refrat partus lama nana

26
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Partus lama (Prolonged Labor) masih merupakan salah satu maslah kesehatan yang penting.Partus lama merupakan penyebab 8% kematian ibu di negara-negara berkembang.Namun angka ini sebenarnya terlalu menyederhanakan pemasalahan partus lama. Hal ini dikarenakan dalam angka ini belum tercakup jumlah kematian ibu akibat komplikasi dari partus lama itu sendiri (misalnya: sepsis, perdarahan ante partum, atau ruptur uterus). Selain itu, bila ibu selamat, bukan berarti telah lepas dari masalah. Salah satu komplikasi lanjut dari partus lama adalah terbentuknya fistula. Fistula memiliki efek sosial dan psikis yang begitu besar, karena dapat mempengaruhi interaksi sosial, menyebabkan infeksi, juga dapat menyebabkan depresi berkepanjangan. 1,6 Dilain pihak, dapat pula terjadi overdiagnosa terhadap partus lama. Di Amerika Serikat, partus lama (juga disebut distosia) merupakan indikasi dilakukannya Sectio caesarea emergensi pada 68% pasien yang menjalani operasi seksio sesar primer. Hal ini disebabkan oleh bebrapa hal, antara lain diagnosis yang tidak tepat, penggunaan anestesi 1

Upload: nyannya-shishtya-ningtyas

Post on 28-Nov-2015

265 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Partus Lama Nana

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Partus lama (Prolonged Labor) masih merupakan salah satu maslah

kesehatan yang penting.Partus lama merupakan penyebab 8% kematian ibu di

negara-negara berkembang.Namun angka ini sebenarnya terlalu

menyederhanakan pemasalahan partus lama. Hal ini dikarenakan dalam angka

ini belum tercakup jumlah kematian ibu akibat komplikasi dari partus lama

itu sendiri (misalnya: sepsis, perdarahan ante partum, atau ruptur uterus).

Selain itu, bila ibu selamat, bukan berarti telah lepas dari masalah. Salah satu

komplikasi lanjut dari partus lama adalah terbentuknya fistula. Fistula

memiliki efek sosial dan psikis yang begitu besar, karena dapat

mempengaruhi interaksi sosial, menyebabkan infeksi, juga dapat

menyebabkan depresi berkepanjangan.1,6

Dilain pihak, dapat pula terjadi overdiagnosa terhadap partus lama. Di

Amerika Serikat, partus lama (juga disebut distosia) merupakan indikasi

dilakukannya Sectio caesarea emergensi pada 68% pasien yang menjalani

operasi seksio sesar primer. Hal ini disebabkan oleh bebrapa hal, antara lain

diagnosis yang tidak tepat, penggunaan anestesi epidural, kekhawatiran yang

berlebihan dan keterbatasan ketersediaan waktu para klinisi. Tidak semua

kondisi partus lama disebabkan oleh kondisi-kondisi patologis.Namunkondisi

ini perlu dikenali karena partus lama bisa saja merupakan sebuah indikasi

bahwa diperlukan pengawasan dan penanganan yang lebih intensif.Atau

bahkan diperlukan tindakan intervensi untuk mengakhiri persalinan.yang

menarik adalah partus lama sebenarnya dapat dicegah, dan hendaknya usaha

pencegahan ini menjadi perhatian bagi seluruh tenaga kesehatan.2,3

1

Page 2: Refrat Partus Lama Nana

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi, insidensi, etiologi, klasifikasi, diagnosis,

penatalaksanaan dan prognosis dari partus lama.

2. Apakah dampak out come partus lama terhadap maternal dan neonatal.

C. TUJUAN PENULISAN

Untuk memenuhi tugas referat kepanitraan klinik bagian ilmu

kebidanan dan penyakit kandungan di RSUD Dr.Hardjono Ponorogo.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dalam

bidang kedokteran.

b. Sebagai masukan dalam kegiatan belajar, khususnya partus lama.

2. Manfaat Praktis

Meberikan informasi menganai dampak partus lama pada out come

maternal dan neonatal.

2

Page 3: Refrat Partus Lama Nana

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI 1,4,5

Partus lama, yang disebut juga dengan istilah distosia secara umum

dimaksudkan persalinan yang abnormal atau sulit. Sementara itu, WHO

secara lebih spesifik mendefinisikan partus lama (prolonged labor/partus

lama) sebagai proses persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Hal

tersebut didukung juga oleh pernyataan Manuaba mendefinisikan partus lama

adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam, artinya persalinan

harus dapat diselesaikan dalam waktu 24 jam. Waktu pemanjangan proses

persalinan yang dimaksud adalah penambahan antara kala I dan kala II

persalinan. Dalam penentuan batas waktu, terdapat variasisebuah sumber

yang menyatakan bahwa batasan waktu dalam penentuan partus lama adalah

18 jam.

B. INSIDENSI1,2

Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Park Land, Amerika Serikat,

pada tahun 2007, didapatkan bahwa hanya sekitar 50 persen ibu dengan janin

presentasi kepala yang mengalami partus spontan fisiologi. Lima puluh

persen lainnya, perlu mendapatkan intervensi untuk pelahiran.Baik intervensi

medismaupun intervensi bedah.Tingginya tingkat partus abnormal ini juga

menunjukkan tingginya tingkat partus lama.Partus lama yang kadang juga

disebut distosia, di Amerika Serikat distosia merupakan indikasi

dilakukannya Sectio caesarea emergensi pada 68% pasien yang menjalani

operasi seksio sesar primer.

C. ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO2,3,5

Partus lama secara ringkas dapat dinyatakan sebagai kelainan yang

disebabkan oleh 3 faktor:

3

Page 4: Refrat Partus Lama Nana

1. Kelainan tenaga atau his (Power)

Power mewakili kondisi gangguan kontraktilitas uterus, bisa saja

kontraksi yang kurang kuat atau kontraksi yang tak terkoordinasi dengan

baik sehingga tidak mampu menyebabkan pelebaran bukaan

serviks.Dalam kelompok ini, juga termasuk lemahnya dorongan volunter

ibu saat kala II.His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya

menyebabkan kesulitan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap

persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan

atau kemacetan

2. Kelainan janin (Passengger)

Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan

dalam letak atau dalam bentuk janin, presentasi, posisi atau

perkembangan janin.

3. Kelainan jalan lahir (Passage)

Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi

kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

D. KLASIFIKASI4,5

Adapun distosia/partus lama sendiri dapat dibagi berdasarkan pola

persalinannya.Kelainan dalam pola persalinan secara umum dibagi menjadi

tiga kelompok. Yaitu kelainan pada kala I fase laten yang disebut fase laten

memanjang, kelainan pada kala I fase aktif dan kelainan pada kala II yang

disebut kala II memanjang. Secara lebih rinci, kelainan pada kala I fase aktif

terbagi lagi menjadi 2, menurut pola persalinannya.Jenis kelainan pertama

pada kala I fase aktif disebut protraction disorder.Kelainan kedua, disebut

arrest disorder.

Selain klasifikasi berdasarkan fase persalinan yang mengalami

pemanjangan, beberapa literatur juga mengelompokkan persalinan yang lebih

lama menjadi dua kelompok utama, yaitu cephalopelvic disproportion/ CPD

dan kelompok lainnya adalah failure to progress. Kelompok pertama

memaksudkan lamanya persalinan yang memanjang disebabkan oleh faktor

4

Page 5: Refrat Partus Lama Nana

pelvis ataupun faktor janin. Sementara pada kelompok kedua disebabkan

secara murini oleh gangguan kekuatan persalinan.

Kelainan Kala I

1. Fase laten memanjang

Friedman mengembangkan konsep tiga tahap fungsional pada

persalinan untuk menjelaskan tujuan-tujuan fisiologis persalinan.

Walaupun pada tahap persiapan (preaptory division) hanya terjadi sedikit

pembukaan serviks,cukup banyak perubahan yang terjadi pada komponen

jaringan ikat serviks. Tahap pembukaan/ dilatasi (dilatational division)

adalah saat pembukaan paling cepat berlangsung.Tahap panggul (pelvic

division) berawal dari fase deselerasi pembukaan serviks.Mekanisme

klasik persalinan yang melibatkan gerakan-gerakan dasar janin pada

presentasi kepala seperti masuknya janin ke panggul, fleksi, putaran paksi

dalam, ekstensi dan putaran paksi luar terutama berlangsung dalam fase

panggul.Namun dalam praktik, awitan tahap panggul jarang diketahui

dengan jelas.

Gambar perjalanan persalinan

Pola pembukaan serviks selama tahap persiapan dan pembukaan

persalinan normal adalah kurva sigmoid. Dua fase pembukaan serviksa

5

Page 6: Refrat Partus Lama Nana

adalah fase laten yang sesuai dengan tahap persiapan dan fase aktif yang

sesuai dengan tahap pembukaan. Friedman membagi lagi fase aktif

menjadi fase akselerasi, fase lereng (kecuraman) maksimum, dan fase

deselerasi.

Awitan persalinan laten didefinisikan sebagai saat ketika ibu mulai

merasakan kontraksi yang teratur. Selama fase ini, orientsi kontraksi uterus

berlangsung bersama pendataran dan pelunakan serviks. Kriteria minimum

Friedman untuk fase laten ke dalam fase aktif adalah kecepatan

pembukaan serviks 1,2 jam baginulipara dan 1,5 cm untuk ibu multipara.

Kecepatan pembukaan serviks ini tidak dimulai pada pembukaan tertentu.

Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten berkepanjangan

sebagai apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam

pada multipara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain

adalah anestesia regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks

yang buruk (misal: tebal, tidak mengalami pendataran atau tidak

membuka) dan persalinan palsu. Friedman mengklaim bahwa istirahat atau

stimulasi oksitosin sama efektif ndan amannya dalam dalam memperbaiki

fase laten berkepanjangan. Istirahat lebih disarankan karena persalinan

6

Page 7: Refrat Partus Lama Nana

palsu sering tidak disadari.Karena adanya kemungkinan persalinan palsu

tersebut, amniotomi tidak dianjurkan.

2. Fase Aktif Memanjang

Kemajuan peralinan pada ibu nulipara memiliki makna khusus

karena kurva-kurva memperlihatkan perubahan cepat dalam kecuraman

pembukaan serviks antara 3-4 cm. Dalam hal ini, fase aktif persalinan dari

segi kecepatan pembukaan serviks tertinggi. Secara konsistensi berawal

dari saat pembukaan serviks 3-4 cm atau lebih, diserati kontraksi uterus,

dapat secara meyakinkan digunakan sebagai batas awal persalinan aktif.

Demikian pula kurva-kurva ini memungkinkan para dokter mengajukan

pertanyaan, karena awal persalinan dapat secara meyakinkan di diagnosis

secara pasti, berapa lama fase aktif harus berlangsung.

Kecepatan pembukaan yang dianggap normal untuk persalinan

pada nulipara adalah 1,2cm/jam, maka kecepatan normal minimum adalah

1,5 cm/jam. Secara spesifik, ibu nulipara yang masuk ke fase aktif dengan

pembukaan 3 – 4 cm dapat diharapkan mencapai pembukaan 8 - 10 cm

dalam 3 - 4 jam.Pengamatan ini mungkin bermanfaat.Sokol dan rekan

melaporkan bahwa 25% persalinan nulipara dipersulit kelainan fase aktif,

sedangkan pada multigravida angkanya adalah 15%.

Memahami analasisi Friedman mengenai fase aktif bahwa

kecepatanpenurunan janin diperhitungkan selain kecepatan pembukaan

serviks, dan keduanya berlangsung bersamaan.Penurunan dimulai pada

saat tahap akhir dilatasi aktif, dimulai pada pembukaan sekitar 7-8 cm.

Friedman membagi lagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction

(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arest (macet, tak maju).

Ia mendefinisikan protraksi sebagai kecepatran pembukaan atau

penurunan yang lambat, yang untuk nulipara, adalah kecepatan

pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau penurunan kurang dari 1 cm per

jam. Untuk multipara, protraksi didefinisikan sebagai kecepatan

pembukaan kurang dari 1,5 cm per jam atau penurunan kurang dari 2 cm

per jam. Sementar itu, ia mendefinisikan arrest sebagai berhentinya secara

7

Page 8: Refrat Partus Lama Nana

total pembukaan atau penurunan. Kemacetan pembukaan didefinisikan

sebagai tidak adanya perbahan serviks dalam 2 jam, dan kemacetan

penurunan sebagai tidak danya penurunan janin dalam 1 jam.

Prognosis kelainan berkepanjangan dan macet ini cukup berbeda,

dimana disproporsi sepalopelvik terdiagnosa pada 30% dari ibu dengan

kelainan protraksi.Sedangkn disproporsi sefalopelfik terdiagnosa pada

45% ibu dengan persalinan macet. Ketertkaitan atau faktor lain yang

berperan dalampersalinan yang berkepanjangan dan macet adalah sedasi

berlebihan, anestesi regional dan malposisi janin. Pada persalinan yang

berkepanjang dan macet, Friedman menganjurkan pemeriksaan fetopelvik

untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelvik.Terapi yang dianjurkan

untuk persalinan yang berkepanjangan adalah penatalaksanaan menunggu,

sedangkan oksitosin dianjurkan untuk persalinan yang macet tanpa

disproporsi sefalopelvik.

Untuk membantu mempermudah diagnosa kedua kelainan ini,

WHO mengajukan penggunaan partograf dalam tatalksana

persalinan.Dimana berdasarkan partograf ini, partus lama dapat didagnosa

bila pembukaanserviks kurang dari 1cm/ jam selama minimal 4 jam.

Sementara itu, American College of Obstetrician and Gynecologists

memiliki kriteria diagnosa yang berbeda,.Kriteria diagnosa tersebut

ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Kriteria diagnosis kelainan persalinan akibat partus lama atau partus macet

8

Page 9: Refrat Partus Lama Nana

Kelainan Kala II

Kala II memanjang

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan

berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit unutk

nulipara dan 20 menit untuk multipara. Pada ibu dengan paritas tinggi

yang vagina dan perineumnya sudah melebar, dua atau tiga kali usaha

mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk

mengeluarkan janin sebaliknya pada seorang ibu, dengan panggul sempit

atau janin besar, atau dengan kelainan gaya ekspulsif akibat anestesia

regional atau sedasi yang berat, maka kala dua dapat memanjang. Kala II

pada persalinann nulipara dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam

apabila menggunakan anestesi regional. Untuk multipara 1 jam

diperpanjang menjadi 2 jam pada penggunaan anestesia regional.

E. DIAGNOSIS3,5

Adapun kriteria diagnosa dari tiap klasifikasi partus lama dan terapi yang

disarankan ditampilkan pada tabel dibawah ini.

9

Page 10: Refrat Partus Lama Nana

Selain kriteria diatas, terdapat pula sebuah alat bantu yang dapat mebantu

dalam mempermudah diagnosa partus lama. Alat bantu tersebut adalah

partograf.

Partograf terutama membantu dalam pengawasan fase aktif persalinan.

Kedua Jenis gangguan dalam fase aktif dapat didagnosa dengan melihat

grafik yang terbentuk pada partograf. Protraction disorder pada fase aktif

(partus lama) dapat didagnosa bila bila pembukaan serviks kurang dari 1cm/

jam selama minimal 4 jam. Sedangkan arrest disorder (partus macet)

didiagnosa bila tidak terjadi penambahan pembukaan serviks dalam jangka

waktu 2 jam maupun penurunan kepala janin dalam jangka waktu 1 jam.

Adapun contoh gambaran partograf untuk mendiagnosa partus lama

(protraction disorder) ditampilkan pada gambar dibawah ini.

Kelainan protraksi pada fase aktif persalinan (partus lama)

Sementara persalinan macet atau partus tak maju (arrest disorder) dpat

dilihat pada table dibawah ini.

10

Page 11: Refrat Partus Lama Nana

Arrest disorder pada fase aktif persalinan (partus tak maju/ macet)

F. OUT COME PARTUS LAMA TERHADAP MATRENAL dan

NEONATAL5,6

Partus lama dapat menimbulkan konsekuensi, baik bagi ibu maupun bagi

anak yang dilahirkan Antara lain yakni:

1. Maternal

a. Infeksi Intrapartum

Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya

pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban.Bakteri

dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta

pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan

janin. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan

bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama

persalinan, terutama apabila terjadi partus lama.

b. Ruptura Uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya

serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan

pada mereka dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara

kepala janin dan panggul semakin besar sehingga kepala tidak engaged

dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus dapat menjadi

11

Page 12: Refrat Partus Lama Nana

sangat teregang kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini,

mungkin terbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai

sebuah krista transversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus

antara simfisi dan umbilikus. Apabila dijumpai keadaan ini,

diindikasikan persalinan perabdominam segera.

Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandle,

yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan.Cincin ini

sering timbul akibat persalinan yang terhambat disertai peregangan dan

penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini,

cincin dapat terlihat jelas sebagai suatu identasi abdomen dan

menandakan akan rupturnya seegmen bawah uterus. Pada keadaan ini,

kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anestesia umum yang sesuai

dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang seksio

sesarea yang dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang

lebih baik.

c. Pembentukan Fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat pintu atas panggul,

tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, jalan lahir

yang terletak diantaranya dan dninding panggul dapat mengalami

tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi

nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan

dengan timbulnya fistula vesikovaginal, vesikorektal atau rektovaginal.

Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala dua

yang berkepanjangan.Dahulu pada saat tindakan operasi ditunda

selama mungkin, penyulit ini sering dijumpai, tetapi saat ini jarang,

kecuali di negara-negara yang belum berkembang.

d. Cedera Otot-otot Dasar Panggul

Suatu anggapan yang telah lama dipegang adalah bahwa cedera

otot-otot dasar panggul atau persarafan atau fasi penghubungnya

merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan pada persalinan

pervaginam, terutama apabila persalinannya sulit.saat kelahiran bayi,

12

Page 13: Refrat Partus Lama Nana

dasar panggul mendapatkan tekanan langsung dari kepala janin dan

tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu.Gaya-gaya ini

meregangkan dan melebarkan dari panggul, sehingga terjadi perubahan

anatomik dan fungsional otot, saraf dan jaringan ikat. Terdapat

semakin besar kekhawatiran bahwa efek-efek pada otot dasar panggul

selama melahirkan ini akan menyebabkan inkontinensia urin dan alvi

serta prolaps organ panggul.

2. Neonatal

a. Caput Suksedaneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput

suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin.Kaput ini

dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnosis

yang serius.Kaput dapat hampir mencapai dasar panggul sementara

kepala belum engaged. Dokter yang kurang berpengalaman dapat

melakukan upaya secara prematur dan tidak bijak untuk melakukan

ekstraksi forceps. Biasanya caput suksedaneum bahkan yang besar

sekalipun akan menghilang dalam beberapa hari.

b. Molase Kepala Janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak

saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu

proses yang disebut molase (molding, moulage). Perubahan ini

biasanya tidak menimbulkan kerugian yang nyata.Namun, apabila

distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan ribekan

tentorium, laserasi pembuluh darah janin dan perdarahan intrakranial

pada janin.

G. TATALAKSANA5,6

Prinsip utama dalam penatalaksanaan pada pasien dengan partus lama

adalah mengetahui penyebab kondisi partus lama itu sendiri. Partus lama

adalah sebuah akibat dari suatu kondisi patologis. Pada akhirnya, setelah

kondisi patologis penyebab partus lama telah ditemukan, dapat ditentukan

13

Page 14: Refrat Partus Lama Nana

metode yang tepat dalam mengakhiripersalinan.Apakah persalinan tetap

dilakukan pervaginam, atau akan dilaukan per abdominam melalui seksio

sesarea.

Secara umum penyebab partus lama dibagi menjadi dua kelainan yaitu

disproporsi sefalopelvik dan disfungsi uterus (gangguan kontraksi). Adanya

disproporsi sefalopelvik pada pasien dengan partus lama merupakan indikasi

utnuk dilakukannya seksio sesarea. Disproporsi sefalopelvik dicurigai bila

dari pemeriksaan fisik diketahui ibu memiliki faktor risiko panggul sempit

(misal: tinggi badadan < 145 cm, konjugata diagonalis < 13 cm) atau janin

diperkirakan berukuran besar (TBBJ > 4000gram, bayi dengan hidrosefalus,

riwayat berat badan bayi sebelumnya yang > 4000 gram). Bila diyakini tidak

ada disproporsi sefalopelvik, dapat dilakukan induksi persalinan.

Pada kondisi fase laten berkepanjangan, terapi yang dianjurkan adalah

menunggu. Hal ini dikarenakan persalinan semu sering kali didiagnosa

sebagai fase laten berkepanjangan. Kesalahan diagnosa ini dapat

menyebabkan induksi atau percepatan persalinan yang tidak perlu yang

mungkin gagal. Dan belakangan dapat menyebabkan seksio sesaria yang

tidak perlu. Dianjurkan dilakukan observasi selama 8 jam. Bila his berhenti

maka ibu dinyatakan mengalami persalinan semu, bila his menjadi teratur dan

bukaan serviks menjadi lebih dari 4 cm maka pasien diaktakan berada dalam

fase laten. Pada akhir masa observasi 8 jam ini, bila terjadi peerubahan dalam

penipisan serviks atau pembukaan serviks, maka pecahkan ketuban dan

lakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Bila ibu tidak memasuki fase

aktif setelah delapan jam infus oksitosin, maka disarankan agar janin

dilahirkan secara seksio sesarea.

Pada kondisi fase aktif memanjang, perlu dilakukan penentuan apakah

kelainan yang dialami pasien termasuk dalam kelompok protraction disorder

(partus lama) atau arrest disorder (partus tak maju). Bila termasuk dalam

kelompok partus tak maju, maka besar kemungkinan ada disproporsi

sefalopelvik.Disarankan agar dilakukan seksion sesarea. Bila yang terjadi

adalah partus lama, maka dilakukan penilaian kontraksi uterus. Bila kontraksi

14

Page 15: Refrat Partus Lama Nana

efisien (lebih dari 3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik),

curigai kemungkinan adanya obstruksi, malposisi dan malpresentasi. Bila

kontraksi tidak efisien, maka penyebabnya kemungkinan adalah kontraksi

uterus yang tidak adekuat. Tatalaksana yang dianjurkan adalah induksi

persalinan dengan oksitosin.

Pada kondisi Kala II memanjang, perlu segera dilakukan upaya

pengeluaran janin. Hal ini dikarenakan upaya pengeluaran janin yang

dilakukan oleh ibu dapat meningkatkan risiko berkurangnya aliran darah ke

plasenta.Yang pertama kali harus diyakini pada kondisi kala II memanjang

adalah tidak terjadi malpresentasi dan obstruksi jalan lahir. Jika kedua hal

tersebut tidak ada, maka dapat dilakukan percepatan persalinan dengan

oksitosin. Bila percepatan dengan oksitosin tidak mempengaruhi penurunan

janin, maka dilakukan upaya pelahiran janin. Jenis upaya pelahiran tersebut

tergantung pada posisi kepala janin. Bila kepala janin teraba tidak lebih dari

1/5 diatas simfisis pubis atau ujung penonjolan kepala janin berada di bawah

station 0, maka janin dapat dilahirkan dengan ekstraksi vakum atau dengan

forseps. Bila kepala janin teraba diantara 1/5 dan 3/5 diatas simfisi pubis atau

ujung penonjolan tulang kepala janin berada diantara station ) dan station -2,

maka janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum dan simfisiotomi. Namun jika

kepala janin teraba lebih dari 3/5 diatas simfisi pubis atau ujung penonjolan

tulang kepala janin berada diatas station -2, maka janin dilahirkan secara

seksio sesaria.

H. PROGNOSIS2

Friedman melaporkan bahwa memanjangnya fase laten tidak

memperburuk mortalitas dan morbiditas janin atau ibu, namun Chelmow dkk

membantah anggapan bahwa pemanjangan fase laten tidak berbahaya.

15

Page 16: Refrat Partus Lama Nana

BAB III

KESIMPULAN

1. Partus lama adalah yang juga disebut distosia didefinisikan sebagai

persalinan yang sulit. Patokan waktu yang digunakan oleh WHO adalah

bila lama persalinan > 24 jam.

2. Partus lama dapat diklasfikan berdasarkan penyebabnya (menjadi

disproporsi sefalopelvik dan disfungsi uterus murni) atau berdasarkan fase

persalinan yang memanjang (dibagi menjadi fase laten memanjang, fase

aktif memanjang dan kala II memanjang). Lebih spesifik fase aktif

memenajang dibagi menjadi dua kelompok kelainan, yaitu protraction

disorder dan arrest disorder.

3. Pengawasan persalinan dengan partograf dapat digunakan sebagai patokan

untuk mendiagnosa partus lama.

4. Out come yang dapat timbul akibat partus lamabaik bagi maternal dan

neonatal antara lain infeksi intrapartum, ruptura uteri cincin retraksi

patologis, pembentukan fistula, cedera otot-otot dsar panggul, caput

suksedaneum dan molase kepala janin.

16

Page 17: Refrat Partus Lama Nana

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2006. Managing Prolonged and Obstructed Labour. Education for

Safe Motherhood, 2nd edition. Department of Making Pregnancy safer.

WHO: Geneva

2. Cunningham, F.G, et al. 2010. Williams Obstetric, 23rd edition. Mc Graw

Hill: New York

3. Enkin, et al. 2000. A Guide to Effective care in Pregnancy and Child

Birth, 3rd Edition. Oxfod University Press: London

4. Manuaba I. A, et al. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta

5. Mose, J.C dan Alamsyah, M. 2010. Bab I Persalinan Lama dalam Ilmu

Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, edisi keempat. PT Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo: Jakarta

6. Yulianti, D. 2006. Buku Saku Manajemen dan Komplikasi Kehamilan dan

Persalinan. EGC : Jakarta

17