https.docx
TRANSCRIPT
https://www.scribd.com/doc/131630944/LAPORAN-PEMBUATAN-SABUN
Judul : Laporan Hasil Praktikum Pembuatan SabunTujuan :
Siswa memahami cara kerja pembuatan sabun Siswa mampu membuat sabun sendiri Siswa mengetahui bahan-bahan dasar dalam pembuatan sabun Siswa mampu menentukan massa unsur pembentuk sabun
Dasar Teori : Molekul sabun berbentuk rantai panjang dan satu gugus ionik yang bersifat sangat polar. pada seluruh rantai panjangnya, strukturnya tepat sama dengan molekul minyak sehingga memiliki keakraban dengan molekul minyak (bersifat hidrofilik). sementara pada bagian kepala, ada sepasang atom yang bermuatan listrik yang hanya senang bergabung dengan molekul air (bersifat hidrofobik). kepala inilah yang menbuat seluruh sabun menyatu dengan air. Bila sekelompok sabun bertemu dengan partikel kotoran berminyak, mereka yang senang dengan minyak akan mengikatkan diri dengan molekul minyak, sementara mereka yang bersifat ionik yang senang dengan air akan membuat molekul sabun menyatu dengan air, sehingga minyak atau kotoran dapat ikut terikat kedalam air. Selanjutnya partikel kotoran yang semula terperangkap dengan minyak kini bebas untuk ikut mengalir bersama air ketika pembilasan. Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH/KOH dengan minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia , NaOH / KOH mengubah minyak atau lemak menjadi sabun. Sabun ini disebut Saponifikasi.
Bahan dan Alat : Bahan :
Minyak sawit 10 ml NaOH 4 gram Lexaine C 1 ml Aquadest 10 ml Madu 2 ml Parfum secukupnya
Alat :
Masker 1 buah timbangan 1 set beker glass 2 buah
kaca arloji besar 1 buah batang pengaduk 1 buah gelas ukur 2 buah blender 1 set cetakan 1 buah kain lap 1 buah sarung tangan 1 buah
cara kerja :
1. Larutkan NaOH dalam 10 ml Aquadest, aduk hingga larut, dinginkan.2. Ambil Minyak sawit (letakkan dalam wadah lain).3. (1) + (2), tuang sedikit demi sedikit sambil diblender sampai keadaan trace. (yang
dimaksud dengan “trace” adalah keadaan di mana larutan sabun menjadi kental akibat pangadukan, bentuknya seperti mayones, atau fla).
4. (3) + Lexaine C, blender kembali.5. (4) + madu, lalu blender kembali.6. (5) + Parfum secukupnya,blender kembali.7. Tuangkan ke dalam cetakan ,biarkan mengeras.
Pembahasan : -Pengertian Sabun: Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak dengan Alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari Asam Karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatik) panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau Ion Ammonium. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya air, gliserin, garam dan impurity lain.Perubahan lemak hewan (misalnya lemak kambing, Tallow) menjadi sabun menurut cara kuno adalah dengan cara memanaskan dengan abu kayu (bersifat basa), hal ini telah dilakukan sejak 2300 tahun yang lalu oleh bangsa Romawi kuno.
-Sifat – sifat sabun yaitu :a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH + NaOHb. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.CH3(CH2)16COONa + CaSO4 →Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka
air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
-Klasifikasi Sabun:Berdasarkan penggunaannya, sabun dapat diklasifikasi menjadi 3 jenis, yaitu:1. Laundry Soap; untuk sabun cuci.2. Toilet soap; yang digunakan untuk mandi dan perawatan kulit, termasuk juga disini medicine soap.3. Textile soap, yang digunakan untuk pada proses scouring textile, proses degumming sutera dll.
-Kegunaan Sabun:Sebagian besar kegunaan sabun di dalam kehidupan sehari-hari adalah bahan pencuci. Sedangkan di dalam industri kosmetik sabun memiliki kegunaan tergantung pada komposisi yang terkandung di dalam sabun itu sendiri.
Kesimpulan : _ Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak dengan Alkali yang juga merupakan garam-garam Monofalen dari Asam Karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM.Bahan mentah pembuatan sabun: Minyak atau lemak, Alkali, bahan tambahan. _Reaksi pembuatan sabun:SaponifikasiHidrolisa Lemak dan Penetralan _Metode pembuatan sabun:1. Proses pendidihan penuh2. Proses semi pendidihan3. Proses dingin4. Proses Netral. _Proses pembuatan sabun secara komersil:1. Direct Saponification yang terdiri dari Kettle Boiled Batch Process atau Continuous Saponification Systems,2. Netralisasi Asam Lemak.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asal dari kebersihan pribadi kembali ke zaman prasejarah. Sejak air menjadi bagian yang penting
untuk kehidupan, orang pertama hidup dekat air dan tahu sesuatuapa itu properti kebersihan -
sedikitnya bagaimana membilas lumpur ke tanganmereka.Benda mirip sabun ditemukan dalam bentuk
tabung saat penggalian diBabilonia Kuno adalah fakta tentang pembuatan sabun diketahui pada tahun
2800SM. Persembahan di tabung mengatakan bahwa lemak direbus dengan abu, dimana adalah metoda
membuat sabun, tetapi tidak mengenai kegunaan sabun itu. Beberapa bahan terakhir digunakan untuk
penggaya rambut.Catatan memperlihatkan bahwa orang Mesir Kuno mandi biasa. Papirus
Eber,dokumen kesehatan dar sekitar tahun 1500 SM, mendeskripsikan kombinasi minyak hewani dan
nabati dengan garam alkali untuk membuat bahan sejenis sabun untuk menyembuhkan penyakit kulit,
juga untuk membersihkan.Di waktu yang sama, Musa memberi orang Israel peraturan
pemerintahkebersihan pribadi. Dia juga menghubungkan kebersihan untuk kesehatan dan penyucian
agama. Laporan Injil mengusulkan bahwa orang Israel tahu bahwacampuran abu dan produk minyak
adalah jenis dari gel rambut.
Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetik dan rupanya tidak menggunakan sabun.
Malahan, mereka membersihkan tubuh mereka dengan balok lilin, pasir, batu apung dan abu, juga
meminyaki tubuh dengan minyak, menggesek minyak dan kotoran dengan peralatan metal yang disebut
strigil. Mereka jugamenggunakan minyak dengan abu. Baju dicuci tanpa sabun di sungai.Sabun
mendapatkan nama, diantara legenda Romawi Kuno, dari GunungSapo, dimana binatang dikorbankan.
Hujan membersihkan campuran dari lemak hewani mencair, atau lemak dan abu kayu dibawah menjadi
lilin di sepanjang SungaiTiber. Para wanita menemukan bahwa campuran lilin membuat pembersih
merekadengan lebih kurang usaha. Orang Jerman Kuno dan Gaul juga memasukkan dengan memjelajahi
sesuatu bernama sabun, terbuat dari lemak dan abu, digunakan untuk mewarnai rambutmereka
menjadi merah.
Ketika peradaban Romawi maju, jadi selalu mandi. Tempat mandi Romawiterkenal pertama,
terdapat dengan air dari saluran air, dibangun sekitar tahun 312 SM.Mandi sangatlah mewah, dan mandi
menjadi populer. Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan
dan pembersih.Setelah musim gugur di Roma di 467 Masehi dan hasilnya kebiasaan mandimenurun,
lebih banyak di lakan Eropa pengaruh yang kuat di kesehatan publik berganti-berganti.Menurunnya
kebersihan pribadi dan berhubungan kondisikehidupan tanpa sanitasi menambah beratnya wabah besar
di Abad Pertengahan, dankhususnya Kematian Hitam di abad ke-14. Itu tidak sampai abad ke-17
bahwakebersihan dan mandi memulai untuk kembali ke kebiasaan di banyak tempat diEropa. Masih
sudah di mana tempat di pertengahan dunia dimana kebersihan pribaditersisa penting di pertengahan
dunia. Mandi harian adalah adat yang biasa di Jepangsaat Abad Pertengahan. Dan, di Islandia, kolam
hangat dengan air dari mata air panasadalah perkumpulan populer di Sabtu sore.
Pembuatan sabun adalah keahlian yang tidak bisa dipungkiri di Eropa di abadke-17. Pembuat
sabun serikat pekerja terlindungi perdagangan rahasia mereka ditutup.Minyak nabati dan hewani
digunakan dengan arang tanaman, terus dengan pewangi.Secara berangsur-angsur jenis sabun yang
lebih banyak lagi menjadi tersedia untuk mencukur dan mencuci rambut, juga mandi dan mencuci.Italia,
Spanyol dan Perancis adalah pusat manufaktur pertama sabun,seharusnya mereka siap menyediakan
bahan mentah seperti minyak pohon zaitun.Orang Inggris mulai membuat sabun saat abad ke 12. Bisnis
sabun sangat baik padatahun 1622, Raja James I mengabulkan monopoli kepada pembuat sabun
untuk $100.000 setahun. Baik ke abad ke-19, sabun adalah pajak tertinggi sehingga menjadi barang
mewah di beberapa negara. Ketika pajak dihapuskan, sabun menjadi tersediauntuk orang biasa, dan
standar kebersihan meningkat.
Pembuatan sabun komersial di Amerika kolonial dimulai pada tahun 1608dengan datangnya
beberapa pembuat sabun di kapal kedua dari Inggris untuk mencapai Jamestown, Virginia.
Bagaimanapun, untuk beberapa tahun, pembuatansabun pada dasarnya tinggal pekerjaan rumah
tangga. Akhirnya, pembuat sabun profesional mulai biasa mengumpulkan pemborosan lemak dari
rumah tangga, di perubahan untuk beberapa sabun.
Langkah utama terhadap pembuatan sabun komersial skala besar terjadi padatahun 1791 ketika
kimiawan Perancis, Nicholas Leblanc, mematenkan proses untuk membuat abu soda, atau sodium
karbonat, dari garam biasa. Abu soda adalah alkaliterdapat dari abu bahwa kombinasi dari lemak ke
bentuk sabun. Leblanc memproseshasil kuantitas dari kualitas baik, abu soda murah.Sains dari
pembuatan sabun modern lahir 20 tahun kemudian dengan pemjelajahan oleh Michel Eugene Chevreul,
kimiawan Perancis lainnya, dari kimiaalam and lemak yang terkait, gliserin dan asam lemak.
Penelitiannya yang tidak bisadipungkiri dasar untuk lemak dan bahan kimia sabun.Juga penting kepada
kemajuan dari teknologi sabun di pertengahan 1800-an penemuan oleh kimiawan Belgia, Ernest Solvay,
dari proses amonia, di mana jugamenggunakan garam meja biasa, atau sodium klorida, untuk membuat
abu soda.Proses Solvay lebih lanjut dikurangi harga dari mendapat alkali, dan menambahkualitas dan
kuantitas dari abu soda tersedia untuk manufaktur sabun.Penjelajahan sains ini, bersama dengan
pembangunan dari kekuatan untuk mengoperasikan pabrik, membuat satu pembuatan sabun di
pertunbuhan cepat industriAmerika di tahun 1850. Di waktu yang sama, ketersediaan luas mengubah
sabun dari barang mewah ke kebutuhan sehari-hari. Dengan penggunaan tersebar luas inimenjadi
perkembangan dari sabun yang lebih lembut untuki mandi dan sabun untuk digunakan di dalam mesin
cuci itu sudah tersedia untuk konsumen dengan pergantianabad.
Bahan kimia dari manufaktur sabun dasarnya tinggal sama sampai tahun 1916,ketika deterjen
sintetik pertama berkembang di Jerman di jawaban ke Perang Dunia I berkaitan kekurangan lemak untuk
membuat sabun. Diketahui sekarang dengansederhana deterjen, deterjen sintetis adalah pembersih
non-sabun dan produk pembersih itu adalah menjadi satu atau mengambil bersama dari jenis bahan
mentah.Penjelajahan dari deterjen juga diterbangkan oleh kebutuhan untuk alat kebersihan itu,tidak
seperti sabun, tidak akan dikombinasi dengan garam mineral di air untuk membentuk sesuatu yang tidak
dapat dipecahkan diketahui itu adalah dadih sabun.Produksi deterjen rumah tangga di Amerika Serikat
dimulai di awal tahun1930-an, tetapi tidak benar-benar membuka sampai akhir Perang Dunia II.
Waktu perang berhentinya persediaan lemak dan minyak juga militer membutuhkan untuk alat
kebersihan itu akan bekerja di air laut kaya mineral dan di air dingin mempunyailebih lanjut merangsang
meneliti di deterjen.Deterjen pertama digunakan terutama untuk mencuci piring dan mencuci
baju bahan lembut. Penerobosan di perkembangan dari detergen untuk mencuci baju serbaguna
digunakan muncul pada tahun 1946, ketika deterjen pembangun (berisisurfaktan/kombinasi
pembangun)dikenalkan di Amerika Serikat. Surfaktan adalah produk deterjen bahan pembersih dasar,
saat pembangun membantu surfaktan untuk bekerja lebih efisien. Senyawa fosfat digunakan sebagai
pembangun di detergen inisangat meningkat perfomanya, membuat mereka cocok untuk mencuci baju
dengantingkat kekotoran berat.Di tahun 1953, penjualan deterjen di negara ini memiliki itu melebihi
sabun.Kini, detergen memiliki semua tetapi menggantikan produk dengan dasar sabun untuk mencuci
baju, mencuci piring dan pembersih rumah tangga. Deterjen (sendiri atau berkombinasi dengan sabun)
adalah juga penemuan di banyak dari penggunaan batangan dan cair untuk pembersih pribadi.Sejak
prestasi di deterjen dan bahan kimia pembangun itu, aktivitas produk baru memiliki lanjutan utntuk
fokus ke membangun produk pembersih praktis danmudah untuk digunakan, juga menyelamatkan
konsumen dan untuk lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara pembuatan sabun berbahan dasar minyak ?
2. Apakah hasilnya akan sama dengan sabun yang dijual di pasar ?
3. Bagaimana hasil dari pratikum yang dilakukan ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan sabun dengan bahan dasar minyak.
2. Untuk mengetahui reaksi yang terbentuk dalam pembuatan sabun.
3. Untuk mengetahui apa saja yang terbentuk saat pembuatan sabun.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Agar dapat menjadi pelajaran dan pengetahuan tambahan
2. Selain itu juga dapat mengetahui bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan sabun
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengenalan Sabun
Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylicyang panjang. Larutan
alkali yang digunakan dalam pembuatan abun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang
biasa yang digunakan pada sabun kerasadalah Natrium Hidroksida (NaoH) dan alkali yang biasa digunakn
pada sabunlunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupunzat pengotor
lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak denganlarutan alkali membebaskan
gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupalemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak
ikan laut.Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang
bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi,sabun cuci baik untuk pakaian
maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabunyang digunakan dalam industri.Kandungan zat zat
yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengansifat dan jenis sabun. Zat zat tersebut dapat
menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen
perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya.Pada
pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah :
C12– C18 Jika : < C12 : Iritasi pada kulit> C 20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran). Sabun murni
terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, dliserin,garam dan impurity lainnya.Semua minyak
atau lemak pada dasarnya dapatdigunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati
merupakan dua tipeester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan
asamkarboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester
dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol
asam oleat.Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak
pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali
dan lemak/minyak
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan
baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung
dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna
maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di
antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
2.2 Macam Macam Sabun
a. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran minyak
kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.
b. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta
menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejerniha nsabun, dapat ditambahkan gliserin atau
alcohol.
c. Sabun kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfumyang rendah,
tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteriadiktif. Bahan-bahan yang digunakan
dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida,tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur.
d. Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalammenggunakan sabun yaitu
sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat
dibuat dengan berbagaicara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan
sabunyang berbentuk batangan.
e. Sabun Bubuk untuk mecuci
Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing . Sabun bubuk mengandung bermacam-
macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat,sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-
lain.
2.3 Macam – Macam Sabun Berdasarkan Ion Yang Dikandungnya
a) Cationic Sabun
Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents.Sebagai tambahan selain
adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat antikuman yang membuat mereka
banyak digunakan padarumah sakit. Kebanyakan sabun jenis ini adalah turunan dari ammonia.
b) Anionic Sabun
Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.
c) Neutral atau Non Ionic Sabun
Nonionic sabun banyak digunakan untuk keprluan pencucian piring. Karenasabun jenis ini tidak
memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak beraksi dengan ion yang terdapat dalam air
sadah. Nonionic sabun kurangmengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic sabun.
2.4 Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan
tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengangliserol. Masing masing lemak
mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12(asam laurik)
hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran
trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida
membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi
darikomponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam asam lemak yangsesuai dalam
pembuatan sabun dibatasi panjang rantyai dan tingkat kejenuhan. Padaumumnya, panjang rantai yang
kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya
panjang rantai yang lebih dari 18atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit
menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah
teroksidasi bila terkena udara. Alasan alasan diatas, factor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak
dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas.Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga
titik lelehnya lebihrendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun
yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Jenis-jenis Minyak atau Lemak Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses
pembuatan sabunharus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi
produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.Beberapa jenis
minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabundi antaranya :
Tallow
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai
hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna,titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak),
kandungan FFA, bilangan saponifikasi,dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya
digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan
dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam
tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer padatallow umumnya di atas 40°C.
Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengannama grease.
Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asamlemak tak jenuh seperti
oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~40%). Jika digunakan sebagai pengganti
tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidak jenuhannya. Sabun
yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakansebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat
diperoleh dari pemasakan buahkelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena
adanyakandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan
bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun, minyak kelapa sawit harusdicampur dengan bahan lainnya.
Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yangsering digunakan dalam industri pembuatan
sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang
dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam
laurat,sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.Minyak kelapa
juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Minyak inti kelapa sawitdiperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan
asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak
kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebihtinggi dan asam lemak rantai
pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak
sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini
adalahstearin.
Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marineoil memiliki kandungan asam
lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai bahan baku.
Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.
Olive oil (minyak zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki
warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi
kulit.
Campuran minyak dan lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan
lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling
melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat
membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow
akan memperkeras struktur sabun.
Bahan Baku Utama : Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,KOH, Na2,CO3,
NH4,OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengansoda kaustik dalam industri sabun,
merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan
dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2,CO3 (abu soda/natrium
karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat
menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak). Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin
alkohol. Senyawa tersebutdapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang
dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.
Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifatmudah berbusa
tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industridan deterjen, bukan sebagai sabun
rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbedasering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan
untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
2.5 Bahan Bahan Pendukung Pembuatan Sabun
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabunmenjadi produk yang siap
dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
a. NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada
produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi didalam sabun dapat memperkeras
struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl
digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam
brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi,
kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
b. Bahan aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk
mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen.Bahan-bahan aditif tersebut antara
lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan,Pewarna,dan parfum
c. Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikatmineral mineral yang
terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi
permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantumenciptakan kondisi
keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu
mendispersikan danmensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder
adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natriumkarbonat, natrium silikat atau zeolit.
d. Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar memberikan
efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang
menarik. Biasanya warnawarna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.
e. Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar dalam hal
keterkaitan konsumen akan produk sabun.Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan
bagus, tetapi bilasalah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfumuntuk sabun
berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum
dalam gram (g) dapatdikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Padadasarnya, jenis
parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum
umum mempunyai aroma yangsudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan
aromakenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum yangekslusif. Artinya,
aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan
parfum ekslusif inidiimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum.Beberapa nama
parfum yang digunakan dalam pembuatan sabundiantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring
flower.
2.6 Karakteristik Memilih Bahan Baku Sabun
Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahandasar sabun antara
lain:
Warna
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagusuntuk digunakan
sebagai bahan pembuatan sabun.
Angka Saponifikasi
Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalimhidroksida yang digunakan
dalam proses saponifikasi sempurna pada satugram minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk
menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak atau minyak.
Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau lemak,semakin besar
angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan iod
menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.
2.7 Sifat Sifat Sabun
a) Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akandihidrolisis parsial oleh air. Karena
itu larutan sabun dalam air bersifat basa.CH3(CH2)16 COONa + H2O CH3(CH2)16 COOH + OH-
b) Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwaini tidak akan terjadi pada
air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air
mengendap.CH3(CH2)16 COONa + CaSO4 Na2 SO4 + Ca(CH3 (CH2 )16 COO)2
c) Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimiakoloid, sabun (garam natrium
dari asam lemak) digunakan untuk mencucikotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun
mempunyaigugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogenCH3(CH2)16 yang
bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak sukaair) dan larut dalam zat organic sedangkan
COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.Non polar : CH3(CH2)16 (larut
dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran non polar)Polar : COONa+ (larut dalam air,
hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar). Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan
menurunkan tegangan permukaan sehingga aii kain sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih cepat
ke permukaan kain.-Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikatmolekul
kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekulkotoran dan molekul sabun membentuk
suatu emulsi.-Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik
molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
2.8 Metoda Metoda Pembuatan Sabun
Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode metode untuk menghasilkan sabun yang
berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itudigunakanlah metode metode, yang mana metode
metode ini memiliki kelebihan kelebihan dan kekurangannya masing masing.
a. Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atauKOH) berlebih
dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garamgaram ditambahkan untuk mengendapkan
sabun. Lapisan air yangmengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan
gliseroldiperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam,
alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dandiendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya
endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan
membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijuallangsung tanpa pengolahan
lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yangmurah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir
atau batu apungdalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun
gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun16 wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun
apung (dengan melarutkan udara didalamnya).
b. Metoda Kontinu
Metoda kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air
pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak
dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk
dikeluarkandari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam inikemudian dinetralkan
dengan alkali untuk menjadi sabun.
2.9 Reaksi Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabundan –fy adalah
akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuatsabun sejak 2300 tahun yang lalu
dengan memanaskan campuran lemak hewandengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun
hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun
meluas.Reaksi pembuatan sabun adalah sebagai berikut : Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi
kimia dengan rumus kimia H2O,yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau padakondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C).Air sering disebut sebagai
pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh
dapat tidaknya zat tersebut menandingikekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-
dipol) antara molekul-molekul air.
Gugus - OH pada alcohol di substitusi oleh atom Cl yang berasal dari asam clorida sehingga
membentuk etil klorida serta air. Reaksi di atas serupa dengan reaksi saponifikasi yang akan di bahas
berikut ini.
Sabun dapat dibuat melalui reaksi substitusi lemak dengan basa kuat seperti yang diuraikan
sebelumnya. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
RCOONa yang merupakan garam dari natrium karboksilat dapat menjadi sabun apabila R (gugus alkil)
yang diikat merupakan gugus alkil yang besar seperti – C15H31 dan – C 16H33. Hal ini terjadi karena gugus
alkil yang besar memiliki sifat nonpolar, tidak seperti gugus alkil berantai pendek yang lebih bersifat
polar. Apabila sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOO- dengan gugus R yang bersifat nonpolar
dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk akan mengikat pengotor yang umumnya
berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya pada saat air dialirkan, air yang bersifat polar
akan menarik gugus nonpolar dari sabun dan kotoran sehingga kotoran tersebut lepas dari tubuh kita.
Karena sabun dibuat dari bahan baku alami yang berupa lemak, limbahnya tidak berbahaya terhadap
lingkungan karena mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali merupakan
larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan
meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, di mana pada akhirnya
kecepatan reaksi akan menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.( Bailey’s, 1964 ).
Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat
penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada proses penyabunan,
penambahan larutan alkali (KOH atau NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi
untuk menghasilkan sabun cair. Untuk membuat proses yang lebih sempurna dan merata maka
pengadukan harus lebih baik. Sabun cair yang diperoleh kemudian diasamkan untuk melepaskan asam
lemaknya (Levenspiel, 1972).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain:
1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksinya, dimana
penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna. Jika basa yang
digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak
homogen., sedangkan jika basa yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu
yang lebih lama.
2. Suhu (T)
Ditinjau dari segi thermodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan hasil, hal ini dapat
dilihat dari persamaan Van`t Hoff : RTHdTKdΔ=ln ( 1 )
Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (ΔH negatif), maka dengan kenaikan
suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari segi kinetika,
kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini dapat dilihat dari persamaan Arhenius berikut ini
(Smith 1987) : k = ARTEe− ( 2 )
Dalam hubungan ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah faktor tumbukan, E adalah
energi aktivasi (cal/grmol), T adalah suhu (ºK), dan R adalah tetapan gas ideal (cal/grmol.K).
Berdasarkan persamaan tersebut maka dengan adanya kenaikan suhu berarti harga k (konstanta
kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat
reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah
melebihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta
keseimbangan reaksi K akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan kata lain
hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta keseimbangan reaksi oleh naiknya suhu merupakan
akibat dari reaksi penyabunan yang bersifat eksotermis (Levenspiel, 1972).
3. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul reaktan
yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya
reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius dimana konstanta kecepatan
reaksi k akan semakin besar dengan semakin sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan
konstanta A (Levenspiel, 1987).
4. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai kondisi
setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah minyak yang
2.10 Pembuatan Sabun Dalam Industri
Saponifikasi Lemak Netral
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur.
Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya padakondisi tertentu dimana pembentukan
produk sabun mempengaruhi proses emulsikedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada
kecepatan reaksi. Jumlahalkali yang dibutuhkan untuk mengubah paduan trigliserida menjadi sabun
dapatdihitung berdasarkan persamaan berikut :Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin NaOH = [SV x
0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV (NaOH)/MV(KOH)Dimana SV adalah angka penyabunan
dan MV adalah berat molekul. Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan
untuk memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,yangt beroperasi
pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi.Campuran saponifikasi disirkulasi
kembali dengan autoclave. Temperatur campurantersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian
dipompakan ke separator statisuntuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali yang
digunakan.Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci
untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi
memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 %TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke
vakum spray dryer untuk menghasilkan sabundalam bentuk butiran (78-83 % TFM)yang siap untuk
diproses menjadi produk akhir.
Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yangumumnya
dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabundikurangi dari 30-35% pada sabun
murni menjadi 8-18% pada sabun butiran ataulempengan. Jenis jenis vakum spray dryer , dari sistem
tunggal hingga multi sistem,semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun.
Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui
pipaheat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Sabun
yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakumdan dipindahkan dengan
alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran.
Dryer dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien
daripadadryer sistemtunggal.
Netralisasi Asam Lemak
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat
daripada reaksi trigliserida dengan alkali.RCOOH + NaOH RCOONa + H2O Jumlah alkali (NaOH) yang
dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduanasam lemak dapat dihitung sebagai berikut : NaOH =
{berat asam lemak x 40) / MW asam lemak Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat
dihitung dengan persamaan :MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AVDimana AV (angka asam asam lemak
paduan) = mg KOH yang dibutuhkanuntuk menetralisasi 1 gram asam lemak Operasi sistem ini meliputi
pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi
reaktan reaktan tersebut mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan
sebagian pada tahap ini,kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga
netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran potensial elektrik
(mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian dikeringkan denganvakum spray dryer untuk menghasilkan
sabun butiran yang siap untuk diolah menjadi sabun batangan.
Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat pewarna,
parfum, dan zat aditif lainnya ke dalammixer (analgamator). Campuransabun ini klemudian diteruskan
untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk
tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau
memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan
menjadisabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan,
pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
Kaleng Susu
Pembakar Bunsen
Tungku ( Kaki 3)
Gelas Ukur
Gelas Beker
Timbangan
Cetakan
Batang Pengaduk
Sendok
Bahan
Minyak Sayur (Kemasan)
NaOH
Air
Pewarna Bubuk
Parfume
3.2 Cara Kerja
1. Ukurlah minyak menggunakan gelas ukur sebanyak 35 ml,
2. Timbanglah NaOH sebanyak 15 mg
3. Tambahkan 50 ml air kedalam NaOH dan aduk hingga rata,
4. Masukkan minyak kedalam kaleng susu dan panaskan minyak diatas pembakar bunsen sambil diaduk-
aduk,
5. Setelah minyak mendidih kemudian masukkan larutan NHCL kedalam minyak tersebut secara perlahan
sambil diaduk-aduk terus,
6. Kemudian jika minyak yang sudah dicampur tersebut mendidih, masukkan pewarna dan farfume
secukupnya,
7. Aduk terus hingga warnanya menjadi lebih tua dan larutan mengental,
8. Setelah larutan mengental akan terbentuk gliserol, buang terlebih dahulu gliserol kemudian masukan
kedalam cetakan,
9. Letakkan ditempat yang aman, biarkan selama beberapa hari hingga larutan tersebut mengeras menjadi
sabun.
3.3 Hasil Pratikum
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan
tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengangliserol. Masing masing lemak
mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12(asam laurik)
hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran
trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida
membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi
darikomponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam asam lemak yangsesuai dalam
pembuatan sabun dibatasi panjang rantyai dan tingkat kejenuhan. Padaumumnya, panjang rantai yang
kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanyakarena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya
panjang rantai yang lebih dari 18atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit
menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah
teroksidasi bila terkena udara.
RCOONa yang merupakan garam dari natrium karboksilat dapat menjadi sabun apabila R (gugus
alkil) yang diikat merupakan gugus alkil yang besar seperti – C15H31 dan – C 16H33. Hal ini terjadi karena
gugus alkil yang besar memiliki sifat nonpolar, tidak seperti gugus alkil berantai pendek yang lebih
bersifat polar. Apabila sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOO- dengan gugus R yang bersifat
nonpolar dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk akan mengikat pengotor yang umumnya
berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya pada saat air dialirkan, air yang bersifat polar
akan menarik gugus nonpolar dari sabun dan kotoran sehingga kotoran tersebut lepas dari tubuh kita.
Karena sabun dibuat dari bahan baku alami yang berupa lemak, limbahnya tidak berbahaya terhadap
lingkungan karena mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali merupakan
larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan
meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, di mana pada akhirnya
kecepatan reaksi akan menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.( Bailey’s, 1964 ).
Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis
sehingga harus diperhatikan pada saat penambahan minyak dan
alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada proses
penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH atau NaOH)
dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi untuk
menghasilkan sabun. Untuk membuat proses yang lebih
sempurna dan merata maka pengadukan harus lebih baik. Sabun
yang diperoleh kemudian diasamkan untuk melepaskan asam
lemaknya (Levenspiel, 1972).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah
asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengangliserol.
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali merupakan larutan yang
tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan meningkat,
sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, di mana pada akhirnya kecepatan
reaksi akan menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.
Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara
C12(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh.
Campuran trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida
membebaskangliserol
4.2 Saran
Saat melakukan pemanasan minyak hendaknya api diperhatikan, suhu harus tetap dijaga agar hasilnya
bagus
Saat gliserol terbentuk, buanglah gliserol-gliserol tersebut agar tidak terlalu banyak gliserol
Saat menambahkan pewarna dan pewangi jangan menggunakan terlalu banyak air, lebih baik
menggunakan pewarna bubuk agar tidak mengandung terlalu banyak air