hipertensi makalah
TRANSCRIPT
BAB II
KONSEP
A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistol, yang tingginya tergantung umur
individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu,
tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami. Hipertensi juga sering
digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat, berdasarkan tekanan diastol.
Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole 95-104, hipertensi sedang 105-114,
sedangkan hipertensi berat tekanan diastolnya lebih dari 115.
Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistol tanpa disertai peningkatan
diastol lebih sering terjadi pada lansia, sedangkan hipertensi dengan peningkatan
tekanan diastol tanpa disertai peningkatan tekanan sistol lebih sering terdapat pada
dewasa muda. Hipertensi dapat pula digolongkan sebagai esensial atau idiopatik,
tanpa etiologi spesifik, yang paling sering dijumpai. Bila ada penyebabnya disebut
hipertensi sekunder.
Krisis hipertensi dibagi ke dalam 2 kelompok berdasarkan kecepatan pengobatan
yang diperlukan:
1. Kegawatan hipertensi (hipertensi emergency) adalah krisis hipertensi yang
disertai kerusakan organ target yang terjadi endadak atau sedang dalam
proses. Karenanya tekanan darah harus segera diturunkan dalam waktu
beberapa menit.
2. Hipertensi mendesak (hipertensi urgency) adalah krisis hipertensi tanpa
kerusakan organ target sehingga penurunan tekanan darah bisa dilakukan
lebih lambat, yaitu dalam waktu beberapa jam.
Contoh kegawatan hipertensi adalah hipertensi dengan gangguan otak
(ensefalopati), hipertensi dengan stroke, hipertensi dengan edema paru, dan
eklampsia (kehamilan dengan hipertensi dan kejang kejang, hipertensi dengan
perdarahan hidung yang hebat). Contoh hipertensi mendesak adalah hipertensi
dengan gagal jantung, hipertensi maligna (hipertensi yang cepat meningkat disertai
antara lain kelainan mata/edema papil, penurunan fungsi ginjal dan sebagainya), dan
hipertensi nyeri dada.
B. Penyebab/Etiologi Hipertensi
Penyebab terjadinya hipertensi bergantung kepada jenis hipertensi yang
diderita. Hipertensi terbagi menjadi dua jenis yaitu hipertensi esensial atau primer dan
hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi primer belum diketahui secara pasti, namun
diduga penyebab dari hipertensi primer berhubungan dengan beberapa sebab, yaitu:
1. Obesitas
2. Hiperkolesterolemia
3. Aterosklerosis
4. Diet tinggi garam
5. Diabetes
6. Stres
7. Riwayat keluarga
8. Merokok
9. Kurang olahraga
Sedangkan hipertensi sekunder terjadi akibat beberapa penyakit, yaitu:
1. Renovaskular, yaitu penyakit parenkim misalnya glomerulonefritis akut,
penyempitan arteri renalis akibat aterosklerosis.
2. Penyakit atau sindrom cushing, disebabkan peningkatan sekresi
glukokortikoid akibat penyakit adrenal atau disfungsi hipofisis.
3. Aldosteronisme primer, yaitu peningkatan sekresi aldosteron akibat tumor
adrenal.
4. Feokromositoma, yaitu terjadinya tumor medula adrenal yang berakibat
peningkatan sekresi katekolamin adrenal.
5. Koarktasio aorta, yaitu konstriksi aorta bawaan pada tingkat duktus arteriosus,
dengan peningkatan tekanan darah diatas konstriksi dan penurunan tekanan
dibawah konstriksi. (Tambayong, 2000).
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan
denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka,
peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat
menyebabkan hipertensi.
1. Usia
Pada yang berusia kurang dari 35 tahun jelas menaikkan insiden penyakit
arteri koroner dan kematian prematur.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada
usia pertengahan dan lebih tua, insidens painsidens pada wanita meningkat, sehingga
pada usia diatas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang
berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam.
Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau 3,3 kali lebih tinggi
daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.
4. Pola hidup
Pola hidup seperti jarang berolahraga dan sering mengonsumsi manakan yang
tidak sehat seperti mengandung banyak garam dan banyak mengandung kolesterol
tinggi bisa memicu tejadinya hipertensi.
C. Patofisiologi
Tekanan darah merupakan gaya desakan darah terhadap dinding
pembuluh darah arteri ketika darah dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh.
Tekanan darah dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu curah jantung dan ketahan
perifer. Tingginya tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah
yangdipompakan jantung (curah jantung) dan diameter pembuluh darah.
Perubahan pada kedua faktor ini menyebabkan tekanan darah meningkat atau
dengan kata lain menyebabkan hipertensi.
Pengatur pembuluh darah yang berpusat pada medulla di otak
mengatur apakah pembuluh darah harus konstriksi atau berdilatasi, melalui
saraf simpatis. Saraf simpatis terdiri dari pre ganglion, ganglion, dan pasca
ganglion. Pada pasca ganglion terdapat adrenergik yang melepaskan
neurotransmiter berupa norepinefrin (NE) dan epinefrin yang merupakan
vasokonstriktor. Norepinefrin dan epinefrin akan membuat pembuluh darah
berkonstriksi, sehingga tahanan perifer meningkat.
Vasokonstriksi menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun. Hal ini
merangsang sel juxtaglomerular. Aparatus sel juxtaglomerular di dalam ginjal
berperan sebagai baroreseptor. Ketika terjadi penurunan aliran darah dan
tekanan arteri pada ginjal maka sel juxtaglomerular akan terangsang dan
terstimulasi untuk mensekresi enzim renin dari ginjal. Selain penurunan aliran
darah ke ginjal, penurunan jumlah ion Na dan Cl melalui tubulus distal juga
akan menstimulasi ginjal untuk mensekresi enzim renin. Selain akibat aliran
darah ke ginjal yang berkurang, terdapat faktor lain. Adanya rangsangan di
dalam saraf simpatis oleh katekolamin juga dapat mempercepat pelepasan
renin.
Enzim renin akan merubah angiotensin yang dihasilkan oleh hati
menjadi angiotensin I di dalam darah dengan mengkatalisisnya. Angiotensin I
merupakan suatu protein asam amino-10. Setelah itu ACE (angiotensin
converting enzim) yang dihasilkan oleh sel-sel endotel akan mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II yang merupakan peptida asam amino-8.
Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah arteriol halus. Vasokonstriksi ini menyebabkan peningkatan
resistensi aliran darah dan peningkatan tekanan darah. Tekanan darah yang
meningkat bekerja sebagai umpan balik negatif untuk menurunkan
rangsangan pelepasan renin. (Corwin, 2009).
Selain itu angiotensin II juga merangsang korteks adrenal untuk
mensekresi aldosteron. Aldosteron akan bersirkulasi dalam darah menuju
ginjal dan menyebabkan sel tubulus ginjal mereabsorbsi natrium dan disertai
dengan air. Hal ini meningkatkan volume intravaskuler. Peningkatan volume
ini juga meningkatkan volume sekuncup dan juga curah jantung. Dengan kata
lain tekanan darah pun tinggi. Angiotensin II juga merangsang saraf pusat
haus di hipotalamus untuk mensekresi ADH. ADH (antidiuretik hormon) atau
vasopresin akan mengendalikan reabsorbsi air di duktus pengumpul ginjal
kembali ke aliran darah. Hal ini menambah volume intravaskuler yang
mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat fasomotor di hantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh rah, dimana dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh koteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Dan mengakibatkan hipertensi. Banyak
faktor yang juga dapat menyebabkan hipertensi.
Merokok, nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap
nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin
(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.
Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam
darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan
tubuh (Astawan, 2002).
Stres juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya
hipertensi dimana hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Pada keadaan stres akut
didapatkan peningkatan kadar ketokalamin, kortisol, vasopresin, endhorpin,
dan aldosteron. Dalam kondisi seperti itu, adrenalin dan kortisol dilepaskan ke
aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh
siap untuk bereaksi. Itulah yang terjadi saat kita berada dalam situasi bahaya
atau siaga, tubuh mempersiapkan reaksi menyerang (fight) atau melarikan diri
(flight) yang dipicu oleh adrenalin. Bila seseorang terus berada dalam situasi
seperti ini, tekanan darahnya akan bertahan pada tingat tinggi.
Riwayat keluarga, hipertensi cenderung merupakan penyakit
keturunan. Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka
sepanjang hudup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi
(Astawan, 2002). Riwayat penyakit terdahulu seperti DM juga bisa
memperparah terjadinya mortalitas. Jarang minum obat hipertensi, juga
sangat berpengaruh terhadap parahnya hipertensi. Hal ini dikarenakan
hipertensi harus selalu dikontrol rutin untuk mengatahui perkembangan
tekanan darahnya yaitu dengan minum obat anti hipertensi. Namun, apabila
jarang dan bahkan sama sekali tidak minum obat akan mengakibatkan
hipertensi menjadi lebih parah.
D. Manifestasi Klinis
Saat seseorang mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat terjadi
beberaa tanda atau menifestasi klinis. Berikut manifestasi klinis yang terjadi pada
seseorang dengan hipertensi.
1. Nyeri kepala saat terjaga
2. Dapat disertai dengan mual dan muntah
3. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
4. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
5. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
6. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009).
Manifestasi klinis lain yang timbul ketika hipertensi berlanjut yaitu sakit kepala
ketika bangun pagi, sakit di tengkuk belakang, epistaksis, dan depresi.
Tekanan darah tinggi, perubahan pada retina, seperti perdarahan eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita
hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo, 2002).
Crowin (2000: 359) menyebutkan banwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga,
kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intrakranial, pengelihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus, edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
E. Faktor Risiko Hipertensi
1. Usia
Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan pertambaha usia. Hal ini
berkaitan dengan perubahan fisiologis. Kelenturan atau elastisitas pembuluh darah
akan berkurang. Hal ini menyebabkan daya desak yang diberikan pun akan semakin
besar sehingga darah dapat masuk ke dalam pembuluh darah dan teralirkan ke seluruh
jaring tubuh.
2. Diet asin/garam
Garam mengandung kandungan natrium. Konsumsi natrium yang berlebihan
dalam tubuh akan membuat konsentrasi natrium dalam cairan ekstraseluler pun
meningkat. Akibatnya, cairan intraseluler akan tertarik keluar sel dan cairan
ekstraselulernya pun akan bertambah volumenya. Cairan ekstraseluler yang
meningkat menyebabkan volume darah atau volume intravaskuler meningkat.
Volume intravaskuler yang meningkat menyebabkan tekanan darah pun tinggi
(hipertensi).
3. Diet tinggi lemak
Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menyebabkan beberapa akibat.
Pertama berpengaruh terhadap berat badan seseorang. Lemak yang berlebihan
membuat berat badan seseorang meningkat dan pada akhirnya menyebabkan
seseorang mengalami obesitas atau berat badan berlebihan. Orang dengan obesitas
berisiko terkena hipertensi (penjelasan pada risiko obesitas).
Selain menyebabkan obesitas, konsumsi lemak jenuh juga berpotensi
menimbulkan plak dalam arteri (aterosklerosis). Akibat adanya plak tersebut, arteri
akan menyempit dan sirkulasi darah pun terhalang. Darah akan memaksa melewati
arteri tersebut dengan tekanan yang lebih besar. Faktor risiko lemak merupakan
faktor yang dapat dikendalikan, sehingga jika konsumsi makanan tinggi lemak
dikurangi, maka risiko terjadinya aterosklerosis pun berkurang dan tidak ada
penyempitan pembuluh darah. Dengan kata lain, tekanan darah pun rendah.
4. Obesitas
Obesitas atau kegemukan terjadi apabila indeks massa tubuh > 25. Cara
menghitung indeks massa tubuh yaitu berat badan (Kg) dibagi tinggi badan (m2).
Berikut merupakan klasifkasi berat badan berlebih pada orang dewasa. Obesitas dapat
terjadi akibat konsumsi makan berlemak, kurangnya mengkonsumsi makanan
berserat seperti buah-buahan, serta kurangnya kegiatan aktivitas fisik atau
berolahraga.
Berat badan yang semakin tinggi juga meningkatkan konsumsi oksigen dan
nutrisi. Berarti diperlukan pula aliran darah yang banyak untuk menyalurkan oksigen
dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh. Dengan kata lain, volume darah juga semakin
meningkat dan memberi tekanan yang lebih besar terhadap arteri. Frekuensi denyut
jantung pada penderita obesitas juga lebih tinggi. Obesitas juga meningkatkan kadar
insulin dalam darah, akibatnya terjadi retensi natrium dan air dalam tubuh. Hal
tersebutlah yang menyebabkan obesitas menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.
5. Kurang Berolahraga
Kegiatan olahraga yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang juga
berdampak pada tekanan darah yang menurun. Olahraga yang tidak teratur dapat
meningkatkan tahanan perifer dan berpengaruh terhadap tekanan darah yang akan
meningkat. Kegiatan olahraga juga berhubungan dengan obesitas. Kurangnya
olahraga dapat berakibat pada kelebihan berat badan seseorang atau obesitas yang
berisiko terhadap hipertensi.
6. Kurang konsumsi kalium dan magnesium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerjakalium
adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari
bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Sedangkan magnesium
merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksivaskuler otot halus dan diduga
berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. Buah-buahan yang
banyak mengandung kalium dan magnesium dapat mengurangi risiko peningkatan
tekanan darah. Kurangnya konsumsi buah-buahan dapat meningkatkan risiko
hipertensi.
F. Komplikasi
1. Usia
Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan pertambaha usia. Hal ini
berkaitan dengan perubahan fisiologis. Kelenturan atau elastisitas pembuluh darah
akan berkurang. Hal ini menyebabkan daya desak yang diberikan pun akan semakin
besar sehingga darah dapat masuk ke dalam pembuluh darah dan teralirkan ke seluruh
jaring tubuh.
2. Diet asin/garam
Garam mengandung kandungan natrium. Konsumsi natrium yang berlebihan
dalam tubuh akan membuat konsentrasi natrium dalam cairan ekstraseluler pun
meningkat. Akibatnya, cairan intraseluler akan tertarik keluar sel dan cairan
ekstraselulernya pun akan bertambah volumenya. Cairan ekstraseluler yang
meningkat menyebabkan volume darah atau volume intravaskuler meningkat.
Volume intravaskuler yang meningkat menyebabkan tekanan darah pun tinggi
(hipertensi).
3. Diet tinggi lemak
Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menyebabkan beberapa akibat.
Pertama berpengaruh terhadap berat badan seseorang. Lemak yang berlebihan
membuat berat badan seseorang meningkat dan pada akhirnya menyebabkan
seseorang mengalami obesitas atau berat badan berlebihan. Orang dengan obesitas
berisiko terkena hipertensi (penjelasan pada risiko obesitas).
Selain menyebabkan obesitas, konsumsi lemak jenuh juga berpotensi
menimbulkan plak dalam arteri (aterosklerosis). Akibat adanya plak tersebut, arteri
akan menyempit dan sirkulasi darah pun terhalang. Darah akan memaksa melewati
arteri tersebut dengan tekanan yang lebih besar. Faktor risiko lemak merupakan
faktor yang dapat dikendalikan, sehingga jika konsumsi makanan tinggi lemak
dikurangi, maka risiko terjadinya aterosklerosis pun berkurang dan tidak ada
penyempitan pembuluh darah. Dengan kata lain, tekanan darah pun rendah.
4. Obesitas
Obesitas atau kegemukan terjadi apabila indeks massa tubuh > 25. Cara
menghitung indeks massa tubuh yaitu berat badan (Kg) dibagi tinggi badan (m2).
Berikut merupakan klasifkasi berat badan berlebih pada orang dewasa.
Obesitas dapat terjadi akibat konsumsi makan berlemak, kurangnya
mengkonsumsi makanan berserat seperti buah-buahan, serta kurangnya kegiatan
aktivitas fisik atau berolahraga. Berat badan yang semakin tinggi juga meningkatkan
konsumsi oksigen dan nutrisi. Berarti diperlukan pula aliran darah yang banyak untuk
menyalurkan oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh. Dengan kata lain, volume
darah juga semakin meningkat dan memberi tekanan yang lebih besar terhadap arteri.
Frekuensi denyut jantung pada penderita obesitas juga lebih tinggi. Obesitas juga
meningkatkan kadar insulin dalam darah, akibatnya terjadi retensi natrium dan air
dalam tubuh. Hal tersebutlah yang menyebabkan obesitas menjadi faktor risiko
terjadinya hipertensi.
5. Kurang Berolahraga
Kegiatan olahraga yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang juga
berdampak pada tekanan darah yang menurun. Olahraga yang tidak teratur dapat
meningkatkan tahanan perifer dan berpengaruh terhadap tekanan darah yang akan
meningkat. Kegiatan olahraga juga berhubungan dengan obesitas. Kurangnya
olahraga dapat berakibat pada kelebihan berat badan seseorang atau obesitas yang
berisiko terhadap hipertensi.
6. Kurang konsumsi kalium dan magnesium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium
adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehinggacenderung menarik cairan dari
bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanandarah. Sedangkan, magnesium
merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksivaskuler otot halus dan diduga
berperan sebagai vasodilator dalam regulasitekanan darah. Buah-buahan yang banyak
mengandung kalium dan magnesium dapat mengurangi risiko peningkatan tekanan
darah. Kurangnya konsumsi buah-buahan dapat meningkatkan risiko hipertensi.