lp gerontik ht

29
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG PROGRAM STUDI PROFESI NERS Jl. Raya Cilegon KM 06 Pelamunan Kramatwatu Serang Banten Tlp/Fax.0254.232729 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK STIKes FALETEHAN HIPERTENSI A. Definisi Penyakit Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami (dr. Jan Tambayong, 2000 ; 94). Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, 2001 ; 896). Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah yang menetap dengan hasil tekanan darah sistol > 140 mmHg dan distole > 90 mmHg yang

Upload: sinta

Post on 11-Jul-2016

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Lp Gerontik Ht

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Gerontik Ht

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANGPROGRAM STUDI PROFESI NERS

Jl. Raya Cilegon KM 06 Pelamunan Kramatwatu Serang Banten Tlp/Fax.0254.232729

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSLAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK STIKes FALETEHANHIPERTENSI

A. Definisi Penyakit

Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung

umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas

tertentu tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami (dr. Jan

Tambayong, 2000 ; 94).

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas

140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, 2001 ; 896).

Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa hipertensi

adalah meningkatnya tekanan darah yang menetap dengan hasil tekanan darah

sistol > 140 mmHg dan distole > 90 mmHg yang biasanya ditemukan pada

orang dewasa atau lanjut usia.

B. Etiologi

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi

terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan

perifer.

Page 2: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

diantaranya adalah :

1. Genetik :

Kasus hipertensi esensial 70-80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila

riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi

esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita

hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya

menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar menderita

hipertensi.

2. Obesitas :

Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena

seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan

energi yang lebih besar jantung pun bekerja ekstra karena banyaknya

timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi,

sehingga tekanan darah menjadi tinggi (Suparto, 2000:322).

3. Stress :

Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stress

berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena

tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja

lembur).

4. Gender :

Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi

wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan

pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita

hipertensi dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan

oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan.

Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi

dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa

akan mempunyai peluang lebih besar yakni 1 diantara 5 untuk mengidap

hipertensi (Lanny, Sustrani, 2004:25).

Page 3: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

5. Faktor Usia :

Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,

kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada

umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun

namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia

muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari

berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8-

28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.

6. Faktor Asupan Garam :

WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6

gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). (Sunita Atmatsier, 2004:64)

7. Kebiasaan Merokok :

Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit

dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Keadaan paru-paru dan jantung

mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien (Iman Soeharto,

2001:55).

C. Manifestasi Klinis

Peninggian tekanan darah kadang kala merupakan satu-satunya gejala pada

hipertensi dan kadang-kadang berjalan tanpa gejala dan baru timbul setelah

terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering

ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, pusing atau migrain, marah, telinga

berdengung, rasa berat di tekuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.

Gejala ini akibat komplikasi hipertensi sepertii gangguan penglihatan,

gangguan neurologi, gejala payah jantung dan gejala lain akibat gangguan

fungsi ginjal.

D. Deskripsi patofisiologi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Berbagai

faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan

Page 4: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor

genetik, stres, obesitas, jenis kelamin, usia, kebiasaan merokok. Selain curah

jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh

tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II

dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE

memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah

mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh

hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.

Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan

rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja

pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan

meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara

menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat

yang pada akhimya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada

ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus

ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

meningkatkan volume dan tekanan darah.

Page 5: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

Patofisiologi Hipertensi

Saraf Simpatis

Renin

Angiotensinogen (Hati)

Angiotensin I (di paru-paru)

ACE (Angiotensin Converting Enzym)

Angiotensin II

Rangsang saraf Vasokonstriksi Aldosteron

pusat halus

ADH Retensi Na

(antidiuretik hormon)

Overvolume TD Over volume

Sumber : Buku Ajar Keperawatan Cardiovaskuler (2001 ; 116)

E. Tahapan/ Grade/ Tingkatan Penyakit

Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi Menurut :

1. WHO (World Health Organization), memberikan batasan tekanan normal

adalah 140/90 mmHg. Tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia

dan jenis kelamin.

2. NM. Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam), memberikan batasan dengan

membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut :

a. Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada

waktu berbaring   130/90 mmHg.

Page 6: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

b. Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya >

145/95 mmHg.

c. Pada wanita tekanan darah 160/95 mmHg, dikatakan hipertensi.

3. Ahli penyakit dalam lain, Gordon H Williams, mengklasifikasikan

hipertensi sebagai berikut.

Tensi Sistolik :

a. < 140 mmHg = Normal

b. 140-159 mmHg = Normal Tinggi

c. > 159 mmHg = Hipertensi Sistolik Tersendiri

Tensi Diastolik :

a. < 85 mmHg = Normal

b. 85-89 mmHg = Normal Tinggi

c. 90-104 mmHg = Hipertensi Ringan

d. 105-114 mmHg = Hipertensi Sedang

e. > 115 mmHg = Hipertensi Berat

4. National Institute of Health, lembaga kesehatan nasional diAmerika

mengklasifikasikan sebagai berikut :

Tekanan Sistolik :

a. > 119 mmHg = Normal

b. 120-139 mmHg = Pra Hipertensi

c. 140-159 mmHg = Hipertensi Derajat I

d. 160 mmHg = Hipertensi Derajat II

Tekanan Diastolik :

a. < 79 mmHg = Normal

b. 80-89 mmHg = Pra Hipertensi

c. 90-99 mmHg = Hipertensi Derajat I

d. 100 mmHg = Hipertensi Derajat II

Page 7: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

5. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII (The joint national committee on

Detection Evaluation, and treatment of High Blood Pressure, 1984)

No Klasifikasi hipertensi Sistolik Diastolik1 Normotensi < 130 < 802 Pre hipertensi 130-140 80-903 Hipertensi tahap II 140-160 90-1004 Hipertensi tahap I > 160 > 100

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan yaitu :

1. Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya atau

idiopatik terdapat sekitar 90% kasus dan banyak penderita tidak

menunjukkan gejala atau keluhan. Berbagai hal seperti faktor genetik,

aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam

ginjal, gangguan mekanisme pompa Na (sodium pump) dan faktor renin,

angiotensin, aldosteron serta faktor yang meningkatkan resiko seperti

obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia mempunyai kaitan erat dengan

peningkatan tekanan darah esensial.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui seperti glomerulonefritis, penggunaan

estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskularrenal, hiperaldisteronisme

primer, sindrom chusing, feotromositoma, koarktasioaorta, hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium :

1. Kimia darah (K, Na, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol, protein urin

24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH)

2. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :

hipokoagulabilitas, anemia.

3. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

4. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan

oleh pengeluaran kadar katekolamin.

Page 8: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

5. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada

DM.

Pemeriksaan Penunjang

1. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

2. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

3. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu

ginjal,perbaikan ginjal.

4. Photo dada : Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

G. Penatalaksanaan Medis

Berdasarkan program perawatan bertahap hipertensi (Rodman, 1991) :

1. Langkah I. Tindakan-tindakan konservatif :

a. Modifikasi diet

1) Pembatasan natrium

2) Penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh

3) Penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat badan

4) Menurunkan masukan minuman beralkohol

b. Menghentikan merokok

c. Penatalaksanaan stress

d. Program latihan regular untuk menurunkan berat badan

2. Langkah II. Farmakoterapi bila tindakan-tindakan konservatif gagal untuk

mengontrol TD sercara adekuat. Salah satu dari berikut ini dapat

digunakan.

a. diuretik

b. penyekat beta adrenergik

c. penyekat saluran kalsium

d. penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)

Page 9: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

3. Langkah III Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari kelas yang

berbeda dapat ditambahkan atau penggantian obat lainnya dari kelas yang

berbeda.

4. Langkah IV. Obat ketiga dapat ditambah atau obat kedua digantikan yang

lain dari kelas yang berbeda.

5. Langkah V. Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis atau keempat dapat

ditambahkan masing-masing dari kelas yang berbeda.

H. Terapi Farmakologis

Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4. Tidak menimbulkan intoleransi.

5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien

6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

7. Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti

golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,

golongan penghambat konversi rennin angiotensin.

Page 10: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

I. Patoflow hipertensi

Page 11: Lp Gerontik Ht

Jenis kelaminumur Gaya hidup obesitas

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Nyeri kepala

Gangguan pola tidur

Suplai O2 otak menurun

sinkop

Gangguan perfusi

jaringan

Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal

Blood flow munurun

Respon RAA

Rangsang aldosteron

Retensi Na

edema

sistemik

vasokonstriksi

Afterload meningkat

Penurunan curah jantung

Fatique

Intoleransi aktifitas

koroner

Iskemi miocard

Nyeri dada

Spasme arteriole

diplopia

Resti injuri

Resistensi pembuluh darah otak

Elastisitas , arteriosklerosis

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

Pathway Hipertensi

Kelebihan volume cairan

Page 12: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

J. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian klien dengan hipertensi

a. Aktifitas/ istirahat

Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung

b. Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.

Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.

c. Integritas Ego

Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.

Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.

d. Eliminasi

Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.

e. Makanan/ cairan

Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi

kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun),

riwayat penggunaan diuretik.

Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.

f. Neurosensori

Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital,

gangguan penglihatan.

Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori,

perubahan retina optik.

Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.

g. Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/

masssa.

h. Pernafasan

Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea,

batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.

Page 13: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan

alat bantu pernafasan.

i. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.

j. Pemeriksaan fisik

Dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

Seperti pengkajian pada BB, TB, mata, JVP, paru (irama pernapasan,

frekuensi, jenis suara napas, adanya ronchi), jantung (mengukur

tekanan darah, denyut nadi, suara bunyi jantung), abdomen (peristaltik

usus), ekstremitas (refleks, edema).

K. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul dan Prioritas diagnosa

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,

vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard

2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral

4. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan

berlebihan

Page 14: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

L. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil PerencanaanIntervensi (NIC) Aktivitas (NOC)

1 Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/ rigiditas ventrikuler, iskemia miokard

Setelah dilakukan asuhan selama………penurunan kardiak output tidak terjadi dengan kriteria hasil: Tanda Vital dalam

rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)

Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

Tidak ada penurunan kesadaran

AGD dalam batas normal

Tidak ada distensi vena leher

Warna kulit normal

Cardiac Care - Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,lokasi, durasi)

- Catat adanya disritmia jantung- Catat adanya tanda dan gejala penurunan

cardiac output- Monitor status kardiovaskuler- Monitor status pernafasan yang

menandakan gagal jantung- Monitor abdomen sebagai indicator

penurunan perfusi Fluid Management - Monitor balance cairan

- Monitor adanya perubahan tekanan darah

- Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia

- Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

- Monitor toleransi aktivitas pasien- Monitor adanya dyspneu, fatigue,

tekipneu dan ortopneu- Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR- Catat adanya fluktuasi tekanan darah- Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri- Auskultasi TD pada kedua lengan dan

Page 15: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

bandingkan- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,

dan setelah aktivitas- Monitor kualitas dari nadi- Monitor jumlah dan irama jantung- Monitor bunyi jantung- Monitor frekuensi dan irama pernapasan- Monitor suara paru- Monitor pola pernapasan abnormal- Monitor suhu, warna, dan kelembaban

kulit- Monitor sianosis perifer- Monitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.ditandai dengan : melaporkan secara

verbal adanya kelelahan atau kelemahan.

Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam

aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

Keseimbangan aktivitas

Activity Therapy - Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

- Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai

- Bantu pasien/ keluarga untuk

Page 16: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.

dan istirahat mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

Self Care : ADLs Konservasi eneergi

- Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

- Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

- Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

- Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

- Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

- Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

- Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

3 Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

Pain Management - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

- Gunakan teknik komunikasi terapeutik

Page 17: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

Tidak mengalami gangguan tidur

untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau- Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

- Kurangi faktor presipitasi nyeri- Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

- Ajarkan tentang teknik non farmakologi- Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri- Tingkatkan istirahat- Kolaborasikan dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Analgesik administration

- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

- Cek riwayat alergi- Pilih analgesik yang diperlukan atau

kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

Page 18: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

- Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

- Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

4 Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Ketidak seimbangan nutrisi lebih teratasi dengan kriteria hasil: Mengerti factor yang

meningkatkan berat badan

Mengidentfifikasi tingkah laku dibawah kontrol klien

Memodifikasi diet dalam waktu yang lama untuk mengontrol berat badan

Penurunan berat badan 1-2 pounds/mgg

Menggunakan energy untuk aktivitas sehari hari

Weight Management - Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake makanan, latihan, peningkatan BB dan penurunan BB

- Diskusikan bersama pasien mengani kondisi medis yang dapat mempengaruhi BB

- Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB

- Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan BB

- Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan

- Perkirakan BB badan ideal pasien- Kaji adanya alergi makanan- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan

Page 19: Lp Gerontik Ht

Laporan Pendahuluan Profesi Gerontik 2013/2014

intake Fe- Anjurkan pasien untuk meningkatkan

protein dan vitamin C Nutrition Management - Membantu menentukan daerah atau

derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi

- Klien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata.

- Melalukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik

- Melalukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik

- Mengurangi isolasi sosial pasien dan meningkatkan pencipataan komunikasi yang efektif.

- Pengkajian secara individual kemampuan bicara dan sensori, motorik dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan terapi.