hnp( revisi)
TRANSCRIPT
Hernia Nukleus Pulposus Penyebab Nyeri Pinggang
Cynthia Christy Liasnawi
Abstrak :
Hernia nukleus pulposus merupakan keadaan menjebolnya nukleus pulposus ke dalam
kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus intevertebral. Hernia dapat
disebabkan karena suatu kegiatan mengangkat beban berat dalam posisi membungkuk. Gejala
nyata yang dirasakan ialah nyeri tajam langsung pada daerah pinggang yang sering juga
disertai skiatika. Terdapat terapi konservatif yang dapat membantu pengobatan hernia
nukleus pulposus yaitu perawatan chiropraktik, injeksi epidural, dan olahraga seperti arobik
kondisional dan renang. Tindakan operasi juga dapat dilakukan yaitu, mikrodiskektomi dan
teknik invasif: dekompresi diskus tengah dan fragmentektomi terarah.
Kata kunci : hernia, nukleus pulposus, nyeri pinggang, anulus fibrosus
Abstract :
Hernia nucleus pulposus is a condition in which nucleus pulposus is perforated into
canalis vertebral due to the degeneration of annulus fibrosus corpus intervertebral. Hernia
can be caused because of an activity that someone picks up a heavy load in bending
position. The obivious symptom that is felt, is a sharp low back pain that often be
accompanied by sciatica. There are conservative treatments that can aid hernia nucleus
pulposus, chiropractic care, epidural injection dan sportive activities like conditional aerobic
and swimming. Surgical interventions which can be taken are microdiskectomy and invasive
techniques : central decompression of the disk and directed fragmentectomy.
Keywords: hernia, nucleus pulposus, low back pain, annulus fibrosus
Alamat Korespondensi :
Cynthia Christy Liasnawi, NIM : 102011130, Group : E6, Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana, Jln Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510, Telp : (021)-
5560280, Email : [email protected]
2
Pendahuluan
Nyeri punggung atau pinggang biasa dialami oleh banyak orang, apalagi bagi mereka
yang banyak beraktivitas di tempat duduk. Oleh karena itu banyak yang beranggappan bahwa
nyeri yang dirasakannya hanyalah efek dari tubuh yang kurang berolahraga. Namun, nyeri
punggung atau pinggang dapat disebabkan oleh kondisi yang lebih serius dari sekedar tubuh
yang kurang bergerak. Nyeri ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya ialah
hernia nukleus pulposus atau yang lebih biasa dikenal sebagai penyakit syaraf kejepit.
Kondisi ini dapat terjadi karena adanya syaraf yang tertekan oleh pinggiran sendi vertebralis.
Dalam kebanyakan kasus-kasus yang terjadi, nyeri yang sangat kuat dirasakan pada saat
seseorang mengangkat suatu benda berat dalam posisi tubuh yang membungkuk. Nyeri yang
ditimbulkan oleh hernia nukleus pulposus dapat dirasakan pada bagian punggung, pinggang
dan juga kaki, tergantung pada posisi mana syaraf tersebut yang terjepit, sehingga
menyebabkan rasa nyeri yang lebih dominan pada daerah-daerah tertentu. Untuk
pengobatannya dapat dilakukan terapi konservatif maupun tindakan operasi.
Tujuan tinjauan pustaka ini adalah untuk mengulas hernia nukleus pulposus (syaraf
kejepit) sebagai penyebab nyeri pinggang yang cukup berbahaya, sehingga masyarakat dapat
lebih mengetahui mengenai gejala-gejala yang ada, dan dengan demikian dapat dilakukan
pencegahan dengan baik, sekaligus meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap
penyakit ini, serta juga untuk menyediakan informasi mengenai pengobatan dan terapi yang
dapat dilakukan apabila seseorang menderita hernia nukleus pulposus.
Definisi
Hernia nukleus pulposus atau HNP ialah suatu keadaan menjebolnya nukleus
pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus intevertebral.
HNP dapat terjadi pada tingkat lumbosakral yang diakibatkan oleh gaya yang menekan pada
diskus ketika mengangkat beban berat dalam posisi membungkuk.1
Patogenesis
Proses prolaps dari diskus biasanya didahului oleh degenerasi dari diskus, dimana
nukleus pulposus pindah keperifer dan annulusnya merengang setempat sehingga menjadi
menonjol (diskus protusio). Bila anulusnya tidak dapat menahan tekanan ini, atau menjadi
3
rusak karena trauma, terjadi robekan, dan isisnya akan menonjol ke luar (diskus prolaps) atau
dapat terlepas sebagai bagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (diskus rupture).2
Menjebolnya (hernia) nukleus pulposus bisa ke korpus vertebrae di atas atau
dibawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian dari
nukeus pulposus ke dalam korpus vertebrae dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal
sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus
intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus Schmorl merupakan kelainan yang
memdasari ‘low back pain’ subkronik atau kronik yang kemudian disusul oleh rasa nyeri
sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau siatika.3
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura.
Hal itu terjadi kalau tempat penjebolan di sisi lateral. Bila tempat herniasinya ditengah-
tengah, sudah tentu tidak ada radiks yang terkena. Lagi pula, oleh karena pada tingkat L.2
dan terus ke bawah sudah tidak terdapat medulla spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah
tidak akan menimbulkan kompresi pada kolomna anterior. Setelah terjadi hernia nukleus
pulposus sisa diskus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua corpora vertebrae
bertumpang tindih tanpa ganjalan.3
Yang patut dipertanyakan ialah bagaimana terjadinya robekan dalam annulus fibrosus.1
1. Keadaan diskus yang lemah telah dibawa sejak lahir. Bahwa faktor ini dalam banyak
hal memang ternyata dari fakta bahwa HNP seringkali multiple, kadnag-kadang
disertai anomali dari bagian bawah kol. vertebtalis seperti sakralisasi.1
2. Pengaruh suatu trauma yang nyata. Yang paling sering terjadi ialah: mengangkut
beban berat dalam posisi membungkuk dll. Yang aneh adalah bahwa trauma langsung
pada pinggang (jatuh atau pukulan) tidak mempunyai pengaruh yang besar. Seperti
kasus yang kita lihat dimana kombinasi HNP dan fraktur vertebralis adalah sangat
jarang.1
Gejala-gejala
Pada tahap dini, dimana hanya terjadi sobekan sirkumferensial dan radial saja,‘low
back pain’ yang dirasakan bersifat difus dan pegal. Pada tahap ini sakit pinggangnya tidak
dapat dibedakan dari ‘low back pain’ akibat spondilosis plus ‘lumbosacral strain’. Pada saat
penjebolan terjadi nyeri tajam hebat dirasakan langsung atau beberapa jam kemudian di
4
daerah pinggang. ‘Low back pain’ yang hebat ini sukar dibedakan dengan lumbago. Rasa
nyeri juga tergantung pada jumlah radiks yang terkena nukleus pulposus yang menjebol itu,
maka satu atau dua radiks akan mengalami iritasi, sehingga menimbulkan nyeri sepanjang
kawasan dermatomal satu atau dua radiks yang terkekan itu. Pada HNP lumbosakralis
tertentu nyeri hasil iritasi dirasakan sepanjang tungkai sesuai dengan perjalanan radiks yang
terkena.4
a. Gejala-gejala pada pinggang :
1. Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung lama dan
sifatnya periodic. Lambat laun rasa nyeri ini menjadi lebih konstan. Sering rasa
nyeri ini diprovokasi oleh posisi badan tertentu dan ketengangan, kadang-kadang
juga oleh hawa yang dingin dan lembab. Ini terutama disebabkan oleh karena
perubahan otot-otot dari punggung.1
2. Fiksasi dari pinggang. Sering lordosis menghilang, kadang-kadang ada skoliosis.
Pergerakan bagian bawah tulang belakang terbatas pada waktu membungkuk,
meluruskan dan memutar.1
3. Nyeri lokal pada tekanan dan ketokan. Sangat nyeri pada tekanan terbatas anatra 2
prosesi spinosi pada tempat prosesnya. Sangat patogonomomik bila nyeri tekan
disertai nyeri menjalar ke bokong atau tungkai.1
b. Gejala-gejala akar :
1. Low back pain disertai nyeri yang menjalar ke daerah iskhias diskus sebuah
tungkai (nyeri radikuler).1
2. O.s. secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri radikulernya,
sering dalam bentuk skoliosis lumbal yang hampir selalu homolateral, dengan lain
perkataan bokongnya menonjol kearah tungkai yang sakit.1
Terapi konservatif
Untuk nyeri pinggang (back pain) tanpa radikulopati, perawatan chiropraktik dapat
memperoleh kepuasaan pasien saat dilakukan dalam 6 minggu pertama, dan menunjukkan
adanya suatu kemanjuran dengan bukti medis yang ada. Injeksi (cth, epidural) mungkin dapat
sebagian membantu pasien yang mengalami radiculopati dengan adanya meredahnya gejala,
yang membuat pasien dapat meningkatkan aktivitas mereka dan memfasilitasi rehabilitasi.
Transcutaneous electrical nerve stimulation atau TENS juga mungkin dapat dilakukan,
karena secara subjektif membantu beberapa pasien yang berada dalam keadaan yang kronis.
5
Terapi juga dapat dilakukan dengan cara mendorong pasien untuk menyadari dan
berkompensasi atas ketidakmampuan diskus intervertebralisnya, secara mungkin, dengan
stabilisasi gerakan otot, mempertahankan fleksibilitas dengan olahraga seperti aerobic
kondisional, renang, yang dapat mengurangi tingkat gravitasi tubuh.5
Tindakan operasi
Prosedur yang paling umum digunakan dalam hernia nukelus pulposus adalah
mikrodiskektomi, dimana sebuah irisan kecil dibuat, dibantu dengan mikroskop operasi, dan
sebuah hemilaminotomi digunakan untuk memindahkan fragmen diskus yang menimpa
syaraf-syaraf. Banyak pasien yang menjalani mikrodiskektomi dapat menguragi rasa sakit
dan meredahkan nyeri kaki secara keseluruhan setelah satu malam penerimaan dan observasi.
Pasien yang merasakan dominasi nyeri pada punggung memiliki masalah yang berbeda,
meskipun HNP terjadi dan akan membutuhkan stabilisasi dengan perpaduan terapi yang
sesuai serta atroplasti.5
Teknik invasif memang belum dapat menggantikan standar prosedur mikrodiskektomi
namun dapat diringkas menjadi 2 kategori yaitu dekompresi diskus tengah (Central
decompression of the disk) dan fragmentektomi terarah (Directed fragmentectomy).5
Dekompresi diskus tengah dapat dilakukan secara kimiawi atau enzymatic bersama
chymopapain, dengan laser atau ablasi plasma (gas ion) dan penguapan, atau secar mekanik
dengan hembusan atau penyedotan menggunakan pisau seperti nukleotom atau dekompresi
lateral (mikrodiskektomi artroskopik).5
Fragmentektomi terarah mirip dengan sebuah mikrodiskektomi terbuka dan telah
mendemonstrasikan efek yang lebih baik daripada placebo. Prosedur ini menggunakan
pendekatan artroskopik dan penyelidikan yang mengarahkan rongeur pituitari yang fleksibel
dari diskus intervertebralis tengah menuju anulus posterior. Teknik-teknik endoskopik untuk
melakukan fargmentektomi terarah dan untuk meminimalkan gangguan struktur yang normal
untuk berkembang, namun keunggulan belum di perlihatkan meskipun hal ini meminimalkan
pendekatan invasif.5
Pasien dengan hernia diskus intervertebralis umumnya memiliki pemburukan diskus
atau kesalahan stabilitas klinik dengan nyeri punggung dibandingkan skiatika. Pasien-pasien
ini tidak sesuai hanya dengan mikrodiskektomi saja. Penggabungan lumbar juga banyak
digunakan pada kasus-kasus ini dan antroplasti juga dapat dipertimbangkan. Meskipun
6
demikian, pengobatan ini masih kontroversial karena bergantung pada nyeri pasien secara
subjektif dan keputusan klinis tanpa pertimbangan objektif.5
Penutup
Hernia nukleus pulposus merupakan keadaan jebolnya nukleus pulposus yang
disebabkan oleh degenerasi annulus fibrosus korpus intervertebralis. Hernia nukleus pulposus
ialah keadaan syaraf terjepit yang dapat terjadi karena kegiatan sesorang mengangkat beban
dalam posisi membungkuk. Pada bagian pinggang akan terasa nyeri yang tajam dan kuat,
langsung pada saat penjebolan nukleus pulposus atau beberapa jam kemudian. Dalam
pengobatan hernia nukleus pulposus dapat diterapkan terapi konservatif dengan olahraga
seperti renang dan dapat pula dilakukan tindakan pembedahan dengan mikrodisektomi atau
tindakan invasif yaitu dekompresi diskus tengah dan fragmentektomi terarah.
Daftar Pustaka
1. Mardjono M, Sidarharta P. Neurologi klinis dasar. Ed ke-5. Jakarta: PT Dian Rakyat ;
1989.h. 93-4.
2. Sastrodiwirjo S, Harahap TP, Kusumoputro S. Kumpulan kuliah neurologi. Dalam:
Sastrodiwirjo S. Hernia nukleus pulposus. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia ;1980.h. 56-9.
3. Sidarharta P. Sakit neuromuskuloskeletal dalam praktek umum. Jakarta: PT Dian
Rakyat ; 1983.h. 199.
4. Sidarharta P. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : PT Dian Rakyat ;
1985.h. 86-7.
5. Foster MR. Herniated nucleus pulposus. Last updated Medscape 8 January 2010.
Diunduh 4 Oktober 2011 dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/1263961-
overview#aw2aab6b2.