hilmi n iman - pressure profile dengan rft rev (1)

5
1 2 3 Pressure Profile Dengan Metode Repeat Formation Tester (RFT) Pada latihan 2 mengenai penentuan kontak fluida berdasarkan data pressure. Metode yang dipakai adalah Repeat Formation Tester (RFT) / Wireline Formation Tester (WFT). Pada Gambar 1 menunjukkan alat yang dipakai. Metode ini dapat menentukan beberapa hal yaitu : 1. Pengambilan contoh fluida 2. Perhitungan tekanan secara berulang 3. Identifikasi kontak fluida berdasarkan pressure profile 4. RFT Pressure Plot ini bisa untuk melakukan prediksi API Gravity minyak yang ada di reservoir Gambar 1. Alat Repeat Formation Tester (RFT) Pada Gambar 2 menjelaskan tentang cara kerja pada Repeat Formation Tester (RFT).

Upload: tamphatie-fuzie

Post on 29-Sep-2015

269 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

asik

TRANSCRIPT

Pressure Profile Dengan Metode Repeat Formation Tester (RFT)

Pada latihan 2 mengenai penentuan kontak fluida berdasarkan data pressure. Metode yang dipakai adalah Repeat Formation Tester (RFT) / Wireline Formation Tester (WFT). Pada Gambar 1 menunjukkan alat yang dipakai. Metode ini dapat menentukan beberapa hal yaitu :1. Pengambilan contoh fluida 2. Perhitungan tekanan secara berulang3. Identifikasi kontak fluida berdasarkan pressure profile4. RFT Pressure Plot ini bisa untuk melakukan prediksi API Gravity minyak yang ada di reservoir

Gambar 1. Alat Repeat Formation Tester (RFT)Pada Gambar 2 menjelaskan tentang cara kerja pada Repeat Formation Tester (RFT).

123

Gambar 2. Cara kerja Repeat Formation Tester (RFT)

Langkah kerja pada latihan ini sebagai berikut : 1. Mencatat data test yaitu Formation Pressure dan Measured Depth yang telah dilakukan.2. Menghitung koreksi subsea depth dengan menggunakan rumus :Subsea depth = -1 x (measured depth KB)Keterangan : KB = Kelly BushingContoh data koreksi pada Tabel 1.

Tabel 1. Input DataTest NoFormPressure(psi)MeasuredDepth(ft)KB(ft)SubseaDepth(ft)

11288.92984.147-2937.1

21290.22988.147-2941.1

31289.9299647-2949

41290.7300047-2953

51291.4300447-2957

61292.4301047-2963

71293.6301447-2967

81294.2301847-2971

91295.4302247-2975

101297.6302847-2981

111301.0303647-2989

121306.03046.147-2999.1

131308.1304847-3001

141307.9305047-3003

151310.4305647-3009

161311.4306047-3013

171315.0306947-3022

181315.5307047-3023

191315.3307147-3024

3. Membuat grafik perbandingan antara Formation Pressure (sumbu X) dan subsea depth (sumbu Y) berdasarkan data contoh pada Tabel 1 dan dilanjutkan dengan membuat scalletr pada data tersebut dengan cara: Pilih chart dalam menu bar insert dan pilih grafik scatter Klik kanan pada chart dan pilih edit data Masukan data X berupa formaton pressure dan data Y berupa subsea depth Untuk tahapan finising dapat dilakukan dengan melakukan editing terhadap format axis. Editing pada tahapan ini difungsikan untuk mengatur minor dan major garis dari grafik dan scala yang digunakan pada grafik (logartmik scal).4. Buat garis atau trendline secara manual. Penarikan garis berdasarkan fluid gradient (gas, oil dan water). Untuk gas gradient bernilai 0.02 bar/m atau 0.09 psi /ft, oil gradient bernilai 0.07 bar/m atau 0.309 psi/ft, dan water gradient bernilai 0.1 bar/m atau 0.442 psi/ft. Pertemuan antar garis sebagai indikasi adanya kontak fluida (Gas Water Contact / GWC, Gas Oil Contact / GOC, dan Oil Water Contact / OWC). Pada Gambar 3. Sebagai contoh hasil penentuan kontak fluida.

Keterangan :: Gas Line: Oil Line: Water Line

Gambar 3. Hasil kontak fluida berdasarkan perbandingan antara formation pressure dan subsea depth

5. Tabel 2. konversi dari Psi/ft ke API Gravity dan Specific GravityDidapatkan hasil berupa kontak fluida yang kemudian dapat dicocokkan dengan data log.

6. Tabel 2 memuat konversi dari Psi/ft ke API Gravity dan Specific Gravity. Tabel tersebut dapat membantu dalam :a. Jika terdapat keraguan dalam menarik garis gradien.b. Jika garis gradient sudah yakin dan belum mendapatkan nilai API gravity minyak dapat digunakan tabel tersebut.c. Prediksi API gravity pada reservoir.