hubungan antara sibling rivalry dengan...

134
HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL ANAK USIA SEKOLAH DI SDN CIREUNDEU III Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: ETIKA RAHMAWATI 109104000052 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Upload: nguyentuyen

Post on 02-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

ii

HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN

KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL ANAK

USIA SEKOLAH DI SDN CIREUNDEU III

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

ETIKA RAHMAWATI

109104000052

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

Page 2: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya
Page 3: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya
Page 4: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya
Page 5: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya
Page 6: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Etika Rahmawati

Tempat, Tgl lahir : Lampung, 27 September 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dusun II Desa Tanjung Bulan, Kec. Rambang Kuang,

Kab. Ogan Ilir Palembang Sumatera Selatan 30665

Hp : 087774453443

Email : [email protected] / [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK dan TPA Darul Falah Desa Tanjung Bulan (1996-2000)

2. MI Darul Falah Desa Tanjung Bulan (2000-2003)

3. SDN Desa Tanjung Bulan (1998-2003)

4. MTs Ponpes Nurul Islam Seri Bandung (2003-2006)

5. MAN Sakatiga Ogan Ilir (2006-2009)

6. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)

Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:

1. Pelatihan Kesehatan “Health Training 4 Medical Skill” Tahun 2009

2. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era”

Tahun 2009

3. Diskusi Publik “Kosmetik yang Aman untuk Kecantikan yang Alami” Tahun

2009

Page 7: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

vi

4. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” pada

Tahun 2009

5. Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya di

Indonesia” Tahun 2009

6. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah”

Tahun 2010

7. Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco” tahun

2010

8. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment Method

Bulids an Indonesian Awareness of Natural Medication In The Future” tahun

2011

9. Seminar Kesehatan “Peran Kebijakan Standardisasi Internasional Rumah

Sakit dalam Meningkatkan Profesionalisme Pelayanan Kesehatan” Tahun

2011

10. Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks

Berbasis Pasien Safety” tahun 2012

11. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012

12. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health”

tahun 2012

13. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Meningkatkan Peran dan Mutu

Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun 2012

Page 8: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi, Juli 2013

Etika Rahmawati, NIM: 109104000052

Hubungan antara Sibling Rivalry dengan Kemampuan Penyesuaian Sosial

Anak Usia Sekolah di SDN Cireundeu III

xvii + 86 halaman + 14 tabel + 3 bagan + 8 lampiran

ABSTRAK

Perselisihan antar saudara kandung (sibling rivalry) merupakan fenomena

yang sering terjadi dalam keluarga. Sibling rivalry merupakan kompetisi atau

persaingan, kecemburuan serta kemarahan antara saudara kandung. Sibling rivalry

ini dapat mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sibling rivalry

dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III.

Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang

dilakukan pada 72 anak usia sekolah dengan usia 7-12 tahun pada bulan Mei-Juni

2012. Pengumpulan data menggunakan kuesioner sibling rivalry dan penyesuaian

sosial. Hasil uji instrumen penelitian didapatkan hasil reliabilitas sebesar 0,857

untuk sibling rivalry dan 0,912 untuk penyesuaian sosial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami

55,6% memiliki sibling rivalry tinggi dan memiliki kemampuan penyesuaian

sosial yang rendah sebesar 52,8 %. Hasil uji statistik menggunakan uji spearmen

rank dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara

sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN

Cireundeu III (p value=0,000) dengan nilai r= -0,711. Ini artinya bahwa semakin

tinggi sibling rivalry, semakin rendah kemampuan penyesuaian sosial.

Berdasarkan penelitian ini, sekolah dapat memberi perhatian lebih melakukan

pendekatan konseling dalam membantu anak melakukan penyesuaian sosial

khususnya pada anak yang mengalami sibling rivalry serta melakukan pendekatan

langsung kepada orang tua anak untuk mengurangi dan mengatasi sibling rivalry.

Kata kunci: Sibling rivalry, Penyesuaian sosial, Usia sekolah

Daftar Bacaan: 61 (2001 – 2013)

Page 9: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

SCHOOL OF NURSING

ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Undergraduates Thesis, Juny 2013

Etika Rahmawati, NIM: 109104000052

Relationship between Sibling Rivalry with The Ability of Social Adjustment

of School Age Children in Sekolah Dasar Negeri Cireundeu III

xvii + 86 pages + 14 tables + 3 charts + 8 attachments

ABSTRACT

The conflict between sibling (sibling rivalry) is frequently occurs among

family. Sibling rivalry is a competition or rivalry, jealousy and anger between

siblings. Sibling rivalry can affect the ability of social adjustment of school-aged

children.

The purpose of this study is to know the relation between sibling rivalry

with the ability of social adjustment of school age children in Sekolah Dasar

Negeri Cireundeu III. This is cross-sectional study was conducted on May-June

2013 among 72 children which 7-12 years old. Data were collected using sibling

rivalry and social adjustment questionnaire. The result reliability test obtained

0,857 for sibling rivalry and 0,912 for social adjustment.

The result of the research shown that majority of respondents 55,6 % have

high sibling rivalry level and 52,8% have low social adjustment level. The result

of statistical test using spearmen rank test revealed that were significant

relationship between sibling rivalry with social ability adjustment of school age

children in SDN Cireundeu III with p= 0.000 and r= -0,711. Its shown that the

higher of sibling rivalry level shown the lower of social ability adjustment level.

Based on this study, school have to give more attention such as increasing

counseling approach for student in order to help their social adjustment especially

child experienced sibling rivalry and make a direct approach for parents to reduce

and overcome sibling rivalry.

Key Words: Sibling rivalry, Social adjustment, School age

References: 61 (2001 – 2013)

Page 10: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Hubungan antara Sibling Rivalry dengan

Kemampuan Penyesuaian Sosial Anak Usia Sekolah di SDN Cireundeu

III” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak

menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. DR (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. Selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM Selaku Ketua Program Studi IImu

Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep, MSc Selaku Sekretaris Program Studi

IImu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus

dosen pembimbing I yang telah membimbing dan banyak memberi

banyak saran demi terselesaikannya penulisan penelitian ini.

4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan penelitian ini.

5. Ibu Tien Gartinah MN selaku pembimbing akademik yang selalu

memberikan masukan selama proses perkuliahan.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

x

6. Para penguji (Ibu Puspita Palupi dan Bapak Karyadi) yang telah banyak

memberikan banyak masukan dalam memperbaiki skripsi peneliti.

7. Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala

pengalamannya yang tak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran

bagi kami selaku mahasiswa.

8. Seluruh staff bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu

kelancaran hal-hal administratif.

9. Kedua Orang Tua saya (Bapak Edi Salamun dan Ibu Rosyada) tercinta

yang selalu memberi kasih sayang, dukungan, do’a dan semangat selama

hidup ini dan demi terselesaikannya penelitian ini. Adikku tersayang Dwi

Nirma Sari dan Alm. Wahyuanto dan Kakandaku tersayang yang selalu

semangat kepada peneliti.

10. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan

kesempatan untuk berkuliah di Program Studi IImu Keperawatan (PSIK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. SD Negeri Cempaka Putih 04 khususnya ibu Kepala Sekolah dan Bu Sri

yang telah mengijinkan serta membantu peneliti untuk melakukan uji

validitas dan reliabilitas.

12. SDN III Cirendeu khususnya ibu Kepala Sekolah dan Bu Nurhayati dan

semua Wali Kelas yang telah membantu peneliti dalam pengumpulan

data.

13. Adik-adik dan orang tua yang bersekolah di SDN III Cireundeu yang

bersedia mengisi kuesioner yang sangat membantu peneliti dalam

menyelesaikan penelitian ini.

Page 12: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

xi

14. Sahabat-sahabatku “Fighters” (Fita, Fitri, Hanik, Mala, Dian, Ulfi, Dewi,

Mayra, Astuti, Iqbal,), sahabatku di Tanjung Bulan, teman-teman satu

pembimbing, dan seluruh angkatan 2009 yang telah berjuang bersama

dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu Keperawatan serta

sahabat-sahabat Santri Jadi Dokter (SJD) Sum-Sel angkatan 2009-2012

yang telah memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan penelitian

ini.

Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua

kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua

kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.

Jakarta, Juli 2013

Penulis

Page 13: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

xii

DAFTAR ISI

JUDUL HAL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................iv

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................v

ABSTRAK ..........................................................................................................vii

ABSTRACT ........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................xi

DAFTAR ISI .......................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv

DAFTAR BAGAN .............................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................7

C. Pertanyaan Penelitian .....................................................................................8

D. Tujuan Penelitian ............................................................................................9

1. Tujuan umum .............................................................................................9

2. Tujuan khusus ............................................................................................9

E. Manfaat Penelitian ..........................................................................................9

F. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................11

A. Anak Usia Sekolah .........................................................................................11

1. Definisi anak usia sekolah .........................................................................11

2. Tugas perkembangan anak usia sekolah ....................................................11

3. Perkembangan anak usia sekolah ..............................................................12

B. Adaptasi/Penyesuaian Anak terhadap Adanya Saudara Kandung .................16

Page 14: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

xiii

C. Sibling Rivalry ...............................................................................................20

1. Definisi sibling rivalry ...............................................................................20

2. Faktor penyebab sibling rivalry .................................................................21

3. Ciri khas sibling rivalry .............................................................................25

4. Dampak sibling rivalry ..............................................................................28

D. Penyesuaian ....................................................................................................30

1. Definisi penyesuaian ................................................................................30

2. Jenis penyesuaian ....................................................................................31

3. Definisi penyesuaian sosial ......................................................................31

4. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial .....................................32

5. Kriteria penyesuaian sosial .......................................................................35

6. Penyesuaian yang Gagal (Maladjustment) ...............................................39

E. Penelitian Terkait ..........................................................................................40

F. Kerangka Teori ...............................................................................................42

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ..........43

A. Kerangka Konsep ...........................................................................................43

B. Hipotesis .........................................................................................................44

C. Definisi Operasional .......................................................................................45

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .......................................................46

A. Desain Penelitian ............................................................................................46

B. Populasi dan Sampel ......................................................................................46

C. Teknik Pengambilan Sampel ..........................................................................49

D. Pengumpulan Data .........................................................................................49

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................................50

F. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................50

G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...............................................55

H. Tahapan Penelitian .........................................................................................58

I. Pengolahan Data .............................................................................................59

J. Analisis Data ..................................................................................................60

K. Etika Penelitian ..............................................................................................63

Page 15: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

xiv

BAB V HASIL PENELITIAN .........................................................................65

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................................................65

B. Karakteristik Responden ................................................................................66

1. Umur ..........................................................................................................66

2. Jenis Kelamin.............................................................................................67

3. Posisi anak .................................................................................................67

4. Jumlah saudara...........................................................................................67

C. Analisis Univariat ...........................................................................................68

1. Sibling rivalry anak usia sekolah ...............................................................68

2. Penyesuaian sosial anak usia sekolah ........................................................69

D. Analisis Bivariat .............................................................................................69

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................71

A. Analisis Univariat ...........................................................................................71

1. Karakteristik responden .............................................................................71

2. Gambaran sibling rivalry di SDN Cireundeu III .......................................74

3. Gambaran penyesuaian sosial di SDN Cireundeu III ................................77

B. Analisis Bivariat .............................................................................................81

C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................83

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................85

A. Kesimpulan .....................................................................................................85

B. Saran ...............................................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

xv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Definisi operasional ..................................................................... 45

2. Tabel 4.1 Distribusi pernyataan kuesioner sibling rivalry ........................... 52

3. Tabel 4.2 Distribusi pernyataan kuesioner penyesuaian sosial .................... 53

4. Tabel 4.3 Skoring jawaban........................................................................... 54

5. Tabel 4.4 Distribusi hasil pernyataan validitas sibling rivalry .................... 56

6. Tabel 4.5 Distribusi hasil validitas dari penyesuaian sosial ........................ 56

7. Tabel 4.6 Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan nilai r ........................ 61

8. Tabel 5.1 Distribusi usia responden ............................................................. 66

9. Tabel 5.2 Distribusi jenis kelamin responden .............................................. 67

10. Tabel 5.3 Distribusi posisi anak dalam keluarga ......................................... 67

11. Tabel 5.4 Distribusi jumlah saudara dalam keluarga ................................... 67

12. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sibling rivalry

anak usia sekolah pada siswa SDN Cireundeu III ......................................68

13. Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan penyesuaian

sosial anak usia sekolah pada siswa SDN Cireundeu III ............................69

14. Tabel 5.7 Hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan

penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III .......................69

Page 17: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

xvi

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 2.1 Diagram Model Adaptasi Roy .............................................. 20

2. Bagan 2.2 Kerangka Teori ..................................................................... 42

3. Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................................. 43

Page 18: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

2. Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

3. Lampiran 3 Hasil Uji Validitas

4. Lampiran 4 R Tabel

5. Lampiran 5 Hasil Penelitian

6. Lampiran 6 Surat Ijin Studi Pendahuluan

7. Lampiran 7 Surat Ijin Uji Validitas

8. Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian

Page 19: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kementerian Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP &

PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset penting bagi sebuah

keluarga dan bangsa yang mempunyai andil besar dalam kemajuan dan

kemakmuran bangsa pada masa yang akan datang. Anak-anak membutuhkan

lingkungan yang baik atau sehat, baik di dalam lingkungan keluarganya

maupun di lingkungan masyarakat (KPP & PA, 2012).

Salah satu katagori anak-anak adalah anak usia sekolah yang berusia 6

sampai 12 tahun (Wong, 2008). World Health Statistics 2012 mencatat jumlah

penduduk dunia saat ini yaitu sebesar 6.860.318.000 jiwa. Dari jumlah

tersebut, 27% merupakan kelompok usia dibawah 15 tahun (WHO, 2012). Di

Indonesia, jumlah penduduk yang berumur 7-12 tahun sebanyak 27,8 juta jiwa

dari seluruh penduduk (Sensus Penduduk, 2010). Anak usia sekolah ditandai

dengan meningkatnya minat terhadap aktivitas kelompok dan tidak puas jika

tidak dengan kelompoknya (Hurlock, 2010). Usia ini juga mengalami

perkembangan emosi diantaranya menyukai persaingan, cemburu atau iri hati

mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain terutama

saudaranya (Hurlock, 2005; Wong, 2008). Usia ini juga disebut sebagai “usia

bertengkar” dimana terjadi banyak pertengkaran antar anak sehingga suasana

rumah menjadi tidak menyenangkan bagi semua keluarga (Hurlock, 2010).

Page 20: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

2

Pertengkaran atau perselisihan antar anak merupakan fenomena yang

sering terjadi dalam keluarga (Hurlock, 2005). Fenomena konflik antar anak ini

biasanya akibat adanya persaingan, kecemburuan, dan kemarahan antar saudara

yang dikenal dengan sibling rivalry (Shaffer, 2009). Sibling rivalry terjadi

karena merasa kehilangan orang tua dan menganggap saudaranya sebagai

saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua serta

sikap orang tua yang suka membandingkan anak (Nurmaningtyas, 2013;

Hurlock, 2005). Sibling rivalry juga terjadi ketika jarak terlalu dekat yaitu 2-4

tahun karena pada jarak tersebut anak sama-sama menuntut mendapatkan

perhatian yang sama (Woolfson, 2005). Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(KPAI) menyebutkan sikap orang tua yang suka membanding-bandingkan anak

yang satu dan yang lain merupakan bentuk kekerasan anak dalam keluarga.

Angka perbandingan anak yang sering dilakukan oleh orang tua yaitu ayah

sebesar 37,3% dan dilakukan oleh ibu sebesar 43,4% (Ihsan, 2013).

Sibling rivalry ditunjukkan melalui beberapa tingkah laku. Tingkah laku

tersebut seperti berperilaku agresif atau resentment (kekesalan, kemarahan,

atau kebencian) terhadap orang tua dan saudaranya, memiliki rasa kompetisi

atau semangat untuk bersaing, serta adanya perasaan iri atau cemburu dengan

mencari perhatian berlebihan (Shaffer, 2009; Hurlock, 2005; Thompson, 2004;

Woolfson, 2005). Ciri khas sibling rivalry dalam Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III (PDGJ III) yaitu menunjukkan bukti adanya

persaingan atau iri hati, onset biasanya terjadi beberapa bulan setelah kelahiran

adik, serta adanya gangguan emosional (Maslim, 2003).

Page 21: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

3

Sibling rivalry ini cenderung meningkat selama usia sekolah (Dunlap,

2004; Berk, 2005). Sibling rivalry terlihat ketika usia 3-5 tahun (prasekolah)

dan akan timbul kembali ketika 8-12 tahun (usia sekolah) (Setiawati &

Zulkaida, 2007). Penelitian Usner dan McNerney (2001) menemukan 55%

mengalami sibling rivalry pada umur antara 10-15 tahun (termasuk usia

sekolah) merupakan kategori tertinggi. Hal ini karena anak mulai beraktivitas

dan berprestasi baik di sekolah atau di luar sekolah dan membuat orang tua

mulai membandingkan anak yang satu dengan yang lain dan ketika anak yang

usianya berdekatan masuk ke dunia sekolah, maka perbandingan orang tua

terhadap anak-anaknya semakin sering dilakukan dan hasilnya anak menjadi

sering bertengkar, saling bermusuhan, dan susah untuk melakukan penyesuaian

sosial (Berk, 2005).

Sibling rivalry sering dianggap hal yang biasa yang tidak perlu

dikhawatirkan, padahal adanya sibling rivalry banyak menimbulkan dampak

negatif yang akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya (Thompson,

2004). Dampak negatif tersebut seperti merusak kualitas persaudaraan dan

menyebabkan perilaku agresif anak terutama terhadap saudaranya di rumah

(Havnes, 2010; Hardy et al, 2010) serta anak akan berperilaku agresif di mana

saja, seperti di sekolah (Patterson dalam Volling & Blandon, 2003). Sibling

rivalry akan membahayakan anak, membuat anak menjadi rendah diri, cedera

pada saudaranya, memaki dan menganggap saudaranya sebagai lawan

(Gichara, 2006). Penelitian Ensi dan Winarianti (2009) menemukan sekitar

89,9% kakak yang mengalami sibling rivalry menyebabkan cedera pada

adiknya. Survey yang juga dilakukan oleh Finkelhor et al, 2005 (dalam Hardy

Page 22: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

4

et al, 2010) menyebutkan bahwa lebih dari 2000 anak antara umur 2 sampai 17

tahun menemukan hampir 30% kekerasan fisik dilakukan oleh saudara

kandungnya sendiri. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga

menyebutkan angka kekerasan anak yang dilakukan oleh saudara kandungnya

sendiri yaitu sebesar 26,2% (Ihsan, 2013).

Sibling rivalry juga menimbulkan dampak negatif terhadap penyesuaian

anak. Hal ini karena sibling rivalry mempengaruhi semua hubungan antar

anggota keluarga dan bahkan hubungan yang buruk ini sering menjadi pola

hubungan sosial yang akan dibawa anak ke luar rumah untuk diterapkan dalam

hubungannya dengan teman sebaya (Hurlock, 2006). Hubungan tidak harmonis

antar saudara kandung khususnya masa usia sekolah akan mengalami kesulitan

melakukan penyesuaian sosial seperti hubungan yang buruk dengan teman

sebaya, perilaku antisosial, kesulitan belajar, dan menunjukkan tanda

psikopatologi seperti cemas, depresi, dan ketakutan (Bank, Patterson, & Reid,

1996 dalam Pope 2006; Hakvoort et al, 2010). Penelitian Yuliati (2007)

menemukan sekitar 65,5% terjadi perilaku sibling rivalry pada anak usia

prasekolah di TK Mrangen I Srumbung Magelang berperilaku mendorong dan

memukul temannya.

Penelitian Deater-Deckard, Dunn, dan Lussier (2002) juga menyebutkan

bahwa hubungan antar saudara kandung yang buruk berhubungan dengan

kegagalan menyesuaikan diri anak (child maladjustment). Sunarto dan Hartono

(2008) menambahkan bahwa hubungan saudara yang penuh permusuhan,

perselisihan, rasa iri, kebencian dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan

dalam penyesuaian sosial.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

5

Kemampuan penyesuaian sosial ini penting dimiliki oleh setiap individu.

Hal tersebut karena seiring bertambahnya usia, seseorang dituntut untuk

mengembangkan kemampuan dalam melakukan penyesuaian sosial termasuk

anak usia sekolah. Hurlock (2005) menyebutkan bahwa fokus utama usia ini

adalah sosialisasi karenanya disebut usia berkelompok. Pada usia ini anak

mengalami dorongan untuk keluar dari rumah dan berinteraksi dengan

kelompok sebaya (Santrock, 2007). Anak usia ini berinteraksi sosial dengan

kelompoknya sebesar lebih dari 40% daripada masa awal kanak-kanak yang

hanya sekitar 10-20% (Santrock, 2007).

Anak usia sekolah tidak selamanya berhasil melakukan penyesuaian

sosial, adakalanya individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial

sehingga individu melakukan penyesuaian sosial yang salah seperti kenakalan

yang terjadi pada anak (Sunarto & Hartono, 2008). Jumlah kenakalan anak

yang merupakan bentuk permasalahan sosial di Indonesia cukup besar, Badan

Pusat Statistik mencatat kenakalan anak pada tahun 2002 sebanyak 193.115

kasus, namun seperti fenomena gunung es, diduga angka kenakalan dan

permasalahan sosial lainnya sebenarnya 10 kali lipat (Tambunan, 2003 dalam

Mukhtar & Hadjam, 2006). Selain itu, banyak kasus-kasus yang diberitakan di

media bahwa kenakalan anak sekolah dasar seperti berani dengan orang tua,

menganggu temannya, menyakiti temannya, sering berkelahi, dan lain

sebagainya (www.sekolahdasar.net, 2012). Selain itu, fenomena yang

ditemukan di SDN Cireundeu III menyimpulkan bahwa siswa kurang memiliki

keterampilan dalam berhubungan sosial dengan orang lain seperti sering

bertengkar dengan temannya, sering mengganggu temannya, suka melanggar

Page 24: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

6

aturan sekolah seperti sering membolos saat sekolah. Hal ini mengindikasikan

adanya masalah penyesuaian sosial pada siswa sekolah dasar.

Kondisi diatas menuntut anak usia sekolah untuk mampu melakukan

penyesuaian sosial dengan baik. Hal ini karena jika dapat dikuasai dengan baik

akan memberikan kebahagiaan dan keberhasilan dalam perkembangan

selanjutnya (Hurlock, 2005). Selain itu, jika dapat melakukan penyesuaian

sosial yang baik, individu akan memenuhi harapan sosial, tidak menunjukkan

ketegangan emosional, tidak ada frustrasi, mampu belajar, menghargai

pengalaman, bersikap realistik dan objektif serta dapat menghindari dan

mengatasi tekanan negatif atau egosentrisme orang lain (Sunarto & Hartono,

2008; Huang, 2007). Sebaliknya, jika kurang dapat melakukan penyesuaian

sosial akan menunjukkan tingkah laku yang serba salah, tkurang mampu

belajar, idak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, dan agresif (Sunarto

& Hartono, 2008). Hurlock (2005) juga menyampaikan bahwa

ketidakberhasilan melakukan penyesuaian sosial akan menyebabkan individu

menjadi egosentris, introvert, tidak sosial bahkan antisosial dan kebahagiaan

masa dewasanya akan terganggu.

Untuk mengatasi hal tersebut, perawat sebagai edukator sekaligus

konselor dapat memberikan edukasi kepada orang tua tentang sibling rivalry

pada anak. Hal ini karena orang tua kunci yang mempengaruhi sibling rivalry,

namun orang tua pula yang dapat memperkecil terjadinya sibling rivalry

(Setiawati & Zulkaidah, 2007). Perawat juga memiliki peran dalam

perkembangan anak usia sekolah seperti membantu keluarga dalam

meningkatkan kompetensi sosial anak (Wong, 2008). Perawat juga memiliki

Page 25: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

7

peran yang lebih luas di sekolah terkait pengkajian fisik, psikomedis, masalah

perilaku anak, masalah gangguan belajar, dan asuhan kesejahteraan anak

lainnya (Wong, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di bulan Maret 2013 pada

beberapa ibu, mereka mengeluh anak-anak mereka sering memiliki rasa iri hati

satu sama lain. Berdasarkan hasil wawancara singkat pada 10 siswa di SDN

Cireundeu III didapatkan 8 siswa atau sekitar 80% memiliki ciri-ciri sibling

rivalry yaitu sering bertengkar, iri dan kesal dengan saudara kandungnya

bahkan rasa kesalnya sering terbawa di sekolah. Sedangkan kemampuan

penyesuaian sosial 8 siswa yang mengalami sibling rivalry adalah 4 (50%)

diantaranya memiliki masalah dalam penyesuaian sosial seperti suka pilih-pilih

teman, lebih tertutup dengan temannya, sering bertengkar dengan teman di

sekolah. Ini artinya tidak semua yang mengalami sibling rivalry mengalami

kesulitan melakukan penyesuaian sosial.

Penelitian sibling rivalry ini telah banyak dilakukan namun penelitian

tentang sibling rivalry dan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah

belum ditemukan di Indonesia sehingga peneliti tertarik ingin membuktikan

ada tidaknya hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian

sosial anak usia sekolah di sekolah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Sibling rivalry merupakan kemarahan, kempetisi, dan perasaan iri antar

saudara kandung yang meningkat selama usia sekolah (Shaffer, 2009; Dunlap,

2004; Berk, 2005). Sibling rivalry ini menimbulkan dampak negatif seperti

mencederai saudaranya, perilaku agresif dan masalah dalam penyesuaian

Page 26: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

8

sosial. Anak usia sekolah dituntut untuk mampu bersosial, tahap ini anak juga

pertama kali masuk ke dunia sekolah dan berinteraksi dengan orang lain.

Penelitian Bank, Patterson, & Reid (1996 dalam Pope, 2006) menyebutkan

bahwa konflik antar saudara kandung pada masa usia sekolah merupakan salah

satu penyebab kesulitan melakukan penyesuaian sosial. Kesulitan melakukan

penyesuaian sosial ini menyebabkan anak bertingkah laku yang serba salah,

kurang mampu belajar, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, dan

agresif (Sunarto & Hartono, 2008). Fenomena yang ditemukan di SDN

Cireundeu III menyimpulkan bahwa siswa kurang memiliki keterampilan

dalam berhubungan sosial. Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan

Maret 2013 pada 10 siswa di SDN Cireundeu III didapatkan 8 siswa atau

sekitar 80% memiliki ciri-ciri sibling rivalry dan 4 orang diantaranya memiliki

masalah dalam penyesuaian sosial. Ini artinya masih ada yang melakukan

penyesuaian sosial dengan baik walaupun mengalami sibling rivalry. Hal ini

membuat peneliti tertarik untuk membuktikan secara signifikan ada tidaknya

hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak

usia sekolah di SDN Cireundeu III.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, posisi

anak, dan jumlah saudara) anak usia sekolah di SDN Cireundeu III?

2. Bagaimana gambaran sibling rivalry pada anak usia sekolah di SDN

Cireundeu III?

3. Bagaimana gambaran penyesuaian sosial pada anak usia sekolah di SDN

Cireundeu III?

Page 27: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

9

4. Apakah ada hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan

penyesuaian sosial anak di SDN Cireundeu III?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahuinya hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan

penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin,

posisi anak, dan jumlah saudara) anak usia sekolah di SDN Cireundeu III

b. Diketahuinya gambaran sibling rivalry pada anak usia sekolah di SDN

Cireundeu III.

c. Diketahuinya gambaran penyesuaian sosial pada anak usia sekolah di

SDN Cireundeu III.

d. Diketahuinya hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan

penyesuaian sosial anak di SDN Cireundeu III.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Insitusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan serta dapat

mengembangkan instrumen-insrumen terkait kesehatan mental dan sosial,

khususnya tentang sibling rivalry dan hubungannya dengan kemampuan

penyesuaian sosial anak usia sekolah.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

10

2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan pertimbangan di

bidang pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan lainnya untuk

mensosialisasikan pentingnya pengawasan pada setiap anak dalam keluarga

agar meminimalisasi dan mengatasi sibling rivalry karena akan

mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya salah satunya penyesuaian

sosial anak di lingkungannya.

3. Bagi SDN Cireundeu III

Memberikan informasi kepada sekolah dan menjadi masukan sekolah

untuk memotivasi, mengawasi tingkah laku anak serta membantu anak

dalam meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial anak seperti

memberikan layanan bimbingan konseling di sekolah.

4. Bagi Orang Tua

Menjadi masukan serta menambah pengetahuan dan sikap ibu tentang

sibling rivalry, sehingga dapat meminimalisasi atau mengantisipasi

terjadinya sibling rivalry serta menjadi masukan untuk membantu anak

dalam melakukan penyesuaian sosial dengan baik.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross-sectional

(potong lintang). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara

sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah.

Penelitian ini dilakanakan di SDN Cireundeu III pada orang tua yang memiliki

anak usia sekolah yang memiliki adik kandung yang tinggal serumah.

Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Usia Sekolah

1. Definisi

Masa usia sekolah disebut juga periode usia pertengahan (middle

childhood) yaitu ketika anak usia 6 sampai mendekati 12 tahun

(Hockenberry & Wilson, 2007). Masa anak-anak berumur 6 sampai 11

tahun kadang-kadang disebut juga masa sekolah dasar (Santrock, 2004).

Wong (2008) juga menyampaikan bahwa anak usia sekolah adalah anak

pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa usia

sekolah yaitu anak yang berusia 6 tahun sampai usia 12 tahun.

2. Tugas perkembangan

Pada setiap tahap kehidupan tentunya memiliki tugas perkembangan

yang hendaknya dilalui oleh setiap individu sesuai periode tertentu. Hurlock

(2010) menyebutkan bahwa tugas perkembangan yang hendaknya dijalani

pada periode ini, antara lain:

a. Anak mampu mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk

permainan-permainan yang umum

b. Membangun sifat yang sehat sebagai diri sendiri yang sedang tumbuh

dan berkembang.

c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya.

d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

12

e. Menggunakan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan

berhitung.

f. Mengembangkan hati nurani, pengertian, moral, dan tingkatan nilai.

g. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.

h. Mencapai kebebasan pribadi.

3. Perkembangan Anak Usia Sekolah

a. Perkembangan Biologis atau Fisik

Anak usia sekolah mengalami pertumbuhan rata-rata 5 cm per

tahun untuk tinggi badan dan meningkat 2-3 kg per tahun untuk berat

badan. Pada usia ini juga anak laki-laki dan perempuan memiliki

perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi,

anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan

jaringan lemak lebih cepat perkembangannya daripada otot (Suprajitno,

2003).

b. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial menurut Freud (dalam Hockenberry &

Wilson, 2007) pada anak usia sekolah atau periode pertengahan ini

disebut juga periode laten yaitu waktu tenang antara fase Odipus pada

masa anak-anak awal (early childhood) dan erotisme pada masa remaja

(adolescence). Pada masa ini anak-anak membina hubungan dengan

teman sebaya sesama jenis dan didahului ketertarikan pada laki-laki atau

perempuan ketika masa pubertas (Hockenberry & Wilson, 2007).

Perkembangan psikososial menurut Erikson (dalam Hockenberry

& Wilson, 2007) masa ini disebut juga fase industry/productivity vs

Page 31: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

13

inferiority. Pada masa ini anak-anak sudah mulai berkeinginan

menghasilkan sesuatu dari sesuatu yang mereka lakukan, terutama

kegiatan-kegiatan di sekolah. Selain itu, anak-anak mulai belajar terkait

tugas perkembangan dan menyiapkan diri dalam perannya di

masyarakat. Keinginan ini membuat anak senang mengekpolrasi diri

untuk menemukan hal baru sehingga memotivasi mereka untuk berkarya

(Hockenberry & Wilson, 2007). Kegagalan pada fase ini akan membuat

anak menjadi rendah diri (inferioritas) dan merasa tidak berguna.

Keberhasilan pada masa ini akan membuat anak menjadi percaya diri

terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya, mandiri, berinisiatif,

merupakan persiapan anak untuk masuk ke dunia sosial yang lebih luas

(Nihayah, Suralaga, & Idriyani, 2006).

c. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial berarti perolehan berperilaku yang sesuai

dengan tuntutan sosial melalui proses sosialisasi (Hurlock, 2005).

Kemampuan sosialisasi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan

anak usia sekolah terutama dengan teman sebaya (Hockenberry &

Wilson, 2007).

Kemampuan bersosialisasi diperoleh melalui tiga proses, yaitu

belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial dengan mengikuti

serta menyesuaikan diri dengan standar perilaku yang sudah ada dalam

kelompok, memainkan peran sosial yang dapat diterima dengan

mematuhi pola perilaku dalam kelompok, dan perkembangan sikap

sosial dengan bermasyarakat atau bergaul dengan baik dengan menyukai

Page 32: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

14

orang dan aktivitas sosial sehingga berhasil mencapai penyesuaian sosial

yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok (Hurlock, 2005).

Perkembangan sosial anak usia sekolah meliputi:

i. Hubungan sosial dan kerja sama.

Periode ini anak pertama kalinya bergabung dalam aktivitas

kelompok sehingga anak belajar menghargai perbedaan yang ada

dalam anggota kelompok dan bertambah sensitif terhadap norma

sosial ataupun tekanan dari anggota kelompok dan mulai membentuk

kelompok-kelompok formal atau klub (Hockenberry & Wilson,

2007). Yusuf (2012) juga menyampaikan bahwa anak usia ini mulai

memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri, bekerja sama, mau

memperhatikan kepentingan orang lain, bertambah keinginan untuk

diterima menjadi anggota kelompok dan merasa tidak senang bila

tidak diterima dikelompoknya serta mampu menyesuaikan diri

dengan teman sebaya maupun lingkungan masyarakat sekitar.

ii. Hubungan dengan keluarga

Walaupun kelompok teman sebaya berpengaruh dan penting

untuk perkembangan normal anak, keluarga memberikan pengaruh

utama dalam pembentukan perilaku, kepribadian, dan menetapkan

sistem nilai (Hockenberry & Wilson, 2007).

iii. Bermain

Ketika memasuki memasuki sekolah anak-anak mulai tertarik

pada permainan kelompok serta mulai memilih teman bermain dan

sebagian besar anak-anak memilih teman yang berjenis kelamin,

Page 33: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

15

ukuran tubuh, usia, kematangan sosial, dan minat yang sama dengan

mereka (Hurlock, 2005). Pada permainan anak diharapkan patuh

terhadap peraturan dan ritual, terlibat dalam permainan tim, mampu

bermain dengan permainan dan aktivitas yang tenang, serta mampu

menguasai ego (Hockenberry & Wilson, 2007).

d. Perkembangan Kognitif

Pada tahap ini, perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget

(dalam Suprajitno, 2003) berada di tahap operasioanal kongkret, yaitu

anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol.

Selama periode ini kemampuan anak belajar konseptual mulai

meningkat dengan pesat dan memiliki kemampuan belajar dari benda,

situasi, dan pengalaman yang dijumpainya. Kemampuan ini seperti

kemampuan konservasi yaitu menyukai sesuatu secara konkret bukan

magis, klasifikasi yaitu mulai belajar mengelompokkan, menyusun, dan

mengurutkan, dan kombinasi yaitu mencoba menghubungkan angka dan

huruf sesuai keinginannya yang dihubungkan dengan pengalaman yang

diperoleh sebelumnya.

e. Perkembangan Moral

Pada tahap ini, perkembangan moral menurut Kohlberg

dikatagorikan dalam tahap konvensional. Di masa ini, anak mulai belajar

tentang peraturan yang berlaku, menerima peraturan, dan merasa

bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah diterimanya

(Suprajitno, 2003).

Page 34: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

16

f. Perkembangan Spiritual

Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah nyata

daripada belajar tentang ketuhanan. Mereka mulai mengerti terhadap

surga dan neraka sehingga cenderung melakukan sesuatu sesuai aturan

karena takut masuk neraka. Pada masa ini anak masih sulit mengerti

tentang simbol-simbol supranatural sehingga konsep religius harus

disajikan secara nyata (Suprajitno, 2003).

g. Perkembangan Emosional

Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi

yang baru lahir (Hurlock, 2005). Ketika usia sekolah, anak mulai

menyadari bahwa penggunaan emosi secara kasar tidak diterima di

masyarakat (Yusuf, 2012). Emosi yang secara umum dialami anak usia

sekolah adalah takut, marah, kasih sayang, cemburu atau sering iri hati

mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain terutama

saudaranya, rasa ingin tahu, kegembiraan (Hurlock, 2005). Selain itu,

anak pada masa ini menyukai persaingan (Wong, 2008). Perasaan

cemburu, iri hati rasa persaingan antar saudara kandung disebut juga

dengan sibling rivalry (Woolfson, 2005).

B. Adaptasi/Penyesuaian Anak terhadap Adanya Saudara Kandung

Penyesuaian diri juga diartikan sebagai usaha atau perilaku yang

tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan (Heerdjan, 1987 dalam Sunaryo,

2002). Adaptasi merupakan kemampuan mempertahankan fungsi optimal yang

melibatkan refleks, mekanisme perlindungan terhadap yang mengarah pada

penyesuaian dan penguasaan situasi (Selye, 1976 dalam Potter & Perry, 2005).

Page 35: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

17

Teori tentang adaptasi ini dikembangkan oleh Sister Calista Roy yang

dikenal dengan model adaptasi dalam keperawatan pertama kali tahun 1964.

Asumsi-asumsi dasar yang dianut dalam model adaptasi menurut Roy (Asmadi,

2005), antara lain:

1. Individu adalah mahluk bio-psiko-sosial yang merupakan kesatuan yang

utuh.

2. Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun

negatif, untuk dapat beradaptasi. Kemampuan adaptasi dipengaruhi oleh tiga

komponen, yaitu penyebab utama perubahan kondisi dan situasi, keyakinan,

dan pengalaman dalam beradaptasi.

3. Setiap individu berespons terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan

konsep diri positif, kemandirian, serta kemampuan melakukan peran secara

optimal guna memelihara integritas diri. Kebutuhan fisiologis, menurut Roy,

meliputi oksigenasi dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit,

makanan, tidur dan istirahat, pengaturan suhu dan hormon, dan fungsi

tambahan. Kebutuhan konsep diri yang positif berfokus pada persepsi diri

yang meliputi kepribadian, normal, etika, dan keyakinan seseorang.

Kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan dan kemampuan melakukan

interaksi sosial, termasuk kebutuhan akan dukungan orang lain. Peran dan

fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku individu dalam menjalankan

peran dan fungsi yang diembannya.

4. Individu selalu berada dalam rentang sehat-sakit yang berhubungan erat

dengan kefektifan koping guna mempertahankan kemampuan adaptasi.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

18

Respon atau perilaku adaptasi seseorang terhadap perubahan

kemunduruan, menurut teori adaptasi Roy, bergantung pada stimulus yang

masuk dan tingkat kemampuan adaptasi orang. Tingkat atau kemampuan

adaptasi seseorang ditentukan oleh tiga hal, yaitu masukan (input), proses

(kontrol dan efektor) dan keluaran (output) (Nursalam, 2008).

Ada tiga komponen input, yaitu stimulus fokal (stimulus yang langsung

berhadapan dengan individu), stimulus kontekstual (stimulus yang diterima

individu baik internal atau eksternal seperti lingkungan, keluarga, teman,

masyarakat, petugas kesehatan yang mempengaruhi stimulus fokal dan dapat

diobservasi), dan stimulus residual (ciri-ciri tambahan dan relevan dengan

situasi yang ada, namun sukar untuk diobservasi seperti keyakinan, sikap dan

sifat individu yang berkembang) (Asmadi, 2005; Nursalam, 2008). Perubahan

yang terjadi pada anak yaitu adanya saudara kandung (sibling) yang menjadi

stresor normal yang menuntut anak untuk mampu beradaptasi terhadap

perubahan baru dalam hidupnya. Selain itu, sikap orang tua yang suka

membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lain juga merupakan

stimulus/stressor yang dialami anak dalam keluarga yang dapat menimbulkan

ketegangan dalam keluarga (Hurlock, 2006).

Proses dalam tingkatan adaptasi merupakan suatu cara untuk

mengahadapi suatu perubahan atau stressor yang terjadi dalam individu

(Nursalam, 2008). Kemampuan adaptasi adalah mekanisme kontrol atau

koping regulator dan kognator (Asmadi, 2005). Empat efektor atau model

adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan ketergantungan

(interdependen) (Nusalam, 2008). Anak usia sekolah yang memiliki saudara

Page 37: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

19

kandung sering terjadi persaingan misalnya anak yang lebih besar sering iri

karena perhatian yang diberikan pada saudara kandung yang lebih kecil (Potter

& Perry, 2005). Hal ini mengakibatkan perasaan cemburu terhadap saudara

kandung tersebut (Anderson, 20060.

Aspek terakhir pada teori Adaptasi Roy adalah output. Output dari

sistem adaptasi adalah perilaku yang dapat diamati, diukur, atau dikemukakan

secara subjektif. Output ini berupa respons adaptif ataupun maladaptif

(Asmadi, 2005). Anak yang dapat beradaptasi secara adaptif dengan adanya

saudara kandung meliputi meningkatnya kemandirian, meningkatnya prestasi,

saling menyayangi antar saudara kandung, mampu bertanggung jawab yang

mengarah ke konsep diri yang positif (Anderson, 2006; Gunarsa, 2004).

Sedangkan respon yang maladaptif pada anak yang memiliki saudara kandung

dalam keluarga ini ditunjukkan dengan mencederai saudaranya, kesulitan

melakukan penyesuaian sosial baik dirumah maupun diluar rumah, perilaku

agresif di luar rumah dan lain-lain (Gichara, 2006; Gunarsa, 2004, Havnes,

2010).

Keperawatan adalah bentuk pelayanan berupa pemenuhan kebutuhan

dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang

mengalami gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat

kesehatan yang optimal (Nursalam, 2008).

Page 38: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

20

Bagan 2.1 Diagram Model Adaptasi Roy

Sumber: Nursalam, 2008

C. Sibling Rivalry

1. Definisi sibling rivalry

Menurut Kamus Dorland (2012) menyatakan “sibling adalah salah

satu atau lebih dari dua anak dari orang tua yang sama baik saudara laki-laki

atau perempuan; rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme dan Sibling

rivalry adalah kompetisi antar saudara kandung untuk mendapatkan cinta,

kasih sayang atau perhatian salah satu atau kedua orang tuanya dan untuk

mendapatkan pengakuan atau keuntungan lainnya”. Sibling rivalry

merupakan kompetisi/persaingan, kecemburuan serta kemarahan antar

saudara yang sering dimulai saat saudara laki-laki atau perempuan lahir dan

terjadi antara dua atau lebih saudara kandung (Shaffer, 2009).

Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sibling rivalry

adalah persaingan antar saudara kandung yang biasanya diakibatkan oleh

ketakutan kehilangan kasih sayang orang tua atau perasaan cemburu karena

Page 39: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

21

kasih sayang orang tua terbagi ke anak yang lain dan respon yang

ditunjukkan dengan kemarahan, kompetisi, dan persaingan.

2. Faktor penyebab sibling rivalry

Sibling rivalry biasa terjadi pada masa kanak-kanak dan muncul

ketika selisih usia saudara kandung terlalu dekat dan memiliki dua atau

lebih saudara kandung. Sibling rivalry juga akan terlihat ketika usia 3-5

tahun (prasekolah) dan akan timbul kembali ketika 8–12 tahun (usia

sekolah), (Setiawati & Zulkaida, 2007). Sibling rivalry meningkat pada anak

prasekolah dikarenakan pada masa ini anak cenderung mengalami

kecemburuan yang besar apabila orang tua memberikan perhatian yang

berbeda dengan saudaranya karena pada masa ini egosentrisme anak sangat

tinggi (Woolfson, 2005). Sibling rivalry meningkat pada usia sekolah karena

anak mulai beraktivitas dan berprestasi baik di sekolah atau di luar sekolah.

Adanya aktivitas dan prestasi tersebut, orang tua mulai membandingkan

anak yang satu dengan yang lain dan ketika anak yang usianya berdekatan

masuk ke dunia sekolah, maka perbandingan orang tua terhadap anak-

anaknya semakin sering dilakukan dan hasilnya anak menjadi sering

bertengkar, saling bermusuhan, dan susah untuk melakukan penyesuaian

sosial (Berk, 2005).

Hurlock (2006) menyebutkan bahwa sibling rivalry disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain:

a. Sikap orang tua

Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh keinginan atau

harapan orang tua terhadap anaknya. Sebagai contoh, bila salah satu anak

Page 40: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

22

memenuhi harapan orang tua dari pada anak yang lain yang

menyebabkan orang tua menjadi lebih sayang terhadap anak tersebut. Hal

inilah yang akan menimbulkan rasa persaingan, kecemburuan, serta

kemarahan anak terhadap orang tua dan saudaranya. Hal tersebut tidak

jarang menyebabkan anak mengganggap bahwa orang tua pilih kasih dan

mereka membenci saudara mereka. Sikap demikian yang menumbuhkan

rasa iri hati dan permusuhan yang akan mempengaruhi hubungan saudara

kandung dan keluarga (Hurlock, 2006). Penelitian Listiani (2010)

melaporkan bahwa faktor sikap, urutan kelahiran, jenis kelamin,

perbedaan usia, jumlah saudara kandung anak, hubungan anak dengan

saudara kandungnya, pola asuh orang tua, dan adanya anak emas diantara

anak mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya sibling

rivalry pada anak usia sekolah di RW 9 Kelurahan Jomblang Kota

Semarang.

b. Urutan posisi

Semua keluarga, kecuali keluarga dengan satu anak, semua anak

memberi peran menurut urutan kelahirannya dan mereka diharapkan

memerankan peran tersebut. Jika semua menyukai peran yang diberikan,

maka kemungkinan terjadi perselisihan akan kecil. Sebaliknya, jika anak

tidak menyukai peran yang diberikan, maka kemungkinan terjadi

perselisihan besar sekali (Hurlock, 2006). Anak yang lebih kecil kadang

mengidolakan saudara kandung yang lebih besar dan akhirnya sering

terjadi persaingan. Sedangkan anak yang lebih besar sering iri karena

Page 41: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

23

perhatian yang diberikan pada saudara kandung yang lebih kecil (Potter

& Perry, 2005).

Anak pertama/sulung biasanya menunjukkan sikap bertanggung

jawab, asertif, perfeksionis, serta memegang otoritas. Anak sulung bisa

menunjukkan kebencian terhadap saudaranya karena perhatian orang tua

terbagi (Franz, 2006). Pada anak tengah biasanya menunjukkan perasaan

rendah diri terhadap saudara kandung yang lebih tua karena menganggap

tidak memiliki kemampuan seperti saudara mereka. Namun, hal tersebut

juga membuat mereka menjadi sangat kompetitif terhadap saudara

mereka yang mendorong mereka berinovasi, melakukan hal yang berbeda

dari saudaranya yang lebih tua (Franz, 2006). Hal ini menunjukkan

bahwa baik posisi anak pertama maupun tengah memiliki potensi untuk

mengalami sibling rivalry.

c. Jenis kelamin

Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap

saudara laki-laki dan perempuannya. Anderson (2006) menyatakan jenis

kelamin yang sama lebih sering menimbulkan reaksi sibling rivalry

dibanding jenis kelamin yang berbeda. Hal tersebut disebabkan jenis

kelamin yang sama pada saudara sekandung dapat menjadi pemicu

terjadinya iri akibat dari kebutuhan dan karakteristik yang sama pula.

Namun, sibling rivalry juga terjadi pada jenis kelamin yang berbeda,

karena adanya perbedaan tugas dan tanggung jawab yang berbeda antara

laki-laki dan perempuan dapat membuat anak merasa dibedakan dan

menyebabkan timbulnya kecemburuan antar sibling (Priatna & Yulia,

Page 42: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

24

2006 dalam Setiawati & Zulkaida, 2007). Howe et al (2002) dalam

Havnes (2010) melaporkan bahwa saudara perempuan lebih penurut

dibandingkan laki-laki, selain itu kemampuan sosialisasi anak laki-laki

lebih sering mengalami masalah dibanding anak perempuan.

d. Perbedaan usia

Perbedaan mempengaruhi cara mereka bereaksi terhadap

saudaranya satu sama lain. Bila perbedaan usia itu besar, hubungan akan

lebih ramah, saling mengasihi daripada bila usia mereka berdekatan. Bila

usia berdekatan, orang tua cenderung memberikan perhatian yang sama

terhadap anaknya. Tetapi orang tua cenderung mengharapkan anak yang

lebih tua menjadi model yang baik. Sebaliknya, yang lebih muda

diharapkan dapat meniru yang lebih tua. Hal inilah yang menyebabkan

buruknya hubungan antar saudara (Hurlock, 2006). Jarak lahir antara 2

sampai 4 tahun merupakan insidensi tertinggi pada kakak-beradik

terhadap terjadinya sibling rivalry (Woolfson, 2005). Hal ini karena pada

jarak tersebut pemahaman anak sudah meningkat sehingga anak

cenderung terganggu bila salah satu anak mendapatan perhatian yang

berbeda (Woolfson, 2005).

e. Jumlah saudara

Jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan

yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar. Hal

ini dikarenakan, bila ada anak dua atau tiga anak dalam keluarga, mereka

lebih sering bersama jika jumlahnya besar dan orang tua mengharapkan

mereka bermain dan melakukan berbagai hal bersama sehingga

Page 43: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

25

perselisihan sandara kandung berkurang. Apabila keluarga dengan

banyak anak, disiplin orang tua cenderung otoriter, permusuhan dan

sikap antagonisme antar anak cenderung terbuka, sehingga tercipta

suasana yang diwarnai perselisihan (Hurlock, 2006).

Priyatna dan Yulia (2006) dalam Setiawati & Zulkaida, 2007 juga

menyebutkan sibling rivalry disebabkan oleh:

a. Faktor internal: merupakan faktor yang ada dan berkembang pada anak,

contohnya temperamental, sikap mencari perhatian dan kasih sayang

orang tua, perbedaan umur dan jenis kelamin, dan adanya keinginan kuat

anak untuk mengalahkan saudaranya.

f. Faktor eksternal: faktor luar yang disebabkan oleh karena orang tua

kurang tepat dalam mendidik anak-anaknya, seperti sikap membanding-

bandingkan, hanya memperhatikan satu anak dan/atau anak emas

diantara anak yang lain.

3. Ciri khas sibling rivalry

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III

(PDGJ III) menyebutkan ciri khas dari sibling rivalry ini mencakup

gabungan dari:

b. Bukti adanya rasa persaingan dan/atau iri hati terhadap saudara;

c. Onset selama beberapa bulan setelah kelahiran adik (terutama adik

langsung);

d. Gangguan emosional melampaui taraf normal dan/atau berkelanjutan dan

berhubungan dengan masalah psikososial (Maslim, 2003).

Page 44: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

26

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III

(PDGJ III) juga menyebutkan bahwa rasa persaingan/iri hati antar saudara

mungkin ditandai oleh upaya bersaing yang nyata antar saudara untuk

merebut perhatian atau cinta orang tuanya dan perasaan negatif yang

berlebihan. Dalam kasus yang berat persaingan mungkin disertai oleh rasa

permusuhan yang terbuka, trauma fisik dan/atau sikap jahat dan upaya

menjatuhkan saudaranya. Sedangkan pada kasus yang ringan persaingan/iri

hati itu dapat terlihat dari keengganan berbagi, kurangnya pandangan

positif, dan langkanya interaksi yang ramah (Maslim, 2003).

Tiga reaksi sibling rivalry yang dikemukakan oleh Shaffer (2009)

yaitu:

a. Berperilaku agresif atau resentment (kekesalan, kemarahan, atau

kebencian).

Perasaan kesal dan marah akibat perlakuan yang berbeda dari

orang tua dilampiaskan kepada saudaranya (adik/kakak). Hurlock

(2005) juga menyampaikan bahwa kecemburuan terhadap saudara

kandung dapat ditunjukkan melalui perilaku agresif tersebut seperti

memukul, mencakar, melukai, dan berusaha mengalahkan saingannya

(saudaranya), melempar barang, menyerang orang tua dan sebagainya.

b. Kompetisi atau semangat untuk bersaing (tidak suka mengalah),

Persaingan saudara ini mengakibatkan salah satu atau antar

saudara kandung berusaha menang dari saudaranya atau tidak suka

mengalah dari saudaranya. Anak-anak bersaing dan menganggap

kelebihan mereka sebagai cara untuk mendapatkan perhatian.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

27

Contohnya salah satu saudara menertawakan prestasi saudaranya yang

lebih buruk darinya atau prestasi dia lebih baik dari adiknya (Woolfson,

2003).

c. Perasaan iri atau cemburu dengan mencari perhatian

Rasa cemburu muncul jika anak merasa kesal karena salah satu

anak kepada orang tuanya yang memperlakukan anak berbeda satu

sama lain (Dweck, 2003; Parrott & Smith, 1993 dalam Thompson,

2004). Biasanya ditunjukkan dengan mencari perhatian secara

berlebihan seperti salah satu anak menyakiti dirinya sendiri saat melihat

orang tua memuji saudaranya agar orang tua mengalihkan perhatian

padanya (Woolfson, 2005). Anak juga menunjukkan dengan sikap

sebaliknya yaitu anak menjadi penurut dan patuh hal ini dilakukan

untuk memperebutkan perhatian orang tua. Orang tua sering

mendambakan anak yang baik, patuh, dan pintar (Fahmi, 2008).

Ketiga aspek sibling rivalry tersebut juga dijadikan oleh Yati (2008)

sebagai acuan untuk membut kuesioner sibling rivalry yang dilakukan untuk

penelitiannya yang berjudul “Hubungan Sibling Rivalry dengan Motivasi

Berprestasi pada Anak Kembar” pada anak pra remaja umur 11 tahun

sampai 22 tahun dan penelitian Nuswantari (2011) tentang “Hubungan

antara Sibling Rivalry dengan Perilaku Asertif Pada Remaja” pada 207

siswa kelas VII SMP Negeri 2 Nganjuk yang berusia 12-15 tahun. Selain

itu, Wardani (2007) juga menjadikan tiga reaksi sibling rivalry tersebut dan

menambahkan satu aspek lagi yaitu anak menjadi penurut dan patuh pada

penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Penerimaan Orang Tua

Page 46: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

28

dengan Sibling Rivalry pada Anak yang Memiliki Saudara Kandung

Penderita Autis” pada anak usia sekolah.

Sibling rivalry dibagi menjadi sibling rivalry tinggi dan rendah.

Penelitian Nuswantari (2011) juga menyebutkan bahwa sibling rivalry

dikatakan rendah ketika kadar kompetisi atau persaingan, perasaan

cemburu, dan resentment rendah atau jarang terjadi. Sedangkan sibling

rivalry dikatakan tinggi ketika kompetisi atau persaingan, perasaan

cemburu, dan resentment tinggi atau sering terjadi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

sibling rivalry, yaitu:

a. Berperilaku agresif atau resentment terhadap saudara kandung dan

orang tua

b. Memiliki rasa kompetisi atau semangat bersaing (tidak suka mengalah)

c. Memiliki perasaan iri atau cemburu terhadap saudaranya dengan

mencari perhatian.

4. Dampak sibling rivalry

Sibling rivalry menimbulkan akibat atau dampak positif dan negatif

terhadap perkembangan anak (Havnes, 2010). Dampak-dampak tersebut,

antara lain:

a. Dampak positif

Dampak dari sibling rivaly ini yaitu saat saudara lahir, anak yang

lebih tua telah mengembangkan kemandirian penuh, terutama dalam

bermain, dan peningkatan kemampuan untuk bertanggung jawab yang

mengarah ke konsep diri yang lebih baik (Anderson, 2006). Selain itu,

Page 47: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

29

Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa “Persaingan yang sehat dan tetap

dalam pengamatan orang tua, bisa terus dipertahankan, agar semuanya

terdorong untuk mencapai prestasi dan meraih hasil sebaik-baiknya.

b. Dampak negatif

Dampak negatifnya menurut Gichara (2006), sibling rivalry dapat

menimbulkan akibat yang negatif yaitu mencederai saudaranya seperti

anak akan memukul, mendorong, dan mencakar lawannya, sedangkan

pada anak yang lebih besar cenderung akan memaki saudara atau

menganggap saudaranya sebagai lawan. Penelitian Ensi dan Winarianti

(2009) menemukan bahwa anak usia toodler dan memiliki adik

ditemukan sekitar 89,9% terjadi cedera pada saudara yang lebih muda

akibat perlakuan sang kaka dan sebesar 10,1% tidak terjadi cedera pada

saudara kandungnya.

Sibling rivalry dapat merusak kualitas persaudaraan dan

menyebabkan perilaku agresif anak terutama terhadap saudaranya di

rumah (Havnes, 2010; Hardy et al, 2010) dan menyebabkan anak akan

lebih sering berperilaku agresif di mana saja, seperti di sekolah (Patterson

dalam Volling & Blandon, 2003). Bank, Patterson, & Reid, 1996 (dalam

Pope 2006) menyebutkan bahwa hubungan tidak harmonis antar saudara

kandung khususnya anak pada masa usia sekolah akan mengalami

kesulitan melakukan peyesuaian sosial seperti hubungan yang buruk

dengan teman sebaya, perilaku antisosial, kesulitan belajar, dan

menunjukkan tanda psikopatologi (cemas, depresi, dan ketakutan).

Page 48: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

30

Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa persaingan yang tidak sehat,

apalagi dipengaruhi oleh orang tua, bisa menimbulkan keseganan belajar,

tidak berani menghadapi realitas yang tidak menyenangkan, bahkan

dalam intensitas yang lebih dalam, bisa menimbukan masalah

penyesuaian sosial, pelarian diri, dan gejala atau gangguan fungsi

kefaalan dalam tubuhnya”. Hurlock (2006) menyatakan bahwa

perselisihan antar saudara (sibling rivalry) akan mempengaruhi semua

hubungan antar anggota keluarga dan bahkan hubungan yang buruk ini

sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak ke luar

rumah.

D. Penyesuaian

1. Definisi Penyesuaian

Adaptasi atau penyesuaian diartikan sebagai kemampuan seseorang

mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, dan mengubah

lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri) (Gerungan, 1996 dalam

Sunaryo, 2002). Penyesuaian diri juga diartikan sebagai usaha atau perilaku

yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan (Heerdjan, 1987 dalam

Sunaryo, 2002).

2. Jenis Penyesuaian

Penyesuaian terbagi menjadi dua, yaitu penyesuaian pribadi dan sosial

(Hurlock, 2010). Penyesuaian pribadi merupakan penyesuaian yang

diarahkan kepada diri sendiri. Penyesuaian ini meliputi penyesuaian

terhadap fisik dan emosi, seksual, moral dan religuisitas. Sedangkan

Page 49: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

31

penyesuaian sosial diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara

tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi (Yusuf, 2012).

3. Definisi Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk

menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap

kelompoknya pada khususnya. Anak-anak diharapkan dapat menyesuaikan

diri terhadap kehidupan sosial dan memenuhi harapan sosial sesuai dengan

usia mereka (Hurlock, 2005). Penyesuaian sosial merupakan bagian dari

penyesuaian diri/adaptasi. Sosial adjusment atau penyesuaian sosial berarti

penjalinan secara harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial,

mempelajari pola tingkah laku yang diperlukan atau mengubah kebiasaan

yang ada sedemikian rupa sehingga cocok bagi satu masyarakat sosial

(Chaplin, 2006).

Definisi lain menyebutkan bahwa penyesuaian sosial anak

didefinisikan sebagai kemampuan untuk membangun dan mempertahankan

hubungan yang baik dan memuaskan, untuk menghindari tekanan negatif

atau egosentrisme orang lain (Welsh & Bierman, 1998 dalam Huang, 2007),

serta kemampuan untuk mengatasi ketegangan negatif serta mencegah

perilaku egosentris (Huang, 2007).

4. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial

Gunarsa (2008) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi

penyesuaian sosial, antara lain:

a. Keadaan fisik dan faktor-faktor keturunan, konstitusi fisik meliputi

sistem persyarafan, kelenjar, otot-otot serta kesehatan dan penyakit;

Page 50: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

32

b. Perkembangan dan kematangan khususnya kematangan intelektual,

sosial, dan emosi;

c. Faktor psikologis, pengalaman belajar, frustasi dan konflik, sel

determination;

d. Faktor lingkungan, seperti rumah, sekolah;

e. Faktor kebudayaan, adat istiadat, dan agama.

Sunarto dan Hartono (2008) juga menjelaskan bahwa faktor internal

yang mempengaruhi penyesuaian sosial sebagai berikut :

a. Faktor Fisik

i. Kondisi jasmaniah

Struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku

karena sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting

bagi proses penyesuaian sosial. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa gangguan-gangguan pada sistem saraf, kelenjar, dan otot dapat

menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan

kepribadian. Oleh karena itu, kualitas penyesuaian sosial yang baik

hanya dapat diperoleh dan dipelihara bila kondisi jasmaniah baik.

ii. Perkembangan, kematangan dan penyesuaian diri

Seseorang yang mengalami pertambahan usia, perubahan dan

perkembangan respon yang diperoleh, tidak hanya melalui proses

belajar saja melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan

respon dan ini menentukan pola-pola penyesuaian sosialnya.

Penelitian Retnasih (2009) menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara perkembangan emosi dan penyesuaian sosial.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

33

b. Faktor Psikologis

1. Pengalaman

Pengalaman yang mempengaruhi dalam penyesuaian sosial

adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman traumatik.

2. Belajar

Belajar merupakan faktor dasar dalam penyesuaian sosial karena

melalui belajar akan berkembang pola-pola respon yang akan

membentuk kepribadian. Belajar dalam proses penyesuaian sosial

merupakan modifikasi tingkah laku sejak fase-fase awal dan

berlangsung terus menerus sepanjang hayat dan diperkuat dengan

kematangan pribadi.

3. Determinasi

Determinasi merupakan bagaimana seseorang individu

menentukan atau mengarahkan dirinya sendiri yang mendorong

seseorang untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, penyesuaian

yang tinggi atau merusak diri. Sehingga determinasi diri berpengaruh

dalam proses penyesuaian sosial karena mempunyai peranan dalam

pengendalian arah dan pola penyesuaian sosial.

4. Konflik

Akibat adanya konflik individu akan berusaha mengatasi konflik.

Apabila individu telah dapat mengatasi konfliknya maka individu

lebih mudah mengadakan penyesuaian sosial dalam situasi yang

berbeda-beda.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

34

Sunarto dan Hartono (2008) selanjutnya menjelaskan faktor eksternal

yang mempengaruhi penyesuaian sosial, yaitu faktor lingkungan yang

mencakup :

a. Pengaruh rumah dan keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari kelompok sosial serta

merupakan tempat pertama kali individu melakukan interaksi sosial

sehingga keluarga memegang peranan penting dalam penyesuaian sosial.

Penelitian Nisa (2011) tentang “Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga

terhadap Penyesuaian Sosial Siswa Sekolah Dasar” pada 55 siswa kelas

VI Yayasan SD Jembar Bandung menunjukkan hasil bahwa semakin

kondusif iklim kehidupan keluarga maka semakin tinggi kemampuan

penyesuaian sosial siswa.

b. Hubungan orangtua dan anak

Pola-pola hubungan antara orangtua dan anak mempunyai pengaruh

terhadap proses penyesuaian sosial anak.

c. Hubungan saudara

Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling

menghormati, penuh kasih sayang memudahkan untuk tercapainya

penyesuaian sosial yang lebih baik (Sunarto & Hartono, 2008) dan

mengurangi resiko kegagalan melakukan penyesuaian (maladjustment)

(Evelyn et al, 2011). Sedangkan suasana yang penuh dengan

permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian dapat menimbulkan

kesulitan dan kegagalan dalam penyesuaian sosial.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

35

d. Masyarakat

Keadaan lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan

kondisi yang menentukan proses penyesuaian sosial karena masyarakat

merupakan suatu kelompok sosial yang paling besar dan sangat

mempengaruhi pola hidup anggotanya.

e. Sekolah

Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi

kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa. Hasil pendidikan di

sekolah merupakan bekal untuk penyesuaian sosial di masyarakat yang

lebih luas.

f. Budaya dan agama

Lingkungan budaya dimana individu berada dan berinteraksi akan

menentukan pola-pola penyesuaian sosialnya. Agama memberikan

suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik-konflik, frustasi

dan bentuk-bentuk ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana

tenang dan damai yang dibutuhkan oleh seorang anak.

5. Kriteria penyesuaian sosial (social adjustment)

Anak dapat melakukan penyesuaian akan memenuhi kebutuhan dari

dalam dirinya dan tuntutan lingkungannya serta mampu mengatasi

hambatan yang dihadapinya (Hurlock, 2005). Individu yang bisa melakukan

penyesuaian sosial dengan benar akan menunjukkan tidak adanya

ketegangan emosional, tidak ada frustrasi, mampu belajar, menghargai

pengalaman, bersikap realistik dan objektif (Sunarto & Hartono, 2008).

Untuk menentukan sejauh mana penyesuaian diri anak secara sosial, dapat

Page 54: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

36

diterapkan dengan empat kriteria; penerapan salah satu kriteria saja tidak

akan memadai (Hurlock, 2005). Kriteria penyesuaian sosial tersebut, yaitu:

a. Penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang nyata (overt

performance)

Perilaku sosial seseorang harus sesuai standar yang ada dalam

kelompok serta memenuhi harapan kelompok sehingga dapat diterima

sebagai anggota kelompok. Bentuk dari penampilan nyata adalah (1)

aktualisasi diri seperti proses menjadi diri sendiri, mengembangkan

sifat-sifat dan potensi diri yang dimiliki, (2) kemampuan menjalin

hubungan antar sesama seperti kemampuan berkomunikasi,

kemampuan berorganisasi, dan (3) bersifat terbuka pada orang lain

artinya sikap untuk bersedia memberi dan menerima pengetahuan atau

informasi dari pihak lain.

b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok

Seseorang yang bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap

berbagai kelompok, baik kelompok teman sebaya maupun kelompok

orang dewasa dianggap dapat menyesuaikan diri dengan baik. Bentuk

dari penyesuaian diri adalah (1) kerja sama dengan kelompok yaitu

kemampuan saling mendukung dan mengandalkan untuk mencapai

tujuan bersama, (2) menjalankan tanggung jawab agar bisa

mendapatkan hak, dan (3) setia kawan seperti saling berbagi, saling

member motivasi dalam kebaikan.

Page 55: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

37

c. Sikap sosial

Seseorang menampilkan sikap yang menyenangkan orang lain,

aktif dalam kegiatan sosial, serta menjalankan peran yang baik sebagai

anggota kelompok. Bentuk dari sikap sosial seperti ikut serta dalam

kegiatan sosial di masyarakat, memiliki rasa empati, menghormati dan

menghargai pikiran orang lain.

d. Kepuasan pribadi

Seseorang yang telah menyesuaikan diri dengan baik secara sosial,

maka harus memiliki kepuasan terhadap kontak sosial dan peran yang

dimainkannya dalam situasi sosial ketika menjadi pemimpin ataupun

anggota. Bentuk dari kepuasan pribadi seperti rasa percaya diri, disiplin

diri, dan memiliki kehidupan yang bermakna serta terarah. Sebagai

contoh, anak-anak dapat mengatakan bahwa mereka tidak ingin pergi ke

luar bermain dengan anak-anak lain karena permainan mereka

membosankan atau bahwa mereka lebih senang tinggal di rumah.

Kesimpulan yang dapat ditarik bahwa anak-anak kurang mendapatkan

kepuasan dari aktivitas sosial dan lebih mendapatkan kepuasan dari

aktivitas yang dilakukannya sendiri.

Kriteria penyesuaian sosial juga disampaikan oleh Schneider (1964

dalam Yusuf, 2012), antara lain:

a. Di lingkungan keluarga

1. Menjalin hubungan dengan baik dengan para anggota keluarga (orang

tua dan saudara)

2. Menerima otoritas orang tua (mau menaati peraturan yang dtetapkan)

Page 56: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

38

3. Menerima tangung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga

4. Berusaha membantu anggota keluarga sebagai individu maupun

kelompok dalam mencapai tujuannya

b. Di lingkungan sekolah

1. Menerima peraturan sekolah

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah

3. Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah

4. Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah dan staff lainnya

5. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuannya

c. Di lingkungan masyarakat

1. Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain

2. Memelihara jalinan persahabaan dengan orang lain

3. Bersikap simpati dan altruistis terhadap kesejahteraan orang lain

4. Bersikap respek terhadap nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan-

kebijakan masyarakat.

Penelitian Nisa (2011) tentang “Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga

terhadap Penyesuaian Sosial Siswa Sekolah Dasar” membagi penyesuaian

menjadi dua kategori, yaitu penyesuaian sosial tinggi dan penyesuaian sosial

rendah. Kemampuan penyesuaian sosial yang tinggi adalah anak mampu

menjalin hubungan dengan teman sebaya, memiliki minat dan mengikuti

kegiatan di sekolah, berani berpendapat, dan mematuhi tata tertib dan

peraturan sekolah. Sedangkan penyesuaian sosial yang rendah jika anak

tidak mampu menjalin hubungan dengan teman sebaya, tidak berani

berpendapat, melanggar tata tertib dan peraturan sekolah.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

39

4. Penyesuaian yang Gagal (Maladjustment)

Individu tidak selamanya mampu menyesuaikan diri, karena kadang-

kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan

penyesuaian (Sunarto & Hartono, 2008). Ketidakberhasilan melakukan

penyesuaian biasa disebut dengan istilah mal-adjusment. Kegagalan dalam

melakukan penyesuaian ini akan mengakibatkan ketegangan, tingkah laku

yang serba salah, tidak terarah, emosianal, sikap yang tidak realistik, agresif,

dan sebagainya (Sunarto & Hartono, 2008).

Kegagalan penyesuaian sosial (social maladjustment) berkaitan

dengan kesulitan dalam bersosial dan emosi yang berhubungan dengan

tingkah laku yang didapatkan dari situasi atau pengalaman (LeComer,

2006). Selain itu, kegagalan penyesuaian sosial merupakan masalah tingkah

laku yang berkaitan dengan aturan dalam keluarga, sosial, dan/atau sekolah

(Whitcomb & Merrel, 2013).

Individu yang mengalami kegagalan dalam melakukan penyesuaian

ini biasanya akibat dari kesulitan dalam melakukannya. Melakukan

penyesuaian sosial yang baik bukanlah hal yang mudah. Akibatnya, banyak

anak yang kurang dapat menyesuaikan diri, baik secara sosial maupun

pribadi. Masa kanak-kanak mereka tidak menyenangkan, dan bila mereka

tidak belajar mengatasi kesulitan mereka, mereka akan tumbuh menjadi

orang yang malsesuai (maladjust), yang tidak bahagia (Hurlock, 2005).

Hurlock (2005) mengemukakan ada 4 kondisi yang paling penting

yang dapat menimbulkan kesulitan melakukan penyesuaian sosial pada

anak, yaitu:

Page 58: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

40

a. Bila perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, anak akan

menemui kesulitan melakukan penyesuaian sosial yang baik di luar

rumah, meskipun ia diberi motivasi kuat untuk melakukannya

b. Bila anggota keluarga dirumah kurang memberikan model perilaku untuk

ditiru, anak akan mengalami hambatan serius dalam penyesuaian

sosialnya di luar rumah

c. Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering

timbul dari pengalaman sosial yang tidak menyenangkan di rumah atau

di luar rumah

d. Meskipun memiliki motivasi kuat untuk belajar melakukan penyesuaian

sosial yang baik, namun anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan

yang cukup dalam proses belajar ini.

E. Penelitian Terkait

Pike, Coldwe and Dunn (2005) tentang “Sibling Relationships in

Early/Middle Childhood: Links with Individual Adjustment” pada 101 orang

tua di UK yang memiliki anak 4 tahun sampai 6 tahun dan saudara

kandungnya berusia 8 tahun (rata-rata 7,4 tahun) menyatakan bahwa

hubungan antar saudara kandung memiliki pengaruh terhadap kemampuan

penyesuaian sosial anak dan penyesuaian yang baik mempengaruhi kualitas

hubungan tersebut.

Penelitian Deater-Deckard, Dunn, dan Lussier (2002) tentang “Sibling

Relationships and Social-Emotional Adjustment In Different Family

Contexts” pada 192 keluarga di UK yang memiliki anak berusia 5 tahun dan

saudara kandung rata-rata 9 tahun menyebutkan bahwa hubungan antar

Page 59: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

41

saudara kandung yang tidak harmonis atau buruk berhubungan dengan

kegagalan penyesuaian anak (child maladjustment) dan proses perkembangan

anak tersebut yang mendasari kualitas hubungan saudara dan kemampuan

penyesuaian anak.

Penelitian Ensi dan Winarianti (2009) tentang “Hubungan Sibling

Rivalry dengan Kejadian Cedera pada Saudara Sekandungnya di RW 12

Kelurahan Kemiri Muka Kecamatan Kota Depok”. Analisis data dengan

menggunakan uji chi square pada 69 ibu yang memiliki anak usia toodler dan

memiliki adik. Hasil penelitian ditemukan sekitar 89,9% terjadi cedera pada

saudara yang lebih muda akibat perlakuan sang kakak dan sebesar 10,1%

tidak terjadi cedera pada saudara kandungnya.

Penelitian Yati (2008) yang berjudul “Hubungan Sibling Rivalry

dengan Motivasi Berprestasi pada Anak Kembar” pada anak pra remaja umur

11 tahun sampai 22 tahun. Parstisipan dalam penelitian ini yaitu 16 laki-aki

dan 16 perempuan. Analisis data dengan menggunakan Korelasi Pearson

Product Moment. Hasil korelasi sebesar 0,078. Hasil penelitian menunjukkan

tidak terdapat hubungan antara sibling rivalry dengan motivasi berprestasi.

Penelitian Nuswantari (2011) tentang “Hubungan antara Sibling

Rivalry dengan Perilaku Asertif Pada Remaja” pada 207 siswa kelas VII SMP

Negeri 2 Nganjuk yang berusia 12-15 tahun. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan teknik korelasi Spearman Rank dari Spearman. Hasil korelasi

antara sibling rivalry dengan perilaku asertif sebesar -0,255, dengan p sebesar

0,000. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif artinya semakin

tinggi sibling rivalry, maka semakin rendah perilaku asertif pada remaja.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

42

Penyebab sibling rivalry

- Faktor internal

(temperamental, mencari

perhatian orang tua,

perbedaan umur,jenis

kelamin, keinginan

menang dari saudaranya)

- Faktor eksternal

(sikap membanding-

bandingkan, adanya

anak emas). (Priyatna dan Yulia (2006)

dalam Setiawati & Zulkaida,

2007)

F. Kerangka Teori

Input Proses Output

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Modifikasi dari teori Hockenberry & Wilson (2007), Suprajitno (2003),

Priyatna dan Yulia (2006) dalam Setiawati & Zulkaida (2007), Shaffer (2009),

Dunn dalam Havnes (2010), Gichara (2006), Gunarsa (2004), Anderson

(2006), Schneider (1964) dalam Yusuf (2012), dan Hurlock (2005).

Tiga reaksi sibling

rivalry

1. Perilaku agresif atau

resentment

2. Kompetisi atau

persaingan,

3. Perasaan iri atau

cemburu dengan

mencari perhatian

(Shaffer, 2009)

Kemampuan

penyesuaian sosial

Anak usia sekolah (6-12

tahun) mengalami:

- Perkembangan fisik

- Perkembangan

psikososial

- Perkembangan sosial

(bekerja sama dan

bersosial dengan

keluarga dan

kelompoknya)

- Perkembangan emosi

(adanya perasaan

cemburu serta iri hati

serta menyukai

persaingan) atau

Sibling rivalry.

- Perkembangan kognitif

- Perkembangan moral

- Perkembangan

spiritual

(Hockenberry & Wilson

(2007); Suprajitno (2003))

Penyesuaian sosial di

keluarga, sekolah, dan

masyarakat meliputi:

1. Penampilan nyata

2. Penyesuaian

terhadap kelompok

3. Sikap sosial

4. Kepuasan pribadi

Schneider (1964) dalam

Yusuf (2012), dan

Hurlock (2005).

Dampak sibling rivalry

- Mandiri

- Prestasi meningkat

- Cedera salah satu anak

- Perilaku agresif anak

- Masalah penyesuaian

sosial.

Anderson (2006); Dunn dalam

Havnes (2010); Gichara

(2006); Gunarsa (2004)

Sibling rivalry

penyesuaian

sosial rendah

Penyesuaian

sosial tinggi

Page 61: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

43

BAB III

KERANGKA KONSEP,

HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dibuat dalam bab sebelumnya,

bahwa adanya sibling rivalry akan mempengaruhi kemampuan penyesuaian

sosial anak. Hal ini sesuai pendapat Hurlock (2006) yang menyatakan bahwa

perselisihan antar saudara (sibling rivalry) akan mempegaruhi semua hubungan

antar anggota keluarga dan bahkan hubungan yang buruk ini sering menjadi

pola hubungan sosial yang akan dibawa anak ke luar rumah. Bank, Patterson,

& Reid, 1996 (dalam Pope, 2006) menambahkan bahwa hubungan tidak

harmonis antar saudara kandung khususnya anak pada masa usia sekolah akan

mengalami kesulitan melakukan penyesuaian sosial.

Berdasarkan hal tersebut, maka variabel yang ingin diteliti adalah

sibling rivalry sebagai variabel independen dan kemampuan penyesuaian

sosial sebagai variabel dependen. Adapun kerangka konsep dalam penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel independen Variabel dependen

Bagan 3.1. Kerangka Konsep

Sibling rivalry Kemampuan

penyesuaian sosial

Page 62: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

44

B. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan

masalah diatas yaitu ”Ada hubungan antara sibling rivalry dengan

kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III”.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

45

C. Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel

independen:

Sibling

rivalry

Persaingan antar saudara

kandung diakibatkan oleh

ketakutan kehilangan kasih

sayang orang tua yang

ditunjukkan melalui

perilaku agresif atau

resentment, kompetisi atau

persaingan, perasaan iri

atau cemburu dengan

mencari perhatian

Menghitung skor dari pernyataan sibling

rivalry dengan menggunakan skala

Guttman

Untuk pernyataan positif (favourable)

Ya (Y)=1

Tidak (T)= 0

Untuk pernyataan negatif (unfavourable)

Ya (Y) = 0

Tidak (T)=1

Kuesioner

sibling rivalry

yang berisi 19

pertanyaan

dengan skor

terendah adalah

0 dan skor

tertinggi adalah

19

1. Sibling rivalry

tinggi = skor ≥

mean (mean=6)

2. Sibling rivalry

rendah = skor <

mean (mean=6)

Ordinal

Variabel

dependen:

kemampuan

penyesuaian

sosial

Keberhasilan seseorang

untuk beradaptasi serta

mempertahankan

hubungan yang baik dalam

kelompok baik di dalam

keluarga, sekolah, maupun

masyarakat dan memenuhi

kriteria penampilan yang

nyata, penyesuaian diri

terhadap kelompok, sikap

sosial yang baik, dan

kepuasan pribadi.

Menghitung skor dari pernyataan

kemampuan penyesuan sosial dengan

menggunakan skala Likert

Untuk pernyataan positif (favourable)

SL= Selalu bernilai 4

SRG= Sering bernilai 3

KK= Kadang-kadang bernilai 2

TP= Tidak pernah bernilai 1

Untuk pernyataan negatif (unfavourable)

SL= Selalu bernilai 1

SRG= Sering bernilai 2

KK= Kadang-kadang bernilai 3

TP= Tidak pernah bernilai 4

Kuesioner

penyesuaian

sosial yang

berisi 33

pertanyaan

dengan skor

terendah 33 dan

skor tertinggi

adalah 132

1. Penyesuaian

sosial tinggi=

skor ≥ mean

(mean=99)

2. Penyesuaian

sosial rendah=

skor < mean

(mean=99)

Ordinal

Tabel 3.1 Definisi operasional

Page 64: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

46

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun agar

bisa menuntun peneliti untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan

penelitian yang dilakukan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan

desain Cross-sectional (potong lintang). Penelitian cross-sectional adalah

jenis penelitian dimana variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-

varabel yang termasuk efek diobservasi diukur hanya satu kali, pada waktu

yang sama atau saat tertentu (Notoatmodjo, 2006).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2006). Populasi penelitian ini adalah anak

usia sekolah yang berusia 6 sampai 12 tahun di SDN Cireundeu III yang

memiliki saudara kandung serumah. Populasi dalam penelitian ini yaitu

siswa yang memiliki adik kandung yang tinggal serumah sebanyak 164

anak.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang merupakan objek

penelitian atau yang diteliti sesuai dengan karakteristik yang dimiliki

populasi. Pada penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria

Page 65: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

47

inklusi dan kriteria eksklusi (Hidayat, 2008). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan metode acak stratifikasi (stratified random

sampling).

Peneliti menggunakan beberapa kriteria inklusi dan ekslusi pada

populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini:

Kriteria inklusi:

1. Orang tua yang memiliki anak sehat fisik dan mental

2. Orang tua yang memiliki anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun)

3. Orang tua yang memiliki anak usia sekolah yang memiliki adik

kandung yang tinggal serumah

4. Orang tua tinggal serumah dengan anak-anaknya

5. Orang tua yang bisa membaca, menulis dan memahami informasi

yang diberikan baik

6. Bersedia menjadi responden

Kriteria ekslusi:

1. Responden tidak kooperatif

2. Responden mengundurkan diri di tengah-tengah proses penelitian.

Untuk menghitung besarnya sampel menggunakan rumus hipotesis

untuk uji beda dua proporsi (Dahlan, 2010), yaitu:

n=

2

21

221112/1 2

QQZQPZ a

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Page 66: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

48

Z1- a/2 = 1,96 (Derajat kepercayaan 95% CI/Confidence Interval dengan

alfa (α) sebesar 5%)

Z1-β = 0,84 (kekuatan uji sebesar 80 % diperoleh dari tabel distribusi

Z)

P1 = 0,862 (proporsi penelitian kontribusi iklim keluarga dengan

penyesuaian sosial yang tinggi dalam penelitian Nisa, 2011)

P2 = P1-30% = (0,862-0,3) = 0,562

𝑃 = (P1+ P2) / 2= (0,862+0,562)/2= 0,712

n

2

562,0862,0

562,01562,0862,01862,084,0712,01712,0.296,1

n =

22

3,0

0,84.0,604+.0,640 1,96

3,0

0,3650,84+0,410 1,96

n = 35 x 2 = 70

Untuk mengantisipasi responden yang dropout, maka total sampel

yang diambil sebanyak 70 orang ditambah 10% yaitu orang sehingga

jumlah sampel penelitian menjadi 77 orang. Supaya penyebaran data

siswa dan siswi kelas 1 sampai kelas 5 merata dan seimbang, maka

digunakan rumus sebaran data dari Suyanto (2011), yaitu:

Jumlah sampel strata = Jumlah populasi strata x sampel

jumlah populasi

Kelas 1 = 32𝑥77

164 = 15 anak

Kelas 2 = 24𝑥 77

164 = 11 anak

Kelas 3 = 32x 77

164 = 15 anak

Kelas 4 = 36 x 77

164 = 17 anak

Kelas 5 = 40 x 77

164 = 19 anak

Page 67: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

49

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang

dibutuhkan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008). Teknik

pengambilan sampel menggunakan metode acak stratifikasi (stratified

random sampling) yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Metode ini

dipilih agar terjadi perimbangan jumlah sampel pada masing-masing kelas.

Penelitian ini tidak melibatkan kelas 6 karena kelas tersebut sudah tidak

berada di sekolah lagi saat pengambilan data karena telah menyelesaikan

Ujian Nasional sehingga siswa dan siswi dalam penelitian ini diambil dari

kelas 1 sampai kelas 5. Berdasarkan perhitungan maka jumlah sampel yang

dibutuhkan yaitu 77 orang. Maka diambil kelas 1 sebanyak 15 orang, kelas 2

sebanyak 11 orang, kelas 3 sebanyak 15 orang, kelas 4 sebanyak 17 orang,

dan kelas 5 sebanyak 19 orang.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 31 Mei

sampai 2 Juni yaitu dengan memberikan kuesioner yang dititipkan ke orang

tua responden yang memenuhi kriteria sampel yang diteliti di SDN Cireundeu

III untuk diisi. Penyebaran kuesioner dilakukan pada responden yang

memenuhi kriteria mulai dari kelas 1 sampai kelas 5.

Pemilihan sampel untuk pengumpulan data dalam penelitian dibantu

oleh wali kelas dari masing-masing kelas untuk memilih responden yang

sesuai dengan kriteria sampel sampai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan

terpenuhi. Kuesioner yang terkumpul dari kelas 1 sebanyak 14 kuesioner,

Page 68: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

50

kelas 2 sebanyak 13 kuesioner, kelas 3 sebanyak 13 responden, kelas 4

sebanyak 17 kuesioner dan kelas 5 sebanyak 19 kuesioner. Sebanyak 76

kuesioner yang kembali kepada peneliti dan terdapat 4 kuesioner yang tidak

terisi lengkap oleh responden, yaitu di kelas 2 sebanyak 2 kuesioner dan kelas

5 sebanyak 2 kuesioner sehingga hanya 72 kuesioner saja yang diikutsertakan

dalam tahap analisis data.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di SDN Cireundeu III jalan Impress No. 60

Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur Kabupaten Tanggerang

Selatan, Banten. Fenomena yang ditemukan di SDN Cireundeu III

menyimpulkan bahwa siswa kurang memiliki keterampilan dalam

berhubungan sosial. Hal ini mengindikasikan adanya masalah

penyesuaian sosial pada siswa sekolah dasar di SD tersebut. Selain itu,

banyak siswa yang memiliki saudara kandung 80% mengalami ciri-ciri

sibling rivalry. Alasan lain karena belum pernah diadakan penelitian

yang sama sebelumnya di Indonesia termasuk di SD ini.

2. Waktu penelitian

Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012,

mulai dari pengambilan data sampai penyusunan hasil.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua cara yaitu

data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah catatan siswa yang

memiliki saudara kandung usia sekolah yang ada di sekolah tersebut.

Page 69: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

51

Sedangkan data primer diperoleh dengan cara menggunakan dua lembar

kuesioner yaitu kuesioner skala sibling rivalry dan kuesioner skala

penyesuaian sosial yang dibagikan serta diisi oleh orang tua dari siswa SDN

Cireundeu III yang dijadikan sebagai responden untuk mendapatkan jawaban

dari masalah yang diteliti.

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket

yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka

konsep yang telah dibuat. Instrumen pengumpulan data terdiri dari 3 bagian,

yaitu:

a. Data personal responden

Identitas siswa meliputi umur responden, dan jenis kelamin

b. Kuesioner sibling rivalry

Kuesioner sibling rivalry ini bertujuan untuk mengidentifikasi

adanya reaksi sibling rivalry pada anak dan kuesioner ini dibuat oleh

peneliti yang mengacu pada tiga aspek dari sibling rivalry yaitu perilaku

agresif atau resentment, kompetisi atau persaingan, dan perasaan iri atau

cemburu dengan mencari perhatian (Shaffer, 2009; Woolfson, 2005; dan

Thompson, 2004.

Kuesioner ini terdiri dari 24 perynyataan. Dalam skala ini terdiri atas

pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable. Pernyataan

favourable adalah pernyataan yang berisi tentang hal-hal yang bersifat

positif mengenai objek sikap, yaitu kalimat yang sifatnya mendukung atau

memihak pada objek sikap. Adapun pernyataan unfavourable merupakan

pernyataan yang berisi hal-hal yang sifatnya negatif mengenai objek sikap,

Page 70: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

52

yaitu kalimat yang sifatnya tidak memihak pada objek sikap. Pernyataan

unfavourable berfungsi untuk menguji keakuratan instrumen (Azwar,

2005). Jumlah item terdiri dari 24 pernyataan, masing-masing aspek

sibling rivalry memiliki 4 item favourable dan 4 item unfavourable.

Tabel. 4.1 Distribusi pernyataan kuesioner sibling rivalry

Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

Perilaku

agresif/resentment 1,7,17, 19 4,10,16,14 8

Kompetisi/persaingan 2, 8, 20, 22 5, 11, 13, 18 8

Perasaan iri/cemburu

dengan mencari

perhatian

6, 15, 21,

24 3, 9, 12, 23 8

Total 12 12 24

Pernyataan dalam kuesioner ini dengan momodifikasi kuesioner

yang telah dibuat peneliti lain sebelumnya yaitu penelitian Wardani (2007)

tentang “Hubungan antara Penerimaan Orang Tua dengan Sibling Rivalry

pada Anak yang Memiliki Saudara Kandung Penderita Autis” dan

penelitian Setiawan (2013) tentang “Hubungan Persiapan Kelahiran Adik

Baru dengan Reaksi Sibling Rivalry pada Anak Usia Toddler”. Pernyataan

yang dimodifikasi, yaitu 10 item pada nomor 2, 3, 10, 11, 12, 13, 14, 16,

17, dan 18.

Kuesioner sibling rivalry menggunakan skala Gutmann yang terdiri

dari dua katagori jawaban yaitu Ya (Y) dan Tidak (T). Untuk pernyataan

positif (favourable) untuk jawaban Ya (Y) bernilai 1 dan Tidak (T)

bernilai 0. Untuk pernyataan negatif (unfavourable) untuk jawaban Ya (Y)

bernilai 0 dan Tidak (T) bernilai 1.

Page 71: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

53

Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah skala ordinal.

Sibling rivalry dikatakan tinggi jika jumlah skor/ X ≥ mean (mean=6) dan

sibling rivalry rendah jika jumlah skor/ X < mean (mean=6).

c. Kuesioner penyesuaian sosial anak usia sekolah

Kuesioner penyesuiaan sosial bertujuan untuk mengidentifikasi

kemampuan penyesuaian sosial anak. Kuesioner penyesuaian sosial anak

dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Schneider (1964) dalam Yusuf

(2012) bahwa penyesuaian sosial dilihat dari kemampuan anak melakukan

adaptasi dengan lingkungan yaitu keluarga, sekolah, atau masyarakat serta

teori Hurlock (2005) yang menyatakan bahwa penyesuaian sosial harus

memenuhi kriteria berpenampilan yang nyata, penyesuaian diri terhadap

kelompok, sikap sosial yang baik, dan kepuasan pribadi. Kuesioner

penyesuaian sosial terdiri dari 46 pernyataan. Pernyataan terdiri dari

favorable dan pernyataan unfavorable.

Tabel 4.2 Distribusi pernyataan kuesioner penyesuaian sosial

Indikator Deskripsi Favorable Unfavorable Jumlah

Penyesuaian

sosial di

keluarga

Penampilan

nyata

12, 28, 30 5 4

Penyesuaian

terhadap

kelompok

11, 16,

17,

7 4

Sikap sosial 10, 22 23 3

Kepuasan pribadi 34 39 2

Penyesuaian

sosial di

sekolah

Penampilan

nyata

1, 2, 26,

42

27,29 6

Penyesuaian

terhadap

kelompok

4, 14, 21 9, 41 5

Sikap sosial 18, 40 24 3

Kepuasan pribadi 36 38 2

Penyesuaian

sosial di

masyarakat

Penampilan

nyata

6, 13,

15,43

31,45 6

Penyesuaian 3, 20, 33 8,44 5

Page 72: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

54

terhadap

kelompok

Sikap sosial 19, 32, 46 35 4

Kepuasan pribadi 37 25 2

Jumlah 33 12 46

Kuesioner penyesuaian sosial menggunakan skala Likert yang terdiri

dari 4 katagori jawaban SL (selalu), SRG (sering), KK (Kadang-kadang),

TP (tidak pernah). Skoring jawaban ditmpilkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 skoring jawaban

Alternatif jawaban Favorable Unfavorable

SL (selalu) 4 1

SRG (sering) 3 2

KK (kadang-kadang) 2 3

TP (tidak pernah) 1 4

Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah skala ordinal.

Kemampuan penyesuaian sosial dikatakan tinggi jika jumlah skor/X ≥

mean (mean=99), dan kemampuan penyesuaian sosial rendah jika jumlah

skor/X < mean (mean=99).

Penggunaan mean dalam penelitian ini karena kedua data baik

sibling rivalry maupun penyesuaian sosial berdistribusi normal karena

nilai p > 0,05 yaitu masing-masing sebesar 0,119 dan 0,690. Hal ini sesuai

pendapat Dahlan (2008) bahwa apabila suatu data berdistribusi normal jika

nilai p>0.05, maka menggunakan mean sebagai ukuran pemusatan data

dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebarannya. Sedangkan jika

data tidak berdistribusi normal jika nilai p<0.05, maka menggunakan

median sebagai ukuran pemusatan data dan minimum-maksimum sebagai

ukuran penyebarannya.

Page 73: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

55

G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menyatakan bahwa alat ukur

yang digunakan betul-betul mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,

2006). Hasil penghitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai

product moment. Jika r hitung lebih besar dari table r tabel pada taraf

signifikansi 5% maka instrumen yang diujicobakan dinyatakan valid

(Hidayat, 2008).

Cara pengujian validitas ini dengan melakukan uji korelasi antar

nilai tiap item pertanyaan terhadap skor total nilai kelompok. Uji

validitas dan reliabilitas dilakukan pada tanggal 18 mei 2013. Uji

validitas ini dilakukan pada 30 responden di SDN Cempaka Putih 04

Kecamatan Ciputat Timur. Hasil uji kuesioner dianalisis dengan

menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment dengan

software komputer. Dari hasil analisis tersebut didapatkan r table (n-2 =

0,31) dan menunjukkan bahwa nilai r hitung > r tabel pada semua

kuesioner yang berarti semua kuesioner valid.

a. Hasil Uji validitas kuesioner sibling rivalry

Jumlah pernyataan sebanyak 24 pernyataan. Hasil uji validitas

terdapat beberapa pernyataan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak

valid adalah sebanyak 5 pernyataan nomor 9, 12, 14, 22 dan 23.

Pernyataan yang tidak valid semuanya dieliminasi karena pernyataan

yang lain masih dapat mewakili indikator. Sehingga total yang valid

sebanyak 19 pernyataan. Pernyataan yang tidak valid ini karena nilai

Page 74: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

56

corrected item-total correlation kurang dari nilai r yang bernilai 0,31.

Nilai item yang valid berkisar dari 0,325 sampai 0,737. Distribusi

pernyataan kuesioner sibling rivalry yang valid dan tidak valid

sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi hasil pernyataan validitas sibling rivalry

Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

Perilaku

agresif/resentment 1,7,17, 19 4,10,16,(14) 8

Kompetisi/persaingan 2, 8, 20,

(22) 5, 11, 13, 18 8

Perasaan iri/cemburu

dengan mencari

perhatian

6, 15, 21,

24

3, (9), (12),

(23) 8

Total 12 12 24

(nomor)= item yang tidak valid dan dieliminasi

b. Hasil Uji validitas kuesioner penyesuaian sosial

Jumlah pernyataan sebanyak 46 pernyataan. Dari 46

pernyataann terdapat pernyataan yang tidak valid adalah sebanyak 13

pernyataan nomor 5, 8, 10, 13, 15, 17, 18, 19, 23, 27, 29, 37, 38.

Pernyataan yang tidak valid semuanya dieliminasi karena pernyataan

yang lain masih dapat mewakili indikator yang dibuat. Pernyataan

yang tidak valid ini karena nilai corrected item-total correlation

kurang dari nilai r yang bernilai 0,31. Nilai item yang valid berkisar

dari 0,351 sampai 0,737. Distribusi pernyataan kuesioner penyesuaian

sosial yang valid dan tidak valid sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi hasil validitas dari penyesuaian sosial

Indikator Deskripsi Favorable Unfavorable Jumlah

Penyesuaian

sosial di

keluarga

Penampilan

nyata

12, 28, 30 (5) 4

Penyesuaian

terhadap

11, 16,

(17)

7 4

Page 75: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

57

kelompok

Sikap sosial (10), 22 (23) 3

Kepuasan

pribadi

34 (39) 2

Penyesuaian

sosial di

sekolah

Penampilan

nyata

1, 2, 26,

42 (27),(29) 6

Penyesuaian

terhadap

kelompok

4, 14, 21 9, 41 5

Sikap sosial (18), 40 24 3

Kepuasan

pribadi

36 (38) 2

Penyesuaian

sosial di

masyarakat

Penampilan

nyata

6, (13),

15,43

31,45 6

Penyesuaian

terhadap

kelompok

3, 20, 33 (8),44 5

Sikap sosial (19) 32,

46

35 4

Kepuasan

pribadi (37) 25 2

Jumlah 33 12 46

(nomor)= item yang tidak valid dan dieliminasi

2. Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2006). Teknik

pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Crombach (α),

dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha dengan bantuan software

komputer. Suatu instrumen dari variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).

Dari hasil uji realibitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) dari

variabel sibling rivalry anak usia sekolah sebesar sebesar 0,837 sebelum

Page 76: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

58

item valid dieliminasi dan setelah item valid dieliminasi didapatkan nilai

Alpha Cronbach (α) sebesar 0,857. Sedangkan variabel penyesuaian

sosial anak usia sekolah sebesar 0,882 sebelum item valid dieliminasi dan

setelah item valid dieliminasi didapatkan nilai Alpha Cronbach (α)

sebesar 0,912. Dari kedua hasil uji reabilitas tersebut dapat dinyatakan

bahwa kedua kuesioner tersebut realibel dan dapat digunakan karena

Alpha Cronbach > 0,60.

H. Tahapan Penelitian

1. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan setelah proposal

penelitian mendapatkan persetujuan dari pembimbing dilanjutkan dengan

mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada institusi pendidikan

sebagai landasan permohonan mengadakan penelitian di SDN Cireundeu

III yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian.

2. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di SD yang

berbeda yaitu SDN Cempaka Putih 04 kemudian dioleh dan dipilih mana

pernyataan yang memenuhi uji validitas dan reliabilitas.

3. Setelah mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan peneliti

mengajukan izin terlebih dahulu kepada guru bagian kesiswaan SDN

Cireundeu III untuk diproses ke kepala sekolah.

4. Setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah, peneliti dibantu guru yang

bersangkutan melakukan pendekatan pada masing-masing responden

yang memenuhi kriteria sampel yang telah dipilih.

5. Setelah menentukan responden yang digunakan peneliti meminta izin

untuk memberikan surat kepada orang tua responden untuk diisi

Page 77: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

59

kuesionernya dan dibantu oleh responden yang bersangkutan kemudian

dikembalikan lagi ke peneliti esok harinya sampai memenuhi jumlah

sampel yang diinginkan.

6. Peneliti memeriksa kembali apakah lembar kuesioner yang sudah diisi

sesuai dengan petunjuk dan mengeliminasi kuesioner yang tidak terisi

lengkap.

7. Setelah lembar kuesioner tersebut terisi, dilakukan pengolahan data

menggunakan program komputer.

I. Pengolahan Data

Proses pengolahan data penelitian menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut (Sastroasmoro, 2010):

1. Editing

Editing adalah upaya untuk melihat kembali dengan teliti kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) dengan

data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

60

4. Cleaning Data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang

sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin

terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

J. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengunakan program komputer,

meliputi :

1. Analisis univariat

Analisis univariat yaitu menganalisis variabel-variabel dalam

penelitian secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan

proporsinya. Dalam penelitian ini analisis digunakan untuk mengetahui

proporsi masing-masing variabel variabel independen yaitu sibling rivalry

serta variabel dependen yaitu kemampuan penyesuaian sosial.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga behubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2006). Analisis

bivariat ini untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen

(kemampuan penyesuaian sosial) dan independen (sibling rivalry).

Analisis data menggunakan uji Spearmen rank karena kedua data berskala

ordinal. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95 % dengan α 5%.

Kekuatan hubungan dari kedua variabel tersebut ditentukan dengan

mengetahui nilai dari kekuatan korelasinya (nilai r) menurut Dahlan

(2010), sebagai berikut:

Page 79: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

61

Tabel 4.6 Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan nilai r

No Parameter Nilai Interpretasi

1

Kekuatan korelasi (r)

0,00-0,199 Sangat lemah

2 0,20-0,399 Lemah

3 0,40-0,599 Sedang

4 0,60-0,799 Kuat

5 0,80-1,000 Sangat kuat

Untuk menetapkan apakah ada hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen maka menggunakan p value yang dibandingkan

dengan tingkat kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05.

Apabila p value < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima maka hipotesis

terbukti, yang berarti ada hubungan antara variabel independen dan

dependen. Sedangkan bila p value > 0.05 Ho diterima Ha (hipotesis

penelitian) ditolak maka hipotesis ditolak yang berarti tidak ada hubungan

antar variabel independen dan dependen.

K. Etika Penelitian

1. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian

Penelitian yang dilakukan khususnya jika yang menjadi subyek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar

manusia. Hamid (2007) mengatakan terdapat tiga prinsip utama etika

riset atau penelitian yang perlu diterapkan oleh peneliti, antara lain:

a. Prinsip manfaat (beneficence)

Prinsip ini merupakan prinsip yang di atas segalanya dan tidak

boleh membahayakan. Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat

Page 80: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

62

adalah segala bantuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip ini mengandung

banyak dimensi yaitu bebas dari bahaya, bebas dari eksploitasi, manfaat

dari penelitian, memberikan manfaat, dan mempertimbangkan antara

asspek risiko dengan aspek manfaat.

b. Prinsip menghargai martabat manusia

Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia

yang harus di hormati. Prinsip ini mengandung dua hak responden,

yaitu: manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak

menjadi subyek penelitian (self determination) dan berhak untuk

mendapatkan penjelasan lengkap (full disclosure) sebagai rasa

penghargaan dan hormat terhadap martabat manusia. Hak untuk self

determination dan hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap

merupakan dua elemen utaa yang menjadi dasar informed consent.

Dengan dua hal ini manusia dapat membuat keputusannya secara

sukarela tentang partisipasinya menjadi subyek penelitian.

c. Prinsip mendapatkan keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia.

Dalam hal ini manusia mendapatkan perlakuan adil (tidak diskriminatif)

dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasaan pribadi (privacy).

Subjek memiliki hak untuk mengharapkan bahwa setiap data yang

dikumpulkan selama masa penelitian akan disimpan dan dijaga

kerahasiannya (confidentiality), yang dilakukan baik melalui tidak

Page 81: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

63

menggunakan identitas (anonymity) subjek atau melalui prosedur

kerahasiaan lainnya.

2. Informed Consent

Informing adalah penyampaian ide dari isi penting dari peneliti

kepada calon sunjek. Consent adalah persetujuan dari calon subjek untuk

berperan serta dalam penelitian sebagai subjek, yang diperoeh setelah

memahami semua informasi penting. Informed consent merupakan

bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Informed consent mencakup empat elemen,

yaitu:

a. Subjek penelitian mendapatkan penyampaian informasi penting

secara lengkap dan spesifik kepada setiap calon subjek. Dalam hal

ini subjek diberikan penjelasan tentang pengantar kegiatan riset,

tujuan riset, pemilihan subjek penelitian, prosedur penelitian, uraian

risiko dan ketidaknyamanan, uraian manfaat, penyampaian alternatif,

jaminan anonymity dan kerahasiaan (confidentiality), tawaran untuk

bertanya, tanpa paksaan, pilihan untuk mundur dari penelitian, serta

setuju untuk tidak menjelaskan secara lengkap (Burns & Grove,

1996 dalam Hamid, 2007).

b. Subjek mendapat pemahaman secara komprehensif. Informed

consent memiliki implikasi tidak hanya memberikan informasi,

tetapi juga memastikan bahwa subjek memahami isi informasi. Agar

Page 82: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

64

subjek mendapatkan pemahaman yang komprehensif, maka peneliti

hendaknya meluangkan waktu untuk menjelaskan tentang tujuan,

risiko dari prosedur, hal yang diharapkan dari pastisipasi subjek,

lamanya kontrak, kapan bisa mengundurkan diri, dengan siapa

informasi penelitian diberikan, dan manfaat langsung serta hal lain

terkait penelitian sampai calon subjek benar-benar mengerti semua

kegiatan dari penelitian (Burns & Grove, 1996 dalam Hamid, 2007).

c. Subjek mendapatkan kemampuan memberi consent. Seseorang dapat

member consent apabila ia mampu memahami dan menimbang

manfaat serta risiko dari penelitian. Peneliti dapat menyampaikan

informasi sesuai batas kemampuan calon subjek untuk memahami

(Burns & Grove, 1996 dalam Hamid, 2007). Dengan demikian,

diharapkan calon subjek mampu memberi persetujuan setelah

memahami seluruh aspek penelitian yang akan dilakukan.

d. Subjek memiliki hak kesukarelaan (voluntary consent).

Kesukarelaan berarti calon subjek membuat persetujuan untuk

berpartisipasi dalam penelitian tanpa unsur paksaan atau dipengaruhi

orang lain. Kesukarelaan ini diperoleh setelah diberi informasi secara

jelas tentang penelitian serta memahami informasi yang diberikan

(Hamid, 2007).

Page 83: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

65

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

SDN Cireundeu III ini berada di jalan Impres No. 60 Kelurahan

Cireundeu. SDN Cireundeu III didirikan pada tahun 1975 dan berfungsi pada

1 September 1977. Sekolah ini merupakan hibah dari masyarakat setempat ,

karena dirasakan oleh masyarakat setempat membutuhkan tempat pendidikan

anak-anak sedangkan fasilitas tidak mencukupi, pembangunannya dengan

kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota dan Pemerintah setempat. Jumlah

guru 17 orang ditambah 1 orang penjaga sekolah dan jumlah siswa

keseluruhan pada tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 407 siswa. Sekolah ini

memiliki 8 ruang kelas dan terbagi menjadi kelas pagi dan siang, Unit

Kesehatan Sekolah (UKS), perpustakaan, mushola dan lain-lain. Kegiatan

ektrakulikuler di SDN Cireundeu III adalah futsal, seni lukis, menyanyi,

pianika, pramuka dan lain-lain.

Visi dari SDN Cireundeu III ini adalah “Lingkungan yang asri, bersih

dan nyaman, menjadikan sekolah yang kondusif bagi warga sekolah untuk

mengembangkan potensi diri secara maksimal”. Misi dari sekolah ini yaitu

menata lingkungan sekolah yang asri, bersih, nyaman, menyediakan sarana

dan pasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar, melaksanakan

pembelajaran secara aktif, kreatif, afektif dan menyenangkan yang

berlandaskan IMTAQ dan IPTEK secara terus menerus, mewujudkan citra

sekolah yang baik sehingga menjadi kebanggaan masyarakat sekitar.

Page 84: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

66

Sedangkan tujuan sekolah ini adalah sekolah sebagai sarana pembelajaran

yang menyenangkan bagi peserta didik, siswa mengembangkan potensi diri

dengan maksimal sebagai bekal masa depan, siswa memiliki sikap kreatif,

inovatif, dan terampil untuk mengembangkan diri yang berlandaskan IMTAQ

dan IPTEQ secara terus menerus, dan menjadi sekolah pelopor dan penggerak

di lingkungan masyarakat sekitar.

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik sampel

penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, posisi anak, dan jumlah saudara.

Berikut adalah kategori responden penelitian, antara lain:

1. Umur Anak

Umur anak yang dipilih adalah menjadi responden dalam penelitian

ini adalah katagori anak usia sekolah 6-12 tahun (Wong, 2008), berjumlah

72 responden.

Tabel 5.1 Distribusi usia responden

Umur Frekuensi Persentase (%)

7 8 11.1

8 13 18.1

9 9 12.5

10 17 23.6

11 17 23.6

12 8 11.1

Total 72 100.0

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan

umur. Umur 10 dan 11 tahun memperoleh jumlah tertinggi yaitu sama-

sama sebesar 17 responden (23,6%).

Page 85: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

67

2. Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi jenis kelamin responden

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 38 52.8

Permpuan 34 47.2

Total 72 100.0

Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan

jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki memperoleh jumlah tertinggi yaitu

sebesar 38 responden (52,8 %).

3. Posisi Anak

Tabel 5.3 distribusi posisi anak dalam keluarga

Posisi anak Frekuensi Persentase (%)

Anak pertama 54 75.0

Anak tengah 18 25.0

Total 72 100.0

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan

posisi anak. Posisi anak pertama memperoleh jumlah tertinggi yaitu

sebesar 54 responden (75 %).

4. Jumlah Saudara

Tabel 5.4 Distribusi jumlah saudara dalam keluarga

Jumlah saudara Frekuensi Persentase (%)

>3 9 12.5

1-3 63 87.5

Total 72 100.0

Tabel 5.4 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan

jumlah saudara. Jumlah saudara dengan anak 1-3 saudara kandung

memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 63 responden (87,5 %).

Page 86: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

68

C. Analisis Univariat

Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen berupa sibling

rivalry dan variabel dependen yakni penyesuaian sosial anak usia sekolah

yang masing-masing akan digambarkan secara berturut-turut.

1. Sibling rivalry anak usia sekolah

Pada penelitian ini, nilai sibling rivalry anak usia sekolah diperoleh

berdasarkan jumlah dari jawaban orang tua dari responden terhadap

kuesioner sibling rivalry anak usia sekolah. Analisis univariat variabel

sibling rivalry anak usia sekolah pada siswa SDN Cireundeu III, diperoleh

hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan sibling rivalry anak usia

sekolah pada siswa SDN Cireundeu III

Perilaku sibling

rivalry Frekuensi Persentase (%)

Sibling rivalry

rendah 32 44.4

Sibling rivalry

tinggi 40 55.6

Total 72 100.0

Pada analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan sibling

rivalry anak usia sekolah pada siswa SDN Cireundeu III di temukan

bahwa mayoritas responden memiliki perilaku sibling rivalry tinggi

sebanyak 40 responden (55,6 %).

2. Kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah

Pada penelitian ini, nilai penyesuaian sosial anak usia sekolah

diperoleh berdasarkan jumlah dari jawaban orang tua dari responden

terhadap kuesioner penyesuaian sosial anak usia sekolah. Analisis

Page 87: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

69

univariat variabel penyesuaian sosial anak usia sekolah pada siswa SDN

Cireundeu III, diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.6

berikut ini.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan penyesuaian sosial anak usia

sekolah pada siswa SDN Cireundeu III

Penyesuaian sosial Frekuensi Persentase (%)

Penyesuaian sosial rendah 38 52.8

Penyesuaian sosial tinggi 34 47.2

Total 72 100.0

Pada analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan

penyesuaian sosial anak usia sekolah pada siswa SDN Cireundeu III di

temukan bahwa mayoritas responden memiliki perilaku penyesuaian sosial

tinggi sebanyak 38 responden (52,8 %).

D. Analisis Bivariat

Berdasarkan kerangka konsep, maka analisis bivariat akan menguji

hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel independen

adalah sibling rivalry anak usia sekolah. Sedangkan variabel dependen adalah

penyesuaian sosial anak usia sekolah.

Tabel 5.7 Hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian

sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III

Sibling rivalry

Penyesuaian Sosial

Total Nilai

r P Penyesuaian

Sosial rendah

Penyesuaian

Sosial tinggi

N % N % N %

-0,711 0.000

Sibling rivalry

rendah 7 21.9 25 78.1 32 100

Sibling rivalry

tinggi 31 77.5 9 22.5 40 100

Total 38 52.8 34 47.2 72 100

Page 88: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

70

Analisis hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan

penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III ini menggunakan

uji korelasi Spearman. Hasil penelitian didapat koefisien korelasi (r) antara

sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di

SDN Cireundeu III (r) -0,711 dengan tingkat signifikan (p) 0,000. Hal ini

menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sibling

rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN

Cireundeu III dimana kekuatan atau hubungan negatif, dalam arti semakin

tinggi sibling rivalry anak maka semakin rendah kemampuan penyesuaian

sosial anak tersebut. Dalam hal ini sibling rivalry anak usia sekolah memiliki

hubungan atau korelasi yang kuat (r=-0.711) dengan kemampuan

penyesuaian sosial anak usia sekolah karena nilai kekuatan korelasinya (r)

antara 0,60-0,799 (Dahlan, 2010).

Page 89: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

65

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan

untuk mengidentifikasi dan menghubungkan antara sibling rivalry dengan

kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Mei-Juni 2013 di Sekolah Dasar Negeri Cireundeu III dengan

pengumpulan data menggunakan angket yang dilakukan oleh peneliti kepada 72

responden. Berikut uraian pembahasan serta keterbatasan penelitian dari hasil

penelitian yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

A. Analisis Univariat

1. Karakteristik responden

Karakteristik resoponden berdasarkan usia reponden sebagian besar

berusia 10 dan 11 tahun yaitu masing-masing sebesar 17 responden

(23,6%). Hal ini disebabkan karena mayoritas responden berada pada kelas

4 dan kelas 5 sekolah dasar. Yusuf (2012) mengatakan bahwa kelas-kelas

tinggi sekolah dasar (kelas 4 sampai kelas 6) memiliki rentang usia 9

sampai 12 atau 13 tahun sehingga responden pada usia tersebut berada

dalam katagori tertinggi.

Usia sekolah merupakan usia dimana seseorang mengalami

perkembangan fisik, psikososial, emosi, kognitif, moral, dan spiritual.

Pada masa ini anak-anak mulai membina hubungan dengan orang lain

seperti teman sebaya (Hockenberry & Wilson, 2007). Anak usia sekolah

juga mengalami perkembangan dalam emosi seperti cemburu atau sering

71

Page 90: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

72

iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain

terutama saudaranya serta menyukai persaingan (Hurlock, 2005; Wong,

2008). Kedua perkembangan ini berkaitan dengan adanya sibling rivalry

pada anak usia sekolah serta kemampuannya dalam melakukan

penyesuaian sosial.

Karakteristik responden berdasarkan distribusi jenis kelamin yang

paling banyak adalah laki-laki. Perbedaan jumlah laki-laki dan perempuan

kelamin laki-laki sehingga didapatkan sebagian besar responden berjenis

kelamin laki-laki. Hal ini juga ditemukan pada jumlah populasi anak usia

sekolah di Indonesia, yaitu jumlah laki-laki lebih banyak daripada

perempuan sebesar 14.329.016 jiwa sedangkan jumlah populasi

perempuan sebesar 13.475.884 jiwa.

Perbedaan jenis kelamin berpengaruh pada perkembangan sibling

rivalry dan kemampuan penyesuaian sosial anak. Penelitian Listiani

(2010) menyebutkan bahwa jenis kelamin berkontribusi dalam

perkembangan sibling rivalry yang akan mempengaruhi penyesuaian

sosial anak. Anak perempuan lebih suka berperan dalam merawat dan

menolong saudara sekandung mereka dibandingkan anak laki-laki

(Minnett, Vandell dan Santrock, 1983 dalam Ambarini, 2006). Ambarini

(2006) menyebutkan bahwa adanya saudara sekandung, khususnya anak

pertama, apalagi anak laki-laki, menunjukkan masalah emosional dan

perilaku. Howe et al (2002) dalam Havnes (2010) melaporkan bahwa

saudara perempuan lebih penurut dibandingkan laki-laki. Selain itu

Page 91: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

73

kemampuan sosialisasi anak laki-laki lebih sering mengalami masalah

dibanding anak perempuan.

Karakteristik resoponden berdasarkan berdasarkan distribusi posisi

anak dalam keluarga yang paling banyak adalah anak pertama sebesar 54

responden (75 %). Anak pertama biasanya lebih mendekati harapan sosial

dan hasilnya mereka cenderung diterima lebih baik. Namun yang perlu

menjadi perhatian bahwa pengaruh lingkungan seperti sekolah, keluarga

dan masyaraat juga mempunyai peran yang lebih penting daripada urutan

kelahiran dalam keluarga. Semua anak dituntut memainkan peran sesuai

uratan kelahirannya, jika tidak menyukai peran yang diberikan, maka akan

terjadi perselisihan besar sekali biasanya yang menyebabkan kesulitan

untuk bersosial baik di lingkungan keluarga bahkan di luar keluarga

(Hurlock, 2006). Anak pertama biasa menunjukkan kebencian terhadap

saudaranya karena perhatian orang tua terbagi (Franz, 2006). Pada anak

tengah biasanya menunjukkan perasaan rendah diri terhadap saudara

kandung yang lebih tua karena menganggap tidak memiliki kemampuan

seperti saudara mereka. Namun, hal tersebut juga membuat mereka

menjadi sangat kompetitif terhadap saudara mereka yang mendorong

mereka berinovasi, melakukan hal yang berbeda dari saudaranya yang

lebih tua yang berdampak terhadap kemampuan penyesuaian sosial anak

tersebut (Franz, 2006).

Karakteristik responden berdasarkan jumlah saudara dalam keluarga

yang paling banyak adalah jumlah saudara yang sedikit (1-3) orang sebesar

87,5%. Hal ini sesuai pendapat Hurlock (2006) bahwa jumlah saudara

Page 92: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

74

yang kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak

perselisihan daripada jumlah saudara yang besar. Hal ini dikarenakan, bila

ada anak dua atau tiga anak dalam keluarga, mereka lebih sering bersama

jika jumlahnya besar dan orang tua mengharapkan mereka bermain dan

melakukan berbagai hal bersama sehingga perselisihan sandara kandung

berkurang.

2. Gambaran sibling rivalry anak usia sekolah di SDN Cireundeu III

Sibling rivalry menurut Kamus Dorland (2012) adalah kompetisi antar

saudara kandung untuk mendapatkan cinta, kasih sayang atau perhatian

salah satu atau kedua orang tuanya dan untuk mendapatkan pengakuan atau

keuntungan lainnya. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

edisi III (PDGJ III) juga menyebutkan bahwa rasa persaingan/iri hati antar

saudara ditandai oleh upaya bersaing yang nyata antar saudara untuk

merebut perhatian atau cinta orang tuanya dan perasaan negatif yang

berlebihan. Pada kasus yang berat persaingan mungkin disertai oleh rasa

permusuhan yang terbuka, trauma fisik dan/atau sikap jahat dan upaya

menjatuhkan saudaranya . Pada kasus yang ringan persaingan/iri hati itu

dapat terlihat dari keengganan berbagi, kurangnya pandangan positif, dan

langkanya interaksi yang ramah (Maslim, 2003).

Fenomena tentang sibling rivalry anak terbukti pada penelitian ini

yaitu didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian mengalami

sibling rivalry tinggi yaitu 40 responden (55,6 %). Angka ini menandakan

bahwa kejadian sibling rivalry pada anak usia sekolah masih tinggi. Hal ini

sesuai teori yang menyebutkan bahwa sibling rivalry ini cenderung

Page 93: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

75

meningkat selama usia sekolah (Dunlap, 2004; Berk, 2005). Sibling rivalry

meningkat pada usia sekolah karena anak mulai beraktivitas dan berprestasi

baik di sekolah atau di luar sekolah. Adanya aktivitas dan prestasi tersebut,

orang tua mulai membandingkan anak yang satu dengan yang lain dan

ketika anak yang usianya berdekatan masuk ke dunia sekolah, maka

perbandingan orang tua terhadap anak-anaknya semakin sering dilakukan

dan hasilnya anak menjadi sering bertengkar, saling bermusuhan, dan susah

untuk melakukan penyesuaian sosial (Berk, 2005).

Hal ini serupa dengan penelitian Listiani (2010) di Jomblang pada

anak usia 8-12 tahun menemukan 100 % mengalami sibling rivalry. Pada

penelitian ini juga melaporkan bahwa sibling rivalry disebabkan oleh faktor

sikap, urutan kelahiran, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara

kandung anak, hubungan anak dengan saudara kandungnya, pola asuh orang

tua, dan adanya anak emas diantara anak. Penelitian Aini (2012) tentang

hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian sibling rivalry pada anak

usia 1-12 tahun di Kelurahan Lidah Wetan Kecamatan Lakarsantri Surabaya

menemukan ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kejadian

sibling rivalry (p=0,009).

Sibling rivalry ini ditunjukan melalui reaksi kemarahan atau perilaku

agresif, semangat berkompetisi/ bersaing, serta kecemburuan yang terhadap

saudara kandungnya (Shaffer, 2009). Sebagian besar anak mengungkapkan

kekesalannya terhadap saudara kandungnya sendiri dengan berperilaku

agresif dengan menunjukkan rasa permusuhan yang terbuka, trauma fisik

dan/atau sikap jahat dan upaya menjatuhkan saudaranya (Maslim, 2003).

Page 94: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

76

Hal tersebut sesuai dengan hasil dari penelitian ini dimana dari tiga

ciri sibling rivalry yang diteliti, yaitu reaksi kemarahan/perilaku agresif,

persaingan/kompetisi, serta cemburu/iri hati dengan mencari perhatian. Dari

ketiga bentuk yang diteliti, ternyata didapatkan hasil bahwa dari 72

responden dalam penelitian ini sebesar 35,87 % untuk bentuk perilaku

agresif/kemarahan, angka ini merupakan angka terbesar bila dibandingkan

dengan ciri sibling rivalry yang lain. Perilaku agresif menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah perasaan marah atau tindakan kasar akibat

kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang

dapat diarahkan kepada orang atau benda atau perbuatan bermusuhan yang

bersifat penyerangan fisik ataupun psikis terhadap pihak lain. Hal ini dapat

dikarenakan anak beranggapan bahwa tindakan agresif/kemarahan

merupakan senjata yang ampuh untuk mengalahkan saudaranya dalam hal

mendapatkan perhatian atau kasih sayang orang tua, namun ternyata hal ini

dapat berdampak negatif pada dirinya sendiri dan saudaranya.

Sibling rivalry menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak

positif tersebut antara lain saat saudara lahir, anak yang lebih tua telah

mengembangkan kemandirian penuh, terutama dalam bermain, dan

peningkatan kemampuan untuk bertanggung jawab yang mengarah ke

konsep diri yang lebih baik (Anderson, 2006). Selain itu, Gunarsa (2004)

menyebutkan bahwa persaingan yang sehat dan tetap dalam pengamatan

orang tua, bisa terus dipertahankan, agar semuanya terdorong untuk

mencapai prestasi dan meraih hasil sebaik-baiknya.

Page 95: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

77

Dampak negatif dari sibling rivalry yaitu anak dapat mencederai

saudaranya dan menganggap saudaranya sebagai lawan (Gichara, 2006).

Hal tersebut juga telah ditemukan pada penelitian Ensi dan Winarianti

(2009) menemukan bahwa anak usia toodler dan memiliki adik ditemukan

sekitar 89,9% terjadi cedera pada saudara yang lebih muda akibat perlakuan

sang kakak. Penelitian Bank, Patterson, & Reid (1996 dalam Pope 2006)

menyebutkan bahwa hubungan tidak harmonis antar saudara kandung

khususnya anak pada masa usia sekolah menyebabkan anak mengalami

kesulitan melakukan penyesuaian sosial. Sibling rivalry juga merusak

kualitas persaudaraan dan menyebabkan perilaku agresif anak terutama

terhadap saudaranya di rumah (Havnes, 2010; Hardy et al, 2010) dan

menyebabkan anak akan lebih sering berperilaku agresif di mana saja,

seperti di sekolah (Patterson dalam Volling & Blandon, 2003).

3. Gambaran penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III

Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk

menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap

kelompoknya pada khususnya (Hurlock, 2005). Individu termasuk anak

usia sekolah dituntut untuk mempelajari pola tingkah laku yang diperlukan

atau mengubah kebiasaan yang ada sedemikian rupa sehingga cocok bagi

satu masyarakat sosial (Chaplin, 2006). Kemampuan sosialisasi adalah

bagian penting yang harus dimiliki oleh anak usia sekolah terutama dengan

teman sebaya, masyarakat sekitar serta dengan anggota keluarga

(Hockenberry & Wilson, 2007).

Page 96: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

78

Ketika masa usia sekolah, kemampuan penyesuaian sosial ini sangat

penting dimiliki oleh setiap anak. Periode ini anak pertama kalinya

bergabung dalam aktivitas kelompok sehingga anak mulai belajar

menghargai perbedaan yang ada dalam anggota kelompok dan bertambah

sensitif terhadap norma sosial ataupun tekanan dari anggota kelompok dan

mulai membentuk kelompok-kelompok (Hockenberry & Wilson, 2007).

Yusuf (2012) menyampaikan bahwa anak usia ini mulai bekerja sama,

memperhatikan kepentingan orang lain, bertambah keinginan untuk

diterima menjadi anggota kelompok dan tidak puas bila tidak diterima di

kelompok serta mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya maupun

lingkungan masyarakat sekitar.

Anak yang dapat melakukan penyesuaian sosial akan memenuhi

kebutuhan dari dalam dirinya dan tuntutan lingkungannya serta mampu

mengatasi hambatan yang dihadapinya. Untuk menentukan sejauh mana

penyesuaian diri anak secara sosial dapat diterapkan dengan empat kriteria,

penerapan salah satu kriteria saja tidak akan memadai. Empat kriteria

tersebut adalah penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang

nyata (overt performance), penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap

sosial, dan kepuasan pribadi (Hurlock, 2005). Scheneider (1964 dalam

Yusuf, 2008) kemampuan penyesuaian sosial anak ini harus dimiliki baik

di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan kemampuan

penyesuaian sosial anak masing-masing berbeda. Pada penelitian ini dari

sebagian besar memiliki penyesuaian sosial rendah yaitu sebesar 52,8 %.

Page 97: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

79

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Penelitian

Nisa (2011) pada siswa kelas VI Yayasan SD Jembar Bandung

menunjukkan hasil pada kategori tinggi 86,2% dan sisanya 13,8% berada

pada kategori rendah. Perbedaan penelitian ini dikarenakan karakteristik

responden pada penelitian sebelumnya hanya kelas IV tidak mencakup

seluruh anak usia sekolah serta tempat penelitian.

Kemampuan penyesuaian sosial anak pada penelitian ini dilihat dari

empat kriteria yang telah dikemukakan oleh Hurlock (2005) yaitu

penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang nyata (overt

performance), penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial, dan

kepuasan pribadi baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dari keempat bentuk yang diteliti, ternyata didapatkan sebesar 43,15%

untuk bentuk yaitu penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang

nyata (overt performance) yang tidak mampu dikuasai oleh sebagian besar

responden. Ini artinya sebagian besar responden kurang mampu

mengembangkan kemampuan sosial, kurang mampu menjalin hubungan

dengan sesama (teman sebaya), dan kurang bersikap terbuka dengan orang

lain sesuai dengan standar yang berlaku dalam kelompok. Ini sejalan

dengan penelitian Nisa (2011) yang menemukan 13,8 % anak usia sekolah

berada dalam katagori rendah ditunjukkan melalui tidak mampu menjalin

hubungan dengan teman sebaya, melanggar tata tertib dan peaturan

sekolah serta tidak berani berpendapat.

Tingginya kemampuan penyesuaian sosial yang rendah ini bisa

disebabkan karena anak mengalami kesulitan melakukan penyesuaian

Page 98: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

80

sosial. Hurlock (2005) menyebutkan bahwa anak mengalami kesulitan

melakukan penyesuaian sosial pada anak karena beberapa hal yaitu bila

perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, anggota keluarga

dirumah kurang memberikan model perilaku yang baik, kurangnya

motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial, meskipun memiliki

motivasi kuat untuk belajar melakukan penyesuaian sosial yang baik,

namun anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam

proses belajar ini sehingga tetap saja akan mengalami kesulitan melakukan

penyesuaian sosial. Tidak hanya itu, kemampuan penyesuaian sosial anak

yang rendah ini juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dimana jika

sekolah memberikan bimbingan serta pengawasan terhadap tingkah laku

anak akan membuat anak dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik

(Sunarto & Hartono, 2008). Di SDN Cireundeu III, berdasarkan hasil

observasi dan wawancara bahwa di sekolah ini masih jarang dilakukan

layanan bimbingan konseling terkait tingkah laku anak sehingga hal ini

juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan

penyesuaian sosial anak di sekolah dasr tersebut.

LeComer (2006) menyebutkan bahwa kegagalan penyesuaian sosial

(social maladjustment) berkaitan dengan kesulitan dalam bersosial dan

emosi yang berhubungan dengan tingkah laku yang didapatkan dari situasi

atau pengalaman. Kegagalan penyesuaian sosial juga merupakan masalah

tingkah laku yang berkaitan dengan aturan dalam keluarga, sosial, dan/atau

sekolah (Whitcomb & Merrel, 2013). Kegagalan dalam melakukan

penyesuaian ini juga akan mengakibatkan ketegangan, tingkah laku yang

Page 99: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

81

serba salah, tidak terarah, emosianal, sikap yang tidak realistik, agresif,

dan sebagainya (Sunarto & Hartono, 2008).

Kemampuan penyesuaian sosial anak dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain kondisi fisik, perkembangan, kematangan emosi, pengalaman,

pembelajaran, konflik, lingkungan rumah, hubungan dengan orang tua,

hubungan dengan saudara, masyarakat, dan sekolah (Sunarto & Hartono,

2008). Penelitian Nisa (2011) tentang kontribusi iklim kehidupan keluarga

terhadap penyesuaian sosial siswa sekolah dasar pada siswa kelas VI

Yayasan SD Jembar Bandung menunjukkan hasil bahwa semakin kondusif

iklim kehidupan keluarga maka semakin tinggi kemampuan penyesuaian

sosial siswa. Penelitian Retnasih (2009) tentang hubungan antara

perkembangan emosi dan penyesuaian sosial siswa pada SD Negeri

Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara perkembangan emosi dan penyesuaian sosial.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Spearmen rank karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara

sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di

SDN Cireundeu III. Hasil uji spearmen pada penelitian ini didapat koefisien

korelasi (r) antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak

usia sekolah di SDN Cireundeu III (r) -0,711 dengan tingkat signifikan (p)

0,000. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia

sekolah di SDN Cireundeu III dimana kekuatan atau hubungan negatif, dalam

Page 100: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

82

arti semakin tinggi sibling rivalry anak maka semakin rendah kemampuan

penyesuaian sosial anak.

Hal ini sesuai pendapat Sunarto dan Hartono (2008) dan Evelyn et al

(2011) bahwa hubungan saudara kandung dapat mempengaruhi kemampuan

penyesuaian sosial anak dimana jika suasana hubungan saudara yang penuh

persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang

memudahkan untuk tercapainya penyesuaian sosial yang lebih baik dan

mengurangi resiko kegagalan melakukan penyesuaian (maladjustment).

Sedangkan suasana yang penuh dengan permusuhan, perselisihan, iri hati,

kebencian dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan dalam penyesuaian

sosial. Ditambah lagi dengan penelitian Deater-Deckard, Dunn, dan Lussier

(2002) tentang “Sibling Relationships and Social-Emotional Adjustment In

Different Family Contexts” menyebutkan bahwa hubungan antar saudara

kandung yang tidak harmonis atau buruk berhubungan dengan kegagalan

penyesuaian anak (child maladjustment). Penelitian Nuswantari (2011)

tentang hubungan antara sibling rivalry dengan perilaku asertif pada remaja

juga menunjukkan hubungan yang negatif artinya semakin tinggi sibling

rivalry, maka semakin rendah perilaku asertif pada remaja.

Hal serupa juga disampaikan oleh Bank, Patterson, & Reid (1996 dalam

Pope 2006) bahwa hubungan tidak harmonis antar saudara kandung (sibling

rivalry) khususnya anak pada masa usia sekolah akan mengalami kesulitan

melakukan penyesuaian sosial seperti hubungan yang buruk dengan teman

sebaya, perilaku antisosial, kesulitan belajar, dan menunjukkan tanda

psikopatologi (cemas, depresi, dan ketakutan). Hurlock (2006) juga

Page 101: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

83

menyatakan bahwa perselisihan antar saudara (sibling rivalry) akan

mempegaruhi semua hubungan antar anggota keluarga dan bahkan hubungan

yang buruk ini sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak

ke luar rumah.

Kemampuan penyesuaian sosial tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan

antara saudara kandung di dalam keluarga. Penyesuaian sosial anak usia

sekolah dipengaruhi juga oleh lingkungan sekolah karena sekolah merupakan

rumah kedua bagi anak yang memiliki peran dalam membentuk tingkah laku

anak sebagai bekal kehidupannya sehari-hari. Suasana di sekolah baik sosial

maupun psikologis menentukan pola penyesuaian sosial serta hasil

pendidikan merupakan bekal untuk melakukan penyesuaian sosial di

masyarakat (Sunarto & Hartono, 2008).

Oleh karena itu, hubungan yang tidak harmonis antar saudara kandung

(sibling rivalry) ini harus dikurangi atau diatasi karena akan membuat anak

mengalami kesulitan melakukan penyesuaian sosial anak. Hal ini karena jika

seseorang gagal melakukan penyesuaian sosial individu tingkah laku yang

serba salah, tidak terarah, emosianal, sikap yang tidak realistik, agresif, dan

perilaku yang tidak diinginkan lainnya (Sunarto & Hartono, 2008).

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti,

diantaranya yaitu:

1. Jumlah sampel penelitian tidak sesuai dengan jumlah sampel yang

ditentukan. Hal ini karena pembagian kuesioner dititipkan ke orang tua

Page 102: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

84

responden sehingga banyak responden tidak mengembalikan kuesioner

yang telah dibagikan.

2. Kedua instrumen penelitian dalam penelitian ini didapatkan dari

penelitian terdahulu yang dimodifikasi sendiri oleh peneliti sehingga

tidak memiliki standar yang baku baik secara nasional ataupun

internasional. Intrumen ini juga masih banyak item yang tidak valid

sehingga diperlukan perbaikan dalam pembuatan kuesioner tersebut.

3. Tidak kesesuaian waktu penelitian dengan jadwal akademik sekolah

menyebabkan peneliti tidak dapat mengambil sampel kelas VI (enam).

Hal ini dikarenakan telah selesainya masa studi kelas VI (enam) di SDN

Cireundeu III. Namun pada penelitan ini mencakup kelas 1 sampai kelas

6 yang berusia mulai dari 7 tahun sampai 12 tahun. Sehingga penelitian

ini masih cukup mewakili karakteristik yang diinginkan dalam yaitu anak

usia sekolah yang ada di SDN Cireundeu III.

4. Pengambilan data pada penelitian ini hanya melibatkan orang tua

sehingga data yang didapatkan masih belum mengukur karakteristik

penyesuaian sosial anak ketika di sekolah sehingga diperlukan

keterlibatan guru serta siswa itu sendiri.

Page 103: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

65

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di

SDN Cireundeu III Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada siswa kelas 1-5 di SDN Cireundeu III sebagian besar mengalami

sibling rivalry tinggi sebesar 40 responden (55,6 %).

2. Pada siswa kelas 1-5 di SDN Cireundeu III sebagian besar memiliki

kemampuan penyesuaian sosial rendah sebesar 38 responden (52,8 %).

3. Ada hubungan yang bermakna antara sibling rivalry dengan kemampuan

penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III dengan nilai

p value = 0,000 serta memiliki hubungan negatif yang kuat dengan nilai r

sebesar -0,711 artinya semakin tinggi sibling rivalry maka semakin

rendah kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN

Cireundeu III.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain:

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

pelayanan keperawatan. Misalnya hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai acuan dalam memberikan pelayanan keperawatan baik anak

ataupun komunitas berupa pendidikan kesehatan kepada para orang tua

yang mengalami sibling rivalry pada anak usia sekolah ini akan

85

Page 104: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

85

mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosial anak dengan

lingkungannya baik di sekolah maupun di masyarakat.

2. Bagi SDN Cireundeu III

Hasil penelitian ini bisa dijadikan dasar atau masukan untuk

pengembangan dan penerapan layanan bimbingan konseling serta

mengadakan pertemuan rutin dengan wali siswa untuk membahas terkait

penyesuaian sosial dalam kehidupan sehari-hari, baik di ingkungan

keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan masukan orang tua

untuk lebih mengurangi serta mengatasi terjadinya sibling rivalry karena

akan mempengaruhi penyesuaian sosial anak di keluarga, sekolah, dan

masyarakat.

4. Peneliti Selanjutnya

a. Penelitan selanjutnya dapat memperluas area penelitian, tidak hanya

melihat sibling rivalry dan hubungannya dengan penyesuaian sosial

misalnya meneliti juga tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

penyesuaian sosial anak usia sekolah atau hubungan sibling rivalry

dengan yang lainnya.

b. Penelitian selanjutnya dapat melakukan revisi terhadap instrumen

penelitian dan ditambahkan lagi dengan tehnik pengumpulan data

yang lain seperti wawancara dan observasi serta melibatkan guru,

orang tua, ataupun siswa yang bersangkutan yang diukur dalam satu

waktu di tempat yang sama.

86

Page 105: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

DAFTAR PUSTAKA

Ambarini, Tri Kurniati. Saudara Sekandung dari Anak Autis dan Peran Mereka

dalam Terapi. Akultas Psikologi Universitas Airlangga. INSAN, Vol. 8,

No. 6 , 2006.

Anonim. Peran Keluarga Mengendalikan Kenakalan Anak, 2012. Diakses tanggal

8 Mei 2013 dari http://www.sekolahdasar.net/2012/09/peran-keluarga-

dalam-mengendalikan-kenakalan-anak.html

Anderson, J. E. Sibling Rivalry: When the Family Circle become A Boxing Ring,

2006. Diakses 2 Desember 2012 dari

http://contemporarypediatrics.modernmedicine.com/contpeds/content/pri

ntContentPopup.jsp?id=306594

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC, 2005.

Badan Pusat Statistik. Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk menurut

Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2010.

Diakses 30 November 2012 dari http://sp2010.bps.go.id/index.php

Berk, L E. Infant, Children and Adolescent. (5th

Ed). New York: Pearson

Education, Inc, 2005.

Chaplin, J. P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakata: Raja Grafindo Persada, 2006.

Dahlan, Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 2010.

─────. Statistik untuk Kodokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan

Multivariat Dilengapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta:

Salemba Medika, 2010.

Deater-Deckard, K., Dunn, J., & Lussier, G. Sibling Relationships and Social-

Emotional Adjustment In Different Family Contexts. Social

Development, Volume 11, 2002.

Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC,

2002.

Dunlap, Linda L. What All Children Need: Theory And Application. USA:

University Press of America, 2004.

Ensi, R dan Winarianti. Hubungan sibling rivalry toddler dengan kejadian cedera

pada saudara sekandungnya di RW 12 Kelurahan Kemiri Muka

Kecamatan Beji Kota Depok. [Skripsi]. Depok : FIK Universitas

Indonesia, 2009.

Page 106: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Evelyn, B. W., Shanahan, L., Susan, D. C., Susan, P. K., & Marion O'Brien. Life

Events, Sibling Warmth, and Youths' Adjustment. Journal of Marriage

and Family, 73(5), 902-912, 2011.

Franz, Janie. Birth Order. Gale Encyclopedia of Children's Health: Infancy

through Adolescence. 2006. Retrieved June 22, 2013 from

Encyclopedia.com: http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-

3447200087.html

Gichara, Jenny. Mengatasi Perilaku Buruk Anak. Jakarta: Kawan Pustaka, 2006.

Gunarsa, Singgih D. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, Dan Keluarga. Jakarta:

Gunung Mulia, 2004

Hakvoort, Esther M., Henny M. W. Bos, Frank van Balen, and Jo M. A.

Hermanns. "Family Relationships and the Psychosocial Adjustment of

School-Aged Children in Intact Families." The Journal of Genetic

Psychology, Vol 171, No. 2 pp: 182-201, 2010.

Hamid, A.Y. Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika, & Instrumentasi, Ed.

2. Jakarta: EGC, 2007.

Hardy, M., Beers, B., Burgess, C. & Taylor, A. “Personal Experience and

Perceived Acceptability of Sibling Aggression”. Journal of Family

Violence, vol. 25, no. 1, pp. 65-71, 2010.

Havnes, Tarjei. Sibling Rivalry over Parental Care. Intra-household Conflict and

Child Investment. The Reasearch Council of Norwey, Departement of

Economics, University of Oslo, 2010. Diakses 22 Oktober 2012 dari

http://folk.uio.no/tarjeiha/papers/siblingrivalry_april10.pdf

Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika, 2008.

Hockenberry, Marilyn J. & David Wilson. Wong’s Nursing Care of Infants and

Children. 8th

Ed. Canada: Mosby Elsivier, 2007.

Howe & Rechia. Sibling Relations and Their Impact on Children’s Development.

Centre for Research in Human Development, Concordia University,

Canada, 2006. Diakses 29 November 2012 dari http://www.child-

encyclopedia.com/documents/Howe-recchiaANGxp.pdf

Huang, Yu-Shan. The Effect of Home Stimulation on Social Adjustment:

Comparative Study of Asian-Americanand Caucasian Kindergarteners.

Thesis, Master of Arts Department of Counseling, School and

Educational Psychology, 2007. Diakses 2 Desember 2012 dari

http://gradworks.umi.com/14/46/1446296.html

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 1. Edisi Keenam. Alih bahasa:

Tjandrasa & Zarkasih. Jakarta: Erlangga, 2005.

Page 107: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

──────. Perkembangan Anak Jilid 2. Edisi Keenam. Alih bahasa: Tjandrasa &

Zarkasih. Jakarta: Erlangga, 2006.

──────. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Edisi 5. Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta:

Erlangga, 2010.

Ihsan. Perlindungan Anak dari Tindak Kekerasan. (Ketua Divisi Pengawasan dan

Monev KPAI, 2013. Diakses tanggal 10 Mei 2013 dari http://

menegpp.go.id/V2/images/stories/ifran/IHSAN_KPAI.pdf

Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

dengan Badan Pusat Statistik. Profil Anak Indonesia 2012. Diakses dari

www.pdii.lipi.go.id/wp.../Profil-anak-Indonesia-2012.pdf

Listiani, Ita. Penyebab Terjadinya Sibling Rivalry Pada Anak Usia Sekolah Di Rw

9 Kelurahan Jomblang Kota Semarang. [Skripsi]. Jawa Tengah:

Universitas Muhammadiyah Semarang, 2010.

LeComer, Laurie Fivozinsky. A Parent's Guide to Developmental Delays:

Recognizing and Coping with Missed Milestones in Speech, Movement,

Learning, andOther Areas. New York: Penguin Group, 2006.

Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya,

2003.

Mukhtar, Desvi Yanti dan Noor Rachman Hadjam. Efektivitas Art Therapy untuk

Meningkatkan Keterampilan Sosial pada Anak yang Gangguan Perilaku.

Psikologia, Vol 2, No. 1, hal 16-24, 2006.

Nisa, Zuhratun Nuro. Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga terhadap

Penyesuaian Sosial Siswa Sekolah Dasar. [Skripsi]. Bandung: Jurusan

Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia,

2011.

Nihayah, Zahratun., Fadhilah Suralaga., dan Natris Idriyani. Psikologi

Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Islam. Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006.

Nurmaningtyas, Fifi. Sibling Rivalry Pada Anak ASD (Autistic Spectrum

Disorder) dan Saudara Kandungnya (Studi Kasus di Sekolah At –Taqwa

Surabaya). Character: Jurnal Penelitian Psikologi, Volume 01, Nomor

02, 2013.

Nursalam. Konsep & Metode Keperawatan, edisi 2. Jakarta: Salemba Medika,

2008.

Page 108: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,

dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari,dkk.

Jakarta: EGC, 2005.

Pike, A., Coldwell, J., dan Dunn, J. Sibling Relationships in Early/Middle

Childhood: Links with Individual Adjustment. Journal of Family

Psychology, 19(4), 523-532, 2005.

Pope, Loralee. Perceptions of Siblings Relationships in Middle Childhood and

Their Effects of Adolescent Anxiety and Depression. University of

Canterbury. Psychology, 2006. Diakses tanggal 20 Maret 2013 dari

http://library.canterbury.ac.nz/thesis/etheses_copyright.shtml

Retnasih, Emi. Hubungan antara Perkembangan Emosi dan Penyesuaian Sosial

Siswa pada SD Negeri Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar. [Skripsi]

Malang: Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi. Fakultas Ilmu

Pendidikan. Universitas Negeri Malang, 2009.

Santrock, John W. Child Development. 10th

Ed. New York: Mcgraw Hill Higher

Education, 2004.

─────. Perkembangan Anak Jilid 2. Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga, 2007.

Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta;

Sagung Seto, 2010.

Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Setiawati, Indah dan Anita Zulkaidah. Gambaran Sibling Rivalry pada Anak

Sulung Yang Diasuh Oleh Single Father, Vol. 2. ISSN:1858-2559.

Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, 2007.

Shaffer, D. R. Childhood and Adolescence: Developmental Psychology. (6th

ed.).

USA: Wadsworth group, 2009.

Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga:Aplikasi dalam Praktik. Jakarta:EGC,

2003.

Sunarto dan Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta,

2008.

Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004.

Suyanto. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogjakarta: Nuha

Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Thompson, J. A. Implicit Belief about Relationship Impact the Sibling Jealousy

Experience, 2004. Diakses 1 Desember 2012 dari

http://www.lib.nscu.edu

Page 109: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Usner, J., dan McNemey, A. Sibing Rivalry in Degree and Dimensions Across the

Lifespan, 2001. Diakses 1 Desember 2012 dari

http://jrscience.wcp.muohio.edu/humannature01/FinalArticles/SiblingRiv

alryinDegreeand.htm

Volling, B. L., & Blandon, A. Y. Positive Indicators of Sibling Relationship

Quality: Psychometric Analyses of The Sibling Inventory of Behavior

(SIB). Child Trends Positive Outcomes Conferences, 2003. Diakses 28

Oktober 2012 dari http://www.childtrends.org/Files/VollingBlandon.pdf

Whitcomb, Sara A dan Kenneth Merrel. Behavioral, Social, and Emotional

Assessment of Children and Adolescents, 4th

edition. New York:

Routledge, 2013.

WHO. World Health Statistics 2012. Diakses tanggal 2 Maret 2013 dari

www.who.int

Woolfson, R.C. Persaingan Saudara Kandung: Mendorong Anak-anak untuk

Bersahabat. Jakarta: Erlangga, 2003.

───────. Mengapa Anakku Begitu?. Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2005.

Wong dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed 6. Vol 1. Jakarta: EGC, 2009.

Yati, Jelita Widuri. Hubungan Sibling Rivalry dengan Motivasi Berprestasi Anak

Kembar. [Skripsi]. Depok: Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas

Indonesia, 2008.

Yuliati. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Reaksi Sibling Rivalry pada

Anak Usia Prasekolah di TK Mranggen I Srumbung Magelang. [Skirpsi].

Semarang. FIK Universitas Muhammadiyah Semarang, 2007.

Page 110: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Lampiran 1

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN KEMAMPUAN

PENYESUAIAN SOSIALANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR

NEGERI III CIREUNDEU

Assalamualaikum. WR. WB

Perkenalkan nama saya Etika Rahmawati (109104000052). Saya mahasiswi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan penelitian

sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan

(S.Kep).

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan dengan

penelitian. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan dengan segala kerendahan

hati agar kiranya bapak/ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi

kuesioner yang telah disediakan secara sukarela tanpa paksaan dari siapapun.

Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya dan apa adanya

sesuai dengan yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran

yang baik untuk penelitian ini. Kerahasiaan jawaban akan dijaga dan hanya

diketahui oleh peneliti.

Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan keikutsertaan bapak/ibu dari

Siswa/i dalam pengisian kuesioner ini.

Apakah bapak/ibu bersedia?

YA/TIDAK

Setelah mendapat informasi tentang penelitian ini, saya menyetujui untuk ikut

serta dalam penelitian. Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian

ini dilakukan secara sukarela.

Tertanda

(Responden)

Page 111: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Lampiran 2

BAGIAN A

(Digunakan untuk menggali data personal responden)

Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama

1. Isilah identitas/data diri anda dan anak anda

2. Isilah dan lingkari pilihan yang merupakan jawaban anda

No. Responden : (diisi peneliti)

Orang tua yang mengisi : 1. Bapak

2. Ibu

Umur Bapak/Ibu : ............ tahun

Umur Anak Anda : ………. Tahun

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

Anak Ke......... dari ................ saudara

Page 112: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

KUESIONER SIBLING RIVALRY ANAK USIA SEKOLAH

Bacalah Setiap Pernyataan Dibawah Ini dengan Teliti

1. Pertanyaan di bawah ini mengenai anak anda selama bersama adiknya.

2. Setiap pernyataan memiliki dua (2) pilihan jawaban.

A. Ya (Y) :Apabila dilakukan ketika anak anda bersama saudaranya

Selalu : Jika pernyataan tersebut selalu dilakukan

Sering : Jika pernyataan tersebut hanya 1 atau 2 kali tidak

dilakukan Kadang-kadang : Jika pernyataan tersebut kadang dilakukan dan

kadang tidak

B. Tidak (T): Apabila TIDAK PENAH yang dilakukan ketika anak anda

bersama saudaranya

3. Pilihlah hanya satu jawaban yang tersedia cara memberikan tanda centang

(√) pada pilihan jawaban SESUAI KEADAAN SEBENARNYA karena

tidak ada jawaban benar ataupun salah, semua jawaban boleh dan usahakan

semua jawaban tidak ada yang terlewat.

4. Jawaban anda sangat membantu peneliti.

Contoh:

No Pernyataan Y T

1. Anak Anda biasa berbuat kasar (memukul/mendorong/mencakar/melukai)

adiknya saat sedang bertengkar

2. Saat anda memberikan hadiah pada adiknya, anak anda menuntut diberikan

hadiah juga

3. Anak Anda diam saja jika anda memberikan pujian kepada adiknya

walaupun ia tidak dipuji

4. Anak Anda mau mengalah jika sedang bertengkar dengan adiknya

5. Anak Anda tetap senang apabila barang yang dimiliki adiknya lebih bagus

dari dia

6. Saat anda memberikan pujian pada adiknya, perilaku kakak yang tidak diberi

pujian marah dan menganggap anda pilih kasih.

7. Anak Anda akan merusak barang adiknya yang dibelikan oleh orang tua jika

lebih bagus dari miliknya

8. Anak Anda suka mengkritik adiknya supaya ia terlihat lebih hebat dari pada

adiknya

9 Anak anda segera membantu orang tua melakukan pekerjaan untuk

mendapatkan pujian dari orang tua

No Pernyataan Y T

1. Saya akan berteman dengan semua anak di sekolah √

Page 113: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Y T

10 Anak anda menjalin hubungan yang baik dengan adiknya baik di rumah dan

di luar rumah

11. Anak Anda mau berbagi dan membantu adiknya

12. Anak Anda biasanya berpura-pura sakit untuk mencari perhatian orang tua

13. Anak anda mau bermain bersama-sama dengan adiknya

14. Anak anda suka membantah nasihat orang tua jika disuruh mengalah kepada

adiknya

15. Anak anda mau memberikan barang kesukaannya, jika adiknya memintanya

16 Anak anda langsung masuk kamar dan membanting pintu, saat orang tua

menasehati agar menuruti keinginan adiknya

17 Anak anda terlihat sangat senang mengganggu dan membuat sedih adiknya

18 Anak anda suka mencari perhatian dengan lebih dekat dan manja kepada

salah satu orang tua

19 Anak anda suka memberontak dan melanggar aturan orang tua, karena

menganggap orang tua memberikan perhatian lebih kepada adiknya

KUESIONER PENYESUAIAN SOSIAL ANAK USIA SEKOLAH

Pertanyaan dibawah ini mengenai anak anda

Setiap pernyataan memiliki empat pilihan jawaban, yaitu:

a. S L :jika pernyataan SELALU (tidak pernah tidak) dilakukan oleh

anak anda

b. SRG :jika pernyataan SERING (hanya sesekali tidak) dilakukan oleh

anak anda

c. KK :jika pernyataan KADANG-KADANG dilakukan oleh anak anda

d. TP :jika pernyataan TIDAK PERNAH dilakukan oleh anak anda

Contoh:

N

O PERNYATAAN SL SRG KK TP

1 Ketika ada teman sekolah sedang bertengkar, Anak anda

berusaha melerainya

2 Anak anda menyapa guru/teman/tetangga jika bertemu/

berpapasan

3 Anak anda berbuat jujur (tidak curang) ketika bermain bersama

teman-teman di sekitar rumah

4 Anak anda membantu teman dalam mempersiapkan kebutuhan

yang diperlukan di sekolah

5

Anak anda dapat melakukan nasihat yang diberikan oleh orang

tua

NO PERNYATAAN SL SRG KK TP

1. Saya makan sayur setiap hari √

Page 114: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

SL SRG KK TP

6 Anak anda mementingkan diri sendiri daripada orang lain

7 Anak anda lebih senang bermain sendiri daripada bermain

bersama teman-teman di sekitar rumah

8 Anak anda tidak berani mengakui kesalahan yang diperbuatnya

9 Anak anda mau memberi semangat/dukungan kepada anggota

keluarga

10 Anak anda dapat menerima saran/kritikan yang diberikan oleh

orang lain

11 Anak anda patuh terhadap semua aturan dan tata tertib sekolah

12 Anak anda dapat mematuhi setiap perintah/aturan orang tua

13 Anak anda dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-

temannya

14 Anak anda mau menjenguk teman yang sedang sakit

15 Anak anda mau menghibur teman atau saudaranya yang sedang

sedih

16 Anak anda pulang lebih cepat jika ada kerja bakti di sekolah

17 Anak anda berpikir kurang beruntung dari teman-teman lainnya

18 Anak anda mau bekerja sama dalam mengerjakan tugas

kelompok yang diberikan oleh guru

19 Anak anda menjalin hubungan yang harmonis/akur dengan

saudara dan anggota keluarga lainnya

20 Anak anda suka meminta komentar dan nasihat orang lain

tentang dirinya

21 Anak anda pilih-pilih teman yang ada di sekitar rumah

22 Anak anda mau meminjamkan barang kepunyaannya, jika ada

orang lain yang ingin meminjamnya

23 Anak anda mengikuti kebiasaan atau aturan yang ada di

lingkungan tempat tinggal anda

24 Anak anda mau mengerjakan tugas dan perintah yang diberikan

orang tua

25 Anak anda diam di rumah saja daripada mengikuti kerja bakti

yang diadakan di lingkungan tempat tinggal anda

26 Anak anda bisa mengerjakan tugas/PR yang diberikan guru tanpa

bantuan orang lain

27 Anak anda mau mengucapkan selamat kepada teman yeng

menang perlombaan walaupun anak anda kalah

28 Anak anda suka bertengkar dan memukul temannya saat sedang

bertengkar

29 Anak anda dapat menerima masukan teman yang berlainan

pendapat dengan anak anda

30 Anak anda berani membuka percakapan terlebih dahulu dengan

Page 115: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

orang lain yang baru dikenal

SL SRG KK TP

31 Anak anda menghindar jika ada kesalahan dalam kelompok,

karena bukan anak ada yang melakukan.

32 Anak anda mengganggap teman yang tidak menuruti pendapat/

kemauannya sebagai musuh

33 Anak anda mau membantu orang lain yang membutuhkan

pertolongan

Page 116: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Lampiran 3

R Tabel

df T tabel R tabel

21 1.72 .35

22 1.72 .34

23 1.71 .34

24 1.71 .33

25 1.71 .32

26 1.71 .32

27 1.70 .31

28 1.70 .31

29 1.70 .30

30 1.70 .30

Page 117: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Lampiran 4

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Sibling Rivalry

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables

in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.827 24

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

VAR00001 8.1333 23.154 .363 .826

VAR00002 8.0000 22.483 .423 .819

VAR00003 8.2000 23.269 .345 .827

VAR00004 8.2333 21.909 .563 .813

VAR00005 8.1333 22.257 .463 .817

VAR00006 8.1333 21.223 .695 .806

VAR00007 8.4333 22.875 .472 .818

VAR00008 8.3000 22.769 .392 .820

VAR00009 8.0667 23.789 .138 .832

VAR00010 8.1667 21.799 .569 .812

VAR00011 8.4000 22.938 .418 .820

VAR00012 8.3333 24.092 .099 .832

VAR00013 8.5333 23.292 .561 .819

VAR00014 8.5333 24.120 .220 .826

VAR00015 8.3667 22.516 .497 .816

VAR00016 8.4667 23.085 .459 .819

VAR00017 8.0333 22.585 .395 .820

VAR00018 8.2333 22.047 .531 .814

VAR00019 8.2333 23.013 .359 .824

Page 118: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

VAR00020 8.1000 22.438 .422 .819

VAR00021 8.0333 22.309 .455 .817

VAR00022 8.1333 24.257 .043 .836

VAR00023 8.3333 24.713 -.041 .837

VAR00024 8.2667 22.271 .493 .816

Item yang tidak valid nomor: 9, 12, 14, 22, dan 23

Validitas Dan Reliabilitas Setelah Item Tidak Valid Dibuang

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.857 19

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

VAR00001 6.5333 20.533 .349 .859

VAR00002 6.4000 19.628 .465 .849

VAR00003 6.6000 20.662 .325 .860

VAR00004 6.6333 19.275 .561 .845

VAR00005 6.5333 19.568 .469 .849

VAR00006 6.5333 18.533 .737 .837

VAR00007 6.8333 20.144 .483 .849

VAR00008 6.7000 19.941 .426 .851

VAR00010 6.5667 19.082 .589 .843

VAR00011 6.8000 20.028 .477 .849

VAR00013 6.9333 20.616 .543 .850

VAR00015 6.7667 19.840 .497 .848

VAR00016 6.8667 20.395 .453 .850

VAR00017 6.4333 19.771 .425 .851

VAR00018 6.6333 19.482 .511 .847

VAR00019 6.6333 20.309 .353 .856

VAR00020 6.5000 19.845 .403 .852

VAR00021 6.4333 19.702 .441 .850

VAR00024 6.6667 19.609 .493 .848

Page 119: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

2. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Penyesuaian Sosial

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables

in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.882 46

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

VAR00001 138.8000 247.959 .501 .877

VAR00002 138.5000 249.500 .505 .878

VAR00003 138.2333 249.978 .475 .878

VAR00004 138.6000 252.110 .442 .878

VAR00005 138.6000 258.869 .193 .883

VAR00006 138.2667 244.202 .692 .874

VAR00007 138.3000 249.390 .489 .878

VAR00008 138.7000 266.700 -.114 .888

VAR00009 138.4000 253.559 .400 .879

VAR00010 139.2000 266.097 -.100 .886

VAR00011 138.5667 246.737 .553 .876

VAR00012 138.9000 241.610 .761 .873

VAR00013 138.0667 255.582 .304 .881

VAR00014 137.8667 251.568 .489 .878

VAR00015 138.7667 256.599 .257 .882

VAR00016 138.3000 244.010 .708 .874

VAR00017 138.5333 258.120 .187 .882

VAR00018 138.1333 257.154 .240 .881

VAR00019 137.8000 260.441 .156 .882

Page 120: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

VAR00020 137.8667 254.533 .445 .879

VAR00021 138.2000 248.028 .551 .877

VAR00022 138.4000 248.800 .511 .877

VAR00023 138.1000 262.093 .040 .884

VAR00024 137.9333 252.271 .442 .878

VAR00025 137.9667 254.378 .367 .880

VAR00026 137.7667 255.151 .378 .879

VAR00027 138.0333 260.171 .109 .883

VAR00028 138.1667 249.316 .523 .877

VAR00029 137.7000 266.217 -.171 .884

VAR00030 139.5667 246.668 .643 .875

VAR00031 138.2000 252.234 .399 .879

VAR00032 138.3333 253.609 .419 .879

VAR00033 138.3667 252.930 .485 .879

VAR00034 138.4333 250.392 .415 .878

VAR00035 138.0000 254.552 .396 .879

VAR00036 138.7000 244.907 .700 .874

VAR00037 139.6000 265.972 -.093 .887

VAR00038 138.1667 261.109 .086 .883

VAR00039 137.7333 256.064 .328 .880

VAR00040 138.5000 243.431 .652 .874

VAR00041 138.0000 245.793 .648 .875

VAR00042 138.8333 252.282 .464 .878

VAR00043 139.3000 253.803 .396 .880

VAR00044 138.2333 250.737 .404 .879

VAR00045 137.7000 253.390 .573 .877

VAR00046 138.1667 249.316 .488 .878

Yang tidak valid nomor 5, 8, 10, 13, 15, 17, 18,19, 23, 27, 29, 37, 38

Validitas Setelah Item yang Tidak Valid Dibuang

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.912 33

Page 121: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

VAR00001 99.5667 215.978 .496 .910

VAR00002 99.2667 216.478 .534 .910

VAR00003 99.0000 218.828 .436 .911

VAR00004 99.3667 218.999 .467 .911

VAR00006 99.0333 212.378 .689 .907

VAR00007 99.0667 218.133 .455 .911

VAR00009 99.1667 220.213 .432 .911

VAR00011 99.3333 215.333 .569 .909

VAR00012 99.6667 210.644 .733 .906

VAR00014 98.6333 219.206 .488 .910

VAR00016 99.0667 211.306 .737 .906

VAR00020 98.6333 221.826 .450 .911

VAR00021 98.9667 214.447 .601 .909

VAR00022 99.1667 215.040 .564 .909

VAR00024 98.7000 219.252 .464 .911

VAR00025 98.7333 222.064 .356 .912

VAR00026 98.5333 221.982 .401 .911

VAR00028 98.9333 216.616 .539 .910

VAR00030 100.3333 214.713 .638 .908

VAR00031 98.9667 220.447 .377 .912

VAR00032 99.1000 219.059 .501 .910

VAR00033 99.1333 220.464 .414 .911

VAR00034 99.2000 218.234 .479 .910

VAR00035 98.7667 221.840 .400 .911

VAR00036 99.4667 214.671 .634 .908

VAR00039 98.5000 222.052 .382 .912

VAR00040 99.2667 209.099 .732 .906

VAR00041 98.7667 212.116 .709 .907

VAR00042 99.6000 220.731 .428 .911

VAR00043 100.0667 220.892 .351 .913

VAR00044 99.0000 216.069 .474 .911

VAR00045 98.4667 220.189 .609 .909

VAR00046 98.9333 217.375 .474 .911

Page 122: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Lampiran 5

HASIL PENELITIAN

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 38 52.8 52.8 52.8

permpuan 34 47.2 47.2 100.0

Total 72 100.0 100.0

Umur Anak

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

7 tahun 8 11.1 11.1 11.1

8tahun 13 18.1 18.1 29.2

9 tahun 9 12.5 12.5 41.7

10 tahun 17 23.6 23.6 65.3

11 tahun 17 23.6 23.6 88.9

12 tahun 8 11.1 11.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Sibling Rivalry

Statistics

Sibling Rivalry

N Valid 72

Missing 0

Mean 6.1111

Median 6.0000

Mode 4.00a

Std. Deviation 3.82562

Minimum 1.00

Maximum 16.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Page 123: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Sibling Rivalry

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 32 44.4 44.4 44.4

tinggi 40 55.6 55.6 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyesuaian Sosial

Statistics

Penyesuaian Sosial

N Valid 72

Missing 0

Mean 98.6944

Median 98.0000

Mode 98.00

Std. Deviation 1.55452E1

Minimum 65.00

Maximum 127.00

Penyesuaian Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 38 52.8 52.8 52.8

tinggi 34 47.2 47.2 100.0

Total 72 100.0 100.0

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Penyesuaian Sosial Sibling Rivalry

N 72 72

Normal Parametersa Mean 98.6944 6.1111

Std. Deviation 15.54515 3.82562

Most Extreme

Differences

Absolute .084 .140

Positive .058 .140

Negative -.084 -.091

Kolmogorov-Smirnov Z .713 1.188

Asymp. Sig. (2-tailed) .690 .119

a. Test distribution is Normal.

Page 124: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Hasil Uji Spearmen rank

Correlations

Sibling Rivalry

Penyesuaian

Sosial

Spearman's rho Sibling Rivalry Correlation Coefficient 1.000 -.711**

Sig. (2-tailed) . .000

N 72 72

Penyesuaian Sosial Correlation Coefficient -.711**

1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 72 72

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

SIBLING RIVALRY

Perilaku agresif 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 48 66.7 66.7 66.7

1 24 33.3 33.3 100.0

Total 72 100.0 100.0

Perilaku agresif 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 34 47.2 47.2 47.2

1 38 52.8 52.8 100.0

Total 72 100.0 100.0

Perilaku agresif 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 60 83.3 83.3 83.3

1 12 16.7 16.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

Perilaku agresif 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 40 55.6 55.6 55.6

1 32 44.4 44.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Page 125: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Perilaku agresif 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 60 83.3 83.3 83.3

1 12 16.7 16.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

Perilaku agresif 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 29 40.3 40.3 40.3

1 43 59.7 59.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

Perilaku agresif 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 60 83.3 83.3 83.3

1 12 16.7 16.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

Persaingan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 20 27.8 27.8 27.8

1 52 72.2 72.2 100.0

Total 72 100.0 100.0

Persaingan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 41 56.9 56.9 56.9

1 31 43.1 43.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Persaingan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 45 62.5 62.5 62.5

1 27 37.5 37.5 100.0

Total 72 100.0 100.0

Page 126: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Persaingan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 66 91.7 91.7 91.7

1 6 8.3 8.3 100.0

Total 72 100.0 100.0

Persaingan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 69 95.8 95.8 95.8

1 3 4.2 4.2 100.0

Total 72 100.0 100.0

Persaingan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 54 75.0 75.0 75.0

1 18 25.0 25.0 100.0

Total 72 100.0 100.0

Persaingan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 44 61.1 61.1 61.1

1 28 38.9 38.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

Cemburu 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 41 56.9 56.9 56.9

1 31 43.1 43.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Cemburu 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 50 69.4 69.4 69.4

1 22 30.6 30.6 100.0

Total 72 100.0 100.0

Page 127: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Cemburu 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 69 95.8 95.8 95.8

1 3 4.2 4.2 100.0

Total 72 100.0 100.0

Cemburu 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 43 59.7 59.7 59.7

1 29 40.3 40.3 100.0

Total 72 100.0 100.0

Cemburu 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 54 75.0 75.0 75.0

1 18 25.0 25.0 100.0

Total 72 100.0 100.0

PENYESUAIAN SOSIAL

Penampilan nyata 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 4 5.6 5.6 5.6

2 35 48.6 48.6 54.2

3 14 19.4 19.4 73.6

4 19 26.4 26.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penampilan nyata 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 1 1.4 1.4 1.4

2 13 18.1 18.1 19.4

3 19 26.4 26.4 45.8

4 39 54.2 54.2 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyesuaian thd kelompok 1

Page 128: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 3 4.2 4.2 4.2

2 30 41.7 41.7 45.8

3 11 15.3 15.3 61.1

4 28 38.9 38.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyesuaian thd kelmpok 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 3 4.2 4.2 4.2

2 32 44.4 44.4 48.6

3 20 27.8 27.8 76.4

4 17 23.6 23.6 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penampilan nyata 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 3 4.2 4.2 4.2

2 25 34.7 34.7 38.9

3 17 23.6 23.6 62.5

4 27 37.5 37.5 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyesuaian thd klmpok 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 8 11.1 11.1 11.1

2 20 27.8 27.8 38.9

3 21 29.2 29.2 68.1

4 23 31.9 31.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyeusian thd klmpk 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 4 5.6 5.6 5.6

2 11 15.3 15.3 20.8

3 21 29.2 29.2 50.0

Page 129: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

4 36 50.0 50.0 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyesuaian thd kelompk 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 8 11.1 11.1 11.1

2 22 30.6 30.6 41.7

3 28 38.9 38.9 80.6

4 14 19.4 19.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penampilan nyata 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 3 4.2 4.2 4.2

2 32 44.4 44.4 48.6

3 8 11.1 11.1 59.7

4 28 38.9 38.9 98.6

22 1 1.4 1.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyesuaian thd kelompok 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 2 2.8 2.8 2.8

2 33 45.8 45.8 48.6

3 20 27.8 27.8 76.4

4 17 23.6 23.6 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penampilan nyata 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 11 15.3 15.3 15.3

3 18 25.0 25.0 40.3

4 43 59.7 59.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

Peneysuaian thd kelompok 7

Page 130: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 32 44.4 44.4 44.4

3 15 20.8 20.8 65.3

4 25 34.7 34.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyesuaian thd kelompok 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 1 1.4 1.4 1.4

2 12 16.7 16.7 18.1

3 22 30.6 30.6 48.6

4 37 51.4 51.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Peyesuaian thd kelompok 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 3 4.2 4.2 4.2

2 25 34.7 34.7 38.9

3 15 20.8 20.8 59.7

4 29 40.3 40.3 100.0

Total 72 100.0 100.0

Sikap sosial 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 6 8.3 8.3 8.3

2 34 47.2 47.2 55.6

3 9 12.5 12.5 68.1

4 23 31.9 31.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

Sikap sosial 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 5 6.9 6.9 6.9

3 8 11.1 11.1 18.1

4 59 81.9 81.9 100.0

Page 131: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Sikap sosial 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 5 6.9 6.9 6.9

3 8 11.1 11.1 18.1

4 59 81.9 81.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

Kepuasan pribadi 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 6 8.3 8.3 8.3

3 16 22.2 22.2 30.6

4 50 69.4 69.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penampilan nyata 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 3 4.2 4.2 4.2

2 12 16.7 16.7 20.8

3 18 25.0 25.0 45.8

4 39 54.2 54.2 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penampilan nyata 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 1 1.4 1.4 1.4

2 30 41.7 41.7 43.1

3 9 12.5 12.5 55.6

4 32 44.4 44.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penampilan nyata 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 29 40.3 40.3 40.3

2 25 34.7 34.7 75.0

3 5 6.9 6.9 81.9

Page 132: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

4 13 18.1 18.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penampilan nyata 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 4 5.6 5.6 5.6

2 5 6.9 6.9 12.5

3 12 16.7 16.7 29.2

4 51 70.8 70.8 100.0

Total 72 100.0 100.0

Sikap sosial 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 1 1.4 1.4 1.4

2 17 23.6 23.6 25.0

3 25 34.7 34.7 59.7

4 29 40.3 40.3 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyesuaian thd kelompok 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 2 2.8 2.8 2.8

2 16 22.2 22.2 25.0

3 23 31.9 31.9 56.9

4 31 43.1 43.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Kepuasan pribadi 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 35 48.6 48.6 48.6

3 12 16.7 16.7 65.3

4 25 34.7 34.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

Sikap sosial 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Page 133: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Valid 1 1 1.4 1.4 1.4

2 12 16.7 16.7 18.1

3 14 19.4 19.4 37.5

4 45 62.5 62.5 100.0

Total 72 100.0 100.0

Kepuasan pribadi 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 4 5.6 5.6 5.6

2 39 54.2 54.2 59.7

3 10 13.9 13.9 73.6

4 19 26.4 26.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Sikap sosial 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 8 11.1 11.1 11.1

2 26 36.1 36.1 47.2

3 12 16.7 16.7 63.9

4 26 36.1 36.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyesuaian thd kelompok 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 8 11.1 11.1 11.1

2 20 27.8 27.8 38.9

3 12 16.7 16.7 55.6

4 32 44.4 44.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penampilan nyata 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 5 6.9 6.9 6.9

2 40 55.6 55.6 62.5

3 14 19.4 19.4 81.9

4 13 18.1 18.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Page 134: HUBUNGAN ANTARA SIBLING RIVALRY DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25555/1/ETIKA... · Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya

Penampilan nyata 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 22 30.6 30.6 30.6

2 33 45.8 45.8 76.4

3 11 15.3 15.3 91.7

4 6 8.3 8.3 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penyesuaian thd klpok 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 8 11.1 11.1 11.1

2 16 22.2 22.2 33.3

3 17 23.6 23.6 56.9

4 31 43.1 43.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Penampilan nyata 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 4 5.6 5.6 5.6

2 9 12.5 12.5 18.1

3 7 9.7 9.7 27.8

4 52 72.2 72.2 100.0

Total 72 100.0 100.0

Sikap sosial 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 3 4.2 4.2 4.2

2 15 20.8 20.8 25.0

3 21 29.2 29.2 54.2

4 33 45.8 45.8 100.0

Total 72 100.0 100.0