hubungan antara partus lama dengan kematian …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA PARTUS LAMA DENGAN
KEMATIAN PERINATAL
FITRIAH SYAM
10542 0020 08
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sampai saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul “ Hubungan Antara Partus Lama dengan Kematian Perinatal”.
Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat akademis dalam rangka
menyelesaikan studi S1 Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Umum di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
harapan karena kemampuan penulis yang masih tetap terbatas. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis sangat mengharapkan saran, kritik, dan lainnya dari pembaca demi perbaikan skripsi
ini. Penulis juga berharap bahwa tulisan ini dapat bermnfaat dan menambah ilmu pengetahuan
bagi pembaca dan bisa menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 02 Februari 2012
Penulis
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH MAKASSAR
FEBRUARI, 2012
FITRIAH SYAM 10542 0020 08
A. ARMYN NURDIN
HUBUNGAN ANTARA PARTUS LAMA DENGAN KEMATIAN
PERINATAL (Halaman+.......................11 lampiran)
ABSTRAK
Latar Belakang :Kematian perinatal adalah kematian bayi yang terjadi sejak usia
kehamilan 28 minggu sampai dengan 7 hari setelah kelahiran. Millenium
Development Goals (MDGs) menargetkan AKB ditargetkan dapat diturunkan menjadi
23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.Padahasil survey Demografi dan kesehatan
Indonesis (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan persalinan lama sebesar 32%. Padaibu
yang melahirkan melalui bedah sesarea lebih cenderung melaporkan komplikasi 59%,
yang sebagian besar merupakan persalinan lama(42%).Untuk bayi yang meninggal
dalam satu bulan setelah dilahirkan, 39% ibu melaporkan karena komplikasi termasuk
persalinan lama (30%).Karenanya kasus-kasus partus lama masih banyak dijumpai,
dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu
maupun anak.
Tujuan ; Untuk mengetahui hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal
di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.
Metode : Penelitian ini merupakan rancangan deskri ptif analitik menggunakan studi
analitik dengan pendekatan case control sudy terhadap 164 responden terdiri dari
responden dengan kelahiran mati dan responden dengan kelahiran hidup.
Hasi lpenelitian : Hasil penelitian pada uji statistic menunjukkan bahwa ada
hubungan partus lama ( p = < 0,001,OR = 4,4 ) dengan kematian perinatal.
Sedangkan Faktor risiko lain yang menunjukkan tidak terdapat hubungan dengan
kematian perinatal yaitu umur ibu(OR = 0,052) dan paritas ibu (OR = 0,611).
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal
Saran : Selama kehamilan perlu diperhatikan antenatal care (ANC). Khususnya ibu
hamil agar memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan dengan standar
“5T” dan meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan professional bila terjadi
kegawatan obstetric dan penyuluhan kepada ibu hamil tentang peningkatan upaya
pendeteksian dini terhadap ibu hamil yang berisiko tinggi.
Kata Kunci :Kematian perinatal, Partus lama
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN………………..…………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………...
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..
ABSTRAK……………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..….
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………..i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………
C. Pertanyaan Penting ……………………………………………………………...
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………..
1. Tujuan Umum ………………………………………………………………
2. Tujuan Khusus ……………………………………………………………...
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………………………...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Teori Persalinan
A. Menurut Cara persalinan…………………………………………………………
B. Sebab-sebab yang Menimbulkan Persalinan………………………………...…..
C. Gejala atau Tanda-Tanda Persalinan…………………………………………....
D. Tanda-tanda Inpartu……………………………………………………………..
E. Factor yang berperan Dalam Persalinan………………………………………...
F. Kala Persalinan………………………………………………………………….
Partus Lama
A. Definisi Partus Lama…………………………………………………………….
B. Gejala Klinik………………………………………………………………….…
C. Komplikasi…………………………………………………………………….....
D. Patofisiologi…………………………………………………………………..….
E. Penyebab Partus Lama…………………………………………………………..
Kematian Perinatal
A. Angka Kematian Perinatal…………………………………………………….....
B. Faktor Risiko Terjadinya kematian Perinatal…………………………………….
KERANGKA KONSEP……………………………………………………….........
KERANGKA PENELITIAN……………………………………………………….
BAB III KAJIAN Al – QUR‟AN…………………………………………………………...…
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian…………………………………………………………………
B. Jenis Penelitian………………………………………………………….................
C. Tempat dan Waktu Penelitian..…………………………………………......
D. Unit Penelitian……………………………………………………………...
E. Jenis Data…………………………………………………………………...
F. Populasi…………………………………………………………………......
G. Sampel……………………………………………………………………...
H. Cara penganbilan Sampel…………………………………………………..
I. Besar Sampel…………………………………………………………..........
J. Metode Pengumpulan Sampel……………………………………………....
K. Cara Pengolahan dan analisis Data………………………………..….…....
L. Pengolahan Data…………………………………………………………....
M. Definisi Operasional……………………………………………………....
N. Rancangan Analisis Data………………………………………………......
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………………
B. Hasil Penelitian…………………………………………………………......
1. Analisis Univariat.........................................................................................
2. Analisis Bivariat.........................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN………………………………………….……...............
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………….……...…...
PENUTUP…………………………………………………….………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
RIWAYAT HIDUP....................................................................................................
LAMPIRAN……………………………………………………………................
DAFTAR TABEL
1. Tabel Umur ibu
Tabel 5.1 distribusi umur ibu
2. Tabel Partus ibu
Tabel 5.2 distribusi partus ibu
3. Tabel paritas ibu
Tabel 5.3 distribusi paritas ibu
4. Tabel perinatal
Tabel 5.4 distribusi perinatal
5. Tabel hubungan antar variabel dengan kematian perinatal
Tabel 5.5 hubungan antara umur ibu dengan kematian perinatal
Tabel 5.6 hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal
Tabel 5.7 hubungan antara paritas ibu dengan kematian perinatal
Tabel 5.8 kesimpulan beberapa variabel.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kematian perinatal adalah kematian bayi yang terjadi sejak usia kehamilan 28
minggu sampai dengan 7hari setelah kelahiran yang meliputi kematian janin akhir dan
kematian neonatal dini. Adapun penyebab terjadinya kematian perinatal ini dipengaruhi
oleh keadaan bayi saat lahir dan kondisi kehamilan ibu sebelum bayi tersebut dilahirkan.9
Kematian perinatal ini merupakan salah satu penyebab tingginya Angka Kematian
Anak (AKA) di Indonesia. Angka Kematian Anak di Indonesia menurut data SDKI tahun
2007 dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19
kematian/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 kematian/1000
kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar 44 kematian/1000
kelahiran hidup. Adapun tiga faktor utama penyebab kematian pada AKA, yaitu Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) (28%), asfikisia (27%), dan infeksi (15%).Angka Kematian
Perinatal (AKP) sering terlupakan, namun berdasarkan data demografi SDKI 2007
sebuah penelitian memperkirakan Angka Kematian Perinatal (AKP) adalah 35 per 1000
kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun.11
Padahal target yang akan dicapai untuk menurunkan Angka
Kematian Anak (AKA) berdasarkan MDG‟s 4 untuk menurunkan kematian anak adalah
dua per tiga dari tahun 1990 sampai 2015, yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup sehingga
dapat disimpulkan bahwa Angka Kematian Anak (AKA) ini masih cukup tinggi di negara
Indonesia.19
Untuk di Sulawesi Selatan, Angka Kematian Bayi menunjukkan penurunan yang sangat
tajam, yaitu dari 161 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 55 pada tahun 1996, lalu
turun lagi menjadi 52 pada tahun 1998 kemudian pada tahun 2003 menjadi 48. Ini berarti rata-rata
penurunan AKB selama kurun waktu 1998–2003 sekitar 4 poin. Namun, menurut hasil
Surkesnas/Susenas 2002-2003, AKB di Sulawesi Selatan sebesar 47 per 1.000 kelahiran hidup
sedangkan hasil Susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulawesi Selatan pada tahun 2005 sebesar
36 per 1.000 kelahiran hidup, dan hasil SDKI 2007 menunjukkan angka 41 per 1.000 kelahiran
hidup. Fluktuasi ini bisa terjadi oleh karena perbedaan besar sampel yang diteliti, sementara itu
data proyeksi yang dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa AKB di Sulsel pada tahun 2007
sebesar 27,52 per 1.000 kelahiran hidup. Sementara laporan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bahwa jumlah kematian bayi pada tahun 2006 sebanyak 566 bayi, atau 4,32 per
1000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi 709 kematian bayi atau
4,61 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2008 ini jumlah kematian bayi turun menjadi 638
atau 4,39 per 1000 kelahiran hidup. Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Angka
Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Selatan belum mencapai target MDG‟s 4 meskipun harapan
itu sudah hampir tercapai. Oleh karena itu, untuk membantu agar Indonesia bisa mencapai target
dari MDG‟s 4 tersebut maka Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Sulawesi Selatan,
termasuk Angka Kematian Perinatal (AKP), sebaiknya lebih diturunkan lagi.
Angka kematian perinatal yang terdapat dalam kepustakaan Indonesia ialah seperti
juga angka-angka kematian maternal, diperoleh dari rumah-rumah sakit yang selain
menerima persalinan dari booked cases, juga menerima banyak kasus darurat, sehingga
tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam masyarakat. Angka tersebut di
rumah rumah sakit berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1.000. Hans E. Monintja, yang
mempelajari angka-angka kematian perinatal tersebut, sampai pada kesimpulan berikut :
1. Lebih separuh dari kematian perinatal ialah bayi lahir mati (still birth);
2. Angka kematian perinatal pada bayi berat-badan-lahir-rendah (low birth weight) lebih
daripada 2 kali angka kematian bayi cukup bulan;
3. Kematian dalam 24 jam pertama kira-kira 37 % dari angka kematian neonatal dini
(earlyneonatal death).9
Kematian ibu dan perinatal merupakan masalah besar khususnya di negara
berkembang. Sekitar 98-99% kematian ibu dan perinatal terjadi di negara berkembang,
sedangkan di negara maju hanya 1-2%.9
Kasus gawat darurat obstetric ialah kasus obstetric yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama
kematian ibu,janin, dan bayi baru lahir. Penyebab kematian perinatal ialah: asfiksia,
trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan,dan sebab-sebab lain.2
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,
dan lebih dari 18 jam pada multi.3
Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam daripada multi. Bila persalinan
lama dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap
anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.3
Persalinan lama merupakan masalah besar di Indonesia, karena seperti kita
ketahui bahwa 80% dari persalinan terutama di daerah pedesaan masih di tolong oleh
tenaga kesehatan yang tidak terampil dan terlatih dalam menangani kasus persalinan
serta dukun beranak yang dalam membantu proses persalinan tidak terampil dan tidak
memperhatikan hygiene selama proses persalinan berlangsung. karenanya kasus-kasus
partus lama masih banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha
menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal tentunya bagaimana
mencegah terjadinya partus lama.3
Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multikompleks dan tentu saja
tergantung pada pengawasan selama hamil, pertolongan persalinan yang baik dan
penatalaksanaannya.3
Pada hasil survey Demografi dan kesehatan Indonesis (SKDI) tahun 2002-2003
dilaporkan dari seluruh persalinan.64% ibu tidak mengalami komplikasi selama
persalinan, persalinan lama sebesar 32%, perdarahan berlebihan sebesar 7%, infeksi
sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui bedah sesarea lebih cenderung
melaporkan komplikasi 59%, yang sebagian besar merupakan persalinan lama(42%).
Untuk bayi yang meninggal dalam satu bulan setelah dilahirkan, 39% ibu melaporkan
karena komplikasi terasuk persalinan lama (30%), perdarahan berlebihan 12% dan infeksi
(10%).
Pada umumnya persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan
normal seperti partus lama, distosia atau komplikasi lain disebabkan oleh banyak factor
yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan, keterampilan yang
kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta
rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan social ekonomi rakyat.
B. RUMUSAN MASALAH
Belum diketahui hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Apakah ada hubungan antara ibu yang partus lama dengan kematian perinatal?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya partus lama pada ibu-ibu yang
melakukan persalinan
b. Untuk mengetahui factor yang menyebabkan terjadinya partus lama
dan factor-faktor yang menyebabkan kematian perinatal akibat partus
lama serta factor- factor lain yang bisa menyebabkan kematian
perinatal.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman dalam menyusun,melaksanakan dan menulis hasil penelitian
dalam bentuk tulisan ilmiah serta menanbah wawasan tentang hubungan antara
partus lama dengan kematian perinatal.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang bahayanya persalinan lama karena dapat
mengakibatkan banyak resiko,yang dapat menyebabkan kematian pada perinatal
agar dapat mencegah kejadian partus lama dalam persalinan.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikan referensi serta informasi untuk mengkaji lebih jauh
hubunganantara partus lama dengan kematian perinatal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TEORI PERSALINAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+ uri), yang dapat hidup
kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.3
A. Menurut cara persalinan :
1. Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada LBK
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2. Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau
melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
B. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan :
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah
merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.
1. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Progesteron bekerja sebagai penanganan otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron
menurun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang servik terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser) bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
5. Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
1. Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan
tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
2. Amniotomi : pemecahan ketuban
3. Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infuse
C. Gejala atau Tanda-Tanda Persalinan
Sebelum terjadi persalinan, sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor). Memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul,
terutama pada primigravida dan pada multi begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
3. Perasaan sering-sering atau sulit kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari
uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, bisa bercampur
darah (bloody show)
D. Tanda - Tanda Inpartu
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
3. Kadang-kadang pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah ada seperti telah
dikemukakan terdahulu.
E. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah:
a. Kekuatan mendorong keluar (power)
a. His (kontraksi uterus)
b. Kontraksi otot-otot dinding perut
c. Kontraksi diafragmaDan ligamentous actiou terutama ligamentum rotundum
b. Faktor jalan lahir (passage)
Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus, servik, vagina dan
dasar panggul.
c. Faktor janin (passenger)
F. Kala Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1. Kala I (kala Pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah (bloody
show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena
pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.
2. Kala II (kala Pengeluaran Janin)
Pada kala pengeluaran janin his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira
2-3 menit sekali.Kepala janin telah turun masuk ruang pangggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul secara reflekktoris menimbulkan rasa
mengedan.Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan
tanda anus terbuka.Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his mengedan yan terpimpin, akan lahirlah kepala, di ikuti
oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1 ½ – 2 jam, pada multi ½- 1 jam.
3. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar.Uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x
sebelumnya.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam
waktu 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
darah kira-kira 100-200 cc.
4. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah :
Primi multi
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Lama persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam3
PARTUS LAMA
A. Definisi Partus Lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,
dan lebih dari 18 jam pada multi.3
Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam daripada multi. Bila persalinan
lama dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap
anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.3
B. Gejala Klinik
1. Pada Ibu :
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan meteorismus, cincin retraksi patologis, edema vulva,edema
serviks,his hilang atau lemah.
Cincin retraksi patologis bandl sering, timbul akibat persalinan yang terhambat,
disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, dan menandakan
ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda rupture uteri, perdarahan dari
OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari luar, pemeriksaan dalam :
bagian terendah janin mudah didorong ke atas, robekan dapat meluas sampai serviks
dan vagina.
2. Pada Janin :
Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif, air ketuban terdapat
mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan
menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius. Biasanya kaput suksedaneum,
bahkan yang besar sekalipun akan menghilang dalam beberapa hari.
Moulage kepala yang hebat, akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng
tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain.
a. Kematian janin dalam kandungan (KJDK)
b. Kematian janin intraparital (KJIP)
C. Komplikasi
1. Ibu :
a. Infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan
janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di
dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh
korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
b. Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ.
1) Robekan jalan lahir
2) Rupture uteri, penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya
serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada
mereka dengan riwayat seksio sesarea.
3) Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan rectum.
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak
maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di
antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena
gangguan sirkulasi,maka dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa
hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal,
vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini
terjadi setelah persalinan kala dua yang sangat berkepanjangan.
2. Anak :
a. Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
b. Lahir dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap.
c. Trauma persalinan
d. Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan persalinan dengan
tindakan.
D. Patofisiologi
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal
pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi 20
jam, multi 14 jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi1,5 cm per jam) atau kala
pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan akan timbul partus kasep.
Partus yang lama, apabila tidak segera di akhiri, akan menimbulkan :
a. Kelelahan ibu karena mengejan terus, sedangkan intake kalori biasanya kurang.
b. Dehidrasi dan gangguan kesimbangan asam basa/elektrolit karena intake cairan
kurang.
c. Infeksi rahim : terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi rahim yang
dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril.
d. Perlukaan jalan lahir : terjadi karean adanya disproporsi kepala panggul juga
manipulasi dan dorongan dari penolong.
e. Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim.8
E. Penyebab Partus Lama
Persalinan lama, disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagi persalinan yang abnormal/sulit.
Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan berikut ini.1
a. Kelainan tenaga (kelainan His). His yang tidak normal dalm kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan,
tidak dapat di atasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
b. Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan
dalam letak atau dalam bentuk janin.
c. Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam bentuk ukuran atau bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
1. Kelainan His :
a. Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak
dalam hal kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa.
Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa.Selama
ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali
persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas
janin baik.Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction.
Kalau timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu dinamakan
inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung demikian
lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan uterus, maka inersia uteri sekunder seperti di
gambarkan dibawah jarang ditemukan, kecuali pada ibu yang tidak diberi pengawasan baik
waktu persalinan.Dalam menghadapi inersia uteri, harus di adakan penilaian yang saksama
untuk menentukan sikap yang harus di ambil.Jangan dilakukan tindakan yg tergesa-gesa
untuk mempercepat lahirnya janin.Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat
dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk memulai terapi
aktif.
Diagnosis inersia uteri paling sulit ditegakkan pada masa laten. Kontraksi uterus
yang disertai dengan rasa nyeri, tidak cukup untuk menjadi dasar utama diagnosis bahwa
persalinan sudah di mulai.Untuk sampai pada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa
sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks yakni pendataran dan/atau
pembukaan.Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati seorang penderita untuk inersia
uteri padahal persalinan belum mulai (fase labour).
Etiologi :
Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida
tua.Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri.Faktor
herediter mungkin memegang peranan pula dalam kelainan his. Sampai seberapa jauh
faktor emosi (ketakuatan dan lain-lain) mempengaruhi kelainan his, khususnya inersia uteri
ialah apabila bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus
seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik. Peregangan rahim
yang berlebihan pada kehamilan ganda ataupun hidramnion juga dapat merupakan
penyebab inersia uteri yang murni.Akhirnya, gangguan dalam pembentukan uterus pada
masa embrional, misalnya uterus bikornis unikolis, dapat pula mengakibatkan kelainan
his.Akan tetapi, pada sebagian besar kasus kurang lebih separuhnya, penyebab inersia uteri
tidak diketahui.
Penanganan :
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan ibu yang
bersangkutan harus di awasi dengan seksama.Tekanan darah diukur tiap empat jam, bahkan
pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala preeclampsia. Denyut
jantung janin dicatat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II.
Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhya.Karena
ada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan
dengan narcosis, hendaknya ibu jangan diberi makanan biasa melainkan dalam bentuk
cairan.Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5 % dan larutan NaCl isotonic secara
intravena berganti-ganti.Untuk mengurangi rasa nyeri dapa diberikan petidin 50 mg yang
dapat di ulangi; pada permulaan kalai I dapat diberikan 10 mg morfin.Pemeriksaan dalam
perlu dilakukan, tetapi harus selslu disadari bahwa setiap pemeriksaan dalam mengandung
bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu
dilakukan penilaian yang saksama tentang keaadaan. Selain penilaian keadaan umum, perlu
ditetapkan apakah persalinan benar-benar sudah mulai atau masih dalam tingkat fase
labour, apakah ada inersia uteri atau incoordinate uterine action; dan apakah tidak ada
disproporsi sefalofelvik biarpun ringan.Untuk menetapkan hal yang terakhir ini, jika perlu
dilakukan pelvimetri roentgenologik atau magnetic resonance imaging (MRI).Apabila
serviks sudah terbuka untuk sedikit-sedikitnya 3 cm, dapat di ambil kesimpulan bahwa
persalinan udah mulai.
Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban sudah atau
belum pecah.Apabila ketuban sudah pecah, maka keputusan untuk menyelesaikan
persalinan tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya infeksi.Sebaiknya
dalm 24 jamsetelah ketuban pecah sudah dapat di ambil keputusan apakah perlu dilakukan
seksio sesarea dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung terus.
2. Kelainan Janin :
a. Malpresentasi dan Malposisi
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah rahim,
bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk(presenting part) tidak berada di
anterior.
Dalam keadaan normal, peresntasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk
ubu-ubun kecil dalam posisi tranversal (saat masuk pintu atas panggul), dan posisi anterior
(setelah melewati pintu tengah panggul). Dengan presentasi tersebut, kepala janin akan
masuk panggul dalam ukuran terkecilnya (sirkumferensia suboksipitobregmatikus). Hal
tersebut dicapai bila sikap kepala janin fleksi.
Sikap yang tidak normal akan menimbulkan malpresentasi pada janin, dan kesulitan
persalinan terjadi oleh karena diameter kepala yang harus melalui panggul menjadi lebih
besar.
Sikap ekstensi ringan akan menjadikan presentasi puncak kepala (dengan
penunjuk ubun-ubun besar), ekstensi sedang menjadikan presentasi dahi (dengan penunjuk
sinsiput), dan ekstensi maksimal menjadikan presentasi muka (dengan penunjuk dagu).
Apabila janin dalam keadaan malpresentasi atau malposisi, maka akan dapat terjadi
persalinan yang lama atau bahkan macet. Malpresentasi adalah semua presentasi janin
selain presentasi belakang kepala.Malposisi adalah posisi abnormal ubun-ubun kecilrelatif
terhadap panggul ibu.Pengertian persalinan lama adalah persalinan kala I fase aktif dengan
kontraksi uterus regular selama lebih dari 12 jam. Persalinan macet adalah persalinan yang
kemajuannya terhambat oleh faktor mekanis dan proses kelahiran tidak mungkin dilakukan
tanpa intervensi operatif.
b. Presentasi dahi
Presentasi dahi terjadi manakala kepala janin dalam sikap ekstensi sedang.Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba daerah sinsiputyang berada di antara ubun-ubun besar dan
pangakal hidung.Bila menetap, janin dengan presentasi ini tidak dapat dilahirkan oleh
karena besarnya diameter oksipitomental yang harus melalui panggul.Janin dengan ukuran
kecil dan punggungnya berada di posterior atau ukuran panggul yang sedemikian luas
mungkin masih dapat dilahirkan pervaginam.
Kejadian presentasi dahi ini meningkat bila di dapatkan adanya
polihidramnion(0,4%00, berat badan lahir <1500 g (0,9%), prematuritas (0,16 %), dan
postmaturitas (0,1%)
Diagnosis : presentasi dahi dapat ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal
dapat diraba pangkal hidung, tepi atas orbita, sutura frontalis, dan ubun-ubun besar, tetapi
tidak dapat meraba dagu atau mulut janin. Apabila mulut dan dagu janin dapat teraba, maka
diagnosisnya adalah presentasi muka.Sebanyak 24 % presentasi dahi tidak terdiagnosis
sebelum kala II.Pada palpasi abdomen dapat teraba oksiput dan dagu janin di atas simfisis
dengan mudah.
Mekanisme persalinan : pada umumnya presentasi dahi bersifat sementara untuk
kemudian dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala, presentasi muka, atau tetap
presentasi dahi. Oleh karena itu, apabila tidak ada gawat janin, menunggu kemajuan
persalinan dapat dilakukan.Perubahan presentasi dapat terjadi terutama pada janin kecil
atau janin mati yang sudah mengalami maserasi. Pada janin dengan ukuran
normal,terutama apabila selaput ketuban sudah pecah, biasanya tidak terjadi perubahan
presentasi. Mekanisme persalinan pada presentasi dahi menyerupai mekanisme persalinan
pada presentasi muka.Oleh karenanya, janin kecil mungkin dapat dilahirkan vaginal bila
punggungnya berada di posterior.
Apabila presntasi dahi yang menetap dibiarkan berlanjut, maka akan terjadi molase
yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan terbentuk caput
succedaneum di daerah dahi. Persalinan dapat berlangsung hanya bisa molase tersebut
membuat kepala bisa masuk panggul. Saat lahir melalui pintu bawah panggul, kepala akan
fleksi sehingga lahirlah dahi, sisnsiput, dan oksiput. Proses selanjutnya terjadi ekstensi
sehingga lahirlah wajah.
Penanganan : sebagian besar presentasi dahi memerlukan pertolongan persalinan
secara bedah sesar untuk menghindari manipulasi vaginal yang sangat meningkat kan
mortalitas perinatal. Jika dibandingkan dengan presentasi belakang kepala, persalinan
vaginal pada presentasi dahi akanmeningkatkan prolaps tali pusat (5 kali), rupture uteri (17
kali), tranfusi darah (3 kali), infeksi pasca persalinan (5 kali), dan kematian perinatal (2
kali).
Apabila presentasi dahi didiagnosis pada persalinan awal dengan selaput ketuban
yang utuh, observasi ketat dapat dilakukan.Observasi ini dimaksudkan untuk menunggu
kemungkinan perubahan presentasi secara spontan.Pemberian stimulasi oksitosin pada
kontraksi uterus yang lemah harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan tidak boleh
dilakukan bila tidak terjadi penurunan kepala atau dicurigai adanya disproporsi kepala
panggul.Presentasi dahi yang menetap atau dengan selaput ketuban yang sudah pecah
sebaiknya dilakukan bedah sesar untuk melahirkannya. Jangan melahirkan menggunakan
bantuan ekstraksi vakum, forceps, atau simpisotomi karena hanya akan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.
c. Presentasi muka
Presentasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga oksiput
mendekat kearah punggung janin dan dagu menjadi bagian presentasinya.
Faktor predisposisi yang meningkatkan kejadian presentasi dahi adalah malformasi
janin (0,9%), berat badan lahir <1500 g (0,71%), polihidramnion (0,63%), postmaturitas
(0,18 %), dan multiparitas (0,16%). Berbeda dengan presentasi dahi, janin dengan
presentasi muka masih dapat dilahirkan vaginal apabila posisi dagunya di anterior.
Diagnosis : presentasi muka ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal dapat
diraba mulut, hidung, tepi orbita, dan dagu. Penunjuk presentasi muka adalah dagu.Pada
palpasi abdomen kadang kadang dapat diraba tonjolan kepala janin di dekat punggung
janian.Pada waktu persalinan, seringkali muka menjadi edema, sehingga didiagnosis dapat
keliru sebagai presentasi bokong.Pada keadaan tersebut perabaan pada mulut mirip dengan
perabaan pada anus.Sebanyak 49 % kasus presentasi muka tidak terdiagnosis sebelum kala
II.
Mekanisme persalinan : mekanisme persalinan presentasi muka serupa dengan
persalinan presentasi belakang kepala. Secara berurutan akan terjadi proses kepala
mengalami penurunan,rotasi internal, fleksi, ekstensi, dan rotasi eksternal. Sebelum masuk
panggul biasanya kepala janin belum dalam sikap ekstensi maksimal, sehingga masih
presentasi dahi. Ketika terjadi penurunan kepala, tahanan dari panggul akan menyebabkan
kepala lebih ekstensi sehingga terjadi perubahan menjadi presentasi muka. Ketika masuk
pintu atas panggul dagu dalam posisi transversal atau oblik.
Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuan rotasi internal ini adalah
membuat kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan cara mengubah posisi dagu
kearah anterior. Apabila dagu berputar kea rah posterior, maka kepala akan tertahan oleh
sacrum sehingga kepala tidak mungkin turun lebih lanjut, dan terjadilah persalinan macet.
Pada janin yang sangat kecil atau sudah terjadi maserasi, bahu dan kepala dapat secara
bersamaan masuk kedalam panggul, sehingga meskipun dagu diposterior kepala tetap dapat
mengalami penurunan.Keadaan demikian tidak bisa terjadi pada janin seukuran cukup
bulan. Perputaran dagu kearah anterior akan membuat kepala dapat memasuki pintu tengah
panggul dan dagu serta mulut muncul di vulva.
Pada keadaan demikian dagu bawah tepat berada di bawah simfisis.Sesuai dengan
arah sumbu panggul, gerakan selanjutnnya adalah fleksi kepala sehingga berturut-turut
lahirlah hidung, mata, dahi, dan oksiput. Setelah kepala lahir, karena gaya beratnya akan
terjadi ekstensi kepala sehingga oksiput menekan kearah anus. Proses selanjutnya adalah
terjadi putaran eksternal pada kepala menyesuaikan kembali dengan arah punggung janin.
Penanganan : posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi akibat janin
presentasi muka hendak dilahirkan vaginal. Apabila tidak ada gawat janin dan persalinan
berlangsung dengan kecepatan normal, maka cukup dilakukan observasi terlebih dahulu
hingga terjadi pembukaan lengkap. Apabila setelah pembukaan lengkap dagu berada di
anterior, maka persalinan vaginal dilanjutkan seperti persalinan dengan presentasi belakang
kepala.Bedah sesar dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih
posterior, di dapatkan tanda-tanda disproporsi, atau atas indikasi obstetric lainnya.
Stimulasi oksitosin hanya diperkenankan pada posisi dagu anterior dan tidak ada
tanda-tanda disproporsi.Melakukan perubahan posisi dagu secara manual kearah anterior
atau mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala sebaiknya tidak
dilakukan karena lebih banyak menimbulkan bahaya.Melahirkan bayi presentasi muka
menggunakan ekstraksi vakum tidak diperkenankan.Pada janin yang meninggal, kegagalan
melahirkan vaginal secara spontan dapat di atasi dengan kraniotomi atau bedah sesar.
d. Presentasi majemuk
Presentasi majemuk adalah terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas pada
presentasi kepala maupun bokong.Kepala memasuki panggul bersamaan dengan kaki dan/
atau tangan.Presentasi majemuk juga dapat terjadi manakala bokong memasuki panggul
bersamaan dengan tangan.Dalam pengertian presentasi majemuk tidak termasuk presentasi
bokong-kaki, presentasi bahu, atau prolaps tali pusat.Apabila bagian terendah janin tidak
menutupi dengan sempurna pintu atas panggul, maka presentasi majemuk dapat terjadi.
Faktor yang meningkatkan kejadian presentasi majemuk adalah prematuritas,
multiparitas, panggul sempit, kehamilan ganda, atau pecahnya selaput ketuban dengan
bagian terendah janin yang masih tinggi.
Jenis presentasi majemuk yang sering terjadi adalah kombinasi kepala dengan
tangan atau lengan.Kaki yang menyertai kepala atau tangan yang menyertai bokong jarang
terjadi.Prolaps tali pusat dapat terjadi sebagai komplikasi presentasi majemuk dengan
kejadian 13-23 %.
Diagnosis : kemungkinan adanya presentasi majemuk dapat dipikirkan apabila
terjadi kelambatan kemajaun persalinan pada persalinan fase aktif, bagian terendah janin
(kepala atau bokong) tidak dapat masuk panggul terutama setelah terjadi pecah ketuban.
Diagnosis presentasi majemuk dibuat melalui periksa dalam vagina.Apabila pada
presentasi kepala teraba juga tangan/lengan dan/atau kaki atau apabila pada presentasi
bokong teraba juga tangan /lengan, maka diagnosis presentasi majemuk dapat
ditegakkan.Kesulitan menegakkan diagnosis tersebut oleh karena seringkali terjadi koreksi
spontan terutama pada derajat ringan prolaps ekstremitas.
Mekanisme persalinan : kelahiran spontan pada persalinan dengan presentasi
majemuk hanya dapat terjadi apabila janinnya sangat kecil (sedemikian sehingga panggul
dapat dilalui bagian terendah janin bersamaan dengan ekstremitas yang menyertainya), atau
apabila janinnya mati yang sudah mengalami maserasi. Mekanisme persalinan dapat terjadi
sebagaimana mekanisme persalinan presentasi kepala atau bokong apaabila terjadi reposisi
baik secara spontan maupun melalui upaya.
Penanganan : presentasi majemuk dimulai dengan menetapkan adanya prolaps tali
pusat atau tidak. Adanya prolaps tali pusat menimbulkan keadaan emergensi bagi janin,
dan penanganan dengan melakukan bedah sesar ditujukan untuk mengatasi akibat prolaps
tali pusat tersebut daripada presentasi majemuknya.Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
adalah presentasi janin, ada tidaknya prolaps tali pusat, pembukaan serviks, keadaan
selaput ketuban, kondisi dan ukuran janin, serta ada tidaknya kehamilan
kembar.Bergantung pada keadaan-keadaan tersebut persalinan dapat berlangsung vaginal
ataupun abdominal.
Apabila tidak ada prolaps tali pusat, maka dilakukan pengamatan kemajuan
persalinan dengan seksama. Pada kasus-kasus presentasi majemuk dengan kemajuan
persalinan yang baik (pada fase aktif pembukaan serviks minimal 1 cm/jam, atau pada kala
2 terjadi penurunan kepala), umumnyaakan terjadi reposisi spontan
Setelah pembukaan lengkap, dengan semakin turunnya kepala, maka ekstremitas
yang prolaps akan tertinggal dan tidakk memasuki panggul. Selanjutnya pertolongan
persalinan dilakukan sebagaimana biasanya.
Pada keadaan terjadinya kemajuan persalinan lambat atau macet (biasanya pada
pembukaan serviks praktis lengkap), dilakukan upaya reposisi ekstremitas yang prolaps.
Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendaj janin (kepala atau bokong)
dilonggarkan dulu denga cara membuat ibu dalam posisi dada-lutut(knee-chest position).
Apabila ketuban masih utuh dilakukan amniotomi terlebih dahulu. Dorong ekstremitas
yang prolaps kearah cranial, tahan hingga timbul his yang akan menekan kepala atau
bokong memasuki panggul. Seiring dengan turunnya bagian terendah janin, jari penolong
dikeluarkan perlahan-lahan.Keberhasilan upaya ini ditunjukkan dengan tidak teraba lagi
ekstremitas yang prolaps. Apabila tindakan reposisi tersebut gagal, maka akan dilakukan
bedah sesar untuk melahirkannya.
e. Presentasi bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya
bokong, kaki atau kombinasi keduanya.Dengan insidensi 3-4% dari seluruh kehamilan
tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥37 minggu), presentasi bokong merupakan
malpresentasiuu yang paling sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu,
kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar akan berubah
menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya
presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa risiko selain prematuritas, yaitu
abnormalitas struktural uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri,
kehamilam multiple, anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi
bokong sebelumnya.
Diagnosis : presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi
abdomen. Maneuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal
bila umur kehamilannya ≥ 34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan
pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina dan / atau pemeriksaan
ultrasonografi.
Mekanisme persalinan : kepala adalah janin yang terbesar dan kurang elastic. Pda
presentasi kepala, apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin lainnya relative
mudah dilahirkan.Tidak demikian halnya pada presentasi bokong.Hal inilah yang
mmenjadikan persalinan vaginal pada presentasi bokong lebih berisiko. Pemahaman
tentang mekanisme persalinannya akan membantu dalam memberikan upya pertolongan
persalinan yang berhasil.
Bokong akan memasuki panggul dengan diameter bitrokanter dalam posisi oblik.
Pinggul janin bagian depan (anterior) mengalami penurunan lebih cepat disbanding pinggul
belakangnya (posterior). Dengan demikian, pinggul depan akan mencapai pintu tengah
panggul terlebih dahulu. Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan yang
mendorong kebawah (kaudal) akan menghasilkan putaran paksi dalam yang membawa
sacrum kea rah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga posisidiameter bitrokanter dipintu
bawah panggul menjadi anteroposterior.
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi dalam.
Perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan akan lahir terlebih dahulu.
Pada saat itu, tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga
mendorong pinggul bawah menekan perineum.Dengan demikian, lahirlah bokong dengan
posisi diameter bitrokanter aneroposterior, diikuti putran paksi luar. Putaran paksi luar akan
membuat posisi diameter bitrokanter dari anteroposterior menjadi transversal. Kelahiran
bagian tubuh lain akan terjadi kemudian baik secara spontan maupun dengan bantuan
(manual aid).
Penanganan :Melahirkan bayi presentasi bokong, pada persalian kala Iperlu
digunakan partograf untuk mendeteksi secara dini adanya kelambatan kemajuan
persalinan.Dalam hal terjadia kelambatan kemajuan persalinan, stimulasi sebaiknya tidak
dilakukan.Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau kegawatan pada janin
perlu dilakukan dengan seksama.Meskipun pengeluaran mekonium sering dijimpai pada
presentasi bokong, mekonium yang keluar sebelum janin memasuki panggul dapat
merupakan indikasi terjadinya kegawatan janin.Pembukaan serviks harus udah benar-benar
lengkap sebelu memimpin ibu untuk mengejan.Sebelum pembukaan lengkap ibu juga
diminta untuk tidak mengejan guna mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang
lebih kecil lahir sebelum pembukaan lengkap.
Terdapat beberapa teknik untuk membantu kelahiran presentasi bokong, tetapi
belum ada penelitian uji coba tentang teknik yamg memberikan luaran terbaik.Prinsip
untuk melahirkan bayi presentasi bokong secara vaginal adalah tidak tergesa-gesa, tidak
melakukan tarikan, dan selalu menjaga agar punggung janin dalam posisi anterior.Siapkan
peralatan resusitasi bayi dan petugas yang siap melakukannya. Menjelang pembukaan
lengkap, kosongkan kandung kencing menggunakan kateter elastic. Ketika pembukaan
sudah lengkap dan perineum mulai teregang, letakkan ibu dalam posisi litotomi.1
f. Pertumbuhan janin yang berlebihan :3
Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi bayi yang
lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gr adalah 5,3 % dan yang lebih dari 4500 rg
adalah 0,4 %
Diagnosis : menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini
dapat diperkirakan dengan cara :
a. Keturunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkannya dan adanya
diabetes mellitus.
b. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (edema dan
sebagainya).
c. Pemeriksaan teliti tentang disproporsi sefalo atau feto-pelvik dalam hal ini dianjurkan
untuk mengukur kepala bayi dengan ultrasonografi.
Prognosis : pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gr umumnya
tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih besar
dari 4500-5000 gr atau pada kepala yang sudah keras (postmaturitas) dan pada bahu yang
lebar (bayi kingkong). Apabila disproporsi sefalo feto-pelvis ini dibiarkan maka terjadi
kesulitan baik pada ibu maupun pada janin.
Penanganan : pada disproporsi sefalo dan feto-pelvis yang sudah diketahui
dianjurkan seksio sesarea. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan
episiotomy yang cukup lebar dan janin di usahakan lahir;atau bahu diperkecil dengan
melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral.
Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan untuk cedera postkleidotomonya
konsulkan pada bagian bedah.Apabila janin meninggalkan lakukan embriotomi.
3. Kelainan Jalan Lahir:
Bentuk panggul yang sempit yaitu ukurannya1-2 cm kurang dari ukuran yang
normal.
Kesempitan panggul bisa pada INLET (pintu atas panggul= p.a.p), MIDPELVIS
(ruang tengah panggul = r.t.p), OUTLET (p.b.p atau dasar panggul), atau kombinasi dari
INLET,MIDPELVIS, atau OUTLET.
KEMATIAN PERINATAL
Kematian perinatal adalah kematian bayi sejak berumur 28 minggu dalam uterus,
kematian baru lahir dan sampai kematian yang berumur 7 hari di luar kandungan.
Jumlah atau tinggi rendahnya kematian perinatal dapat dipergunakan untuk melakukan
penilaian kemampuan suatu Negara untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya
dalam bidang obstetric.9
A. Angka Kematian Perinatal
Angka Kematian Perinatal (AKP) adalah jumlah kematian perinatal dikalikan 1000 dan
kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama.1 AKP
perlu diketahui karena dapat merefleksikan tingkat kesehatan ibu hamil dan bayinya serta
standar pelayanan yang diberikan. Angka ini juga merupakan salah satu indikator terbaik dari
status sosial ekonomi masyarakat, daerah, dan negara.
Angka ini rendah bila standar kehidupan meningkat sehingga pengamatannya secara
berkala dapat memperlihatkan kemajuan di masyarakat.Masyarakat dengan AKP yang tinggi
juga memiliki AKI yang tinggi karena keduanya merefleksikan kondisi hidup yang buruk dan
kurang memadainya pelayanan kesehatan yang diberikan. 14
B. Faktor Risiko Terjadinya Kematian Perinatal
Banyak faktor yang terkait dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi
penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu kematian bayi endogen dan kematian bayi
eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut kematian neonatal adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan
oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian eksogen atau kematian post neonatal
adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan luar.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi dan budaya mempengaruhi
kelangsungan hidup anak melalui berbagai faktor.Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
faktor ibu, faktor lingkungan, kekurangan gizi, trauma, dan upaya pencegahan dari individu
itu sendiri.Faktor ibu adalah termasuk umur ibu, paritas, dan jarak kehamilan.Faktor
lingkungan yaitu berhubungan dengan media penyebaran penyebab penyakit seperti udara,
air, makanan, kulit, tanah, serangga, dll. Kekurangan gizi yaitu kekurangan kalori, protein
dan kekurangan vitamin dan mineral, sedangkan faktor upaya pencegahan penyakit individu,
yaitu imunisasi dan pengobatan.15
Masalah kesehatan neonatal tidak dapat dilepaskan dari masalah kesehatan perinatal
dimana proses kehamilan dan persalinan memegang faktor yang amat penting. Faktor risiko
adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan risiko atau bahaya
terjadinya komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan ibu
dan bayinya.
a. Umur Ibu
Umur berhubungan terhadap proses reproduksi, umur ibu yang dianggap optimal
untuk kehamilan adalah antara 20 sampai 35 tahun. Sedangkan dibawah atau diatas usia
tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan.15
Umur ibu < 20 tahun belum cukup matang dalam menghadapi kehidupan
sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan. Pada umur tersebut rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik
hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan
kehamilan atau gangguan lain karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan
tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika umur ibu > 35 tahun, tubuh ibu
sudah kurang siap lagi menghadapi kehamilan dan persalinan.Ibu yang berusia > 35
tahun cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, mioma uteri,
persalinan lama, dan penyakit-penyakit lainnya. Selain risiko tinggi untuk terjadinya
kehamilan atau malformasi juga semakin besar (2 kali lebih besar dibanding usia 20-40
tahun).13,16
Pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan perkembangan dari organ-organ
dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim.
Pada wanita usia muda dimana organ-organ reproduksi belum sempurna secara
keseluruhan, disertai kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu. Usia hamil
yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun karena pada usia tersebut
rahim sudah siap menerima kehamilan, mental juga sudah matang dan sudah mampu
merawat bayi dan dirinya.
b. Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri atas 3
kelompok yaitu: (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 paritas, (2)
Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-5 dan (3) Golongan grande
multipara adalah golongan ibu dengan paritas > 5. Kehamilan yang paling optimal adalah
kehamilan kedua sampai keempat.Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat
mempunyai risiko yang tinggi. Jadi, persalinan yang paling aman adalah persalinan kedua
dan ketiga.13
Kehamilan dan persalinan anak pertama, risiko meningkat terutama disebabkan
karena ibu belum pernah menghadapi kehamilan dan persalinan, di samping itu jalan
lahir baru pertama kali akan dicoba dilalui oleh janin.
Grande multipara adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan kehamilan
lebih dari lima. Kehamilan pada kelompok ini sering disertai penyulit, seperti kelainan
letak, perdarahan antepartum, perdarahan post partum, dan lain-lain. Kehamilan dan
persalinan anak kelima atau lebih risiko meningkat karena kehamilan dan persalinan
berulang-ulang akan mengakibatkan berkurangnya cadangan zat-zat tambahan, misalnya
asam folat, Fe, iodium, vitamin A, vitamin B, dan vitamin D, kelelahan pada tubuh ibu
dan alat kandungan.13,15
Selain itu, pada grande multipara terjadi kemunduran daya lentur (elastisitas)
jaringan yang sudah berulang kali direnggangkan oleh kehamilan membatasi kemampuan
berkerut untuk menghentikan perdarahan sesudah persalinan dan nifas. Disamping itu
banyak pula dijumpai tidak cukupnya tenaga untuk mengeluarkan janin yang disebut
dengan merits uteri. Keadaan ini akan lebih buruk lagi pada kasus dengan jarak
kehamilan yang singkat.
c. Jarak Antar Kelahiran
Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan
< 2 tahun atau > 4 tahun.Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4 tahun. Jarak antara
dua kehamilan yang < 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke keadaan normal akibat
kehamilan sebelumnya sehingga tubuh ibu akan memikul beban yang lebih berat. Jarak
kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih
dengan baik, kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena adanya kemungkinan
pertumbuhan janin yang kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau perdarahan.
Sebaliknya jika jarak kehamilan antara dua kehamilan > 4 tahun, disamping usia ibu yang
sudah bertambah juga mengakibatkan persalinan berlangsung seperti kehamilan dan
persalinan pertama.13,16
d. Umur Kehamilan (Maturitas)
Maturitas adalah kehamilan dihitung dari hari pertama periode menstruasi normal
terakhir sampai dengan terjadinya proses kelahiran janin.
Berdasarkan umur kehamilan, persalinan dapat dibedakan atas:
1) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 22-36
minggu, janin dapat hidup tetapi prematur.
2) Normal (partus matures) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu (antara
259 hari dan 280 hari), janin matur, berat badan di atas 2.500 gram.
3) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus normal atau pada kehamilan > 40 minggu.
Penelitan yang dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menemukan bahwa
kematian perinatal yang tertinggi terjadi pada umur kehamila 32-36 minggu. Sedangkan
penelitian di RS Dr. Kariadi Semarang mendapatkan bahwa jumlah kelahiran mati
terbesar pada umur kehamilan 28-38 minggu.13
e. Riwayat Kesehatan Ibu
Kesehatan dan pertumbuhan janin dihubungkan oleh kesehatan ibu. Bila ibu
mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka
kesehatan dan kehidupan janin pun terancam.16
Wanita dengan penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan anemia merupakan
faktor yang memperbesar terjadinya kelahiran mati.
Diabetes mellitus pada ibu dapat mengakibatkan bayi mempunyai berat badan
melebihi usia kehamilan (makrosomia), karena kadar gula darah dalam tubuh ibu sangat
tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin. Janin akan tumbuh dengan cepat
melebihi usia kehamilan. Diabetes mellitus pada bayi juga dapat mengakibatkan
hipoglikemia (kekurangan gula darah), karena ketiaka di dalam tubuh ibu, janin
menyesuaikan jumlah insulin dengan tubuh ibunya tetapi setelah lahir jumlah insulin
yang telah terbentuk tidak sesuai dengan kadar gula darah dalam tubuh bayi (kadar
insulin yang berlebihan) sehingga bayi dapat mengalami hipoglikemia, hipokalsemia, dan
immaturitas. 13
Hipertensi pada ibu dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dalam
kandungan atau Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan kelahiran mati. Hal ini
disebabkan karena hipertensi pada ibu akan menyebabkan terjadinya perkapuran di dalam
plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta. Dengan
adanya perkapuran pada plasenta, makan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.13
f. Anemia Ibu
Anemia atau kurang darah adalah rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam sel-sel
darah merah, yaitu kurang dari 11 gr%. Tanda-tanda ibu menderita anemia seperti
perasaan lesu, sering mengantuk, selaput bagian dalam kelopak mata, bibir, dan kuku
pucat serta penglihatan berkunang-kunang.13
Wanita yang berat badannya 55 kilogram, memerlukan tambahan zat besi untuk
pembentukan hemoglobin sejumlah 500 miligram, untuk pembentukan janin 290
miligram dan untuk plasenta 25 miligram serta untuk darah yang keluar pada saat
melahirkan diperkirakan total kebutuhan zat besi wanita hamil selama Sembilan bulan
kehamilan adalah 1.000 miligram.13
g. Pendidikan Ibu
Ibu yang berpendidikan rendah (kurang dari SMP) mempunyai risiko sebesar 2,2
kali untuk terjadinya kematian perinatal dibanding dengan ibu yang berpendidikan tinggi.
Latar belakang pendidikan ibu mempengaruhi sikapnya dalam memilih pelayanan
kesehatan dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga dengan peningkatan berat
badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi kondisi perinatal.17
h. Kondisi Kehamilan
Bayi dari ibu yang pada saat hamilnya mengalami keluhan mempunyai risiko 2,4
kali untuk terjadinya kematian perinatal dibanding dengan ibu yang pada saat hamilnya
tidak mengalami keluhan. Komplikasi kehamilan sebenarnya dapat dicegah minimal
dapat diminimalisir walau 15-20% kehamilan normal bisa berubah menjadi komplikasi
pada saat persalinan. Salah satu cara yang efektif untuk memantau adanya komplikasi
adalah deteksi dini kehamilan berisiko tinggi, dengan cara melakukan pemeriksaan yang
teratur dan berkualitas. Di puskesmas deteksi dini risiko tinggi kehamilan ini sudah
menjadi program, walau masih dengan cara sederhana yaitu masih dalam tahap seleksi
awal, secara biomedis, namun manfaatnya masih bisa dirasakan. Karena pada dasarnya
semua kehamilan adalah berisiko tinggi maka deteksi dini atau kewaspadaan tinggi ini
hendaknya dilakukan pada semua kehamilan, tidak hanya kehamilan berisiko saja.17
i. Riwayat Kehamilan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan perdarahan, abortus, partus
prematuritas, kematian janin dalam kandungan, preeklampsia/eklampsia, Ketuban Pecah
Dini (KPD), kehamilan muda, kelainan letak pada hamil tua, hamil dengan tumor (mioma
atau kista ovari) serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu merupakan
risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut perlu diwaspadai
karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat akan
melahirkan.13,18
j. Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan hendaknya di mulai seawal mungkin yaitu segera setelah
tidak haid selama 2 bulan berturut-turut. Tujuannya jika tidak ada kelainan pada
kehamilan cukup waktu untuk menanganinya sebelum persalinan.13
Pelayanan antenatal (Antenatal Care (ANC)) mempunyai pengaruh yang lebih
besar dibandingkan dengan factor-faktor lain seperti umur dan paritas. Dengan
melakukan pemeriksaan kehamilan akan mempunyai kematian perinatal lebih rendah
daripada ibu dengan umur atau paritas yang optimal.13
k. Penyakit atau Kelainan Bawaan pada Janin
Morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) perinatal mempunyai kaitan
sangat erat dengan kehidupan janin dalam kandungan dan waktu persalinan. Secara
umum, penyebab morbiditas dan mortalitas janin antara lain anoksia dan hipoksia,
infeksi, trauma lahir, dan cacat bawaan.13
l. Penyakit Infeksi
Infeksi terjadi melalui kuman yang menulari janin dengan cara kontak langsung
dengan daerah-daerah yang sudah dicemari kuman, misalnya:13
1) Pada keadaan ketuban pecah dini, kuman dari vagina masuk ke dalam rongga
amnion.
2) Partus lama dan sering dilakukan pemeriksaan vagina yang tidak
memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik memungkinkan masuknya
kuman ke rongga vagina dan kemudian ke dalam rongga amnion.
Pada ibu yang menderita gonore, kuman menulari janin pada saat janin melalui
jalan lahir.
KERANGKA KONSEP
KERANGKA PENELITIAN
A. HIPOTESIS
Hipotesis komparatif
H nol:
Ibu yang melahirkan yang mengalami partus lama memiliki risiko yang sama untuk
terjadinya kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan partus
normal
Ibu Hamil yang Partus
Lama
Perinatal Meninggal
Perinatal Hidup
Kematian
Perinatal
Faktor Ibu :
- Partus Lama
Fakrtor lain :
- Umur Ibu
- Paritas Ibu
H alternatif :
Ibu yang melahirkan yang mengalami partus lama memiliki risiko yang berbeda untuk
terjadinya kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan partus
normal
Hipotesis korelatif
H nol:
Tidak terdapat hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal.
Ha:
Terdapat hubungan antara partus lama dengan kematian perinatal.
BAB III
KAJIAN ISLAM
EMBRIOLOGI DALAM AL QUR’AN
Ada beberapa manfaat alas an mengapa kajian tentang embriologi menjadi penting.
Pertama, kajian ini bermanfaat untuk menambah kualitas iman kita.Karena keimanan akan terus
bertambah dengan adanya ilmu yang bermanfaat dan amal saleh. Sebaliknya, keimanan akan
berkurang disebabkan ketidak tahuan dan kemaksiatan.
Kedua, karena kita diperintahkan oleh agama untuk mempelajari embriologi.
Allah berfirman sebagai berikut :
“katakanlah, berjalanlah di (muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaan.”(QS Al-Ankabut [29]:20).
“Manusia seharusnya memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang
terpancar,yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.” (QS Al-Thariq [86]: 5-7)
Ketiga, karena pengetahuan tentang janin merupakan salah satu disiplin ilmu yang paling efektif
untuk menambah keyakinan terhadap hari kebangkitan dan hari perhitungan amal.
Perhatikan dua ayat tersebut di atas,(QS Al ankabut [29]:20) mengungkapkan awal penciptaan
dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa Dia mampu untuk mengembalikan kehidupan ini.
Sementara itu, pada ayat “manusia seharusnya memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia
diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.”(QS Al-
Thariq[86]:5-7).
Allah SWT menggunakan terminology awal penciptaan sebagai bukti bahwa Dia akan
mengembalikan ciptaan-Nya. Oleh karena itu, Allah SWT kemudian berfirman sebagai berikut :
“Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani)?
Lalu, tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Dia membuat perumpamaan bagi Kami.Dia
lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, „siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang
telah hancur luluh? “Katakanlah ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali
yang pertama. Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk”(QS Yasin [36]:77-79)
Zat yang berkuasa untuk memulai suatu penciptaan, pasti bisa mengembalikan ciptaan-Nya
seperti semula (ketika ciptaan itu rusak atau musnah).Bahkan, mengembalikan itu lebih mudah
bagi-Nya. Segala sesuatu adalah mudah bagi Allah SWT, ini terlihat pada firman Allah SWT
berikut ini :
“ Dialah yang menciptakan (manusia) dai permulaan kemudian mengembalikan
(menghidupkan)-Nya kembali. Dan menghidupkan kembali itu lebih mudah bagi-Nya” (QS Al-
Rum[30];27)
Keempat, karena mencintai Al Qur‟an dan Sunnah. Setiap ilmu yang benar dan bermanfaat dapat
dikorelasikan dengan Al Qur‟an dan sunnah.
Mengkaji Al Qur‟an dan sunnah akan menuai banyak pahala. Seorang muslim secara syariat
dituntut untuk berperan aktif dalam mengkaji Alqur‟an dan Sunnah, juga mengurai khazanah-
khazanah yang terkandung di dalamnya serta mempraktikkannya dalam kehidupan.
Kelima, sekarang ini memang era ilmu eksakta, ilmu agama, dan ilmu bahasa. Dulu kita mungkin
kewalahan ketika berdebat dengan kalangan non-muslim seputar kemukjizatan yang kasat mata
di dalam diri Rasulullah SAW. Namun sekarang kita akan mampu menjawab pertanyaan mereka
secara ilmiah.
Pembahasan ini dapat menjadi pengantar untuk mengimankan sebagian dari mereka. Bagi kaum
muslimin, pembahasan ini akan menambah keimanan dan memantapkan akidah di hati mereka.
Alam Janin pada Masa Kenabian
Sebelum kita masuk pada pembahasan tentang kemukjizatan Embriologi di dalam Alqur”an dan
Sunnah, pertama kali kita harus tetapkan bahwa pada masa Rasullullah SAW dan masa-masa
berikutnya, belum ada disiplin ilmu humaniora yang mengupas bermacam informasi ilmiah ini,
terutama berkenaan dengan embriologi dan ilmu-ilmu yang terkandung di dalam Alqur‟an dan
Sunnah. Tiada lain, kita hanya bisa pasrah menerima wahyu yang mengandung mukjizat ini dari
Allah SWT.
Imam Al-Bukhari dalam Shahih Al-Bukhari meriwayatkan, Sufyan bin Al-Mundzir mendengar
Jabir menuturkan bahwa menurut orang Yahudi, jika seorang istri digauli dari arah belakang,
maka anaknya akan juling. Lalu turunlah firman Allah SWT berikut :
“istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kalian bercocok tanam. Lalu datangilah tanah
tempat bercocok tanam kalian itu bagaimana saja kalian kehendaki” (QS Al-Baqarah[2]:223).
Sampai pada titik ini terlihat bahwa orang Yahudi tidak memahami latar belakang pembentukan
janin.
Perspektif mereka di atas tidak menggambarkan sama sekali adanya hubungan pembentukan
janin dengan seluk-beluk embrilogi. Pendapat tersebut juga tidak ada kaitannya dengan
perubahan sifat janin atau terjadinya pemutar balikan bentuk janin.
Alam Janin Dalam Sejarah Manusia
Asumsi-asumsi yang keliru tentang embriologi telah banyak beredar dikalangan orang awam dan
para ilmuwan lebih dari 1300 tahun setelah masa Rasulullah SAW. Ketika itu, mereka
memahami bahwa perkembangan janin di dasarkan pada dua teori :
Pertama, teori janin sebelum memiliki bentuk (preformation theory).Maksudnya bahwa janin
mengalami perkembangan bentuk di dalam rahim ibunya, mulai dari kecil terus membesar
hingga tumbuh dengan sempurna.
Kedua, teori janin memiliki bentuk tersendiri.Dalam teori ini, janin tumbuh dengan kemiripan
salah satu dari kedua orang tuanya, tidak dua-duanya.
Kelompok kedua ini terbagi menjadi dua aliran. Aliran I mengatakan bahwa janin yang tumbuh
akan mirip ibunya, bukan bapaknya.
Ayahnya hanya berperan sebagai penyebab pada awal pertumbuhannya saja. Pendapat aliran I
pun terbagi lagi menjadi tiga sub-aliran.
Sub-Aliran (1)
Pendapat sub-aliran (1) adalah pertumbuhan janin berasal dari darah menstruasi.Prinsip ini telah
di anut oleh banyak orang sebelum dan sesudah Islam cukup lama.Anehnya, sebagian
cendekiawan Muslim yang tidak memiliki kapasitas yang cukup dalam bidang tafsir dan hadits
juga terpengaruh dengan asumsi di atas.Mereka ikut-ikutan mengamini pendapat
tersebut.Padahal, para ahli yang lebih kompeten serta mendalami Al Qur‟an dan Sunnah menolak
mentah-mentah pendapat tersebut.
Ibn Hajar berkata: “banyak kalangan ahli berpendapat bahwa sperma pria tidak memiliki
pengaruh apapun terhadap pertumbuhan janin, kecuali hanya pada bagian awal saja. Menurut
mereka, pertumbuhan janin dipengaruhi oleh darah menstruasi. Padahal hadits-hadits terkait
dengan ini telah membantah asumsi tersebut”
Sub-Aliran (2)
Sub- aliran (2) menyebut bahwa janin itu merupakan bentuk yang terpisah dari rahim.
Yang pertama mengungkapkan hal ini adalah Willian Harvey(1651). Ia meneliti rahim seekor
rusa yang tengah hamil. Di dalamnya ia menemukan sebuah janin yang menggantung pada
rahim. Ia lalu menyimpulkan bahwa janin adalah suatu makhluk yang terpisah dari rahim.
Sub-Aliran (3)
Menurut sub-aliran (3), janin berkembang sesuai bentuknya di dalam sel telur wanita. Kemudian
ia membesar dengan bantuan sperma pria. Pendapat ini dikemukakan oleh ilmuwan bernama
Nicholas Malebranche(1675).
Aliran II yang berasal dari kalangan ilmuwan barat meyakini bahwa prialah satu-satunya sumber
pembentukan janin.Kemudian janin itu berkembang dan besar didalam rahim wanita.
Pendapat inidi adopsi oleh dua orang ilmuwan yakni Herman dan Leeuuenhoch.
Kesimpulan tersebut di dasarkan pada penelitian kedua ilmuwan tersebut terhadap kelompok
hewan bersperma (spermatozoa).Mereka menggambarkan adanya anak di kepala pada kelompok
hewan bersperma yang di teliti.
Ilustrasi mereka tentang itu menjadi sebuah lelucon bagi para cendekiawan dan masyarakat
umum pada masa sekarang.
Sel Reproduksi
Kita nanti akan mengetahui dari mana datangnya sel-sel reproduksi yang akan dijadikan Allah
SWT sebagai penyebab terbentuknya sebuah janin. Kita perhatikan ibu dan bapak, awalnya ibu
dan bapak kita merupakan janin yang tumbuh di dalam rahim sang nenek. Pada tahapan janin,
sebagian sel-sel tersebut bergerak sejenak dari kantong berisi cairan agar dapat menetap di salah
satu bagian tulang belakang janin.
Hal ini berlangsung di tempat bertemunya tulang belakang dengan tulang rusuk.Sebuah tempat
yang disibukkan oleh semua sel saat itu.
Kemudian sel tersebut bergerak hingga menetap di dua bagian, yaitu panggul (pelvis) pada
wanita dan kantong buah pelir pada pria.Pada tahpan akhir ini, sel tersebut membawa tempat-
tempatnya untuk darah, getah bening, dan nutrisi saraf.
Setiap indung telur (ovarium) dan biji pelir (testis) memperoleh darah dari cabang pembuluh
darah aorta.Darah ini keluar berlawanan arah dengan tulang belakang lumbar yang kedua.Setiap
ovarium dan testis juga memperoleh nutrisi saraf dari tali panggul yang berlawanan arah dengan
tulang belakang dada yang kesepuluh.
Jaraknya dekat dengan tempat ini.Olek karena itu, setiap ovarium dan testis selalu berhubungan
dengan tempat yang pertama.
Sumber yang paling akurat mengatakan bahwa masing-masing dari ovarium dan testis ini keluar
dari antara tulang belakang dan tulang rusuk. Jika demikian faktanya, maka tepat sekali apa yang
difirmankan Allah SWT sebagai berikut :
“Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada”
(QS Al-Thariq[86]:6-7)
Allah SWT menginformasikan asl penciptaan tersebut dalam sebuah isyarat yang mendalam dan
mencengangkan”
Air Sperma
Pada awal siklus menstruasi seorang wanita, sebagian sel telur dalam indung telur mulai tumbuh
berkembang.Tumbuhnya baru sempurna hanya sekali pada kira-kira keempat belas dari siklus di
atas.
Pada saat itu, dinding indung telur mendekat pada posisi di tengah gelembung. Bagian yang
menempel pada dinding akan pecah. Akhirnya, sel telur keluar di hiasi dengan mahkota yang
indah (corona radiate).Sebelumnya cairan gelembung melekat erat agar menyerupai
hamparan.Ini untuk sampai pada pembuluh telur rahim yang bergerak juga untuk menerimanya.
Ketika satu sel telur keluar untuk menunggu pembuahan (fertilisasi), maka dari pria keluar
sekaligus sekitar 100-200 juta spermatozoa yang berenang di sel- sel usus.Kemudian sperma-
sperma itu bergerak cepat dalam ukuran banyak. Saking panjangnya, sehingga jika diperkirakan
dengan tinggi manusia dalam mengikuti perlombaan lari 100 meter, maka ia akan berhasil
menempuh jarak tersebut dalam tempo setengah dari waktu yang ditentukan.
Sekitar 400 sperma dari jutaan sperma ini berhasil menyatu kepada sel telur.Biasanya sperma
dan sel telur ini bertemu pada sepertiga diluar pembuluh telur rahim.
Dengan proses yang sangat rumit, enzim-enzim tertentu dapat terpisah. Hal ini untuk membantu
spermatozoa dalam menembus lapisan-lapisan yang mengelilingi sel telur.
Awal Penciptaan
Hanya satu spermatozoa saja yang berhasil menembus sekat-sekat penghalang yang mengitari sel
telur.Ia masuk ke dalam sitoplasma (cytoplasm) sel telur yang berjalan cepat dengan
memisahkan enzim-enzim lainnya yang dapat menghalangi spermatozoa lainnya dalam
menembus sel telur. Oleh karena itu, ada tiga prinsip pokok yang dapat disimpulkan disini.
Pertama, terciptanya makhluk pada mulanya adalah hasil dari bersatunya dua unsure yaitu pria
dan wanita secara bersamaan.
Kebenarannya Al Qur‟an ini luput dari pengetahuan para ilmuwan barat.Hingga abad kedelapan
belas, mereka masih serampangan dalam menghubungkan asal mula janin.Ada yang
amenghubungkannya hanya ke bapak saja. Padahal, Allah SWT telah berfirman sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes sperma yang bercampur yang
Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadika dia
mendengar dan melihat” (QS Al-Insan[76]:2).
Kata nuthfah (setetes sperma) dalam Al qur‟an dan Sunnah terkadang bersifat mutlak. Ini seperti
pada firman-Nya berikut :
“Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya” (QS Abasa [80]:19)
Ayat ini menginformasikan bahwa makhluk itu berasal dari sperma pria dan sperma wanita. Ayat
tersebut di atas mengatakan bahwa terjadinya makhluk itu berasal dari sperma yang bercampur
hlllA SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes sperma yang bercampur
(amsyaz)” (QS Al Insan[76]:2).
Allah SWT menggunakan kata amsyaz yang bersinonim dengan kata akhlath, yang berarti
„sperma yang bercampur‟.Redaksi ayat inimemiliki arti figurative (majaz).
Allah SWT menyandingkan kata nuthfah yang berbentuk mufrad (tunggal) dengan kataamsyaz(
yang berbentuk jamak), yang berarti „campur‟.
Hal ini untuk menunjukkan bahwa sel yang satu (baca: sperma atau nuthfah) adalah hasil
campuran dari banyak sumber, dari pria dan wanita.
Rasulullah SAW memperkuat pengertian ini dalam hadistnya. Ketika itu,seorang Yahudi
bertanya, “Muhammad, dari apakah manusia diciptakan? “Rasulullah SAW menjawab, “Hai
Yahudi!Manusia diciptakan dari sperma pria dan sperma wanita”(HR Ahmad).
Kedua, tidak semua sel telur (ovum) atau sperma pria yang keluar menuju rahim wanita, dapat
mendorong terjadinya janin.Karena ovum yang keluar dari indung telur (ovarium) wanita
dikelilingi oleh selaput.Sel-sel lainnya yang berbentuk mahkota juga dikelilingi oleh selaput. Sel-
sel tersebut berenang dalam sel yang berbentuk seperti agar-agar menuju pembuluh telur rahim.
Pria saat itu menyemprotkan sekitar 200 juta spermatozoa.Dari jumlah tersebut, yang masuk
kepada indung telur dan membentuk janin hanya satu.
Spermatozoa sejumlah itu berenang di dalam sel-sel yang memisahkan dari kelenjar-kelenjar
seperti prostat dan tembolok sperma.
Semua bentuk spermatozoa tidak bisa digambarkan, karenabentuk sel-sel tersebut lebih banyak
dari 1%.
Salah satu mukjizat yang mencengangkan dalam hal ini adalah sabda Rasulullah SAW “sesuatu
yang berasal dari setiap air (sperma) akan menjadi anak” (HR Muslim)
Hadis yang mengandung nilai mukjizat ini merupakan suatu kesimpulan dari hasil penelitian
ribuan ilmuwan dal kurun waktu yang lama.
Mereka menjelaskan adanya kadar yang cukup dari sperma pria atau sperma wanita yang
berperan serta dalam membentuk janin.
Ketiga, janin tidak di temukan dalam bentuknya. Kemudian ia membesar. Namun ia diciptakan
secara bertahap. Ini sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:
“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal, Dia sesungguhnya telah
menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian” (QS Nuh[71]:13-14)
“ Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Lalu bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS Al
Zumar[39]:6)
Ketiga prinsip yang penting ini menghancurkan semua persepsi dan asumsi-asumsi keliru sejak
masa Aristoteles hingga abad kedelapan belas.
Falq (makhluk)
Campuran air sperma bergerak di dalam pembuluh telur rahim hingga rongga rahim.Kira-kira
pada hari kelima.Di dalam rentang waktu tersebut, pergerakan sperma ini langsung terbagi
menjadi beberapa bagian yang berurutan.Masing-masing bagian memerlukan waktu permulaan
antara 12 sampai 24 jam.
Tujuannya supaya campuran sperma tersebut berubah menjadi dua sel kemudian (secara
berurutan ) menjadi empat sel, delapan sel dan kemudian sampai pada 16 sel. Inilah fase
permulaan kelenjar morula yang masuk pada rongga rahim. Fase ini akan terus terbagi menjadi
beberapa bagian.
Siklus ini unik.Janin terbentuk menjadi beberapa bagian sel (makhluk) dan tidak terpisah oleh
organism-organisme yang bersel satu seperti bakteri.
Secara klasifikasi, organism ini menambah populasi.Sementara itu, organism-organisme yang
bersel banyak, terdiri dari jutaan klasifikasi yang berurutan secara terus menerus. Dari proses
yang panjang itu, akhirnya terbentuklah seorang makhluk yang disebut manusia. Ini tidaklah
mengherankan, sebab Al Qur‟an telah melansir kesimpulan ilmiah ini dalam firman Allah SWT
berikut :
Katakanlah : “ Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai makhluk” (QS Al Falaq[113]:1)
Kata Al Falaq di sini berpola ism maf‟ul (nomina partisipel pasif) yang berarti „makhluk‟.
Jadi, setiap organism (makhluk hidup) pada hakikatnya adalah mafluq.
Ladang
Ketika kelenjar tersebut sampai pada rongga rahim, maka didalamnya tampak sebuah rongga
beralih pada sesuatu yang bernama kantung bersel (blastula).Sel-sel itu terdiri dari dua lapisan.
Pertama, lapisan dalam (inner cell mass), yaitu lapisan yang didalamnya akan terntuk sebuah
janin.
Kedua, lapisan luar (outer cell mass), yaitu lapisan yang ikut berperan dalam menanggung
kelenjar janin.Lapisan-lapisan ini mirip dengan bibit tumbuhan.Bibit tersebut ditemukan di
wilayah bagian dalm dan dikelilingi oleh sel-sel luar.Pada akhir minggu pertama setelah
pembuahan, sel-sel tersebut sampai pada tempatnya yang sesuai.Tujuannya agar tertanam di
dalam dinding rahim.
Embrio manusia sama dengan bibit tanaman. Tanah butuh untuk diratakan dan dibabat dibagian
lapisan permukaannya, sebelum benih ditanam.Sama halnya dengan selaput lender rahim pada
siklus bulanan.
Tujuannya agar lapisan permukaan hilang dan lapisan yang baru dapat berkembang.
Dengan begitu, lapisan tersebut memiliki kondisi yang paling baik pada saat pencelupan benih.
Ini memberikan informasi bagi kita tentang kemukjizatan Al qur‟an. Sebab, Al qur‟an
menggunakan kata harts (ladang) yang biasa digunakan untuk tanaman, ketika mengungkap
pertumbuhan janin manusia. Allah SWT berfirman berikut:
“istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kalian bercocok tanam. Lalu, datangilah tanah
tempat bercocok tanam kalian itu bagaimana saja kalian kehendaki”.(QSD Al-Baqarah [2]:223)
Segumpal Darah
(minggu Kedua dan Minggu Ketiga)
Ketika “benih” manusia tertanam di dinding rahim pada minggu kedua, lapisan janin bagian
dalam terbagi menjadi dua lapisan (bilaminar). Pada saat yang sama, lapisan janin bagian luar
menempel pada dinding rahim dengan perantara tangakia penghubung (connecting stolk).
Tujuannya agar dapat memperoleh makanan dari darah ibunya.
Pada minggu ketiga, lapisan ketiga berada di antara dua lapisan.Dengan begitu, tiga lapisan telah
lengkap. Dengan izin AllahSWT, semua anggota tubuh (trilaminar) akan tumbuh. Wilayah
kepala berbeda dengan wilayah di bagian belakang.Janin dalam bentuk lintah berenang dalam
cairan yang banyak.Ia menerima makanan disana dengan posisi menempel pada dinding rahim.
Dalam keadaan seperti ini, janin menyerupai anak lintah berukuran kecil yang menempel pada
unta dalam keadaan seperti berikut:
1. Berbentuk lintah
2. Berenang ditengah cairan
3. Hubungan anak lintah dengan makhluk yang lain
4. Pemberian makanan anak lintah melalui darah makhluk yang lain.
Ini membuktikan kebenaran firman Allah SWT berikut :
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah” (QS AL mukminun[23]:14)
Segumpal Daging
(Minggu Keempat Sampai Usia 40 Hari)
Mulai hari ke-24 pada minggu ke-4 hingga minggu ke-6, salah satu bagian tulang belakang
janin akan tampak tonjolan-tonjolan.
Bentuk luar janin akan melengkung, karena ada proses pertumbuhan dalam tubuh
janin(somites). Hal ini berlangsung sesuai postur si ibu.Begitu juga dengan tumbuhnya
anggota tubuh janin.
Pada tahapan ini, kondisi janin yang paling baik adalah yang berbentuk segumpal daging.
Inipun disesuaikan dengan bentuk tubuh yang bengkok dan berbeda, jga disesuaikan dengan
adanya tonjolan-tonjolan yang menyerupai tempat tumbuhnya gigi pada bagian kecil daging
yang dikunyah.
Pada tahapan ini pula,panjang janin sudah mencapai sekitar 1-2 cm dalam bentuk segumpal
daging. Ini sekali lagi membuktikan kebenaran firman Allah SWT berikut:
“kemudian air sperma itu Kami jadikan segumpal Darah” (QS Al Mukminun[23]:14)
Bentuk yang Sempurna dan yang Tidak
Pada tahapan segumpal daging, kelengkapan anggota janin meliputi cikal bakal semua
anggota tubuh (alat sirkulasi, alat pernafasan, alat pencernaan, dan alat pembuangan). Cikal
bakal semua anggota tubuh bentuknya telah sempurna, tetapi detailnya secara jelas
akansempurna pada tahapan kemudian. Sebagian sel juga telah menemukan bentuk
khususnya (differentiated), tetapi sebagian sel lainnya masih belum berbentuk secara khusus.
Bentuk-bentuk selnya masih belum bisa diidentifikasi (undifferentiated). Anehnya, Alqur‟an
menjelaskan keadaan segumpal daging ini dengan istilah mukhallaqah (yang tidak sempurna
bentuknya).Yang perlu diperhatikan, Alqur‟an menggunakan kata mukhallaqah, dan tidak
menggunakan kata makhluqah.Padahal setiap sel fase ini telah diciptakan bentuknya
(makhluqah).Hanya saja sebagian lainnya masih dalam keadaan belum sempurna (ghair
mukhallaqah).
Frasa ghair mukhallaqah di sini maksudnya bahwa proses daging cikal bakal janin tersebut
tidak sempurna bentuknya karena masih belum spesifik. Sebab, ada sebagian sel yang
fungsinya belum terlihat secara khusus.
Pada fase ini pula, semua anggota tubuh janin masih dalam format primary (cikal
bakal).Bentuk janin dalam fase ini ada dia antara dua, yaitu bersifat mukhallaqah (dalam
bentuk yang sempurna) dan ghair mukhallaqah (dalam bentuk yang tidak sempurna).
Sifat yang pertama berarti pembentukan daging sesuai dengan fungsinya dalam format yang
sangat bagus.Sebagian selnya memiliki kekhasan tersendiri secara khusus.Sifat yang kedua
ditandai dengan belum sempurnya fungsi anggota tubuh.Sebagian besar selnya juga belum
memiliki format secara khusus. Allah SWT berfirman sebagai berikut :
“kemudian dari segumpal daging yang sempurna bentuknya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan kepada kamu” (QS Al-Hajj[22]:5)
Kumpulnya Penciptaan
Rasulullah SAW mengungkapkan cirri-ciri janin dalam fase ini dengan kalimat yang
sempurna. Beliau bersabda, “ Sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian dikumpulkan di
dalam perut ibunya selam empat puluh hari. Kemudian, ia menjadi segumpal darah, lalu
menjadi segumpal daging.”(HR Muslim).
Bentuk janin dalam keadaan segumpal daging terjadi pada akhir minggu keenam (40-42
hari). Pada saat itu, janin memiliki identifikasi sebagai berikut:
a. Panjangnya 1cm (dalam bentuk yang sangat kecil)
b. Berbentuk melengkung dan kedua ujungnya menyatu.
c. Cikal bakal seluruh anggota tubuh tampak di bagian dalamnya.
Dengan cirri-ciri tersebut, kita dapat mengklaim bahwa pada tahapan ini pola penciptaan
janin (dengan cikal bakal anggota tubuhnya/ telah dikumpulkan. Ini persis sam dengan apa
yang telah disabdakan Rasululullah SAW diatas. Hadits sahih tersebut diriwiyatkan dengan
tiga riwayat oleh para imam hadis melalui jalur Ibnu Mas‟ud r.a.
Ketiga riwayat itu adalah yang sahih dari imam Al Bukhari, riwayat ayang sahih dari imam
Muslim, dan riwayat Abu awanah yang berkualitas daif meskipun teksnya popular.
Seandainya kita memakai riwayat Abu Awanah maka maknanya akan rusak. Berikut redaksi
pada riwayat Abu Awanah: “sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian dikumpulkan di
perut ibunya selama empat puluh hari berbentuk sperma” mengacu pada makna tersebut,
beraati janin dalam bentuk sperma terus berlanjut hingga empat puluh hari lamanya. Akan
tetapi, menurut riwayat yang shahih dari AL-Bukhari, redaksi hadis tersebut sebagai berikut:
“sesungguhnya salah seorang kalian dikumpulkan diperut ibunya selama empat pulu hari.
Kemudian, ia menjadi sperma seperti itu(dengan lama yang sama). Menjadi segumpal daging
selanjutnya Allah SWT mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk menentukan
empat hal yaitu urusan rezeki, ajal, bahagia atau celaka.
Demi Allah SWT, sesungguhnya salah seorang kalian atau seseorang beramal dengan amalan
penghuni neraka sehingga jarak antara dia dengan neraka hanya sedepa atau sehasta. Namun,
kehendak Al kitab (ketentuan AllahSWT yang ditetapkan sewaktu masih berbentuk janin)
telah mendahuluinya (untuk menjadi orang yang baik).
Ia pun lalu beramal dengan amalanpenghuni surga. Selanjutnya ia pun masuk surga. Adapula
seseorang yang benar-benar telah beramal dengan amalan penghuni surga hanya sedepa atau
dua hasta.Namun, kehendak Al kitab mendahuluinya. Ia pun beramal dengan amalan ahli
neraka. Selanjutnya, ia pun masuk neraka.” (HR AL-Bukhari).
Ada tambahan yang dalam hadis ini sebagaimana tercantum dalam riwayat Muslim. Berikut
Redaksinya:
“Sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian dikumpulkan di dalam perut ibunya selama
empat puluh hari.Kemudian, dalam kurun waktu tersebut (janin) menjadi segumpal darah
seperti itu. Kemudian, dalam kurun waktu tersebut, ia menjadi segumpal daging seperti itu.
Kemudian, seorang malaikat di utus untuk meniupkan roh kepadanya dan diperintahkan
untuk mencatat empat ketentuan (yang berkaitan dengannya):rezekinya, ajalnya,
amalannnya, dan apakah ia seorang yang celaka atau yang bahagia.
Demi Zat Allah SWT yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya seorang kalian
sungguh beramal dengan amalan penghuni surga sehingga jarak antara dia dengan surga
hanya sedepa.Namun, kehendak Al-kitab (ketentuan Allah SWT yang ditetapkan sewaktu
manusia berbentuk janin) telah mendahuluinya.Ia pun beramal dengan amalan penghuni
neraka, sehingga ia pun masuk neraka
Sesungguhnya salah seorang kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli nreaka sehingga
jarak antara dia dengan neraka hanya sedepa.Namun, kehendak Al kitab telah
mendahuluinya. Ia pun beramal dengan amalan penghuni surga, sehingga ia pun masuk
surga.(HR Muslim)
Tambahan teks hadis dalam riwayat Muslim adalah sabda Rasullullah SAW “ dalam waktu
tersebut, ia menjadi segumpal darah” dan dalam kurun waktu tersebut, ia menjadi segumpal
darah” dan dalam kurun waktu tersebut, ia menjadi segumpal daging”. Tambahan “dalam
kurun waktu tersebut”maksudnya bahwa ketiga tahapan(sperma, segumpal darah, dan
segumpal daging) pada janin, terjadi secara sempurna pada empat hari pertama(usia
kehamila). Tambahan redaksi dalam riwayat Muslim adalah tambahan dari rawi yang dapat
dipercaya (zidayah tsiqah).Karenanya, berdasarkan prinsip-prinsip dalam ilmu musthalah Al
hadits, tambahan tersebut harus dicantumkan di dalam teks hadis yang dimaksud agar
maknanya menjadi sempurna.
Dengan demikian, makna lengkap hadis di atas adalah :
“ sesungguhnya penciptaan salah seorang kalian dikumpulkan di perut ibunya selama empat
puluh hari. Kemudian dalam waktu empat puluh hari juga, ia menjadi segumpal darah
dengan bentuk makhluk yang sempurna. Kemudian dalam waktu empat puluh hari, ia
menjadi segumpal daging dengan bentuk makhluk yang sempurna”
Tulang Belulang
Janin pada fase segumpal daging itu selesai pada akhir minggu keenam sebagaimana telah
dijelaskan oleh hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Al- Bukhari dan Muslim.
Berikut hadis dengan redaksi Muslim: „sesungguhnya salah seorang kalian dikumpulkan
ciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari.
Hal ini dikuatkan pula oleh ilmu Musthalah Al Hadis yang sama-sama menyimpulkan bahwa
segumpal daging embriologi ini, dari sisi pengumpulan, pembentukan, dan bentuk
menyerupai segumpal daging yang terus berkembang pada minggu kelima dan minggu
keenam. Penciptaan tulang pada janin dimulai pada minggu ketujuh. Selama dua minggu
sebelumnya (minggu kelima dan keenam), pembentukan tulang rawan mendominasi.
Disisni mukjizat Al qur‟an kembali terlihat. Alqur‟an menggunakan huruf ف (fa yang
berarti‟kemudian‟) ketika mengungkapkan proses yang berurutan ini.
Huruf fa (dalam sintaksis bahasa Arab) memeiliki pengertian berurutan secara teru menerus
tanpa terpisah oleh sesuatu (AL tartib ma‟a Al ta‟qib). Allah SWT berfiraman sebagai
berikut:
“kemudian (fa) Kami menciptakan segumpal daging itu tulang belulang”{.(QS Al-
Mukminun[23]14)
Penciptaan tulang janin di mulai dari unsure tulang yang ada dalam model selaput atau model
tulang rawan yang secara bertahap berubah menjadi tulang belulang. Pada saat yang sama,
proses pembentukan tulang dimulai dari unsure yang terbatas. Kemudian ia naik di
lingkaran-lingkaran yang memutar sehingga fungsi masing-masing menjadi sempurna.
Tulang di bungkus Daging
Penciptaan tulang belulang terjadi pada minggu ketujuh. Kemudian alngsung diikuti oleh
dibungkus tulang dengan daging pada minggu kedelapan.
Al qur‟an telah mengungkapkan perkembangan janin pada tahapan ini dengan redaksi yang
pendek dan singkat. Tetapi mengandung mukjizat dan makna yang sarat. Allah SWT
berfirman sebagai berikut:
“ lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging”(QS Al Mukminun[23]14)
Al qur‟an memaparkan kandungan pokok ayat ini sesuai dengan kaidah bahasa arab. Hal ini
sesuai dengan ilmu pengetahuan modern dalam beberapa hal:
Pertama, ayat tersebut menginformasikan bahwa tulang belulang telah selesai diciptakan
sebelum daging.Objektivitas pemahamn ini sangat mendalam.Tulang berkembang pada
minggu ketujuh.Kemudian diikuti oleh daging pada minggu kedelapan.
Kedua, ayat dia atas menunjukkan bahwa penciptaan dua unsure janin terjadi secara
berurutan tanpa jeda..hal ini ditandai dengan pemakaian huruf fa yang berarti berurutan
secara cepat (tanpa jeda).
Ketiga, “ membungkus dengan daging” (Al Kisa‟bi lahm) merupakan istilah yang sangattepat
untuk mengungkapkan keadaan antara tulang dan daging. Pada saat itu, tulang belulang
dibungkus dengan daging sebagaimana badan seseorang dibungkus dengan pakaian.Setiap
daging dan tulang tersebut terbentuk mulai dari rangka-rangka yang terdapat pada dua sisi
ciak bakal tualang belakang. Proses ini terjadi pada tahapan segumpal daging.
Kemudian sel-sel awal yang terdiri dari unsur-unsur pembentukan tulang mmenyebar. Hal ini
diikuti oleh penyebaran sel-sel awal yang terdiri dari unsure-unsur pembentukan daging.
Berikutnya daging yang membungkus tulang belulang akan membentuk tulang.
Menjadi Manusia Baru
Berikut tahapan sampai terbentuk manusiaa:
1. Awalnya, jarak kedua mata si janin saling berjauhan pada kedua sisi kepala. Letak kedua
telinganya sampai kebawah dan hidung berbentuk dua lubang yang saling berjauhan.
Mulutnya pun terbuka lebar.
2. Pada akhir minggu ketujuh dari usia kehamilan kedua mata janin pada kedua sisi kepala.
Letak kedua matanya lebih bawah dari tempat yang biasa.
3. Pada awal bulan ketiga, kepala janin mirip setengah panjang janin. Sepertiga panjangnya
terjadi pada akhir bulan kelima. Seperempat panjang kepala janin terjadi ketika kelahiran.
4. Panjang janin sekitar 7 cm pada akhir bulan ketiga. Panjang tersebut terus bertambah
sampai 50 cm pada akhir kehamilan. Mulai dari minggu kesembilan (permulaan ketiga)
hingga akhir kehamilan.
Cirri yang paling menonjol padda janin dalam tahapa ini ada dua ;
Pertama, masa pertumbuhan janin berjalan dengan cepat, baik tinggi maupun beratnya, mulai
dari segumpal daging. Pada akhir minggu ketujuh sampai menjadi seorang bayi yang telah
sempurna pertumbuhannya, panjang janin mencapai sekitar 2-3 cm dengan berat sekitar 5
gram.Ketika lahir, janin tersebut tumbuh dengan panjang sekitar 50 cm dan berat sekitar 3
kg.ini adalah pertumbuhan yang normal. Ia tumbuh cepat sekali. Pada usia-usia berikutnya,
pertumbuhan yang cepat ini tidaka akan terulang lagi. Karakteristik pertumbuhan janin ini
telah di unggkapkan oleh Alqur‟an. Allah SWT berfirman sebagai berikut :
“Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbbenttuk lain. Mahasuci Allah sebaik-baiknya Zat
Pencipta”(QS Al Mukminun[23]:14)
Pertumbuhan (nasy‟ah) yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah tumbuh dengan terus
bertambah.
Kedua, keseimmbanngan semua oragan tubuh yang berbeda-beda, bagian luar dan bagiian
dalam, serta masing-masing tempatnya.Awalnya panjang kepala janin sekitar setengah dari
pannjang tubuhnya.Kedua matanya berjauhan pada kedua sisi kepalanya.Letak kedua telinga
dibawah dan hidung berbentuk dua lubang yang terbuka dan saling berjauhan.Mulutnya
terbuka lebar.Tubuhnya mengeras seketika.
Setiapa organ tadi pun menjadi seimbang.Saat lahir, panjang kepala janin mendekati
seperempat panjang tubuhnya.Letak kedua matanya seimbang yaitu didepan muka.Tempat
kedua telinganya menjadi naik.Dua lubang hidung pun saling berdekatan.Lubang mulutnya
mengecil.Ukuran tubuhnya pun menjadi seimbang.
` oragan tubuh janin bagian dalam, dapat dibagi berdasarkan jenis kelamin. Bagi pria, biji
pelirnya keluar dari punggung melalui salah satu bagian tulang belakang, sampai pada
kantung buah pelir.Bagi wanita indung telur keluar dari punggung melalui salah satu bagian
tulanng belakang, menuju salah satu bagian panggul wanita.Pada saat itu, seluruh panggul
terangkat sampai pada salah satu bagian tulang belakang.
Begittu pula organ tubuh lainnya yang tidak disebutkan secara panjang lebar. Organ-orgaan
tubuh bagian dalam inilah yang dikenal dalam Embriologi dengan nama organ pindah
(migrating organs).
Kriteria seperti ini(baca: proses penyempurnaan) telah di ungkapkan oleh Alqur‟an melalui
firman Allah SWT berikut:
“Hai manusia apa yang telah membuatmu terperdaya(berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu
Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan susunan tubuhmu seimbang” (QSAl-Infithar[82]:6-7).
Disamping itu, Al qur‟an tidak hanya mengungkapkan pertumbuhan dan proses
penyempurnaan sebagai salah satu tahapan dalam perkembangan janin.
Al qur‟an juga menempatkann istilah “pertumbuhan dan proses penyempurnaan” dengan
urutan masa yang benar (Al tartib Al zamani Al sahih) sebagai tahapan terakhir dalam
penciptaan janin sebelum lahir.
Keluar dengan Mudah
Bagaimana proses janin yang tumbuh dengan sempurna didalam embriologi keluar dari
rahim ibunya? Persalinan merupakan suatu hal yang melelahkan. Lamanya usia kehamilan
menjadikan organ rahim mengendur.
Tujuannya supaya tubuh janin bisa muat di dalam rahim.Tentu saja, leher rahim dalam
keadaan tertutup. Jika terbuk, maka bayi pun akan mengalami keguguran. Namun saat
pertama kali proses persalinan, pemisahan hormone mengakibatkan reaksi terhadap tempat
keluar janin ini. Leher rahim lalu mulai mengendur, elastic dan lentur sehingga janin
tersembunyi ketika sedang dalam proses persalinan. Pada saat yang sama. Organ rahim mulai
mengerut secara berturut-turut untuk mendorong janin keluar.
Hormone-hormon yang ada menjadikan ikatan persendian panggul mengemdur. Dengan
adanya sedikit gerakan di tulang panggul, janin dapat keluar dengan leluasa, karena
mendapatkan tempat yang luas untuk keluar dengan mudah dari rahim.
Janin sendiri tidak keluar sesuai dengan bentuknya. Disekitarnya terdapat sebuah kantung
yang pennuhh dengan air (ketuban). Biasanya kantung air tersebut yang pertama kali pecah.
Tujuannya agar air itu mendorong janin keluar.Air itu juga sebagai pembasuh tempat
keluarnya janin yang terdiri dari unsur-unsur yang suci.Dengan kehendak Allah SWT air itu
dapat mencegah bayi dari penyakit.
Pada akhirnya, saat keluar janin akan bergerak dengan gerakan setengah lingkaran secara
elastic.
Kemudian ia dengan sendirinya melakukan gerakan-gerakan ringan secara berulang kali.
Janin tidak mungkin bisa keluar jika tidak melakukan gerakan seperti itu. Dengan gerakan
ringan tetapi pasti secara berulang kali dan pola yang sempurna, janin dapat keluar dari
ruang rahim yang sempit menuju tempat yang laus (baca : kehidupan dunia). Ini
membuktikan kebenaran firman Allah SWT berikut:
“dari setetes air mani,Allah menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia
memudahkan jalannya”(QS Abasa [80]:19-20)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan
penelitian atau menguji kesahihan hipotesis.7
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian observasional.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional
dengan rancangan atau desain studi case-control,yang mengkaji hubungan
antara efek tertentu dengan faktor risiko tertentu.7
Pada studi kasus-kontrol, studi dimulai dengan mengidentifikasi
kelompok dengan penyakit atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa
efek (kontrol); kemudian secara retrospektif diteliti faktor risiko yang
mungkin dapat menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan
kontrol tidak.7
C. Tempat dan Waktu penelitian
Lokasi penelitian :
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan
Anak Pertiwi Makassar pada ruangan Rekam Medik. Yang
dilaksanakan pada tanggal 18 – 27 januari 2012.
D. Unit Penelitian
Unit penelitian adalah Medical Record.
E. Jenis data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa rekam medik
pasien untuk melihat persalinan dan angka kematian perinatal pada
tahun 2010 - 2011
F. Populasi
Yang dimaksudkan dengan populasi dalam penelitian adalah
sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:7,10
a. Populasi target yang ditentukan oleh karakteristik klinis dan
demografis. Populasi target dalam penelitian ini: Semua ibu yang
telah melakukan partus lama dan partus normal
b. Populasi terjangkau adalah bagian populasi target yang dibatasi
oleh tempat dan waktu. Populasi terjangkau dalam penelitian ini:
Semua ibu yang telah melakukan persalinan dan di RSKD Ibu dan
Anak Pertiwi Makassar pada tahun 2010 – 2011.
G. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang diteliti.7 Sampel dalam
penelitian adalah subjek dalam populasi penelitian yang memenuhi
kriteria inklusi dan sudah disingkirkan dengan kriteria eksklusi sebagai
berikut:
1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada
populasi target dan terjangkau.7 Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah:
a. Ibu yang telah melakukan persalinandi RSKD Ibu dan Anak
Pertiwi Makassar
b. Ibu yang mengalami partus normal dan partus lama.
2. Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria
inklusi dan harus dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab.7
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Data rekam medic tidak terisi dengan lengkap
b. Bayi yang dilahirkan hidup dari ibu yang seksio sesarea.
H. Cara Pengambilan Sampel.
Penentuan individu sampel dengan menggunakan teknik
Purposive Sampling. Pengambilan sampel secara porposive
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan sampel
secara porposive ini antara lain sebagai berikut:
Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik
populasi, misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan/dengan
mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi.
Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya,
sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian,
sehingga teknik pengambilan sampel secara porposive ini
didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri. 7
Sampel yang diambil sebagai subjek adalah yang
memenuhi kriteria diatas,dalam hal ini sampel dipilih dengan cara
non probability sampling yakni total sampling7,10
.
I. Besar Sampel
Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan menggunakan
tingkat kemaknaan 0.05 dan power 80% (Zα = 1.96) dan untuk
membedakan proporsi kejadian kematian perinatal pada kelompok ibu
hamil yang normal (P2) diperkirakan sebesar 20%, karena tidak didapatkan
pada kepustakaan, dan pada kelompok ibu yang partus lama(P1). P1 adalah
P2 x RR dimana RR = 2 yang merupakan risiko relatif yang ditentukan
peneliti (clincal judgement), maka dalam menentukan besar sampel
digunakan rumus uji hipotesis terhadap risiko relatif yaitu:7,10
Ket :
α = 0,05 → Zα = 1,96
β = 0,20 → Zβ =0,84
OR = 2
P1 = 0,80
P2 =
( ) =
= 0,6
Q1 = 1 – P1 = 1- 0,80 = 0,20
Zα √2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2
P1 – P2
n =
2
Q2 = 1 – P2 = 1- 0,6 = 0,4
P =
=
=
= 0,7
Q = 1 – P = 1 – 0,7 = 0,3
n = 81,27 ≈ 82.
Dengan memakai rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel minimal
adalah sebanyak 82 orang. Untuk mengantisipasi jumlah sampel tidak
drop out maka jumlah sampel dikalikan dua menjadi 164 orang.
J. Metode Pengumpulan Sampel
Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bagian unit Rekam Medik
RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Data yang diperlukan antara lain
persalinan normal, persalinan dengan komplikasi yaitu partus lama,
jumlah kematian bayi, dan penyebab kematian bayi selama proses
persalinan.
K. Cara Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah data-data yang diperoleh dari
catatanRekam medik yang diolah secara manual selanjutnya bisa menggunakan
SPSS.
Analisis Data
Setelah dilakukan pengolahan selanjutnya data dianalisis secara univariat
dan bivariat..
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel untuk memperoleh
gambaran distribusi dari masing-masing variabel yang meliputi tentang factor
factor persalinan yang akan mempengaruhi terjadinya kematian perinatal. Selain
itu untuk melihat factor- factor lain yang mempengaruhi kematian perinatal.
Analisis bivariat
untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat
secara sendiri-sendiri. Uji statistika yang digunakan yaitu chi square digunakan
untuk data berskala nominal dengan nominal dengan menggunakan Confidence
Interval (CI) sebesar 95% (α= 0,05). Uji statistik Chi Square digunakan untuk
menganalisis semua variabel yang diteliti. Apabila ada sel yang kosong maka
masing-masing sel ditambah angka satu. Untuk mengetahui estimasi risiko relatif
dihitung odds ratio (OR) dengan tabel 2 x 2 dan rumus sebagai berikut : Chi
Square, dengan rumus :
X2 = ∑ (O-E)2
E
Dimana : X = Chi Square
O = Nilai observasi (Observed Value)
E = Nilai Harapan (Expected Value)
Tabel 3.1.
Kontingensi 2 x 2 untuk Odds Ratio
Faktor risiko Kelompok studi total
Kasus Kontrol
Positif A B A+b
Negative C D C+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Odds kelompok kasus = a/(a+c) : c /(a+c)=a/c
Odds kelompok control = b/(b+d) : d /(b + d) = b/d
Odds Ratio (OR) = a/c : b/d = ad/bc
Keterangan :
a = jumlah kasus dengan risiko positif (+)
b = jumlah control dengan risiko negative ( + )
c = jumlah kasus dengan risiko positif (-)
d = jumlah control dengan risiko negative ( -)
ketentuan yang digunakan odss ratio adalah :
a. Interval kepercayaan atau confidence interval ( Cl ) sebesar 95 %
b. Nilai bermakna untuk melihat faktor risiko dengan kasus detentukan
berdasarkan batas-batas (limit ) sebagi berikut :
1. Limit 1 maka tida ada hubungan antara faktor risiko dengan kasus
2. Lower limit (<1 atau OR x CF) maka faktor resiko merupakan
salah satu penyebab terjadinya kematian perinatal.
3. Upper limit (>1 atau OR x CF ) maka faktor risiko merupakan
salah satu penyebab terjadinya kematian perinatal.
4. F =1/a + 1/b + 1/c + 1/d + 1/e X 1,96
5. C= logaritma natural (2,72)
Interpretasi OR :
1. Jika nilai OR = 1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti bukan
merupakan faktor risiko.
2. Jika nilai OR >1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti
merupakan faktor risiko.
3. Jika nilai OR <1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti
merupakan faktor protektif.
L. Pengolahan Data
Tahap – tahap pengolahan data :
1. Cleaning
Data yang telah dikumpulkan dilakukan cleaning (pembersihan data) yaitu
sebelum dilakukan pengolahan data, data terlebih dahulu diperiksa agar tidak
terdapat data yang tidak diperlukan dalam analisis.
2. Editing
Setelah dilakukan cleaning kemudian dilakukan editing untuk memeriksa
kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data sehingga validitas data
dapat terjamin.
3. Coding
Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data.
4. Entry Data
Yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk proses analisis data.
M. Definisi Operasional
Variabel Dependent :
Kematian perinatal, yaitu kematian bayi yang terjadi sejak usia kehamilan 28 minggu
sampai dengan 7 hari setelah kelahiran.
Alat ukur : rekam medik.
Cara ukur : mencatat data dan informasi dari rekam medik.
Hasil ukur : bayi yang meninggal pada usia kehamilan ibu 28 minggu – 7 hari setelah
kelahiran disebut perinatal meninggal. Sedangkan bayi yang hidup pada usia
kehamilan ibu 28 minggu – 7 hari setelah kelahiran disebut perinatal hidup.
Skala pengukuran kategorik dengan kategori perinatal meninggal dan perinatal
hidup.
Variabel Independent :
1. Umur Ibu
Umur Ibu pada penelitian ini adalah umur ibu pada saat menghadapi proses
persalinan di RSKD Ibu Dan Anak Pertiwi Makassar
Kriteria Objektif :
Risiko tinggi : Bila umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun yang tercatat direkam
medik.
Risiko rendah : Bila Umur ibu antara 20-30 tahun yang tercatat direkam medik.
2. Partus lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,
dan lebih dari 18 jam pada multi.3
Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam daripada multi. Bila persalinan
lama dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun
terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.3
3. Paritas Ibu
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri atas 3
kelompok yaitu: (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 paritas,
(2) Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-5 dan (3) Golongan
grande multipara adalah golongan ibu dengan paritas > 5. Kehamilan yang paling
optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat.Kehamilan pertama dan setelah
kehamilan keempat mempunyai risiko yang tinggi. Jadi, persalinan yang paling
aman adalah persalinan kedua dan ketiga.13
N. Rancangan Analisis Data
a) Desain penelitian : case-control
b) Jenis hipotesis : komparatif
c) Variabel independent : Partus lama
d) Skala pengukuran independent : Kategorik ordinal
e) Variabel dependent : Angka kematian perinatal
f) Skala pengukuran dependent : kategorik ordinal
g) Rencana analisis yang sesuai : chi- square
h) Kelompok : 2 kelompok
i) Berpasangan/tidak berpasangan : Tidak berpasangan
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah Rumah Sakit Khusus
Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi didirikan tahun 1974. Rumah Sakit ini terletak di jalan
Jenderal Sudirman No. 14 sampai saat ini luas lahan 1392 M2
dan luas bangunan
660 M2. Dilengkapi dengan alat komunikasi, pengolahan limbah, dan sarana dan
prasarana yang tersedia.
Visi Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi
“Unggul dalam pelayanan dan pengelolaan”
Misi Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi
1. Mengupayakan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan di
rumah sakit bersalin Pertiwi prov. Sul-Sel
2. Meningkatkan sumber daya manusia yang professional
3. Menerapkan pengelolaan RSKD yang berhasil guna dan berdaya guna
4. Mengembangkan jenis kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak Dalam rangka
pengembangan RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Prov. Sul-Sel
5. Meningkatkan motivasi kerja petugas dalam memberikan pelayanan prima
menuju kemandirian
6. Mengembangkan kerjasama dengan mitra kerja dalam rangka pengembangan
RSKD. Pertiwi Prov. Sul-Sel.
Pelayanan Medis Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi
Makassar
Rumah sakit ini telah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana yang
terdiri dari pelayanan rawat jalan, klinik tumbuh kembang, unit gawat darurat,
women centre, pelayanan penunjang, pengelolaan sampah medis, pengelolaan air
limbah, pelayanan rawat inap.
Poli spesialis rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan
masalah kebidanan dan penyakit kandungan, kesehatan anak, penyakit dalam, gizi
klinik kesehatan kulit dan kelamin & kosmetik medik.
Ketenagaan Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi
Jumlah dokter spesialis
1. Dokter Obgyn : 2 orang
2. Dokter Anak : 3 orang
3. Dokter Kulit dan Kelamin : 1 orang
4. Dokter Anestesi (partimer) : 1 orang
5. Dokter Interna : 1 orang
Jumlah Dokter Umum : 1 orang
Jumlah Dokter Umum (magang) : 2 orang
Jumlah Dokter Gigi : 2 orang
Jumlah Tenaga Paramedis :
1. Tenaga Bidan : 17 orang
2. Tenaga Perawat : 14 orang
3. Tenaga non Perawatan : 38 orang
Pelayanan Penunjang medis Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak
Pertiwi Makassar
Rumah Sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti apotik,
laboratorium dan radiologi 24 jam, fisioterapi, CTG, EKG, colposcopy, ruang
senam dan message baby.
Penunjang umum Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi
Makassar
Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri administrasi,
pelayanan telepon 24 jam, telepon umum, IPAL (system Pengelola Air Limbah),
insenator laundry, sarana parkir yang luas, koperasi , instalasi gizi dan dapur
umum,dan musholah.
Fasilitas Rawat Inap
1. VIP : 6 ruangan yang masing tersedia kamar mandi + toilet dan difasilitasi 1
tempat tidur pasien, 1 tempat tidur panjang pasien, 1 box bayi, 1 set sofa tamu,
1 set meja makan, 1 set kaca hias, 1 kulkas, 1 lemari pakaian, 1 buah kereta
alat, kamar full AC
2. Klas I : 3 ruangan yang masing-masing tersedia kamar mandi + toilet dan
fasilitasi dengan 2 tempat tidur pasien, 2 box bayi, 2 lemari pakaian, 2 kursi
tamu, TV, AC.
3. Klas II: 3 ruangan yang masing-masing ruangan tersedia kamar mandi +
toilet serta di fasilitasi dengan 4 tempat tidur pasien, 4 box bayi,4 lemari
perlengkapan, pasien, TV,AC
4. Klas III : 1 ruangan+ kamar mandi + toilet dilengkapi dengan fasilitas 9
tempat tidur, 9 lemari perlengkapan, TV, AC
5. Klas miskin : 1 ruangan dengan fasilitas 5 tempat tidur pasien, 5 box bayi,
AC.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan anak
Pertiwi Makassar pada ruangan rekan medik. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini
adalah hubungan antara patrus lama, umur ibu, paritas ibu terhadap kematian
perinatal. Data diambil melalui buku rekam medik pada ruangan rekam medik Rumah
Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak pertiwi Makassar. Sampel sebanyak 164 orang
yang telah melakukan persalinan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi
Makassar.
Adapun hasil penelitian disajikan dalam tabel yang disertai penjelasan sebagai berikut :
Analisis Univariat
1. Karakteristik Umum
a. Umur
Pada tabel5.1 di bawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok
umur yang terbanyak adalah pada ibu umur 20 sampai 35 tahun sebanyak135 orang
(82,3%). Sedangkan Pada ibu umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun adalah
sebanyak 29 orang (17,6%)
Tabel 5.1.Karakteristik Responden Menurut Umur
Karakteristikumur Frekuensi Persen (%)
< 20 atau > 35
tahun
20 – 35 tahun
29
135
17,6
82,3
Jumlah 164 100
Sumber :Data rekam medic RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2010 -2011
b. Partus lama
Pada tabel 5.2 di bawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan dengan
riwayat partus lama dan partus normal adalah masing-masing sebanyak 82 orang
(50%).
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Menurut Partus
Karakteristik
Partus
Frekuensi Persen (%)
Partus Lama
Partus Normal
82
82
50
50
Jumlah 164 100
Sumber :Data rekam medik, RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2010 -2011
c. Paritas
Pada tabe l5.3 di bawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok
paritas yang terbanyak adalah pada ibu multipara sebanyak 104 orang (63,4%).
Sedangkan Pada ibu primipara adalah sebanyak 60 orang (36,5%)
Tabel 5.3.Karakteristik Responden Menurut Paritas
KarakteristikParitas Frekuensi Persen (%)
Primipara
Multipara
60
104
36,5
63,4
Jumlah 164 100
Sumber :Datarekammedik, RSKD IbudanAnak Pertiwi Makassar 2010 -2011
d. Perinatal
Pada tabel 5.4 di bawah ini menunjukkan distribusi berdasarkan kelompok perinatal
yang terbanyak adalah pada perinatal hidup sebanyak 89 orang (54,2%). Sedangkan
Pada perinatal mati adalah sebanyak 75 orang (45,7%)
Tabel 5.4.Karakteristik Responden Menurut Perinatal
Karakteristik
Perinatal
Frekuensi Persen (%)
Mati
Hidup
75
89
45,7
54,2
Jumlah 164 100
Sumber :Data rekammedik, RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2010 -2011
Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara partus
lama dengan kematian perinatal. Pengujian data menggunakan program SPSS 16.0 for
windows di peroleh hasil analisis sebagai berikut :
Tabel 5.5. Hubungan Antara Umur Ibu dengan Kematian Perinatal.
Kondisi Bayi 95 % CI
Hidup Meninggal Total P-
value OR upper Lower Umur N % N % N %
< 20 - >
35 11 12,4 18 24,0 29 17,7 0,052 2,239 0,982 5,106
20 – 35 78 87,6 57 76,0 135 82,3
Jumlah 89 100 75 100 164 100
Sumber :Data rekam medik, RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2010 -2011
Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa di dapatkan jumlah yang umur 20
sampai 35 tahun sebanyak 135 responden (82,3%), yakni melahirkan bayi hidup sebanyak 78
orang (87,6%) dan melahirkan bayi meninggal 57 (76,0%). Sedangkan responden yang
melahirkan pada umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun sebanyak 29
responden (17,7%) yakni melahirkan bayi yang hidup 11 orang (12,4%) dan melahirkan bayi
meninggal 18 orang (24,0%).
Hasil uji statistic menunjukkan p value = 0.052 (p >0,05) berarti Ho di terima dan Ha
ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan kematian perinatal.
Tabel 5.6. Hubungan Antara Partus Lama dengan Kematian Perinatal.
Sumber :Data rekam medik, RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar 2010 -2011
Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa di dapatkan jumlah partus normal
sebanyak 82 responden (50,0%), yakni melahirkan bayi dalam kondisi hidup sebanyak 59
(66,3%) dan melahirkan bayi yang meninggal sebanyak 23 orang (30,7%). Sedangkan jumlah
partus lama sebanyak 82 responden (50,0%) yakni dalam kondisi hidup sebanyak 30 orang
(33,7%) dan dalam kondisi meninggal 52 orang (69,3%).
Kondisi Bayi 95 % CI
Hidup Meninggal Total P-
value OR Upper Lower Partus N % N % N %
Partus
Lama 30 33,7 52 69,3 82 50,0
0,001 4,446 2,301 8,593
Partus
Normal 59 66,3 23 30,7 82 50,0
Jumlah 89 100 75 100 164 100
Hasil uji statistic menunjukkan bahwa p value = < 0,001 (p <0,05) ,berarti Ho ditolak
dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara partus lama dengan kematian
perinatal.
Untuk mengetahui besarnya risiko terjadinya kematian perinatal pada ibu yang
melahirkan dengan partus lama maka diketahui nilai OR= 4,446 (95% CI= 2,301- 8,593). Hal
ini berarti ibu pada kelompok partus lama mempunyai resiko 4,446 kali lebih besar mengalami
kematian perinatal di bandingkan ibu pada kelompok partus normal.
Tabel 5.7. Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kematian Perinatal.
Kondisi Bayi 95 % CI
Hidup Meninggal Total P-
value OR upper Lower Paritas N % N % N %
Primipara 31 34,8 29 38,7 60 36,6
0,611 1,180 0,624 2,231
Multipara 58 65,2 46 61,3 104 63,4
Jumlah 89 100 75 100 164 100
Sumber: Data rekam medik, RSKD IbudanAnak Pertiwi Makassar 2010 -2011
Berdasarkan tabel 5.7 di atas diketahui bahwa didapatkan jumlah paritas multipara
sebanyak 104 responden (63,4%), yakni melahirkan bayi hidup sebanyak 58 orang (65,2%)
dan melahirkan bayi meninggal 46 (61,3%). Sedangkan responden yang melahirkan pada
paritasprimipara sebanyak 60 responden (36,6%) yakni melahirkan bayi yang hidup 31 orang
(34,8%) dan melahirkan bayi meninggal 29 orang (38,7%).
Hasil uji statistic menunjukkan p value = 0.611(p > 0,05) berarti Ho di terima dan Ha
ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara paritas ibu dengan kematian perinatal.
Tabel 5.17. Ringkasan Hasil Analisis Bivariatfaktor yang mempengaruhi kematian
perinatal
Hubungan p-value OR
95% CI
Kesimpulan Upper Lower
Umur ibu dengan kematian
perinatal 0,052 -
Ho diterima
Partus ibu dengan kematian
perinatal < 0,001 4,446 2,301 8,593 Ho ditolak
Paritas ibu dengan kematian
perinatal 0,611 Ho diterima
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Umur Ibu dengan kematian Perinatal
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi
yang sehat dan aman adalah umut 20-35 tahun. Kehamilan di usia < 20 tahun dan >35
tahun dapat menyebabkan kematian perinatal karena pada kehamilan diusia ≤ 20
tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil dan mentalnya belum
matang menghadapi kehamilan dan persalinan. Sedangkan pada usia ≥ 35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit
yang sering menimpa di usia ini.
Sesuai dengan penelitian Rahmawati (2007) bahwa kesehatan reproduksi yang
harus menghindari 4 terlalu dimana dua diantaranya adalah menyangkut dengan usia
ibu, yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia dibawah 20 tahun. Risiko yang
mungkin dapat terjadi jika hamil usia dibawah 20 tahun antara lain keguguran,
preeklamsi dan eklamsi, timbulnya kesulitan persalinan karena system reproduksi
belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya dan BBLR Sedangkan umur yang
terlalu tua artinya hamil diatas 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada
usia terlalu tua antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklamsi dan eklamsi,
timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan29
Hasil penelitian ini sama dengan pendapat Wiknjosastro bahwa kematian
perinatal cenderung terjadi pada ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun30
Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah 20-35 tahun karena usia
tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah
mampu merawat bayi dan dirinya31
.
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat distribusi kematian perinatal berdasarkan
umur ibu secara umum. Hal tersebut menunjukkan bahwa persentase perinatal yang
meninggal terbanyak didapatkan pada kategori 20 – 35 tahun sebanyak 76,0% dan
pada kategori <20 – >35 tahun sebanyak 24%. Sedangkan jumlah perinatal yang
hidup terbanyak didapatkan pada kategori 20 - 35 tahun sebanyak 87,6% dan pada
kategori < 20 - >35 tahun sebanyak12,4% . Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-
Square menunjukkan bahwa probabilitas (0,052) < α (0,05) berarti hipotesis nol
diterima dan hipotesis alternative ditolak artinya tidak ada hubungan umur ibu
dengan kematian perinatal di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak (RSKD)
Pertiwi tahun 2010-2011.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang didapatkan oleh Efriza, di Bandung tahun
2001, yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kematian
neonatal dini dengam nilai p = 0,461(p > 0,05). Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
berumur kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun berisiko untuk mati pada periode
neonatal dini 1,2 kali lebih besar dari pada bayi dengan ibu yang berumur 20 – 35
tahun. Namun beberapa penelitian beberapa penelitian menemukan hubungan yang
erat antara umur ibu pada saat melahirkan dengan kematian perinatal. Perbedaaan
temuan ini kemungkinan disebabkan oleh ukuran sampel yang kecil, mengingat
hubungan kedua variabel yang amat rendah20
.
Diketahui bahwa umur yang ideal untuk melahirkan (usia reproduksi sehat) adalah
umur 20-35 tahun, dengan resiko yang makin meningkat bila umur ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun untuk terjadinya komplikasi kehamilan seperti eklamsi,
plasenta previa, perdarahan dan gangguan pada janin. Komplikasi ini bila berkelanjutan
dan tidak tertolong akan dapat menyebabkan kematian ibu. Pada usia kurang dari 20
tahun kondisi ibu masih dalam pertumbuhan, sehingga makanan banyak yang dipakai.
Secara fisik alat reproduksi dibawah 20 tahun juga belum terbentuk sempurna dan
pertumbuhan tulang panggul belum terbentuk lebar. Sedangkan pada usia diatas 35
tahun, biasanya seorang wanita sudah mulai dihinggapi penyakit seperti ca cervik,
kencing manis, darah tinggi dan jantung. Pada umur ini keadaan jalan lahir sudah mulai
kurang elastis dibandingkan sebelumnya sehingga mengakibatkan persalinan menjadi
sulit dan lama. Hal ini ditambah dengan menurunnya kesehatan ibu untuk melahirkan
bayi karna faktor umur maupun penyakit yang dideritanya21
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlina Y. Kongkoli yang
mendapatkan responden terbanyak pada kelompok umur 20 – 35 tahun yaitu173
responden yang merupakan kelompok dengan risiko rendah baik, dibandingkan yang
berisiko tinggi terjadinya KJDR pada kelompok umur kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun yaitu 40 responden. Didapatkan nilai p = 0,17( > 0,05) artinya tidak
terdapat hubungan antara umur ibu dengan kematian janin, OR = 1,6 yang berarti bahwa
umur ibu hamil dengan umur ekstrem (< 20 atau > 35 tahun) berisiko 1,6 kali lebih besar
umtuk mengalami kematian janin dibandingkan mereka yang berumur 20 – 35 tahun22
.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis Yulina, di kotamadya
Bengkulu tahun 2000 – 2001, meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi
Kematian perinatal. Mendapatkan variabel umur didapatkan nilai p = 0,001 dan OR =
13,54), secara statistik terdapat hubungan antara umur dengan kematian perinatal23
.
Hal ini berbeda dengan penelitian Nikodemus Barends1, Endang Dwi Lestari
2,
dan Adi Utarini3, di RSUD Abepura Jayapura didapatkan dari hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan antara umur ibu dengan kematian perinatal p = 0,007 (p
<0,05),dengan nilai OR = 2,31 yang berarti ibu pada kelompok umur <20 atau >35
tahun mempunyai risiko 2,31 kali mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu
pada kelompok umur 20-35 tahun25
Hal ini berbeda dengan penelitian Cut Sri Wahyuni tentang Hubungan Factor
Ibu dan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian perinatal di Kabupaten Pidie tahun
2008 didapatkan dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara umur ibu
dengan kematian perinatal p = 0,019 (p <0,05),dengan nilai OR = 2,765 yang berarti
ibu pada kelompok umur <20 atau >35 tahun mempunyai risiko 2,765 kali
mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu pada kelompok umur 20-35 tahun26
B. Hubungan antara Partus Lama dengan Kematian Perinatal
Proporsi ibu pada kelompok partus lama yang mengalami kematian perinatal
yaitu responden 52 (69,3%) sedangkan kelompok partus normal yang mengalami
kematian perinatal yaitu responden 23(30,7%). Hasil uji statistik menunjukkan ada
hubungan signifikan antara partus ibu dengan kematian perinatal nilai p= 0,001( p
<0,005), nilai OR= 4,446 (95%CI =2,301- 8,593), artinya ibu pada kelompok partus
lama tahun mempunyai resiko 4,4 kali mengalami kematian perinatal dibandingkan
ibu pada kelompok partus normal.
Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Lubis Yulina, di kota Bengkulu
tahun 2000 – 2001, meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi Kematian
perinatal dimana didapatkan dari hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan antara
partus lama dengan kematian perinatal p = 0,001 dengan nilai OR = 33,75 yang
berarti ibu pada kelompok partus lama mempunyai 33,75 kali mengalami kematian
perinatal dibandingkan ibu pada kelompok partus normal23
.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang didapatkan oleh Efriza, di Bandung tahun
2001, yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara partus lama dengan kematian
neonatal dini dengam nilai (p = 0,001). Risiko kematian neonatal dini pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu dengan kompilkasi kehamilan atau persalinan ( partus lama)
adalah 4,30 kali lebih besar (95% CI ), OR = 2,48 – 7, 46 ) daripada bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang tidak mengalami komplikasi persalinan20
.
C. Hubungan antara Paritas ibu dengan Kematian Perinatal :
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko
mengalami kematian perinatal.
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat distribusi kematian perinatal berdasarkan
paritas ibu secara umum. Hal tersebut menunjukkan bahwa persentase perinatal
yang meninggal terbanyak didapatkan pada kategori multipara sebanyak 61,3% dan
pada kategori primipara sebanyak 38,7% Sedangkan jumlah perinatal yang hidup
terbanyak didapatkan pada kategori multipara sebanyak 65,2% dan pada kategori
primipara sebanyak 34,8% . Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-Square
menunjukkan bahwa probabilitas p = 0,611(p > 0,05) berarti hipotesis nol diterima
dan hipotesis alternative ditolak artinya tidak ada hubungan paritas ibu dengan
kematian perinatal di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak (RSKD) Pertiwi
tahun 2010-2011.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian
Ekawaty Lutfia Haksari dan Achmad Surjono di RS Dr Sardjito Yogyakarta tahun
2001 menunjukkan paritas ibu primipara dengan bayi mati 198 (3,6%) dan pada
multipara dengan bayi mati 225 (4,7%). Pada penelitian ini didapatkan perbedaan
yang bermakna pada kematian perinatal antara ibu primipara dan multipara.
Primipara tidak meningkatkan risiko, sedangkan ibu multipara sedikit meningkat
risiko kematian perinatal24
.
Paritas jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu. Paritas terbagi atas 3
kelompok; (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 paritas, (2)
Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-6 dan (3) Golongan grand
multipara adalah golongan ibu paritas > 6 anak9.
Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat.
Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat mempunyai risiko tinggi.
Kehamilan risiko tinggi sering disertai penyulit seperti kelainan letak, perdarahan
ante partus, perdarahan post partum,dan lain-lain27
.
Kehamilan dan persalinan yang mempunyai risiko adalah anak pertama dan anak
keempat atau lebih. Pada kehamilan dan persalinan pertama ada kekakuan dari otot
sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur jaringan
yang sudah berulang kali diregangkan oleh kehamilan28
.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis Yulina, di kotamadya
Bengkulu tahun 2000 – 2001, meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi
Kematian perinatal. Mendapatkan variabel paritas didapatkan nilai p = 0,001 dan OR =
3,95), secara statistik terdapat hubungan antara paritas dengan kematian perinatal23
.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang didapatkan oleh Efriza, di Bandung tahun
2001, yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kematian
neonatal dini dengan nilai p = 0,008(p < 0,05). Bayi yang dilahirkan oleh ibu paritas 1
dan ≥ 4 orang berisiko mengalami kematian neonatal dini 1,89 kali lebih besar (95%
CI OR : 1,17 – 3,06) dari pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan paritas 2- 3. Hasil
ini juga sesuai dengan penelitian di kotamadya Bengkulu dan di kabupaten Indra Giri
Hulu . Risiko kematian neonatal dini yang besar pada bayi yang dilahirkan dari ibu
dengan paritas satu disebabkan oleh kekakuan jaringan panggul serta pengetahuan
tentang perawatan kehamilan dan persalinan yang rendah. Pada ibu dengan paritas >
3, kematian neonatal dini dapat disebabkan oleh kemunduran elastisitas jaringan yang
sudah berulang kali berkontraksi pada saat persalinan sehingga membatasi
kemampuan menghentikan perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat
pada saat persalinan dan membawa risiko pada kematian bayi 20
.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlina Y. Kongkoli yang
mendapatkan p = 0,009 (<0,05) artinya terdapat hubungan antara paritas dengan
kematian perinatal. OR = 2,16 (95% CI : 1,21 – 3, 86). Bahwa ibu dengan riwayat belum
pernah melahirkan yang dikenal dengan paritas nol atau pada primigravida dan atau
paritas lebih dari 4 kali meningkatkan risiko kematian janin dengan nilai odds Ratio(OR)
2,16 kali dibandingkan ibu paritas 1 – 4. Hal tersebut terlihat pula pada Confidence
Interval (95% = 1,21 – 3,86) dengan nilai p = 0,009(< 0,05) yang secara statistik
menunjukkan adanya hubungan bermakna paritas dengan kematian janin.22
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
a. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kematian
perinatal.
Diduga banyak faktor yang berperan terhadap kematian perinatal yang
didalam penelitian ini tidak terbukti.
b. Terdapat hubungan yang bermakna antara partus lama dengan kematian
perinatal.
Risiko terjadinya kematian perinatal 2,22 kali pada partus lama dibandingkan
dengan partus normal
Didukung oleh penelitian dari Efriza(2007) yang mendapatkan angka kejadian
partus lama terhadap kematian perinatal dengan p= 0,001.
c. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kematian
perinatal.
Diduga banyak faktor yang berperan terhadap kematian perinatal yang
didalam penelitian ini tidak terbukti.
B. SARAN
Saran yang diberikan berdasarkan penelitian adalah kepada pengelola program kesehatan
ibu dan anak adalah agar lebih mengintensifkan program asuhan perawatan antenatal, dan
penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang kesehatan reproduksi serta peningkatan ketrampilan
tenaga professional penolong persalinan dalam meningkatkan cakupan pelayanan antenatal dan
pertolongan persalinan serta mekanisme rujukan dalam mengatasi gawat darurat obstetric.
Saran bagi masyarakat khususnya ibu hamil agar memeriksakan kehamilan minimal 4
kali selama kehamilan dengan standar “5T” dan meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan
professional bila terjadi kegawatan obstetric. Melakukan juga penyuluhan kepada ibu hamil
melalui kelompok pengajian, dan organisasi masyarakat tentang peningkatan upaya pendeteksian
dini terhadap ibu hamil yang berisiko tinggi, penundaan kehamilan untuk ibu yang berumur < 20
tahun, dan menghentikan kehamilan untuk ibu yang memiliki anak lebih dari tiga atau berusia >
35 tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi terpilih.
PENUTUP
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik
moril mau pun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
yang tak terhingga kepada:
1. Kedua Orang tuaku tercinta Ayahanda H. Syamsuddin dan Ibunda Hj. Halmahera
yang tidak pernah berhenti memberikan doa, kasih sayang, dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. dr. Machmud Gaznawie, Ph.D. Sp. PA (K) selaku Dekan dari Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. dr.ArmynNurdin, M.sc selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah
Makassar atas ilmu dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
5. Segenap Jajaran Pimpinan dan Staf RSKD Ibu Dan Anak Pertiwi Makassar atas izin
penelitian, kerjasamadan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Buat saudara-saudaraku Arwan Syam, Fadriadi Syam, Sulastri Syam, Wahyudi Syam
yang selalu memberikan doa dan motivasi dalam meraih cita-cita saya.
7. Buat Bakri yang selalu ada memberikan doa, memotivasi saya setiap saat dan
menjadi sumber semangatku selama kuliah sampai selesainya skripsi ini.
8. Buat teman-teman Gank motor yang menjadi sahabat saya Sitti Marwah, Sartika
Akib, Pratiwi, Safmawati, Idawati yang selalu mengajar dan mambantu saya hingga
dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk waktu yang telah diberikan.
9. Teman – teman kelompok 1“kematian ibu dan bayi”(k‟ajie, idha, ika,tiwi, bahjah,
k‟uni, mucha, ardi, ame, tiara, I am, Ita, Sofi, Hera dan Anni) terima kasih atas
dukungan dan bantuannya.
10. Terima kasih juga kepada teman-teman Angkatan Cerebrum “08” Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberi semangat, berjuang bersama dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Makassar, FEBRUARI 2012
Fitriah Syam
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo Sarwono. Ilmu kebidanan. keempat ed. SPOG PABSM, editor. jakarta: PT
Bina Pustaka; 2009.
2. Prawirohardjo Sarwono. Buku acuan Nasional Pelayanan dan kesehatan Maternal dan
Neonatal kedua ed. SpOG pABS, editor. jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2002.
3. MPH PdRM. Sinopsis Obstetri 2ed. OG dDLS, editor. jakarta: EGC; 1998.
4. Wiludjang RL. Gambaran Penyebab Kematian Maternal Di Rumah Sakit
(Studi Di RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD Sikka,
RSUD Larantuka Dan RSUD Serang,.Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistim dan
Kebijakan KesehatanDepartemen Kesehatan RI, Surabaya.2005:2.
5. http://datinkessulsel.wordpress.com/2010/06/12/laporan-dinkes-kab-kota-kematian-ibu-
maternal-di-sulsel-7884-per-100-000-kh di akses tanggal 24 juli 2011.
6. 2. TAHLBAH h. Peranan Gravitasi di jagad. In : Masyah SH editor. Ensiklopedia
Mukjizat Al quran dan hadis. Bekasi :PT sapta sentosa 2008.
7. Ismail,S dan Sastroasmoro,S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa
Aksara; 2011.
8. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Persalinan dengan
tindakan, Available from: Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS_YULI
KUMAWATI.pdf
9. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC, 2007.
10. Dahlan, MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Jakarta: Salemba Medika,
2010.
11. Wijaya AM. Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian Ibu (AKI) dan penyebabnya di
Indonesia [Internet] 2007. Available from:
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=92:kon
disi-angka-kematian-neonatal-akn-angka-kematian-bayi-akb-angka-kematian-balita-
akbal-angka-kematian-ibu-aki-dan-penyebabnya-di-indonesia&catid=36:yang-perlu-
anda-ketahui&Itemid=28. Diakses pada tanggal 24 Mei 2011.
12. Heriyanti O. hubungan antara preeklampsia berat dengan asfiksia perinatal di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2009. Diakses
pada tanggal 20 Juli 2011
13. Viktor. Analisis factor risiko pada kelahiran mati di Kabupaten Tapanuli Utara tahun
2005-2006 (Tesis). Sekolah pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 18
September 2007. Diakses pada tanggal 19 Juli 2011.
14. WHO. 2001. Dibalik Angka Pengkajian Kematian Maternal dan Komplikasi untuk
Mendapatkan Kehamilan yang Lebih Aman. http://www.ino.searo. Diakses pada tanggal
15 Juli 2011.
15. Wahyuni CS. 2009. Hubungan Faktor Ibu dan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian
Perinatal di Kabupaten Pidie tahun 2008. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal
15 Juli 2011.
16. d. Bappenas. 2008. Program Nasional Bagi Anak Indonesia Kelompok Kesehatan.
http://www.bappenas.go.id. Diakses pada tanggal 15 Juli 2011.
17. Sulistiyowati N, Ronoatmodjo S, Tarigan LH. 2001. Kematian Perinatal Hubungannya
dengan Faktor Praktek Kesehatan Ibu Selama Kehamilan di Kota Bekasi Tahun 2001.
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 15 Juli 2011.
18. Pincus, K. Kapita selekta pediatri edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2005.
19. Millenium development goals and health target [Internet] 2003 Nov 11 [cited 2003
Nov19-20].Availablefrom:
http://apps.who.int/gb/ebmr/PDF/E/Millenium%20development%20goals%20and%20he
alth%20targets.pdf. Diakses pada tanggal 24 Mei 2011
20. Efriza . Determinan Kematian Neonatal Dini di RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi.
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 2,No.3, Desember :2007
21. Sovia Elvi, 2002, Faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi persalinan ibu
(Trias Klasik) di RSU Dumai, 2001).
22. Kongkoli Y. Erlina. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kematian janin Di RSIA
Fatimah Makassar Periode 2001- 2002,Edisi XVI/2008.
23. Yulina Lubis,Factor –Faktor yang mempengaruhi Kematian Perinatal Di Kotamadya
Bengkulu Tahun 2000 – 2001, perpustakaan UI, TESIS S2.
24. Ekawaty Lutfia haksari, Achmad Surjono, Risiko kematian Perinatal Pada Primipara Di
RS Daerah Tingkat II di Yogyakarta,2001
25. Nikodemus Barends, Endang Dewi lestari dan Adi Utarini, Karakteristik Individu dan
Kualitas Pelayanan Rujukan sebagai Faktor Risiko Kematian Perinatal Di RSUD
Abepura jayapura, Sains Kesehatan 18(4), Oktober 2005.
26. Cut Sri Wahyuni, Hubungan Factor Ibu dan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian
perinatal di Kabupaten Pidie; 2008
27. Martaadisoebrata, D, 2005, Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
28. Tipta, G.D, 2002, Makalah Bayi Resiko Tinggi Seminar Sehari pada Akademi
Kebidanan, Medan.
29. Rachmadewi, 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kehamilan Empat Terlalu.
Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun 1, No.1, 2007.
30. Wiknjosastro, H. 2007, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
31. Draper, E, 2001. Health of Infants and Children in Region: 1979-
1999.www.trentho.org.uk/produck. Diakses tanggal 10 Januari 2009.
RIWAYAT HIDUP
Nama : FITRIAH SYAM
TTL : Galesong , 28 April 1989
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Jln. Tidung Mariolo IV no. 4
Riwayat Pendidikan : SD Neg. Inpres Bayowa (1994 - 1999)
SMP Neg. 2 Galesong (1999-2004)
SMA Neg.1 Galesong Utara (2004-2007)
Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
LAMPIRAN SPSS
TABEL UNIVARIAT
Partus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid partus lama 82 50.0 50.0 50.0
partus normal 82 50.0 50.0 100.0
Total 164 100.0 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 20 atau > 35 tahun 29 17.7 17.7 17.7
20 - 35 tahun 135 82.3 82.3 100.0
Total 164 100.0 100.0
Paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid primipara 60 36.6 36.6 36.6
multipara 104 63.4 63.4 100.0
Total 164 100.0 100.0
Perinatal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid perinatal mati 75 45.7 45.7 45.7
perinatal hidup 89 54.3 54.3 100.0
Total 164 100.0 100.0
TABEL BIVARIAT
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
partus * perinatal 164 100.0% 0 .0% 164 100.0%
partus * perinatal Crosstabulation
Perinatal
Total perinatal mati perinatal hidup
partus partus lama Count 52 30 82
Expected Count 37.5 44.5 82.0
% within perinatal 69.3% 33.7% 50.0%
partus normal Count 23 59 82
Expected Count 37.5 44.5 82.0
% within perinatal 30.7% 66.3% 50.0%
Total Count 75 89 164
Expected Count 75.0 89.0 164.0
% within perinatal 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 20.663a 1 .000
Continuity Correctionb 19.262 1 .000
Likelihood Ratio 21.135 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.537 1 .000
N of Valid Casesb 164
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,50.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 20.663a 1 .000
Continuity Correctionb 19.262 1 .000
Likelihood Ratio 21.135 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.537 1 .000
N of Valid Casesb 164
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for partus (partus
lama / partus normal) 4.446 2.301 8.593
For cohort perinatal =
perinatal mati 2.261 1.540 3.318
For cohort perinatal =
perinatal hidup .508 .371 .697
N of Valid Cases 164
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur * perinatal 164 100.0% 0 .0% 164 100.0%
umur * perinatal Crosstabulation
perinatal
Total perinatal mati perinatal hidup
umur < 20 atau > 35 tahun Count 18 11 29
Expected Count 13.3 15.7 29.0
% within perinatal 24.0% 12.4% 17.7%
20 - 35 tahun Count 57 78 135
Expected Count 61.7 73.3 135.0
% within perinatal 76.0% 87.6% 82.3%
Total Count 75 89 164
Expected Count 75.0 89.0 164.0
% within perinatal 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.789a 1 .052
Continuity Correctionb 3.031 1 .082
Likelihood Ratio 3.790 1 .052
Fisher's Exact Test .065 .041
Linear-by-Linear Association 3.766 1 .052
N of Valid Casesb 164
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,26.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for umur (< 20
atau > 35 tahun / 20 - 35
tahun)
2.239 .982 5.106
For cohort perinatal =
perinatal mati 1.470 1.040 2.078
For cohort perinatal =
perinatal hidup .656 .403 1.069
N of Valid Cases 164
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
paritas * perinatal 164 100.0% 0 .0% 164 100.0%
paritas * perinatal Crosstabulation
Perinatal
Total perinatal mati perinatal hidup
paritas primipara Count 29 31 60
Expected Count 27.4 32.6 60.0
% within perinatal 38.7% 34.8% 36.6%
multipara Count 46 58 104
Expected Count 47.6 56.4 104.0
% within perinatal 61.3% 65.2% 63.4%
Total Count 75 89 164
Expected Count 75.0 89.0 164.0
% within perinatal 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .258a 1 .611
Continuity Correctionb .119 1 .730
Likelihood Ratio .258 1 .612
Fisher's Exact Test .629 .365
Linear-by-Linear Association .256 1 .613
N of Valid Casesb 164
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for paritas
(primipara / multipara) 1.180 .624 2.231
For cohort perinatal =
perinatal mati 1.093 .778 1.534
For cohort perinatal =
perinatal hidup .926 .687 1.249
N of Valid Cases 164
LAMPIRAN
DATA REKAM MEDIK DARI RSKD IBU DAN ANAK PERTIWI TAHUN 2010- 2011
PARTUS UMUR PARITAS PERINATAL
1 1 2 1
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 1 2
2 1 1 1
2 1 2 2
1 2 1 1
2 2 2 2
1 2 1 1
2 2 1 2
2 1 2 2
2 1 2 2
2 2 1 1
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 2 2
2 2 2 1
2 2 2 2
2 1 1 1
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 1 1
2 2 2 2
2 2 1 1
2 2 2 2
1 1 2 1
2 2 2 2
2 2 1 1
2 2 2 2
2 1 2 2
2 2 1 1
1 2 1 1
1 1 1 2
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 1 2
1 2 2 1
1 1 2 1
1 2 2 2
2 2 1 2
1 2 1 1
2 2 1 2
1 2 1 2
2 1 2 2
1 1 1 1
1 2 1 1
1 2 1 2
2 2 1 2
1 1 2 1
2 1 2 2
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 2 2
1 2 2 1
1 2 1 1
2 2 1 2
1 2 2 2
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 2 2
1 2 1 2
2 2 2 2
1 2 2 1
1 2 2 1
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 1 2
1 2 1 2
2 2 2 2
1 2 1 1
2 1 2 2
1 1 2 1
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 2 2
1 2 2 2
2 2 1 2
1 1 2 1
2 2 1 2
1 2 2 2
1 2 2 1
1 2 2 1
2 2 2 2
1 2 1 2
2 2 2 2
1 2 1 1
1 2 2 1
1 2 2 2
1 1 1 1
1 2 1 1
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 2 2
1 2 1 2
2 2 2 2
1 1 2 1
2 1 2 2
1 2 2 2
2 2 1 2
1 2 1 2
1 2 2 1
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 1 2
1 2 2 2
1 1 1 1
1 1 1 1
2 2 1 2
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 1 2
2 2 2 2
1 2 2 2
2 1 2 2
1 2 1 1
2 2 2 2
1 2 2 1
2 2 1 2
1 2 2 1
2 2 2 1
1 2 1 1
2 2 2 1
1 1 2 1
2 2 2 1
1 2 2 1
2 2 1 1
1 2 2 1
2 2 2 1
1 2 1 1
2 2 1 1
1 2 2 1
2 2 1 1
1 2 2 1
2 1 2 2
1 2 2 1
2 2 2 1
1 1 2 1
2 2 2 1
1 1 2 1
2 2 2 1
1 2 1 1
2 2 2 1
1 2 1 2
2 2 1 1
1 2 2 2
2 2 2 2
1 2 2 2
2 1 2 1
1 2 2 2
2 2 2 1
1 2 2 2
2 1 1 1
1 2 1 2
2 2 1 2
1 2 2 2
KETERANGAN :
PARTUS
a. a. Partus Lama = 1
b. b. Partus Normal = 2
UMUR
c. Umur < 20 atau > 35 tahun = 1
d. Umur 20 – 35 tahun= 2
PARITAS
e. Primipara = 1
f. Multipara = 2
PERINATAL
g. Perinatal meninggal = 1
h. Perinatal hidup = 2