hipernatremi
DESCRIPTION
yyTRANSCRIPT
HIPONATREMI
Hiponatremia adalah suatu keadaan dengan kadar natrium serum yang
kurang dari 135 mEq/L1 (kadar natrium serum normal adalah 140 +/- 5 mEq/L),
dan dapat disebabkan oleh dua mekanisme utama: retensi air atau kehilangan
natrium. Hiponatremia menunjukkan bahwa kelebihan air yang relatif terhadap zat
terlarut total mengencerkan cairan tubuh. Natrium merupakan ion ECF utama,
sehingga hiponatremia umumnya berkaitan dengan hipo-osmolalitas plasma
(<287 mOsm/kg). Osmolalitas plasma yang rendah menyebabkan perpindahan air
masuk kedalam sel. Pembengkakan sel otak, dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial, yang paling bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala
susunan saraf pusat.
Etiologi dan Patogenesis Hiponatremia
Hiponatremia yang disertai kehilangan natrium disebut sebagai depletion
hyponatremia (hiponatremia deplesional) dan dicirikan dengan berkurangnya
volume ECF. Hiponatremia yang disebabkan oleh kelebihan air disebut sebagai
dilutional hyponatremia (hiponatremia dilusional) atau keracunan air dan dicirikan
dengan bertambahnya volume ECF.
Kehilangan natrium yang mengakibatkan hiponatremia deplesional dapat
disebabkan oleh mekanisme dari ginjal dan non ginjal. Penyebab tersering dari
ginjal adalah pemberian obat diuretik, dan yang lebih jarang adalah penyakit
ginjal boros garam. Kehilangan garam melalui non ginjal terjadi pada kehilangan
volume cairan seperti pada muntah, diare, atau pada defisiensi adrenal (aldosteron
rendah). Mekanisme hiponatremia tipe kehilangan natrium (sodium-loss)
berlangsung dua tahap. Pertama, hilangnya natrium menurunkan rasio Na:H2O.
Kedua (terjadi secara tidak langsung), hilangnya natrium menyebabkan
berkurangnya volume ECF sehingga menyebabkan pelepasan hormon antidiuretik
(ADH) dari hipofisis posterior. ADH menghambat ekskresi urine yang encer dan
dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia jika banyak minum air. Hiponatremia
per sebiasanya memiliki sedikit kepentingan klinis dalam natrium yang berkurang
(volume). Penurunan kadar natrium serum jarang melebihi 10-15 mEq/L. Gejala
utama yang terjadi adalah gambaran volume ECF yang berkurang.
Hiponatremia dilusional (kelebihan air) seringkali dijumpai pada keadaan-
keadaan yang ditandai dengan adanya suatu defek dalam ekskresi air-bebas ginjal
dengan asupan yang terus berlangsung, terutama cairan hipotonik. Berkurangnya
volume sirkulasi efektif, seperti pada gagal jantung kongestif, sindrom nefrotik,
dan sirosis memberikan rangsangan sentral untuk pelepasan ADH, yaitu secara
primer melalui reseptor tekanan (vena) yang rendah, bahkan pada keadaan hipo-
osmolalitas sekalipun, sehingga urine yang encer tidak dapat diekskresi. ADH
juga merangsang rasa haus (harus ada pemasukan air untuk terjadinya hipo-
osmolalitas). Pelepasan ADH pada keadaan ini (volume ECF yang rendah)
dianggap tepat karena pelepasan ADH membantu memelihara perfusi jaringan,
meskipun ada penurunan konsentrasi osmotik plasma dan peningkatan air tubuh
total.
Pelepasan ADH tanpa adanya hiperosmolalitas, penurunan sirkulasi
efektif, dan rangsangan fisiologik lain dinyatakan “tidak tepat” (inappropriate).
Dengan demikian, penderita hiponatremia tipe ini disebut menderita sindrom
sekresi ADH yang tidak tepat (Syndrome of inappropriate ADH secretion,
SIADH). SIADH lebih sering dijumpai dibandingkan dengan tipe yang
sebelumya telah dikenal dan berkaitan dengan sejumlah kelainan neoplastik, paru-
paru, dan susunan saraf pusat. (kotak 21-7). Pelepasan ADH otonom dapat
disebabkan oleh rangsangan abnormal di hipotalamus akibat penyakit, rasa nyeri,
obat-obatan, atau gangguan susunan saraf pusat. Substansi mirip-ADH juga dapat
dihasilkan secara ektopik (tidak ditempat yang normal) pada keganasan,
khususnya karsinoma paru jeniss sel oat. SIADH juga terjadi sebagai komplikasi
dari pengobatan berbagai macam obat. Beberapa obat merangsang pelepasan
ADH di hipotalamus, sedangkan yang lain meningkatkan kerja ADH pada tubulus
distal dan duktus pengumpul ginjal.
Penyebab lain hiponatremia dilusional adalah gagal ginjal yang disertai
gangguan kemampuan pengenceran urine dan pemakaian diuretik yang berlebihan
(kotak 21-6). Polidipsi psikogenik adalah penyakit neurotik yang jarang terjadi,
ditandai oleh minum air yang kompulsif, kadang-kadang dapat mencapai 15
hingga 20 L/hari. Meskipun kapasitas fungsi ginjal pada polidipsi psikogenik
adalah normal, asupan air yang banyak akan melampaui kapasitas ekskresi
normal, sehingga menyebabkan hiponatremi ringan. Gangguan serupa juga dapat
terjadi pada peminum bir berlebihan dengan asupan diet makanan yang buruk.
Misalnya, jika kemampuan pengenceran urine maksimum sebesar 50 mOsm/kg
pada seseorang yang makan diet normal (partikel zat terlarut=sekitar 750
mOsm/hari), maka urine maksimum yang diekskresikan sebanyak 15 L/hari (750
mOsm/50 mOsm = 15). Meskipun demikian, beban zat terlarut harian seorang
peminum bir berlebihan yang tidak makan dengan baik hanya sebesar 250 mOsm,
sehingga ekskresi urine maksimumnya hanya sekitar 5L (250 mOsm/50 mOsm =
5). Yang terakhir, hiponatremia dilusional terjadi jika sejumlah besar air
memasuki paru-paru dan diabsorbsi secara cepat kedalam kompartemen
intravaskular (pada kasus tenggelam di air tawar).
Hiponatremia yang disebabkan oleh penimbunan zat terlarut yang aktif
secara osmotik dalam plasma, adalah pengecualian utama bagi ketentuan yang
mengatakan bahwa hiponatremia berarti hipoosmolalitas. Penyebab hiponatremia
tipe tersebut yang paling sering adalah hiperglikemia pada penderita diabetes yang
tak terkontrol dan penderita yang baru saja mendapat manitol. Natrium plasma
diencerkan dengan perpindahan air dari ICF ke ECF mengikuti perbedaan osmotik
yang dihasilkan oleh partikel zat terlarut tambahan (glukosa atau manitol).
Menurut Current Medical Diagnosis and Treatment 2011, hiponatremia
adalah kondisi dengan konsentrasi serum sodium <135 mEq/L, hiponatremia
adalah keadaan abnormalitas elektrolit yang paling sering ditemukan pada pasien
di rumah sakit. Dokter harus selalu waspada mengenai hiponatremia, karena
apabila salah penanganan dapat mendatangkan bencana neurologis dari cerebral
osmotik demyelination. Memang komplikasi iatrogenik dari terapi agresif atau
terapi yang tidak tepat dapat lebih berbahaya daripada hiponatremia itu sendiri.
Adalah sebuah kesalahan persepsi umum bahwa konsentrasi sodium
adalah refleksi dari total body sodium atau total body water. Faktanya, total body
water dan sodium dapat rendah, normal, atau tinggi, karena ginjal dapat
meregulasi sodium dan homeostasis air. Sebagian besar kasus hiponatremia
mencerminkan keseimbangan cairan dan penanganan cairan yang abnormal, not
imbalance sodium, menunjukkan peran utama ADH dalam patofisiologi
hiponatremia.Sebuah algoritma diagnostik menggunakan osmolalitas serum dan
status volume memisahkan penyebab hiponatremia ke dalam kategori terapi yang
berguna
Gambaran klinis
Kita harus selalu waspada adanya hiponatremia karena manifestasi klinisnya
tidak khas pada periode awal saat kada natrium serum lebih dari 120 mEq/L.
Hiponatremia adalah suatu gangguan elektrolit yang sering terjadi pada pasien
rawat inap. Pasien yang menunjukkan satu atau lebih faktor risiko, perlu dipantau
dengan seksama sehingga hiponatremia dapat cepat diketahui dan ditangain
sebelum berlanjut membahayakan jiwa pasien. Berikut adalah Gejala dan tanda
hiponatremi:
Natrium serum >125 mEq/L
Anoreksia
Gangguan pengecap
Kram otot
Natrium serum 115-124 mEq/L
Sakit kepala, perubahan kepribadian
Kelemahan dan letargi
Mual dan muntah
Kram abdomen
Natrium serum <115 mEq/L
Kejang dan koma
Reflek tidak ada atau terbatas
Tanda babinski
Papiledema
Edema diatas sternum
Hasil laboratorium
Natrium serum <135 mEq/L
Osmolalitas serum <287 mOsm/kg
Osmolalitas urin rendah <100 mOsm/kg (berat jenis <1,004)
Osmolalitas urin tinggi >100 mOsm/kg (berat jenis >1,004)
Natriun urin <10 mEq/L (bila dikaitkan dengan deplesi volume
akibat ekstrarenal
Natrium urin >20 mEq/L (bila dikaitkan dengan kehilanagan garam
ginjal atau gagal ginjal)
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hiponatremia adalah meningkatkan kadar
natrium serum menjadi normal dan mengatasi penyakit yang mendasarinya. Dua
penganan dasarnya adalah mengurangi asupan air dan menambahkan natrium.
Hiponatremia ringan (120-135 mEq/L) diatasi dengan pemberian larutan
NaCl per oral atau larutan intravena. Koreksi hipovolemia menekan pelepasan
ADH, sehingga menyebabkan eksresi air yang berlebiihan melalui ginjal dan
koreksi hiponatremia.
Pada kasus hiponatremia lebih berat (<120 mEq/L) dapat diberikan larutan
garam hipertonik dengan kecepatan cukup sehingga terjadi peningkatan kadar
natrium serum 0,5 mEq/L per jam hingga mencapai kadar natrium serim sekitar
120 mEq/L dan masa kritis pasien terlewati.
HIPERNATREMI
Hipernatremi adalah gangguan elektrolit yang biasa terjadi dan
didefinisikan sebagai peningkatan konsentrasi serum sodium sampai lebih dari
145 mmol/L. Hipernatremi disebut sebagai kondisi hiperosmolar disebabkan oleh
penurunan TBW relatif terhadap konten elektrolit. Hipernatremi adalah “water-
problem”, bukan gangguan dari homeostasis sodium.
Hiperosmolaritas dalam jangka waktu lama karena kehilangan air dapat
menyebabkan penyusutan sel neuron yang berakhir pada kerusakan otak.
Kehilangan volume air plasma juga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
(takikardi, hipotensi).
Etiologi
Untuk tujuan klinik, hipernatremi diklasifikasikan berdasarkan dasar
kehilangan air atau penambahan elektrolit dan hubungannya dengan perubahan
volume cairan ekstraseluler:
a. asupan air yang tidak mencukupi
tidak dapat merasakan haus (misalnya pada keadaan koma atau
kebingungan)
Tidak ada asupan melalui mulut atau cairan rumatan IV tidak mencukupi
Tidak dapat menelan (misalnya pada gangguan serebrovaskular)
b. kehilangan air yang berlebihan
Di Luar Ginjal
Demam
Luka bakar
Hiperventilasi
Diare
Ginjal
Diabetes Insipidus
Penggunaan Manitol
Glikosuria pada DM tak terkontrol yang menyebabkan diuresis osmotik.
c. Bertambahnya natrium
Tenggelam
Pemberian natrium IV yang berlebihan ( misalnya pengguanaan larutan
natrium hiperonik 3%/5%, pemberian natrium bikarbonat berlebihan)
Pemberian garam per oral yang berlebihan
Patofisiologi
Hipernatremia terjadi saat ada kehilangan air atau terlalu sedikit air dalam
hubungannya dengan sodium dan potassium dalam tubuh. Osmolaritas plasma
(Posm) normalnya berkisar antara 275-290 mOsm/kg dan utamanya ditentukan
oleh konsentrasi garam sodium. Regulasi Posm dan konsentrasi plasma sodium
dimediasi oleh perubahan asupan dan ekskresi air. Hal ini terjadi dengan 2
mekanisme:
a. Konsentrasi urin (melalui sekresi pituitary dan efek renal terhadap ADH
argininevasopressin(AVP)
b. Rasa haus
Pada individu normal, rasa haus distimulasi oleh peningkatan osmolalitas
cairan tubuh diatas ambang tertentu. Hasilnya adalah asupan air yang meningkat
untuk secara cepat mengkoreksi keadaan hipernatremi. Mekanisme ini sangat
efektif bahkan pada keadaan patologis dimana pasien tidak mampu mengentalkan
urinnya (diabetes insipidus) dan mengeluarkan urin yang sangat banyak (10-15 L
per hari), hipernatremi tidak akan muncul karena rasa haus distimulasi dan
osmolalitas cairan tubuh dipertahankan. Oleh karena itu, hipernatremi dapat
muncul pada saat hanya terjadi gangguan mekanisme rasa haus dan asupan air
tidak meningkat untuk merespon hiperosmolaritas atau saat asupan air dibatasi.
Kehilangan air lewat traktus respiratori dan kulit rata-rata 0,5 L/hari.
Keluarnya keringat yang banyak pada lingkungan yang panas/saat berolahraga
atau pasien dengan hiperventilasi akan meningkatkan jumlah air yang
dikeluarkan. Bila keadaan ini dikombinasikan dengan gangguan mekanisme rasa
haus, hipernatremia dapat muncul karena air yang hilang tidak seimbang dengan
asupan air.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang menonjol pada pasien hipernatremi dan hiperosmotik yang
menonjol adalah gangguan neurologis yang disebabkan dehidrasi sel, terutam sel
otak. Berikut adalah gejala dan tanda hipernatremi:
Gangguan neurologis:
Lemah, lemas, iritabel
Delirium, kejang, koma
Refleks pada tendon meningkat
Kaku kuduk
Haus
Suhu tubuh meningkat
Kulit merah dan panas
Selaput lendir mulut kering dan lengket
Lidah kasar dan kering
Hasil laboratorium
Natrium serum >145 mEq/L
Osmolalitas serum >295 mOsm/kg
Osmolalitas urin umumnya .800 mOsm/kg (berat jenis >1,030)
Penatalaksanaan
Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan etiologi
hipernatremia. Sebagian besar penyebab hipernatremia adalah defisit cairan tanpa
elektrolit. Penatalaksanaan hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi
dengan pemberian cairan isotonik sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit
air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik. Hipernatremi
dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis. Kemudian diberikan Dekstrosa
5% untuk mengganti defisit air.
Untuk menghitung perubahan kadar Na serum, dapat ditentukan dengan
mengetahui kadar Na infus yang digunakan, dengan menggunakan rumus yang
sama pada koreksi hiponatremia. Perbedaannya hanya terletak pada cairan infus
yang digunakan. Dengan begitu, kita dapat melakukan estimasi jumlah cairan
yang akan digunakan dalam menurunkan kadar Na plasma.
Hipernatremia diobati dengan pemberian cairan. Pada semua kasus
terutama kasus ringan, cairan diberikan secara intravena (melalui infus). Untuk
membantu mengetahui apakah pembelian cairan telah mencukupi, dilakukan
pemeriksaan darah setiap beberapa jam. Konsentrasi natrium darah diturunkan
secara perlahan, karena perbaikan yang terlalu cepat bisa menyebabkan kerusakan
kerusakan otak yang menetap.
Pemeriksaan darah atau air kemih tambahan dilakukan untuk mengetahui
penyebab tingginya konsentrasi natrium. Jika penyebabnya telah ditemukan, bisa
diobati secara lebih spesifik.