hnp edit
DESCRIPTION
asfTRANSCRIPT
REFERAT
KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGIRSPAD GATOT SUBROTO
PERIODE 28 SEPTEMBER-5 DESEMBER 2008FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
1
BAB I Anatomi Fungsional Vertebrae
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus
yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh
anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan
pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada
daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa
berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang
berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan
yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral,
juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP
sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah
20 tahun.
Menjebolnya (hernia)nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di
bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian
dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos
dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada
nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schomorl
merupakan kelainan mendasari “low back pain”sub kronik atau kronik yang
2
kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai khokalgia atau
siatika.
Tulang vertebrae terdiri dari 33 tulang yaitu 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang
torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal
masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan koksigeus satu
sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakum dan koksigeus. Diskus
intervertebrale merupkan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot
ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan
mobilitas vertebrae. (CAILLIET 1981).
Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang
secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang
tetap tegak. (CAILLIET 1981).
Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada
perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut
mempunyai bentuk yang sama. Korpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar
karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Prosesus transverses terletak
pada ke dua sisi korpus vertebra, merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung.
Sedikit ke arah atas dan bawah dari prosesus transverses terdapat fasies artikularis
vertebrae dengan vertebrae yang lainnya.
Arah permukaan facet join mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan
permukaan facet join. Pada daerah lumbal facet etak pada bidang vertical sagital
memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap
lordosis lumbalis kedua facet saling mendekat sehingga gerakan kalateral, obique dan
berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua
facet saling menjauh sehingga memungkinkan gerakan ke lateral berputar. (gb1,2).
3
Gambar 1. (CAILLIET 1981).
Arah pergerakan vertebrae ditentukan oleh arah facet-facetnya
A= Thoracics facets B= Lumbar facets
+ = gerakan dimungkinkan – = gerakan dihambat
Gambar 2. Pergerakan facet pada fleksi dan hiperekstensi (CAILLIET 1981)
4
Bagian lain dari vertebrae, adalah “lamina” dan “predikel” yang membentuk arkus tulang
vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis. Prosesus spinosus merupakan
bagian posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi tempat
melekatnya otot-otot punggung. Diantara dua buah buah tulang vertebrae terdapat
ntervertebralis yang berfungsi sebagai bentalan atau “shock absorbers” bila vertebra
bergerak. Gambar3.
Posisi kolumna vertebralis saat
melakukan gerakan sederhana.
A=pada saat beristirahat,
B=pada saat kolumna teregang,
C=pada saat kolumna
terkompresi. D=saatekstensi,
tulang vertebra di atas bergerak
ke arah posterior, sehingga
nucleus terdorong ke anterior.
E= pada saat fleksi, tulang
vertebrae di atas bergerak ke
anterior, sehingga nucleus
bergerak ke posterior. F= pada
saat laterofleksi. G= pada saat terdapat tekanan oblique pada kolumna. H= pada saat
rotasi aksial. Pada gerakan ini sering merobekkan annulus dan, diskus keluar ke posterior
melalui robekan annulus. (KAPANDJI 1974)
Diskus intervertebralis terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik yang
membungkus nucleus pulposus, suatu cairan gel kolloid yang mengandung
mukopolisakarida. Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi
air yang diletakkan diantara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang
merata bekerja pada vertebrae maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh
diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nucleus polposus
akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang berlawanan.
5
Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi,
laterofleksi (CAILLIET 1981) (lihat dambar 3).
Karena proses penuaan pada diskus intervebralis, maka kadar cairan dan elastisitas diskus
akan menurun. Keadaan ini mengakibatkan ruang diskus intervebralis makin menyempit,
“facet join” makin merapat, kemampuan kerja diskus menjadi makin buruk, annulus
menjadi lebih rapuh.
Gambar 4. Ligamentum longitudinale
posterior mulai menyempit setinggi L1
sampai setinggi L5. Pada L5 lebarnya
hanya setengah lebar diskus, sehingga
hemiasi diskus biasa terjadi di kiri-
kanannya (CAILLIET 1981)
Akibat proses penuaan ini mengakibatkan
seorang individu menjadi rentan
mengidap nyeri punggung bawah. Gaya
yang bekerja pada diskus intervebralis
akan makin bertambah setiap individu
tersebut melakukan gerakan membungkuk, gerakan yang berulang-ulang setiap hari yang
hanya bekerja pada satu sisi diskus intervebralis, akan menimbulkan robekan kecil pada
annulus fibrosus, tanpa rasa nyeri dan tanpa gejala prodromal. Keadaan demikian
merupakan “locus minoris resistensi” atau titik lemah untuk terjadinya HNP (Hernia
Nukleus Pulposus). Sebagai contoh, dengan gerakan yang sederhana seperti
membungkuk memungut surat kabar di lantai dapat menimbulkan herniasi diskus.
Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang vertebrae. Ligamentum ini
berfungsi membatasi gerak pada arah tertentu dan mencegah robekan. (CAILLIET 1981)
6
Diskus intervebralis dikelilingi oleh ligamentum anterior dan ligamnetum posterior.
Ligamentum longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus vertebrae, besar dan
kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara vertebrae yang satu dengan yang
lainnya. ligamentum longitudinal posterior berjalan di bagian posterior corpus vertebrae,
yang juga turut memebntuk permukaan anterior kanalis spinalis. Ligamentum tersebut
melekat sepanjang kolumna vertebralis, sampai di daerah lumbal yaitu setinggi L 1,
secara progresif mengecil, maka ketika mencapai L 5 – sacrum ligamentum tersebut
tinggal sebagian lebarnya, yang secara fungsional potensiil mengalami kerusakan.
Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik lemah dimana gaya
statistik bekerja dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi, disitulah mudah terjadi
cidera kinetik. (CAILLIET 1981) (lihat gambar 4).
Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya. Otot yang
berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif mengekstensikan
vertebrae lumbalis adalah : M. quadraus lumborum, M. sacrospinalis, M.
intertransversarii dan M. interspinalis. Otot fleksor lumbalis adalah muskulus
abdominalis mencakup : M. obliqus eksternus abdominis, M. internus abdominis, M.
transversalis abdominis dan M. rectus abdominis, M. psoas mayor dan M. psoas
minor.Otot latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus lumborum, M. psoas mayor dan
minor, kelompok M. abdominis dan M. intertransversarii.
Jadi dengan melihat fungsi otot di atas otot punggung di bawah berfungsi menggerakkan
punggung bawah dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri.
Medulla spinalis dilindungi oleh vertebrae. Radix saraf keluar melalui canalis spinalis,
menyilang discus intervertebralis di atas foramen intervertebralis.
7
Gambar 5. Bangunan anatomis vertebrae yang sensitive terhadap rasa nyeri. PLL =
Ligamentum posterior longitudinalis, LF = Ligamantum flavumVB = badan vertebrae,
FA = facet artikulasi, NR = Nerve root, IVD = Diskus interspinosus, + = sensitive
terhadap nyeri, – = tidak menimbulkan rasa nyeri (MANCINI 1985)
Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua yaitu ramus
anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut mempersarafi “face t”.
Akibat berdekatnya struktur tulang vertebrae dengan radix saraf cenderung rentan
terjadinya gesekan dan jebakan radix saraf tersebut.
Bangunan anatomis vertebrae yang sensitive terhadap nyeri adalah sebagai berikut : (lihat
gambar 5).
Semua ligamen, otot, tulang dan facet join adalah struktur tubuh yang sensitive terhadap
rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris.
8
Gambar 6. Kiri: vertebrae dari samping menggambarkan sikap badan statis. Kanan :
beberapa kemungkinan “alignment” vertebrae pada sudut L-S yang berbeda-beda. A.
Fisiologis, B. sudut membesar. C. sudut mengecil (CAILLIET 1981).
Kecuali ligament flavum, discus intervertebralis dan Ligamentum interspinosum ; karena
tidak dirawat oleh saraf sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur
tersebut di atas seperti tekanan dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri.
Nyeri punggung bawah sering berasal dari ligamentum longitudinalis anterior atau
posterior yang mengalami iritasi. Nyeri artikuler pada punggung bawah berasal dari
facies artikularis vertebrae beserta kapsul persendiannya yang sangat peka terhadap nyeri.
Nyeri yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena : aktivitas motor neuron, ischemia
9
muscular dan peregangan miofasial pada waktu otot berkontraksi kuat. (Zimmermann M.,
1987)
Tulang belakang mempunyai tiga lengkungan fisiologis yaitu lordosis servikalis,
kyphosis thorakalis dan lordosis lumbalis. Bila dilihat dari samping dalam posisi tegak
ketiga lengkungan fisiologis ini disebut posture atau sikap (lihat gambar 6). Posture yang
baik adalah posture tidak memerlukan tenaga, tidak melelahkan, tidak menimbulkan
nyeri, yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu tertentu dan secara estetis
memberikan penampilan yang dapat diterima. Disini terjadi keseimbangan antara kerja
ligamen dan torus minimal otot.
Gambar 7. Sudut lumbosakral. A. sudut lumbosakral pada sikap tegak. B. Dengan
bertambahnya sudut lumbosakral. Lordosis lumbalis bertambah. C. Lordosis berkurang
dengan mengecilnya sudut lumbosakral (CAILLIET 1981)
Secara keseluruhan posture dipengaruhi oleh keadaan anatomi, suku bangsa, latar
belakang kebudayaan, lingkungan pekerjaan, sex dan keadaan psikis seseorang. Sudut
lumbosakral adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan ossakrum dengan garis
horizontal. Normal besar sudut lumbosakral (sudut Ferguson) 30 derajat. Rotasi pelvis ke
atas memperkecil sudut lumbosakral sedangkan rotasi pelvis ke bawah memperbesar
sudut lumbosakralis. (lihat gambar 7). Gerakan ekstensi vertebrae dari vertebrae lumbalis
hanya sedikit. Hiperekstensi dicegah oleh Ligamantum longitudinale anterior. Sedangkan
10
gerakan fleksi 60% - 75% terjadi pada antara L5 dan S1, 20 % - 25 % terjadi antara L4
dan L5 dan 5% - 10% terjadi antara L1 – L4 (terbanyak antara L2 – L4). (lihat dambar 8).
Gambar 8. Tempat dan besarnya fleksi yang mungkin pada vertebrae lumbalis
(CAILLIET 1981)
Bila seseorang membungkuk untuk mencoba menyentuh lantai dengan jari tangan tanpa
fleksi lutut, selain fleksi dari lumbal harus dibantu dengan rotasi dari pelvis dan sendi
koksae. Perbandingan antara rotasi pelvis dan fleksi lumbal disebut ritme lumbal-pelvis.
(lihat gambar 9).
Secara singkat punggung bawah merupakan suatu struktur yang kompleks; dimana tulang
vertebrae, discus intervertebralis, ligamen dan otot akan akan bekerjasama membuat
manusia tegak, memungkinkan terjadinya gerakan dan stabilitas. Vertebrae lumbalis
berfungsi menahan tekanan gaya static dan gaya kinetik (dinamik) yang sangat besar
maka dari itu cenderung terkena ruda paksa dan cedera. (CAILLIET 1981).
11
Gambar 9. Ritma Lumbal-pelvis. Pada pelvis yang terkilir, fleksi ekstensi dari vertebrae
lumbalis terutama terjadi pada segmen L4-L5 dan L5-S1. (CAILLIET 1981)
12
BAB II Herniated Nucleus Pulposus
Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah menjebolnya nukleus polposus kedalam kanalis
vertebralis akibat degenerasi anulus fibrosus korpus intervertebral. Terdorongnya nucleus
pulposus suatu zat yang berada diantara ruas-ruas tulang belakang, dari tempatnya semula
bisa kearah belakang baik lurus maupun kearah kanan atau kiri akan menekan sumsum
tulang belakang atau serabut-serabut sarafnya dengan mengakibatkan terjadinya rasa
sakit yang sangat hebat. Hal ini terjadi karena ruda paksa (trauma/kecelakaan) dan rasa
sakit tersebut dapat menjalar ke kaki baik kanan maupun kiri (iskhialgia). Adapun sebab
lain yang perlu kita perhatikan adalah: tumor, infeksi, batu ginjal, dan lain-lain.
Kesemuanya dapat mengakibatkan tekanan pada serabut saraf.
Salah satu akibat trauma berulang pada diskus intervertebralis walaupun ringan dapat
menyebabkan robeknya anulus fibrosus. Robeknya pembungkus bantalan menyebabkan
keluarnya inti dari bantalan tulang yang masuk ke dalam rongga tulang belakang. Hal
tersebut dapat menekan pembuluh darah balik, kantung saraf maupun saraf itu sendiri.
Iritasi akibat penekanan dari bantalan tulang tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri
sampai kelumpuhan dari saraf yang tertekan.
Pada trauma berulang berikutnya robeknya tersebut dapat menjadi lebih lebar atau
meluas dan di samping itu terjadi pula robekan-robekan bersifat radial. Bila hal ini terjadi
maka menjebolnya nukleus pulposus hanya menunggu waktu saja. Tergantung triger
sehingga dapat menyebabkan daya mekanik yang berat pada diskus; seperti mengangkat
beban berat dengan posisi yang tidak benar, menarik beban yang berat maka hernia
nukleus pulposus dapat terjadi ke berbagai arah;
1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak mengakibatkanya
munculnya gejala yang berat kecuali nyeri.
2. Bila menonjolnya nukleus ke arah dorsal medial maka dapat menimbulkan
penekanan medulla spinalis dengan akibatnya gangguan fungsi motorik maupun
13
sensorik pada ektremitas, begitu pula gangguan miksi dan defekasi yang bersifat
UMN
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat
menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan
menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
4. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke dalam korpus
vertebral dan disebut dengan nodus Schmorl.
HNP termasuk sakit pinggang yang diskogenik yang berarti nyeri yang disebabkan
karena gangguan diskus interverteralis. Protrusi atau herniasi diskus dapat terjadi dalam
beberapa tingkat keparahan tergantung dengan jauhnya penonjolan.
BAB III ETIOLOGI
HNP dapat disebabkan beberapa keadaan :
beban berat sebelah diangkat tangan kanan atau kiri
atau sistem ligamentum yang kurang kuat atas dudukan tulang belakang.
riwayat trauma lokal, sembuh kurang terkoordinasi.
Pelunakan komposis tulang vetebra (belakang /punggung)
Osteoporosis dapat pula diikuti HNP bila tak seimbang antara kanan-kiri.
Gerakan yang tidak dianjurkan : angkat berat, angkat berat yang tak seimbang
kanan - kiri dan memutar-mutar atau meliuk-liuk secara berlebihan.
Olah raga yang berdampak "streching" tulang belakang tidak simetri kiri - kanan
Terdapat beberapa kontroversi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan ruptur diskus
intervertebralis. Beberapa faktor diantaranya trauma, posisi tubuh yang salah, penyakit
degenerative.
Faktor trauma ini dapat terjadi dalam 1 kejadian, seperti jatuh terduduk cukup keras dan
langsung dapat menyebabkan pecahnya Nucleus Pulposus (gel pada disc/bantalan ruas
tulang belakang) akibat tekanan berat/shock di sepanjang tulang belakang pada saat jatuh
terduduk. Pada anak muda yang mengalami jatuh seperti ini, biasanya mereka tidak akan
14
merasakan sakit pada saat itu juga, malah cenderung mereka bisa langsung berdiri dan
melakukan aktivitas seperti biasa. Namun kebanyakan kasus yang terjadi, mereka akan
merasakan gejala sakit pinggang bertahun-tahun kemudian. Berbeda halnya bila cedera
ini terjadi pada orang yang sudah berumur. Mereka akan merasakan nyeri pada
pinggangnya secara langsung. Hal ini dikarenakan karena perbedaan elastisitas dari
Nucleus Pulposus (gel pada disc/ bantalan ruas tulang belakang) itu sendiri. Nucleus
Pulposus terdiri dari air dan kolagen yang mempunyai kekuatan dan elastisitas untuk
menahan beban dalam ruas tulang belakang, pada saat kita berdiri dan duduk. Pada anak
muda, kandungan air dalam Nucleus Pulposus masih tinggi, sehingga dapat menahan
shock/tekanan yang lebih tinggi, ketimbang pada orang tua, yang Nucleus Pulposusnya
telah mengalami degenerasi/penurunan karena kandungan air telah menurun (aging
process).
Postur Tubuh yang tidak baik (melengkung) menyebabkan pendistribusian
tekanan pada tulang belakang tidak merata, sehingga terdapat titik-titik tertentu
pada ruas tulang belakang mengalami tekanan yang lebih tinggi dibandingkan
kekuatan normal Nucleus Pulposus dalam menahan tekanan. Tekanan yang lebih
tinggi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan Nucleus Pulposus mengalami
bulging, bahkan pecah. Hal ini dapat terjadi pada bagian leher / cervical atau
pinggang/lumbal.
Disc atau bantalan ruas tulang belakang dapat mengalami degenerasi, sehingga
melemahkan kekuatannya untuk dapat menahan dan mendistribusikan secara
merata tekanan pada tulang belakang. Degenerasi atau penurunan kualitas Disc ini
dapat disebabkan oleh Nutrisi yang buruk pada Disc, dan juga dapat disebabkan
oleh proses reaksi biokimia antara glukosa dan kolagen dalam Disc. Beberapa
riset juga menunjukkan ada kemungkinan DDD (Degenerative Disc Disease)
terhubung dengan genetik dalam keluarga. Semua sel dalam tubuh kita
memerlukan nutrisi yang baik (protein, air, oksigen yang terbawa dalam darah),
untuk berkembang, menduplikasi dan menyembuhkan diri sendiri. Begitu juga
halnya dengan Disc di antara tulang belakang. Namun karena struktur tulang
belakang yang sedemikian rupa, sehingga tidak ada pembuluh darah yang
15
memberikan asupan langsung pada Disc dan sampai ke Nucleus Pulposus.
Padahal asupan nutrisi ini penting untuk kehidupan dan kekuatan Nucleus
Pulposus dalam menjalankan fungsinya. Nutrisi pun harus menempuh rute yang
lebih jauh untuk bisa berdifusi sampai ke dalam Disc dan memberi makan
Nucleus Pulposus. Tanpa nutrisi yang cukup, sel-sel dalam Nucleus Pulposus
akan kehilangan kandungan air, dan mengalami degenerasi perlahan-lahan. Rute
yang panjang dan sulit ditempuh oleh nutrisi ini diperburuk juga oleh diet dan gizi
yang buruk. Alkohol, rokok dan kurang minum air dikatakan mempersulit
jalannya nutrisi ke dalam Disc. Begitu juga dengan kurang pergerakan ringan di
sekitar ruas tulang belakang. Oleh karena itu amat disarankan untuk mengurangi
rokok dan alkohol, banyak minum air untuk hidrasi tubuh, serta banyak olahraga
ringan untuk tulang belakang, sehingga membantu difusi dari nutrisi masuk ke
Disc. Olahraga/pergerakan ringan di sekitar tulang belakang ini dapat membantu
nutrisi menembus lapisan-lapisan untuk sampai ke tempat tujuan.
Proses reaksi biokimia antara glukosa dan kolagen dalam Disc.
Proses ini terjadi secara natural antara glukosa dalam tubuh dan kolagen dalam
Disc. Reaksi biokimia ini merubah struktur kolagen menjadi lebih mudah keras
dan lengket, sehingga Disc mengalami degenerasi.
Beberapa riset menunjukkan ada faktor-faktor yang mengarah pada genetik yang
diturunkan dalam keluarga yang menyebabkan DDD. Hal ini mungkin terjadi
karena faktor-faktor seperti struktur kerangka kolagen dalam disc, pengaruh
genetik dalam peredaran darah, dan metabolisme Disc. Belum ada konklusi yang
pasti dalam penelitian ini, namun berhati-hatilah jika banyak dari anggota
keluarga anda yang mengalami saraf terjepit. Jagalah selalu postur tubuh anda,
sehingga tidak menimbulkan tekanan yang abnormal terhadap ruas tulang
belakang dan bantalannya.
IV. PATOFISIOLOGI
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif
yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus
menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di
16
anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma (jatuh, kecelakaan,
dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun
tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula
spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap
sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan
pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura.
Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-
tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus
kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak
akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis
sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
BAB IV Gambaran klinis
Gambaran klinis tergantung dari letak penekanan pada bantalan tulang belakangnya. Itu
bisa terjadi akibat adanya riwayat jatuh, mengangkat benda-benda yang berat, atau
adanya rasa baal (kesemutan). Pada kelainan ini, gejalanya biasanya bilateral atau
dirasakan pada kedua sisi. Meskipun dapat pada salah satu sisi lebih berat. Perasaan
pinggang seperti terikat, sampai adanya kelumpuhan, adanya rasa kesemutan di daerah
kaki yang sesuai dengan distribusi saraf tersebut.
Penderita yang lebih berat, adanya gangguan pada buang air besar maupun kecil.
Manifestasinya berupa sulit kencing atau buang air besar maupun sulit menahannya.
17
Henia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik
kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu,
ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat
skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang
terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan
tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah
tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi
nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps
terdiri:
1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut:
1. Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai
yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2. Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3. Tes Lasegue.
Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan Bragard yang positif.
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan bawah.
Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus ekstensor
kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
Hernia servicalis
- Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)
- Atrofi di daerah biceps dan triceps
- Refleks biceps yang menurun atau menghilang
18
- Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.
Hernia thorakalis
- Nyeri radikal
- Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis
- Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
BAB V EPIDEMIOLOGI
Penderita biasa pada usia produktif berusia antara 20 dan 45 tahun.
Lebih banyak diderita pria mungkin diakibatkan pria lebih banyak beban kerja
yang berisiko
HNP paling sering terjadi di daerah lumbalis (70-90 %) pada L4-L5 dan L5-S1
HNP di daerah servikalis sebanyak 10 persen
HNP di daerah thorax sangat jarang sekitar 1 persen
V .PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
Motoris
- Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan
fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat.
- Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.
Sensoris
- Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
- Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat sementara.
19
1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)
Cara pemeriksaan: pasien dalam rileks berbaring terlentang dan dilakukn fleksi
pada sendi pnggul sewaktu tungkai dalam ekstensi. Selama fleksi sendi panggul
dilakukan perlahan-lahan ditanyakan pada pasien apakah ia merasa nyeri dan
dimana rasa nyeri tersebut terjadi.
Penilaian: tanda ini ada bila sudah timbul rasa nyeri di lekuk iskiadikus atau
adanya tahanan pada waktu dilakukan fleksi kurang dari 60°. Perlu dilakukan
penilaian sesisi atau kedua sisi
2. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari ibu
jari kaki (L5).
3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5), atau
plantarfleksi (S1).
Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit.
Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki.
4. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan indikasi
untuk segera operasi.
5. Kadang-kadang terdapat anestesia di perincum, juga merupakan indikasi untuk operasi.
6. Tes kernique
Cara pemeriksaan: pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri.
Penilaian: tanda ini positif bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135°
disertai spasme otot paha, biasanya diikuti rasa nyeri.
7.Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks antara L5 – S1
terkena.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
2. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk
penyakit spinal lumbal.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada
MRI
20
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang
terkena.
21
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, gambaran klinis dan gambaran
radiologis. Ada adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan berualangkali,
timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.5
Diagnosa pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat ditemukan secepat
mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat dengan
penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang, testnya tidak dibutuhkan
lagi. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan suatu lokalisasi
yang akurat yang akurat
BAB VI PENATALAKSANAAN
Penangan HNP dapat dilakukan dalam beberapa langkah penata laksanaan diantaranya
adalah:
Perawatan konservatif farmakologi:
Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang disebabkan oleh trauma
(seperti kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang sangat berat) dan segera diikuti
dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat pengurang rasa nyeri dan NSAIDS akan
dianjurkan (MIS : fentanyl).
Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas otot, biasanya
diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin diberikan dalam bentuk pil atau langsung ke
dalam darah lewat intravena. Pada pasien dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai
zat antispasmodik seperti diazepam. NSAID Nebumeton yang merupakan pro drugs dan
efek sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek sampingnya relatif lebih sakit, terutama
efek samping terhadap saluran cerna, dengan dosis 1 gram / hari. Pemakaian jangka
panjang biasanya terbatas pada NSAID’S, tapi adakalanya narkotika juga digunakan (jika
nyeri tidak teratasi oleh NSAID’S). untuk orang yang tidak dapat melakukan terapi fisik
karena rasa nyeri, injeksi steroid di belakang pada daerah herniasi dapat sangat
membantu mengatasi rasa sakit untuk beberapa bulan. Dan disertai program terapi rutin.
Muscle relexant diberikan parenteral dan hampir selalu secara iv.
22
Perawatan konservatif non-farmakologis:
1. Bed Rest mutlak di tempat tidur yang padat dengan posisi yang relaks, lutut agak
ditekuk dan di bawah pinggang untuk HNP lumbalis tergantung keparahannya
sedangkan pada NHP servikalsi dipakai bantal yang “comfort” untuk mengurangi
strain dari otot leher. Ini dapat dilakukan di rumah maupun di rumah sakit selama
2 sampai 3 minggu dengan tidur di atas papan yang keras. Penangannya dilakukan
fisioterapi dengan memakai semacam jaket khusus (Plaster Jacket/Spinal Brace
2. Aplikasi pemanasan di area yang nyeri/sakit
Traksi tidak banyak membantu kecuali pasien menjadi lebih patuh di tempat tidur.
Bila nyeri sudah berkurang dapat dilakukan latihan secara bertahap.
3. Pada mobilisasi diperlukan korset lumbal dan servikal
4. Berenang baik untuk pasca-HNP lumbalis namun tidak baik untuk HNP servikal
Fisioterapi
Tirah baring (bed rest) 3 – 6 minggu dan maksud bila anulus fibrosis masih utuh
(intact), sel bisa kembali ke tempat semula.
Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxan trankuilizer.
Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk meringankan nyeri.
Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan neurologis,
indikasi operasi.
Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi, jangan mengangkat benda
berat, tidur dengan alas keras atau landasan papan.
Fleksi lumbal
Pemakaian korset lumbal untuk mencegah gerakan lumbal yang berlebihan.
Jika gejala sembuh, aktifitas perlahan-lahan bertambah setelah beberapa hari atau
lebih dan pasien diobati sebagai kasus ringan.
23
Tindakan operatif
Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya
gangguan neurologis. Penderita yang telah didiagnosa HNP. Maka terapi konservatiplah
yang harus diselenggarakan. Bilamana kasus HNP masih baru namun nyerinya tidak
tertahan atau defisit motoriknya sudah jelas dan mengganggu, maka pertimbangan untuk
operasi atau tidak sebaiknya diserahkan kepada dokter ahli bedah saraf. Faktor sosio
ekonomi yang ikut menentukan operasi secepatnya atau tidak ialah profesi penderita.
Seorang yang tidak dapat beristirahat cukup lama karena persoalan gaji dan cuti sakit,
lebih baik menjalani tindakan operatif secepat mungkin daripada terapi konservatif ynag
akan memerlukan cuti berkali-kali. Bilamana penderita HNP dioperasi yang akan
memerlukan harus dibuat penyelidikan mielografi. Berdasarkan mielogram itu dokter ahli
bedah saraf dapat memastikan adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya. Diskografi
merupakan penyelidikan diskus yang lebih infasif yang dilakukan bilamana mielografi
tidak dapat meyakinkan adanya HNP, karena diskrografi adalah pemeriksaan diskus
dengan menggunakan kontras, untuk melihat seberapa besar diskus yang keluar dari
kanalis vertebralis.
Diskectorny dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general
anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan
pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko pengumpulan darah.
Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus
yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih
24
ekstensif mungkin diperlukan. Dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk
sembuh (recovery).
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan
fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan – ray
dan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke dalam
herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini
merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus tertentu.
Biasanya penderita boleh memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah ia
diperbolehkan bangun atau turun dari tempat tidur.
BAB VI PENCEGAHAN
Berbagai literatur menyarankan agar sedapat mungkin menjauhi stress, belajar bersikap
rileks dan menghindari rutinitas. Selain itu, pelajari cara mengangkat beban, berdiri,
duduk, dan berbaring dengan benar. Lebih dari itu, olah raga teratur bermanfaat untuk
meningkatkan kelenturan otot-otot dan sendi punggung.
Gejala-gejala yang timbul mempunyai peranan yang oleh karena merupakan
peringatan tentang posisi atau sikap tubuh yang salah ketika duduk, cara mengangkat
beban yang salah, stamina tubuh yang kurang baik, dan pergerakan sendi tulang belakang
yang terbatas. Nyeri pinggang muncul sebagai akibat kerusakan tulang belakang, jaringan
lunak penghubung tulang belakang, cidera otot atau jaringan saraf tulang belakang
dengan lapisan pelindungnya. Tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1) Duduk dengan posisi tegak
Dapat dicegah dengan menggunakan kursi dengan sandaran tinggi dan kuat. Apabila
capek dan ingin meregangkan kaki, jangan lakukan sembari duduk, tetapi dilakukan
dengan cara berbaring. Bila harus duduk lama seperti dalam perjalanan jauh dapat
menggunakan bantal untuk menahan punggung.
25
2) Ketika mengangkat beban berat
Menjaga posisi pinggang agar tetap tegak. Harus berjongkok dengan pinggang tegak dan
bukan membungkuk. Caranya dengan menekuk lutut dan biarkan kaki yang menerima
beban karena kaki lebih kuat dari pada punggung.
3) Tidur di atas tempat tidur yang keras
Tempat tidur yang terlalu empuk akan membuat pinggang dalam posisi melengkung
sehingga akan merasa tidak nyaman saat bangun tidur.
4) Capailah bobot yang normal
Orang gemuk mudah nyeri pinggang karena ada beban tubuh yang harus diterima
punggung
5) Khusus perempuan, hindari sepatu bertumit tinggi
Tumit tinggi, terutama yang ujungnya runcing, akan menyebabkan tekanan tidak wajar
pada pinggang. Agar lebih aman dapat memakai sepatu bertumit rendah dan usahakan
tegak selama berdiri atau berjalan.
Beberapa kebiasaan yang perlu dilakukan supaya pinggang tidak terganggu:
1) Saat mengangkat benda yang berat, tekuk lutut dengan menggunakan otot-otot kaki.
Posisi punggung tetap tegak dan angkat benda tersebut dekat dengan tubuh. Jangan
membungkuk dengan menekuk pinggang, poroskan kaki dan jangan memutar punggung
saat memindahkn benda.
2) Meluncurkan benda berat, dilakukan dengan mendorong jangan menarik
3) Tetap dalam kondisi bugar
Kenaikan berat badan lima pound pada pinggang, dapat menimbulkan ketegangan pada
tulang belakang bagian pinggang dan hal tersebut bisa bermasalah dikemudian hari.
4) Untuk memberi tekananan pada pinggang, tidur secara miring dengan menekuk lutut.
Latihan untuk menghilangkan nyeri pinggang:
1) Baringkan punggung dengan lutut tertekuk dan terbuka selebar mungkin. Letakkan
lengan di atas paha luar tempat pertemuan pinggul.
26
2) Kendurkan otot pinggang dan tekuk ke bawah dengan lengan untuk merentangkan
tulang belakang. Melakukan latihan selama beberapa menit setiap hari dapat membantu
membebaskan tekanan pada saraf dan cakram serta menempatkan kembali vertebra yang
sedikit melenceng (Heru Purbo Kuntoro. 1999).
Teknik mengangkat beban
Cara mengangkat barang yang benar adalah:
a. Pakai sepatu yang stabil, bukanya sandal atau sepatu bertumit tinggi
b.Pastikan kaki dalam keadaan teguh dan stabil, dalam keadaan 90° dan rapatkan kaki
pada barang yang hendak diangkat
c. Bengkokkan lutut dan rendahkan badan
d. Pastikan pinggang tegak
e. Angkat barang ke paras abdomen dan angkat barang perlahan-lahan, jika barang agak
berat, tumpu dengan otot kaki
f. Pastikan lutut bengkok ketika mengangkat barang
g. Dapatkan bantuan jika barang terlalu berat untuk diangkat seorang
h. Gunakan troli atau peralatan lain untuk mengalihkan barang yang terlalu berat.
Cara yang salah atau perlu dielakan ketika mengangkat barang:
a. Jangan angkat barang yang terlalu berat
b. Jangan membengkokkan badan (pada pinggang) ketika memungut barang
c. Hindarkan memutar pinggang ketika membawa barang berat
d. Jangan mengangkat barang melebihi kepala
e. Hindarkan mengangkat barang secara cepat atau mendadak
f. Seimbangkan berat badan, pastikan mengangkatnya di tengah, dengan itu beban sama
di kiri dan kanan
g. Jangan mengangkat barang berat apabila memakai sepatu dengan tumit tinggi
h. Jangan mengangkat barang berat apabila pernah mengalami atau menghadapi masalah
sakit pinggang.
27
Untuk melindungi diri dari sakit pinggang, maka disarankan untuk mempraktekan teknik
mengangkat sebagai berikut:
1) Mencoba beban yang akan diangkat
2) Recanakan gerakan
3) Gunakan sikap seimbang dengan saku kaki didepan
4) Raih beban kuat-kuat
5) Bengkokan lutut
6) Bawa beban sedekat mungkin dengan tubuh
7) Kencangkan otot perut ketika mulai mengangkat
8) Jaga kepala dan bahu tetap tegak
9) Angkat dengan lengan
10) Menurunkan beban ke bawah dengan hati-hati.
Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi dua prinsip kinetis,
yaitu:
1) Beban diusahakan menekan pada otot tugkai yang kuat dan sebamyak mungkin otot
tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.
2) Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan. Untuk menerapkan
kedua prinsip kinetis itu setiap kegiatan mengangkut dan mengangkat harus dilakukan
sebagai berikut:
a) Pegangan harus tepat.
Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari
yang dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari tersebut harus dihindarkan.
b) Lengan harus berada sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus. Fleksi pada
lengan untuk mengangkut dan mengangkat menyebabkan ketegangan otot statis yang
melelahkan.
c) Punggung harus diluruskan. Dagu ditarik segera stelah kepala bisa ditegakkan lagi
seperti pada permulaan gerakan. Dengan posisi kepala dan dagu yang tepat, seluruh
tulang belakang diluruskan.
28
d) Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum
yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu kaki ditempatkan ke arah jurusan gerakan
yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong
tubuh pada gerakan pertama.
e) Berat badan dimanfaatkan untuk :
1) Menarik dan mendorong
2)Gaya untuk gerakan dan perimbangan.
f) Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat
gravitasi tubuh (Suma`mur, 1989:25).
X. PROGNOSIS
Terapi konservatif yang dilakukan dengan traksi merupakan suatu perawatan yang praktis
dengan kesembuhan maksimal. Kelemahan fungsi motorik dapat menyebabkan atrofi
otot dan dapat juga terjadi pergantian kulit.
29