ht pkm dny

23
HIPERTENSI Oleh: DYAH AYU NOVIARINI NIM. 09060169

Upload: an-neetha

Post on 21-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jjh

TRANSCRIPT

Page 1: HT PKM DNY

HIPERTENSI

Oleh:

DYAH AYU NOVIARINI

NIM. 09060169

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2010

Page 2: HT PKM DNY

HIPERTENSI

1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu

periode.Menurut WHO, batasan tekanan darah yang dianggap normal adalah

140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah >160/95 mmHg dinyatakan sebagai

hipertensi. Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia >18 tahun:

Kategori Sistolik DiastolikNormal <130 <85Normal tinggi 130-139 85-89HipertensiStadium 1 (ringan)Stadium 2 (sedang)Stadium 3 (berat)Stadium 4 (sangat berat)

140-159160-179180-209210

90-99100-109110-119120

(Brunner&Suddart, 2001)

2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Hipertensi esensial (Hipertensi primer)

Peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik).

Beberapa faktor diduga berkaitan dengan hipertensi esensial yaitu :

Genetik : individu yang mempunyai riwayat hipertensi pada

keluarganya beresiko tinggi untuk mendapatkan penyaikit ini.

Gender and age : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca

menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

Diet : konsumsi tinggi garam dan lemak

Weight : obesitas (>25% BB ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi.

Lifestyle : merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkaykan

tekanan darah bila gaya hidup menetap.

Page 3: HT PKM DNY

b. Hipertensi sekunder

Peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik sebelumnya seperti

penyakit ginjal atau gangguan thyiroid. Faktor pencetus hipertensi sekunder

antara lain : penggunaan kontrasepsi oral, kontraksi aorta, neurogenik

(tumor otak), encephalitis, gangguan psikiatrik, kehamilan, peningkatan

volume intravascular, luka bakar, dan stress.

3. Etiologi

Etiologi pasti dari hipertensi esensial belum diketahui. Diperkirakan

kelainan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal.

Faktor hereditas berperan penting ketika ketidakmampuan genetic dalam

mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium dalam dietdapat

meningkatkan volume cairan dan cardiac output. Pembuluh darah berkontraksi

dan peningkatan tahanan perifer. Hal ini sebagai awal terjadinya tekanan darah

tinggi.

Sedangkan penyebab terjadinya hipertensi sekunder, antara lain :

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen), melalui mekanisme renin-

Aldosteron-mediated volume expansion

b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal

Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau

lenih arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.Sekitar

90% disebabkan karena arterosklerosis atau fibrous dysplasia

(pertumbuhan normal jarinan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait

dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur dan fungsi ginjal.

c. Gangguan Endokrin

Disfungsi medulla adrenal atau kortek adrenal dapat menyebabkan

hipertensi sekunder

d. Coarctasion aorta

Penyempitan aorta congenital pada aorta thoracic atau aorta abdominal

yang akan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area konstriksi.

e. Merokok

f. Neurogenik : tumor otak, encephalitis, ganguan psikiatrik

Page 4: HT PKM DNY

g. Kehamilan

h. Peningkatan volume intravaskuler

i. Luka bakar

4. Patofisiologi

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan darah sistemik. Bila tubuh

mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui

mekanisme fisiologis. Kondisi patofisiologis yang mengubah ambang tekanan

pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan

arteri sistemik.

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah.

Renin berperan dalm mengubah angiotensin I-angiotensin II-angiotensin III.

Angiotensin II&III merupakan vasokonstriktor yang kuat pembuluh darh dan

mekanisme control terhadap pelepasan aldosteron. Sekresi rennin yang tidak

tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan perifer vaskuler pada

hipertensi esensial.

Peningkatan tekanan darah terus menerus pada klien hipertensi esensial

mengakibatkan kerusakan pebuluh darah pada organ-organ vital. Hal tersebut

akan menyebabkan penebalan arteriole-arteriole sehingga perfusi jaringan

menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh, menyebabkan infark

miokard, gagal jantung dan gagal ginjal.Autoregulasi vaskuler menjadi

mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload

garam dan air.

5. Tanda dan Gejala

Biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan

sering disebut “silent killer”. Pada kasus hipertensi berat gejala yang dialami

klien, antara laian : kelelahan, confusion, nausea, vomiting, cemas, keringat

berlebih, tremor, chest pain, epistaksis, pandangan kabur/ ganda, dan tinnitus

(telinga berdenging).

6. Pemeriksaan Penunjang

Page 5: HT PKM DNY

1. Darah lengkap: pemeriksaan Hb/ hematokrit untuk menilai viskositas dan

indikasi faktor resiko seperti hiperkoagulability, anemia.

2. Kimia darah:

a. BUN/kreatinin : peningkatan nilai menandakan penurunan perfusi/ faal

renal.

b. Glukose serum : hiperglikemia (DM) adalah presipitasi hipertensi

akibat dari peningkatan katekolamin.

c. Kadar kolesterol/ trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan

predisposisi pembentukan plaque ateromatus.

d. Kadar serum aldosteron untuk menilai adanya aldoteronisme primer.

e. Studi thyroid : T3 dan T4 menilai adanya hipertiroidisme yang

berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.

f. Uric Asid : hiperuricemia merupakan implikasi faktor resiko hipertensi

3. Elektrolit

a. Serum potassium (hipokalemia) mengindikasikan adanya

aldoteronisme/ efek samping terapi diuretic

b. Serum kalsium bila meningakat berkontribusi terhadap hipertensi.

4. Urin

a. Analisa urin adanya darah, protein, glukosa dalam urine

mengindikasikan disfungsi renal atau DM.

b. Urin PMA (katekolamin metabolite) : peningkatan kadar

mengindikasikan pheocromasitoma

c. Steroid urin : peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme,

pheocromasitoma, disfungsi pituitary, Cushing’s syndrome; kadar

rennin juga meningkat

5. Radiologi

a. IVP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti renal parencimal

disease, urolithiasia, BPH

b. rontgen thorak : menilai adanya kalsifikasi, obstruksi katub jantung,

deposit kalsium aorta, dan pembesaran jantung.

7. ECG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi

(disritmia)

Page 6: HT PKM DNY

8. Penatalaksanaan

Menurunkan tekanan darah dengan :

Menurunkan isi cairan intravaskuler dan Na darah dengan diuretic

Menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovaskuler

terhadap rangsangan adrenergic dengan obat dari golongan

antisimpatis.

Menurunkan tahanan perifer dengan obat vasodilator

Page 7: HT PKM DNY

KECEMASAN

1. Pengertian

Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif

dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah

kebigungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang

tidak jelas dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya

(Suliswati, 2005).

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dan kehidupan sehari-hari.

Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat

diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa obyek

yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk

mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara

keseimbangan hidup.

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah obyek atau

sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu.

Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual

terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat

fisik dan psikologis.

2. Gejala Klinis Kecemasan

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan

kecemasan menurut Hawari (2002), antara lain :

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung.

b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

d. Gangguan pola tidur, mimpi yang menegangkan.

e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

Page 8: HT PKM DNY

pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.

3. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundden (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami

oleh individu, yaitu :

a. Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas.

b. Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih

terarah.

c. Kecemasan berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak

dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

d. Tingkat panik dari kecemasan, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan

teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan

kendali, orang yang mengalmi panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

4. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon

adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif)

dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif erupakan

koping yang bersifat merusak (destruktif) dan disfungional seperti individu

menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus

Page 9: HT PKM DNY

diri (Suliswati, 2005).

5. Teori Kecemasan

Ada beberapa teori kecemasan, yaitu :

a. Teori Psikoanalitik

Menurut Freud (dalam Suliswati, 2005), kecemasan timbul akibat reaksi

psikologis individu terhadap ketidakmampuan mencapai orgasme dalam

hubungan seksual. Energi seksual yang tidak terekspresikan akan mengakibatkan

rasa cemas. Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal

dan eksternal yang berlebihan. Akibat stimulus (internal dan eksternal) yang

berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk menanganinya.

b. Teori interpersonal

Sullivan (dalam Suliswati, 2005) mengemukankan bahawa kecemasan timbul

akibat ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat

penolakan. Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan

terhadap lingkungan. Kecemasan pertama kali ditentukan oleh hubungan ibu dan

anak pada awal kehidupan, bayi berespon seolah-olah ia dan ibunya adalah satu

unit. Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau kehilangan

dapat menyebabkan kecemasan pada individu.

c. Teori prilaku

Teori prilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi akibat

berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang

diinginkan. Prilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami.

Kecemasan antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu harus memilih

salah satunya. Konflik menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan

meningkatkan persepsi terhadap klonflik dengan timbulnya perasaan

ketidakberdayaan.

d. Teori Keluarga

Studi pada keluarga dan epidemiologi memperhatikan bahwa kecemasan selalu

ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen.

Page 10: HT PKM DNY

e. Teori biologik

Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor tersebut

berfungsi membantu regulasi kecemasan. Regulasi tersebut berhubungan dengan

aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol

aktivitas neuron dibagian otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

5. Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi

individu.

a. Kontruktif

Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama

perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan

hidup.

b. Destruktif

Individu bertingkah laku maladaftif dan disfungsional.

Page 11: HT PKM DNY

STRATEGI PELAKSANAAN

KUNJUNGAN I

KONTRAK WAKTU

Fase Orientasi

Salam : Selamat sore Pak..

Evaluasi/validasi : Bagaimana pak kabarnya saat ini?

Kontrak : Seperti yang sudah saya sampaikan tadi pagi, hari ini saya

ke rumah ibu/bapak untuk membicarakan kontrak kegiatan

yang akan saya lakukan selama 2 minggu ini bersama

bapak/ibu. Mugkin untuk perbincangan kali ini

membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

Fase Kerja

Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri saya,” nama saya Lina, saya

mahasiswa dari Keperawatan Poltekkes Malang”.

Pak…selama 2 minggu ke depan saya akan melakukan kunjungan rumah tapi

tidak setiap hari. Waktunya dapat bapak pilih sesuai dengan waktu luang bapak.

Apakah Bapak berkenan ?

Dalam kunjungan tersebut kita bisa saling berdiskusi mengenai penyakit bapak.

O…begitu baiklah…

Fase Terminasi

Evaluasi Subyektif : wah saya senang sekali ibu/bapak mau bekerjasama

dengan kami dalam melakukan kegiatan ini.

Evaluasi Objektif : Klien mununjukan sikap menerima

Rencana Tindak Lanjut : Baiklah Pak hari ini cukup sekian. Sesuai dengan yang

kita sepakati tadi maka saya akan melakukan kunjungan rumah sesuai dengan

waktu luang bapak.

Kontak Akan Datang : Bu, berhubung kegiatan untuk pentemuan kali ini sudah

selesai, saya ucapkan terimakasih banyak.

Page 12: HT PKM DNY

Untuk pertemuan berikutnya untuk melakukan, ibu

berkenan saya datang ke sini hari apa? Jam berapa?

Oh iya ibu saya akan datang sesuai dengan permintaan

ibu.

Di pertemuan berikutnya saya akan melakukan

pengkajian mengenai kondisi bapak/ibu.

Terima kasih pak, sampai bertemu lagi pada pertemuan

berikutnya

Page 13: HT PKM DNY

STRATEGI PELAKSANAAN

KUNJUNGAN II

PENGKAJIAN

Fase Orientasi

Salam : Selamat sore Pak Mahmud….

Evaluasi/validasi : Bagaimana pak kabarnya saat ini? Apa tadi malam bisa

tidur dengan nyenyak?

Kontrak : Seperti yang sudah saya sampaikan kemarin, hari ini saya

ke rumah bapak lagi untuk melakukan pengkajian. Dalam

pengkajian ini saya membutuhkan waktu sekitar 1 jam.

Bagaimana apa bapak berkenan?

Fase Kerja

Sebelumnya saya akan bertanya tentang identitas Pak Mahmud dengan lengkap.

(Menanyakan identitas klien).

Pak sebelum terdiagnosa penyakit Hipertensi, bapak pernah sakit apa?

Apa ibu pernah MRS?

Sebelum bapak tahu kalau bapak sakit hipertensi atau sebelum bapak ke

pelayanan kesehatan, keluhan apa yang sering bapak rasakan?

Apa dari pihak keluarga punya penyakit kronis (DM, Hipertensi) atau dari pihak

keluarga juga punya riwayat penyakit hipertensi?

Terapi apa saja yang telah diberikan dalam mengatasi penyakit bapak?

Terapi tersebut di berikan sejak kapan? (Tanggal, bulan, tahun)

Apakah bapak rutin dalam menjalanakan terapi bapak?

Bagaiman peran keluarga dalam upaya menyembuhkan penyakit bapak?

PSIKOSOSIAL

1. Konsep Diri

a. Body image

Apakah bapak pernah operasi?

Apakah bapak mengeluh dan frustasi dengan kondisi tubuh atau kondisi

kesehatan tubuh bapak?

Page 14: HT PKM DNY

b. Peran

Apakah penyakit bapak ini, mempengaruhi peran bapak dalam keluarga?

Jika ya, mengapa?

c. Identitas diri

Apakah penyakit bapak ini mempengaruhi rasa percaya diri bapak?

Jika ya, mengapa?

d. Harga diri

Pernahkah bapak mencemooh ataupun mengeluh terhadap diri bapak

sehubung dengan penyakit yang di derita? Mengapa?

e. Ideal diri

Pernahkah bapak tidak memiliki harapan untuk sembuh?

2. Hubungan Sosial

Apakah peran serta bapak dalam kehidupan/kegiatan di masyarakat ini?

Apakah bapak memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain?

Bagaimana sikap masyarakat terhadap bapak?

3. Kecemasan

a. Perilaku (observasi)

b. Kognitif (observasi)

c. Afektif

Apakah bapak merasa takut terhadap penyakit yang bapak derita?

4. Fisiologis

(Pemeriksaan fisik head to toe dan TTV)

Dalam menghadapi masalah, upaya apa yang bapak lakukan untuk menghadapi

masalah bapak?

Apakah bapak pernah lari dari masalah?

Fase Terminasi

Evaluasi subjektif : Wah saya senang sekali bapak mau bercerita dan

bekerja sama dengan saya.

Evaluasi objektif : Klien menunjukkan perhatian pada topic yang

dibicarakan.

Page 15: HT PKM DNY

Rencana Tindak Lanjut : Pak jika ada yang kurang enak dipikirkan atau ada

masalah, bisa didiskusikan bersama, atau ada yang mau

ditanyakan?

Kontrak akan datang : Pak, berhubung kegiatan untuk pentemuan kali ini

sudah selesai, saya ucapkan terimakasih banyak.

Untuk pertemuan berikutnya, bapak berkenan saya

datang ke sini hari apa? Jam berapa?

Oh iya bapak saya akan datang sesuai dengan

permintaan bapak.

Di pertemuan berikutnya kita akan berdiskusi tentang

penyakit bapak.

Terima kasih pak, sampai bertemu lagi pada pertemuan

berikutnya

Page 16: HT PKM DNY

Lembar Konsultasi

NO Hari, tanggal Konsultasi Tanda Tangan

Page 17: HT PKM DNY