hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa

59
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON TAHUN 2013 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Fuad Hariyanto 1110103000046 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/ 1434 H

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA

DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS

TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA

CILEGON TAHUN 2013

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Fuad Hariyanto

1110103000046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M/ 1434 H

Page 2: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA
Page 3: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA
Page 4: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA
Page 5: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat

dan inayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul

“Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien

Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Cilegon ”

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam

kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-

tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter.

3. dr.Yanti Susianti, SpA dan dr. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF,

PFK selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam

penyusunan penelitian ini.

4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab riset

mahasiswa PSPD 2010.

5. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon dr. H. Zainoel

Arifin, M.Kes yang telah mengizinkan kami untuk melakukan

penelitian ini.

6. Kemenag RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis

diberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Drs. Sugiyanto dan Alm. Umi Nasturo

yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, mendukung dalam suka

dan duka, dan selalu mendoakan yang terbaik untuk putra putrinya.

Page 6: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

vi

8. Kelompok riset prematur, Adhya Aji Pratama, Amaliah Harumi

Karim, Maizan Khairun Nissa, dan Nida Najibah Hanum yang selalu

bekerja sama dalam suka maupun duka untuk menyelesaikan

penelitian ini.

9. Teman dari Program Studi Kesehatan Masyarakat, Tri Bayu Purnama

yang selalu memberikan arahan mengenai statistik dalam penelitian ini

10. Kepada Erwanda Desire Budiman yang selalu memberikan dukungan

untuk menyelesaikan penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

11. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2010, dan

semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan.

Saya sadari penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya

harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata Wallahul muwaffiq ila aqwamit thoriq

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Penyusun

Page 7: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

vii

ABSTRAK

Fuad Hariyanto. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan

Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Cilegon Tahun 2013

Aktivitas fisik merupakan satu dari empat pilar program penatalaksanaan pada pasien

diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivtas fisik

dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Cilegon. Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif

analitik dengan pendekatan potong lintang yang menggunakan sampel sebanyak 20

pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Cilegon. Hasil penelitian didapatkan dari 18 pasien yang memiliki gula darah puasa

(GDP) tidak normal terdapat 8 pasien memiliki aktivitas ringan dan 10 pasien memiliki

aktivitas sedang, sedangkan 2 orang pasien yang memiliki kadar GDP normal memiliki

aktivitas sedang. Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik dengan

kadar gula darah puasa pada pasien diabetes melitus tipe 2. (p = 0,495)

Kata kunci : aktivitas fisik, kadar gula darah puasa

ABSTRACT

Fuad Hariyanto. Medical Study. Correlation between Physical Activity and Fasting Blood

Glucose Level of Diabetes Mellitus Type 2 in Cilegon General Hospital 2013

Physical activity is one of four main management for diabetes mellitus patients. This

research aims to determine the relation between physical activity with fasting blood

glucose level from patients with diabetes mellitus type 2 in Cilegon General Hospital.

The method of this research is analytic descriptive with cross sectional approach that

took 20 diabetes mellitus type 2 patients from Outpatient Polyclinic of Cilegon General

Hospital as research samples. The results are from 18 patients who had abnormal fasting

blood glucose level there are 8 patients have mild activity and 10 patients have medium

activity. Whereas 2 patients who had normal fasting blood glucose level have medium

activity. This research showed no relation between physical activity with fasting blood

glucose level in patients with diabetes mellitus type 2. ( p = 0,495)

Keywords : physical activity, fasting blood glucose level

Page 8: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................... Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ......................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2

1.4. Hipotesis ......................................................................................................... 3

1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5

2.1. Diabetes Melitus ............................................................................................. 5

2.2. Klasifikasi Diabetes Melitus ........................................................................... 5

2.3. Penegakan Diagnosis DM didasarkan Gula Darah Puasa ............................... 6

2.4. Perjalanan Diabetes Melitus ........................................................................... 9

2.5. Program Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 2 .......................................... 12

2.6. Aktivitas Fisik .............................................................................................. 18

2.7. Aktivitas Fisik Sebagai Terapi DM Tipe 2 .................................................. 19

2.8. Manfaat Aktivitas Fisik Sebagai Terapi DM Tipe 2 .................................... 20

2.9. Aspek molekuler Pengaruh Aktivitas fisik Sebagai Terapi D4M Tipe 2 .... 20

2.10.Kerangka Teori ............................................................................................ 22

2.11.Kerangka Konsep ......................................................................................... 23

2.12. Definisi Operasional .................................................................................. 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 25

3.1. Desain Penelitian ......................................................................................... 25

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 25

3.3. Populasi dan Sampel .................................................................................... 25

Page 9: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

ix

3.4. Jumlah Sampel ............................................................................................. 25

3.5. Kriteria Sampel ............................................................................................ 26

3.6. Alat dan Bahan ............................................................................................. 26

3.7. Cara Kerja .................................................................................................... 26

3.8. Variabel yang Diteliti ................................................................................... 27

3.9. Teknik Sampling .......................................................................................... 27

3.10. Managemen Data ....................................................................................... 27

3.10.1. Pengolahan Data ................................................................................. 27

3.10.2. Analisa Data ...................................................................................... 27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 29

4.1. Analisis Univariat ........................................................................................ 29

4.1.1. Gambaran Jenis Kelamin Pasien DM Tipe 2 .................................... 29

4.1.2.Gambaran Usia Pasien DM Tipe 2 .................................................... 30

4.1.3. Gambaran Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2 ........................... 30

4.1.2. Gambaran Aktivitas Fisik Pasien DM Tipe 2 .......................................... 31

4.1.3. Gambaran Proporsi Kadar Gula Darah Puasa Dan Aktivitas

Fisik Pada Pasien DM Tipe 2 .............................................................. 32

4.2 Analisis Bivariat ............................................................................................ 32

4.2.1. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa

Pasien DM Tipe 2 .............................................................................. 32

4.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 34

BAB 5 PENUTUP ................................................................................................... 35

5.1. Simpulan ..................................................................................................... 35

5.2. Saran ............................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 37

Lampiran Hasil Perhitungan SPSS 16.0 for window ................................................ 41

Page 10: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus (ADA 2005) ................................... 6

Tabel 2. 2. Kriteria Diagnosis diabetes melitus ............................................................ 7

Tabel 2. 3. Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Penyaring

Diagnosis DM ............................................................................................ 8

Tabel 2. 4. Aktivitas Sehari-hari . ............................................................................... 16

Tabel 2. 5. Target Pengendalian DM ......................................................................... 17

Tabel 4.1. Gambaran Jenis Kelamin Pasien DM Tipe 2 ............................................ 29

Tabel 4.2. Gambaran Usia Pasien DM Tipe 2 ........................................................... 30

Tabel 4. 3. Gambaran Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2 ........................... 30

Tabel 4. 2. Gambaran Aktivitas Fisik Pasien DM Tipe 2 ........................................... 31

Tabel 4. 3. Gambaran Proporsi Kadar Gula Darah Puasa dan Aktivitas

Fisik Pada Pasien DM Tipe 2 ................................................................... 32

Tabel 4. 4. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah

Puasa Pasien DM Tipe 2 .......................................................................... 32

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Langkah-langkah Diagnostik Diabetes Melitus dan Toleransi Glukosa

Terganggu ............................................................................................... 9

Gambar 2. Pelepasan Insulin dari Sel Beta Pankreas ................................................. 10

Gambar 3. Jalur Transduksi Sinyal Insulin pada Otot Rangka ................................. 11

Gambar 4. Upregulation Insulin ............................................................................... 21

Page 11: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai

oleh kadar glukosa darah lebih dari nilai normal (≥ 200 mg/dL)1 . Apabila

dibiarkan tak terkendali, penyakit ini akan menimbulkan penyakit–penyakit

yang dapat berakibat fatal seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan, dan

amputasi. Data World Health Organization (WHO) sampai September 2012

menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan

prevalens DM tipe 2 yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang.

Diperkirakan penderita DM di seluruh dunia mencapai 347 juta orang dan

lebih dari 80% kasus ini terjadi di negara yang mempunyai pendapatan

perkapita yang tergolong rendah dan sedang termasuk Indonesia. 2

WHO memprediksi kenaikan jumlah penderita DM di Indonesia dari

8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, juga memprediksi

kenaikan jumlah penderita DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0

juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka kejadian, laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita DM sebanyak

2-3 kali lipat pada tahun 2030.3 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

Indonesia tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas

20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Kekerapan DM di Indonesia berkisar antara

1,4 sampai 1,6% kecuali di dua tempat yaitu di daerah Pekajangan 2,3% dan

di Manado 6%.4

Banyaknya penderita DM yang terus berkembang begitu cepat, maka

banyak dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengurangi jumlah

penderita dan meminimalisir dampak komplikasi DM yang sangat berkaitan

dengan kadar gula darah yang terlampau tinggi dan dapat berujung pada

kematian. Langkah penanganan guna meminimalkan komplikasi DM tipe 2

dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan pengendalian

Page 12: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

2

empat pilar utama yang berupa edukasi, perencanaan makanan, latihan

jasmani, dan intervensi farmakologis.5

Terkait hal tersebut, peneliti ingin mengetahui salah satu dari keempat

pilar tersebut yang mudah dilakukan oleh penderita DM tipe 2 yaitu

mengenai pengaruh riwayat aktivitas fisik para penderita DM tipe 2 terhadap

kadar gula darah. Kadar gula darah inilah yang sangat berperan terhadap

timbulnya komplikasi dari penyakit ini. Penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya oleh Rachmawati, dkk di Makassar tahun 2011 menunjukkan

bahwa penderita DM Tipe 2 yang memiliki aktivitas fisik ringan

kemungkinan 7,15 kali lebih besar mempunyai risiko kadar gula darah tidak

terkontrol daripada penderita dengan aktivitas fisik sedang.6 Sedangkan

penelitian yang lain oleh A. Yoga, dkk di Semarang tahun 2011, menyatakan

bahwa responden yang melakukan olahraga secara teratur dan baik memiliki

hubungan yang signifikan terhadap keberhasilan pengelolaan DM tipe 2

p=0,002.5

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh aktivitas fisik dengan terhadap gula darah puasa. Besar

harapan penelitian ini dapat berguna untuk menunjang dibuatnya inovasi baru

dalam mengurangi dampak komplikasi diabetes melitus tipe 2 dengan hal-hal

yang sederhana berupa perubahan aktivitas sehari hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula

darah puasa pada pasien DM tipe 2 di RSUD Cilegon.

1.3 Tujuan

1.3.1 Umum

Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah

puasa pada pasien DM tipe 2 di RSUD Cilegon.

Page 13: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

3

1.3.2 Khusus

1. Mengetahui gambaran demografi pasien DM tipe 2 di RSUD

Cilegon.

2. Mengetahui gambaran kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2 di

RSUD Cilegon.

3. Mengetahui gambaran aktivitas fisik pasien DM tipe 2.

4. Mengetahui gambaran proporsi kadar gula darah puasa penderita

DM tipe 2 yang melakukan aktivitas fisik.

5. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik terhadap kadar gula

darah puasa pasien DM tipe 2 di RSUD Cilegon.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa pasien

DM tipe 2 di RSUD Cilegon.

1.5 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

Bagi responden:

Memberikan informasi tentang hubungan antara kebiasaan aktivitas

fisik dengan kadar gula darah puasa sehingga dapat dijadikan acuan

program pemantauan kadar gula darah puasa pasien.

Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi

peneliti berikutnya.

Bagi masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat aktivitas fisik

dalam mengontrol kadar gula darah puasa.

Page 14: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

4

Bagi peneliti

Memberikan data tambahan tentang hubungan antara kebiasaan

aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa agar bisa dilaksanakan

penelitian selanjutnya.

Page 15: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, DM

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

kedua-duanya. WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa DM dikatakan

sebagai suatu kumpulan problem anatomi dan kimiawi akibat gangguan

berbagai faktor yang mengakibatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan

gangguan fungsi insulin.7

Perubahan dalam diagnosis dan klasifikasi DM terus-menerus terjadi

baik oleh WHO maupun ADA. Para pakar di Indonesia pun bersepakat

melalui Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) pada tahun 1993

untuk membicarakan standar pengelolaan DM, yang kemudian direvisi tahun

1998 dan 2002.7

Secara epidemiologic, DM seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan

onset DM adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Morbiditas dan

mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Penelitian lain

menyatakan bahwa dengan dengan adanya urbanisasi, populasi DM tipe 2

akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-

tradisional menjadi urban. Faktor risiko yang berubah secara epidemiologi

diperkirakan adalah : bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya

obesitas, kurangnya aktivitas jasmani, dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini

berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan

terjadinya diabetes melitus tipe 2.7

2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Beberapa klasifikasi DM telah diperkenalkan, berdasarkan manifestasi

klinis, umur awitan, dan riwayat penyakit. ADA mengeluarkan klasifikasi

baru berdasarkan patogenesis sindrom diabetes dan gangguan toleransi

Page 16: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

6

glukosa. Klasifikasi ini telah disahkan oleh WHO dan telah dipakai di seluruh

dunia. Klasifikasi tersebut sesuai dengan tabel di bawah ini :

Tabel 2. 1 Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (ADA 2005) 3

Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolut

Auotoimun

Idiopatik

Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai

defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi

insulin disertai resistensi insulin

Tipe lain

Defek genetik fungsi sel beta

Defek genetik kerja insulin

Penyakit eksokrin pankreas

Endokrinopati

Karena obat atau zat kimia

Infeksi

Sebab imunologi yang jarang

Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

Diabetes melitus

gestasional

2.3 Penegakan Diagnosis Diabetes Melitus Didasarkan Gula Darah Puasa

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes.

Kecurigaan adanya diabetes melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan

seperti tercantum di bawah ini.

Keluhan klasik diabetes melitus berupa : poliuria, polidipsia, polifagia,

dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Page 17: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

7

Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, penglihatan

kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita.

Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara, seperti

tercantum pada tabel di bawah ini

Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis DM 3

Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu

hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir

Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7,0

mmol/L) puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8

jam

Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) ≥ 200

mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO,

menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus

yang dilarutkan ke dalam air

Selain pemeriksaan kadar gula darah sewaktu, puasa, dan TTGO.

Pemeriksaan HbA1c ( ≥ 6,5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi

salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium

yang telah terstandarisasi dengan baik.

Bagi para penderita yang mempunyai risiko DM namun tidak

menunjukkan adanya gejala DM, dapat dilakukan pemeriksaan penyaring

yang bertujuan menemukan pasien dengan DM, toleransi glukosa terganggu

(TGT), maupun glukosa darah puasa terganggu (GDPT) untuk ditangani lebih

dini dengan baik. Pemeriksaan penyaring yang dapat dilakukan adalah

pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa.

Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai acuan

penyaring dapat dilihat di bagan berikut:

Page 18: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

8

Tabel 2.3 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan

Diagnosis DM (mg/dL)3

Bukan DM Belum pasti

DM

DM

Kadar glukosa

darah sewaktu

(mg/dL)

Plasma vena <100 100-199 ≥200

Darah kapiler <90 90-199 ≥200

Kadar glukosa

darah puasa

(mg/dL)

Plasma vena <100 100-125 ≥126

Darah kapiler <100 90-99 ≥100

Prosedur yang dilakukan untuk melakukan tes gula darah puasa yaitu :

mengambil darah vena 5 sampai 10 ml dan memasukkan ke dalam tabung

bertutup. Darah diambil setelah pasien puasa makan dan minum 12 jam

sebelum pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dari gula darah puasa ini memiliki

makna klinis jika lebih besar dari 125 mg/dL dapat digunakan sebagai indikasi

diabetes, dan untuk mengkonfirmasi diagnosis bila gula darah puasa rata–rata

atau sedikit lebih tinggi.9

Hasil pemeriksaan gula darah puasa ini dapat digunakan untuk

mengetahui masalah masalah klinis yang terdapat pada pasien. Penurunan

kadar gula darah puasa disebabkan oleh reaksi hipoglikemik syok insulin,

kanker abdomen, hepar, dan paru paru, hipofungsi kelenjar adrenal, malnutrisi,

alkoholisme, sirosis hepatis, hiperinsulinemia, dan latihan yang berat.

Peningkatan kadar seperti pada orang DM disebabkan oleh diabetik asidosis,

hipofungsi kelenjar adrenal (syndrom cushing’s), stres, luka bakar, latihan

fisik, infeksi, akut miokard infark (AMI), pankreatitis akut, pembedaan yang

lama, akromegali, dan gangguan ginjal kronik. 9

Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa dapat

dilihat pada gambar 1. Untuk hasil pemeriksaan yang tidak termasuk normal

atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT.3

Page 19: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

9

Gambar 1 Langkah - Langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa

Sumber : Perkeni 2011

2.4 Perjalanan Diabetes Melitus

Pada DM tipe 2, faktor yang menjadi penyebab DM disebabkan adanya

gangguan sekresi insulin ataupun gangguan kerja insulin (resistensi insulin)

pada organ target terutama hati dan otot. Awalnya resistensi insulin belum

menyebabkan diabetes secara klinis, namun seiring dengan kegagalan

kompensasi dari tubuh berupa keadaan hiperinsulinemia, glukosa darah masih

normal atau baru sedikit meningkat akibat sekresi insulin oleh sel beta

Page 20: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

10

pankreas tersebut. Timbulah gejala klinis DM yang ditandai dengan

terjadinya peningkatan kadar glukosa darah yang memenuhi kriteria DM.i

Insulin dihasilkan oleh sel beta pankreas dan akan disekresikan dalam

darah sesuai kebutuhan. Secara fisiologis, insulin mengatur glukosa darah

bersama glukagon yang diproduksi oleh sel alfa pankreas. Insulin disintesis

dalam bentuk preproinsulin (prekursor insulin) pada retikulum endoplasma

sel beta, yang akan dipecah menjadi proinsulin oleh bantuan enzim peptidase

dan akan dikemas dalam secretory vesicle dalam sel tersebut. Selanjutnya

proinsulin akan diurai menjadi insulin dan peptida-C oleh enzim peptidase,

dan siap untuk disekresikan bersama melalui membran sel.

Gambar 2 Pelepasan insulin dari sel beta pankreas10

Sumber : Endocrine Physiology Third Edition

Pelepasan insulin dari simpanan granula sel beta pankreas dipicu oleh

peningkatan kadar glukosa darah yang berasal dari makanan dan minuman.

Insulin ini berfungsi mengalami glukosa agar selalu dalam batas-batas

fisiologis. Proses sekresi insulin dimulai dengan proses masuknya glukosa

melewati membran sel beta melalui Glucosa transporter 2 (GLUT 2) yang

Page 21: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

11

terdapat dalam membran sel beta pankeras. Selanjutnya glukosa di dalam sel

akan mengalami glikolisis dan fosforilasi yang kemudian akan membebaskan

molekul ATP. ATP tersebut akan berperan dalam penutupan kanal K+

sehingga terjadi hambatan dalam pengeluaran ion K+

yang menyebabkan

depolarisasi membran. Keadaan ini menyebabkan pembukaan kanal Ca2+

sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+

intrasel. Keadaaan ini yang akan

memicu sekresi insulin ke dalam sirkulasi.11

Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan

dengan reseptor pada membran sel tersebut. Ikatan ini akan menghasilkan

sinyal yang akan meregulasi glukosa dalam sel dengan cara peningkatan

GLUT-4 dan mendorong penempatannya pada membran sel. Melalui GLUT-

4 inilah glukosa dimasukkan ke dalam sel dan selanjutnya akan mengalami

proses metabolisme.11

Gambar 3 Jalur transduksi sinyal insulin pada otot rangka. 11

Sumber : Harrison’s Principles Of Internal Medicine 18th

Meskipun kasus DM tipe 2 sering ditemukan, namun patogenesisnya

secara pasti belum banyak diketahui. DM tipe 2 ditandai dengan dua defek

metabolik, yaitu gangguan sekresi insulin pada sel beta serta

ketidakmampuan jaringan perifer dalam merespons insulin.11

Mekanisme defisiensi insulin pada DM tipe 2 belum sepenuhnya jelas.

Namun diperkirakan hal ini berkaitan dengan pengendapan amiloid pada sel

islet. Pada otopsi, sebanyak 90% pasien DM tipe 2 dilaporkan terdapat

endapan amiloid. Komponen yang mengendap ini, amilin juga secara

fisiologis diproduksi dan dilepaskan bersama insulin oleh sel beta pankreas

Page 22: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

12

sebagai respons terhadap glukosa. Awal DM tipe 2 terjadi hiperinsulinemia

karena resistensi insulin, terjadi pula peningkatan produksi amilin, yang

kemudian akan mengendap di sel islet sebagai amiloid. Amiloid ini akan

menyebabkan refrakter pada sel beta dalam menerima sinyal dari glukosa.

Selain itu amiloid bersifat toksik pada sel beta, sehingga dari keadaan inilah

hal yang mendasari kerusakan sel beta yang menyebabkan gangguan sekresi

insulin pada pasien DM tipe 2.11

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor utama dalam

timbulnya DM tipe 2 adalah resistensi insulin. Pada dasarnya hal ini dapat

terjadi baik pada reseptor insulin maupun pada salah satu tahap proses

transduksi sinyal yang diinduksi oleh ikatan insulin dan reseptornya.

Resistensi insulin berkaitan erat dengan obesitas karena jaringan lemak juga

merupakan jaringan “endokrin” yang dapat berkomunikasi dengan otot dan

hati melalui mediator yang dihasilkan sel lemak. Sel lemak dapat

menghasilkan TNF, asam lemak, leptin, dan resistin.12

Pada orang dengan obesitas, terjadi ekspresi berlebihan dari faktor

faktor tersebut, sehingga TNF dapat mempengaruhi transduksi sinyal pasca

reseptor yang memicu resistensi insulin. Kadar leptin yang menurun dan

peningkatan resistin pada berbagai hewan percobaan obesitas juga

berkontribusi terhadap terjadinya resistensi insulin. Namun mekanisme

peningkatan asam lemak pada obesitas memicu resistensi insulin belum

sepenuhnya diketahui.12

Jadi dapat disimpulkan bahwa kondisi hiperglikemia pada DM tipe 2

tidak hanya disebabkan oleh terganggunya sekresi insulin, namun juga

dibarengi dengan resistensi insulin pada jaringan-jaringan tubuh.

Progresivitas penyakit ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti gaya

hidup dikarenakan dapat berlanjut pada gangguan metabolisme lemak,

protein, serta menyebabkan kerusakan berbagai organ dalam tubuh.11

2.5 Program Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 2

Dengan dasar pengetahuan yang telah dijelaskan di atas dapat

diperkirakan dalam pengelolaan DM tipe 2, pemilihan penggunaan intervensi

Page 23: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

13

sangat bergantung pada fase mana diagnosis diabetes ditegakkan yaitu sesuai

dengan kelainana dasar yang terjadi. Berupa (1) resistensi insulin pada

jaringan lemak, otot, dan hati. (2) Kenaikan produksi glukosa oleh hati dan

(3) Kekurangan sekresi oleh pankreas.8

Penatalaksanaan DM dimulai dengan melakukan pendekatan non

farmakologi yang berupa edukasi, perencanaan makan untuk terapi nutrisi

medik, penurunan berat badan bila obesitas, dan kegiatan jasmani. Bila

penatalaksanaan non farmakologis ini belum dapat mengendalikan kadar

glukosa darah, maka diberikan tambahan terapi farmalogis. 3

Terapi gizi medis pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola

makan yang didasarkan pada status gizi diabetesi dan melakukan modifikasi

diet berdasarkan kebutuhan individual. Keuntungan yang bisa didapatkan dari

terapi gizi ini: dapat menurunkan kadar gula darah, memperbaiki profil lipid,

dan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin.8

Jenis bahan makanan yang dianjurkan pada pasien diabetes melitus

secara garis besar meliputi 55-65% karbohidrat, 10-15% protein, dan lemak.8

Sedangkan komposisi secara lebih rinci sebagai berikut:

A. Karbohidrat

Karbohidrat yang disarankan adalah 45–65% total asupan energi

Tidak disarankan pembatasan karbohidrat total 130 g/hari

Karbohidrat yang berserat tinggi diutamakan

Diperbolehkan menggunakan gula dalam bumbu

Sukrosa lebih dari 5% total asupan energi tidak boleh dikonsumsi

Pemanis aternatif bisa digunakan asal tidak melebihi batas aman

konsumsi harian (accepted daily intake)

Untuk mendistribusikan karbohidrat, dianjurkan makan tiga kali

sehari. Dapat juga diberikan selingan buah atau makanan lain.

B. Lemak

Anjuran kebutuhan lemak adalah sebesar 20-25%, dan tidak boleh

lebih 30% dari kebutuhan kalori.

Anjuran kebutuhan lemak jenuh <7% dari kebutuhan kalori.

Page 24: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

14

Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh

tunggal.

Bahan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak

trans seperti daging berlemak dan whole milk perlu dibatasi.

Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.

C. Protein

Kebutuhannya adalah sebesar 10-20% total asupan energi.

Seafood (ikan, udang, cumi, dan lain lain), daging tanpa lemak,

ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan,

tahu, dan tempe adalah sumber protein yang baik.

Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein

menjadi 0,8 g/kg bb/hari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65%

hendaknya bernilai biologik tinggi.

D. Natrium

Asupan natrium yang dianjurkan untuk penyandang DM sama

dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari

3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.

Pasien dengan hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg

garam dapur.

Garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium

benzoat dan natrium nitrit adalah sumber natrium.

E. Serat

Sama seperti masyarakat umum penyandang DM disarankan

mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran

serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung

vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.

Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.

F. Pemanis alternatif

Pemanis terdiri dari pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori.

Contoh pemanis yang berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa.

Contoh gula alkohol adalah isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,

sorbitol, dan xylitol.

Page 25: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

15

Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya

sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

Fruktosa tidak dianjurkan pada penderita DM karena efek samping

pada lemak darah.

Aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose, dan neotame

adalah pemanis tak berkalori yang masih dapat digunakan.

Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman

(Accepted Daily Intake / ADI).3

Pilar penatalaksaan non farmakologis yang lain adalah aktivitas fisik.

Aktivitas minimal otot skeletal lebih dari sekedar yang diperlukan untuk

ventilasi basal paru, tetapi juga dibutuhkan oleh semua orang termasuk

penderita DM sebagai kegiatan sehari-hari, seperti misalnya: bangun tidur,

memasak, berpakaian, mencuci, makan, dan bahkan tersenyum. Berangkat

kerja, bekerja, berbicara, berfikir, tertawa, merencanakan kegiatan esok atau

tidur. Semua kegiatan tadi tanpa disadari oleh penderita DM, telah sekaligus

menjalankan pengelolaan terhadap DM sehari-hari.

Page 26: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

16

Tabel 2.5 Aktivitas Sehari hari 3

Kurangi Aktivitas

Hindari aktivitas sedenter

Misalnya, menonton televisi,

menggunakan internet, main game

computer

Persering aktivitas

Mengikuti olahraga rekreasi dan

beraktivitas fisik tinggi pada waktu

liburan

Misalnya, jalan cepat, golf, olah otot,

bersepeda, sepak bola

Aktivitas harian

Kebiasaan bergaya hidup sehat

Misalnya, berjalan kaki ke pasar ( tidak

menggunakan mobil), menggunakan

tangga, menemui rekan kerja (tidak

hanya melalui telepon internal), jalan

dari tempat parker

Anjuran untuk melakukan aktivitas fisik bagi penderita DM telah

dilakukan sejak seabad lalu oleh seorang dokter dari dinasti Sui di China, dan

manfaat kegiatan ini masih terus diteliti oleh para ahli hingga kini.8

Ambilan glukosa oleh jaringan otot pada keadaan istirahat membutuhkan

insulin, sehingga disebut sebagai jaringan insulin independen. Sedangkan pada

otot aktif, walau terjadi peningkatan kebutuhan glukosa, tapi kadar insulin tak

meningkat. Mungkin hal ini yang disebabkan karena peningkatan kepekaan

reseptor insulin otot dan penambahan jumlah insulin otot pada saat melakukan

latihan jasmani. Hingga jaringan otot aktif disebut juga sebagai jaringan non-

insulin dependent. Kepekaan ini akan berlangsung lama, bahkan hingga latihan

telah berakhir. Pada latihan jasmani akan terjadi peningkatan aliran darah,

menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka hingga lebih banyak

tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif.8

Intensitas dalam melakukan aktivitas fisik berpengaruh terhadap kadar

glukosa darah. Intensitas ringan pada penderita DM dapat menurunkan glukosa

darah, namun tidak secara signifikan.13 14

Sementara untuk intensitas sedang

secara signifikan dapat menurunkan glukosa darah.15

Namun lain halnya

dengan intensitas berat, yang menurut Guelfi dkk bahwa intensitas berat lebih

Page 27: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

17

sedikit menurunkan glukosa darah daripada intensitas sedang.16

Hal ini

disebabkan peningkatan jumlah hormon katekolamin dan growth hormone

yang lebih besar pada intensitas berat, dapat meningkatkan gula darah. 17

Untuk menilai keberhasilan terapi yang diberikan kepada pasien DM,

diperlukan indikator yang jelas. Oleh karena itu konsensus 2011 mengeluarkan

tabel kriteria pengendalian DM sebagai berikut :

Tabel 2.6 Target Pengendalian DM 3

Parameter Risiko KV (-) Risiko KV (+)

IMT ( kg/m2) 18,5 - <23 18,5 - < 23

Tekanan darah sistolik (mmHg) < 130 < 130

Tekanan darah diastolik (mmHg) < 80 < 80

Glukosa darah puasa (mg/dL) < 100 < 100

Glukosa darah 2 jam PP (mg/dL) < 140 < 140

HbA1c (%) < 7 < 7

Kolesterol LDL (mg/dL) < 100 < 70

Kolesterol HDL (mg/dL) Pria > 40

Wanita > 50

Pria >40

Wanita > 50

Trigliserid (mg/dL) < 150 < 150

Jika terapi non farmakologis tidak berhasil mencapai target pengendalian,

maka diberikan terapi farmakologis yang diberikan bersamaan dengan terapi

non farmakologis. Terapi farmakologis tersebut terdiri dari obat yang

berbentuk oral ataupun suntikan.

a. Obat glikemik oral

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:

1. Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue) : sulfonilurea dan glinid

2. Peningkat sensitivitas terhadap insulin : metformin dan tiazolidindion

3. Penghambat glukoneogenesis : metformin

4. Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa

5. Dipeptidyl peptidase (DPP – IV) inhibitor

Page 28: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

18

b. Obat hipoglikemik suntikan

Insulin

Agonis glucagon-like peptide-1(GLP-1) 3

2.6 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan

dan mengeluarkan tenaga atau energi. Aktivitas fisik berperan dalam

mengontrol gula darah tubuh dengan cara mengubah glukosa menjadi

energi.18

Selain itu, ada juga yang mendefinisikan aktivitas fisik adalah semua

gerakan tubuh yang membakar kalori, misalnya menyapu, naik turun tangga,

menyetrika, berkebun, dan berolahraga. Olahraga aerobik yang mengikuti

serangkaian gerakan berurutan. Sedangkan menurut Baecke et al 1982 bahwa

aktivitas fisik merupakan aktivitas sehari-hari yang meliputi kegiatan waktu

belajar, kegiatan berolahraga dan kegiatan waktu luang yang diukur dengan

skor yang telah ditetapkan.

Terdapat beberapa cara penggolongan aktivitas fisik, salah satunya

menggunakan metode Baecke et al 1982, yang dikategorikan menjadi 3,

yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pengkategorian ini dilakukan berdasarkan

nilai indeks aktivitas yang dihitung dari hasil akumulasi semua pertanyaan

yang diberikan dalam kuesioner Baecke et al 1982. 19

Indeks aktivitas fisik

baecke et al 1982, yaitu :

1. Aktivitas ringan, dengan indeks ≤ 6,5

2. Aktivitas sedang, dengan indeks 6,6 – 9,5

3. Aktivitas berat, dengan indeks > 9, 5 24

Tidak semua individu akan melakukan kadar latihan fisik yang sama,

sehingga latihan fisik pun dibagi sesuai intensitasnya. Intensitas latihan fisik

didasarkan besar energi yang digunakan dalam latihan tersebut.19

Berbagai

macam pengukuran dilakukan untuk menilai apakah intensitas yang

dilakukan seseorang tergolong dalam kategori ringan, sedang, atau berat.

Pengukuran intensitas latihan dilakukan dengan beberapa macam cara yaitu

skala Metabolic equivalents (METS), maximum heart rate (HRmax), heart rate

reserve (HRR), dan VO2max.

Page 29: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

19

METs menjadi parameter untuk menentukan aktifitas mulai dari

sedentary seperti duduk atau istirahat yang setara dengan 1 MET atau 3,5 ml

O2/kgBB/min sampai aktifitas ekstrim yang berintensitas tinggi seperti pada

atlet yang mencapai 9 sampai 20 MET.20

Sedangkan untuk energi yang

dikeluarkan pada aktifitas bisa diketahui dengan oksigen yang digunakan

(O2/kgBB/min) dikali 3,5.21

Frekuensi nadi maksimum dinilai dengan cara 220–usia20

. Frekuensi nadi

HRmax dilakukan tepat setelah individu melakukan latihan fisik. Misalnya

pada seorang yang berusia 20 tahun, HRmax nya adalah 200 kali per menit.

Untuk menghitung HRR, harus dihitung dulu nadi pasien ntuk

mengetahui resting HR. Penghitungan HRR dengan cara HRR = HRmax –

resting HR. Misalnya pada seorang yang berusia 21 tahun dengan HRmax 199

kali per menit, dan resting HR nya adalah 85 kali per menit, HRRnya adalah

114.20

VO2max menggambarkan jumlah oxigen yang digunakan seseorang untuk

menghasilkan ATP dalam satu menit. VO2max hasil dari integrasi sistem

respirasi, kardiovaskular, dan neuromuskular.22

2.7 Aktivitas Fisik Sebagai Terapi Diabetes Melitus Tipe 2

Aktivitas fisik merupakan intervensi yang baik untuk meningkatkan

aksi insulin pada homeostasis glukosa pada individu sehat dan individu yang

memiliki resistensi insulin seperti pasien DM melitus tipe 2. Efek aktivitas

fisik yang menguntungkan ini disebabkan oleh adanya peningkatan aksi

insulin dalam ambilan glukosa di otot rangka sehingga dapat menyebabkan

penurunan kadar glukosa plasma. 25

Adaptasi otot skelet pada aktivitas fisik salah satunya peningkatan efek

hemodinamik insulin. Aktivitas fisik menyebabkan perubahan pada ekspresi

atau aktivitas protein yang terlibat pada metabolisme glukosa pada otot

rangka tikus dan manusia. Walaupun hanya terdapat beberapa observasi yang

dilakukan pada otot manusia, sinyal insulin yang dapat menstimulasi

pengambilan glukosa dapat meningkat pada beberapa kondisi aktivitas fisik.

Page 30: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

20

Aktivitas fisik siklus pendek dapat meningkatkan insulin-stimulated

phosphatidylinositol 3-kinase (PI3-K) activity.23

2.8 Manfaat Aktivitas Fisik Sebagai Terapi Diabetes Melitus Tipe 2

Manfaat dari aktivitas fisik yang dimediasi oleh (AMP-dependent protein

kinase) AMPK adalah yang menghasilkan peningkatan penyerapan glukosa

dan glukosa transporter translokasi. AMPK dianggap sebagai sensor pusat

energi intraseluler yang diaktifkan oleh peningkatan AMP intraselular. Sebuah

AMP analog yang stabil 5-amino-4-imidazol karboksamida ribotide (ZMP)

dapat dihasilkan secara intraseluler dari 5-aminoimidazole-4-carboxamide

ribonucleoside (AICAR) yang mengaktifkan AMPK dalam sel sehingga

menyebabkan peningkatan fosforilasi substrat yang diketahui untuk AMPK

beserta 3-hydroxy-3-methylglutaryl CoA, asil-CoA karboksilase dan creatine

kinase.26

Manfaat yang kedua dari aktivitas fisik adalah peningkatan besar dalam

sensitivitas transpor glukosa akibat stimulasi insulin. Efek ini disebabkan

translokasi berlebih transporter glukosa GLUT-4 ke permukaan sel untuk

setiap dosis tertentu insulin. Namun mekanisme seluler yang dapat

menyebabkan hal ini masih belum diketahui secara pasti. Oleh sebab itu

beberapa studi memaparkan tahapan pengaktifan sinyal aktivasi insulin

disebabkan teraktivasinya PI3-K. Hal ini didukung tidak adanya perubahan

insulin dalam mengikat reseptor, namun adanya insulin stimulasi reseptor

aktivitas tyrosine kinase, peningkatan insulin-dirangsang fosforilasi tirosin dari

IRS1, atau PI activity 3-kinase terkait dengan IRS1.26

2.9 Aspek Molekuler Pengaruh Aktivitas Fisik Sebagai Terapi Diabetes

Melitus Tipe 2

Respon peningkatan transpor glukosa akan terjadi pada aktivitas otot

yang mengalami kontraksi, hal ini mungkin dimediasi oleh berbagai macam

sinyal intramyocellular, meliputi teraktivasinya AMPK, Akt phosphorylation,

produksi NO, dan mekanisme chalsium-mediated meliputi CaMK dan PKC.

Efek sensitisasi insulin dari aktivitas akut hanya berlangsung singkat selama 48

Page 31: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

21

jam jika tidak dibarengi dengan aktivitas lain. Namun, pada aktivitas dalam

jangka waktu lama dapat menginduksi peningkatan sensitivitas insulin otot

ditunjukkan oleh peningkatan ekspresi atau aktivitas sinyal-sinyal protein yang

mempengaruhi regulasi ambilan glukosa otot rangka. Hal ini mungkin

disebabkan aktivitas pada orang sehat dan resistensi insulin otot rangka dapat

meningkatkan ekspresi protein GLUT-4.27

Gambar 4 Upregulation Insulin Oleh Sinyal Sinyal Protein

Sumber : Physical Activity And Type 2 Diabetes : Therapeutic Effect And Mechanisms Of

Action 2008

Page 32: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

22

2.10 Kerangka Teori

Pilar Program

Tatalaksana

Hiperglikemik

Keluhan Klasik (poliuria,

polidipsia, polifagia).

Diabetes melitus

GDS ≥ 200 mg/dL atau GDP

≥ mg/dL atau TTGO ≥ 200

mg/dL

Intervensi

farmakologis

Edukasi Terapi gizi medis Aktivitas fisik

Karbohidrat 55 – 65%

Protein 10 – 15%

Lemak 9 kilokalori

Defisiensi

insulin

Resistensi

insulin

Sulfonylurea Metformin

Kronik

Rekrutmen GLUT - 4

ke permukaan sel

Menunda

T2DM pada

yang

mempunyai

faktor

resiko

tinggi

Akut

AMP activated kinase

(AMP-dependent

protein kinase) Teraktivasinya

phosphatidylinositol 3-

kinase (PI3-K) Keterangan :

Faktor yang di teliti: →

Faktor Perancu : -------›

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara

Ukur

Hasil Ukur Skala

1 Diabetes Suatu kelompok Rekam Baca Ya Ordinal

Penurunan kadar gula darah Pencegahan DM

tipe 2

Page 33: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

23

2.11 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Aktivitas Fisik Kadar Gula Darah Puasa

DM tipe 2

Edukasi

Terapi Nutrisi

Terai Farmakologi

Keterangan :

Faktor yang di teliti: →

Faktor Perancu : -------›

Page 34: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

24

2.12 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara

Ukur

Hasil Ukur Skala

1 Diabetes

melitus tipe

2

Suatu kelompok

penyakit

metabolik dengan

karakteristik

hiperglikemia

yang terjadi

karena kelainan

sekresi insulin,

kerja insulin, atau

kedua-duanya.28

Rekam

medik

Baca Ya

Tidak

Ordinal

2 Aktivitas

fisik

Kegiatan aktivitas

responden yang

dilakukan sehari-

hari oleh

responden yang

diukur dengan

indeks aktivitas

baecke

Kuesioner

baecke et al

Wawa

ncara

Ringan = ≤

6,5

Sedang =

6,6 – 9,5

Berat = >

9,5 24

Ordinal

3 Gula Darah

Puasa

Konsentrasi gula

darah pasien yang

telah berpuasa

selama 8-10 jam

sebelum

pemeriksaan

Rekam

medis

Baca Normal <

100 mg/dL

Tidak

normal ≥

100 mg/dL 3

Ordinal

Page 35: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang analitik. Desain

penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan gula darah

pada pasien DM tipe 2 di RSUD Cilegon dalam waktu yang bersamaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada periode Januari sampai Mei 2013. Sampel

diambil dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilegon.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang dijadikan objek penelitian adalah pasien rawat jalan yang

berada di poliklinik penyakit dalam RSUD Kota Cilegon yang memenuhi kriteria

inklusi.

3.4 Jumlah sampel

Peneliti menggunakan rumus besar sampel rumus analitik kategorik tidak

berpasangan 29

√ √

Jika Z-alpha 5 % dan Z-beta 90 % nilai proporsi orang yang DM dengan

aktivitas fisik rendah sebesar 51,1% dan nilai P2 sebesar 77% 30

maka

perhitungan besar sampel responden adalah 70 sampel. Maka:

⌈ √ √

N

Page 36: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

26

3. 5 Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan

Bersedia menjadi responden

Responden berada di tempat ketika pengambilan data

b. Kriteria eksklusi

Penderita DM tipe 1

Penderita diabetes gestasional

Pasien dengan indeks aktivitas berat

3.6 Alat dan Bahan

1. Alat

Kuesioner Baecke et al 1982

2. Bahan

Pasien DM tipe 2

3.7 Cara Kerja

Perizinan kepada Direktur RSUD Kota Cilegon

Diseleksi berdasarkan kriteria

inklusi dan eksklusi (82 pasien)

Diberikan Kuesioner

Dihomogenkan dengan faktor

perancu ( 20 pasien )

Analisis Data

Diambil data dari Rekam Medik :

Data Gula Darah Puasa (GDP)

Aktivitas Ringan Aktivitas Sedang

Kesimpulan

Pasien DM tipe 2 di RS Cilegon

Page 37: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

27

3.8 Variabel

Variabel bebas

Aktivitas fisik

Variabel terikat

Kadar gula darah puasa pada pasien DM tipe 2

Penelitian ini menggunakan metode variabel bivariat yang terdiri dari

aktivitas fisik sebagai variabel terikat dan kadar gula darah pada penderita

DM tipe 2 sebagai variabel independen.

3.9 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan peneliti dengan menggunakan metode

consecutive sampling untuk menentukan sampel dari populasi yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampai jumlah yang diinginkan

terpenuhi yaitu 70 pasien. Namun apabila sampai tenggang waktu penelitian

yang telah ditetapkan peneliti yaitu dari bulan Januari sampai Mei 2013

belum memenuhi sampel, maka menggunakan sampel yang didapatkan

sampai bulan Mei 2013. Kriteria yang dimaksud adalah pasien DM tipe 2

yang berobat di poliklinik penyakit dalam RSUD Kota Cilegon.

3.10 Managemen Data

Pengolahan data

Pengolahan data penelitian menggunakan SPSS, yaitu melakukan

pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi angka-angka

atau kode-kode tertentu yang telah disepakati terhadap data rekam medis

maupun kuesioner (coding), kemudian memasukkan data rekam medis dan

kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel

sehingga menjadi suatu data dasar (entry) dan menggolongkan, mengurutkan,

serta menyederhanakan data, sehingga mudah dibaca dan diinterpretasi

(cleaning).

Analisis data

Analisis data dilakukan setelah mendapatkan data dasar (aktivitas fisik

dalam kategori ringan dan sedang) dari proses pengolahan data dan akan

Page 38: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

28

dianalisis terhadap kadar gula darah puasa pasien serta dilakukan pengujian

hipotesis menggunakan metode chi square. Nilai akan dikatakan bermakna

secara statistik bila didapatkan nilai p < 0,05. Namun bila tidak memenuhi

syarat, menggunakan uji alternatif yaitu likelihood ratio atau fisher’s test.

Page 39: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner Baecke et al 1982

pada pasien DM tipe 2 yang berobat ke poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota

Cilegon sejak bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Mei 2013 dan melihat

rekam mediknya untuk mencari data nilai kadar gulah darah puasa (GDP) .

Penelitian dilakukan dengan metode consequtive sampling. Total sampel yang

diambil berdasarkan rumus besar hitung sampel sebanyak 70 sampel disertai

penambahan 10% untuk menanggulangi bila ada yang dieksklusi. Selama

penelitian sudah didapatkan 82 sampel, namun setelah dieksklusi yang memenuhi

kriteria hanya 20 sampel.

4.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi

pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Selanjutnya

hasil analisis univariat akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini:

4.1.1 Gambaran Jenis Kelamin Pasien DM Tipe 2

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 9 45 %

Perempuan 11 55 %

Total 20 100 %

Pada tabel 4.1.1 bisa kita lihat pasien DM tipe 2 yang laki-laki

berjumlah 9 pasien (45 %), dan yang perempuan berjumlah 11 pasien (55

%). Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadyah dkk di

RSU Manado didapatkan jumlah pasien DM tipe 2 dengan jenis kelamin

perempuan sebanyak 78 pasien (58 %) dan laki-laki sebanyak 60 pasien ( 43

%). 31

Page 40: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

1

4.1.2 Gambaran Usia Pasien DM Tipe 2

Usia Jumlah Persentase (%)

20-44 5 25 %

45-64 12 60 %

> 65 3 15 %

Total 82 100 %

Pada tabel 4.1.2 bisa kita lihat bahwa pasien yang berusia 20-44 tahun

berjumlah 5 pasien (25%), dengan usia 45 – 64 tahun berjumlah 12 pasien

(60%), dan usia > 65 tahun berjumlah 3 pasien (15%). Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari global prevalence of diabetes bahwa pada negara

berkembang prevalensi tertinggi DM tipe 2 terjadi pada rentan usia 45-64

tahun.32

4.1.3 Gambaran Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2

Variabel Jumlah Persentase (%)

Kadar gula darah puasa

Tidak normal 18 90

Normal 2 10

Jumlah 20 100

Pada tabel 4.1.3 bisa kita lihat bahwa kadar gula darah dari pasien yang

masuk kriteria tidak normal ( ≥ 100 mg/dL) yaitu sebanyak 18 orang pasien

dari 20 pasien, sedangkan pasien yang masuk kriteria normal ( < 100 mg/dL)

sebanyak 2 orang pasien. Hasil ini menunjukkan bahwa memang rata-rata

gula darah puasa pasien pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Cilegon belum

terkontrol. Sesuai dengan konsensus 2011 yang menyatakan dari 2/3 pasien

yang terdiagnosis DM yang menjalani pengobatan, hanya 1/3 yang terkendali

gula darahnya 3. Dan juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Rachmawati, dkk di Makassar tahun 2011 didapatkan pasien DM tipe 2

dengan kadar gula darah tidak terkontrol sebanyak 71,4 % pasien, sedangkan

yang terkontrol sebanyak 28,6 % pasien. 6

Page 41: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

2

4.1.4 Gambaran Aktivitas Fisik Pasien DM Tipe 2

Variabel

Aktivitas fisik

Jumlah Persentase (%)

Ringan 8 40

Sedang 12 60

Jumlah 20 100

Aktivitas fisik merupakan salah satu tatalaksana terapi DM dari segi non

farmakologis yang dianjurkan 3,8

. Berdasarkan tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa

dari total 20 sampel yang telah mengisi kuesioner untuk dinilai aktivitas

fisiknya. Mendapatkan jumlah pasien yang termasuk dalam kategori aktivitas

fisik ringan sebanyak 8 pasien (40%) dari 20 pasien, sedangkan yang termasuk

dalam kategori aktivitas fisik sedang sebanyak 12 pasien (60 %) dari 20 pasien.

Hasil ini sesuuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani tahun 2012

mengenai aktivitas fisik masyarakat di kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon

mendapatkan hasil dari 500 responden, terdapat 369 (73,8%) memiliki aktivitas

sedang, dan 107 (21,4%) responden memiliki aktivitas ringan. 33

Hal ini menunjukkan pengelolaan tata laksana dari segi non-farmakologis

terutama aktivitas fisik pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Cilegon masih

perlu ditingkatkan guna mencapai target pengendalian DM 3. Hal ini telah

dilaksanaakan sejak seabad yang lalu oleh dokter dari Dinasti Sui di China .8

Page 42: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

3

4.1.5 Gambaran Proporsi Kadar Gula Darah Puasa Dan Aktivitas Fisik

Pada Pasien DM Tipe 2

Kategori aktivitas fisik GDP Total

Tidak normal

(%)

Normal (%)

Ringan 8

100%

0

0%

8

100%

Sedang 10

83,3%

2

16,7%

12

100%

Proporsi orang yang melakukan aktivitas fisik ringan dengan GDP tidak

normal sebesar 100%, dan orang yang melakukan aktivitas ringan dengan GDP

normal sebesar 0%. Sedangkan untuk orang yang melakukan aktivitas fisik

kategori sedang, yang GDPnya dalam kategori tidak normal memiliki nilai

proporsi 83,3%, dan sebesar 16,7% untuk yang GDP-nya normal.

4.2 Analisis Bivariat

4.2.1 Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pasien

DM Tipe 2

Aktivitas

fisik

Kadar gulah darah puasa (GDP) Total

N (%)

P-value

Tidak normal N

(%)

Normal N (%)

Ringan 8 (100%) 0 (0%) 8 (40%) O,495

Sedang 10 (83,3%) 2 (16,7%) 12 (60%)

Total 18 (90%) 2 (10%) 20 (100%)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 18 pasien (90%) yang gula

darah puasa (GDP) nya tidak normal, didapatkan 8 pasien (100%) dengan

aktivitas fisik ringan, dan 10 pasien (83,3%) dengan aktivitas sedang.

Sedangkan pasien yang gula darah puasa (GDP) nya normal didapatkan

sebanyak 2 pasien (10%), yang keduanya dengan aktivitas sedang. Dari hasil

Page 43: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

4

uji antara aktivitas fisik (ringan dan sedang) dengan kontrol gula darah puasa

(GDP) menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p (0,495), yang berarti nilai

p lebih dari 0,05. Sehingga menurut diagnosis statistik dapat disimpulkan

bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan terhadap kadar gula darah puasa

(GDP) pasien DM tipe 2 yang berada di RSUD Kota Cilegon. Meskipun bila

dilihat lebih teliti lagi pada tabel 4.2.1, berdasarkan diagnosis klinis terdapat

hubungan antara aktivitas fisik terhadap kadar gula darah puasa oleh adanya 2

pasien dengan aktivitas sedang yang GDP nya masuk dalam kategori normal.

Dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha meminimalisir faktor-faktor

yang menjadi perancu dalam penelitian ini dengan cara menghomogenkan

terapi farmakologis serta diet seluruh pasien, sehingga hanya aktivitas fisik

yang menjadi variabel bebasnya. Namun, hal ini belum menunjukkan hasil

yang bermakna. Mungkin disebabkan juga penatalaksanaan DM yang telah

dilakukan di RSUD Kota Cilegon yang tergolong kategori sangat kurang.

Dikarenakan berdasar tabel 4.1.3, menggambarkan hanya terdapat 2 pasien

DM tipe 2 dari 20 pasien yang peneliti dapatkan di RSUD Kota Cilegon yang

GDP nya dalam kategori normal. Serta jumlah pasien yang peneliti dapatkan

terlalu sedikit sehingga menyebabkan data yang didapatkan kurang variatif.

Hasil ini juga tidak sesuai dengan dasar teori yang menyatakan selama

aktivitas fisik terjadi peningkatan masukan glukosa ke otot dikarenakan adanya

insulin independent yang mempengaruhi terjadinya peningkatan jumlah

transporter GLUT-4 pada membran sel. Dan terjadi selama beberapa jam

setelah aktivitas atau lebih panjang lagi disertai peningkatan sensitivitas insulin

dengan aktivitas yang tetap.34

penelitian ini bertentangan dengan William yang

menerangkan bahwa aktivitas fisik dengan dimediasi oleh AMP-dependent

protein kinase (AMPK) menghasilkan peningkatan penyerapan glukosa serta

peningkatan sensitivitas transpor glukosa yang disebabkan oleh translokasi

berlebih transporter GLUT-4 ke membran sel untuk setiap dosis tertentu insulin

26. Penelitian ini tidak bisa menggambarkan pernyataan Konsensus 2011 yang

menjadikan aktivitas fisik terutama kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan

jasmani secara teratur sebagai salah satu pilar penatalaksanaan diabetes melitus

tipe 2.

Page 44: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

5

4.3 Keterbatasan penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang yang hanya

menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen

pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab

akibat.

2. Penelitian ini menggunakan indikator GDP untuk menilai kadar gula darah

pasien DM, yang sebenarnya untuk kontrol Gula Darah yang lebih baik

menggunakan kadar HBA1c dikarenakan dapat menggambarkan kadar

gula darah pasien dengan rentang waktu lebih lama.35

3. Peneliti menggunakan cara pengambilan sampel consequtive sampel yang

dibatasi oleh waktu penelitian selama bulan Januari sampai Mei 2013.

Meskipun telah didapatkan 80 pasien sesuai dengan besar sampel

penelitian, namun hanya terdapat 20 pasien yang memenuhi kriteria.

Sehingga jumlah sampel hanya 20 orang.

4. Penilaian aktivitas fisik pada penelitian ini menggunakan perhitungan

Baecke et al 1982 yang dipresentasikan dalam bentuk nilai. Maka hal ini

kurang memperhatikan berapa besar kalori yang dilakukan pada setiap

aktivitasnya, oleh sebab itu masih belum memperhitungkan besaran kalori

yang dipergunakan setiap aktivitas yang dilakukan.

Page 45: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

6

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

a) Dari total 20 pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Cilegon, didapatkan pasien

yang dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 9 pasien (45%) dan yang

perempuan berjumlah 11 pasien (55 %).

b) Dari total 20 pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Cilegon, didapatkan pasien

yang berusia 20-44 tahun berjumlah 5 pasien (25%), usia 45–64 tahun

berjumlah 12 pasien (60%), dan usia > 65 tahun berjumlah 3 pasien (15%).

c) Dari total 20 pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Cilegon, didapatkan 18

orang pasien yang pengendalian gula darah puasanya tidak normal (≥ 100

mg/dL) dan 2 orang pasien yang normal (< 100 mg/dL).

d) Dari total 20 pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Cilegon, didapatkan

sebanyak 8 orang pasien (40 %) aktivitas fisiknya tergolong dalam

kategori ringan, dan sebanyak 12 orang pasien (60 %) tergolong kategori

sedang.

e) Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik dengan

kadar gula darah puasa, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2 di

RSUD Kota Cilegon (p=0,495). Namun terlihat adanya pengaruh aktivitas

fisik terhadap GDP yang dinyatakan adanya 2 pasien dengan aktivitas

sedang mempunyai GDP dalam kategori normal.

5.2 Saran

a) Masyarakat Umum

Untuk pengendalian DM tipe 2, disarankan kepada pasien untuk lebih

memperhatikan aspek terapinya baik yang berupa non farmakologis dan

farmakologis. Sehingga apabila mendapatkan terapi dari tenaga kesehatan

ataupun rumah sakit setempat dilaksanakan dengan baik.

Page 46: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

7

b) Rumah Sakit

Memperhatikan target pengelolaan terapi DM, sehingga pasien yang

beobat ke rumah sakit dapat memenuhi kriteria pengelolaan berdasarkan

target yang telah dicanangkan oleh PERKENI dalam konsensus 2011. Dari

data yang didapatkan mencapai 90% pasien DM tipe 2 tidak terkontrol,

seyogyanya dilakukan evaluasi ulang terhadap terapi baik itu farmakologis

dan non farmakologis yang telah dilaksanakan guna mencapai target

pengendalian DM yang tertuang dalam konsensus 2011.

c) Peneliti

Penelitian tentang hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa

(GDP) sebaiknya menggunakan studi kohort, karena studi kohort

merupakan metode yang paling baik dalam menerangkan dinamika

hubungan antara faktor dependen yang diteliti dengan efek secara

temporal.

Page 47: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

8

Daftar Pustaka

1. Purnamasari Dyah. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam Buku

Ajar Ilmu Penyakit dalam . Jilid III. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2009. hal. 1882.

2. Diunduh dari WHO http:/ /www.who.int/ mediacentre/ factsheets/ fs312/ en/

index.html pada tanggal 17 Desember 2012.

3. PERKENI. Buku Pedoman Konsensus Pengelolahan dan Pencegahan Diabetes

Melitus Tipe 2 di Indonesia. PERKENI: Indonesia. 2011.

4. Suyono S. Diabetes mlelitus di Indonesia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009. hal. 1873.

5. Yoga A, Utomo S. Hubungan Antara 4 Pilar Pengelolaan Diabetes Melitus

Dengan Keberhsilan Pengelolaan Diabetes melitus Tipe 2. Program Pendidikan

Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro tahun 2011

Diunduh Tanggal 18 Februari 2013.

6. Rachmawati, Syam Aminuddin, Kidayati Healty. Pola Makan Dan Aktivitas

Fisik Dengan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat

Jalan di RSUP Dr WAHIDIN SUDIROHUSODO Makassar. Media Gizi

Masyarakat Indonesia. Vol 1. Agustus 2011 : hal. 52-58.

7. Gustaviani Reno. Nefropati Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI. 2009. hal. 1943.

8. Yunir E, Soebardi S. Terapi Non Farmakologis Pada Diabetes Melitus dalam

Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2009. hal. 1891.

9. Kee, Joyce Le Fever. Glukosa : Gula Darah Puasa (FBS) ; Gula Darah

Postprandial (PPBS) Dalam Buku Pemeriksaan Laboratorium & Diagnosistik

Dengan Implikasi Keperawatan. Ed 2. Jakarta . EGC. 1997. hal. 106.

10. Molina, Patricia E. Endocrine Pancreas Dalam Buku Endocrine Physiology.

Third Edition. Louisiana USA : Mc-Graw-hill Companies. 2010. Chapter 7.

Page 48: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

9

11. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, et al. Diabetes Mellitus Dalam Harrison’s

Principles of Internal Medicine. 18th

ed. USA : Mc Graw Hill Company. 2012

Chapter 334.

12. Salzler Michael J C, Crowford James M, Kumar V. Pankreas Dalam Robbins

Buku Ajar Patologi. Vol 2. Edisi 7. Jakarta : EGC. 2007. hal. 718.

13. Fathoni. Penurunan Glukosa Darah Postprandial Pada Latihan Fisik Intensitas

Ringan Durasi 30 Menit Dan Intensitas Sedang Durasi 10 Menit Pada Penderita

Diabetes Melitus. Surabaya : Airlangga University Library. 2008.

14. Cooper DM, Bartow TJ, Lee WN, Bersgner R. 1989. Blood Glucose Turnover

Durung Hight And Low Intensity Exercise. Am J Physiol Endocrinol Metab

257:E405-E412, American Physiological Society.

15. Henriksen EJ. Exercice Effect Of Molecule Insulin Signalling And Action

Invited Review : Effect Of Acut Exercise And Exercuse Training On Insulin

Resistance. J Appl physiology 93:788-796. 2002 department of

physiology,University of Arizona College of Medicine.

16. Guelfi KJ, ratnam N, Smythe GA, Jones TW, Fournier PA, 2007. Effect Of

Intermittent High-Intensity Compared With Continous Moderate Exercise On

Glucose Production And Utilization In Individuals With Type 1 Diabetes. AM J

Physiol Endocrinol Metab 292: E865-E870, 2007.

17. Molina, Patricia E. Adrenal Gland Dalam Buku Endocrine Physiology. Third

Edition. Louisiana USA : Mc-Graw-hill Companies. 2010. Chapter 6.

18. Direktorat pengendalian penyakit tidak menular. Direktorat jenderal

pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan ( DITJEN PP & PL)

Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Resiko Diabetes

Melitus. 2008.

19. The President’s Council on Physical Fitness and Sports – Publications.

President’s Council on Fitness, Sports & Nutrition. Diunduh 14 September 2013,

dari http://www.fitness.gov/fitness .html

20. Kevin N, Lynda N, Daryl S. . Position Statement on Physical Activity and

Exercise Intensity Terminology 2009; 13(2010): 496-502.

Page 49: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

10

21. Jette M, Sidney K, Blumchen G. . Clinical CardiologyMetabolic equivalents

(METS) in Exercise Testing, Exercise Prescription, and Evaluation of

Functional Capacity 1990; 13(8): 555-65.

22. Victor LK., William D McArdle., Frank IK.,Measuring and Evaluating Human

Energy-Generating Capacities During Exercise in Essentials of Exercise

Physiology. Fourth edition. 2011. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

23. Frosig, C. Dkk. Effect Of Endurance Exercise Training On Insulin Signaling In

Human Skeletal Muscle. Diabetes. Vol 56. Agustus 2007.

24. Rira. Wahdani M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Lebih

Pada Polisi Di Kepolisian Resort Kota Bogor Tahun 2010. Jakarta : FKIK UIN

Jakarta. 2010.

25. Bawono, MN. Kontrol Hormon Insulin Dan Glukagon Dalam Perubahan

Metabolisme Selama Latihan di unduh Tanggal 25 Mei 2013.

26. Hansen PA, Nolte LA, Chen MM, Holloszy JO: Increased GLUT-4

Translocation Mediates Enchanced Insulin Sensitivity Of Muscle Glucose

Transport After Exercise. J Appl Physiol 1998;85:1218.

27. John A Hawley, Juleen R Zierath. Physical Activity And Type 2 Diabetes:

Therapeutic Effect And Mechanisms Of Action. 2008. hal.204.

28. Schteingart, David E. Pancreas : Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus

dalam Buku Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Jilid 2. Ed 6.

Jakarta : EGC. 2003 hal. 1260.

29. Dahlan MS. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian

Kedokteran Dan Kesehatan. Ed 2. Jakarta: Salemba Medika: 2009. hal. 43.

30. Ni Komang W. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Kejadian Diabetes

Melitus ( DM) Tipe 2. Jurnal Husada. Vol 6 No. 1 2009:59-64.

31. Fitriyani. Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan

Citangkil Dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak Kota Cilegon. FKM UI . 2012

32. Ganong William F, Review of medical Physiology, 22nd edition, United state of

America, The Mcgraw-Hill companies : 2005.

33. Ramadhanisa, Aqsha L, TA. Mayasari, Diana. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan

Kadar HBA1C Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Laboratorium Patologi Klinik

Page 50: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

11

RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Medical Journal Of Lampung

University. Vol 2. No 4 Februari. 2013.

34. Awad N, Langi A Y, Pandelaki K. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes

Melitus Tipe II di Poliklinik Endokrin Bagian / SMF FK-UNSRAT RSU Prof.

Dr. R. D. KANDOU MANADO Periode Mei 2011 – Oktober 2011. Journal e-

Biomedik ( eBM). Vol 1. No 1. Maret 2013. hal 45.

35. Wild sarah, Roglic gojka, Green anders, Sicree richard, King hilary. Global

Prevalence of Diabetes Estimates for The Year 2000 and Projections for 2030.

Diabetes Care. Vol 27. No 5. May. 2004.

Page 51: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

12

Lampiran Hasil Perhitungan SPSS 16.0 for window

Uji Chi Square

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kat_GDP * kat_aktfis 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

kat_GDP * kat_aktfis Crosstabulation

kat_aktfis

Total

ringan sedang

kat_GDP Normal Count 0 2 2

Expected Count .8 1.2 2.0

% within kat_GDP .0% 100.0% 100.0%

tidak normal Count 8 10 18

Expected Count 7.2 10.8 18.0

% within kat_GDP 44.4% 55.6% 100.0%

Total Count 8 12 20

Expected Count 8.0 12.0 20.0

% within kat_GDP 40.0% 60.0% 100.0%

Page 52: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

13

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.481a 1 .224

Continuity Correctionb .208 1 .648

Likelihood Ratio 2.190 1 .139

Fisher's Exact Test .495 .347

Linear-by-Linear Association 1.407 1 .235

N of Valid Casesb 20

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,80.

b. Computed only for a 2x2 table

Tabel Kadar Gula Darah Puasa

Frequencies

kat_GDP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Normal 2 10.0 10.0 10.0

tidak normal 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Page 53: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

14

Tabel Aktivitas fisik

Frequencies

kat_aktfis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ringan 8 40.0 40.0 40.0

Sedang 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Page 54: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

15

Lembar Kuesioner

Kuesioner Aktivitas Fisik Pada Pasien DM Tipe 2 di RSUD Cilegon

Nama Pasien :

No. Pertanyaan Respon Penilaian (V)

1 Apa pekerjaan utama anda Menulis, mengemudi,

panjang toko,

mengajar, belajar, ibu

rumah tangga, praktisi

kesehatan

Kerja pabrik,

pertukangan kayu dan

pertanian

Pekerjaan dermaga,

pekerjaan kontruksi,

olahraga profesial

2 Ditempat kerja, seberapa

banyak anda duduk?

Tidak pernah

Jarang

Kadang – kadang

Sering

Selalu

3 Ditempat kerja, seberapa

banyak anda berdiri?

Tidak pernah

Jarang

Kadang – kadang

Sering

Selalu

4 Ditempat kerja, seberapa

banyak anda berjalan?

Tidak pernah

Jarang

Kadang – kadang

Sering

Selalu

5 Ditempat kerja, berapa kali Tidak pernah

Page 55: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

16

anda mengangkat benda

berat?

Jarang

Kadang – kadang

Sering

Selalu

6 Setelah bekerja, apakah anda

merasa lelah?

Sangat sering

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

7 Di tempat kerja, apakah

anda berkeringat?

Sangat sering

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

8 Bila dibandingkan, orang

yang sebaya dengan saya,

pekerjaan saya termasuk?

Lebih sangat berat

Lebih berat

Sama berat

Lebih ringan

Lebih sangat ringan

9 Bila dibandingkan orang

yang sebaya dengan saya,

aktivitas saya selama waktu

lenggang?

Sangat lebih banyak

Lebih banyak

Sama banyak

Kurang

Sangat kurang

10 Selama waktu senggang,

apakah anda berkeringat?

Sangat sering

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

11 Selama waktu senggang,

apakah anda berolahraga?

Tidak pernah

Jarang kadang –

Page 56: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

17

kadang

Sering

Selalu

12 Apakah anda berolahraga? Ya

Tidak

Data olahraga tersering :

Termasuk apakah olahraga

tersering yang anda

lakukan?

Intensitas rendah

Intensitas medium

Intensitas tinggi

Berapa jam anda

berolahraga dalam seminggu

< 1 jam

1 – 2 jam

2 – 3 jam

3 – 4 jam

>4 jam

Berapa bulan anda

berolahraga dalam setahun?

< 1 bulan

1 – 3 bulan

4 – 7 bulan

7 – 9 bulan

>9 bulan

17 Selama waktu senggang,

apakah anda menonton

televisi?

Tidak pernah

Jarang

Kadang – kadang

Sering

Sangat sering

18 Selama waktu senggang,

apakah anda berjalan –

jalan?

Tidak pernah

Jarang

Kadang – kadang

Sering

Sangat sering

19 Selama waktu senggang, Tidak pernah

Page 57: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

18

apakah anda bersepeda? Jarang

Kadang – kadang

Sering

Sangat sering

20 Berapa menit anda

berjalan/bersepeda per hari

ke dan dari bekerja, sekolah,

berbelanja?

5 menit

5 – 15 menit

15 – 30 menit

30 – 45 menit

>45 menit

Page 58: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

19

Lampiran Daftar Pasien

No Nama

Usia

Jenis Kelamin GDP

Aktivitas

Fisik Kriteria

1 Tt 55 Laki laki 143 8 Sedang

2 Mr 40 Perempuan 460 6 Ringan

3 Kr 50 Perempuan 402 6 Ringan

4 Jf 34 Laki laki 160 6,25 Ringan

5 Rg 54 Perempuan 83 7 Sedang

6 Mt 65 Laki laki 122 7 Sedang

7 Sh 53 Laki laki 178 8 Sedang

8 Mh 40 Perempuan 169 6 Ringan

9 Bd 70 Laki laki 388 6,5 Ringan

10 Kt 50 Perempuan 245 7,5 Sedang

11 Iy 52 Perempuan 161 7,5 Sedang

12 Jp 34 Perempuan 159 5,25 Ringan

13 Am 45 Laki laki 154 8,75 Sedang

14 Jy 47 Perempuan 241 6,5 Ringan

15 Ss 49 Laki laki 146 7 Sedang

16 Jg 65 Laki laki 110 7,5 Sedang

17 Sn 43 Laki laki 90 7 Sedang

18 Mh 45 Perempuan 175 7 Sedang

19 Sn 56 Perempuan 226 6 Ringan

20 Hp 59 Perempuan 201 7 Sedang

Page 59: HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA

20

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Fuad Hariyanto

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir: Banyuwangi, 27 Oktober 1992

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : RT/RW 06/01, Dsn. Sumberjo, Ds. Parijatah Wetan,

Kec. Srono, Banyuwangi, Jawa Timur.

Nomor Telepon/HP : 085648360735

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996 – 1998 : Taman Kanak-Kanak Khodijah 55, Parijatah Wetan

1998 – 2004 : SDN 2 Singojuruh, Banyuwangi

2004 – 2007 : SMPN 1 Genteng, Banyuwangi

2007 – 2010 : SMA Darul Ulum 2 BPPT-RSBI, Jombang

2010 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta