan kasih sayang
orang tua, perbedaan umur dan jenis kelamin, dan adanya keinginan kuat
anak untuk mengalahkan saudaranya.
f. Faktor eksternal: faktor luar yang disebabkan oleh karena orang tua
kurang tepat dalam mendidik anak-anaknya, seperti sikap membanding-
bandingkan, hanya memperhatikan satu anak dan/atau anak emas
diantara anak yang lain.
3. Ciri khas sibling rivalry
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III
(PDGJ III) menyebutkan ciri khas dari sibling rivalry ini mencakup
gabungan dari:
b. Bukti adanya rasa persaingan dan/atau iri hati terhadap saudara;
c. Onset selama beberapa bulan setelah kelahiran adik (terutama adik
langsung);
d. Gangguan emosional melampaui taraf normal dan/atau berkelanjutan dan
berhubungan dengan masalah psikososial (Maslim, 2003).
26
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III
(PDGJ III) juga menyebutkan bahwa rasa persaingan/iri hati antar saudara
mungkin ditandai oleh upaya bersaing yang nyata antar saudara untuk
merebut perhatian atau cinta orang tuanya dan perasaan negatif yang
berlebihan. Dalam kasus yang berat persaingan mungkin disertai oleh rasa
permusuhan yang terbuka, trauma fisik dan/atau sikap jahat dan upaya
menjatuhkan saudaranya. Sedangkan pada kasus yang ringan persaingan/iri
hati itu dapat terlihat dari keengganan berbagi, kurangnya pandangan
positif, dan langkanya interaksi yang ramah (Maslim, 2003).
Tiga reaksi sibling rivalry yang dikemukakan oleh Shaffer (2009)
yaitu:
a. Berperilaku agresif atau resentment (kekesalan, kemarahan, atau
kebencian).
Perasaan kesal dan marah akibat perlakuan yang berbeda dari
orang tua dilampiaskan kepada saudaranya (adik/kakak). Hurlock
(2005) juga menyampaikan bahwa kecemburuan terhadap saudara
kandung dapat ditunjukkan melalui perilaku agresif tersebut seperti
memukul, mencakar, melukai, dan berusaha mengalahkan saingannya
(saudaranya), melempar barang, menyerang orang tua dan sebagainya.
b. Kompetisi atau semangat untuk bersaing (tidak suka mengalah),
Persaingan saudara ini mengakibatkan salah satu atau antar
saudara kandung berusaha menang dari saudaranya atau tidak suka
mengalah dari saudaranya. Anak-anak bersaing dan menganggap
kelebihan mereka sebagai cara untuk mendapatkan perhatian.
27
Contohnya salah satu saudara menertawakan prestasi saudaranya yang
lebih buruk darinya atau prestasi dia lebih baik dari adiknya (Woolfson,
2003).
c. Perasaan iri atau cemburu dengan mencari perhatian
Rasa cemburu muncul jika anak merasa kesal karena salah satu
anak kepada orang tuanya yang memperlakukan anak berbeda satu
sama lain (Dweck, 2003; Parrott & Smith, 1993 dalam Thompson,
2004). Biasanya ditunjukkan dengan mencari perhatian secara
berlebihan seperti salah satu anak menyakiti dirinya sendiri saat melihat
orang tua memuji saudaranya agar orang tua mengalihkan perhatian
padanya (Woolfson, 2005). Anak juga menunjukkan dengan sikap
sebaliknya yaitu anak menjadi penurut dan patuh hal ini dilakukan
untuk memperebutkan perhatian orang tua. Orang tua sering
mendambakan anak yang baik, patuh, dan pintar (Fahmi, 2008).
Ketiga aspek sibling rivalry tersebut juga dijadikan oleh Yati (2008)
sebagai acuan untuk membut kuesioner sibling rivalry yang dilakukan untuk
penelitiannya yang berjudul “Hubungan Sibling Rivalry dengan Motivasi
Berprestasi pada Anak Kembar” pada anak pra remaja umur 11 tahun
sampai 22 tahun dan penelitian Nuswantari (2011) tentang “Hubungan
antara Sibling Rivalry dengan Perilaku Asertif Pada Remaja” pada 207
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Nganjuk yang berusia 12-15 tahun. Selain
itu, Wardani (2007) juga menjadikan tiga reaksi sibling rivalry tersebut dan
menambahkan satu aspek lagi yaitu anak menjadi penurut dan patuh pada
penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Penerimaan Orang Tua
28
dengan Sibling Rivalry pada Anak yang Memiliki Saudara Kandung
Penderita Autis” pada anak usia sekolah.
Sibling rivalry dibagi menjadi sibling rivalry tinggi dan rendah.
Penelitian Nuswantari (2011) juga menyebutkan bahwa sibling rivalry
dikatakan rendah ketika kadar kompetisi atau persaingan, perasaan
cemburu, dan resentment rendah atau jarang terjadi. Sedangkan sibling
rivalry dikatakan tinggi ketika kompetisi atau persaingan, perasaan
cemburu, dan resentment tinggi atau sering terjadi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
sibling rivalry, yaitu:
a. Berperilaku agresif atau resentment terhadap saudara kandung dan
orang tua
b. Memiliki rasa kompetisi atau semangat bersaing (tidak suka mengalah)
c. Memiliki perasaan iri atau cemburu terhadap saudaranya dengan
mencari perhatian.
4. Dampak sibling rivalry
Sibling rivalry menimbulkan akibat atau dampak positif dan negatif
terhadap perkembangan anak (Havnes, 2010). Dampak-dampak tersebut,
antara lain:
a. Dampak positif
Dampak dari sibling rivaly ini yaitu saat saudara lahir, anak yang
lebih tua telah mengembangkan kemandirian penuh, terutama dalam
bermain, dan peningkatan kemampuan untuk bertanggung jawab yang
mengarah ke konsep diri yang lebih baik (Anderson, 2006). Selain itu,
29
Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa “Persaingan yang sehat dan tetap
dalam pengamatan orang tua, bisa terus dipertahankan, agar semuanya
terdorong untuk mencapai prestasi dan meraih hasil sebaik-baiknya.
b. Dampak negatif
Dampak negatifnya menurut Gichara (2006), sibling rivalry dapat
menimbulkan akibat yang negatif yaitu mencederai saudaranya seperti
anak akan memukul, mendorong, dan mencakar lawannya, sedangkan
pada anak yang lebih besar cenderung akan memaki saudara atau
menganggap saudaranya sebagai lawan. Penelitian Ensi dan Winarianti
(2009) menemukan bahwa anak usia toodler dan memiliki adik
ditemukan sekitar 89,9% terjadi cedera pada saudara yang lebih muda
akibat perlakuan sang kaka dan sebesar 10,1% tidak terjadi cedera pada
saudara kandungnya.
Sibling rivalry dapat merusak kualitas persaudaraan dan
menyebabkan perilaku agresif anak terutama terhadap saudaranya di
rumah (Havnes, 2010; Hardy et al, 2010) dan menyebabkan anak akan
lebih sering berperilaku agresif di mana saja, seperti di sekolah (Patterson
dalam Volling & Blandon, 2003). Bank, Patterson, & Reid, 1996 (dalam
Pope 2006) menyebutkan bahwa hubungan tidak harmonis antar saudara
kandung khususnya anak pada masa usia sekolah akan mengalami
kesulitan melakukan peyesuaian sosial seperti hubungan yang buruk
dengan teman sebaya, perilaku antisosial, kesulitan belajar, dan
menunjukkan tanda psikopatologi (cemas, depresi, dan ketakutan).
30
Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa persaingan yang tidak sehat,
apalagi dipengaruhi oleh orang tua, bisa menimbulkan keseganan belajar,
tidak berani menghadapi realitas yang tidak menyenangkan, bahkan
dalam intensitas yang lebih dalam, bisa menimbukan masalah
penyesuaian sosial, pelarian diri, dan gejala atau gangguan fungsi
kefaalan dalam tubuhnya”. Hurlock (2006) menyatakan bahwa
perselisihan antar saudara (sibling rivalry) akan mempengaruhi semua
hubungan antar anggota keluarga dan bahkan hubungan yang buruk ini
sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak ke luar
rumah.
D. Penyesuaian
1. Definisi Penyesuaian
Adaptasi atau penyesuaian diartikan sebagai kemampuan seseorang
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, dan mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri) (Gerungan, 1996 dalam
Sunaryo, 2002). Penyesuaian diri juga diartikan sebagai usaha atau perilaku
yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan (Heerdjan, 1987 dalam
Sunaryo, 2002).
2. Jenis Penyesuaian
Penyesuaian terbagi menjadi dua, yaitu penyesuaian pribadi dan sosial
(Hurlock, 2010). Penyesuaian pribadi merupakan penyesuaian yang
diarahkan kepada diri sendiri. Penyesuaian ini meliputi penyesuaian
terhadap fisik dan emosi, seksual, moral dan religuisitas. Sedangkan
31
penyesuaian sosial diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara
tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi (Yusuf, 2012).
3. Definisi Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap
kelompoknya pada khususnya. Anak-anak diharapkan dapat menyesuaikan
diri terhadap kehidupan sosial dan memenuhi harapan sosial sesuai dengan
usia mereka (Hurlock, 2005). Penyesuaian sosial merupakan bagian dari
penyesuaian diri/adaptasi. Sosial adjusment atau penyesuaian sosial berarti
penjalinan secara harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial,
mempelajari pola tingkah laku yang diperlukan atau mengubah kebiasaan
yang ada sedemikian rupa sehingga cocok bagi satu masyarakat sosial
(Chaplin, 2006).
Definisi lain menyebutkan bahwa penyesuaian sosial anak
didefinisikan sebagai kemampuan untuk membangun dan mempertahankan
hubungan yang baik dan memuaskan, untuk menghindari tekanan negatif
atau egosentrisme orang lain (Welsh & Bierman, 1998 dalam Huang, 2007),
serta kemampuan untuk mengatasi ketegangan negatif serta mencegah
perilaku egosentris (Huang, 2007).
4. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial
Gunarsa (2008) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi
penyesuaian sosial, antara lain:
a. Keadaan fisik dan faktor-faktor keturunan, konstitusi fisik meliputi
sistem persyarafan, kelenjar, otot-otot serta kesehatan dan penyakit;
32
b. Perkembangan dan kematangan khususnya kematangan intelektual,
sosial, dan emosi;
c. Faktor psikologis, pengalaman belajar, frustasi dan konflik, sel
determination;
d. Faktor lingkungan, seperti rumah, sekolah;
e. Faktor kebudayaan, adat istiadat, dan agama.
Sunarto dan Hartono (2008) juga menjelaskan bahwa faktor internal
yang mempengaruhi penyesuaian sosial sebagai berikut :
a. Faktor Fisik
i. Kondisi jasmaniah
Struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku
karena sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting
bagi proses penyesuaian sosial. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa gangguan-gangguan pada sistem saraf, kelenjar, dan otot dapat
menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan
kepribadian. Oleh karena itu, kualitas penyesuaian sosial yang baik
hanya dapat diperoleh dan dipelihara bila kondisi jasmaniah baik.
ii. Perkembangan, kematangan dan penyesuaian diri
Seseorang yang mengalami pertambahan usia, perubahan dan
perkembangan respon yang diperoleh, tidak hanya melalui proses
belajar saja melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan
respon dan ini menentukan pola-pola penyesuaian sosialnya.
Penelitian Retnasih (2009) menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara perkembangan emosi dan penyesuaian sosial.
33
b. Faktor Psikologis
1. Pengalaman
Pengalaman yang mempengaruhi dalam penyesuaian sosial
adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman traumatik.
2. Belajar
Belajar merupakan faktor dasar dalam penyesuaian sosial karena
melalui belajar akan berkembang pola-pola respon yang akan
membentuk kepribadian. Belajar dalam proses penyesuaian sosial
merupakan modifikasi tingkah laku sejak fase-fase awal dan
berlangsung terus menerus sepanjang hayat dan diperkuat dengan
kematangan pribadi.
3. Determinasi
Determinasi merupakan bagaimana seseorang individu
menentukan atau mengarahkan dirinya sendiri yang mendorong
seseorang untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, penyesuaian
yang tinggi atau merusak diri. Sehingga determinasi diri berpengaruh
dalam proses penyesuaian sosial karena mempunyai peranan dalam
pengendalian arah dan pola penyesuaian sosial.
4. Konflik
Akibat adanya konflik individu akan berusaha mengatasi konflik.
Apabila individu telah dapat mengatasi konfliknya maka individu
lebih mudah mengadakan penyesuaian sosial dalam situasi yang
berbeda-beda.
34
Sunarto dan Hartono (2008) selanjutnya menjelaskan faktor eksternal
yang mempengaruhi penyesuaian sosial, yaitu faktor lingkungan yang
mencakup :
a. Pengaruh rumah dan keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari kelompok sosial serta
merupakan tempat pertama kali individu melakukan interaksi sosial
sehingga keluarga memegang peranan penting dalam penyesuaian sosial.
Penelitian Nisa (2011) tentang “Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga
terhadap Penyesuaian Sosial Siswa Sekolah Dasar” pada 55 siswa kelas
VI Yayasan SD Jembar Bandung menunjukkan hasil bahwa semakin
kondusif iklim kehidupan keluarga maka semakin tinggi kemampuan
penyesuaian sosial siswa.
b. Hubungan orangtua dan anak
Pola-pola hubungan antara orangtua dan anak mempunyai pengaruh
terhadap proses penyesuaian sosial anak.
c. Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling
menghormati, penuh kasih sayang memudahkan untuk tercapainya
penyesuaian sosial yang lebih baik (Sunarto & Hartono, 2008) dan
mengurangi resiko kegagalan melakukan penyesuaian (maladjustment)
(Evelyn et al, 2011). Sedangkan suasana yang penuh dengan
permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian dapat menimbulkan
kesulitan dan kegagalan dalam penyesuaian sosial.
35
d. Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan
kondisi yang menentukan proses penyesuaian sosial karena masyarakat
merupakan suatu kelompok sosial yang paling besar dan sangat
mempengaruhi pola hidup anggotanya.
e. Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi
kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa. Hasil pendidikan di
sekolah merupakan bekal untuk penyesuaian sosial di masyarakat yang
lebih luas.
f. Budaya dan agama
Lingkungan budaya dimana individu berada dan berinteraksi akan
menentukan pola-pola penyesuaian sosialnya. Agama memberikan
suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik-konflik, frustasi
dan bentuk-bentuk ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana
tenang dan damai yang dibutuhkan oleh seorang anak.
5. Kriteria penyesuaian sosial (social adjustment)
Anak dapat melakukan penyesuaian akan memenuhi kebutuhan dari
dalam dirinya dan tuntutan lingkungannya serta mampu mengatasi
hambatan yang dihadapinya (Hurlock, 2005). Individu yang bisa melakukan
penyesuaian sosial dengan benar akan menunjukkan tidak adanya
ketegangan emosional, tidak ada frustrasi, mampu belajar, menghargai
pengalaman, bersikap realistik dan objektif (Sunarto & Hartono, 2008).
Untuk menentukan sejauh mana penyesuaian diri anak secara sosial, dapat
36
diterapkan dengan empat kriteria; penerapan salah satu kriteria saja tidak
akan memadai (Hurlock, 2005). Kriteria penyesuaian sosial tersebut, yaitu:
a. Penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang nyata (overt
performance)
Perilaku sosial seseorang harus sesuai standar yang ada dalam
kelompok serta memenuhi harapan kelompok sehingga dapat diterima
sebagai anggota kelompok. Bentuk dari penampilan nyata adalah (1)
aktualisasi diri seperti proses menjadi diri sendiri, mengembangkan
sifat-sifat dan potensi diri yang dimiliki, (2) kemampuan menjalin
hubungan antar sesama seperti kemampuan berkomunikasi,
kemampuan berorganisasi, dan (3) bersifat terbuka pada orang lain
artinya sikap untuk bersedia memberi dan menerima pengetahuan atau
informasi dari pihak lain.
b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok
Seseorang yang bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap
berbagai kelompok, baik kelompok teman sebaya maupun kelompok
orang dewasa dianggap dapat menyesuaikan diri dengan baik. Bentuk
dari penyesuaian diri adalah (1) kerja sama dengan kelompok yaitu
kemampuan saling mendukung dan mengandalkan untuk mencapai
tujuan bersama, (2) menjalankan tanggung jawab agar bisa
mendapatkan hak, dan (3) setia kawan seperti saling berbagi, saling
member motivasi dalam kebaikan.
37
c. Sikap sosial
Seseorang menampilkan sikap yang menyenangkan orang lain,
aktif dalam kegiatan sosial, serta menjalankan peran yang baik sebagai
anggota kelompok. Bentuk dari sikap sosial seperti ikut serta dalam
kegiatan sosial di masyarakat, memiliki rasa empati, menghormati dan
menghargai pikiran orang lain.
d. Kepuasan pribadi
Seseorang yang telah menyesuaikan diri dengan baik secara sosial,
maka harus memiliki kepuasan terhadap kontak sosial dan peran yang
dimainkannya dalam situasi sosial ketika menjadi pemimpin ataupun
anggota. Bentuk dari kepuasan pribadi seperti rasa percaya diri, disiplin
diri, dan memiliki kehidupan yang bermakna serta terarah. Sebagai
contoh, anak-anak dapat mengatakan bahwa mereka tidak ingin pergi ke
luar bermain dengan anak-anak lain karena permainan mereka
membosankan atau bahwa mereka lebih senang tinggal di rumah.
Kesimpulan yang dapat ditarik bahwa anak-anak kurang mendapatkan
kepuasan dari aktivitas sosial dan lebih mendapatkan kepuasan dari
aktivitas yang dilakukannya sendiri.
Kriteria penyesuaian sosial juga disampaikan oleh Schneider (1964
dalam Yusuf, 2012), antara lain:
a. Di lingkungan keluarga
1. Menjalin hubungan dengan baik dengan para anggota keluarga (orang
tua dan saudara)
2. Menerima otoritas orang tua (mau menaati peraturan yang dtetapkan)
38
3. Menerima tangung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga
4. Berusaha membantu anggota keluarga sebagai individu maupun
kelompok dalam mencapai tujuannya
b. Di lingkungan sekolah
1. Menerima peraturan sekolah
2. Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah
3. Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah
4. Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah dan staff lainnya
5. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuannya
c. Di lingkungan masyarakat
1. Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain
2. Memelihara jalinan persahabaan dengan orang lain
3. Bersikap simpati dan altruistis terhadap kesejahteraan orang lain
4. Bersikap respek terhadap nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan-
kebijakan masyarakat.
Penelitian Nisa (2011) tentang “Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga
terhadap Penyesuaian Sosial Siswa Sekolah Dasar” membagi penyesuaian
menjadi dua kategori, yaitu penyesuaian sosial tinggi dan penyesuaian sosial
rendah. Kemampuan penyesuaian sosial yang tinggi adalah anak mampu
menjalin hubungan dengan teman sebaya, memiliki minat dan mengikuti
kegiatan di sekolah, berani berpendapat, dan mematuhi tata tertib dan
peraturan sekolah. Sedangkan penyesuaian sosial yang rendah jika anak
tidak mampu menjalin hubungan dengan teman sebaya, tidak berani
berpendapat, melanggar tata tertib dan peraturan sekolah.
39
4. Penyesuaian yang Gagal (Maladjustment)
Individu tidak selamanya mampu menyesuaikan diri, karena kadang-
kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan
penyesuaian (Sunarto & Hartono, 2008). Ketidakberhasilan melakukan
penyesuaian biasa disebut dengan istilah mal-adjusment. Kegagalan dalam
melakukan penyesuaian ini akan mengakibatkan ketegangan, tingkah laku
yang serba salah, tidak terarah, emosianal, sikap yang tidak realistik, agresif,
dan sebagainya (Sunarto & Hartono, 2008).
Kegagalan penyesuaian sosial (social maladjustment) berkaitan
dengan kesulitan dalam bersosial dan emosi yang berhubungan dengan
tingkah laku yang didapatkan dari situasi atau pengalaman (LeComer,
2006). Selain itu, kegagalan penyesuaian sosial merupakan masalah tingkah
laku yang berkaitan dengan aturan dalam keluarga, sosial, dan/atau sekolah
(Whitcomb & Merrel, 2013).
Individu yang mengalami kegagalan dalam melakukan penyesuaian
ini biasanya akibat dari kesulitan dalam melakukannya. Melakukan
penyesuaian sosial yang baik bukanlah hal yang mudah. Akibatnya, banyak
anak yang kurang dapat menyesuaikan diri, baik secara sosial maupun
pribadi. Masa kanak-kanak mereka tidak menyenangkan, dan bila mereka
tidak belajar mengatasi kesulitan mereka, mereka akan tumbuh menjadi
orang yang malsesuai (maladjust), yang tidak bahagia (Hurlock, 2005).
Hurlock (2005) mengemukakan ada 4 kondisi yang paling penting
yang dapat menimbulkan kesulitan melakukan penyesuaian sosial pada
anak, yaitu:
40
a. Bila perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, anak akan
menemui kesulitan melakukan penyesuaian sosial yang baik di luar
rumah, meskipun ia diberi motivasi kuat untuk melakukannya
b. Bila anggota keluarga dirumah kurang memberikan model perilaku untuk
ditiru, anak akan mengalami hambatan serius dalam penyesuaian
sosialnya di luar rumah
c. Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering
timbul dari pengalaman sosial yang tidak menyenangkan di rumah atau
di luar rumah
d. Meskipun memiliki motivasi kuat untuk belajar melakukan penyesuaian
sosial yang baik, namun anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan
yang cukup dalam proses belajar ini.
E. Penelitian Terkait
Pike, Coldwe and Dunn (2005) tentang “Sibling Relationships in
Early/Middle Childhood: Links with Individual Adjustment” pada 101 orang
tua di UK yang memiliki anak 4 tahun sampai 6 tahun dan saudara
kandungnya berusia 8 tahun (rata-rata 7,4 tahun) menyatakan bahwa
hubungan antar saudara kandung memiliki pengaruh terhadap kemampuan
penyesuaian sosial anak dan penyesuaian yang baik mempengaruhi kualitas
hubungan tersebut.
Penelitian Deater-Deckard, Dunn, dan Lussier (2002) tentang “Sibling
Relationships and Social-Emotional Adjustment In Different Family
Contexts” pada 192 keluarga di UK yang memiliki anak berusia 5 tahun dan
saudara kandung rata-rata 9 tahun menyebutkan bahwa hubungan antar
41
saudara kandung yang tidak harmonis atau buruk berhubungan dengan
kegagalan penyesuaian anak (child maladjustment) dan proses perkembangan
anak tersebut yang mendasari kualitas hubungan saudara dan kemampuan
penyesuaian anak.
Penelitian Ensi dan Winarianti (2009) tentang “Hubungan Sibling
Rivalry dengan Kejadian Cedera pada Saudara Sekandungnya di RW 12
Kelurahan Kemiri Muka Kecamatan Kota Depok”. Analisis data dengan
menggunakan uji chi square pada 69 ibu yang memiliki anak usia toodler dan
memiliki adik. Hasil penelitian ditemukan sekitar 89,9% terjadi cedera pada
saudara yang lebih muda akibat perlakuan sang kakak dan sebesar 10,1%
tidak terjadi cedera pada saudara kandungnya.
Penelitian Yati (2008) yang berjudul “Hubungan Sibling Rivalry
dengan Motivasi Berprestasi pada Anak Kembar” pada anak pra remaja umur
11 tahun sampai 22 tahun. Parstisipan dalam penelitian ini yaitu 16 laki-aki
dan 16 perempuan. Analisis data dengan menggunakan Korelasi Pearson
Product Moment. Hasil korelasi sebesar 0,078. Hasil penelitian menunjukkan
tidak terdapat hubungan antara sibling rivalry dengan motivasi berprestasi.
Penelitian Nuswantari (2011) tentang “Hubungan antara Sibling
Rivalry dengan Perilaku Asertif Pada Remaja” pada 207 siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Nganjuk yang berusia 12-15 tahun. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi Spearman Rank dari Spearman. Hasil korelasi
antara sibling rivalry dengan perilaku asertif sebesar -0,255, dengan p sebesar
0,000. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif artinya semakin
tinggi sibling rivalry, maka semakin rendah perilaku asertif pada remaja.
42
Penyebab sibling rivalry
- Faktor internal
(temperamental, mencari
perhatian orang tua,
perbedaan umur,jenis
kelamin, keinginan
menang dari saudaranya)
- Faktor eksternal
(sikap membanding-
bandingkan, adanya
anak emas). (Priyatna dan Yulia (2006)
dalam Setiawati & Zulkaida,
2007)
F. Kerangka Teori
Input Proses Output
Bagan 2.2 Kerangka Teori
Modifikasi dari teori Hockenberry & Wilson (2007), Suprajitno (2003),
Priyatna dan Yulia (2006) dalam Setiawati & Zulkaida (2007), Shaffer (2009),
Dunn dalam Havnes (2010), Gichara (2006), Gunarsa (2004), Anderson
(2006), Schneider (1964) dalam Yusuf (2012), dan Hurlock (2005).
Tiga reaksi sibling
rivalry
1. Perilaku agresif atau
resentment
2. Kompetisi atau
persaingan,
3. Perasaan iri atau
cemburu dengan
mencari perhatian
(Shaffer, 2009)
Kemampuan
penyesuaian sosial
Anak usia sekolah (6-12
tahun) mengalami:
- Perkembangan fisik
- Perkembangan
psikososial
- Perkembangan sosial
(bekerja sama dan
bersosial dengan
keluarga dan
kelompoknya)
- Perkembangan emosi
(adanya perasaan
cemburu serta iri hati
serta menyukai
persaingan) atau
Sibling rivalry.
- Perkembangan kognitif
- Perkembangan moral
- Perkembangan
spiritual
(Hockenberry & Wilson
(2007); Suprajitno (2003))
Penyesuaian sosial di
keluarga, sekolah, dan
masyarakat meliputi:
1. Penampilan nyata
2. Penyesuaian
terhadap kelompok
3. Sikap sosial
4. Kepuasan pribadi
Schneider (1964) dalam
Yusuf (2012), dan
Hurlock (2005).
Dampak sibling rivalry
- Mandiri
- Prestasi meningkat
- Cedera salah satu anak
- Perilaku agresif anak
- Masalah penyesuaian
sosial.
Anderson (2006); Dunn dalam
Havnes (2010); Gichara
(2006); Gunarsa (2004)
Sibling rivalry
penyesuaian
sosial rendah
Penyesuaian
sosial tinggi
43
BAB III
KERANGKA KONSEP,
HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah dibuat dalam bab sebelumnya,
bahwa adanya sibling rivalry akan mempengaruhi kemampuan penyesuaian
sosial anak. Hal ini sesuai pendapat Hurlock (2006) yang menyatakan bahwa
perselisihan antar saudara (sibling rivalry) akan mempegaruhi semua hubungan
antar anggota keluarga dan bahkan hubungan yang buruk ini sering menjadi
pola hubungan sosial yang akan dibawa anak ke luar rumah. Bank, Patterson,
& Reid, 1996 (dalam Pope, 2006) menambahkan bahwa hubungan tidak
harmonis antar saudara kandung khususnya anak pada masa usia sekolah akan
mengalami kesulitan melakukan penyesuaian sosial.
Berdasarkan hal tersebut, maka variabel yang ingin diteliti adalah
sibling rivalry sebagai variabel independen dan kemampuan penyesuaian
sosial sebagai variabel dependen. Adapun kerangka konsep dalam penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel independen Variabel dependen
Bagan 3.1. Kerangka Konsep
Sibling rivalry Kemampuan
penyesuaian sosial
44
B. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan
masalah diatas yaitu ”Ada hubungan antara sibling rivalry dengan
kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III”.
45
C. Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel
independen:
Sibling
rivalry
Persaingan antar saudara
kandung diakibatkan oleh
ketakutan kehilangan kasih
sayang orang tua yang
ditunjukkan melalui
perilaku agresif atau
resentment, kompetisi atau
persaingan, perasaan iri
atau cemburu dengan
mencari perhatian
Menghitung skor dari pernyataan sibling
rivalry dengan menggunakan skala
Guttman
Untuk pernyataan positif (favourable)
Ya (Y)=1
Tidak (T)= 0
Untuk pernyataan negatif (unfavourable)
Ya (Y) = 0
Tidak (T)=1
Kuesioner
sibling rivalry
yang berisi 19
pertanyaan
dengan skor
terendah adalah
0 dan skor
tertinggi adalah
19
1. Sibling rivalry
tinggi = skor ≥
mean (mean=6)
2. Sibling rivalry
rendah = skor <
mean (mean=6)
Ordinal
Variabel
dependen:
kemampuan
penyesuaian
sosial
Keberhasilan seseorang
untuk beradaptasi serta
mempertahankan
hubungan yang baik dalam
kelompok baik di dalam
keluarga, sekolah, maupun
masyarakat dan memenuhi
kriteria penampilan yang
nyata, penyesuaian diri
terhadap kelompok, sikap
sosial yang baik, dan
kepuasan pribadi.
Menghitung skor dari pernyataan
kemampuan penyesuan sosial dengan
menggunakan skala Likert
Untuk pernyataan positif (favourable)
SL= Selalu bernilai 4
SRG= Sering bernilai 3
KK= Kadang-kadang bernilai 2
TP= Tidak pernah bernilai 1
Untuk pernyataan negatif (unfavourable)
SL= Selalu bernilai 1
SRG= Sering bernilai 2
KK= Kadang-kadang bernilai 3
TP= Tidak pernah bernilai 4
Kuesioner
penyesuaian
sosial yang
berisi 33
pertanyaan
dengan skor
terendah 33 dan
skor tertinggi
adalah 132
1. Penyesuaian
sosial tinggi=
skor ≥ mean
(mean=99)
2. Penyesuaian
sosial rendah=
skor < mean
(mean=99)
Ordinal
Tabel 3.1 Definisi operasional
46
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun agar
bisa menuntun peneliti untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan
penelitian yang dilakukan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain Cross-sectional (potong lintang). Penelitian cross-sectional adalah
jenis penelitian dimana variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-
varabel yang termasuk efek diobservasi diukur hanya satu kali, pada waktu
yang sama atau saat tertentu (Notoatmodjo, 2006).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2006). Populasi penelitian ini adalah anak
usia sekolah yang berusia 6 sampai 12 tahun di SDN Cireundeu III yang
memiliki saudara kandung serumah. Populasi dalam penelitian ini yaitu
siswa yang memiliki adik kandung yang tinggal serumah sebanyak 164
anak.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang merupakan objek
penelitian atau yang diteliti sesuai dengan karakteristik yang dimiliki
populasi. Pada penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria
47
inklusi dan kriteria eksklusi (Hidayat, 2008). Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode acak stratifikasi (stratified random
sampling).
Peneliti menggunakan beberapa kriteria inklusi dan ekslusi pada
populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini:
Kriteria inklusi:
1. Orang tua yang memiliki anak sehat fisik dan mental
2. Orang tua yang memiliki anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun)
3. Orang tua yang memiliki anak usia sekolah yang memiliki adik
kandung yang tinggal serumah
4. Orang tua tinggal serumah dengan anak-anaknya
5. Orang tua yang bisa membaca, menulis dan memahami informasi
yang diberikan baik
6. Bersedia menjadi responden
Kriteria ekslusi:
1. Responden tidak kooperatif
2. Responden mengundurkan diri di tengah-tengah proses penelitian.
Untuk menghitung besarnya sampel menggunakan rumus hipotesis
untuk uji beda dua proporsi (Dahlan, 2010), yaitu:
n=
2
21
221112/1 2
QQZQPZ a
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
48
Z1- a/2 = 1,96 (Derajat kepercayaan 95% CI/Confidence Interval dengan
alfa (α) sebesar 5%)
Z1-β = 0,84 (kekuatan uji sebesar 80 % diperoleh dari tabel distribusi
Z)
P1 = 0,862 (proporsi penelitian kontribusi iklim keluarga dengan
penyesuaian sosial yang tinggi dalam penelitian Nisa, 2011)
P2 = P1-30% = (0,862-0,3) = 0,562
𝑃 = (P1+ P2) / 2= (0,862+0,562)/2= 0,712
n
2
562,0862,0
562,01562,0862,01862,084,0712,01712,0.296,1
n =
22
3,0
0,84.0,604+.0,640 1,96
3,0
0,3650,84+0,410 1,96
n = 35 x 2 = 70
Untuk mengantisipasi responden yang dropout, maka total sampel
yang diambil sebanyak 70 orang ditambah 10% yaitu orang sehingga
jumlah sampel penelitian menjadi 77 orang. Supaya penyebaran data
siswa dan siswi kelas 1 sampai kelas 5 merata dan seimbang, maka
digunakan rumus sebaran data dari Suyanto (2011), yaitu:
Jumlah sampel strata = Jumlah populasi strata x sampel
jumlah populasi
Kelas 1 = 32𝑥77
164 = 15 anak
Kelas 2 = 24𝑥 77
164 = 11 anak
Kelas 3 = 32x 77
164 = 15 anak
Kelas 4 = 36 x 77
164 = 17 anak
Kelas 5 = 40 x 77
164 = 19 anak
49
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang
dibutuhkan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008). Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode acak stratifikasi (stratified
random sampling) yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Metode ini
dipilih agar terjadi perimbangan jumlah sampel pada masing-masing kelas.
Penelitian ini tidak melibatkan kelas 6 karena kelas tersebut sudah tidak
berada di sekolah lagi saat pengambilan data karena telah menyelesaikan
Ujian Nasional sehingga siswa dan siswi dalam penelitian ini diambil dari
kelas 1 sampai kelas 5. Berdasarkan perhitungan maka jumlah sampel yang
dibutuhkan yaitu 77 orang. Maka diambil kelas 1 sebanyak 15 orang, kelas 2
sebanyak 11 orang, kelas 3 sebanyak 15 orang, kelas 4 sebanyak 17 orang,
dan kelas 5 sebanyak 19 orang.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 31 Mei
sampai 2 Juni yaitu dengan memberikan kuesioner yang dititipkan ke orang
tua responden yang memenuhi kriteria sampel yang diteliti di SDN Cireundeu
III untuk diisi. Penyebaran kuesioner dilakukan pada responden yang
memenuhi kriteria mulai dari kelas 1 sampai kelas 5.
Pemilihan sampel untuk pengumpulan data dalam penelitian dibantu
oleh wali kelas dari masing-masing kelas untuk memilih responden yang
sesuai dengan kriteria sampel sampai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan
terpenuhi. Kuesioner yang terkumpul dari kelas 1 sebanyak 14 kuesioner,
50
kelas 2 sebanyak 13 kuesioner, kelas 3 sebanyak 13 responden, kelas 4
sebanyak 17 kuesioner dan kelas 5 sebanyak 19 kuesioner. Sebanyak 76
kuesioner yang kembali kepada peneliti dan terdapat 4 kuesioner yang tidak
terisi lengkap oleh responden, yaitu di kelas 2 sebanyak 2 kuesioner dan kelas
5 sebanyak 2 kuesioner sehingga hanya 72 kuesioner saja yang diikutsertakan
dalam tahap analisis data.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di SDN Cireundeu III jalan Impress No. 60
Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur Kabupaten Tanggerang
Selatan, Banten. Fenomena yang ditemukan di SDN Cireundeu III
menyimpulkan bahwa siswa kurang memiliki keterampilan dalam
berhubungan sosial. Hal ini mengindikasikan adanya masalah
penyesuaian sosial pada siswa sekolah dasar di SD tersebut. Selain itu,
banyak siswa yang memiliki saudara kandung 80% mengalami ciri-ciri
sibling rivalry. Alasan lain karena belum pernah diadakan penelitian
yang sama sebelumnya di Indonesia termasuk di SD ini.
2. Waktu penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012,
mulai dari pengambilan data sampai penyusunan hasil.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua cara yaitu
data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah catatan siswa yang
memiliki saudara kandung usia sekolah yang ada di sekolah tersebut.
51
Sedangkan data primer diperoleh dengan cara menggunakan dua lembar
kuesioner yaitu kuesioner skala sibling rivalry dan kuesioner skala
penyesuaian sosial yang dibagikan serta diisi oleh orang tua dari siswa SDN
Cireundeu III yang dijadikan sebagai responden untuk mendapatkan jawaban
dari masalah yang diteliti.
Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka
konsep yang telah dibuat. Instrumen pengumpulan data terdiri dari 3 bagian,
yaitu:
a. Data personal responden
Identitas siswa meliputi umur responden, dan jenis kelamin
b. Kuesioner sibling rivalry
Kuesioner sibling rivalry ini bertujuan untuk mengidentifikasi
adanya reaksi sibling rivalry pada anak dan kuesioner ini dibuat oleh
peneliti yang mengacu pada tiga aspek dari sibling rivalry yaitu perilaku
agresif atau resentment, kompetisi atau persaingan, dan perasaan iri atau
cemburu dengan mencari perhatian (Shaffer, 2009; Woolfson, 2005; dan
Thompson, 2004.
Kuesioner ini terdiri dari 24 perynyataan. Dalam skala ini terdiri atas
pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable. Pernyataan
favourable adalah pernyataan yang berisi tentang hal-hal yang bersifat
positif mengenai objek sikap, yaitu kalimat yang sifatnya mendukung atau
memihak pada objek sikap. Adapun pernyataan unfavourable merupakan
pernyataan yang berisi hal-hal yang sifatnya negatif mengenai objek sikap,
52
yaitu kalimat yang sifatnya tidak memihak pada objek sikap. Pernyataan
unfavourable berfungsi untuk menguji keakuratan instrumen (Azwar,
2005). Jumlah item terdiri dari 24 pernyataan, masing-masing aspek
sibling rivalry memiliki 4 item favourable dan 4 item unfavourable.
Tabel. 4.1 Distribusi pernyataan kuesioner sibling rivalry
Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
Perilaku
agresif/resentment 1,7,17, 19 4,10,16,14 8
Kompetisi/persaingan 2, 8, 20, 22 5, 11, 13, 18 8
Perasaan iri/cemburu
dengan mencari
perhatian
6, 15, 21,
24 3, 9, 12, 23 8
Total 12 12 24
Pernyataan dalam kuesioner ini dengan momodifikasi kuesioner
yang telah dibuat peneliti lain sebelumnya yaitu penelitian Wardani (2007)
tentang “Hubungan antara Penerimaan Orang Tua dengan Sibling Rivalry
pada Anak yang Memiliki Saudara Kandung Penderita Autis” dan
penelitian Setiawan (2013) tentang “Hubungan Persiapan Kelahiran Adik
Baru dengan Reaksi Sibling Rivalry pada Anak Usia Toddler”. Pernyataan
yang dimodifikasi, yaitu 10 item pada nomor 2, 3, 10, 11, 12, 13, 14, 16,
17, dan 18.
Kuesioner sibling rivalry menggunakan skala Gutmann yang terdiri
dari dua katagori jawaban yaitu Ya (Y) dan Tidak (T). Untuk pernyataan
positif (favourable) untuk jawaban Ya (Y) bernilai 1 dan Tidak (T)
bernilai 0. Untuk pernyataan negatif (unfavourable) untuk jawaban Ya (Y)
bernilai 0 dan Tidak (T) bernilai 1.
53
Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah skala ordinal.
Sibling rivalry dikatakan tinggi jika jumlah skor/ X ≥ mean (mean=6) dan
sibling rivalry rendah jika jumlah skor/ X < mean (mean=6).
c. Kuesioner penyesuaian sosial anak usia sekolah
Kuesioner penyesuiaan sosial bertujuan untuk mengidentifikasi
kemampuan penyesuaian sosial anak. Kuesioner penyesuaian sosial anak
dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Schneider (1964) dalam Yusuf
(2012) bahwa penyesuaian sosial dilihat dari kemampuan anak melakukan
adaptasi dengan lingkungan yaitu keluarga, sekolah, atau masyarakat serta
teori Hurlock (2005) yang menyatakan bahwa penyesuaian sosial harus
memenuhi kriteria berpenampilan yang nyata, penyesuaian diri terhadap
kelompok, sikap sosial yang baik, dan kepuasan pribadi. Kuesioner
penyesuaian sosial terdiri dari 46 pernyataan. Pernyataan terdiri dari
favorable dan pernyataan unfavorable.
Tabel 4.2 Distribusi pernyataan kuesioner penyesuaian sosial
Indikator Deskripsi Favorable Unfavorable Jumlah
Penyesuaian
sosial di
keluarga
Penampilan
nyata
12, 28, 30 5 4
Penyesuaian
terhadap
kelompok
11, 16,
17,
7 4
Sikap sosial 10, 22 23 3
Kepuasan pribadi 34 39 2
Penyesuaian
sosial di
sekolah
Penampilan
nyata
1, 2, 26,
42
27,29 6
Penyesuaian
terhadap
kelompok
4, 14, 21 9, 41 5
Sikap sosial 18, 40 24 3
Kepuasan pribadi 36 38 2
Penyesuaian
sosial di
masyarakat
Penampilan
nyata
6, 13,
15,43
31,45 6
Penyesuaian 3, 20, 33 8,44 5
54
terhadap
kelompok
Sikap sosial 19, 32, 46 35 4
Kepuasan pribadi 37 25 2
Jumlah 33 12 46
Kuesioner penyesuaian sosial menggunakan skala Likert yang terdiri
dari 4 katagori jawaban SL (selalu), SRG (sering), KK (Kadang-kadang),
TP (tidak pernah). Skoring jawaban ditmpilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 skoring jawaban
Alternatif jawaban Favorable Unfavorable
SL (selalu) 4 1
SRG (sering) 3 2
KK (kadang-kadang) 2 3
TP (tidak pernah) 1 4
Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah skala ordinal.
Kemampuan penyesuaian sosial dikatakan tinggi jika jumlah skor/X ≥
mean (mean=99), dan kemampuan penyesuaian sosial rendah jika jumlah
skor/X < mean (mean=99).
Penggunaan mean dalam penelitian ini karena kedua data baik
sibling rivalry maupun penyesuaian sosial berdistribusi normal karena
nilai p > 0,05 yaitu masing-masing sebesar 0,119 dan 0,690. Hal ini sesuai
pendapat Dahlan (2008) bahwa apabila suatu data berdistribusi normal jika
nilai p>0.05, maka menggunakan mean sebagai ukuran pemusatan data
dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebarannya. Sedangkan jika
data tidak berdistribusi normal jika nilai p<0.05, maka menggunakan
median sebagai ukuran pemusatan data dan minimum-maksimum sebagai
ukuran penyebarannya.
55
G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menyatakan bahwa alat ukur
yang digunakan betul-betul mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,
2006). Hasil penghitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai
product moment. Jika r hitung lebih besar dari table r tabel pada taraf
signifikansi 5% maka instrumen yang diujicobakan dinyatakan valid
(Hidayat, 2008).
Cara pengujian validitas ini dengan melakukan uji korelasi antar
nilai tiap item pertanyaan terhadap skor total nilai kelompok. Uji
validitas dan reliabilitas dilakukan pada tanggal 18 mei 2013. Uji
validitas ini dilakukan pada 30 responden di SDN Cempaka Putih 04
Kecamatan Ciputat Timur. Hasil uji kuesioner dianalisis dengan
menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment dengan
software komputer. Dari hasil analisis tersebut didapatkan r table (n-2 =
0,31) dan menunjukkan bahwa nilai r hitung > r tabel pada semua
kuesioner yang berarti semua kuesioner valid.
a. Hasil Uji validitas kuesioner sibling rivalry
Jumlah pernyataan sebanyak 24 pernyataan. Hasil uji validitas
terdapat beberapa pernyataan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak
valid adalah sebanyak 5 pernyataan nomor 9, 12, 14, 22 dan 23.
Pernyataan yang tidak valid semuanya dieliminasi karena pernyataan
yang lain masih dapat mewakili indikator. Sehingga total yang valid
sebanyak 19 pernyataan. Pernyataan yang tidak valid ini karena nilai
56
corrected item-total correlation kurang dari nilai r yang bernilai 0,31.
Nilai item yang valid berkisar dari 0,325 sampai 0,737. Distribusi
pernyataan kuesioner sibling rivalry yang valid dan tidak valid
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi hasil pernyataan validitas sibling rivalry
Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
Perilaku
agresif/resentment 1,7,17, 19 4,10,16,(14) 8
Kompetisi/persaingan 2, 8, 20,
(22) 5, 11, 13, 18 8
Perasaan iri/cemburu
dengan mencari
perhatian
6, 15, 21,
24
3, (9), (12),
(23) 8
Total 12 12 24
(nomor)= item yang tidak valid dan dieliminasi
b. Hasil Uji validitas kuesioner penyesuaian sosial
Jumlah pernyataan sebanyak 46 pernyataan. Dari 46
pernyataann terdapat pernyataan yang tidak valid adalah sebanyak 13
pernyataan nomor 5, 8, 10, 13, 15, 17, 18, 19, 23, 27, 29, 37, 38.
Pernyataan yang tidak valid semuanya dieliminasi karena pernyataan
yang lain masih dapat mewakili indikator yang dibuat. Pernyataan
yang tidak valid ini karena nilai corrected item-total correlation
kurang dari nilai r yang bernilai 0,31. Nilai item yang valid berkisar
dari 0,351 sampai 0,737. Distribusi pernyataan kuesioner penyesuaian
sosial yang valid dan tidak valid sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi hasil validitas dari penyesuaian sosial
Indikator Deskripsi Favorable Unfavorable Jumlah
Penyesuaian
sosial di
keluarga
Penampilan
nyata
12, 28, 30 (5) 4
Penyesuaian
terhadap
11, 16,
(17)
7 4
57
kelompok
Sikap sosial (10), 22 (23) 3
Kepuasan
pribadi
34 (39) 2
Penyesuaian
sosial di
sekolah
Penampilan
nyata
1, 2, 26,
42 (27),(29) 6
Penyesuaian
terhadap
kelompok
4, 14, 21 9, 41 5
Sikap sosial (18), 40 24 3
Kepuasan
pribadi
36 (38) 2
Penyesuaian
sosial di
masyarakat
Penampilan
nyata
6, (13),
15,43
31,45 6
Penyesuaian
terhadap
kelompok
3, 20, 33 (8),44 5
Sikap sosial (19) 32,
46
35 4
Kepuasan
pribadi (37) 25 2
Jumlah 33 12 46
(nomor)= item yang tidak valid dan dieliminasi
2. Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2006). Teknik
pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Crombach (α),
dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha dengan bantuan software
komputer. Suatu instrumen dari variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).
Dari hasil uji realibitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) dari
variabel sibling rivalry anak usia sekolah sebesar sebesar 0,837 sebelum
58
item valid dieliminasi dan setelah item valid dieliminasi didapatkan nilai
Alpha Cronbach (α) sebesar 0,857. Sedangkan variabel penyesuaian
sosial anak usia sekolah sebesar 0,882 sebelum item valid dieliminasi dan
setelah item valid dieliminasi didapatkan nilai Alpha Cronbach (α)
sebesar 0,912. Dari kedua hasil uji reabilitas tersebut dapat dinyatakan
bahwa kedua kuesioner tersebut realibel dan dapat digunakan karena
Alpha Cronbach > 0,60.
H. Tahapan Penelitian
1. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan setelah proposal
penelitian mendapatkan persetujuan dari pembimbing dilanjutkan dengan
mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada institusi pendidikan
sebagai landasan permohonan mengadakan penelitian di SDN Cireundeu
III yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian.
2. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di SD yang
berbeda yaitu SDN Cempaka Putih 04 kemudian dioleh dan dipilih mana
pernyataan yang memenuhi uji validitas dan reliabilitas.
3. Setelah mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan peneliti
mengajukan izin terlebih dahulu kepada guru bagian kesiswaan SDN
Cireundeu III untuk diproses ke kepala sekolah.
4. Setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah, peneliti dibantu guru yang
bersangkutan melakukan pendekatan pada masing-masing responden
yang memenuhi kriteria sampel yang telah dipilih.
5. Setelah menentukan responden yang digunakan peneliti meminta izin
untuk memberikan surat kepada orang tua responden untuk diisi
59
kuesionernya dan dibantu oleh responden yang bersangkutan kemudian
dikembalikan lagi ke peneliti esok harinya sampai memenuhi jumlah
sampel yang diinginkan.
6. Peneliti memeriksa kembali apakah lembar kuesioner yang sudah diisi
sesuai dengan petunjuk dan mengeliminasi kuesioner yang tidak terisi
lengkap.
7. Setelah lembar kuesioner tersebut terisi, dilakukan pengolahan data
menggunakan program komputer.
I. Pengolahan Data
Proses pengolahan data penelitian menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut (Sastroasmoro, 2010):
1. Editing
Editing adalah upaya untuk melihat kembali dengan teliti kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) dengan
data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
3. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana.
60
4. Cleaning Data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang
sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin
terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
J. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengunakan program komputer,
meliputi :
1. Analisis univariat
Analisis univariat yaitu menganalisis variabel-variabel dalam
penelitian secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan
proporsinya. Dalam penelitian ini analisis digunakan untuk mengetahui
proporsi masing-masing variabel variabel independen yaitu sibling rivalry
serta variabel dependen yaitu kemampuan penyesuaian sosial.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga behubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2006). Analisis
bivariat ini untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen
(kemampuan penyesuaian sosial) dan independen (sibling rivalry).
Analisis data menggunakan uji Spearmen rank karena kedua data berskala
ordinal. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95 % dengan α 5%.
Kekuatan hubungan dari kedua variabel tersebut ditentukan dengan
mengetahui nilai dari kekuatan korelasinya (nilai r) menurut Dahlan
(2010), sebagai berikut:
61
Tabel 4.6 Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan nilai r
No Parameter Nilai Interpretasi
1
Kekuatan korelasi (r)
0,00-0,199 Sangat lemah
2 0,20-0,399 Lemah
3 0,40-0,599 Sedang
4 0,60-0,799 Kuat
5 0,80-1,000 Sangat kuat
Untuk menetapkan apakah ada hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen maka menggunakan p value yang dibandingkan
dengan tingkat kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05.
Apabila p value < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima maka hipotesis
terbukti, yang berarti ada hubungan antara variabel independen dan
dependen. Sedangkan bila p value > 0.05 Ho diterima Ha (hipotesis
penelitian) ditolak maka hipotesis ditolak yang berarti tidak ada hubungan
antar variabel independen dan dependen.
K. Etika Penelitian
1. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian
Penelitian yang dilakukan khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar
manusia. Hamid (2007) mengatakan terdapat tiga prinsip utama etika
riset atau penelitian yang perlu diterapkan oleh peneliti, antara lain:
a. Prinsip manfaat (beneficence)
Prinsip ini merupakan prinsip yang di atas segalanya dan tidak
boleh membahayakan. Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat
62
adalah segala bantuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip ini mengandung
banyak dimensi yaitu bebas dari bahaya, bebas dari eksploitasi, manfaat
dari penelitian, memberikan manfaat, dan mempertimbangkan antara
asspek risiko dengan aspek manfaat.
b. Prinsip menghargai martabat manusia
Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia
yang harus di hormati. Prinsip ini mengandung dua hak responden,
yaitu: manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak
menjadi subyek penelitian (self determination) dan berhak untuk
mendapatkan penjelasan lengkap (full disclosure) sebagai rasa
penghargaan dan hormat terhadap martabat manusia. Hak untuk self
determination dan hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap
merupakan dua elemen utaa yang menjadi dasar informed consent.
Dengan dua hal ini manusia dapat membuat keputusannya secara
sukarela tentang partisipasinya menjadi subyek penelitian.
c. Prinsip mendapatkan keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia.
Dalam hal ini manusia mendapatkan perlakuan adil (tidak diskriminatif)
dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasaan pribadi (privacy).
Subjek memiliki hak untuk mengharapkan bahwa setiap data yang
dikumpulkan selama masa penelitian akan disimpan dan dijaga
kerahasiannya (confidentiality), yang dilakukan baik melalui tidak
63
menggunakan identitas (anonymity) subjek atau melalui prosedur
kerahasiaan lainnya.
2. Informed Consent
Informing adalah penyampaian ide dari isi penting dari peneliti
kepada calon sunjek. Consent adalah persetujuan dari calon subjek untuk
berperan serta dalam penelitian sebagai subjek, yang diperoeh setelah
memahami semua informasi penting. Informed consent merupakan
bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Informed consent mencakup empat elemen,
yaitu:
a. Subjek penelitian mendapatkan penyampaian informasi penting
secara lengkap dan spesifik kepada setiap calon subjek. Dalam hal
ini subjek diberikan penjelasan tentang pengantar kegiatan riset,
tujuan riset, pemilihan subjek penelitian, prosedur penelitian, uraian
risiko dan ketidaknyamanan, uraian manfaat, penyampaian alternatif,
jaminan anonymity dan kerahasiaan (confidentiality), tawaran untuk
bertanya, tanpa paksaan, pilihan untuk mundur dari penelitian, serta
setuju untuk tidak menjelaskan secara lengkap (Burns & Grove,
1996 dalam Hamid, 2007).
b. Subjek mendapat pemahaman secara komprehensif. Informed
consent memiliki implikasi tidak hanya memberikan informasi,
tetapi juga memastikan bahwa subjek memahami isi informasi. Agar
64
subjek mendapatkan pemahaman yang komprehensif, maka peneliti
hendaknya meluangkan waktu untuk menjelaskan tentang tujuan,
risiko dari prosedur, hal yang diharapkan dari pastisipasi subjek,
lamanya kontrak, kapan bisa mengundurkan diri, dengan siapa
informasi penelitian diberikan, dan manfaat langsung serta hal lain
terkait penelitian sampai calon subjek benar-benar mengerti semua
kegiatan dari penelitian (Burns & Grove, 1996 dalam Hamid, 2007).
c. Subjek mendapatkan kemampuan memberi consent. Seseorang dapat
member consent apabila ia mampu memahami dan menimbang
manfaat serta risiko dari penelitian. Peneliti dapat menyampaikan
informasi sesuai batas kemampuan calon subjek untuk memahami
(Burns & Grove, 1996 dalam Hamid, 2007). Dengan demikian,
diharapkan calon subjek mampu memberi persetujuan setelah
memahami seluruh aspek penelitian yang akan dilakukan.
d. Subjek memiliki hak kesukarelaan (voluntary consent).
Kesukarelaan berarti calon subjek membuat persetujuan untuk
berpartisipasi dalam penelitian tanpa unsur paksaan atau dipengaruhi
orang lain. Kesukarelaan ini diperoleh setelah diberi informasi secara
jelas tentang penelitian serta memahami informasi yang diberikan
(Hamid, 2007).
65
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
SDN Cireundeu III ini berada di jalan Impres No. 60 Kelurahan
Cireundeu. SDN Cireundeu III didirikan pada tahun 1975 dan berfungsi pada
1 September 1977. Sekolah ini merupakan hibah dari masyarakat setempat ,
karena dirasakan oleh masyarakat setempat membutuhkan tempat pendidikan
anak-anak sedangkan fasilitas tidak mencukupi, pembangunannya dengan
kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota dan Pemerintah setempat. Jumlah
guru 17 orang ditambah 1 orang penjaga sekolah dan jumlah siswa
keseluruhan pada tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 407 siswa. Sekolah ini
memiliki 8 ruang kelas dan terbagi menjadi kelas pagi dan siang, Unit
Kesehatan Sekolah (UKS), perpustakaan, mushola dan lain-lain. Kegiatan
ektrakulikuler di SDN Cireundeu III adalah futsal, seni lukis, menyanyi,
pianika, pramuka dan lain-lain.
Visi dari SDN Cireundeu III ini adalah “Lingkungan yang asri, bersih
dan nyaman, menjadikan sekolah yang kondusif bagi warga sekolah untuk
mengembangkan potensi diri secara maksimal”. Misi dari sekolah ini yaitu
menata lingkungan sekolah yang asri, bersih, nyaman, menyediakan sarana
dan pasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar, melaksanakan
pembelajaran secara aktif, kreatif, afektif dan menyenangkan yang
berlandaskan IMTAQ dan IPTEK secara terus menerus, mewujudkan citra
sekolah yang baik sehingga menjadi kebanggaan masyarakat sekitar.
66
Sedangkan tujuan sekolah ini adalah sekolah sebagai sarana pembelajaran
yang menyenangkan bagi peserta didik, siswa mengembangkan potensi diri
dengan maksimal sebagai bekal masa depan, siswa memiliki sikap kreatif,
inovatif, dan terampil untuk mengembangkan diri yang berlandaskan IMTAQ
dan IPTEQ secara terus menerus, dan menjadi sekolah pelopor dan penggerak
di lingkungan masyarakat sekitar.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik sampel
penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, posisi anak, dan jumlah saudara.
Berikut adalah kategori responden penelitian, antara lain:
1. Umur Anak
Umur anak yang dipilih adalah menjadi responden dalam penelitian
ini adalah katagori anak usia sekolah 6-12 tahun (Wong, 2008), berjumlah
72 responden.
Tabel 5.1 Distribusi usia responden
Umur Frekuensi Persentase (%)
7 8 11.1
8 13 18.1
9 9 12.5
10 17 23.6
11 17 23.6
12 8 11.1
Total 72 100.0
Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan
umur. Umur 10 dan 11 tahun memperoleh jumlah tertinggi yaitu sama-
sama sebesar 17 responden (23,6%).
67
2. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi jenis kelamin responden
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 38 52.8
Permpuan 34 47.2
Total 72 100.0
Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan
jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki memperoleh jumlah tertinggi yaitu
sebesar 38 responden (52,8 %).
3. Posisi Anak
Tabel 5.3 distribusi posisi anak dalam keluarga
Posisi anak Frekuensi Persentase (%)
Anak pertama 54 75.0
Anak tengah 18 25.0
Total 72 100.0
Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan
posisi anak. Posisi anak pertama memperoleh jumlah tertinggi yaitu
sebesar 54 responden (75 %).
4. Jumlah Saudara
Tabel 5.4 Distribusi jumlah saudara dalam keluarga
Jumlah saudara Frekuensi Persentase (%)
>3 9 12.5
1-3 63 87.5
Total 72 100.0
Tabel 5.4 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan
jumlah saudara. Jumlah saudara dengan anak 1-3 saudara kandung
memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 63 responden (87,5 %).
68
C. Analisis Univariat
Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen berupa sibling
rivalry dan variabel dependen yakni penyesuaian sosial anak usia sekolah
yang masing-masing akan digambarkan secara berturut-turut.
1. Sibling rivalry anak usia sekolah
Pada penelitian ini, nilai sibling rivalry anak usia sekolah diperoleh
berdasarkan jumlah dari jawaban orang tua dari responden terhadap
kuesioner sibling rivalry anak usia sekolah. Analisis univariat variabel
sibling rivalry anak usia sekolah pada siswa SDN Cireundeu III, diperoleh
hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan sibling rivalry anak usia
sekolah pada siswa SDN Cireundeu III
Perilaku sibling
rivalry Frekuensi Persentase (%)
Sibling rivalry
rendah 32 44.4
Sibling rivalry
tinggi 40 55.6
Total 72 100.0
Pada analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan sibling
rivalry anak usia sekolah pada siswa SDN Cireundeu III di temukan
bahwa mayoritas responden memiliki perilaku sibling rivalry tinggi
sebanyak 40 responden (55,6 %).
2. Kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah
Pada penelitian ini, nilai penyesuaian sosial anak usia sekolah
diperoleh berdasarkan jumlah dari jawaban orang tua dari responden
terhadap kuesioner penyesuaian sosial anak usia sekolah. Analisis
69
univariat variabel penyesuaian sosial anak usia sekolah pada siswa SDN
Cireundeu III, diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.6
berikut ini.
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan penyesuaian sosial anak usia
sekolah pada siswa SDN Cireundeu III
Penyesuaian sosial Frekuensi Persentase (%)
Penyesuaian sosial rendah 38 52.8
Penyesuaian sosial tinggi 34 47.2
Total 72 100.0
Pada analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan
penyesuaian sosial anak usia sekolah pada siswa SDN Cireundeu III di
temukan bahwa mayoritas responden memiliki perilaku penyesuaian sosial
tinggi sebanyak 38 responden (52,8 %).
D. Analisis Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep, maka analisis bivariat akan menguji
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel independen
adalah sibling rivalry anak usia sekolah. Sedangkan variabel dependen adalah
penyesuaian sosial anak usia sekolah.
Tabel 5.7 Hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian
sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III
Sibling rivalry
Penyesuaian Sosial
Total Nilai
r P Penyesuaian
Sosial rendah
Penyesuaian
Sosial tinggi
N % N % N %
-0,711 0.000
Sibling rivalry
rendah 7 21.9 25 78.1 32 100
Sibling rivalry
tinggi 31 77.5 9 22.5 40 100
Total 38 52.8 34 47.2 72 100
70
Analisis hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan
penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III ini menggunakan
uji korelasi Spearman. Hasil penelitian didapat koefisien korelasi (r) antara
sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di
SDN Cireundeu III (r) -0,711 dengan tingkat signifikan (p) 0,000. Hal ini
menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sibling
rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN
Cireundeu III dimana kekuatan atau hubungan negatif, dalam arti semakin
tinggi sibling rivalry anak maka semakin rendah kemampuan penyesuaian
sosial anak tersebut. Dalam hal ini sibling rivalry anak usia sekolah memiliki
hubungan atau korelasi yang kuat (r=-0.711) dengan kemampuan
penyesuaian sosial anak usia sekolah karena nilai kekuatan korelasinya (r)
antara 0,60-0,799 (Dahlan, 2010).
65
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan
untuk mengidentifikasi dan menghubungkan antara sibling rivalry dengan
kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei-Juni 2013 di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu III dengan
pengumpulan data menggunakan angket yang dilakukan oleh peneliti kepada 72
responden. Berikut uraian pembahasan serta keterbatasan penelitian dari hasil
penelitian yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik responden
Karakteristik resoponden berdasarkan usia reponden sebagian besar
berusia 10 dan 11 tahun yaitu masing-masing sebesar 17 responden
(23,6%). Hal ini disebabkan karena mayoritas responden berada pada kelas
4 dan kelas 5 sekolah dasar. Yusuf (2012) mengatakan bahwa kelas-kelas
tinggi sekolah dasar (kelas 4 sampai kelas 6) memiliki rentang usia 9
sampai 12 atau 13 tahun sehingga responden pada usia tersebut berada
dalam katagori tertinggi.
Usia sekolah merupakan usia dimana seseorang mengalami
perkembangan fisik, psikososial, emosi, kognitif, moral, dan spiritual.
Pada masa ini anak-anak mulai membina hubungan dengan orang lain
seperti teman sebaya (Hockenberry & Wilson, 2007). Anak usia sekolah
juga mengalami perkembangan dalam emosi seperti cemburu atau sering
71
72
iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain
terutama saudaranya serta menyukai persaingan (Hurlock, 2005; Wong,
2008). Kedua perkembangan ini berkaitan dengan adanya sibling rivalry
pada anak usia sekolah serta kemampuannya dalam melakukan
penyesuaian sosial.
Karakteristik responden berdasarkan distribusi jenis kelamin yang
paling banyak adalah laki-laki. Perbedaan jumlah laki-laki dan perempuan
kelamin laki-laki sehingga didapatkan sebagian besar responden berjenis
kelamin laki-laki. Hal ini juga ditemukan pada jumlah populasi anak usia
sekolah di Indonesia, yaitu jumlah laki-laki lebih banyak daripada
perempuan sebesar 14.329.016 jiwa sedangkan jumlah populasi
perempuan sebesar 13.475.884 jiwa.
Perbedaan jenis kelamin berpengaruh pada perkembangan sibling
rivalry dan kemampuan penyesuaian sosial anak. Penelitian Listiani
(2010) menyebutkan bahwa jenis kelamin berkontribusi dalam
perkembangan sibling rivalry yang akan mempengaruhi penyesuaian
sosial anak. Anak perempuan lebih suka berperan dalam merawat dan
menolong saudara sekandung mereka dibandingkan anak laki-laki
(Minnett, Vandell dan Santrock, 1983 dalam Ambarini, 2006). Ambarini
(2006) menyebutkan bahwa adanya saudara sekandung, khususnya anak
pertama, apalagi anak laki-laki, menunjukkan masalah emosional dan
perilaku. Howe et al (2002) dalam Havnes (2010) melaporkan bahwa
saudara perempuan lebih penurut dibandingkan laki-laki. Selain itu
73
kemampuan sosialisasi anak laki-laki lebih sering mengalami masalah
dibanding anak perempuan.
Karakteristik resoponden berdasarkan berdasarkan distribusi posisi
anak dalam keluarga yang paling banyak adalah anak pertama sebesar 54
responden (75 %). Anak pertama biasanya lebih mendekati harapan sosial
dan hasilnya mereka cenderung diterima lebih baik. Namun yang perlu
menjadi perhatian bahwa pengaruh lingkungan seperti sekolah, keluarga
dan masyaraat juga mempunyai peran yang lebih penting daripada urutan
kelahiran dalam keluarga. Semua anak dituntut memainkan peran sesuai
uratan kelahirannya, jika tidak menyukai peran yang diberikan, maka akan
terjadi perselisihan besar sekali biasanya yang menyebabkan kesulitan
untuk bersosial baik di lingkungan keluarga bahkan di luar keluarga
(Hurlock, 2006). Anak pertama biasa menunjukkan kebencian terhadap
saudaranya karena perhatian orang tua terbagi (Franz, 2006). Pada anak
tengah biasanya menunjukkan perasaan rendah diri terhadap saudara
kandung yang lebih tua karena menganggap tidak memiliki kemampuan
seperti saudara mereka. Namun, hal tersebut juga membuat mereka
menjadi sangat kompetitif terhadap saudara mereka yang mendorong
mereka berinovasi, melakukan hal yang berbeda dari saudaranya yang
lebih tua yang berdampak terhadap kemampuan penyesuaian sosial anak
tersebut (Franz, 2006).
Karakteristik responden berdasarkan jumlah saudara dalam keluarga
yang paling banyak adalah jumlah saudara yang sedikit (1-3) orang sebesar
87,5%. Hal ini sesuai pendapat Hurlock (2006) bahwa jumlah saudara
74
yang kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak
perselisihan daripada jumlah saudara yang besar. Hal ini dikarenakan, bila
ada anak dua atau tiga anak dalam keluarga, mereka lebih sering bersama
jika jumlahnya besar dan orang tua mengharapkan mereka bermain dan
melakukan berbagai hal bersama sehingga perselisihan sandara kandung
berkurang.
2. Gambaran sibling rivalry anak usia sekolah di SDN Cireundeu III
Sibling rivalry menurut Kamus Dorland (2012) adalah kompetisi antar
saudara kandung untuk mendapatkan cinta, kasih sayang atau perhatian
salah satu atau kedua orang tuanya dan untuk mendapatkan pengakuan atau
keuntungan lainnya. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
edisi III (PDGJ III) juga menyebutkan bahwa rasa persaingan/iri hati antar
saudara ditandai oleh upaya bersaing yang nyata antar saudara untuk
merebut perhatian atau cinta orang tuanya dan perasaan negatif yang
berlebihan. Pada kasus yang berat persaingan mungkin disertai oleh rasa
permusuhan yang terbuka, trauma fisik dan/atau sikap jahat dan upaya
menjatuhkan saudaranya . Pada kasus yang ringan persaingan/iri hati itu
dapat terlihat dari keengganan berbagi, kurangnya pandangan positif, dan
langkanya interaksi yang ramah (Maslim, 2003).
Fenomena tentang sibling rivalry anak terbukti pada penelitian ini
yaitu didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian mengalami
sibling rivalry tinggi yaitu 40 responden (55,6 %). Angka ini menandakan
bahwa kejadian sibling rivalry pada anak usia sekolah masih tinggi. Hal ini
sesuai teori yang menyebutkan bahwa sibling rivalry ini cenderung
75
meningkat selama usia sekolah (Dunlap, 2004; Berk, 2005). Sibling rivalry
meningkat pada usia sekolah karena anak mulai beraktivitas dan berprestasi
baik di sekolah atau di luar sekolah. Adanya aktivitas dan prestasi tersebut,
orang tua mulai membandingkan anak yang satu dengan yang lain dan
ketika anak yang usianya berdekatan masuk ke dunia sekolah, maka
perbandingan orang tua terhadap anak-anaknya semakin sering dilakukan
dan hasilnya anak menjadi sering bertengkar, saling bermusuhan, dan susah
untuk melakukan penyesuaian sosial (Berk, 2005).
Hal ini serupa dengan penelitian Listiani (2010) di Jomblang pada
anak usia 8-12 tahun menemukan 100 % mengalami sibling rivalry. Pada
penelitian ini juga melaporkan bahwa sibling rivalry disebabkan oleh faktor
sikap, urutan kelahiran, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara
kandung anak, hubungan anak dengan saudara kandungnya, pola asuh orang
tua, dan adanya anak emas diantara anak. Penelitian Aini (2012) tentang
hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian sibling rivalry pada anak
usia 1-12 tahun di Kelurahan Lidah Wetan Kecamatan Lakarsantri Surabaya
menemukan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kejadian
sibling rivalry (p=0,009).
Sibling rivalry ini ditunjukan melalui reaksi kemarahan atau perilaku
agresif, semangat berkompetisi/ bersaing, serta kecemburuan yang terhadap
saudara kandungnya (Shaffer, 2009). Sebagian besar anak mengungkapkan
kekesalannya terhadap saudara kandungnya sendiri dengan berperilaku
agresif dengan menunjukkan rasa permusuhan yang terbuka, trauma fisik
dan/atau sikap jahat dan upaya menjatuhkan saudaranya (Maslim, 2003).
76
Hal tersebut sesuai dengan hasil dari penelitian ini dimana dari tiga
ciri sibling rivalry yang diteliti, yaitu reaksi kemarahan/perilaku agresif,
persaingan/kompetisi, serta cemburu/iri hati dengan mencari perhatian. Dari
ketiga bentuk yang diteliti, ternyata didapatkan hasil bahwa dari 72
responden dalam penelitian ini sebesar 35,87 % untuk bentuk perilaku
agresif/kemarahan, angka ini merupakan angka terbesar bila dibandingkan
dengan ciri sibling rivalry yang lain. Perilaku agresif menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah perasaan marah atau tindakan kasar akibat
kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang
dapat diarahkan kepada orang atau benda atau perbuatan bermusuhan yang
bersifat penyerangan fisik ataupun psikis terhadap pihak lain. Hal ini dapat
dikarenakan anak beranggapan bahwa tindakan agresif/kemarahan
merupakan senjata yang ampuh untuk mengalahkan saudaranya dalam hal
mendapatkan perhatian atau kasih sayang orang tua, namun ternyata hal ini
dapat berdampak negatif pada dirinya sendiri dan saudaranya.
Sibling rivalry menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak
positif tersebut antara lain saat saudara lahir, anak yang lebih tua telah
mengembangkan kemandirian penuh, terutama dalam bermain, dan
peningkatan kemampuan untuk bertanggung jawab yang mengarah ke
konsep diri yang lebih baik (Anderson, 2006). Selain itu, Gunarsa (2004)
menyebutkan bahwa persaingan yang sehat dan tetap dalam pengamatan
orang tua, bisa terus dipertahankan, agar semuanya terdorong untuk
mencapai prestasi dan meraih hasil sebaik-baiknya.
77
Dampak negatif dari sibling rivalry yaitu anak dapat mencederai
saudaranya dan menganggap saudaranya sebagai lawan (Gichara, 2006).
Hal tersebut juga telah ditemukan pada penelitian Ensi dan Winarianti
(2009) menemukan bahwa anak usia toodler dan memiliki adik ditemukan
sekitar 89,9% terjadi cedera pada saudara yang lebih muda akibat perlakuan
sang kakak. Penelitian Bank, Patterson, & Reid (1996 dalam Pope 2006)
menyebutkan bahwa hubungan tidak harmonis antar saudara kandung
khususnya anak pada masa usia sekolah menyebabkan anak mengalami
kesulitan melakukan penyesuaian sosial. Sibling rivalry juga merusak
kualitas persaudaraan dan menyebabkan perilaku agresif anak terutama
terhadap saudaranya di rumah (Havnes, 2010; Hardy et al, 2010) dan
menyebabkan anak akan lebih sering berperilaku agresif di mana saja,
seperti di sekolah (Patterson dalam Volling & Blandon, 2003).
3. Gambaran penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III
Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap
kelompoknya pada khususnya (Hurlock, 2005). Individu termasuk anak
usia sekolah dituntut untuk mempelajari pola tingkah laku yang diperlukan
atau mengubah kebiasaan yang ada sedemikian rupa sehingga cocok bagi
satu masyarakat sosial (Chaplin, 2006). Kemampuan sosialisasi adalah
bagian penting yang harus dimiliki oleh anak usia sekolah terutama dengan
teman sebaya, masyarakat sekitar serta dengan anggota keluarga
(Hockenberry & Wilson, 2007).
78
Ketika masa usia sekolah, kemampuan penyesuaian sosial ini sangat
penting dimiliki oleh setiap anak. Periode ini anak pertama kalinya
bergabung dalam aktivitas kelompok sehingga anak mulai belajar
menghargai perbedaan yang ada dalam anggota kelompok dan bertambah
sensitif terhadap norma sosial ataupun tekanan dari anggota kelompok dan
mulai membentuk kelompok-kelompok (Hockenberry & Wilson, 2007).
Yusuf (2012) menyampaikan bahwa anak usia ini mulai bekerja sama,
memperhatikan kepentingan orang lain, bertambah keinginan untuk
diterima menjadi anggota kelompok dan tidak puas bila tidak diterima di
kelompok serta mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya maupun
lingkungan masyarakat sekitar.
Anak yang dapat melakukan penyesuaian sosial akan memenuhi
kebutuhan dari dalam dirinya dan tuntutan lingkungannya serta mampu
mengatasi hambatan yang dihadapinya. Untuk menentukan sejauh mana
penyesuaian diri anak secara sosial dapat diterapkan dengan empat kriteria,
penerapan salah satu kriteria saja tidak akan memadai. Empat kriteria
tersebut adalah penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang
nyata (overt performance), penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap
sosial, dan kepuasan pribadi (Hurlock, 2005). Scheneider (1964 dalam
Yusuf, 2008) kemampuan penyesuaian sosial anak ini harus dimiliki baik
di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan kemampuan
penyesuaian sosial anak masing-masing berbeda. Pada penelitian ini dari
sebagian besar memiliki penyesuaian sosial rendah yaitu sebesar 52,8 %.
79
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Penelitian
Nisa (2011) pada siswa kelas VI Yayasan SD Jembar Bandung
menunjukkan hasil pada kategori tinggi 86,2% dan sisanya 13,8% berada
pada kategori rendah. Perbedaan penelitian ini dikarenakan karakteristik
responden pada penelitian sebelumnya hanya kelas IV tidak mencakup
seluruh anak usia sekolah serta tempat penelitian.
Kemampuan penyesuaian sosial anak pada penelitian ini dilihat dari
empat kriteria yang telah dikemukakan oleh Hurlock (2005) yaitu
penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang nyata (overt
performance), penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial, dan
kepuasan pribadi baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dari keempat bentuk yang diteliti, ternyata didapatkan sebesar 43,15%
untuk bentuk yaitu penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang
nyata (overt performance) yang tidak mampu dikuasai oleh sebagian besar
responden. Ini artinya sebagian besar responden kurang mampu
mengembangkan kemampuan sosial, kurang mampu menjalin hubungan
dengan sesama (teman sebaya), dan kurang bersikap terbuka dengan orang
lain sesuai dengan standar yang berlaku dalam kelompok. Ini sejalan
dengan penelitian Nisa (2011) yang menemukan 13,8 % anak usia sekolah
berada dalam katagori rendah ditunjukkan melalui tidak mampu menjalin
hubungan dengan teman sebaya, melanggar tata tertib dan peaturan
sekolah serta tidak berani berpendapat.
Tingginya kemampuan penyesuaian sosial yang rendah ini bisa
disebabkan karena anak mengalami kesulitan melakukan penyesuaian
80
sosial. Hurlock (2005) menyebutkan bahwa anak mengalami kesulitan
melakukan penyesuaian sosial pada anak karena beberapa hal yaitu bila
perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, anggota keluarga
dirumah kurang memberikan model perilaku yang baik, kurangnya
motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial, meskipun memiliki
motivasi kuat untuk belajar melakukan penyesuaian sosial yang baik,
namun anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam
proses belajar ini sehingga tetap saja akan mengalami kesulitan melakukan
penyesuaian sosial. Tidak hanya itu, kemampuan penyesuaian sosial anak
yang rendah ini juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dimana jika
sekolah memberikan bimbingan serta pengawasan terhadap tingkah laku
anak akan membuat anak dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik
(Sunarto & Hartono, 2008). Di SDN Cireundeu III, berdasarkan hasil
observasi dan wawancara bahwa di sekolah ini masih jarang dilakukan
layanan bimbingan konseling terkait tingkah laku anak sehingga hal ini
juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan
penyesuaian sosial anak di sekolah dasr tersebut.
LeComer (2006) menyebutkan bahwa kegagalan penyesuaian sosial
(social maladjustment) berkaitan dengan kesulitan dalam bersosial dan
emosi yang berhubungan dengan tingkah laku yang didapatkan dari situasi
atau pengalaman. Kegagalan penyesuaian sosial juga merupakan masalah
tingkah laku yang berkaitan dengan aturan dalam keluarga, sosial, dan/atau
sekolah (Whitcomb & Merrel, 2013). Kegagalan dalam melakukan
penyesuaian ini juga akan mengakibatkan ketegangan, tingkah laku yang
81
serba salah, tidak terarah, emosianal, sikap yang tidak realistik, agresif,
dan sebagainya (Sunarto & Hartono, 2008).
Kemampuan penyesuaian sosial anak dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain kondisi fisik, perkembangan, kematangan emosi, pengalaman,
pembelajaran, konflik, lingkungan rumah, hubungan dengan orang tua,
hubungan dengan saudara, masyarakat, dan sekolah (Sunarto & Hartono,
2008). Penelitian Nisa (2011) tentang kontribusi iklim kehidupan keluarga
terhadap penyesuaian sosial siswa sekolah dasar pada siswa kelas VI
Yayasan SD Jembar Bandung menunjukkan hasil bahwa semakin kondusif
iklim kehidupan keluarga maka semakin tinggi kemampuan penyesuaian
sosial siswa. Penelitian Retnasih (2009) tentang hubungan antara
perkembangan emosi dan penyesuaian sosial siswa pada SD Negeri
Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara perkembangan emosi dan penyesuaian sosial.
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Spearmen rank karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara
sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di
SDN Cireundeu III. Hasil uji spearmen pada penelitian ini didapat koefisien
korelasi (r) antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak
usia sekolah di SDN Cireundeu III (r) -0,711 dengan tingkat signifikan (p)
0,000. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia
sekolah di SDN Cireundeu III dimana kekuatan atau hubungan negatif, dalam
82
arti semakin tinggi sibling rivalry anak maka semakin rendah kemampuan
penyesuaian sosial anak.
Hal ini sesuai pendapat Sunarto dan Hartono (2008) dan Evelyn et al
(2011) bahwa hubungan saudara kandung dapat mempengaruhi kemampuan
penyesuaian sosial anak dimana jika suasana hubungan saudara yang penuh
persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang
memudahkan untuk tercapainya penyesuaian sosial yang lebih baik dan
mengurangi resiko kegagalan melakukan penyesuaian (maladjustment).
Sedangkan suasana yang penuh dengan permusuhan, perselisihan, iri hati,
kebencian dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan dalam penyesuaian
sosial. Ditambah lagi dengan penelitian Deater-Deckard, Dunn, dan Lussier
(2002) tentang “Sibling Relationships and Social-Emotional Adjustment In
Different Family Contexts” menyebutkan bahwa hubungan antar saudara
kandung yang tidak harmonis atau buruk berhubungan dengan kegagalan
penyesuaian anak (child maladjustment). Penelitian Nuswantari (2011)
tentang hubungan antara sibling rivalry dengan perilaku asertif pada remaja
juga menunjukkan hubungan yang negatif artinya semakin tinggi sibling
rivalry, maka semakin rendah perilaku asertif pada remaja.
Hal serupa juga disampaikan oleh Bank, Patterson, & Reid (1996 dalam
Pope 2006) bahwa hubungan tidak harmonis antar saudara kandung (sibling
rivalry) khususnya anak pada masa usia sekolah akan mengalami kesulitan
melakukan penyesuaian sosial seperti hubungan yang buruk dengan teman
sebaya, perilaku antisosial, kesulitan belajar, dan menunjukkan tanda
psikopatologi (cemas, depresi, dan ketakutan). Hurlock (2006) juga
83
menyatakan bahwa perselisihan antar saudara (sibling rivalry) akan
mempegaruhi semua hubungan antar anggota keluarga dan bahkan hubungan
yang buruk ini sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak
ke luar rumah.
Kemampuan penyesuaian sosial tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan
antara saudara kandung di dalam keluarga. Penyesuaian sosial anak usia
sekolah dipengaruhi juga oleh lingkungan sekolah karena sekolah merupakan
rumah kedua bagi anak yang memiliki peran dalam membentuk tingkah laku
anak sebagai bekal kehidupannya sehari-hari. Suasana di sekolah baik sosial
maupun psikologis menentukan pola penyesuaian sosial serta hasil
pendidikan merupakan bekal untuk melakukan penyesuaian sosial di
masyarakat (Sunarto & Hartono, 2008).
Oleh karena itu, hubungan yang tidak harmonis antar saudara kandung
(sibling rivalry) ini harus dikurangi atau diatasi karena akan membuat anak
mengalami kesulitan melakukan penyesuaian sosial anak. Hal ini karena jika
seseorang gagal melakukan penyesuaian sosial individu tingkah laku yang
serba salah, tidak terarah, emosianal, sikap yang tidak realistik, agresif, dan
perilaku yang tidak diinginkan lainnya (Sunarto & Hartono, 2008).
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti,
diantaranya yaitu:
1. Jumlah sampel penelitian tidak sesuai dengan jumlah sampel yang
ditentukan. Hal ini karena pembagian kuesioner dititipkan ke orang tua
84
responden sehingga banyak responden tidak mengembalikan kuesioner
yang telah dibagikan.
2. Kedua instrumen penelitian dalam penelitian ini didapatkan dari
penelitian terdahulu yang dimodifikasi sendiri oleh peneliti sehingga
tidak memiliki standar yang baku baik secara nasional ataupun
internasional. Intrumen ini juga masih banyak item yang tidak valid
sehingga diperlukan perbaikan dalam pembuatan kuesioner tersebut.
3. Tidak kesesuaian waktu penelitian dengan jadwal akademik sekolah
menyebabkan peneliti tidak dapat mengambil sampel kelas VI (enam).
Hal ini dikarenakan telah selesainya masa studi kelas VI (enam) di SDN
Cireundeu III. Namun pada penelitan ini mencakup kelas 1 sampai kelas
6 yang berusia mulai dari 7 tahun sampai 12 tahun. Sehingga penelitian
ini masih cukup mewakili karakteristik yang diinginkan dalam yaitu anak
usia sekolah yang ada di SDN Cireundeu III.
4. Pengambilan data pada penelitian ini hanya melibatkan orang tua
sehingga data yang didapatkan masih belum mengukur karakteristik
penyesuaian sosial anak ketika di sekolah sehingga diperlukan
keterlibatan guru serta siswa itu sendiri.
65
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di
SDN Cireundeu III Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada siswa kelas 1-5 di SDN Cireundeu III sebagian besar mengalami
sibling rivalry tinggi sebesar 40 responden (55,6 %).
2. Pada siswa kelas 1-5 di SDN Cireundeu III sebagian besar memiliki
kemampuan penyesuaian sosial rendah sebesar 38 responden (52,8 %).
3. Ada hubungan yang bermakna antara sibling rivalry dengan kemampuan
penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III dengan nilai
p value = 0,000 serta memiliki hubungan negatif yang kuat dengan nilai r
sebesar -0,711 artinya semakin tinggi sibling rivalry maka semakin
rendah kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN
Cireundeu III.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain:
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
pelayanan keperawatan. Misalnya hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan dalam memberikan pelayanan keperawatan baik anak
ataupun komunitas berupa pendidikan kesehatan kepada para orang tua
yang mengalami sibling rivalry pada anak usia sekolah ini akan
85
85
mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosial anak dengan
lingkungannya baik di sekolah maupun di masyarakat.
2. Bagi SDN Cireundeu III
Hasil penelitian ini bisa dijadikan dasar atau masukan untuk
pengembangan dan penerapan layanan bimbingan konseling serta
mengadakan pertemuan rutin dengan wali siswa untuk membahas terkait
penyesuaian sosial dalam kehidupan sehari-hari, baik di ingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan masukan orang tua
untuk lebih mengurangi serta mengatasi terjadinya sibling rivalry karena
akan mempengaruhi penyesuaian sosial anak di keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
4. Peneliti Selanjutnya
a. Penelitan selanjutnya dapat memperluas area penelitian, tidak hanya
melihat sibling rivalry dan hubungannya dengan penyesuaian sosial
misalnya meneliti juga tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penyesuaian sosial anak usia sekolah atau hubungan sibling rivalry
dengan yang lainnya.
b. Penelitian selanjutnya dapat melakukan revisi terhadap instrumen
penelitian dan ditambahkan lagi dengan tehnik pengumpulan data
yang lain seperti wawancara dan observasi serta melibatkan guru,
orang tua, ataupun siswa yang bersangkutan yang diukur dalam satu
waktu di tempat yang sama.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ambarini, Tri Kurniati. Saudara Sekandung dari Anak Autis dan Peran Mereka
dalam Terapi. Akultas Psikologi Universitas Airlangga. INSAN, Vol. 8,
No. 6 , 2006.
Anonim. Peran Keluarga Mengendalikan Kenakalan Anak, 2012. Diakses tanggal
8 Mei 2013 dari http://www.sekolahdasar.net/2012/09/peran-keluarga-
dalam-mengendalikan-kenakalan-anak.html
Anderson, J. E. Sibling Rivalry: When the Family Circle become A Boxing Ring,
2006. Diakses 2 Desember 2012 dari
http://contemporarypediatrics.modernmedicine.com/contpeds/content/pri
ntContentPopup.jsp?id=306594
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC, 2005.
Badan Pusat Statistik. Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk menurut
Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2010.
Diakses 30 November 2012 dari http://sp2010.bps.go.id/index.php
Berk, L E. Infant, Children and Adolescent. (5th
Ed). New York: Pearson
Education, Inc, 2005.
Chaplin, J. P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakata: Raja Grafindo Persada, 2006.
Dahlan, Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 2010.
─────. Statistik untuk Kodokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat Dilengapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta:
Salemba Medika, 2010.
Deater-Deckard, K., Dunn, J., & Lussier, G. Sibling Relationships and Social-
Emotional Adjustment In Different Family Contexts. Social
Development, Volume 11, 2002.
Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC,
2002.
Dunlap, Linda L. What All Children Need: Theory And Application. USA:
University Press of America, 2004.
Ensi, R dan Winarianti. Hubungan sibling rivalry toddler dengan kejadian cedera
pada saudara sekandungnya di RW 12 Kelurahan Kemiri Muka
Kecamatan Beji Kota Depok. [Skripsi]. Depok : FIK Universitas
Indonesia, 2009.
Evelyn, B. W., Shanahan, L., Susan, D. C., Susan, P. K., & Marion O'Brien. Life
Events, Sibling Warmth, and Youths' Adjustment. Journal of Marriage
and Family, 73(5), 902-912, 2011.
Franz, Janie. Birth Order. Gale Encyclopedia of Children's Health: Infancy
through Adolescence. 2006. Retrieved June 22, 2013 from
Encyclopedia.com: http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-
3447200087.html
Gichara, Jenny. Mengatasi Perilaku Buruk Anak. Jakarta: Kawan Pustaka, 2006.
Gunarsa, Singgih D. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, Dan Keluarga. Jakarta:
Gunung Mulia, 2004
Hakvoort, Esther M., Henny M. W. Bos, Frank van Balen, and Jo M. A.
Hermanns. "Family Relationships and the Psychosocial Adjustment of
School-Aged Children in Intact Families." The Journal of Genetic
Psychology, Vol 171, No. 2 pp: 182-201, 2010.
Hamid, A.Y. Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika, & Instrumentasi, Ed.
2. Jakarta: EGC, 2007.
Hardy, M., Beers, B., Burgess, C. & Taylor, A. “Personal Experience and
Perceived Acceptability of Sibling Aggression”. Journal of Family
Violence, vol. 25, no. 1, pp. 65-71, 2010.
Havnes, Tarjei. Sibling Rivalry over Parental Care. Intra-household Conflict and
Child Investment. The Reasearch Council of Norwey, Departement of
Economics, University of Oslo, 2010. Diakses 22 Oktober 2012 dari
http://folk.uio.no/tarjeiha/papers/siblingrivalry_april10.pdf
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Hockenberry, Marilyn J. & David Wilson. Wong’s Nursing Care of Infants and
Children. 8th
Ed. Canada: Mosby Elsivier, 2007.
Howe & Rechia. Sibling Relations and Their Impact on Children’s Development.
Centre for Research in Human Development, Concordia University,
Canada, 2006. Diakses 29 November 2012 dari http://www.child-
encyclopedia.com/documents/Howe-recchiaANGxp.pdf
Huang, Yu-Shan. The Effect of Home Stimulation on Social Adjustment:
Comparative Study of Asian-Americanand Caucasian Kindergarteners.
Thesis, Master of Arts Department of Counseling, School and
Educational Psychology, 2007. Diakses 2 Desember 2012 dari
http://gradworks.umi.com/14/46/1446296.html
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 1. Edisi Keenam. Alih bahasa:
Tjandrasa & Zarkasih. Jakarta: Erlangga, 2005.
──────. Perkembangan Anak Jilid 2. Edisi Keenam. Alih bahasa: Tjandrasa &
Zarkasih. Jakarta: Erlangga, 2006.
──────. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Edisi 5. Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta:
Erlangga, 2010.
Ihsan. Perlindungan Anak dari Tindak Kekerasan. (Ketua Divisi Pengawasan dan
Monev KPAI, 2013. Diakses tanggal 10 Mei 2013 dari http://
menegpp.go.id/V2/images/stories/ifran/IHSAN_KPAI.pdf
Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
dengan Badan Pusat Statistik. Profil Anak Indonesia 2012. Diakses dari
www.pdii.lipi.go.id/wp.../Profil-anak-Indonesia-2012.pdf
Listiani, Ita. Penyebab Terjadinya Sibling Rivalry Pada Anak Usia Sekolah Di Rw
9 Kelurahan Jomblang Kota Semarang. [Skripsi]. Jawa Tengah:
Universitas Muhammadiyah Semarang, 2010.
LeComer, Laurie Fivozinsky. A Parent's Guide to Developmental Delays:
Recognizing and Coping with Missed Milestones in Speech, Movement,
Learning, andOther Areas. New York: Penguin Group, 2006.
Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya,
2003.
Mukhtar, Desvi Yanti dan Noor Rachman Hadjam. Efektivitas Art Therapy untuk
Meningkatkan Keterampilan Sosial pada Anak yang Gangguan Perilaku.
Psikologia, Vol 2, No. 1, hal 16-24, 2006.
Nisa, Zuhratun Nuro. Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga terhadap
Penyesuaian Sosial Siswa Sekolah Dasar. [Skripsi]. Bandung: Jurusan
Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia,
2011.
Nihayah, Zahratun., Fadhilah Suralaga., dan Natris Idriyani. Psikologi
Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Islam. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Nurmaningtyas, Fifi. Sibling Rivalry Pada Anak ASD (Autistic Spectrum
Disorder) dan Saudara Kandungnya (Studi Kasus di Sekolah At –Taqwa
Surabaya). Character: Jurnal Penelitian Psikologi, Volume 01, Nomor
02, 2013.
Nursalam. Konsep & Metode Keperawatan, edisi 2. Jakarta: Salemba Medika,
2008.
Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari,dkk.
Jakarta: EGC, 2005.
Pike, A., Coldwell, J., dan Dunn, J. Sibling Relationships in Early/Middle
Childhood: Links with Individual Adjustment. Journal of Family
Psychology, 19(4), 523-532, 2005.
Pope, Loralee. Perceptions of Siblings Relationships in Middle Childhood and
Their Effects of Adolescent Anxiety and Depression. University of
Canterbury. Psychology, 2006. Diakses tanggal 20 Maret 2013 dari
http://library.canterbury.ac.nz/thesis/etheses_copyright.shtml
Retnasih, Emi. Hubungan antara Perkembangan Emosi dan Penyesuaian Sosial
Siswa pada SD Negeri Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar. [Skripsi]
Malang: Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi. Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Malang, 2009.
Santrock, John W. Child Development. 10th
Ed. New York: Mcgraw Hill Higher
Education, 2004.
─────. Perkembangan Anak Jilid 2. Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga, 2007.
Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta;
Sagung Seto, 2010.
Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Setiawati, Indah dan Anita Zulkaidah. Gambaran Sibling Rivalry pada Anak
Sulung Yang Diasuh Oleh Single Father, Vol. 2. ISSN:1858-2559.
Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, 2007.
Shaffer, D. R. Childhood and Adolescence: Developmental Psychology. (6th
ed.).
USA: Wadsworth group, 2009.
Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga:Aplikasi dalam Praktik. Jakarta:EGC,
2003.
Sunarto dan Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004.
Suyanto. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogjakarta: Nuha
Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Thompson, J. A. Implicit Belief about Relationship Impact the Sibling Jealousy
Experience, 2004. Diakses 1 Desember 2012 dari
http://www.lib.nscu.edu
Usner, J., dan McNemey, A. Sibing Rivalry in Degree and Dimensions Across the
Lifespan, 2001. Diakses 1 Desember 2012 dari
http://jrscience.wcp.muohio.edu/humannature01/FinalArticles/SiblingRiv
alryinDegreeand.htm
Volling, B. L., & Blandon, A. Y. Positive Indicators of Sibling Relationship
Quality: Psychometric Analyses of The Sibling Inventory of Behavior
(SIB). Child Trends Positive Outcomes Conferences, 2003. Diakses 28
Oktober 2012 dari http://www.childtrends.org/Files/VollingBlandon.pdf
Whitcomb, Sara A dan Kenneth Merrel. Behavioral, Social, and Emotional
Assessment of Children and Adolescents, 4th
edition. New York:
Routledge, 2013.
WHO. World Health Statistics 2012. Diakses tanggal 2 Maret 2013 dari
www.who.int
Woolfson, R.C. Persaingan Saudara Kandung: Mendorong Anak-anak untuk
Bersahabat. Jakarta: Erlangga, 2003.
───────. Mengapa Anakku Begitu?. Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2005.
Wong dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed 6. Vol 1. Jakarta: EGC, 2009.
Yati, Jelita Widuri. Hubungan Sibling Rivalry dengan Motivasi Berprestasi Anak
Kembar. [Skripsi]. Depok: Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas
Indonesia, 2008.
Yuliati. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Reaksi Sibling Rivalry pada
Anak Usia Prasekolah di TK Mranggen I Srumbung Magelang. [Skirpsi].
Semarang. FIK Universitas Muhammadiyah Semarang, 2007.
Lampiran 1
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN KEMAMPUAN
PENYESUAIAN SOSIALANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR
NEGERI III CIREUNDEU
Assalamualaikum. WR. WB
Perkenalkan nama saya Etika Rahmawati (109104000052). Saya mahasiswi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan penelitian
sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan
(S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan dengan
penelitian. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan dengan segala kerendahan
hati agar kiranya bapak/ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi
kuesioner yang telah disediakan secara sukarela tanpa paksaan dari siapapun.
Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya dan apa adanya
sesuai dengan yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran
yang baik untuk penelitian ini. Kerahasiaan jawaban akan dijaga dan hanya
diketahui oleh peneliti.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan keikutsertaan bapak/ibu dari
Siswa/i dalam pengisian kuesioner ini.
Apakah bapak/ibu bersedia?
YA/TIDAK
Setelah mendapat informasi tentang penelitian ini, saya menyetujui untuk ikut
serta dalam penelitian. Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian
ini dilakukan secara sukarela.
Tertanda
(Responden)
Lampiran 2
BAGIAN A
(Digunakan untuk menggali data personal responden)
Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama
1. Isilah identitas/data diri anda dan anak anda
2. Isilah dan lingkari pilihan yang merupakan jawaban anda
No. Responden : (diisi peneliti)
Orang tua yang mengisi : 1. Bapak
2. Ibu
Umur Bapak/Ibu : ............ tahun
Umur Anak Anda : ………. Tahun
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
Anak Ke......... dari ................ saudara
KUESIONER SIBLING RIVALRY ANAK USIA SEKOLAH
Bacalah Setiap Pernyataan Dibawah Ini dengan Teliti
1. Pertanyaan di bawah ini mengenai anak anda selama bersama adiknya.
2. Setiap pernyataan memiliki dua (2) pilihan jawaban.
A. Ya (Y) :Apabila dilakukan ketika anak anda bersama saudaranya
Selalu : Jika pernyataan tersebut selalu dilakukan
Sering : Jika pernyataan tersebut hanya 1 atau 2 kali tidak
dilakukan Kadang-kadang : Jika pernyataan tersebut kadang dilakukan dan
kadang tidak
B. Tidak (T): Apabila TIDAK PENAH yang dilakukan ketika anak anda
bersama saudaranya
3. Pilihlah hanya satu jawaban yang tersedia cara memberikan tanda centang
(√) pada pilihan jawaban SESUAI KEADAAN SEBENARNYA karena
tidak ada jawaban benar ataupun salah, semua jawaban boleh dan usahakan
semua jawaban tidak ada yang terlewat.
4. Jawaban anda sangat membantu peneliti.
Contoh:
No Pernyataan Y T
1. Anak Anda biasa berbuat kasar (memukul/mendorong/mencakar/melukai)
adiknya saat sedang bertengkar
2. Saat anda memberikan hadiah pada adiknya, anak anda menuntut diberikan
hadiah juga
3. Anak Anda diam saja jika anda memberikan pujian kepada adiknya
walaupun ia tidak dipuji
4. Anak Anda mau mengalah jika sedang bertengkar dengan adiknya
5. Anak Anda tetap senang apabila barang yang dimiliki adiknya lebih bagus
dari dia
6. Saat anda memberikan pujian pada adiknya, perilaku kakak yang tidak diberi
pujian marah dan menganggap anda pilih kasih.
7. Anak Anda akan merusak barang adiknya yang dibelikan oleh orang tua jika
lebih bagus dari miliknya
8. Anak Anda suka mengkritik adiknya supaya ia terlihat lebih hebat dari pada
adiknya
9 Anak anda segera membantu orang tua melakukan pekerjaan untuk
mendapatkan pujian dari orang tua
No Pernyataan Y T
1. Saya akan berteman dengan semua anak di sekolah √
Y T
10 Anak anda menjalin hubungan yang baik dengan adiknya baik di rumah dan
di luar rumah
11. Anak Anda mau berbagi dan membantu adiknya
12. Anak Anda biasanya berpura-pura sakit untuk mencari perhatian orang tua
13. Anak anda mau bermain bersama-sama dengan adiknya
14. Anak anda suka membantah nasihat orang tua jika disuruh mengalah kepada
adiknya
15. Anak anda mau memberikan barang kesukaannya, jika adiknya memintanya
16 Anak anda langsung masuk kamar dan membanting pintu, saat orang tua
menasehati agar menuruti keinginan adiknya
17 Anak anda terlihat sangat senang mengganggu dan membuat sedih adiknya
18 Anak anda suka mencari perhatian dengan lebih dekat dan manja kepada
salah satu orang tua
19 Anak anda suka memberontak dan melanggar aturan orang tua, karena
menganggap orang tua memberikan perhatian lebih kepada adiknya
KUESIONER PENYESUAIAN SOSIAL ANAK USIA SEKOLAH
Pertanyaan dibawah ini mengenai anak anda
Setiap pernyataan memiliki empat pilihan jawaban, yaitu:
a. S L :jika pernyataan SELALU (tidak pernah tidak) dilakukan oleh
anak anda
b. SRG :jika pernyataan SERING (hanya sesekali tidak) dilakukan oleh
anak anda
c. KK :jika pernyataan KADANG-KADANG dilakukan oleh anak anda
d. TP :jika pernyataan TIDAK PERNAH dilakukan oleh anak anda
Contoh:
N
O PERNYATAAN SL SRG KK TP
1 Ketika ada teman sekolah sedang bertengkar, Anak anda
berusaha melerainya
2 Anak anda menyapa guru/teman/tetangga jika bertemu/
berpapasan
3 Anak anda berbuat jujur (tidak curang) ketika bermain bersama
teman-teman di sekitar rumah
4 Anak anda membantu teman dalam mempersiapkan kebutuhan
yang diperlukan di sekolah
5
Anak anda dapat melakukan nasihat yang diberikan oleh orang
tua
NO PERNYATAAN SL SRG KK TP
1. Saya makan sayur setiap hari √
SL SRG KK TP
6 Anak anda mementingkan diri sendiri daripada orang lain
7 Anak anda lebih senang bermain sendiri daripada bermain
bersama teman-teman di sekitar rumah
8 Anak anda tidak berani mengakui kesalahan yang diperbuatnya
9 Anak anda mau memberi semangat/dukungan kepada anggota
keluarga
10 Anak anda dapat menerima saran/kritikan yang diberikan oleh
orang lain
11 Anak anda patuh terhadap semua aturan dan tata tertib sekolah
12 Anak anda dapat mematuhi setiap perintah/aturan orang tua
13 Anak anda dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-
temannya
14 Anak anda mau menjenguk teman yang sedang sakit
15 Anak anda mau menghibur teman atau saudaranya yang sedang
sedih
16 Anak anda pulang lebih cepat jika ada kerja bakti di sekolah
17 Anak anda berpikir kurang beruntung dari teman-teman lainnya
18 Anak anda mau bekerja sama dalam mengerjakan tugas
kelompok yang diberikan oleh guru
19 Anak anda menjalin hubungan yang harmonis/akur dengan
saudara dan anggota keluarga lainnya
20 Anak anda suka meminta komentar dan nasihat orang lain
tentang dirinya
21 Anak anda pilih-pilih teman yang ada di sekitar rumah
22 Anak anda mau meminjamkan barang kepunyaannya, jika ada
orang lain yang ingin meminjamnya
23 Anak anda mengikuti kebiasaan atau aturan yang ada di
lingkungan tempat tinggal anda
24 Anak anda mau mengerjakan tugas dan perintah yang diberikan
orang tua
25 Anak anda diam di rumah saja daripada mengikuti kerja bakti
yang diadakan di lingkungan tempat tinggal anda
26 Anak anda bisa mengerjakan tugas/PR yang diberikan guru tanpa
bantuan orang lain
27 Anak anda mau mengucapkan selamat kepada teman yeng
menang perlombaan walaupun anak anda kalah
28 Anak anda suka bertengkar dan memukul temannya saat sedang
bertengkar
29 Anak anda dapat menerima masukan teman yang berlainan
pendapat dengan anak anda
30 Anak anda berani membuka percakapan terlebih dahulu dengan
orang lain yang baru dikenal
SL SRG KK TP
31 Anak anda menghindar jika ada kesalahan dalam kelompok,
karena bukan anak ada yang melakukan.
32 Anak anda mengganggap teman yang tidak menuruti pendapat/
kemauannya sebagai musuh
33 Anak anda mau membantu orang lain yang membutuhkan
pertolongan
☺
Lampiran 3
R Tabel
df T tabel R tabel
21 1.72 .35
22 1.72 .34
23 1.71 .34
24 1.71 .33
25 1.71 .32
26 1.71 .32
27 1.70 .31
28 1.70 .31
29 1.70 .30
30 1.70 .30
Lampiran 4
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Sibling Rivalry
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.827 24
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00001 8.1333 23.154 .363 .826
VAR00002 8.0000 22.483 .423 .819
VAR00003 8.2000 23.269 .345 .827
VAR00004 8.2333 21.909 .563 .813
VAR00005 8.1333 22.257 .463 .817
VAR00006 8.1333 21.223 .695 .806
VAR00007 8.4333 22.875 .472 .818
VAR00008 8.3000 22.769 .392 .820
VAR00009 8.0667 23.789 .138 .832
VAR00010 8.1667 21.799 .569 .812
VAR00011 8.4000 22.938 .418 .820
VAR00012 8.3333 24.092 .099 .832
VAR00013 8.5333 23.292 .561 .819
VAR00014 8.5333 24.120 .220 .826
VAR00015 8.3667 22.516 .497 .816
VAR00016 8.4667 23.085 .459 .819
VAR00017 8.0333 22.585 .395 .820
VAR00018 8.2333 22.047 .531 .814
VAR00019 8.2333 23.013 .359 .824
VAR00020 8.1000 22.438 .422 .819
VAR00021 8.0333 22.309 .455 .817
VAR00022 8.1333 24.257 .043 .836
VAR00023 8.3333 24.713 -.041 .837
VAR00024 8.2667 22.271 .493 .816
Item yang tidak valid nomor: 9, 12, 14, 22, dan 23
Validitas Dan Reliabilitas Setelah Item Tidak Valid Dibuang
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.857 19
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00001 6.5333 20.533 .349 .859
VAR00002 6.4000 19.628 .465 .849
VAR00003 6.6000 20.662 .325 .860
VAR00004 6.6333 19.275 .561 .845
VAR00005 6.5333 19.568 .469 .849
VAR00006 6.5333 18.533 .737 .837
VAR00007 6.8333 20.144 .483 .849
VAR00008 6.7000 19.941 .426 .851
VAR00010 6.5667 19.082 .589 .843
VAR00011 6.8000 20.028 .477 .849
VAR00013 6.9333 20.616 .543 .850
VAR00015 6.7667 19.840 .497 .848
VAR00016 6.8667 20.395 .453 .850
VAR00017 6.4333 19.771 .425 .851
VAR00018 6.6333 19.482 .511 .847
VAR00019 6.6333 20.309 .353 .856
VAR00020 6.5000 19.845 .403 .852
VAR00021 6.4333 19.702 .441 .850
VAR00024 6.6667 19.609 .493 .848
2. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Penyesuaian Sosial
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.882 46
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 138.8000 247.959 .501 .877
VAR00002 138.5000 249.500 .505 .878
VAR00003 138.2333 249.978 .475 .878
VAR00004 138.6000 252.110 .442 .878
VAR00005 138.6000 258.869 .193 .883
VAR00006 138.2667 244.202 .692 .874
VAR00007 138.3000 249.390 .489 .878
VAR00008 138.7000 266.700 -.114 .888
VAR00009 138.4000 253.559 .400 .879
VAR00010 139.2000 266.097 -.100 .886
VAR00011 138.5667 246.737 .553 .876
VAR00012 138.9000 241.610 .761 .873
VAR00013 138.0667 255.582 .304 .881
VAR00014 137.8667 251.568 .489 .878
VAR00015 138.7667 256.599 .257 .882
VAR00016 138.3000 244.010 .708 .874
VAR00017 138.5333 258.120 .187 .882
VAR00018 138.1333 257.154 .240 .881
VAR00019 137.8000 260.441 .156 .882
VAR00020 137.8667 254.533 .445 .879
VAR00021 138.2000 248.028 .551 .877
VAR00022 138.4000 248.800 .511 .877
VAR00023 138.1000 262.093 .040 .884
VAR00024 137.9333 252.271 .442 .878
VAR00025 137.9667 254.378 .367 .880
VAR00026 137.7667 255.151 .378 .879
VAR00027 138.0333 260.171 .109 .883
VAR00028 138.1667 249.316 .523 .877
VAR00029 137.7000 266.217 -.171 .884
VAR00030 139.5667 246.668 .643 .875
VAR00031 138.2000 252.234 .399 .879
VAR00032 138.3333 253.609 .419 .879
VAR00033 138.3667 252.930 .485 .879
VAR00034 138.4333 250.392 .415 .878
VAR00035 138.0000 254.552 .396 .879
VAR00036 138.7000 244.907 .700 .874
VAR00037 139.6000 265.972 -.093 .887
VAR00038 138.1667 261.109 .086 .883
VAR00039 137.7333 256.064 .328 .880
VAR00040 138.5000 243.431 .652 .874
VAR00041 138.0000 245.793 .648 .875
VAR00042 138.8333 252.282 .464 .878
VAR00043 139.3000 253.803 .396 .880
VAR00044 138.2333 250.737 .404 .879
VAR00045 137.7000 253.390 .573 .877
VAR00046 138.1667 249.316 .488 .878
Yang tidak valid nomor 5, 8, 10, 13, 15, 17, 18,19, 23, 27, 29, 37, 38
Validitas Setelah Item yang Tidak Valid Dibuang
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.912 33
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 99.5667 215.978 .496 .910
VAR00002 99.2667 216.478 .534 .910
VAR00003 99.0000 218.828 .436 .911
VAR00004 99.3667 218.999 .467 .911
VAR00006 99.0333 212.378 .689 .907
VAR00007 99.0667 218.133 .455 .911
VAR00009 99.1667 220.213 .432 .911
VAR00011 99.3333 215.333 .569 .909
VAR00012 99.6667 210.644 .733 .906
VAR00014 98.6333 219.206 .488 .910
VAR00016 99.0667 211.306 .737 .906
VAR00020 98.6333 221.826 .450 .911
VAR00021 98.9667 214.447 .601 .909
VAR00022 99.1667 215.040 .564 .909
VAR00024 98.7000 219.252 .464 .911
VAR00025 98.7333 222.064 .356 .912
VAR00026 98.5333 221.982 .401 .911
VAR00028 98.9333 216.616 .539 .910
VAR00030 100.3333 214.713 .638 .908
VAR00031 98.9667 220.447 .377 .912
VAR00032 99.1000 219.059 .501 .910
VAR00033 99.1333 220.464 .414 .911
VAR00034 99.2000 218.234 .479 .910
VAR00035 98.7667 221.840 .400 .911
VAR00036 99.4667 214.671 .634 .908
VAR00039 98.5000 222.052 .382 .912
VAR00040 99.2667 209.099 .732 .906
VAR00041 98.7667 212.116 .709 .907
VAR00042 99.6000 220.731 .428 .911
VAR00043 100.0667 220.892 .351 .913
VAR00044 99.0000 216.069 .474 .911
VAR00045 98.4667 220.189 .609 .909
VAR00046 98.9333 217.375 .474 .911
Lampiran 5
HASIL PENELITIAN
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 38 52.8 52.8 52.8
permpuan 34 47.2 47.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
Umur Anak
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
7 tahun 8 11.1 11.1 11.1
8tahun 13 18.1 18.1 29.2
9 tahun 9 12.5 12.5 41.7
10 tahun 17 23.6 23.6 65.3
11 tahun 17 23.6 23.6 88.9
12 tahun 8 11.1 11.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Sibling Rivalry
Statistics
Sibling Rivalry
N Valid 72
Missing 0
Mean 6.1111
Median 6.0000
Mode 4.00a
Std. Deviation 3.82562
Minimum 1.00
Maximum 16.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sibling Rivalry
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 32 44.4 44.4 44.4
tinggi 40 55.6 55.6 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyesuaian Sosial
Statistics
Penyesuaian Sosial
N Valid 72
Missing 0
Mean 98.6944
Median 98.0000
Mode 98.00
Std. Deviation 1.55452E1
Minimum 65.00
Maximum 127.00
Penyesuaian Sosial
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 38 52.8 52.8 52.8
tinggi 34 47.2 47.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Penyesuaian Sosial Sibling Rivalry
N 72 72
Normal Parametersa Mean 98.6944 6.1111
Std. Deviation 15.54515 3.82562
Most Extreme
Differences
Absolute .084 .140
Positive .058 .140
Negative -.084 -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .713 1.188
Asymp. Sig. (2-tailed) .690 .119
a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Spearmen rank
Correlations
Sibling Rivalry
Penyesuaian
Sosial
Spearman's rho Sibling Rivalry Correlation Coefficient 1.000 -.711**
Sig. (2-tailed) . .000
N 72 72
Penyesuaian Sosial Correlation Coefficient -.711**
1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 72 72
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
SIBLING RIVALRY
Perilaku agresif 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 48 66.7 66.7 66.7
1 24 33.3 33.3 100.0
Total 72 100.0 100.0
Perilaku agresif 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 34 47.2 47.2 47.2
1 38 52.8 52.8 100.0
Total 72 100.0 100.0
Perilaku agresif 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 60 83.3 83.3 83.3
1 12 16.7 16.7 100.0
Total 72 100.0 100.0
Perilaku agresif 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 40 55.6 55.6 55.6
1 32 44.4 44.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Perilaku agresif 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 60 83.3 83.3 83.3
1 12 16.7 16.7 100.0
Total 72 100.0 100.0
Perilaku agresif 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 29 40.3 40.3 40.3
1 43 59.7 59.7 100.0
Total 72 100.0 100.0
Perilaku agresif 7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 60 83.3 83.3 83.3
1 12 16.7 16.7 100.0
Total 72 100.0 100.0
Persaingan 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 20 27.8 27.8 27.8
1 52 72.2 72.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
Persaingan 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 41 56.9 56.9 56.9
1 31 43.1 43.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Persaingan 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 45 62.5 62.5 62.5
1 27 37.5 37.5 100.0
Total 72 100.0 100.0
Persaingan 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 66 91.7 91.7 91.7
1 6 8.3 8.3 100.0
Total 72 100.0 100.0
Persaingan 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 69 95.8 95.8 95.8
1 3 4.2 4.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
Persaingan 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 54 75.0 75.0 75.0
1 18 25.0 25.0 100.0
Total 72 100.0 100.0
Persaingan 7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 44 61.1 61.1 61.1
1 28 38.9 38.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
Cemburu 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 41 56.9 56.9 56.9
1 31 43.1 43.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Cemburu 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 50 69.4 69.4 69.4
1 22 30.6 30.6 100.0
Total 72 100.0 100.0
Cemburu 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 69 95.8 95.8 95.8
1 3 4.2 4.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
Cemburu 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 43 59.7 59.7 59.7
1 29 40.3 40.3 100.0
Total 72 100.0 100.0
Cemburu 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 54 75.0 75.0 75.0
1 18 25.0 25.0 100.0
Total 72 100.0 100.0
PENYESUAIAN SOSIAL
Penampilan nyata 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 4 5.6 5.6 5.6
2 35 48.6 48.6 54.2
3 14 19.4 19.4 73.6
4 19 26.4 26.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 1 1.4 1.4 1.4
2 13 18.1 18.1 19.4
3 19 26.4 26.4 45.8
4 39 54.2 54.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyesuaian thd kelompok 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 4.2 4.2 4.2
2 30 41.7 41.7 45.8
3 11 15.3 15.3 61.1
4 28 38.9 38.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyesuaian thd kelmpok 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 4.2 4.2 4.2
2 32 44.4 44.4 48.6
3 20 27.8 27.8 76.4
4 17 23.6 23.6 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 4.2 4.2 4.2
2 25 34.7 34.7 38.9
3 17 23.6 23.6 62.5
4 27 37.5 37.5 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyesuaian thd klmpok 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 8 11.1 11.1 11.1
2 20 27.8 27.8 38.9
3 21 29.2 29.2 68.1
4 23 31.9 31.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyeusian thd klmpk 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 4 5.6 5.6 5.6
2 11 15.3 15.3 20.8
3 21 29.2 29.2 50.0
4 36 50.0 50.0 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyesuaian thd kelompk 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 8 11.1 11.1 11.1
2 22 30.6 30.6 41.7
3 28 38.9 38.9 80.6
4 14 19.4 19.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 4.2 4.2 4.2
2 32 44.4 44.4 48.6
3 8 11.1 11.1 59.7
4 28 38.9 38.9 98.6
22 1 1.4 1.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyesuaian thd kelompok 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 2 2.8 2.8 2.8
2 33 45.8 45.8 48.6
3 20 27.8 27.8 76.4
4 17 23.6 23.6 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 11 15.3 15.3 15.3
3 18 25.0 25.0 40.3
4 43 59.7 59.7 100.0
Total 72 100.0 100.0
Peneysuaian thd kelompok 7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 32 44.4 44.4 44.4
3 15 20.8 20.8 65.3
4 25 34.7 34.7 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyesuaian thd kelompok 8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 1 1.4 1.4 1.4
2 12 16.7 16.7 18.1
3 22 30.6 30.6 48.6
4 37 51.4 51.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Peyesuaian thd kelompok 9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 4.2 4.2 4.2
2 25 34.7 34.7 38.9
3 15 20.8 20.8 59.7
4 29 40.3 40.3 100.0
Total 72 100.0 100.0
Sikap sosial 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 6 8.3 8.3 8.3
2 34 47.2 47.2 55.6
3 9 12.5 12.5 68.1
4 23 31.9 31.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
Sikap sosial 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 5 6.9 6.9 6.9
3 8 11.1 11.1 18.1
4 59 81.9 81.9 100.0
Sikap sosial 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 5 6.9 6.9 6.9
3 8 11.1 11.1 18.1
4 59 81.9 81.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
Kepuasan pribadi 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 6 8.3 8.3 8.3
3 16 22.2 22.2 30.6
4 50 69.4 69.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 4.2 4.2 4.2
2 12 16.7 16.7 20.8
3 18 25.0 25.0 45.8
4 39 54.2 54.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 1 1.4 1.4 1.4
2 30 41.7 41.7 43.1
3 9 12.5 12.5 55.6
4 32 44.4 44.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 29 40.3 40.3 40.3
2 25 34.7 34.7 75.0
3 5 6.9 6.9 81.9
4 13 18.1 18.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 4 5.6 5.6 5.6
2 5 6.9 6.9 12.5
3 12 16.7 16.7 29.2
4 51 70.8 70.8 100.0
Total 72 100.0 100.0
Sikap sosial 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 1 1.4 1.4 1.4
2 17 23.6 23.6 25.0
3 25 34.7 34.7 59.7
4 29 40.3 40.3 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyesuaian thd kelompok 10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 2 2.8 2.8 2.8
2 16 22.2 22.2 25.0
3 23 31.9 31.9 56.9
4 31 43.1 43.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Kepuasan pribadi 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 35 48.6 48.6 48.6
3 12 16.7 16.7 65.3
4 25 34.7 34.7 100.0
Total 72 100.0 100.0
Sikap sosial 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 1 1.4 1.4 1.4
2 12 16.7 16.7 18.1
3 14 19.4 19.4 37.5
4 45 62.5 62.5 100.0
Total 72 100.0 100.0
Kepuasan pribadi 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 4 5.6 5.6 5.6
2 39 54.2 54.2 59.7
3 10 13.9 13.9 73.6
4 19 26.4 26.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Sikap sosial 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 8 11.1 11.1 11.1
2 26 36.1 36.1 47.2
3 12 16.7 16.7 63.9
4 26 36.1 36.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyesuaian thd kelompok 11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 8 11.1 11.1 11.1
2 20 27.8 27.8 38.9
3 12 16.7 16.7 55.6
4 32 44.4 44.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 5 6.9 6.9 6.9
2 40 55.6 55.6 62.5
3 14 19.4 19.4 81.9
4 13 18.1 18.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 22 30.6 30.6 30.6
2 33 45.8 45.8 76.4
3 11 15.3 15.3 91.7
4 6 8.3 8.3 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penyesuaian thd klpok 12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 8 11.1 11.1 11.1
2 16 22.2 22.2 33.3
3 17 23.6 23.6 56.9
4 31 43.1 43.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Penampilan nyata 12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 4 5.6 5.6 5.6
2 9 12.5 12.5 18.1
3 7 9.7 9.7 27.8
4 52 72.2 72.2 100.0
Total 72 100.0 100.0
Sikap sosial 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 4.2 4.2 4.2
2 15 20.8 20.8 25.0
3 21 29.2 29.2 54.2
4 33 45.8 45.8 100.0
Total 72 100.0 100.0